upaya pengendalian kualitas komponen...

14
79 UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN TREABLE BRIDGE TIPE B1 BAGIAN KETEBALAN UJUNG ATAS GUNA MENDAPATKAN SPESIFIKASI YANG DI KEHENDAKI KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN METODE DMAIC DI PT YAMAHA INDONESIA Quality Control Measures Treble Bridge Component Type B1 End Part Thickness to Get The Specified in Consumer With DMAIC Method Approach At PT Yamaha Indonesia Huwae Elias P Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jakarta Tanggal Masuk: (13/7/2014) Tanggal Revisi: (20/7/2014) Tanggal disetujui: (1/8/2014) ABSTRAK PT Yamaha Indonesia memiliki standar kualitas produk piano dan juga standar kualitas masing- masing komponen pembentuknya. Akan tetapi masih terdapat komponen yang belum memenuhi spesifikasi standar kualitas yang telah ditetapkan perusahaan yaitu komponen Treable Bridge tipe B1 yang diproduksi di kelompok Machine Bridge sehingga menyebabkan kapabilitas proses rendah. Capability Process (Cp) pada komponen Treable Bridge tipe B1 masih rendah yaitu 0,26. Adapun syarat proses yang baik apabila nilai Capability Process (Cp) > 1. Untuk memecahkan masalah tersebut digunakan metode DMAIC pada komponen Treable Bridge tipe B1. Tujuan metode DMAIC adalah untuk mengetahui sejauh mana kualitas yang dihasilkan Treable Bridge tipe B1. Dari hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan dengan diagram sebab-akibat diperoleh faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap kapabilitas proses yaitu faktor manusia, mesin dan metode. Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human error, alat ukur pada proses planner kurang akurat, pisau pada mesin planner tumpul, alat bore goyang, metode penyerutan pada proses wood press belum sesuai. Sehingga diperlukan perbaikan untuk meningkatkan kapabilitas proses pada komponen Treable Bridge tipe B1. Dari keadaan sebelum perbaikan level sigma dan nilai DPMO Ketebalan Ujung Bagian Atas adalah level sigma 1,64 dengan Tingkat DPMO sebesar 441.600 DPMO. Keadaan setelah dilakukan perbaikan, perusahaan mengalami peningkatan level sigma menjadi 2,24 dengan tingkat DPMO turun menjadi 228.100 DPMO. Kata kunci: Kualitas, Process Capability (Cp), DMAIC (Define Measure Analyze Improve Contol), DPMO (Defect per Million Opportunities), Level sigma ABSTRACT PT Yamaha Indonesia has a piano product quality standards and quality standards of each of its constituent components. However, there are components which do not meet the quality standard specifications established company that is a component treable Bridge type B1 produced in groups Machine Bridge causing a low process capability. Process Capability (Cp) on the component type B1 treable Bridge is still low at 0.26. The conditions were good when the value of the Process Capability (Cp)> 1. In order to solve these problems the DMAIC method is used in the component type B1 treable Bridge. The purpose DMAIC method is to determine the extent of the resulting quality treable Bridge type B1. From the results of data processing and analysis were performed with the causal diagram obtained the factors that most influence on the process capability is the human factor,

Upload: lydat

Post on 06-Mar-2018

225 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

79

UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN TREABLE BRIDGE TIPE B1

BAGIAN KETEBALAN UJUNG ATAS GUNA MENDAPATKAN SPESIFIKASI

YANG DI KEHENDAKI KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN METODE DMAIC

DI PT YAMAHA INDONESIA

Quality Control Measures Treble Bridge Component Type B1 End Part Thickness to Get The

Specified in Consumer With DMAIC Method Approach At PT Yamaha Indonesia

Huwae Elias P

Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jakarta

Tanggal Masuk: (13/7/2014)

Tanggal Revisi: (20/7/2014)

Tanggal disetujui: (1/8/2014)

ABSTRAK

PT Yamaha Indonesia memiliki standar kualitas produk piano dan juga standar kualitas masing-

masing komponen pembentuknya. Akan tetapi masih terdapat komponen yang belum memenuhi

spesifikasi standar kualitas yang telah ditetapkan perusahaan yaitu komponen Treable Bridge tipe B1

yang diproduksi di kelompok Machine Bridge sehingga menyebabkan kapabilitas proses rendah.

Capability Process (Cp) pada komponen Treable Bridge tipe B1 masih rendah yaitu 0,26. Adapun

syarat proses yang baik apabila nilai Capability Process (Cp) > 1. Untuk memecahkan masalah

tersebut digunakan metode DMAIC pada komponen Treable Bridge tipe B1. Tujuan metode DMAIC

adalah untuk mengetahui sejauh mana kualitas yang dihasilkan Treable Bridge tipe B1. Dari hasil

pengolahan data dan analisis yang dilakukan dengan diagram sebab-akibat diperoleh faktor-faktor

yang paling berpengaruh terhadap kapabilitas proses yaitu faktor manusia, mesin dan metode.

Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human error, alat ukur pada

proses planner kurang akurat, pisau pada mesin planner tumpul, alat bore goyang, metode penyerutan

pada proses wood press belum sesuai. Sehingga diperlukan perbaikan untuk meningkatkan kapabilitas

proses pada komponen Treable Bridge tipe B1. Dari keadaan sebelum perbaikan level sigma dan nilai

DPMO Ketebalan Ujung Bagian Atas adalah level sigma 1,64 dengan Tingkat DPMO sebesar

441.600 DPMO. Keadaan setelah dilakukan perbaikan, perusahaan mengalami peningkatan level

sigma menjadi 2,24 dengan tingkat DPMO turun menjadi 228.100 DPMO.

