upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas ix materi
TRANSCRIPT
Serambi Akademica
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora
Vol. 9, No. 4,
Mei 2021
pISSN 2337–8085
eISSN 2657- 0998
538
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX Materi Teks
Discussion Pelajaran Bahasa Inggris Melalui Model Pembelajaran Focus
Group Discussion Pada SMP Negeri 2 Tangse Kabupaten Pidie
Junaidi
Guru SMP Negeri 2 Tangse Kabupaten Pidie
Email : [email protected]
ABSTRAK
Pembelajaran bahasa Inggris di SMP/MTs ditargetkan agar peserta didik dapat
mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari. Dalam proses pembelajaran bahasa inggris
masih sering dijumpai adanya kecenderungan siswa yang tidak mau bertanya kepada
guru meskipun mereka sebenarnya belum mengerti tentang materi yang
disampaikan. Penelitan ini bertujuan mengkaji sejauh mana efektif Pembelajaran
Metode Focus Group Discussion terhadap peningkatan motivasi belajar siswa bidang
studi Bahasa Inggris. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX Tahun Pelajaran
2017-2018. Siswa berjumlah 25 orang, terdiri 13 siswa putra dan 12 siswa putri.
Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari;
“perencaaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini meliputi : hasil belajar siswa, observasi terhadap aktifitas selama
pembelajaran, hasil post tes yang diberikan dan refleksi dari lembar kuis refleksi.
Observasi kinerja guru dalam pembelajaran dengan metode Focus Group Discussion
dan refleksi dari mitra peneliti, yang diambil pada setiap akhir siklus. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa akitivitas Guru meningkat dengan baik yaitu
mencapai (standar skor “baik”) sudah menguasai dan menerapkan model Focus
Group Discussion dalam pembelajaran dan pada akhir siklus 2 pada umumnya sudah
berkisar pada (standar Skor” sangat baik ). Partisipasi siswa saat KBM pada
petemuan pertama siklus 1 masih rendah (berkisar pada standar”cukup), tetapi
pada pertemuan kedua siklus satu mulai meningkat( standar skor “baik”)dan suasana
kelas semakin harmonis. Pada Akhir silkus 2 pada umumnya siswa sudah berpartisi
“sangat baik” pada saat KMB. Hasil belajar siswa pada akhir Siklus 1 semakin
meningkat menjadi 16 dari 25 siswa (64%) yang mencapai nilai standar ketuntasan
belajar dibanding sebelum PTK berlangsung dari 25 siswa, 15 (60%) siswa yang
tuntas. Pada akhir siklus 2 semakin membaik yaitu mencapai 20 dari 24 siswa (80%)
mencapai standar ketuntasan belajar, nilai mereka rata-rata di atas KKM: 70.
Memperhatikan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
pemebelajaran Focus Group Discussion, terbukti dapat meningkatkan
profesionalisasi guru, partisipasi dan hasil belajar siswa di kelas IX SMP Negeri 2
Tangse Kabupaten Pidie.
Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Teks Discussion, Model Pembelajaran Focus
Gruop Discussion
Serambi Akademica
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora
Vol. 9, No. 4,
Mei 2021
pISSN 2337–8085
eISSN 2657- 0998
539
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah realitas komunikasi, proses pengiriman pesan dari guru ke
peserta didik maupun sebaliknya terjadi selama proses pembelajaran di dalam kelas
maupun di luar kelas. Sebagai proses penyampaian informasi dan pengetahuan, peran
penting komunikasi juga menjadi niscaya dalam pendidikan sebab proses pembelajaran
adalah proses komunikasi (Naim, 2011:6).
Pendidikan memiliki beberapa variabel, salah satunya yaitu instruksional atau
pembelajaran. Menurut Usman (2012:12) bahwa: “pembelajaran adalah inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu”. Pembelajaran melibatkan banyak komponen didalamnya
seperti guru, siswa, media dan lain sebagainya. Proses pembelajaran merupakan realitas
komunikasi dan setiap komunikasi disadari ataupun tidak, mesti memiliki tujuannya
masing-masing. Komunikasi dalam proses pembelajaran memiliki tujuan khusus yaitu
untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Pesan-pesan tersebut kebanyakan
disampaikan dalam proses pembelajaran di kelas.
Menurut Depdiknas dalam Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006: Bahasa Inggris
merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Bahasa Inggris merupakan
ilmu yang termasuk rumpun verbalistik, linguistik dan sastra, oleh karenanya bahasa
Inggris mempunyai karakteristik sama dengan pembelajaran bahasa lainnya.
