upaya pengendalian kualitas komponen...
TRANSCRIPT
79
UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN TREABLE BRIDGE TIPE B1
BAGIAN KETEBALAN UJUNG ATAS GUNA MENDAPATKAN SPESIFIKASI
YANG DI KEHENDAKI KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN METODE DMAIC
DI PT YAMAHA INDONESIA
Quality Control Measures Treble Bridge Component Type B1 End Part Thickness to Get The
Specified in Consumer With DMAIC Method Approach At PT Yamaha Indonesia
Huwae Elias P
Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jakarta
Tanggal Masuk: (13/7/2014)
Tanggal Revisi: (20/7/2014)
Tanggal disetujui: (1/8/2014)
ABSTRAK
PT Yamaha Indonesia memiliki standar kualitas produk piano dan juga standar kualitas masing-
masing komponen pembentuknya. Akan tetapi masih terdapat komponen yang belum memenuhi
spesifikasi standar kualitas yang telah ditetapkan perusahaan yaitu komponen Treable Bridge tipe B1
yang diproduksi di kelompok Machine Bridge sehingga menyebabkan kapabilitas proses rendah.
Capability Process (Cp) pada komponen Treable Bridge tipe B1 masih rendah yaitu 0,26. Adapun
syarat proses yang baik apabila nilai Capability Process (Cp) > 1. Untuk memecahkan masalah
tersebut digunakan metode DMAIC pada komponen Treable Bridge tipe B1. Tujuan metode DMAIC
adalah untuk mengetahui sejauh mana kualitas yang dihasilkan Treable Bridge tipe B1. Dari hasil
pengolahan data dan analisis yang dilakukan dengan diagram sebab-akibat diperoleh faktor-faktor
yang paling berpengaruh terhadap kapabilitas proses yaitu faktor manusia, mesin dan metode.
Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human error, alat ukur pada
proses planner kurang akurat, pisau pada mesin planner tumpul, alat bore goyang, metode penyerutan
pada proses wood press belum sesuai. Sehingga diperlukan perbaikan untuk meningkatkan kapabilitas
proses pada komponen Treable Bridge tipe B1. Dari keadaan sebelum perbaikan level sigma dan nilai
DPMO Ketebalan Ujung Bagian Atas adalah level sigma 1,64 dengan Tingkat DPMO sebesar
441.600 DPMO. Keadaan setelah dilakukan perbaikan, perusahaan mengalami peningkatan level
sigma menjadi 2,24 dengan tingkat DPMO turun menjadi 228.100 DPMO.
Kata kunci: Kualitas, Process Capability (Cp), DMAIC (Define Measure Analyze Improve Contol),
DPMO (Defect per Million Opportunities), Level sigma
ABSTRACT
PT Yamaha Indonesia has a piano product quality standards and quality standards of each of its
constituent components. However, there are components which do not meet the quality standard
specifications established company that is a component treable Bridge type B1 produced in groups
Machine Bridge causing a low process capability. Process Capability (Cp) on the component type B1
treable Bridge is still low at 0.26. The conditions were good when the value of the Process Capability
(Cp)> 1. In order to solve these problems the DMAIC method is used in the component type B1
treable Bridge. The purpose DMAIC method is to determine the extent of the resulting quality treable
Bridge type B1. From the results of data processing and analysis were performed with the causal
diagram obtained the factors that most influence on the process capability is the human factor,
J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4
80
machinery and methods. The causes are not fully understand Operators SOP, human error,
measuring tools in the process less accurate planner, planner blunt knife on the machine, tool bore
rocking, penyerutan method to process wood press is not appropriate. So that the necessary repairs to
improve the process capability treable Bridge component of type B1. Of the state before the
improvement sigma level and DPMO values Upper Edge thickness is 1.64 sigma level with DPMO
rate of 441 600 DPMO. State after repair, the company has increased the level of sigma be 2.24 with
DPMO level dropped to 228 100 DPMO.
Keywords: Quality, Process Capability (Cp), DMAIC (Define Measure Analyze Improve Contol),
DPMO (Defect per Million Opportunities), Level sigma
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
PT Yamaha Indonesia adalah salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang
pembuatan dan perakitan alat musik piano
untuk dua jenis piano yaitu Grand Piano dan
Upright Piano. Dalam upaya peningkatan
volume penjualan PT Yamaha Indonesia
dituntut harus mampu bersaing dengan
perusahaan sejejnis. Dengan persaingan
bisnis yang dihadapi saat ini, menuntut PT
Yamaha Indonesia untuk terus berusaha
memberikan pelayanan yang baik bagi
konsumennya.
PT Yamaha Indonesia memiliki
kelompok Machine Bridge pada Section
Wood Working 1, Department Wood
Working yang memproduksi Komponen
Treable Bridge berbagai tipe untuk produk
Upright Piano. Kelompok Mechinne Bridge
merupakan proses produksi pembuatan
komponen Treable Bridge yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan
pembuatan beberapa produk Upright Piano.
