usulan pengabdian kepada masyarakatsumber daya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas...
TRANSCRIPT
USULAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PEMBUATAN KONSEP PERENCANAAN PENGELOLAAN
LAHAN MENGGUNAKAN SISTEM AGROFORESTRI PADA
DAERAH PESISIR RAWA TERATE KABUPATEN MALANG
PENGUSUL:
Dr. Ir. Hery Setyobudiarso, M.Si (NIDN: 020066102)
Ir. Endro Yuwono,MT (NIDN: 0711026801)
Ir. M. Nurhadi,MT (NIDN: 0713045701)
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
Januari, 2017
HALAMAN PENGESAHAN
USUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Judul : Pembuatan Konsep Perencanaan Pengelolaan Lahan Menggunakan sistem Agroforestri Pada Daerah Pesisir Rawa Terate Kabupaten Malang
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 422/ Teknik Lingkungan
Bidang Unggulan PT : Pengelolaan Lingkungan
Topik Unggulan : Pengembangan berbagai teknologi dalam rangka
mengatasi pencemaran air
Ketua Peneliti:
Nama : Dr.Ir. Hery Setyobudiarso, M.Si
NIDN : 0020066102 Jabatan Fungsional : Lektor Program Studi : Teknik Lingkungan Nomer HP : 081334630990 Alamat surel (e-mail) : [email protected] Anggota Pengabdi(1)
Nama Anggota II : Ir. Endro Yuwono, MT
NIDN : 0711026801
Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Nasional Malang
Anggota Pengabdi (2)
Nama Anggota II : Ir. M. Nurhadi, MT
NIDN : 0713045701
Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Nasional Malang
Lama penelitian Keseluruhan : 1 Tahun
Penelitian Tahun ke : -
Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 6.675.000,-
Malang, 10 Januari 2017
Mengetahui
Dekan FTSP
Dr.Ir. Nusa Sebayang, MT
NIP.Y. 1018300054
Ketua Pengabdian
Dr.Ir. Hery Setyobudiarso, M.Si
NIP. 196106201991031002
Mengetahui
Ketua LPPM ITN Malang
Foury Handoko, ST,SS,MT,Ph.D
NIP.Y. 1030100359
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ............................................................................................................. BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1.1.Latar Belakang ................................................................................................. 1.2 .Tujuan ............................................................................................................. 1.3. Kegunaan ....................................................................................................... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... BAB III. MATERI DAN METODE PELAKSANAAN ..................................................... 3.1. Analisis Ketersediaan Lahan untuk Komoditas Tanaman unggulan daerah 3.2. Analisis Kesesuaian Lahan……………………………………………………………………… BAB IV. KONDISI FISIK DAN KONDISI EKSISTING ……………………………………………. 4.1. Kondisi Fisik .................................................................................................... 4.2. Kondisi Eksisting Desa Sitiarjo ........................................................................ DAFTAR PUSTAKA Lampiran
Abstrak
PEMBUATAN KONSEP PERENCANAAN PENGELOLAAN LAHAN MENGGUNAKANSISTEM AGROFORESTRI PADA DAERAH PESISIR RAWA TERATE
KABUPATEN MALANG Hery Setyobudiarso, Endro Yuwono, M. Nurhadi
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya
alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan
salah satu aset yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Sebagai modal dasar pembangunan sumberdaya alam harus
dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara-cara yang tidak merusak,
bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat
memelihara dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar
manfaatnya untuk pembangunan lebih lanjut di masa mendatang.
Ekosistem pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat
dengan ekosistem laut, dimana organism penghuninya berbaur antara organism
dari darat dan dari laut. Organisme tersebut berkumpul dalam suatu tempat
untuk saling berinteraksi, seperti pada daerah estuari, pantai berbatu, pantai
berpasir, hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang.
Pada pesisir pantai yang terdapat di daerah Kabupaten Malang dusun
Rowo Terate untuk penggunaan lahan pada bagian barrier yang ditanami antara
lain : tanaman cabe dan singkong namun dalam lahan yang ditanami tersebut
masih terjadi penjarahan ( pengambilan hasil tanaman oleh orang tidak dikenal )
, maka untuk menanggulangi masalah tersebut harus dilakukan pengelolaan
lahan dengan baik.
Kata Kunci: Ekosistem pesisir, agroforestri, sumberdaya alam.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya
alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan
salah satu aset yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Sebagai modal dasar pembangunan sumberdaya alam harus
dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara-cara yang tidak merusak,
bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat
memelihara dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar
manfaatnya untuk pembangunan lebih lanjut di masa mendatang.
Dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia perlu berdasar pada
prinsip ekofisiensi. Artinya tidak merusak ekosistem, pengambilan secara efisien
dalam memikirkan kelanjutan SDM. Pembangunan yang berkelanjutan bertujuan
pada terwujudnya keberadaan sumber daya alam untuk mendukung
kesejahteraan manusia. Maka prioritas utama pengelolaan adalah upaya
pelestarian lingkungan, supaya dapat mendukung kehidupan makhluk hidup. Bila
sumber daya alam rusak atau musnah kehidupan bisa terganggu.
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; kearah darat
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air
asin; sedangkan kearah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air
tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran.
Wilayah pesisir memiliki keunikan ekosistem. Wilayah ini sangat rentan
terhadap perubahan, baik karena diakibatkan oleh aktifitas daerah hulu maupun
karena aktifitas yang terjadi di wilayah pesisir itu sendiri.
BerdasarkanKeputusanMenteriKelautandanPerikananNomor:
KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan
PesisirTerpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana kea rah laut 12 mil dari
garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan
propinsi) untuk kabupaten/kota dan kearah darat batas administrasi
kabupaten/kota.
Ekosistem pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat
dengan ekosistem laut, dimana organism penghuninya berbaur antara organism
dari darat dan dari laut. Organisme tersebut berkumpul dalam suatu tempat
untuk saling berinteraksi, seperti pad daerah estuary, pantai berbatu, pantai
berpasir, hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang.
Pada pesisir pantai yang terdapat di daerah Kabupaten Malang dusun
Rowo Terate untuk penggunaan lahan pada bagian barrier yang ditanami
antaralain : tanaman cabe dan singkong. Namun dalam lahan yang ditanami
tersebut masih terjadi penjarahan ( pengambilan hasil tanaman oleh orang tidak
dikenal ) , maka untuk menanggulangi masalah tersebut harus dilakukan
pengelolaan lahan dengan baik.
