upaya peningkatan pembelajaran kimia pada...
TRANSCRIPT
UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA MATERI
PEMISAHAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM BERBASIS
LABORATORIUM KELAS VII MTs HIDAYATUS SYUBBAN GENUK
SKRIPSI
Disusun guna memenuhi tugas dan melengkapi Syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
dalam ilmu Pendidikan Kimia
Oleh :
SITI ANIYAH
NIM : 083711021
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Judul : Upaya Peningkatan Pembelajaran Kimia Pada Materi Pemisahan Kimia
Melalui Metode Praktikum Berbasis Laboratorium Kelas VII MTs
Hidayatus Syubban Genuk.
Penulis : Siti Aniyah
NIM : 083711021 .
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan metode yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang baik
adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Salah satu
metode tersebut adalah metode praktikum, dimana metode ini siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari,
siswa juga diberi kesempatan untuk mengikuti suatu proses, mengamati suatu
objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai
suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana
meningkatkan pembelajaran kimia dengan metode praktikum terhadap hasil
belajar kimia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) materi pokok pemisahan kimia
pada siswa kelas VII semester I MTs HidayatusSyubban Genuk pada mata
pelajaran kimia materi pemisahan kimia melalui metode praktikum. Penelitian ini
merupakan tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri
dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes dan persentase
ketuntasan belajar klasikal yang dicapai siswa. Keberhasilan siswa untuk aspek
kognitif dapat dilihat dari hasil tes, dengan ketuntasan individual bila semua siswa
mencapai 65 atau menguasai 65% dan ketuntasan klasikal apabila 80% dari
seluruh siswa dalam satu kelas memperoleh nilai ≥ 65 atau telah menguasai sama
dengan 80% (sesuai dengan ketentuan sekolah).Terjadi peningkatan aktivitas
afektif dan aktivitas psikomotorik siswa dari siklus I sampai siklus berikutnya.
Dari hasil penelitian, rata-rata hasil belajar kognitif, afektif, dan
psikomotorik meningkat setiap siklus. Pada siklus I aspek kognitif sebesar 70%,
aspek afektif sebesar 74.65%, aspek psikomotorik sebesar 73.25%. Pada siklus II
aspek kognitif sebesar 96.7%, aspek afektif sebesar 82.5%, aspek psikomotorik
sebesar 84.5%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar peserta didik meningkat melalui penerapan pembelajaran praktikum.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi dan masukan guru dalam melakukan kegiatan praktikum di
laboratorium, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif,
psikomotorik, dan afektif.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur Alhamdulillah selalu terpanjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan segala rahmat, inayah dan hidayah-Nya kepada penulis yang
tidak memiliki kekuatan sehingga hanya berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah meluruskan
umat manusia yang diridloi oleh Allah SWT.
Skripsi ini berjudul “Upaya Peningkatan Pembelajaran Kimia Pada
Materi Pemisahan Kimia Melalui Metode Praktikum Berbasis Laboratorium
Kelas VII MTs HidayatusSyubban Genuk”, disusun untuk mengetahui salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-I) Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa
skripsi ini sangat sulit terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dukungan, dan
do’a dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis mengaturkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang
2. Atik Rahmawati, S.Pd, M.Si, selaku pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Abdul Wahid, M.Ag, selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Segenap dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang, terkhusus dosen Kimia yang selalu
berkenan untuk memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyusun skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu karyawan Perpustakaan baik di Institut maupun di Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah
viii
memberikan pelayanan kepustakaan yang diperlukan penulis untuk menyusun
skripsi ini.
6. KH. Ach. Syamhudi, M.Pd.I, selaku kepala sekolah MTs HidayatusSyubban
Genuk dan seluruh guru, karyawan, dan stafnya terimakasih telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. UlfiChoiriyah, S.KM, selaku guru IPA di MTs HidayatusSyubban Genuk,
terimakasih atas bantuan, arahan, bimbingannya selama penulis melaksanakan
penelitian.
8. Ayahanda Fatkurrohman dan Ibunda Masriyah selaku orang tua penulis, yang
telah memberikan segalanya baik do’a, semangat, cinta, kasih saying, ilmu,
dan bimbingan, yang tidak dapat penulis ganti dengan apapun, serta dukungan
materiil dan spiritualnya.
9. Kakak tercinta Fitriyatun, Muhamad Yusuf, Munthohar, Luluk Ilma’nun, yang
telah memberikan semangat untuk menjadi yang terbaik.
10. Teman-teman seperjuangan Kimia angkatan 2008 yang memberikan semangat
baik moral, materil, maupun spiritual.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan dalam arti sebenarnya. Oleh sebab itu saran dan kritik yang
bersifat konstruktif penulis harapkan. Penulis berharap semoga penyusunan
skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca.
Semarang, 22 Juni 2012
Penulis
Siti Aniyah
NIM.083711021
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii
PENGESAHAN ............................................................................................. iii
NOTA PEMBIMBING .................................................................................. iv
ABSTRAK PENELITIAN ............................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……. ......................................... 4
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Belajar dan Hasil Belajar ........................................................... .6
1. Belajar ................................................................................. 6
2. Hasil belajar ........................................................................ 8
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............... 13
B. Metode Praktikum... ................................................................... 17
1. Pengertian Metode Praktikum... ......................................... 17
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Praktikum .................. 17
C. Pembelajaran di Laboratorium ................................................... 18
D. Pemisahan Kimia.... ................................................................... 19
E. Kajian Pustaka yang Relevan…….. ........................................... 27
F. Hipotesis Tindakan.. .................................................................. 28
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian… ................................................................... 30
B. Waktu dan Tempat Penelitian……. ........................................... 30
C. Kolaborator.. .............................................................................. 31
D. Rancangan Penelitian…….. ....................................................... 31
E. Teknik Pengumpulan Data.. ....................................................... 36
x
F. Instrument Penelitian……... ...................................................... 38
G. Teknik Analisis Data Hasil Observasi……. .............................. 38
H. Indikator Keberhasilan……. ...................................................... 44
BAB IV : PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Observasi Pra Siklus .................................................................. 46
1. Hasil Belajar Peserta Didik…… ......................................... 46
2. Refleksi Pra Siklus……. ..................................................... 47
3. Strategi Pembelajaran yang Digunakan. ............................. 48
4. Sarana Laboratorium….. ..................................................... 48
5. Hasil Penelitian... ................................................................ 49
Siklus I… ............................................................................ 49
Siklus II... ............................................................................ 59
B. Pembahasan.. .............................................................................. 64
1. Siklus I… ............................................................................ 64
2. Siklus II.. ............................................................................. 67
3. Keterbatasan Penelitian.. ..................................................... 72
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 73
B. Saran. ......................................................................................... 73
C. Penutup……. ............................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Hasil Belajar Aspek Kognitif Pra Siklus ................................... 46
Tabel 4.2 : Hasil Belajar Aspek Psikomotorik Siklus I ............................... 53
Tabel 4.3 : Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I ......................................... 55
Tabel 4.4 : Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus I ........................................ 56
Tabel 4.5 : Hasil Belajar Aspek Psikomotorik Siklus II ............................... 61
Tabel 4.6 : Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus II........................................... 62
Tabel 4.7 : Hasil Belajar Kognitif Siklus II .................................................... 63
Tabel 4.8 : Hasil Tes Siswa (Kognitif) Pra Siklus dan Siklus I……………... 66
Tabel 4.9 : Hasil Tes Siswa (Kognitif) Siklus I dan Siklus II………………. 67
Tabel 4.10: Hasil Penilaian Aspek Psikomotorik Siklus I dan Siklus II…….. 69
Tabel 4.11: Hasil Penilaian Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II…………… 70
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Pra Siklus dan Siklus I……………. 66
Grafik 4.2 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Siklus I dan Siklus II……………... 68
Grafik 4.3 Hasil Penilaian Aspek Psikomotorik Siklus I dan Siklus II…... 69
Grafik 4.4 Hasil Penilaian Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II……….… 71
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pemisahan dengan metode filtrasi ............................................... 20
Gambar 2.2 Pemisahan dengan metode kristalisasi ........................................ 22
Gambar 2.3 Pemisahan dengan metode destilasi ............................................ 23
Gambar 2.4 Pemisahan dengan metode sublimasi .......................................... 25
Gambar 2.5 Pemisahan dengan metode kromatografi kertas.......................... 26
Gambar 3.1 Langkah-langkah PTK............................................................... 32
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Silabus
Lampiran 2 : RPP Siklus I
Lampiran 3 : RPP Siklus II
Lampiran 4 : Daftar Nama Peserta Didik
Lampiran 5 : Daftar Kelompok Praktikum
Lampiran 6 : Nilai Pra Siklus
Lampiran 7 : Petunjuk Praktikum Siklus I
Lampiran 8 : Petunjuk Praktikum Siklus II
Lampiran 9 : Kisi-kisi Soal Siklus I
Lampiran 10 : Kisi-kisi Soal Siklus II
Lampiran 11 : Lembar Penilaian Aspek Kognitif Siklus I
Lampiran 12 : Lembar Penilaian Aspek Kognitif Siklus II
Lampiran 13 : Kunci Jawaban Siklus I dan II
Lampiran 14 : Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siklus I
Lampiran 15 : Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siklus II
Lampiran 16 : Panduan Skoring Afektif
Lampiran 17 : Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siklus I
Lampiran 18 : Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siklus II
Lampiran 19 : Panduan Skoring Psikomotorik
Lampiran 20 : Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I
Lampiran 21 : Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotorik Siklus II
Lampiran 22 : Jurnal Guru
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta
didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”.1 “Proses
pembelajaran merupakan kegiatan fundamental dalam proses pendidikan yang
mana terjadinya proses belajar yang tidak terlepas dari proses mengajar. Proses
pengajaran dan pembelajaran dalam konteks pendidikan formal merupakan usaha
sadar dan sengaja serta terorganisir secara baik, guna untuk mencapai tujuan
institusional yang diemban oleh lembaga yang menjalankan misi pendidikan.
Proses pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan siswa
(peserta didik)”.2
“Belajar merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian
individu, baik segi fisik maupun psikis. Dalam proses belajar di sekolah sasaran
belajar ini sering dirumuskan dalam bentuk tujuan pelajaran, tujuan instruksional
atau dewasa ini disebut tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar yang berlangsung
di sekolah bersifat formal, disengaja, direncanakan, dengan bimbingan guru, serta
pendidik lainnya. Apa yang hendaknya dicapai dan dikuasai siswa (tujuan
belajar), bahan apa yang harus dipelajari (metode pembelajaran), serta bagaimana
cara mengetahui kemajuan belajar siswa (evaluasi), telah direncanakan dengan
seksama”.3 “Ada dua pendekatan di dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah,
yaitu pendekatan yang mengutamakan hasil belajar dan yang menekankan proses
belajar. Sebab suatu hasil belajar yang baik akan diperoleh melalui proses yang
1 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2008), hlm.85.
2 Iskandar, Psikologi Pendidikan, (Ciputat : Gaung Persada (GP) Press, 2009), hlm.98.
3 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rodaskarya, 2009), hlm.177-179.
2
baik, dan sebaliknya proses belajar yang baik akan memberi hasil yang baik
pula”.4
Dalam proses belajar anak-anak tidak semata-mata menerima pelajaran
yang “dihadiahkan” oleh guru. Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak
dijumpai belajar yang kurang tepat, misalnya dengan memahami belajar sebagai
masalah atau kegiatan intelektual semata-mata. Bahkan ada juga yang
mengharuskan siswa duduk manis di depan meja dengan sikap menerima apa
yang diberikan oleh guru. Dengan praktik seperti itu dapat diartikan bahwa jiwa
anak bersifat pasif. Sedangkan materi yang dipelajari seolah-olah seperti benda
yang dimasukkan oleh guru ke dalam diri siswa. Ibaratnya seperti anak kecil yang
duduk dengan manis dalam menerima sepiring nasi yang dihidangkan ibunya.5
Peranan peserta didik dalam proses pembelajaran adalah berusaha secara aktif
terlibat langsung dalam proses belajar di bawah bimbingan guru. Dalam kegiatan
belajar peserta didik, guru harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang
kondusif dalam kegiatan belajar peserta didik.
IPA merupakan ilmu yang dibangun melalui proses berpikir, eksperimen
yang didalamnya terdapat tahap mengamati, mengukur, menganalisis, dan
mengambil kesimpulan. Di dalam pembelajaran IPA siswa dituntut lebih bisa
mandiri dalam belajar, karena dalam proses pembelajaran IPA yang diutamakan
bukan hanya sekedar pengembangan kemampuan akademik saja, melainkan juga
kemampuan praktik yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya.
Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Salah satu cara untuk
mendalami ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara praktik. Untuk
memperdalam ilmu pengetahuan dilihat dari aspek psikomotorik para peserta
didik perlu melakukan praktikum antara lain di laboratorium. Dalam pengertian
4 Bambang Warsita, Teknilogi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, hlm.178.
5 Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti, Eksistensi dan Proses Belajar-Mengajar Pendidikan
Agama Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1998), hlm.147-148.
3
terbatas laboratorium ialah suatu ruangan tertutup dimana percobaan dan
penyelidikan dilakukan ditunjang oleh adanya perangkat alat-alat dan bahan-
bahan yang digunakan untuk praktikum. Kegiatan praktek di laboratorium ini
dimaksudkan agar peserta didik dapat belajar melalui praktek sehingga menguasai
ilmu pengetahuan dengan tepat dan benar. Karena dalam pelajaran IPA peserta
didik tidak hanya belajar dengan cara mendengarkan keterangan guru di kelas.
Tetapi harus melakukan kegiatan penyelidikan melalui praktek di laboratorium
untuk mencari keterangan lebih lanjut mengenai ilmu yang dipelajarinya.6
MTs Hidayatus Syubban merupakan salah satu MTs swasta di kota Genuk,
dimana sebagian besar siswa-siswanya berasal dari daerah setempat. Pada kelas
VII dalam menyampaikan materi pemisahan kimia belum diterapkan metode
praktikum. Berdasarkan observasi awal diperoleh hasil bahwa kebanyakan peserta
didik kelas VII pasif dan banyak diam, hal ini disebabkan karena rasa malu,
kurang berani bertanya, menjawab pertanyaan maupun mengungkapkan pendapat.
Selain itu juga anggapan peserta didik bahwa mata pelajaran kimia sangat
membosankan karena terlalu banyak materi, hitung-hitungan, dan hafalan.
Sehingga mempengaruhi hasil belajar yang selama ini belum sesuai dengan
harapan.
Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan dan
hasil belajar peserta didik dalam suatu proses pembelajaran. Salah satunya adalah
model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Model pembelajaran yang
monoton akan mengurangi motivasi peserta didik untuk belajar, karena peserta
didik merasa jenuh. Guru diharapkan mampu menggunakan model pembelajaran
yang lebih bervariasi agar dapat membangkitkan daya kreatifitas, motivasi, serta
kerjasama, tanggungjawab, dan disiplin.
Bertolak dari uraian di atas peneliti berminat melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang lebih aktif yaitu kegiatan pembelajaran melalui metode
praktikum dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi pokok pemisahan
kimia. Pembelajaran praktikum adalah suatu metode dalam pembelajaran yang
6 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm.17.
4
cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami
dan membuktikan sendiri yang dipelajari. Dengan menggunakan metode
pembelajaran praktikum diharapkan lebih efektif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Karena dengan menggunakan metode praktikum siswa diajak secara
aktif melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep tentang
materi pelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka permasalahan yang
perlu di kaji dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah metode praktikum berbasis laboratorium dapat meningkatkan hasil
belajar kimia pada materi pokok pemisahan kimia siswa kelas VII MTs
Hidayatus Syubban Genuk tahun ajaran 2011/2012?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar kimia pada materi pokok pemisahan
kimia siswa kelas VII MTs Hidayatus Syubban Genuk tahun ajaran 2011/2012
melalui metode praktikum berbasis laboratorium?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui apakah metode praktikum berbasis laboratorium dapat
meningkatkan hasil belajar kimia pada materi pokok pemisahan kimia
siswa kelas VII MTs Hidayatus Syubban Genuk tahun ajaran 2011/2012?
b. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar kimia pada materi
pokok pemisahan kimia siswa kelas VII MTs Hidayatus Syubban Genuk
tahun ajaran 2011/2012 melalui metode praktikum berbasis laboratorium?
2. Manfaat
a. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar terhadap
pembelajaran kimia pada pokok bahasan pemisahan kimia dengan metode
5
praktikum, dan bisa menambah motivasi belajar siswa khususnya ilmu
IPA.
b. Bagi guru (pendidik), diharapkan dapat menambah pengalaman dalam
mengajar dengan penerapan metode praktikum, dan untuk mengukur
sejauh mana tingkat keterampilan berfikir kritis dan sikap ilmiah siswa.
c. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan dapat menambah khasanah baru
dalam pengembangan penerapan metode pembelajaran untuk membantu
proses pengajaran di kelas.
d. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan bisa menjadi sebuah pengetahuan
dan pengalaman dalam usaha mengembangkan metode pembelajaran.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar dan Hasil Belajar
1. Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar
adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu
proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin
ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan.
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-
banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi
yang dikuasai oleh siswa. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan
mutu) adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-
cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini
difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk
memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa. Belajar pada
hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi ranah
psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar, melihat, dan
mengucapkan. Pada umumnya belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. 1
Ada beberapa ahli mendefinisikan tentang belajar, antara lain dapat
diuraikan sebagai berikut :
1Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja
Rodaskarya, 2010), hlm.87-93
7
1) Menurut John W. Santrock:
“Learning is a relatively permanent change in behavior due to
experience”.2
(Belajar adalah perubahan yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku
sebagai hasil pengalaman).
2) Belajar menurut Clifford T. Morgan:
“learning may be defined as any relatively permanent change in behavior
which occur as a result of experience or practice”.3
(Pembelajaran dapat di definisikan sebagai perubahan sikap dari sebuah
hasil pengalaman dan praktek).
Hadist Nabi SAW baik secara eksplisit maupun implisit mewajibkan orang
untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan.
������ ��� � ��� ���� ������ � ����� �� ����� ���� � ��!� : » $ %�&'�� �(��)*� � � �+���+�� ��)�� � ,*� � � -�.� /�0+�� ��)�� � , ��+���+�� � $ 12�3+4 � 15�/��� �6789�: $ %�&'�� �(��)*� � � �;<�/�4+�� ��)�� � , $ %�&'�� �(��)
� )�= '�� � �>�?+0 @ A�B C�D �;� B8E @ �F �G H@8/�: ��: �;� '+I� J�� K�L @ �&K C �� K�0+�� �/ =+M , � �N�4 K�'�� �. ����B�� (���PQ���B���
Ibnu Mas’ud meriwayatkan, “Rasulullah saw. berkata kepadaku Tuntutlah
ilmu pengetahuan dan ajarkanlah kepada orang lain. Tuntutlah ilmu
kewarisan dan ajarkanlah kepada orang lain. PelajarilahAl-Qur’an dan
ajarkanlah kepada orang lain. Saya ini akan mati. Ilmu akan berkurang dan
cobaan akan semakin banyak, sehingga terjadi perbedaan pendapat antara
dua orang tentang suatu kewajiban, mereka tidak menemukan seorang pun
yang dapat menyelesaikannya.(Al-Imam Abi Muhammad Abdullah
ibnBahram Al-Darimi Al-Darimiy, Sunan ad-Darimi, jilid 1)4
Dalam hadis ini, ada tiga perintah belajar, yaitu perintah mempelajari ‘al-
‘ilm’, ‘al-faraid’ dan ‘al-Qur’an’. Menurut Ibnu Mas’ud, ilmu yang dimaksud di
sini adalah ilmu syariat dan segala jenisnya. Al-Fara’id adalah ketentuan-
2 John W. Santrock, Psychology Essentials, (New York : Mc Graw-Hill, 2005), hlm. 137.
3 Clifford, T. Morgan, Introduction to Psychology, (Kogakusha: Mc Graw-Hill, 1971), hlm.
63
4Bukhari Umar, ” Pendidikan dalam Perspektif Hadis: Perintah Menuntut Ilmu”, dalam
bukhariumar59.blogspot.com/2010/12/pendidikan-dalam-perspektif-hadis.html,diakses 07
Februari 2012.
8
ketentuan baik ketentuan Islam secara umum maupun ketentuan tentang harta
warisan. Mempelajari Al-Qur’an mencakup menghafalnya. Setelah dipelajari
ajarkan pula kepada orang lain supaya lebih sempurna. Beliau memerintahkan
agar sahabat mempelajari ilmu karena beliau sendiri adalah manusia seperti
manusia pada umumnya. Pada suatu saat, beliau akan wafat. Dengan adanya
orang mempelajari ilmu, ilmu pengetahuan akan terus berkembang.
2. Hasil Belajar
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajar. Horward Kingsley membagi tiga hasil belajar,
yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap
dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a)
informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, (e)
keterampilan motorik”.5
Menurut taksonomi Benyamin Bloom membagi menjadi tiga ranah, yakni
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan
atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban
atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris
berkenaan dengan hasil belajar kemampuan keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b)
keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau
ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan
interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara
ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran.
5Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja
Rodaskarya, 2009), hlm.22
9
a. Ranah kognitif
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata
knowledge dalam taksonomi Bloom, membedakan menjadi beberapa tipe
yaitu:6
1) Pengetahuan (Knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall)
atau mengenal kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus,
dan sebagainya. Pengetahuan atau ingatan ini merupakan proses berfikir
yang paling rendah.
2) Pemahaman (Comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman merupakan jenjang
kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
3) Penerapan atau aplikasi (Application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-
ide umum, tata cara, ataupun metode-metode. Prinsip-prinsip, rumus-
rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret.
Aplikasi atau penerapan ini merupakan proses berfikir yang setingkat lebih
tinggi dibandingkan dengan pemahaman.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor
yang satu dengan yang lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih
tinggi dibanding dengan jenjang aplikasi.
5) Sintesis (Synthesis)
6 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja
Rodaskarya, 2009), hlm.22-25
10
Adalah kemampuan seseorang yang merupakan kebalikan dari proses
analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memudahkan bagian-
bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu
pola yang berstruktur atau berbentuk pola yang baru. Jenjang sintesis
adalah setingkat lebih tinggi dibanding dengan jenjang analisis.
6) Evaluasi (Evaluation)
Adalah jenjang berfikir yang paling tinggi dalam ranah kognitif. Menurut
taksonomi Bloom, penilaian atau evaluasi merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau
ide.
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di
dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis,
mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta
didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat
pemahaman peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-
katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat
aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam
situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk
menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi,
membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab akibat.
Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita,
komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan
pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi
seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya
judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih
mementingkan proses belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori belajar kognitif lebih
menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Tingkah laku
manusia yang tampak, tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan
11
proses mental, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh
para calon guru dan para guru demi menyukseskan proses pembelajaran di
kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif peserta didik, guru akan
mengalami kesulitan dalam membelajarkannya di kelas, yang pada akhirnya
mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh
guru di kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh peserta didik
merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran di kelas. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya
berbagai pengetahuan peserta didik melalui kegiatan belajar baik secara
mandiri maupun secara kelompok.
b. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa jenis
kategori ranah afektif sebagai hasil belajar yaitu:7
1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk
masalah, situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan
untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari
luar.
2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan
reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang
kepada dirinya.
3) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan
menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan
kesepakatan terhadap nilai.
