upaya guru pendidikan agama islam dalam
TRANSCRIPT
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAMMENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Istilah pubertas maupun adolescensia sering di maknai dengan masa
remaja, yakni masa perkembangan sifat tergantung ( dependence ) terhadap
orang tua kearah kemandirian (i ndependence ), minat-minat seksual,
perenungan diri, perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Sedangkan menurut Harold Alberty (1967:86), remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni berlangsung 11-13
tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang .
Sejauh mana remaja dapat mengamalkan nilai-nilai yang di anutnya
dan yang telah dicontohkan kepada mereka? Salah satu tugas
perkembangan yang harus dilakukukan remaja adalah mempelajari apa yang
diharapkan oleh kelompoknya lalu menyesuaikan tingkah lakunya dengan
harapan sosial tanpa bimbingan, pengawasan, motivasi, dan ancaman
sebagaimana sewaktu kecil . Dia juga di tuntut mampu mengendalikan
tingkah lakunya karena dia bukan lagi tanggung jawab orang tua atau guru.
Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun
1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul The
Developmental of model of moral Think and choice in the years 10 to 16.
menyebutkan bahwa tahap-tahap perkembangan moral pada individu dapat
di bagi sebagai berikut:
1. Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi, hal ini semata-mata ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan).
2.[1.] Tingkat Konvensional Pada tingkat ini, anak hanya menurut harapan keluarga, kelompok atau
bangsa. Ia memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri,
tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata.
3. Tingkat Pasca-konvensional
Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan
prinsip moral yang dimiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari
otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan
terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut.
Piaget menyebutkan bahwa masa remaja sudah mencapai tahap
pelaksanan formal dalam kemampuan kognitif. Dia mampu
mempertimbangkan segala kemungkinan untuk mengatasi suatu masalah
dari beberapa sudut pandang dan berani mempertanggung jawabkan.
Sehingga kohlberg juga berpendapat bahwa perkembangan moral
ketiga, moralitas pasca-konvensional harus di capai selama masa remaja.
Sejumlah prinsip di terimanya melalui dua tahap; pertama menyakini bahwa
dalam keyakinan moral harus ada fleksibilitas sehingga memungkinkan
dilakukan perbaikan dan perubahan standar moral bila menguntungkan
semua anggota kelompok; kedua menyesuaikan diri dengan standar sosial
dan ideal untuk menjahui hukuman sosial terhadap dirinya sendiri, sehingga
perkembangan moralnya tidak lagi atas dasar keinginan pribadi, tatapi
mernghormati orang lain.
Akan tetapi pada kenyataan banyak di temukan remaja yang belum
bisa mencapai tahap pasca-konvensional , dan juga pernah di temukan
remaja yang baru mencapai tahap prakonvensional .
Fenomena tersebut banyak di jumpai pada remaja yang pada
umumnya mereka masih duduk di bangku SMA/SMK, seperti:
1. Berperangi tidak terpuji, meremehkan peraturan dan disiplin sekolah
2. Suka berhura-hura dan bergerombol.
3. Mentaati peraturan sekolah, karena takut pada hukuman.
4. Dan tidak jarang kita mendengar perkelahian terjadi antar remaja yang
tidak jelas sebabnya. Bahkan perkelahian dapat meningkat menjadi
permusuhan kelompok, yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak.
Bila ditanyakan kepada mereka, apa yang menyebabkan mereka berbuat
kekerasan sesama remaja, dan apa masalahnya sehingga peristiwa yang
memalukan tersebut terjadi, banyak yang menjawab bahwa mereka tidak
sadar mengapa mereka secepat itu menjadi marah dan ikut berkelahi.
Fenomena di atas menggambarkan bahwa upaya remaja untuk
mencapai moralitas dewasa; mengganti konsep moral khusus dengan
konsep moral umum , merumuskan konsep yang baru dikembangkan ke
dalam kode moral sebagai pedoman tingkah laku, dan mengendalikan
tingkah laku sendiri, merupakan upaya yang tidak mudah bagi mayoritas
remaja.
Menurut Rice (1999), masa remaja adalah masa peralihan, ketika
individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal
penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal
tersebut adalah, pertama hal yang bersifat eksternal , yaitu adanya
perubahan lingkungan. Pada saat ini, masyarakat dunia sedang mengalami
banyak perubahan begitu cepat yang membawa berabagai dampak, baik
positif maupun negatif bagi remaja. Dan kedua adalah hal yang bersifat
internal , yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat relatif lebih
bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and
stress period).
Agar remaja yang sedang mengalami perubahan cepat dalam
tubuhnya itu mampu menyesuaikan diri dengan keadaan perubahan
tersebut, maka berbagai usaha baik dari pihak orang tua, guru maupun
orang dewasa lainnya, amat diperlukan.
Salah satu peran guru adalah sebagai pembimbing dalam tugasnya
yaitu mendidik, guru harus membantu murid-muridnya agar mencapai
kedewasaan secara optimal. Artinya kedewasaan yang sempurna (sesuai
dengan kodrat yang di punyai murid) Dalam peranan ini guru harus
memperhatikan aspek-aspek pribadi setiap murid antara lain kematangan,
kebutuhan, kemampuan, kecakapannya dan sebagainya agar mereka
(murid) dapat mencapai tingkat perkembangan dan kedewasaan yang
optimal.
Untuk itu di samping orang tua guru di sekolah juga mempunyai
peranan penting dalam membantu remaja untuk mengatasi kesulitanya,
keterbukaan hati guru dalam membantu kesulitan remaja, akan menjadikan
remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.
Usaha yang terpenting guru adalah memberikan peranan pada akal
dalam memahami dan menerima kebenaran agama termasuk mencoba
memahami hikmah dan fungsi ajaran agama.
Guru agama yang bijaksana dan mengerti perkembangan perasaan
remaja yang tidak menentu, dapat menggugahnya kepada petunjuk agama
tentang pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang sedang memasuki
masa baligh (puber). Salah satu ketentuan, misalnya dengan memberikan
pengertian tentang berbagai ibadah yang dulu telah dilakukan remaja,
seperti sholat, puasa dan sebagainya, sekarang diberikan hikmah dan makna
psikologis bagi ibadahya tersebut, misalnya makna sholat bagi kesehatan
mentalnya. Ia dapat mengungkapkan perasaan yang galau kepada Allah dan
ia dapat berdo’a memohon ampun atas kekeliuannya, ia boleh minta dan
mengajukan berbagai harapan dan keinginan kepada Allah yang Maha
Mengerti dan Maha Penyayang kepada hamban-Nya.
Dengan pemahaman baru tentang makna dan hikmah ajaran agama
bagi kesehatan mental, dan kepentingan hidup pada umumnya, remaja akan
mampu mengatasi kesulitannya, dan mampu mengendalikan diri.
Dengan kemampuan pengendalian diri ( self control ) yang baik, remaja
di harapkan mampu mengendalikan dan menahan tingkah laku yang bersifat
menyakiti dan merugikan orang lain atau mampu mengendalikan serta
menahan tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang
berlaku. Remaja juga di harapkan dapat mengantisipasi akibat-akibat negatif
yang di timbulkan pada masa stroom and stress period .
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 10 dan 13:
(ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini).Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk .
Berangkat dari kerangka di atas maka peneliti mengambil judul:
“ UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN
SELF CONTROL REMAJA
II. FOKUS PENELITIAN Penelitian ini difokuskan pada Upaya Guru PAI dalam meningkatkan
Self Control siswa yang meliputi tujuan, kegiatan agama dan keagamaan
yang dilakukan dalam meningkatkan self control hasil yang di capai , serta
faktor pendukung dan penghambat.
III. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Pembelajaran Guru PAI di SMK
2. Bagaimanakah Upaya-upaya Guru PAI dalam meningkatkan Self
Control siswa di SMK
3. Hasil apa yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di
SMK?
4. Apa faktor pendukung dan penghambat terhadap Peningkatan Self
Control siswa di SMK
IV. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka Tujuan Penelitian yang ingin di capai adalah:
1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pembelajaran Guru PAI di SMK
2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan upaya-upaya Guru PAI dalam
meningkatkan self control siswa di SMK
3. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan hasil yang di capai dalam
meningkatkan self control siswa di SMK
4. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan
penghambat terhadap peningkatan self control siswa di SMK
V. MANFAAT PENELITIAN
1. Teoritis Penelitian ini di harapkan dapat menunjukkan bahwa pendidikan agama dan
keagamaan yang di lakukan oleh Guru PAI di SMK dapat membentuk self
control siswa.
2. Praktis
Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dalam menentukan kebijakan
lebih lanjut bagi SMK mengenai peranan Guru PAI dalam membantu siswa
siswa membentuk self control yang baik.
VI. LANDASAN TEORI DAN/ ATAU TELAAH PUSTAKA
Untuk memperkuat masalah yang akan di teliti maka penulis mengadakan tela’ah pustaka dengan cara mencari dan menemukan teori-teori yang akan di jadikan landasan penelitian, yaitu:
Self Control (kontrol diri) adalah kemampuan untuk membimbing tingkah
laku sendiri; kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri;
kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah
laku impulsif .
Averill (dalam, Herlina Siwi, 2000) Menyebut kontrol diri dengan sebutan
kontrol personal, yang terdiri dari tiga jenis kontrol, yaitu:
1. Behavior Control (kontrol perilaku), yang terdiri dari dua komponen, yaitu
kemampuan mengatur pelaksanaan ( regulated administration ) dan
kemampuan memodifikasi stimulus ( stimulus modifiability )
2. Cognitive control (kontrol kognitif), yang terdiri dari dua komponen, yaitu
memperoleh informasi ( information gain ) dan melakukan penilaian
( appraisal ).
3. Decisional Control merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil
atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau
disetujuinya, kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik
dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri
individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
Untuk mengukur kontrol diri digunakan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kemampuan mengontrol perilaku
b. Kemampuan mengontrol stimulus
c. Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian
d. Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian.
e. Kemampuan mengambil keputusan.
Pendidikan agama Islam hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak,
sehingga agama Islam itu, benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang
akan menjadi pengendali ( controling ) dalam hidupnya di kemudian hari.
Untuk tujuan pembinaan pribadi itu, maka pendidikan agama hendaknya
diberikan oleh guru yang benar-benar tercermin agama itu dalam sikap,
tingkah laku, gerak-gerik, cara berpakaian, cara berbicara, cara menghadapi
persoalan dan dalam keseluruhan pribadinya. Atau dengan singkat dapat
dikatakan bahwa Pendidikan Agama akan sukses, apabila ajaran agama itu
hidup dan tercermin dalam pribadi guru.
Tiga langkah orang dewasa dalam membangun kontrol diri pada anak, yaitu:
1. langkah pertama adalah memperbaiki perilaku anda, sehingga dapat
memberi contoh control diri yang baik bagi anak dan menunjukkan bahwa
hal tersebut merupakan prioritas.
2. langkah kedua adalah membantu anak menumbuhkan sistem regulasi internal
sehingga dapat menjadi motivator bagi diri mereka sendiri.
3. langkah ketiga mengajarkan cara membantu anak menggunakan kontrol diri
ketika menghadapi godaan dan stres, mengajarkan untuk berfikir sebelum
bertindak sehingga mereka akan memilih sesuatu yang aman dan baik.
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini terkait dengan tela’ah
pustaka terdahulu yang berusaha mengupas pembahasan tentang:
1. Mukh. Nur Sikin, tahun 2002, yang berjudul: Upaya Guru PAI dalam
meningkatkan nilai-nilai Islam di SMU Negeri 5 Yogyakart. Menghasilkan
temuan tentang nilai-nilai agama Islam di Sekolah, meliputi sholat dhuha,
sholat jama’ah dan membaca Al-qur’an melalui kegiatan ekstra kulikuler
keagamaan.
2. Sriyati, tahun 2004, yang berjudul: Upaya Guru PAI dalam pembinaan Akhlak
Siswa di SMK. Menghasilkan temuan tentang pentingnya peranan guru PAI di
SMK dalam menangani perilaku jelek siswa melalui pembelajaran PAI.
3. Dewi Ima Maghfiroh 2004, yang berjudul: Pengaruh Pembelajaran PAI
terhadap ketaatan beribadah siswi tingkat III di, menghasilkan temuan
tentang:
1) Pembelajaran PAI di SMK pada kategori sedang
2) Ketaatan beribadah siswi tingkat III di SMK pada kategori sedang.
3) Ada pengaruh yang signifikan anatara pembelajaran PAI dengan ketaatan
beribadah siswi tingkat III SMK. Karena pembelajaran PAI selain berdasakan
kurikulum yang di tetapkan juga berdasarkan kegiatan-kegiatan keagamaan
yang bersifat non kurikulum.
4. M. Nur Ghufron, tahun 2003, yang berjudul: Hubungan Kontrol diri, persepsi
remaja terhadap penerapan disiplin orang tua dengan prokrastinasi
akademik. Menghasilkan temuan tentang:
1) Ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik.
2) Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan
disiplinotoriter orang tua dengan prokrastinasi akademik
3) Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin
demokrasi orang tua dengan prokrastinasi akademik.
4) Ada hubungan positif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin
permisif orang tua dengan prokrastinasi akademik.
Berdasarkan judul skripsi yang mereka angkat, maka penulis akan
mengadakan penelitian, sehingga sampai saat ini gagasan penelitian muncul
dan belum ditemukan penelitian yang membahas tentang: Upaya Guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan self control siswa di SMK, hal
ini sebagai bentuk betapa urgennya self control bagi anak SMK.
VII. METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan Metodologi dengan pendekatan
kualitatif, yang memiliki karakteristik alami ( natural setting ) sebagai sumber
data lansung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis
dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan
makna merupakan hal yang esensial.
Ada 6 (enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu: etnografis, studi kasus, grounded theory,
interaktif, partisipatories, dan penelitian tindakan kelas.
Dalam hal ini penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus
( case study) , yaitu: suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari
secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi
lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.
2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan
skenarionya.
Untuk itu, dalam hal ini peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
partisipasi penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain
adalah sebagai penunjang.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMK karena di dasarkan pada beberapa
pertimbangan:
SMK adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki konotasi keagamaan
yang tidak begitu baik menurut pandangan masyarakat. Ternyata memiliki
suatu kegiatan keagamaan yang begitu unik, sehingga Guru Pendidikan
Agama Islam di SMK sangat berperan dalam memantau penyimpangan
perilaku para siswa.
Adanya Imam-Imam setiap Kelas yang bertujuan untuk mendisplinkan
berjalannya kegiatan sholat jama’ah Dluhur dan kursus membaca Al-Qur’an.
Keberhasilan pendidikan agama Islam tidak hanya dilihat dari keaktifan
siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas dan keaktifan mengikuti ekstra
keagamaan, tapi harus dilihat juga dari meningkatnya pengendalian diri
pada siswa dalam kehidupan sehari-hari.
4. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya.
Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata
dan tidakan sebagai sumber utama, sedangkan sumber data tertulis, foto
dan catatan tertulis adalah sumber data tambahan.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di
mengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek
melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena
tersebut berlansung dan di samping itu untuk melengkapi data diperlukan
dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud
digunakannya wawancara anatara lain adalah (a) mengkonstruksi mengenai
orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian dan lain-lain, (b) mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan
demikian yang dialami masa lalu.
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah
wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Sehingga
data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul secara
maksimal sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive Sampling yaitu
pengambilan sampel bertujuan, sehingga memenuhi kepentingan peneliti.
Sedangkan jumlah informan yang diambil terdiri dari: 1). Kepala Sekolah
SMK; 2). Guru Bimbingan dan Penyuluhan SMK; 3). Guru PAI SMK; dan 4).
Seluruh Imam Kelas SMK
Teknik Observasi , dalam penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan
menurut tiga cara . Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai partisipan
atau non partisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang
atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian dan
dalam penelitian ini digunakan tehnik observasi yang pertama di mana
pengamat bertindak sebagai partisipan.
Tehnik Dokumentasi , digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non
insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.
“Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan
oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan
adanya suatu peristiwa atau memenihi accounting . Sedangkan “Dokumen”
digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak
dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku
harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya.
6. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka langka berikutnya adalah
pengelolahan dan analisa data. Yang di maksud dengan analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh dirinya sendiri atau orang lain.
Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif,
maka dalam analisis data selama di lapangan peneliti menggunakan model
spradley , yaitu tehnik analisa data yang di sesuaikan dengan tahapan dalam
penelitian, yaitu:
1. Pada tahap penjelajahan dengan tehnik pengumpulan data grand tour
question , yakni pertama dengan memilih situasi sosial ( place, actor, activity ),
2. Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan
seseorang informan “ key informant ” yang merupakan informan yang
berwibawa dan dipercaya mampu “membukakan pintu” kepada peneliti
untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara
kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Setelah itu
perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai mengajukan
pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara.
Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti melakukan
analisis domain.
3. Pada tahap menentukan fokus (dilakukan dengan observasi terfokus) analisa
data dilakukan dengan analisis taksonomi.
4. Pada tahap selection (dilakukan dengan observasi terseleksi) selanjutnya
peneliti mengajukan pertanyaan kontras, yang dilakukan dengan analisis
komponensial.
