upload sementara
DESCRIPTION
upTRANSCRIPT
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
Pelatihan Pembuatan Biosorben Berbahan Dasar Sampah Kulit
Pisang Kepok (Musa acuminate) Yang Dikemas Seperti Teh Celup
Untuk Mengurangi Pencemaran Air Dari Logam Berat Di Daerah
Jetis Kulon Kecamatan Wonokromo Surabaya
Diusulkan oleh:
Tiara Puspa Buanarinda (103194218/2010)
Nur Rahmawati T.P. (103194220/2010)
Iqbal Ainun A. (103194206/2010)
Arysta Ningtyas (113194002/2011)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2014
Rp. 8.000.000,00
Surabaya, 09 Mei 2014
RINGKASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk Memberikan motivasi dan pengetahuan
untuk mengolah sampah kulit pisang agar berdaya guna tinggi kepada peserta
pelatihan dan membentuk kelompok usaha yang berkecimpung dalam usaha
pembuatan biosorben berbahan dasar sampah kulit pisang untuk mengurangi
pencemaran air dari logam berat di daerah Jetis Kulon Kecamatan Wonokromo
Surabaya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pengabdian masyarakat.
Penelitian ini akan dilakukan di Daerah Jetis Kulon Kelurahan Wonokromo
Kecamatan Wonokromo Surabaya. Dari hasil studi literratur di daerah Surabaya
banyak terjadi pencemaran air oleh logam berat yang sangat berbahaya untuk
kelangsungan hidup masyarakat yang tinggal disekitar sungai. Oleh karena itu
dikembangkannya penelitian untuk melatihkan pembuatan biosorben yang
berguna untuk mengi kat logam dalam air sehingga air dapat terbebas dari logam
berat. Dipilihnya kulit pisang sebagai bahan dasar pembuatan biosorben karena
sampai sekarang limbah kulit pisang belum banyak dimanfaatkan karena
masyarakat masih beranggapan bahwa kulit pisang hanyalah limbah yang bisa
menyebabkan pencemaran lingkungan, walaupun beberapa kalangan telah
menggunakannya sebagai pakan ternak domestik. Padahal faktanya kulit pisang
memiliki zat yang efektif mengikat logam-logam berat dalam air.
Kata Kunci : Pencemaran Air, Biosorben, Kulit Pisang
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
RINGKASAN .................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4
BAB 3. METODE PENELITIAN.................................................................... 7
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI ................................................................... 10
BAB 5. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA .......................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12
LAMPIRAN ..................................................................................................... 13
- Penggunaan dana .................................................................................. 13
- Bukti-bukti pendukung kegiatan .......................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota
digunakan untuk berbagai keperluan. Seperti untuk air minum, memasak, mencuci
dan sebagainya yang harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui
karena semakin banyak air yang tercemar limbah umah tangga maupun limbah
industri (Samia, 1981). Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 mengenai
pengelolaan kualitas air dan pencemaran air menyatakan bahwa, pencemaran air
adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi atau komponen
lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas perairan turun sampai
pada tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Peraturan ini menyatakan bahwa pencemaran harus ditanggulangi
dan penanggulangannya adalah merupakan kewajiban semua pihak. Permasalahan
ekologis yang menjadi perhatian utama pada saat ini adalah menurunnya kualitas
perairan oleh masuknya bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan
manusia seperti sampah pemukiman, sedimentasi dan siltrasi, industri,
pemupukan serta pestisida (Marganof, 2007).
Logam adalah unsur alam yang dapat diperoleh dari laut, erosi batuan,
tambang vulkanik dan lain-lain. Logam berat termasuk dalam kelompok
pencemar, hal itu dikarenakan adanya sifat-sifat logam berat yang tidak terurai
dan mudah diabsorbsi serta memiliki sifat yang membahayakan. Beberapa logam
berat yang beracun tersebut adalah As, Cd, Cr, Pb, Hg, Ni dan Zn. Logam akan
berbahaya jika sejumlah logam mencemari lingkungan. Logam-logam tertentu
akan berbahaya apabila ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan.
Hal itu dikarenakan logam tersebut mempunyai sifat merusak tubuh makhluk
hidup (Sony, 2009).
Menurut Marganof (2007), kekeruhan perairan umumnya disebabkan oleh
adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik
terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya. Tingginya nilai kekeruhan juga
dapat menyulitkan usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada
proses penjernihan air.