Karakteristik tersebut adalah kreatifitan keteladanan dalam mengulang dan mempelajari
kaidah-kaidah kalimat, bahasa dan kosa kata. Bahasa Inggris merupakan ilmu yang pada
awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan pengalaman dan proses komunikasi
harian namun pada perkembangan selanjutnya bahasa Inggris juga diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Bahasa Inggris adalah ilmu yang mencari
kesesuaian atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana yang berkaitan dengan
komposisi komunikasi, struktur kalimat dan sifat, perubahan pengucapan, dan aturan-
aturan penggunaan kata-kata. Oleh sebab itu, mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP
mempelajari segala sesuatu tentang tata bahasa, aturan penggunaan kalimat dan kata,
serta pembahasan kalimat dan ungkapan dalam komunikasi. Menurut Mardliyah, dkk
(2014: 146) “pembelajaran bahasa Inggris di SMP/MTs ditargetkan agar peserta didik dapat
mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan
masalah sehari-hari.” Berdasarkan pengalaman, hasil observasi dan diskusi dengan beberapa guru mata
pelajaran bahasa inggris, rendahnya hasil belajar siswa selama ini disebabkan karena
proses pembelajaran bahasa inggris masih didominasi oleh guru sehingga keaktifan
siswa dalam kelas masih kurang. Dalam proses pembelajaran bahasa inggris masih sering
dijumpai adanya kecenderungan siswa yang tidak mau bertanya kepada guru meskipun
mereka sebenarnya belum mengerti tentang materi yang disampaikan. Tetapi ketika guru
menanyakan bagian mana yang belum mereka mengerti seringkali siswa hanya diam, dan
setelah guru memberikan soal latihan barulah guru mengerti bahwa sebenarnya ada
bagian dari materi yang belum dimengerti siswa.
Junaidi
540
Kondisi kelas IX SMP Negeri 2 Tangse berdasarkan segi kepemilikan buku tidak
menjadi masalah yang serius untuk dihadapi karena sudah ada pasokan buku pelajaran
dari dinas terkait untuk setiap perpustakaan sekolah. Siswa sudah bisa mengakses dan
meminjam buku untuk setiap mata pelajaran tertentu. Berdasarkan pengalaman guru,
didapati suasana kelas yang ada kalanya monoton pada setiap pembelajaran
dilaksanakan, terlihat dari rendahnya keinginan siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan, nilai hasil belajar rendah, dengan persentase siswa yang tuntas belajar kurang
dari 50% saja pada setiap ulangan dilaksanakan. Menurut Rusmajadi (2010:35),
pembelajaran Bahasa Inggris dengan cara yang monoton kurang memberi kesempatan
kepada siswa berinteraksi dengan siswa yang lain.
Untuk memecahkan permasalahan tersebut, dalam melaksanakan proses belajar
mengajar diperlukan langkah-langkah sistematis untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Hal yang harus dilakukan adalah dengan menggunakan metode pembelajaran
yang cocok dengan kondisi siswa agar siswa dapat berpikir kritis, logis, dan dapat
memecahkan masalah dengan sikap terbuka, kreatif, dan inovatif. Supriyono (2009:1)
mendefinisikan metode pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran dikenal berbagai model
pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran. (Komulasari, 2010:57)
Salah satu model pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif tipe Focus Gruop
Discussion (FGD). menurut Paramita dan Kristiana (2013:118) FGD adalah bentuk
diskusi yang didesain untuk memunculkan informasi mengenai keinginan, kebutuhan,
sudut pandang, kepercayaan dan pengalaman yang dikehendaki peserta. Bentuk Focus
Gruop Discussion seperti diskusi terfokus dari suatu grup untuk membahas suatu
masalah tertentu dalam suasana informal dan santai. Jumlah pesertanya bervariasi antara
8-12 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator.
Dalam penelitian yang dilakukan ini, peneliti memilih metode dengan cara Focus
Gruop Discussion selain masih rendahnya hasil belajar, metode ini memungkinkan siswa
mengungkapkan pendapat, mengeksplorasi pengetahuan dan menciptakan suasana
emosional yang kuat dalam menyelesaikan suatu masalah pembelajaran dengan
mengumpulkan setiap ide dan pemikiran dari setiap anggota grup. Metode ini juga
meningkatkan kreatifitas siswa dalam mengekspresikan kemampuan berbahasa yang
sebelumnya sudah dipelajari dan memudahkan pengembangan labirin pikiran siswa
untuk lebih kritis dalam berfikir.
Berdasarkan uraian tersebut melalui penelitian ini diujicobakan model
pembelajaran Focus Gruop Discussion untuk meningkatkan motivasil belajar dan
aktivitas belajar siswa kelas IX semester I SMP Negeri 2 Tangse Kabupaten Pidie Tahun
Pelajaran 2017/2018 khususnya materi Text Discussion.
