upaya bimbingan rohani islam terhadap warga binaan ... · pdf fileupaya bimbingan rohani islam...
TRANSCRIPT
UPAYA BIMBINGAN ROHANI ISLAM TERHADAP WARGA
BINAAN PEMASYARAKATAN DI RUMAH TAHANAN
NEGARA KELAS IIB RANGKASITUNG
Skripsi:
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Sosial Islam
Oleh:
MARIAM Nim: 104052001984
Di Bawah Bimbingan:
Drs. M. Lutfi, M. Ag Nip: 150 268 782
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H /2008 M
UPAYA BIMBINGAN ROHANI ISLAM TERHADAP
WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI RUMAH
TAHANAN NEGARA KELAS IIB RANGKASBITUNG
Oleh:
MARIAM Nim: 104052001984
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H /2008 M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanya milik Allah. Tuhan seru sekalian alam, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa mengalami hambatan yang berarti.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasullah Saw. yang telah
membimbing umatnya menuju jalan yang penuh dengan ridho-Nya.
Skripsi yang berjudul “ Upaya Bimbingan Rohani Islam Terhadap Warga
Binaan Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Rangkasbitung”
terselesaikan berkat bantuan semua pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA, Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Murodi, MA, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Para
pembantu Dekan I, II dan III yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis dalam mengikuti perkuliahan di Fakultas ini.
3. Bapak Drs. M. Lutfi, M.Ag, selaku Kajur BPI dan sekaligus sebagai
pembimbing yang telah memberikan ide-ide kreativitas dan memberikan
motivasi dan dorongan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Nasichah, MA, selaku Sekjur BPI yang telah membantu penulis dalam
pengurusan nilai-nilai mata kuliah
5. Bapak dan ibu Dosen khususnya yang mengajar pada jurusan BPI yang
telah mencurahkan ilmu mereka kepada penulis selama mengikuti kuliah.
6. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah
memberiakn pelayanan kepada penulis selama mengikuti kuliah. Petugas
perpustakan baik pusat maupun fakultas, yang memberikan semangat
penulis untuk terus mencari berbagai informasi.
7. Kepala Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Rangkasbitung, Bapak M.
Hilal. SH. M. Si serta para staf dan pembimbing, yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan data dan informasi
bagi penulis, selama penelitian skripsi ini.
8. Kepala Seksi BIMROH RUTAN Rangkasbitung, Bapak Samsu Al-
Bantani, yang telah membantu proses penelitian dan memberikan motivasi
dan dorongan kepada penulis. Serta semua Staf RUTAN Rangkasbitng
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
9. Umi & Bapak tercinta, yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan
penulis serta senantiasa memberikan doa dan dorongan kepada penulis
untuk menyelesaikan tugas skripsi ini.
10. Teman-teman pada jurusan BPI yang banyak memberikan dorongan dan
masukan kepada penulis selama kuliah, dan semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan namanya satu persatu dalam lembaran ini.
11. Senior-senior HMB :Teh Ita, Teh Endoh, Teh Yoyoh, Kang Asep, beserta
temen-teman HMB bahagia yang tak bisa disebutkan satu persatu yang
selalu memberikan perhatian dan pengertiannya. Khususnya kepada, Ulfah
Makiyah S.Pd dan Fifi Maghfiroh (cepet lulus ya.....), Deden MD rintik,
Buluk, Pipin, BT Hamid, Sudirman.
Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis
harapkan. Semoga Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan taufiq dan
hidayahnya kepada kita semua.
Jakarta, 17 Juni 200
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. vi
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ................................................................. 7
E. Metodologi Penelitian ......................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 11
BAB II : TINJAUAN TEORI................................................................ 13
A. Bimbingan Rohani Islam ................................................... 13
1. Pengertian Bimbingan Rohani Islam .......................... 13
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Rohani Islam ............. 17
B. Remaja ................................................................................ 20
1. Pengertian Remaja ........................................................ 20
2. Ciri-ciri Remaja............................................................. 22
3. Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Remaja............. 26
BAB III : GAMBARAN UMUM RUMAH TAHANAN KELAS
II B RANGKASBITUNG...................................................... 28
A. Sejarah Berdirinya ............................................................. 28
B. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................. 29
C. Visi, Misi dan Tujuan ......................................................... 29
D. Sasaran Pembinaan ............................................................. 30
E. Struktur Organisasi dan Pengelolaan................................. 31
F. Sarana dan Prasarana .......................................................... 32
G. Program Kegiatan .............................................................. 33
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS
A. Deskripsi Subyek Penelitian............................................... 35
B. Kondisi Warga Binaan
Pemasyarakatan .................................................................. 41
C. Upaya Bimbingan Rohani Islam Terhadap Warga Binaan
Pemasyarakatan................................................................... 43
D. Analisis Hasil Upaya Bimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan .......................................... 46
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 49
B. Saran ................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 51
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan tindak kriminal di Indonesia seolah tidak pernah hilang dan
tidak pernah tuntas terselesaikan, bahkan grafiknya mengalami peningkatan baik
secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini juga berimbas pada meningkatnya
jumlah pelaku tindak kriminal dari kalangan anak-anak dan remaja.
Saat ini ditengarai jumlah anak dan remaja yang terlibat tindak
kriminalitas semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan pola hidup sehari-hari
dari anak dan remaja serta tekanan sosial. Dari kondisi seperti itulah, kemudian
terjadi proses pembelajaran terhadap tindakan-tindakan yang perlu dilakukan agar
dapat bertahan di tengah kondisi yang sulit sekalipun. Salah satu upaya yang
mereka lakukan adalah dengan melakukan pencurian, penodongan, pencopetan
maupun tindak kriminalitas lainnya.
Remaja adalah generasi penerus yang akan menjadi pemimpin bangsa dan
negara yang akan datang1. Ia merupakan asset terbesar bangsa, jikalau rusak moral
generasi ini maka dapat dikatakan kelamnya masa depan bangsa. Dari sisi
kejiwaan remaja dalam keadaan jiwa yang gelisah, keadaan tidak tenang
menguasai diri remaja hal ini dikarenakan banyaknya keinginan remaja tetapi dia
1 A. W. Widjaja, Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, (Bandung
: Armico, 1985), h. 1.
sendiri tidak sanggup memenuhinya2. Selain itu remaja juga menginginkan sistem
kaidah nilai yang serasi dengan kebutuhan atau keinginannya yang tidak selalu
sama dengan kaidah dan nilai yang dianut orang dewasa3. Sistem nilai yang
terbentuk dalam diri remaja dikarenakan kondisi pergaulan atau lingkungan yang
membentuknya. Akibat tidak adanya norma yang menginternalisasi Secara kuat
dalam diri remaja mengakibatkan pemahaman yang salah tentang diri dan
lingkungan diri remaja sehingga melahirkan persepsi sekaligus citra yang salah.
Imam Ghazali mengatakan seperti yang dikutip, A. H. Hasanuddin ”anak
sebagai amanat bagi orang tua. Hati anak suci bagaikan mutiara cemerlang. Bersih
dari ukiran serta gambaran. Ia mampu menerima segala yang diukirkan di atasnya
dan condong kepada apa yang dicondongkan kepadanya. Maka apabila dibiasakan
ke arah kebaikan, jadilah ia baik, tetapi jika sebaliknya, dibiasakan ke arah
kejelekan, jadilah ia jelek”4.
Anak remaja sebagai generasi penerus memerlukan pembinaan baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial serta perlindungan yang
akan membahayakan mereka dan bangsa di masa depan. Namun seringkali terjadi
penyimpangan perilaku pada anak remaja yang dapat dikategorikan dalam
pelanggaran hukum yang dapat merugikan masyarakat.
2 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Anak dan Remaja, (Jakarta : Gunung Mulia, 1995), Cet
Ke-7, h.203. 3 Soerjono Soekanto, Mengenal dan Memahami Masalah Remaja, (Jakarta : Pustaka
Antara, 1996), Cet. Ke-4, h.40. 4 Hasanudin A.H, Retorika Dakwah dan Publistik Dalam Kepemimpinan ( Surabaya:
Usaha Nasiona)l, h.134.
Kenakalan yang dilakukan anak remaja terjadi karena kosongnya jiwa dari
nilai-nilai agama. Agama yang memberikan atauran hidup dalam bertingkah laku
dan apabila dijalankan Secara benar dan konsisten, maka akan melahirkan
kehidupan yang tenang. Dengan kata lain yaitu agama merupakan solusi guna
penanggulangan penyimpangan manusia khususnya kaum remaja. Ketenangan
tersebut berangakat dari meningkatnya kesadaran beragama5. Remaja dengan
penyimpangan yang dilakukannya berangkat dari nilai psikologisnya. Kejiwaan
yang labil tidak kuatnya prinsip yang dipegang ditambah lagi dengan lingkugan
rusak mendukung terbentuknya karakter kejiwaan remaja yang menyimpang.6
Anak remaja yang bermasalah terhadap hukum akibat tindakan yang
mereka lakukan akan dimasukan ke dalam Rumah Tahanan atau Lembaga
Pemasyarakatan khusus anak-anak. Dan kehidupan dalam Rumah Tahanan atau
Lembaga Pemasyarakatan memiliki aturan tersendiri, sehingga tidak menutup
kemungkinan konflik batin semakin berkembang ketika berada dalam Rumah
Tahanan apalagi bagi para tahanan yang baru pertama kali masuk.
Melihat dari segi kehidupan para warga binaan pemasyarakatan khususnya
anak remaja yang kesehariannya dibatasi pada jeruji besi, sehingga refleksi atau
tindakan para warga binaan pemasyarakatan tidak bisa bergerak dengan bebas,
sebelum mereka masuk Rumah Tahanan ini, sehingga adanya suatu kekhwatiran
dari aktivitas yang dilakukan oleh para warga binaan pemasyarakatan khususnya
anak remaja yang mengarah pada tindakan yang merugikan orang lain, perasaan
5 Syamsu Yusuf, Mental Hygiene Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian
Psikologi dan Agama, (Bandung : Pustaka Bani Quraisi, 2004) Cet. Ke1 h. 37. 6 Siti Sundari, Kesehatan mental Dalam Kehidupan, (Jakarta :PT Rineka Cipta), h.32.
tertekan akibat kehidupannya dibatasi dan merasa tidak bebas dalam beraktivitas.
Sehingga sesuatu yang dilakukannya akan mengarah pada satu titik yaitu,
gangguan bathin pada dirinya, stres, dan cemas dalam Rumah Tahanan.
Di dalam Rumah Tahanan Negara, yang menimbulkan emosi menjadi
tidak stabil, malu menghadapi masyarakat, enggan menjalani hidup, sehingga
pikiran dan tingkah laku sering tertuju untuk melakukan perbuatan negatif, hingga
menimbulkan kecemasan.
Anak remaja yang berada dalam Rumah Tahanan merupakan warga binaan
yang memiliki latar belakang pendidikan agama yang kurang memadai, baik
pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang ditanamkan di
lingkungan keluarga. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab bagi mereka
yang menjadi penghuni Rumah Tahanan. Maka bimbingan rohani adalah salah
satu hal yang menjadi kebutuhan bagi mereka untuk dapat memperbaiki diri.
Bimbingan rohani Islam tidak hanya diprioritaskan kepada satu sisi
kehidupan saja, tetapi lebih jauh dari itu kegiatan rohani Islam ditujukan untuk
seluruh kehidupan agar tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Pembinaan rohani
Islam adalah segala usaha untuk merealisasikan ajaran Islam di dalam kenyataan
hidup sehari-hari, baik bagi kehidupan bersama dalam rangka pembangunan
bangsa dan umat manusia untuk memperoleh keridhaan Allah SWT.
Kepedulian terhadap sesama Makhluk Tuhan yang memerlukan bimbingan
untuk belajar menjadi manusia yang lebih baik lagi adalah tugas seluruh manusia.
Kita tidak dapat mengkesampingkan bahwa penjahat selamanya akan tetap jahat
tetapi kita ditantang untuk dapat mengarahkan mereka menjadi manusia yang
menyadari benar tentang tugas dan tanggung jawabnya sebagai manusia menyeru
kepada agama Allah. Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa setiap manusia
mempunyai potensi untuk merubahnya, sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah
ar-Rad’du ayat 11 yang berbunyi :
⌧
☯ ⌧
Artinya : ”bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, dimuka dan dibelakangnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS.Ar-Ra’du: 11)
Dalam ayat tersebut tersirat bahwa setiap individu punya potensi untuk
merubah nasib hambanya tanpa ada usaha yang berarti dari individu tersebut. Dan
inilah tugas seorang pembimbing sekalipun penyuluh Islam untuk memberikan
bimbingan dan arahan agar individu tersebut mampu menggunakan potensi yang
dimilikinya untuk hal-hal yang bermanfaat agar tercipta kestabilan dalam diri
anak serta terus memberikan motivasi dan kekuatan kepada para warga binaan
pemasyarakatan, khususnya anak untuk tidak menyerah menjalani hidup dan
memperbaiki segala kesalahan di masa lalu karena manusia yang hebat adalah
manusia yang mampu mengambil hikmah dari sebuah kegagalan dan berjanji
untuk tidak mengulanginya lagi.
Dari uraian diatas, maka beralasanlah bila penulis pada kesempatan
menyusun dan menulis skripsi dengan judul ” Upaya Bimbingan Rohani Islam
Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rumah Tahahan Negara Kelas
11B Rangksabitung”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Terdapat beberapa program bimbingan yang diberikan kepada para warga
binaan yakni : bimbingan keterampilan pembuatan paving blok, pembuatan gitar
akustik, keterampilan perkayuan, keterampilan mengelas, keterampilan
menyablon, keterampilan pertanian / perkebunan. Bimbingan lain yang diberikan
adalah bimbingan rohani keagamaan. Adapun problem-problem kejiwaan yang
dialami narapidana diantaranya adalah stres, kecemasan, dan depresi. Khususnya
remaja dengan kategori usia 13 -17 tahun di Rutan. Selanjutnya perlu penulis
jelaskan bahwa rumah tahanan negara kelas IIB Rangkasbitung membagi batasan
tahun ke dalam dua bentuk yaitu anak (13-17 tahun) dan dewasa (18 tahun dan
seterusnya).
Dengan demikian jelasnya yang dimaksud dengan warga binaan yang
diperoleh dari Rutan tentang anak dapat dipahami penulis dalam kategori remaja.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas, maka pokok permasalah
yang hendak diteliti dapat di rumuskan sebagai berikut : Bagaimana upaya
bimbingan rohani Islam terhadap warga binaan pemasyarakatan di Rumah
Tahanan Negara Kelas 11B Rangkasbitung.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui gambaran yang jelas sejauh mana upaya yang
dilakukan bimbingan rohani Islam dalam mengatasi kecemasan warga
binaan anak.
b. Untuk mengetahui hasil upaya yang dilakukan Bimbingan Rohani
Islam dalam menagatasi kecemasan warga binaan anak .
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis :
Sebagai salah satu literatur dalam rangka pengembangan wawasan
terutama mengenai bimbingan rohani Islam dan kecemasan.
b. Prakttis :
Dapat dijadikan rujukan bagi lembaga yang bersangkutan atau mungkin
Rumah Tahanan Negara yang lainnya mengenai bentuk pelayanan secara
umum kepada narapidana melalui pendekatan bimbingan rohani Islam.
D. Tinjauan Pustaka
Tinajuan kepustakaan (Literatur) yang berkaitan dengan topic
pembahasan, atau bhkn yang memberikan inspirasi dan mendasari dilakuknnya
penelitian. Diantaranya :
1. Zakaiah Daradjat, Ilmu Jiwa agama, ( Jakarta : Bulan Bintang 2003). Buku
ini menekankan teori-teori tentang sejarah perkembangan ilmu jiwa,
perkembangan jiwa keagamaan anak dan remaja dan problematika remaja.
2. Dr. Lexy J. Moleong, M. A. Metodologi Kualitatif, (Bandung : Remaja
Rosda Karya 2004). Buku ini menekankan kepada tata cara penggunaan
alat dan teknik di bidang penelitian yang berorintasi pada paradigma
alamiah.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan menggunakan informasi orang
yang terlibat dalam objek7. Sedangkan desain penelitiannya adalah eksploratif
yaitu penelitian yang menjelajahi semua objek yang perlu dicari dan bukan
memprediksikan relasi yang dicari dan ditemukan. Adapun sumber utama
penelitian ini adalah objek lapangan, dalam hal ini yaitu bimbingan rohani para
warga binaan khususnya anak remaja yang berusia anatar 13- 17 tahun yng berada
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Rangkasbitung.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Tahanan Kelas IIB Rangkasbitung
Banten yang terletak : Jl. Multatuli No. 2 Rangkasbitung, Banten.
7 Lexi J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosda Karya,
1989), Cet ke-2 h. 3.
Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan, yaitu terhitung dari
tanggal 11 Maret s.d 30 April 2008.
3. Sumber Data
Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian
untuk memperoleh data-data kongkret, dan yang dapat memberikan informasi
untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.8
Untuk menetapkan sumber data, penulis mengklasifikasikannya
berdasarkan jenis data yang dibutuhkan (dikumpulkan).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yaitu :
a. Sumber data primer adalah pembimbing dan anak remaja yang berada
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Rangkasbitung.
b. Sumber data sekunder diambil dari dokumen-dukumen yang ada di
Rutan Rangkasbitung.
4. Subjek dan Obyek Penelitian
a. Subyek Penelitian :
Subyek pada penelitian ini adalah 5 orang warga binaan anak. 4 orang
pembimbing rohani Islam Rutan Rangkasbitung.
b. Objek
Obyek penelitian ini ialah upaya Bimbingan Rohani Islam terhadap
warga binaan khususnya anak remaja yang berusia 13-17 tahun.
8 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikolog, (Jakarta:
LP3S, 1998), Cet. Ke-1 h.29.
5. Teknik Pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
ialah teknik-teknik komunikasi langsung dan tidak langsung, dengan
menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Dalam hal ini penulis mengamati secara langsung kegiatan pembinaan
rohani Islam, kemudian mencatat fenomena dan fakta yang terlihat ketika
kegiatan itu dilaksanakan. Seperti komunikasi antara pembina dengan para
tahanan dan respon terhadap
b. Wawancara
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung kepada dua orang
petugas pembinaan rohani Islam (pembimbing),.satu orang Petugas
penaggung jawab rohani Islam, dan lima orang dari tahanan sebagai warga
binaan pemasyarakatan anak remaja.
c. Data dan Dokumentasi
Adalah data-data berupa catatan-catatan, buku, arsip, dan sebagai berikut,
ang didapatkan di lapangan serta dari perpustakaan yang dijadikan sumber
atau literatur dalam penelitian ini.
6. Teknik Penulisan
Sedangkan untuk penulisan dalam skripsi ini, penulis mengacu pada buku
pedoman penulisan Skripsi, Tesis dan disertasi yang diterbitkan olek UIN Jakarta
tahun 2002. dengan pengecualiaan sebagai berikut :
a. Guna memudahkan dalam penulisan skripsi ini Rumah Tahanan
Negara disingkat menjadi Rutan.
b. Warga Binaan Pemasyarakatan (anak) menjadi WBP Anak.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini diuraikan dalam beberapa bab, yaitu :
Pada bab satu merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Selanjutnya bab dua mengungkapkan tentang landasan teori, mengenai
pengertian bimbingan rohani Islam, fungsi dan tujuan bimbingan rohani Islam,
pengertian remaja, ciri-ciri remaja, dan perkebangan jiwa keagamaan pada remaja.
Pada bab tiga memaparkan mengenai gambaran umum Rumah Tahanan
Negara kelas IIB Rangkasnitung, berisi sejarah berdirinya, tugas pokok dan fungsi
visi misi dan sarana pembinaan, struktur organisasi dan pengelolaan dan program
kegiatan.
Dan Pada bab empat temuan dan analisis yakni deskriftif subyek
penelitian, kondisi warga binaan pemasyarakatan, upaya bimbingan rohani Islam
terhadap warga binaan pemasyarakatan. Dan analisis hasil upaya bimbingan
rohani Islam terhadap warga binaan pemayarakatan.
Terakhir bab lima merupakan penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.
Kemudian secara keseluruhan penulisan skripsi ini diawali dengan lembar
pengesahan, abstrak, kata pengantar, dan daftar isi, selanjutnya diakhiri dengan
daftar pustaka dan lampiran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Bimbingan Rohani Islam
1. Pengertian Bimbingan Rohani Islam
Pengertian harfiyah “ bimbingan “adalah” menunjukan, memberi jalan,
atau menuntun” orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa
kini, dan masa mendatang. Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata
bahasa inggris ”guidance”, yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti
menunjukan”.9
Dewa Ketut Sukardi menjelaskan, ” bimbingan adalah suatu proses yang
diberikan kepada seseorang agar mengembangkan potensin-potensinya yang
dimiliki, mengenal diri sendiri, mengatasi persoalan xehingga ia dapat
menentukan sendidri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa tergantung
pada orang lain”.10
Mc Daniel menjelaskan, Bimbingan adalah bagian dari proses layanan
yang diberikan kepada individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-
9 H.M Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbimngan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1994), h. 1.
10 Dewa Ketut Sukardi, ”Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah”, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), h. 66.
rencana, dan interpensi-interpensi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang
baik”.11
Jones, Staffire dan Strewart menjelaskan, ” Bimbingan adalah bantuan
yangdiberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-
penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokratis
yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya
sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain”.12
Dari definisi yang dikutip di atas, dapat diambil beberapa penjelasan, yaitu
a) Bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan pada setiap orang
yang mengalami perkembangan. Sehingga tidak benar orang yang
menganggap bahwa bimbingan hanya diberikan bagi orang yang hanya
bermasalah saja, tapi bimbingan berlaku bagi setiap individu, pada
setiap fase, dan di mana saja.
b) Bimbingan dilakukan secara berkesinambungan, tidak cukup sekali
saja diberikan, karena bimbingan memiliki tujuan yang pasti, bukan
kegaiatan yang dilakukan secara kebetulan saja, tanpa ada aturan main
yang berlaku dan bimbingan memberikan alternatif-alternatif dalam
memecahkan msalah yang sedang dihadapi oleh klien.
Selanjutnya pengertian Rohani, kata rohani berasal dari kata roh atau ruh.
Menurut Toto Tasmara, ruh adalah ”fitrah manusia yang dengan itu pula, manusia
menjadi berbeda dengan binatang, kekuatan yaang melangit dan
11 Ibid,. H. 95 12 Prof. Dr. Drs. Prayitno, MSc, Drs Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta; Rineka Cipta, 1999) Cet Ke-1. h. 94.
bertanggungjawab, akan tetaapi dapat juga melanggar berbagai norma-norma
moral”.13
Secara etimologi, kata ruhani dalam kamus sinonim Bahasa Indonesia,
mempunyai arti roh dan juga yang berkaitan dengan yang tidak berbadan
jasmaniah. Sedangkan persamaan kata rohani dalam kamus Bahasa Indonesia
adalah batin, spiritual daan kejiwaan.14
Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer dijelaskan bahwasannya
rohani adalah ”kondisi kejiwaan seseorang dimana terbentuk hubungan manusia
dengan Tuhan Yang Esa yang diwujudkan dalam budi pekerti seseorang melalui
hubungan manusia dengan sesama manusia dengan ajaran Agama yang
dianutnya”.15
Menurut Arifin, Rohani memiliki dua pengertian yaitu :
1) Secara obyektif (sosiologis psikologis manusia). Rohani adalah perilaku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaannya, berupa getaran baatin yaang dapat mengatur dan mengendalikan tingkah lakunya, baik dal;am berinteraksi dengan sesama manusia, maupun dengan Tuhannya serta mahluk lainnya. Sehingga manisfestasinya rohani adalah sebuah pola hidup yang telah mengakar dalam batinnya.
2) Secara obyektif (doktriner). Rohani Islam adalah ajaran dari Tuhhan yaang menuntun daan menjadi petunjuk bagi manusia dalaam kehidupannya mencapai kebahagiaan. Rohani Islam dalam pengertian ini belum membudaya dalam batin dan perilaku manusia.16
13 Toto Kasmara, Kesehatan Ruhaniah (Transcedental Intelligence), (Jakarta : GIP.
2001), Cet Ke-2, h.55.
14 Hadi Mutikrida Laksana, kamus sinonim Bahasa Indonesia, (Jakarta : Nusa Indah, 1981) Cet Ke-3 h. 134.
15 Petter Salim dan Yummy Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modem English, 1991)h. 299.
16 H.M Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbimngan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-3, h. 1-3.
Menurut Lismidar, pada dasarnya Bimbingan Rohani Islam merupakan
aktualisasi teologi yang dimanisfestasikan dalam suaatu kegiatan manusia
beriman sebagai makhluk sosial yang dilaksanakan secara teratur untuk membina
dan mengarahkan manusia, agar aqidahnya mantap, keyakinannya kokoh,
bertambah taqwa kepada Allah Swt, taat melaksanakan ibadah dan memantapkan
kesadaran beragama, sehingga dapat membawa seseorang menjadi lebih tenang
dalam permasalahan, dan jauh dari rasa cemas.17
Pengertiaan Islam menurut Nasarudin Rajaq, memberikan pengertian
bahwa kata Islam secara kebahasaan berasal dari bahasa arab yaitu ” salima yang
berarti selamat, sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh dan
taat”.18
Pengertian secara kebahasaan, menurut Maulana Muhammad Ali, kata
Islam mempunyai pengertian perdamaian. Damai dengan Allah dengan berserah
diri sepenuhnya kepada kehendaknya.19
Menurut Harun Nasution, Islam secara istilah adalah agama yang ajaran-
ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW
sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya mempunyai ajaran-ajaran yang bukan hanya
17 Lismidar, “Tuntunan Rohani Islam dalam Memenuhi Kebutuhan Spritual Pasien”
dalam makalah penataran dakwaah ke Rumah Sakit, (Jakarta ; 1993), h.1.
18 Nasarudin Razak, Peninjauan Kembali Islam Sebagai Suatu Dogma, (Bandung : Al-Ma’rif, 1977), Cet Kare-2, h.9.
19 Maulana Muhammad Ali, Islamologi atau Dinul Islam, (Jakarta : Darul Kutubi Islamiyyah, 1996), Cet. Ke-5. h,4.
mempunyai satu segi saja, akan tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan
manusia.20
Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa Islam adalah
agama Tuhan (Allah) yang diwahyukan kepada nabi Muhammad, dengan dua
pokok ajarannya, yakni al-Qur’an dan as-Sunah untuk membawa manusia pada
kebahagiaan dunia maupun akhirat.
Bimbingan Rohani Islam mengenai pengertian di atas yaitu proses
pemberian bantuan yang terarah dan berkesinambungan kepada setiap individu
agar ia dapat mengembangkan potensinya atau fitrah beragama yang dimilikinya
secara optimal melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam al-Quran
dan hadits kedalam diri, sehingga ia dapat hidup selaras daan sesuai dengan
tuntunan agama Islam.
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Rohani Islam
a. Fungsi Bimbingan Rohani Islam
Menurut H.M Arifin, " sebagai fasilitator dan monivator klien dalam
upaya mengatasi dan memecahkan masalah kehidupan klien agar dengan
kemampuan pada dirinya”.21
Adapun fungsi bimbingan rohani Islam adalah :
1. Fungsi pemahaman
20 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, (Jakarta : UI Press 1979) Cet Ke-
1. h.9. 21 H.M Arifin, Teori-Konseling Agama dan Umum, (Jakarta :PT. Golden Terayon Press,
1998), Cet. Ke-3 h.23
Yakni bimbingan akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh
pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan individu.
2. Fungsi pencegahan
Yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan tercegahnya atau
terhindarnya individu atau klien dari berbagai permasalahan yang
mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya.
3. Fungsi pengentasan.
Fungsi ini sama dengan “terapeutik” dengan arti pengobatan
penyembuhan.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi ini akan menghasilkan terpeliharanya dan berkembangannya
berbagai potensi dan kondisi positif individu dalam rangka mengemban
dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.
5. Fungsi Advokasi
Yaitu pembelaan klien terhadap klien atau individu dalam rangka
pengembangan seluruh potensi secara optimal.22
Jadi, fungsi bimbingan rohani Islam adalah sebagai pemberian layanan
kepada klien agar masing-masing dapat berkembang menjadi pribadi yang
mandiri akan tuntunan syariat Islam secara optimal.
b. Tujuan bimbingan rohani Islam
22 Hallen. A.Bimbingan dan konseling dalam islam, ( jakarta: Ciputat Press, 2002 ), Cet ke-1, h. 70
Tujuan bimbingan rohani Islam menurut Anur Rahim Faqih sebagai
berikut :
1. Membantu klien untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri
sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, dan kesempatan yang ada.
2. Membuat proses sosialisasi dan sensitivitas kepada kebutuhan orang
lain.
3. Memberi dorongan didalam mengarahkan diri, pemecahan masalah,
pengembalian keputusan dalam keterlibatan diri dalam masalah yang
ada.
4. Mengembang nilai dan sikap meyeluruh serta perasaan sesuai dengan
penerimaan diri.
5. Membantu didalam memahami tingkah laku manusia.
6. Membantu klien untuk memperoleh kepuasan pribadi dan dalam
penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat.
7. Membantu klien untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang
dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial.23
Jelasnya tujuan yang ingin dicapai dalam bimbingan rohani Islam ialah
tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan
kemampunnya, agar dapat menyesuaikan dirinya pada lingkungan dan
menjalankan tuntunan ajaran Islam.
23 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konsling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), Cet ke-2, h. 54
B. Remaja
1. Pengertian Remaja
Allah menjadikan manusia melalui proses yang bertahap-tahap dan
melalui perubahan. Setelah dilahirkan manusia memasuki fase kanak-kanak, fase
remaja, fase dewasa dan diakhiri dengan fase tua. Semuanya itu merupakan tahap-
tahap perkembangan yang dilalui oleh manusia dan semua proses tersebut akan
berhenti dengan datangnya kematian. Di dalam fase-fase perkembangan masa
remaja merupakan pusat perhatian, karena masa remaja adalah suatu periode
dalam kehidupan seseorang yang ditandai dengan problema-problema dalam
mencari identitas diri.24
Masa remaja merupakan suatu fase dimana dalam perkembangan ini
disebut masa unik, dimana masa ini manusia mengalami suatu dinamika yang
khas, peralihan dan perubahan baik dari segi biologis naupun pskologis dengan
alasan tersebut dilihat dari berbagai sisi kehidupan remaja menjadi suatu yang
menarik untuk dikaji baik oleh para pendidik, pemikir, maupun dari pihak diri
sendiri.
Remaja dalam bahasa latin disebut dengan kata pubertas yang berarti usia
menjadi orang.25 Sedangkan kata lainnya ”pubescere” yang berarti masa
pertumbuhan rambut di daerah tulang ”pusic” (diwilayah kemaluan).
Ada banyak definisi yang dapat diambil untuk memperoleh pengertian
tentang remaja diantaranya :
24 Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta : BUlan Bintang, 19999999982), h.11 25 Andi Mapiare, Psikologis Remaja, (surabaya :Usaha Nasional, 1982), H.27.
1. Save M.Dagun, menerangkan bahwa remaja merupakan tahap
pertumbuhan anak menuju dewasa, yang terjadi muylai saat puber usia 17-
18 tahun.26
2. Sarlito Wirawan Sarwono, menerangkan bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis
tetapi juga fisik. Bahkan perubahan fisik yang terjadi itulah merupakan
gejala primer sebagai akibat dari perubahan perubahan fisik itu.27
3. M. Alisuf Sabri, menerangkan bahwa masa remaja merupakan masa yang
penting dalam rentan kehidupan. Masa ini dikenal dengan sebagai suatu
periode peralihan, suatu masa perubahan usia bermasalah saat di mana
individu mencari identitas usia yang menakutkan, masa tidak realistis dan
masa ambang dewasa.28
Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa remaja adalah suatu masa
transisi, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa yang di dalamnya
menjalani semua perkembangan sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
Remaja adalah masa yang penuh dengan perubahan-perubahan yang amat
cepat menyangkut segi pertumbuhan dari kejiwaan maupun yang bersfat sosial
sehingga nampak adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan gejolak-gejolak
kejiwaan yang terefleksikan dalam perilaku sehari-hari yang kadang terlihat
normal dan kadang bernilai menyimpang.
26 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengeathuan (Jakarta :LPKN, 1999), h.957. 27 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta : Remaja Press, 2000), h. 6. 28 M. Alisup Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembanganb Anak dan Remaja,
(Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997) Cet. Ke-02 h.160.
1. Ciri-ciri Remaja
Kita mungkin bisa membedakan antara anak-anak, remaja dan dewasa, ini
dikarenakan kita mengetahui bahwa perkembangan anak-anak, remaja dan dewasa
berbeda, baik dari segi pertumbuhan fisik maupun perkembangan psikisnya.
Menurut Sarlito Wirawan diantara perubahan-perubahan fisik yang besar
pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan
semakin tinggi dan panjang), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai
dengan haid pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda
seksual sekunder yang tumbuh.
Para ulama sepakat bahwa kehidupan seseorang itu dapat dibagi menjadi
beberapa fase sebagai berikut :
1. Dari mulai lahir sampai usia dua tahun disebut fase persiapan..
2. Dari usia dua samapai enam tahun disebut fase permulaan anak.
3. Dari usia enam samapai dua belas tahun disebut fase paripurna anak.
4. Dari usia dua belas sampai lima belas tahun disebut fase permulaan
remaja.
5. Dari usia lima belas sampai delapan belas tahun disebut fase
pertengahan remaja.
6. Dari usia delapan belas samapai dua puluh dua tahun disebut
paripurna remaja.
7. Dari usia dua puluh dua sampai tiga puluh tahun disebut fase
pematangan dan pemuda.
8. Dari usia tiga puluh samapi enam puluh tahun disebut fase
pertengahan usia
9. Dari usia enam puluh tahun sampai selanjutnya disebut fase lanjut
usia.29
Dari ciri-ciri pertumbuhan fisik pada remaja menandakan mulai
matangnya keadaan fisik dan menyenangi lawan jenis. Perubahan-perubahan fisik
itu menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya itu.
Sebenarnya masalah perkembangan psikologisnya remaja sangat berkaitan
erat dengan pertumbuhan fisiknya begitu pula sebaliknya, karena antara jiwa dan
raga tidak dapat dipisahkan kecuali mati, keadaan ini berlaku bagi semua individu.
menurut Sarlito Wirawan perkembangan psikis remaja dapat ditinjau dari
beberapa segi, diantaranya yaitu :
a. Pembentukan Konsep Diri
Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, ia
mulai menunjukan dan mencerminkan kepribadiannya yang khas dan berbeda
dengan ketika ia masih kanak-kanak serta tidak mau diperlakukan sebagai anak-
anak lagi. Sikap remaja seperti ini disebut juga dengan masa pueral.
b. Perkembangan Intelegensi
dalam perkembangan intelegensi ini, masa remaja adalah masa dimulainya
bersikap kritis, logis dan realistis. Ini dikarenakan perkembangan psikis remaja
sudah mulai matang.
29 Syaikh M. Jamaluddin Mahfudzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta : Pustaka Al-kautsar, 2001) Cet Ke-I h. 3-4.
c. Perkembangan Emosi
Emosi merupakan salah satu sifat yang terdapat pada setiap individu yang
biasanya berkaitan dengan perasaan. Permasalahan tentang emosi ini bila
dikaitkan dengan kondisi psikologis remaja yang masih labil adalah bentuk emosi
yang lebih mengarah kepada hal-hal yang kurang normative bahkan bisa
menjerumuskan kepada tindakan amoral dan asusila. Akan tetapi di lain keadaan
emosi remaja yang menggebu tersebut bermanfaat, karena remaja tersebut dapat
terus mencarai identitas diri, mengembangkan bakat dan kreatifitas yang
dimilikinya untuk menjadi yang terbaik dalam mencapai cita-citanya.
Menurut Zakiah Daradjat di antara sebab-sebab atau sumber-sumber
kegoncangan emosi pada masa remaja adalah konflik atau pertentangan-
pertentangan yang terjadi pada remaja dalam kehidupan sehari-hari, baik yang
terjadi pada diri sendiri, keluarga, sekolah maupun pada lingkungan masyarakat.
Untuk mengatasi keadaan konflik remaja tersebut perlu adanya dukungan yang
positif serta hubungan yang harmonis dan agamis antara keluarga, sekolah dan
lingkungan masyarakat, agar dapat menetralisir emosi remaja serta mengarahkan
kepada sesuatu yang baik dan bermanfaat.30
d. Perkembangan Peran Sosial
Remaja sudah merasa dewasa, menampilakan kepribadiannya, bergaul
bebas dengan teman sebayanya dan muali menyenangi lawan jenisnya serta lebih
mementingkan pergaulan dalam lingkungan sosialnya daripada lingkungan
keluarganya. Oleh karena itu, supaya remaja dapat menyalurkan peran sosialnya
30 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1991), h.77
ke arah positif maka tugas keluarga dan lingkungannyalah memberikan pengertian
tentang norma-norma dan nilai-nilai sosial serta lebih ditekankan kepada hal-hal
yang berbau keagamaan. Dengan demikian, peran sosial remaja tersebut akan
tersalurkan dengan baik dan manfaatnya dapat dirasakan oleh keluarganya
maupun lingkungannya, terlebih lagi bagi remaja itu sendiri.
e. Perkembangan Peran Seksual
Masalah perkembangan seksual bagi remaja menentukan terhadap
identitas kepribadian dan jati dirinya. Artinya remaja tersebut akan kelihatan sifat
maskulinnya atau feminimnya bila perkembangan seksualnya sudah
matang.keadaan sifatnya seperti ini bisa dilihat dalam tingkah lakunya, misalnya
terhadap teman sebayanya terutama terhadap lawan jenisnya. Tanda-tanda adanya
perkembangan seksualnya pada rmaja dapat dilihat dari pertumbuhan fisiknya
yang begitu cepat.
f. Perkembangan Moral Religi
Antara moral dan religi merupakan suatu sistem yang tidak dapat
dipisahkan dalam mengatur hidup dan kehidupan. Manusia akan kehilangan jejak
dan sinar kehidupan yang hakiki bila tidak berpedoman pada moral dan religi.
Masalah moral dan religi ini sebenarnya sangat diperlukan oleh remaja sebagai
pedoman atau petunjuk dalam mencarai jati dirinya, sehingga terarah dan tidak
terjerumus kepada tindakan yang negatif. Oleh karena itu remaja haruslah diberi
pengertian-pengertian serta latihan-latihan tentang moral dan religi.
2. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Remaja
Menurut Rumke perasaan ketuhanan baru tumbuh pada usia puber, namun
pendapat ini disinggah oleh Arnold Gessel yang berpendapat bahwa persaan
ketuhanan (beragama) telah muncul sejak usia dini (0-2)31. Pada dasarnya remaja
telah membawa potensi beragama sejak dilahirkan dan itu merupakan fitrah yang
harus dikembangkan, karena agama merupakan bagian yang cukup penting dalam
jiwa remaja.
Perkembangan keagamaan pada remaja sejalan dengan perkembangan
intelektualnya, karena perkembangan intelektual remaja akan mempunyai
pengaruh terhadap keyakinan kepada Tuhan serta dalam kelakuan beragamanya
yang mungkin bisa kuat atau lemah, giat atau malas, bahkan mengalami keraguan
yang ditandai oleh adanya konflik batin, dan hal ini digambarkan sebagai gerak
peralihan cara berpikir yang konkrit menuju cara berpikir yang proposional.32
Fungsi intelektual remaja akan memproses secara analitis terhadap apa
yang dimiliki selama ini, dan apa yang akan diterima. Remaja sudah mengadakan
kritik tentang masalah yang ditemui dalam kehidupan masyarakat, mereka mulai
mengemukakan ide-ide keagamaan, walau hal tersebut tidak berasal dari sudut
perangkat ilmu yang matang, hal ini sebagai akibat dari keadaan psikis remaja
yang sedang bergejolak.33
31Sanapiah Faisal dan Andi Mappiare, Dimensi-dimensi di Indonesia, (Surabaya : Usssaha
Nasional), Cet Ke-3.h.109 32Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang
1976, ) Cet ke-3. h.109. 33 RRobert Crapps, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan, ( Yogyakarta :
Kanisius, 1994), h.24
Jadi keyakinana remaja akan Tuhan akan berubah-ubah sesuai dengan
situasi emosinya, dan ia akan mengalami suatu keyakinan yang maju. Terutama
bagi remaja awal (23-16 tahun) yang jiwanya masih mengalami kegoncangan dan
masih sangat labil. Sedangkan pada remaja akhir (17-21) emosinya mulai stabil
dan pemikirannya mulai matang serta sudah mulai melibatkan diri dalam
kegiatan-kegiatan keagamaan. Dan menurut para ahli psikologi agama
menganggap bahwa kemantapan beragama biasanya tidak terjadi sebelum usia 24
tahun.34
Kebutuhan akan Tuhan kadang kadang tidak terasa dan merasa jauh
apabila jiwa dalam keadaan aman dan tentram. Sebaliknya Tuhan akan sangat
dibutuhkan apabila keadaan perasaan remaja tersebut gelisah dan goncang, karena
menghadapi bahaya yang mengancam, merasa ketakutan akan kegagalan, atau
perasaan berdosa dalam dirinya. Dalam hal ini, remaja menganggap kegiatan-
kegiatan keagamaan seperti shalat, membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya dan
mengurangi kegelisahannya serta dapat memberikan ketenangan batin. Dengan
kata lain kuatnya gelombang rasa keagamaan merupakan usaha-usaha untuk
menenangkan kegoncangan jiwa yang sewaktu-waktu akan timbul.35
34 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya, 2000), h.205. 35 Panut Panuju dan Ida Umami, Psikologi Remaja, ( Yogyakarta : PT. Tiara Wacana,
1999), h.121.
BAB III
PROFIL RUMAH TAHANAN NEGARA (RUTAN) KELAS IIB
RANGKASBITUNG
A. Sejarah Berdirinya
Sebelum dikenal lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) sebagai perwujudan
dari diberlakukannya sistem Pemasyarakatan tanggal 27 April 1964, sistem
pemidanaan di Indonesia dikenal dengan sebutan Sistem Kepenjaraan. Sistem
kepenjaraan adalah suatu sistem pemidanaan yang diciptakan oleh kolonial
Belanda yang menjajah Indonesia pada waktu itu. Institusi yang dikenal dalam
sistem kepenjaraan pada waktu itu ialah Rumah Penjara.
Bangunan Rumah penjara Rangkasbitung dibangun sekitar tahun 1918 dan
ketika di Indonesia diberlakukan sistem Pemasyarakatan termasuk lembaga
pemasyarakatanj Rangkasbitung
Dengan diundangkannya UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP dan pp
No. 27 tahun 1983 tentang pelaksanaan UU NO 8 tahun 1981, dikenal sebuah
Institusi baru yakni Rumah Tahanan Negara. Beberapa Lembaga Pemasyarakatan
berubah fungsi menjadi Rumah Tahanan Negara, dan lembaga pemasyarakatan
negara Rangkasbitung berubah fungsi menjadi Rumah Tahanan Negara
Rangkasbitung.36
B. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok Rutan Kelas IIB Rangkasbitung adalah “Melaksanakan
perawatan terhadap para tersangka atau terdakwa sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.37
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Rutan Kelas IIB Rangkasbitung
mempunyai fungsi:
1. Melakukan pelayanan dan perawatan terhadap para
tersangka/terdakwa
2. Melakukan pemeliharaan keamanan dan keterlibatan Rutan.
3. Melalakukan pengelolaan dan rumah tangga Rutan.
4. Melakukan urusan tata usaha Rutan.
Disamping mempunyai tugas pokok dan fungsi tersebut diatas, Rutan juga
melaksanakan tugas-tugas pembinaan terhadap para Warga Binaan
Pemasyarakatan sebagaimana diatur oleh UU No. 12 Tahun 1995 tentang
pemasyarakatan.
C. Visi, Misi dan Tujuan
36 Brosur, Profil Rumah Tahanan Negara Rangkasbitung. Dep. Hukum dan Ham R.I Kantor Wilayah Banten 2007.
37 Ibid.
Visi :Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan
penghidupan warga Binaan Pemasyarakatan sebagai individu,
anggota masyarakat dan mahluk Tuhan yang Maha Esa.
Misi :Melaksanakan pelayanan dan perawatan tahanan, pembinaan dan
pembimbingan warga binaan Pemasyarakatan dalam rangka
penegakan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan
serta pemajuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia.
Tujuan :
1. Memberi jaminan perlindungan Hak Asasi tahanan dalam
rangka memperlancar proses penyidikan, penuntunan,
pemeriksaan di sidang pengadilan.
2. Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi
manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menyadari keselahannya, memperbaiki diri dan tidak akan
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali
oleh masyarakat serta berperan aktif dalam pembangunan.
D. Sasaran Pembinaan :
1) Pembinaan
a) Kualitas ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
b) Kualitas Intelektual.
c) Kualitas Sikap dan perilaku
d) Kualitas professional.
e) Kualitas kesehatan jasmani dan rohani.
2) Pelaksanaan
a) Isi lebih rendah dari kapasitas.
b) Menekan angka pelarian dan gangguan kamtib
c) Meningkatkan jumlah napi yang bebas sebelum waktunya
melalui proses asimilasi dan pelepasan bersyarat (PB)
d) Menurunya jumlah napi residivis
e) Menurunnya jumlah napi / tahanan yang sakit
f) Terpeliharanya lingkungan yang bersih dan asri.
g) Terwujudnya hasil pembinaan sebagai refleksi dari pelaksanaan
sistim pemasyarakatan.
h) Terciptanya lingkungan Rutan yang bebas dari peredaran uang,
narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya.38
E. Struktur Organisasi dan Pengelolaan
Untuk struktur organisasi Rutan Rangkasbitung sesuai dengan surat
keputusan Menteri Kehakiman No.M04.PR.07.03 tahun 1985 tanggal 20
september1985 selengkapnya akan diberikan dalam lampiran.
Dan pengelolaan Rutan ini ialah kasubsi yang mengangani tata usaha,
antara lain :
1. Sub bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.
38 Ibid.
2. Seksi Bimroh
Mempunyai tugas memberikan bimbingan kemasyarakatan bagi warga
binaan di Rutan Rangkasbitung.
3. Seksi Administrasi keamanan
Mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, perlengkapan dan pembagian
tugas keamanan, menerima laporan harian dan berisikan acara dari jadwal
pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan berkala di bidang
keamanan dan menegakan tata tertib.
Berikut ini adalah daftar pimpinan Rutan Rangkasbitung. Sejak berdiri
sampai sekarang.
Kepala Rutan Rangkasbitung dari Masa ke Masa
1. Periode 1965-1971 : Bpk. Sahiloen
2. Periode 1971-197 : Bpk. Mujahid Arifin, Bc.IP
3. Periode 1976-1983 : Bpk. Drs. Amin Haryono, Bc.IP
4. Periode 1983-1987 : Bpk. Hasan Affandi, Bc.IP
5. Periode 1987-1991 : Bpk. Drs.Hayumi
6. Periode 1991-1994 : Bpk. Ahmad Burhan
7. Periode 1994-1998 : Bpk. Drs. Hidayatullah Mursid
8. Periode 1998-2002 : Bpk. Kries Setyoharnoto, Bc.IP
9. Periode 2002-2005 : Bpk. Syarief Usman, SH,MM
10. Periode 2005-2007 : Bpk. Yandi Suyandi
11. Periode 2007 s/d sekarang : Bpk. M. Hilal, SH, M.Si
F. Sarana dan Prasarana
1. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah sumber terpenting dalam menunjang kegiatan
keagamaan yang terdapat pada Rutan Rangkasbitung tersedianya sarana ibadah
(mushalla) yang diperuntukan shalat dan pengajian rutin. Tersedianya aula yang
cukup representif yang digunakan untuk melakasanakan setiap kegiatan
pembinaan keagamaan, serta sarana air yang cukup untuk mandi dan berwudhu
dan lain-lainnya
G. Program Kegiatan
Dalam rangka upaya pembinaan dan peningkatan kualitas WBP maka
program-program pembinaan wajib diikuti oleh semua WBP agar nantinya dapat
bersosialisasi kembali di tengah-tengah masyarakat, yang pada dasarnya ruang
lingkup pembinaan dapat dibagi kedalam dua bidang, yaitu :
1. Pembinaan kepribadian
Pembinaan kepribadian ini terdari dari beberapa program / kegiatan
diantaranya :
a) Pembinaan keagamaan
b) Pembinaan olah raga
c) Kejar paket dan perpustakaan
d) Penyuluhan hukum
e) Pelayanan kesehatan
2. Pembinaan kemandirian
Pembinaan kemandirian merupakan program pembinaan keahliaan
keterampilan bagi warga binaan . Dengan bekal keterampilan yang mereka miliki,
diharapkan nantinya setelah kembali ke masyarakat mereka dapat menjadikan
keahlian tersebut menjadi bekal untuk mencari nafkah. Pembinaan kemandirian
ini terdiri dari :
a) Pembuatan paving Blok
b) Pembuatan gitar akustik
c) Keterampilan perkayuan
d) Keterampilan mengelas
e) Keterampilan menyablon
f) Keterampilan pertanian / perkebunan.39
Dengan beberapa program pembinaan tersebut, diharapkan Warga Binaan
pemasyarakatan setelah keluar dari Rutan Rangkasbitung dapat kembali diterima
di masyarakat dan mempunyai bekal keterampilan sebagai mata pencaharian
untuk menghidupi keluarga mereka.
39 Ibid.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Deskripsi Subyek penelitian
1. Deskripsi Subyek Penelitian
Sebelumnya pada bab ini penulis memberikan deskripsi subyek penelitian
mengenai Subyek dalam hal ini narapidana atau tahanan anak selanjutnya di sebut
warga binaan anak, yang penulis dapat berdasarkan hasil wawancara pada tanggal
11 Maret 2008, di antaranya :
1) Nama : Anggi
Usia : 15 tahun
Kasus : Pencurian
Agama : Islam
Ia berasal dari Warung Gunung, tidak jauh dari kota Rangkasbitung.
Orang tua Anggi bekerja di luar kota, ibunya bekerja sebagai baby sitter dan
bapaknya bekerja di terminal rambutan. Anggi sendiri tinggal bersama neneknya,
otomatis ia dididik dan dibesarkan oleh neneknya hingga Anggi tidak bisa
menamatkan sekolahnya tamat Sekolah Dasar karena orang tuanya tidak
memperhatikan dalam hal ekonomi maupun pendidikannya. Ia harus membiayai
hidupnya sendiri dengan bekerja sebagai tukang rongsokan atau membeli barang-
barang bekas di daerahnya.
Yang menyebabkan Anggi masuk Rutan Rangkas ialah pencurian, karena
ketika itu Anggi sedang mencari barang bekas di daerahnya untuk dijual. Anggi
melihat sebuah tempat makanan ternak ayam. Menurutnya barang tersebut tidak
digunakan lagi oleh pemiliknya, karena ayam-ayamnya sudah tidak ada. Terbesit
dalam hatinya mengambil untuk kemudian dijual untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, kemudian pemilik barang tersebut melihat Anggi mengambil barang
miliknya dan akhirnya membawa Anggi ke kantor polisi untuk di periksa.40
2) Nama : Usman
Usia : 16 Tahun
Kasus : Pencurian
Agama : Islam
Ia adalah anak sulung dari 3 bersaudara, Usman merupakan anak yang
paling beruntung karena masih dapat bersekolah hingga tamat Sekolah Menengah
Pertama, berbeda dengan kakak-kakaknya yang tidak dapat menamatkan Sekolah
Dasarnya. Usman sendiri selain bersekolah dia juga sambil pesantren tidak jauh
dari kampungnya. Setamatnya dari Sekolah Menengah Pertama Usman tidak bisa
melanjutkan lagi ke sekolah menengah atas karena masalah biaya. Angan-
angannya untuk meneruskan sekolah lebih tinggi hanya tinggal harapan. Dia tidak
memiliki pekerjaan dan hanya membantu orang tuanya di sawah atau kebun .
Awal mula Usman di Rutan ini ialah karena pencurian karet. Pencurian itu
dilakukannya bersama temannya yaitu Fudin yang pada saat ini ada di Rutan
Rangkasbitung. Usman sendiri menceritakan kepada penulis, bahwasannya dia
40 Anggi, Warga Binaan Pemasyarakatan Anak, Wawancara Pribadi, Rangkasbitung, 12 Maret 2008
tidak berniat untuk mencuri barang tersebut, yang merencanakan pencurian itu
ialah Fudin, Fudin membujuknya untuk mencuri barang yang tidak jauh dari
tempat Usman, Usmanpun menuruti ajakan temannya itu. Pada suatu malam
Usman bersama Fudin mengambil barang berbentuk karet, dan karet tersebut di
simpan di rumah Usman, tetapi ternyata ada beberapa warga yang melihatnya,
kemudian warga pun membawa Usman dan Fudin ke kantor polisi terdekat
bersama barang buktinya.41
3) Nama : Yatna
Usia : 15 tahun
Kasus : Pencurian
Agama : Islam
Yatna, asalnya Muncang, Rangkasabitung. Anak ke 5 dari 8 bersaudara,
Yatna hanya mengenyam penididkan sampai di sekolah dasar kelas tiga. Ia tidak
bisa melanjutkan sekolahnya karena masalah biaya. Pekerjaan orang tuanya hanya
petani. Yatna sehari-hari bekerja di pasar Muncang, mencuci mobil atau jualan
plastik.
Penyebab Yatna masuk Rutan ini ialah karena pencurian uang di
daerahnya. Awalnya Yatna tidak ada rencana untuk mengambil uang tetangganya
itu, kebetulan Yatna lewat rumah korban dan melihat keadaan rumah tetangganya
itu kosong, hingga terbesit dalam hatinya untuk mengambil uang tersebut,
karena pada saat itu Yatna tidak memiliki atau mempunyai uang. Dan akhirnya
Yatna masuk ke rumah korban dan mengambil uang sebesar Rp. 2.100.000. Yatna
41 Usman, Warga Binaan Pemasyarakatan Anak, Wawancara Pribadi, Rangkasbitung, 12 Maret 2008.
menceritakan kepada penulis bahwa uang tersebut rencananya untuk membeli
handphone tetapi niatnya belum terlaksana sudah diketahui oleh warga setempat.
Kemudian warga pun akhirnya membawa Yatna ke kantor polisi untuk di
proses.42
4) Nama : Wawan
Usia : 17 tahun
Kasus : Pencurian
Agama : Islam
Wawan lahir dan dibesarkan di kota Rangkasbitung. Wawan anak ke-4
dari 4 bersaudara, orang tuanya yang sibuk berjualan di pasar Rangkasbitung,
begitu sibuknya sampai Wawan tidak mendapat perhatian dari orangtuanya,
sehingga memutuskan untuk kost sendiri tidak jauh dari rumahnya. Setamatnya
dari Sekolah Menengah Pertama, Wawan bekerja di sebuah pabrik sepatu di
daerah Tangerang.
Awal mula Wawan masuk Rutan ini ialah karena desakan temannya untuk
mencuri sepeda yang berada di daerah alaun-alun. Pada saat itu Wawan baru
datang dari Tangerang dan kebetulan kehilangan uang. Ia pun akhirnyaa mau
mengikuti ajakan temannya itu. Terjadilah pencurian sepeda yang dilakukanya
bersama temannya itu. Hasil pencuriannya disimpan di rumah kostnya, dan polisi
42 Yatna, Warga Binaan Pemasyarakatan Anak, Wawancara Pribadi, Rangkasbitung, 13
Maret 2008.
mengetahui pelaku pencurian dan sepeda karena barang bukti masih ada di kost
Wawan.43
5) Nama : Hamidi
Usia : 15 Tahun
Kasus : Pencurian
Agama : Islam
Hamidi adalah anak ke tiga dari empat bersaudara. Ayahnya meninggal
saat dia masih duduk dikelas tiga SD. Sedangkan ibunya bekerja sebagai buruh.
Dia dan tiga saudaranya tinggal bersama neneknya. Hamidi tidak bisa
melanjutkan sekolah dasar (SD) karena masalah ekonomi. Ia bekerja sebagai
tukang cuci motor di sebuah pencucian mobil tetangganya.
Hamidi di tangkap karena kasus pencurian kabel telkom. Pencurian itu ia
lakukan dengan temannya, rencananya kabel itu akan dijual. Dan rencananya
uangnya itu ia gunakan untuk kebutuhan sehari-harinya.44
2. Deskripsi Subyek Penelitian ( Pembimbing)
1) Samsu al-Bantani
Samsu al-bantani, pria kelahiran Serang 4 juni 1969 ini awalnya menjabat
sebagai keamanan atau penjagaan. Bekerja sejak tahun 1993 di Rutan
43 Wawan, Warga Binaan Pemasyarakatan Anak, Wawancara Pribadi, Rangkasbitung, 13
Maret 2008.
44 Hamidi, Warga Binaan Pemasyarakatan Anak, Wawancara Pribadi, Rangkasbitung, 13 Maret 2008.
Rangkasbitung. Dan menjabat sebagai kepala bidang pendidikan dan kerohanian
dari tahun 2003 sampai sekarang.
Beliau adalah satu-satunya petugas bimbingan rohani yang ada di Rutan
dan penanggung jawab berjalannya kegiatan bimbingan rohani Islam di Rutan.
Selain menjabat sebagai kepala bimbingan rohani Islam, beliau juga menjabat
sebagai kepala koperasi di Rutan Rangkasbitung. Kesibukannya sebagai kepala
koperasi, menyebabkan ia tidak intens sebagai praktisi bimbingan rohani
2) Abdul azis
Lahir di jakarta, tugas bagian penjagaan, Ia adalah satu-satu pemerhati
keadaan anak di Rutan. Selama penulis melakukan penelitian, pak azis sering
memberikan bimbingan rohani Islam secara tidak formal, diantaranya
menanyakan seputar shalat dan mengaji. Diluar jadwal, banyak anak-anak
berkonsultasi kepada beliau, diantaranya konsultasi seputar pribadi atau hal-hal
yang belum diketahuinya. Ahirnya penulis menjadikan beliau sebagai subyek
dalam penelitian pembimbing walau beliau bukan pembimbing rohani secara
formal. Tetapi keaktifan beliau memberiakan bimbingan secara pribadi dengan
warga binaan khususnya anak-anak.
3) Ust. Zaki
Adalah pembimbing dari luar beliau hadir setiap dua kali dalam sebulan,
dan memberikan ceramah serta diskusi kepada warga binaan yang ada di Rutan.
Beliau dari sekertaris Pemuda Muhamadiyah yang ada di Rangkasbitung. Beliau
sangat aktif dalam memberikan ceramah agama atau ide-ide kepada Program
bimbingan supaya kegiatan Rutan berjalan dengan baik.
4) Ust Abdullah
Beliau pembimbing rohani islam dari luar. Ustadz Abdullah ini dari
Yayasan Ad-adkwah Rangkasbitung. Beliau lulusan dari Mesir. Datang ke Rutan
dua kali dalam sebulan, beliau mengajak para warga binaan yang ingin kosultasi
secara pribadi baik pada saat tugas maupun di luar jadwal.
B. Kondisi Warga Binaan Pemasyarakatan.
Mengingat pada umumnya warga binaan pemasyarakatan kurang memiliki
latar belakang pendidikan formal maupun pendidikan non formal, sehingga
melakukan pelanggaran hukum yang akibatnya mengantarkan mereka menjadi
penghuni Rumah Tahanan Negara.
Warga Binaan Pemasyarakatan Anak yang berada di Rumah Tahanan
Negara Rangkasbitung merupakan anak-anak yang sebagian besar mempunyai
keterbatasan dan kekurangan dalam berbagai hal antara lain : Kurang iman dan
taqwa, kurang cerdas, kurang sopan santun, kurang mampu beradaptasi, dan lain
sebagainya. Kondisi ini akibat dari faktor lingkungan dan pergaulan mereka
sebelum berada di dalam Rutan. Faktor ini sangat mempengaruhi pembentukan
sikap, watak dan karakter warga binaan, sehingga anak cenderung berperilaku
menyimpang bahkan melakukan perbuatan melanggar hukum.
Semua anak yang diwawancarai di Rutan Rangkasbitung adalah anak-
anak dari keluarga yang lemah ekonomi, lemah agama, lemah pendidikan dan
lemah dalam pergaulan sosial, Dari 11 anak yang di Rutan rangkasbitung di
antaranya : 4 orang anak tidak lulus Sekolah Dasar, 3 orang anak tamat Sekolah
Dasar, 4 anak tidak tamat Sekolah Menengah Pertama dan 4 orang anak yang
meneruskan Sekolah Dasar paket A. Usia mereka antara 13-17 tahun. Latar
belakang pendidikan mereka setidaknya bisa dijadikan sebagai gambaran,
bagaimana dan di mana posisi mereka dalam kehidupan sosial dan ekonomi.
Dari wawancara penulis selama di lapangan, penulis berpendapat bahwa
hampir seluruh warga binaan mengalami kecemasan atau rasa bersalah, mereka
khawatir pada saat kelak bebas dari Rutan, mereka tidak diterima kembali
ditengah-tengah keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar karena status
mereka yang mantan penghuni Rutan dimana masyarakat mempunyai citra buruk
terhadap para mantan napi.
Sebagimana diuraikan oleh seorang subyek warga binaan Anggi, seperti
yang dikatakannya, ia cemas memikirkan masa depannya setelah keluar dari
Rutan ini, karena ia merasa dirinya tidak berguna untuk masyarakat dan
keluarganya. 45 .
Hal senada dengan Usman yang menceritakan kepada penulis, bahwasanya
Usman selalu mencemaskan kalau seandainya keluar dari Rutan ini dia tidak
diterima oleh masyarakat dan keluarga karena kesalahannya.46
Hal lain yang diceritakan Wawan, ia merasa cemas karena takut
kehilangan pekerjaannya, dan tidak diterima oleh keluarganya. Perasaan
mengganggu pikirannya samapi ia sulit untuk tidur, malas untuk beraktifitas di
Rutan.47
45 Anggi, Warga binaan Pemasyarakatan Negara, Wawancara Pribadi, Rangkasbitung, 12
Maret 2008
46 Hamidi, Warga Binaan Pemasyarakatan Anak, Wawancara Pribadi, Rangkasbitung, 12 Maret 2008.
Kondisi kejiwaan yang dialami oleh anak yang ada di Rutan selama
pemantauan penulis lakukan mereka tidak bisa menjalani aktifitas secara serius,
dan mereka selalu murung, dan bila ada kegiatan mereka jarang mengikutinya,
karena kurangnya perhatian yang diberikan oleh petugas bimbingan rohani secara
khusus kepada mereka.
C. Upaya Bimbingan Rohani Islam Terhadap Warga Binaan
Pemasyarakatan.
Pada dasarnya pelaksanaan bimbingan rohani islam terhadap warga binaan
pemasyarakatan merupakan tugas dan kewajiban dari pembinaan umat Islam pada
umumnya. Bahkan bisa jadi mereka di tempat sebagai prioritas utama, sebab
mereka secara khusus sedang mengalami kegoncangn rohani (spiritual). Tindakan
kriminal atau pelanggaran hukum yang mererka lakukan tentu tidak semata-mata
di latar belakangi oleh tuntunan kebutuhan yang bersifat materi (jasmani), akan
tetapi banyak di antara munculnya tindakan dan perilaku kriminal dipengaruhi
oleh kondisi rohani yang tidak stabil, atau tidak mendapat bimbingan dan
pembinaan secara terus menerus, oleh karena itu pelaksanaan bimbingan rohani
Islam terhadap warga binaan pemasyarakatan semestinya mendapatkan perhatian
khusus bagi setiap umat Islam yang berada di Rumah Tahanan Negara
Rangkasbitung.
Bimbingan Rohani islam adalah merupakan salah satu program pembinaan
yang diberikan kepada para narapidana dan tahanan yang beragama Islam.
Program ini berada di bawah tanggung jawab Kepala Seksi Pembinaan
kerohaniaan (Bimroh) Bapak Samsu Albantani.
Setelah penulis melakukan pengamatan dan wawancara, maka penulis
dapat menggambarkan upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Rutan atau
petugas bimbingan rohani Islam adalah sebagai berikut :
2. Metode
Secara teknis penggunaan metode dalam pembinaan warga binaan
pemasyarakatan dilakukan telah diatur baik dalam peraturan pemerintah maupun
keputusan menteri kehakiman namun pelaksanaan tersebut cenderung disesuaikan
dengan keadaan warga binaan pemasyarakatan dan kemampuan pembimbing
tersebut. Pada metode yang pembimbing digunakan sebagai berikut :
a. Ceramah Agama
Ceramah agama yaitu dilakukan pembimbing dengan tujuan memberikan
siraman rohani kepada WBP dan juga nasehat-nasehat agama. Bimbingan Rohani
ini dilakukan oleh petugas bimbingan dari luar dan dalam Rutan sendiri secara
bergiliran sesuai jadwal yang ditentukan (lihat lampiran).
b. Dialog atau Tanya jawab
Metode dialog atau tanya jawab ini merupakan tindak lanjut dari metode
ceramah, ini dilaksanakan setelah pembina memberikan penjelasan terhadap
materi yang disampaikan kemudian warga binaan diberi kesempatan untuk
bertanya mengenai materi tersebut yang telah dibahas, yang mereka anggap
kurang jelas dan sulit untuk dipahami. Ataupun sebaliknya, pembina memberikan
pertanyaan kepada warga binan seputar materi yang telah dijelaskan sebelumnya,
lalau diharapkan mereka dapat menjawab tanpa rasa malu dan takut akan salah
dari jawaban yang dilontarkan. Cara ini dapat menjadi stimulus dan melatih
mental mereka untuk berani berbicara dan mengungkapkan pendapat didepan
orang banyak.
3. Materi
Kegiatan menyampaikan materi bmbingan rohani Islam merupakan
kegaiatan utama yang tombak dari serangkaian bentuk kegauatan rohani Islam
lainnya.
Namun sejauh penulis mencari data tentang jabaran atau uraian materi
secara rinci pihak pengelola Rutan Rangkas tidak memiliki uraian materi secara
rinci. Bahkan sebaliknya materi diserahkan kepada pembimbing yang akan
melakukan bimbingan pada warga binaan.
Adapun materi yang diberikan diantaranya : Fiqih ibadah, Tauhid, Akhlak.
Untuk itu lebih jelasnya penulis jelaskan yaitu :
a. Figih Ibadah : Materi ini adalah cara untuk mendekatkan diri kepada
sang penciptanya dengan selalu beribadah seperti shalat, dan tata
cara berwudhu dan lain-lain.
b. Tauhid : Sebagai pengenalan warga binaa pemasyarakatan kepada
Allah dan untuk mempertebal keimanan mereka.
c. Akhlak : Materi ini bertujuan untuk membina para warga agar
mempunyai budi pekerti dan berprilaku baik setelah kelaur dari
Rutan ini.
Materi-materi ini dimaksudkan untuk menanamkan nilai-nilai agama
kembali kepada warga binaan pemasyarakatan, memberikan pengertian tentang
agama islam yang sesuai dengan tingkat kecerdasan masing-masing warga binaan
pemasyarakatan, menanamkan akhlak mulia, dan konsisten beribadah, serta
menanamkan rasa percaya diri.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Ustadz zaki pembimbing Bimroh
Rangkasbitung, beliau mengatakan : ”bahwa dengan adanya materi-materi ini
diharapkan bisa membantu para warga binaan yang ada di Rutan dapat
mengembalikan harga diri dan mental warga binaan, karena setelah mereka
merasa tertekan akibat hukuman yang mereka terima atau perbuatan yang mereka
lakukan”.48
3. Waktu Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam
Waktu yang dilaksanakan dalam kegiatan bimbingan rohani Islam selama
penulis melakukan penelitian adalah : tiga kali dalam seminggu dari pukul 10.00-
12.00, sesuai jadwal yang sudah diotentukan. (lihat Lampiran)
Selain itu juga di Rutan juga selalu melaksanakan kegiatan tahunan yaitu
memperingati hari-hari Besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammmad Saw, Isra
Mi’raj, I Muharam dan Bulan Ramadhan.
D. Analisa Hasil Upaya Bimbingan Rohani Islam Terhadap Warga Binaan
Pemasyarakatan
48 Ustadz. Zaki, Pembimbing Rohani Islam. Wawancara Pribadi, Rangkasbitung : 22
Maret 2008.
Bimbingan rohani Islam, yang menggunakan pendekatan-pendekatan dan
motivasi yang bersumber dari kitab suci dan hadits Nabi, dapat dijadikan solusi
yang tepat untuk menaggulangi gangguan jiwa yang dialami oleh manusia sebagai
akibat tressor kehidupan. Dalam konteks ini, KARUTAN Rangkasbitung
mengatakan bahwa, salah satu tujuan diadakanya program bimbingan rohani ini
adalah untuk membantu para warga binaan pemasyarakatan yang mengalami
gangguan jiwa.49
Berdasarkan hasil pengamatan penulis serta data-data yang ditemukan
dilapangan, upaya bimbingan rohani Islam terhadap warga binaan, khususnya
untuk anak-anak masih kurang efektif.
Efektivitas sebuah program, dapat dilihat secara visual, yakni melalui
adanya perubahan dari komunitas atau perorangan yang menjadi sasaran dari
program tersebut, sesuai dengan tujuan diadakannya program.
Selama dua bulan melakukan penelitian, Secara umum, dapat penulis
katakan bahwa metode yang digunakan adalah hanya metode berbentuk ceramah
dan diskusi. Metode tersebut kurang begitu mengatasi permasalahan yang dialami
oleh warga binaan anak, metodenya hanya berbentuk penyampaian materi saja,
dan keterbatasan kemampuan berbagai pemahaman yang dimiliki anak dalam hal
rendahnya pemahaman tentang agama dan pendidikan yang mereka miliki. Tidak
adanya pelayanan khusus bimbingan rohani islam untuk warga binaan anak di
Rutan Rangkasbitung.
49 M. Hilal.SH, Kepala Rumah Tahanan Negara , Wawancara Pribadi, Rangkasbitung :
25 Maret 2008.
Rutan juga belum efektif untuk mengatur tentang materi yang harus
disesuaikan dengan kultural warga binaan yang ada di sana, terutama warga
binaan yang menderita tekanan di dalam Rutan kurang begitu meringankan beban
mereka yang sedang mengalami kecemasan dan rasa tertekan berada dalam
Rutan..
Kurangnya pemantauan dari petugas bimbingan rohani dapat berakibat
dalam hal pelaksanaan program bimbingan di lapangan, karena pemantauan
dilapangan dapat diketahui berapa banyak warga binaan khususnya anak remaja
yang ikut, materi yang disampaikan,dan keefektipan pembimbing.
Manfaat adanya pemantauan adalah untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan dan pemahaman warga binaan khususnya anak remaja terhadap
nilai-nilai keislaman. Dengan adanya pemantauan maka akan diketahui apa saja
kenadala-kendala yang ada pada saat bimbingan rohani, setelah diketahui kendala
tersebut dengan segera dicarikan solusinya.
Bimbingan rohani Islam bisa memiliki pengaruh yang besar apabila
dilakukan dengan perencanaan dan terstruktur dengan baik, karena dengan adanya
bimbingan rohani Islam dalam membantu menangani rasa cemas dan rasa tertekan
saat berada di Rutan yang mereka alami sangat membantu. Tetapi harus diakui
bahwa bimbingan rohani Islam bukanlah satu-satunya pembinaan yang diberikan
kepada mereka. Karena motivasi teman serta dorongan dari keluarga serta
pembinaan lain yang ada, dapati membantu mereka ke arah perbaikan kondisi
yang stabil..
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis di Rutan kelas IIB Rangkasbitung
maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Upaya bimbingan rohani Islam terhadap warga binaan di Rumah Tahanan
Negara dilihat dari segi Para petugas Pembimbing Rohani Islam di Rumah
Tahanan Negara (RUTAN) dalam penyampaian materi bimbingan dan
pembinaan menggunakan beberapa metode-metode sebagai berikut :
a. Metode ceramah Agama
b. Metode diskusi atau tanya jawab.
2. Upaya bimbingan rohani Islam terhadap warga binaan yang dilaksanan
dengan metode yang ada. Sudah diupayakan oleh pihak Rutan atau petugas
bimbingan rohani, meskipun belum maksimal, karena keterbatasan petugas
bimbingan dan waktu.
3. Semua pembinaan dan bimbingan yang dilakukan pihak Rutan adalah
merupakan bagian dari bimbingan rohani islam yang membantu para warga
binaan pemasyarakatan kembali kepada jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Perubahan sikap para warga binaan pemasyarakatan menjadi lebih baik adalah
merupakan satu perwujudan dari sebuah upaya yang telah diberikan.
B. Saran
Kepada semua pihak pengurus dan pembimbing Rutan Rangkasbitung,
penulis menyarankan :
1. Fasilitas yang menunjang kegiatan bimbingan islam masih perlu diperhatikan
dan dipenuhi, seperti perlengkapan shalat, papan tulis dan alat tulis lainnya
yang dicapai melalui kerjasama dengan berbagai pihak.
2. Kurangnya tenaga profesinal menyebabkan binbingan ini kurang berjalan
dengan baik dan tidak seimbang antara pegawai dengan warga binaan.
3. Masyarakat diharapkan aktif memberikan pembinaan dan bimbingan terhadap
warga Binaan Binaan pemasyarakat setelahnya keluar dari Rutan
Rangkasbitung, agar dapat hidup normal dan tidak lagi kembali ke jalan yang
salah.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbimngan dan Penyuluhan Agama, Jakarta:
PT.Golden Terayon Press, 1994. -----------. Teori-Konseling Agama dan Umum, Pt. Golden Terayon Press, 1998. A, Hallen. Bimbingan dan konseling dalam Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002. A, Hasanudin. Retorika Dakwah dan Publistik dalam Kepemimpinan. Surabaya:
Usaha Nasiona 1982. Alisup, Muhammad, Sabri.Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Anak
dan Remaja, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997 Cet. Ke-02 h.160 Brosur, Profil Rumah Tahanan Negara Rangkasbitung. Dep. Hukum dan Ham R.I
Kantor Wilayah Banten 2007 Daradjat, Zakiah. Peran Agama dalam Kesehatan Mental Jakarta : CV. Haji
Masagung 1994. -----------. Ilmu jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 2003. ------------, Pembinaan Remaja, Jakarta : Bulan Bintang, 1982, h.11 Dagun, Save M. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta :LPKN, 1999, h.957. Crapps, Robert .Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan, Yogyakarta :
Kanisius, 1994, h.24 Dep Dik.Bud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta : UII
Press, 2001. Gunarsa, Singgih D.Psikologi Anak dan Remaja, Jakarta : Gunung Mulia, 1995,
Cet Ke-7, h.203. Jamaluddin, Syaik Mahfudzh. Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta :
Pustaka Al-kautsar, 2001) Cet Ke-I h. 3-4. Kartono Kartini. Patologi Sosial 3: Gangguan-gangguan Kejiwaan Jakarta : CV
Rajawali Press, 1997.
Ketut, Dewa, Sukardi. ”Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah”, Surabaya : Usaha Nasional, 1982, h. 66.
Moleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 1989), Cet ke-2 h. 3.
Mahfuzh, Syaikh M. Jaaamaludin. Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta :
Pustaka Al Kautsar, 2001. Maulana, Muhammad Ali. Islamologi atau Dinul Islam, (Jakarta : Darul Kutubi
Islamiyyah, 1996), Cet. Ke-5. h,4.
Mutikrida, Hadi, Laksana. kamus sinonim Bahasa Indonesia, (Jakarta : Nusa Indah, 1981.
Mapiare, Andi. Psikologis Remaja. (surabaya :Usaha Nasional, 1982), H.27.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, (Jakarta : UI Press 1979) Cet Ke-1. h.9. Panuju, panut dan Ida Umami. Psikologi Remaja, ( Yogyakarta : PT. Tiara
Wacana, 1999), h.121. Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang 2003. Soekanto, Soerjono. Mengenal dan Memahami Masalah Remaja, (Jakarta ;
Pustaka Antara, 1996), Cet. Ke-4, h.40. Sundari, Siti. Kesehatan mental Dalam Kehidupan, (Jakarta :PT Rineka Cipta), h.32. Umam Khairul dan Aminudin Achyar. Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung:
CV. Pustaka Setia, 1998 Widjaja, A. W. Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika,
(Bandung : Armico, 1985), h. 1. Wirawan, Sarlito, Sarwono. Psikologi Remaja, (Jakarta : Remaja Press, 2000), h.
6. Yusuf, Syamsu. Mental Hygiene Pengembangan Kesehatan Mental dalam kajian
Psikologi dan Agama, (Bandung : Pustaka Bani Quraisi, 2004) Cet.ke1 h. 37.
Yummy, Salim dan Petter Salim. kamus bahasa Indonesia kontemporer, (Jakarta : Modem English, 1991)h. 299.
HASIL
WAWANCARA
Nama : M. Hilal, SH, M.Si
Jabatan : Kepala Rutan Rangkasbitung
Tanggal : 10 Maret 2008
Tempat : Ruang Kerja KARUTAN
1. Sejak kapan bapak menjadi KARUTAN Rangkasbitung?
Sejak dari Bulan Juni akhir 2007 hingga sekarang
2. Bagaimana dengan sejarah berdirinya Rutan ini?
Sejarah Rutan ini tahun 40-an masih zaman Belanda dengan kata penjara,
60-an itu berganti nama dengan ada perubahan Rutan Negara. Fungsi dan
peran berbeda dengan Lembaga pemasyarakatan dengan Rutan.
3. Menurut Bapak apa pengertian Rutan secara luas?
Untuk Rutan itu sebetulnya diperuntuhkan bagi para tahanan yaitu masih
dalam proses pemeriksaan, penyelidikan, tetapi karena di Rangkasbitung
tidakkah ada, sehingga kita pun diijinkan selama 1). Masa pidananya tidak
lebih dari 5 tahun kemudian jenis pidana tidak membahayakan di lingkungan
Rutan ini. Kemudian Lp diperuntuhkan untuk bagi orang-orang yang sudah
mendapatkan ponis kekuatan hukum yang tetap dari hakim. Tetapi Rutan bagi
mereka yang masih menjalani proses pemeriksaan, masih dalam proses
penyelidikan dari kejaksaan pengadilan.
4. Apa bedanya Rutan ini dengan Rutan alinnya?
Rutan ini tidak berbeda dengan Rutan lainnya, hanya saja untuk aplikasinya
dari segi blok penghunian yang sudah berbeda kemudian kreativitas dari
masing-masing unit pelaksana teknis setiap rutan berbeda-beda, Rutan juga
mempunyai program. Dari pusat dan bagaimana tinggal masing-masing
melaksanakan program itu.
5. Apa visi dan misi Rutan ini?
Misinya : adalah memajukan Warga Binaan Pemasyarakatan untuk dapat
kembali pada masyarakat sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku sehingga, masyarakat dan mereka kembali diterima, kehendaki
bersama.
6. Bisakah Bapak Jelaskan tugas pegawai di sini khususnya kegiatan bimbingan
Rohani?
Tugas pegawai mereka adalah :
1. mengkoordinir seluruh kegiatan yang berkaitan dengan perawatan dan
pelayanan, perawatan mencakup bidang kesehatan kemudian juga mereka
harus memperhatikan kondisi warga binaan pemasyarakat di dalam
termasuk di dalamnya adalah olahraga, kemudian bimbingan terhadap
mental agama islam.
2. kegiatan bimbingan rohani islam ini di bawah tanggung jawab petugas
bimbingan rohani yaitu Bapak Samsu, beliau memberikan bimbingan
dalam bentuk pengajian (Ceramah Agama) sesuai dengan jadwal yang
sudah ditentukan
Interview Interviewer
(Mariam) (M. Hilal, SH, M.Si)
HASIL
WAWANCARA
Nama : Samsu Al-Bantani
Jabatan : Seksi Pendidikan dan Pembinaan Rohani
Tanggal Wawancara : 26 Maret 2008
Tempat Wawancara : Aula RUTAN Rangkasbitung.
1. Sejak kapan Bapak menjadi petugas bimbingan rohani Islam di Rutan
Rangkasbitung?
Saya ditugaskan sebagai seksi pendidikan dan pembinaan rohani sekitar
tahun 2003 yang lalu, hingga sekarang, karena sebelumnya saya ditugaskan
sebagai penjagaan dari tahun 1997 sampai 2003.
2. Bagaimana teknis pembinaan yang bapak berikan?
Teknis pembinaan yang saya berikan berupa metode ceramah, dan Saya selalu
mengarahkan kepada warga binaan untuk selalu mengikuti program yang ada
di Rutan ini,
3. Dalam seminggu ada berapa kali kegiatan bimbingan rohani yang
dilaksanakan di Rutan Rangkasbitung?
Kegiatan bimbingan rohani diadakan tiga kali dalam seminggu, yaitu Hari
Senin, Rabu, dan Sabtu, dan Hari Selasa, Kamis, Jum’at untuk kegiatan kejar
paket A. Pengajian bulanan setiap satu kali dalam sebulan.
4. Materi apa saja yang diberikan dalam pelaksanaan bimbingan rohani di Rutan
ini?
Materi yang diberikan dalam pelaksanaan bimbingan rohani ialah tergantung
kepada yang menyampaikan materi, misalkan Ustadz Zaki selalu memberikan
materi tentang Fiqih, kalau Ustadz Abdullah selalu memberikan materi
tentang ketauhidan.
5. Di dalam Rumah Tahanan Negara Rangkasbitung ini ada berapa orang
Pembimbing Rohani Islam ?
Petugas yang dari Rutan ini hanya saya pribadi dan petugas dari luar itu ada
dua orang, tetapi terkadang selalu bergiliran karena mereka itu dari Lembaga
Swadaya Masyarakat, tetapi yang sering memberikan yaitu ustad Zaky dan
ustadz Abdullah.
6. Apakah bimbingan di Rutan ini sudah dikatakan berhasil atau tidak?
kalau dilihat dari segi kualitas sangat sulit untuk mengidentifikasikan berhasil
atau tidaknya suatu bimbingan rohani Islam. bila dilihat dari segi keseharian
warga binaan ketika berada di Rumah Tahanan Negara sudah di bilang
berhasil. sebagai contoh yang dulunya mereka tidak mau shalat sekarang
sudah mau shalat. akan tetapi kita kembalikan lagi kepada warga binaan
tersebut apakah mereka setelah keluar masih bersikap seperti di dalam Rumah
Tahanan Negara Rangkasbitung. Dan juga peran dari masyarakat mereka
tinggal sangat penting untuk mengembalikan mental dan kepercayaan diri
mereka setelah keluar dari Rutan ini.
Interview Interviewer
(Mariam) (Samsu Al-Bantani)
HASIL
WAWANCARA
Nama : Ustadz Zaki
Jabatan : Pembimbing Rohani
Tanggal Wawancara : 25 Maret 2008
Tempat Wawancara : Rumah kediaman
1. Sejak kapan Ustadz menjadi pembimbing rohani di Rutan ini?
Sejak tahun 2005, awalnya saya hanya ditugaskan untuk memberikan
bimbingan secara tidak formal,artinya tidak sesuai jadwal yang sudah ditentukan,
terkadang saya datang setiap tiga kali dalam seminggu, tetapi karena
musyawarah dengan petugas yang ada di Rutan akhirnya kita mengatasnamakan
dari sekretaris pemuda Muhammadiyah, dan akhirnya kegiatan tersebut sering
bergiliran sesuai jadwal yang ditentukan.
2. Upaya apa yang ustadz lakukan untuk kegiatan dalam pembinaan ini?
Kegiatan yang saya berikan berbentuk ceramah, diskusi atau tanya jawab,
karena terkadang para warga binaan membutuhkan siraman rohani berbentuk
seputar tauhid atau fiqih karena keterbatasan agama yang mereka miliki.
3. Apakah ada perubahan dari warga binaan tersebut setelah mendapat
bimbingan dari bapak?
Sebagian besar warga binaan atau narapidana mengalami perubahan
seperti melaksanakan shalat dan perilaku mereka, mereka mengakui dengan
adanya bimbingan rohani hati mereka sangat tenang untuk menjalani masa
pidana atau tahanan di Rutan ini dan menjalankan aktivitas ibadah dengan
tenang.
Interview Interviewer
(Mariam) (Ustadz Zaki)
HASIL
WAWANCARA
Nama : Abdul Azis
Jabatan : Penjagaan
Tanggal Wawancara : 22 Maret 2008
Tempat Wawancara : Aula RUTAN Rangkasbitung.
1. Sejak kapan bapak menjadi petugas penjagaan di Rutan Rangkas ini?
Saya tugas di Rutan ini setahun yang lalu yaitu tahun 2007.
2. Apa yang melatar belakangi bapak menjadi perhatian kepada warga binaan
anak?
Dilihat dari umur anak-anak yang sangat muda, mereka sudah harus
menjalani masa-masa yang seharusnya anak-anak yang seumurannya bermain
atau belajar. Saya tidak selalu menyalahkan mereka, tetapi saya sering
memberikan motivasi, sehingga anak-anak yang berada di Rutan ini tidak terlalu
cemas memikirkan masa depannya. karena ini bukan kewajiban petugas
bimbingan rohani saja melainkan tugas kita semua khususnya staf yang berada di
Rutan ini.
3. Menurut penilaian bapak apakah program bimbingan rohani di sini sudah
berhasil terhadap warga binaan khususnya anak-anak?
Menurut saya program yang dijalankan sudah cukup, akan tetapi
terkadang petugas bimbingan yang dari luar dan sudah dijadwalkan tidak hadir,
sehingga kegiatan tersebut tidak berjalan. dan kesadaran para warga binaan
tidak mengikuti pengajian kurang begitu antusias mungkin dikarenakan tidak
diwajibkannya dalam mengikuti program yang ada.
4. kapan saja bapak memberikan bimbingan?
Tidak tentu, terkadang saat anak-anak sedang tidak ada kegiatan. Karena
tugas saya menjaga para warga, di situ ada kesempatan saya memberi motivasi
atau dorongan kepada warga binaan khususnya anak-anak
5. Apakah ada perubahan dari warga binaan anak setelah mengikuti bimbingan
rohani?
Setelah saya perhatikan dari warga binaan anak, mereka disini tekun
melaksanakan shalat berjamaah dan mengikuti pengajian , terkadang ada saja
anak yang tidak melaksanakan shalat dan tidak mengikuti pengajian.
Interview Interviewer
(Mariam) (Abdul Azis)
PEDOMAN WAWANCARA
1. Kasus apa yang menyebabkan anda masuk Rutan ini?
2. Sudah berapa lama anda berada di Rutan ini?
3. Perasaan apa yang anda rasakan saat ini?
4. Bagaimana program bimbingan yang diberikan di Rutan ini?
5. Berapa kali anda mengikuti bimbingan rohani di Rutan ini?
6. Apakah ada sanksi jika para warga binaan tidak mengikuti pengajian?
7. Apakah ada perubahan setelah mengikuti program yang diberikan oleh
petugas Bimroh?
8. Apa harapan anda setelah keluar dari Rutan ini?
HASIL
WAWANCARA
Nama : Anggi
Tanggal Wawancara : 12 Maret 2008
Tempat Wawancara : Aula RUTAN Rangkasbitung.
1. Kasus apa yang menyebabkan anda masuk Rutan ini?
Kasus 363 yaitu pencurian,yaitu mencuri tempat makan ayam di daerah
Warung gunung. Awalnya saya tidak berniat untuk mencuri barang tersebut,
perkiraan saya barang tersebut tidak digunakan lagi oleh pemiliknya,
akhirnya saya mengambilnya.
2. Sudah berapa lama anda berada di Rutan ini?
Sudah dua bulan, yaitu dari bulan Januari hingga sekarang
3. Perasaan apa yang anda rasakan saat ini?
Perasaan saya saat ini ialah ingin pulang, sedih melihat orang tua jauh.
4. Bagaimana program bimbingan yang diberikan di Rutan ini?
Program yang diberikan oleh petugas yaitu pengajian oleh ustadz-ustadz dari
luar, dan pengajiannya dilakukan tiga kali dalam seminggu.
5. Berapa kali anda mengikuti bimbingan rohani di Rutan ini?
Saya sering mengikuti bimbingan yang berbentuk pengajian atau tanya jawab
yang diberikan oleh petugas bimroh di sini.
6. Apakah ada sanksi jika para warga binaan tidak mengikuti pengajian?
Menurut saya tidak ada, pengajian ini bentuknya tidak memaksa yaitu yang
mau mengikuti siapa saja.
7. Apakah ada perubahan setelah mengikuti program yang diberikan oleh
petugas Bimroh?
Kalau saya sendiri sering melakukan salat berjamaah atau saya selalu berdoa
supaya hukumannya diringankan.
8. Apa harapan anda setelah keluar dari Rutan ini?
Harapan setelah keluar dari Rutan ini saya ingin membahagian orang tua
dan tidak mau mengecewakannya lagi.
Interview Interviewer
(Mariam) (Anggi)
HASIL
WAWANCARA
Nama : Usman
Tanggal Wawancara : 12 Maret 2008
Tempat Wawancara : Aula RUTAN Rangkasbitung.
1. Kasus apa yang menyebabkan anda masuk Rutan ini?
Yang menyebabkan saya masuk Rutan ini ialah karena kasus pencurian karet
di daerahnya.
2. Sudah berapa lama anda berada di Rutan ini?
Saya sudah satu bulan setengah.
3. Perasaan apa yang anda rasakan saat ini?
Perasaan saya sekarang saat ini, saya cemas memikirkan kalau saya keluar
dari sini, masyarakat tidak menerima saya lagi.
4. Bagaimana program bimbingan yang diberikan di Rutan ini?
Program yang diberikan bentuknya pengajian.
5. Berapa kali anda mengikuti bimbingan rohani di Rutan ini?
Saya sering mengikuti pengajian dan tidak pernah absen
6. Apakah ada sanksi jika para warga binaan tidak mengikuti pengajian?
Bagi para warga yang tidak mengikuti pengajian tidak ada sanksi, karena
menurut saya ini bentuknya kesadaran saja.
7. Apakah ada perubahan setelah mengikuti program yang diberikan oleh
petugas Bimroh?
Saya merasakan ada perubahan dalam hal beribadah namun kalau masalah
pribadi mungkin
8. Apa harapan anda setelah keluar dari Rutan ini?
Setelah keluar dari Rutan ini saya akan melanjutkan sekolah kalaupun tidak
ada biaya mungkin saya akan pesantren.
Interview Interviewer
(Mariam) (Usman)
HASIL
WAWANCARA
Nama : Wawan
Tanggal Wawancara : 13 Maret 2008
Tempat Wawancara : Aula RUTAN Rangkasbitung.
1. Kasus apa yang menyebabkan anda masuk Rutan ini?
Saya masuk Rutan ini karena pencurian sepeda di daerah alun-alun
Rangkasbitung, pencurian yang saya lakukan karena desakan teman.
2. Sudah berapa lama anda berada di Rutan ini?
Saya masuk Rutan ini sudah dua bulan.
3. Perasaan apa yang anda rasakan saat ini?
Ia merasa cemas karena takut kehilangan pekerjaannya, dan tidak diterima
oleh keluarganya. Perasaan mengganggu pikirannya sampai ia sulit untuk
tidur, malas untuk beraktivitas di Rutan.
4. Bagaimana program bimbingan yang diberikan di Rutan ini?
Program yang diberikan berbentuk pengajian atau ceramah agama atau
diskusi oleh ustad-ustad yang sudah dijadwalkan.
5. Berapa kali anda mengikuti bimbingan rohani di Rutan ini?
Saya jarang mengikuti program atau pengajian
6. Apakah ada sanksi jika para warga binaan tidak mengikuti pengajian?
Tidak ada sanksi bagi warga yang tidak mengikuti pengajian
7. Apakah ada perubahan setelah mengikuti program yang diberikan oleh
petugas Bimroh?
Menurut saya tergantung pada orangnya, kalau saya lumayan ada
perubahan, yang biasanya di luar saya tidak shalat kalau di sini pasti saya
shalat.
8. Apa harapan anda setelah keluar dari Rutan ini?
Harapan keluar dari sini mencari pekerjaan lagi dan bantuan orang tua.
Interview Interviewer
(Mariam) (Wawan)
HASIL
WAWANCARA
Nama : Yatna
Tanggal Wawancara : 13 Maret 2008
Tempat Wawancara : Aula RUTAN Rangkasbitung.
1. Kasus apa yang menyebabkan anda masuk Rutan ini?
Kasus yang menyebabkan saya masuk Rutan ini ialah mencuri uang di pasar
sebanyak Rp.21000.000, karena saya ingin membeli haind phone.
2. Sudah berapa lama anda berada di Rutan ini?
Saya di sini baru tiga Minggu.
3. Perasaan apa yang anda rasakan saat ini?
Perasaan saya saat ini saya ingin pulang dan saya malu pada masyarakat
kalau saya keluar dari Rutan ini.
4. Bagaimana program bimbingan yang diberikan di Rutan ini?
Program yang diberikan oleh petugas yaitu pengajian yaitu tiga kali dalam
seminggu..
5. Berapa kali anda mengikuti bimbingan rohani di Rutan ini?
Saya sering mengikuti pengajian, saya tidak pernah ketinggalan.
6. Apakah ada sanksi jika para warga binaan tidak mengikuti pengajian?
Tidak ada sanksi bagi orang yang tidak mengikuti pengajian karena ini
bentuknya yang mau saja.
7. Apakah ada perubahan setelah mengikuti program yang diberikan oleh
petugas
Bimroh?
Perubahan yang saya rasakan ada perubahan yang bisanya saya jarang
sekali melakukan shalat, tetapi di sini saya sering berjamaah atau sering
konsultasi dengan pak Azis karena beliau sering ke tempat kami.
8. Apa harapan anda setelah keluar dari Rutan ini?
Harapan setelah keluar dari Rutan ini saya ingin menjadi lebih baik lagi dan
tidak mau menguangi lagi.
Interview Interviewer
(Mariam) (Yatna)
HASIL
WAWANCARA
Nama : Hamidi
Tanggal Wawancara : 13 Maret 2008
Tempat Wawancara : Aula RUTAN Rangkasbitung.
1. Kasus apa yang menyebabkan anda masuk Rutan ini?
Saya masuk Rutan ini karena kasus pencurian kabel yaitu pasal 363.
2. Sudah berapa lama anda berada di Rutan ini?
Saya di sini sudah tiga Minggu, dan dalam proses pelimpahan
3. Perasaan apa yang anda rasakan saat ini?
Perasaan saya saat ini bingung dan ada teman, yang biasanya di luar main
tapi di sini saya hanya melamun dan saya takut setelah keluar dari sini saya
dimarahin oleh masyarakat dan tidak diterima lagi.
4. Bagaimana program bimbingan yang diberikan di Rutan ini?
Program di sini hanya pengajian yaitu hari senin, Rabu dan Sabtu.
5. Berapa kali anda mengikuti bimbingan rohani di Rutan ini?
Saya mengikuti pengajian baru empat kali
6. Apakah ada sanksi jika para warga binaan tidak mengikuti pengajian?
Tergantung pada warganya yang mau mengikuti pengajian kalau dia ingin
sadar tapi masih banyak yang tidak mau ikut pengajian, alasannya bosan.
7. Apakah ada perubahan setelah mengikuti program yang diberikan oleh
petugas Bimroh?
Setelah mengikuti pengajian ini saya selalu shalat berjamaah dan banyak
tahu yang belum diketahui.
8. Apa harapan anda setelah keluar dari Rutan ini?
Harapan setelah keluar dari Rutan ini, saya ingin baik sama orang tua saya
dan ingin jadi manusia berguna bagi masyarakat dan tidak mau di cap
sebagai manusia tidak berguna.
Interview Interviewer
(Mariam) (Hamidi)