Di sisi lain Indonesia adalah negara agrikultur yang sangat kaya akan
sumber alam khususnya dari sektor pertanian dan perkebunan. Tak heran jika
Indonesia memproduksi macam macam dari sisa pembuangan seperti ampas padi,
jerami, serbuk gergaji dari sektor pertanian, tempurung kelapa sawit, biji alpukat
dan kulit pisang dari sektor perkebunan.
Limbah kulit pisang merupakan biomassa yang awalnya derivatif dari
pisang yang telah di ambil dari kulit pisang. Bahan ini sangat memungkinkan
untuk didapat dalam jumlah besar di Indonesia, karena Indonesia adalah salah satu
negara terbesar dalam memproduksi buah pisang. Di Indonesia, buah pisang
adalah ketiga terbesar dari hasil produksi pertanian setelah padi dan singkong.
Produksi buah pisang di Indonesia sekitar 6.7 juta matrik ton yang dihasilkan
selama setahun. (www.wikipedia.com/pisang)
Sekarang ini, limbah kulit pisang belum banyak dimanfaatkan karena
masyarakat masih beranggapan bahwa kulit pisang hanyalah limbah yang bisa
menyebabkan pencemaran lingkungan, walaupun beberapa kalangan telah
menggunakannya sebagai pakan ternak domestik. Limbah biasa seperti ini
umumnya dibakar begitu saja tanpa diolah ulang oleh masyarakat. Ketika dibakar,
kulit pisang ini pun bisa menyebabkan gangguan kesehatan. Penyebab negatif
yang bisa terjadi jika limbah kulit pisang tidak diproses, adalah kulit pisang bisa
mengganggu kesehatan ketika kulit pisang dibakar. Kelembapan dari kulit pisang
akan mempengaruhi partikel partikel yang tidak terbakar. Partikel – partikel dari
kulit pisang yang tidak terbakar tersebut terbang ke udara. Hal tersebut dapat
menyebabkan hidrokarbon yang berbahaya. Pada faktanya, kulit pisang
mengandung zat pektin yang terdiri dari asam galakturonik. Asam galakturonik
dapat mengikat ion logam. Muatan negatif pada asam galakturonik, mengikat ion
positif logam yang terdapat di dalam air, sehingga unsur pencemar dalam air dapat
hilang. Di dalam kulit pisang juga terkandung selulosa yang memiliki kemampuan
mengikat logam, dengan menggunakan metode absorpsik Selulosa memiliki dua
gugus yaitu gugus fungsi karboksil dan gugus fungsi hidroksil. Selulosa adalah
gugus polimer yang bersifat selektif terhadap senyawa polar. Air adalah senyawa
polar sehingga air dapat melewati pori-pori selulosa namun senyawa polutan
tertahan.
Oleh karena itu, masyarakat Jetis Kulon perlu diberi pelatihan untuk
mengelola limbah kulit pisang agar berdaya guna. Selain itu, desa di daerah Jetis
Kulon Kecamatan Wonokromo Surabaya berpeluang untuk mengurangi
pencemaran air dari logam berat. Dengan usaha ini diharapkan mampu menekan
proses pencemaran air yang terjadi di Surabaya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Logam Berat
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih
besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik,
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor
atom 22 sampai 92 dari periode 4 sampai 7, hal ini berdasarkan
penjelasan dari Miettinen dalam Kusuma dkk (2010). Sebagian logam
berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan
zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S
menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim,
sehingga enzim bersangkutan menjadi tidak aktif. Gugus karboksilat
(-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat.
Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada selsel membran yang
menghambat proses transformasi melalui dinding sel. Menurut
Manahan dalam Kusuma dkk (2010), logam berat juga mengendapkan
senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya. Logam berat
masih termasuk golongan logam-logam dengan kriteriakriteria yang
sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh
yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke
dalam tubuh organisme hidup. Dan unsur logam berat baik itu
logam berat beracun yang dipentingkan seperti tembaga (Cu), bila masuk
ke dalam tubuh dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan pengaruh-
pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologis tubuh.
B. Adsorben
Menurut Kusuma dkk (2010), Adsorben atau kebanyakan zat
pengadsorpsi adalah bahan-bahan yang sangat berpori, dan adsorpsi
berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau pada daerah
tertentu di dalam partikel itu. Karena pori-pori adsorben biasanya
sangat kecil maka luas permukaan dalamnya menjadi beberapa kali
lebih besar dari permukaan luarnya. Adsorben yang telah jenuh dapat
diregenerasi agar dapat digunakan kembali untuk proses adsorpsi.
