_ushul fiqh 2 (الأحكام)_
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
9/28/2015 Ushul Fiqh 2 (األحكام)
file:///D:/MATERI%20TES/_Ushul%20Fiqh%202%20(%D8%A7%D9%84%D8%A3%D8%AD%D9%83%D8%A7%D9%85)_.html 1/5
Logo FacebookEmail atau Telepon Kata Sandi
Masuk
Biarkan saya tetap masukLupa kata sandi Anda?Mendaftar
Ushul Fiqh 2 (األحكام)
21 Juni 2009 pukul 10:21
Telah kita pelajari mengenai definisi ushul fiqh dan faedahnya pada pembahasan sebelumnya (ushulfiqh 1).
Sekarang kita masuki pelajaran baru, yaitu tentang األحكام (hukum). Berikut cuplikannya::)
Definisi:
Ahkam merupakan jama’ dari hukmu (حكم) secara bahasa artinya ketetapan (hukum).Secara istilah adalah perkaraperkara yang ditetapkan oleh penetap syariat yang berkaitandengan perbuatan mukallaf (orangorang yang dibebani) berupa tuntutan, pilihan, atau wadh’i(tandatanda)
Maksud perkataan kami "penetap syariat" adalah Al Qur’an dan As Sunnah.
Maksud berkataan kami “yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf” adalah yang berkaitandengan perkaraperkara yang mencakup amalanamalan mereka, baik perkataan ataupun perbuatan,yang sifatya melaksanakan ataupun meninggalkan. Maka hukum tidak mencakup perkaraperkarayang berkaitan dengan keyakinan, dan keyakinan tersebut tidak dinamakan hukum secara istilah ini.
Maksud perkataan kami “mukallaf” adalah orangorang yang dibebani (syariat), tidak termasuk anakkecil dan orang gila.
Maksud kami “tuntutan” adalah yang bersifat perintah dan larangan, baik berupa keharusan ataupunkeutamaan.
Maksud kami “pilihan” adalah yang sifatnya mubah (boleh).
Maksud kami "wadh’i (tandatanda) adalah yang menunjukkan kepada shahih (benar) atau fasid(rusak) nya suatu amalan, atau yang lainnya yang ditetapkan oleh syariat berupa tandatanda dan sifatsifat yang menunjukkan pada terlaksana atau batalnya (suatu amalan).
Pembagian Hukum Syar'i:
9/28/2015 Ushul Fiqh 2 (األحكام)
file:///D:/MATERI%20TES/_Ushul%20Fiqh%202%20(%D8%A7%D9%84%D8%A3%D8%AD%D9%83%D8%A7%D9%85)_.html 2/5
Hukum syar’i terdiri menjadi 2 jenis, yaitu hukum taklifiyyah (pembebanan) dan wadh’iyah (tandatanda).
Hukum taklifiyyah ada 5:
1. WajibSecara bahasa artinya jatuh. Secara istilah, wajib adalah perkaraperkara yangdiperintahkan oleh syariat yang harus dilaksanakan, contohnya sholat lima waktu.Perkataan kami “perkaraperkara yang diperintahkan” tidak memasukkan haram, makruh,dan mubah.Perkataan kami “yang harus dilaksanakan” tidak memasukkan mandub (sunnah).Wajib adalah yang diberi pahala orang yang melakukannya dalam rangka melaksanakanperintah Allah dan berhak mendapat azab bagi yang meninggalkannya.Wajib juga dinamakan fardhu, faridhoh, atau lazim.
2. Mandub (Sunnah)Secara bahasa artinya yang diseru. Secara istilah adalah perkaraperkara yangdiperintahkan oleh syariat yang tidak mesti dilaksanakan, contohnya sholat sunnah rawatib.Perkataan kami “perkaraperkara yang diperintahkan” tidak memasukkan haram, makruh,dan mubah.Perkataan kami “yang tidak mesti dilaksanakan” tidak memasukkan wajib.Mandub (sunnah) adalah yang di beri pahala orang yang melakukannya dalam rangkamelaksanakan perintah Allah dan tidak diazab bagi yang meninggalkannya.
3. HaramSecara bahasa artinya yang dilarang. Secara istilah adalah perkaraperkara yang dilarangoleh syariat yang harus ditinggalkan, contohnya durhaka kepada orangtua.Perkataan kami “perkaraperkara yang dilarang” tidak memasukkan wajib, mandub, danmubah.Perkataan kami “yang harus ditinggalkan” tidak memasukkan makruh.Haram adalah yang diberi pahala orang yang meningggalkannya dalam rangkamelaksanakan perintah Allah, dan berhak mendapat azab bagi yang melakukannya.
4. MakruhSecara bahasa artinya yang dibenci. Secara istilah adalah perkaraperkara yang dilarangoleh syariat yang tidak mesti ditinggalkan, contohnya mengambil dan memberi sesuatudengan tangan kiri.Perkataan kami “perkaraperkara yang dilarang” tidak memasukkan wajib, mandub, danmubah.Perkataan kami “yang tidak mesti ditinggalkan” tidak memasukkan haram.Makruh adalah yang diberi pahala orang yang meninggalkannya dalam rangkamelaksanakan perintah Allah, dan tidak mendapat azab bagi yang melakukannya.
5. Mubah (boleh)Secara bahasa artinya yang diizinkan. Secara istilah adalah perkaraperkara yang tidak adakaitannya dengan perintah dan larangan secara zatnya, contohnya makan di malam BulanRamadhan.Perkataan kami “yang tidak ada kaitannya dengan perintah” tidak memasukkan wajib dan
9/28/2015 Ushul Fiqh 2 (األحكام)
file:///D:/MATERI%20TES/_Ushul%20Fiqh%202%20(%D8%A7%D9%84%D8%A3%D8%AD%D9%83%D8%A7%D9%85)_.html 3/5
mandub.Perkataan kami “dan larangan” tidak memasukkan haram dan makruh.Perkataan kami “secara zatnya” yaitu jika seandainya hal tersebut menjadi wasilah (perantara)bagi perkara wajib atau menjadi wasilah (perantara) bagi perkara haram, maka hal tersebutmempunyai hukum sesuai dengan perkara yang diwasilahkannya. Akan tetapi, tidakmengeluarkannya dari hukum mubah secara asal.Perkara mubah tersebut selama sifat masih mubah, maka tidak berkonsekuensi mendapat pahalaatau azab.Mubah juga dinamakan halal atau boleh.
InsyaAllah bersambung ke part 3 : hukumhukum wadh'iyah (األحكام الوضعية).
Pertanyaan untuk dijawab sendiri:1. Mengapa ahkam (hukum) dibahas di dalam ushul fiqh? 2. Apa definisi hukum secara bahasa dan istilah? jelaskan!3. Sebutkan dua jenis hukum syar'i!4. Apa definisi hukum taklifiyyah? dan jelaskan perinciannya!
Nantikan pembahasan tentang hukum wadh'iyah dan bedanya dengan hukum taklifiyyah.
by : Belajar Ushul Fiqh
3596441Suka Komentari Bagikan
Belajar Ushul Fiqh
Catatan oleh Belajar Ushul FiqhSemua Catatan
Ditandai
Ditandai