universitas indonesia studi eksperimental balok komposit baja ringan dengan balok...
TRANSCRIPT
-
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI EKSPERIMENTALBALOK KOMPOSIT BAJA RINGAN
BALOK
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIAPROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI EKSPERIMENTALBALOK KOMPOSIT BAJA RINGAN
DENGANBALOK BETON BERTULANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana T
ANDREAS
1006807131
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIAPROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOKJANUARI 2012
i
Universitas Indonesia
Sarjana Teknik
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
ii
Universitas Indonesia
UNIVERSITY OF INDONESIA
EXPERIMENTAL STUDY
OF COMPOSITE BEAM CONSTRUCTED WITH
COLD FORMED STEEL VERSUS REINFORCED CONCRETE
FINAL PROJECT
Submitted as a partial fulfillment of the requirement for the degree of
Bachelor of Engineering
ANDREAS
1006807131
FACULTY OF ENGINEERINGCIVIL ENGINEERING STUDY PROGRAM
DEPOKJANUARY 2012
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama
NPM
Tanda Tangan
Tanggal
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
: Andreas
: 1006807131
Tanda Tangan :
: 26 Januari 2012
iii
Universitas Indonesia
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
PAGE OF ORIGINALITY PRONOUNCEMENT
I declare that this undergraduate thesis is the result of my own research,
and all of the references either quoted or cited here
Name
NPM
Signature
Date
PAGE OF ORIGINALITY PRONOUNCEMENT
I declare that this undergraduate thesis is the result of my own research,
and all of the references either quoted or cited here
have been stated clearly.
: Andreas
: 1006807131
Signature :
: january 26, 2012
iv
Universitas Indonesia
I declare that this undergraduate thesis is the result of my own research,
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
Skripsi ini diajukan oleh:
Nama : Andreas
NPM : 1006807131
Program Studi : Teknik Sipil
Judul Skripsi : Studi Eksperimental Balok komposit Baja
Balok
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia
Pembimbing 1 : Dr.-Ing. Henki W.Ashadi
Pembimbing 2 : Mulia Orientilize, ST, M.Eng
Penguji : Ir. Essy Ariyuni
Penguji : Dr.Ir. Heru Purnomo
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 26 Januari 201
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh:
Andreas
1006807131
: Teknik Sipil
Studi Eksperimental Balok komposit Baja Ringan dengan
Balok Beton Bertulang.
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
DEWAN PENGUJI
Ing. Henki W.Ashadi (............................................)
Mulia Orientilize, ST, M.Eng (............................................)
Essy Ariyuni, M.Sc, PhD (……………..…...…….......)
Heru Purnomo, DEA (……………......……....…..)
Januari 2012
v
Universitas Indonesia
dengan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
(............................................)
(............................................)
(……………..…...…….......)
(……………......……....…..)
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
STATEMENT OF LEGITIM
This final report is submitted by :
Name
Student Number
Study Program
Thesis Title
Has been successfully defended before the Council of Examiners and was
accepted as part of the requirements necessary to obtain a Bachelor of
Engineering degree in
Engineering, Universitas Indonesia
Councelor 1 : Dr.-Ing. Henki W.Ashadi
Councelor 2 : Mulia Orientilize, ST, M.Eng
Examiner : Ir. Essy Ariyuni
Examiner : Dr.Ir. Heru Purnomo
Defined in : Depok
Date : january
STATEMENT OF LEGITIMATION
This final report is submitted by :
: Andreas
: 1006807131
: Civil Engineering
: Experimental Study of Composite
Constructed with Cold Formed Steel
Reinforced Concrete.
Has been successfully defended before the Council of Examiners and was
accepted as part of the requirements necessary to obtain a Bachelor of
Engineering degree in Civil Engineering Study Program, Faculty of
Engineering, Universitas Indonesia
BOARD OF EXAMINERS
Ing. Henki W.Ashadi (............................................)
Mulia Orientilize, ST, M.Eng (............................................)
Essy Ariyuni, M.Sc, PhD (……………..…...…….......)
Heru Purnomo, DEA (……………......……....…..)
Depok
january 26, 2012
vi
Universitas Indonesia
omposite Beam
ormed Steel versus
Has been successfully defended before the Council of Examiners and was
accepted as part of the requirements necessary to obtain a Bachelor of
Program, Faculty of
(............................................)
(............................................)
……………..…...…….......)
(……………......……....…..)
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil kekhususan Struktur pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia.bimbingan dari berbagai pihak, dari awal perkuliahan sampai pada penyusunan seminar ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan seminar ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepa
1. Dr.-Ing. Henki W.Ashadi dan Mulia Orientilize, ST, M.Eng, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan seminar ini.
2. Ayah dan ibu saya yang tfase penyusunan
3. Fernandus Sihombing, ST selaku pembimbing teknis dan manajerial equipment yang telah memberi fasilitas PT.INDONAKANOGUMI, Tbk pada proses skripsi ini.
