vera

38
1.Pengertian Kemitraan Kemitraan sebagaimana dimaksud UU No. 9 Tahun 1995, adalahkerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usahabesar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atauusaha besar dengan prinsif saling memerlukan, saling memperkuat dansaling menguntungkan.Pembinaan dan pengembangan UKM, Koperasi dan Pertanian olehBUMN dapat berupa pinjaman modal, penjaminan dan investasi dan ataupembinaan teknis dalam bentuk hibah khusus untuk membiayai pendidikandan latihan, pemagangan, promosi, pengkajian dan penelitian 2. Tujuan Kemitraan Meningkatkan kerjasama antara Kemenkes dengan Perdhaki dalam upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dalam mewujudkan kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (ber-PHBS). Kemitraan Kesehatan, Analisa Kemiskinan Kolaborasi yang Efektif dan Cerdas Kemitraan Sektor Kesehatan Rumah Sakit dan Institusi Pendidikan Keperawatan April 13, 2011 Departemen Kesehatan (2006) dalam promosi kesehatan online mengemukakan bahwa kemitraan adalah hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi- organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemitraan pada dasarnya merupakan suatu hubungan formal yang dilakukan paling sedikit antara dua pihak dengan maksud dan tujuan tertentu untuk kepentingan bersama yang saling menguntungkan, dan antara kedua belah pihak terjadi kesepakatan serta adanya transparansi antar keduanya. Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Dalam Konferensi Internasional promosi kesehatan di Jakarta pada tahun 1997, WHO mulai menggencarkan tentang pentingnya kemitraan

Upload: fitriadi-akbar

Post on 29-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Vera

1.Pengertian KemitraanKemitraan sebagaimana dimaksud UU No. 9 Tahun 1995, adalahkerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usahabesar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atauusaha besar dengan prinsif saling memerlukan, saling memperkuat dansaling menguntungkan.Pembinaan dan pengembangan UKM, Koperasi dan Pertanian olehBUMN dapat berupa pinjaman modal, penjaminan dan investasi dan ataupembinaan teknis dalam bentuk hibah khusus untuk membiayai pendidikandan latihan, pemagangan, promosi, pengkajian dan penelitian

2. Tujuan Kemitraan

Meningkatkan kerjasama antara Kemenkes dengan Perdhaki dalam upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dalam mewujudkan kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (ber-PHBS).

Kemitraan Kesehatan, Analisa Kemiskinan Kolaborasi yang Efektif dan Cerdas Kemitraan Sektor Kesehatan Rumah Sakit dan Institusi Pendidikan   Keperawatan

April 13, 2011

Departemen Kesehatan (2006) dalam promosi kesehatan online mengemukakan bahwa kemitraan adalah hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemitraan pada dasarnya merupakan suatu hubungan formal yang dilakukan paling sedikit antara dua pihak dengan maksud dan tujuan tertentu untuk kepentingan bersama yang saling menguntungkan, dan antara kedua belah pihak terjadi kesepakatan serta adanya transparansi antar keduanya.

Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Dalam Konferensi Internasional promosi kesehatan di Jakarta pada tahun 1997, WHO mulai menggencarkan tentang pentingnya kemitraan (partnership). Kemudian, WHO di tahun 2000 mengemukakan bahwa untuk membangun kemitraan kesehatan perlu diidentifikasi lima prinsip kemitraan, yaitu : Policy Makers, Health Managers, Health Professionals, Academic Institutions, dan Communities Institutions.

Tujuan umum dilakukan kemitraan adalah meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan pada umumnya. Sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan saling pengertian, meningkatkan saling percaya, meningkatkan saling memerlukan, meningkatkan rasa kedekatan, membuka peluang untuk saling membantu, meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan, dan meningkatkan rasa saling menghargai.

Perawat menurut UU Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi

Page 2: Vera

dirumuskan melalui Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983, bahwa pendidikan keperawatan adalah pendidikan profesi, dan pelayanan keperawatan adalah pelayanan profesional.

Pelaku kemitraan kesehatan adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, organisasi profesi, dan lain-lain. Salah satu prinsip kemitraan yang dikemukakan oleh WHO adalah Institusi Pendidikan (Academic Institutions). Dalam hal ini institusi pendidikan keperawatan merupakan salah satu stakeholder dalam mewujudkan kemitraan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatan kualitas SDM dan meningkatkan produktivitas melalui sektor kesehatan itu sendiri. Isu terbaru saat ini adalah mengenai “miskinnya kolaborasi efektif dan cerdas dalam kemitraan kesehatan antara institusi pendidikan keperawatan bersama institusi pelayanan kesehatan”.

Sebagai contoh untuk analisa, sebuah institusi pelayanan kesehatan adalah rumah sakit, dan institusi pendidikan keperawatan penyelenggara program pendidikan profesi.

