unud-1287-1839543486-tesis.pdf

Upload: nokie10

Post on 06-Jul-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    1/128

    TESIS

    ANALISIS KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN

    MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA

    (BPMPD) KOTA DENPASAR DALAM

    PENGELOLAAN BANTUAN KELURAHAN

    A.A. GDE AGUNG ARICAHYA

    PROGRAM MAGISTER 

    PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

    PROGRAM PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR 

    2015

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    2/128

    i

    TESIS

    ANALISIS KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN

    MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA

    (BPMPD) KOTA DENPASAR DALAM

    PENGELOLAAN BANTUAN KELURAHAN

    A.A. GDE AGUNG ARICAHYA

     NIM : 1291461025

    PROGRAM MAGISTER 

    PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

    PROGRAM PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR 

    2015

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    3/128

    ii

    ANALISIS KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    DAN PEMERINTAHAN DESA (BPMPD) KOTA DENPASAR DALAM

    PENGELOLAAN BANTUAN KELURAHAN

    Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister 

    Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Ekonomi

    Program Pascasarjana Universitas Udayana

    ANAK AGUNG GDE AGUNG ARICAHYA

    NIM 1291461025

    PROGRAM MAGISTER 

    PROGRAM STUDI ILMU EKONOMIPROGRAM PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR 

    2015

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    4/128

    iii

    Lembar Pengesahan

    TESIS INI TELAH DISETUJUITANGGAL 12 JANUARI 2015

    Pembimbing I

    Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS

     NIP. 19540429 198303 1 002

    Pembimbing II

    Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE.,MP

     NIP. 19600706 198601 2 001

    Mengetahui

    Ketua Program Studi

    Magister Ilmu Ekonomi

    Progran Pascasarjana

    Universitas Udayana

    Prof.Dr.Nyoman Djinar Setiawina,SE,MS NIP.19530730 198303 1 001

    Direktur 

    Program Pascasarjana

    Universitas Udayana,

    Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S(K). NIP. 19590215 198510 2 001

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    5/128

    iv

    Tesis Ini Telah Diuji pada

    Tanggal 12 Januari 2015

    Panitia Penguji Tesis, berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

     Nomor : 4526/UN.14.4/HK/2014

    Tanggal : 31 Desember 2014

    Ketua : Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS

    Anggota :

    1. Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE., MP

    2. Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS

    3. Dr. Ketut Djayastra, SE., SU

    4. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., Msi

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    6/128

    v

    Surat Pernyataan Bebas Plagiat

    Yang bertanda tanngan di bawah ini :

     Nama : Anak Agungg Gde Agung Aricahya

     NIM. : 1291461025

    Program Studi : Magister Ilmi Ekonomi

    Judul Tesis : Analisis Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintahan Desa (BPMPD) Kota Denpasar Dalam

    Pengelolaan Bantuan Kelurahan

    Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

    Apabila di kemudian hari terbukti palgiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia

    menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan

    Perundang-undangan yang berlaku.

    Denpasar, Januari 2015

    Hormat saya,

    Anak Agung Gde Agung Aricahya

     NIP. 1291461025

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    7/128

    vi

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Berkat Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang

    Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga Penulis dapat

    menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintahan Desa (BPMPD) Kota Denpasar Dalam Pengelolaan Bantuan Kelurahan”.

    Penulisan tesis ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akhir studi

     pada program Studi Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Udayana.

    Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima

    kasih yang sebesar-besarnya kepada : Bapak Prof. Dr. dr Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD

    Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis

    untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister. Ibu Prof. Dr. dr. A. A.

    Raka Sudewi, Sp. S(K) Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Bapak 

    Prof.Dr. I Gusti Bagus Wiksuana,SE., MS Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

    Udayana, Bapak Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE.,MS selaku Ketua Program Studi

    Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Udayana. Bapak Prof. Dr. Made Suyana

    Utama, SE.,MS sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam pembuatan tesis ini. Ibu Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE.,MP sebagai

     pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam

     pembuatan tesis ini. Bapak Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE.,MS, Bapak Dr. Ketut

    Djayastra, SE.,SU dan Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,MSi selaku penguji,

    telah membahas dan mengarahkan dalam penulisan tesis ini. Seluruh staf pengajar Program

    Studi Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Udayana, yang telah

    memberikaan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Seluruh staf/Pegawai program

    Studi Magister Ilmu Ekonomi Program Pasccasarjana Universitas Udayana, yang telah

    membantu dalam kelancaran administrasi selama mengikuti kuliah. Teman-teman ada

    Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Udayana

    Angkatan XXII, Kepala Badan, Sekretaris Rekan Kerja di Badan Pemberdayaan

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    8/128

    vii

    Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar dan Para Sekretaris Kelurahan se-Kota

    Denpasar yang telah memberikan masukan, bantuan dan semangat yang bermanfaat dalam

     pengerjaan tesis ini. Istri tercinta Anak Agung Ayu Juniati, SE., MSi, Ayahda tercinta Drs.

    Anak Agung Gde Oka Parmadi, Ibunda tercinta Anak Agung Geria Puspa, Ananda tercinta

    A.A. Istri Sintya Cahyani, A.A. Istri Prami Listya Dewi dan A.A. Gde Dalem Satria

    Wibawa serta keluarga yang tak putus-putusnya berdoa untuk kesuksesan studi serta

    memberikan dukungan moril dan materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan study ini

    dengan baik.

    Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan

    rahmat-Nya. Dan akhir kata Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak-

     pihak yang membutuhkan.

    Denpasar, 2015

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    9/128

    viii

    ANALISIS KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN

    PEMERINTAHAN DESA (BPMPD) KOTA DENPASAR DALAM

    PENGELOLAAN BANTUAN KELURAHAN

    ABSTRAK 

    Berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi

    Daerah akan memberikan keleluasan bagi pemerintah daerah untuk 

    mengembangkan daerahnya sesuai dengan kemampuan pendapatan daerah. Hal

    ini akan berdampak positif bagi masyarakat daerah untuk berkembang dan

    menemukan jati dirinya dengan ciri dan kemampuannya masing-masing.

    Pemerintah Kota Denpasar mengambil kebijakan pemberdayaan masyarakat

    dengan meningkatkan peranan desa dan kelurahan sebagai organisasi

     pemerintahan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat yang merupakanujung tombak dari pemerintah daerah, dengan cara memberikan bantuan

    kelurahan untuk kelurahan dan bagi hasil pajak dan retribusi untuk desa. Beberapa

    issue actual  di bidang pengelolaan bantuan kelurahan yang perlu mendapat

     perhatian untuk meningkatkan kinerja pengelolaan bantuan kelurahan antara lain

     belum optimalnya pengelolaan bantuan kelurahan, belum teraturnya administrasikeuangan karena keterbatasan sumber daya aparatur, kurangnya koordinasi

    dengan instansi terkait mengenai pengalokasian bantuan kelurahan dan masih

    tingginya sisa penggunaan anggaran di masing-masing kelurahan.

    Penelitian ini dilakukan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintahan Desa Kota Denpasar. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk 

    mengetahui kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa

    Kota Denpasar yang di ukur dari perspektif keuangan, perspektif pengguna jasa,

     perspektif proses internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, baik 

    secara parsial maupun secara keseluruhan dengan menggunakan pendekatan

     Balanced Scorecard .

    Hasil analisis menunjukan kinerja BPMPD Kota Denpasar dalam

     pengelolaan bantuan kelurahan ditinjau dari perspektif keuangan menunjukan

    kinerja dengan kategori baik dengan nilai sebesar 78,47 persen. Kinerja dari

     perspektif pengguna jasa menunjukan kinerja kategori baik dengan nilai sebesar 

    77,08 persen. Kinerja dari perspektif proses internal menunjukan kinerja sangat

     baik dengan nilai 100 persen sedangkan untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan juga menunjukan kinerja sangat baik dengan nilai sebesar 100

     persen. Kinerja BPMPD secara keseluruhan ditinjau dari empat perspektif dengan

     perhitungan indeks komposit berada pada kualifikasi kinerja baik dengan nilai

    87,81 persen.

    Dalam rangka meningkatkan kinerja pengelolaan bantuan kelurahan

    disarankan untuk memaksimalkan proses perencanaan, pelaksanaan dan realisasi

    anggaran, meningkatkan sosialisasi dan koordinasi dengan kelurahan guna

    memperlancar proses pencairan bantuan kelurahan.

    Kata Kunci : kinerja, perspektif keuangan, pengguna jasa, proses internal,

     pemberdayaan dan pertumbuhan, balanced scorecard 

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    10/128

    ix

    PERFORMANCE ANALYSIS OF BADAN PEMBERDAYAAN

    MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA (BPMPD) KOTA

    DENPASAR MANAGEMENT ASSISTANCE IN KELURAHAN

    ABSTRACT

    Applicability of Act No. 32 of 2004 on Regional Autonomy will provide

    flexibility for local governments to develop the region in accordance with local

    revenue capacity. This will positively impact the local community to develop and

    finds himself with the characteristics and capabilities of each. Denpasar 

    government adopted a policy of community empowerment by increasing the role

    of the village and the village as government organizations directly in contact with

     people who are at the forefront of local government, by providing assistance

    village to village and for the results of taxes and levies to the village. Some of theactual issues in the field of management of aid villages that need attention to

    improve performance management, among others, yet help villages optimal

    management of village assistance, yet orderly financial administration because of 

    limited personnel resources, urangnya coordination with relevant agencies on the

    allocation of aid villages and high residual use budget in each village.