Agroforestri adalah salah satu system pengelolaan lahan yang mungkin
dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih-guna
lahan tersebut di atas dan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan.
Agroforestri, sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian
dan kehutanan, berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan system
agroforestri yang telah dipraktekkan petani sejak dulu kala. Secara sederhana,
agroforestri berarti menanam pepohonan di lahan pertanian, dan harus diingat
bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya (subyek). Dengan
demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan
biofisik saja tetapi juga masalahs osial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah
dari waktu kewaktu, sehingga agroforestri merupakan cabang ilmu yang dinamis.
1.2. Tujuan Pengabdian
Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat ini yaitu untuk mengetahui
ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan tersedia untuk pengembangan
tanaman unggulan (khas) di Rawa Terate, Desa Sitiarjo, Kecamatan
Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
1.3. Keguanaan pengabdian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Definisi Wilayah Pesisir
Perairan pesisir adalah daerah pertemuan darat dan laut, dengan batas
darat dapat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang
masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan
intrusi air laut. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari
daerah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang
terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar.
Definisi wilayah seperti diatas memberikan suatu pengertian bahwa
ekosistem perairan pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai
kekayaan habitat beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi.
Selain mempunyai potensi besar wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang
mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan
secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap
ekosistem perairan pesisir (Dahuri et al., 2001).
Menurut Dahuri et al. (2001), hingga saat ini masih belum ada definisi
wilayah pesisir yang baku. Namun demikian, terdapat kesepakatan umum di
dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan
lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coast line), maka wilayah pesisir
mempunyaidua macam batas (boundaries) yaitu batas yang sejajar garis pantai
(long shore) dan batas yang tegak lurus garis pantai (cross shore).
Untuk kepentingan pengelolaan, batas ke arah darat suatu wilayah pesisir
ditetapkan dalam dua macam, yaitu wilayah perencanaan (planning zone) dan
batas untuk wilayah pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan keseharian
(day-to-day management). Batas wilayah perencanaan sebaiknya meliputi
seluruh daerah daratan dimana terdapat kegiatan manusia (pembangunan) yang
dapat menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan sumberdaya
di wilayah pesisir dan lautan, sehingga batas wilayah perencanaan lebih luas
dariwilayah pengaturan.
Dalam day-to-day management, pemerintah atau pihak pengelola
memiliki kewenangan penuh untuk mengeluarkan atau menolak izin kegiatan
pembangunan. Sementara itu, bila kewenangan semacam ini berada di luar batas
wilayah pengaturan (regulation zone), maka akan menjadi tanggung jawab
bersama antara instansi pengelola wilayah pesisir dalam regulation zone dengan
instansi/lembaga yang mengelola daerah hulu atau laut lepas.
2.2 Karakteristik Ekositem Pesisir
Karakteristik dari ekosistem pesisir adalah mempunyai beberapa jumlah
ekosistem yang berada di daerah pesisir. Contoh ekosistem lain yang ikut
kedalam wilayah ekosistem pesisir adalah ekosistem mangrove, ekosistem lamun
( seagrass ), dan ekosistem terumbu karang. Dari ekosistem pesisir ini, masing
masing ekosistem mempunyai sifat- sifat dan karakteristik yang berbeda beda.
Berikut merupakan penjelasan dari ekosistem pesisir dan faktor pendukungnya :
1. Pasang Surut
Daerah yang terkena pasang surut itu brmacam – macam antara lain gisik,
rataan pasang surut. Lumpur pasang surut, rawa payau, delta, rawa
mangrove, dan padang rumput (sea grass beds). Rataan pasut adalah suatu
mintakat pesisir yang pembentukannya beraneka, tetapi umumnya halus,
pada rataan pasut umumnya terdapat pola sungai yang saling berhubungan
dan sungai utamanya halus, dan masih labil. Artinya Lumpur tersebut dapat
cepat berubah apabila terkena arus pasang. Pada umumnya rataan pasut
telah bervegetasi tetapi belum terlalu rapat, sedangkan lumpur pasut belum
bervegetasi.
2. Estuaria.
Menurut kamus (Oxford) eustaria adalah muara pasang surut dari sungai
yang besar. Batasan yang umum digunakan saat sekarang, eustaria adalah
suatu tubuh perairan pantai yang semi tertutup, yang mempunyai hubungan
bebas dengan laut terbuka dan didalamnya ait laut terencerkan oleh air
tawar yang berasal dari drainase daratan. Eustaria biasanya sebagai pusat
permukiman berbagai kehidupan. Fungsi dari eustaria cukup banyak antara
lain : merupakan daerah mencari ikan, tempat pembuangan limbah, jalur
transportasi, sumber keperluan air untuk berbagai industri dan tempat
rekreasi.
3. Hutan Mangrove
Hutan mangrove dapat diketemukan pada daerah yang berlumpur seperti
pada rataan pusat, Lumpur pasut dan eustaria, pada mintakat litoral.
Agihannya terutama di daerah tropis dan subtropis, hutan mangrove kaya
tumbuhan yang hidup bermacam – macam, terdiri dari pohon dan semak
yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Species mangrove cukup banyak 20 –
40 pada suatu area dan pada umumnya dapat tumbuh pada air payau dan
air tawar. Fungsi dari mangrove antara lain sebagai perangkap sedimen dan
mengurangi abrasi.
4. Padang Lamun (Sea Grass Beds)
Padang lamun cukup baik pada perairan dangkal atau eustaria apabila sinar
matahari cukup banyak. Habitanya berada terutama pada laut dangkal.
Pertumbuhannya cepat kurang lebih 1.300 – 3.000 gr berat kering/m2/th.
Padang lamun ini mempunya habitat dimana tempatnya bersuhu tropis atau
subtropics. Ciri binatang yang hidup di padang lamun antara lain:
a. Yang hidup di daun lamun
b. Yang makan akar canopy daun
c. Yang bergerak di bawah canopy daun
d. Yang berlindung di daerah padang lamun
5. Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem dengan tingkat
keanekaragaman tinggi dimana di Wilayah Indonesia yang mempunyai
sekitar 18% terumbu karang dunia, dengan keanekaragaman hayati tertinggi
di dunia (lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2500 jenis
ikan, 590 jenis karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis udang-
udangan) merupakan ekosistem yang sangat kompleks.