Komponen Treable Bridge sangat
penting dalam menentukan kualitas suara
atau nada yang dihasilkan oleh piano jenis
Upright. Dalam hal ini masih terdapat
spesifikasi komponen treable bridge tidak
sesuai dengan yang ditetapkan perusahaan
sehingga menyebabkan kapabilitas proses
rendah. Adapun syarat yang proses baik
adalah apabila nilai Capability Process (Cp)
> 1. Oleh sebab itu, kesalahan yang
ditimbulkan pada proses harus diupayakan
agar dapat terdeteksi sedini mungkin dan
ditindaklanjut guna meningkatkan kualitas
pada komponen Treable Bridge. Penelitian
ini difokuskan pada komponen Treable
Bridge tipe B1 karena terdapat lebih banyak
cacat dari pada tipe lain. Jenis cacat yang
dimaksud adalah tidak sesuai atau belum
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan
perusahaan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas komponen Treable
Bridge tipe B1 dengan menerapkan
pendekatan six sigma. Dan juga diharapkan
dapat meningkatkan nilai Capability Process
(Cp), level sigma serta menurunkan nilai
DPMO (Defect per Million Opportunities).
Perumusan Masalah
1. Terdapat faktor-faktor yang
menyebabkan komponen Treable Bridge
tipe B1memiiki kapabilitas proses
rendah.
2. Upaya- upaya perbaikan apa yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
kapabilitas proses.
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja
sebagai penyebab kapabilitas proses
rendah.
2. Mengusulkan langkah-langkah
perbaikan untuk mengurangi komponen
treable bridge tipe B1 yang tidak sesuai
spesifikasi.
3. Membandingkan nilai Cp, DPMO dan
sigma pada komponen treable bridge
H u w a e E l i a s P , U p a y a P e n g e n d a l i a n . . .
81
tipe B1 sebelum dan sesudah
implementasi.
2. LANDASAN TEORI
Definisi Kualitas
Kualitas memang merupakan topik yang
hangat di dunia bisnis dan akademik. Namun
demikian istilah tersebut memerlukan
tanggapan secara hati-hati dan perlu
mendapat penafsiran secara cermat. Faktor
utama yang menentukan kinerja suatu
perusahaan adalah kualitas barang dan jasa
yang dihasilkan. Produk dan jasa yang
berkualitas adalah produk dan jasa yang
sesuai dengan apa yang diinginkan
konsumennnya. Oleh karena itu
organisasi/perusahaan perlu mengenal
konsumen atau pelanggannya dan
mengetahui kebutuhan dan keinginannya.
Diagram Pareto
Diagram Pareto merupakan metode
untuk menentukan masalah mana yang harus
dikerjakan lebih dahulu. Diagram Pareto
mendasarkan keputusannya pada data
kuantitatif. Gunakanlah diagram Pareto
untuk mengidentifikasi beberapa isu vital
dengan menerapkan aturan perbandingan
80:20, artinya 80% peningkatan dapat
dicapai dengan memecahkan 20% masalah
terpenting yang dihadapi (Yamit, 2001).
Metode DMAIC
Seperti model perbaikan lainnya,
DMAIC didasarkan pada siklus orisinil
PDCA, akan tetapi model DMAIC
menerapkan perbaikan (improve) pada
proses maupun pada perancngan ulang
proses. Model perbaikan DMAIC
menggunakan dan merujuk pada lima fase
yaitu:
1. Define (pendefinisian)
Merupakan langkah pertama yang
dilakukan adalah mendefinisikan masalah
yang akan diperbaiki, menetapkan tujuan,
dan menemukan kesempatan untuk
melakukan perbaikan.
2. Measure (pengukuran)
Langkah kedua berfokus pada
pemahaman kinerja proses yang dipilih
untuk diperbaiki saat ini, serta
pengumpulan semua data yang
dibutuhkan untuk analisis. Tahap ini juga
melibatkan penilaian sistem pengukuran
untuk menjaga validitas pengukuran serta
untuk mengevaluasi kapabilitas proses
yang diteliti.
3. Analyze (analisis)
Pada tahap ini hal yang perlu dilakukan
adalah mengidentifikasi sumber-sumber
dan akar penyebab dari kecacatan atau
kegagalan (Evans, 2007). Pada tahap ini
menggunakan diagram sebab-akibat
(fishbone diagram).
4. Improve (perbaikan)
Setelah sumber-sumber dan akar
penyebab dari masalah kualitas
teridentifikasi, maka selanjutnya
dilakukan penerapan rencana tindakan
(action plan) untuk melaksanakan
peningkatan kualitas Six Sigma.
Pengembangan rencana tindakan
merupakan salah satu aktivitas penting
dalam program peningkatan kualitas.
Pada tahap ini dapat menggunakan
metode 5W-1H.
5. Control (Pengendalian)
Pada tahap ini perubahan-perubahan yang
dibuat dijaga untuk mempertahankan
perbaikan-perbaikan dalam menghasilkan
output yang diharapkan. Pada tahap ini
juga proses-proses dimonitor melalui
pengukuran (Brue, 2002). Seperti
menghitung peta kendali dan R, CP,
J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4
82
DPMO dan level sigma sesudah
implementasi atau perbaikan.
