upaya meningkatkan prestasi belajar ips dengan ......pada tabel 1 dapat dilihat perolehan hasil...
TRANSCRIPT
i
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
NUMBER HEAD TOGETHER
PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 7 SALATIGA
SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Artikel Ilmiah
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sejarah
Pada Universitas Kristen Satya Wacana
Oleh
Ruth Christy Widodo
152011014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
vi
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
NUMBER HEAD TOGETHER
PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 7 SALATIGA
SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
RUTH CHRISTY WIDODO
152011014
Pendidikan Sejarah
RUTH CHRISTY WIDODO. 152011014. UPAYA MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS
VII SMP NEGERI 7 SALATIGA SEMESTER GENAP TAHUN
PELAJARAN 2014/2015. Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana. September 2015.
Tujuan penelitian ini sebagai upaya untuk mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada siswa kelas VII D SMP Negeri 7,
Salatiga tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan pembelajaran kooperatif
model Number Head Together (NHT).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian
adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 7 Salatiga Tahun Pelajaran 2012/2013 yang
berjumlah 28 siswa, pada mata pelajaran IPS. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus tindakan. Siklus pertama dan kedua membahas pokok bahasan Sumber Daya
Alam di Indonesia.
Data hasil penelitian diperoleh dari hasil observasi selama kegiatan
pembelajaran IPS berlangsung dengan menggunakan wawancara, tes tertulis dan
dokumentasi. Data yang diperoleh dari tes dianalisis dengan menghitung nilai rata-
rata dan persentase hasil ketuntasan siswa kelas VII D pada mata pelajaran IPS
setiap siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa setelah
dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi Sumber
Daya Alam di Indonesia mengalami peningkatan. Hasil ini terlihat dari rata-rata
klasikal dan jumlah persentase ketuntasan minimum belajar IPS siswa kelas VII D
SMP Negeri 7 Salatiga yang mengalami peningkatan. Rata- rata klasikal siswa
mengalami peningkatan, dari Prasiklus 67,7% menjadi 89% pada Siklus I dan 91%
pada siklus II. Persentase hasil belajar siswa juga meningkat pada Prasiklus hanya
32,1%, pada Siklus I menjadi 89,2% dan Siklus II 92,8%. Dengan demikian prestasi
belajar siswa kelas VII D SMP Negeri 7 Salatiga yang mulanya tergolong rendah,
setelah tindakan menjadi tinggi.
Kata kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, Prestasi
belajar
1
Pendahuluan
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan
budaya kehidupan. Pembelajaran tidak mungkin dilakukan menggunakan teknik
yang sama setiap generasinya, tentu dibutuhkan model-model pembelajaran yang
lebih menyenangkan untuk membangun semangat belajar siswa.
Berdasarkan penelitian awal pada nilai ulangan harian di SMP Negeri 7
Salatiga dan wawancara dengan guru IPS, didapatkan hasil bahwa 18 dari 28
siswanya kurang memahami pelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari nilai tes IPS
yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal 7,1. Guru sudah baik didalam
menjalankan pembelajaran, namun siswa beranggapan bahwa pelajaran IPS
membosankan dan syarat dengan hafalan telah menjadi suatu hal yang membuat
minat belajar mata pelajaran IPS kurang menarik, bahkan siswa menganggap
bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang tidak terlalu penting. Selain itu,
pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru banyak menjelaskan dan siswa
kurang diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sekelas.
Hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang cenderung ramai sendiri,
mengobrol dengan teman, ada beberapa siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah
mata pelajaran lain dan kurang memperhatikan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Bila siswa diberi soal latihan yang agak sulit, siswa tidak mengerjakan
soal tersebut dan tidak berusaha untuk mencari penyelesaian soal tersebut. Siswa
lebih senang menunggu guru yang menyelesaikan soal tersebut. Hal ini disebabkan
siswa kurang diberikan kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pendapat.
Penggunaan metode pembelajaran aktif dengan menggunakan model Numbered
Head Together (NHT) diharapkan dapat mengatasi masalah ini.
Dengan menerapkan model ini, pembelajaran tidak hanya terpusat pada
guru tetapi siswa mampu lebih aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar di
kelas. Metode NHT juga diharapkan menjadi satu solusi dalam mengatasi kendala
siswa saat belajar IPS yang memerlukan hafalan.