4. Ikatan keluarga besar Teknik Sipil FTUI angkatan 2002 Program Reguler u
5. Seluruh sahabat yang telah memberikan bantuan/dukungan semangat dan doa untuk kelancaran penyusunan seminar ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membmanfaat bagi pengembangan ilmu di Indonesia.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil kekhususan Struktur pada Fakultas
ersitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari awal perkuliahan sampai pada penyusunan seminar ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan seminar ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
Ing. Henki W.Ashadi dan Mulia Orientilize, ST, M.Eng, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan seminar ini.Ayah dan ibu saya yang telah memberikan doa dan perhatian dalam
penyusunan skripsi ini. Fernandus Sihombing, ST selaku pembimbing teknis dan manajerial equipment yang telah memberi fasilitas PT.INDONAKANOGUMI, Tbk pada proses skripsi ini.Ikatan keluarga besar Teknik Sipil FTUI angkatan 2002 Program Reguler untuk bantuan materi dan non materi.Seluruh sahabat yang telah memberikan bantuan/dukungan semangat dan doa untuk kelancaran penyusunan seminar ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga seminar ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu di Indonesia.Depok, 13 Januari 2012.
vii
Universitas Indonesia
, karena atas ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil kekhususan Struktur pada Fakultas
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari awal perkuliahan sampai pada penyusunan seminar ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan seminar ini. Oleh
Ing. Henki W.Ashadi dan Mulia Orientilize, ST, M.Eng, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
perhatian dalam
Fernandus Sihombing, ST selaku pembimbing teknis dan manajerial equipment yang telah memberi fasilitas PT.INDONAKANOGUMI,
Ikatan keluarga besar Teknik Sipil FTUI angkatan 2002 - 2004
Seluruh sahabat yang telah memberikan bantuan/dukungan semangat
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala antu. Semoga seminar ini membawa
2.
Andreas
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
NPM :
Program Studi : Teknik Sipil/Struktur
Departemen : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
BALOK KOMPOSIT BAJA RINGAN BALOK BETON BERTULANG
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
: Andreas
: 1006807131
: Teknik Sipil/Struktur
: Teknik Sipil
: Teknik
: Skripsi
ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non –exclusive Royalty
) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
STUDI EKSPERIMENTALBALOK KOMPOSIT BAJA RINGAN
DENGANBALOK BETON BERTULANG
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Tanggal : 16 Juni 2011
(Andreas)
viii
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada exclusive Royalty-
Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
ix
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Andreas
Program Studi : Teknik Sipil / Struktur
Judul : Studi Eksperimental Balok komposit Baja Ringan denganBalok Beton Bertulang
Penggunaan baja ringan sangat diminati dewasa ini. Namun tebatasnya acuan penggunaan secara khusus pada baja ringan di Indonesia, menyebabkan terbatasnya penggunaan elemen baja ringan secara luas. Salah satu metode penggunaan elemen struktur adalah metode komposit. Untuk menggambarkan peningkatan utilitas pada baja ringan, dilakukan pengujian lentur secara monotonik terhadap spesimen balok komposit baja ringan dan spesimen balok beton bertulang sebagai pembanding.Pada penelitian ini struktur balok komposit terdiri dari tiga variasi bentuk penghubung geser, yaitu balok komposit dengan kemiringan sayap baja ringan, penghubung geser mekanik pendek, dan penghubung geser mekanik tinggi sebagai penghubung geser. Variasi dari penghubung geser bertujuan untuk menggambarkan kenaikan kapasitas maksimum. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pula perilaku komposit (parsial shear connection – full shear connection) dengan melihat kemungkinan adanya slip.
Kata kunci:Baja Ringan, Komposit, Balok, Lentur, Penghubung geser, Slip.
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
x
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Andreas
Study Program : Civil Engineering / Stucture
Judul : Experimental Study Of Composite Beam constructed with Cold Formed Steel versus Reinforced Concrete.
Nowadays, the use of cold formed steel is in great demand. However, the limited use of special instructions on cold-formed steel in Indonesia, led to limited use of lightweight steel elements widely. One of the methods of use is composite structural elements method. To illustrate the increase in utility of cold-formed steel, monotonic bending tests performed on composite specimens of cold-formed steel beam and reinforced concrete beam specimens as a comparison. In this study, the composite beam structure consists of three variations of the shear connector, which is a composite beam with a tilted flange of cold-formed steel, short mechanical shear connector, and high mechanical shear connector as the interface shear. Variation of shear connector aims to describe the increase of maximum capacity. From the research results can also be concluded, the behavior of the composite (partial shear connection - full shear connection) by looking at the possibility of slippage.
Keywords:Cold-formed steel, Composite, Beam, Flexure, Shear connector, slippage.
