uveitis rusydi 2

21
0 Laporan Kasus UVEITIS ANTERIOR Oleh: Rusydi Kamal 0608120089 Pembimbing: dr. Bagus Sidharto, Sp.M BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

Upload: rusydi-kamal

Post on 05-Jul-2015

460 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uveitis Rusydi 2

0

Laporan Kasus

UVEITIS ANTERIOR

Oleh:Rusydi Kamal

0608120089

Pembimbing: dr. Bagus Sidharto, Sp.M

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAUPEKANBARU

2011

Page 2: Uveitis Rusydi 2

1

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan

Uveitis adalah inflamasi yang terjadi pada uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid)

dengan berbagai penyebabnya. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang

inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Insidensi uveitis di seluruh dunia

diperkirakan sebesar 15 kasus/ 100.000 penduduk. Sekitar 75% dari seluruh insidensi uveitis

merupakan uveitis anterior.1,3

Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan bagian depan badan siliar (pars

plicata), kadang-kadang menyertai peradangan bagian belakang bola mata, kornea dan sklera.

Teori patogenesis uveitis anterior beragam, meliputi proses imunologik, komponen genetik,

penyakit infeksi mikroba, reaksi kompleks imun, reaksi toksik disebabkan oleh tumbuhan dan

obat-obatan dan infeksi fokal. Selama dekade terakhir terjadi perubahan pola etiologi uveitis

anterior ditemukan penyebab baru uveitis anterior dan akibat tindakan pembedahan dalam

bola mata dengan teknologi canggih. 1

Uveitis merupakan salah satu penyebab kebutaan. Morbiditas akibat uveitis terjadi

karena terbentuknya sinekia posterior sehingga menimbulkan peningkatan tekanan intra

okuler dan gangguan pada nervus optikus. Selain itu, dapat timbul katarak akibat penggunaan

steroid. Oleh karena itu, diperlukan penanganan uveitis yang meliputi anamnesis yang

komprehensif, pemeriksaan fisik dan oftalmologis yang menyeluruh, pemeriksaan penunjang

dan penanganan yang tepat. 2,4

II. Anatomi Uvea

Uvea terdiri atas iris, korpus siliaris, dan khoroid. Bagian ini tersusun atas serabut

saraf, jaringan ikat, otot dan lapisan vaskular tengah mata yang ikut memasok darah ke

retina.2

Page 3: Uveitis Rusydi 2

2

Gambar 1. Anatomi mata.

(Dikutip dari kepustakaan 8)

Iris merupakan kelanjutan dari badan silier berbentuk membran datar. Dalam stroma

iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Konstriksi iris diakibatkan aktivitas parasimpatik

dan dilatasi ditimbulkan oleh aktivitas simpatik. 2,5

Korpus siliaris merupakan bagian uvea yang terletak diantara iris dan koroid. Terdiri

atas suatu zona anterior yang berombak-ombak yaitu pars plikata, dan zona posterior yang

datar disebut pars plana. Prosesus siliaris berasal dari pars plikata yang berfungsi sebagai

pembentuk humor aquaeus. Muskulus siliaris berperan dalam mengubah tekanan pada kapsul

lensa sehingga mempunyai berbagai fokus. 2

Khoroid merupakan bagian uvea yang paling luas dan terletak diantara retina dan

sklera, terdiri atas anyaman pemuluh darah. Lapisan koroid dari luar ke dalam berturut-turut

adalah suprakoroid, pembuluh darah koriokapiler dan membran Brunch. 2

Gambar 2. Anatomi uvea.

(Dikutip dari kepustakaan 8)

Page 4: Uveitis Rusydi 2

3

III. Definisi

Uveitis anterior adalah peradangan yang terjadi di uvea bagian anterior yang meliputi

iris dan bagian anterior badan silier. Uveitis anterior disebut juga iritis jika inflamasi terjadi

pada iris, disebut iridosiklitis apabila inflamasi mengenai iris dan bagian anterior badan

silier.2

IV. Epidemiologi

Insidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang dan sekitar 75% merupakan uveitis

anterior. Penderita umumnya berada pada usia 20-50 tahun. Setelah usia 70 tahun, angka

kejadian uveitis mulai berkurang. Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit

sistemik terkait seperti spondilitis ankilosa, penyakit Reiter, sarkoidosis, dan arthritis. Sekitar