Dilihat dari prinsip dasar kemitraan sendiri, yaitu prinsip saling menguntungkan. Hal ini perlu ditinjau kembali program yang seperti apa yang akan dibuat kesepakatan antara pihak rumah sakit dengan pihak institusi. Apakah program ini menguntungkan bagi kedua pihak atau hanya sepihak, program yang akan dilaksanakan harus mutual benefit. Maka pihak institusi pendidikan keperawatan harus memiliki strategi khusus dan harus mampu menangkap peluang untuk hal ini agar jalinan kemitraan antara institusi pendidikan kesehatan dengan rumah sakit dapat tercipta. Alasan mengapa ditekankan pada pihak institusi adalah karena rumah sakit merupakan salah satu wilayah untuk mengimplementasikan praktek keperawatan bagi mahasiswa, sehingga rumah sakit disini adalah sesuatu yang perlu mendapat perlakuan khusus dari pihak institusi pendidikan.

Contoh realita yang sudah ada saat ini dalam kemitraan antara institusi pelayanan kesehatan dengan institusi layanan kesehatan adalah PSIK-FK Undip dengan membuat suatu program Ners Edukator dengan memberi pelatihan bagi perawat di Rumah Sakit untuk menjadi Menthorship mahasiswa praktikan. Selain itu kemitraan dengan rumah sakit dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan skill dalam keperawatan yang dapat menjadi selling point bagi perawat di rumah sakit.

Langkah-langkah untuk menjalin kemitraan antara lain penjajagan atau persiapan, penyamaan persepsi, pengaturan peran, komunikasi intensif, melakukan kegiatan, dan melakukan pemantauan & penilaian. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan dalam menjalin kemitraan adalah adanya sikap saling memahami kedudukan, memahami kemampuan masing-masing, menghubungi secara proaktif (linkage), saling mendekati, terbuka, bersinergi, dan pemberian reward.

Sebagai indikator keberhasilan dalam kemitraan dilihat dari input, proses dan output. Indikator input meliputi jumlah mitra yang menjadi anggota. Indikator proses adanta kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan kemitraan yang dijalankan. Dan indikator output

Page 3: Vera

seperti jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan

Page 4: Vera

UPAYA PENINGKATAN PROMOSI KESEHATAN MELALUI PROGRAM KEMITRAANApril 12, 2013 drihsangpi Leave a comment

UPAYA PENINGKATAN PROMOSI KESEHATAN

 MELALUI PROGRAM KEMITRAAN

PENDAHULUAN

Hingga saat ini dan beberapa dekade yang akan datang di negara-negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia, masalah Kesehatan Ibu dan Anak masih akan menjadi prioritas

utama diantara masalah kesehatan lainnya. Dewasa ini sebutan kelangsungan hidup anak dan

kehamilan dan persalinan yang aman menjadi patokan keberhasilan program kesehatan

masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang.

Kelompok Ibu dan Anak (sampai usia 5 tahun) di negara sedang berkembang rata-rata

merupakan sepertiga dari jumlah penduduk. Keduanya, secara biologis dan sosiologis

merupakan kesatuan yang sangat erat dan sama-sama menanggung risiko kesehatan yang

relatif lebih lebih berat daripada kelompok masyarakat lainnya. Kelompok ibu berada dalam

peran reproduksi (kehamilan dan persalinan ) disamping mereka juga sebagai tulang punggung

kehidupan keluarga. Sementaraitu,  anak sampai dengan usia 5 tahun  adalah kelompok yang

sangat bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang justru sedang dalam fase kritis

dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosialnya.

            Angka kematian bayi dapat diturunkan secara mengesankan, tetapi angka kematian ibu

masih belum terlalu diperhatikan. Latar belakang penyebab utama tingginya angka-angka

tersebut memang masih kompleks. Pertolongan persalinan yang saat ini  masih dilakukan oleh

“dukun bersalin tradisional” memang masih dianggap sebagai pemegang peran utama tingginya

angka-angka tersebut, meskipun pendekatan kepada dukun-dukun tersebut sebenarnya sudah

merupakan salah satu kegiatan utama dalam program KIA. Keterlambatan merujuk ke fasilitas

yang lebih mampu (Rumah Sakit, Dokter atau Bidan) yang diduga masih menjadi penyebab

tingginya “kecelakaan” persalinan bila dukun-dukun tadi tiba-tiba menghadapi proses persalinan

yang tidak normal, meskipun kewaspadaan untuk menghadapi hal-hal seperti ini sebenarnya

sudah termasuk dalam bahan pelatihan yang seringkali diberikan kepada dukun-dukun tadi.

Page 5: Vera

            Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut yang juga

membutuhkan partisipasi masyarakat baik secara individu maupun secara kelompok agar

derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan pada umumnya dan penurunan angka

kematian ibu pada khususnya. Peran serta masyarakat dalam hal ini dapat berbentuk program

kemitraan yang saling menguntungkan.

PENGERTIAN KEMITRAAN

Kemitraan lebih dikenal dengan istilah kerja sama dengan berbagai pihak, tetapi bukan

sekedar bekerja sama atau kerja bersama-sama. Pada esensinya adalah dikenal dengan istilah

gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok

dengan prinsip saling mempercayai, saling menghargai dan saling  menguntungkan. Di sini

harus ada kesamaan pandangan terhadap berbagai persoalan yang dihadapi, serta mencari

bagimana cara untuk mengatasinya, serta bagaimana menggunakan sumber daya yang ada

untuk memecahkan masalah yang ada. 