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ v
KATA PENGANTAR............................................................................................ vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.......................... viii
ABSTRAK.............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xviii
DAFTAR GRAFIK................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xxi
BAB1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
1.2 TUJUAN PENELITIAN......................................................................... 3
1.3 RUANG LINGKUP PENELITIAN ........................................................ 3
1.5 BATASAN PENELITIAN ..................................................................... 4
1.5 HIPOTESA AWAL................................................................................ 9
1.6 METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 9
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................... 9
BAB 2 LANDASAN TEORI.................................................................................. 11
2.1. BETON BERTULANG ......................................................................... 11
2.1.1 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang....................................... 11
2.1.2 Jenis – Jenis Keruntuhan pada Balok Beton Bertulang .................. 15
2.2 MATERIAL PEMBENTUK BETON..................................................... 18
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
xii
Universitas Indonesia
2.2.1 Semen Portland............................................................................. 19
2.2.2 Agregat ......................................................................................... 21
2.3 BAJA (hot-rolled).................................................................................. 24
2.4 BAJA RINGAN (Cold-Formed) ............................................................ 29
2.5 STRUKTUR KOMPOSIT ..................................................................... 32
2.3.1 Komposit Baja .............................................................................. 35
2.3.2 Komposit Baja Ringan .................................................................. 36
BAB 3 METODE PENELITIAN .......................................................................... 37
3.1 SISTEMATIKA PENELITIAN.............................................................. 37
3.2 STUDI LITERATUR ............................................................................. 38
3.3 PERENCANAAN SAMPLE .................................................................. 38
3.4 PENGUJIAN MATERIAL..................................................................... 40
3.4.1 Pengujian Spesimen Baja Ringan .................................................. 40
3.4.2 Pengujian Beton............................................................................ 40
3.5 BENDA UJI BALOK ............................................................................. 41
3.6 PENGUJIAN BALOK KOMPOSIT....................................................... 46
3.6.1 Daftar Spesimen............................................................................ 46
3.6.2 Skema Pengujian........................................................................... 47
3.6.3 Pembebanan Monotonik................................................................ 49
BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS................................................. 50
4.1 HASIL PENGUJIAN MATERIAL......................................................... 50
4.2 HASIL PENGUJIAN BEBAN................................................................ 52
4.2.1 Grafik P- ∆ & M – Φ..................................................................... 53
4.2.2 P.Maksimum dan Bentuk kegagalan (Failure Mode)..................... 65
4.3PENGARUH SHEAR CONNECTOR TERHADAP KAPASITAS MAKSIMUM............................................................................................... 74
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
xiii
Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP .................................................................................................. 79
5.1 KESIMPULAN ...................................................................................... 79
5.2 SARAN .................................................................................................. 80
DAFTAR REFERENSI ......................................................................................... 81
LAMPIRAN ........................................................................................................... 83
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
xiv
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Baja ringan C100 ............................................................... 4
Gambar 1.2. Potongan balok komposit CBNoSC ......................................... 7
Gambar 1.3 Potongan balok komposit CBSCL............................................ 7
Gambar 1.4. Potongan balok komposit CBSCH ........................................... 8
Gambar 1.5. Potongan balok beton bertulang RC ......................................... 8
Gambar 2.1. Kondisi sebelum retak.............................................................. 12
Gambar 2.2. Tegangan Regangan pada tahap sebelum retak ......................... 12
Gambar 2.3. kondisi setelah retak................................................................. 14
Gambar 2.4. Tegangan regangan dalam kondisi elastis setelah retak ............ 14
Gambar 2.5. Tegangan regangan dalam kondisi ultimate ............................. 14
Gambar 2.6. Pola retak tipikal akibat lentur.................................................. 17
Gambar 2.7. Pola retak................................................................................. 18
Gambar 2.8. Spesimen baja uji tarik ............................................................. 24
Gambar 2.9. Profil tulangan ......................................................................... 28
Gambar 2.10. Bentuk tekuk lokal (local buckling) baja ringan (cold-formed) . 31
Gambar 2.11. Bentuk pengaruh Ring Baut (Washer) pada Sambungan Baut ..
……………………………………………………………….…32
Gambar 2.12. Tegangan regangan Full interaction – full shear connection .... 32
Gambar 2.13. Tegangan regangan Partial interaction – full shear connection…................................................................................................ 33
Gambar 2.14. Ilustrasi shear connector yang tertanam pada balok komposit (terjadi slip) ............................................................................. 34
Gambar 2.15. Deformed shape pada partial interaction composite (terjadi slip)................................................................................................. 35
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
xv
Universitas Indonesia
Gambar 2.16. Komposit kolom .................................................................... 35
Gambar 2.17. Komposit balok...................................................................... 36
Gambar 2.18. Komposit plat – slab .............................................................. 36