    This .Penelitian done on Community Empowerment Board and Village

    Government of Denpasar. The goal is to determine the performance of the Badan

    Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar is measured

    from a financial perspective, the perspective of service users, internal process

     perspective and learning and growth perspective, either partially or as a whole by

    using the Balanced Scorecard approach.

    Results of the analysis showed BPMPD performance Kota Denpasar in terms of 

    the management of village aid financial perspective shows the performance of the

    categories with a value of 78.47 percent. Performance from the perspective of 

    service users showed good performance category with a value of 77.08 percent.

    Performance of the internal process perspective shows very good performance

    with a value of 100 per cent, while for the learning and growth perspective also

    shows very good performance with a value of 100 percent. BPMPD overall

     performance in terms of four perspectives with the calculation of the composite

    index is at a good qualifying performance with value 87.81 percent.

    In order to improve the performance of the management of village assistance areadvised to maximize the planning, implementation and realization of the budget,

    increasing the dissemination and coordination with the village in order to expedite

    the disbursement of aid wards.

    Keywords: performance, financial perspectives, service users, internal processes,

    empowerment and growth, balanced scorecard

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    11/128

    x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    JUDUL …………………..………………………………………………………. i

    PRASARAT GELAR ............................................................................................ ii

    LEMBAR PENGESAHAN ............................ ………………………………….. iiiPENETAPAN PANITIA PENGUJI .….……………………………………….. iv

    SURAT PERNYATAAN ………………………………………………………. v

    UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………………… viABSTRAK ……………………………………………………………………… viii

    ABSTRACT .......................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ………………………………………...………………………..… xDAFTAR TABEL ………………………………………………………………. xii

    DAFTAR GAMBAR .......................................………………………………… xiv

    DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ...………………………………… xv

    BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1

    1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1

    1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………… 81.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………… 8

    1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………… 9

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………….… 10

    2.1 Konsep – konsep dan Definisi ………………..…………………… 10

    2.1.1 Pengertian kinerja ……………………………………….… 102.1.2 Pengukuran kinerja dalam organisasi …………………… 11

    2.1.3 Pengukuran kinerja dengan pendekatan balanced scorecard 14

    2.2 Teori – teori yang Relepan …… …...….…………………………… 23

    2.2.1 Teori pembangunan daerah ..……………………………… 232.2.2 Teori pemberdayaan masyarakat …………………………. 25

    2.2.3 Bantuan kelurahan ..................…………………………… 27

    2.3 Keaslian Penelitian ………………………………………….….… 28

    BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN ……… 34

    3.1 Kerangka Berpikir dan Konsep Penelitian ………………………… 34

    3.1.1 Kerangka berpikir ………………………………………...… 343.1.2 Konsep penelitian …………………………………………… 35

    BAB IV METODE PENELITIAN …………………………………………… 38

    4.1 Rancangan Penelitian ……………………………………………… 38

    4.2 Lokasi, Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian …………………… 38

    4.3 Identifikasi Variabel ....................………………………………… 39

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    12/128

    xi

    4.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian ………………………… 41

    4.5 Jenis dan Sumber Data …………………………………………… 42

    4.5.1 Jenis data menurut sifatnya ……………………………… 424.5.2 Jenis data menurut sumbernya …………………………… 43

    4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ………………… 444.6.1 Populasi ……………………………………………………… 44

    4.6.2 Sampel .................................………………………………… 45

    4.7 Metode Pengumpulan Data ………………………………………… 47

    4.8 Instrumen Penelitian ……………………….……………………… 474.8.1. Uji validasi instrumen penelitian ………………………… 47

    4.8.2. Uji reliabilitas instrumen penelitian …………………… 48

    4.9 Teknik Analisis Data ……………………………………………… 48

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ….………………… 525.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..…………………………… 52

    5.2 Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………………... 56

    5.3 Hasil Analisis Diukur dari Empat Perspektif .....………………….. 62

    5.4 Pembahasan ……………………………………………………….. 72

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ……………………….………………… 80

    6.1 Simpulan ……………………………..…………………………… 806.2 Saran …………………….………………………………………... 81

    DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… xvi

    LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………… xix

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    13/128

    xii

    DAFTAR TABEL

     No Tabel Halaman

    1.1 Pemberian Bantuan Kelurahan untuk Kelurahan se – Kota Denpasar dari tahun 2009 – 2013 ..................................................................................... 3

    1.2 Data Perkembangan Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kota Denpasar ........... 6

    4.1 Jumlah Pegawai BPMPD dan Kelurahan di Kota Denpasar ............................ 44

    4.2 Sampel responden pengelola bantuan kelurahan masing-masing kelurahan di

    Kota Denpasar .................................................................................................. 45

    4.3 Nilai Total Kinerja Perspektif Keuangan, Perspektif Pengguna Jasa,Perspektif Proses Internal dan Pespektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ...... 51

    5.1 Distribusi Responden Dalam Penelitian Analisis Kinerja Badan

    Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar 

    dalam Pengelolaan Bantuan Kelurahan............................................................ 56

    5.2 Kelompok Umur Responden Pengguna Jasa, Responden Pegawaidan Responden Kunci ..................................................................................... 57

    5.3 Jenis Kelamin Responden Pengguna Jasa, Responden Pegawai dan Responden

    kunci .................................................................... ........................................... 57

    5.4 Tingkat Pendidikan Responden Pengguna Jasa, Responden Pegawai

    dan Responden Kunci ................................................................................ 58

    5.5 Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Instrumen Data Responden Pengguna Jasa .. 60

    5.6 Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Instrumen Data Responden Pegawai

    BPMPD Kota Denpasar .................................................................................. 61

    5.7 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Data Responden Pengguna

    Jasa .................................................................................................................. 62

    5.8 Alokasi Anggaran dan Realisasi Anggaran Bantuan Kelurahan Tahun 2013

    Pada masing-masing Kelurahan ..................................................................... 63

    5.9 Pernyataan Responden untuk Perspektif Pengguna Jasa ................................ 65

    5.10 Pernyataan Positif dan Negatif Responden untuk Perspektif Pengguna Jasa.. 66

    5.11 Pernyataan Responden untuk Perspektif Proses Internal ............................... 67

    5.12 Pernyataan Positif dan Negatif Responden untuk Perspektif Proses Internal.. 68

    5.13 Pernyataan Responden untuk Perspektif Proses Pembelajaran dan

    Pertumbuhan ................................................................................................... 69

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    14/128

    xiii

    5.14 Pernyataan Positif dan Negatif Responden untuk Perspektif Proses

    Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................................................................... 70

    5.15 Hasil In-depth Interview dan Perhitungan Nilai Bobot Kinerja ..................... 71

    5.16 Perhitungan Indeks Komposit ......................................................................... 71

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    15/128

    xiv

    DAFTAR GAMBAR 

    3.1 Alur Pemikiran Analisis Penelitian ................................................................. 37

    3.2 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................... 39

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    16/128

    xv

    DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

    APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    APPK : Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Kelurahan

    BPMPD : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa

    BANGKEL : Bantuan Kelurahan

    SILPA : Sisa Laporan Penggunaan Anggaran

    SOP : Standar Operasional Pelayanan

    ADD : Alokasi Dana Desa

    IK : Indeks Komposit

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    17/128

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Otonomi Daerah yang sedang berlangsung saat ini merupakan suatu hal

    yang baru bagi setiap daerah di Indonesia, oleh karena otonomi yang dicanangkan

    melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut lebih memberikan

    keleluasaan bagi daerah untuk mengekspresikan dirinya menuju arah berkembang

    melalui pemberdayaan masyarakat daerah itu sendiri. Hal tersebut tentunya

    mengembalikan masyarakat daerah kepada penemuan dirinya masing-masing

    dengan ciri dan kemampuannya masing-masing, setelah terbelenggu dengan

     penyeragaman yang selama ini terjadi oleh rezim yang ada. Pada dasarnya di era

    otonomi daerah fungsi pemerintahan meliputi tiga hal yaitu pelayanan kepada

    masyarakat ( service); membuat pedoman/arah atau ketentuan kepada masyarakat

    (regulation); dan pemberdayaan (empowering ). Dan tugas pokok pemerintah

    yang terpenting adalah memberikan pelayanan umum kepada masyarakat, oleh

    karena itu organisasi pemerintah sering pula disebut sebagai “pelayanan

    masyarakat” ( public service). Otonomi Daerah yang sarat dengan isu strategi

     berupa kelembagaan, sumber daya manusia berupa aparatur pelaksana, jaringan

    kerja serta lingkungan kondusif yang terus berubah.

    Pemerintah Kota Denpasar mengambil kebijakan mengenai

     pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan peranan desa dan kelurahan.

    Karena desa dan kelurahan sebagai organisasi pemerintahan yang paling dekat

    dan berhubungan langsung dengan masyarakat merupakan ujung tombak 

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    18/128

    2

    keberhasilan pembangunan kota khususnya otonomi daerah, dimana desa dan

    kelurahan akan terlibat langsung dalam perencanaan dan pengendalian

     pembangunan serta pelayanan. Dikatakan sebagai ujung tombak karena kelurahan

     berhadapan langsung dengan masyarakat, oleh karena itu kelurahan harus mampu

    menjadi tempat bagi masyarakat untuk diselesaikan atau meneruskan aspirasi dan

    keinginan tersebut kepada pihak yang berkompeten untuk ditindak lanjuti.

    Disamping itu peran desa dan kelurahan di atas menjembatani program-program

     pemerintah untuk disosialisasikan kepada masyarakat sehingga dapat dipahami

    dan didukung oleh masyarakat.