4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan,
7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, hlm.25-28
12
dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam
organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah laku. Ke dalamnya termasuk keseluruhan nilai dan
karakteristiknya.
Ranah afektif merupakan kegiatan yang mencakup sikap dan nilai.
Ranah afektif meliputi kemampuan seseorang untuk menerima sesuatu,
kemampuan untuk menjawab, kemampuan seseorang untuk menilai dalam
memperbaiki suatu masalah. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan
dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi
ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4)
organization (5) characterization by value or value complex. Receiving atau
attending sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu
objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar peserta didik bersedia
menerima nilai-nilai yang di ajarkan, dan peserta didik berkenan
menggabungkan diri kedalam nilai itu atau mengidentifikasikan diri dengan
nilai itu. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi
aktif”. Kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena
tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Valuing (menilai)
artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap peserta
didik, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan
membawa kerugian atau penyesalan. Dalam proses belajar mengajar, peserta
didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk.
c. Ranah psikomotorik
13
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill)
dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:8
1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan sadar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, dan motoris.
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotorik adalah ranah yang
berhubungan dengan aktivitas fisik. Hasil belajar psikomotorik ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil
belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-
kecenderungan berperilaku).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan
atas dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu
dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
1) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama,
keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat
8 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, hlm.28-31
14
mempengaruhi aktifitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan
bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah akan menghambat
tercapainya hasil belajar yang maksimal. Kedua, keadaan fungsi jasmani
atau fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi
pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama
pancaindera. Pancaindera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktifitas belajar dengan baik pula.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat,
sikap, dan bakat. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang penting
dalam proses belajar siswa, karena dapat menentukan kualitas belajar
siswa. Motivasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa, karena motivasilah yang mendorong
siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Minat juga memberi pengaruh
terhadap hasil belajar, karena jika siswa tidak mempunyai minat, maka
tidak semangat belajar. Dalam proses belajar, sikap juga mempengaruhi
keberhasilan proses belajar, karena sikap adalah gejala internal yang
bereaksi relatif tetap terhadap objek baik positif maupun negatif. Faktor
psikologis lain yang mempengaruhi adalah bakat. Bakat adalah
kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.9
Kecerdasan adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecerdasan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui dan menggunakan konsep-konsep yang
9Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm.130-133
15
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Kecerdasan besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang
sama, seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi akan berhasil daripada
yang memiliki kecerdasan rendah. Untuk menjamin hasil belajar yang baik,
maka peserta didik harus memiliki perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatiannya maka timbullah
kebosanan sehingga ia tidak lagi suka belajar. Minat adalah kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan
yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa
senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara
dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat diikuti
dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi
kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat mempengaruhi
belajar. Bahan pelajaran yang diambil sesuai dengan bakatnya maka hasilnya
peserta didik yang bersangkutan akan senang belajar dan giat dalam meraih
prestasinya. Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai. Untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat adalah motivasi sendiri sebagai daya penggerak dan
pendorong. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat
menjadi motivasi peserta didik sehingga memiliki perhatian dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang menunjang belajar.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan yaitu:10
1) Lingkungan sosial
a) Lingkungan sekolah seperti guru, administrasi, dan teman-teman
sekelas dapat mempengaruhi proses belajar mengajar seorang siswa.
b) Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan sosial masyarakat
tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm.133-134
16
c) Lingkungan sosial keluarga, hubungan antara anggota keluarga, orang
tua, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktifitas belajar dengan baik.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal peserta didik akan
mempengaruhi belajar peserta didik. Lingkungan yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak telantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar,
paling tidak peserta didik kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi,
atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
peserta didik. Hubungan yang harmonis antara guru, administrasi, dan teman-
teman sekelas dapat menjadi motivasi bagi peserta didik untuk belajar lebih
baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan
dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara
lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak
untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
2) Lingkungan non sosial
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang panas atau dingin,
sinar yang kuat atau lemah, serta suasana yang sejuk dan tenang.
Kondisi tersebut dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa.
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan
dua macam, pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat
belajar. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-
peraturan sekolah.
c) Faktor materi pelajaran, supaya guru dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap aktifitas belajar siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.11
11Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm.134-136
17
Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan
tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau, atau tidak terlalu gelap, suasana
yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik. Sebaliknya, bila
kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar peserta didik akan
terhambat. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke peserta didik). Faktor ini
hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan peserta didik, begitu juga
dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan
peserta didik. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif
terhadap aktivitas belajar peserta didik, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
kondisi peserta didik.
.
B. Metode Praktikum
Metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.
Metode praktikum mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1. Kelebihan metode praktikum
a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya.
b. Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan
penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia.
c. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.
2. Kekurangan metode praktikum
a. Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.
18
b. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak
selalu mudah diperoleh dan mahal.
c. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
d. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan
kemampuan atau pengendalian.12
Praktikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata
apa yang disebut dalam teori. Sedangkan praktikum adalah bagian dari pengajaran
yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan
melaksanakan dalam keadaan nyata, apa yang diperoleh dari teori dan pelajaran
praktek. Kegiatan praktikum membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan belajar secara teori. Akan tetapi, masalah tersebut dapat diatasi dengan
mengatur waktu dan mengalokasikan sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan sehingga kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar tanpa ada
masalah pada pengaturan waktunya. Praktikum merupakan salah satu bentuk
pengajaran yang cocok untuk memenuhi fungsi pendidikan umum” latihan dan
umpan balik” dan fungsi khusus “ memperbaiki motivasi siswa.”
C. Pembelajaran di Laboratorium
Belajar di laboratorium merupakan pengalaman unik dan melibatkan
kemampuan manual maupun intelektual, bahkan kemampuan sosial. Karenanya,
ukuran keberhasilannya berbeda dengan kegiatan non praktik di kelas. Salah satu
cara untuk mendalami ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara praktik. Untuk
memperdalam ilmu pengetahuan dilihat dari aspek psikomotorik para peserta
didik perlu melakukan praktikum antara lain di laboratorium. Dalam pengertian
terbatas laboratorium ialah suatu ruangan tertutup dimana percobaan dan
penyelidikan dilakukan ditunjang oleh adanya perangkat alat-alat dan bahan-
bahan yang digunakan untuk praktikum. Kegiatan praktek di laboratorium ini
12Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), hlm. 84-85.
19
dimaksudkan agar peserta didik dapat belajar melalui praktek sehingga menguasai
ilmu pengetahuan dengan tepat dan benar.13
Laboratorium dalam pendidikan IPA merupakan suatu tempat dimana guru
dan siswa melakukan percobaan, pengamatan dan penelitian. Laboratorium
merupakan tempat penunjang dari kegiatan kelas atau sebaliknya kegiatan kelas
menjadi penunjang kegiatan laboratorium. Laboratorium IPA dapat merupakan
tempat yang baik bagi para siswa untuk berusaha memecahkan masalah baik yang
dijumpai di dalam laboratorium itu sendiri, di dalam kelas atau dimana saja.
Laboratorium IPA dapat memberi peluang bagi para siswa untuk bekerja
mengenal alat dan bahan-bahan tertentu, bekerja sama dengan teman-teman
sehingga memiliki gairah yang kuat untuk mengungkapkan atau menemukan
sesuatu yang tidak dapat diketahui dan dapat menikmati kepuasan atau hasil yang
dapat dicapai.
D. Pemisahan Kimia
“Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena
kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran”.14
“Untuk
mengetahui kedudukan tahap pemisahan dalam serangkaian proses analisis,
berikut diberikan secara garis besar tahap-tahap urutan di dalam analisis
kuantitatif. Tahap-tahap tersebut adalah (a) seleksi dan penyiapan sampel (seperti
pengaturan pH); (b) pengukuran sampel; (c) pelarutan sampel; (d) perlakuan awal
sampel; (e) pemisahan komponen yang diinginkan; (f) pengukuran komponen
yang diinginkan; (g) penganalisisan data dan pelaporan”.15
Macam-macam
metode yang digunakan untuk pemisahan campuran yaitu:
1. Memisahkan Suspensi
Cairan yang mengandung zat padat tak larut di sebut suspensi. Suatu
suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan (filtrasi)
13Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm.17
14Sumar Hendayana, Kimia Pemisahan, (Bandung : Rodaskarya, 2006), hlm.1.
15Soebagio dkk, Kimia Analitik II, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2002), hlm.1.
20
Penyaringan yang dilakukan di laboratorium biasanya menggunakan
kertas saring. Kertas saring memiliki pori-pori yang relatif kecil, sehingga
akan menahan partikel suspensi. Dalam proses penyaringan menghasilkan
residu dan filtrat. Residu yaitu zat padat yang tertahan oleh kertas saring,
sedangkan filtrat yaitu zat cair yang melewati kertas saring. Berikut gambar
2.1 pemisahan kimia berdasarkan metode filtrasi (penyaringan).
Gambar 2.1 Pemisahan dengan metode filtrasi
2. Memisahkan Zat Padat Terlarut dari Larutan
Zat padat terlarut tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan. Zat
padat terlarut dapat dipisahkan melalui penguapan dan kristalisasi. Suatu zat
yang tampil sebagai zat padat, tetapi tidak mempunyai struktur kristal yang
berkembangbiak disebut amorf (tanpa bentuk). Ter dan kaca merupakan zat
padat semacam itu. Tidak seperti zat pada kristal, zat amorf tidak mempunyai
titik-titik leleh tertentu yang tepat. Sebaliknya zat amorf melunak secara
bertahap bila dipanasi dan meleleh dalam suatu jangka temperatur .
Zat padat umumnya mempunyai titik lebur yang tajam (rentangan
suhunya kecil), sedangkan zat padat amorf akan melunak dan kemudian
melebur dalam rentangan suhu yang beasr. Partikel zat padat amorf sulit
dipelajari karena tidak teratur. Oleh sebab itu, pembahasan zat padat hanya
membicarakan kristal. Suatu zat mempunyai bentuk kristal tertentu. Dua zat
yang mempunyai struktur kristal yang sama disebut isomorfik (sama bentuk),
21
contohnya NaF dengan MgO, K2SO
4 dengan K
2SeO
4, dan Cr
2O
3 dengan
Fe2O
3. Zat isomorfik tidak selalu dapat mengkristal bersama secara homogen.
Artinya satu partikel tidak dapat menggantikan kedudukan partikel lain.
Contohnya, Na+ tidak dapat menggantikan K+
dalam KCl, walaupun bentuk
kristal NaCl sama dengan KCl. Suatu zat yang mempunyai dua kristal atau
lebih disebut polimorfik (banyak bentuk), contohnya karbon dan belerang.
a. Penguapan
Pada proses penguapan, larutan dipanaskan sehingga zat pelarutnya
menguap dan meninggalkan zat terlarut. Pemisahan terjadi karena zat
terlarut mempunyai titik didih yang lebih tinggi daripada pelarutnya. Pada
pemisahan dengan cara penguapan komponen volatil dipisahkan dari
komponen yang non volatil, karena proses pemanasan. Sebagai contoh
pemisahan penguapan dapat digunakan untuk memisahkan air dari larutan
NaCl berair.
b. Pengkristalan
Pada kristalisasi, larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut
mengkristal. Pengkristalan terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu
diturunkan. Sebagai contoh adalah natrium klorida (NaCl) yang berperan
sebagai kristal ionik yang dibentuk oleh gaya tarik antara ion bermuatan
positif dan negatif. Kristal natrium klorida memiliki bilangan koordinasi
enam, dimana satu kation Na+ dikelilingi oleh enam anion Cl
-. Kristal
ionik biasanya memiliki titik leleh tinggi dan hantaran listrik yang rendah.
Namun dalam larutan atau dalam titik lelehnya, kristal ionik terdisosiasi
menjadi ion-ion yang memiliki hantaran listrik. Dalam ion natrium klorida
diikat oleh ikatan ion. Berlawanan dengan ikatan kovalen, ikatan ion tidak
memiliki arah khusus, dan akibatnya ion natrium akan berinteraksi dengan
semua ion klorida dalam kristal, walaupun intensitas beragam. Demikian
juga ion klorida akan berinteraksi dengan semuan ion natrium dalam
22
kristal16
. Berikut gambar 2.2 pemisahan kimia berdasarkan metode
kristalisasi.
Gambar 2.2 Pemisahan dengan metode kristalisasi
3. Memisahkan campuran zat cair
Zat cair dapat dipisahkan dari campurannya melalui destilasi.
Campuran dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan
dengan corong pisah. Misalnya, campuran air dan minyak. Campuran akan
terbentuk dua lapisan, karena massa jenis air lebih besar daripada minyak,
maka air akan berada di lapisan bawah sedangkan minyak di lapisan atas. Jika
keran dibuka, maka air akan mengalir keluar. Setelah seluruh air habis barulah
minyak akan keluar melalui keran.17
a. Destilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu proses penguapan yang
diikuti pengembunan. Destilasi dapat digunakan untuk memisahkan suatu
komponen dari campurannya apabila komponen lainnya tidak ikut
menguap (titik didih komponen lain jauh lebih tinggi). Pemisahan dengan
destilasi berbeda dengan pemisahan dengan cara penguapan. Pada
pemisahan dengan cara destilasi semua komponen yang terdapat di dalam
campuran bersifat mudah menguap (volatil). Tingkat penguapan
(volatilitas) masing-masing komponen berbeda-beda pada suhu yang
16 Rian Trilaksana Putra, Pemisahan & Pemurnian Zat Padat http://dc142.4shared.com/doc
/Nk DnA5od/preview.html
17 Dody Putranto Belajar Kimia Serasa Mudah dan menyenangkan http://kimiadahsyat.
blogspot.com/2010/11/corong-pemisah.html
23
sama. Hal ini akan berakibat bahwa pada suhu tertentu uap yang
dihasilkan dari suatu campuran akan selalu mengandung lebih banyak
komponen yang lebih volatil. Sifat yang demikian ini akan terjadi
sebaliknya, yakni pada fasa tertentu fasa cairan akan lebih banyak
mengandung komponen yang kurang volatil. Jadi cairan yang kurang
setimbang dengan uapnya pada suhu tertentu memiliki komposisi cairan
yang berbeda. Pemisahan dengan cara destilasi digunakan untuk
memisahkan campuran alkohol dari air. Destilasi tunggal menghasilkan
pemisahan parsial dari komponen dimana fasa uap diperkaya dengan zat
yang lebih volatil. Dalam destilasi fraksional atau destilasi bertingkat
berproses pemisahan parsial diulang berkali-kali dimana setiap kali terjadi
pemisahan lebih lanjut. Hal ini proses pengayaan dari uap yang lebih
volatil juga terjadi berulang-ulang sepanjang proses destilasi fraksional itu
berlangsung. Destilasi uap adalah cara untuk mengisolasi dan memurnikan
senyawa. Cara destilasi uap dapat digunakan untuk memisahkan:
1) Senyawa yang tidak mudah menguap atau senyawa yang tidak
dikehendaki.
2) Campuran berair yang mengandung garam-garam anorganik larut.
3) Senyawa yang secara tidak langsung menguap dalam uap air misalnya:
orto nitrofenol dan para nitrofenol.
4) Hasil samping tertentu yang teruapkan oleh pengaruh uap.18
Berikut gambar 2.3 pemisahan kimia berdasarkan metode destilasi.
18 Soebagio, dkk, Kimia Analitik II, (Malang : Universitas negeri Malang, 2002), hlm.24-32
24
Gambar 2.3 pemisahan kimia metode destilasi
b. Corong pisah
Campuran dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan dapat
dipisahkan dengan corong pisah. Corong pemisah atau corong pisah
adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair
untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara
dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang takcampur. Umumnya salah
satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa pelarut organik
lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroform, ataupun etil asetat.
Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air kecuali pelarut yang
memiliki atom dari unsur halogen.
Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola. Ia
mempunyai penyumbat di atasnya dan keran di bawahnya. Corong
pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat
dan kerannya terbuat dari kaca ataupun Teflon. Ukuran corong pemisah
bervariasi antara 50 mL sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah
bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.
Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut
dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup.
Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat
dua fase larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka
untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian
didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan
keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan
mengontrol keran corong.19
4. Memisahkan campuran zat padat
19 Dody Putranto Belajar Kimia Serasa Mudah dan menyenangkan
http://kimiadahsyat.blogspot.com/2010/11/corong-pemisah.html
25
Campuran dua jenis padatan dapat dipisahkan melalui sublimasi dan
rekristalisasi.
a. Sublimasi
Sublimasi dapat digunakan untuk memisahkan komponen yang
dapat menyublim dari campurannya yang tidak menyublim. Proses dimana
molekul-molekul langsung berubah dari fasa padat menjadi fasa uap
disebut peyubliman (sublimation), dan proses kebalikannya (yaitu, dari
uap langsung menjadi padat) disebut penghabluran (deposition). Naftalena
(zat yang digunakan untuk membuat kamper) mempunyai tekanan uap
yang cukup tinggi untuk suatu padatan (1 mmhg 530C); jadi uapnya yang
tajam dengan cepat menyebar dalam ruangan tertutup. Secara umum,
karena molekul-molekul terikat lebih kuat dalam padatan, tekanan uap
padatan jauh lebih kecil dari pada tekanan uap cairnya. 20
Berikut gambar 2.4 pemisahan kimia berdasarkan metode sublimasi.
Gambar 2.4 Pemisahan dengan metode sublimasi
b. Rekristalisasi
Cara ini didasarkan pada perbedaan kelarutan dari komponen-
komponen campuran dalam pelarut tertentu. Untuk memperoleh suatu
senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi merupakan hal yang
sangat penting dalam suatu proses kimia. Salah satu metode pemurnian
suatu zat berbentuk Kristal adalah rekristalisasi (pembentukan Kristal
20 Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti, (Jakarta : Erlangga, 2004), hlm.392
26
berulang). Metode ini berdasarkan pada perbedaan daya larut padatan yang
akan dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu pelarut tertentu,
maupun jika mungkin dalam pelarut tambahan lain yang hanya melarutkan
zat-zat pengotor saja.
Persyaratan suatu pelarut yang dapat di pakai dalam proses
rekristalisasi antara lain:
a) Memberikan perbedaan kelarutan yang cukup signifikan antara zat
yang dimurnikan dan zat pengotor.
b) Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal.
c) Kelarutan suatu zat dalam pelarut merupakan fungsi temperatur,
umumnya menurunkan temperatur.
d) Mudah dipisahkan dari kristal.
e) Bersifat inert (tidak mudah bereaksi) dengan kristal.
5. Kromatografi Kertas
“Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik
pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua
fasa yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa bergerak (mobile); pemisahan-
pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa ini”.21
Berikut gambar
2.5 pemisahan kimia berdasarkan metode kromatografi kertas.
Gambar 2.5 pemisahan kimia metode kromatografi kertas
“Metode pemisahan kromatografi kertas didasarkan pada perbedaan
distribusi molekul-molekul komponen diantara dua fasa (fasa gerak dan
21Hardjono Sastrohamidjojo, Kromatografi, (Yogayakarta : Liberty, 2005), hlm.1.
27
fasadiam) yang kepolarannya berbeda”.22
“Kertas dalam pemisahan campuran
mempunyai pengaruh pada kecepatan aliran pelarut. Sedangkan fungsi kertas
sendiri sangat kompleks. Efek-efek serapan disebabkan oleh sifat polar dari
gugus hidroksil di mana ini kemungkinan sangat penting dan sejumlah kecil
dari gugus karboksil dalam selulosa dapat menaikkan terhadap efek-efek
pertukaran ion”. Kromatografi kertas merupakan bentuk kromatografi yang
paling sederhana, mudah, dan murah. Fasa diam kromatografi berupa air yang
terikat pada selulosa kertas sedangkan fasa geraknya berupa pelarut organik
non polar. Pelaksanaan pemisahan dengan metode kromatografi kertas terbagi
dalam tiga tahap yaitu tahap penotolan cuplikan, tahap pengembangan, dan
tahap identifikasi atau penampakan noda. Pada tahap identifikasi atau
penampakan noda, jika noda sudah berwarna dapat langsung diperiksa dan
ditentukan harga Rf-nya. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh
komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh eluan ( fasa gerak).
Rf =
Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu (1) pelarut, (2)
suhu, (3) ukuran dari bejana, (4) kertas, (5) sifat dari campuran.23
E. Kajian Pustaka yang Relevan
Kajian pustaka merupakan penelusuran pustaka yang berupa buku, hasil
penelitian, karya ilmiah ataupun sumber lain yang dijadikan penulis sebagai
rujukan atau perbandingan terhadap penelitian yang penulis laksanakan. Dalam
hal ini penulis mengambil sumber sebagai rujukan perbandingan diantaranya
yaitu:
1. Skripsi : Akyuni jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
yang berjudul
“Efektivitas Pembelajaran Praktikum Kimia Materi Pokok Reaksi Kimia
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP IPA (Islam Plus
22Sumar Hendayana, Kimia Pemisahan,(Bandung : Rodaskarya, 2006),hlm.1-2.
23Hardjo Sastrohamidjojo, Kromatografi,(Yogayakarta : Liberty, 2005), hlm.18-24.
28
Assalamah) Ungaran” menyimpulkan bahwa metode praktikum dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Skripsi ini mengkaji tentang bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VII SMP melalui pembelajaran praktikum. Dalam pelaksanaannya
peneliti membandingkan kemampuan kognitif dan psikomotorik pada tiap
siklusnya untuk melihat hasil belajar siswa yang diteliti. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode praktikum dapat meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2. Skripsi : Rodlotul Munawaroh jurusan Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo yang berjudul “Pengembangan Keterampilan Proses Sains Melalui
Praktikum Fisika Dasar I Pada Pokok Bahasan Kalori Bagi Siswa Tadris
Fisika IAIN Walisongo Semarang”. Skripsi ini mengkaji tentang
pengembangan keterampilan proses Sains melalui praktikum. Dalam
pelaksanaannya peneliti membuat petunjuk praktikum yang menuntut
mahasiswa Tadris Fisika untuk lebih mengembangkan keterampilan ilmiah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil analisis pada
setiap siklusnya, untuk praktikum pada pokok bahasan kalor.
Dari kajian pustaka diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini memiliki
perbedaan dengan peneliti-peneliti yang sudah ada tersebut. Pada penelitian ini
lebih fokus pada penggunaan metode praktikum yang mana dalam proses
Kegiatan Belajar Mengajar tidak dilakukan di kelas tetapi proses Kegiatan Belajar
Mengajar berlangsung di laboratorium. Maka penelitian ini menetapkan judul
“Upaya Peningkatan Pembelajaran kimia Melalui Metode Praktikum Berbasis
Laboratorium Pada Materi Pemisahan Kimia Kelas VII MTs HidayatusSyuban
Genuk”.
F. Hipotesis Tindakan
“Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti di bawah dan “thesa”
yang berarti kebenaran. Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara
29
terhadap permasalahan penelitian sampai akhirnya terbukti melalui data yang
terkumpul”.24
Hipotesis Tindakan Kelas ini adalah : ada peningkatan pembelajaran kimia
melalui metode praktikum berbasis laboratorium pada materi pokok pemisahan
kimia siswa kelas VII MTs Hidayatus Syuban Genuk.
24Suharsimi Arikunto, Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , hlm.46.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
“Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) atau sering disebut dengan PTK. PTK merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.1 Sesuai dengan pengertiannya
penelitian ini sengaja dilakukan untuk merencanakan, melaksanakan kemudian
mengamati dampak dari pelaksanaan tindakan tersebut pada subjek penelitian.