20% pasien spondilitis ankilosa dan 40% pasien penyakit Reiter akan mengalami uveitis

anterior akut. Selain penyakit sistemik uveitis juga disebabkan oleh infeksi dan penyakit

okular lain. 3,6

V. Klasifikasi

Berdasarkan patologinya uveitis anterior dibedakan menjadi non-granulomatosa dan

granulomatosa. Uveitis anterior non-granulomatosa umumnya tidak dapat ditemukan

organisme patogen dan berespon baik terhadap kortikosteroid, diduga peradangan ini adalah

suatu fenomena hipersensitivitas. Uveitis anterior granulomatosa biasanya jarang ditemukan

dan pada jenis ini umumnya mengikuti invasi mikroba aktif ke jaringan oleh organisme

penyebab.5

Perbedaan antara uveitis anterior non-granulomatosa dengan granulomatosa dapat

dilihat pada tabel berikut ini.5

Kharakteristik Non-granulomatosa GranulomatosaOnset Akut tersembunyiSakit Nyata Tidak ada atau ringan

Fotofobia Nyata RinganPengelihatan kabur Sedang Nyata

Merah sirkum-korneal Nyata RinganPresipitat keratik Putih halus Kelabu besar

Pupil Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teraturSinekia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang

Nodul iris Kadang-kadang Kadang-kadangTempat Uvea anterior Uvea anterior dan posterior

Perjalanan Akut MenahunRekurensi Sering Kadang-kadang

VI. Etiologi

Page 5: Uveitis Rusydi 2

4

Penyebab uveitis anterior: 5,6

1) Autoimun : arthritis rheumatoid juvenilis, spondilitis ankilosa, sindrom Reiter, colitis

ulserativa, uveitis terinduksi lensa, sarkoidosis, penyakit Crohn, psoriasis

2) Infeksi : sifilis, tuberkulosis, lepra (Morbus Hansen), herpes zoster, herpes simpleks,

onkoserkiasis, adenovirus

3) Keganasan : sindrom Masquerade, retinoblastoma, leukimia, limfoma, melanoma maligna

4) Lain-lain : idiopatik, uveitis traumatika, ablasio retina, iridosiklitis heterokromik Fuchs,

gout, krisis glaukomatosiklitik

VII. Manifestasi klinis

Gejala subyektif 1,3

1) Nyeri :

• Uveitis anterior akut

Nyeri disebabkan oleh iritasi saraf siliar bila melihat cahaya dan penekanan saraf siliar

bila melihat dekat. Sifat nyeri menetap atau hilang timbul. Lokalisasi nyeri bola mata,

daerah orbita dan kraniofasial. Nyeri ini disebut juga nyeri trigeminal. Intensitas nyeri

tergantung hiperemi iridosiliar dan peradangan uvea serta ambang nyeri pada penderita,

sehingga sulit menentukan derajat nyeri.

• Uveitis anterior kronik

Nyeri jarang dirasakan oleh penderita, kecuali telah terbentuk keratopati bulosa akibat

glaukoma sekunder.

2) Fotofobia dan lakrimasi1,3

• Uveitis anterior akut dan subakut

Fotofobia disebabkan spasmus siliar dan kelainan kornea bukan karena sensitif

terhadap cahaya. Lakrimasi disebabkan oleh iritasi saraf pada kornea dan siliar, jadi

berhubungan erat dengan fotofobia.

• Uveitis anterior kronik

Gejala subjektif ini hampir tidak ada atau ringan.

3) Kabur1,3

Page 6: Uveitis Rusydi 2

5

Derajat kekaburan bervariasi mulai dari ringan sedang, berat atau hilang timbul,

tergantung penyebab.

• Uveitis anterior akut

Disebabkan oleh pengendapan fibrin, edema kornea, kekeruhan akuos dan badan kaca

depan karena eksudasi sel radang dan fibrin.

• Uveitis anterior residif atau kronik

Disebabkan oleh kekeruhan lensa, badan kaca, dan kelainan kornea seperti edema,

lipatan Descemet, vesikel epitel dan keratopati.

Gejala obyektif 1,3

1) Hiperemi

• Uveitis anterior akut

Merupakan tanda patognomonik dan gejala dini. Bila hebat hiperemi dapat meluas

sampai pembuluh darah konjungtiva.