Gambar 2.19. Baja ringan sebagai pengganti tulangan – bekisting pada bondek................................................................................................ 39
Gambar 3.1. Analisa spesimen .................................................................. 39
Gambar 3.2. Silinder beton........................................................................ 40
Gambar 3.3 Rakitan Spesimen ................................................................. 43
Gambar 3.4. Pengukuran batas cor bekisting ............................................. 43
Gambar 3.5. Pengukuran batas cor pada sisi lain bekisting ........................ 43
Gambar 3.6. Pengecekkan lebar bekisting ................................................. 43
Gambar 3.7. Waterpassing antar sisi bekisting .......................................... 44
Gambar 3.8. Validasi waterpassing sisi bekisting ...................................... 44
Gambar 3.9. Pengadukan ready mix beton................................................. 44
Gambar 3.10. Spesimen yang telah dicor..................................................... 44
Gambar 3.11. Couring benda uji.................................................................. 45
Gambar 3.12. Genangan air setelah couring ................................................ 45
Gambar 3.13. Genangan air setelah couring ................................................ 45
Gambar 3.14. Genangan air pada benda uji ................................................. 45
Gambar 3.15. Skema pengujian................................................................... 47
Gambar 3.16. Ilustrasi karakteristik Pengujian struktur terlentur ................. 48
Gambar 3.17. Dial indikator hydraulic jack ................................................. 48
Gambar 3.18. Pengukuran waterpass antar tumpuan .................................. 48
Gambar 3.19. Pengukuran waterpass plat baja dudukan jack....................... 49
Gambar 3.20. Balok komposit baja ringan................................................... 49
Gambar 4.1. Hasil uji tarik (tensile test) baja ringan 568MPa .................... 51
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
xvi
Universitas Indonesia
Gambar 4.2. Skema Pengujian................................................................... 52
Gambar 4.3 Ilustrasi spesimen CBNoSC-1 ............................................... 67
Gambar 4.4. Ilustrasi spesimen CBNoSC -2 .............................................. 67
Gambar 4.5. Ilustrasi spesimen CBSCL -1 ................................................ 67
Gambar 4.6. Ilustrasi spesimen CBSCL -2 ................................................ 67
Gambar 4.7. Ilustrasi spesimen CBSCH -1 ................................................ 67
Gambar 4.8. Ilustrasi spesimen CBSCH -2................................................ 67
Gambar 4.9. Ilustrasi spesimen RC -1 ....................................................... 67
Gambar 4.10. Ilustrasi spesimen RC -2 ....................................................... 67
Gambar 4.11. Spesimen CBNoSC -1........................................................... 68
Gambar 4.12. Spesimen CBNoSC -2........................................................... 68
Gambar 4.13. Spesimen CBSCL -1 ............................................................. 68
Gambar 4.14. Spesimen CBSCL -2 ............................................................. 68
Gambar 4.15. Spesimen CBSCH -1............................................................. 68
Gambar 4.16. Spesimen CBSCH -2............................................................. 68
Gambar 4.17. Spesimen RC -1 .................................................................... 68
Gambar 4.18. Spesimen RC -2 .................................................................... 68
Gambar 4.19. Balok komposit full shear connection.................................... 72
Gambar 4.20. Balok komposit parsial shear connection............................... 72
Gambar 4.21. Pengamatan aksi komposit CBSCL - 2 saat beban maksimum(tak terjadi slip)............................................................................................... 73
Gambar 4.22. Pengamatan aksi komposit CBSCH - 2 saat beban maksimum(tak terjadi slip)............................................................................................... 73
Gambar 4.23. Tampak bawah CBSCL......................................................... 73
Gambar 4.24. Tampak bawah CBSCH ........................................................ 74
Gambar 4.25. Retakan membelah bagian tengah spesimen RC -1 (2,3 Ton) 78
Gambar 4.26. Retakan membelah bagian tengah spesimen RC -2 (2,3 Ton) 78
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
xvii
Universitas Indonesia
Gambar 4.27. Kondisi shear connector CBSCH-1 saat beban maksimum .... 78
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
xviii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Profil baja ringan C100................................................................... 4
Tabel 1.2. Spesimen benda uji......................................................................... 5
Tabel 2.1. Sifat-sifat semen............................................................................. 20
Tabel 2.2. Persyaratan gradasi agregat halus ASTM C 33-74a......................... 22
Tabel 2.3. Persyaratan gradasi agregat halus ASTM C 33-74b ........................ 23
Tabel 3.1. Prediksi kuat tulangan sampel ........................................................ 39
Tabel 3.2. Daftar Spesimen ............................................................................. 46
Tabel 4.2. Hasil Uji Kuat Tekan...................................................................... 50
Tabel 4.2. Hasil Uji Kuat Lentur ..................................................................... 50
Tabel 4.3. Hasil pengujian .............................................................................. 66
Tabel 4.4. Failure mode .................................................................................. 69
Tabel 4.5. Perbandingan M.Maksimum spesimen komposit ............................ 75
Tabel 4.6 Perbandingan rerata M.maksimum spesimen komposit.................... 76
Tabel 4.7. Perbandingan M.maksimum spesimen komposit – beton bertulang. 77
Tabel 4.8. Perbandingan rerata M.Maksimum spesimen komposit – beton bertulang......................................................................................................... 77
Tabel 5.1. Analisa kuat tulangan .................................................................... 79
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
xix
Universitas Indonesia
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1. Karakteristik material terhadap lendutan..................................... 11
Grafik 2.2. Hubungan non linear – balok beton bertulang ............................ 16
Grafik 2.3. Karakteristik baja ....................................................................... 25
Grafik 2.4. Grafik tegangan regangan untuk reserve loading ........................ 27
Grafik 2.5.a Kurva tegangan regangan baja – baja ringan.
(a) Sharp-yielding of hot rolled steel ........................................ 29
Grafik 2.5.b Kurva tegangan regangan baja – baja ringan.