    Dengan begitu luas dan kompleksnya permasalahan yang ada di Kota

    Denpasar, seperti dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

    ditambah dengan pembangunan fisik yang harus dilakukan Pemerintah Kota

    Denpasar, dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Di dalam

     pelaksanaan visi dan misi Kota Denpasar guna meningktakan kesejahteraan

    masyarakat perlunya suatu upaya pemberdayaan masyarakat.

    Salah satunya adalah memberikan dana bantuan berupa bagi hasil pajak 

    dan retribusi diberikan kepada desa dan bantuan kelurahan diberikan kepada

    kelurahan untuk melakukan Program Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pembangunan. Pemberian bagi hasil pajak dan retribusi serta bantuan kelurahan

    ini dimaksudkan untuk menunjang kinerja pembangunan yang ada di Kota

    Denpasar, yang dilaksanakan oleh pemerintahan desa dan kelurahan berdasarkan

     program kerja yang telah ditetapkan di masing-masing desa dan kelurahan baik itu

     jangka pendek yang dijabarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    19/128

    3

    (APBDes) dan Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Kelurahan (APPK), jangka

    menengah dan jangka panjang menyesuaikan dengan program kerja Pemerintah

    Kota Denpasar.

    Tabel 1.1.

    Jumlah Bantuan Kelurahan untuk kelurahan se kota Denpasar 

    dari Tahun 2009 – 2013.

     No. KelurahanJumlah Bantuan Kelurahan Per Tahun Anggaran

    (dalam Rp. Ribu)

    2009 2010 2011 2012 2013

    1 Tonja 244.457 349.224 602.111 606.111 606.111

    2 Peguyangan 309.908 442.726 763.322 764.822 764.822

    3 Ubung 217.758 311.083 535.927 540.190 540.190

    4. Pemecutan 284.193 405.990 699.983 702.483 702.483

    5. Padangsambian 292.063 417.234 719.369 721.369 721.369

    6. Dauh Puri 223.355 319.078 550.136 555.136 555.136

    7. Panjer 270.833 386.904 667.076 669.076 669.076

    8. Sesetan 356.479 509.257 878.029 878.529 878.5299. Pedungan 328.073 468.677 808.063 809.063 809.063

    10 Serangan 258.424 369.178 636.514 639.014 639.014

    11. Renon 222.971 318.530 549.190 554.190 554.190

    12. Sanur 253.571 362.144 624.559 627.559 627.559

    13. Dangin Puri 222.261 317.515 547.441 552.441 552.441

    14. Sumerta 222.839 318.342 548.866 554.366 554.366

    15. Kesiman 251.328 359.040. 619.035 622.035 622.035

    16. Penatih 242.938 347.055 598.371 602.871 602.871

    Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar (2014).

    Adapun besarnya bantuan kelurahan dimaksud diberikan berdasarkan

     jumlah penduduk, luas wilayah jumlah keluarga miskin dan jumlah fasilitas sosial

    dan fasilitas umum yang dimiliki oleh masing – masing kelurahan yang

    ditentukan secara proposional oleh Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kota

    Denpasar dan ditetapkan melalui Musrenbang Kota Denpasar. Jumlah bantuan

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    20/128

    4

    kelurahan yang diberikan kepada kelurahan se kota Denpasar dari tahun 2009

    sampai dengan 2013 yang besumber dari APBD Kota Denpasar dapat dilihat

    dalam Tabel 1.1.

    Tabel 1.1 menunjukan penerimaan bantuan kelurahan setiap tahunnya

    cenderung meningkat kecuali tahun 2013 besarnya sama dengan tahun 2012.

    Kelurahan yang paling banyak selalu mendapatkan bantuan adalah Kelurahan

    Sesetan yaitu sebesar Rp. 878.829.000 dan paling sedikit adalah Kelurahan Ubung

    yaitu sebesar Rp. 540.190.000, hal ini disebabkan Kelurahan Ubung memiliki luas

    wilayah yang paling sempit disamping itu juga jumlah rumah tangga miskin

    tergolong kecil walaupun memiliki kepadatan jumlah penduduk nya. yang

    sebagian besar merupakan penduduk pendatang dan tinggal sementara.

    Penyusunan dari program kerja kelurahan adalah merupakan suatu proses

    awal yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan semua kegiatan dimasa yang

    akan datang. Dengan demikian berarti program kerja disusun dan dipergunakan

    sebagai pedoman atau alat penentu arah dalam mencapai sasaran yang ingin

    dicapai, dalam penyusunan program kerja tersebut guna memudahkan Kepala

    Kelurahan dan Aparatnya dalam melakukan aktifitas bersama lembaga-lembaga

    yang ada sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

    Program Kerja yang telah disusun tersebut juga merupakan gambaran

    tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di kelurahan dan juga

    diharapkan bisa dipakai sebagai informasi oleh masyarakat kelurahan dan

    sekaligus diharapakan agar mendapat dukungan dan bantuan dari masyarakat

    dalam pelaksanaan nantinya. Melalui penyusunan program kerja ini juga dipakai

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    21/128

    5

    sebagai bahan laporan kepada pemerintah atasan. Di mana selanjutnya

    dimohonkan pula bimbingan dan pembinaan serta petunjuk dari instansi terkait di

    tingkat atasan dalam pelaksanaan program kerja tersebut dan dalam rangka

     pelaksanaan pembangunan di wilayah kelurahan.

    Efektifitas pembangunan dalam mengatasai berbagai permasalahan untuk 

    merespon dan menuntaskan berbagai tantangan perkembangan di masyarakat

    ditentukan oleh sejauh mana proses pembangunan dapat meningkatkan kapasitas

    desa/kelurahan untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan. Salah satu

     persoalan mendasar dalam penyelenggaraan pembangunan desa/kelurahan adalah

    terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang

    merupakan salah satu dokumen penting yang menunjukan arah, tujuan dan

    kebijakan pembangunan desa/kelurahan.

    Adapun program kerja jangka menengah desa/kelurahan adalah program

     pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan adalah meningkatan

    sarana dan prasara aparatur, pemberdayaan masyarakat dan penataan lingkungan

    dan kebersihan. Melalui kegiatan ini pemerintahan kelurahan melaksanakan bedah

    rumah, menumbuh kembangkan ekonomi kerakyatan yang merupakan program

    unggulan dari pemerintah Kota Denpasar, menata lingkungan pemukiman dan

     perbaikan telajakan dan saluran drainase yang biayanya tidak terlalu besar.

    Pemberian bantuan kelurahan ini diharapkan mampu tepat sasaran di dalam

     pengentasan kemiskinan sesuai dengan arah pembangunan jangka menengah di

    masing – masing kelurahan. Salah satu contoh keberhasilan dari pemberian

     bantuan kelurahan kelurahan adalah penurunan ngka kemiskinan di Kota

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    22/128

    6

    Denpasar. Data perkembangan Rumah Tangga Miskin di Kota Denpasar dari

    tahun 2006 – 2012 per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.2.

    Tabel 1.2 jumlah Rumah Tangga Miskin dari tahun 2008 – 2013

    cenderung mengalami penurunan kecuali tahun 2008 dan 2009 di Kecamatan

    Denpasar Utara dan Denpasar Barat mengalami kenaikan disebabkan karena

    wilayah tersebut merupakan tujuan pertama dari penduduk pendatang sehingga

    mobilitas penduduk saat itu mengalami bertumbuhan yang sangat pesat dan dari

    hasil pendataan ulang yang dilakukan terhadap Rumah Tangga Miskin mengalami

     peningkatan.

    Tabel 1.2.

    Perkembangan Rumah Tangga Miskin ( RTM) di Kota Denpasar 

    dari Tahun 2008 – 2013 menurut kecamatan

     No KecamatanTAHUN

    Penurunan

    RTM(dari 2008 – 2013)

    RTM

    Penurunan

    RTM(dari 2008 – 2013)

    %

    2008 2009 2010 2011 2012 2013

    1.

    2.

    3.

    4.

    enpasar Utara

    enpasar Timur 

    enpasar Selatan

    enpasar Barat

    1172

    934

    653

    812

    1190

    757

    562

    930

    1072

    639

    458

    720

    972

    580

    420

    614

    854

    438

    338

    476

    799

    384

    268

    394

    373

    550

    385

    418

    31.82

    58.88

    41.04

    48.52

    Kota Denpasar 3571 3439 2889 2586 2106 1.845 1.726 48.33

    Sumber data : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar (2014).

    Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar 

    mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi (tupoksi), di dalam pembangunan daerah

    dan salah satu yaitu mengelola bantuan kelurahan yang diberikan kepada seluruh

    kelurahan yang ada di Kota Denpasar, yang berada di bawah koordinasi Bidang

    Pemerintahan Desa. Beberapa   issue actual  di bidang pengelolaan bantuan

    kelurahan (Laporan pertanggung jawaban Kelurahan 2009-2013) yang perlu

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    23/128

    7

    mendapat perhatian untuk meningkatkan kinerja pengelolaan bantuan kelurahan

    antara lain sebagai berikut :

    1). Belum optimalnya pengelolaan bantuan kelurahan yang dapat dilihat dari

    masih terjadinya keterlambatan pencairan dana yang dimohonkan oleh

    masing-masing kelurahan yang diakibatkan oleh lambatnya informasi terkait

    dengan besarnya pagu anggaran dan petunjuk teknis penggunaan anggaran

    yang diterima oleh kelurahan.

    2). Belum teraturnya administrasi keuangan karena keterbatasan sumber daya

    aparatur.

    3) Kurangnya koordinasi dengan instansi terkait mengenai pengalokasian

     bantuan kelurahan.

    4) Masih tingginya sisa penggunaan anggaran di masing-masing kelurahan.