2
Metode
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir
bersama. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 7 Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 siswa, pada mata pelajaran IPS. Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Siklus pertama dan kedua membahas
pokok bahasan Sumber Daya Alam di Indonesia. Data hasil penelitian diperoleh
dari hasil observasi selama kegiatan pembelajaran IPS berlangsung dengan
menggunakan wawancara, tes tertulis dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari
tes dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata dan persentase hasil ketuntasan
siswa kelas VII D pada mata pelajaran IPS setiap siklus
Review Literatur
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Oleh sebab itu belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekotar individu, belajar adalah yang
diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar
adalah proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Nana Sudjana, 1987:
28).
Model pembelajaran adalah suatu upaya mengimplementasikan rencana
pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun dapat tercapai optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan
untuk merealisasikan strategi yang telah diterapkan. Menurut Joyce dan Weil,
model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-
bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain
(Rusman. 2011:11).
Pembelajaran seharusnya menjadi aktivitas bermakna yakni pembebasan
untuk mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan, bukan sebaliknya. Seiring
dengan perkembangan filsafat konstruktivisme dalam pendidikan selama dekade
ini, muncul pemikiran kritis merenovasi pembelajaran bagi anak bangsa Negeri ini
3
menuju pembelajaran yang berkualitas, humanis, organis, dinamis, konstruktif.
Salah satu pemikiran kritis itu adalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan atau PAIKEM. Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran
bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun
keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan
lain) yang telah dimiliki dan dimiliki dan dikuasi peserta didik. Peserta didik
dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana mereka
mempelajari konsep dab bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan diluar
kelas. Peserta didik diperkenankan bekerja secara kooperatif.
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan sebagai alternativ terhadap struktur kelas tradisional.
Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakkan struktur
empat fase sebagai sintaks NHT. (Trianto, 2009:82,83)
Fase pertama yang dilakukan adalah penomoran, yaitu guru membagi siswa
kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor
antara 1-5.
Fase kedua mengajukan Pertanyaan, yaitu guru mengajukan sebuah
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat
spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya berbentuk arahan, misalnya “ Pastikan
setiap siswa mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak di Pulau Sumatera”.
Fase ketiga berpikir bersama, yaitu siswa menyatukan pendapatnya
terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tim.
Fase keempat, yaitu Menjawab /mempresentasikan jawaban atas soal-soal
yang diberikan, guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
Untuk lebih jelasnya penelitian ini memiliki kerangka berpikir sebagai berikut :
4
Model Pembelajaran Awal
Guru menggunakan
metode ceramah, belum
ada kegiatan diskusi
kelompok
Siswa banyak yang tidur
di kelas, dan siswa
bermain dengan teman-
temanya, kurang
memperhatikan guru saat
menjelaskan didepan
kelas.
Dari 28 siswa 18 siswa
masih belum mencapai
nilai KKM
Langkah – langkah Model Pembelajaran Number Head Together
Guru menggunakkan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:
a. Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang
dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5
b. Fase 2: Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan
dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk
kalimat Tanya.
c. Fase 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu
dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tim.
d. Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Bagian Kegiatan Pembelajaran
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b. Menyiapkan materi pembelajaran dan media pembelajaran yang
diperlukan (lembar soal dan papan karton bernomor).
c. Merancang pembelajaran dengan membentuk 6 kelompok, tiap
anggota terdiri dari 5 siswa yang telah diberi papan karton
bernomor.
Model Number Head Together ( NHT)
5
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Peneliti melakukan dua siklus sebagai dasar dalam penelitian tindakan kelas
dan tiap siklus telah dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.
Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti melakukan observasi terhadap keaktifan
belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelaaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together di kelas VII D SMP Negeri 7 Salatiga.
Kondisi awal hasil belajar IPS pada siswa kelas VII D SMP Negeri 7 Salatiga
semester 1 tahun ajaran 2014/2015, menunjukkan bahwa belum semua siswa
mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) 71. Dari 28 siswa, ada 18 siswa
yang belum mencapai KKM. Hal ini dikarenakan siswa kelas VII D kurang aktif
dalam proses belajar mengajar. Mereka lebih suka menggambar dan bercerita
dengan temannya daripada mendengarkan guru yang menyampaikan materi.