(b) Gradual-yielding of cold-formed steel .................................. 29
Grafik 4.3. P-∆ & P-∆ rata – rata CBNOSC – 1............................................ 53
Grafik 4.2. Momen - Curvature CBNOSC – 1.............................................. 53
Grafik 4.3. P-∆ & P-∆ rata – rata CBNOSC – 2............................................ 54
Grafik 4.4. Momen - Curvature CBNOSC – 2.............................................. 54
Grafik 4.5. P-∆ & P-∆ rata – rata CBSCL – 1............................................... 56
Grafik 4.6. Momen - Curvature CBSCL – 1 ................................................. 56
Grafik 4.7. P-∆ & P-∆ rata – rata CBSCL – 2............................................... 57
Grafik 4.8. Momen - Curvature CBSCL - 2.................................................. 57
Grafik 4.9. P-∆ & P-∆ rata – rata CBSCH – 1 .............................................. 59
Grafik 4.10. Momen - Curvature CBSCH – 1................................................. 59
Grafik 4.11. P-∆ & P-∆ rata – rata CBSCH – 2 .............................................. 60
Grafik 4.12. Momen - Curvature CBSCH – 2................................................. 60
Grafik 4.13. P-∆ & P-∆ rata – rata RC – 1...................................................... 62
Grafik 4.14. Momen - Curvature RC – 1 ........................................................ 62
Grafik 4.15. P-∆ & P-∆ rata – rata RC – 2...................................................... 63
Grafik 4.16. Momen - Curvature RC – 2 ........................................................ 63
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
xx
Universitas Indonesia
Grafik 4.17. Perbandingan momen-curvature spesimen komposit – beton bertulang …………….……………………………………………..74
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
xxi
Universitas Indonesia
DAFTAR DIAGRAM
Diagram3.4. Sistematika penelitian ............................................................... 37
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
xxii
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan momen dan curvature................................................ 84
Lampiran 2 Hasil bacaan CBNoSC - Komposit polos ...................................... 85
Lampiran 3 Hasil Bacaan CBNoSC 2 - Komposit polos................................... 86
Lampiran 4 Hasil Bacaan CBSCL - Komposit Shear Pendek ........................... 87
Lampiran 5 Hasil Bacaan CBSCL 2 - Komposit Shear Pendek ....................... 88
Lampiran 6 Hasil Bacaan CBSCH - Komposit Shear Tinggi........................... 89
Lampiran 7 Hasil Bacaan CBSCH 2 - Komposit Shear Tinggi........................ 90
Lampiran 8 Hasil Bacaan RC - Beton bertulang .............................................. 91
Lampiran 9 Hasil Bacaan RC 2 - Beton bertulang........................................... 92
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Baja ringan (cold formed steel) sebagai elemen struktur telah mulai diminati
dewasa ini. Hasil riset yg cukup intensif terhadap perilaku baja ringan yang telah
dituangkan di dalam design code di berbagai negara seperti Australia Standard
(AS/AZS), America Iron and Steel Institute (AISI), British Standard (BS code) dan
Eurocode telah meningkatkan kredibilitas baja ringan sebagai elemen struktur yang
sama dengan baja biasa (hot-rolled steel) dan beton bertulang.
Riset tentang baja ringan untuk konstruksi bangunan, dimulai oleh Prof.
George Winter dari Universitas Cornell tahun 1939. Berdasarkan riset-riset beliau
maka dapat dilahirkan edisi pertama tentang “Light Gauge Steel Design Manual”
tahun 1949 atas dukungan AISI (American Iron and Steel Institute). Sejak
dikeluarkan peraturan tersebut lima dekade yang lalu, maka pemakaian material baja
ringan semakin berkembang untuk konstruksi bangunan, mulai struktur sekunder
sampai struktur utama, misalnya untuk balok lantai, rangka atap dan dinding pada
bangunan industri, komersial maupun rumah tinggal.
Walaupun termasuk dalam kategori elemen struktur yang tipis (thin-walled
structures), pemakaiannya telah meluas yaitu meliputi box-girder jembatan, anjungan
kapal (ship hulls) dan badan pesawat terbang. Ide dari pembuatan struktur baja ringan
adalah untuk mendapatkan kekuatan maksimum dari material yang relatif tipis.
Belakangan ini penggunaan baja ringan di indonesa menjadi trend yang cukup
menarik, dimana material ini lebih banyak digunakan untuk rangka atap dibandingkan
menjadi struktur lainnya. Hal ini dikarenakan gencarnya iklan-iklan yang
menawarkan produk rangka atap baja ringan menggantikan material kayu. Disamping
itu kemudahan dalam mendapatkan, kecepatan pemasangan dan struktur yang kuat
membuat rangka atap dari baja ringan menjadi terkenal.
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
2
Universitas Indonesia
Penggunaan baja ringan di Indonesia tidak didukung oleh tersedianya
peraturan (design code) tentang penggunaan baja ringan tersebut di Indonesia. Baja
ringan yang beredar dipasaran hampir didominasi oleh produk-produk yang
dikeluarkan oleh Bluescope Lysaght, Bluescope Steel dan Pryda yang berasal dari
Australia, dengan Australian/New Zeland Standard (AS/NZ 46000) sebagai design
code. Secara umum Australia Standard bisa digunakan untuk mendisain struktur baja
ringan yang digunakan di Indonesia terhadap pembebanan statik, namun harus dikaji
ulang terhadap pembebanan dinamik akibat gempa karena area dan karakteristik
gempa yang terjadi di Indonesia dan Australia berbeda.
Ketiadaan design code ini cukup menghambat perkembangan penggunaan
baja ringan di Indonesia. Sejauh ini penggunaan baja ringan di indonesia sebagai
elemen struktur hanya sebatas pada kuda-kuda atap dan sebagai decking pada
komposit pelat dengan produk yang biasa dikenal sebagai “bondek”.
Pada pelat komposit, baja ringan (bondek) berperan sebagai tulangan
sekaligus bekisting. Komposit pelat sebagai elemen struktur sudah cukup lama
digunakan dan secara ekonomis cukup efisien karena mengurangi perancah /
bekisting. Ide dari komposit pelat tidak dilakukan pada balok karena posisi dari baja
ringan di bagian bawah tidak meniadakan bekisting. Berbeda dengan pelat , komposit
balok tetap membutuhkan tambahan bekisting pada sisi kiri dan kanan balok. Hal
inilah yang mengakibatkan penggunaan komposit baja ringan pada balok komposit
tidak berkembang. Penelitian yang dilakukan oleh Richard P.Nguyen menemukan
bahwa penggunaan baja ringan sebagai elemen balok komposit memiliki kekuatan
yang hampir sama dengan balok beton bertulang biasa.