    Kondisi ini sering dirasakan oleh penerima bantuan kelurahan di masing-masing

    kelurahn setiap tahunnya. Anggaran yang seharusnya bisa di cairkan pada

    triwulan pertama bisa terlambat ke triwulan kedua. Dan ini berdampak pada

    kinerja kelurahan dalam rangka ikut membangun infrastruktur dan pemberdayaan

    masyarakat. Melihat kondisi permasalahan di atas maka obyek penelitian

    ditekankan pada pengelolaan bantuan kelurahan Badan Pemberdayaan Masyarakat

    dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar, sehingga nanti dapat ditemukan solusi

    agar pengelolaan bantuan kelurahan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintah Desa Kota Denpasar dapat dilakukan dengan optimal dan efektif.

    Melihat dari kondisi permasalahan di atas berpengaruh negatif terhadap program

     pembangunan masyarakat baik pembangunan infrastruktur maupun pembangunan

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    24/128

    8

    sumber daya manusia sehingga berdampak pada lambatnya program pemerintah

    daerah dalam pengentasan rumah tangga miskin dan penataan lingkungan

     pemukiman secara optimal dan kelihatan kumuh.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah

    yang akan dianalisis di dalam penelitian ini adalah :

    1) Bagaimanakah kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintahan Desa Kota Denpasar di dalam pengelolaan bantuan

    kelurahan di ukur dari perspektif keuangan, pespektif penggunaan

     jasa, perspektif proses internal, serta perspektif pembelajaran serta

     pertumbuhan.

    2) Bagaimanakah kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam pengelolaan bantuan

    kelurahan diukur dari keseluruhan perspektif.

    1.3 Tujuan Penelitian.

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

    1) Untuk menganalisis kinerja Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam pengelolaan bantuan

    kelurahan Badan di ukur dari perspektif keuangan, pespektif 

     penggunaan jasa, perspektif proses internal, serta perspektif 

     pembelajaran serta pertumbuhan.

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    25/128

    9

    2) Untuk menganalisis kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam pengelolaan bantuan

    kelurahan diukur dari keseluruhan perspektif.

    1.4 Manfaat Penelitian.

    Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1.4.1. Secara teoritis :

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

     pengembangan ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan pengukuran

    kinerja bagi aparat pengelola bantuan kelurahan di Kota Denpasar.

    1.4.2 Secara Praktis

    1) Hasil – hasil analisis yang didapatkan dalam penelitian ini diharapkan

    dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi Pemerintah Kota

    Denpasar terutama untuk mengetahui sejauh mana efektifitas prosedur 

    dan mekanisme pengelolaan bantuan kelurahan.

    2) Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

    organisasi publik lainya tentang pentingnya Balance Scorecard dipakai

    sebagai alat ukur kinerja organisasi publik dilihat dari empat

    Perspektif.

    3) Dapat dipakai sebagai masukan dan informasi untuk dijadikan acuan

    dalam rangka meningkatkan kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat

    dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar pada khusus dan Organisasi

     pelayanan publik pada umumnya.

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    26/128

    10

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Konsep – Konsep dan Difinisi

    2.1.1 Pengertian kinerja

    Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang kinerja dapat

    dikemukakan sebagai berikut : Handoko, (1995) mendefinisikan kinerja

    ( performance) dengan prestasi kerja yaitu proses melalui upaya organisasi

    mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan, (Faustino Cardosa Gomes

    1995) yang dikutif (Anwar Prabu, 2005) mengemukakan definisi kinerja

    karyawan sebagai : Ungkapan seperti   output ,   efisiensi serta   efektivitas sering

    dihubungkan dengan produktivitas. Selanjutnya definisi kinerja karyawan

    menurut (Anwar Prabu, 2005) bahwa Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah

    hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan

    dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

    kepadanya, sedangkan Veithzal Rivai (2006:309) mengatakan bahwa kinerja

    merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja

    yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan .

    Konsep di atas dapat dipahami bahwa kinerja adalah seberapa jauh tingkat

    kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi dalam rangka pencapaian tujuan.

    Dalam konteks penelitian ini, maka pengertian kinerja merupakan tingkat

    kemampuan pegawai yang mengelola bantuan kelurahan pada Badan

    Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar khusus pada

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    27/128

    11

     bidang pemerintahan desa dan kelurahan yang berhubungan langsung dengan

     pemerintahan kelurahan sesuai tugas pokok dan fungsinya.

    2.1.2 Pengukuran kinerja dalam organisasi

    Cakupan dan cara mengukur indikator kinerja sangat menentukan apakah

    suatu organisasi publik dapat dikatakan berhasil atau tidak, ketepatan pengukuran

    seperti cara atau metode pengumpulan data untuk mengukur kinerja juga sangat

    menentukan penilaian akhir kinerja, Mahmudi (2005) menjelaskan bahwa kinerja

    akan diukur dari tingkat kepuasan pengguna jasa terhadap kualitas yang diberikan.

    Sedangkan tujuan dilakukannya penilaian kinerja di sektor publik antara lain :

    1) Untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

    2) Menyediakan sarana pembelajaran pegawai

    3) Memperbaiki kinerja berikutnya

    4) Memberikan pertimbangan yang sistimatik dalam pembuatan keputusan

    5) Memotivasi pegawai (meningkatkan motivasi pegawai)

    6) Menciptakan akuntabilitas publik.

    Selain itu pengukuran kinerja juga merupakan alat untuk menilai

    kesuksesan organisasi, melalui penilaian indikator-indikator kinerja dapat

     berfungsi untuk mengukur kinerja organisasi untuk mengambil tindakan-tindakan

    tertentu, dan merupakan sarana atau alat untuk mengukur hasil suatu aktivitas.

    Kegiatan atau proses (Mahmudi, 2005), dalam LAN, 2000, menyebutkan

     pengukuran kinerja mempunyai makna ganda, yaitu pengukuran kinerja sendiri

    dan evaluasi kinerja, di mana untukmelaksanakan kedua hal tersebut terlebih

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    28/128

    12

    dahulu harus ditentukan tujuan dari suatu program secara jelas. Pengukuran

    kinerja merupakan jembatan antara perencanaan strategis dengan akuntabilitas,

    sehingga suatu organisasi/instansi yang dapat dikatakan berhasil jika terdapat

     bukti-bukti atau indikator-indikator atau ukuran-ukuran capaian yang mengarah

     pada pencapaian misi. Teknik dan metode yang digunakan dalam menganalisis

    kinerja kegiatan, yang pertama-tama dilakukan adalah dengan melihat sejauh

    mana adanya kesesuaian antara program dan kegiatannya. Penilaian kinerja

    organisasi dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam

    kurun waktu tertentu, dan penilaian tersebut juga dapat dijadikan input bagi

     perbaikan dan peningkatan kinerja organisasi.

    Menurut LAN (2000) pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan metode

    Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Metode ini menggunakan

    indikator kinerja sebagai dasar penetapan pencapaian kinerja. Untuk pengukuran

    kinerja digunakan formulir Pengukuran Kinerja (PK). Penetapan indikator 

    didasarkan pada masukan (input ), keluaran (output ), hasil (outcome), manfaat

    (benefit ) dan dampak   (impact ). Sependapat dengan hal tersebut. Mardiasmo

    (2001) mengatakan bahwa dalam mengukur kinerja suatu program, tujuan dari

    masing-masing program harus disertai dengan indikator-indikator kinerja yang

    digunakan untuk mengukur kemajuan dalam pencapaian tujuan tersebut. Indikator 

    kinerja didefinisikan sebagai ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang

    menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah

    ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan

    diukur dan dihitung serta digunakan sebagai dasar untuk menilai maupun melihat

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    29/128

    13

    tingkat kinerja suatu program yang dijalankan unit kerja. Dengan demikian, tanpa

    indikator kinerja, sulit bagi kita untuk menilai kinerja (keberhasilan atau

    kegagalan) kebijaksanaan program/kegiatan pada akhir kinerja instansi/unit kerja

    yang melaksanakan.

    Lebih lanjut Mardiasmo menjelaskan bahwa pada umumnya sistem ukuran

    kinerja dipecah dalam 5 (lima) kategori sebagai berikut:

    1) Indikator   input , mengukur sumber daya yang diinvestasikan dalam suatu

     proses, program, maupun aktivitas untuk menghasilkan keluaran (output 

    maupun   outcome). Indikator ini mengukur jumlah sumberdaya seperti

    anggaran (dana), sumber daya manusia, informasi, kebijaksanaan/peraturan

     perundang – undangan dan sebagainya yang dipergunakan untuk 

    melaksanakan kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumberdaya, suatu

    lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumberdaya yang dimiliki telah

    sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

    2) Indikator   output , adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari

    sesuatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan / atau nonfisik. Indikator ini

    digunakan untuk mengukur   output  yang dihasilkan dari suatu kegiatan.

    Dengan membandingkan   output  yang direncanakan dan yang betul-betul

    terealisir, instansi dapat menganalisis sejauh mana kegiatan terlaksana sesuai

    dengan rencana. Indikator  output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai

    kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran

    kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh sebab itu, indikator 

    output harus sesuai dengan lingkup dan kegiatan instansi.

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    30/128

    14

    3) Indikator  outcome, adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

    output (efek langsung) pada jangka menengah. Dalam banyak hal, informasi

    yang diperlukan untuk mengukur  outcome seringkali tidak lengkap dan tidak 

    mudah diperoleh. Oleh karena itu, setiap instansi perlu mengkaji berbagai

     pendekatan untuk mengukur  outcome dari output suatu kegiatan. Pengukuran

    indikator  outcome sering kali rancu dengan pengukuran indikator  output .