Dalam kemitraan juga harus diketahui visi bersama agar seluruh elemen mempunyai

arah yang sama dalam mencapai visi yang telah ditetapkan. Menurut Notoatmodjo (2003),

kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau

organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam membangun

sebuah kemitraan, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

1.     Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan

2.     Saling mempercayai dan saling menghormati

3.    Tujuan yang jelas dan terukur

4.    Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain

Di samping itu, perlu juga diterapkan prinsip-prinsip kemitraan yaitu :

1.    Persamaan atau equality

2.    Keterbukaan atau transparancy

Page 6: Vera

3.    Saling menguntungkan atau mutual benefit.

Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 tahap yaitu

1.    Kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri;

2.    Kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah ;

3.    Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor, lintas bidang dan

lintas organisasi yang mencakup

a.    unsur pemerintah

b.    unsur swasta atau dunia usaha,

c.    unsur LSM dan organisasi masa

d.    unsur organisasi profesi.

Dalam melakukan pemilihan mitra kerja  ada beberapa hal yang harus diperhatikan

adalah siapa yang seharusnya menjadi mitra, bagaimana visi, misi dan kebijakan mitra, apa

saja kegiatan/programyang dilaksanakan mitra, kekuatan, potensi,  sumber-sumber daya yang

dimiliki mitra, seberapa besar komitmen yang dimiliki oleh mitra dan seberapa besar dukungan

yang bisa didapat dari kemitraan.

Dengan bekerja dalam kemitraan maka diharapkan dapat memperluas  jaringan individu

dan organisasi, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan , meningkatkan finansial dan

sumber-sumber daya programatik, memperluas dukungan, membangun kekuatan dan

membangun kapasitas kepemimpinan.

PENINGKATAN KESELAMATAN IBU MELALUI PROGRAM KEMITRAAAN

Dalam makalah ini, rancangan program promosi kesehatan memfokuskan bagaimana

program kemitraan pelayanan persalinan terpadu dapat membantu peningkatan upaya

keselamatan ibu dengan menjalin kemitraan dengan lintas sektoral yang terkait. Kemitraan juga

mengandung arti saling bertukar pengetahuan, sumberdaya dan komitmen untuk mencapai

Page 7: Vera

tujuan bersama. Untuk itu diperlukan sikap saling menghargai dan keterbukaan tentang semua

hal.

            Bentuk-bentuk program kemitraan yang dapat dilakukan pada upaya peningkatan

keselamatan ibu diantaranya sebagai berikut :

1.    Kemitraan dengan wanita.

Pendekatan partisipasif ini melibatkan kaum ibu mampu mengenali dan menentukan

prioritas masalah kesehatan ibu, menyusun rencana pemecahan masalah bersama

pemerintah setempat dan melaksanakannya. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan

adalah pendidikan dan pelatihan kaum wanita dan pria tentang persalinan yang aman

dirumah serta tentang keluarga berencana, mengembangkan persiapan rujukan ke

rumah sakit dan mengembangkan materi informasi tentang kesehatan reproduksi.

2.    Kemitraan dengan masyarakat dan dukun bayi.

Di jaman modern ini, masih ada masyarakat yang mempercayakan pertolongan

persalinannya kepada dukun bayi. Oleh karena itu, pelatihan petugas dalam upaya

keselamatan ibu tidaklah lengkap tanpa penyuluhan dan motivasi terhadap keluarga,

masyarakat dan dukun bayi.

3.    Kemitraan dengan bidan.

Perlu dilakukan dengan asosiasi kebidanan (IBI) dalam mendukung pelayanan

kesehatan reproduksi. Melalui asosiasi ini diharapkan para bidan mengikuti program

pelatihan kesehatan reproduksi yang mencakup penanganan kegawatan obstetri,

pencegahan infeksi dan keluarga berencana. Perhatian utama organisasi ini adalah

memaksimalkan kebijakan dan dukungan teknis yang lestari dalam menjaga kualitas

pelayanan kesehatan ibu.

4.    Kemitraan dengan penentu kebijakan.

Kemitraan antara lembaga pembangunan, donor dan pemerintah diperlukan dalam

keberhasilan kegiatan keselamatan ibu. Kemitraan ini telah dilaksanakan di beberapa

daerah, menunjukkan kemitraan antara penyandang dana, pelayanan kesehatan

pemerintah dan  tokoh masyarakat. Komitmen nasional terhadap kesehatan ibu oleh

Page 8: Vera

Bapenas dan Depkes memberikan lingkungan yang mendukung pelayanan kesehatan

ibu. Pemerintah telah menempatkan satu bidan disetiap desa dengan mendidik 55.000

bidan didesa dalam kurun waktu delapan tahun. Pondok bersalin desa dilayani oleh

bidan, dukun bayi, dan kader disediakan untuk memberikan pelayanan antenatal dan

persalinan ditingkat desa.