Serambi Akademica
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora
Vol. 9, No. 4,
Mei 2021
pISSN 2337–8085
eISSN 2657- 0998
541
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan Oktober sampai dengan
bulan Desember 2017 di SMP Negeri 2 Tangse yaitu pada kelas IX semester I. Subjek
yang dimaksud tindakan dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IX yang
berjumlah 25 siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan adanya
siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada siklus pertama terdiri dari 2
kali tatap muka dan siklus kedua terdiri dari 1 kali tatap muka. Alokasi waktu untuk
setiap tatap muka adalah 3 jam pelajaran.
Teknik pengumpulan data dengan cara tes hasil belajar, observasi guru dan siswa,
dan angket. Alat pengumpulan datanya adalah: a. Lembar tes hasil belajar, b. Lembar
observasi aktivitas siswa dalam kelompok, c. Lembar observasi guru dalam proses
pembelajaran, d. Lembar kuisioner refleksi siswa terhadap pembelajaran, e. Catatan
lapangan. Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis
deskriptif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian Siklus I
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran dan menyiapkan instrumen penelitian (lembar observasi guru
dan siswa, kuisioner angket refleksi siswa, lembar tes hasil belajar siswa), menyiapkan
sumber belajar berupa materi diskusi (hand out); lembar kerja siswa (LKS), merancang
pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 sampai 7 siswa dengan
memperhatikan penyebaran kemampuan siswa berdasarkan syarat terlaksananya FGD,
dan mengembangkan skenario pembelajaran Focus Gruop Discussion sebagaimana yang
tercantum dalam RPP. Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada siklus I,
guru melakukan apersepsi, memberikan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki
materi Text Discussion, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
menjelaskan materi pelajaran secara ringkas (± 15 menit), menjelaskan langkah kerja
model pembelajaran Focus Gruop Discussion, mengarahkan siswa agar duduk sesuai
kelompok yang ditentukan.
Guru membagikan LKS, hand out kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi mengerjakan LKS, setiap kelompok
diharuskan memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut. Pada saat
siswa berdiskusi, guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok
yang mengalami kesulitan, serta memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam
diskusi kelompok. Setelah waktu diskusi selesai, setiap kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompok. Guru kemudian menyebut sebuah nama kelompok dan kelompok
yang disebutkan maju mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok lain juga bersiap-siap
memberikan presentasi ataupun masukan. Tiap kelompok memperhatikan dan bila
kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika terjadi perbedaan pendapat maka kelompok
Junaidi
542
lain diberi kesempatan untuk menanggapi (memberi masukan dan jawaban). Selanjutnya,
dilakukan diskusi kelas untuk membuat kesimpulan di akhir kegiatan, sekaligus
menentukan kelompok mana yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memberi
kesempatan pada masing-masing ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti
memberikan penghargaan dengan tepuk tangan bersama siswa pada kelompok terbaik.
Pada saat yang sama, kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi
instrumen yang sudah disiapkan meliputi: pengamatan kegiatan guru, pengamatan
kegiatan siswa saat kegiatan belajar mengajar. Di akhir siklus, peneliti memberikan tes
hasil belajar dan meminta siswa mengisi angket refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut.
a. Hasil Observasi Kinerja Guru
Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus I dapat
dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I No. Aktivitas Penilaian Arti
1. (1) Baik Melakukan apersepsi melalui tanya jawab dengan tehnik dan intonasi yang
baik, yang memunculkan pengetahuan awal siswa.
2. (2) Cukup Memberikan motivasi yang membangkitkan keinginan siswa untuk
mengikuti pembelajaran namun belum maksimal.
3. (3) Baik Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan suara keras namun perhatian
hanya ditujukan kepada sebagian siswa.
4. (4) Baik Menjelaskan langkah-langkah PBM dengan memperkenal-kan model
pembelajaran Focus Gruop Discussion namun belum secara runtut.
5. (5) Baik Mengorganisir siswa kedalam kelompok dan mengarahkan sebagian
kelompok.
6. (6) Baik Melakukan pengamatan dari depan kelas, sesekali berjalan ke belakang
kelas.
7. (7) Baik Menanyakan kesulitan dalam kelompok dan mengarahkan jika ada siswa
yang bertanya.
8. (8) Baik Membimbing siswa/kelompok yang bertanya pada guru.
9. (9) Baik Menuntun siswa yang melakukan presentasi.
10. (10) Baik Menuntun siswa yang menanggapi, atau menyanggah hasil presentasi.
11. (11) Baik Membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui
diskusi kelas namun belum melibatkan semua kelompok.