    4) Indikator   benefit , menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator 

    outcome.   Benefit  (manfaat) tersebut pada umumnya tidak segera tampak.

    Setelah beberapa waktu kemudian. yaitu dalam jangka menengah atau jangka

     panjang dari   benefit  tampak. Indikator   benefit  menunjukkan hal-hal yang

    diharapkan untuk dicapai bila output dapat diselesaikan dan berfungsi dengan

    optimal (tepat lokasi dan tepat waktu).

    5) Indikator   impact  memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari   benefit 

    yang diperoleh. Seperti halnya indikator  benefit , indikator  impact  juga baru

    dapat diketahui dalam jangka waktu menengah atau jangka panjang. Indikator 

    impact  menunjukkan dasar pemikiran dilaksanakannya kegiatan yang

    menggambarkan aspek makro pelaksanaan kegiatan, tujuan kegiatan secara

    sektoral, regional dan nasional.

    2.1.3 Pengukuran kinerja dengan pendekatan balance scorecard 

    Pengukuran kinerja merupakan bagian penting dari proses pengendalian

    manajemen baik organisasi publik maupun swasta. Selain itu pengukuran kinerja

     juga merupakan alat untuk menilai kesuksesan organisasi. Dalam konteks

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    31/128

    15

    organisasi sektor publik, kesuksesan organisasi itu akan digunakan untuk 

    mendapatkan legitimasi dan dukungan publik, masyarakat akan menilai

    kesuksesan organisasi sektor publik melalui kemampuan organisasi dalam

    memberikan pelayanan publik yang relatif murah dan berkualitas, (Mahmudi,

    2010).

    Penilaian kinerja umumnya fokus pada sektor privat, tetapi dewasa ini

    terdapat tuntutan yang lebih besar dari masyarakat untuk dilakukan transparasi

    dan akuntabilitas publik oleh sektor organisasi publik. Organisasi sektor publik 

    saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih efisien, memperhitungkan biaya

    ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas yang dilakukan.

    Seiring dengan berkembangnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik 

    tersebut diperlukan penilaian kinerja organisasi publik dengan memadukan secara

    komprehensif ukuran dari aspek keuangan dan non keuangan. Metode ini dikenal

    dengan Balanced Scorecard yang dapat diterapkan pada perusahaan, baik sektor 

     privat maupun sektor publik.   Balanced Scorecard  berfokus pada ukuran yang

    mempunyai dampak besar, seimbang dan memberikan penekanan kepada upaya

     preventif serta melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan

    ukuran pendorong kinerja masa depan.

    Menurut Niven 2002, Balanced Scorecard  dikembangkan pada tahun 1990

    oleh Robert Kaplan dan David Norton, sebagai perkembangan dari konsep

     pengukuran kinerja ( performance measurement ) yang mengukur perusahaan.

    Robert Kaplan mempertajam konsep pengukuran kinerja dengan menentukan

    suatu pendekatan efektif yang seimbang (balanced ) dalam mengukur kinerja

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    32/128

    16

    strategi perusahaan. Lebih jauh Niven mengemukakan   Balanced Scorecard 

    dimulai dengan visi dan strategi organisasi dia juga mencoba menerjemahkan visi

    dan strategi menjadi ukuran kinerja yang dapat ditelusuri dan digunakan untuk 

    mengukur kesuksesan dalam keberhasilan implementasi visi dan strategi

     perusahaan, ini dicapai dengan menetapkan obyektif dan ukuran dalam masing-

    masing dari keempat perspektif   scorecard  yang saling terkait yaitu perspektif 

    keuangan, konsumen, proses internal dan pertumbuhan serta pembelajaran.

     Balanced Scorecard  terdiri dari dua kata, yaitu   scorecard  dan   balanced .

    Scorecard  adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja

    seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang

    hendak diwujudkan di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja

    sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas

    kinerja personel yang bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk 

    menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua aspek,

    yaitu aspek keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang,

    intern dan ekstern.  Balanced scorecard  merupakan   contemporary management 

    tool  yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam

    melipatgandakan kinerja keuangan. Balanced scorecard melengkapi seperangkat

    ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong   (drivers) kinerja

    masa depan (Mulyadi, 1999).

    Lebih lanjut Mulyadi (1999) mengemukakan, bahwa   strategic plan yang

    komprehensif dapat dihasilkan karena BSC menggunakan empat perspektif yaitu

    keuangan, output, proses intern serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektif 

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    33/128

    17

    keuangan memberikan target keuangan yang perlu dicapai oleh organisasi.

    Perspektif output memberikan gambaran tentang tuntutan kebutuhan pihak yang

    dilayani oleh organisasi dalam mencapai target tertentu. Perspektif proses intern

    memberikan gambaran proses yang harus dibangun untuk melayani pihak yang

     berkepentingan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan pemacu

    untuk membangun kompetisi pegawai dan suasana lingkungan kerja yang

    diperlukan untuk mewujudkan target keuangan, output dan proses intern serta

     pembelajaran dan pertumbuhan.

    Anwar Prabu (2005) menjelaskan bahwa dalam Balance Scorecard , terdapat

    empat aspek yang diukur, yaitu perspektif keuangan, perspektif 

     pelanggan/pengguna jasa, perspektif proses internal serta perspektif pembelajaran

    dan pertumbuhan.

    Adapun rincian ke empat perspektif tersebut adalah:

    1) Perspektif keuangan

    Pengukuran kinerja keuangan akan menunjukan apakah perencanaan dan

     pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan

     perusahaan. Perbaikan – perbaikan ini tercermin dalam sasaran – sasaran

    yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur,

     pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham. Tujuan dan ukuran finasial

    harus memainkan peran ganda yaitu menentukan kinerja financial yang

    diharapkan dari strategi dan menjadi sasaran akhir dari tujuan dan ukuran

     perspektif lainnya.   Balance scorecard  membagi menjadi tiga tahap yaitu

    (Sony Yuwono, et al , 2007:31)

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    34/128

    18

    (1) Pertumbuhan (Growth)

    Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus

    kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah.

    Dengan demikian, tolok ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah

    tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan segmen pasar yang

    telah di targetkan.

    (2) Bertahan (Sustain)

    Tahapan kedua, dimana perusahaan masih melakukan investasi dan

    reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik.

    Dalam taha ini, perusahaan mencoba mempertahapkan pangsa pasar 

    yang ada, bahkan mengembangkannya jika mungkin. Sasaran keuangan

     pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas

    investasi yang dilakukan.

    (3) Kedewasaan ( Harvest )

    Pada tahap ini dmana perusahaan benar – benar memanen / menuai

    hasil investasi yang telah dilakukan pada tahap-tahapan sebelumnya.

    Dan juga padaa saat ini tidak ada lagi investasi besar baik ekspansi

    maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk 

     pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan utama dalam

    tahap ini, sehingga di ambil sebagai tolok ukur adalah

    memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.

    2) Perspektif pelanggan / pengguna jasa

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    35/128

    19

    Filosofi manajemen menunjukan pentingnya pengakuan atas customer focus

    dan customer satisfaction, jika pelanggan tidak puas, mereka akan mencari

     produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka, kinerja yang buruk dari

     perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun

    saat ini kinerja keuangan terlihat baik. Dalam penelitian ini pengguna jasa

    diartikan petugas pengelola bantuan kelurahan pada masing – masing

    Kelurahan di Pemerintah Kota Denpasar. Dalam perspektif ini pengukuran

    dilakukan dengan lima aspek utama, yaitu (Sony Yuwono, et al , 2007:33)

    (1) Pangsa pasar ( Market share)

    Pengukuran ini mencermikan bagian yang dikuasai perusahaan atas

    keseluruhan pasar yang ada yang meliputi jumlah pelanggan, jumlah

     penjualan, dan volume unit penjualan.

    (2) Pertumbuhan/mempertahankan pelanggan (Customer retention)

    Mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan

    hubungan dengan konsumen. Pengukuran dapat dilakukan dengan

    mengetahui besarnya prosentase pertumbuhan bisnis dengan jumlah

     pelanggaan yang saat ini dimiliki perusahaan.

    (3) Menarik/perolehan pelanggan baru (Customer acquisition)

    Mengukur di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru

    atau memenangkan bisnis baru. Pengukuran dapat dilakukan melalui

     prosentase jumlah penambahan pelanggan baru dan perbandingan total

     penjualan baru dengan jumlah pelanggan baru yang ada.

    (4) Kepuasan pelanggan (Customer satisfaction)

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    36/128

    20

    Mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kreteria kinerja

    spesifik dalam value proposition. Pengukuran dapat dilakukan dengan

     berbagai macam teknik, seperti survey melalui surat (pos), interview

    melalui telepon atau personal interview.

    (5) Keuntungan pelanggan (Customer profitabilitas)

    Mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah

    dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan

    tersebut.

    3) Perspektif proses internal

    Scorecard  dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui

    seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan jasa mereka

    sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Perusahaan perlu mengembangkan suatu

     proses untuk mengantisipasi kebutuhan pengguna jasa atau memberikan

    layanan yang berkualitas serta ketepatan waktu pelayanan sebagai upaya

    mempengaruhi loyalitas pengguna jasa. Untuk memperbaiki kualitas produk 

    dilakukan melalui analisis proses internal yang didesain oleh mereka yang

     paling mengetahui misi perusahaan.  Balance scorecard  membaginya dalam

    tiga model dari proses bisnis utama yaitu (Sony Yuwono, et al , 2007 : 37-39)

    (1) Proses inovasi

    Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan

    laten dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka

     butuhkan. Proses inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh

     bagian R dan D, sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk 

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    37/128

    21

    ke pasar telah memenuhi syarat-syarat pemasaran dan dapat

    dikomersialkan (didasarkan pada kebutuhan pasar). Aktifitas R dan D

    ini merupakan aktifitas penting dalam menentukan kesuksesan

     perusahaan, terutama untuk jangka panjang.