Suatu adsorben dipandang sebagai suatu adsorben yang baik untuk
adsorpsi dilihat dari sisi waktu. Lama operasi terbagi menjadi dua,
yaitu waktu penyerapan hingga komposisi yang diinginkan dan waktu
regenerasi atau pengeringan adsorben. Makin cepat dua variabel
tersebut, berarti makin baik juga kerja adsorben tersebut. Adapun
kriteria adsorben yang baik adalah sebagai berikut:
a. Adsorben-adsorben yang digunakan biasanya dalam wujud butir
berbentuk bola, belakang dan depan, papan hias tembok, atau
monolit-monolit dengan garis tengah yang hidrodiamik antara 5 dan 10
juta.
b. Harus mempunyai hambatan abrasi tinggi.
c. Kemantapan thermal tinggi.
d. Diameter pori kecil, yang mengakibatkan luas permukaan yang
diunjukkan lebih tinggi dan kapasitas permukaan tinggi karenanya
untuk adsorbsi.
e. Adsorben-adsorben itu harus pula mempunyai suatu struktur pori
yang terpisah jelas yang memungkinkan dengan cepat pengangkutan
dari uap air yang berupa gas.
C. Kulit Pisang sebagai Biosorben
Tanaman Pisang (Musaceaea sp) merupakan tanaman penghasil buah
yang banyak terdapat di Indonesia. Buahnya banyak disukai untuk
dikonsumsi secara langsung sebagai buah atau diolah menjadi produk
konsumsi lain seperti sale pisang, kripik pisang, selai pisang, dan lain
sebagainya. Namun hal ini tidak diimbangi dengan pengolahan limbah dari
kulit pisang yang sangat banyak jumlahnya. Limbah ini banyak terdapat di
daerah-daerah yang memproduksi keripik dan sale pisang. Limbah ini
masih tidak bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar, melainkan hanya
sebagai limbah tak berguna.
Menurut hasil penelitian dari Ahda (2008), tanaman pisang
mengandung berbagai macam senyawa seperti air, gula pereduksi, sukrosa,
pati, protein kasar, pektin, protopektin, lemak kasar, serat kasar, dan abu.
Sedangkan di dalam kulit pisang terkandung senyawa pektin yang cukup
besar.
Pektin merupakan polimer dari asam D-galakturonat yang
dihubungkan oleh ikatan -1,4 glikosidik. Pektin diperoleh dari dinding sel
tumbuhan daratan. Wujud pectin yang diekstrak adalah bubuk putih hingga
coklat terang. Sebagian gugus karboksil pada polimer pectin mengalami
esterifikasi dengan metil (metilasi) menjadi gugus metoksil. Senyawa ini
disebut sebagai asam pektinat atau pektin. Asam pektinat ini bersama gula
dan asam pada suhu tinggi akan membentuk gel seperti yang terjadi pada
pembuatan selai. Derajat metilasi atau jumlah gugus karboksil yang
teresterifikasi dengan metil menentukan suhu pembentukan gel. Semakin
tinggi derajat metilasi semakin tinggi suhu pembentukan gel.
BAB III
METODE PENELITIAN
Berikut ini adalah blok diagram tentang pelaksanaan program;
Gambar 1. Blok Diagram Metodologi Pelaksanaan Program
Pra Pengiriman Proposal
Pasca Persetujuan Proposal
1. Tahap Pra Pengiriman Proposal
Sebelum melaksanaan progrm ini, telah dilaksanakan :
a. Pengumpulan Fakta dan Informasi pada :
- Kepala RT dan Kepala RW Jetis Kulon
Dalam hal ini kami ingin mencari informasi mengenai kondisi
masyarkat tempat yang akan kami jadikan target kegiatan PKM
kami dan kondisi lingkungan sekitar serta membuat kesepakatan
antara kami dengan pihak warga bahwa kami akan melakukan
pelatihan pembuatan biosorben dari sampah kulit pisang.
