untuk apa kita dilahirkan di dunia

8
Tugas DM Radiologi Enggar Gumelar 102011101008 1. Untuk apa kita dilahirkan di dunia ? Kita dilahirkan di dunia ini untuk menjadi berkat buat keluarga, buat sesama, buat dunia ini, dan beribadah kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran Surah Az-Zariyat ayat 56: “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu” 2. Urutan ibadah yang diutamakan ? Sesuai Firman Allah SWT: “Dan tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada sesuatu yang Aku fardhukan kepadanya (Bukhari no.6502)”. Berdasarkan hadist di atas hendaknya mendahulukan ibadah wajib terlebih dahulu daripada sunnah. 3. Penting mana belajar ilmu ibadahnya dan amalan ibadahnya ? Belajar ilmu agama dan beramal adalah penting, namun lebih penting jika kita belajar ilmu agama lebih dahulu lalu diikuti dengan beramal, karena mengamalkan ibadah tanpa ilmu maka akan sia sia. Dalam surah Al Israa ayat 36: “ Janganlah kamu mengikuti apa apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya. Sesungghunya pendengaran, penglihatan, dan hati itu semuanya pasti akan dimintai pertanggung jawabannya.” 4. Apa Iman dan Mudgoh ? Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Mudghah adalah gumpalan daging yang manjadi wadah dari gumpalan darah. Fase ini dimulai pada minggu ke-4 masa kehamilan dan dikenal dengan fase awal tumbuhnya anggota vital dari tubuh manusia. Mudghah inilah yang kemudian membelah dirinya menjadi 2 lapisan, yaitu:

Upload: gumelar-enggar

Post on 28-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

renungan

TRANSCRIPT

Tugas DM Radiologi Enggar Gumelar 102011101008

1. Untuk apa kita dilahirkan di dunia ?

Kita dilahirkan di dunia ini untuk menjadi berkat buat keluarga, buat sesama, buat dunia ini, dan beribadah kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran Surah Az-Zariyat ayat 56:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu

2. Urutan ibadah yang diutamakan ?Sesuai Firman Allah SWT:

Dan tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada sesuatu yang Aku fardhukan kepadanya (Bukhari no.6502).Berdasarkan hadist di atas hendaknya mendahulukan ibadah wajib terlebih dahulu daripada sunnah.3. Penting mana belajar ilmu ibadahnya dan amalan ibadahnya ?Belajar ilmu agama dan beramal adalah penting, namun lebih penting jika kita belajar ilmu agama lebih dahulu lalu diikuti dengan beramal, karena mengamalkan ibadah tanpa ilmu maka akan sia sia. Dalam surah Al Israa ayat 36: Janganlah kamu mengikuti apa apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya. Sesungghunya pendengaran, penglihatan, dan hati itu semuanya pasti akan dimintai pertanggung jawabannya.4. Apa Iman dan Mudgoh ?Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syari, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.Mudghah adalah gumpalan daging yang manjadi wadah dari gumpalan darah. Fase ini dimulai pada minggu ke-4 masa kehamilan dan dikenal dengan fase awal tumbuhnya anggota vital dari tubuh manusia. Mudghah inilah yang kemudian membelah dirinya menjadi 2 lapisan, yaitu: Mukhallaqoh (Lapisan Dalam)Mudghah Mukhallaqoh, yang sempurna kejadiannya, atau lapisan dalam dari mudghah inilah yang kemudian berproses menjadi embrio atau calon bayi Ghairu Mukhallaqoh (Lapisan Luar)Mudghah Gairu Mukhallaqoh, yang tidak sempurna kejadiannya, atau lapisan luar dari mudghah, kemudian berproses menjadi plasenta atau ari-ari yang di antara fungsinya adalah untuk menyalurkan makanan kepada bayi.5. Apa Maksud ilmu tasawuf/kerohanian dan dimana belajarnya ?Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memperoleh kebahagian yang abadi.

6. Terangkan ilmu ibadah sholat yang berkwalitas !Sholat adalah ibadah yang utama. Karena sholat kita lah yang awal pertama dipertanyakan kelak di akhirat. Baru kemudian menyusul ibadah ibadah yang lain. Istilahnya bisa dibilang LPJ yang harus kita pertanggungjawabkan. Sudah jelas firman Allah SWT di dalam Alquran:

dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS Adz-Dzariyat 56)

bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al- Ankabut 45)

Sikap perilaku seseorang bisa dilihat dari sholatnya. Apabila sholatnya baik, maka segala perbuatannya juga baik. Tetapi mengapa ada seorang yang rajin sholat, masih belum mencerminkan perilaku baik? Itu berarti sholat yang dikerjakan tidaklah sempurna. Msih banyak keadaan lalai, sholat yang masih kurang fokus. Pikirannya masih melayang keluar-keluar pada waktu melaksanakan sholat. Sedikit sekali ingat Allah SWT. Padahal, ibadah sholat itu adalah kita menghadap secara langsung kapada Allah SWT. Mari bertanya pada diri kita masing-masing. Merenung, bagaimana keadaan sholat kita?