Penelitian dilakukan melalui dua siklus tindakan dimana masing-masing siklus
terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi untuk
mengambil keputusan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.
A. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII MTs Hidayatus
Syubban Genuk Semarang dengan jumlah peserta didik 30 orang.
Alasan peneliti melakukan penelitian di MTs Hidayatus Syubban Genuk
Semarang adalah:
1. Pembelajaran kimia pada materi pokok pemisahan Kimia di kelas VII MTs
Hidayatus Syubban Genuk Semarang belum dilaksanakan kegiatan praktikum.
2. Hasil tes pada materi pokok pemisahan Kimia masih di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 65.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester gasal tahun
ajaran 2011/2012 yang dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai bulan
Januari 2012. Penelitian tindakan ini dilakukan di MTs Hidayatus Syubban Genuk
Semarang.
1Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008),
cet.6.hlm.3
31
C. Kolaborator
Kolaborator dalam penelitian tindakan kelas ini adalah orang yang
membantu untuk mengumpulkan data-data tentang penelitian yang dikerjakan
bersama-sama dengan peneliti. Kolaborator dalam penelitian ini adalah guru IPA
kelas VII E MTs Hidayatus Syubban Genuk yaitu Ibu Ulfi Khoiriyah.
D. Rancangan Penelitian
Kegiatan dirancang dengan penelitian tindakan kelas, kegiatan diterapkan
dalam upaya meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dibebankan kepadanya. Tahapan langkah
disusun dalam siklus penelitian. Setiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sebagaimana gambar 3.1 di bawah ini.
32
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 3.1 langkah-langkah PTK2
Penelitian ini dilakukan berdasarkan pra siklus dan siklus, yang terdiri atas
siklus yang direncanakan. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu:
2 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan kelas, hlm.16
Permasalahan Perencanaan
tindakan I
Pelaksanaan
tindakan I
Refleksi I Pengamatan
/pengumpul
an data I
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Pelaksanaan
tindakan II
Perencanaan
tindakan II
Pengamatan/
pengumpulan
data II
Refleksi II
Apabila
permasalahan belum
terselesaikan
Dilanjutkan ke
siklus selanjutnya
33
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi dengan prosedur
sebagai berikut.
Pra siklus
Dalam pelaksanaan pra siklus, peneliti menggali informasi pembelajaran
IPA Terpadu khususnya pada materi pokok pemisahan kimia pada tahun-tahun
sebelumnya. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada pelaksanaan pra siklus
masih menggunakan metode ceramah dan belum menggunakan metode
praktikum. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk membandingkan keberhasilan
pembelajaran IPA Terpadu dengan menggunakan metode praktikum pada siklus I
dan siklus II.
Siklus I
Perencanaan
1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah dan analisis
masalah pembelajaran kimia di MTs Hidayatus Syubban melalui wawancara
dengan guru kimia, menganalisis hasil belajar siswa.
2. Berkolaborasi dengan guru untuk menentukan tindakan perbaikan atas
permasalahan yang teridentifikasi yaitu dengan menggunakan praktikum
dalam kegiatan praktikum sebagai solusi pemecahan, membuat skenario
pembelajaran yang meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan pembelajaran praktikum didalamnya.
3. Menyiapkan lembar observasi penelitian untuk siswa yang meliputi lembar
observasi aktivitas afektif, aktivitas psikomotorik, dan lembar tanggapan guru.
4. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai petunjuk dan penuntun
pelaksanaan kegiatan praktikum lembar kerja siswa dan mengecek alat dan
bahan yang digunakan dalam percobaan.
5. Menyusun alat evaluasi berupa soal pilihan ganda untuk mengetahui hasil
belajar siswa setelah diterapkan metode praktikum dalam proses
pembelajaran.
6. Pengelompokan siswa menjadi 6 kelompok, dengan anggota per kelompok 5
orang siswa.
34
Pelaksanaan Tindakan
1. Guru mengkondisikan fisik kelas melalui kegiatan: memberi salam,
mengabsen siswa, menyampaikan apersepsi dan menjelaskan tentang materi
praktikum yang akan dilaksanakan yaitu mengamati dan mengelompokkan
pemisahan kimia.
2. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran praktikum kepada para
siswa.
3. Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok praktikum sesuai
dengan daftar yang telah tersedia.
4. Guru membagikan LKS praktikum kepada masing-masing kelompok untuk
diselesaikan dan didiskusikan dalam kelompok.
5. Guru meminta siswa untuk melakukan praktikum sesuai petunjuk dalam LKS.
6. Guru meminta siswa untuk mengamati dan menuliskan hasil pengamatannya
ke dalam LKS praktikum.
7. Guru membimbing setiap kelompok secara proporsional.
8. Siswa membuat laporan sementara.
9. Siswa mempresentasikan hasil laporan.
10. Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk bertanya kepada presentator.
11. Siswa bersama guru merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil percobaan.
12. Pada akhir pembelajaran diadakan tes kognitif.
Pengamatan
1. Guru kerjasama dengan peneliti mengawasi aktivitas kelompok peserta didik
dan mengamati tingkat keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan tugas.
2. Guru secara partisipasi mengamati jalannya proses pembelajaran.
3. Mengamati peserta didik saat menyelesaikan lembar tugas yang telah
diberikan.
4. Mengamati komunikasi dan kerjasama peserta didik dalam kelompok.
5. Mengamati keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
6. Peneliti melakukan diskusi dengan guru berkaitan kelemahan yang mungkin
terjadi sehingga tidak terulang di siklus berikutnya serta menemukan solusi
perbaikan.
35
Refleksi
1. Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat kesimpulan sementara
terhadap pembelajaran yang terjadi pada siklus I.
2. Menganalisis dan mendiskusikan hasil pada pembelajaran siklus I untuk
melakukan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.
Siklus II
Perencanaan
1. Permasalahan diidentifikasi dan dirumuskan berdasarkan refleksi siklus I.
2. Merancang kembali pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran
praktikum yaitu dengan melakukan perbaikan di dalam Lembar Kerja Siswa
(LKS), serta lebih aktif mengerahkan siswa dalam bekerjasama dalam
kelompoknya.
3. Menyiapkan lembar observasi penelitian untuk siswa yang meliputi lembar
observasi aktivitas afektif, aktivitas psikomotorik, dan lembar tanggapan guru.
4. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai petunjuk dan penuntun
pelaksanaan kegiatan praktikum lembar kerja siswa dan mengecek alat dan
bahan yang digunakan dalam percobaan.
5. Menyusun alat evaluasi berupa soal pilihan ganda untuk mengetahui hasil
belajar siswa setelah diterapkan metode praktikum dalam proses
pembelajaran.
6. Pengelompokan siswa menjadi 6 kelompok, dengan anggota per kelompok 5
orang siswa.
Pelaksanaan Tindakan
1. Guru mengkondisikan fisik kelas melalui kegiatan: memberi salam,
mengabsen siswa, menyampaikan apersepsi dan menjelaskan tentang materi
praktikum yang akan dilaksanakan yaitu mengamati dan mengelompokkan
pemisahan kimia.
2. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran praktikum kepada para
siswa.
3. Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok praktikum sesuai
dengan daftar yang telah tersedia.
36
4. Guru membagikan LKS praktikum kepada masing-masing kelompok untuk
diselesaikan dan didiskusikan dalam kelompok.
5. Guru meminta siswa untuk melakukan praktikum sesuai petunjuk dalam LKS.
6. Guru meminta siswa untuk mengamati dan menuliskan hasil pengamatannya
ke dalam LKS praktikum.
7. Guru membimbing setiap kelompok secara proporsional.
8. Siswa membuat laporan sementara.
9. Siswa mempresentasikan hasil laporan.
10. Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk bertanya kepada presentator.
11. Siswa bersama guru membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan.
12. Pada akhir pembelajaran diadakan tes kognitif.
Pengamatan
1. Guru bekerjasama dengan peneliti mengawasi aktivitas kelompok peserta
didik dan mengamati tingkat keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan
tugas.
2. Guru secara partisipasi mengamati jalannya proses pembelajaran.
3. Mengamati peserta didik saat menyelesaikan lembar tugas yang telah
diberikan.
4. Mengamati komunikasi dan kerjasama peserta didik dalam kelompok.
5. Mengamati keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung
Refleksi
Menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan serta hasil belajar selama
pembelajaran pada siklus II. Pada siklus ini terjadi peningkatan hasil belajar dan
aktivitas siswa dibandingkan dengan siklus I.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes Hasil Belajar
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan
37
atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.3 Tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ulangan dengan bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah
soal 30 butir yang diberikan setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan metode
praktikum. Cara pengumpulan datanya yaitu, data hasil belajar diambil dari hasil
evaluasi berupa tes yang diberikan kepada siswa pada akhir siklus.
2. Metode Dokumentasi
“Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti mencari data
berupa buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian, dan
sebagainya”.4 Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan daftar
nama-nama peserta didik yang akan menjadi subjek dalam penelitian dan untuk
mendapatkan data nilai serta rekaman kegiatan pada saat pembelajaran dalam
bentuk gambar.
3. Metode Observasi
“Di dalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut pengamatan,
meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indera. Metode ini digunakan dalam rangka mengamati proses belajar
mengajar. Di dalam arti penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes,
kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara”.5
Dengan menggunakan metode ini, peneliti secara langsung dapat
mengetahui tentang gejala atau peristiwa yang diamati, seperti proses belajar
mengajar kimia dengan menggunakan metode pembelajaran praktikum, keadaan
peserta didik, keadaan guru, dan lain-lain.
3Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka cipta,
2006), hlm.223
4Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm.158
5Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm.156-157
38
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Lembar Observasi Kemampuan Afektif
Lembar kemampuan afektif disusun untuk mengetahui sikap peserta didik
dalam proses belajar berlangsung menggunakan pembelajaran praktikum.
2. Lembar Observasi Kemampuan Psikomotorik
Lembar observasi kemampuan psikomotorik disusun untuk mengetahui
keterampilan peserta didik dalam menggunakan pembelajaran praktikum.
3. Tes Kemampuan Kognitif
Tes dilaksanakan pada akhir kegiatan belajar mengajar. Hasil tes ini
digunakan untuk mengukur hasil belajar pemisahan Kimia dan tingkat
ketuntasan belajar.
G. Teknik Analisis Data hasil observasi
Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif analitis dengan
membandingkan hasil belajar sebelum tindakan dengan hasil setelah tindakan.
Dalam menganalisis data digunakan rumus sebagai berikut:
a. Data hasil observasi meliputi penilaian afektif dan psikomotorik. Dalam
penilaian hasil belajar afektif dan psikomotorik digunakan skala dengan
rentang dari 5 sampai 1. Dengan demikian, jika dari penelitian ada 5 aspek
yang harus diamati maka skor maksimum adalah aspek dinilai dikalikan 5.
Data hasil observasi penilaian afektif dan psikomotorik dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai x 100%
Dengan penilaian
1) Nilai 85% - 100% sangat baik
2) Nilai 69% - 84% baik
3) Nilai 53% - 68% cukup
4) Nilai 37% - 52% kurang
5) Nilai kurang 36% gagal
39
b. Hasil belajar siswa
Indikator yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa:
1) Aspek kognitif
Indikator untuk aspek kognitif, menggunakan standar KKM yang telah
ditentukan sekolah yaitu 65.
Hasil belajar kognitif peserta didik dihitung sebagai berikut:
Nilai x 100%
Rata-rata hasil belajar peserta didik dihitung sebagai berikut:
=
Keterangan:
= nilai rata-rata nilai siswa
= jumlah seluruh nilai
N = jumlah peserta didik yang mengikuti tes6
Secara klasikal peserta didik dikatakan tuntas dalam satu pokok
bahasan jika kompetensi minimalnya 80%. Berdasarkan hasil pengamatan,
tes tiap siklus apabila masih dirasakan gagal, peneliti mencari dugaan
penyebab kekurangan sekaligus alternatif solusi untuk dirancang pada
tindakan berikutnya.
Tolak ukur refleksi penelitian tindakan kelas ini:
a. Meningkatnya pemahaman peserta didik terhadap materi pemisahan
kimia.
b. Meningkatnya keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran.
c. Adanya peningkatan hasil ulangan yang signifikan pada tiap siklus.
Ketuntasan belajar klasikal peserta didik dihitung sebagai berikut:
6Sudjana, Metode Statistik, (Bandung : Tarsito, 2005), edisi ke-6, hlm.423
40
Keterangan:
S = Nilai ketuntasan belajar secara individual
R = jumlah jawaban benar tiap siswa
N = Jumlah item soal7
2) Aspek afektif
Menurut Dariyanto yang berjudul Evaluasi Pendidikan, aspek afektif
terdiri dari 5 jenjang kemampuan. Peneliti mengembangkan dari 5 jenjang
kemampuan itu menjadi 8 jenjang kemampuan dimana masing-masing
skala dengan rentang 5 sampai dengan 1, sebagai berikut:
a) Kehadiran mengikuti kegiatan praktikum pada pemisahan kimia
Skor
Masuk Terlambat
Selalu Jarang Sering tidak
masuk
Tidak
pernah
Pernah Sering
1 2 3 4 5
b) Perhatian mengikuti praktikum pemisahan kimia
Skor
Perhatian Menyampaikan Pendapat
Selalu Kurang Tidak Selalu Pernah Tidak Pernah
1 2 3 4 5
c) Kerjasama kelompok untuk mendiskusikan hasil praktikum
Skor
Kerjasama Kelompok Menyumbangkan Ide
Selalu Kurang Tidak Selalu Pernah Tidak Pernah
1 2 3 4 5
7M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.99.
41
d) Tanggung jawab selama kegiatan praktikum
Skor
Aktif Melaksanakan Tugas Guru Selesai Tepat Waktu
Selalu Kurang Tidak Selalu Pernah Tidak Pernah
1
2
3
4
5
e) Bertanya selama kegiatan praktikum
Skor
Aktif Bertanya
Selalu Pernah Tidak Pernah
1
2
3
4
5
f) Kejujuran dalam melaksanakan praktikum pemisahan kimia
Skor
Bertanya dengan teman sewaktu tes
Tidak Pernah Pernah Selalu
1
2
3
4
5
g) Keaktifan dalam kegiatan praktikum pemisahan kimia
Skor
Aktif dalam Kegiatan Praktikum
Selalu Pernah Tidak Pernah
1
2
3
4
5
42
h) Menghargai pendapat orang lain
Skor
Menghargai Pendapat Orang Lain
Selalu Pernah Tidak Pernah
1
2
3
4
5
3) Aspek psikomotorik
Bertolak dari buku dariyanto peneliti mengembangkan menjadi 8 aspek
yang terdiri dari skala rentang 5 sampai dengan 1. Kriteria aspek
psikomotorik sebagai berikut:
a) Persiapan alat dan bahan praktikum pemisahan kimia
Skor
Menyiapkan Alat dan Bahan Bantuan Guru
Dapat Kurang Tidak Dapat Tidak Pernah Pernah Selalu
1
2
3
4
5
b) Keterampilan menggunakan alat praktikum pemisahan kimia
Skor
Mengetahui Alat dan Fungsi Mengetahui Cara Menggunakan
Tahu Kurang Tidak Tahu Dapat Kurang Tidak Dapat
1
2
3
4
5
43
c) Penguasaan prosedur praktikum pemisahan kimia
Skor
Mampu Melakukan Praktikum Membaca Buku
Mampu Kurang Tidak Mampu Tidak Pernah Pernah Selalu
1
2
3
4
5
d) Kerjasama kelompok dalam mendiskusikan hasil praktikum
Skor
Kerjasama Kelompok
Mampu Kurang Tidak Mampu
1
2
3
4
5
e) Mengamati hasil percobaan pemisahan kimia
Skor
Membaca Hasil Percobaan dengan
Teliti dan Benar
Bantuan Guru
Dapat Kurang Tidak Dapat Tidak Pernah Pernah Selalu
1
2
3
4
5
f) Merumuskan dan mempresentasikan kesimpulan hasil praktikum
Skor
Merumuskan Kesimpulan dengan
Benar dan Lengkap
Mengkomunikasikan dengan Baik
Dapat Kurang Tidak Dapat Dapat Kurang Tidak Dapat
1
2
3
4
5
44
g) Merapikan kembali alat dan bahan praktikum pemisahan kimia
Skor
Mengembalikan Alat dan Bahan dengan Rapi
Dapat Kurang Tidak Dapat
1
2
3
4
5
h) Membuat laporan praktikum pemisahan kimia
Skor
Membuat Laporan Praktikum
Sementara
Format yang Benar
Dapat Kurang Tidak Dapat Selalu Pernah Tidak Pernah
1
2
3
4
5
H. Indikator Keberhasilan
Selain ketuntasan belajar secara klasikal, juga perlu diketahui ketuntasan
belajar dari kurikulum sekolah, yang menyatakan bahwa:
1. Peserta didik dikatakan tuntas dalam pemahaman konsep (aspek kognitif), jika
kriteria ketuntasan minimal (KKM) mencapai nilai 65.
2. Peserta didik dikatakan tuntas dalam kinerja ilmiah (aspek afektif dan
psikomotorik), jika kriteria ketuntasan minimal (KKM) mencapai nilai 65.
3. Jika peserta didik memperoleh nilai ≥ 65, maka pembelajaran dikatakan tuntas
dan pembelajaran dapat dilanjutkan pada pokok bahasan berikutnya.
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila
terjadi peningkatan hasil belajar kimia dalam materi pokok pemisahan kimia di
atas kriteria ketuntasan minimal (KKM = 65) siswa kelas VII MTs Hidayatus
Syubban Genuk. Pembelajaran kimia dengan menggunakan pembelajaran
praktikum meningkatkan hasil belajar siswa apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
45
1. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes dan persentase ketuntasan
belajar klasikal yang dicapai siswa. Keberhasilan siswa untuk aspek kognitif
dapat dilihat dari hasil tes, dengan ketuntasan individual bila semua siswa
mencapai 65 atau menguasai 65% dan ketuntasan klasikal apabila 80% dari
seluruh siswa dalam satu kelas memperoleh nilai ≥ 65 atau telah menguasai
sama dengan 80% (sesuai dengan ketentuan sekolah).
2. Peningkatan aktivitas afektif dan aktivitas psikomotorik siswa dengan
ketuntasan individual bila semua siswa mencapai 65 atau meenguasai 65%
dan ketuntasan klasikal apabila 80% dari seluruh siswa dalam satu kelas
memperoleh nilai ≥ 65 atau telah menguasai sama dengan 80% (sesuai dengan
ketentuan sekolah).
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Observasi Pra Siklus
1. Hasil Belajar Peserta didik
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah diperoleh informasi dari
guru bahwa hasil belajar peserta didik kelas VII E MTs Hidayatus Syubban
Genuk masih berada dibawah KKM yang sudah ditetapkan yaitu 65. Hal ini
disebabkan karena metode yang digunakan belum mengaktifkan siswa secara
maksimal, sehingga hasil belajar siswa kurang, siswa juga kurang
mengembangkan keterampilan proses sainsnya untuk menemukan konsep, dan
mengembangkan pengetahuannya, serta kurang terlatih untuk mengembangkan
daya nalarnya untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajarinya dalam
memecahkan permasalahan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini ditunjukkan dari nilai ulangan harian kelas VII pada materi sebelumnya
selalu dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 65.
Berdasarkan observasi awal yang telah diperoleh dari siswa bahwa
mata pelajaran IPA sangat sulit. Siswa merasa bingung untuk memahami
pelajaran IPA yang dijelaskan oleh guru, tanpa adanya aplikasi yang nyata dari
konsep-konsep yang telah disampaikan. Jadi siswa belum bisa memahami
konsep secara benar, karena siswa cenderung hanya menghafalkan konsep-
konsep tersebut.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan metode praktikum, telah
dilakukan analisis terhadap hasil belajar pada materi sebelumnya.
Adapun hasil yang diperoleh ditunjukkan padaTabel 4.1. berikut:
No Kategori Penilaian Nilai Awal
1. Nilai Terendah 20
2. Nilai Tertinggi 60
Nilai rata-rata 32.5
Persentase ketuntasan klasikal 32.5%
47
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa sebelum
mendapatkan pembelajaran dengan metode praktikum, ketuntasan hasil belajar
klasikal masih jauh di bawah ketuntasan hasil belajar klasikal yang diharapkan
yaitu 80%. Berdasarkan informasi dari guru IPA kelas VII E diperoleh rata-
rata hasil belajar pada aspek afektif dan psikomotorik siswa sebesar 60.
Kurangnya hasil belajar siswa pada materi pemisahan kimia pra siklus
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang
tepat sehingga hasil belajar yang dicapai siswa masih rendah. Berdasarkan hal
tersebut peneliti menerapkan suatu metode baru agar hasil belajar meningkat.
Metode yang digunakan adalah metode pembelajaran praktikum.
2. Refleksi Pra Siklus
Dari hasil observasi sebelum penelitian, proses belajar mengajar belum
mengaktifkan peserta didik secara maksimal. Peserta didik hanya duduk diam
tanpa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran
praktikum belum pernah diterapkan pada proses belajar mengajar sebelumnya.
Metode yang diterapkan adalah memberikan tugas peserta didik untuk mencari
gambar alat-alat laboratorium yang digunakan pada materi pemisahan kimia.
Selain itu, peserta didik di ajak ke laboratorium hanya untuk perkenalan alat
dan bahan yang diperlukan. Meskipun laboratorium sudah tersedia beserta alat
dan bahannya, namun hal itu belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini
dikarenakan metode praktikum membutuhkan waktu yang lama, sehingga
menyebabkan rendahnya hasil peserta didik.
Rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA kimia
pra tindakan menunjukkan bahwa strategi yang digunakan oleh guru kurang
tepat, sehingga hasil belajar yang dicapai peserta didik menjadi rendah. Dengan
keadaan seperti itu, maka perlu diterapkan pembelajaran kimia dengan metode
praktikum, karena materi pemisahan kimia sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari, serta untuk mengaktifkan peserta didik dan menarik minat peserta
didik dalam belajar. Selain itu, dengan metode praktikum membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata atau
48
kehidupan sehari-hari. Melalui konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa.
3. Strategi Pembelajaran yang Digunakan
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru mata pelajaran kimia MTs
Hidayatus Syubban menggunakan metode ceramah dan penguasaan setiap
selesai KBM. Hal ini dilakukan agar peserta didik lebih memahami materi
yang telah diajarkan yaitu pemahamannya berupa soal-soal yang diberikan,
karena peserta didik lebih cenderung pasif dalam bertanya atau menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kemudian kurang jelasnya analisis yang
dilakukan guru terhadap hasil pekerjaan siswa menyebabkan siswa bingung
yang berakibat siswa tidak mampu menyimpulkan materi secara baik.
Dalam hal ini, peneliti berinisiatif untuk menggunakan metode
praktikum agar siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, dimana
metode ini menuntut peserta didik untuk menemukan konsep dari hasil
praktikum dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Sarana Laboratorium
Sarana laboratorium di MTs Hidayatus Syubban Genuk sudah cukup
baik untuk taraf IPA Terpadu, dilengkapi dengan buku yang jumlahnya cukup.