Disamping itu, kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi dilaksanakan untuk

mendukung kegiatan ini serta disediakan sarana komunikasi radio dengan fasilitas merespon

obstetri gawat. Agar upaya keselamatan ibu tidak hanya sekedar retorika tetapi menjadi

kenyataan diperlukan komitmen kuat dari penentu kebijakan, pengelola program dan

masyarakat. Implikasi program keselamatan ibu mencakup hal berikut:

1.    Menjamin kehadiran tenaga kesehatan pada setiap persalinan;

2.    Memperluas akses terhadap pelayanan kebidanan di tingkat masyarakat;

3.    Meningkatkan akses terhadap pelayanan obstetri esensial, termasuk pelayanan gawat

darurat;

4.    Menyediakan pelayanan terpadu kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana

dan pelayanan pasca aborsi;

5.    Menjamin kesinambungan pelayanan yang berhubungan dengan sarana rujukan dan

didukung oleh bahan habis pakai, alat, obat dan transportasi yang memadai.

Beberapa kegiatan dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)  yaitu :

1.    Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, melalui :

a.    Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan

tenaga bidan di desa, kesinambungan keberadaan bidan desa, penyediaan

fasilitas pertolongan persalinan pada polindes/pustu dan puskesmas,

kemitraan bidan dan dukun bayi, serta berbagai pelatihan bagi petugas.

Page 9: Vera

b.    Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai

standar, antara lain bidan desa di polindes, puskesmas PONED (Pelayanan

Obstetri Neonatal Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan

Obstetri Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam.

c.    Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan

komplikasi keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah

terjadinya 4 terlalu, pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca

keguguran, pelayanan asuhan pasca keguguran dan meningkatkan

partisipasi aktif pria.

d.    Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan jalan

menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI,

PPNI), Perinasia, PMI, LSM dan berbagai swasta.

e.    Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara lain

dalam bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya,

pencegahan terlambat 1 dan 2, serta menyediakan buku KIA. Kesiapan

keluarga dan masyarakat dalam menghadapi persalinan dan

kegawatdaruratan (dana, transportasi, donor darah), jaga selama hamil,

cegah 4 terlalu, penyediaan dan pemanfaatan yankes ibu dan bayi,

partisipasi dalam jaga mutu pelayanan

2.    Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan

kemampuan pengelola program agar mampu melaksanakan, merencanakan dan

mengevaluasi kegiatan sesuai kondisi daerah.

3.    Sosialisasi dan advokasi , melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan

data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk

sosialisasi dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan agar lebih berpihak kepada

kepentingan ibu dan anak.

Page 10: Vera

Melalui berbagai upaya antara lain peningkatan pelayanan kesehatan, peningkatan

kemampuan petugas serta melalui dukungan dan kemitraan berbagai pihak akan sangat

menentukan upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI).

Selain hal-hal yang sudah disampaikan di atas, diperlukan juga strategi berbasis

masyarakat yang akan mendukung tercapainya tujuan upaya keselamatan ibu meliputi:

1.    Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan pelaksana pelayanan setempat,

dalam upaya memperbaiki kesehatan ibu.

2.    Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga dan dukun/pengobat untuk

mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.

3.    Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang

komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari pertolongan.

Konsep pengembangan sistem informasi dan pola rujukan dalam peningkatan upaya

kesehatan ibu dapat dimulai dari dukun bayi yang masih menjadi ujung tombak dalam

pelayanan persalinan diharapkan telah menjadi bagian tenaga pendampingan yang menjadi

bagian integral kemitraan pelayanan persalinan. Penemuan kasus persalinan akan dirujuk oleh

dukun bayi ke bidan desa yang kemudian akan dirujuk kepada tingkat yang lebih tinggi

(dokter/bidan ditingkat Puskesmas, dokter/bidan rumah sakit tingkat kabupaten/kota dan

dokter/bidan rumah sakit tingkat propinsi). Namun demikan alur informasi dapat dirujuk ke

jenjang lebih tinggi mengingat kasus kematian persalinan masih banyak terjadi karena

keterlambatan dalam memberikan pertolongan persalinan.

Promosi kesehatan dalam sistem informasi diarahkan bagaimana informasi tentang

persalinan secepat mungkin sampai kepada masyarakat, tenaga kesehatan yang menolong

persalinan sehingga tindakan dini dapat dilakukan dalam menolong persalinan.

Media komunikasi seperti keberadaan handpone saat ini dapat dijadikan sebagai sarana

dalam menyampaikan informasi persalinan kepada bidan yang akan menolong persalinan.

Demikian juga untuk daerah yang sudah maju Dinas Kesehatan perlu merancang media

informasi yang dapat diakses secara online melalui pembuatan website tentang kesehatan ibu

dan anak. Sehingga melalui website ini masyarakat dapat dengan mudah memperoleh

Page 11: Vera

informasi tentang kesehatan termasuk informasi tentang peningkatan upaya keselamatan ibu

dalam proses persalinan.

PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan merupakan

pendekatan yang perlu dikembangkan terus dalam kegiatan kesehatan masyarakat terutama

dalam upaya peningkatan promosi kesehatan dalam hal ini peningkatan keselamatan ibu.

Melalui kemitraan dapat digali berbagai potensi yang ada di masyarakat untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Pelaksanaan kemitraan dilaksanakan melalui pendekatan win-

win solution.