12. (12) Baik Melakukan pengembangan materi / penguatan
13. (13) Baik Memberi penghargaan kepada kelompok yang dinilai berhasil.
14. (14) Cukup Memberikan motivasi kepada kelompok yang belum berhasil namun masih
sebagian kelompok saja.
15. (15) Baik Memberi tugas yang berhubungan dengan materi yang dibahas.
16. (16) Baik Melaksanakan kuis secara individu
Dari hasil di atas diperoleh persentase kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran sebesar 71,87 % dengan skor terendah 2 dan skor tertinggi 3. Dalam
kegiatan inti, yang dilakukan guru meliputi mengorientasi siswa dalam pembelajaran,
dalam hal ini guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan.
Siswa dalam kelompoknya melakukan kegiatan dengan bimbingan guru, namun
demikian bimbingan guru masih belum merata pada setiap kelompok. Guru lebih banyak
Serambi Akademica
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora
Vol. 9, No. 4,
Mei 2021
pISSN 2337–8085
eISSN 2657- 0998
543
memberikan bimbingan kepada kelompok yang aktif bertanya, sedangkan kelompok
yang cenderung pasif hanya mendapat bimbingan guru secara sekilas. Selain itu, guru
belum dapat mengalokasikan waktu secara baik, ini dikarenakan belum terbiasanya guru
dalam menerapkan model pembelajaran Focus Group Discussion. Pada kegiatan
penutup guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan. Namun dalam menarik
kesimpulan kebanyakan masih dilakukan oleh guru, sehingga siswa belum terbiasa
berpikir sendiri. Secara umum, pada siklus I ini guru masih mendominasi pembelajaran.
Persentase aktivitas guru pada siklus I cukup baik yaitu sebesar 68,75% pada pertemuan
1, Persiapan guru sudah cukup matang dan selama proses pembelajaran berlangsung guru
sudah berusaha untuk menerapkan model pembelajaran Focus Gruop Discussion sesuai
dengan RPP yang telah dibuat. Namun hal ini perlu ditingkatkan lagi pada siklus II
dengan perbaikan-perbaikan seperti pemerataan bimbingan pada setiap kelompok, serta
memberi kesempatan pada siswa untuk terbiasa berpikir sendiri. Selain itu diupayakan
untuk merancang kembali alokasi waktu yang tepat pada skenario pembelajaran sehingga
sesuai dengan alokasi waktu pada saat di lapangan.
b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada table 2 berikut :
Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No. Aktivitas Persentase /
Penilaian Arti
1. (1) 25% - 50%
Cukup
Masih sedikit yang memperhatikan penjelasan guru, kebanyakan dari
mereka masih asing dengan metode pembelajaran yang sedang
dilaksanakan.
2. (2) < 25%/ Kurang Masih sedikit yang mau bertanya tentang materi.
3. (3) 25% - 50%
Cukup
Siswa belum dapat mengkondisikan dirinya dengan baik ke dalam
kelompok yang telah dibentuk.
4. (4) 25% - 50%
Cukup
Siswa belum menunjukkan antusias terhadap pembelajaran setelah
dimotivasi oleh guru.
5. (5) 25% - 50%
Cukup
Sifat individual masih ada sehingga banyak siswa yang kemampuannya
kurang, malu untuk memberikan pendapat.
6. (6) 25% - 50%
Cukup
Siswa yang kemampuannya lebih, masih enggan bekerjasama dengan
teman sekelompoknya.
7. (7) 25% - 50%
Cukup
Hanya sebagian siswa berpartisipasi dalam diskusi kelompok.
8. (8) 25% - 50%
Cukup
Masih sedikit kelompok yang mampu mempresentasikan pekerjaannya
dengan baik.
9. (9) < 25%
Kurang
Hanya sedikit yang memberikan tanggapan, bertanya atau menyanggah
hasil presentasi kelompok lain.
10. (10) 25% - 50%
Cukup
Masih sedikit kelompok yang turut memberi pendapat dalam membuat
kesimpulan terhadap hasil pemecahan masalah.
11. (11) 50% - 75%
Baik
Sudah banyak yang senang terhadap penghargaan oleh guru.
Dari hasil di atas, persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran sebesar 47,73%
dengan skor terendah 1 dan skor tertinggi 3. Pada siklus I, menunjukkan peningkatan
aktifitas belajar siswa. Seperti meningkatnya antusias dan motivasi siswa dalam
Junaidi
544
mengikuti pembelajaran, karena dorongan dan pemberian motivasi oleh guru. Untuk
kerja kelompokpun menunjukkan aktivitas, seperti meningkatnya diskusi dan tanya
jawab antar teman dalam kelompok, serta memberi pendapat tentang hasil yang
dipresentasikan. Selain itu dalam mengkaji ulang/melakukan evaluasi dan membuat
kesimpulan juga semakin meningkat namun ini belum menunujukkan aktivitas yang
optimal sesuai dengan yang diharapkan sehingga perlu ditingkatkan.
Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas siswa, keaktifan siswa pada
pertemuan pertama sebesar 47,73% dan pada pertemuan kedua 63,64%. Hasil ini masih
jauh dari indikator kaberhasilan yang ditetapkan sebanyak 80%. Hal ini disebabkan
antara lain siswa masih kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat maupun
bertanya, dan masih canggung untuk bekerja dalam kelompok. Selain itu pengawasan
tingkah laku siswa dalam melakukan diskusi kelompok masih kurang, terlihat masih
adanya siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
Siswa yang ditunjuk mewakili kelompok untuk menyajikan hasil diskusi masih
terlihat ragu-ragu dan kurang menguasai materi hasil diskusi kelompoknya, suaranya
juga kurang keras. Dengan kurangnya penguasaan materi siswa penyaji, berarti
pembelajaran Focus Gruop Discussion belum terlaksana dengan baik. Karena, dalam
pelaksanaan pembelajaran Focus Gruop Discussion siswa berdiskusi dan menyatukan
pendapat mereka, dan memastikan semua anggota kelompok paham dengan diskusi
tersebut. Siswa yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan untuk mengajari teman
sekelompok yang kemampuannya kurang sehingga ketika guru menunjuk sebuah nomor
secara acak, siswa yang ditunjuk selalu siap maju mewakili kelompoknya
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Selain itu, pada saat siswa penyaji selesai
presentasi, terlihat masih sedikit kelompok lain yang menanggapi.
Kekurangan aktivitas dalam pembelajaran tersebut perlu adanya perbaikan dengan
memberikan dorongan motivasi kepada siswa untuk bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan tugas, menyatukan pendapat, tidak boleh mengganggu teman serta
melakukan diskusi secara aktif dan memberi pujian bagi siswa yang bertanya dan
menjawab pertanyaan. Guru harus mampu memberi perhatian serta motivasi terhadap
kegiatan siswa dalam kelompoknya. Permasalahan ini akan diupayakan perbaikan pada
siklus II.
c. Hasil Belajar Siswa
Setelah dilakukan analisis data hasil tes siklus I dengan materi pelajar mengenal
teks Text Discussion diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 58,75. Siswa yang tuntas
sebanyak 16 (64%), siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 orang (36%) dengan nilai
tertinggi 86 dan nilai terendah 35. Pada siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar siswa
sebesar 58,75. Ketuntasan belajar klasikal sebesar 60,71% atau keseluruhan anak belum
tuntas belajar dengan mendapatkan nilai dibawah KKM ≥ 68. Dengan demikian hasil
belajar belum tercapai, oleh karena itu perlu diadakan upaya perbaikan pada siklus 2
dengan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran, dan bila perlu dengan
memberikan penghargaan yang berbentuk benda, seperti memberikan bolpoin pada
Serambi Akademica
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora
Vol. 9, No. 4,
Mei 2021
pISSN 2337–8085
eISSN 2657- 0998
545
semua anggota kelompok terbaik, menyediakan sumber belajar berupa fotokopi materi
atau meminjamkan buku ajar.
d. Hasil Analisis Angket Siswa
Tanggapan siswa tentang pembelajaran dilakukan pada setiap akhir siklus. Hasil
tanggapan siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dapat dilihat pada
tabel 3 berikut :
Tabel 3. Hasil Angket Refleksi Siswa Siklus I
No. Aspek yang Diamati Frekuensi
Jawaban Persentase
1. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran dengan model Focus Gruop Discussion
a. Menyenangkan 20 80%
b. Tidak menyenangkan 3 12%
c. Ragu-ragu 2 8%
2. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan dengan kerja kelompok.
a. Menyenangkan 18 72%
b. Tidak menyenangkan 3 12%
c. Ragu-ragu 4 16%
3. Pernyataan siswa bahwa model Focus Gruop Discussion membuat siswa berani
mengemukakan pendapat.
a. Ya 12 48%
b. Tidak 8 32%
c. Ragu-ragu 5 20%
4. Pernyataan siswa bahwa pembelajaran dengan model Focus Gruop Discussion membuat siswa
mudah memahami pelajaran
a. Ya 19 76%
b. Tidak 3 12%
c. Ragu-ragu 3 12%
5. Pernyataan siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran
a. Ya 4 16%
b. Tidak 12 48%
c. Ragu-ragu 9 36%
Berdasarkan perolehan hasil angket siswa di atas terlihat bahwa secara umum siswa
memberikan respon positif atas pembelajaran yang telah dilakukan. Sebanyak 80% siswa
mengaku merasa senang dengan pembelajaran Focus Gruop Discussion, 72% siswa
terdorong untuk berani mengemukakan pendapat walaupun terdapat siswa yang masih
mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, 12% kurang berani berpendapat.