    (2) Proses operasi

    Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan

     produk atau jasa. Aktifitas di dalam operasi terbagi ke dalam dua

     bagian : 1) proses pembuatan produk dan 2) proses penyampaian

     produk kepada pelanggan. Pengukuran kinerja terkait dalam proses

    operasi dikelompokan pada : waktu, kualitas dan biaya.

    (3) Proses purna jual

    Proses ini merupakan jasa pelayanan kepada pelanggan setelah

     penjualan produk atau jasa dilakukan. Aktifitas yang terjadi dalam

    tahap ini misalnya penaganan garansi dan perbaikan; penanganan atas

     barang yang rusak dan yang dikembalikan serta pemrosesan

     pembayaran pelanggan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya

    dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan

    dengan menggunakan tolok ukur yang bersifat kualitas, biaya dan

    waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus waktu

     perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan

     pelanggan diterima hingga keluhan tersebut diselesaikan.

    4) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    38/128

    22

    Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya

    manusia, sistem, prosedur organisasi. Perspektif ini menekankan pada : (a)

     pentingnya untuk terus memperhatikan karyawannya (b) memantau

    kesejahteraan karyawan dan menanamkan investasi bagi masa datang yaitu

    terhadap sumber daya manusia yang merupakan pendorong dihasilkannya

    kinerja yang baik dalam tiga perspektif lainnya (c) pelatihan dan perbaikan

    tingkat keahlian karyawan merupakan salah satu ukuran dalam perspektif ini.

    Menurut Niven (2002) langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran

    kinerja dengan Balanced Scorecard adalah :

    1) Melakukan   survey dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada

    responden terkait dengan perilaku yang dapat diamati yang terkait dengan

    kinerja organisasi, dari perspektif pengguna jasa yang diukur adalah kepuasan

     pengguna jasa terhadap pelayanan atau kualitas produk yang dihasilkan, dari

     perspektif proses internal yang diukur adalah semua aktifitas yang dilakukan

    oleh perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu

     produk yang dapat memberikan kepuasan bagi pengguna jasa, dari perspektif 

     pembelajaran dan pertumbuhan yang diukur adalah seberapa jauh perusahaan

    mengidentifikasikan infrastuktur yang harus di bangun dalam menciptakan

     pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang.

    2) Memberikan ukuran kinerja atau standar kinerja dalam menentukan tingkatan

    atau skor terhadap keempat perspektif sehingga di dapatkan nilai kinerja

    dengan kualifikasi baik atau buruk.

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    39/128

    23

    3) Memberikan bobot pada empat perspektif dengan bobot kinerja adalah 100

     persen.

    Keseluruhan proses pengukuran kinerja yang telah dilakukan akan percuma

     jika tidak diambil tindakan berdasarkan data kinerja yang telah dikumpulkan, jika

    kenerja berada pada kualifikasi buruk hendaknya bisa mengambil kesempatan

     belajar dari hasil tersebut untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang dan

     jika kinerja berada pada kualifikasi baik agar dipertahankan atau ditingkatkan

    lagi.

    2.2 Teori – teori yang relepan

    2.2.1 Teori Pembangunan Daerah

    Pembangunan daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan

    masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu

     pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan

    suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

    (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Konsepsi pembangunan daerah

    sesungguhnya tidak perlu dihubungkan dengan aspek-aspek spesial.

    Pembangunan daerah yang sering dirumuskan melalui kebijakan ekonomi dalam

     banyak hal membuktikan keberhasilan. Dalam aspek sosial, bukan saja aspirasi

    masyarakat ikut dipertimbangkan tetapi juga keberadaan lembaga-lembaga

    sosial (social capital) juga ikut dipelihara bahkan fungsinya ditingkatkan.

    Sementara dalam aspek lingkungan, aspek fungsi kelestarian natural capital  juga

    sangat diperhatikan demi kepentingan umat manusia. Dari semua itu, yang

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    40/128

    24

    terpenting pengambilan keputusan juga berjalan sangat bersih dari beragam

     perilaku lobi yang bernuansa kekurangan (moral hazard) yang dipenuhi

    kepentingan tertentu (vested interest) dari keuntungan semata (rent 

     seeking). Demikianlah hasil-hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh

    masyarakat secara adil melintasi (menembus) batas ruang (inter-region) dan

    waktu (inter-generation). Implikasinya kajian aspek spasial menjadi kurang

    relevan dalam keadaan empirik yang telah dilukiskan di atas (Nugroho dan

    Rochmin Dahuri, 2004).

    Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik 

    untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat

    mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang

     pembangunan telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik 

    (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow,

    strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan

     pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema

     pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat

    diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang

    lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan

    mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri,

    2004). Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu

    kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah

    terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa

     pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek 

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    41/128

    25

    kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan

    dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan

    adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti

     pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-

    nilai moral dan etika umat.

    Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi

    yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa

    saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu

    dengan daerah lainnya. Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum

    ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk 

    melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

    Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat

    dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat

    menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai

    akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa

     pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement ) dari

    aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat

    2.2.2 Teori Pemberdayaan Masyarakat

    Konsep pemberdayaan merupakan hasil kerja dari proses interaktif baik 

    ditingkat ideologis maupun praksis. ditingkat ideologis, konsep pemberdayaan

    merupakan hasil interaksi antara konsep   top down dan bottom up antara growth

     strategy dan   people centered strategy. Sedangkan ditingkat praksis, interaktif 

    akan terjadi lewat pertarungan antar otonomi. Konsep pemberdayaan sekaligus

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    42/128

    26

    mengandung konteks pemihakan kepada lapisan masyarakat yang berada dibawah

    garis kemiskinan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sebagian besar 

    diakibatkan oleh kesenjangan terhadap akses modal, prasarana, informasi

     pengetahuan, teknologi ketrampilan, ditambah oleh kemampuan sumber daya

    manusia, serta kegiatan ekonomi lokal yang tidak kompetitif menunjang

     pendapatan masyarakat, serta masalah akumulasi modal selain itu kelembagaan

     pembangunan yang ada pada masyarakat lokal secara umum belum dioptimalkan

    untuk menyalurkan dan mengakomodasikan kepentingan, kebutuhan dan

     pelayanan masyarakat dalam rangka meningkatkan produktivitas yang mampu

    memberi nilai tambah usaha sementara melihat kelembagaan aparat pemerintah

    ditingkat lokal terlalu terbebani pelaksanaan program dari pemerintahan ditingkat

    atasnya, sehingga tidak dapat memfokuskan pada pelayanan pengembangan peran

    serta masyarakat dalam proses perwujudan masyarakat maju dan mandiri menurut

    Kartasasmita (1996) yang mengacu pada pendapat Chambers, pemberdayaan

    masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang menerangkan

    nilai-nilai sosial, konsep ini mencerminkan paradigma basis pembangunan yang

     bersifat people centered, participatory, empowering dan sustainable dari definisi

    diatas, pemberdayaan masyarakat dimengerti sebagai konsep yang lebih luas

    daripada hanya sekedar pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Pemberdayaan

    masyarakat lebih diartikan sebagai upaya menjadikan manusia sebagai sumber.

     pelaku dan yang menikmati hasil pembangunan. Dengan kata lain pembangunan

    dari, oleh dan untuk masyarakat Indonesia, latar belakang tersebut secara nyata

    diwujudkan dalam pendekatan pembangunan masyarakat sebagai berikut :

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    43/128

    27

    1) Pengoptimalan pengembangan masyarakat desa/kelurahan melalui

     pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk dapat meraih kesempatan

     peluang usaha melalui penyediaan prasarana dan sarana modal sosial

    dimasyarakat.

    2) Pemantapan kordinasi pembangunan melalui penciptaan keterkaitan antara

    institusi lokal yang ada dimasyarakat.

    3) Mendasarkan pada partisipasi masyarakat yang diiringi dengan peningkatan

    kemitraan dunia usaha, pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan

    transparansi.

    2.2.3 Bantuan Kelurahan

    Peraturan Walikota Denpasar Nomor 6 Tahun 2012 tentang Tata Cara dan

    Pertanggung Jawaban Bantuan Kelurahan merupakan salah satu peraturan yang

    mengatur tentang tata cara pertanggung jawaban bantuan kelurahan yang diterima

    oleh semua kelurahan yang ada di Kota Denpasar. Pengalokasian bantuan

    kelurahan ini dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintahan Desa Kota Denpasar di bawah koordinasi Bidang Pemerintahan

    Desa dan kelurahan yang memiliki tugas pokok dan fungsi meningkatkan

    kapasitas pemerintahan desa dan kelurahan juga dan meningkatakan fungsi

    kelembagaan pemerintahan desa dan kelurahan. Maksud dan tujuan pemberian

     bantuan kelurahan adalah untuk : 1). Membiayai program kelurahan dalam

    melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan, 2). Meningkatkan

     penyelenggaraan pemerintahan kelurahan dalam melaksanakan pelayanan

     pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya, 3).

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    44/128

    28

    Memotivasi swadaya gotong royong masyarakat dalam membangun kelurahan, 4).

    Mengefektifkan peran lembaga kemasyarakatan sebagi partisipasi masyarakat

    dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan, 5).