Satu siswa mendapat satu buku panduan. Ruangannya cukup luas dengan
penataan ruang yang mencapai kriteria laboratorium IPA Terpadu. Sarana dan
prasarana sudah memadai antara lain: meja guru berada di depan, ada white
board, ada meja untuk melakukan praktikum, terdapat almari untuk tempat
menyimpan alat dan bahan, kran air tempat untuk mencuci alat-alat setelah
selesai melakukan praktikum, dan ventilasi yang cukup, juga tersedia
perpustakaan dan laboratorium. Tetapi saran dan prasarana yang tersedia belum
dimanfaatkan secara maksimal. Guru beranggapan jika menggunakan metode
praktikum membutuhkan waktu yang lama dan proses pelaksanaannya tidak
mudah. Jadi guru hanya mengajak siswa ke laboratorium untuk pengenalan alat
dan bahan.
49
5. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MTs Hidayatus Syubban
Genuk kelas VII E tahun pelajaran 2011/2012 pada materi pokok pemisahan
kimia. Penelitian ini dirancang dalam 2 siklus dan pada masing-masing siklus
terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti mempersiapkan segala sesuatu
yang diperlukan selama proses penelitian berlangsung, diantaranya yaitu:
1) Membuat daftar nama peserta didik.
2) Guru menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu tentang
pemisahan kimia berdasarkan metode filtrasi dan kromatografi.
3) Menyusun RPP
4) Menyusun lembar observasi peserta didik
5) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
pemisahan kimia dengan metode filtrasi dan kromatografi.
6) Membuat kisi-kisi soal siklus I
7) Membuat evaluasi siklus I
8) Membuat kunci jawaban evaluasi siklus I
9) Menyiapkan LKS sebagai petunjuk dan penuntun pelaksanaan kegiatan
praktikum.
10) Mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 orang siswa
11) Menyiapkan pendokumentasian selama proses penelitian berlangsung.
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan pada tanggal 11 Desember
2011 dengan materi pemisahan kimia, dilakukan diruang laboratorium IPA
MTs Hidayatus Syubban Genuk. Sebelum pelaksanaan tindakan siklus I
dimulai, peneliti bersama guru mengecek alat dan bahan yang diperlukan
dalam kegiatan praktikum yang akan dilakukan serta menata ruang
50
laboratorium. Kegiatan yang dilakukan pada siklus I tanggal 11 Desember
2011 sebagai berikut:
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
2) Guru menyampaikan motivasi, apersepsi, dan prasyarat pengetahuan.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi: pengertian filtrasi
dan pengertian kromatografi.
4) Guru memberi soal mengenai pemisahan kimia dengan metode filtrasi
dan kromatografi dan siswa diminta untuk mengerjakan.
5) Guru menunjuk siswa secara acak untuk menuliskan jawabannya di
papan tulis.
6) Guru bersama siswa mengoreksi jawaban yang tertulis di papan tulis.
7) Pada kegiatan akhir, guru menghimbau kepada siswa untuk
mempersiapkan praktikum yang akan dilakukan pada pertemuan yang
akan datang.
Pada pertemuan siklus I dilanjutkan pada tanggal 15 Desember 2011
1) Guru mengkondisikan fisik kelas melalui kegiatan: memberi salam,
mengabsensi siswa, menyampaikan apersepsi dan menjelaskan tentang
materi praktikum yang akan dilaksanakan yaitu melakukan dan
mengamati praktikum pemisahan kimia dengan metode filtrasi dan
kromatografi.
2) Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran praktikum kepada para
siswa.
3) Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok praktikum
sesuai dengan daftar yang telah tersedia.
4) Guru membagikan LKS praktikum kepada masing-masing kelompok
untuk diselesaikan dan didiskusikan dalam kelompok.
5) Guru meminta siswa untuk melakukan praktikum sesuai petunjuk dalam
LKS.
6) Guru meminta siswa untuk mengamati dan menuliskan hasil
pengamatannya ke dalam LKS praktikum.
7) Guru membimbing setiap kelompok secara proporsional.
51
8) Siswa membuat laporan sementara.
9) Siswa mempresentasikan hasil laporan.
10) Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk bertanya kepada
presentator.
11) Siswa bersama guru membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan.
12) Pada akhir pembelajaran diadakan tes kognitif.
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan dilakukan penilaian kinerja atau aktivitas
siswa (ranah psikomotorik), penilaian sikap (ranah afektif) siswa, dan hasil tes
belajar siswa siklus I selama proses pembelajaran dengan menggunakan
metode praktikum. Dari pengamatan siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Pengamatan psikomotorik siswa
Data pengamatan aspek psikomotorik siswa diambil dari lembar
observasi kinerja atau aktivitas siswa pada saat pembelajaran pada siklus I.
Lembar pengamatan hasil belajar pada aspek psikomotorik ini meliputi:
menyiapkan alat dan bahan, merangkai alat dan bahan percobaan,
kerjasama kelompok, mengamati hasil percobaan, mengkomunikasikan
hasil praktikum, merapikan kembali alat dan bahan, dan membuat laporan
sementara.
Alat yang dipersiapkan siswa pada percobaan pemisahan kimia
metode filtrasi dan kromatografiantara lain: gelas beker, botol aqua, sapu
lidi, serta bahan yang dipersiapkan antara lain: kerikil, pasir, arang, kapas,
air, dan kertas saring.
Setelah siswa selesai menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum, selanjutnya siswa merangkai alat dan bahan percobaan
sesuai dengan petunjuk praktikum, selanjutnya siswa melakukan
percobaan.
Pada aspek melakukan percobaan, siswa melakukan percobaan
sesuai dengan cara kerja yang terdapat dalam LKS praktikum. Pada
percobaan pemisahan kimia metode filtrasi melakukan beberapa kegiatan,
antara lain:
52
a) Siswa mengambil alat antara lain: 2gelas beker, botol aqua 1mL, serta
mengambil bahan antara lain: pasir, kerikil, arang, kapas, dan air keruh.
b) Siswa mencuci bahan-bahan
c) Siswa menyusun bahan-bahan ke dalam botol aqua sesuai dengan
keterangan yang diberikan oleh guru.
d) Siswa menuangkan air keruh ke dalam botol aqua.
e) Siswa mengamati zat yang tertinggal pada bagian atas botol.
Pada percobaan pemisahan kimia metode kromatografi melakukan
beberapa kegiatan antara lain:
a) Siswa mengambil alat antara lain: gelas beker, sapu lidi, spidol warna
merah, biru, dan hitam, serta kertas saring. Bahan yang diperlukan antara
lain: alkohol, dan aquades.
b) Siswa memotong kertas saring dengan ukuran 0,5 cm x 10 cm sebanyak
6 lembar.
c) Siswa membuat garis pembatas pada kertas saring dengan ukuran 0,5 cm.
d) Siswa memberi titik pada garis pembatas kertas saring dengan spidol
merah, biru, dan hitam.
e) Siswa memasukkan kertas saring ke dalam gelas beker yang berisi
alkohol dan gelas beker yang berisi aquades.
f) Siswa mengamati noda yang dihasilkan pada masing-masing spidol.
g) Siswa mencatat ukuran noda yang dihasilkan pada masing-masing spidol.
Setelah siswa melakukan percobaan, kemudian siswa merapikan
kembali alat dan bahan yang telah digunakan dalam kegiatan praktikum.
Setelah itu siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk membuat laporan
dan mengkomunikasikan data hasil percobaan dengan kelompok lain
dengan cara presentasi di depan kelas.
Berdasarkan hasil analisis lembar observasi aktivitas psikomotorik
ditunjukkan pada tabel 4.2 sebagai berikut:
53
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Siswa Siklus I
No Kategori penilaian
Aspek psikomotorik siswa
siklus I
∑ siswa Persentase
1 Sangat terampil 2 siswa 7.05 %
2 Terampil 6 siswa 20.47 %
3 Cukup 21 siswa 69.28 %
4 Kurang 1 siswa 7.05 %
5 Sangat kurang 0 siswa 0 %
Rata-rata 73.25 %
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan persentase rata-rata
keberhasilan 73.25 % dengan kategori baik. Berdasarkan pengamatan
peneliti pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran masih terdapat
kekurangan yaitu: siswa belum terampil dalam merangkai alat dan bahan
percobaan dan siswa juga masih belum terkondisikan, malu, dan tidak
berani untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil dari
praktikum yang telah dilakukan, maupun menanyakan kesulitan yang
dihadapi. Ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan kegiatan
praktikum, sehingga siswa belum terampil merangkai alat dan bahan, serta
belum mengetahui langkah-langkah penyusunan laporan yang baik dan
benar. Siswa juga canggung dan malu dalam mengkomunikasikan hasil
praktikumnya dan dalam kegiatan praktikum guru yang merangkai alat dan
menyiapkan bahan percobaan, sehingga siswa hanya melakukan praktikum
sesuai dengan alat dan bahan yang telah dirangkai guru dan mengamati
praktikum yang dilaksanakan. Kurang maksimalnya peserta didik pada
pembelajaran terlihat ketika mereka masih selalu bertanya tentang
bagaimana cara melakukan praktikum sesuai dengan Lembar Kerja Siswa
(LKS). Hal ini dikarenakan belum dibagikannya lembar petunjuk
praktikum sebelum siswa melakukan kegiatan praktikum. Guru
menerapkan metode pembelajaran praktikum, yakni peserta didik
melakukan percobaan di laboratorium sesuai dengan petunjuk yang ada
dalam lembar Kerja Siswa (LKS). Hal ini dilakukan mengingat di kelas
VII E ini belum pernah diterapkan metode pembelajaran praktikum. Akan
54
tetapi hal ini mulai bisa teratasi pada pertemuan kedua siklus I. Pada
pertemuan kedua siklus I, peserta didik diminta memahami materi yang
akan dipelajari dan mengerti cara melakukan percobaan sesuai dengan
petunjuk serta menuliskan hasil percobaan sesuai dalam LKS. Kemudian
pada pertemuan kedua, pelaksanaan praktikum di laboratorium dan
pembahasan hasil percobaan.
Hasil pada siklus I dapat dibuat acuan untuk lebih meningkatkan
kemampuan siswa dalam merangkai alat dan bahan serta meningkatkan
kegiatan diskusi siswa pada siklus II karena pada siklus I dalam
pembelajaran siswa belum terbiasa dengan praktikum sehingga masih
belum terkondisikan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan
konsep yang diajarkan atau yang dipelajari maupun hasil praktikum yang
dilakukan dan merangkai alat dan bahan percobaan.
2) Pengamatan Afektif siswa
Ketika kegiatan praktikum pada siklus I siswa belum aktif secara
maksimal. banyak siswa yang diam karena siswa belum menguasai tentang
konsep pembelajaran praktikum. Sehingga pada pelaksanaan kegiatan
praktikum guru selalu membimbing siswa dengan maksimal. Disamping itu
guru selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
praktikum pemisahan dengan metode filtrasi dan kromatografi. Hal ini
dilakukan oleh guru karena pada kelas VII E belum memiliki pengalaman
melakukan praktikum.
a) Data pengamatan afektif siswa diambil dari lembar observasi penilaian
sikap dan kedisiplinan siswa pada saat pembelajaran pada siklus I.
Lembar pengamatan hasil belajar pada aspek afektif mencakup:
kehadiran mengikuti kegiatan praktikum pada pemisahan kimia,
perhatian mengikuti praktikum pemisahan kimia, kerjasama kelompok
untuk mendiskusikan hasil praktikum, Tanggung jawab selama kegiatan
praktikum, bertanya selama kegiatan praktikum, kejujuran dalam
melaksanakan praktikum pemisahan kimia, keaktifan dalam kegiatan
55
praktikum, dan menghargai pendapat orang lain. Dari pengamatan
diperoleh hasil seperti tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Aspek Afektif Siswa Siklus I
No Kategori penilaian Aspek afektif siswa siklus I
∑ Siswa Persentase
1 Sangat Baik 1 siswa 3.79%
2 Baik 8 siswa 28.86%
3 Cukup 20 siswa 64.94%
4 Kurang 1 siswa 3.79%
5 Sangat kurang 0 siswa 0%
Rata-rata 74.65%
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I diperoleh hasil sebesar
74.65% dengan kategori baik. Siswa yang tuntas sebanyak 29 siswa dan
yang tidak tuntas sebanyak 1 siswa dengan rincian: siswa yang
mendapatkan hasil belajar dengan kategori baik sekali berjumlah 1 siswa,
kategori baik berjumlah 8 siswa, kategori cukup berjumlah 20 siswa, dan
kategori kurang 1 siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat siswa
melakukan kegiatan praktikum dan pada saat siswa melakukan
pembelajaran masih terdapat kekurangan diantaranya sebagai berikut:
a) Siswa masih kurang disiplin dalam melakukan kegiatan praktikum di
laboratorium. Hal tersebut ditunjukkan dengan kurang seriusnya siswa
dalam kegiatan dan siswa kurang dapat dikondisikan pada saat
melakukan praktikum di laboratorium.
b) Kerjasama dalam kelompok sudah baik tetapi dalam kegiatan masih ada
beberapa kelompok yang masih kurang dapat bekerjasama. Yaitu,
ditunjukkan dengan kurang adanya koordinasi yang baik antar anggota
dalam satu kelompok.
c) Diskusi berjalan kurang efektif karena tidak semua anggota kelompok
bisa menghargai pendapat anggota lain serta berpartisipasi aktif dalam
mengemukakan pendapat atau ide pada saat analisis data percobaan
serta masih ribut sendiri.
56
3) Pengamatan Aspek Kognitif Siswa
Data hasil belajar aspek kognitif siswa diambil dari tes evaluasi
siswa pada akhir pembelajaran siklus I. dari tes yang telah dilakukan
diperoleh hasil seperti tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa (Kognitif) Siklus I
No Keterangan Siklus I
1 Nilai terendah 43
2 Nilai tertinggi 83
3 Nilai rata-rata 70
4 Presentase ketuntasan
klasikal
78%
Dari hasil belajar siswa, pada siklus I nilai rata-rata kelas 70 dan
ketuntasan belajar siswa 78%. Ketuntasan belajar siswa ini pada penelitian
siklus I belum mencapai indikator yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. Belum
tercapainya indikator yang ditetapkan maka peneliti dan guru melakukan
perbaikan pada siklus ke dua.
d. Refleksi
Berdasarkan analisis hasil belajar siswa yang berupa lembar
pengamatan aktivitas siswa, dan tes kognitif siswa siklus I dengan
menggunakan pembelajaran praktikum menunjukkan bahwa pada aspek
psikomotorik menunjukkan tingkat keberhasilan sebesar 73.25% dengan
kategori baik, pada aspek afektif menunjukkan tingkat keberhasilan sebesar
74.65% dengan kategori baik. Nilai rata-rata siswa naik 37.5 poin dari rata-
rata data awal sebesar 32.5% naik menjadi sebesar 78%. Dengan ketuntasan
klasikal sebesar 32.5% pada prasiklus menjadi 78% pada siklus I.
Secara umum kegiatan praktikum pada siklus I sudah terlaksana
dengan baik, meskipun berlangsungnya kegiatan praktikum tersebut masih
berada pada bimbingan guru secara keseluruhan. Artinya pada kegiatan
praktikum siklus I guru memberi bimbingan kepada tiap-tiap kelompok.
Dengan adanya bimbingan dari guru siswa memperoleh gambaran dan
pengetahuan tentang pembelajaran praktikum yang mendorong siswa untuk
57
terlibat aktif dalam proses kegiatan praktikum. Walaupun keaktifan siswa
pada siklus I belum mencakup secara keseluruhan. Untuk itu keaktifan siswa
perlu ditingkatkan. Ini disebabkan masih ada siswa yang belum aktif dalam
kegiatan praktikum, siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan hasil
percobaan, siswa juga belum bisa mengkomunikasikan hasil praktikum
dengan baik. Dalam pelaksanaan praktikum siswa juga belum bisa bekerja
secara sistematis serta kurang teliti dan cermat dalam mengolah data yang
dihasilkan selama kegiatan praktikum. Hal ini terbukti dari pengamatan proses
kegiatan praktikum, siswa belum terampil dalam merangkai alat dan bahan,
siswa belum berperan aktif secara maksimal, dan siswa belum bisa
mengkomunikasikan hasil praktikum dengan baik. Karena pada dasarnya
siswa kelas VII belum memiliki pengalaman untuk melakukan kegiatan
praktikum.Oleh sebab itu, pada siklus I perlu diperbaiki agar siswa lebih aktif
dalam kegiatan praktikum selanjutnya, sehingga tujuan penelitian yaitu
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dapat tercapai. Berdasarkan hasil
diskusi dengan guru ternyata masih terdapat kekurangan pada pelaksanaan
tindakan pada siklus I. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain:
1) Siswa belum terampil dalam merangkai alat dan bahan percobaan
2) Siswa masih belum aktif dalam kegiatan pembelajaran, ini terbukti dari
pengamatan proses belajar mengajar, siswa masih belum terkondisikan,
malu, dan tidak berani untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan
hasil dari praktikum yang telah dilakukan, maupun menanyakan kesulitan
yang dihadapi.
3) Siswa kurang terampil dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan
praktikum, hanya dua atau tiga orang dari tiap kelompok yang melakukan
praktikum.
4) Diskusi kelompok kurang efektif, karena tidak semua anggota kelompok
bisa menghargai pendapat siswa dan kelompok lain. Selain itu, hanya satu
atau dua orang saja dari tiap kelompok yang berpartisipasi aktif dalam
mengerjakan soal yang ada di LKS.
58
5) Guru kurang dapat mengkondisikan siswa dalam melakukan kegiatan
praktikum di laboratorium serta kurang memberikan bimbingan dalam
pengisian LKS.
Pada pelaksanaan kegiatan praktikum pemisahan dengan metode
filtrasi dan kromatografi siswa belum bisa memahami petunjuk praktikum,
akibatnya siswa belum terampil dalam merangkai alat dan bahan. Jadi untuk
merangkai alat dan bahan masih dirangkaikan oleh guru. Guru membimbing
setiap kelompok dalam pelaksanaan praktikum agar proses kegiatan
praktikum dapat berjalan dengan lancar sehingga tidak membutuhkan waktu
yang terlalu lama. Dalam pelaksanaan kegiatan praktikum siswa juga belum
berperan aktif secara keseluruhan, hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa
yang masih malas melakukan kegiatan praktikum karena siswa belum
memahami konsep kegiatan pembelajaran praktikum. Siswa juga belum bisa
mengkomunikasikan hasil praktikum dengan baik, karena siswa masih
kesulitan untuk menyusun hasil praktikum secara sistematis, hal ini terjadi
karena siswa belum pernah menyusun hasil praktikum sebelumya. Sehingga
pada tahap untuk mengkomunikasikan hasil praktikum atau diskusi kelompok
kurang efektif, karena tidak semua anggota kelompok bisa menghargai
pendapat siswa dan kelompok lain. Yang berperan aktif dalam diskusi
kelompok hanya satu atau dua orang saja dari tiap kelompok yang
berpartisipasi aktif.
Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, maka
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran praktikum akan tetap
dilaksanakan pada siklus II. Usaha yang dilakukan guru agar aktivitas dan
hasil belajar siswa pada siklus II ini dapat meningkat adalah dengan
meningkatkan keaktifan siswa melalui kegiatan pembelajaran praktikum di
laboratorium. Peningkatan aktivitas siswa melalui kegiatan pembelajaran
praktikum dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa yang
belum aktif untuk bertanya atau berpendapat sedangkan siswa yang sudah
aktif bisa menanggapi maupun menyanggah pertanyaan atau pendapat dari
teman yang bertanya. Selain itu peningkatan aktivitas siswa saat kegiatan
59
praktikum dapat dilakukan dengan pengenalan alat dan bahan yang digunakan
dalam kegiatan praktikum. Guru juga lebih memberikan bimbingan dalam
pengisian LKS pada masing-masing kelompok dan dalam kegiatan praktikum
serta membuat laporan sementara.
Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan untuk memperbaiki dari
hasil refleksi siklus I.
1) Perencanaan
Seperti halnya pada siklus I, perencanaan dilakukan dengan cara
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama proses penelitian
berlangsung, diantara lain:
a) Guru secara kolaboratif merencanakan pembelajaran dengan metode
pembelajaran praktikum, dengan perbaikan memberi pelatihan khusus
kepada siswa dalam merangkai alat dan bahan percobaan secara tepat
dan benar, lembar petunjuk praktikum dibagikan kepada siswa
sebelum kegiatan praktikum berlangsung, jadi siswa bisa memahami
konsep dan langkah-langkah praktikum yang akan dilakukan dari hasil
refleksi siklus I.
b) Merancang materi untuk perbaikan dari siklus I, yaitu tentang
pemisahan kimia dengan metode kristalisasi dan sublimasi.
c) Menyiapkan perangkat pembelajaran, meliputi RPP Siklus II.
d) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk petunjuk dalam
praktikum.
e) Menyiapkan alat dan bahan percobaan pemisahan kimia dengan
metode kristalisasi dan sublimasi.
f) Membuat lembar kerja observasi aktivitas (aspek afektif dan aspek
psikomotorik) peserta didik selama proses kegiatan belajar mengajar.
g) Membuat kisi-kisi soal evaluasi siklus II.
h) Membuat kunci jawaban soal evaluasi siklus II.
i) Menyusun soal evaluasi siklus II.
60
j) Membuat jurnal guru tentang pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran praktikum.
2) Pelaksanaan tindakan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal18 Desember 2011, pada pukul
08.00 – 09.20 dengan materi pemisahan kimia menggunakan metode
kristalisasi dan sublimasi.
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II tanggal 18 Desember2011 antara
lain:
a) Guru mengkondisikan kelas, menyampaikan apersepsi dan tujuan
pembelajaran.
b) Guru menjelaskan pembelajaran dengan metode praktikum kepada
siswa.
c) Guru menjelaskan materi secara singkat dan menjelaskan tujuan dari
percobaan dari percobaan yang akan dilakukan.
d) Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok praktikum
untuk melakukan praktikum.
e) Guru membagikan LKS praktikum kepada masing-masing kelompok
untuk diselesaikan dan didiskusikan dalam kelompok.
f) Guru mengarahkan kepada siswa untuk melakukan praktikum secara
baik dan benar, dan menjelaskan alat dan bahan yang akan digunakan
dalam kegiatan praktikum.
g) Guru meminta siswa untuk melakukan praktikum sesuai petunjuk
dalam LKS.
h) Guru meminta siswa untuk mengamati dan menuliskan hasil
pengamatan ke dalam LKS praktikum.
i) Guru membimbing setiap kelompok secara proporsional.
j) Guru meminta siswa untuk membuat laporan sementara.
k) Guru menunjuk satu kelompok secara acak untuk mempresentasikan
hasil praktikum yang telah dilakukan.
l) Guru meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan atas
presentasi dari kelompok yang mempresentasikan.
61
m) Siswa bersama guru membuat kesimpulan berdasarkan hasil
praktikum.
n) Pada akhir pembelajaran diadakan tes akhir siklus.
3) Pengamatan
Pada tahap pengamatan dilakukan tes hasil belajar siklus II,
aktivitas siswa (ranah psikomotorik), penilaian sikap (afektif), dan jurnal
guru. Dari pengamatan siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:
a) Pengamatan aspek psikomotorik siswa
Data pengamatan aspek psikomotorik siswa diambil dari
lembar observasi kinerja dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran
pada siklus II. Seperti pada siklus I, lembar pengamatan hasil belajar
pada aspek psikomotorik ini meliputi: menyiapkan alat dan bahan,
merangkai alat dan bahan percobaan, kerjasama kelompok, mengamati
hasil percobaan, keterampilan menggunakan alat, penguasaan prosedur
praktikum, kerjasama kelompok, mengamati hasil percobaan, menarik
dan mempresentasikan kesimpulan, merapikan kembalian alat dan
bahan, dan membuat laporan sementara.