Sebagai upaya untuk meningkatkan utilitas penggunaan baja ringan di
Indonesia, maka perlu dilakukan studi terhadap balok komposit baja ringan, dengan
memanfaatkan jenis / profil baja ringan yang ada di Indonesia. Penelitian yang
dilakukan Richard P.Nguyen sebelumnya menggunakan profil baja ringan dengan
embosement (lekukan) pada tengah web sebagai shear connector tanpa adanya shear
connector tambahan.
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
3
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari aksi komposit antara beton dengan
baja ringan Liped Channel pada struktur balok. Baja ringan dimanfaatkan pada serat
bawah sebagai pengganti tulangan sekaligus digunakan sebagai bekisting balok. Efek
dari shear connector terhadap kapasitas M.maksimum balok merupakan salah satu
hal yang akan diteliti.
Studi eksperimental ini diharapkan dapat meningkatkan utilitas baja ringan di
indonesia dan memberikan alternatif struktur balok selain beton bertulang biasa.
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Parameter yang akan diteliti adalah :
1. Aksi komposit baja ringan liped chanel dengan beton.
2. Pengaruh dari shear connector terhadap kekuatan M.maksimum balok
komposit.
3. Membandingkan kekuatan balok komposit dengan balok beton bertulang
biasa.
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
1.4 Batasan Penelitian
i. Penelitian yang dilakukan adalah studi eksperimental
balok komposit dan
ii. Pegujian yang dilakukan dengan uji monotoni
iii. Spesimen yang diuji
dengan data-
a. Tulangan sengkang menggunakan Ф
dan Ф6 – 200 U24 pada daerah lapangan.
b. Tulangan lentur menggunakan
c. Pada semua spesimen benda uji menggunakan 2
penyangga sengkang
d. Shear connector
e. Baja ringan yang digunakan lip channel C
Wgt Ag
1,067 kg/m 136 mm
e. Beton yang digunakan adalah mutu beton K
Universitas Indonesia
Penelitian yang dilakukan adalah studi eksperimental terhadap 6
balok komposit dan 2 balok beton bertulang biasa.
Pegujian yang dilakukan dengan uji monotonik.
Spesimen yang diuji, panjang L = 1,5m, lebar b = 10cm, tinggi h = 20cm
-data sebagai berikut:
Tulangan sengkang menggunakan Ф6 – 100 U24 pada daerah tumpuan
200 U24 pada daerah lapangan.
Tulangan lentur menggunakan 2D10.
c. Pada semua spesimen benda uji menggunakan 2Ф6
penyangga sengkang.
connector menggunakan High Tension Bolt berdiameter 10 mm.
aja ringan yang digunakan lip channel C100 dengan ukuran berikut:
Gambar 1.1 Baja ringan C100
Tabel 1.1 Profil baja ringan C100
Ag Av Ix Iy
136 mm2 75 mm2 208130 mm2 23060 mm2
eton yang digunakan adalah mutu beton K300
8 mm
4
Universitas Indonesia
terhadap 6 spesimen
, lebar b = 10cm, tinggi h = 20cm .
100 U24 pada daerah tumpuan
U24 sebagai
berdiameter 10 mm.
dengan ukuran berikut:
2
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
No. TUMPUAN
1
2
α
Shear connector
Universitas Indonesia
Table 1.2 Spesimen benda uji
TUMPUAN LAPANGAN
CBNoSC
Balok komposit
baja ringan
tanpa
connector
mekanik.
Kemiringan dari
flange Baja
Ringan (
CBSCL
Balok komposit
baja ringan
dengan
connector
75mm.
α
Shear connector Shear connector
(diasumsikan sebagai shear connector)
5
Universitas Indonesia
SAMPLE
CBNoSC
Balok komposit
baja ringan
tanpa shear
connector
mekanik.
Kemiringan dari
flange Baja
Ringan (α = 60.).
CBSCL
Balok komposit
baja ringan
dengan shear
connector h =
75mm.
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
3
4
Universitas Indonesia
CBSC
Balok komposit
baja ringan
dengan
connector
150mm.
.
RC
Balok
bertulang
sebagai
pembanding.
6
Universitas Indonesia
CBSCH
Balok komposit
baja ringan
dengan shear
connector h =
150mm.
RC
alok beton
bertulang
sebagai
pembanding.
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
Gambar 1.2 Potongan balok komposit CBNoSC
Gambar 1.3 Potongan balok komposit CBSCL
7
Universitas Indonesia
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
Gambar 1.4 Potongan balok komposit CBSCH
Gambar 1.5 Potongan balok beton bertulang RC
8
Universitas Indonesia
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
9
Universitas Indonesia
1.5 Hipotesa Awal
Dengan jumlah luas tulangan yang sama dan ukuran balok yang sama,
struktur dengan tulangan baja ringan akan lebih kuat dibandingkan balok bertulang
biasa. Hal ini dikarenakan baja ringan memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi
(550Mpa) dibandingkan tulangan biasa (390Mpa) dengan asumsi shear connector
mampu menyatukan baja dan beton (full shear connector). Adanya variasi tinggi
shear connector pada penelitian diharapkan dapat memperbesar kapasitas ultimate
spesimen komposit.