Kata kunci: Kualitas, Process Capability (Cp), DMAIC (Define Measure Analyze Improve Contol),

DPMO (Defect per Million Opportunities), Level sigma

ABSTRACT

PT Yamaha Indonesia has a piano product quality standards and quality standards of each of its

constituent components. However, there are components which do not meet the quality standard

specifications established company that is a component treable Bridge type B1 produced in groups

Machine Bridge causing a low process capability. Process Capability (Cp) on the component type B1

treable Bridge is still low at 0.26. The conditions were good when the value of the Process Capability

(Cp)> 1. In order to solve these problems the DMAIC method is used in the component type B1

treable Bridge. The purpose DMAIC method is to determine the extent of the resulting quality treable

Bridge type B1. From the results of data processing and analysis were performed with the causal

diagram obtained the factors that most influence on the process capability is the human factor,

Page 2: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4

80

machinery and methods. The causes are not fully understand Operators SOP, human error,

measuring tools in the process less accurate planner, planner blunt knife on the machine, tool bore

rocking, penyerutan method to process wood press is not appropriate. So that the necessary repairs to

improve the process capability treable Bridge component of type B1. Of the state before the

improvement sigma level and DPMO values Upper Edge thickness is 1.64 sigma level with DPMO

rate of 441 600 DPMO. State after repair, the company has increased the level of sigma be 2.24 with

DPMO level dropped to 228 100 DPMO.

Keywords: Quality, Process Capability (Cp), DMAIC (Define Measure Analyze Improve Contol),

DPMO (Defect per Million Opportunities), Level sigma

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

PT Yamaha Indonesia adalah salah satu

perusahaan yang bergerak dalam bidang

pembuatan dan perakitan alat musik piano

untuk dua jenis piano yaitu Grand Piano dan

Upright Piano. Dalam upaya peningkatan

volume penjualan PT Yamaha Indonesia

dituntut harus mampu bersaing dengan

perusahaan sejejnis. Dengan persaingan

bisnis yang dihadapi saat ini, menuntut PT

Yamaha Indonesia untuk terus berusaha

memberikan pelayanan yang baik bagi

konsumennya.

PT Yamaha Indonesia memiliki

kelompok Machine Bridge pada Section

Wood Working 1, Department Wood

Working yang memproduksi Komponen

Treable Bridge berbagai tipe untuk produk

Upright Piano. Kelompok Mechinne Bridge

merupakan proses produksi pembuatan

komponen Treable Bridge yang sangat

penting dalam menentukan keberhasilan

pembuatan beberapa produk Upright Piano.

Komponen Treable Bridge sangat

penting dalam menentukan kualitas suara

atau nada yang dihasilkan oleh piano jenis

Upright. Dalam hal ini masih terdapat

spesifikasi komponen treable bridge tidak

sesuai dengan yang ditetapkan perusahaan

sehingga menyebabkan kapabilitas proses

rendah. Adapun syarat yang proses baik

adalah apabila nilai Capability Process (Cp)

> 1. Oleh sebab itu, kesalahan yang

ditimbulkan pada proses harus diupayakan

agar dapat terdeteksi sedini mungkin dan

ditindaklanjut guna meningkatkan kualitas

pada komponen Treable Bridge. Penelitian

ini difokuskan pada komponen Treable

Bridge tipe B1 karena terdapat lebih banyak

cacat dari pada tipe lain. Jenis cacat yang

dimaksud adalah tidak sesuai atau belum

memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan

perusahaan.

Upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kualitas komponen Treable

Bridge tipe B1 dengan menerapkan

pendekatan six sigma. Dan juga diharapkan

dapat meningkatkan nilai Capability Process

(Cp), level sigma serta menurunkan nilai

DPMO (Defect per Million Opportunities).

Perumusan Masalah

1. Terdapat faktor-faktor yang

menyebabkan komponen Treable Bridge

tipe B1memiiki kapabilitas proses

rendah.

2. Upaya- upaya perbaikan apa yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan

kapabilitas proses.

Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja

sebagai penyebab kapabilitas proses

rendah.

2. Mengusulkan langkah-langkah

perbaikan untuk mengurangi komponen

treable bridge tipe B1 yang tidak sesuai

spesifikasi.

3. Membandingkan nilai Cp, DPMO dan

sigma pada komponen treable bridge

Page 3: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

H u w a e E l i a s P , U p a y a P e n g e n d a l i a n . . .

81

tipe B1 sebelum dan sesudah

implementasi.

2. LANDASAN TEORI

Definisi Kualitas

Kualitas memang merupakan topik yang

hangat di dunia bisnis dan akademik. Namun

demikian istilah tersebut memerlukan

tanggapan secara hati-hati dan perlu

mendapat penafsiran secara cermat. Faktor

utama yang menentukan kinerja suatu

perusahaan adalah kualitas barang dan jasa

yang dihasilkan. Produk dan jasa yang

berkualitas adalah produk dan jasa yang

sesuai dengan apa yang diinginkan

konsumennnya. Oleh karena itu

organisasi/perusahaan perlu mengenal

konsumen atau pelanggannya dan

mengetahui kebutuhan dan keinginannya.

Diagram Pareto

Diagram Pareto merupakan metode

untuk menentukan masalah mana yang harus

dikerjakan lebih dahulu. Diagram Pareto

mendasarkan keputusannya pada data

kuantitatif. Gunakanlah diagram Pareto

untuk mengidentifikasi beberapa isu vital

dengan menerapkan aturan perbandingan

80:20, artinya 80% peningkatan dapat

dicapai dengan memecahkan 20% masalah

terpenting yang dihadapi (Yamit, 2001).

Metode DMAIC

Seperti model perbaikan lainnya,

DMAIC didasarkan pada siklus orisinil

PDCA, akan tetapi model DMAIC

menerapkan perbaikan (improve) pada

proses maupun pada perancngan ulang

proses. Model perbaikan DMAIC

menggunakan dan merujuk pada lima fase

yaitu:

1. Define (pendefinisian)

Merupakan langkah pertama yang

dilakukan adalah mendefinisikan masalah

yang akan diperbaiki, menetapkan tujuan,

dan menemukan kesempatan untuk

melakukan perbaikan.