Pesiapan Pelaksanaan Pelatihan
Perencanaan Teknis Pelatihan
Pembuatan Modul Pelatihan
Pelaksanaan Pelatihan
Evaluasi Kegiatan
Pengumpulan Fakta dan Informasi
Identifikasi dan Perumusan masalah
Studi Literatur
b. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Menghimpun fakta dan informasi yang didapat setelah survei
kemudian menentukan ide untuk membuat program pelatihan yang
bertujuan untuk meningkatkan kreativitas warga dalam pemanfaatan
sampah kulit pisang sehingga dapat dijadikan biosorben untuk
mengurangi pencemaran air dari logam berat.
c. Studi literatur
Untuk memperkuat ide, maka dilakukan studi literatur melalui internet
tentang metode pemanfaatan sampah kulit pisang sebagai biosorben
untuk menghilangkan logam berat pada pencemara air.
2. Tahap Pasca Persetujuan Proposal
Setelah disetujuinya proposal program ini, maka akan dilaksanakan :
a. Pembuatan Modul Pelatihan
Sebelum kami melaksanakan pelatihan, kami membuat sebuah modul
mengenai teknis pelatihan termasuk cara-cara pembuatan biosorben
dari sampah kulit pisang dalam hal pembuatan biosorben.
b. Perencanaan Teknis Pelatihan
Menyusun rencana dari teknis pelatihan pembuatan biosorben dari
sampah kulit pisang agar kami lebih siap untuk melaksanakan
pelatihan.
c. Persiapan Pelaksanaan Pelatihan
Permohonan izin kepada pihak RT dan RW dari Jetis Kulon untuk
melaksanakan Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat
(PKMM).
d. Pelaksanaan Pelatihan
Berupa pemberian materi oleh pelatih yakni cara-cara pembuatan
biosorben dari sampah kulit pisang sehingga dapat dimanfaatkan oleh
penduduk sekitar untuk mengurangi pencemaran air dari logam berat.
e. Evaluasi program
Melaksanakan review dan evaluasi terhadap setiap kegiatan yang telah
dilakukan serta mengevaluasi apakah para penduduk benar-benar bisa
menerima materi yang kita berikan serta pemberian KPP (Kegiatan
Pasca Pelatihan) berupa pembuatan biosorben dari sampah kulit
pisang.
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI
Ketercapaian target luaran yang diharapkan peneliti dalam pelaksnaan
telah sesuai dengan indikator keberhasilan jangka pendek. Daftar kegiatan yang
dilaksanakan telah terlampir pada LogBook.
BAB V
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Setelah tahap pelaksanaan pelatihan dilakukan, untuk tahap berikutnya
yaitu menghimbau kepada warga yang sedah mengikuti pelatihan agar
membimbing warga di Rukun Tetangga (RT) lainnya untuk mempraktekkan cara
penanggulangi pencemaran air dengan menggunakan sampah pisang kapok agar
cemaran limbah logam berat di lingkungan Jetis Kulon bisa berkurang dan dapat
mengoptimalkan penggunaan sampah kulit pisang agar menjadi barang yang
berguna.
Pada pelatihan tahap 1 ada 7 orang warga yang sudah berhasil dilatihkan
cara membuat biosorben dari kulit pisang dan pada pelatihan tahap 2 ada 20 orang
warga yang sudah berhasil dilatihkan cara membuat biosorben dari kulit pisang.
Warga-warga inilah yang nanti akan diterjunkan langsung ke dalam pelatihan
tahapan selanjutnya dengan beberapa perwakilan tertentu tergantung kepada
kesepakatan bersama.
7
10 10
20
10 10
Pelatihan Tahap 1 Pelatihan Tahap 2
DAFTAR PUSTAKA
Ahda, Yusuf. 2008. Pengolahan Limbah Kulit Pisang Menjadi Pektin Dengan
Metode Ekstraksi. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro,Semarang
Castro, R. S. D., Caetano, L., Ferreira, G., Padilha, P. M., Saeki, M. J., Zara, L. F.,
Martines, M. A. U., & Castro, G. R. (2011). Banana peel applied to the
solid phase extraction of copper and lead from river water:
Preconcentration of metal ions with a fruit waste. Industrial &
Engineering Chemistry Research, 50(6), 3446-3451. Retrieved from
pubs.acs.org/IECR
Firmansyah, Irfan. 2012. Penentuan ukuran dan teknik penyimpanan Benih
pisang kepok (Musa sp. Abb group) dari bonggol. Institut Pertanian Bogor
Hewett, Emma., Stem A and Mrs. Wildfong. 2011. Banana Peel Heavy Metal
Water Filter.http://users.wpi.edu
Kusuma dkk. 2010. Inovasi Pemanfaatan Kulit Pisang Raja Sebagai Biosorben
Untuk Menyerap Logam Berat. Jurusan Kimia FSAINTEK Universitas
Airlangga Surabaya
Lubis, Z. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja (Musa
paradisiaca) Terhadap Daya Terima Kue Donat. Universitas Sumatera
Utara
Marganof. 2007. Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja (Musa
paradisiaca) Terhadap Daya Terima Kue Donat. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Mashur, 2011. Manfaat Kulit Pisang. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI.