• Uveitis anterior hiperakut

Selain dari hiperemi dapat disertai gambaran skleritis dan keratitis marginalis. Hiperemi

sekitar kornea disebabkan oleh peradangan pada pembuluh darah siliar depan dengan

refleks aksonal dapat difusi ke pembuluh darah badan siliar.

2) Keratik presipitat

Terjadi karena pengendapan agregasi sel radang dalam bilik mata depan pada endotel

kornea akibat aliran konveksi akuwos humor, gaya berat dan perbedaan potensial listrik

endotel kornea.

3) Bilik mata

Kekeruhan dalam bilik depan mata dapat disebabkan oleh meningkatnya kadar protein,

sel, dan fibrin.

Sel

Sel radang berasal dari iris dan badan siliar.

Jenis sel :

limfosit dan sel plasma bulat, mengkilap putih keabuan

makrofag lebih besar, wama tergantung bahan yang difagositosis

sel darah berwarna merah

pigmen kecil dan coklat

Fibrin

Page 7: Uveitis Rusydi 2

6

Dalam humor akuos berupa gelatin dengan sel, berbentuk benang atau bercabang,

wama kuning muda, jarang mengendap pada kornea.

Hipopion

Merupakan pengendapan sel radang pada sudut bilik mata depan bawah. Pengendapan

terjadi bila derajat sel dalam bilik depan lebih dari 4+.

Hipopion dapat ditemui pada uveitis anterior hiperakut dengan sebutan sel lekosit

berinti banyak, biasanya karena rematik, juga pada penyakit Behcet, dan

fakoanafilaktik.

4) Iris1,3

Hiperemi iris

Merupakan gejala bendungan pada pembuluh darah iris. Gambaran bendungan dan

pelebaran pembuluh darah iris kadang- kadang tidak terlihat karena ditutupi oleh

eksudasi sel.

Sinekia iris

Merupakan perlengkapan iris dengan struktur yang berdekatan pada uveitis anterior

karena eksudasi fibrin dan pigmen, kemudian mengalami proses organisasi sel radang

dan fibrosis iris.

Sinekia posterior

Merupakan perlengketan iris dengan kapsul depan lensa.

• Uveitis anterior akut: belum terjadi proses organisasi, sehingga sinekia

posterior lebih mudah lepas dengan midriatika, dengan meninggalkan jejak

pigmen sedikit banyak pada kapsul depan lensa.

• Uveitis anterior kronik: di mana sinekia posterior dibentuk oleh jaringan

fibrotik keabuan tanpa distorsi pupil tetapi dengan perubahan pinggir pupil.

Sinekia anterior

Perlengketan iris dengan sudut irido-kornea, jelas terlihat dengan gonioskopi.

Sinekia anterior timbul karena pada permulaan blok pupil schingga akar iris maju

ke depan menghalangi pengeluaran akuos, edema dan pembengkakan pada dasar

iris, sehingga setelah terjadi organisasi dan eksudasi pada sudut iridokornea

menarik iris ke arah sudut. Sinekia anterior bukan merupakan gambaran dini dan

determinan uveitis anterior, tetapi merupakan penyulit peradangan kronik dalam

bilik depan mata.

5) Perubahan pada lensa1,3

Page 8: Uveitis Rusydi 2

7

Dikenal 3 bentuk perubahan pada lensa akibat uveitis anterior, yaitu: pengendapan set

radang, pigmen dan kekeruhan lensa.

Pengendapan set radang

Akibat eksudasi ke dalam akuos di atas kapsul lensa terjadi pengendapan pada kapsul

lensa. Pada pemeriksaan lampu celah ditemui kekeruhan kecil putih keabuan, bulat,

menimbul, tersendirimatau berkelompok pada permukaan lensa.

Pengendapan pigmen

Bila terdapat kelompok pigmen yang besar pada permukaan kapsul depan lensa,

menunjukkan bekas sinekia posterior yang telah lepas. Sinekia posterior yang

meny,erupai lubang pupil disebut cincin dari Vossius.

Perubahan kejernihan lensa

Kekeruhan lensa disebabkan oleh toksik metabolik akibat peradangan uvea dan proses

degenerasi-proliferatif karena pembentukan sinekia posterior. Luas kekeruhan

tergantung padamtingkat perlengketan lensa-iris, hebat dan lamanya penyakit. Akibat

perlengketan iris terjadi pencairan serat.

6) Perubahan tekanan bola mata1,3

Tekanan bola mata pada uveitis anterior dapat rendah (hipotoni),

normal atau meningkat (hipertoni).