2. Measure (pengukuran)

Langkah kedua berfokus pada

pemahaman kinerja proses yang dipilih

untuk diperbaiki saat ini, serta

pengumpulan semua data yang

dibutuhkan untuk analisis. Tahap ini juga

melibatkan penilaian sistem pengukuran

untuk menjaga validitas pengukuran serta

untuk mengevaluasi kapabilitas proses

yang diteliti.

3. Analyze (analisis)

Pada tahap ini hal yang perlu dilakukan

adalah mengidentifikasi sumber-sumber

dan akar penyebab dari kecacatan atau

kegagalan (Evans, 2007). Pada tahap ini

menggunakan diagram sebab-akibat

(fishbone diagram).

4. Improve (perbaikan)

Setelah sumber-sumber dan akar

penyebab dari masalah kualitas

teridentifikasi, maka selanjutnya

dilakukan penerapan rencana tindakan

(action plan) untuk melaksanakan

peningkatan kualitas Six Sigma.

Pengembangan rencana tindakan

merupakan salah satu aktivitas penting

dalam program peningkatan kualitas.

Pada tahap ini dapat menggunakan

metode 5W-1H.

5. Control (Pengendalian)

Pada tahap ini perubahan-perubahan yang

dibuat dijaga untuk mempertahankan

perbaikan-perbaikan dalam menghasilkan

output yang diharapkan. Pada tahap ini

juga proses-proses dimonitor melalui

pengukuran (Brue, 2002). Seperti

menghitung peta kendali dan R, CP,

Page 4: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4

82

DPMO dan level sigma sesudah

implementasi atau perbaikan.

Peta Kendali dan R

Peta kendali (rata-rata) dan R (range)

merupakan peta kendali untuk data variabel

yang digunakan untuk memantau proses

yang mempunyai karakteristik berdimensi

kontinyu. Peta kendali menjelaskan

kepada kita tentang apakah perubahan-

perubahan telah terjadi dalam ukuran titik

pusat (central tendency) atau rata-rata dari

suatu proses. Sedangkan peta kendali R

(range) menjelaskan tentang apakah

perubahan-perubahan telah terjadi dalam

ukuran variasi, dengan demikian berkaitan

dengan perubahan homogenitas produk yang

dihasilkan melalui suatu proses. Peta kendali

dan R digunakan untuk data yang diukur

(data variabel) seperti panjang, lebar, dan

lain-lain. Peta kendali ini dapat memberikan

tiga macam informasi yang semuanya

diperlukan untuk menentukan tindakan

selanjutnya.

1. Menghitung batas-batas kendali atas dan

bawah untuk

Garis Tengah =

Upper Control Limit (UCL) = + A2.

Lower Control Limit (LCL) = - A2.

2. Menghitung batas-batas kendali atas dan

bawah untuk R

Garis Tengah = R

Upper Control Limit (UCL) = D4.

Lower Control Limit (LCL) = D3.

Dimana: A2, D3, dan D4 diperoleh dari tabel

berdasarkan jumlah sub grup.

Kemampuan Proses (Process Capabilty)

Process Capabilty merupakan

kemampuan proses untuk memproduksi atau

menyerahkan output sesuai dengan

ekspektasi dan kebutuhan pelanggan.

Process Capability sering dinotasikan

sebagai Cp, merupakan suatu ukuran kinerja

kritis yang menunjukkan proses mampu

menghasilkan sesuai dengan spesifikasi

produk yang ditetapkan oleh manajemen

berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi

produk yang ditetapkan oleh manajemen

berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi

pelanggan (Gaspers, 2001).

Perlu dipahami bahwa indeks Cp

mengacu kepada CTQ (Critical To Quality)

tunggal atau item karakteristik kualitas

individual. Indeks Cp mengukur kapabilitas

potensial atau yang melekat dari suatu proses

yang diasumsikan stabil, dan biasanya

didefinisikan sebagai:

Disini UCL = Upper Control Limit

(Batas Spesifikasi Atas) dan LCL = Lower

Control Limit (Batas Spesifikasi Bawah).

Kedua nilai UCL dan LCL ditentukan

berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi

pelanggan. Sedangkan standar deviasi

merupakan ukuran variasi proses atau

penyimpangan dari nilai target yang

ditetapkan. Process Capability hanya diukur

untuk proses yang stabil, sehingga apabila

dianggap tidak stabil, maka prosesitu harus

distabilkan terlebih dahulu. Dengan

demikian nilai standar deviasi yang

digunakan dalam pengukuran process

capability (Cp) harus berasal dari proses

yang stabil, sehingga merupakan variasai

yang melekat pada proses yang stabil itu

(Common-Cause Variation).

Kriteria penilaian indeks kapabilitas proses

adalah :

1. Jika Cp > 1,33, maka kapabilitas proses

sangat baik.

Page 5: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

H u w a e E l i a s P , U p a y a P e n g e n d a l i a n . . .

83

2. Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33, maka kapabilitas

proses baik, namun perlu pengendalian

ketat apabila Cp mendekati 1,00.

3. Jika Cp < 1,00, maka kapabilitas proses

rendah, sehingga perlu ditingkatkan

kinerjanya melalui peningkatan proses

itu.

Perhitungan Baseline Kinerja

Baseline kinerja adalah tingkat kinerja

saat sekarang (current performance) yang

diukur sebelum suatu proyek Six Sigma

dimulai. Setelah mengetahui baseline

kinerja, maka kemajuan peningkatan-

Peningatan yang dicapai dengan

proyek Six Sigma dapat diukur. Baseline

kinerja dalam proyek Six Sigma ditetapkan

menggunakan satuan pengukuran DPMO

(defects per million opportunities) dan

tingkat kapabilitas sigma (sigma level).