Peta Kendali dan R
Peta kendali (rata-rata) dan R (range)
merupakan peta kendali untuk data variabel
yang digunakan untuk memantau proses
yang mempunyai karakteristik berdimensi
kontinyu. Peta kendali menjelaskan
kepada kita tentang apakah perubahan-
perubahan telah terjadi dalam ukuran titik
pusat (central tendency) atau rata-rata dari
suatu proses. Sedangkan peta kendali R
(range) menjelaskan tentang apakah
perubahan-perubahan telah terjadi dalam
ukuran variasi, dengan demikian berkaitan
dengan perubahan homogenitas produk yang
dihasilkan melalui suatu proses. Peta kendali
dan R digunakan untuk data yang diukur
(data variabel) seperti panjang, lebar, dan
lain-lain. Peta kendali ini dapat memberikan
tiga macam informasi yang semuanya
diperlukan untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
1. Menghitung batas-batas kendali atas dan
bawah untuk
Garis Tengah =
Upper Control Limit (UCL) = + A2.
Lower Control Limit (LCL) = - A2.
2. Menghitung batas-batas kendali atas dan
bawah untuk R
Garis Tengah = R
Upper Control Limit (UCL) = D4.
Lower Control Limit (LCL) = D3.
Dimana: A2, D3, dan D4 diperoleh dari tabel
berdasarkan jumlah sub grup.
Kemampuan Proses (Process Capabilty)
Process Capabilty merupakan
kemampuan proses untuk memproduksi atau
menyerahkan output sesuai dengan
ekspektasi dan kebutuhan pelanggan.
Process Capability sering dinotasikan
sebagai Cp, merupakan suatu ukuran kinerja
kritis yang menunjukkan proses mampu
menghasilkan sesuai dengan spesifikasi
produk yang ditetapkan oleh manajemen
berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi
produk yang ditetapkan oleh manajemen
berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi
pelanggan (Gaspers, 2001).
Perlu dipahami bahwa indeks Cp
mengacu kepada CTQ (Critical To Quality)
tunggal atau item karakteristik kualitas
individual. Indeks Cp mengukur kapabilitas
potensial atau yang melekat dari suatu proses
yang diasumsikan stabil, dan biasanya
didefinisikan sebagai:
Disini UCL = Upper Control Limit
(Batas Spesifikasi Atas) dan LCL = Lower
Control Limit (Batas Spesifikasi Bawah).
Kedua nilai UCL dan LCL ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi
pelanggan. Sedangkan standar deviasi
merupakan ukuran variasi proses atau
penyimpangan dari nilai target yang
ditetapkan. Process Capability hanya diukur
untuk proses yang stabil, sehingga apabila
dianggap tidak stabil, maka prosesitu harus
distabilkan terlebih dahulu. Dengan
demikian nilai standar deviasi yang
digunakan dalam pengukuran process
capability (Cp) harus berasal dari proses
yang stabil, sehingga merupakan variasai
yang melekat pada proses yang stabil itu
(Common-Cause Variation).
Kriteria penilaian indeks kapabilitas proses
adalah :
1. Jika Cp > 1,33, maka kapabilitas proses
sangat baik.
H u w a e E l i a s P , U p a y a P e n g e n d a l i a n . . .
83
2. Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33, maka kapabilitas
proses baik, namun perlu pengendalian
ketat apabila Cp mendekati 1,00.
3. Jika Cp < 1,00, maka kapabilitas proses
rendah, sehingga perlu ditingkatkan
kinerjanya melalui peningkatan proses
itu.
Perhitungan Baseline Kinerja
Baseline kinerja adalah tingkat kinerja
saat sekarang (current performance) yang
diukur sebelum suatu proyek Six Sigma
dimulai. Setelah mengetahui baseline
kinerja, maka kemajuan peningkatan-
Peningatan yang dicapai dengan
proyek Six Sigma dapat diukur. Baseline
kinerja dalam proyek Six Sigma ditetapkan
menggunakan satuan pengukuran DPMO
(defects per million opportunities) dan
tingkat kapabilitas sigma (sigma level).
Pengukuran baseline kinerja pada tingkat
output dilakukan secara langsung pada
produk yang akan diserahkan kepada
pelanggan. Pengukuran dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana ouput akhir dari
proses itu dapat memenuhi kebutuhan
spesifik pelanggan, sebelum produk itu
diserahkan kepada pelanggan. Berikut ini
adalah langkah-langkah yang dapat digunkan
dalam perhitungan level sigma untuk data
variabel:
1. Menentukan proses apa yang ingin
diukur.
2. Menentukan nilai batas spesifikasi atas
(USL).
3. Menentukan nilai batas spesifikasi bawah
(LSL).
4. Menentukan nilai spesifikasi target (T).
5. Menentukan nilai rata-rata ( )
6. Menentukan nilai standar deviasi ( ).
7. Menghitung kemungkinan cacat yang
berada diatas nilai USL per satu juta
kesempatan (DPMO).
DPMO USL= P
8. Menghitung kemungkinan cacat yang
berada diatas nilai LSL per satu juta
kesempatan (DPMO).
DPMO LSL= P
9. Menghitung cacat per satu juta
kesempatan (DPMO)
DPMO Total = DPMO USL + DPMO
LSL
10. Mengkonversikan nilai DPMO kedalam
nilai sigma dengan menggunakan tabel
sigma (Gaspersz, 2002).
Fishbone Diagram
Diagram sebab akibat ini sering juga
disebut sebagai diagram tulang ikan
(fishbone diagram), atau diagram Ishikawa
karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof.
Kaoro Ishikawa pada tahun 1943. Pada
dasarnya diagram sebab akibat dapat
dipergunakan untuk kebutuhan sebagai
berikut:
1. Membantu mengidentifikasi akar
penyebab dari suatu masalah.