Dapat hidup pada kedalaman hingga 50 meter, memerlukan intensitas
cahaya yang baik untuk dapat melakukan proses fotosintesis, salinitas 30-
35ppt merupakan syarat batas untuk terumbu karang dapat hidup disuatu
perairan. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal banyak biota, letaknya
yang berada diujung/bibir pantai juga bermanfaat sebagai pemecah
gelombang alami. Keindahannya dengan warna-warni ikan dan karang
membuat terumbu karang dapat menjadi obyek wisata air, baik snorkeling
ataupun selam.
2.3 Konsep Ruang dan Wilayah
Ruang atau kawasan sangat penting dalam pengelolaan wilayah pesisir dan
lautan karena merupakan wadah yang utama di wilayah pesisir. Ruang adalah
wadah kehidupan manusia beserta sumberdaya alam yang terkandung
didalamnyameliputi bumi, air dan ruang angkasa sebagai satu kesatuan. Konsep
ruang mempunyai beberapa unsur, yaitu: (1) jarak, (2) lokasi, (3) bentuk, dan (4)
ukuran. Konsep ruang sangat berkaitan erat dengan waktu, karena pemanfaatan
bumi dansegala kekayaannya membutuhkan organisasi/pengaturan ruang dan
waktu. Unsur-unsur tersebut di atas secara bersama-sama menyusun unit tata
ruang yang disebut wilayah (Budiharsono, 2001).
Selanjutnya Budiharsono (2001) menyebutkan definisi wilayah sebagai suatu
unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya
tergantung secara internal dalam dimensi ruang yang merupakan wadah bagi
kegiatan-kegiatan sosial ekonomi yang memiliki keterbatasan serta kesempatan
ekonomi yang tidak sama. Disamping itu, perlu pula diperhatikan bahwa kegiatan
sosial ekonomi dalam ruang dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif
terhadap kegiatan lainnya.
Rustiadi et al. (2006) membagi konsep wilayah atas enam jenis. Adapun
konsep enam jenis wilayah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1)Konsepkonsep wilayah klasik, yang mendefinisikan wilayah sebagai unit
geografis dengan batas-batas spesifik dimana komponen-komponen dari wilayah
tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional; (2) Wilayah
homogen, yaitu wilayah yang dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa
faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen, sedangkan
faktor-faktor yang tidak dominan bisa bersifat heterogen. Pada umumnya
wilayah homogen sangat dipengaruhi olehpotensi sumberdaya alam dan
permasalahan spesifik yang seragam. Dengan demikian konsep wilayah homogen
sangat bermanfaat dalam penentuan sektor basis perekonomian wilayah sesuai
dengan potensi/daya dukung utama yang ada dan pengembangan pola kebijakan
yang tepat sesuai dengan permasalahan masing-masing wilayah; (3) Wilayah
nodal, menekankan perbedaan dua komponenkomponen wilayah yang terpisah
berdasarkan fungsinya. konsep wilayah nodal diumpamakan sebagai suatu ”sel
hidup” yang mempunyai inti dan plasma. Inti adalah pusat-pusat
pelayanan/pemukiman, sedangkan plasma adalah daerah belakang (hinterland);
(4) Wilayah sebagai sistem, dilandasi atas pemikiran bahwa komponen-
komponen di suatu wilayah memiliki keterkaitan dan ketergantungan satu sama
lain dan tidak terpisahkan; (5) Wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi
berdasarkan kenyataan terdapatnya sifat-sifat tertentu pada wilayah baik akibat
sifat alamiah maupun non alamiah sehingga perlu perencanaan secara integral;
(6) Wilayah administratif-politis, berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa
wilayah berada dalam satu kesatuan politis yang umumnyadipimpin oleh suatu
sistem birokrasi atau sistem kelembagaan dengan otonomi tertentu. wilayah
yang dipilih tergantung dari jenis analisis dan tujuan perencanaannya. Sering
pula wilayah administratif ini sebagai wilayah otonomi. Artinya suatu wilayah
yang mempunyai suatu otoritas melakukan keputusan dan kebijaksanaan sendiri-
sendiri dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya di dalamnya.
2.4 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi
perlu digandeng dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan oleh World Commission
onEnvironment and Development, adalah “pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan generasi saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya”. Konsep pembangunan
yang berkelanjutan telah menjadi kesepakatan hampir seluruh bangsa-bangsa di
dunia sejak KTT Bumi di Rio de Janeiro 1992.
Dengan demikian, secara ekologis terdapat empat persyaratan utama
yangdapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan sumberdaya
wilayah pesisir dan lautan: (1) keharmonisan spasial, (2) pemanfaatan
sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan, (3) membuang limbah
sesuai dengan kapasitas asimilasi lingkungan, dan (4) mendesain dan
membangun prasarana dan sarana sesuai dengan karakteristik serta dinamika
ekosistem pesisir dan lautan (Dahuri, 1996).
Ketika kita memanfaatkan wilayah (perairan) pesisir sebagai tempat
untuk pembuangan limbah, maka harus ada jaminan bahwa jumlah total dari
limbah tersebut tidak boleh melebihi kapasitas asimilasinya (assimilative
capacity). Dalam hal ini, yang dimaksud dengan daya asimilasi adalah
kemampuan suatu ekosistem pesisir untuk menerima jumlah limbah tertentu
sebelum ada indikasi terjadinya kerusakan lingkungan dan atau kesehatan yang
tidak dapat ditoleransi.
2.5 Agroforestri
Penanaman berbagai macam pohon dengan atau tanpa tanaman setahun
(semusim) pada lahan yang sama sudah sejak lama dilakukan petani di Indonesia.
Contoh ini dapat dilihat dengan mudah pada lahan pekarangan di sekitar tempat
tinggal petani. Praktek ini semakin meluas belakangan ini khususnya di daerah
pinggiran hutan dikarenakan ketersediaan lahan yang semakin terbatas. Konversi
hutan alam menjadi lahan pertanian disadarimenimbulkan banyak masalah
seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan floradan fauna, banjir,
kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah inibertambah
berat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang
dikonversi menjadi lahan usaha lain. Maka lahirlah agroforestri sebagai suatu
cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian atau kehutanan. Ilmu ini
berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem agroforestri yang
telah dikembangkan petani di daerah beriklim tropis maupun beriklim subtropis
sejak berabad-abad yang lalu. Agroforestri merupakan gabungan ilmu kehutanan
dengan agronomi, yang memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan
pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan
pelestarian hutan.