Pengukuran baseline kinerja pada tingkat

output dilakukan secara langsung pada

produk yang akan diserahkan kepada

pelanggan. Pengukuran dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana ouput akhir dari

proses itu dapat memenuhi kebutuhan

spesifik pelanggan, sebelum produk itu

diserahkan kepada pelanggan. Berikut ini

adalah langkah-langkah yang dapat digunkan

dalam perhitungan level sigma untuk data

variabel:

1. Menentukan proses apa yang ingin

diukur.

2. Menentukan nilai batas spesifikasi atas

(USL).

3. Menentukan nilai batas spesifikasi bawah

(LSL).

4. Menentukan nilai spesifikasi target (T).

5. Menentukan nilai rata-rata ( )

6. Menentukan nilai standar deviasi ( ).

7. Menghitung kemungkinan cacat yang

berada diatas nilai USL per satu juta

kesempatan (DPMO).

DPMO USL= P

8. Menghitung kemungkinan cacat yang

berada diatas nilai LSL per satu juta

kesempatan (DPMO).

DPMO LSL= P

9. Menghitung cacat per satu juta

kesempatan (DPMO)

DPMO Total = DPMO USL + DPMO

LSL

10. Mengkonversikan nilai DPMO kedalam

nilai sigma dengan menggunakan tabel

sigma (Gaspersz, 2002).

Fishbone Diagram

Diagram sebab akibat ini sering juga

disebut sebagai diagram tulang ikan

(fishbone diagram), atau diagram Ishikawa

karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof.

Kaoro Ishikawa pada tahun 1943. Pada

dasarnya diagram sebab akibat dapat

dipergunakan untuk kebutuhan sebagai

berikut:

1. Membantu mengidentifikasi akar

penyebab dari suatu masalah.

2. Membantu membangkitkan ide-ide

untuk solusi suatu masalah.

3. Membantu dalam penyelidikan atau

pencarian fakta lebih lanjut.

Untuk mengetahui faktor-faktor

penyebab dari suatu masalah yang sedang

dikaji, dapat mengembangkan pertanyaan-

pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa penyebab itu?

2. Mengapa kondisi atau penyebab itu

terjadi?

3. Bertanya “mengapa” beberapa kali

(konsep five whys) sampai ditemukan

Page 6: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4

84

penyebab yang cukup spesifik untuk

diambil tindakan perbaikan. Penyebab-

penyebab spesifik tersebut dimasukkan

atau dicatat dalam diagram sebab akibat.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi berisi mengenai langkah-

langkah selama penelitian terhadap pokok-

pokok permasalahan yang akan diselesaikan,

metodologi yang digunakan dalam

menyusun laporan, antara lain: jenis data,

sumber data, metode pengumpulan data,

penelitian pendahulan, pengumpulan data,

dan pengolhan dan analisis data. Berupa

pembuatan Diagram Pareto, Peta kendali

dan R, Cp dan Cpk, Level sigma dan

Fishbone diagram.

4. PEMBAHASAN

Sistem produksi utama di PT Yamaha

Indonesia terdiri dari wood working, piano

assembly back, painting, dan piano

assembly. Piano yang diproduksi ada dua

macam yaitu upright dan grand piano.

Deskripsi Komponen Treable bridge

Treable Bridge adalah komponen yang

terdapat didalam badan piano jenis Upright

komponen ini merupakan komponen yang

sangat penting yang berfungsi sebagai mesin

dalam piano untuk kaitan senar sehingga

penting dalam menentukan kualitas suara

yang dikeluarkan piano. Treable Bridge ini

dibuat sendiri oleh PT Yamaha Indonesia

pada Kelompok Machine Bridge , Section

Wood Working 1 yang melalui proses Hand

Press, Wood Press dan Machine Bridge.

Supplier dari komponen ini adalah UP Assy

yang terdapat di department Assembly.

Treable Bridge yang diproduksi ada 3 tipe

yaitu B1, B2, dan B3 ketiganya melaui

proses Hand Press, Wood Press, dan

Machine Bridge.

Gambar 1. Treable Bridge Tipe B1 (Sumber : PT Yamaha Indonesia)

Gambar 2. Treable Bridge Tipe B1 Didalam

Piano

(Sumber: PT Yamaha Indonesia)

Sistem produksi komponen Treable

Bridge tipe B1 ditunjukkan pada gambar 3

berikut:

INPUT

-Mapple Wood (kayu Beech

PROCESS

- Wood Press- Hand Press- Mechine Bridge

OUTPUT

Komponen Treable Bridge Tipe B1

Quality Control

Gambar 3. Sistem Produksi Komponen

Treable Bridge Tipe B1 (Sumber : PT Yamaha Indonesia)

Proses-proses produksi pada diagram

tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Hand Press

Pada proses ini melakukan press bahan

mentah mapple wood/kayu beech untuk

komponen Treable Bridge menggunkan

mesin Hot Press Panel.

Treable

Bridge

Tipe B1

Page 7: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

H u w a e E l i a s P , U p a y a P e n g e n d a l i a n . . .

85

2. Wood Press

Pada proses ini serut bahan beech yang

sudah di press pada proses hand press

untuk treable bridge menggunakan

mesin surfacer sehingga menghasilkan

bahan untuk komponen treable bridge

untuk diteruskan ke proses selanjutnya.

3. Machine Bridge

Pada proses ini mulai membuat treable

bridge melalui sub-sub proses sebagai

berikut:

a. Drawing (Menggambar)

Menggambar bentuk treable bridge

menggunakan pulpen pada bahan

treable bridge dengan mengikuti jig

sesuai dengan tipe.

b. Pemotongan

Melakukan pemotongan bentuk

treable bridge yang sudah digambar

menggunakan mesin band saw.

c. Moulder

Melakukan pembentukan edge

(ujung-ujung) treable bridge dengan

menggunakan mesin moulder.

d. Planner

Melakukan perataan bagian ujung

atas dan bawah treable bridge

menggunakan mesin planner.

e. Sanding.