Adapun kegiatan siswa adalah mengamati dan membuat laporan
sementara tentang materi pemisahan kimia dengan menggunakan metode
kristalisasi dan sublimasi. Guru membimbing siswa dalam melakukan
praktikum. Peneliti mengamati kinerja siswa selama melakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum. Dari pengamatan
pada siklus II diperoleh hasil seperti tabel 4.5.
Table 4.5 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Siklus II
No Kategori penilaian
Aspek psikomotorik siswa
siklus II
∑ Siswa Persentase
1 Sangat terampil 6 siswa 21 %
2 Terampil 11 siswa 37.4 %
3 Cukup 13 siswa 21 %
4 Kurang 0 siswa 0 %
5 Sangat kurang 0 siswa 0 %
Rata-rata 84.5 %
Kategori Baik
62
Dari Tabel 4.5 hasil pengamatan aspek psikomotorik pada
siklus II menunjukkan hasil dengan kategori baik dengan persentase
sebesar 84.5%. hasil pada siklus II ini menunjukkan adanya
peningkatan dibanding pada siklus I, hal ini dibuktikan dengan
terampilnya siswa dalam merangkai alat dan bahan percobaan,
mengkomunikasikan serta membandingkan hasil praktikumnya dengan
hasil praktikum kelompok lain melalui Lembar Kerja Siswa (LKS).
Siswa juga sudah berperan aktif dalam kegiatan praktikum pemisahan
dengan metode kristalisasi dan sublimasi. Sehingga proses kegiatan
praktikum dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi kelompok juga sudah
efektif, karena semua anggota kelompok sudah berpartisipasi aktif
dalam mengkomunikasikan hasil praktikum.
b) Pengamatan Aspek Afektif Siswa
Data pada aspek afektif siswa diambil dari lembar observasi
penilaian sikap dan kedisiplinan siswa pada saat pelaksanaan siklus II.
Berdasarkan analisis dari lembar observasi aktivitas afektif diperoleh
hasil: seperti tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Afektif Siklus II
No Kategori penilaian Aspek afektif siswa siklus II
∑ Siswa persentase
1 Sangat Baik 2 siswa 7.07%
2 Baik 18 siswa 60.80%
3 Cukup 10 siswa 32.12%
4 Kurang 0 siswa 0%
5 Sangat kurang 0 siswa 0%
Rata-rata 82.5%
Kategori Baik
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan persentase rata-rata
keberhasilan 82.5% dengan kategori sangat baik dengan demikian,
kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran praktikum dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan sebesar 82.5%. Hasil pengamatan
peneliti pada saat berlangsungnya kegiatan pada siklus II pada masing-
63
masing kelompok sudah baik, siswa mengikuti praktikum dengan
tertib dan sudah mampu bekerjasama dengan anggota kelompoknya,
diskusi sudah berjalan efektif semua anggota kelompok bisa
menghargai pendapat anggota kelompok lain serta berpartisipasi aktif
dalam mengemukakan ide atau pendapat pada saat melakukan analisis
data hasil percobaan. Peran serta kelompok dalam mengisi lembar
pengamatan LKS juga semakin meningkat.
c) Data hasil tes siswa (kognitif)
Data pengamatan kognitif siswa diambil dari tes evaluasi siswa
pada akhir pembelajaran siklus II. Dari tes yang telah dilakukan
diperoleh hasil seperti tabel 4.7.
Table 4.7 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Siklus II
No Keterangan Siklus I
1 Nilai terendah 63
2 Nilai tertinggi 93
3 Nilai rata-rata 80.5
4 Presentase ketuntasan
klasikal
96.7%
Hasil belajar siswa meningkat dan telah mencapai ketuntasan
belajar secara klasikal yaitu 96.7% dan telah memenuhi indikator yang
telah ditetapkan dalam penelitian. Ketuntasan belajar pada aspek
kognitif meningkat sebesar 26.7% yaitu dari 70% pada siklus I
menjadi 96.7% pada siklus II. Berdasarkan grafik, rata-rata kelas juga
mengalami kenaikan sebesar 70 dari pada siklus I, menjadi 80.5 pada
siklus II.
d) Jurnal guru
Jurnal guru diperoleh dari hasil wawancara dengan ibu
UlfiKhoiriyah pada tanggal 20 Desember 2011 pada pukul 10.00 –
10.30 WIB.Berdasarkan hasil tanggapan dan masukan guru terhadap
metode pembelajaran praktikum dalam pembelajaran yang diperoleh
dari hasil jurnal guru bahwa penerapan metode pembelajaran
praktikum pada materi pemisahan kimia sangat baik. Dikarenakan
64
dengan penerapan metode pembelajaran praktikum siswa dapat
membuktikan objek yang dipelajari secara langsung. Sehingga siswa
menjadi tertarik, antusias, termotivasi, dan menjadikan hasil belajar
yang dicapai oleh siswa optimal. Bahwa beliau (guru) tertarik untuk
menggunakan metode pembelajaran praktikum pada pembelajaran
berikutnya.
e) Refleksi
Setelah peneliti menganalisis hasil belajar siswa, kemudian
peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk membandingkan hasil
belajar pada siklus I dan II. Pada siklus II ini kegiatan pembelajaran
dengan pembelajaran praktikum menunjukkan hasil yang sangat baik.
Sekurang-kurangnya pada siklus I dapat diselesaikan pada siklus II.
Perbaikan tersebut antara lain: siswa sudah terampil dalam menyiapkan
alat dan bahan percobaan, siswa sudah terampil dalam mengkomunikasikan hasil
percobaan menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil dari praktikum yang
telah dilakukan, maupun menanyakan kesulitan yang dihadapi, kerjasama siswa
dengan anggota kelompoknya semakin meningkat, diskusi juga berjalan dengan
lancar, dan secara keseluruhan siswa sudah memiliki aktivitas afektif dan
psikomotorik pada saat pembelajaran serta siswa juga sudah dapat mengikuti
pembelajaran dengan metode praktikum. Sehingga pada siklus II ini sudah sesuai
dengan yang diharapkan.
PEMBAHASAN
1. Siklus I
Siklus I membahas materi mengenai pemisahan kimia. Dalam
pembelajaran praktikum, siswa belajar dalam sistem kelompok. Hal ini
membuat peserta didik lebih antusias mengikuti pembelajaran karena
menemukan suasana baru. Untuk penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan
apersepsi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan agar
siswa mengetahui, memahami apa yang akan dipelajari dan manfaat
mempelajari materi pemisahan kimia.
65
Kurang maksimalnya peserta didik pada pembelajaran terlihat ketika
mereka masih selalu bertanya tentang bagaimana cara melakukan praktikum
sesuai dengan lembar kerja siswa. Guru menerapkan metode pembelajaran
praktikum, yakni peserta didik melakukan percobaan di laboratorium sesuai
dengan petunjuk yang ada dalam lembar kerja siswa. Hal ini dilakukan
mengingat di kelas VII E belum pernah diterapkan metode pembelajaran
praktikum. Akan tetapi hal ini mulai bisa teratasi pada pertemuan kedua siklus
I. pada pertemuan kedua siklus I, peserta didik diminta memahami materi yang
akan dipelajari dan mengerti cara melakukan percobaan sesuai dengan
petunjuk serta menuliskan hasil percobaan dalam lembar kerja siswa.
Kemudian pada pertemuan kedua pelaksanaan praktikum di laboratorium dan
pembahasan hasil percobaan.
Kurangnya waktu merupakan salah satu kendala dalam menerapkan
metode pembelajaran praktikum. Hal ini terjadi karena peserta didik masih
merasa bingung terhadap langkah-langkah praktikum dan masih bingung dalam
menuliskan hasil pengamatan, sehingga waktu diskusi yang telah ditentukan
pada rencana pelaksanaan pembelajaran sedikit bergeser.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum
pada siklus I sudah cukup baik. Secara umum terjadi peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa. Aktivitas yang dinilai adalah aktivitas afektif dan
psikomotorik siswa. Aktivitas peserta didik diukur dengan menggunakan
lembar observasi aktivitas pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan pengamatan hasil observasi aktivitas siswa diperoleh;
untuk aktivitas psikomotorik dengan nilai rata-rata 73.25 dalam kategori baik.
Aktivitas afektif juga dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata sebesar 74.65
dalam kategori baik terdapat 1siswa yang tidak tuntas dikarenakan tidak
disiplin, tidak semua anggota diskusi mengemukakan pendapat bahkan belum
bisa menghargai pendapat orang lain.
Adapun hasil tes peserta didik pada aspek kognitif sebelum (pra siklus)
dan sesudah (siklus I) penerapan metode pembelajaran praktikum. Dari tes
yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti tabel 4.8.
66
Tabel 4.8 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Pra Siklus dan Siklus I
No Kategori Penilaian Pra Siklus Siklus I
1 Nilai Terendah 20 43
2 Nilai Tertinggi 60 83
3 Nilai Rata-rata 33.13 67.53
Persentase 32.5% 78%
Grafik 4.1 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Pra Siklus dan Siklus I
Grafik 4.1 menunjukkan nilai terendah peserta didik sebelum dan
sesudah penerapan metode pembelajaran praktikum. Pada pembelajaran
sebelum menggunakan metode praktikum nilai terendah peserta didik 20 dan
nilai tertinggi peserta didik 70 dan setelah menggunakan metode pembelajaran
praktikum nilai terendah peserta didik meningkat menjadi 43 dan nilai tertinggi
meningkat menjadi 83 dan ketuntasan belajar pembelajaran siklus I sebesar
70%.
Secara umum, aktivitas pada siklus I sudah mengalami kenaikan hasil
belajar juga mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
tertarik dengan pembelajaran praktikum yang baru pertama kali mereka
dapatkan, sehingga mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3
pra siklus
siklus I
67
pembelajaran karena biasanya siswa diajak ke laboratorium hanya perkenalan
alat dan bahan saja.
2. Siklus II
Berdasarkan kekurangan yang terjadi pada siklus I, maka pada siklus II
dilakukan tindakan perbaikan pada pembelajaran di laboratorium sehingga
aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat. Pada siklus II guru dan peneliti
menggunakan metode praktikum. Pada siklus II dimulai pada tanggal 18
Desember 2011.
Pada siklus II aktivitas, kinerja guru dan hasil belajar sudah baik
sekali, karena nilai rata-rata dan indikator keberhasilan pada aktivitas afektif,
psikomotorik, dan hasil belajar menunjukkan hasil yang sangat baik.
Adapun peningkatan hasil tes peserta didik pada aspek kognitif pada
siklus II dengan penerapan metode pembelajaran praktikum. Dari tes yang
telah dilakukan diperoleh hasil seperti tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Siklus I dan Siklus II
No Kategori Penilaian Siklus I Siklus II
1 Nilai Terendah 43 63
2 Nilai Tertinggi 83 93
3 Nilai Rata-rata 67.53 80.5
Persentase 78% 96.7%
68
Grafik 4.2 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Siklus I dan Siklus II
Grafik 4.2 menunjukkan nilai terendah peserta didik mengalami
kenaikan dari siklus I sebesar 20, menjadi 43 dari siklus I, nilai tertinggi
peserta didik mengalami kenaikan dari siklus I sebesar 70 menjadi 93 pada
siklus II hal ini dikarenakan peserta didik diberi pelatihan khusus untuk
merangkai alat dan bahan yang diperlukan pada materi pemisahan kimia.
Siswa sudah bisa mengikuti kegiatan praktikum dengan tenang dan
konsentrasi serta keingintahuan siswa terhadap materi pemisahan kimia.
Pemahaman peserta didik pada materi pemisahan kimia mengalami
peningkatan hal ini dikarenakan petunjuk praktikum dibagikan sebelum
kegiatan praktikum berlangsung.
Meningkatnya hasil belajar kognitif ini karena siswa sudah
mendapatpelatihan khusus dalam merangkai alat dan bahan yang diperlukan
pada materi pemisahan kimia, selain itu potensi siswa lebih diberdayakan
dengan dihadapkan pada keterampilan-keterampilan yang mengakibatkan
siswa secara aktif untuk menemukan konsep melalui kerjasama dengan
kelompoknya serta mengkomunikasikan hasil karyanya kepada orang lain.
Siswa tidak lagi bertindak pasif, menerima dan menghafal pelajaran yang
diberikan oleh guru atau yang terdapat dalam buku teks saja. Siswa juga dapat
mengaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3
siklus I
siklus II
69
Ketuntasan belajar psikomotorik pada siklus II tercapai dan meningkat
sebesar. Peningkatan aktivitas psikomotorik terjadi karena siswa sudah
terampil dalam merangkai alat dan bahan yang diperlukan pada materi
pemisahan kimia sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran, siswa juga
sudah memiliki kemahiran untuk mengkomunikasikan serta membandingkan
hasil praktikumnya dengan hasil praktikum kelompok lain melalui lembar
kerja siswa.
Adapun hasil penilaian aspek psikomotorik pada siklus I dan siklus II
dengan menggunakan metode praktikum, diperoleh hasil seperti tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Penilaian Aspek Psikomotorik Siklus I dan Siklus II
No Kategori Penilaian Aspek
Psikomotorik
Siklus I
Siklus II
1 Sangat terampil 7.05% 21%
2 Terampil 20.47% 37.4%
3 Cukup 69.28% 21%
4 Kurang 7.05% 0%
Grafik 4.3 Hasil Penilaian Aspek Psikomotorik Siklus I dan Siklus II
Keterampilan proses siswa saat praktikum semakin meningkat. Ini
terbukti dengan siswa semakin teliti dan cermat mengamati adanya perubahan
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
1 2 3 4
siklus I
siklus II
70
pada percobaan yang dilakukan, dapat mengidentifikasi objek, dapat
menuliskan hasil pengamatan yang telah dilakukan serta mampu membangun
sebuah hipotesis ketika diberi satu masalah. Dalam melakukan percobaan
siswa melaksanakan secara sistematis dan benar sesuai dengan petunjuk yang
terdapat dalam LKS serta siswa sudah dapat mengidentifikasi data yang
diperlukan dan membuat interpretasi yang benar dari data yang telah
didapatkan. Siswa juga sudah bisa menyimpulkan hasil yang telah didapat.
Begitu pula dengan ketuntasan belajar afektif siswa mengalami
kenaikan sebesar 7.85% meningkatnya hasil belajar pada aspek afektif ini
terjadi Karena siswa mengikuti pelajaran dengan tertib dan sudah mampu
bekerjasama dengan teman kelompoknya dengan baik dalam melakukan
praktikum, menganalisis dan melakukan penyelidikan. Siswa mampu
menemukan sendiri fakta dan konsep. Selain itu, siswa juga lebih berani
dalam mengemukakan pendapat dan pertanyaan serta lebih disiplin dalam
melakukan praktikum.
Adapun hasil penilaian aspek afektif pada siklus I dan siklus II dengan
menggunakan metode praktikum, diperoleh hasil seperti tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Penilaian Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II
No Kategori Penilaian Aspek
Afektif
Siklus I
Siklus II
1 Sangat baik 3.79% 7.07%
2 Baik 28.86% 60.80%
3 Cukup 64.94% 32.12%
4 Kurang 3.79% 0%
71
Grafik 4.4 Hasil Penilaian Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan hasil tanggapan dan masukan dari ibu Ulfi Khoiriyah
terhadap metode pembelajaran praktikum dalam pembelajaran yang diperoleh
dari hasil jurnal guru bahwa penerapan metode pembelajaran praktikum pada
materi pemisahan kimia sangat baik. Dikarenakan dengan penerapan metode
pembelajaran praktikum siswa dapat membuktikan objek yang dipelajari
secara langsung. Sehingga siswa menjadi tertarik, antusias, termotivasi dan
menjadikan hasil belajar yang dicapai oleh siswa optimal. Bahwa beliau
tertarik untuk menggunakan metode pembelajaran praktikum pada
pembelajaran berikutnya.
Secara keseluruhan, semua kekurangan pada siklus I sudah dapat
diperbaiki pada siklus II. Pada siklus II ini keterampilan siswa dalam
merangkai alat dan bahan percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan
yang telah dilakukan semakin meningkat, diskusi juga berjalan dengan lancar,
dan secara keseluruhan siswa sudah memiliki aktivitas afektif dan
psikomotorik pada saat pembelajaran serta siswa sudah dapat mengikuti
pembelajaran dengan metode praktikum. Hal ini terjadi karena sebelum
pelaksanaan siklus II peserta didik diberi pelatihan khusus untuk merangkai
alat dan bahan percobaan sebagai solusi permasalahan yang dihadapi pada
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
1 2 3 4
siklus I
siklus II
72
siklus I, yaitu peserta didik belum terampil merangkai alat dan bahan
percobaan.
3. Keterbatasan penelitian
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini pasti terjadi banyak
kendala dan hambatan. Hal ini bukan Karena faktor kesengajaan, akan tetapi
karena adanya keterbatasan dalam melakukan penelitian.
Meskipun penelitian ini sudah dikatakan seoptimal mungkin, akan
tetapi peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas adanya kesalahan
dan kekurangan, hal itu karena keterbatasan-keterbatasan di bawah ini:
a. Keterbatasan kemampuan
Penelitian ini tidak bisa lepas dari teori, oleh karena itu peneliti
menyadari keterbatasan kemampuan khususnya pengetahuan ilmiah. Tetapi
peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan penelitian
sesuai dengan kemampuan keilmuan serta bimbingan dari dosen
pembimbing.
b. Keterbatasan waktu
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terpancang oleh waktu,
karena waktu yang digunakan sangat terbatas. Maka peneliti hanya
memiliki waktu sesuai dengan kemampuan yang berhubungan dengan
penelitian saja. Walaupun waktu yang peneliti gunakan singkat akan tetapi
memenuhi syarat-syarat dalam penelitian ilmiah.
c. Keterbatasan materi
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini hanya terbatas pada
materi pemisahan kimia.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap penerapan metode
pembelajaran praktikum pada materi pemisahan kimia di kelas VII E MTs
HidayatusSyubban Genuk, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
praktikum dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat hasil belajar siswa
meningkat pada waktu penelitian, yaitu aspek kognitif dari 78% pada siklus I
menjadi 96.7% pada siklus II, aktivitas siswa pada aspek afektif siklus I dan siklus
II mengalami peningkatan, yaitu sebesar 74.65% menjadi 82.5%, serta aspek
psikomotorik yaitu dari 73.25% pada siklus I menjadi 84.5% pada siklus II.
Metode pembelajaran praktikum menumbuhkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru perlu menggunakan metode pembelajaran praktikum dalam
pembelajaran pada materi pemisahan kimia untuk saat ini dan seterusnya
untuk meningkatkan pemahaman siswa.
2. Perlu adanya sarana dan prasarana yang mendukung dalam penggunaan
metode pembelajaran praktikum untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah.
3. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam menggunakan metode pembelajaran
praktikum, maka rencana pembelajaran harus dipersiapkan secara cermat.
74
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah atas berkat dan hidayah Allah SWT, skripsi yang
sederhana ini dapat tersusun dengan baik. Peneliti sadar bahwa dalam penyusunan
skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka peneliti mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari berbagai pihak untuk penyempurnaan skripsi.
Peneliti mengucapkan terima kasih atas partisipasi dari semua pihak yang
mendukung penyusunan skripsi ini sehingga dapat tersusun dengan baik. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama bagi
peneliti demi menciptakan suasana pendidikan Indonesia yang berkualitas,
bermoral, dan bermartabat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : PT
RinekaCipta, 2010
-----------, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008
BahriDjamarah, Syiful dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006
Bukhari Umar, ” Pendidikan dalam Perspektif Hadis: Perintah Menuntut Ilmu”,
dalambukhariumar59.blogspot.com/2010/12/pendidikan-dalam-perspektif-
hadis.html,diakses 07 Februari 2012
Chang, Raymond, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti, Jakarta : Erlangga, 2004
Hendayana, Sumar, Kimia Pemisahan, Bandung : Rodaskarya, 2006
Iskandar, Psikologi Pendidikan, Ciputat : Gaung Persada (GP) Press, 2009
Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000
Putranto, Dody, Belajar Kimia Serasa Mudah dan menyenangkan
http://kimiadahsyat. blogspot.com/2010/11/corong-pemisah.html, diakses
10 April 2012
Sagala, Syaiful, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Bandung:
Alfabeta, 2010
Sastrohamidjojo, Hardjono, Kromatografi, Yogayakarta : Liberty, 2005
Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Kencana, 2010
Santrock, John W, Psychology Essentials, New York : Mc Graw-Hill, 2005
Soebagio dkk, Kimia Analitik II, Malang : Universitas Negeri Malang, 2002
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Remaja
Rodaskarya, 2009
Sudjana, Metode Statistik, Bandung : Tarsito, 2005
Sukmadinata, Nana Syaodih,Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
PT Remaja Rodaskarya, 2009
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT
Remaja Rodaskarya, 2010
Thoha, Chabib dan Abdul Mu’ti,Eksistensi dan Proses Belajar-Mengajar
Pendidikan Agama Islam, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
1998
T. Morgan, Clifford, Introduction to Psychology, Kogakusha: Mc Graw-Hill,
1971
Trilaksana Putra, Rian, Pemisahan & Pemurnian Zat Padat
http://dc142.4shared.com/doc /Nk DnA5od/preview.html, 10 April 2012
Warsita, Bambang, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya,Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2008
Lampiran 1
SILABUS Nama Sekolah : MTs Hidayatus Syubban Genuk Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ bahan/alat
teknik instrumen sikap
1.1.melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
� Pemisahan campuran • Mengkaji literatur tentang
dasar pemisahan campuran
• Melakukan percobaan tentang pemisahan campuran
• Menjelaskan dasar pemisahan campuran berdasarkan ukuran partikel dan titik didih
• Melakukan percobaan untuk memisahkan campuran yang sesuai dengan metode yang dipilih, antara lain: penyaringan, sublimaisi, kristalisasi, dan kromatografi
Tugas kelompok Ulangan
Laporan tertulis Evaluasi Lembar Kerja Siswa
Penilaian keaktifan siswa selama Kegiatan Belajar Mengajar berlangsung dan keaktifan siswa selama melakukan percobaan/ praktek
2 jam • Sumber
• A : 127-138
• B : 91-106
• C : 90-91
• Petunjuk Praktikum
• LKS
• Alat Tabung reaksi, gelas kimia, botol mineral, piring makan, spidol hitam, spiritus, penyangga, kertas saring,
• Bahan Pasir, kerikil, garam, air, kamper, arang, es, alkohol
Lampiran 2
SIKLUS I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Kompetensi Dasar :
1.1. Melakukan pemisahan campuran dengan bebagai cara berdasarkan sifat fisika dan
sifat kimia
B. Indikator :
Pertemuan ke-1 (2 jam pelajaran)
1. Menjelaskan prinsip dasar pemisahan campuran dengan metode kristalisasi dan
sublimasi
2. Melakukan percobaan pemisahan campuran dengan metode kristalisasi dan sublimasi
C. Tujuan :
1. Siswa dapat menjelaskan dasar pemisahan campuran dengan metode kristalisasi dan
sublimasi
2. Siswa dapat melakuka percobaan pemisahan campuran dengan metode kristalisasi dan
sublimasi
D. Materi Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2 jam pelajaran)
Sublimasi
Sublimasi adalah metode pemisahan yang digunakan untuk memisahkan campuran
zat padat yang mudah menyublim jika berada pada udara terbuka/ dipanaskan.