Kemitraan bukan sekedar bekerjasama tetapi dengan saling menghargai, saling

mempercayai dan saling menguntungkan serta kesediaan untuk sharing of power and

resources. Melalui pendekatan kemitraan seperti di atas dapat digalang berbagai potensi yang

ada di masyarakat untuk menanggulangi berbagai masalah kesehatan terutama masalah

kematian ibu.

Para penentu kebikakan perlu  mengembangkan kebijakan kesehatan yang dapat

memfasilitasi berkembangnya kemitraan dalam upaya kesehatan. Oleh karena itu seluruh

elemen masyarakat harus berpikir yang sama memikirkan jalan yang benar dalam

meningkatkan upaya promosi kesehatan dan bukan memikirkan jalan yang mudah tetapi tidak

menyentuh akar permasalahannya dan  kita harus mengobati akar permasalahannya bukan

mengobati gejala-gejala yang ada.

 

THINK BIG, START SMALL, ACT NOW

 

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi III, PT. Bina Rupa Aksara, Jakarta: 1996.

Budioro B., Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang: 1997.

Page 12: Vera

Ditjen PKM, Pendekatan Kemasyarakatan, Depkes RI, Jakarta : 1997

Notoatmodjo, Soekidjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta: 2003.

Notoatmodjo, Soekidjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta: 1997.

Page 13: Vera

KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN

KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN 

DISUSUNOLEH

 YUFLIHUL KHAIR

07010768  

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI KESEHATAN ( STIKES)

MATARAM

2009/2010

Page 14: Vera

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi masyarakat yang diharapkan. Meskipun di dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat termasuk perawat spesialis komunitas perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.

Salah satu intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yang belum banyak digali adalah kemampuan perawat spesialis komunitas dalam membangun jenjang kemitraan di masyarakat. Padahal, membina hubungan dan bekerja sama dengan elemen lain dalam masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang memiliki pengaruh signifikan pada keberhasilan program pengembangan kesehatan masyarakat (Kahan & Goodstadt, 2001). Pada bagian lain Ervin (2002) menegaskan bahwa perawat spesialis komunitas memiliki tugas yang sangat penting untuk membangun dan membina kemitraan dengan anggota masyarakat. Bahkan Ervin mengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai sebuah sumber daya yang perlu dioptimalkan (community-as-resource), dimana perawat spesialis komunitas harus memiliki keterampilan memahami dan bekerja bersama anggota masyarakat dalam menciptakan perubahan di masyarakat.

Page 15: Vera

B.   Tujuan

Adapun tujuan pembelajaran dari kemitraan dalam promosi dan pendidikan kesehatan yaitu :

1. Perawat dapat mengetahui pengertian dari kemitraan dalam pendidikan dan promosi kesehatan.

2. Perawat dapat mengetahui dan menerapkan  prinsip-prinsip kemitraan dalam pendidikan dan promosi kesehatan di masyarakat..

3. Perawat dapat mengetahui dan menjelaskan model-model dalam kemitraan.

4. Perawat dapat mengetahui dan menerapkan kerangka berpikir dalam kemitraan.

Page 16: Vera

BAB II

PEMBAHASAN

KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN

A.   Pengertian Kemitraan

1. Adanya interaksi dua pihak atau lebih, dimana kedua belah pihak merupakan mitra atau partner.

2. Penggabungan dari berbagai unsur untuk mencapai sesuatu sasaran/ tujuan yang tidak dapat sepenuhnya dicapai secara efektif dan efisien hanya oleh salah satu unsur saja.

3. Hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan ( memberi manfaat ).

4. Upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok, masyarakat, lembaga pemerintah atau non pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan peran masing-masing.

5. Suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk bekerja sama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan

6. Adalah suatu bentuk ikatan bersama antara dua atau lebih pihak yang bekerjasama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagi kewenangan dan tanggung jawab dalam bidang kesehatan, saling mempercayai, berbagi pengelolaan, investasi dan sumber daya untuk program kesehatan, memperoleh keuntungan bersama dari

kegiatan yang dilakukan.

Indonesia sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh departemen kesehatan, mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkunganan prilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Untuk mewujudkan visi tersebut telah ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan yang harus dilaksanakan beriringan :

1. Mengerakkan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan

terjangkau4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta

lingkungannya.

Page 17: Vera

Untuk merealisasi visi ini, jelas tidak dapat terwujud jika dibebankan pada sektor kesehatan saja karena kesehatan merupakan dampak dari pembangunan dari semua faktor pembangunan, oleh karena itu semua sektor harus saling bahu membahu mewujudkan misi Indonesia Sehat 2010. memang Departemen Kesehatan yang paling bertanggung jawab namun dalam mengimplementasi kebijakan dan program, intervensi harus bersama sama dengan sektor lain baik pemerintah maupun swasta. Dengan kata lain sektor kesehatan merupakan pemrakarsa dalam menjalin kerjasama atau kemitraan ( partnership ) dengan sektor terkait.

Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan ujian bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing. Dengan demikian untuk membangun kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus ada kesepekatan misi , visi, tujuan dan nilai yang sama harus berpijak pada landasan yang sama, kesediaan untuk berkorban.

B.   Syarat Kemitraan

1. Kesamaan perhatian ( common interest )

Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harus merasa mempunyai perhatian dan kepentingan bersama. Tanpa adanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatu masalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upaya-upaya informasi dan advokasi secara intensif.