Penghalusan permukaan atas dan

bawah hasil dari proses sebelumnya

yaitu proses planner.

f. Black Powder dan Buffing

Pemberian lapisan hitam pada

permukaan atas treable bridge yaitu

lapisan black powder dan kemudian

meratakannya dengan hand buffing.

g. Bor

Melakukan penitikan untuk lubang-

lubang komponen treable bridge

kemudian melakukan pengeboran

pada titik-titik tersebut menggunakan

hand bore.

h. Crowning

Melakukan pencoakan pada treable

Bridge menggunakan mesin crown.

Tahap Define

Tahap Define merupakan tahap pertama

dalam program peningkatan kualitas six

sigma yaitu fase menentukan masalah,

menetapkan persyaratan-persyaratan

pelanggan, dan mengetahui CTQ (Critical to

Quality). Tujuan dilakukan tahap

pendefinisian adalah untuk menentukan

permasalahan yang ada dalam perusahaan.

Permasalahan pada PT Yamaha Indonesia

adalah masih terdapatnya komponen treable

Bridge yang diproduksi di kelompok

machine bridge tidak sesuai dengan

spesifikasi yang ditetapkan perusahaan.

Kerena pentingnya komponen treable Bridge

ini dalam memnentukan kualitas suara yang

dihasilkan oleh piano yang telah dijelaskan

sebelumnya pada Voice Of Costomer yang

dibuat oleh perusahaan maka fokus

perbaikan kualitas six sigma ini pada

komponen treable bridge.

1. Mendefinisikan Kriteria Pemilihan

Perbaikan Six Sigma

Pada langkah ini dipilih perbaikan six

sigma yang akan dilaksanakan, dengan

memprioritaskan masalah-masalah yang

ada. Dengan itu di tentukan peningkatan

kualitas mana yang harus ditangani

terlebih dahulu. Untuk perbaikan six

sigma ini, digunakan kriteria cacat pada

komponen treable bridge yaitu masih

ada komponen yang belum memenuhi

spesifikasi yang ditetapkan perusahaan.

Berikut merupakan jumah cacat yang

Page 8: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4

86

terjadi pada kelompok machine bridge

yang memproduksi komponen treable

bridge berbagai tipe pada bulan

Februari-Maret 2013 dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 1. Jumlah Cacat Yang Dihasilkan

Berdasarkan Tingkat Output Tipe

Komponen Treable Bridge

Tipe

Komponen

Periode

Produksi

Tahun 2013

Februari -

Maret (Unit)

Cacat

Treable

Bridge B1 3300 258

Treable

Bridge B2 3300 192

Treable

Bridge B3 3300 215

Total 9900 665 (Sumber: PT Yamaha Indonesia)

Adapun diagram paretonya dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Diagram Pareto Jumlah Cacat

Berdasarkan Tipe Komponen Treable Bridge

(Sumber: Hasil Pengolahan Data)

Dari Diagram Pareto diatas, diperoleh

bahwa permasalahan cacat terbesar di

kelompok machine bridge adalah komponen

treable bridge tipe B1 dengan presentase 39

% pada bulan Februari-Maret 2013 sehingga

diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan.

2. Pernyataan Proses Kunci beserta

Pelanggannya

Setelah ditentukan pemilihan perbaikan

six sigma, maka didefinisikan pula

proses kunci beserta pelanggan yang

terlibat dalam perbaikan six sigma yaitu

dengan dijabarkan dalam diagram SIPOC

(Suppliers Inputs Processes Outputs

Customers). Diagram SIPOC merupakan

alat yang berguna dalam manajemen

dan peningkatan proses untuk

mendefinisikan proses kunci beserta

pelanggan dalam perbaikan six sigma.

Berikut ini akan dijabarkan diagram

SIPOC produksi komponen treable

bridge tipe B1.

a. Suppliers

Suppliers dari proses produksi

komponen treable bridge tipe B1

adalah proses kiln dry. Proses kiln dry

yang menyuplai bahan kayu beech

untuk komponen treable bridge tipe

B1.

b. Input

Bahan baku berupa kayu beech

yang sudah diproses kiln dry.

c. Processes

Proses produksi komponen treable

bridge tipe B1 berlangsung di

kelompok machine bridge dalam

beberapa tahapan, dimulai dari proses

hand press menggunakan mesin hot

press panel dan proses woodpress yang

mengunakan mesin surfacer yang

kemudian dilanjutkan dengan proses

machine bridge yang terdiri dari yang

terdiri dari 9 tahapan proses yaitu

drawing,pemotongan,moulder,planner,

sanding,bor,black powder tambah

buffing dan crowning.

d. Outputs

Output dari keseluruhan pada proses

tersebut adalah komponen treable

bridge tipe B1 yang diharapkan sesuai

dengan spesifikasi yang ditetapkan

perusahaan. yaitu dari segi dimensi

komponen tersebut seperti ketebalan

Page 9: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

H u w a e E l i a s P , U p a y a P e n g e n d a l i a n . . .