2. Membantu membangkitkan ide-ide
untuk solusi suatu masalah.
3. Membantu dalam penyelidikan atau
pencarian fakta lebih lanjut.
Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab dari suatu masalah yang sedang
dikaji, dapat mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa penyebab itu?
2. Mengapa kondisi atau penyebab itu
terjadi?
3. Bertanya “mengapa” beberapa kali
(konsep five whys) sampai ditemukan
J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4
84
penyebab yang cukup spesifik untuk
diambil tindakan perbaikan. Penyebab-
penyebab spesifik tersebut dimasukkan
atau dicatat dalam diagram sebab akibat.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi berisi mengenai langkah-
langkah selama penelitian terhadap pokok-
pokok permasalahan yang akan diselesaikan,
metodologi yang digunakan dalam
menyusun laporan, antara lain: jenis data,
sumber data, metode pengumpulan data,
penelitian pendahulan, pengumpulan data,
dan pengolhan dan analisis data. Berupa
pembuatan Diagram Pareto, Peta kendali
dan R, Cp dan Cpk, Level sigma dan
Fishbone diagram.
4. PEMBAHASAN
Sistem produksi utama di PT Yamaha
Indonesia terdiri dari wood working, piano
assembly back, painting, dan piano
assembly. Piano yang diproduksi ada dua
macam yaitu upright dan grand piano.
Deskripsi Komponen Treable bridge
Treable Bridge adalah komponen yang
terdapat didalam badan piano jenis Upright
komponen ini merupakan komponen yang
sangat penting yang berfungsi sebagai mesin
dalam piano untuk kaitan senar sehingga
penting dalam menentukan kualitas suara
yang dikeluarkan piano. Treable Bridge ini
dibuat sendiri oleh PT Yamaha Indonesia
pada Kelompok Machine Bridge , Section
Wood Working 1 yang melalui proses Hand
Press, Wood Press dan Machine Bridge.
Supplier dari komponen ini adalah UP Assy
yang terdapat di department Assembly.
Treable Bridge yang diproduksi ada 3 tipe
yaitu B1, B2, dan B3 ketiganya melaui
proses Hand Press, Wood Press, dan
Machine Bridge.
Gambar 1. Treable Bridge Tipe B1 (Sumber : PT Yamaha Indonesia)
Gambar 2. Treable Bridge Tipe B1 Didalam
Piano
(Sumber: PT Yamaha Indonesia)
Sistem produksi komponen Treable
Bridge tipe B1 ditunjukkan pada gambar 3
berikut:
INPUT
-Mapple Wood (kayu Beech
PROCESS
- Wood Press- Hand Press- Mechine Bridge
OUTPUT
Komponen Treable Bridge Tipe B1
Quality Control
Gambar 3. Sistem Produksi Komponen
Treable Bridge Tipe B1 (Sumber : PT Yamaha Indonesia)
Proses-proses produksi pada diagram
tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Hand Press
Pada proses ini melakukan press bahan
mentah mapple wood/kayu beech untuk
komponen Treable Bridge menggunkan
mesin Hot Press Panel.
Treable
Bridge
Tipe B1
H u w a e E l i a s P , U p a y a P e n g e n d a l i a n . . .
85
2. Wood Press
Pada proses ini serut bahan beech yang
sudah di press pada proses hand press
untuk treable bridge menggunakan
mesin surfacer sehingga menghasilkan
bahan untuk komponen treable bridge
untuk diteruskan ke proses selanjutnya.
3. Machine Bridge
Pada proses ini mulai membuat treable
bridge melalui sub-sub proses sebagai
berikut:
a. Drawing (Menggambar)
Menggambar bentuk treable bridge
menggunakan pulpen pada bahan
treable bridge dengan mengikuti jig
sesuai dengan tipe.
b. Pemotongan
Melakukan pemotongan bentuk
treable bridge yang sudah digambar
menggunakan mesin band saw.
c. Moulder
Melakukan pembentukan edge
(ujung-ujung) treable bridge dengan
menggunakan mesin moulder.
d. Planner
Melakukan perataan bagian ujung
atas dan bawah treable bridge
menggunakan mesin planner.
e. Sanding.
Penghalusan permukaan atas dan
bawah hasil dari proses sebelumnya
yaitu proses planner.
f. Black Powder dan Buffing
Pemberian lapisan hitam pada
permukaan atas treable bridge yaitu
lapisan black powder dan kemudian
meratakannya dengan hand buffing.
g. Bor
Melakukan penitikan untuk lubang-
lubang komponen treable bridge
kemudian melakukan pengeboran
pada titik-titik tersebut menggunakan
hand bore.
h. Crowning
Melakukan pencoakan pada treable
Bridge menggunakan mesin crown.
Tahap Define
Tahap Define merupakan tahap pertama
dalam program peningkatan kualitas six
sigma yaitu fase menentukan masalah,
menetapkan persyaratan-persyaratan
pelanggan, dan mengetahui CTQ (Critical to
Quality). Tujuan dilakukan tahap
pendefinisian adalah untuk menentukan
permasalahan yang ada dalam perusahaan.
Permasalahan pada PT Yamaha Indonesia
adalah masih terdapatnya komponen treable
Bridge yang diproduksi di kelompok
machine bridge tidak sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan perusahaan.