1.6. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Uji eksperimental dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan
2. Pengujian material meliputi uji tekan pada balok dan uji tarik pada baja ringan
3. Pembuatan sampel balok komposit baja ringan
4. Uji eksperimental “loading test” komposit baja ringan di Lab Bahan
Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia
5. Analisa hasil pengujian
1.7.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah sebagai berikut :
Bab I . Pendahuluan
Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian, ruang
lingkup penelitian, batasan penelitian, hipotesa awal, metodologi penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II . Landasan Teori
Menjelaskan tentang teori beton bertulang, teori baja, teori tulangan, teori baja
ringan, struktur komposit, dan teori lentur. Teori - teori pendukung yang
digunakan pada penelitian ini berasal dari buku-buku referensi dan jurnal
teknik sipil.
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
10
Universitas Indonesia
Bab III. Metodologi penelitian
Berisi tentang sistematika penelitian yang dilakukan pada percobaan ini ,
ringkasan singkat dari jurnal ilmiah ASCE tentang percobaan balok komposit
baja ringan, perencanaan sample, alur kerja dan skema pengujian.
Bab IV. Pengolahan data dan analisis.
Berisi tentang data hasil percobaan, proses pengolahan data hasil percobaan
dan analisa hasil data percobaan.
Bab V. Penutup
Berisi tentang penarikan kesimpulan dari hasil kegiatan penelitian yang telah
dilakukan serta saran mengenai hasil penelitian.
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
11
Universitas Indonesia
BAB 2
DASAR TEORI
2.1. Beton Bertulang
Beton bertulang adalah beton yang dipadukan dengan baja sebagai
tulangannya. Kelebihan pada material beton adalah nilai kuat tekan yang tinggi. Nilai
kuat tekan beton relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Pada struktur
beton bertulang terdapat dua karakteristik material yang dipadukan dimana material
beton berperilaku getas (britle), sedangkan perilaku baja pada struktur beton
bertulang berperilaku liat (ductile). Kuat tarik yang dimiliki beton hanya berkisar
antara 9-15% dari kuat tekannya, karenanya sering kali dalam perencanaan kuat tarik
beton dianggap sama dengan nol [2] .
Grafik 2.1 karakteristik material terhadap lendutan [1]
Dengan menambahkan baja tulangan pada daerah tarik pada beton, maka
kelemahan tarik beton dapat di tanggung oleh baja tulangan yang memiliki kuat tarik
yang lebih besar. Hal ini yang merupakan dasar perhitungan kuat lentur dan momen
tahanan penampang komponen pada struktur terlentur.
2.1.1 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang.
Pada analisa lentur murni pada beton bertulang, hal yang perlu diperhatikan
adalah kaidah dasar dan asumsi yang terjadi pada kondisi di dalam penampang balok
akibat pembebanan sehingga skema keruntuhan berjalan sesuai prosedur.
Kaidah dasar dan asumsinya adalah sebagai berikut [3].:
Material liat (ductile)
Material getas (britle)
∆
P
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
1. Beton tidak dapat menerima gaya tarik karena beton diasumsikan tidak
memiliki kuat tarik.
2. Perubahan bentuk berupa perpanjangan dan perpendekan pada penampang
berbanding lurus terhadap kesetimbangan gaya gaya dalam. dalam hal ini
regangan tarik dan gaya tekan harus setimbang terhadap garis netral.
3. Hubungan tegangan regangan beton
skematis dengan diagram
Pada beberapa kondisi pembebanan, kondisi struktur balok beton bertulang
menuju keruntuhan terbagi dalam beberapa tahap. Kondisi tahapan struktur balok
bertulang adalah sebagai berikut
a. Tahap sebelum r
b. Tahap setelah retak, sebelum tulangan meleleh (elastis), beban servis.
c. Tahap ultimate
a. Sebelum terjadinya
Gambar 2.
Gambar 2.
Pada penampang tidak retak disumsikan terjadinya lekatan sempurna antara
baja dan beton, s c .
s c
Universitas Indonesia
Beton tidak dapat menerima gaya tarik karena beton diasumsikan tidak
memiliki kuat tarik.
Perubahan bentuk berupa perpanjangan dan perpendekan pada penampang
berbanding lurus terhadap kesetimbangan gaya gaya dalam. dalam hal ini
regangan tarik dan gaya tekan harus setimbang terhadap garis netral.
Hubungan tegangan regangan beton dan baja dapat dinyatakan secara
dengan diagram Whitney.
Pada beberapa kondisi pembebanan, kondisi struktur balok beton bertulang
menuju keruntuhan terbagi dalam beberapa tahap. Kondisi tahapan struktur balok
bertulang adalah sebagai berikut [4]:
Tahap sebelum retak.
Tahap setelah retak, sebelum tulangan meleleh (elastis), beban servis.
ultimate
terjadinya retak
Gambar 2.1 Kondisi sebelum retak [4]
Gambar 2.2 Tegangan Regangan pada tahap sebelum retak [4]
Pada penampang tidak retak disumsikan terjadinya lekatan sempurna antara
s c
s cs c
s c
f f
E E
12
Universitas Indonesia
Beton tidak dapat menerima gaya tarik karena beton diasumsikan tidak
Perubahan bentuk berupa perpanjangan dan perpendekan pada penampang
berbanding lurus terhadap kesetimbangan gaya gaya dalam. dalam hal ini
regangan tarik dan gaya tekan harus setimbang terhadap garis netral.
dinyatakan secara
Pada beberapa kondisi pembebanan, kondisi struktur balok beton bertulang
menuju keruntuhan terbagi dalam beberapa tahap. Kondisi tahapan struktur balok
Tahap setelah retak, sebelum tulangan meleleh (elastis), beban servis.