87

ujung bagian atas, ketebalan ujung

bagian bawah, ketebalan bagian tengah

dekat coak dan jarak lubang pin ke-2

sampai ujung bridge.

e. Customers

Customer dari proses produksi

komponen treable bridge tipe B1

adalah proses selanjutnya, yaitu proses

back assy yang menginginkan

komponen sesuai dengan spesifikasi

yang telah ditetapkan perusahaan. Pada

proses back assy yang dilakukan adalah

memasang komponen treable bridge

tipe B1 pada badan piano dan

mengaitkan senar untuk suara piano.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat

digambarkan Diagram SIPOC dari proses

produksi komponen treable bridge tipe B1

ini yaitu sebagai berikut:

Gambar 4. Diagram SIPOC Proses

Produksi Komponen Treable Bridge tipe B1 (Sumber: Hasil Pengolahan Data)

3. Pernyataan Kebutuhan Pelanggan

Setelah menentukan proses kunci beserta

pelanggannya melalui diagram SIPOC

kita juga harus menentukan apa yang

dibutuhkan dan diinginkan pelanggan.

Dalam hal ini proses back assy sebagai

pelanggan internal dari komponen

treable bridge tipe B1 yaitu

menginginkan komponen treable bridge

tipe B1 sesuai dengan spesifikasi yang

ditetapkan perusahaan.

3. Penetapan Karakteristik Kunci Untuk

Kualitas (CTQ)

Berdasarkan pernyataan kebutuhan

pelanggan proses back assy yang

menginginkan komponen treable bridge

tipe B1 sesuai dengan spesiikasi yang

ditetapkan perusahaan sehingga CTQ

komponen treable Bridge tipe B1 sebagai

berikut:

a. Ketebalan Ujung Bagian Atas

dengan spesifikasi 32 0,2

Tahap Measure

Measure (pengukuran) merupakan tahap

kedua dalam program peningkatan kualitas

six sigma yaitu membuat serta menghitung

nilai atau level sigma yang telah dicapai saat

ini. Pada tahap define, persyaratan-

peryaratan output telah didefinisikan.

Persyaratan-persyaratan output yang melalui

diagram SIPOC inilah yang kemudian

ditetapkan menjadi karakteristik kualitas

(CTQ) kunci dalam proyek six sigma.

Pengukuran dilakukan terhadap tingkat

kualitas proses pembuatan komponen treable

bridge tipe B1 pada spesifikasi ketebalan

ujung bagian atas.

Tabel 2. Pengukuran Ketebalan Ujung

Bagian Atas (Lanjutan)

Subgroup Sampel pengukuran (mm) X1 X2 X3 X4 X5

1 31,9 33,1 31,8 32,4 32,5

2 31,8 32,3 31,7 31,8 32,2

3 31,8 32,5 32 31,5 32,1

4 31,7 32 31,9 32,3 32,4

5 31,6 31,7 31,7 32,2 32,4

6 32,1 33,1 32 31,7 31,6

7 32 32 32,1 31,9 31,8

8 32 32,4 33 33,1 32,9

9 32,3 32,1 31,6 31,7 31,7

10 31,5 31,5 31,6 31,3 32,2

11 32,2 32,2 31,5 31,9 31,7

12 32 32,1 31,9 31,8 31,7

13 32 32,2 31,9 31,8 31,7

14 31,8 31,7 31,6 31,6 32

15 31,9 31,6 31,5 32,1 32,1

16 31,5 31,8 31,9 31,9 32

17 32,1 31,9 32,5 32,3 32,1

18 32,9 32,4 31,8 32,7 32,3

19 32,2 32,1 32 32,5 31,8

20 31,9 32,5 32,2 33 33,2

21 32,1 32,3 31,8 31,9 32

Page 10: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4

88

22 31,6 31,7 31,7 32 31,9

23 32 32,2 31,9 31,8 31,7

24 32,2 32,1 32 32,5 31,8

25 32,1 32,3 31,8 31,9 32

(Sumber: Pengolahan Data)

1. Peta Kendali

Berdasarkan data pada tabel 2. Dapat

digambarkan peta kendali dan R dari

ketebalan ujung bagian atas komponen

treable bridge tipe B1 sebagai berikut.

Gambar 5. Peta Kendali dan R Ketebalan

Ujung Bagian Atas

(Sumber: Hasil Pengolahan Data)

Gambar 6. Peta Kendali dan R Ketebalan

Ujung Bagian Atas (Revisi 1)

(Sumber: Hasil Pengolahan Data)

Gambar 7. Peta Kendali dan R Ketebalan

Ujung Bagian Atas (Revisi 2)

(Sumber: Hasil Pengolahan Data)

Gambar 8. Peta Kendali dan R Ketebalan

Ujung Bagian Atas (Revisi 3)

(Sumber : Hasil Pengolahan Data)

Dengan demikian pada gambar 8.

seluruh data berada dalam batas kendali yang

menunjukkan bahwa data tersebut semua

dalam keadaan terkendali atau sesuai dengan

pengendalian proses (in control). Sehingga

dapat dilanjutkan dengan perhitungan

kapabilitas proses. Namun terlihat pada peta

kendali ketebalan ujung bagian atas

setelah revisi 3 terdapat 8 titik data (data ke-

6 hingga ke-13) yang berada di bawah

central line itu menunjukan bahwa perlu

dilakukan investigasi proses. Walaupun

seluruh data berada dalam batas kendali

namun proses tidak berada dalam kendali

secara statistik (not statistically in control),

hal itu juga dapat berpengaruh terhadap

kapabilitas proses yang cenderung akan

mempunyai nilai yang rendah.

2. Kemampuan proses sebelum

perbaikan

Pada perhitungan Cp dan Cpk harus

diketahui harga . Adapun harga

adalah 2,326 untuk sub group 5.

Spesifikasi yang ditetapkan diijinkan

perusahaan untuk memenuhi spesifikasi

ketebalan ujung bagian atas pada

Page 11: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

H u w a e E l i a s P , U p a y a P e n g e n d a l i a n . . .

89

komponen treable bridge tipe B1 adalah

32 0,2 (mm).

a. Cp = 0,26

Nilai Cp < 1 berarti hal ini

mengindikasikan bahwa proses kurang

baik dan masih belum memenuhi

spesifikasi.

b. Cpk = 0,17

Nilai = , ini menunjukkan

bahwa proses cenderung mendekati

batas spesifikasi bawah (LSL). Tetapi

karena nilai berada pada kriteria <

1,00, maka masih ada produk yang

dihasilkan tidak sesuai batas

spesifikasi.