Agroforestri diharapkan bermanfaat selain untuk mencegah perluasan
tanah terdegradasi, pelestarian sumberdaya hutan, meningkatkan mutu
pertanian serta menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Sistem
ini telah dipraktekkan oleh petani diberbagai tempat di Indonesia selama
berabad-abad (Michon dan de Foresta, 1995), misalnya sistem ladang berpindah,
kebun campuran di lahan sekitar rumah (pekarangan) dan padang
penggembalaan. Contoh lain yang umum dijumpai di Jawa adalah mosaik-mosaik
padat darihamparan persawahan dan tegalan produktif yang diselang-selingi
oleh rerumpunan pohon. Sebagian dari rerumpunan pohon tersebut mempunyai
struktur yang mendekati hutan alamdengan beraneka-ragam spesies tanaman.
Berdasarkan motivasi yang dimiliki petani, terdapat dua sistem
terbentuknya agroforestri dilapangan yaitu sistem bercocok tanam "tradisional"
dan sistem "modern". Sistem"tradisional" adalah sistem yang "dikembangkan
dan diuji" sendiri oleh petani, sesuai dengan keadaan alam dan kebutuhan atau
permintaan pasar, serta sejalan dengan perkembangan pengalamannya selama
bertahun-tahun dari satu generasi ke generasi– berikutnya. Dalam sistem
“tradisional”, pengembangan bercocok tanam biasanya hanya didasarkan pada
usaha coba-coba (trial and error), tanpa penelitian formal maupun bimbingan
dari penyuluh/petugas lapangan. Dalam sistem bercocok tanam
"modern",gagasan dan teknologi berasal dari hasil-hasil penelitian.
2.6 Jenis Agroforestri.
Dalam Bahasa Indonesia, kata Agroforestry dikenal dengan istilah wana tani
atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan
pertanian. Menurut De Foresta danMichon (1997), agroforestri dapat
dikelompokkan menjadi duasistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan
sistem agroforestri kompleks
1. Sistem Agroforestri Sederhana.
Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana
pepohonan ditanam secara tumpang-saridengan satu atau lebih jenis
tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi
petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan
pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk
lorong/pagar.
Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai
ekonomi tinggiisalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka,
belinjo, petai, jati dan mahoniatau yang bernilai ekonomi rendah seperti
dadap, lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman semusim biasanya berkisar
pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacang-kacangan,
ubi kayu, sayur-mayur dan rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya.
Bentuk agroforestri sederhana yang paling banyak dibahas di Jawa adalah
tumpangsari (Bratamihardja, 1991). Sistem ini, dalam versi Indonesia,
dikenal dengan “taungya” yangdiwajibkan di areal hutan jati di Jawa dan
dikembangkan dalam rangka program perhutanan sosial dari Perum
Perhutani. Pada lahan tersebut petani diijinkan untuk menanam tanaman
semusim di antara pohon-pohon jati muda. Hasil tanaman semusim diambil
oleh petani, namun petani tidak diperbolehkan menebang atau merusak
pohon jati dan semua pohon tetap menjadi milik Perum Perhutani. Bila
pohon telah menjadi dewasa, tidak ada lagi pemaduan dengan tanaman
semusim karena adanya masalah naungan dari pohon. Jenis pohon yang
ditanam khusus untuk menghasilkan kayu bahan bangunan (timber) saja,
sehingga akhirnya terjadi perubahan pola tanam dari sistem tumpangsari
menjadi perkebunan jati monokultur. Sistem sederhana tersebut sering
menjadi penciri umum pada pertanian komersial (Siregar, 1990).Dalam
perkembangannya, sistem agroforestri sederhana ini juga merupakan
campuran dari beberapa jenis pepohonan tanpa adanya tanaman semusim.
Sebagai contoh, kebun kopibiasanya disisipi dengan tanaman dadap
Erythrina) atau kelorwono disebut juga gamal(Gliricidia) sebagai tanaman
naungan dan penyubur tanah. Contoh tumpangsari lain yang umum dijumpai
di daerah Ngantang, Malang adalah menanam kopi pada hutan pinus
(lihatgambar 1).
Gambar 1. Sistem agroforestri sederhana di Ngantang, Malang Jawa Timur.
Kopi dan pisang ditanam oleh petani diantara pohon pinus milik Perum Perhutani (Gambar kiri). Gliricidia dan pisang ditanam sebagai naungan pohon kopi (Gambar kanan) (Foto: Meine van Noordwijk).
Bentuk agroforestri sederhana ini juga bisa dijumpai pada sistem pertanian
tradisional. Pada daerah yang kurang padat penduduknya, bentuk ini timbul
sebagai salah satu upaya petani dalam mengintensifkan penggunaan lahan
karena adanya kendala alam, misalnya tanah rawa. Sebagai contoh, kelapa
ditanam secara tumpangsari dengan padi sawah di tanahrawa di pantai
Sumatera.
Perpaduan pohon dengan tanaman semusim ini juga banyak ditemui di
daerah berpenduduk padat, seperti pohon-pohon randu yang ditanam pada
pematang-pematang sawah di daerah Pandaan (Pasuruan, Jawa Timur),
kelapa atau siwalan dengan tembakau di Sumenep–Madura (Gambar 2).
Contoh lain, tanah-tanah yang dangkal dan berbatu seperti di Malang
Selatan ditanami jagung dan ubikayu diantara gamal atau kelorwono
(Gliricidiasepium)
Gambar 2. Agroforestri Sederhana: Tembakau ditanam diantara barisan
pohon siwalan di Sumenep,Madura. (Foto. Widianto)
2. Sistem Agroforestri Kompleks.
Sistem agroforestri kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang
melibatkanbanyakjenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja
ditanam maupun yang tumbuh secaraalami pada sebidang lahan dan
dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Di
dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman
perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan
dalam jumlah banyak. Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini
adalah kenampakan fisik dan dinamikadi dalamnya yang mirip dengan
ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh
karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai AGROFOREST
(ICRAF,1996).
Berdasarkan jaraknya terhadap tempat tinggal, sistim agroforestri
kompleks ini dibedakanmenjadi dua, yaitukebunataupekarangan berbasis
pohon (home garden) yang letaknyadi sekitar tempat tingga ldan
‘agroforest’,yang biasanya disebut ‘hutan’ yang letaknya jauh dari tempat
tinggal (De Foresta, 2000).Contohnya ‘hutan damar’ di daerah Krui,
ampung Barat atau ‘hutan karet’ di Jambi.
BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
3.1. Analisis Ketersediaan Lahan untuk Komoditas Tanaman unggulan daerah
Penggunaan lahan yang bersifat konstrain dan harus dikeluarkan dalam
analisis ini antara lain sawah irigasi teknis/semi teknis, air tawar, empang,
gedung, permukiman, hutan, tanah berbatu, penggaraman, kawasan pantai dan
perkebunan swasta besar serta perkebunan rakyat. Penggunaan lahan eksisting
yang digunakan dalam pertimbangan ketersediaan lahan antara lain sawah
irigasi (sederhana), sawah tadah hujan, tegalan, kebun melati, rumput, semak
belukar dan kebun (diluar perkebunan besar swasta). Peta hasil analisis ini
digunakan sebagai peta rujukan untuk peta kesesuaian lahan dan peta arahan
pengembangan hortikultura sayuran di Kabupaten Malang.
3.2. Analisis Kesesuaian Lahan
Peta kesesuaian lahan dalam pengabdian kepada masyarakat ini
menggunakan peta kesesuaian lahan yang selanjutnya kesesuaian lahan yang
tersedia untuk komoditas tanaman unggulan di Dsn. Rawaterate, Kabupaten
Malang ditentukan dengan melakukan teknik overlay antara peta kesesuaian
lahan tersebut dengan peta ketersediaan lahan.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Studi
BAB IV
KONDISI FISIK DAN KONDISI EKSISTING
4.1 Kondisi Fisik
Sitiarjo adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Desa Sitiarjo terletak 60 Km ke arah
Selatan dari pusat kota Malang. Desa Sitiarjo memiliki 12 Rukun Warga dan 60
Rukun Tetangga.Setiap RW memiliki nama Kampung yang berbeda-beda
misalnya Pulungrejo, Pegat, Sumberembag, Sumber Gayam, Palung, Kemudinan,
Gunung Tumo, Tumpak nAngklik,Kulon Gunung, Tadah BAtok, Rowotrate, dan
Tumpak Rejo.Rata-rata suhu udara di Sitiarjo Panas dan lembap. Desa ini terletak
di sebuah ngarai hijau nan indah yang dialiri dua aliran sungai yakni sungai
Penguluran dan sungai Mbambang. Kedua sungai inilah yang mengaliri areal
persawahan di desa Sitiarjo yang menjadi mata pencaharian utama penduduknya
sejak dibukanya desa ini pada tahun 1896.
Penghasilan pertanian yang utama adalah padi, kelapa, dan pisang.
Namun, aliran sungai ini pula yang sering nendatangkan bencana bagi
masyarakat Sitiarjo. Curah hujan yang tinggi sering kali membuat sungai ini tidak
mampu menampung debit air sehingga banjir hampir tiap tahun menggenangi
desa yang mayoritas penduduknya beragama Kristen ini. Selain bermata
pencaharian sebagai petani penduduk desa Sitiarjo juga berprofesi sebagai
pegawai negeri, pedagang, nelayan, dan TNI Polri. sekitar 95% penduduknya
beragama Kristen dengan dominasi warga Greja Kristen Jawi Wetan. Berikutnya
beberapa aliran gereja yang lain seperti Gereja GPdI, Gereja Bethel, dan
beberapa aliran Kharismatik lain. Pemeluk agama Islam juga ada di desa ini.
Mereka berdomisili di sekitar pasar desa Sitiarjo, dan sebelah Timur desa yang
berbatasan dengan desa Kedungbanteng. Kerukunan antar umat beragama
sangat dijunjung tinggi di desa Sitiarjo. Tidak pernah sekalipun terjadi konflik
horisontal antar umat terjadi di desa ini. Desa Sitiarjo memiliki tempat pariwisata
yakni pantai Goa Cina di laut Selatan.
Adapun Batas-batas wilayah desa Sitiarjo
Sebelah utara : Desa Suberagung
Sebelah barat : Desa Kedungrampal
Sebela timur : Desa Kedungbanteng
Sebelah selatan: Desa Sendang Biru dan Banjul Mati
Tempat wisata ini ada di jalur utama Lintas Selatan yang mudah diakses
dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Selain itu juga punya wisata
religi yang diadakan setiap tahun berupa perayaan undhuh-undhuh (hari raya
persembahan)dan selalu dilaksanakan di lingkungan jemaat Greja Kristen Jawi
Wetan Pasamuan Sitiarjo. juga ada upacara ritual desa Bersih desa yang
dilaksanakan setahun sekali setelah panen raya. Desa Sitiarjo juga memiliki
sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang memadai untuk sebuah desa
berupa pasar desa yang besar dan lengkap, sarana peribadatan Kristen dan Islam,
Puskesmas desa, lembaga Pembiayaan non-pemerintah dan bank serta beberapa
jenis koperasi yang bisa dimanfaatkan oleh warga desa, juga tersedianya layanan
pendidikan dari TK sampai SMA.
SISTEM PEMERINTAHAN
Seperti yang telah diatur dalam Perda Kabupaten Malang, pemerintahan
desa Sitiarjo adalah Pemerintahan desa Sitiarjo yang berada di wilayah
Kecamatan sumbermanjing Wetan kabupaten Malang. Kepala pemerintahan
dijabat oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh masyarakat.Saat ini, yang
menjadi kepala desa adalah Lispijanto Daud.
Dalam menjalankan pemerintahan desa, kepala dea dibantu oleh
Sekretaris Desa, Kepala Dusun, Kebayan, Jogotirto (kuwowo), jogoboyo, seorang
modin Kristen dan seorang modin Islam, dan dibantu oleh staf kesekretariatan
desa. Berikutnya organisasi sosial yang berkaitan langsung dengan mayarakat
adalah RT dan RW.
SISTEM MATA PENCAHARIAN
Sebagian besar penduduk desa Sitiarjo hidup dari pertanian padi, kelapa, dan
pisang. selain itu mereka juga hidup sebagai pegawai negeri (guru, manteri
kesehatan), pedagang pasar, wiraswasta (berkaitan dengan pertanian), nelayan,
dll.