Untuk itu, perlu adanya sholat berjamaah. Sholat jamaah sangat dianjurkan. Supaya sholat kita nggak sia-sia. Nggak hanya menggugurkan kewajiban saja. Tetapi, benar-benar bernilai plus-plus ibadah yang berkualitas. Sudah dijamin. Semua akan mendapatkan pahala 27 derajat. Berbeda bila sholat munfarid. Hanya mendapatkan satu derajat saja. Itu pun kalau kita bisa khusyu sempurna yang bagi kita kaum awam, harus mengakui sangatlah sulit dan persentase sangat kecil sekali.

Shalat jamaah lebih utama dari shalat sendirian sebanyak 27 derajat (HR. Bukhari dan Muslim).7. Terangkan tingkatan ilmu ibadah puasa Romadhon !Ulama besar madzhab Syafii dan rektor Universitas Nizhamiyah kota Naisabur itu berkata:

Ketahuilah sesungguhnya shaum (puasa) itu ada tiga tingkatan; puasa umum, puasa khusus, dan puasa sangat khusus. (Imam Abu Hamid al-Ghazali, Ihya Ulum ad-Dien, 1/234)Beliau kemudian menguraikan masing-masing tingkatan tersebut.

Pertama, Puasa umum

Puasa umum adalah menahan petur dan kemaluan dari menunaikan syahwat.Maksudnya, puasa umum atau puasa orang-orang awam adalah sekedar mengerjakan puasa menurut tata cara yang diatur dalam hukum fiqih. Seseorang makan sahur dan berniat untuk puasa pada hari itu, lalu menahan diri dari makan, minum dan melakukan hubungan badan dengan suami atau istrinya sejak dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Jika hal itu telah dikerjakan, maka secara hukum fiqih ia telah mengerjakan kewajiban shaum Ramadhan. Puasanya telah sah secara lahiriah menurut tinjauan ilmu fikih.

Kedua, puasa khusus Puasa khusus adalah menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota badan dari perbuatan-perbuatan dosa.Tingkatan ini lebih tinggi dari tingkatan puasa umum atau puasa orang-orang awam. Selain menahan diri dari makan, minum dan melakukan hubungan seksual, tingkatan ini menuntut orang yang berpuasa untuk menahan seluruh anggota badannya dari dosa-dosa, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Tingkatan ini menuntut seorang muslim untuk senantiasa berhati-hati dan waspada. Tingkatan puasa ini adalah tingkatan orang-orang shalih.

Ketiga, puasa sangat khusus

Puasa sangat khusus adalah berpuasanya hati dari keinginan-keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan hati dari segala tujuan selain Allah secara totalitas.Tingkatan ini adalah tingkatan yang paling tinggi, sehingga paling berat dan paling sulit dicapai. Selain menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksual, serta menahan seluruh anggota badan dari perbuatan maksiat, tingkatan ini menuntut hati dan pikiran orang yang berpuasa untuk selalu fokus, memikirkan hal-hal yang mulia, mengharapkan hal-hal yang mulia dan memurnikan semua tujuan untuk Allah semata.

Puasanya hati dan pikiran, itulah hakekat dari puasa sangat khusus. Puasanya hati dan pikiran dianggap batal ketika ia memikirkan hal-hal selain Allah, hari akhirat dan berfikir tentang (keinginan-keinginan) dunia, kecuali perkara dunia yang membantu urusan akhirat. Inilah puasa para nabi, shiddiqin dan muqarrabin. (Imam Abu Hamid al-Ghazali, Ihya Ulum ad-Dien, 1/234)

Agar puasa kita tidak sekedar menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual dan pembatal-pembatal puasa yang bersifat lahiriah lainnya, imam Al-Ghazali menguraikan bahwa kita harus menjaga anggota badan kita dari dosa-dosa.