2. Baseline kinerja sebelum perbaikan

Baseline kinerja dalam six sigma

menggunakan satuan pengukuran DPMO

(Defect Per Million Opportunities) dan

tingkat kapabilitas sigma atau biasa

disebut level sigma. Berikut merupakan

DPMO dan level sigma ketebalan ujung

bagian atas komponen treable bridge tipe

B1.

a. DPMO: 441.600

b. Level Sigma: 1,64

Tahap Analyze

Analisis merupakan langkah operasional

ketiga dalam metode DMAIC dengan

mencari dan menentukan akar permasalahan.

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap

data yang telah diperoleh dan diolah.

Sehingga analisis data ini perlu dilakukan

untuk mengetahui sumber-sumber dan akar

penyebab komponen treable bridge tipe B1

yang diproduksi di kelompok machine

bridge tidak sesuai spesiffikasi yang

ditetapkan perusahaan sehingga

menyebabkan kapabilitas proses rendah yaitu

nilai Cp 0,26.

Dengan hal tersebut maka akan

dianalisa dengan menggunakan diagram

sebab-akibat (Fishbone). Untuk memperoleh

informasi dari penyebab masalah tersebut,

maka dilakukan brainstorming (sumbang-

saran) dengan pihak perusahaan dengan

menggunakan lima unsur sebagai sebab dari

suatu akibat, yaitu manusia, mesin, metode

kerja, material dan lingkungan kerja. Dan

juga dari hasil pengamatan langsung.

Diagram sebab-akibat (Fishbone) dapat

dilihat pada gambar 9. berikut.

Gambar 9. Diagram Sebab-Akibat

Kapabilitas Proses Rendah Pada komponen

Treable Bridge Tipe B1 (Sumber: Hasil Pengolahan Data dan Brainstorming

dengan Perusahaan)

Tahap Improve

Tahap improve merupakan tahap

keempat dalam DMAIC. Setelah sumber

atau akar penyebab dari masalah-masalah

kualitas terindntifikasi, maka perlu dicari

tindakan-tindakan yang dapat dilakukan

dalam upaya mengurangi spesifikasi yang

tidak sesuai dengan yang ditetapkan

perusahaan sehingga menyebabkan

kapabilitas proses rendah pada komponen

Treable Bridge tipe B1.

Berdasarkan analisis fishbone diagram

terdapat berbagai penyebab yang

mengakibatkan kualitas komponen Treable

Bridge tipe B1 mempunyai kapabilitas

proses yang rendah. Dengan itu diperoleh

ide perbaikan yang dapat diambil oleh

perusahaan untuk meningkatkan kualitas

Page 12: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4

90

komponen Treable Bridge tipe B1. Berikut

merupakan ide perbaikan tersebut:

a. Faktor Manusia

1).Memberikan pelatihan (training)

tentang SOP atau petunjuk kerja

kepada operator di kelompok machine

bridge.

2). Memberikan pengarahan lebih sering

kepada bagian operator mesin agar

bekerja lebih baik sehingga tidak ada

operator yang bercanda lagi saat

bekerja.

b. Faktor Mesin

1). Melakukan kalibrasi alat ukur pada

proses planner di kelompok machine

bridge yang dilakukan oleh

supervisor department wood working

dan pihak-pihak terkait sehingga alat

ukur pada proses tersebut lebih

akurat.

2). Perawatan lebih intensif secara berkala

oleh pihak maintenance pada mesin

surfacer, mesin router dan alat bore.

3). Mengganti pisau pada mesin planner

yang tumpul.

c. Faktor Metode

1). Metode penyerutan kayu pada mesin

surfacer di tetapkan secara permanen

dan dimasukan kedalam point PK

(Petunjuk Kerja) pada kelompok

machine bridge oleh pihak

management produksi.

2). Menambahkan meja pada proses

drawing sehingga meminimalisir

melesetnya gambar yang dilakukan

oleh operator karena biasanya

operator menggambar tanpa meja

yang membuat gambar mudah

meleset dari ukuran.

d. Faktor Lingkungan

1). Menganti alat penerangan yang

sudah redup dan menambah lampu

penerangan pada posisi yang sentral

pada lantai produksi yang dilakukan

oleh divisi maintenance.

2). Menempatkan alat pengisap debu

dari sisa serutan kayu pada lantai

produksi kelompok machine bridge

pada posisi sentral sehingga debu

tersebut tidak menggagu operator

produksi komponen treable bridge

tipe B1.

Tahap Control

Pada tahap ini, dilakukan pengontrolan

(pengendalian) terhadap hasil perbaikan.

Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah

cacat dan menjamin cacat tidak muncul cacat

yang dimaksud adalah komponen Treable

Bridge tipe B1 tidak sesuai spesifikasi, serta

mengetahui apakah proses produksi setelah

perbaikan diimplementasikan terkendali

secara statistikal atau tidak. Selain itu,

pengontrolan ini dilakukan dengan

menggunakan peta kontrol variabel dan R

untuk mengetahui besarnya kapabilitas

proses, nilai DPMO dan level sigma setelah

perbaikan terhadap komponen treable bridge

tipe B1. Pada tahap ini perubahan-

perubahan yang dibuat dan dijaga untuk

mempertahankan perbaikan-perbaikan dalam

menghasilkan output yang diharapkan.

1. Peta Kendali Hasil Implementasi

Gambar 10. Peta Kendali dan R Hasil Implementasi

Untuk Ketebalan Ujung Bagian Atas

(Sumber: Hasil Pengolahan Data)

Gambar 11. Peta Kendali dan R Hasil

Implementasi Untuk Ketebalan Ujung Bagian Atas

(Revisi 1)

(Sumber: Hasil Pengolahan Data)

Page 13: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

H u w a e E l i a s P , U p a y a P e n g e n d a l i a n . . .