Menyublim adalah peristiwa perubahan tingkat wujud padat ke bentuk uap tanpa
mengalami fase cair. Contohnya, memisahkan kamper (kapur barus) dan arang. Kampur
barus yang bercampur dengan arang dapat dimurnikan dengan menuapkan kapur barus
tersebut dan mendinginkan uap kapur barus murni yang ada.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VII/1
Pertemuan ke- : 1-2
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran
Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
Metode Sublimasi
Tujuan : memisahkan kamper dengan arang
Alat dan Bahan :
1. Gelas kimia/ gelas ukur
2. Cawan
3. Pembakar spiritus
4. Arang
5. Kamper
6. Air atau es
Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Masukkan campuran kamper dan arang dalam gelas kimia
3. Tutuplah gelas kimia dengan cawan yang diisi air atau es
4. Nyalakan pembakar spiritus dan panaskan campuran sampai terjadi penguapan
5. Setelah beberapa saat, amati zat yang menempel pada cawan bagian dalam
Kristalisasi
Metode kristalisasi adalah salah atu metode pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kelarutn zat dengan pelarutnya. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan
dalam memilih pelarut yang cocok, yaitu sbagai berikut:
• Pelarut hanya dapat melarutkan zat dalam keadaan panas, sedang dalam
keadaan dingin hanya sedikit melarutkan. Berbeda dengan zat pengotor. Zat
pengotor larut dalam keadaan dingin dan tidak melarut dalam keadaan
panas.
• Pelarut tidak bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan.
• Pelarut yang dipilih hendaknya memiliki titik didih rendah untuk
mempermudah proses pengeringan kristal yang terbentuk. Titik leleh
pelarut hendaknya lebih rendah daripada titik leleh zat padat yang
dilarutkan supaya zat yang akan dilarutkan tidak terurai.
Dalam proses kristalisasi, ada beberapa cara yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:
• Pendinginan
Larutan didinginkan perlahan-lahan hinggaberbentuk kristal. Pendinginan
dihentikan jika sudah tidak terbentuk kristal lagi. Metode ini digunakan untuk zat yang
kelarutannya semakin kecil jika suhu diturunkan.
• Penguapan solvent (pelarut)
Larutan merupakan campuran solvent (pelarut) dan solute (zat terlarut). Solvent
setelah dipanaskan akan menguap dan yang ditinggal adalah kristalnya. Metode ini
dipakai jika penurunan suhu tidak begitu mempenagruhi kelarutan zat dalam pelarutnnya.
Pada umumnya, pelarut yang digunakan bertitik rendah.
• Evaporasi (adiabatis)
Metode ini dilakukan dalam ruang vakum. Larutan panas dimasukkan ke suatu
tempat vakum dimana tekanan totalnya lebih rendah dari tekanan solventnya. Pada suhu
saat larutan dimasukkan ke ruang vakum, sovent akan menguap cepat dan penguapan
tersebut menyebabkan pendinginan secara adiabatis.
• Salting out
Prinsipnya adalah menambah zat untuk mengurangi zat yang akan dikristalkan. Zat
ketiga tersebut harus bersifat menurunkan daya larut solvent jika diaduk rata. Kristal akan
terbentuk, jika daya suhu tersebut turun.
Metode Kristalisasi
Tujuan : memisahkan zat padat dari larutannya melalui pengkristalan.
Alat dan Bahan :
1. Air + garam 3. Kaki tiga 5. Pemanas spiritus
2. Gelas beker 4. Kasa 6. pengaduk
Langkah Kerja
1. Buatlah air laut dengan cara mencampur air dan garam, ke dalam gelas beker
2. Panaskan di atas nyala api spiritus, sambil di aduk, hingga air menguap secara
keseluruhan.
3. Amati apa yang terjadi?
4. Dinginkan
E. Skenario Pembelajaran
Pertemuan ke-1
Model/Strategi/Pendekatan /Metode
1. Model : Inkuiri
2. Strategi : STAD
3. Pendekatan : Keterampilan Proses
4. Metode : Praktikum
Langkah – langkah pembelajaran
Kegiatan Rincian Waktu
KEGIATAN AWAL Pendahuluan
• Guru mengajak siswa ke laboratorium
• Guru mengkondisikan fisik kelas melalui
kegiatan: memberi salam, dan mengabsen
siswa
10 menit
KEGIATAN INTI
(Tahap Penyajian
Materi)
(Tahap Kegiatan
Kelompok)
Guru menginformasikan tentang tujuan yang akan
dicapai pada materi kristalisasi dan sublimasi
dengan metode praktikum.
Eksplorasi
• Guru memulai pelajaran dengan mengecek
prasyarat tentang pengertian dan prinsip dasar
metode kristalisasi dan sublimasi
• Guru memberikan gambaran atau contoh
tentang kristalisasi dan sublimasi dalam
kehidupan sehari-hari
Elaborasi
• Guru mengarahkan siswa untuk membentuk
kelompok dengan cara berhitung mulai dari
angka 1 dan diakhiri dengan angka 6
• Siswa mulai berhitung untuk membentuk
kelompok
• Guru mendata nama-nama kelompok sesuai
65 menit
dengan hasil perhitungan, dimana terdapat 6
kelompok yang masing-masing kelompok
terdiri dari 5 orang siswa
• Siswa bergabung dengan kelompoknya
masing-masing sesuai dengan data yang sudah
ditetapkan
• Guru membagikan lembar petunjuk praktikum
pada tiap-tiap kelompok
• Guru memberikan sedikit gambaran tentang
praktikum yang akan dilakukan
• Guru memberikan penjelasan tentang
praktikum yang akan dilakukan. Untuk
kelompok 1, 3, 5 melakukan praktikum
pemisahan kimia dengan metode kristalisasi.
Untuk kelompok 2, 4, 6 melakukan praktikum
pemisahan kimia dengan metode sublimasi
• Siswa menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan untuk praktikum
• Guru mengecek alat dan bahan yang sudah
disiapkan oleh siswa
• Guru mempersilahkan siswa untuk melakukan
praktikum
• Siswa memulai praktikum sesuai dengan
bagian yang sudah ditetapkan oleh guru
• Guru mengawasi jalannya praktikum
• Guru memberi jalan keluar bagi siswa yang
mengalami kesulitan dalam praktikum
• Guru memberi pertanyaan terhadap masing-
masing kelompok ketika praktikum
berlangsumg
• Guru memberi arahan bagaimana melakukan
praktikum yang benar dan tepat
• Guru meminta siswa untuk membuat laporan
(Tahap Pelaksanaan
Tes Individu)
(Tahap Perhitungan
Skor)
Tahap
Penghargaan)
sementara pada masing-masing kelompok
• Siswa membuat laporan sementara pada
masing-masing kelompok
• Guru mengoreksi laporan sementara
• Guru mengembalikan laporan sementara
kepada siswa
• Guru meminta perwakilan dari masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil
laporan sementara
• Guru memberikan kesempatan kepada
kelompok lain yang hendak bertanya kepada
presentator
• Guru dan siswa menyimpulkan dari hasil
praktikum yang sudah dilakukan
Konfirmasi
• Diskusi kelompok tentang hasil praktikum
untuk menyamakan persepsi mengenai prinsip
dasar praktikum yang dilakukan
• Latihan soal untuk merefleksikan pemahaman
konsep
• Siswa melaksanakan tes secara individu.
• Guru dan siswa menghitung skor hasil tes.
• Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok dengan skor tertinggi.
KEGIATAN
AKHIR
• Guru memberikan tugas untuk membuat
laporan individu
• Guru mengucapkan salam penutup
5 menit
F. Instrumen:
1. Zat apakah yang menempel pada cawan bagian dalam pada pemisahan campuran
dengan metode sublimasi?
2. Prinsip apa yang dipakai pada pembuatan garam dari air laut?
3. Zat apa yang tersisa dalam gelas beker setelah pendinginan pada proses pemisahan
campuran dengan metode kristalisasi?
G. Penilaian
� Jenis tagihan : Tugas Laporan Kelompok , Lembar Kerja Siswa
� Bentuk instrumen : Laporan tertulis, Penilaian sikap
H. Sumber, Bahan dan Alat
• Sumber :
Teguh Sugiyarto dan Eny Ismawati, 2008, Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Pusat
Perbukuan
Supriyana dan Ery Cristiantie, 2006, IPA Kimia, Jakarta: Erlangga; Anni Wanarsih
dkk, 2008, IPA Terpadu, Jakarta: Pusat Perbukuan
Sri Rahmini, 2007, IPA Terpadu, Semarang: Aneka Ilmu
• Alat
Petunjuk Praktikum. Lembar Kerja Siswa
Lampiran 3
Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Kompetensi Dasar :
1.1. Melakukan pemisahan campuran dengan bebagai cara berdasarkan sifat fisika dan
sifat kimia
B. Indikator :
Pertemuan ke-1 (2 jam pelajaran)
1. Menjelaskan prinsip dasar pemisahan campuran dengan metode filtrasi (penyaringan)
dan metode kromatografi
2. Melakukan percobaan pemisahan campuran dengan metode filtrasi (penyaringan) dan
metode kromatografi
C. Tujuan :
1. Siswa dapat menjelaskan dasar pemisahan campuran dengan metode filtrasi
(penyaringan) dan metode kromatografi
2. Siswa dapat melakuka percobaan pemisahan campuran dengan metode filtrasi
(penyaringan) dan metode kromatografi
D. Materi Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2 jam pelajaran)
Filtrasi (penyaringan)
Metode penyaringan cocok untuk memisahkan zat padat dari cairannya atau
memisahkan zat-zat yang mempunyai perbedaan kelarutan. Pemisahan dengan metode ini
didasarkan pada perbedaan ukuran dan perbedaan kelarutan suatu zat. Penyaringan adalah
metode yang digunakan untuk memisahkan campuran menjadi komponen (zat) penyusun
berdasarkan perbedaan ukuran partikelnya (bisa berupa cairan dengan padatan atau padat
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VII/1
Pertemuan ke- : 1-2
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran
Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
dengan padat) dan melewatkan pada sringan berpori. Penyaringan yang dilakukan di
laboratorium biasanya menggunakan kertas saring. Kertas saring memiliki pori-pori yang
relatif kecil, sehingga akan menahan partikel suspensi. Dalam proses penyaringan
menghasilkan residu dan filtrat. Residu yaitu zat padat yang tertahan oleh kertas saring,
sedangkan filtrat yaitu zat cair yang melewati kertas saring.
Metode Filtrasi atau penyaringan
Tujuan : menyaring air keruh dengan pasir
Alat dan bahan :
1. Botol air mineral 1,5 liter 5. Air keruh
2. Pasir 6. Kapas
3. Kerikil 7. Penyangga
4. Arang
Langkah Kerja
1. Potong bagian bawah botol air mineral!
2. Cuci pasir dan kerikil hingga bersih!
3. Masukkan bahan-bahan!
4. Masukkan air tanah/ air keruh ke dalam botol! Amati warna ini sebelum di saring!
5. Tampunglah air yang mengalir lewat mulut botol!
6. Catat waktu untuk menyaring 100 ml air kotor hingga menjadi air jernih!
7. Amati zat yang tertinggal pada bagian atas botol!
Kromatografi
Kromatografi adalah metode campuran berdasarkan perbedaan daya rambat zat
dalam campuran pada suatu medium perambatan. Kromatografi biasanya digunakan
untuk keperluan analisis kimia dan analisis senyawa alam. Ada tiga metode kromatografi,
yaitu kromatografi kertas, kromatografi kolom, dan kromatografi gas. Biasanya
kromatografi digunakan untuk pemisahan zat warna. Salah satu contoh kromatografi
kertas adalah pemisahan campuran warna tinta. Pemisahan pada tinta dapat dilakukan
sebagai berikut:
• Tinta diteteskan pada ujung kertas saring kemudian dibiarkan mengering.
• Ujung kertsa tadi dimasukkan dalam air sedalam 1 cm dan kertas saring
dipasang tegak.
• Air akan merambat naik dan tinta akan ikit naik kemudian memisah
menjadi beberapa warna.
Metode Kromatografi
Tujuan : memisahkan zat warna tinta melalui kromatografi.
Alat dan Bahan :
1. Spidol hitam, merah, dan biru
2. Kertas saring berukuran 0,5 cm x 10 cm
3. Gelas kimia ukuran 250 ml
4. Alkohol
5. Lidi atau stik bambu atau pengaduk
Cara Kerja
1. Tetesi atau beri titik kertas saring dengan spidol atau tinta hitam!
2. Iktakan ujung kertas saring yang jauh dari titik atau tetesan tinta pada lidi atau
stik bambu!
3. Isilah gelas kimia dengan alkohol setinggi 2 cm dari dasar gelas!
4. Pasanglah kertas saring yang terpasang pada lidi atau stik bambu pada mulut
gelas dengan posisi menggantung dengan ujung tercelup pada alkohol!
5. Usahakan jangan sampai titik/ tetesan tinta hitam pada kertas saring tercelup
dalam alkohol!
6. Kemudian amatilah yang terjadi pada kertas saring yang telah ditetesi atau
diberi titik tinta hitam!
E. Skenario Pembelajaran
Pertemuan ke-1
Model/Strategi/Pendekatan /Metode
1. Model : Inkuiri
2. Strategi : STAD
3. Pendekatan : Keterampilan Proses
4. Metode : Praktikum
Langkah – langkah pembelajaran
Kegiatan Rincian Waktu
KEGIATAN AWAL Pendahuluan
• Guru mengajak siswa ke laboratorium
• Guru mengkondisikan fisik kelas melalui
kegiatan: memberi salam, dan mengabsen
siswa
10 menit
KEGIATAN INTI
(Tahap Penyajian
Materi)
(Tahap Kegiatan
Kelompok)
Guru menginformasikan tentang tujuan yang akan
dicapai pada materi filtrasi (penyaringan) dan
kromatografi dengan metode praktikum.
Eksplorasi
• Guru memulai pelajaran dengan mengecek
prasyarat tentang pengertian dan prinsip dasar
metode filtrasi (penyaringan) dan kromatografi
• Guru memberikan gambaran atau contoh
tentang filtrasi dan kromatografi dalam
kehidupan sehari-hari
Elaborasi
• Guru mengarahkan siswa untuk membentuk
kelompok dengan cara berhitung mulai dari
angka 1 dan diakhiri dengan angka 6
• Siswa mulai berhitung untuk membentuk
kelompok
• Guru mendata nama-nama kelompok sesuai
dengan hasil perhitungan, dimana terdapat 6
kelompok yang masing-masing kelompok
terdiri dari 5 orang siswa
• Siswa bergabung dengan kelompoknya
masing-masing sesuai dengan data yang sudah
ditetapkan
• Guru membagikan lembar petunjuk praktikum
65 menit
pada tiap-tiap kelompok
• Guru memberikan sedikit gambaran tentang
praktikum yang akan dilakukan
• Guru memberikan penjelasan tentang
praktikum yang akan dilakukan. Untuk
kelompok 1, 3, 5 melakukan praktikum
pemisahan kimia dengan metode filtrasi. Untuk
kelompok 2, 4, 6 melakukan praktikum
pemisahan kimia dengan metode kromatografi
kertas
• Siswa menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan untuk praktikum
• Guru mengecek alat dan bahan yang sudah
disiapkan oleh siswa
• Guru mempersilahkan siswa untuk melakukan
praktikum
• Siswa memulai praktikum sesuai dengan
bagian yang sudah ditetapkan oleh guru
• Guru mengawasi jalannya praktikum
• Guru memberi jalan keluar bagi siswa yang
mengalami kesulitan dalam praktikum
• Guru memberi pertanyaan terhadap masing-
masing kelompok ketika praktikum
berlangsumg
• Guru memberi arahan bagaimana melakukan
praktikum yang benar dan tepat
• Guru meminta siswa untuk membuat laporan
sementara pada masing-masing kelompok
• Siswa membuat laporan sementara pada
masing-masing kelompok
• Guru mengoreksi laporan sementara
• Guru mengembalikan laporan sementara
(Tahap Pelaksanaan
Tes Individu)
(Tahap Perhitungan
Skor)
Tahap
Penghargaan)
kepada siswa
• Guru meminta perwakilan dari masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil
laporan sementara
• Guru memberikan kesempatan kepada
kelompok lain yang hendak bertanya kepada
presentator
• Guru dan siswa menyimpulkan dari hasil
praktikum yang sudah dilakukan
Konfirmasi
• Diskusi kelompok tentang hasil praktikum
untuk menyamakan persepsi mengenai prinsip
dasar praktikum yang dilakukan
• Latihan soal untuk merefleksikan pemahaman
konsep
• Siswa melaksanakan tes secara individu.
• Guru dan siswa menghitung skor hasil tes.
• Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok dengan skor tertinggi.
KEGIATAN
AKHIR
• Guru memberikan tugas untuk membuat
laporan individu
• Guru mengucapkan salam penutup
5 menit
F. Instrumen:
1. Sebutkan filtrat dan residu dari hasil kegiatan!
2. Apa perbedaan antara filtrat dan residu pada percobaan tersebut?
3. Bagaimana keadaan kertas saring yang ditetesi tinta hitam sebelum ujungnya
dicelupkan pada alkohol?
4. Apa yang terjadi pada kertas saring yang telah ditetesi tinta hitam setelah ujungnya
tercelup pada alkohol?
5. Bagaimana laju perambatan alkohol yang melalui tinta hitam jika dibandingkan
dengan melalui tinta hitam yang dicelupkan dengan air?
6. Setelah rambatan alkohol sampai atas, ambil kertas saring dan keringkan! Ternyata
ada beberapa warna yang terpisahkan, tuliskan warna apa yang terjadi?
G. Penilaian
� Jenis tagihan : Tugas Laporan Kelompok , Lembar Kerja Siswa
� Bentuk instrumen : Laporan tertulis, Penilaian sikap
H. Sumber, Bahan dan Alat
• Sumber :
Teguh Sugiyarto dan Eny Ismawati, 2008, Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Pusat
Perbukuan
Supriyana dan Ery Cristiantie, 2006, IPA Kimia, Jakarta: Erlangga; Anni Wanarsih
dkk, 2008, IPA Terpadu, Jakarta: Pusat Perbukuan
Sri Rahmini, 2007, IPA Terpadu, Semarang: Aneka Ilmu
• Alat
Petunjuk Praktikum. Lembar Kerja Siswa
Lampiran 5
DAFTAR KELOMPOK PRAKTIKUM
Kelompok 1: Kelompok 2:
- Abdul Rosid - A.LutfiAdi
- Ayu Anggraini - Faridatul Khasanah
- Handoko - Leliana Sadila
- Miftahul Janah - Rifzal Fadhianto.A
- Vita Nandizah - Widyaningrum
Kelompok 3: Kelompok 4
- A.Ulil Albab - Arif Budi Rukmana
- Mar’ah W - Diah Nur B.H
- Rosa Realita - Heni Septiani
- Irfan - M.Muhson
- Umi Amaliya - Rizki Wini.S
Kelompok 5: Kelompok 6:
- Atok R - Sukmawati P.S
- Khoirun Najih - Bayu Trishnam
- Novendra Nisfulin.N - Novita Sari
- Dyah Ayu N - Nuzulun Ni’mah
- Siti Ismah - Rela Putri S.A
Lampiran 6
NILAI PRA SIKLUS PESERTA DIDIK KELAS VII E
MTs HIDAYATUS SYUBBAN
No
NAMA
KKM
Pencapaian
Nilai Ketuntasan 1 Abdul Rosid 65 36 Belum Tuntas 2 A.LutfiAdi 65 40 Belum Tuntas 3 A.UlilAlbab 65 26 Belum Tuntas 4 Arif Budi Rukmana 65 30 Belum Tuntas 5 Ayu Anggraini 65 30 Belum Tuntas 6 Atok R 65 40 Belum Tuntas 7 Bayu Trishnam 65 30 Belum Tuntas 8 Diah Nur B.H 65 20 Belum Tuntas 9 Dyah Ayu N 65 30 Belum Tuntas 10 Faridatul Khasanah 65 36 Belum Tuntas 11 Handoko 65 20 Belum Tuntas 12 HeniSeptiani 65 30 Belum Tuntas 13 Irfan 65 26 Belum Tuntas 14 KhoirunNajih 65 36 Belum Tuntas 15 LelianaSadila 65 33 Belum Tuntas 16 Mar’ah W 65 20 Belum Tuntas 17 M.Muhson 65 30 Belum Tuntas 18 MiftahulJanah 65 30 Belum Tuntas 19 NovendraNisfulin.N 65 33 Belum Tuntas 20 Novita Sari 65 23 Belum Tuntas 21 NuzulunNi’mah 65 20 Belum Tuntas 22 Rela Putri S.A 65 40 Belum Tuntas 23 RifzalFadhianto.A 65 43 Belum Tuntas 24 Rizki Wini.S 65 30 Belum Tuntas 25 Rosa Realita 65 40 Belum Tuntas 26 Siti Ismah 65 33 Belum Tuntas 27 SukmawatiP.S 65 43 Belum Tuntas 28 Umi Amaliya 65 43 Belum Tuntas 29 Vita Nandizah 65 33 Belum Tuntas 30 Widyaningrum 65 70 Tuntas
Lampiran 7
Siklus I
PETUNJUK PRAKTIKUM
A. Tujuan : menyaring air keruh dengan pasir
B. Landasan Teori :
Penyaringan atau Filtrasi
Penyaringan yang dilakukan di laboratorium biasanya menggunakan kertas
saring. Kertas saring memilik pori-pori yang relatif kecil, sehingga akan menahan
partikel suspensi. Penyaringan menghasilkan residu dan filtrat. Residu yaitu zat
padat yang tertahan oleh kertas saring, sedangkan filtrat yaitu zat cair yang
melewati kertas saring.
C. Alat dan bahan :
1. Botol air mineral 1,5 liter
2. Pasir
3. Kerikil
4. Arang
5. Air keruh
6. Kapas
7. Penyangga
D. Cara Kerja
1. Potong bagian bawah botol air mineral!
2. Cuci pasir dan kerikil hingga bersih!
3. Masukkan bahan-bahan!
4. Masukkan air tanah/ air keruh ke dalam botol! Amati warna ini sebelum di
saring!
5. Tampunglah air yang mengalir lewat mulut botol!
6. Catat waktu untuk menyaring 100 ml air kotor hingga menjadi air jernih!
7. Amati zat yang tertinggal pada bagian atas botol!
E. Data Pengamatan
Zat yang tersaring Zat yang tertinggal
F. Analisis Data/ Pertanyaan
1. Sebutkan filtrat dan residu dari hasil kegiatan!
2. Apa perbedaan antara filtrate dan residu pada percobaan tersebut?
G. Keimpulan
PETUNJUK PRAKTIKUM
A. Tujuan : memisahkan zat warna tinta melalui kromatografi
B. Dasar Teori :
Kromatografi adalah cara pemisahan dimana komponen-komponen yang
akan dipisahkan didistribusikan antara dua fase. Salah satu fase disebut fase
stasioner (fase tetap), dan fase mobile (fase bergerak). Ada tiga metode
kromatografi, yaitu kromatografi kertas, kromatografi kolom, dam kromatografi
gas. Biasanya kromatografi digunakan untuk pemisahan zat warna.
C. Alat dan Bahan :
1. Spidol atau tinta cair warna hitam
2. Kertas saring berukuran 0,5 cm x 10 cm
3. Gelas kimia ukuran 250 ml
4. Alkohol
5. Lidi atau stik bambu atau pengaduk
D. Cara Kerja
1. Tetesi atau beri titik kertas saring dengan spidol atau tinta hitam!
2. Iktakan ujung kertas saring yang jauh dari titik atau tetesan tinta pada lidi atau
stik bambu!