1. Menjaga pandangan mata

Yaitu menundukkan pandangan mata dari hal-hal yang diharamkan Allah dan rasul-Nya, menahan pandangan mata dari terlalu bebas memandang hal-hal yang dicela dan dibenci, bahkan menahan pandangan mata dari hal-hal yang menyibukkan hati dan melalaikan dari dzikir kepada Allah Taala.Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki agar hendaknya mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka. Hal yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengerti apa yang mereka kerjakan. Dan katakanlah kepada orang-orang mukmin wanita agar hendaknya mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka (QS. An-Nur [24]: 30-31)

2. Menjaga lisan

Yaitu menjaga lisan dari ucapan yang sia-sia, ucapan yang jorok, perkataan dusta, ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), sumpah palsu, ucapan yang kasar, adu mulut dan debat kusir. Ia hendaknya menyibukkan lisan dengan senantiasa membaca Al-Quran, berdzikir, mengucapkan perkataan yang baik dan lebih baik diam dari hal-hal yang tidak bermanfaat.Puasa adalah perisai (dari perbuatan dosa dan siksa api neraka, edt). Maka jika salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, janganlah ia mengucapkan perkataan yang keji dan jangan pula melakukan tindakan yang bodoh. Jika ada seseorang yang mencaci maki dirinya atau mengajaknya berkelahi, hendaklah ia menjawab: Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa. (HR. Bukhari no. 1894 dan Muslim no. 1151)

3. Menjaga pendengaran

Yaitu menjaga telinga dari mendengarkan hal-hal yang diharamkan, sebab hal-hal yang haram diucapkan juga haram untuk didengarkan. Allah Taala telah menyamakan antara mendengarkan perkataan yang haram dengan memakan harta yang haram, dalam firman-Nya: Mereka sangat banyak mendengarkan perkataan dusta dan sangat banyak memakan harta haram. (QS. Al-Maidah [5]: 42)

4. Menjaga tangan, kaki dan anggota badan lainnya dari hal-hal yang diharamkan

Tangan hendaknya dijaga dari menyentuh dan memegang hal-hal yang diharamkan Allah Taala, atau dari melakukan tindakan yang diharamkan Allah Taala seperti memukul, mencuri, dan merampas hak orang lain tanpa hak. Kaki hendaknya dijaga dari melangkah menuju kemaksiatan, atau melakukan kezaliman kepada orang lain tanpa hak. Seluruh anggota badan lainnya dijaga dari melakukan kemaksiatan dan hal-hal yang tidak bermanfaat.Perutnya dijaga dari mengonsumsi makanan yang haram dan makanan yang mengandung syubhat saat berbuka puasa dan makan sahur. Sebab apalah nilainya ia menahan diri dari makanan dan minuman yang halal sejak terbit fajar sampai matahari terbenam, jika ia mengakhiri itu semua dengan makanan yang haram saat berbuka puasa? Orang yang berpuasa seperti itu adalah bagaikan orang yang membangun sebuah istana dengan menghancurkan sebuah negeri.

5. Menjaga diri untuk tidak memenuhi perutnya dengan makanan saat berbuka puasa.

Tujuan dari puasa adalah melemahkan hawa nafsu. Jika sejak terbit fajar sampai terbenam matahari hawa nafsu dilemahkan dengan mengosongkan perut, maka menyantap banyak makanan saat berbuka puasa hanya akan membangkitkan hawa nafsu yang terkekang di siang hari. Puasa hanya berfungsi sebagai pemindah hawa nafsu dari siang hari ke malam hari. Apalagi bila ditambah dengan mengumpulkan berbagai makanan dan minuman yang lezat. Hikmah-hikmah puasa, misalnya solidaritas terhadap kaum miskin, tidak akan teraih dengan cara seperti itu.

6. Setelah berbuka puasa hendaknya hatinya diliputi perasaan harap-harap cemas, berharap puasanya diterima Allah Taala dan takut jika puasanya tidak diterima Allah Taala. Ia berada di antara perasaan harap dan cemas, sebab ia tidak mengetahui apakah puasanya diterima Allah atau ditolak-Nya.

8. Uraikan pergi haji : Niat, Ikhlas, Khusu, Sabar, Ridlo, Tawakal !Niat

Luruskan niat awal, haji buat ibadah kepada Allah. Persiapan hati kita penting sekali karena inti dari setiap ibadah adalah hati kita, kekhusyukan kita. Niat adalah urusan hati, khusus untuk niat haji ini dalam suatu riwayat bahwa ketika Rasulullah SAW melaksanakan haji wada saat miqot di Bir Ali Dzulhulaifah, Rasulullah SAW melafalkan niatnya dengan talbiyah ketika di atas kendaraannya (unta) dan hal ini didengrkan noleh para sahabat Nabi di sekitarnya. Adapun niat Haji seperti: Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berhajiIkhlas

Ikhlas berhaji adalah memurnikan tujuan dalam melaksanakan perjalanan haji, mulai dari ihram, wukuf, thawaf, sai hanya semata mata memperoleh ridho Allah SWTKhusu