Siska. 2009. Kandungan Logam tembaga (Cu) dalam Eceng Gondok (Eichhornia
crassipes Solms.), Perairan dan Sedimen Berdasarkan Tata Guna Lahan
di Sekitar Sungai Banger Pekalongan (Siska Setyowati, Nanik Heru
Suprapti dan Erry Wiryani ) Lab. Ekologi & Biosistematik, Jurusan
Biologi, F. MIPA. UNDIP.
LAMPIRAN
A. PENGGUNAAN DANA
No Jenis Pengeluaran Biaya
1. Peralatan penunjang
1.1 Sewa Tempat Pelatihan 2 hari Rp 250.000,00 Rp 500.000,00
1.2 Sewa LCD+slide 2 hari Rp 300.000,00 Rp. 600.000,00
1.3 Sewa Sound System 2 hari Rp 200.000,00 Rp. 400.000,00
1.4 Biaya Kebersihan 2 hari Rp 100.000,00 Rp. 200.000,00
1.5 Oven 1 buah Rp 650.000,00 Rp. 650.000,00
1.6 Alat Pres-presan 1 buah Rp 300.000,00 Rp 300.000,00
2. Bahan Habis Pakai
2.1 Bahan baku biosorben
Pisang (Kulitnya saja yang
diambil, isinya dibuat
pisang goreng)
4 sisir Rp. 10.000,00 Rp. 40.000,00
Kassa 1 kotak Rp. 6.500,00 Rp. 6.500,00
Kain kapas 10 meter Rp. 20.000,00 Rp. 200.000,00
2.2 Peralatan
Gunting 20 buah Rp. 5.000,00 Rp. 100.000,00
Pisau 8 buah Rp. 10.000,00 Rp. 80.000,00
Jarum 3 kotak Rp. 5.000,00 Rp. 15.000,00
3. Perjalanan
Untuk ambil sampel air di
sungai rolak dan tempat
pemukiman warga
3 Rp. 20.000,00 Rp. 60.000,00
4. Lain-lain
4.1 Kesekretariatan
Kertas A4 (untuk
undangan, laporan dan
modul)
3 rim Rp 40.000,00 Rp 120.000,00
No Jenis Pengeluaran Biaya
Tinta Komputer (hitam) 3 buah Rp 30.000,00 Rp 90.000,00
Tinta Komputer (warna) 3 buah Rp 30.000,00 Rp 90.000,00
Fotokopi laporan PKMM 6 buah Rp 3.000,00 Rp 18.000,00
Penjilidan Laporan PKMM 6 buah Rp 5.000,00 Rp 30.000,00
Fotokopi Modul 30 buah Rp 2.000,00 Rp. 60.000,00
Penjilidan Modul 30 buah Rp 5.000,00 Rp. 150.000,00
4.2 Konsumsi
Air minum 5 dus Rp 15.000,00 Rp. 75.000,00
Makan Siang
40 buah x
2 hari Rp 15.000,00 Rp. 1.200.000,00
Snack
40 buah x
2 hari Rp. 5.000,00 Rp. 400.000,00
4.3 Publikasi
Pamflet
100
lembar Rp 1.000,00 Rp 100.000,00
Spanduk 1 buah Rp 50.000,00 Rp 50.000,00
Undangan 40 lembar Rp. 1.000,00 Rp 40.000,00
4.4 Komunikasi
Pulsa 4 buah Rp 50.000,00 Rp 200.000,00
Total Biaya Pengeluaran Rp 5.355.500,00
B. DOKUMENTASI KEGIATAN
Sampah Kulit
Pisang Kepok
Kulit Pisang
Kepok dicuci
sampai getahnya
hilang
Kulit Pisang yang
sudah bersih
dipotong kecil-
kecil
Kulit Pisang
Kepok yang
sudah dipotong
kecil-kecil dioven
selama 2 x 24 jam
Kulit Pisang
Kepok yang
sudah kering
Pengemasan kulit
Pisang Kepok
yang sudah
kering
Pelatihan Tahap 1
Pelatihan Tahap 2