Kondisi awal ini belum menggunakan model pembelajaran Number Head Together,
yang mengakibatkan kemampuan siswa dalam memahami dan mempelajari IPS
kurang maksimal, dapat diperoleh data bahwa siswa yang sudah tuntas sesuai KKM
Adanya peningkatan dari pra sikus yang rata- rata klasikalnya 67,7 pada
siklus I meningkat menjadi 89 dan pada siklus II menjadi 91 setelah
menggunakan menggunakan model pembelajaran Number Head Together.
Presentase ketuntasan belajar klasikal mengalami peningkatan sebesar
92,8%.
d. Siswa diberi penjelasan mengenai prosedur pelaksaan pembelajaran
Number Head Together.
e. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
f. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya.
g. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
h. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain.
i. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar
pada materi tersebut
6
(71) pada ulangan harian semester genap berjumlah 9, sedangkan yang belum tuntas
19 siswa. Nilai rata-rata siswa dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Nilai klasikal kondisi awal kelas VII D
SMP Negeri 7 Salatiga
No
ASPEK
NILAI
1 Rata- rata klasikal 67,7
2 Nilai terendah 40
3 Nilai tertinggi 92
4 Presentase Ketuntasan (%) 32,1
Pada tabel 1 dapat dilihat perolehan hasil belajar siswa kelas VII D pada mata
pelajaran IPS dengan nilai rata-rata klasikal 67.7, nilai terendah 40, nilai tertinggi
9.2 dan ketuntasan klasikal 32,1%. Berdasarkan tabel 1, kondisi awal hasil belajar
siswa VII D masih rendah dari indikator keberhasilan yang diharapkan. Adapun
indikator keberhasilan yang diharapkan adalah nilai rata-rata klasikal sudah
mencapai lebih dari delapan puluh (>80) dan minimal 90% dari jumlah siswa
mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM=71).
Pada siklus 1 pelajaran IPS dengan pokok pembahasan potensi sumber daya
hutan, sudah menerapkan model pembelajaran Number Head Together.
Berdasarkan penelitian siklus 1 ini, subjek yang mengikuti proses belajar mengajar
sebanyak 28 siswa dari 28 siswa keseluruhan kelas VII D. Hasil belajar siswa pada
siklus 1 tampak adanya peningkatan dibanding dengan prasiklus. Pada siklus ini
siswa yang nilainya meningkat berjumlah 25 siswa. Untuk lebih jelas lihat tabel 2:
Tabel 2. Nilai klasikal Pra siklus dan Siklus 1
No
Aspek
Nilai
Peningkatan
Pra Siklus Siklus 1
1 Nilai rata-rata klasikal 67,7 89,0 21,3
2 Nilai Terendah 40 68 28
3 Nilai Tertinggi 92 100 8
4 Presentase Ketuntasan (%) 32,1 89,2 57,1
7
Pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus 1 dengan tema Potensi dan
Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan sub tema Kegiatan Ekonomi dan
Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam, sudah menerapkan model pembelajaran
Number Head Together. Hasil belajar siklus 1 sudah menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar. Pada prasiklus nilai rata- rata klasikal 67,7 dan pada
siklus 1 nilai rata- rata klasikal 89,0 dengan peningkatan 21,3. Presentase
ketuntasan pada prasiklus hanya 32,1% dan pada siklus 1 naik menjadi 89,2%
dengan peningkatan 57,1%.