Hipotoni

• Uveitis anterior akut

Hipotoni timbul karena sekresi badan siliar berkurang karena peradangan.

• Uveitis anterior kronik

Hipotoni menetap karena perubahan badan siliar dan dapat mengakibatkan atrofi

bola mata.

Normotensi

Menunjukkan berkurangnya peradangan dan perbaikan bilik depan mata.

Hipertoni

Hipertoni dini ditemui pada uveitis hipertensif akibat blok pupil dan sudut irido-

kornea oleh sel radang dan fibrin yang menyumbat saluran Schlemm dan trabekula.

Page 9: Uveitis Rusydi 2

8

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 3. Tanda klinis uveitis anterior:

(a) dan (b) Injeksi perilimbus (silier),

(c) Keratik presipitat,

(d) Uveitis anterior dengan keratik presipitat dan nodul Busacca pada iris,

(e) Uveitis anterior dengan hipopion pada kamera okuli anterior,

(f) Sinekia posterior dengan pupil tampak ireguler.

(Dikutip dari kepustakaan 9 dan 10)

Page 10: Uveitis Rusydi 2

9

VIII. Penatalaksanaan

Terapi uveitis anterior bertujuan untuk mengatasi inflamasi dan nyeri, mencegah

penyulit yang dapat membahayakan pengelihatan, dan mengobati penyakit yang

melatarbelakanginya. Steroid dan midriatikum merupakan pilihan utama dan diberikan dalam

bentuk tetes mata. Steroid yang digunakan adalah golongan steroid kuat seperti

deeksametason, betametason, dan prednisolon. Komplikasi pemakaian steroid adalah

glaukoma, posterior subcapsular cataract, komplikasi kornea, dan efek samping sistemik.2

Mendilatasikan pupil dapat menghilangkan nyeri akibat spasme siliar dan mengatasi

serta mencegah sinekia posterior dengan memisahkannya dari kapsul anterior lensa. Dilatasi

dapat dicapai dengan midriatikum, misalnya tetes mata siklopentonat atau atropin.

Penyuntikan midriatikum subkonjungtiva membantu melepaskan sinekia yang resisten

terhadap midriatikum tetes mata.3

Pengobatan spesifik diperlukan jika kuman penyebab diketahui. Uveitis yang

penyebabnya autoimun perlu diberikan kortikosteroid sistemik disamping obat tetes mata

steroid dan midriatikum.2,5

IX. Komplikasi

Komplikasi terpeting yaitu terjadinya peningkatan tekanan intraokuler (TIO) akut

yang terjadi sekunder akibat blok pupil (sinekia posterior), inflamasi, atau penggunaan

kortikosteroid topikal. Sinekia posterior yang meluas dapat menyebabkan glaukoma sekunder

sudut tertutup dengan terbentuknya oklusi pupil dan penempelan iris ke depan (iris bombe)

serta terjadinya trabekulitis. Glaukoma sekunder juga sering terjadi pada uveitis akibat

tertutupnya trabekulum oleh sel radang atau sisa sel radang. Peningkatan tekanan intraokuler

dapat menyebabkan atrofi nervus optikus dan kehilangan pengelihatan permanen.1,4,5

Terjadinya inflamasi di bilik mata depan dan belakang menyebabkan terjadinya

penebalan dan opasifikasi lensa, menyebabkan kelainan refraksi minimal yang biasanya

mengarah ke myopia dan dapat berkembang menjadi katarak. Komplikasi lain dapat berupa

corneal band-shape keratopathy, pengerutan permukaan makula, edema diskus optikus dan

makula, edema kornea, dan retinal detachment. 1

Page 11: Uveitis Rusydi 2

10

Daftar Pustaka

1. Ardy H. Diagnostik Uveitis Anterior. Cermin dunia kedokteran 2003;87:47-54.

2. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata

FK UGM. 2007. 63-9.

3. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga.

2005. 85-94.

4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. 172-4.

5. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta:

Widya Medika. 2000. 155-60.

6. Scuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Intraocular inflammation and uveitis. American

Academy of Ophtalmology. 2009. LEO: San Fransisco. 101-13.

7. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan and Asbury’s General Ophtalmology 17 th. Jakarta:

EGC. 2010. 150-4.