5. Hasil dari analisis komponensial, melalui analisis tema peneliti menemukan
tema-tema budaya. Berdasarkan temuan tersebut, selanjutnya peneliti
menuliskan laporan penelitian kualitatif. [25]
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaruhi dari
konsep kesahihan ( validitas ) dan keandalan ( reliabilitas ). Derajat
kepercayaan keabsahan data (kredebilitas) dapat diadakan pengecekkan
dengan tehnik pengamatan yang tekun, dan tri a ngulasi .
Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari.
8. Tahapan-tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan
tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian.
Tahap-tahap penelitian tersebut adalah (1) tahap pra lapangan, yang
meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,
mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan
memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan
menyangkut persoalan etika penelitian; (2) tahap pekerjaan lapangan, yang
meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan
dan berperan serta sambil mengumpulkan data, (3) tahap analisis data, yang
meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4) tahap penulisan
hasil laporan penelitian.
VIII. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Di dalam penulisan skripsi ini diawali dengan halaman formalitas, yang
terdiri dari: halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan,
halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
Dalam pembahasan skripsi penulis membagi dalam bagian-bagian,
tiap bagian terdiri bab-bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang
saling berhubungan dalam kerangka satu kesatuan yang logis dan
sistematis.
Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan.
Membahas tentang: Latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan
masalah, tujuan, manfaat dan metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab II. Landasan Teori dan/atau Telaah Pustaka.
Membahas tentang: Guru Pendidikan Agama Islam dan self control remaja
yang terdiri dari pengertian dan tujuan.
Bab III. Temuan Penelitian.
Membahas tentang: Gambaran umum SMK yang berisi tentang sejarah
singkat, letak geografis, visi, m isi dan tujuan serta sarana dan prasarana.
Dan tentang deskripsi data meliputi bentuk pembelajaran guru PAI di SMK,
Upaya Guru PAI di SMK, serta hasil yang di capai dan faktor-faktor
pendukung dan penghambat.
Bab IV. Laporan hasil penelitian.
Membahas tentang: Analisa bentuk pembelajaran Guru PAI di SMK, analisa
Upaya Guru PAI di SMK, serta analisa hasil yang di capai dan faktor-faktor
pendukung dan penghambat.
Bab V. Penutup.
Membahas tentang: Kesimpulan dan saran. Dan setelah lima bab, kemudian
diikuti dengan daftar pustaka, lampiran-lampiran, daftar riwayat hidup.
IX. DAFTAR ISI SEMENTARA Bagian Awal
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (kalau ada)
DAFTAR GAMBAR (kalau ada)
DAFTAR LAMPIRAN
PEDOMAN TRANSLITERASI
Bagian Inti
BAB I : PENDAHULUAN B. Latar Belakang Masalah
C. Fokus Penelitian
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
2. Kehadiran Peneliti
3. Lokasi Penelitian
4. Sumber Data
5. Prosedur Pengumpulan Data
6. Analisis Data
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
8. Tahapan-tahapan Penelitian
H. Sistematika Pembahasan
BAB II: LANDASAN TEORITIK DAN ATAU TELAAH PUSTAKA
A. Guru dan Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian
2. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
3. Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam
a. Cara Melaksanakan Pelajaran
b. Metode Pembinaan rasa beragama
4. Penilaian Pendidikan Agama Islam
B. Self Control dan Remaja
1. Pengertian
2. Jenis dan Aspek Self Control
3. Manfaat self control bagi remaja
4. Langkah-langkah dalam membangun self control remaja
BAB III: TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK
1. Sejarah Singkat SMK
2. Letak Geografis SMK
3. Visi, Misi dan Tujuan SMK
4. Sarana dan Prasarana SMK
B. Deskripsi Data.
1. Pembelajaran Guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo.
2. Upaya Guru PAI dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2
Ponorogo.
3. Hasil yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2
Ponorogo
4. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam meningkatkan self control siswa
di SMK PGRI 2 Ponorogo.
BAB IV : PEMBAHASAN
1. Analisa pembelajaran Guru PAI di SMK.
2. Analisa upaya Guru PAI dalam Meningkatkan self Control siswa di SMK.
3. Analisa hasil yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di SMK.
4. Analisa faktor Pendukung dan Penghambat dalam meningkatkan self control
siswa di SMK
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan.
B. Saran