2. Saling mempercayai dan menghormati

Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan  antar manusia, kesehatan harus mampu menimbulkan trust bagi partnernya

3. Saling menyadari pentingnya arti kemitraan

Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi

4. Kesepakatan Visi, misi, tujuan dan nilai

Page 18: Vera

Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakati bersama, dan akan sangat memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas

lapangan

C.   Prinsip Kemitraan

1.    Saling menguntungkan (mutual benefit)

Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat dari kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan

2.  Pendekatan berorientasi hasil

Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi pada tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis pada kemampuan efektif dan kapasitas operasional yang konkrit

3.  Keterbukaan (transparansi)

                        Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan m-amsainsging anggota mitra harus diketahhui oleh anggota yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan menekankan konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan transparansi, termasuk transparansi finansial, membantu meningkatkan kepercayaan antar organisasi

4.  Kesetaraan

     Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan membutuhkan rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan kekuatan. Para peserta harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain serta memahami  keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran pendapat yang konstruktif

Page 19: Vera

5.  Tanggung Jawab

Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang relevan dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat, kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap penyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan

6.  Saling Melengkapi

Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas kelebihan-kelebihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang lain. Kapasitas lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang. Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa harus diatasi

D.   Kerangka Berpikir Dalam Kemitraan

1. Penjajakan

Penting dilakukan penjajakan dengan calon mitra

2. Penyamaan persepsi

Perlu pertemuan awal untuk penyamaan persepsi

3. Pengaturan peran

Pengaturan peran harus dibicarakan dan disepakati bersama

4. Komunikasi intensif

Komunikasi antar mitra sangat diperlukan, agar apabila terdapat permasalahan di lapangan dapat dilakukan penanganan dengan cepat

5. Melaksanakan kegiatan

Page 20: Vera

Harus dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana kerja tertulis

6. Pemantauan dan penilaian

Perlu disepakati sejak awal tentang cara pemantauan dan penilaian.

E.   Model Kemitraan

Terdapat lima model kemitraan yang cenderung dapat dipahami sebagai sebuah ideologi kemitraan, sebab model tersebut merupakan azas dan nafas kita dalam membangun kemitraan dengan anggota masyarakat lainnya. Model kemitraan tersebut antara lain:

1. Kepemimpinan (manageralism) (Rees, 2005),

2. Pluralisme baru (new-pluralism),

3. Radikalisme berorientasi pada negara (state-oriented radicalism),

4. Kewirausahaan (entrepreneurialism) dan

5. Membangun gerakan (movement-building) (Batsler dan Randall, 1992).

Berkaitan dengan praktik keperawatan komunitas di atas, maka model kemitraan yang sesuai untuk mengorganisasi elemen masyarakat dalam upaya pengembangan derajat kesehatan masyarakat dalam jangka panjang adalah model kewirausahaan (entrepreneurialism). Model kewirausahaan memiliki dua prinsip utama, yaitu prinsip otonomi (autonomy) kemudian diterjemahkan sebagai upaya advokasi masyarakat dan prinsip penentuan nasib sendiri (self-determination) yang selanjutnya diterjemahkan sebagai prinsip kewirausahaan.

Menurut penulis model kewirausahaan memiliki pengaruh yang strategis pada pengembangan model praktik keperawatan komunitas dan model kemitraan dalam pengorganisasian pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia. Praktik keperawatan mandiri atau kelompok hubungannya dengan anggota masyarakat dapat dipandang sebagai sebuah institusi yang memiliki dua misi sekaligus, yaitu sebagai institusi ekonomi dan institusi yang dapat memberikan pembelaan pada kepentingan masyarakat terutama berkaitan dengan azas keadilan sosial dan azas pemerataan bidang kesehatan. Oleh karenanya praktik keperawatan sebagai institusi sangat terpengaruh dengan dinamika perkembangan masyarakat (William, 2004; Korsching & Allen, 2004), dan perkembangan kemasyarakatan tentunya juga akan mempengaruhi bentuk dan konteks kemitraan yang berpeluang dikembangkan (Robinson,

Page 21: Vera

2005) sesuai dengan slogan National Council for Voluntary Organizations (NCVO) yang berbunyi : “New Times, New Challenges” (Batsler dan Randall, 1992).

Pada bagian lain, saat ini mulai terlihat kecenderungan adanya perubahan pola permintaan pelayanan kesehatan pada golongan masyarakat tertentu dari pelayanan kesehatan tradisional di rumah sakit beralih ke pelayanan keperawatan di rumah disebabkan karena terjadinya peningkatan pembiayaan kesehatan yang cukup besar dibanding sebelumnya (Depkes RI, 2004a, 2004b; Sharkey, 2000; MacAdam, 2000). Sedangkan secara filosofis, saat ini telah terjadi perubahan “paradigma sakit” yang menitikberatkan pada upaya kuratif ke arah “paradigma sehat” yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996). Sehingga situasi tersebut dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan praktik keperawatan komunitas beserta pendekatan kemitraan yang sesuai di Indonesia.