Kerena pentingnya komponen treable Bridge
ini dalam memnentukan kualitas suara yang
dihasilkan oleh piano yang telah dijelaskan
sebelumnya pada Voice Of Costomer yang
dibuat oleh perusahaan maka fokus
perbaikan kualitas six sigma ini pada
komponen treable bridge.
1. Mendefinisikan Kriteria Pemilihan
Perbaikan Six Sigma
Pada langkah ini dipilih perbaikan six
sigma yang akan dilaksanakan, dengan
memprioritaskan masalah-masalah yang
ada. Dengan itu di tentukan peningkatan
kualitas mana yang harus ditangani
terlebih dahulu. Untuk perbaikan six
sigma ini, digunakan kriteria cacat pada
komponen treable bridge yaitu masih
ada komponen yang belum memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan perusahaan.
Berikut merupakan jumah cacat yang
J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4
86
terjadi pada kelompok machine bridge
yang memproduksi komponen treable
bridge berbagai tipe pada bulan
Februari-Maret 2013 dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 1. Jumlah Cacat Yang Dihasilkan
Berdasarkan Tingkat Output Tipe
Komponen Treable Bridge
Tipe
Komponen
Periode
Produksi
Tahun 2013
Februari -
Maret (Unit)
Cacat
Treable
Bridge B1 3300 258
Treable
Bridge B2 3300 192
Treable
Bridge B3 3300 215
Total 9900 665 (Sumber: PT Yamaha Indonesia)
Adapun diagram paretonya dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar 3. Diagram Pareto Jumlah Cacat
Berdasarkan Tipe Komponen Treable Bridge
(Sumber: Hasil Pengolahan Data)
Dari Diagram Pareto diatas, diperoleh
bahwa permasalahan cacat terbesar di
kelompok machine bridge adalah komponen
treable bridge tipe B1 dengan presentase 39
% pada bulan Februari-Maret 2013 sehingga
diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan.
2. Pernyataan Proses Kunci beserta
Pelanggannya
Setelah ditentukan pemilihan perbaikan
six sigma, maka didefinisikan pula
proses kunci beserta pelanggan yang
terlibat dalam perbaikan six sigma yaitu
dengan dijabarkan dalam diagram SIPOC
(Suppliers Inputs Processes Outputs
Customers). Diagram SIPOC merupakan
alat yang berguna dalam manajemen
dan peningkatan proses untuk
mendefinisikan proses kunci beserta
pelanggan dalam perbaikan six sigma.
Berikut ini akan dijabarkan diagram
SIPOC produksi komponen treable
bridge tipe B1.
a. Suppliers
Suppliers dari proses produksi
komponen treable bridge tipe B1
adalah proses kiln dry. Proses kiln dry
yang menyuplai bahan kayu beech
untuk komponen treable bridge tipe
B1.
b. Input
Bahan baku berupa kayu beech
yang sudah diproses kiln dry.
c. Processes
Proses produksi komponen treable
bridge tipe B1 berlangsung di
kelompok machine bridge dalam
beberapa tahapan, dimulai dari proses
hand press menggunakan mesin hot
press panel dan proses woodpress yang
mengunakan mesin surfacer yang
kemudian dilanjutkan dengan proses
machine bridge yang terdiri dari yang
terdiri dari 9 tahapan proses yaitu
drawing,pemotongan,moulder,planner,
sanding,bor,black powder tambah
buffing dan crowning.
d. Outputs
Output dari keseluruhan pada proses
tersebut adalah komponen treable
bridge tipe B1 yang diharapkan sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan
perusahaan. yaitu dari segi dimensi
komponen tersebut seperti ketebalan
H u w a e E l i a s P , U p a y a P e n g e n d a l i a n . . .
87
ujung bagian atas, ketebalan ujung
bagian bawah, ketebalan bagian tengah
dekat coak dan jarak lubang pin ke-2
sampai ujung bridge.
e. Customers
Customer dari proses produksi
komponen treable bridge tipe B1
adalah proses selanjutnya, yaitu proses
back assy yang menginginkan
komponen sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan perusahaan. Pada
proses back assy yang dilakukan adalah
memasang komponen treable bridge
tipe B1 pada badan piano dan
mengaitkan senar untuk suara piano.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
digambarkan Diagram SIPOC dari proses
produksi komponen treable bridge tipe B1
ini yaitu sebagai berikut:
Gambar 4. Diagram SIPOC Proses
Produksi Komponen Treable Bridge tipe B1 (Sumber: Hasil Pengolahan Data)
3. Pernyataan Kebutuhan Pelanggan
Setelah menentukan proses kunci beserta
pelanggannya melalui diagram SIPOC
kita juga harus menentukan apa yang
dibutuhkan dan diinginkan pelanggan.
Dalam hal ini proses back assy sebagai
pelanggan internal dari komponen
treable bridge tipe B1 yaitu
menginginkan komponen treable bridge
tipe B1 sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan perusahaan.