Khusyu adalah ketundukan hati (antakhsyaa qulubuhum) untuk senantiasa mengingat Allah Swt. Saatnya kini kita menghampiri Allah serasa berucap, "Labbaikallahumma labbaik... Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah."Kini yang ada hanya dirimu dan Allah. Engkau hanya berbalut dua helai kain, tiada yang dapat Anda banggakan. Bahkan, kalau ada yang Anda banggakan, tertolaklah ibadahmu. Kini, yang bisa dilakukan hanya berharap di haribaan Allah, sebuah ampunan dan diterima ibadah haji ini di sisi-Nya. Anda tidur sudah puluhan tahun lamanya, begitu juga bercanda dan makan minum. Kini kita sedang menghampiri Allah. Sabar

Memang benar jika banyak yang mengatakan bahwa dalam ibadah haji, kesabaran merupakan salah satu hal yang akan diuji oleh Allah SWT. Karena kita akan menghadapi berbagai hal, yang kadang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan atau kita inginkan. Disamping melibatkan banyak pihak, ibadah haji juga membutuhkan banyak proses.

Menurut Wikipedia.org, sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya. Semakin tinggi kesabaran yang seseorang miliki maka semakin kokoh juga ia dalam menghadapai segala macam masalah yang terjadi dalam kehidupan. Sabar juga sering dikaitkan dengan tingkah laku positif yang ditonjolkan oleh individu atau seseorang.

Ujian kesabaran pertama dimulai ketika calon jemaah haji masuk Asrama Haji Transit atau Embarkasi. Kesabaran calon jemaah mulai diuji ketika menghadapi jadwal keberangkatan. Sabar menunggu di aula untuk mengikuti proses acara pelepasan yang bersifat seremonial dan menunggu waktu yang tepat untuk calon jemaah diberangkatkan ke bandara. Bagi yang tidak sabar, akan terasa sangat membosankan dan menjadi bentuk penyiksaan bagi dirinya.

RidloOrang Islam jika telah mampu dalam hal tertentu wajib melaksanakan ibadah haji. Adapun kemampuan tersebut mencakup kemampuan untuk berangkat ke tanah suci dan meninggalkan nafkah untuk keluarga yang ditinggalkan selama haji. Allah menjanjikan beberapa keutamaan bagi orang yang menunaikan ibadah haji, diantaranya: Diampuni dosanya seperti masih baru lahir

Dari riwayat Abu Hurairah, Ia berkata "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang menunaikan haji dan tidak berkata-kata kotor dan fasik, maka dia pulang (dari menunaikan haji dalam keadaan terampuni dosanya) bagaikan orang yang baru dilahirkan ibunya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Haji yang mabrur diganjar surga

Selain diampuni dosanya, Allah juga menjanjikan surga bagi orang yang menjalankan haji. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, Ibadah umrah ke umrah berikutnya menjadi penghapus (dosa) diantara keduanya, dan haji mabrur tidak balasannya melainkan surge. (HR. Muslim)

3. Orang yang berhaji sama seperti orang yang berjihad

Besarnya pahala jihad ternyata bisa kita dapatkan dengan melakukan ibadah haji. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, Jihadnya orang tua, orang lemah dan wanita adalah haji dan umrah. (HR. An Nasai)

Allah memuliakan orang yang berhaji

Orang yang berhaji dianggap sebagai tamu oleh Allah. Itu berarti bahwa Allah memuliakan siapa saja yang melakukan ibadah tahunan ini. Rasulullah bersabda Tamu Allah ada tiga: orang melaksanakan haji, umrah dan orang yang berperang (dijalan-Nya). Apabila mereka berdoa kepada-Nya maka Dia kabulkan dan apabila mereka memohon ampun kepada-Nya maka Dia ampuni mereka. (HR. Ibnu Hibban)Betapa besarnya ganjaran Allah untuk orang-orang yang melakukan haji. Hal ini menandakan bahwa haji memang amalan utama yang sangat membantu kita menggapai ridho Allah. Ketika kita sudah siap dan mampu secara finansial dan juga fisik, hendaklah ibadah ini dilakukan agar ganjaran itu bisa kita peroleh.

TawakalTawakal adalah modal utama dalam berhaji. Masalah bertawakkal atau menyerahkan segenap urusan kepada Allah merupakan masalah yang berkenaan dengan keyakinan atau aqidah Islamiyyah. Barangsiapa yang senantiasa menyerahkan segenap urusan hidupnya hanya dan hanya kepada Allah, maka selamatlah dia. Sebab sikap demikian merupakan perintah langsung dari Allah sendiri. Dan sikap tawakkal kepada Allah merupakan indikasi iman yang sebenarnya.Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS AlMaidah ayat 23)