91

Dengan demikian pada gambar 11.

seluruh data berada dalam batas kendali. Hal

ini menunjukkan bahwa data tersebut semua

dalam kondisi terkendali (in control) dan

dapat dilanjutkan dengan perhitungan

kapabilitas proses. Namun proses harus tetap

diawasi karena terdapat pola erratic (tidak

menentu) pada peta kendali hasil

implementasi ketebalan ujung bagian atas.

Sehingga perbaikan yang telah dicapai dapat

ditingkatkan lagi.

2. Kemampuan proses sesudah perbaikan

a. Cp : 0,44

b. Cpk : 0,36

3. Baseline kinerja sesudah perbaikan

a. Nilai DPMO: 228.100 DPMO

b. Level Sigma: 2,24 Sigma

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil analisis diagram sebab-akibat

diketahui faktor-faktor yang

menyebabkan komponen treable bridge

tipe B1 mempunyai kapabilitas proses

rendah yaitu berkisar antara 0,26 ≤ CP ≤

0,56 karena masih ada komponen tidak

sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan

perusahaan. Berikut merupakan

penyebab-penyebab tersebut:

a. Operator kurang teliti dan operator

masih ada yang bercanda saat kerja.

b. Pisau mesin pada proses planner

tumpul.

c. Mesin router pada proses pencoakan

sering macet.

d. Alat bore goyang

e. Penyerutan mesin surfacer pada

proses wood press sering salah

arah.

2. Dengan dilakukan perbaikan terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi

kapabilitas poses rendah pada komponen

treable bridge tipe B1 membuat

peningkatan kualitas komponen menjadi

lebih baik dari sebelum perbaikan.

3. Perbaikan yang dilakukan terhadap

komponen treable bridge tipe B1 yang

diproduksi di kelompok machine bridge

membuat peningkatan Cp dan level sigma

serta penurunan DPMO sebelum dan

setelah dilakukan implemetasi atau

perbaikan, yaitu:

a. Cp 0,26 naik menjadi 0,44.

b. Level sigma 1,64 naik menjadi

2,24.

c. DPMO 441.600 turun menjadi

228.100.

Saran

Berdasarkan hasil analisis dan

kesimpulan penelitian, maka berikut

dikemukakan beberapa saran yang mungkin

dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas

di PT Yamaha Indonesia, antara lain:

1. Kemampuan maupun kinerja proses untuk

komponen treable bridge tipe B1 yang

diteliti saat ini masih berada pada tingkat

yang kurang memuaskan atau rendah

sehingga diperlukan perbaikan secara

berkesinambungan (continue) terutama

perbaikan dalam hal spesifikasi

komponen yang ditetapkan perusahaan.

2. Perusahan sebaiknya melanjutkan

perbaikan kualitas yang belum dilakukan

dengan metode 5W + 1H dan mengawasi

perbaikan yang telah dilakukan pada

proses pembuatan komponen treable

bridge tipe B1 untuk piano jenis Upright

Piano terutama di kelompok machine

bridge.

3. PT Yamaha Indonesia disarankan

melakukan perbaikan dengan penerapan

Six Sigma metode DMAIC yang saling

terintegrasi di semua bagian perusahaan.

Hal ini berguna untuk meningkatkan

kualitas piano secara total sehingga

perusahaan kedepannya dapat menuju

level enam sigma (6σ).

Page 14: UPAYA PENGENDALIAN KUALITAS KOMPONEN …p3m.stmi.ac.id/assets/uploads/detail_jurnal/b4af6-Jurnal-Gabungan... · Penyebab-penyebab tersebut adalah Operator kurang memahami SOP, human

J u r n a l T e k n o l o g i d a n M a n a j e m e n , V o l . 1 2 , N o . 2 , A g u s t u s 2 0 1 4

92

6. DAFTAR PUSTAKA

Ariani, D.W. 2003. Pengendalani Kualitas

Statistik, ANDI, Yogyakarta.

Ariani, D.W. 2004. Pengendalian Kualitas

Statistik (Pendekatan Kuantitatif

dalam Manajemen Kualitas), Edisi

Pertama, ANDI, Yogyakarta.

Brue, G. 2002. Six Sigma for Managers.

Jakarta: Penerbit Canary.

Deming, W. E. 1986. The Deming

Managemnet Method. Amerika:

Perigee Book.

Evans, J. dan Lindsay W. 2007. Pengantar

Six Sigma (An Introduction to Six

Sigma and Process Improvement).

Jakarta: Salemba Empat.

Gasperz, V. 1998, Manajemen Produktivitas

Total, Strategi Peningkatan

Produktivitas Bisnis Global, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Gasperz, V. 2001. Metode Analisis Untuk

PeningkatanKualitas, PT Gramedia

Pustaka, Jakarta.

Gasperz, V. 2002. Pedoman Implementasi

Program Six Sigma Terintegrasi

dengan ISO 9001:2000, MBNQA,

dan HCCP. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Ishikawa, K. 1988. Teknik Penuntun

Pengendalian Mutu. Jakarta:

Mediyatama Sarana Perkasa.

Minitab 14 Statistical Software. Modul 3

Statistical Process Control.

http://www.modul-3-spc-pcs,

(23/12/2013).

Pyzdek, T. 2002. The Six Sigma Handbook

Panduan Lengkap untuk Greenbelts,

Blackbelts dan Manajer pada Semua

Tingkat (edisipertama). Jakarta:

Salemba Empat.

Yamit, Zulian. 2001. “Manajemen Kualitas

Produk & Jasa”.

Ekonisia.Yogyakarta.