Pada siklus II ini guru memfokuskan dalam peningkatan pembelajaran dan
berperan sebagai pembimbing terhadap siswa. Pokok bahasan pada siklus II
mengenai potensi sumber daya tambang. Berdasarkan penelitian siklus II ini, subjek
yang mengikuti proses belajar mengajar sebanyak 28 siswa dari 28 siswa
keseluruhan kelas VII D. Hasil belajar siswa pada siklus II tampak adanya
peningkatan dibanding dengan siklus I. Pada siklus ini siswa yang nilainya
meningkat berjumlah 21 siswa. Umtuk lebih jelas lihat tabel 3 berikut:
Tabel 3. Nilai Klasikal Siklus I dan Siklus II
No
Aspek
Nilai
Peningkatan Siklus I Siklus II
1 Nilai rata-rata klasikal 89 91 2
2 Nilai Terendah 68 68
3 Nilai Tertinggi 100 100
4 Presentase Ketuntasan (%) 89,2 92,8 3,6
Dari siklus II ini diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai rata- rata klasikal
91 terdapat peningkatan 2 dibandingkan dengan siklus I, yaitu 89. Persentase
ketuntasan siklus II 92,8% dengan peningkatan 3.6%. Sedangkan untuk siswa yang
tuntas 26 siswa dan yang belum tuntas 2 siswa.
Hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran model Number Head
Together telah mengalami peningkatan. Hasilnya dapat ditunjukkan oleh nilai yang
sudah diperoleh. Nilai dari tiap siklus dapat di lihat dari tabel 4 berikut:
8
Tabel 4. Nilai Klasikal Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No
Aspek
Nilai
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Rata- rata Klasikal 67,7 89 91
2 Nilai Terendah 40 68 68
3 Nilai Tertinggi 92 100 100
Pada grafik 4, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata- rata klasikal
pada pra siklus dan siklus I yaitu 67,7 menjadi 89 dengan presentase 21,3%. Nilai
rata- rata klasikal pada siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan dari 89
menjadi 91 dengan presentase naik 2 angka. Nilai terendah pada pra siklus sebesar
40 menjadi 68 pada siklus I, pada siklus II nilai terendah tetap 68. Nilai tertinggi
pada pra siklus yaitu 92, dan pada siklus I dan siklus II yaitu 100.
Ketuntasan klasikal kelas dari tiap siklus mengalami peningkatan. Presentase
ketuntasan klasikal siswa pada mata pelajaran IPS dapat dilihat pada tabel 5 berikut
ini:
Tabel 5. Presentase Ketuntasan Klasikal
No
Tahap Perbaikan
Presentase
Belum Tuntas Tuntas
1 Pra Siklus 67,8% 32,1%
2 Siklus I 7,14% 92,8%
3 Siklus II 7,14% 92,8%
Dilihat dari presentase ketuntasan klasikal pada pra siklus sebesar 32,1%
meningkat menjadi 92,8% pada siklus I dan siklus II yaitu 92,8%. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model Number Head
Together dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS.
Setelah siklus I dan siklus II terlaksana, maka peneliti menemukan beberapa
kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Number Head Together, kelebihan
model pembelajaran NHT mampu membuat suasana belajar yang aktif dan
menyenangkan, sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dan mampu meningkatkan presentase hasil belajar siswa mencapai
92,8%.
9
Adapun kelemahan dalam model pembelajaran NHT yaitu, waktu yang
tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak main dalam kegiatan
pembelajaran. Pada kelas yang besar (30 siswa) jika kurang bijaksana maka yang
akan timbul adalah suasana yang ramai dan tidak terkendali, sehingga diperlukan
bimbingan guru yang ekstra untuk melakukan kegiatan.
Penutup
Berdasarkan penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: Pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS mengalami
peningkatan, stelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model
pembelajaran Number Head Together. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata- rata
klasikal pada pra siklus 67,7 ( tanpa model pembelajaran Number Head Together)
menjadi 89 (siklus I) dan 91 (siklus II) setelah menggunakan model pembelajaran
Number Head Together. Presentase ketuntasan belajar klasikal mengalami
peningkatan sebesar 92,8%. Dalam penelitian ini masih ada 2 siswa yang belum
tuntas sesuai KKM (71).
Bagi guru mata pelajaran IPS hendaknya dapat menerapkan model- model
pembelajaran aktif supaya menarik perhatian siswa dan menghilangkan kebosanan
dalam proses pembelajaran. Diperlukan adanya kajian lebih mendalam tentang
model pembelajaran Number Head Together untuk menuju kesempurnaan,
sehingga diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan karena
bermanfaat bagi guru dan bagi siswa.
Daftar Pustaka
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya:
Kencana Prenada
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Grafindo Persada
Nana Sudjana. 1987. Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo