upaya badan narkotika nasional provinsi sulawesi …

90
i UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TERHADAP PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DIWILAYAH PROVINSI SULAWESI SELATAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh : Nurlinda 105431102016 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 2020

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

i

UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI

SELATAN TERHADAP PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

DIWILAYAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh :

Nurlinda

105431102016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

2020

Page 2: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

i

Page 3: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

i

Page 4: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : NURLINDA

NIM : 105431102016

Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Judul Penelitian : Upaya Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan

Terhadap Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sulawesi

Selatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji

adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila

pernyataan ini tidak benar.

Makassar, November 2020

Yang membuat pernyataan

Nurlinda

Page 5: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

v

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : NURLINDA

NIM : 105431102016

Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Judul Penelitian : Upaya Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan

Terhadap Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sulawesi

Selatan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan

menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia

menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demkian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, November 2020

Yang membuat pernyataan

Nurlinda

Mengetahui

Ketua Jurusan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dr.Muhajir,M.Pd

NBM.998861

Page 6: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Jangan pernah menunggu waktu besok untuk menyelesaikan sesuatu karena

waktu tidak akan menunggumu”

Kupersembahkan karya ini untuk :

Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,

Yang telah memberikan Motivasi dan doanya dalam mendukung penulis

mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

Almamaterku Tercinta Universitas Mhammadiyah Makassar

Page 7: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

vii

ABSTRAK

Nurlinda, 2020. Upaya Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan

Terhadap Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Wilayah Provinsi Sulawesi

Selatan. Skripsi Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar. Di Bimbing Oleh Bapak A.Rahim Sebagai Pembimbing I dan

Bapak Auliah Andika Rukman Sebagai Pembimbing II.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

upaya Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan terhadap pencegahan

penyalahgunaan narkoba di Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan untuk

mengetahui kendala apakah yang ditemui oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi

Sulawesi Selatan terhadap pencegahan penyalahgunaan narkoba.

Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Adapun sumber

data dari penelitian ini adalah Kabid pencegahan dan pemberdayaan masyarakat,

kasi pencegahan bidang P2M, penyidik pemberantasan, penyuluh narkoba dan plt

kasubag perencanaan. Dan Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara

wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian, teknik pengolahan dan

analisis data dilakukan dengan melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan Badan

Narkotika Nasional selama ini sudah maksimal namun masalah narkoba

disulawesi selatan sangat kompleks sehingga aparat Badan Narkotika Nasional

Provinsi sebagai garda terdepan kurang efektif didalam melakukan tugasnya

dikarenakan maraknya penyalahguna narkoba saat ini. Sedangkan proses dalam

mencegah penyalahgunaan narkoba adalah dengan melakukan penyuluhan dan

memberikan edukasi pemahaman tentang bahaya narkoba, melakukan sosialisasi

baik tatap muka maupun sosialisasi melalui media informasi seperti youtube, dan

media cetak.

Kata Kunci : Narkotika, Pencegahan, penyalahguna, BNN

Page 8: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

viii

ABSTRACT

Nurlinda, 2020. The Role of the National Narcotics Agency of South Sulawesi

Province on Drug Abuse Prevention in South Sulawesi Province. Thesis,

Pancasila and Citizenship Education Department, Teacher Training and Education

Faculty, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Mr. A. Rahim as

Supervisor I and Mr. Auliah Andika Rukman as Supervisor II.

The purpose of this study was to determine and analyze the efforts of the National

Narcotics Agency of South Sulawesi Province to prevent drug abuse in the South

Sulawesi Province and to find out what obstacles the South Sulawesi Province

National Narcotics Agency encountered in preventing drug abuse.

This type of research is a qualitative descriptive study. The data sources of this

study were the Head of Prevention and Community Empowerment, the P2M

section prevention section, eradication investigators, drug instructors and Plt Head

of Planning Subdivision. And the method of data collection is done by means of

interviews, observation and documentation. Then, the data processing and

analysis techniques were carried out through three stages, namely: data reduction,

data presentation, and conclusion drawing.

The results of this study indicate that the efforts made by the National Narcotics

Agency have been maximized but the drug problem in South Sulawesi is very

complex so that the Provincial National Narcotics Agency officials as the front

line are less effective in carrying out their duties due to the prevalence of drug

abusers today. Meanwhile, the process of preventing drug abuse is by providing

education and understanding about the dangers of drugs, conducting socialization

both face to face and through information media such as YouTube and print

media.

Keywords: Narcotics, Prevention, abusers, BNN

Page 9: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala

karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

penyususnan Skiripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah

cerahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, Kepada

keluarganya, para sahabatnya hingga kepada ummatnya yang senantias aselalu

berpegang teguh terhadap ajaran sunnahnya hingga akhir zaman ini.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada program Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Judul yang penulis

ajukan adalah “Upaya Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan

Terhadap Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Wilayah Provinsi Sulawesi

Selatan”.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa

kepada kedua Orang tua saya Ayahanda Muhammad dan Ibunda Sanna tercinta

atas segala Doa dan dukungan yang tak terhingga yang selalu tercurah untuk

keberhasilan ananda. Dr. A. Rahim, S.H.,M.Hum dan Auliah Andika Rukman,

S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I dan pembimbing II Skeipsi penulis,

terima kasih telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan

dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih juga kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku rector

Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, M,Pd., Ph.D. Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

Page 10: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

x

memberikan pengetahuan pengetahuan serta pengalamannya kepada penulis

sebagai bekal untuk menyonsong masa depan. Dr. Muhajir, M,Pd. Selaku Ketua

Prodi Ketua Prodi Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

Kepada Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP), staf Badan Narkotika

Nasional Provinsi dan Teruntuk kedua kakakku tercinta Muliana S.Kom dan

Nursyamsi S.Farm yang selalu memeberi motivasi sera mendoakan

keberhasilanku. Dan teruntuk teman-temanku Tenri Sannah S.Pd, Indri Pratiwi,

Aprilia Wulandari tercinta, yang telah bersedia mendoakan, menjadi penyemangat

dan menjadi bahu sandaran ketika penulis terbentur batu sandungan dan tdak

menemukan titik terang dan doa yang senangtiasa dipanjatkan peneliti.

Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik

secara langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan dukungan dan

doa dalam proses penulisan skripsi ini. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala

memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan

Selanjutnya saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang

hati.Akhirnya, hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala penulis serahka

nsegalanya, mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umunya

bagi kita semua.

Makassar, November 2020

Nurlinda

Page 11: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

x

Page 12: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ................. i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ................. iii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................ ................. iv

SURAT PERJANJIAN ............................................................................... ................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. ................. vi

ABSTRAK ................................................................................................... ................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ ................. xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... ................. 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ ................. 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. ................. 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... ................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ..................................................................................... ................. 8

1. Pengertian Narkotika .................................................................... ................. 8

2. Penyalahgunaan Narkoba ............................................................................... 15

3. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba ......................................... ................. 18

4. Badan Narkotika Nasiona ............................................................. ................. 27

Page 13: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

xii

B. Kerangka Pikir ................................................................................. ................. 30

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................. ................. 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. ................. 32

C. Sumber Data ...................................................................................... ................. 33

D. InformanPenelitian ............................................................................ ................. 33

E. Instrumen Penelitian .......................................................................... ................. 34

F. TeknikPengumpulan Data ................................................................. ................. 35

G. TeknikAnalisis Data .......................................................................... ................. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitia .................................................... ................. 40

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan...................................................... ................. 47

1. Upaya Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan Terhadap

Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba ........................................ ................. 47

2. Kendala-Kendala yang ditemui oleh Badan Narkotika Nasional

Provinsi ..................................................................................... ................. 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................................... ................. 58

B. Saran .................................................................................................. ................. 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 14: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan kerangka pikir .................................................................................. 31

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BNNP ......................................................................... 47

Page 15: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................... 63

Lampiran 1.2 Surat Keterangan Wawancara ........................................................ 64

Lampiran 1.3 Lembar Observasi .......................................................................... 65

Lampiran 1.4 Pedoman Wawancara ..................................................................... 66

Lampiran 1.5 Lampiran Nama-Nama Informan ................................................... 67

Lampiran 1.5 Kantor BNNP Sulawesi Selatan ..................................................... 68

Lampiran 1.6 Visi dan Misi BNNP Sulawesi Selatan........................................... 68

Lampiran 1.7 Stuktur Organisasi BNNP Sulawesi Selatan ................................. 69

Lampiran 1.8 Tugas, Fungsi dan Wewenang BNNP ........................................... 69

Lampiran 1.9 Wawancara dengan Plt Kasubag Perencanaan ............................... 70

Lampiran 1.10 Wawancara dengan Kabid Pencegahan dan Pemberdayaan

Masyarakat ....................................................................................... 71

Lampiran 1.11 Wawancara dengan Kasi Pencegahan ......................................... 72

Lampiran 1.12 Wawancara dengan Penyidik Pemberantasan .............................. 73

Lampiran 1.13 Wawancara dengan Penyuluh Narkoba ........................................ 74

Page 16: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan

pada sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan

apabila dipergunakan tanpa pengendalian, pengawasan yang ketat dan

seksama. Peredaran dan penyalahgunaan Narkoba merupakan salah satu

permasalahan nasional yang dipandang serius oleh pemerintah, karena dapat

menyebabkan rusaknya moral bangsa.

Peredaran dan penyalahgunaan narkoba telah menjadi ancaman bagi

masyarakat maupun pemerintah, oleh karena itu pemerintah membentuk

badan khusus yang bertugas melakukan pencegahan dan penanggulangan

bagi pengedar dan penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba

dianggap cukup mendesak sehingga mendorong lahirnya Undang-Undang

Nomor 9 tahun 1976, yang kemudian disempurnakan dengan Undang-

Undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika yang kemudian di revisi

kembali dengan di sahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika pada tanggal 14 Desember 2009.

Salah satu permasalahan serius saat ini adalah masalah

penyalahgunaan narkotika. Penyalahgunaan adalah orang yang menggunakan

narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Menurut Pasal 1 ayat 13 UU

Narkotika, dijelaskan definisi pecandu adalah orang yang menggunakan atau

1

Page 17: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

2

Menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada

narkotika baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan narkoba adalah

kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan narkotika secara

terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang

sama dan apabila penggunaan dikurangi atau dihentikan secara tiba-tiba akan

menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.

Provinsi Sulawesi Selatan salah satu wilayah yang tingkat

penyalahgunaan menempati peringkat ke enam secara nasional dalam hal

peredaran di tiga kabupaten yaitu kabupaten Sidrap, Pinrang, dan Pare-Pare.

Dari catatan Badan Narkotika Nasional Provinsi yang peneliti dapatkan yang

menjalani rehabilitasi sejak 3 Tahun terakhir di mana 2017 sebanyak 198

klien, 2018 sebanyak 1.336 klien, dan tahun 2019 sebanyak 1.334 klien.

Melihat prevalensi pengguna penyalahgunaan narkotika tersebut maka

diperlukan perhatian khusus dan suatu langkah yang bijaksana dalam

menangani permasalahan narkotika tersebut. Masalah penyalahgunaan

narkotika di Sulawesi selatan saat ini sudah sangat memprihatinkan, hal ini

terlihat dengan semakin banyaknya penyalahgunaan dan peredaran narkotika

dari semua kalangan yang terus meningkat. Jika dilihat dari tingginya kasus

penyalahgunaan narkoba yang terjadi di Provinsi Sulawesi selatan yang

bahkan diketahui pemerintah telah mendirikan badan yang bertugas langsung

dalam menangani penyalahgunaan narkoba dan bahkan telah bekerja sama

dengan pihak pemerintah terkait.

Pemerintah terus berupaya dalam penanggulangan kejahatan yang

mencakup pada permasalahan narkoba dengan membentuk Badan Narkotika

Page 18: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

3

Nasional, pendidikan BNN sendiri berdasarkan atas landasan hukum yang

telah ditetapkan yang tercantum dalam keputusan presiden Republik

Indonesia Nomor 17 Tahun 2002 yang kemudian diganti dengan peraturan

Presiden Nomor 83 Tahun 2007 dan direvisi kembali dengan Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika

Nasional.

Badan Narkotika Nasional adalah lembaga pemerintahan non-

kementrian yang berkedudukan dibawah presiden dan bertanggung jawab

kepada Presiden. BNN dipimpin oleh seorang kepala dan berkedudukan di

Ibu kota Negara, sebagai lembaga independen diharapkan dapat bekerja lebih

baik serta transparan dan akuntabel dalam menumpas kejahatan narkotika.

Peran Badan Narkotika Nasional jika dikaitkan dengan pencegahan tindak

pidana narkotika sesuai dengan peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010

tentang Badan Narkotika Nasional terdapat didalam pasal 2 ayat (1) yang

salah satu perannya adalah mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prokusor narkotika. (Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika

Nasional).

Perkembangan permasalahan narkotika yang terus meningkat dan

semakin serius, maka Badan Narkotika Nasional dinilai tidak dapat bekerja

optimal dan kurang mampu menghadapi permasalahan narkotika di berbagai

daerah di Indonesia. Oleh karena itu pemerintah menerbitkan peraturan

nomor 83 tahun2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika

Nasional Provinsi (BNNP) Dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota (BNK),

Page 19: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

4

yang memiliki kewenangan operasional melalui kewenangan anggota BNN,

BNNP,BNNKab/Kota merupakan mitra kerja pada tingkat nasional, provinsi

dan Kabupaten/Kota yang masing-masaing bertanggungjawab kepada

Presiden, Gubernur, dan Bupati/Walikota.

Terkait dengan maraknya kasus narkotika di Sulawesi Selatan maka

diperluka perhatian khusus dan suatu langkah yang bijaksana dalam

menangani permasalahan narkotika tersebut. Keberadaan BNN Provinsi

Sulawesi Selatan diharapkan menjadi Badan Narkotika yang mampu

menanggulangi dan dapat menjadi wadah berbagai masalah narkotika yang

dapat diperhatikan lebih fokus. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika memerlukan pemecahan bersama, melibatkan seluruh

pemangku kepentingan dan seluruh komponen masyarakat yang merupakan

ancaman bagi kita semua.

Dari observasi yang peneliti lakukan di Badan Narkotika Nasional

Provinsi (BNNP) pada bulan Juni 2020 yang sempat peneliti lakukan bahwa

Badan Narkotika Nasional Provinsi sendiri telah melakukan tugas pokoknya

menanggulangi permasalahan narkoba, antara lain mengadakan sosialisasi

pencegahan narkoba dilingkungan sekolah, lingkungan perguruan tinggi,

maupun di lingkungan masyarakat umum,serta mengadakan kerja sama

dengan pihak-pihak terkait untuk bersama-sama menanggulangi

permasalahan narkoba di masyarakat. Tetapi yang dilakukan Badan Narkotika

Nasional Provinsi masih belum secara optimal dikarenakan masih banyak

pengguna atau pengedar gelap yang masih banyak di luar sana yang belum

sadar apa yang mereka lakukan.

Page 20: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

5

Adapula penelitian yang dilakukan oleh Imran (2014) yang berjudul

“Efektifitas Kinerja Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan

Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika dikalangan Remaja

Kota Makassar”.Dalam penelitian ini menganalisis bagaimana upaya program

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkotika (P4GN) walaupun secara kualitas hal tersebut sudah baik namun

secara kuantitas belum efektif.

Melihat dari banyaknya kasus penyalahgunaan narkoba yang telah

diangkat untuk diteliti dan juga tingkat kriminalitas di Provinsi Sulawesi

Selatan sangat tinggi dan juga memungkinkan banyaknya pihak-pihak tidak

bertanggung jawab dalam penyalahgunaan narkoba, pada kasus-kasus

sebelumnya sudah banyak meringkus mengenai pengedar narkoba diwilayah

Provinsi Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, peneliti tertarik akan isu

fenomena penyalahgunaan narkoba maka dari itu peneliti tertarik mengangkat

sebuah judul “UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI

SULAWESI SELATAN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN

NARKOBA DIWILAYAH PROVINSI SELAWESI SELATAN”

Page 21: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis

merumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana Upaya yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional

Provinsi Sulawesi Selatan terhadap pencegahan penyalahgunaan Narkoba

di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan ?

2. Apakah kendala yang ditemukan oleh Badan Narkotika Nasional

Provinsi Sulawesi Selatan terhadap pencegahan penyalahgunaan

narkoba?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya Badan Narkotika Nasional

Provinsi Sulawesi Selatan terhadap pencegahan penyalahgunaan Narkoba

di Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Untuk Mengetahui kendala apakah yang ditemui oleh Badan Narkotika

Nasional Provinsi Sulawesi Selatan Terhadap pencegahan

penyalahgunaan narkoba.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Diharapkan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam

pengembangan ilmu hukum, khususnya dalam kajian Hukum Masyarakat

dan Pembangunan.

2. Secara Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada

semua pihak termasuk termasuk Badan Narkotika Nasional Provinsi

Page 22: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

7

Sulawesi Selatan dan kalangan akademis serta masyarakat yang memiliki

perhatian serius dalam bidang Hukum Masyarakat dan Pembangunan

Khususnya

Page 23: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Narkoba

1. Pengertian Narkotika

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam

pasal 1 ayat (1) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman, baik

sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penururnan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa , mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam

golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang.

“Narkoba hanyalah istilah yang menjelaskan Narkotika (Nar),

Psikotropika (Ko), dan bahan adiktif (Ba). Selain narkoba, sering

disebut pula sebagai Napza (Narkotika,Psikotropika dan Zat adiktif).”

(Awet, 2016:9).

NAPZA adalah singkatan dari narkotika psikotropika dan zat adiktif

lainnya.NAPZA ini kadang kala disebut juga dengan istilah NARKOBA”

singkatan dari narkotika dan obat berbahaya.NAPZA maupun NARKOBA

dua istilah yang sekarang marak dipergunjingkan orang dan menyerang

masyarakat kita tanpa mengenal umur dan pekerjaan.

Narkoba atau NAPZA adalah zat atau bahan yang berbahaya yang

mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang, baik itu pikiran,

perilaku ataupun perasaan seseorang dimana efek samping dari pengguna obat

ini adalah kecanduan atau menyebabkan ketergantungan terhadap zat atau

bahan ini. Adapun beberapa yang termasuk narkoba atau NAPZA yaitu:

8

Page 24: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

9

a. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman maupun

bukan dari tanaman baik itu sintesis maupun semisintesis yang dapat

menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, mengurangi atau

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UU

RI NO.22/1997). Narkotika terdiri dari tiga golongan, yaitu:

Golongan I : Narkotika yang hanya digunakan untuk kepentingan ilmu

pengetahuan dan tidak dipergunakan untuk terapi, serta memiliki potensi

ketergantungan sangat tinggi, contohnya cocain, Ganja, dan Heroin.

Golongan II : Narkotika yang dipergunakan sebagai obat, penggunaan

sebagai terapi, atau dengan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

memiliki potensi ketergantungan sangat tinggi contohnya, morfin, petidin

Golongan III : Narkotika yang digunakan sebagai obat dan penggunaannya

banyak dipergunakan untuk terapi serta dipergunakan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan memiliki potensi ketergantungan

ringan contohnya, codein.

b. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah ataupun sintesis

bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan perilaku dan perubahan

khas pada aktifitas mental dan dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu:

Golongan I : Psikotropika yang di pergunakan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak dipergunakan untuk terapi dan memiliki sindrom

ketergantungan kuat, contoh: Extasi

Page 25: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

10

Golongan II : Psikotropika yang di pergunakan untuk pengobatan dan

dapat dipergunakan sebagai terapi serta tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan memiliki sindrom ketergantungan kuat, contoh:

Amphetamine

Golongan III : Psikotropika yang digunakan sebagai obat dan banyak

digunakan sebbagai terapi serta untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan memiliki sidrom ketergantungan sedang, contoh:

Phenobarbital

Golongan IV : Psikotropika yang dipergunakan sebagai pengobatan dan

banyak dipergunakan untuk terapi serta digunakan untuk pengembangan

ilmu pengetahuan dan memiliki sindrom ketergantungan ringan, contoh:

Diazepem, Nitrazepam

c. Zat Adiktif

Zat Adiktif adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diuar narkotika dan

psikotropika meliputi:

1) Minuman beralkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang

berfunsi menekan susunan saraf pusat dan jika digunakan

secara bersamaan dengan psikotropika dan narkotika maka

akan memperkuat pengaruh didalam tubuh. Ada tiga golongan

minuman beralkohol yaitu:

Golongan A : Kadar etanol 1-5%

Golongan B : Kadar etanol 5-20%

Golongan C : Kadar etanol 20-45%

Page 26: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

11

2) Inhalasi : Adalah gas hirup dan solven (zat pelarut ) mudah

menguap berupa senyawa organik yang dapat diberbagai

barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagainya

3) Tembakau : Tembakau adalah zat adiktif yang mengandung

nikotin dan banyak yang digunakan di masyarakat.

Pengguna narkoba dapat menyebabkan efek negatif yang dapat

menyebabkan gangguan mental dan perilaku, sehingga menyebabkan

terganggunya sistem neuro-transmitter pada susunan saraf pusat di otak.

Gangguan pada sistem neuro transmitter akan menyebabkan terganggunya

fungsi kognitif (alam pikiran), efektif (alam perasaan, mood dan emosi),

psikomotor (perilaku) dan aspek sosial.

Seseorang pecandu narkoba semakin lama pengguna narkoba akan

membutuhkan dosis yang lebih tinggi demi dapat merasakan efek yang

sama. Inilah yang membuat pecandu narkoba ingin lagi dan ingin lagi

karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung

bersifat pasif karena secara tidak sengaja narkoba memutus saraf-saraf

dalam otak. Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan maka lambat laun

organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka

pengguna akan overdosis dan akhirnya kematian

.(https://rs.unud.ac.id/narkoba-napza/)

Narkotika secara etimologi berasal dari bahasa yunani narkoun, yang

berarti membuat lumpuh atau membuat mati rasa.Pada dasarnya narkotika

memiliki khasiat dan bermanfaat digunakan dalam bidang kedokteran, kesehatan

dan pengobatan serta berguna bagi penelitian, ilmu pengembangan farmasi atau

Page 27: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

12

farmakologi itu sendiri.Sedangkan, dalam bahasa Inggris Narcotic lebih mengarah

ke obat yang membuat penggunanya kecanduan.

Bahaya menggunakan narkotika bila tidak sesuai dengan peraturan

dapat menyebabkan adiksi/ketergantungan obat (ketagihan).Adiksi adalah

suatu kelainan obat yang bersifat kronik/periodik sehingga menderita

kehilangan kontrol terhadap dirinya dan masyarakat. Orang-orang yang sudah

terlibat pada penyalagunaan narkotika pada mulanya masih dalam ukuran

(dosis) yang normal, lama-lama pengguna obat menjadi kebiasaan setelah

biasa menggunakan narkotika, kemudian menimbulkan efek yang sama

diperlukan dosis yang lebih tinggi (toleransi). Setelah fase toleransi ini

berakhir menjadi ketergantungan, merasa tidak dapat hidup tanpa narkotika.

Narkotika dibagi menjadi 3 golongan yaitu:

1) Narkotika Golongan I

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada

pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) yaitu narkotika Golongan I dilarang

digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan, dan dalam jumlah

terbatas Narkotika Golonga I dapat dipergunakan untuk kepentingan

perkembangan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta

reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan mentri atas

rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.

“Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan pengembangan

ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai

potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.Antara lain sebagai

berikut :

1) Tanaman Papaver Somniferum L dan bagian-bagiannya termasuk

buah dan jeraminya, kecuali bijinya

Page 28: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

13

2) Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari

buah tanamanPapaver Somniferum L yang hanya mengalami

pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa

memperhatikan kadarmorfinnya.

3) Opium masak terdiri dari :

a. Candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu

rentetan pengolahan khususnya pelarutan, pemanasan dan

peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain,

dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok

untuk pemadatan.

b. Jicing,sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan

apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.

c. Jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.

4) Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxlyondari keluarga

Erythroxylaceaetermasuk buah dan bijinya.

5) Daun koka, dan yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam

bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxlyon dari keluarga

Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara langsung atau

melalui perubahan kimia.” (Syahrizal 2013).

2) Narkotika Golongan II

Pasal 37 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

menyatakan bahwa Narkotika Golongan II dan III yang berupa bahan baku,

baik alami maupun sisntesis, yang digunakan untuk produksi obat diatur

dengan praturan mentri.

“Narkotika yang berhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan

terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Antara lain seperti: Alfasetilmetdaol,

Alfameprodina, Alfametadol, Alfaprodina, Alfetanil, Alliprodina,

Anileredina, Asetilmetadol, Benzetedin, Benzilmorfina, Morfi,

Morfina-N-Oksida, Morfin metobromida dan turunan morfina

nitrogen pentafalent lainnya termasuk bagian turunan morfina-N-

oksida, salah satunya kodeina-N-oksida, dan lain-lain.” (Syahrizal

2013).

a. Narkotika Golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam

terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.Antara lain seperti :

Asetildihidrokodeina, Dekstropropoksifena, Dihidrokodeina, Etimorfina

Page 29: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

14

(3-etil morfina), Kodeina (3-metil morfina), Nikodikodina, (6-

nikotinildihidrokodeina), Nikokodina ( 6-nikotinideina), Norkodeina ( N-

demetilkodeina), Polkodina Morfoliniletilmorfina, Propiram ( N-1-metil-2-

iperidinoetil-N-2piridilpropionamida), uprenorfina, Garam-garam dan

Narkotika dalam golongan tersebut diatas, campuran atau sediaan

difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika, campuran atau sediaan

difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika.

Pengaruh pemakaian narkoba berbeda pada setiap orang tergantung

berapa banyak yang digunakan, cara pemakaian, berapa sering menggunakan

dan bagaimana kondisi badan yang bersangkutan. Pengaruh yang dapat

ditimbulkan :

1) Jangka Pendek

a. Kenikmatan sesaat: Menghilangkan stress, perasaan gembira terus dan

bebas

b. Menghilangkan rasa sakit: narkoba bias menghilangkan rasa sakit,

rasa lapar, dan keinginan bercinta.

c. Penurunan fungsi tubuh: sulit bernafas, tekanan darah dan jantung

menjadi lemah, pupil mata mengecil.

d. Mengantuk: jika dosis meningkat, pemakai merasa hangat, berat dan

sering mengantuk

2) Jangka Panjang

a. Narkotik: Gangguan haid, kekebalan tubuh menurun, masa bodoh,

mengganggu pertumbuhan janin dalam kandungan.

b. Ekstasy: denyut jantung tidak teratur, pendarahan otak, stoke

Page 30: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

15

2. Penyalahgunaan Narkoba

Pasal 1 ayat (15) dalam Undang-Undang Narkotika Penyalahguna

adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan

hukum.Penyalagunaan narkoba atau NAPZA adalah suatu pola perilaku

dimana seseorang menggunakan obat-obatan golongan narkotika,

psikotoropika, dan zat adiktif yang tidak sesuai fungsinya.Penyalagunaan

NAPZA umumnya terjadi karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi, yang

kemudian menjadi kebiasaan. Selain itu, penyalagunaan NAPZA pada diri

seseorang juga bsa dipicu oleh masalah dalam hidupnya atau berteman dengan

pecandu NAPZA, Pecandu Narkotika merupakan orang yang menggunakan

atau menyalahgunakan Narkotika, baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1

ayat (13) Undang-Undang Narkotika). (LN.2009/NO.143,LTN NO. 5062, LL

SETNENG:58)

Penyalagunaan NAPZA Jika tidak dihentikan dapat menyebabkan

kecanduan, ketika kecanduan dialami juga tidak mendapat

penanganan, hal itu menyebabkan kematian akibat overdosis.

Penanganan penyalagunaan NAPZA terutama yang sudah mencapai

fase kecanduan akan lebih baik dilakukan segera. Dengan mengajukan

rehabilitas atas kemauan dan kehendak sendiri, pasien yang telah

mengalami kecanduan NAPZA tidak akan terjerat tindak

pidana.Bentuk penyalagunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA

dalam jumlah yang berlebihan, secara berkala atau terus menerus,

berlangsung cukup lama sehingga dapat merugikan kesehatan jasmani,

mental dan kehidupan sosial.(Irwan 2007).

Ketergantungan NAPZA dapat ditandai dengan :

a) Keinginan kuat untuk memakai NAPZA

b) Tidak dapat mengendalikan pemakaiannya

c) Toleransi dosis makin tinggi

d) Gejala putus zat

Page 31: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

16

e) Tidak dapat menikmati kesenangan hidup lain

Para pengguna obat terlarang mempunyai alasan sederhana, yakni

ingin mencoba karena tergiur dengan tawaran-tawaran yang datang dari

sesame teman yang usianya lebih tua dari yang calon korban (narkoba)

mereka ini jarang karena ada unsure paksaan atau ancaman. Masa yang paling

kritis untuk pertama kali pakai terdapat beberapa pendekatan masalahnya :

1) Legal Appoach

Ada dua jenis NAPZA yaitu legal dan illegal.Menjual atau

mengomsumsi kopi, tembakau atau minuman keras adalah legal.Sedangkan

menjual atau mengomsumsi ganja, kokain, herion, shabu-shabu, dan ecstasy

merupakan barang ilegal .Obat penenang atau obat tidur, morfin hanya legal

bila diperoleh melalui resep dokter untuk tujuan pengobatan.

2) Noral Approach

Menggunakan NAPZA tertentu adalah perbuatan yang tidak sesuai

dengan ajaran agama.Oleh karena itu penggunaan NAPZA tertentu dinilai

imannya kurang kuat, dan karenanya harus diperkuat dengan menekuni

agamanya masing-masing.

1) Public healt/medical approach

Penyalagunaan NAPZA mirip dengan penyakit menular dimana ada

tiga unsur penting sampai bias terjadinya penularan yaitu, adanya faktor

lingkungan keluarga dan pergaulan (factor kebersihan lingkungan pada

penyakit menular). Oleh karena itu pencegahannya ditunjukan kepada

pembinaan individu, pemusnahan jalur ilegal atau NAPZA, dan membina

Page 32: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

17

lingkungan keluarga, sekolah dan tempat kerja supaya sehat mental, sejahtera

dan harmonis.

2) Psychosocial approach

Penyalagunaan NAPZA lebih sebagai masalah manusia faktor manusia

adalah yang sentral dan karenannya pencegahannya lebih dititik beratkan pada

pembinaan individu dengan memahami lebih dulu apa makna NAPZA bagi

setiap individu pemakai NAPZA.

3) Socio-cultural approach

Penyalagunaan NAPZA dipandang sebagai suatu penyimpangan

perilaku yang merugikan pengguna itu sendiri maupun masyarakat

sekitarnya.Penyimpangan perilaku ini sebagai akibat kondisi socio cultural

tertentu seperti urbanisasi, industrialisasi, perumahan kumuh, dan

pengangguran.

Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik,

psikis dan sosial seseorang.Dampak fisik, psikis dan sosial selalu saling

berhubungan erat antara satu dengan lainnya. Ketergantungan fisik akan

mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak

mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa

keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi. Gejala fisik dan psikologis ini

juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang

tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dan perilaku-perilaku menyimpang

lainnya.Selain itu, narkoba dapat menimbulkan perubahan perilaku, perasaan,

persepsi, dan kesadaran.Pemakaian narkoba secara umum dan juga

Page 33: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

18

psikotropika yang tidak sesuai dengan aturan dapat menimbulkan efek yang

membahayakan tubuh.

Berdasarkan efek yang ditimbulkan, penyalahgunaan narkoba

dibedakan menjadi 3 (Budianto, 1989), yaitu:

1) Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi

aktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa

membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa

mengakibatkan kematian.

2) Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta

kesadaran.

3) Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau

mengakibatkan halusinasi. Harus disadari bahwa masalah penyalahgunaan

narkoba adalah suatu problema yang sangat kompleks, oleh karena itu

diperlukan upaya dan dukungan dari semua pihak agar dapat mencapai

tujuan yang diharapkan. Pencegahan dan penanggulangan narkoba banyak

yang masih bisa dilakukan untuk mencegah penggunaan dan membantu

remaja yang sudah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba.

Penanggulangan penyalahgunaan narkoba bukan saja merupakan tanggung

jawab pemerintah

3. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

Peredaran dan penyalahgunaan Narkoba merupakan salah satu

permasalahan nasional yang dipandang serius oleh pemerintah, karena dapat

menyebabkan rusaknya moral bangsa. Karena itu pemerintah sangat

memberikan perhatian terhadap penanganan atas penyalahgunaan Narkoba.Di

negara kita, masalah merebaknya penyalahgunaan narkoba semakin lama

semakin meningkat.Efek domino akibat dari penyalahgunaan narkoba juga

semakin beragam, serta usaha untuk mengatasi penyalahgunaan Narkoba

merupakan langkah yang tidak mudah untuk dilaksanakan.Penyalah guna

adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum.

Ketika seseorang melakukan penyalagunaan Narkotika secara terus-menerus,

maka orang tersebut akan berada pada keadaan ketergantungan pada

Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan Narkotika adalah

Page 34: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

19

kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara

terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang

sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-

tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.(http://pn-

karanganyar.go.id/main/index.php/berita/artikel/997-pencgahan-

penyalahgunaan-narkotika)

Untuk penanggulangan penyalahgunaan narkoba diperlukan upaya

yang terpadu dan komprenhensif yang meliputi upaya preventif, represif,

terapi dan rehabilitasi Penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba

disebabkan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain,

yaitu:

a) Faktor letak geografi Indonesia;

b) Faktor ekonomi;

c) Faktor kemudahan memperoleh obat;

d) Faktor keluarga dan masyarakat;

e) Faktor kepribadian;

f) Faktor fisik dari individu yang menyalahgunakannya.

(Junaedi 2019) Metode pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan narkoba yang paling efektif dan mendasar adalah metode

promotif dan preventif.Upaya yang paling praktis dan nyata adalah represif

dan upaya yang manusiawi adalah kuratif serta rehabilitatif.

Page 35: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

20

a. Promotif

Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif

atau program pembinaan. Pada program ini yang menjadi sasaran

pembinaanya adalah para anggota masyarakat yang belum memakai atau

bahkan belum mengenal narkoba sama sekali. Prinsip yang dijalani oleh

program ini adalah dengan meningkatkan peranan dan kegitanan masyarakat

agar kelompok ini menjadi lebih sejahtera secara nyata sehingga mereka sama

sekali tidak akan pernah berpikir untuk memperoleh kebahagiaan dengan cara

menggunakan narkoba. Bentuk program yang ditawrkan antara lain pelatihan,

dialog interaktif dan lainnya pada kelompok belajar, kelompok olah raga, seni

budaya, atau kelompok usaha. Pelaku program yang sebenarnya paling tepat

adalah lembaga-lembaga masyarakat yang difasilitasi dan diawasi oleh

pemerintah.

b. Preventif

Program promotif ini disebut juga sebagai program pencegahan

dimana program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang sama sekali

belum pernah mengenal narkoba agar mereka mengetahui tentang seluk

beluk narkoba sehingga mereka menjadi tidak tertarik untuk

menyalahgunakannya. Program ini selain dilakukan oleh pemerintah, juga

sangat efektif apabila dibantu oleh sebuah instansi dan institusi lain

termasuk lembaga-lembaga profesional terkait, lembaga swadaya

masyarakat, perkumpulan, organisasi masyarakat dan lainnya. Bentuk dan

agenda kegiatan dalam program preventif ini:

Page 36: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

21

c. Kuratif

Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana

program ini ditujukan kepada para peakai narkoba.Tujuan dari program ini

adalah mebantu mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit

sebagai akibat dari pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan peakaian

narkoba.Tidak sembarang pihak dapat mengobati pemakai narkoba ini,

hanya dokter yang telah mempelajari narkoba secara khususlah yang

diperbolehkan mengobati dan menyembuhkan pemakai narkoba

ini.Pengobatan ini sangat rumit dan dibutuhkan kesabaran dala

menjalaninya.Kunci keberhasilan pengobatan ini adalah kerjasama yang

baik antara dokter, pasien dan keluarganya.

Bentuk kegiatan yang yang dilakukan dalam program pengobat ini adalah:

a) Penghentian secara langsung;

b) Pengobatan gangguan kesehatan akibat dari penghentian dan

pemakaian narkoba (detoksifikasi);

c) Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat pemakaian

narkoba;

d) Pengobatan terhadap penyakit lain yang dapat masuk bersama

narkoba seperti HIV/AIDS, Hepatitis B/C, sifilis dan lainnya.

Pengobatan ini sangat kompleks dan memerlukan biaya yang sangat

mahal. Selain itu tingkat kesembuhan dari pengobatan ini tidaklah

besar karena keberhasilan penghentian penyalahgunaan narkoba ini

tergantung ada jenis narkoba yang dipakai, kurun waktu yang

dipakai sewaktu menggunakan narkoba, dosis yang dipakai,

Page 37: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

22

kesadaran penderita, sikap keluarga penderita dan hubungan

penderita dengan sindikat pengedar.

Selain itu ancaman penyakit lainnya seperti HIV/AIDS juga ikut

mempengaruhi, walaupun biasa sembuh dari ketergantungan narkoba tapi

apabila terjangkit penyakit seperti AIDS tentu juga tidak dapat dikatakan

berhasil.

d. Rehabilitatif

Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa

dan raga yang ditujukan kepada penderita narkoba yang telah lama

menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak memakai dan bisa

bebas dari penyakit yang ikut menggerogotinya karena bekas pemakaian

narkoba. Kerusakan fisik, kerusakan mental dan penyakit bawaan macam

HIV/AIDS biasanya ikut menghampiri para pemakai narkoba.Itulah

sebabnya mengapa pengobatan narkoba tanpa program rehabilitasi tidaklah

bermanfaat. Setelah sembuh masih banyak masalah yang harus dihadapi

oleh bekas pemakai tersebut, yang terburuk adalah para penderita akan

merasa putus asa setelah dirinya tahu telah terjangit penyakit macam

HIV/AIDS dan lebih memilih untuk mengakhiri dirinya sendiri.

Cara yang paling banyak dilakukan dalam upaya bunuh diri ini

adalah dengan cara menyuntikkan dosis obat dalam jumlah berlebihan

yang mengakibatkan pemakai mengalami Over Dosis (OD). Cara lain

yang biasa digunakan untuk bunuh diri dalah dengan melompat dari

ketinggian, membenturkan kepala ke tembok atau sengaja melempar

dirinya untuk ditbrakkan pada kendaraaan yang sedang lewat. Banyak

Page 38: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

23

upaya pemulihan namun keberhasilannya sendiri sangat bergantung pada

sikap profesionalisme lembaga yang menangani program rehabilitasi ini,

kesadaran dan kesungguhan penderita untuk sembuh serta dukungan kerja

sama antara penderita, keluarga dan lembaga.

Masalah yang paling sering timbul dan sulit sekali untuk

dihilangkan adalah mencegah datangnya kembali kambuh (relaps) setelah

penderita menjalani pengobatan. Relaps ini disebabkan oleh keinginan

kuat akibat salah satu sifat narkoba yang bernama habitual.Cara yang

paling efektif untuk menangani hal ini adalah dengan melakukan

rehabilitasi secara mental dan fisik.Untuk pemakaipsikotropika biaanya

tingkat keberhasilan setlah pengobatan terbilang sering berhasil, bahkan

ada yang bisa sembuh 100 persen.

e. Represif

Ini merupakan program yang ditujukan untuk menindak para

produsen, bandar, pengedar dan pemakai narkoba secara hukum.Program

ini merupakan instansi peerintah yang berkewajiban mengawasi dan

mengendalikan produksi aupun distribusi narkoba.Selain itu juga berupa

penindakan terhadap pemakai yang melanggar undang-undang tentang

narkoba. Instansi yang terkain dengan program ini antara lain polisi,

Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),

Imigrasi, Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan. Begitu luasnya jangkauan

peredaran gelap narkoba ini tentu diharapkan peran serta masyarakat,

termasuk LSM dan lembaga kemasyarakatan lain untuk berpartisipasi

membantu para aparat terkait tersebut Masyarakat juga harus

Page 39: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

24

berpartisipasi, paling tidak melaporkan segala hal yang berhubungan

dengan kegiatan yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba

dilingkungannya. Untuk memudahkan partisipasi masyarakat tersebut,

polisi harus ikut aktif menggalakkan pesan dan ajakan untuk melapor ke

polisi bila melihat kegiatan penyalahgunaan narkoba.Cantumkan pula

nomor dan alamat yang bisa dihubungi sehingga masyarakat tidak

kebingungan bila hendak melapor.

Melaporkan kegiatan pelanggaran narkoba seperti ini tentu saja

secara tidak langsung ikut mebahayakan keselamatan si pelapor, karena

sindikat narkoba tentu tak ingin kegiatan mereka terlacak dan diketahui

oleh aparat.Karena itu sudah jadi tugas polisi untuk melindungi

keselamatan jiwa si pelapor dan merahasiakan identitasnya. Masalah

penyalahgunaan narkoba adalah masalah yang kompleks yang pada

umumnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu: faktor individu, faktor

lingkungan/sosial dan faktor ketersediaan, menunjukkan bahwa

pencegahan penyalahgunaan narkoba yang efektif memerlukan pendekatan

secara terpadu dan komprehensif. Pendekatan apa pun yang dilakukan

tanpa mempertimbangkan ketiga faktor tersebut akan mubazir.

Adapun strategi pencegahan penyalahgunaan narkoba di

masyarakat dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a) Pelatihan dan Pendidikan

Merencanakan dan melaksanakan kursus pelatihan untuk berbagai

kelompok masyarakat seperti orang tua, tokoh-tokoh masyarakat,

Page 40: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

25

kelompok remaja tentang strategi-strategi pencegahan, keterampilan

mengasuh anak, pelatihan kerja untuk anak-anak remaja dan lainlain.

b) Kebijakan dan Peraturan

Masyarakat perlu menyusun kebijakan dan peraturan tentang

penanggulangan dan pencegahan narkoba dan zat adiktif lainnya.

c) Kegiatan Kemasyarakatan

Tokoh-tokoh masyarakat dapat mendorong dan menggerakkan

masyarakat terutama para remaja untuk bergiat dalam kegiatan-kegiatan

yang positif fan kegiatan kemasyarakatan seperti kerja bakti,

pemeliharaan kebersihan, kesehatan, dan penghijauan lingkungan.

d) Promosi Hidup Sehat

Tokoh-tokoh masyarakat dapat menyusun program-program yang

mengutamakan pada pengembangan hidup sehat seperti : gerak jalan,

lomba olahraga, senam bersama, rekreasi bersama, dll.

e) Sistem Rujukan

Tokoh-tokoh masyarakat bisa membantu mereka yang rawan atau

yang korban narkoba untuk mendapatkan pelayanan pengobatan,

perawatan atau rehabilitasi sosial melalui sistem rujukan atau tata cara

yang disepakati. (Rosdiana 2018).

Pencegahan dapat diartikan proses, cara, perbuatan mencegah,

penegahan, penolakan. Sebelum membahas tentang pencegahan dari

penyalagunaan narkoba, terlebi dahulu perlu mengetahui teori-teori

pencegahan yang ada. Teori pencegahannya adalah:

Page 41: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

26

1) Teori Pencegahan umum/ Algemene Preventi TheorieenFeuerbach

memperkenalkan teori pencegahan umum yang disebut dengan

paksaan psikologis. Teori pencegahan ini semata-mata menitip

beratkan pada pemberian efek jera atau bertujuan untuk membuat jera

setiap orang agar mereka tidak melakukan kejahatan-kejahatan, dalam

hal ini penyalagunaan narkoba.

2) Teori pencegahan khusus/ Bijzondere preventie Theorien

Teori pencegahan khusus ini bertujuan untuk membuat jera, dengan

memperbaiki dan dengan membuat penjahatnya itu sendiri menjadi

tidak mampu untuk melakukan kejahatan-kejahatan lagi.

Pencegahan penyalagunaan narkotika berarti proses atau cara perbuatan

mencegah menggunakan narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan

dokter atau orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan

hukum.Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkotika di masyarakat, yaitu

kita harus mampu bekerja sama dengan semua pihak termasuk orangtua,

dosen, dan masyarakat untuk turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman

narkotika dilingkungan masyarakat.

Adapun upaya kongkret yang dapat dilakukan adalah bekerjasama

dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya

narkotika, atau dengan mengadakan razia mendadak secara rutin dilingkungan

kampus.Yang tak kalah penting adalah pendidikan moral dan keagamaan

harus lebih ditekankan kepada mahasiswa.Karena salah satu penyebab

terjerumusnya para mahasiswa kedalam lingkaran setan ini adalah kurangnya

Page 42: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

27

pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan

tercela seperti inipun akhirnya mereka jalani.

Oleh sebab itu, semua pihak harus sigap dan waspada akan bahaya

narkotika yang sewaktu-waktu dapat menjerat para mahasiswa. Dengan

berbagai upaya tersebut, mari kita jaga dan awasi para mahasiswa dari bahaya

narkotika, sehingga harapan kita untuk memerlukan generasi yang cerdas dan

tangguh dimasa yang akan datang dapat terealisasi dengan baik.

4. Badan narkotika Nasional

Badan Narkotika Nasional (BNN) Adalah sebuah lembaga pemerintah

Non kementrian (LPKN) Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan

tugas pemerintah dibidang pencegahan, pemberantasan, penyalagunaan, dan

peredaran gelap psikotropika, prekusor, dan bahan adiktif lainnya kecuali

bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

a. Dasar Hukum

Dasar hukum BNN adalah undang-undang nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika. Sebelumnya BNN merupakan lembaga nonstruktural

yang dibentuk berdasarkan keputusan presiden nomor 17 tahun 2002 yang

kemudian diganti dengan peraturan presiden republik Indonesia nomor 83

tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi,

dan Badan Narkotika Kabupaten/ Kota yang kemudian diatur juga

diperaturan presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang

Badan Narkotika Nasional.

Page 43: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

28

b. Kedudukan

Badan Narkotika Nasional adalah lembaga pemerintah non

kementrian yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada

presiden melalui koordinasi kepala kepolisian Negara republik

Indonesia.Badan narkotika nasional dipimpin oleh kepala yang bertanggung

jawab langsung kepada presiden melalui koordinasi kepala kepolisian

Negara Republik Indonesia.

c. Tugas dan Wewenang

Badan Narkotika Nasional mempuyai wewenang:

a) Menyususn dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai

pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekusor Narkotika

b) Mencegah dan memberantas penyalagunaan dan peredaran gelap

Narkotika dan prekusor Narkotika

c) Berkoordinasi dengan kepala kepolisian Negara republik Indonesia

dalam pencegahan dan pemberantasan penyalagunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekusor narkotika

d) Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi sosial pecandu

narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun

masyarakat.

e) Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalagunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekusor narkotika

Page 44: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

29

f) Memantau mengarahkan dan meningkatkan kegiatan masyarakat

dalam pencegahan penyalagunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekusor narkotika

g) Melakukan kerjasama bilateral dan multilateral, baik ragional maupun

internasional, guna mencegahan memberantas peredaran gelap

narkotika dan prekusor narkotika

h) Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekusor narkotika

i) Melakukan administrasi penyelidikan dan penyidik terhadap perara

penyalagunaan dan peredaran gelp narkotika dan perkusor narkotika

j) Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan

wewenang.

Dalam melakukan tugas pemberantasan penyalagunaan dan peredaran

gelap narkotika dan perkusor narkotika, Badan narkotika nasional

berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan penyalagunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekusor Narkotika.

d. Pengangkatan dan pemberhentian

a) Kepala BNN Diangkat dan diberhentikan oeh presiden

b) Syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian kepala BNN

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan BNN.

Page 45: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

30

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran

dari penelitian yang disistensikan dari fakta-fakta, observasi dan kajian

keperpustakaan. Oleh karena itu, kerangka berpikir memuat teori, dalil atau

konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Didalam kerangka

pemikiran variable-variabel penelitian dijelaskan secara mendalam dan

relevan dengan permasalahan yang diteliti, sehingga dapat dijadikan dasar

untuk menjawab permasalahan penelitian. (Ismail, 2019:125)

Kerangka berfikir dalam penelitian ini berawal dari semakin

meningkatnya kasus-kasus narkoba, pemerintah Indonesia mengeluarkan

Undang-undang Narkotika no. 35 tahun 2009, yang didalamnya mengatur

semua tentang narkoba. Pada Undang-undang tersebut disebutkan bahwa ada

upaya untuk menangani permasalahan narkoba diantaranya pencegahan

terhadap masyarakat sehat, dan pemberantasan terhadap pengedar maupun

bandar narkoba.Untuk mencegah penyalahgunaan narkoba pemerintah

membentuk Badan Narkotika Nasional atau BNN. Dalam upaya memerangi

narkoba pemerintah membuat kebijakan nasional dibidang Pencegahan

Penyalahgunaan Narkoba.

Keberadaan BNN Provinsi Sulawesi Selatan diharapkan menjadi

Badan Narkotika yang mampu menanggulangi dan dapat menjadi wadah

berbagai masalah narkotika dapat diperhatikan lebih fokus.Permasalahan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika memerlukan pemecahan

bersama, melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan seluruh komponen

masyarakat yang merupakan ancaman bagi kita semua.

Page 46: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

31

Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

UU Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika

Kendala Badan

Narkotika Nasional

Terhadap Pencegahan

dan penyalahgunaan

Narkoba

Upaya Badan Narkotika

Nasional Terhadap

Pencegahan

penyalahgunaan narkoba

Mengurangi

penyalahgunaan

Narkoba

Page 47: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualita

Deskriptif. (Tanjung, 2019: 75) menyatakan, penelitian kualitatif dapat

diartikan sebagai prosedur penelitian yang berfungsi untuk menghasilkan

data diskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari subjek penelitian dan

peilaku objek yang dapat diamati. Teknik penelitian diskriptif diartikan

sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dan mengambarkan

keadaan objek dan subjek penelitian. Dalam penelitian kualitatif yang

terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan)

yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian.

Pendekatan kualitatif menekankan pada aspek kualitas.artinya,

mengelaborasi makna sosial dan kultural yang tidak mudah di ukur dengan

angka untuk menjelaskan fenomena yang ditelitinya.Data penelitian

kualitatif biasanya bersifat deskriftif atau naratif.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di Badan Narkotika Nasional (BNN),

Jl. Manunggal 22, Maccini Sombala. Kec. Tamalate, Kota Makassar yang

berada di provinsi Sulawesi Selatan. Alasan peneliti memilih lokasi

penelitian tersebut yaitu berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan,

kota Makassar adalah kota dengan jumlah kasus narkotika tertinggi

dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Sulawesi Selatan. Penelitian

Page 48: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

33

ini berlangsung selama kurang lebih 2 bulan yaitu pada bulan Juni-Agustus

2020.

C. Sumber Data

Sumber Data yang akan dipergunakan dalam penulisan penelitian ini

adalah data primer dan sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan yang

meliputi wawancara terhadap narasumber. cara mengumpulkan data

primer yaitu dengan melakukan observasi,dokumentasi, dan hasil

wawancara oleh informan yang telah penulis tetapkan.

2. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan untuk melengkapi data

primer yang diperoleh dari dokumentasi atau studi kepustakaan yang

terkait dalampermasalahan yang diteliti.

D. Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan

utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Seperti yang

telah disebutkan bahwa pemilihan informan pertama merupakan hal yang

sangat utama sehingga harus dilakukan secara cermat, karena penelitian ini

mengkaji tentang Peranan badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi

Selatan terhadap pencegahan penyalahgunaan Narkoba di Wilayah

Provinsi Sulawesi Selatan. Berikut gambaran informan dalam penelitian

ini.

Page 49: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

34

1. Informan I, dengan inisial AI 42 tahun, selaku Plt Kasibug Perencanaan.

Wawancara dilakukan pada tanggal 6 Juli 2020

2. Informan II, dengan inisial AS 56 tahun, selaku Kasi Pencegahan, Bidang

P2M. Wawancara dilakukan pada tanggal 13 gustus 2020.

3. Informan III, dengan inisial IS 52 tahun, selaku Kabid Pencegahan dan

Pemberdayaan Masyarakat. Wawancara dilakukan pada tanggal 13

Agustus 2020

4. Informan IV, dengan inisial MM 34 tahun, selaku penyidik

pemberantasan. Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2020

5. Informan V, dengan inisial HA 36 tahun, selaku penyuluh narkoba.

Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2020.

E. Instrumen Penelitian

Adapun cara untuk memperoleh data yang sesuai dengan

permasalahan penelitian, maka dalam hal ini peneliti berperan aktif dalam

instrumen penelitian. Hal tersebut disebabkan karena dalam penelitian ini

peneliti bertindak sebagai perencana dan sekaligus sebagai pelaksanan dari

rancangan penelitian yang sudah disusun. Diharapkan proses pengambilan

data tetap sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dan mendapatkan

hasil seperti tujuan yangtelah ditetapkan. Adapun yang digunakan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah pedoman terperinci yang berisi langkah-

langkah melakukan observasi mulai dari merumuskan masalah,

Page 50: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

35

kerangka teori untuk menjabarkan perilaku yang akan

diobservasi,prosedur dan teknik perekaman, kriteria analisis hingga

interpretasi.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara adalah dapat digunakan sebagai panduan

melakukan wawancara penelitian baik penelitian kualitatif maupun

kuantitatif. Pedoman wawancara secara garis besar dapat dibagi ke

dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan wawancara, proses wawancara,

dan evaluasi wawancara, termasuk permasalahan yang kerap muncul

pada penelitian yang menggunakan teknik wawancara.

3. Alat / Bahan Dokumentasi

Alat/bahan yang digunakan saat melakukan penelitian adalah tape

recorder sebagai alat perekam wawancara, serta kamera digial untuk

mengambil gambar pada proses penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu

sebagaiberikut;

1. Observasi

Observasi ialah Pengamatan secara langsung oleh objek

penelitian.Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka peneliti mencoba

untuk turun langsung kelapangan untuk mengidentifikasi situasi dan

kondisi obyek penelitian agar dapat mengetahui dan mendapatkan data

terkait Upaya BNNP terhadap pencegahan penyalahgunaan narkoba.

Peneliti melakukan observasi di Kantor Badan Narkotika Nasional

Page 51: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

36

Provinsi dan peneliti mengovservasi bagaimana kinerja dan uapaya BNNP

dalam mencegah penyalahgunaan Narkoba.

2. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan untuk memperoleh informasi

yaitu dengan melakukan wawancara mendalam yang akan dilakukan

kepada Kabid Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kasi

Pencegahan, Penyidik Pemberantasan, Penyuluh kemudian Kasubag

Perencanaan untuk mengetahui bagaimana Upaya yang dilakukan Badan

Narkotika Nasional terhadap pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dan

Kendala-Kendala yang ditemukan Oleh Badan Narkotika Nasional

terhadap pencegahan penyalahgunaan Narkoba.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi.Dokumentasi akan

dijadikan data tambahan dalam penelitian ini untuk memperkuat data yang

diperoleh dari observasi dan wawancara. Pada penelitian ini peneliti akan

menganalisis dokumen berupa foto kegiatan dan foto lingkungan.

G. Teknik Analisis Data

Dalam kaitanyya dengan penelitian ini, peneliti menggunakan

metode analisis interaksi atau interactive analysis models, dimana

komponen reduksi data dan sajian data dilakukan bersamaan dengan

proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul, maka tiga komponen

analisis (reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan) saling

berinteraksi.

Page 52: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

37

Peneliti menggunakan metode analisis interaksi atau interactive

analisys models, dengan langkah-langkah yang ditempuh yaitu sebagai

berikut :

1. Pengumpulan data (data collection)

Dilaksanakan dengan cara pencarian data yang diperlukan data dan

bentuk data yang ada dilapangan, kemudian melaksanakan pencatatan

data di lapangan.

2. Reduksi data (data reduksi)

Apabila data sudah terkumpul langkah selanjutnya adalah

mereduksi data. Menurut Sugiyono mereduksi data berarti.

Merangkum, memilih, halhal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data-data selanjutnya dan mencarinya

apabila diperlukan (Sugiyono, 2009:338). Proses reduksi data dalam

penelitian ini dapat peneliti uraikan sebagai berikut: pertama, peneliti

merangkum hasil catatan lapangan selama proses penelitian

berlangsung yang masih bersifat kasar atau acak kedalam bentuk yang

lebih mudah dipahami. Peneliti juga mendiskripsikan terlebih

dahuluhasil dokumentasi berupa foto-foto dokumentasi pada saat

wawancara di lapangan. Setelah selesai, peneliti melakukan reflektif.

Reflektif merupakan kerangka berfikir dan pendapat atau kesimpulan

dari peneliti sendiri. Kedua, peneliti menyusun satuan dalam wujud

Page 53: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

38

kalimat factual sederhana berkaitan dengan fokus dan masalah.

Langkah ini dilakukan dengan terlebih dahulu peneliti membaca dan

mempelajari semua jenis data yang sudah terkumpul. penyusunan

satuan tersebut tidak hanya dalam bentuk kaliamat factual saja tetapi

berupa paragraph penuh. Ketiga, setelah satuan diperoleh, peneliti

membuat koding. Koding berarti memberikan kode pada setiap satuan.

Tujuan koding agar dapat ditelusuri data atau satuan dari sumbernya.

3. Penyajian data (data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendiskripsikan data. Melalui penyajian data tersebut, maka dapat

terorganisasikan tersusun dalam hubungan, sehingga akan mudah

dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flow

chart dan sejenisnya. Selain itu, dengan adanya penyajian data, maka

akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Penyajian data dalam penelitian ini peneliti paparkan dengan teks

yang bersifat naratif. Peneliti juga menyajikan data dalam gambar-

gambar proses kegiatan selama penelitian berlangsung. Tujuanya

untuk memperjelas dan melengkapi sajian data.

4. Penarikan kesimpulan atau verification.

Setelah dilakukan penyajian data, maka langkah selanjutnya adalah

penarikan kesimpulan atau verification ini didasarkan pada redukdi

data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam

Page 54: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

39

penelitian. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang credibel.

Page 55: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

47

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Singkat Badan Narkotika Nasional Provinsi

1. Profil BNN Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan

Badan Narkotika Nasional Provinsi yang selanjutnya dalam

Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini disebut BNNP adalah

instansi vertikal Badan Narkotika Nasional yang melaksanakan tugas,

fungsi, dan wewenang Badan Narkotika Nasional dalam wilayah Provinsi.

Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan

merupakan perwakilan BNN yang berlokasi di Jl. Manunggal 22 Kel.

Maccini Sombala Kec. Tamalate Kota Makassar. BNNP Sulawesi Selatan

resmi melembaga bersama dengan pelantikan Kepala BNNP, yaitu tanggal

20 April 2011. Bersamaan dengan pelantikan tersebut, secara resmi Badan

Narkotika Nasional Provinsi (BNP) di bawah pengawasan pemerintah

Provinsi yang bertanggung jawab langsung ke Badan Narkotika Nasional

Republik Indonesia.

2. Visi Misi BNNP Sulawesi Selatan

a. Visi BNNP Sulawesi Selatan

Badan Narkotika Nasional (BNN) mengusung visi yaitu: “menjadi

lembaga yang profesional dan mampu berperan sebagai focal point

Indonesia di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif

lainnya di Indonesia”.

Page 56: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

41

Adapun visi BNNP Sulawesi Selatan yaitu menjadi perwakilan

Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan yang profesional dan

mampu menyatukan dan menggerakkan seluruh komponen masyarakat,

instansi pemerintah dan swasta di Provinsi Sulawesi Selatan dalam

melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelak narkoba.

b. Misi BNNP Sulawesi Selatan

Misi BNNP Sulawesi Selatan yaitu: bersama instansi pemerintah

terkait, swasta dan komponen masyarakat diwilayah provinsi Sulawesi

Selatan dalam melaksanakan pencegahan, pemberdayaan masyarakat,

penjangkauan dan pendampingan, pemberantasan serta didukung dengan

tatakelola pemerintahan yang akuntabel.

3. Tugas dan Fungsi BNNP Sulawesi Selatan

BNNP mempunyai tugas melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang

BNN dalam wilayah Provinsi. Dalam melaksnakan tugas tersebut, BNNP

menyelenggarakan fungsi yaitu sebagai berikut:

a. Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis dan rencana

kerja tahunan di bidang pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika,

precursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk

tembakau dan alcohol yang selanjutnya disebut P4GN dalam wilayah

Provinsi;

b. Pelaksanaan kebijakan teknis dibidang pencegahan, pemberdayaan

masyarakat, rehabilitas, dan pemberantasan dalam wilayah Provinsi;

Page 57: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

42

c. Pelaksanaan pembinaan teknis dan supervise P4GN kepada

BNNK/Kota dalam wilayah Provinsi;

d. Pelaksanaan layanan hukum dan kerja sama dalam wilayah Provinsi;

e. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama P4GN dengan instansi

pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam wilayah Provinsi;

f. Pelayanan administrasi BNNP; dan

g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan BNNP.

Page 58: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

43

4. Struktur Organisasi BNNP Sulawesi Selatan

Struktur organisasi BNNP Sulawesi Selatan ditampilkan pada

gambar berikut.

Kepala Badan

Kepala Bagian

Umum

Kassubbag dan

Prasarana

Kasubbag

Perencanaan Kassubbag

Administrasi

Kasi

Pemberdaya

an

Masyarakat

Kasi

Penguatan

Kelembaga

Rehabilitasi Kasi Pengawasan,

Tahanan, Barang

Bukti

Kasi Pasca

Rehabilitasi Kasi

Pencegahan

Kepala Bidang

Pemberantasan

Kepala Bidang

Rehabilitasi

Kepala

Bidang

Pencegahan

dan

Pemberdayaa

n Masyarakat

Kasi Intelijen

Kasi Penyidikan

Kelompok Jabatan

Fungsional

Page 59: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

44

Tugas masing-masing Unsur dalam struktur organisasi BNNP

Sulawesi Selatan dijelaskan sebagai berikut.

a. Kepala BNNP mempunyai tugas:

1) Memimpin BNNP dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang

BNN dalam wilayah Provinsi.

2) Mewakili Kepala BNN dalam melaksanakan hubungan kerja sama

P4GN dengan instansi pemerintah terkait dan komponen

masyarakat dalam wilayah Provinsi.

b. Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan P4GN,

evaluasi dan pelaporan BNNP, dan administrasi serta sarana prasarana

BNNP.

1) Subbagian Perencanaan mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan rencana program dan anggaran, pengelolaan

data dan informasi P4GN, dan penyiapan bahan pelaksanaan

evaluasi dan pelaporan BNNP.

2) Subbagian Sarana Prasarana mempunyai tugas melakukan

pengelolaan sarana prasarana, dan urusan rumah tangga BNNP.

3) Subbagian Administrasi mempunyai tugas melakukan urusan ata

persuratan, kepegawaian, keuangan, kearsipan, layanan hukum,

kerja sama, hubungan masyarakat, dan dokumentasi

c. Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas

melaksanakan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan dan

pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Provinsi.

Page 60: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

45

1) Seksi Pencegahan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis dan rencana

kerja tahunan P4GN, diseminasi informasi dan advokasi P4GN,

pembinaan teknis dan supervisi P4GN kepada bnnk/Kota, dan

evaluasi dan pelaporan P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah

Provinsi.

2) Seksi Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana

strategis dan rencana kerja tahunan P4GN, peran serta masyarakat

dan pemberdayaan alternatif P4GN, pembinaan teknis dan

supervisi P4GN kepada BNNK/Kota, dan evaluasi pelaporan

P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dalam wilayah

Provinsi.

d. Bidang Rehabilitasi mempunyai tugas melaksanakan kebijakan teknis

P4GN di bidang rehabilitasi dalam wilayah Provinsi.

1) Seksi Penguatan Lembaga Rehabilitasi mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan pelaksana koordinasi penyusunan

rencana strategis dan rencana kerja tahunan P4GN , asesmen bagi

penyalahguna dan/atau pecandu narkotika, peningkatan

kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan sosial yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, pembinaan

teknis dan supervise P4GN kepada BNNK/Kota, dan evaluasi dan

pelaporan P4GN dalam wilayah Provinsi.

Page 61: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

46

2) Seksi Paskarehabilitasi mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan pelaksanaan koordinasi penyusunan strategis dan rencana

kerja tahunan P4GN, peningkatan kemampuan layanan

pascarehabilitasi dan pendampingan, penyatuan kembali kedalam

masyarakat dan perawatan lanju, pembinaan teknis dan supervise

P4GN kepada BNNK.Kota, dan evaluasi dan pelaporan P4GN

dalam wilayah Provinsi.

e. Bidang Pemberantasan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan

teknis P4GN di bidang pemberantasan dalam wilayah Provinsi.

1) Seksi Intelijen mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis dan rencana

kerja tahunan P4GN, pembangunan dan pemanfaatan intelijen

teknologi dan kegiatan intelijen teknis, operasional dan produk

dalam rangka P4GN, pembinaan teknis dan supervise P4GN

kepada BNNK/Kota, da evaluasi dan pelaporan P4GN dalam

wilayah Provinsi.

2) Seksi Penyidikan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

pelaksanaan koordinasi penyusunan strategis dan rencana tahunan

P4GN, administrasi penyidikan dan penyidikan terhadap tindak

pidana pencucian uang yang berasal dari tindak pidana narkotika

dan prekursor narkotika, pengawasan distribusi prekursor sampai

pada pengguna aktif, pembinaan teknis dan supervise P4GN

kepada BNNK/Kota, dan evaluasi dan pelaporan P4GN dalam

wilayah Provinsi.

Page 62: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

47

3) Seksi Pengawasan Tahanan dan Barang Bukti mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi penyusunan

rencana strategis dan rencana tahunan P4GN, pengawasan tahanan

dan barang bukti, pembinaan teknis dan supervise P4GN kepada

BNNK/Kota, dan evaluasi dan pelaporan P4GN dalam wilayah

Provinsi.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

berikut ini Peneliti akan memaparkan hasil-hasil penelitian yang

diperoleh baik dari observasi, wawancara maupun dokumen.

1. Upaya Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Terhadap

pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sulawesi Selatan

Adapun wawancara yang peneliti lakukan dengan informan

diantaranya sebagai berikut:

“Upaya yang dilakukan untuk pencegahan penyalahgunaan

narkoba yaitu dengan melakukan kerja sama dengan pemerintah

atau instansi terkait seperti LSM, Instansi Pemerintah,

melakakukan kerjasama dengan masyarakat, pemasangan

spanduk tentang bahaya narkoba”.(Hasil Wawancara AS, 13

Agustus 2020).

Hasil wawancara yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa

aparat dari BNNP sendiri telah melakukan beberapa kerja sama agar

penyalahguna dapat memanimalisisr pemakai narkoba diSulawesi Selatan

saat ini dimana BNNP telah melakukan kersama kepada instansi-instansi

baik kerjasama dengan LSM dn melkukan kerja sama dengan instansi

pemerintah, melakukan kerja sama dengan msyarakat dan melakukan

pemasangan spanduk tentang bahaya narkoba.

Page 63: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

48

Kemudian Upaya yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional

terhadap pencegahan penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan adalah

upaya yang selama ini dilakukan tiap tahunnya dalam penanggulangan

narkoba dalam tiga bagian, yakni preventif, adalah upaya pencegahan yang

dilakukan secara dini. Preventif merupakan upaya yang sifatnya strategis

dan merupakan rencana aksi jangka menengah dan jangka panjang, namun

harus dipandang sebagai tindakan yang mendesak untuk segera

dilaksanakan dan represif merupakan upaya penanggulangan yang bersifat

tindakan penegakan hukum mulai yang dilakukan oleh intelijen kepolisian

dalam proses penyidik yang meliputi pengintaian, pengrebekan, dan

penangkapan guna menemukan pengguna maupun pengedar narkoba

beserta bukti-buktinya, kemudian dengan melakukan sosialisasi peraturan

perundangan narkoba. Sebagaimana hasil wawancara dengan penyidik

pemberantasan BNNP Sul-Sel sebagai berikut:

“Tugas Utama BNN yaitu dengan memutus jaringan peredaran

narkoba, pemberantasan dan rehabilitasi, pengguna narkoba,

Kepolisian dengan BNN selalu berkoordinasi saling bertukar

informasi jarindan pengedar, dan saling membackup dalam

melakukan operasi pemberantasan kejahatan penyalahgunaan

narkoba”.(Hasil Wawancara MM, 25 Agustus 2020)

Hasil wawancara yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa

BNN selalu berkoordinasi dengan kepolisian dengan saling bertukar

informasi jaringan pengedar, saling membackup dalam artian memberikan

memberikan bantuan satu sama lain pada saat melakukan penindakan

terhadap kejahatan penyalahgunaan narkoba.

BNNP dan Satres Narkoba Polrestabes Makassar memiliki

kewenangan yang sama adalam hal melakukan penyidikan terhadap

Page 64: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

49

tindakan kejahatan penyalahgunaan narkoba sebagaimana dijelaskan

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 pada pasal 71

berbunyi”dalam melaksanakan tugasnya pemberantasan penyalahgnaan

dan peredaran gelap Narkotika dan prekusor narkotika, BNN berwenang

melakukan penyidikan dan pe nyidikan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekusor narkotika “. Lndasan Hukum ini yang

menjadikan BNNP dan satres Narkoba selalu berkoordinasi dalam

melakukan penindakan apabila terjadi kejahatan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba.

Selanjutnya Upaya yang dilakukan untuk mencegah

penyalahgunaan narkoba di Provinsi Sulawesi Selatan adalah BNNP

dengan melakukan penyuluhan dan selalu memberi edukasi pengetahuan

narkoba, pengetahuan bagi seluruh masyarakat Sulawesi Selatan tentang

bahaya narkoba baik penyuluhan disekolah, kampus dan lingkungan

swasta. Sebagai mana hasil wawancara dengan AI, Kasubag Perencanaan

BNNP Sul-Sel Berikut:

“Upaya yang dilakukan untuk mencegahan penyalahgunaan narkoba

dengan melakukan penyuluhan, penyuluh dibawah bidang

pencegahan dan daya mas, dibidang pencegahan ada penyuluh-

penyuluh yang stiap saat dan stiap hari yang memberikan edukasi

pemahaman tentang bahaya narkoba, baik dari masyarakat,

mahasiswa, lingkungan pendidikandan lingkungan swasta jadi ada 4

target yang ada dipencegahan (Hasil wawancara AI, 6 Juli 2020).’’

Hasil wawancara yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa BNNP

selalu melakukan penyuluhan stiap hari dan setiap saat kepada masyarakat,

mahasiswa, instansi pendidikan dan pada lingkungan swasta dan penyuuh-

Page 65: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

50

penyuluh juga memberikan edukasi pemahaman tentang bahaya narkoba

dan dampak terhadap menyalahgunakan narkoba tersebut.

“Pemberdayaan masyarakat ada dua, dengan bagaimana

memberdayakan masyarakat ikut terlibat dalam lingkungan

masyarakat itu sendiri termasuk pada daerah rawan narkoba seperti

sapiria distu bagaimana pada bidang pemberdayaan masyarakat atau

seksi bidan masyarakat untuk mengajak masyarakat disekitarnya

untuk tidak menggunakan naroba, kalaupun ada daerah yang sudah

rawan narkoba adapun tugas pemberdayaan masyarakat yaitu

pemberdayaan alternatif yang digunakan dengan masuk kedaerah-

daerah rawan kemudian mngajak melalui Rt, Rw, Lurah serta camat

untuk kita berikan keterampilan sesuai dengan apa yang diinginkan

oleh lingkungan itu misalnya mengajak mereka serta diberikan

pemahaman untuk tidak kembali memakai narkoba. (Hasil

Wawancara AI, 6 Juli 2020)’’

Hasil wawancara menunjukkan bahwa didalam melakukan upaya

pencegahan penyalahgunaan narkoba bidang pemerdayaan masyarakat

menggunakan dua cara yang pertama dengan pemberdayaan masyarakat

mengajak masyarakat setempat yang rawan narkoba untuk mngajak dam

memberikan pengetahuan untuk tidak menyalahgunakan naroba, kemudian

cara kedua yang dilakukan bidang pemberdayaan masyarakat untuk

mencegaha penyalahgunaan narkoba didaerah-daerah rawan narkoba

dengan menggunakan pemberdayaan alternatife yaitu denngan cara seksi

dari bidang pemberdayaan masuk kedaerah-daerah rawan narkoba

kemudian mengajak melalui Rt, Rw, Lurah, dan Camat untuk memberikan

keterampilan serta pemahaman yang diinginkan oleh lingkungan tersebut

dengan memberikan pemahaman untuk tidak kembali menggunakan

narkoba dengan mengajarkan kreatifitas yang yang diaajarkan oleh seksi

bidang pemberdayaan. Adapun hasil wawancara yang peneliti lakukan

dengan HA, bidang penyuluhan narkoba.

Page 66: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

51

“Penyuluh menggunakan 2 metode dalam mengatasi penyalahgunaan

narkoba yang pertama menyampaikan bagaimana suplay dan

dimanderaksen, bagaimana mengurangi suplay dan menguragi

permintaan. 2 metode ini diterapkan untuk memberantas narkotika

disulsel, metode yang pertama mengurangi permintaan dengan

memberikan pemahaman agar masyarakat memiliki daya tangkal

terhadap berbagai penyalahgunaan narkoba. Targetnya memiliki

daya tangkal sehingga dia mampu menolak, dengan sudah mampu

menolak berarti sudah tidak mau lagi, dengan mempunyai daya

tangkal dan masyarakat menolak tentunya suplainya akan berkurang

jadi karena tidak adanya permintaan berarti tidak ada pemasokan.

Disini bidang penyuluhan sendiri melakukan penekanan yang

pertama dengan menekan permintaan dan menekan harga pasokan

dengan pemberantasan, penangkapan bandar, pengedar produsen

yang membawa barang itu kesini, yang kedua penyuluh meggunakan

metode menekan permintaan biasanya melakukan penyuluhan

melakukan rehabilitasi sehingga semakin berkurang permintaannya,

prinsip ekonomi jikalau tidak ada pembelinya penjual akan rugi”.

(Hasil Wawancara HA, 25 Agustus 2020).

Hasil wawancara menunjukkan bahwa bidang penyuluhan

melakukan dua metode yaitu melakukan penekanan harga pasokan dengan

pemberantasan, menangkap bandar, pengedar dan produsen kemudian

yang penyuluh menggunakan melakukan metode menekan permintaan dan

melakukan penyuluhan dengan melakukan rehabilitasi sehingga

permintaan semakin berkurang sehingga jika tidak ada pembelii penjual

akan rugi.

“Bentuk penyuluhan yang diberikan penyuluh kepada masyarakat

adalah dengan melalui media sosial, media cetak, online, media luar

ruang, tatap muka langsung, dan mengikuti trend kekinian. Pada saat

ini, dimana pandemi ini sedang dibatasi untuk melakukan tatap muka

langsung jadi kita menggunakan media-media lain untuk

memberikan penyuluhan kepada masyarakat”.(Hasil Wawancara

HA, 25 Agustus 2020)

Hasil wawancara menunjukkan bahwa penyuluh memberikan

penyuluhan kepada masyarakat melalui media cetak, media sosial, dan

melakukan tatap muka langsung, dimana keadaan pandemi pada saat ini

Page 67: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

52

dan sedang dibatasi untuk melakukan tatap muka langsung jadi penyuluh

menggunakan media-media lain untuk memberikan penyuluhan kepada

masyarakat.

Kasibug perencanaan menambahkan bahwa upaya BNNP selama

ini sudah sangat maksimal namun masalah narkoba diSulawesi Selatan

sangat kompleks menurut informan sebagai garda terdepan untuk

pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba

merasa perlu mengajak elemen bangsa, pemuda dan masyarakat untuk

bersama-sama peduli dengan masalah narkoba. Program P4GN saat ini

berorientasi kepada kementrian dan lembaga negara, instansi pemerintah

untuk membuat rencana aksi dimasing-masing lembaga dan instansi

pemerintahan dalam rangka pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkoba (P4GN) diantaranya membuat regulasi dan

aturan tentang bahaya narkoba, dan membentuk satgas anti narkoba dan

mengkampanyekan bahaya narkoba dilingkungan instansi mereka dan

bertangungjawab kegiatannya kepada kepala atau pimpinan instansi

dimana mereka bekerja. Satgas-satgas dan relawan yang telah dibentuk di

instansi pemerintah tersebut mempunyai tanggungjawab sebagai individu

mensosialisasikan bahaya narkoba dilingkungan tempat dimana mereka

berdomisili. Bidang pemberantasan dan penyidikan menambahkan bahwa:

“didalam pemberantasan pola komunikasi yang dilakukan dalam

hal penyidikan untuk penangannya lebih ke transparansi

penyidikan ketersangka dan penerakapan hukuman terhadap

bandar yang lebih berat, untuk hubungan masyarakatnya didalam

pemberantasan tidak melakukan penyuluhan mungkin keperasaan

keluarga korban dan tersangka-tersangka dan menyampaiakan

Page 68: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

53

bagaimana tahap penanahannya”. (Hasil Wawancara MM, 25

Agustus 2020).

Hasil wawancara menunjukkan bahwa penyidik atau bidan

pemberantasan melakukan pola komunikasi dengan melakukan penyidikan

didam penanganannya lebih kepada ketransparansi ketersangka dan

penegakan hukuman kepada bandar yang lebih berat dan kemudian

melakukan komunikasi dengan keluarga korban atau tersangka dan

menyampaikan bagaimana tahap-tahap penyampaian yang akan dilakukan.

“Penyampaian informasi melalui media sosial seperti youtube,

jdi ada beberapa proses-proses untuk penangkapan tersangka

seperti pada instgrm, facebook,” Hasil wawancara MM, 25

Agustus 2020”

Hasil Wawancara didalam bidang pemberantasan media yang

mereka gunakan seperti youtube,fb,instagram, dan mengumpulkan

informasi dari masyarakat kemudian mengecek kelapangan dimana

mereka mendapatkan informasi.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa dari pihak

BNNP sudah melakukan berbagai upaya dalam menangani berbagai

permasalahan narkoba yang terjadi di Sulawesi Selatan.

2. Kendala-Kendala Yang di Hadapi Oleh Badan Narkotika Nasional

Provinsi

Kendala yang dialami oleh BNNP dalam menanggulangi

penyalahgunaan narkotika disulawesi selatan adalah diantaranya karena

kurang peran serta masyarakat. Masyarakat kurang memahami tugas dari

BNNP bagi pengguna narkoba dan masih dianggap tabu oleh masyarakat

karena merasa malu keluarganya tersangkut paut dengan narkoba dan juga

ada beberapa oknum anggota kepolisian yang sudah bekerja sama dengan

Page 69: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

54

pelaku juga pengedar sehingga memberikan informasi jika ada razia dari

pada petugas maka sering terjadi kegagalan dalam melakukan razia. Hal-

hal tersebutlah sehingga BNNP terkendala untuk menangkap pengguna

narkoba.

Selain itu kendala BNNP dalam menangani berbagai kasus

penyalahgunaan narkoba disulawesi selatan adalah masyarakat masih

awam mengenai hukum-hukum bagi pengguna penyalahgunaan

narkoba, dan sebagian masyarakat masih binging dengan peraturan

pemerintah nomor 35 tentang penyalahgunaan narkoba. (Hasil

wawancara Ii, 13 Agustus 2020).

Hasil wawancara menunjukkan bahwa masyarakat masih belum

mengetahui bagaimana hukum-hukum bagi pengguna yang

menyalahgunakan narkoba dan kebanyakan masyarakat masih binhung

dengan peraturan-peraturan pemerintah tentang penyalahgunaan narkoba

sehingga pihak dari pemberdayaan masih kesusahan terhadap melakukan

penyuluhan atau sosialisasi karena sebagian masyarakat sulit diberikan

pemahaman tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.

“Partisipasi masyarakat dalam penanggulangan penyalahgunaan

narkotika di Sulawesi Selatan masih sedikit Karena masih ada

sebagian dari masyarakat tidak mau peduli ataupun malu untuk

melapor keluarganya yang memakai narkoba kepada pihak BNNP”.

(Hasil Wawancara IS, 13 Agustus 2020)

Hasil wawancara menunjukkan bahwa parsipasi masyarakat terhadap

penanggulangan penyalahgunaan masyarakat masih kurang, mereka masa

bodo dan tidak mau peduli dengan maraknya penyalahgunaan narkoba

skarang ini merekapun tidak peduli dan malu untuk melapor pihak

keluarganya atau bagian dari kluarganya yang telah mengomsumsi/

memakai narkoba. Informasi tersebut sejalan dengan apa yang

diungkapkan oleh informan HA Selaku penyuluh narkoba di BNNP

Page 70: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

55

“Banyak lingkungan-lingkungan masyarakat yang agak susah

diberikan pemahaman karna penyalah naroba selalu mencari cela

pada saat akan diberikan edukasi pemahamam dari pihak BNNP itu

sendiri”.(Hasil Wawancara HA, 25 Agustus 2020)

Hasil wawancara menunjukkan bahwa ada beberapa masyarakat atau

lingkungan-lingkungan masyarakat yang agak susah diberikan pemahaman

karena pemakai atau penyalahguna narkoba akan selalu mencari celah

pada saat akan diberikan pemahaman atau diberikan edukasi pemahaman

dari pihak BNNP itu sendiri.

“Kendala dari segi sarana dan prasarana dalam penanggulangan

narkotika diSulawesi Selatan yaitu kurangnya personil dilapangan,

alokasi dana dalam pelaksanaan dilapangan, alokasi dana dalam

pelaksanaan penanggulangan yang minim terutama dalam upaya

penyuluhan, sosialisasi dan upaya-upaya lainnya yang mendukung

terlaksananya upaya penanggulangan tersebut”. (Hasil wawancara

AS, 13 Agustus 2020).

Hasil wawancara menunjukkan bahwa kurangnya sarana dan

prasarana menjadikan kendala bagi BNNP dalam menanggulangi pemakai

narkoba dan kurangnya personil yang terjun langsung kelapangan didalam

pelaksanaan penanggulangan, dimana dalam melaksanakan penyuluhan

atau sosialisasi dilapangan pasti perlu adanya sarana prasaranan dan

memerlukan personil agar pelaksanaan tersebut berjalan sesuai yang

diinginkan.

“Kendalanya karena banyaknya peredaran yang dikontrol dari dalam

lapas, jadi para bandar dengan leluasa atau lebih mudah

mengendalikan narkotika dari dalam lapas bukan dari luar jadi pada

saat ditangkap didalam lapas mereka memainkan handpone mereka

megendalikan natrkotika dari dalam sehingga mereka susah tersentuh

oleh kami, karena untuk proses pengampilan seperti bandar didalam

lapas kita melakukan persuratan dahulu, melakukan administrasi

tidak bisa semerta merta dengan cepat mendapatkan alat bukti dari

dalam karena pasti jika kita melakukan administrasi dulu pasti

mereka menghilangkan barang bukti terlebih dahulu seperti

handpone”(Hasil Wawancara MM, 25 Agustus 2020).

Page 71: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

56

Hasil wawancara menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi bidang

pemberantasan penyidik mereka kewalahan mengontrol bandar yang

ditangkap tersebut karena para bandar akan leluasa dan akan lebih muda

mengendalikan barang haram tersebut dari dalam, kemudian para

pemberantas akan sulit menemukan barang bukti dikarekan ada beberapa

administarasi yang mereka lalui seperti melakukan persuratan sehingga

mengambil waktu banyak, sehingga bandar lebih mudah mengontrol

narkotika dari dalam dari pada diluar.

“Di Badan Narkotika Nasional saat ini penyuluh masih terbatas,

sementara cakupan wilayah luas diseluruh Sulawesi Selatan. Jumlah

penyuluh di Provinsi hanya sebanyak 6 orang, diseluruh Sulawesi

Selatan terdapat 24 Kabupaten dan Kota sehingga penyuluh di Badan

Narkotika Nasional Provinsi tidak bisa secara maksimal mencakup

seluruh wilayah diProvinsi”.(Hasil Wawancara HA, 25 Agustus

2020)

Hasil Wawancara menunjukkan bahwa di Badan Narkotika Nasional

penyuluh yang saat ini masih terbatas sehingga pada saat melakukan

penyuluhan tidak secara maksimal dikarenakan diSulawesi Selatan

terdapat 24 kabupaten dan kota sehingga penyuluh diBadan Narkotika

Nasional masih membutuhkan personil yang lebih banyak sehingga

penyuluh dapat menjangkau setiap kabupaten dan kota untuk melakukan

penyuluhan.

“solusi dari menghadapi kendala penyuluh dalam mengatasi

penyalahgunaan narkoba yaitu penyuluh mengajak masyarakat ikut

terlibat untuk menjadi perpanjangan tangan kita, mendorong seluruh

instansi terkait untuk ikut turut serta dalam upaya pencegahan

penyalahgunaan narkotika kemudian membangun kerjasama-

kerjasama dengan baik swasta, pemerintah maupun pendidikan untuk

membantu masyarakat Sulawesi Selatan untuk terhindar dari

penyalahgunaan narkotika”(Hasil wawancara HA, 25 Agustus 2020)

Page 72: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

57

Hasil Wawancara yang peneliti lakukan bagaimana solusi dari

menghadapi kendala dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba dimana

penyuluh merangkul seluruh masyarakat ikut serta ataupun ikut terlibat

dan menjadi perpanjangan tangan dan medorong seluruh instansi terkait

dan membangun kerjasama dengan swasta, pemerintah, maupun

pendidikan untuk membantu msyarakat untuk terhindar dari

penyalahgunaan narkoba.

Page 73: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

57

58

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan dilapangan yang telah diuraikan

dalam pembahasan penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Kendala dalam menangulangi penyalahgunaan narkoba diBadan

Narkotika Nasional Provinsi adalah kendalanya banyak, yang pertama

kurang perang serta masyarakat, kedua masyarakat kurang memahami

tugas dari BNNP, ketiga bagi pengguna narkoba masih dianggap tabu

oleh masyarakat dan juga kurangnya pemahaman pada masyarakat

tentang penyalahgunaan narkoba, kemudian kurangnya personil

dibidang penyuluhan sehingga kurang maksimal didalam melakukan

penyuluhan kepada masyarakat.

2. Upaya yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi dalam

penanggulangan penyalahgunaan narkoba dengan melakukan

penyuluhan dan memberikan edukasi pemahaman kepada masyarakat

terkait dengan penyalahgunaan narkoba di setiap instansi pendidikan,

masyarakat, dan instansi pemerintah.

B. SARAN

Peranan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan

terhadap pencegahan penyalahgunaan narkoba, maka penulis

menyampaikan beberapa saran untuk pihak terkait yaitu: Berdasarkan

masalah yang terjadi dimsyarakat mengenai peran Badan Narkotika

Nasional Provinsi terhadap pencegahan penyalahgunaan narkoba,

Page 74: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

59

pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan kepedulian dan

bekerja sama dalam melakukan upaya didalam mencegah

penyalahguna narkoba, sehingga program-program yang dilakukan

oleh BNNP dapat berjalan lebih maksimal. Kepada Badan Narkotika

Nasional Provinsi agar terus meningkatkan sumber daya baik manusia,

sarana maupun anggaran guna menunjang program P4GN.

Page 75: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

59

60

DAFTAR PUSTAKA

Awet Sandi SKM, 2016 Narkoba dari tapalbatas Negara, Bandung,

Mujahidin Press Bandung,

Alfiatu Solikah, 2015 Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Pada

Sekolah Unggulan, Yogyakarta, CV Budi Utama

Clara R.P Ajisuksmo, 2001 Petunjuk Praktis bagi Keluarga untuk mencegah

penyalagunaan narkoba, Yogyakarta, Media Pressindo.

Darda Syahrizal, 2013 Undang-undang Narkotika dan Aplikasinya (Undang-

undang Republik Indoneia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika),

Fandi Rosi Sarwo Edi, 2016 Teori Wawancara Psikodiagnostik, Yogyakarta,

PT Leotika Nauvallitera,

Hariansah, 2019 Metodologi Penelitian suatu tinjauan konsep konstruk,

Porworejo Pasuruan, Jawa Timur Indonesia, Qiara Media Partner,

Irwan Jasa Tarigan,2007. Narkotika dan Penanggulangannya, Yogyakarta,

Cetakan Pertama,

Ismail Nurdin, 2019 Metode Penelitian Sosial, Surabaya, Media Sahabat

Cendekia

Indra Sakti Ginting, 2018. Upaya Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam

Pencegahan dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Narkotika (Studi

diBadan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Langkat), Skripsi:

Universitas Sumatera Utara Medan.

Imran, 2014. Efektivitas Kinerja Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi

Selatan dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika di

Kalangan Remaja Kota Makassar, Skripsi: Universitas Hasanuddin

Makassar.

Junaedi, 2019.Kerjasama BNN dan Kepolisian Dalam Penanggulangan

Penyalahgunaan Narkoba di Kecamatan Rappocini Kota Makassar,

Jurnal Moderat, Volume 5, Nomor 1, Februari 2019.

Mahkama Agung, RI. 2015. Pencegahan Penyalagunaan Narkoba, (Online),

(http://pn-karanganyar.go.id/main/index.php/berita/artikel/997-

pencegahan-penyalahgunaan-narkotika, diakses 21 November 2019).

Rosdiana, 2018 Cegah Penggunaan Narkotika Melalui Promosi Kesehatan,

Pare-pare Sulawesi Selatan, Cv Kaaffah Learning Center,

Page 76: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

61

Syahrul Ramadan. 2018. Sulsel duduki peringkat Enam darurat Narkoba,

(Online),(https://www.jawapos.com/jpg-today/02/08/2018/sulsel-

duduki-peringkat-enam-darurat-narkoba/, diakses 20 November

2019).

Tim Visi Media,2006Mencegah Terjerumus Narkoba, Tanggerang. Cetakan

Pertama,

Tim Penyusun. 2019. Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika

Republik Indonesia. Inpres RI Nomor 12 tahun 2011 Tentang Pelaksanaan

Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Petredaran Gelap Narkoba tahun 2011-2015.

Rudianto. 2010. Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam penegakan

hukum terhadap tindak pidana Narkotika,Skripsi: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Try Suryadi D.2015.Peranan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi

Selatan dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sulawesi

Selatan.Skripsi:Universitas Negeri Makassar.

Syahrul Ramadan. 2018. Sulsel duduki peringkat Enam darurat Narkoba,

(Online),(https://www.jawapos.com/jpg-today/02/08/2018/sulsel-

duduki-peringkat-enam-darurat-narkoba/, diakses 20 November

2019).

Page 77: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 78: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

LEMBAR OBSERVASI UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PROVINSI SULAWESI SELATAN TERHADAP PENCEGAHAN

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DIWILAYAH PROVINSI

SULAWESISELATAN

NO Pernyataan Ya Tidak

1 Lokasi Badan Narkotika Nasional Provinsi

Sulawesi Makassar

2 Melakukan Penyuluhan Tentang Bahaya

Narkoba di Sekolah, Perguruan Tinggi dan

Masyarakat

3 Pelaksanaan Rehabilitasi Pada Pecandu

Narkoba

4 Badan Narkotika Nasional Provinsi

Sulawesi Selatan melaksanakan aturan

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009

5 Pelaksanaan Rehabilitasi Pada Pengguna

Narkoba

6 Melakukan pencegahan penggunaan

Narkotika Melalui Promosi Kesehatan

7 Melaksanakan Penyuluhan Anti Narkoba

Pada Remaja

Page 79: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

Pedoman Wawancara

1. Bgaimana Peran BNNP terhadap program P4GN apakah sudah berjalan

maksimal atau masih terkendala dibiaya atau terkendala difasilitas?

2. Bagaimana Upaya yang dilakukan BNNP terhadap pencegahan

penyalahgunaan narkoba?

3. Sejauh ini apa saja hambatan-hambatan atau kendala yang ditemui BNNP

dalam pemberantasan Narkoba?

4. Faktor- faktor apa saja yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba?

5. Apa metode penyuluh dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba di BNNP

Sulawesi Selatan?

6. Bagaimana bentuk penyuluhan yang dilakukan BNNP Sulawesi Selatan?

7. Apa kendala-kendala yang dihadapi penyuluh ketika penyuluhan?

8. Apa solusi dalam menghadapi kendala-kendala pada penyuluh dalam

mengatasi penyalahgunaan narkoba?

9. Bagaiamana pola komunikasi yang dilakukan dalam pemberntasan

penyalahgunaan narkoba dikalangan masyarakat?

10. Sejauh ini apa saja hambatan-hambatan atau kendala yang ditemui BNNP

dalam pemberantasan Narkoba?

Page 80: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

Lampiran Nama Informan

No Nama Jabatan Umur

1. AI (Andi Irvan)

Plt Kasubag

Perencanaan

42 Tahun

2. IS ( Ishak Iskandar)

Kabid

Pencegahan dan

Pemberdayaan

Masyarakat

52 Tahun

3. AS (Asmawati, SKM)

Kasi

Pencegahan,

Bidang P2M

56 Tahun

4. MM ( Muzafir Musa)

Penyidik

Pemberantasan

34 Tahun

5. HA ( Heru Alfianta)

Penyuluh

Narkoba

36 Tahun

Page 81: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

DOKUMENTASI

Page 82: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …
Page 83: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

Wawancara dengan AI, Plt Kasubag Perencanan 6 Juli 2020

Page 84: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

Wawancara dengan II, Kabid Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat 13

Agustus 2020

Page 85: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

Wawancara dengan AS, Kasi Pencegahan 13 Agustus 2020

Page 86: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

Wawancara dengan MM, Penyidik Pemberantasan 25 Agustus 2020

Page 87: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

Wawancara dengan HA, Penyuluh Narkoba 25 Agustus 2020

Page 88: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …
Page 89: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …
Page 90: UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI …

RIWAYAT HIDUP

Nurlinda. Dilahirkan di Teko Kabupaten Bantaeng pada

tanggal 01 Juli 1998 dari pasangan Ayahanda Muhammad

dan Ibunda Sanna. Penulis masuk sekolah dasar pada tahun

2004 di SD Inpres Kampung Parang dan tamat tahun 2010,

tamat SMP Negeri 1 Eremerasa tahun 2013, dan tamat

SMK Negeri 1 Bantaeng tahun 2016. Pada tahun yang sama (2016), penulis

melanjutkan pendidikan pada program studi strata satu (S1) Program Studi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai tahun 2020.