1.    Pengembangan Kesehatan Masyarakat

Nies dan Mc. Ewan (2001) mendeskripsikan pengembangan kesehatan masyarakat (community health development) sebagai pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat yang mengkombinasikan konsep, tujuan, dan proses kesehatan masyarakat dan pembangunan masyarakat. Dalam pengembangan kesehatan masyarakat, perawat spesialis komunitas mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan kemudian mengembangkan, mendekatkan, dan mengevaluasi tujuan-tujuan pembangunan kesehatan melalui kemitraan dengan profesi terkait lainnya (Nies & Mc.Ewan, 2001; CHNAC, 2003; Diem & Moyer, 2004; Falk-Rafael, et al.,1999).

Bidang tugas perawat spesialis komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Menurut Nies dan McEwan (2001), perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat (community development).

Tujuan dari penggunaan model pengembangan masyarakat adalah :

Page 22: Vera

1. agar individu dan kelompok-kelompok di masyarakat dapat berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses keperawatan, dan

2. perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya di masa mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter, 1991).

Menurut Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatan komunitas adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian fungsional klien / komunitas melalui pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya sendiri. Pengembangan kognisi dan kemampuan masyarakat difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi masyarakat terhadap permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan partisipasi aktif masyarakat.

Perawat spesialis komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi upaya kesehatan masyarakat. Anderson dan McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangkan model keperawatan komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra (community as partner model). Fokus dalam model tersebut menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan komunitas, yaitu (1) lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan, dan (2) proses keperawatan.

Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis komunitas dengan masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Kreuter, Lezin, & Young, 2000). Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat (Schlaff, 1991; Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan koalisi perawat spesialis komunitas-masyarakat (Bracht, 1990).

2.    Model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat

Menurut Hitchcock, Scubert, dan Thomas (1999) fokus kegiatan promosi kesehatan adalah konsep pemberdayaan (empowerment) dan kemitraan (partnership). Konsep

Page 23: Vera

pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru. Sedangkan kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Mapanga & Mapanga, 2004)

Pemberdayaan, kemitraan dan partisipasi memiliki inter-relasi yang kuat dan mendasar. Perawat spesialis komunitas ketika menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat maka ia juga harus memberikan dorongan kepada masyarakat. Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip “bekerja bersama” dengan masyarakat bukan “bekerja untuk” masyarakat, oleh karena itu perawat spesialis komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat (Yoo et. al, 2004). Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies & McEwan, 2001), namun perawat spesialis komunitas perlu membangun dan membina jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait (Robinson, 2005), misalnya: profesi kesehatan lainnya, penyelenggara pemeliharaan kesehatan, Puskesmas, donatur / sponsor, sektor terkait, organisasi masyarakat, dan tokoh masyarakat.

Berdasarkan hubungan elemen-elemen di atas, maka penulis mencoba untuk merumuskan sebuah model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat yang dijiwai oleh ideologi entrepreneurialisme. Model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat merupakan suatu paradigma yang memperlihatkan hubungan antara beberapa konsep penting, tujuan dan proses dalam tindakan pengorganisasian masyarakat yang difokuskan pada upaya peningkatan kesehatan (Hickman, 1995 dalam Nies & McEwan, 2001). Konsep utama dalam model tersebut adalah kemitraan, kesehatan masyarakat, nilai dan kepercayaan yang dianut, pengetahuan, partisipasi, kapasitas dan kepemimpinan yang didasarkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip kewirausahaan dan advokasi masyarakat.

Page 24: Vera

BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang terlibat, sumberdaya (3M) tersedia (input), pertemuan-pertemuan, lokakarya, kesepakatan bersama, seminat (proses), terbentuknya jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama (output), membaiknya indikator derajat kesehatan (outcome).

Fokus praktik keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat. Pengorganisasikan komponen masyarakat yang dilakukan oleh perawat spesialis komunitas dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan pendekatan pengembangan masyarakat (community development). Intervensi keperawatan komunitas yang paling penting adalah membangun kolaborasi dan kemitraan bersama anggota masyarakat dan komponen masyarakat lainnya, karena dengan terbentuknya kemitraan yang saling menguntungkan dapat mempercepat terciptanya masyarakat yang sehat.

Page 25: Vera

Model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat” merupakan paradigma perawat spesialis komunitas yang relevan dengan situasi dan kondisi profesi perawat di Indonesia. Model ini memiliki ideologi kewirausahaan yang memiliki dua prinsip penting, yaitu kewirausahaan dan advokasi pada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan azas keadilan sosial dan azas pemerataan.

Dalam tulisan ini telah disajikan analisis mengenai kemanfaatan model kemitraan keperawatan komunitas terhadap: keperawatan spesialis komunitas, sistem pendidikan keperawatan komunitas, regulasi, sistem pelayanan kesehatan, dan masyarakat serta implikasi model terhadap pengembangan kebijakan keperawatan komunitas dan promosi kesehatan di Indonesia.

B.   Saran-Saran

1.     Dapat dikembangkannya model praktik keperawatan komunitas yang terintegrasi antara praktik keperawatan dengan basis riset ilmiah.