Hal ini yang turut mendorong dilanjutkannya tindakan pada siklus II. Dengan demikian,
dari hasil observasi dan refleksi siklus I dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil
belajar siswa belum memenuhi indikator keberhasilan. Hal ini akan diperbaiki pada
pembelajaran siklus II.
2. Hasil Penelitian Siklus II
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran yaitu: membuat Focus Gruop Discussion teks Text
Junaidi
546
Discussion., menyiapkan instrumen penelitian (lembar observasi guru dan siswa,
kuisioner angket refleksi siswa, lembar tes hasil belajar siswa), menyiapkan sumber
belajar berupa materi diskusi (hand out); lembar kerja siswa (LKS), merancang
pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan memperhatikan
penyebaran kemampuan siswa berdasarkan nilai ulangan materi sebelumnya, dan
mengembangkan skenario pembelajaran Focus Gruop Discussion sebagaimana yang
terantum dalam RPP. Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada siklus II,
guru melakukan apersepsi, memberikan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki
materi Text Discussion, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
menjelaskan materi pelajaran secara ringkas (± 15 menit), mengingatkan kembali
langkah kerja model pembelajaran Focus Gruop Discussion, mengarahkan siswa agar
duduk sesuai kelompok yang ditentukan, memberi nomor yang berbeda-beda pada tiap
siswa dalam kelompoknya.
Guru membagikan LKS, hand out kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi mengerjakan LKS, setiap kelompok
diharuskan memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut. Pada saat
siswa berdiskusi, guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok
yang mengalami kesulitan, serta memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam
diskusi kelompok. Setelah waktu diskusi selesai, kelompok harus mempresentasikan
hasil diskusi kelompok. Guru kemudian menyebut salah satu kelompok dan kelompok
yang disebutkan maju mempresentasikan hasil diskusi yang diwakili oleh seorang
anggotanya. Kelompok lain juga bersiap-siap memberikan presentasi ataupun masukan.
Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika
terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi
(memberi masukan dan jawaban). Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk membuat
kesimpulan di akhir kegiatan, sekaligus menentukan kelompok mana yang terbaik
menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada masing-masing ketua
kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan penghargaan dengan
memberikan hadiah bolpoin pada semua anggota dari kelompok yang terbaik.
Pada saat yang sama, kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi
instrumen yang sudah disiapkan meliputi: pengamatan kegiatan guru, pengamatan
kegiatan siswa saat kegiatan belajar mengajar. Di akhir siklus, peneliti memberikan tes
hasil belajar dan meminta siswa mengisi angket refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut.
a. Hasil Observasi Kinerja Guru
Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus II dapat
dilihat pada tabel 4 berikut:
Tabel 4. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II
No. Aktivitas Penilaian Arti
1. (1) Baik Melakukan apersepsi melalui tanya jawab dengan tehnik dan intonasi yang
baik, yang memunculkan pengetahuan awal siswa.
2. (2) Baik Memberikan motivasi untuk membangkit kan keinginan siswa dalam
mengikuti pembelajaran sudah baik.
Serambi Akademica
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora
Vol. 9, No. 4,
Mei 2021
pISSN 2337–8085
eISSN 2657- 0998
547
3. (3) Sangat Baik Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan suara keras dan pandangan
ditujukan kepada seluruh siswa.
4. (4) Sangat Baik Menjelaskan langkah-langkah PBM dengan memperkenal-kan model
pembelajaran NHT secara runtut dan jelas.
5. (5) Sangat Baik
Mengorganisir siswa kedalam kelompok, memberi nomor yang berbeda-
beda kepada setiap siswa di dalam kelompoknya dan mengarahkan semua
kelompok.
6. (6) Sangat Baik Melakukan pengamatan dengan berkeliling dari depan dan belakang kelas.
7. (7) Sangat Baik Menanyakan kesulitan dalam kelompok dan mengarahkan siswa ke jawaban
yang benar jika ada siswa yang bertanya.
8. (8) Sangat Baik Membimbing siswa/kelompok yang bertanya pada guru, dengan perhatian
juga ditujukan kepada seluruh kelompok.
9. (9) Baik Menuntun siswa yang melakukan presentasi.
10. (10) Baik Menuntun siswa yang menanggapi, atau menyanggah hasil presentasi.