3. Isilah gelas kimia dengan alkohol setinggi 2 cm dari dasar gelas!
4. Pasanglah kertas saring yang terpasang pada lidi atau stik bambu pada mulut
gelas dengan posisi menggantung dengan ujung tercelup pada alkohol!
5. Usahakan jangan sampai titik/ tetesan tinta hitam pada kertas saring tercelup
dalam alkohol!
6. Kemudian amatilah yang terjadi pada kertas saring yang telah ditetesi atau
diberi titik tinta hitam!
E. Data Pengamatan
Spidol Jarak Perambatan
Hitam
Merah
Biru
F. Analisis Data/ Pertanyaan
1. Bagaimana keadaan kertas saring yang ditetesi tinta hitam sebelum ujungnya
dicelupkan pada alkohol?
2. Apa yang terjadi pada kertas saring yang telah ditetesi tinta hitam setelah
ujungnya tercelup pada alkohol?
3. Bagaimana laju perambatan alkohol yang tidak melalui kertas tinta jika
dibandingkan dengan yang melalui tinta hitam?
4. Setelah rambatan alkohol sampai atas, ambil kertas saring dan keringkan!
Ternyata ada beberapa warna yang terpisahkan, tuliskan warna apa yang
terjadi?
G. Kesimpulan
Lampiran 8
Siklus II
PETUNJUK PRAKTIKUM
A. Tujuan : memisahkan campuran kamper dan arang
B. Dasar Teori :
Pemisahan campuran dengan sublimasi dilakukan pada zat-zat yang dapat
menyublim. Sublimasi adalah perubahan zat dari wujud padat menjadi gas atau
sebaliknya.
C. Alat dan Bahan :
1. Kamper
2. Arang
3. Es batu
4. Gelas kimia
5. Spiritus
6. Cawan
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Masukkan campuran kamper dan arang dalam gelas kimia
3. Tutuplah gelas kimia dengan cawan yang berisi es batu
4. Nyalakan pembakar spiritus dan panaskan campuran sampai terjadi penguapan
5. Setelah beberapa saat, amati zat yang menempel pada cawan bagian dalam
E. Data Pengamatan
Zat apa yang tertinggal dalam gelas
kimia
Zat apa pada yang menempel pada
cawan
F. Analisis data/ Pertanyaan
1. Perubahan apa sajakah yang terjadi pada percobaan ini?
2. Zat apakah yang menempel pada cawan bagian dalam?
G. Kesimpulan
PETUNJUK PRAKTIKUM
A. Tujuan : memisahkan zat padat dari larutannya melalui pengkristalan
B. Dasar Teori
Kristalisasi adalah salah satu metode pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kelarutan zat dengan pelarutnya. Dengan cara kristalisasi dapat
dipeorleh zat padat yang lebih murni karena komponen larutan lainnya yang
kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal.
C. Alat dan Bahan :
1. Gelas beker 3. Kaki tiga 5. Pemanas spirirtus
2. Air + garam 4. Kasa 6. pengaduk
D. Cara Kerja
1. Buatlah air laut dengan cara mencampur air dan garam, ke dalam gelas beker
2. Panaskan di atas nyala api spiritus, sambil di aduk, hingga air menguap secara
keseluruhan.
3. Amati apa yang terjadi?
4. Dinginkan!
E. Data Pengamatan
Zat yang tersisa pada gelas beker setelah proses pendinginan
F. Analisis Data/ Pertanyaan
1. Apa yang tersisa pada gelas beker stelah proses pendinginan?
2. Apakah kegiatan yang kamu lakukan sama dengan kegiatan yang dilakukan
petani garam?
3. Prinsip apa yang dipakai pada pembuatan garam dari air laut?
G. Kesimpulan
Lampiran 9
KISI-KISI SOAL SIKLUS I
Standar Kompetensi : Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
Kompetensi Dasar : Melakukan pemisahan campuran dengan bebagai cara berdasarkan sifat fisika
dan sifat kimia
Indikator Kategori Jumlah
C1 C2 C3 C4 C5 C6
Menjelaskan prisip dasar
pemisahan kimia dengan
metode penyaringan (filtrasi)
dan kromatografi
1
2
3
9
10
4
5
6
7
8
11
12
17
20
14
15
Melakukan percobaan
pemisahan kimia dengan
metode penyaringan (filtrasi)
dan kromatografi
13
15
24
28
18
19
21
22
23
26
29
16
27
25 30
15
Keterangan:
C1 = Pengetahuan C4 = Analisis
C2 = Pemahaman C5 = Sintesis
C3 = Penerapan C6 = Evaluasi
Lampiran 10
KISI-KISI SOAL SIKLUS II
Standar Kompetensi : Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
Kompetensi Dasar : Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika
dan sifat kimia
Indikator Kategori Jumlah
C1 C2 C3 C4 C5 C6
Menjelaskan prisip dasar pemisahan kimia dengan metode
subimasi dan kristalisasi
3
4
5
19
22
1
2
7
9
11
13
15
18
23
28
20
27
17
Melakukan percobaan pemisahan kimia dengan metode
sublimasi dan kristalisasi
6
16
26
8
10
14
21
24
29
12
17
30 25
13
Keterangan:
C1 = Pengetahuan C4 = Analisis
C2 = Pemahaman C5 = Sintesis
C3 = Penerapan C6 = Evaluasi
Lampiran 11
LEMBAR PENILAIAN ASPEK KOGNITIF SISWA SIKLUS I
Berilah tanda silang pada salah satu huruf a, b, c, atau d di bawah ini dengan jawaban
yang tepat!
1. Filtrasi (penyaringan) adalah cara pemisahan berdasarkan...
a. perbedaan titik didih komponen campuran
b. perbedaan ukuran partikel komponen campuran
c. perbedaan kelarutan komponen campuran
d. perbadaan massa jenis komponen campuran
2. Diketahui berbagai campuran sebagai berikut:
(1) Larutan gula
(2) Air sungai yang keruh
(3) Alkohol 70%
(4) Air kopi
Yang dapat dipisahkan dengan cara penyaringan adalah...
a. (1), (2), dan (3)
b. (1), (2), dan (4)
c. (2) dan (4)
d. (1) dan (4)
3. Garam dapur yang kotor dapat dimurnikan melalui tahap-tahap...
a. pelarutan, penyaringan, pengkristalan
b. penyaringan, pelarutan , pengkristalan
c. penyaringan, pelarutan, penyulingan
d. pelarutan, penyaringan, penyulingan
4. Untuk membuat air tawar dari air laut dapat dilakukan melalui...
a. penyaringan c. destilasi
b. penguapan d. sublimasi
NAMA :
KELAS :
5. Cara praktis untuk memisahkan campuran air dengan minyak tanah adalah...
a. menyuling c. destilasi bertingkat
b. menyaring d. menggunakan corong pisah
6. Campuran air-alkohol dapat dipisahkan melalui...
a. penyaringan c. penyulingan
b. pengkristalan d. destilasi bertingkat
7. Fungsi klorin dalam pengolahan air bersih adalah untuk...
a. menjernihkan air
b. menurunkan keasaman air
c. mensterilkan air
d. memberi rasa sedap pada air
8. 1. Perbedaan titik didih
2. Perbedaan warna
3. Perbedaan ukuran partikel
Pemisahan campuran dapat dilakukan berdasarkan nomor....
a. 1 dan 2 c. 2 dan 3
b. 1 dan 3 d. 1, 2, dan 3
9. Di bawah ini adalah beberapa pemanfaatan dari pemisahan campuran, kecuali....
a. mendapatkan air bersih
b. memperoleh kerosin pada pengolahan minyak bumi
c. mendapatkan grafit
d. mendapatkan minyak cengkih
10. Campuran minyak goreng dan air dapat dipisahkan dengan cara....
a. destilasi c. filtrasi
b. sublimasi d.kromatografi
11. Pemisahan dengan cara penyaringan dapat digunakan untuk....
a. memisahkan zat warna
b. memisahkan minyak bumi dari residu
c. mendapatkan ekstrak minyak atsiri
d. menjernihkan air kotor dari parit
12. Dalam proses distilasi, arah air pendingin posisinya adalah....
a. searah dengan uap
b. sejajar dengan masuknya air
c. berlawanan arah dengan uap
d. berlawanan arah dengan masuknya air
13. Cairan hasil penyaringan disebut....
a. filtrat c. filtrasi
b. residu d. ampas
14. Zat-zat yang tertinggal pada kertas saring dalam penyaringan disebut....
a. ekstrak c. filtrat
b. residu d. filtrasi
15. Proses pemisahan campuran yang didasarkan pada kecepatan merambat antara
partikel-partikel zat yang dicampur disebut....
a. sublimasi c. kromatografi
b. penyulingan d. Krisatalisasi
16. Pemisahan campuran dengan istilah distilasi juga disebut dengan metode....
a. penyaringan c. kristalisasi
b. penyulingan d. kromatografi
17. Metode pemisahan komponen zat warna (pigmen) disebut....
a. sublimasi c. filtrasi
b. destilasi d. kromatrogafi
18. Metode yang digunakan untuk metode pemisahan suspensi adalah....
a. metode filtrasi c. metode sentrifugasi
b. metode destilasi d. metode sublimasi
19. Alat-alat utama di bawah ini yang digunakan dalam proses distilasi adalah....
a. kondensor, corong pisah, kasa asbes, pembakar spiritus, dan termometer
b. refluks, labu distilasi, kondensor, alat pemanas, dan termometer
c. kaki tiga, alat pemanas, corong pisah, labu, dan tabung reaksi
d. termometer, alat pemanas, beker gelas, corong, dan labu
20. Berikut ini merupakan teknik penyaringan yang baik adalah....
a. posisi pengaduk tegak di atas kertas saring, kemudian larutan dialirkan melalui
pengaduk
b. posisi pengaduk miring tepat pada kertas saring, kemudian larutan dialirkan
c. posisi pengaduk didekatkan pada kertas, keidian larutan dialirkan
d. posisi pengaduk miring dan didekatkan pada kertas, kemudian larutan dialirkan
lewat pengaduk
21. Salah satu contoh sifat kimia adalah....
a. massa jenis c. titik lebur
b. kepadatan d. mudah berkarat
22. Cara yang tepat untuk memisahkan garam yang kotor dapat dari zat-zat pengotornya
adalah....
a. filtrasi c. destilasi
b. kristalisasi d. kromatografi
23. Cara pemisahan yang digunakan untuk memperoleh bensin dari minyak bumi
adalah....
a. filtrasi c. destilasi
b. kristalisasi d. sublimasi
24. Campuran berikut ini yang tergolong campuran homogen adalah....
a. larutan garam c. susu
b. air kopi d. air sungai
25. Cara penyaringan yang dapat dilakukan untuk membuat air tawar dan air laut
adalah....
a. filtrasi c. destilasi
b. kristalisasi d. sublimasi
26. Campuran berikut ini tergolong campuran heterogen adalah....
a. air garam c. air gula
b. air kopi d. air sungai
27. Untuk membuat minyak wangi dari bunga melati, dapat dilakukan dengan cara…..
a. filtrasi c. destilasi
b. kristalisasi d. sublimasi
28. Pengolahan air dengan cara penyaringan memiliki kelemahan, yaitu….
a. partikel-partikel yang berukuran besar ikut tersaring
b. partikel-partikel tanah yang berukuran besar tidak tersaring
c. partikel-partikel tanah yang berukuran kecil akan tersaring
d. partikel-partikel tanah yang berukuran kecil akan tidak tersaring
29. Metode yang tepat untuk memisahkan campuran antara alkohol dengan serbuk yang
tidak larut adalah….
a. sublimasi c. kromatografi
b. kristalisasi d. filtrasi
30. Untuk menganalisis jenis zat warna dalam sirup dapat dilakukan melalui...
a. destilasi c. kromatografi
b. filtrasi d. sublimasi
Lampiran 12
LEMBAR PENILAIAN ASPEK KOGNITIF SIKLUS II
Berilah tanda silang pada salah satu huruf a, b, c, atau d di bawah ini dengan jawaban
yang tepat!
1. Untuk membuat minyak wangi dari bunga melati, dapat dilakukan dengan cara....
a. filtrasi c. destilasi
b. kristalisasi d. sublimasi
2. Cara yang tepat untuk memisahkan garam yang kotor dari zat pengotornya adalah....
a. destilasi c. kristalisasi
b. kromatografi d. filtrasi
3. Pengolahan air dengan cara penyaringan memiliki kelemahan, yaitu....
a. partikel-partikel tanah yang berukuran besar ikut tersaring
b. partikel-partikel tanah yang berukuran besar tidak tersaring
c. partikel-partikel tanah yang berukuran kecil akan tersaring
d. partikel-partikel tanah yang berukuran kecil tidak tersaring
4. Pemisahan campuran air garam sehingga diperoleh garam dapat dilakukan didasarkan
pada....
a. titik didih c. titik didih
b. titik uap d. titik lebur
5. Proses penyulingan dilakukan dengan dua tahap, yaitu....
a. penguapan dan pengembunan
b. pengembunan dan penguapan
c. pencairan dan pembekuan
d. pembekuan dan pencairan
6. Proses pemisahan campuran yang didasarkan pada kecepatan merambat antara
partikel-partikel zat yang dicampur disebut....
a. sublimasi c. kromatografi
b. penyulingan d. krisatalisasi
NAMA :
KELAS :
7. Pemisahan zat dengan penguapan terjadi pada kegiatan....
a. mendapatkan zat warna pada kunyit
b. memisahkan minyak kelapa dari santan
c. mendapatkan iodium dari garam beriodium
d. memisahkan minyak sereh dari pohon sereh
8. Air sadah adalah air yang mengandung....
a. amonium c. magnesium
b. kalium d. natrium
9. Filtrasi merupakan metode pemisahan campuran yang berdasarkan pada....
a. persamaan ukuran partikel
b. perbedaan kelarutan
c. persamaan titik didih
d. perbedaan ukuran partikel
10. Distilasi bertingkat juga disebut dengan istilah distilasi....
a. vakum c. sederhana
b. fraksinasi d. uap
11. Metode yang tepat untuk memisahkan campuran antara alkohol dengan serbuk yang
tidak larut adalah...
a. sublimasi c. kromatografi
b. kristalisasi d. filtrasi
12. Salah satu organ tubuh kita yang berfungsi sebagai filter atau penyaring adalah....
a. mata c. kulit
b. telinga d. hidung
13. Corong kaca pada proses sublimasi bisa digantikan dengan....
a. gelas kimia c. gelas ukur
b. kaca hias d. kaca arloji
14. Berikut ini yang tidak termasuk jenis kromatografi adalah....
a. kromatografi gas c. kromatografi kertas
b. kromatografi keramik d. kromatografi kolom
15. Pemisahan campuran berikut yang tidak menggunakan metode distilasi adalah....
a. mengambil emas dari air dan pasir
b. mengambil bensin dari minyak mentah
c. mengambil minyak cengkih dari bunga
d. mengambil alokohol dari tetes tebu
16. Proses memurnikan garam dapur yang benar dilakukan dengan urutan langkah-
langkah berikut....
a. pengkristalan, penguapan, pengeringan
b. pelarutan, pengkristalan, penyulingan
c. penyaringan, pelarutan, pengkristalan
d. pelarutan, penyaringan, pengkristalan
17. Petani garam mendapatkan garam dari air laut dengan cara....
a. pengembunan c. kristalisasi
b. penguapan d. penguapan dan kristalisasi
18. Campuran minyak goreng dan air dapat dipisahkan dengan cara....
a. sublimasi c. filtrasi
b. destilasi d.kromatografi
19. Perubahan zat dari wujud padat menjadi gas atau sebaliknya disebut....
a. kristalisasi c. sublimasi
b. penguapan d. pengembunan
20. Penggunaan kertas saring berpori yang benar dalam proses penyaringan adalah....
a. enlemeyer c. tabung reaksi
b. corong gelas d. klem statif
21. Pemisahan campuran dengan filtrasi juga disebut metode....
a. kromatografi c. penyulingan
b. kristalisasi d. penyaringan
22. Pemisahan campuran dengan istilah disilasi juga disebut dengan metode....
a. penyaringan c. kristalisasi
b. penyulingan d. kromatografi
23. Metode yang paling tepat untuk memisahkan campuran air dengan serbuk belerang
adalah....
a. sublimasi c. kromatografi
b. kristalisasi d. Filtrasi
24. Cairan yang dapat menembus kertas saring disebut....
a. filtrat c. filtrasi
b. residu d. ampas
25. Zat-zat yang tertinggal pada kertas saring dalam penyaringan disebut....
a. ekstrak c. filtrat
b. residu d. filtrasi
26. Pemisahan komponen-komponen penyusun campuran dapat dipisahkan dengan
filtrasi yang disebut juga dengan....
a. penyulingan c. residu
b. penyaringan d. kristalisasi
27. pemisahan iodine dari campuran pasir-iodin dilakukan dengan metode….
a. kristalisasi c. sublimasi
b. destilasi d. ekstraksi
28. Di bawah ini adalah beberapa pemanfaatan dari pemisahan campuran, kecuali....
a. mendapatkan air bersih
b. memperoleh kerosin pada pengolahan minyak bumi
c. mendapatkan grafit
d. mendapatkan minyak cengkih
29. Untuk memisahkan kamper dengan arang dapat dilakukan dengan cara.....
a. sublimasi c. destilasi
b. filtrasi d. kromatografi
30. Metode yang digunakan untuk metode pemisahan suspensi adalah....
a. metode filtrasi c. metode sentrifugasi
b. metode destilasi d. metode sublimasi
Lampiran 13
KUNCI JAWABAN
Latihan soal siklus I
A. Pilihan Ganda
1. B 11. D 21. D
2. C 12. D 22. B
3. A 13. A 23. C
4. C 14. B 24. A
5. A 15. C 25. C
6. D 16. B 26. B
7. A 17. D 27. C
8. B 18. A 28. D
9. C 19. B 29. D
10. A 20.B 30. C
Latihan soal siklus II
A. Pilihan Ganda
1. D 11. D 21. D
2. B 12. D 22. B
3. D 13. D 23. D
4. B 14. B 24. A
5. A 15. A 25. B
6. C 16. D 26. B
7. C 17. B 27. C
8. C 18. B 28. C
9. D 19. C 29. A
10. B 20. B 30. A
Lampiran 14
Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa
PENILAIAN KOGNITIF SIKLUS I
No Nama Siswa
KKM Pencapaian
Nilai Ketuntasan
1 Abdul Rosid 65 66 Tuntas
2 A.LutfiAdi 65 80 Tuntas
3 A.Ulil Albab 65 50 Belum tuntas
4 Arif Budi Rukmana 65 76 Tuntas
5 Ayu Anggraini 65 70 Tuntas
6 Atok R 65 70 Tuntas
7 Bayu Trishnam 65 73 Tuntas
8 Diah Nur B.H 65 76 Tuntas
9 Dyah Ayu N 65 66 Tuntas
10 Faridatul Khasanah 65 73 Tuntas
11 Handoko 65 43 Belum tuntas
12 Heni Septiani 65 83 Tuntas
13 Irfan 65 70 Tuntas
14 Khoirun Najih 65 73 Tuntas
15 Leliana Sadila 65 73 Tuntas
16 Mar’ah W 65 50 Belum tuntas
17 M.Muhson 65 53 Belum tuntas
18 Miftahul Janah 65 70 Tuntas
19 Novendra Nisfulin.N 65 66 Tuntas
20 Novita Sari 65 70 Tuntas
21 Nuzulun Ni’mah 65 66 Tuntas
22 Rela Putri S.A 65 63 Tuntas
23 Rifzal Fadhianto.A 65 66 Tuntas
24 Rizki Wini.S 65 66 Tuntas
25 Rosa Realita 65 50 Belum tuntas
26 Siti Ismah 65 66 Tuntas
27 Sukmawati P.S 65 73 Tuntas
28 Umi Amaliya 65 73 Tuntas
29 Vita Nandizah 65 76 Tuntas
30 Widyaningrum 65 76 Tuntas
Lampiran 15
Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa
PENILAIAN KOGNITIF SIKLUS II
No
Nama
KKM
Pencapaian
Nilai Ketuntasan
1 Abdul Rosid 65 83 Tuntas
2 A.LutfiAdi 65 83 Tuntas
3 A.Ulil Albab 65 90 Tuntas
4 Arif Budi Rukmana 65 73 Tuntas
5 Ayu Anggraini 65 80 Tuntas
6 Atok R 65 80 Tuntas
7 Bayu Trishnam 65 80 Tuntas
8 Diah Nur B.H 65 80 Tuntas
9 Dyah Ayu N 65 80 Tuntas
10 Faridatul Khasanah 65 93 Tuntas
11 Handoko 65 86 Tuntas
12 Heni Septiani 65 73 Tuntas
13 Irfan 65 86 Tuntas
14 Khoirun Najih 65 93 Tuntas
15 Leliana Sadila 65 93 Tuntas
16 Mar’ah W 65 83 Tuntas
17 M.Muhson 65 93 Tuntas
18 Miftahul Janah 65 70 Tuntas
19 Novendra Nisfulin.N 65 83 Tuntas
20 Novita Sari 65 83 Tuntas
21 Nuzulun Ni’mah 65 86 Tuntas
22 Rela Putri S.A 65 86 Tuntas
23 Rifzal Fadhianto.A 65 86 Tuntas
24 Rizki Wini.S 65 86 Tuntas
25 Rosa Realita 65 80 tuntas
26 Siti Ismah 65 80 Tuntas
27 Sukmawati P.S 65 93 Tuntas
28 Umi Amaliya 65 93 Tuntas
29 Vita Nandizah 65 86 Tuntas
30 Widyaningrum 65 86 Tuntas
Rata-rata 80.5 96.7%
Lampiran 16
PANDUAN SKORING AFEKTIF SISWA
No Kriteria Penilaian Keterangan
1 Kehadiran mengikuti
praktikum
Skor 5 Selalu masuk dan tidak pernah terlambat
Skor 4 Selalu masuk dan pernah terlambat
Skor 3 Pernah tidak masuk dan tidak pernah terlambat
Skor 2 Pernah tidak masuk dan sering terlambat
Skor 1 Sering tidak masuk dan sering terlambat
2 Perhatian mengikuti
praktikum
Skor 5 Perhatian dan menyampaikan pendapat
Skor 4 Perhatian dan jarang menyampaikan pendapat
Skor 3 Perhatian dan tidak pernah berpendapat
Skor 2 Kurang perhatian dan jarang berpendapat
Skor 1 Kurang perhatian dan tidak pernah berpendapat
3 Kerjasama kelompok diskusi
Skor 5 Bekerjasama dalam kelompok dan selalu menyumbangkan ide
Skor 4 Bekerjasama dalam kelompok dan kadang-kadang
menyumbangkan ide
Skor 3 Bekerjasama dalam kelompok dan tidak menyumbang ide
Skor 2 Jarang bekerjasama dan jarang menyumbang ide
Skor 1 Tidak pernah bekerjasama dalam kelompok dan tidak menyumbang
ide
4 Tanggung jawab
Skor 5 Aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai tepat waktu
Skor 4 Aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah selesai tidak tepat
waktu
Skor 3 Aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai tidak tepat waktu
Skor 2 Kurang aktif melaksanakan tugas dari guru dan tidak selesai
Skor 1 Tidak aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai tepat waktu
5 Bertanya selama praktikum
Skor 5 Lima kali bertanya saat praktikum
Skor 4 Tiga kali bertanya saat praktikum
Skor 3 Dua kali bertanya saat praktikum
Skor 2 Satu kali bertanya saat praktikum
Skor 1 Tidak pernah bertanya saat praktikum
6 Kejujuran melakukan
praktikum
Skor 5 Tidak pernah bertanya kepada teman sewaktu mengerjakan tes
Skor 4 Satu kali bertanya kepada teman sewaktu mengerjakan tes
Skor 3 Dua kali bertanya kepada teman sewaktu mengerjakan tes
Skor 2 Tiga kali bertanya kepada teman sewaktu mengerjakan tes
Skor 1 Lima kali bertanya kepada teman sewaktu mengerjakan tes
7 Keaktifan dalam kegiatan
praktikum
Skor 5 Selalu aktif dalam kegiatan praktikum pemisahan kimia
Skor 4 Lima kali aktif dalam kegiatan praktikum pemisahan kimia
Skor 3 Tiga kali aktif dalam kegiatan praktikum pemisahan kimia
Skor 2 Satu kali aktif dalam kegiatan praktikum pemisahan kimia
Skor 1 Tidak pernah aktif dalam kegiatan praktikum pemisahan kimia
8 Menghargai pendapat orang
lain
Skor 5 Selalu menghargai pendapat orang lain, tidak ramai dan
mendengarkan pendapat orang lain
Skor 4 Pernah tidak menghargai pendapat orang lain, tidak ramai dan
mendengarkan pendapat orang lain
Skor 3 Kadang-kadang menghargai pendapat orang lain, tidak ramai dan
mendengarkan pendapat orang lain
Skor 2 Sering menghargai pendapat orang lain, tidak ramai dan
mendengarkan pendapat orang lain
Skor 1 Tidak menghargai pendapat orang lain, tidak ramai dan
mendengarkan pendapat orang lain
Lampiran 17
Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa
PENILAIAN AFEKTIF SIKLUS I
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah % Ketuntasan
1 Abdul Rosid 3 3 3 4 4 4 4 5 33 78% Baik
2 A.LutfiAdi 3 3 3 4 4 4 5 3 32 78% Baik
3 A.UlilAlbab 4 4 4 3 3 3 3 5 29 74% Baik
4 Arif Budi Rukmana 3 3 4 4 3 5 4 4 29 74% Baik
5 Ayu Anggraini 4 3 4 4 4 5 3 4 31 78% Baik
6 Atok R 3 4 3 4 3 4 4 4 29 76% Baik
7 Bayu Trishnam 3 3 4 4 4 3 3 5 29 70% Baik
8 Diah Nur B.H 4 4 4 3 3 5 4 3 30 76% Baik
9 Dyah Ayu N 4 4 3 3 4 3 3 5 29 76% Baik
10 Faridatul Khasanah 4 4 3 4 4 5 2 5 31 76% Baik
11 Handoko 3 4 3 3 4 4 3 4 28 76% Baik
12 HeniSeptiani 4 4 3 3 3 4 4 5 30 78% Baik
13 Irfan 3 3 3 4 4 5 5 4 31 76% Baik
14 KhoirunNajih 3 4 4 3 3 4 5 5 34 76% Baik
15 LelianaSadila 4 3 3 3 4 5 3 4 29 74% Baik
16 Mar’ah W 4 4 3 3 4 4 3 4 29 74% Baik
17 M.Muhson 3 4 3 4 3 4 4 3 28 74% Baik
18 MiftahulJanah 3 4 4 4 4 5 4 3 31 76% Baik
19 NovendraNisfulin.N 4 3 4 4 3 4 3 5 30 74% Baik
20 Novita Sari 3 4 4 3 4 3 4 5 30 76% Baik
21 NuzulunNi’mah 4 3 4 5 3 4 3 4 30 74% Baik
22 Rela Putri S.A 5 5 3 3 4 4 4 3 31 74% Baik
23 RifzalFadhianto.A 3 3 3 3 4 3 3 5 27 70% Baik
24 Rizki Wini.S 3 4 4 4 3 4 3 5 30 76% Baik
25 Rosa Realita 3 5 4 3 4 4 3 3 28 72% Baik
26 Siti Ismah 4 3 4 4 4 4 2 3 28 72% Baik
27 SukmawatiP.S 3 3 4 4 4 3 3 5 29 72% Baik
28 Umi Amaliya 4 3 3 4 3 4 3 5 29 72% Baik
29 Vita Nandizah 4 4 3 3 4 4 5 4 33 80% Baik
30 Widyaningrum 4 4 3 4 3 4 4 3 29 74% Baik
Kategori Cukup 74.65%
Skor Maksimal = ∑ Aspek yang Dinilai x 5
Nilai = ∑ ���� �� �� ������
���� �������� � 100%
Klasifikasi Hasil Aktivitas Kriteria Penilaian
85% - 100% = sangat baik 5 = sangat baik
69% - 84% = baik 4 = baik
53% - 68% = cukup 3 = cukup
37% - 52% = kurang 2 = kurang
< 36% = gagal 1 = gagal
Analisis Data Aspek Afektif Siklus I
Berdasarkan data pada siklus I maka, diperoleh :
∑ aktivitas PD = 896
∑ Peserta Didik = 30
∑ Skor maksimum = 40
�� = ∑�
= !"#
$%
= 29.86
&'()'*+,)' -∑��.�/�.�� ����.� �����
���� ������0� � 100%
= 1".!#
3% � 100%
= 74.86%
Kesimpulan ;
Pencapaian aspek afektif peserta didik pada siklus I adalah 74.65%. Dengan hasil
aspek afektif yang diperoleh ternyata belum mencapai indikator keberhasilan dan dibawah
nilai rata-rata yaitu 29.86 Masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan. Sehingga
penerapan metode praktikum pada materi pemisahan kimia untuk meningkatkan hasil
belajar kelas VII E MTs HidayatusSyubban harus melaksanakan pembelajaran lagi pada
siklus II.