3. Penetapan Karakteristik Kunci Untuk
Kualitas (CTQ)
Berdasarkan pernyataan kebutuhan
pelanggan proses back assy yang
menginginkan komponen treable bridge
tipe B1 sesuai dengan spesiikasi yang
ditetapkan perusahaan sehingga CTQ
komponen treable Bridge tipe B1 sebagai
berikut:
a. Ketebalan Ujung Bagian Atas
dengan spesifikasi 32 0,2
Tahap Measure
Measure (pengukuran) merupakan tahap
kedua dalam program peningkatan kualitas
six sigma yaitu membuat serta menghitung
nilai atau level sigma yang telah dicapai saat
ini. Pada tahap define, persyaratan-
peryaratan output telah didefinisikan.
Persyaratan-persyaratan output yang melalui
diagram SIPOC inilah yang kemudian
ditetapkan menjadi karakteristik kualitas
(CTQ) kunci dalam proyek six sigma.
Pengukuran dilakukan terhadap tingkat
kualitas proses pembuatan komponen treable
bridge tipe B1 pada spesifikasi ketebalan
ujung bagian atas.
Tabel 2. Pengukuran Ketebalan Ujung
Bagian Atas (Lanjutan)
Subgroup Sampel pengukuran (mm) X1 X2 X3 X4 X5
1 31,9 33,1 31,8 32,4 32,5
2 31,8 32,3 31,7 31,8 32,2
3 31,8 32,5 32 31,5 32,1
4 31,7 32 31,9 32,3 32,4
5 31,6 31,7 31,7 32,2 32,4
6 32,1 33,1 32 31,7 31,6
7 32 32 32,1 31,9 31,8
8 32 32,4 33 33,1 32,9
9 32,3 32,1 31,6 31,7 31,7
10 31,5 31,5 31,6 31,3 32,2
11 32,2 32,2 31,5 31,9 31,7
12 32 32,1 31,9 31,8 31,7
13 32 32,2 31,9 31,8 31,7
14 31,8 31,7 31,6 31,6 32
15 31,9 31,6 31,5 32,1 32,1
16 31,5 31,8 31,9 31,9 32
17 32,1 31,9 32,5 32,3 32,1
18 32,9 32,4 31,8 32,7 32,3
19 32,2 32,1 32 32,5 31,8
20 31,9 32,5 32,2 33 33,2
21 32,1 32,3 31,8 31,9 32
J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4
88
22 31,6 31,7 31,7 32 31,9
23 32 32,2 31,9 31,8 31,7
24 32,2 32,1 32 32,5 31,8
25 32,1 32,3 31,8 31,9 32
(Sumber: Pengolahan Data)
1. Peta Kendali
Berdasarkan data pada tabel 2. Dapat
digambarkan peta kendali dan R dari
ketebalan ujung bagian atas komponen
treable bridge tipe B1 sebagai berikut.
Gambar 5. Peta Kendali dan R Ketebalan
Ujung Bagian Atas
(Sumber: Hasil Pengolahan Data)
Gambar 6. Peta Kendali dan R Ketebalan
Ujung Bagian Atas (Revisi 1)
(Sumber: Hasil Pengolahan Data)
Gambar 7. Peta Kendali dan R Ketebalan
Ujung Bagian Atas (Revisi 2)
(Sumber: Hasil Pengolahan Data)
Gambar 8. Peta Kendali dan R Ketebalan
Ujung Bagian Atas (Revisi 3)
(Sumber : Hasil Pengolahan Data)
Dengan demikian pada gambar 8.
seluruh data berada dalam batas kendali yang
menunjukkan bahwa data tersebut semua
dalam keadaan terkendali atau sesuai dengan
pengendalian proses (in control). Sehingga
dapat dilanjutkan dengan perhitungan
kapabilitas proses. Namun terlihat pada peta
kendali ketebalan ujung bagian atas
setelah revisi 3 terdapat 8 titik data (data ke-
6 hingga ke-13) yang berada di bawah
central line itu menunjukan bahwa perlu
dilakukan investigasi proses. Walaupun
seluruh data berada dalam batas kendali
namun proses tidak berada dalam kendali
secara statistik (not statistically in control),
hal itu juga dapat berpengaruh terhadap
kapabilitas proses yang cenderung akan
mempunyai nilai yang rendah.
2. Kemampuan proses sebelum
perbaikan
Pada perhitungan Cp dan Cpk harus
diketahui harga . Adapun harga
adalah 2,326 untuk sub group 5.
Spesifikasi yang ditetapkan diijinkan
perusahaan untuk memenuhi spesifikasi
ketebalan ujung bagian atas pada
H u w a e E l i a s P , U p a y a P e n g e n d a l i a n . . .
89
komponen treable bridge tipe B1 adalah
32 0,2 (mm).
a. Cp = 0,26
Nilai Cp < 1 berarti hal ini
mengindikasikan bahwa proses kurang
baik dan masih belum memenuhi
spesifikasi.
b. Cpk = 0,17
Nilai = , ini menunjukkan
bahwa proses cenderung mendekati
batas spesifikasi bawah (LSL). Tetapi
karena nilai berada pada kriteria <
1,00, maka masih ada produk yang
dihasilkan tidak sesuai batas
spesifikasi.
2. Baseline kinerja sebelum perbaikan
Baseline kinerja dalam six sigma
menggunakan satuan pengukuran DPMO
(Defect Per Million Opportunities) dan
tingkat kapabilitas sigma atau biasa
disebut level sigma. Berikut merupakan
DPMO dan level sigma ketebalan ujung
bagian atas komponen treable bridge tipe
B1.
a. DPMO: 441.600
b. Level Sigma: 1,64
Tahap Analyze
Analisis merupakan langkah operasional
ketiga dalam metode DMAIC dengan
mencari dan menentukan akar permasalahan.