    Mengembangkan sektor produktif skala lokal bagi kepentingan masyarakat

    kelurahan sehingga membuka kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan

    masyarakat, 6). Meningkatkan kebersihan lingkungan dan penataan lingkungan.

    Bantuan kelurahan merupakan pemberian dana kepada seluruh Kelurahan yang

    ada di Kota Denpasar yang ditentukan dengan Keputusan Walikota Denpasar 

    setiap tahun dan dituangkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    Kota Denpasar yang besarnya ditentukan berdasarkan kemampuan keuangan

    Daerah. Dalam hal ini peran daripada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintahan Desa Kota Denpasar terutama Bidang Pemerintahan Desa adalah

    mengatur perencanaan penggunaan anggaran bantuan kelurahan, merealisasikan

    anggaran serta memonitoring dan mengevaluasi realisasi daripada bantuan

    kelurahan dimaksud.

    Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan yang

    mengatur tugas pokok dan fungsi kelurahan sebagai perangkat daerah terbawah

    dalam Wilayah Kecamatan guna membantu pemerintahan daerah di dalam

     pelaksanaan pembangunan infrastruktural di daerah kelurahan.

    2.3 Keaslian Penelitian

    Astiniasih (2010) melakukan penelitian tentang Kinerja Puskesmas di

    Kabupaten Bangli menggunakan model pengukuran   balanced scorecard  diukur 

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    45/128

    29

    dari empat perspektif. Hasil penelitian kinerja secara komprehensif atas empat

     perspektif berada pada kualifikasi kinerja baik dengan nilai indeks komposit

    sebesar 96,10 persen. Sedangkan hasil penelitian secara parsial kinerja puskesmas

    di Kabupaten Bangli dari perspektif keuangan menunjukkan kategori baik dengan

    nilai capaian sebesar 121,65 persen. Kinerja dari perspektif pengguna jasa adalah

     baik dengan nilai capaian kinerja sebesar 99,50 persen, kinerja dari perspektif 

     proses internal adalah baik dengan capaian kinerja sebesar 87,36 persen. Tetapi

    yang perlu mendapat perhatian dari perspektif ini adalah tingkat absensi, kinerja

    dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran berada pada kualifikasi baik 

    dengan nilai capaian kinerja sebesar 70,81 persen namun penghargaan uang dan

    non uang serta penyediaan sarana dan prasarana perlu mendapat perhatian.

    Juniati A.A. Ayu (2011) telah melakukan penelitian tentang Kinerja Pengelolaan

    Kearsipan Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Denpasar dengan

    menggunakan Balanced Scorecard dari keempat perspektif dan diukur dari keseluruhan

     perspektif, dari perspektif keuangan secara keseluruhan kinerja Pengelolaan Kearsipan

    kinerja dengan kategori sangat baik yaitu sebesar 94,96 persen, perspektif Pengguna Jasa

    dengan kategori baik yaitu 77,45 persen, perspektif proses internal juga dengan kategori

     baik yaitu 76,67 persen dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan kategori

    sangat baik yaitu 85,71 persen, sedangkan diukur dari keseluruhan perspektif (indek 

    komposif) sebesar 84,15 persen dengan kategori sangat baik.

    Sri Utari (2006) melakukan penelitian tentang Analisis Kinerja Institusi

    Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Denpasar, menggunakan model pengukuran

    balanced scorecard  diukur dari empat perspektif, hasil penelitian secara parsial

    kinerja institusi pengujian kendaraan bermotor Kota Denpasar dari perspektif 

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    46/128

    30

    keuangan menunjukkan kualifikasi sangat baik dengan capaian sebesar 89,93

     persen . Kinerja dari perspektif pengguna jasa berada pada kualifikasi buruk yang

    terutama disebabkan oleh rendahnya kinerja variabel ketepatan pelayanan. Kinerja

    dari perspektif proses internal berada pada kualifikasi buruk yang terutama

    disebabkan oleh rendahnya kinerja variabel keadilan dan persamaan dalam

     pelayanan. Kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran berada pada

    kualifikasi baik. Kinerja Institusi Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Denpasar 

    secara menyeluruh ditinjau dari empat perspektif kinerja berada pada kualifikasi

    kinerja sedang atau tingkat keberhasilan cukup berhasil. Berdasarkan hasil

     penelitian ini ditinjau dari perspektif pengguna jasa disarankan agar 

    meningkatkan ketepatan pelayanan terutama dalam pemanfaatan alat uji secara

    tepat. Ditinjau dari perspektif proses internal disarankan agar tidak membeda-

     bedakan pengguna jasa dalam memberikan pelayanan.

    Situmorang (2010) melakukan penelitian tentang Kinerja PD Pasar Kota

    Denpasar dengan pendekatan   Balanced Scorecard . Penelitian kinerja PD Pasar 

    Kota Denpasar menunjukkan kondisi kinerja perspektif keuangan tahun 2009

     pada kualifikasi Cukup dengan nilai capaian kinerja 68 persen. Kinerja

     perspektif pelanggan menunjukkan kualifikasi Kurang yaitu 30 persen. Kinerja

     perspektif proses bisnis internal menunjukkan kualifikasi “ Baik “ dengan nilai

    capaian kinerja sebesar 92,20. Kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

    menunjukkan kualifikasi Cukup dengan nilai capaian kinerja 64 persen . Kinerja

    secara menyeluruh dengan menggunakan Indeks Komposit berada pada

    kualifikasi Cukup dengan nilai capaian kinerja 80,30 persen .Berdasarkan hasil

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    47/128

    31

     penelitian ini. PD Pasar Kota Denpasar memperhatikan jangka waktu penagihan,

    efektivitas pendapatan dibandingkan dengan anggarannya, efisiensi biaya operasi

    dibandingkan dengan anggarannya, upaya menaikkan tarif sewa dan retribusi, dan

     juga meningkatakan sarana prasarana pendukung seperti layanan parkir,

    kebersihan penyediaan toilet.

    Penelitian yang dilakukan oleh Marista (2002) mengenai Analisis

    Penelitian Kinerja Menggunakan   Balanced Scorecard  (Studi Kasus pada PT.

    Andalan Pasific Samudera Semarang) memperlihatkan hasil dalam perspektif 

    keuangan terdapat peningkatan profit margin dan rasio operasi, namun dalam ROI

    mengalami penurunan. Dalam perspektif konsumen terdapat peningkatan retensi

    konsumen, akuisisi konsumen, profitabilitas konsumen, kepuasan konsumen.

    Dalam perspektif proses bisnis internal terdapat peningkatan  cycle effectivesness,

    dan layanan purna jual. Dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terdapat

     peningkatan perputaran karyawan, dan kemampuan sistem informasi.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andranik (2008) mengenai

     penerapan   Balanced Scorecard  sebagai Tolok Ukur Pengukuran Kinerja pada

    Rumah Sakit Umum Daerah Jenderal Ahmad Yani Kota Metro Lampung

    menunjukkan bahwa instrumen kinerja yang ada dalam Balanced Scorecard dapat

    diterapkan dalam rumah sakit, khususnya pada rumah sakit pemerintah. Hasil

    analisis kinerja yang dinilai pada keempat perspektif melalui pendekatan konsep

     Balanced Scorecard  di RSUD Ahmad Yani Kota Metro pada tahun 2006-2007

    menunjukkan bahwa beberapa perspektif menunjukkan kinerja yang baik, hal

    tersebut terlihat dari hasil yang dicapai oleh perspektif tersebut. Penelitian

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    48/128

    32

    dilakukan dengan membandingkan data sekunder yang ada seperti data realisasi

    keuangan, data pengukuran kinerja tradisional yang kemudian dibandingkan

    dengan target yang sudah ditentukan sebelumnya kemudian data-data tersebut

    dikelompokkan ke dalam perspektif yang ada dan dicari hubungan dari setiap

    indikator tersebut.

    Suwardika I Nyoman (2011) melakukan penelitian tentang Analisis kinerja

    organisasi sector public menggunakan Balance Scorecard  pada Badan Pendidikan

    dan Pelatihan Propinsi Jawa Timur dalam perspektif anggaran terjadi

     penghematan anggaran dan dalam perspektif proses internal ada beberapa

    kegiatan yang belum mencapai hasil 100 persen Dalam  Financial Perspective

    terjadi penghematan (sisa) anggaran secara keseluruhan 6,23 persen. Tingkat

    efisiensi penggunaan anggaran paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 

    94 persen dan yang paling rendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 88

     persen. Dalam   Employees and Organization Capacity Perspective,  pengukuran

    kinerja dilihat dari pemanfaatan teknologi informasi nampak bahwa alat kantor,

    alat studio dan alat komunikasi telah mengalami penambahan. Hal ini

    menunjukkan adanya peningkatan dalam pemanfaatan teknologi informasi yang

    ada. Dengan menggunakan pengukuran kinerja sasaran dan pengukuran kinerja

    kegiatan sebagai bagian dari   Internal Bussiness Process Perspective, dari enam

    sasaran yang tertuang dalam Rencana Strategis Badan Diklat Provinsi Jawa Timur 

    tahun 2009-2014, ada 2 sasaran yang tidak mencapai 100 persen, yaitu sasaran

    meningkatkannya kompetensi aparatur pemerintah baik kompetensi dasar maupun

     bidang sebesar 93,33 persen, serta sasaran meningkatnya kontribusi hasil

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    49/128

    33

     pendidikan dan pelatihan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi alumni sebesar 

    87,51 persen.

    Hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan selama ini terkait dengan

    kinerja baik perusahaan suasta maupun instansi pemerintah dengan menggunakan

    balanced scorecard  yang diukur dari empat perspektif menunjukan hasil yang

     baik, kebanyakan dari segi perspektif keuangan menunjukan kinerja yang baik,

    karena bisa menghemat anggaran untuk mencapai kinerja semaksimal mungkin,

    untuk kinerja perspektif pelanggan ada yang capaian kinerjanya buruk karena

    kebanyakan ditentukan karena ketidaktepatan waktu pelayanan, demikian juga

    untuk perspektif proses internal ada yang mendapatkan capaian buruk yang

    disebabkan oleh keadilan dan persamaan hal sebagai karyawan/pegawai kuranmg

    diperhatikan dan untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan hampir 

    semuannya mendapat capaian kinerja baik dan sangat baik, sedangkan penelitian

    ini mengukur kinerja institusi dari keempat perspektif yaitu perspektif keuangan,

     perspektif pelanggan/pengguna jasa, perspektif proses internal dan perspektif 

     pembelajaran dan pertumbuhan agar tercapainya kinerja institusi yang bekerja

    sesuai dengan SOP sehingga bisa tepat waktu dan tepat sasaran disamping juga

     penghematan anggaran dengan menggunakan model pengukuran   balance

     scorecard.

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    50/128

    34

    BAB III

    KERANGKA BERFIKIR DAN KONSEP PENELITIAN

    3.1 Kerangka berfikir dan Konsep Penelitian

    3.1.1 Kerangka berpikir 

    Terbentuknya otonomi daerah dapat dilihat dengan diberlakukannya

    Undang – undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang – 

    undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang – 

    undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat

    dengan Pemerintah Daerah, maka dengan produk hukum di atas akan membawa

    angin segar dalam pelaksanaan otonomi daerah. Konsekwensinya pemerintah

    Daerah harus dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, mengacu

    Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan yang mengatur 

    tentang tugas pokok dan fungsi aparatur kelurahan maka pemerintah Kora

    Denpasar mengeluarkan peraturan Walikota Nomor 6 Tahun 2012 tentang Tata

    cara pertanggungjawaban bantuan kelurahan.

    Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota

    Denpasar dalam pengelolaan bantuan kelurahan perlu di tingkatkan sehingga

     pengelolaan bantuan kelurahan dapat berjalan secara optimal. Kinerja Badan

    Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam

     pengelolaan bantuan kelurahan perlu diukur untuk mengetahui apakah kinerja

     pengelolaan bantuan kelurahan dapat dikatakan baik atau buruk, tinggi atau

    rendah, meningkat atau menurun, gagal atau berhasil berdasarkan fakta yang

    sesungguhnya. Model penilaian kinerja yang diterapkan dalam penelitian ini

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    51/128

    35

    adalah implementasi model   Balanced Scorecard  (Niven, 2002). Berdasarkan

    uraian tersebut diatas, alur pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 

    3.1.

    Gambar 3.1

    Alur Pemikiran Analisis Penelitian

    3.1.2 Konsep Penelitian

    Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota

    Denpasar dalam pengelolaan bantuan kelurahan dianalisa dengan menggunakan

    U.U.RI No. 33 Tahun 2004 TentangPerimbangan Keuangan Pemerintah Pusat

    dan Daerah

    Perwali No. 6 Tahun 2012 tentang Tata

    cara dan pertanggungjawaban bantuan

    kelurahan

    Penilaian Kinerja dengan Balanced 

    Scorecard  pada BPMPD Kota

    Denpasar 

    UU RI No 12 Tahun 2008

    Tentang Pemerintahan Daerah

    Kinerja BPMPD Kota Denpasar 

    Dalam Pengelolaan Bantuan Kelurahan

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    52/128

    36

     pendekatan melalui empat pengukuran perspektif yaitu : keuangan, pengguna

     jasa/staf kelurahan, proses internal, pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif 

    keuangan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa kota

    Denpasar diukur dengan kemampuan Badan Pemberdayaan Masayarakat dan

    Pemerintahan Desa Kota Denpasar di dalam pengelolaan anggaran baik itu jumlah

    anggaran yang tersedia dan realisisasi anggaran apakah sudah mencerminkan

     pelaksanaan anggaran sesuai dengan perencanaan setiap akhir tahun, perspektif 

     pengguna jasa memungkinkan organisasi menyelaraskan berbagai ukuran

     pengguna jasa yang penting seperti keramahan petugas yang menangani bantuan

    kelurahan, ketepatan waktu di dalam pencairan bantuan kelurahan, prosedur 

    administrasi yang diminta harus sesuai dengan peraturan yang berlaku yang

    sangat berdampak pada kepuasan pengguna jasa/staf kelurahan, dengan perspektif 

     proses internal organisasi di dalam pelaksanaan tugas – tugasnya harus sesuai

    Standar Operasional Prosedur (SOP) dan harus mengindentifikasi berbagai proses

     penting yang sebaiknya dikuasai dengan baik agar mampu memenuhi tujuan dan

    sasaran, sedangkan dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan organisasi

    menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan keempat perspektif 

    lainnya dapat dicapai.

    Dengan demikian dapat dijabarkan konsep dari kerangka berpikir yang akan

    diteliti dengan pendekatan   balance scorecard . Berikut ini disajikan kerangka

    konsep Analisis Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan

    Desa Kota Denpasar Dalam Pengelolaan Bantuan kelurahan pada Gambar 3.2.

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    53/128

    37

    Gambar 3.2

    Kerangka Konsep Penelitian

    Perspektif Keuangan

    1. Target Anggaran

    2. Realisasi Anggaran

    Perspektif Pengguna Jasa

    1. Keramahan Petugas

    2. Ketepatan Waktu Pencairan Dana

    3. Sarana dan fasilitas

    4. Prosedur Administrasi5. Kondisi kebersihan dan lingkungan

    6. Lokasi yang strategis

    Perspektif Proses Internal

    1. Pelaksanaan administrasi sesuai SOP

    2. Ketersediaan sarana dan prasarana

    3. Perencanaan sistematis

    4. Efektivitas waktu kerja

    5. Suasana kerja yang aman dan nyaman

    Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

    1. Perasaan bangga & nyaman

    2. Tanggung jawab

    3. Iklim kepercayaan& kerjasama

    4. Peluang yang sama untuk diklat

    5. Diklat yang sesuai dengan bidang

    tugas

    6. Gaji yang sesuai dengan bidang tugas

    7. Insentif yang sesuai dengan bidang

    tugas.

    I

    N

    E

    J

    A

    B

    P

    M

    P

    D

    P

    E

    N

    G

    E

    LO

    L

    A

    A

    N

    B

    A

    N

    K E

    L

    B

    A

    L

    A

    N

    C

    E

    D

    S

    C

    O

    E

    C

    A

    D

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    54/128

    38

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Rancangan Penelitian

    Data yang digunakan dalam penelitian tentang Analisis Kinerja Badan

    Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam

     pengelolaan bantuan kelurahan pada penelitian ini berupa data kualitatif dan data

    kualitatif yang dianalisis dengan alat analisis   Balance Scorecard  diukur dari

    empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pengguna jasa, perspektif 

     proses internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Penelitian ini

     bertujuan untuk mengukur keseluruhan perspektif secara komprehensif dengan

    menggunakan indeks komposit sehingga dapat menunjukkan kinerja Pengelolaan

    Bantuan Kelurahan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan

    Desa Kota Denpasar.

    4.2 Lokasi. Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintahan Desa Kota Denpasar pada tahun 2014 dengan pertimbangan

    sebagai berikut :

    1) Penelitian tentang kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam pengelolaan bantuan kelurahan

     belum pernah dilakukan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintahan Desa Kota Denpasar.

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    55/128

    39

    2) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar 

    merupakan lembaga yang membidangi pemerintahan desa di Kota Denpasar 

    yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai pengelola bantuan

    keuangan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Denpasar kepada Kelurahan

    dan dana bagi hasil pajak untuk Desa se – Kota Denpasar, memberikan

     petunjuk teknis pengelolaan keuangan dan melakukan pembinaan tata kelola

    keuangan kepada seluruh Desa dan Kelurahan yang terdapat di Pemerintah

    Kota Denpasar. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

    dengan baik maka analisis kinerja pengelolaan bantuan kelurahan pada

    instansi ini perlu dilakukan.

    3) Sering terlambatnya pencairan anggaran bantuan kelurahan yang diterima

    oleh masing-masing kelurahan sehingga berdampak pada keterlambatan

     proses pembangunan dan realisasi anggaran.

    4.3 Identifikasi Variabel

    Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1) Perspektif Keuangan, terhadap pelayanan kantor BPMPD khusus bidang

     pemerintahan desa dan kelurahan dengan indikator sebagai berikut :

    a. Target anggaran.

     b. Realisasi anggaran.

    2) Perspektif Pengguna Jasa / petugas pengelola keuangan pada masing-masing

    Kelurahan terhadap pelayanan Kantor BPMPD Kota Denpasar dengan

    indikator sebagai berikut :

  • 8/17/2019 unud-1287-1839543486-tesis.pdf

    56/128

    40

    a. Keramahan petugas.

     b. Ketepatan waktu pencairan dana.

    c. Sarana dan fasilitas.

    d. Prosedur administrasi.

    e. Kondisi kebersihan dan lingkungan.

    f. Lokasi yang strategis.

    3) Perspektif Proses Internal yang dilaksanakan oleh Kantor BPMPD Kota

    Denpasar. dengan indikator sebagai berikut :

    a. Pelaksanaan administrasi sesuai SOP

     b. Ketersediaan sarana dan prasarana.

    c. Perencanaan sistematis.

    d. Perasaan puas bekerja sesuai dengan waktu yang ditentukan.

    e. Suasana kerja yang aman dan nyaman.

    4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ba