Lampiran 18
Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa
REKAPITULASIPENILAIANAFEKTIF SIKLUS II
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 Nilai % Ketuntasan
1 Abdul Rosid 3 4 4 5 5 3 4 4 32 78% Tuntas
2 A.LutfiAdi 5 3 4 4 4 3 4 5 32 82% Tuntas
3 A.UlilAlbab 4 4 4 4 4 4 5 3 32 82% Tuntas
4 Arif Budi Rukmana 5 5 5 3 4 5 4 3 34 82% Tuntas
5 Ayu Anggraini 4 3 4 4 5 4 4 3 31 82% Tuntas
6 Atok R 3 5 4 4 5 3 4 4 32 82% Tuntas
7 Bayu Trishnam 5 4 4 3 5 3 4 4 32 82% Tuntas
8 Diah Nur B.H 5 3 3 5 4 3 4 3 30 78% Tuntas
9 Dyah Ayu N 4 5 5 4 3 4 4 4 33 82% Tuntas
10 Faridatul Khasanah 4 5 5 4 3 5 4 4 35 86% Tuntas
11 Handoko 4 5 5 4 3 5 3 5 34 86% Tuntas
12 HeniSeptiani 5 5 3 4 3 4 5 5 34 86% Tuntas
13 Irfan 3 5 4 5 4 3 5 5 34 84% Tuntas
14 KhoirunNajih 5 4 4 4 5 5 3 4 34 86% Tuntas
15 LelianaSadila 5 5 3 4 5 4 5 3 34 86% Tuntas
16 Mar’ah W 4 3 4 4 5 4 4 4 32 82% Tuntas
17 M.Muhson 5 3 4 4 5 3 5 3 32 82% Tuntas
18 MiftahulJanah 4 4 4 4 4 5 4 3 34 76% Tuntas
19 NovendraNisfulin.N 4 5 4 3 5 5 4 4 34 86% Tuntas
20 Novita Sari 4 5 4 3 5 5 4 4 33 84% Tuntas
21 NuzulunNi’mah 4 3 4 4 5 5 4 5 33 82% Tuntas
22 Rela Putri S.A 5 4 4 3 5 4 4 4 34 82% Tuntas
23 RifzalFadhianto.A 5 4 4 4 5 5 3 4 34 86% Tuntas
24 Rizki Wini.S 5 4 4 5 4 5 3 4 33 84% Tuntas
25 Rosa Realita 5 5 4 4 4 5 4 4 35 86% Tuntas
26 Siti Ismah 5 4 3 4 5 5 4 3 33 82% Tuntas
27 SukmawatiP.S 3 5 4 5 3 5 4 4 33 82% Tuntas
28 Umi Amaliya 4 3 4 3 5 4 5 4 32 82% Tuntas
29 Vita Nandizah 4 5 4 3 5 5 4 4 32 86% Tuntas
30 Widyaningrum 4 3 4 4 5 5 4 4 33 82% Tuntas
Kategori Baik 82.5%
Skor Maksimal = ∑ Aspek yang Dinilai x 5
Nilai = ∑ ���� �� �� ������
���� �������� � 100%
Klasifikasi Hasil Aktivitas Kriteria Penilaian
85% - 100% = sangat baik 5 = sangat baik
69% - 84% = baik 4 = baik
53% - 68% = cukup 3 = cukup
37% - 52% = kurang 2 = kurang
< 36% = gagal 1 = gagal
Analisis Data Aspek Afektif Siklus II
Berdasarkan data pada siklus II maka, diperoleh :
∑ aktivitas PD = 990
∑ Peserta Didik = 30
∑ Skor maksimum = 40
��= ∑�
= !!"
#"
= 33
$%&'%()*'% +∑��,�-�,�� ����,� �����
���� ������.� � 100%
= ##
/" � 100%
= 82.5%
Kesimpulan :
Pencapaian aspek afektif peserta didik pada siklus II adalah 82.5%. dari aspek
afektif yang diperoleh ternyata sudah mencapai indikator, hal ini dikarenakan siswa
sudah terbiasa dengan metode pembelajaran praktikum. Peserta didik sudah dapat
bekerjasama dengan baik terhadap kelompoknya.
Lampiran 19
PANDUAN SKORING PSIKOMOTORIK SISWA
No Kriteria Penilaian Keterangan
1 Persiapan alat dan bahan
Skor 5 Dapat menyiapkan alat dan bahan tanpa bantuan guru
Skor 4 Dapat menyiapkan alat dan bahan dengan sedikit bantuan guru
Skor 3 Dapat menyiapkan alat dan bahan dengan bantuan guru
Skor 2 Dapat menyiapkan alat dan bahan tetapi kurang lengkap
Skor 1 Tidak dapat menyiapkan alat dan bahan
2 Keterampilan menggunakan
alat
Skor 5 Mengetahui alat, fungsi, dan penggunaanya
Skor 4 Mengetahui alat dan fungsi tetapi tidak dapat menggunakan
Skor 3 tidak mengetahui alat dan fungsi tetapi dapat menggunakan
Skor 2 Mengetahui alat, tidak mengetahui fungsi dan penggunaan
Skor 1 Tidak Mengetahui alat, fungsi dan penggunaan
3 Penguasaan prosedur
praktikum
Skor 5 Mampu melakukan praktikum tanpa membaca buku dan bantuan
siapapun
Skor 4 Mampu melakukan praktikum sesekali membuka buku tanpa
bantuan dari teman
Skor 3 Mampu melakukan praktikum dengan membuka buku tanpa
bantuan dari teman
Skor 2 Mampu melakukan praktikum dengan membuka buku dan dengan
bantuan teman
Skor 1 Mampu melakukan praktikum setelah membukan buku dan
mendapat penjelasan dari teman
4 Kerjasama kelompok
Skor 5 Mampu bekerjasama dengan kelompok lain meski dalam keadaan
sibuk
Skor 4 Mampu bekerjasama dengan kelompok lain meski tidak sibuk
Skor 3 Mampu bekerjasama hanya dengan kelompoknya meski dalam
keadan sibuk
Skor 2 Mampu bekerjasama hanya dengan kelompoknya ketika tidak sibuk
Skor 1 Tidak mampu bekerjasama dengan siapapun
5 Mengamati hasil percobaan
Skor 5 Membaca hasil percobaan dengan teliti dan benar tanpa bantuan
guru
Skor 4 Membaca hasil percobaan dengan teliti dengan bantuan guru
Skor 3 Membaca hasil percobaaan kurang teliti
Skor 2 Tidak Membaca hasil percobaaan
Skor 1 Tidak bisa membaca hasil percobaaan
6 Menarik dan
mempresentasikan
kesimpulan
Skor 5 Dapat menarik kesimpulan dengan benar, lengkap dan berani
mempresentasikan
Skor 4 Dapat menarik kesimpulan dengan benar, lengkap tetapi tidak
berani mempresentasikan
Skor 3 Dapat menarik kesimpulan dengan benar, kurang lengkap dan tidak
berani mempresentasikan
Skor 2 Kurang dapat menarik kesimpulan dengan benar, lengkap, dan tidak
berani mempresentasikan
Skor 1 Tidak dapat menarik kesimpulan dan tidak berani
mempresentasikan
7 Merapikan kembali alat dan
bahan
Skor 5 Dapat mengembalikan alat dan bahan dengan semuanya tersusun
rapi
Skor 4 Dapat mengembalikan alat dan bahan dengan sebagian besar sudah
rapi
Skor 3 Dapat mengembalikan alat dan bahan dengan sebagian yang rapi
Skor 2 Dapat mengembalikan alat dan bahan dengan tidak rapi
Skor 1 Tidak dapat mengembalikan alat dan bahan sama sekali
8 Membuat laporan sementara
Skor 5 Dapat membuat laporan praktikum sementara lengkap dan sesuai
dengan format yang diberikan guru
Skor 4 Dapat membuat laporan praktikum sementara lengkap kurang
sesuai dengan format yang diberikan guru
Skor 3 Dapat membuat laporan praktikum sementara kurang lengkap tetapi
sesuai format guru
Skor 2 Dapat membuat laporan praktikum sementara kurang lengkap dan
tidak sesuai format guru
Skor 1 Tidak membuat laporan sementara dengan lengkap dan tidak sesuai
format guru
Lampiran 20
Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotorik Siswa
PENILAIAN PSIKOMOTORIK SIKLUS I
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Persentase Ketuntasan
1 Abdul Rosid 5 3 4 3 3 4 5 3 30 75% Baik
2 A.LutfiAdi 4 4 4 3 3 5 3 3 29 72.5% Baik
3 A.UlilAlbab 3 3 3 3 3 5 4 3 27 67.5% Cukup
4 Arif Budi Rukmana 3 4 3 4 3 4 3 5 29 72.5% Baik
5 Ayu Anggraini 4 5 3 4 4 3 3 3 29 72.5% Baik
6 Atok R 3 3 5 3 4 4 3 4 29 72.5% Baik
7 Bayu Trishnam 3 5 3 3 3 4 5 3 29 72.5% Baik
8 Diah Nur B.H 4 3 4 4 4 3 3 5 30 75% Baik
9 Dyah Ayu N 3 5 4 5 3 4 3 3 30 75% Baik
10 Faridatul Khasanah 4 3 3 4 3 5 3 4 29 72.5% Baik
11 Handoko 3 4 5 5 3 4 3 3 30 75% Baik
12 HeniSeptiani 4 4 3 4 4 4 3 4 30 75% Baik
13 Irfan 4 5 3 3 4 3 4 4 30 75% Baik
14 KhoirunNajih 4 4 4 3 3 4 3 4 29 72.5% Baik
15 LelianaSadila 4 3 3 4 4 3 3 5 29 72.5% Baik
16 Mar’ah W 3 4 3 5 4 3 4 4 30 75% Baik
17 M.Muhson 4 3 4 4 4 4 3 4 30 75% Baik
18 MiftahulJanah 3 5 4 3 3 4 4 3 29 72.5% Baik
19 NovendraNisfulin.N 3 4 3 3 5 4 4 3 29 72.5% Baik
20 Novita Sari 3 4 3 3 5 4 5 3 31 77.5% Baik
21 NuzulunNi’mah 4 4 4 5 3 4 4 3 31 77.5% Baik
22 Rela Putri S.A 3 4 3 3 5 4 5 3 30 75% Baik
23 RifzalFadhianto.A 3 5 4 3 4 4 4 3 30 75% Baik
24 Rizki Wini.S 5 4 4 3 5 3 3 3 30 75% Baik
25 Rosa Realita 4 4 4 3 4 4 3 4 30 75% Baik
26 Siti Ismah 3 3 5 3 4 4 3 3 28 70% Baik
27 SukmawatiP.S 3 3 4 4 4 5 3 3 29 72.5% Baik
28 Umi Amaliya 3 5 3 4 3 4 4 4 30 75% Baik
29 Vita Nandizah 5 3 4 4 3 4 4 3 30 75% Baik
30 Widyaningrum 3 4 4 5 4 4 3 4 31 77.5% Baik
Kategori 879 73.25%
Skor Maksimal = ∑ Aspek yang Dinilai x 5
Nilai = ∑ ���� �� �� ������
���� �������� � 100%
Klasifikasi Hasil Aktivitas Kriteria Penilaian
85% - 100% = sangat baik 5 = sangat baik
69% - 84% = baik 4 = baik
53% - 68% = cukup 3 = cukup
37% - 52% = kurang 2 = kurang
< 36% = gagal 1 = gagal
Analisis Data Aspek Psikomotorik Siklus I
Berdasarkan data pada siklus I maka, diperoleh :
∑ aktivitas PD = 879
∑ Peserta Didik = 30
∑ Skor maksimum = 40
�� = ∑�
= !"#
$%
= 29.3
&'()'*+,)' -∑��.�/�.�� ����.� �����
���� ������0� � 100%
= 1#.$
3% � 100%
= 73.25%
Kesimpulan ;
Pencapaian aspek psikomotorik peserta didik pada siklus I adalah 73.25%. Dengan
hasil aspek psikomotorik yang diperoleh ternyata belum mencapai indikator keberhasilan dan
dibawah nilai rata-rata yaitu 29.3. Masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan. Sehingga
penerapan metode praktikum pada materi pemisahan kimia untuk meningkatkan hasil belajar
kelas VII E MTs Hidayatus Syubban harus melaksanakan pembelajaran lagi pada siklus II.
Lampiran 21
Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotorik Siswa
PENILAIAN PSIKOMOTORIK SIKLUS II
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 ∑ % Ketuntasan
1 Abdul Rosid 5 3 5 3 4 4 5 4 33 82.5% Baik
2 A.LutfiAdi 3 5 4 4 5 5 4 3 33 82.5% Baik
3 A.UlilAlbab 4 4 3 5 5 4 4 4 33 82.5% Baik
4 Arif Budi Rukmana 5 5 5 3 3 4 4 4 33 82.5% Baik
5 Ayu Anggraini 3 5 4 4 5 5 3 4 33 82.5% Baik
6 Atok R 4 4 3 5 4 5 4 4 35 87.5% Sangat Baik
7 Bayu Trishnam 4 4 3 4 5 5 4 5 34 85% Sangat Baik
8 Diah Nur B.H 5 4 4 4 5 5 4 3 34 85% Sangat Baik
9 Dyah Ayu N 5 4 4 3 4 5 5 5 35 87.5% Sangat Baik
10 Faridatul Khasanah 5 4 4 5 4 4 3 4 33 82.5% Baik
11 Handoko 4 3 5 5 4 3 5 4 33 82.5% Baik
12 HeniSeptiani 4 4 4 5 5 3 4 4 33 82.5% Baik
13 Irfan 5 4 5 5 4 4 3 5 33 82.5% Baik
14 KhoirunNajih 5 4 4 4 5 4 4 5 35 87.5% Sangat Baik
15 LelianaSadila 3 5 3 5 5 5 4 3 33 82.5% Baik
16 Mar’ah W 4 5 4 3 5 5 5 3 33 82.5% Baik
17 M.Muhson 5 5 4 4 5 4 5 3 35 87.5% Sangat Baik
18 MiftahulJanah 3 4 5 5 4 4 4 5 34 85% Sangat Baik
19 NovendraNisfulin.N 5 3 5 4 3 5 4 5 32 80% Baik
20 Novita Sari 4 3 4 4 5 4 4 5 33 82.5% Baik
21 NuzulunNi’mah 4 4 3 5 5 4 4 5 30 75% Baik
22 Rela Putri S.A 3 4 5 5 5 3 5 3 33 82.5% Baik
23 RifzalFadhianto.A 4 5 3 4 5 5 4 5 35 87.5% Sangat Baik
24 Rizki Wini.S 4 4 5 4 5 4 4 4 34 85% Sangat Baik
25 Rosa Realita 4 4 4 4 3 4 5 5 33 82.5% Baik
26 Siti Ismah 4 3 5 4 5 5 4 4 34 85% Sangat Baik
27 SukmawatiP.S 3 4 5 5 5 4 5 3 34 85% Sangat Baik
28 Umi Amaliya 5 5 4 3 4 3 5 5 34 85% Sangat Baik
29 Vita Nandizah 4 4 5 4 5 3 4 5 34 85% Sangat Baik
30 Widyaningrum 4 5 4 4 4 5 5 3 34 85% Sangat Baik
Kategori Baik 82.5%
Skor Maksimal = ∑ Aspek yang Dinilai x 5
Nilai = ∑ ���� �� �� ������
���� �������� � 100%
Klasifikasi Hasil Aktivitas Kriteria Penilaian
85% - 100% = sangat baik 5 = sangat baik
69% - 84% = baik 4 = baik
53% - 68% = cukup 3 = cukup
37% - 52% = kurang 2 = kurang
< 36% = gagal 1 = gagal
Analisis Data Aspek Psikomotorik Siklus II
Berdasarkan data pada siklus II maka, diperoleh :
∑ aktivitas PD = 990
∑ Peserta Didik = 30
∑ Skor maksimum = 40
�� = ∑�
= !!"
#"
=33
$%&'%()*'% +∑��,�-�,�� ����,� �����
���� ������.� � 100%
= ##
/" � 100%
= 82.5%
Kesimpulan ;
Pencapaian aspek psikomotorik peserta didik pada siklus II adalah 82.5%. Dengan
hasil aspek psikomotorik yang diperoleh sudah mencapai indikator keberhasilan, hal ini
dikarenakan peserta didik sudah terampil dalam melakukan praktikum dan dapat
mempresentasikan hasil laporan praktikum dengan baik.
JURNAL GURU
Responden yang terhormat, kami memohon anda untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan
yang ada dibawah ini sesuai dengan pendapat anda. Isilah dengan jelas dan singkat:
1. Bagaimana tangggapan dan kesan anda terhadap proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode praktikum pada materi pemisahan kimia?
Komentar:
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
2. Apa kendala atau kesulitan yang dialami selama proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode praktikum pada materi pemisahan kimia?
3. Apa kelebihan penerapan metode praktikum dibandingkan dengan metode
pembelajaran sebelumnya?
4. Menurut pendapat anda bagaimana kesan terhadap kondisi kelas selama proses
belajar mengajar dengan menggunakan metode praktikum pada materi pemisahan
kimia?
5. Apakan anda tertarik untuk menerapakan metode praktikum dalam pembelajaran
berikutnya?
FOTO-FOTO PENELITIAN
Siswa melakukan percobaan pemisahan kimia dengan metode kromatografi kertas
Siswa melakukan percobaan pemisahan kimia dengan metode filtrasi
Siswa melakukan percobaan pemisahan kimia dengan metode kristalisasi
Siswa melakukan percobaan pemisahan kimia dengan metode sublimasi
Siswa membuat laporan sementara