SISTEM KEPERCAYAAN
Meskipun belum sepenuhnya lepas dari pengaruh kepercayaan Jawa, secara
formal mayoritas warga Sitiarjo beragam Kristen dengan denominasi beragam
yakni Greja Kristen Jawi Wetan, GPdI, Bethel, Tabernakel,dll. Selain itu warga
pendatang biasanya pemeluk Islam.
4.2 Kondisi Eksisting Desa Sitiarjo
Kondisi lahan dipinggir pantai desa sitiarjo, banyak berbagai tanaman
yang di tanam oleh masyarakat untuk penghasilan masyarakat. Desa sitiarjo
terdapat juga rumah konservasi penyu, Desa ini terletak di sebuah ngarai hijau
nan indah yang dialiri dua aliran sungai yakni sungai Penguluran dan sungai
Mbambang.Ke dua sungai inilah yang mengaliri areal persawahan di desa Sitiarjo
yang menjadi mata pencaharian utama penduduknya sejak dibukanya desa ini
pada tahun 1896.
Di desa sitiarjo juga terdapat wisata pantai Banjul Mati dan Goa Cina, ada
juga Rumah Konservasi Penyu dengan fasilitas wisata yang dikelolah dengan baik
dan dijadikan tempat wisata di bagian Malang Selatan ini.
Penghasilan pertanian yang utama adalah padi, kelapa, dan pisang.
Namun, aliran sungai ini pula yang sering nendatangkan bencana bagi
masyarakat Sitiarjo. Curah hujan yang tinggi sering kali membuat sungai ini tidak
mampu menampung debit air sehingga banjir hampir tiap tahun menggenangi.
Ada terdapat lahan penjara, lahan yang digunakan masyarakat untuk menanam
tananaman, namun tidak diketahui siapa pemiliknya kadang terjadi perusakan
orang yang tidak dikenal. Ada terdapat bukit yang gundul dan terdapat juga
kebun masyarakat. Di samping kanan juga terdapat penatasan penyu ketika
terjadi pada 10 tahun.
Dengan demikian sudah semestinya pada suatu daerah untuk
memperhatikan atau pengolahan yang baik, untuk mencegah efek pada kebun
terus. Harus ada pengelohan kebun, dan lahan yang kosong pada bukit atau
dataran harus ada pengolahan selanjutnya, penanaman pohon pada bukit yang
terlihat gundul, pada lahan dataran kosong harus di buat kebun untuk
penghasilan masyarakat. Kebun tersebut harus ada pengolahnya, agar kebun
tersebut bisa di jaga dan di rawat dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Budiharsono, Sugeng. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta : PT Pradnya Paramita
Dahuri R, Rais Y, Putra SG, Sitepu, M.J. 2001. Pengelolaan Sumber daya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.Jakarta: PT. Pradnya Paramita. De Foresta danMichon (1997). The agroforest alternative to Imperata grasslands:
when smallholder agriculture and forestry reach sustainability. Agroforestry Systems 36: 105-119. Martinus Nijhoff / Dr W.Junk Publishers, Dordrecht The Netherlands
Marwah Sitti, 2001. Daerah Aliran Sungai (Das) Sebagai Satuan Unit
Perencanaan Pembangunan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan Makalah Pengantar Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. www.tumoutou.net
Noordwijk, Meine van, et al. 2004. Peranan Agroforestri Dalam
Mempertahankan Fungsi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). Download www.worldagroforestrycentre.org
Rustiadi, E., Sunsun S., Dyah R.P. 2006. Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah, Diktat (tidak dipublikasikan). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sabarnurdin, M. Sambas. 2004. Agroforestry : Konsep, Prospek Dan Tantangan Presentasi Workshop Agroforestry 2004, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Soewandito, Hasmono et.al 2002. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan
Terhadap Aliran Permukaan, Sedimen Dan Unsur Hara, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.4, No.5, www.iptek.net.id
Suhardi, 2003. Efektifitas Vegetatif Dalam Konservasi Tanah Dan Air Pada Suatu
Das, Makalah Pengantar Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. www.tumoutou.net
Ujianto, Bambang, 2006. Faktor Penentu Rekayasa Konservasi Tanah dan Air.
Suara Merdeka Cybernews. Widianto. 2004. Agroforestry for Upland Husbandry : a Farmers’ Friendly.
Presentasi Workshop Agroforestry 2004, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian
No. Uraian Honor/Jam
(Rp) Waktu
(jam/minggu) Minggu Honor (Rp)
1 Honorarium
Ketua 20.000, 10 jam x 4 10 800.000
Anggota 20.000, 10 jam x 4 10 800.000
Sub Total (Rp) 1.600.000
2 Alat-Instrumen Penelitian
Justifikasi Pemakaian Kuantitas
Harga Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
Analisis Tumbuhan paket 900.000 900.000
Analisis Kesesuaian Lahan paket 300.000 300.000
Sub Total (Rp) 1.200.000
3 Bahan Habis Pakai
Justifikasi Pemakaian Kuantitas
Harga Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
ATK (tinta, kertas, CD) * Cantridge hitam * Cantridge berwarna * Kertas * CD
1 2 4 4
50.000 65.000 35.000
5.000
50.000 65.000
140.000 20.000
Buku referensi/teori paket 350.000 350.000
Dokumentasi paket 400.000 400.000
Partisipatif: paket 475.000 475.000
Sub Total (Rp) 1.225.000
4 Perjalanan, Akomodasi, Dokumentasi
Justifikasi Perjalanan Kuantitas Harga Satuan
(Rp) Biaya (Rp)
Pengumpulan data (3) Transportasi Lokal / orang)
2 225.000 450.000
Sub Total (Rp) 450.000
5 Penyusunan Laporan 400.000
6 Publikasi Ilmiah 2.650.000
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp) 6.675.000
Lampiran 2. Jenis Kepakaran pendukung:
Dr.Ir. Hery Setyobudiarso, M.Si (NIDN: 0020066102)
Teknik Lingkungan Bidang Keahlian:
- Teknologi dan Ekologi Lingkungan
- Manajemen Sumberdaya Perairan
- Amdal
Pelaksana dalam: - Survei dan penentuan
lokasi dan titik sampling - Analisis Kualitas air - Pengolahan/analisis data
dan pembuatan laporan
Ir. Endro Yuwono, MT (NIDN: 0711026801)
Teknik Pengairan Bidang Keahlian: - Hidrologi - Konservasi Lahan
Koordinator dalam: - Perijinan dan koordinasi
tugas - Penyiapan material survei - Penentuan lokasi
Ir. EnM. Nurhadi, MT (NIDN: 0713045701)
Teknik Pengairan Bidang Keahlian: - Perpetaan - GIS
Koordinator dalam: - Perijinan dan koordinasi
tugas - Penyiapan material survei - Penentuan lokasi
Lampiran 3. Biodata ketua dan anggota
Biodata ketua Peneliti
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Ir. Hery Setyobudiarso, M.Sc
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 196106201991031002
5 NIDN 0020066102
6 Tempat, Tanggal Lahir Malang/ 20 Juni 1961
7 E-mail [email protected]
8 Nomor Telepon/HP 0341-482187 / 081334630990
9 Alamat Kantor Jl. Bendungan Sigura-gura No.2 Malang
10 Nomor Telepon/Faks 0341-551431 / 0341-417634
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = 78 orang; S-2 = … orang; S-3 = … orang
12 Nomor Telepon/Faks
13 Mata Kuliah yang Diampu
1 Ekologi Lingkungan
2 Mikrobiologi Lingkungan
3 Amdal
dst
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi UB Malang ITB Bandung Unair Surabaya
Bidang Ilmu Manajemen Sumberdaya Perairan
Biologi Lingkungan Ilmu Kedokteran (Pencemaran Lingkungan) -
Tahun Masuk-Lulus 1980-1985 1986-1989 1994-2003
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi
Pengaruh Variasi Salinitas Dan Media Yang Berbeda Thdp. Prosentase
Penentua Suhu Inkubasi Dan Umur Telur Macrobrachorium Rosengergii Yang Dapat Menghasilkan Daya
Perombakan Residu Diazinon Dalam Aruh Variasi Salinitas Dan Media Yang Berbeda Thdp. Prosentase Menetas Telur Udang Galah 2. Penentua Suhu Inkubasi
Menetas Telur Udang Galah
Tetas Optimal Dan Wkt. Inkubasi Terpendek
Dan Umur Telur Macrobrachorium Rosengergii Yang Dapat Menghasilkan Daya Tetas Optimal Dan Wkt. Inkubasi Terpendek. 3.Perombakan Residu Diazinon Dalam Tanah Pertanian Hortikultura Dgn. Teknik Biodegradasi
Nama Pembimbing/Promotor
Ir. Lidwina Sutini
Dr. Lien Sutasurya Dr. Adianto
Prof.Dr.dr. Soeprapto Prof.Dr. Sutiman B. Sumitro
C.Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2008 Penurunan COD, TSS dan Warna Limbah Cair Rumah Potong Hewan (RPH) Menggunakan Anaerobic Baffle Reactor (ABR)
LPPM ITN Malang 5
2 2009 Survei Dan Identifikasi Sumber , Aliran Dan Kualitas Air Panas Bawah Tanah Di Wilayah Kota Batu
LPPM ITN Malang 5
3 2010
Aplikasi Teknologi Biopiling Dengan Menggunakan Konsorsium Bakteri Lokal: Solusi Pemulihan Lingkungan Tanah Tercemar Limbah Petroleum (Benzene) Dengan Teknik Biodegradasi
LPPM ITN Malang 5
4 2011
Pemanfaatan Tongkol Jagung Dan Limbah Padat Minyak Jarak Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Papan Partikel Dinding Bangunan Ramah Lingkungan
LPPM ITN Malang 10
5 2012 Penyediaan Air Bersih Kecamatan Palang Kabupaten Tuban
LPPM ITN Malang 5
6 2013 Rancang Bangun Alat Penjernih Air limbah cair Laundry Dengan Menggunakan Media Penyaring Kombinasi Pasir – Arang Aktif dan Ceramik
LPPM ITN Malang 10
7 2014
Uji Banding Efektifitas Roughing Filter Aliran Horizontal Dan Aliran Upflow Dalam Reduksi Kadar Kekeruhan Dan Kesadahan Air Sungai Brantas
LPPM ITN Malang 5
8 2015 Sinkronisasi Status Mutu Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Metro
Litabmas Dikti 50
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan
Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2012 Pelatihan implementasi Analisis dan input data warga jemaat GKJW Tulangbawang
LPPM ITN Malang
5
2 2013 Perancangan dan Pembuatan Alat Penjernih Air Buangan Industri Kecil (Produksi Tempe)
LPPM ITN Malang
5
3 2014 IbM Teknologi Tepat Guna Budidaya Penyu Litabmas
Dikti 50
4 2014 Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos Dalam Program LPPM ITN Malang
5
5 2015 IbM Pemberdayaan Wanita GKJW Tulangbawang Malang
Litabmas Dikti
37
6 2015 Pelatihan Kewirausahaan GKJW Tulangbawang Malang Swadaya mandiri
5
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat DIKTI
maupun dari sumber lainnya.
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun
1 Perencanaan pengembangan jaringan distribusi air bersih Kota Salatiga
Jurnal Sondir Volume II No. 4 Oktober 2008 ISSN: 1979-2832
2 Efektivitas elektroflokulator dalam menurunkan TSS dan BOD pada limbah cair tapioka
Jurnal Flywheel Jurusan T. Mesin Institut Teknologi Nasional Malang.
Vol. 3, Nomer 1, Juni 2010. ISSN: 1979-5858
3 Aplikasi filtrasi anaerobik dalam menurunkan kadar BOD dan COD limbah cair Tapioka
Jurnal Teknologi Media Perspektif Politeknik Negeri Samarinda,
Vol. 10 Juni, 2010 ISSN 1412-3819
4 Diazinon Dalam Tanah Pertanian Hortikultura Dengan Teknik Biodegradasi
Prosiding Seminar ilmiah Nasional Tahunan VI 29 Juli 2010
5
Penurunan COD, TSS dan Warna Limbah Cair Rumah Potong Hewan (RPH) Menggunakan Anaerobic Baffle Reactor (ABR)
Prosiding Seminar Nasional FTSP Teknologi Ramah Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Juli 2010.