2.     Mengenalkan model praktik keperawatan komunitas.

3.     Meningkatkan proses berpikir kritis dan pengorganisasian pengembangan kesehatan masyarakat

4.     Meningkatkan jejaring dan kemitraan dengan masyarakat dan sektor terkait

5.     Meningkatkan legalitas praktik keperawatan spesialis komunitas

6.     Mendorong praktik keperawatan komunitas yang profesional

Page 26: Vera

DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2009. Model Kemitraan Keperawatan Komunitas Dalam Pengembangan Kesehatan Masyarakat. Dinas Kesehatan kabupaten Ngawi (online).( http://www.dinkesngawi.net/ di akses 2 Oktober 2009).

Anonym. 2007. Prinsip-prinsip Kemitraan. Sebuah Pernyataan Komitmen . Global Humanitarian Platform (online). (www.globalhumanitarianplatform.org di akses 2 Oktober 2009)

Page 27: Vera

Promosi Kesehatan

PROMKESDefinisi sehat menurut WHO (47 & 54)>WHO 1947 dan UU no. ( / 1960-PK KESsehat yaitu kedaan sejahtera sempurna dari fiisk, mental, dan sosial yang tidak hanya terbatas pada bebas dari pnyakit / klemahan saja>WHO 1957sehat yaitu suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang di punyainya.>WHO 1986the proces of enabling people to increase control over and to improve theirnhealth

Macam-macam pendekatan yg ada dlm bina suasana-pendekatan individu : individu2 tkoh masy. mnyebarluaskn opini positif thadap perilaku yg d perkenalkan,cth, pemuka agama rajin 3M-pdktn kelompok : spt pengurus RT, RW, majelis pengajian, organisasi profesi-Pdktn Masy. umum : masy umum mbina dan mmanfaatkn radio, tv, kooran agar mjd peduli thdp apa yg d kenalkn

hal yg harus d perhatikan dl strategi promkes,a. integrasi dg program keshtnb. saling mnguntungkanc. pddkn tatananhub. hari kesehatn nasional 12 november 1955 dg promkes :pada hari kesehatn nasional 12 november 1955 erat kaitannya dg merubah pola tradisional dlm promkes u/ mciptakan kmitraan sbg upaya promkes o/ pmerinthh n swastadg tujuan :- mningkatkn tg.jwb sosial thdp kshtn- mningkatkn investasi u/ pmbangunann kshtn- mningkatkn kmitraan kshtn- mningkatkn kmampuan perorangann pmberdayaan mash d bidang kshtn- mningkatkan infrastruktur promkes

tujuan dari kemitraan.     1) Tujuan umum: a. Meningkatkan percepatanb.            Efektifitas, kuantitas dilakukan efektif atau tidakc. Efisiensi

Page 28: Vera

    2) Tujuan khusus:a.            Menyamakan persepsi dan meningkatkan pemahaman untuk mencapai Indonesia sehat

2010b.            Memperluas wawasan tentang kemitraanc. Mengembangkan gagasan bangkesd.            Menggalang sumber daya (dana, tenaga, sarana)e. Menjalin kemitraan dg bangkes prinsip kemitraan:

-kesetaraan-keterbukaan-saling menguntungkan

3 strategi dsr promkes:-integrasi dg program kshtn-landasan fakta-pndekatan tatanan

. Strategi promkesStrategi :

1.       Advokasi Advokasi adalah : Upaya atau proses untuk memperoleh komitmen, yang dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.

2.       Bina suasana Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan

3.       Gerakan pemberdayaan masyarakatPemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah upaya memampukan masyarakat sehingga mereka mempunyai daya/kekuatan untuk hidup mandiri di bidang kesehatan

4.       KemitraanKemitraan adalah hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan.Usaha pemerintah dalam pelaksanaan perilaku sehat1. Tekanan (enforcement)adalah upaya agar masyarakat merubah perilaku kesehatan dengan cara2 tekanan, paksaan atau koersi. Upaya ini diwujudkan dalam bentuk UU, instruksi, dan sangsi2.2. Edukasiadalah upaya agar masyarakat berperilaku sehat dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, memberikan informasi melalui pendidikan kesehatan.

7.  3 pendekatan dalam bina suasana1)      Bina suasana individu ditujukan pada individu-individu tokoh masyarakat, menyebarluaskan

opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan, misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3M, yaitu menguras, menutup dan mengubur untuk mencegah wabah demam berdarah

2)      Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok masyarakat, seperti pengurus RT, pengurus RW, Majelis pengajian, organisasi profesi, dll

Page 29: Vera

3)      Bina suasana masyarakat umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media komunikasi, seperti radio, tv, koran, dll, sehingga dapat tercipta pendapat umum, pendekatan ini diharapkan media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.

3 Prinsip dasar kemitraan1.       Kesetaraan          kepercayaan penuh         dihargai, dihormati         pengakuan, kemampuan2.       Keterbukaan          jujur         terbuka         tidak merahasiakan3.       Saling menguntungkan         keuntungan         manfaat

usaha pmerintah dlm plaksanaan prilaku sehat- preventif- promotif- curatif- mlindungi diri- aktf dlm grakan shtthe proces of enabling people to increase control over and to improve theirnhealth