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap
data yang telah diperoleh dan diolah.
Sehingga analisis data ini perlu dilakukan
untuk mengetahui sumber-sumber dan akar
penyebab komponen treable bridge tipe B1
yang diproduksi di kelompok machine
bridge tidak sesuai spesiffikasi yang
ditetapkan perusahaan sehingga
menyebabkan kapabilitas proses rendah yaitu
nilai Cp 0,26.
Dengan hal tersebut maka akan
dianalisa dengan menggunakan diagram
sebab-akibat (Fishbone). Untuk memperoleh
informasi dari penyebab masalah tersebut,
maka dilakukan brainstorming (sumbang-
saran) dengan pihak perusahaan dengan
menggunakan lima unsur sebagai sebab dari
suatu akibat, yaitu manusia, mesin, metode
kerja, material dan lingkungan kerja. Dan
juga dari hasil pengamatan langsung.
Diagram sebab-akibat (Fishbone) dapat
dilihat pada gambar 9. berikut.
Gambar 9. Diagram Sebab-Akibat
Kapabilitas Proses Rendah Pada komponen
Treable Bridge Tipe B1 (Sumber: Hasil Pengolahan Data dan Brainstorming
dengan Perusahaan)
Tahap Improve
Tahap improve merupakan tahap
keempat dalam DMAIC. Setelah sumber
atau akar penyebab dari masalah-masalah
kualitas terindntifikasi, maka perlu dicari
tindakan-tindakan yang dapat dilakukan
dalam upaya mengurangi spesifikasi yang
tidak sesuai dengan yang ditetapkan
perusahaan sehingga menyebabkan
kapabilitas proses rendah pada komponen
Treable Bridge tipe B1.
Berdasarkan analisis fishbone diagram
terdapat berbagai penyebab yang
mengakibatkan kualitas komponen Treable
Bridge tipe B1 mempunyai kapabilitas
proses yang rendah. Dengan itu diperoleh
ide perbaikan yang dapat diambil oleh
perusahaan untuk meningkatkan kualitas
J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4
90
komponen Treable Bridge tipe B1. Berikut
merupakan ide perbaikan tersebut:
a. Faktor Manusia
1).Memberikan pelatihan (training)
tentang SOP atau petunjuk kerja
kepada operator di kelompok machine
bridge.
2). Memberikan pengarahan lebih sering
kepada bagian operator mesin agar
bekerja lebih baik sehingga tidak ada
operator yang bercanda lagi saat
bekerja.
b. Faktor Mesin
1). Melakukan kalibrasi alat ukur pada
proses planner di kelompok machine
bridge yang dilakukan oleh
supervisor department wood working
dan pihak-pihak terkait sehingga alat
ukur pada proses tersebut lebih
akurat.
2). Perawatan lebih intensif secara berkala
oleh pihak maintenance pada mesin
surfacer, mesin router dan alat bore.
3). Mengganti pisau pada mesin planner
yang tumpul.
c. Faktor Metode
1). Metode penyerutan kayu pada mesin
surfacer di tetapkan secara permanen
dan dimasukan kedalam point PK
(Petunjuk Kerja) pada kelompok
machine bridge oleh pihak
management produksi.
2). Menambahkan meja pada proses
drawing sehingga meminimalisir
melesetnya gambar yang dilakukan
oleh operator karena biasanya
operator menggambar tanpa meja
yang membuat gambar mudah
meleset dari ukuran.
d. Faktor Lingkungan
1). Menganti alat penerangan yang
sudah redup dan menambah lampu
penerangan pada posisi yang sentral
pada lantai produksi yang dilakukan
oleh divisi maintenance.
2). Menempatkan alat pengisap debu
dari sisa serutan kayu pada lantai
produksi kelompok machine bridge
pada posisi sentral sehingga debu
tersebut tidak menggagu operator
produksi komponen treable bridge
tipe B1.
Tahap Control
Pada tahap ini, dilakukan pengontrolan
(pengendalian) terhadap hasil perbaikan.
Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah
cacat dan menjamin cacat tidak muncul cacat
yang dimaksud adalah komponen Treable
Bridge tipe B1 tidak sesuai spesifikasi, serta
mengetahui apakah proses produksi setelah
perbaikan diimplementasikan terkendali
secara statistikal atau tidak. Selain itu,
pengontrolan ini dilakukan dengan
menggunakan peta kontrol variabel dan R
untuk mengetahui besarnya kapabilitas
proses, nilai DPMO dan level sigma setelah
perbaikan terhadap komponen treable bridge
tipe B1. Pada tahap ini perubahan-
perubahan yang dibuat dan dijaga untuk
mempertahankan perbaikan-perbaikan dalam
menghasilkan output yang diharapkan.
1. Peta Kendali Hasil Implementasi
Gambar 10. Peta Kendali dan R Hasil Implementasi
Untuk Ketebalan Ujung Bagian Atas
(Sumber: Hasil Pengolahan Data)
Gambar 11. Peta Kendali dan R Hasil
Implementasi Untuk Ketebalan Ujung Bagian Atas
(Revisi 1)
(Sumber: Hasil Pengolahan Data)
H u w a e E l i a s P , U p a y a P e n g e n d a l i a n . . .