8. Uveitis Org. [serial on the internet]. 2009 Mar 18 [cited 2011 May 28]. Available

from: http://www.uveitis.org/patient/glossary/t_z.html

9. BJO BMJ [serial on the internet]. 2008 Apr 12 [cited 2011 May 28]. Available from:

bjo.bmj.com/content/94/3/336.full.html

10. Al-Fawaz A, Roy H. Uveitis, Anterior, Nongranulomatous. Medscape Emedicine

[serial on the internet]. 2010 Feb 24 [cited 2011 May 28]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/798323-clinical

Page 12: Uveitis Rusydi 2

11

RAHASIA

STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. TA Pendidikan : SMA

Umur : 45 tahun Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Status : Menikah

Alamat : Kulim MRS : 22 Juni 2011

Pekerjaan : IRT MR : 716656

Keluhan Utama

Mata kiri merah dan kabur sejak 3 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 3 hari SMRS pasien mengeluhkan mata kiri merah dan terasa nyeri, disusul

dengan pandangan kabur. Pasien juga mengeluhkan pandangan silau terhadap cahaya dan

mata berair. Pasien tidak ada nyeri kepala, mual, muntah, demam dan flu.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat trauma pada mata (-)

- Riwayat alergi (-)

- Riwayat penyakit paru (-)

- Riwayat penyakit persendian (-)

- Riwayat penyakit THT (-)

- Riwayat sakit gigi (-)

- Riwayat operasi mata (-)

- Riwayat hipertensi (+), DM (+)

Riwayat pengobatan

- Pasien belum pernah berobat mengenai keluhannya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit seperti ini.

Page 13: Uveitis Rusydi 2

12

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

Vital Sign : TD : 200/120 mmHg

Nadi : 90 x/menit

Suhu : Afebris

Pembesaran KGB preauriculer : (-)

STATUS OPTHALMOLOGI

OD OS

20/20 Visus Tanpa Koreksi 20/30

Tidak dikoreksi Visus Dengan Koreksi Tidak dapat dikoreksi

Orthoforia Posisi Bola Mata Orthoforia

Bebas ke segala arah

Nyeri gerak (-)

Gerakan Bola Mata Bebas ke segala arah

Nyeri gerak (-)

Normal (palpasi) Tekanan Bola Mata Normal (palpasi)

Tenang Palpebra Tenang

Normal Konjungtiva / Sklera Injeksi silier (+)

Injeksi konjungtiva (+)

Jernih Kornea PK (+)

Dalam COADalam, hipema (-), hipopion (-)

Flare (+), Sel (+)

Bulat 3 mm,

Refleks cahaya langsung (+),

tidak langsung (+)

Iris/Pupil Pupil miosis ireguler 2 mm,

sinekia posterior

Refleks cahaya langsung (-),

tidak langsung (-)

Jernih Lensa Jernih

Page 14: Uveitis Rusydi 2

Miosis iregulerInjeksi silier & konjungtiva

13

Tidak dilakukan Fundus sulit dinilai

Gambar

Gambar pupil miosis ireguler dan sinekia posterior pada mata kiri pasien dengan Mydriatyl

KESIMPULAN/RESUME:

Pasien TA, perempuan, 45 tahun, keluhan utama mata kiri merah dan pandangan

kabur sejak 3 hari SMRS.

Dari pemeriksaan oftalmologi ditemukan mata merah dengan injeksi silier dan

konjungtiva, presepitat keratik, flare, pupil miosis, ireguler, dan sinekia posterior.

DIAGNOSIS KERJA:

Uveitis anterior OS

DIAGNOSIS BANDING:

- Konjungtivitis- Keratitis- Endoftalmitis- Panuveitis

Sinekia posterior

Page 15: Uveitis Rusydi 2

14

PEMERIKSAAN

- Darah rutin

- Hitung jenis leukosit

- Rontgen foto thoraks

- Konsultasi bagian gigi dan mulut

- Konsultasi bagian THT

- Konsultasi bagian Penyakit Dalam

ANJURAN PEMERIKSAAN

- USG mata

PENATALAKSANAAN

- Mydriatyl 4 x 1 tts OS

- Antibiotik steroid (Dexamethasone sodium sulphate + Neomycin Sulphate +

Polymixin B sulphate) tetes mata 6 x 1 tts OS

PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : bonam

Quo Ad Functionam : dubia ad bonam

Quo Ad Kosmetikum : bonam