11. (11) Sangat Baik Membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui
diskusi kelas dengan melibatkan semua kelompok.
12. (12) Baik Melakukan pengembangan materi / penguatan
13. (13) Sangat Baik Memberi penghargaan kepada kelompok yang dinilai berhasil.
14. (14) Baik Memberikan motivasi kepada kelompok yang belum berhasil.
15. (15) Baik Memberi tugas / PR mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan
materi yang dibahas.
16. (16) Baik Melaksanakan kuis secara individu
Dari hasil di atas diperoleh persentase kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran sebesar 87,5 % dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi 4. Pencapaian
hasil belajar siswa yang diharapkan seperti yang ditetapkan dalam indikator keberhasilan
tidak terlepas dari peran guru dalam proses pembelajaran, mengingat guru merupakan
salah satu komponen yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil lembar
aktivitas guru pada siklus II, dapat diketahui guru semakin matang dalam menerapkan
model pembelajaran Focus Gruop Discussion. Guru sudah melakukan perbaikan-
perbaikan seperti pemerataan bimbingan pada setiap kelompok, tidak mendominasi
pembelajaran dengan memberi kesempatan pada siswa untuk terbiasa berpikir sendiri,
serta sudah dapat mengatur alokasi waktu dengan baik. Selain itu, pada siklus II ini guru
memberikan penghargaan ”alat-alat tulis” kepada kelompok yang sudah berhasil
menjawab pertanyaan atau yang memperoleh nilai terbaik. Guru juga sudah memotivasi
siswa yang belum berhasil dengan menyediakan sumber belajar berupa fotokopi materi
atau meminjami buku ajar. Kemampuan guru seperti mengorientasi siswa dalam
pembelajaran, membimbing diskusi, mengarahkan presentasi, dan membimbing siswa
menyimpulkan hasil diskusi sudah meningkat ditandai dengan tingginya persentase hasil
observasi sebesar 87,5%.
b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 5 berikut :
Tabel 5. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
No. Aktivitas Persentase /
Penilaian Arti
1. (1) 50% - 75% 2 - 3 kelompok memperhatikan penjelasan guru, mereka sudah mulai
Junaidi
548
Baik terbiasa dengan metode pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
2. (2) 25% - 50%
Cukup
3 - 4 kelompok sudah mau bertanya tentang materi.
3. (3) > 75%
Sangat Baik
Siswa sudah dapat mengkondisikan dirinya ke dalam kelompok yang telah
dibentuk.
4. (4) 50% - 75%
Baik
Siswa sudah menunjukkan antusias terhadap pembelajaran setelah
dimotivasi oleh guru.
5. (5) > 75%
Sangat Baik
Kerjasama antar kelompok sudah terlihat karena siswa bersama-sama
menyatukan pendapat dan berusaha mencari jawaban yang benar.
6. (6) 50% - 75%
Baik
Siswa yang kemampuannya lebih, mau bekerjasama dengan teman
sekelompoknya.
7. (7) 50% - 75%
Baik
Hampir semua siswa berpartisipasi dalam diskusi kelompok.
8. (8) 50% - 75%
Baik
4 – 5 kelompok sudah mampu mempresentasi kan pekerjaannya dengan
baik.
9. (9) 50% - 75%
Baik
2 - 3 kelompok yang memberikan tanggapan, bertanya atau menyanggah
yang dipresentasikan.
10. (10) 25% - 50%
Baik
2 - 3 kelompok yang turut memberi pendapat dalam membuat kesimpulan
terhadap hasil pemecahan masalah.
11. (11) 50% - 75%
Baik
Sudah banyak yang senang terhadap penghargaan oleh guru.
Dari hasil di atas, persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran sebesar 75,00%
dengan skor terendah 2 dan skor tertinggi 4. Pada siklus II aktivitas siswa lebih
meningkat lagi dibandingkan dengan siklus I. Ditandai dengan perolehan persentase hasil
observasi yang tinggi yaitu sebesar 75,00%. Hal ini menunjukkan siswa dalam
melakukan aktivitas yang diharapkan lebih banyak dibandingkan dengan siklus I. Siswa
sudah lebih terarah pada kerjasama kelompok, meningkatnya diskusi dan tanya jawab
dalam kelompok serta lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya, ditandai dengan
adanya siswa yang bertanya serta menjawab pertanyaan. Siswa juga telah bekerja sama
dengan kelompoknya secara baik, siswa yang pandai sudah mulai menularkan idenya
kepada siswa lain yang masih kurang, sehingga semua anggota kelompok memahami
diskusi. Hal ini sudah sesuai dengan apa yang diharapkan dalam pembelajaran Focus
Gruop Discussion bahwa siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan /
tugas dari guru dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Siswa yang ditunjuk untuk menyajikan hasil diskusi sudah terlihat menguasai materi. Ini
berarti bahwa pembelajaran Focus Gruop Discussion sudah dapat terlaksana dengan baik
c. Hasil Belajar Siswa
Setelah dilakukan analisis data hasil tes siklus II dengan materi pelajaran Text
Discussion dan menggunakan metode belajar Focus Gruop Discussion, diperoleh nilai
rata-rata siswa sebesar 75,25. Siswa yang tuntas sebanyak 20 anak (80%), siswa yang
tidak tuntas sebanyak 5 anak (20%) dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 47. Dari
hasil tes pada siklus II terdapat peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari perolehan rata-rata
hasil tes yang diberikan kepada siswa pada siklus II adalah sebesar 75,25. Ketuntasan
belajar secara klasikal sebesar 80,43% atau sebanyak 20 anak memperoleh nilai ≥ 76.