91
Dengan demikian pada gambar 11.
seluruh data berada dalam batas kendali. Hal
ini menunjukkan bahwa data tersebut semua
dalam kondisi terkendali (in control) dan
dapat dilanjutkan dengan perhitungan
kapabilitas proses. Namun proses harus tetap
diawasi karena terdapat pola erratic (tidak
menentu) pada peta kendali hasil
implementasi ketebalan ujung bagian atas.
Sehingga perbaikan yang telah dicapai dapat
ditingkatkan lagi.
2. Kemampuan proses sesudah perbaikan
a. Cp : 0,44
b. Cpk : 0,36
3. Baseline kinerja sesudah perbaikan
a. Nilai DPMO: 228.100 DPMO
b. Level Sigma: 2,24 Sigma
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil analisis diagram sebab-akibat
diketahui faktor-faktor yang
menyebabkan komponen treable bridge
tipe B1 mempunyai kapabilitas proses
rendah yaitu berkisar antara 0,26 ≤ CP ≤
0,56 karena masih ada komponen tidak
sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan
perusahaan. Berikut merupakan
penyebab-penyebab tersebut:
a. Operator kurang teliti dan operator
masih ada yang bercanda saat kerja.
b. Pisau mesin pada proses planner
tumpul.
c. Mesin router pada proses pencoakan
sering macet.
d. Alat bore goyang
e. Penyerutan mesin surfacer pada
proses wood press sering salah
arah.
2. Dengan dilakukan perbaikan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi
kapabilitas poses rendah pada komponen
treable bridge tipe B1 membuat
peningkatan kualitas komponen menjadi
lebih baik dari sebelum perbaikan.
3. Perbaikan yang dilakukan terhadap
komponen treable bridge tipe B1 yang
diproduksi di kelompok machine bridge
membuat peningkatan Cp dan level sigma
serta penurunan DPMO sebelum dan
setelah dilakukan implemetasi atau
perbaikan, yaitu:
a. Cp 0,26 naik menjadi 0,44.
b. Level sigma 1,64 naik menjadi
2,24.
c. DPMO 441.600 turun menjadi
228.100.
Saran
Berdasarkan hasil analisis dan
kesimpulan penelitian, maka berikut
dikemukakan beberapa saran yang mungkin
dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas
di PT Yamaha Indonesia, antara lain:
1. Kemampuan maupun kinerja proses untuk
komponen treable bridge tipe B1 yang
diteliti saat ini masih berada pada tingkat
yang kurang memuaskan atau rendah
sehingga diperlukan perbaikan secara
berkesinambungan (continue) terutama
perbaikan dalam hal spesifikasi
komponen yang ditetapkan perusahaan.
2. Perusahan sebaiknya melanjutkan
perbaikan kualitas yang belum dilakukan
dengan metode 5W + 1H dan mengawasi
perbaikan yang telah dilakukan pada
proses pembuatan komponen treable
bridge tipe B1 untuk piano jenis Upright
Piano terutama di kelompok machine
bridge.
3. PT Yamaha Indonesia disarankan
melakukan perbaikan dengan penerapan
Six Sigma metode DMAIC yang saling
terintegrasi di semua bagian perusahaan.
Hal ini berguna untuk meningkatkan
kualitas piano secara total sehingga
perusahaan kedepannya dapat menuju
level enam sigma (6σ).
J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4
92
6. DAFTAR PUSTAKA
Ariani, D.W. 2003. Pengendalani Kualitas
Statistik, ANDI, Yogyakarta.
Ariani, D.W. 2004. Pengendalian Kualitas
Statistik (Pendekatan Kuantitatif
dalam Manajemen Kualitas), Edisi
Pertama, ANDI, Yogyakarta.
Brue, G. 2002. Six Sigma for Managers.
Jakarta: Penerbit Canary.
Deming, W. E. 1986. The Deming
Managemnet Method. Amerika:
Perigee Book.
Evans, J. dan Lindsay W. 2007. Pengantar
Six Sigma (An Introduction to Six
Sigma and Process Improvement).
Jakarta: Salemba Empat.
Gasperz, V. 1998, Manajemen Produktivitas
Total, Strategi Peningkatan
Produktivitas Bisnis Global, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Gasperz, V. 2001. Metode Analisis Untuk
PeningkatanKualitas, PT Gramedia
Pustaka, Jakarta.
Gasperz, V. 2002. Pedoman Implementasi
Program Six Sigma Terintegrasi
dengan ISO 9001:2000, MBNQA,
dan HCCP. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Ishikawa, K. 1988. Teknik Penuntun
Pengendalian Mutu. Jakarta:
Mediyatama Sarana Perkasa.
Minitab 14 Statistical Software. Modul 3
Statistical Process Control.
http://www.modul-3-spc-pcs,
(23/12/2013).
Pyzdek, T. 2002. The Six Sigma Handbook
Panduan Lengkap untuk Greenbelts,
Blackbelts dan Manajer pada Semua
Tingkat (edisipertama). Jakarta:
Salemba Empat.
Yamit, Zulian. 2001. “Manajemen Kualitas
Produk & Jasa”.
Ekonisia.Yogyakarta.