ISBN: 978-979-3984-30-8
6
Survei dan identifikasi sumber, aliran dan kualitas air panas bawah tanah di songgoriti dan cangar wilayah kota Batu
Jurnal Sondir
Volume V Nomor 9 April 2011 ISSN : 1979-2832
7
8
Rancang Bangun Alat Penjernih Air limbah cair Laundry Dengan Menggunakan Media Penyaring Kombinasi Pasir – Arang Aktif dan Ceramik
Jurnal UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
9 Sinkronisasi Status Mutu Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Metro
Prosiding SENIATI ITN MALANG
10 IbM Pemberdayaan Wanita GKJW Tulangbawang Malang
Prosiding SENIATI ITN MALANG
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
1 Seminar Nasional ”Teknologi Ramah Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan” ITN Malang
Penurunan COD, TSS dan Warna Limbah Cair Rumah Potong Hewan (RPH) Menggunakan Anaerobic Baffle Reactor (ABR)
24 Oktober 2010
2 Seminar Ilmiah Nasional “Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2010”Di Univ. Udayana. Denpasar
Aplikasi Teknik Biodegradasi Dalam Tanah.
3
4 Sinkronisasi Status Mutu Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Metro
6 Pebruari 2016
5 IbM Pemberdayaan Wanita GKJW Tulangbawang Malang
6 Pebruari 2016
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Buku Tahun Jumlah
Halaman Penerbit
1
2
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1
2
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun
Terakhir
No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya
yang Telah Diterapkan Tahun
Tempat Penerapan
Respon Masyarakat
1
2
J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1
2
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Bersaing.
Malang, 2 Januari 2017
Pengusul,
(Dr. Ir. Hery Setyobudiarso, M.Si)
Biodata Anggota Pengabdian
1. Nama : Ir. Endro Yuwono, MT. 2. Nomor Peserta : 0711026801 3. NIP/NIK : 1039500275 4. Tempat /Tgl. Lahir : Malang/11 Perbruari 1968 5. Jenis Ke;amin : Laki-laki 6. Staus Perkawinan : Kawin 7. Agama : Islam 8. Golongan/ Pangkat : IIIC/Penata 9. Jabatan Akademik : Dosen Yayasan
10. Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Nasional Malang 11. Alamat : Jl. Bendungan Sigura-gura no.2 Malang Telp./Fax : (0341) 551431/(0341)553015
12 Alamat Rumah : Jl. Sadewo no.39B Malang Telp : 08213223312
13. Pendidikan : S1, Teknik Pengairan - ITN Malang S2, Teknik Sipil/ Sumberdaya Air – Universitas Brawijaya Malang
Kegiatan Penelitian :
No Judul Penelitian Tahun
1 Pengembangan Perangkat Lunak Analisis Hidraulika Aliran Tidak Permanen Pada Sungai Tunggal
1998
2 Model Matematik Pengoperasian Pintu Waduk Sutami Dalam Pengendalian Banjir 2001
3 Kajian Banjir Di Sungai Bengawan Solo Hilir 2001
4 Kajian Kualitas Air Dan Fisik Sungai Kecil Di Wilayah Pemukiman Akibat Adanya Budidaya Ikan Dengan Keramba
2002
5 Penelitian Rancang Bangun Alat Penjernih Air Limbah Cair Laundry Dengan Menggunakan Media Penyaring Kombinasi Pasir - Arang Aktif dan Ceramic
2012
6 Uji Banding Efektifitas Roughing Filter Aliran Horisontal dan Aliran Upflow Dalam Reduksi Kadar COD, Kekeruhan dan Kesadahan Air Sungai Brantas.
2013
Karya Ilmiah/ Jurnal
No Judul Penerbit/Jurnal Tahun
1 Uji Kemampuan Chek Dam Berkonstruksi Concrete Block Dalam Peredaman Puncak Banjir Debit
Jurnal Iptek Edisi Pebruari 2000 Jilid 1 No :1 ISSN : 085-4-588X
2000
2 Kajian Banjir Di Sungai Bengawan Solo Hilir
Jurnal Iptek Edisi Pebruari 2002 Jilid 3 No :1 ISSN : 085-4-588X
2002
3 Pengembangan Perangkat Lunak Analisis Hidraulika Aliran Tidak Permanen Pada Sungai Tunggal
Jurnal Iptek Edisi Agustus 2002 Jilid 3 No :2 ISSN : 085-4-588X
2002
4 Optimasi Biaya Pekerjaan Aspal Hot Mix Dengan Model Penugasan (Assignment Model) pada Proyek Jalan di Malang.
JIP POLITEKNIK BALIKPAPAN Volume 3, No.1. Juni 2011 ISSN : 1978-8541
2011
5 Studi Konservasi dengan Konsep Pendekatan Vegetatif Guna Mengatasi Kekritisan Lahan pada Sub DAS Brantas Hulu di Wilayah Kota Batu
Jurnal SPECTRA FTSP - ITN Malang Nomor 19, Volume X Januari 2012
2012
6 Pemanfaatan Batu Scoria Sebagai Agregat Kasar Terhadap Modulus Elastisitas Pada Beton Ringan
Jurnal Sondir. No.12. Vol.VI. Oktober 2012. ISSN. 1979-2832
2012
Pelatihan
No Jenis Pelatihan
Institusi Jangka Waktu
1 Proyek SUDR Computer Management
UGM Yogyakarta 11 Maret 18 Mei 1996
2 Penataran Penyusunan Buku Ajar
DIKTI (Bogor) 10-15 Nopember 1997
3 Penataran Proses Belajar Mengajar ITN Malang 8-9 maret 2002
4 Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan Waduk Perum Jasa Tirta I 21-22 Juni 2004
5 Kursus Singkat SDA dalam Otonomi Daerah VII UGM Yogyakarta 17-21 Mei 2005
Karya Ilmiah / Buku Ajar
No Mata Kuliah Jenis Bahan Ajar (Cetak dan non cetak )
Semester/ Tahun Akademik
1 Bangunan Air Non cetak Ganjil/ 2003/2004
Kegiatan Pengabdian Masyarakat.
No Jenis Kegiatan Tahun
1 Perencanaan Sistem Distribusi Air Bersih di desa Pucangsari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan
1999
2 Penyempurnaan Rencana Instalasi Pengolahan Air Sangat Sederhana (IPASS)
2000
3 Perencanaan Konservasi Sumber Air Gemulo Desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji Kota Batu
2012
4 Perancangan dan Pembuatan Alat Penjernih Air Buangan Industri Kecil (Produksi Tempe)
2012
5 Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos Dalam Program Pemberdayaan Wanita GK/W Tulangbawang Malang.
2013
Kegiatan Organisasi Ilmiah
No Jenis/Nama organisasi Jabatan
1 HATHI Anggota
Malang, 10 Januari 2017
(Ir. Endro Yuwono, MT)