Serambi Akademica
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora
Vol. 9, No. 4,
Mei 2021
pISSN 2337–8085
eISSN 2657- 0998
549
Dengan demikian hasil belajar pada siklus II ini sudah sesuai dengan indikator
keberhasilan yang ditetapkan, sehingga tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya.
d. Hasil Analisis Angket Siswa
Tanggapan siswa tentang pembelajaran dilakukan pada setiap akhir siklus. Hasil
tanggapan siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II dapat dilihat pada
tabel 6 berikut :
Tabel 6. Hasil Angket Refleksi Siswa Pada Siklus II
No. Aspek yang Diamati Frekuensi
Jawaban Persentase
1. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran dengan model Focus Gruop Discussion
A. Menyenangkan 20 80%
B. Tidak menyenangkan 1 4%
C. Ragu-ragu 4 16%
2. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan dengan kerja kelompok.
A. Menyenangkan 22 88%
B. Tidak menyenangkan 1 4%
C. Ragu-ragu 2 8%
3. Pernyataan siswa bahwa model Focus Gruop Discussion membuat siswa berani
mengemukakan pendapat.
A. Ya 18 72%
B. Tidak 2 8%
C. Ragu-ragu 5 20%
4. Pernyataan siswa bahwa pembelajaran dengan model Focus Gruop Discussion membuat
siswa mudah memahami pelajaran
A. Ya 20 80%
B. Tidak 2 8%
C. Ragu-ragu 3 12%
5. Pernyataan siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran
A. Ya 4 16%
B. Tidak 17 52%
C. Ragu-ragu 8 32%
Seperti pada siklus II, secara umum siswa memberikan respon positif atas
pembelajaran yang telah dilakukan. Sebanyak 82,14% siswa mengaku merasa senang
dengan pembelajaran Focus Gruop Discussion, 64,29% siswa terdorong untuk berani
mengemukakan pendapat, 71,42% siswa mengaku mudah memahami pelajaran. Terdapat
siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran serta kurang
berani mengemukakan pendapat, namun persentasenya kecil.
PENUTUP
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Hasil belajar siswa kelas IX semester I SMP Negeri 2 Tangse Kabupaten Pidie pada
materi pokok Text Discussion dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran Focus
Junaidi
550
Gruop Discussion, ditunjukkan oleh peningkatan rata-rata nilai tes akhir siswa dari
58,75 pada siklus I menjadi 75,25 pada siklus II, dan ketuntasan belajar siswa
meningkat dari 60,71% pada siklus I menjadi 71,43% pada siklus II.
2. Aktivitas siswa kelas IX semester I SMP Negeri 2 Tangse Kabupaten Pidie pada
materi pokok Teks Text Discussion dapat ditingkatkan melalui model pembelajran
Focus Gruop Discussion.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas 2006. Kepmendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Puskur – Balitbang Depdiknas.
Komulasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Mardliyah, Noor. dkk. 2014. Perbedaan Pengaruh Cooperative Learningtipe Think Pair
Share (THP) dan Metode Konvensional terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran
Bahasa Inggris ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII pada Mts Negeri di
Kabupaten Kudus. Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran. ISSN : 2354-
644. Vol. 2. No. 2. Hlm 145-156.
Naim, Ngainun. 2011. Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan. Yogjakarta: Ar-. Ruzz
Media.
Paramita, A. dan Kristiana, L. (2013). Teknik Focus Group Discussion dalam Penelitian
Kualitatif (Focus Group Discussion Tehnique in Qualitative Research). Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan (Volume 16). Hlm. 117-127.
Rusmajadi, Jodih. 2010. Terampil Berbahasa Inggris. Jakarta: Indeks.
Supriyono, Agus. 2009. Jenis-jenis Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Usman, Husaini. 2012. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.