Pada penampang tidak retak disumsikan terjadinya lekatan sempurna antara
(2.1)
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
13
Universitas Indonesia
ss c s c
c
Ef f f nf
E (2.2)
n = sc
E
E (2.3)
fs = cr.M I
y (2.4)
jika fs < fr, maka gunakan fr.
fr = 0.7 √fc’ (SI Unit) (2.5)
dimana :
c = regangan beton
s = regangan baja
fr = modulus rupture
n = rasio modular
cE = modulus elastisistas beton
sE = modulus elastisitas baja
I = momen inersia penampang homogen
cf = tegangan beton
'cf = kuat tekan beton
sf = tegangan baja
M cr = momen luar
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
b. Setelah Beton mengalami
Gambar 2.4
Pada tahap ini beton di bawah garis netral tidak memikul
sepenuhnya ditahan oleh baja. Diasumsikan
garis netral. Perhitungan garis netral denga
c. Tahap Ultimate
Gambar 2.5
Pada kondisi ini diasumsikan tulangan tarik leleh sebelum beton di daerah
tekan hancur. Dalam hal ini keruntuhan dimulai tulangan pada struktur balok telah
mengalami deformasi yang cukup besar sehingga putus kemudian daerah pada serat
atas hancur.
Universitas Indonesia
Setelah Beton mengalami Retak
Gambar 2.3 Kondisi setelah retak [4]
Gambar 2.4 Tegangan regangan dalam kondisi elastis setelah retak [4]
Pada tahap ini beton di bawah garis netral tidak memikul gaya tarik, dan
sepenuhnya ditahan oleh baja. Diasumsikan retak pada penampang berkembang ke
garis netral. Perhitungan garis netral dengan metode penampang transformasi
Gambar 2.5 Tegangan regangan dalam kondisi ultimate [4].
kondisi ini diasumsikan tulangan tarik leleh sebelum beton di daerah
tekan hancur. Dalam hal ini keruntuhan dimulai tulangan pada struktur balok telah
mengalami deformasi yang cukup besar sehingga putus kemudian daerah pada serat
As
N.A
n.As
14
Universitas Indonesia
[4]
gaya tarik, dan
retak pada penampang berkembang ke
n metode penampang transformasi.
kondisi ini diasumsikan tulangan tarik leleh sebelum beton di daerah
tekan hancur. Dalam hal ini keruntuhan dimulai tulangan pada struktur balok telah
mengalami deformasi yang cukup besar sehingga putus kemudian daerah pada serat
fc
sf
n
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
15
Universitas Indonesia
Berdasarkan gambar 2.5 di atas, analisanya adalah sebagai berikut [4]:
T = As . fy (2.6)
C = 1 . fc’. a . b (2.7)
Dengan asumsi T = C,
a =.
0,85. '.
As fy
fc b(2.8)
Mn = T . ( d -2
a) = As. fy . ( d -
2
a) (2.9)
untuk fc’ 28 MPa, 1 = 0,85 [5].
dimana :
c = regangan beton
s = regangan baja
cE = modulus elastisistas beton
sE = modulus elastisitas baja
I = momen inersia penampang homogen
'cf = kuat tekan beton
C = gaya tekan beton
sf = tegangan baja
d = tinggi penampang balok dari titik jari jari tulangan pada serat tarik.
c = jarak tegak lurus dari garis netral ke titik terjauh dari garis netral
2.1.2 Jenis – Jenis Keruntuhan pada Balok Beton Bertulang.
Pada saat struktur balok diberi beban dimana tidak melebihi kapasitas tahanan
dalamnya, retak tidak akan muncul. Dalam pengertian ini, nilai momen inersia balok
tidak terganggu. Bila pembebanan pada struktur balok berlebih maka akan timbul
retak pada penampang sehingga keadaan penampang balok tidak sebaik sebelum
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
pembebanan berlebih. Pembebanan berlebih akan menimbulkan retak pada struktur
balok sehingga nilai inersia penampang berkurang. Mekanismenya ad
bertambah besar sehingga tegangan tarik pada struktur balok beton melampaui
kapasitas kekuatan tariknya, maka akan timbul retakan
tertarik.
Grafik 2.2
Dimana :
M1 = Momen pada retak pertama
M2 = Momen pada saat retakan telah berkembang
∆1 = lendutan pada retak pertama
∆2 = lendutan pada saat retakan telah berkembang
Keruntuhan dibagi menjadi tiga pola retak (
a. Keruntuhan Tarik
Pada tipe keretakan ini diawali dengan munculnya retak rambut pada daerah
zona tidak adanya gaya lintang.. Bentuk keretakan ini berarah tegak lurus dengan
garis netral pada penampang. Apabila beban terus bertamba
terjadi akan semakin lebar dan memanjang. Mekanismenya adalah pada pembebanan
∆1
M2
M1
M
Universitas Indonesia
pembebanan berlebih. Pembebanan berlebih akan menimbulkan retak pada struktur
balok sehingga nilai inersia penampang berkurang. Mekanismenya adalah bila beban
bertambah besar sehingga tegangan tarik pada struktur balok beton melampaui
kapasitas kekuatan tariknya, maka akan timbul retakan – retakan di bagian yang
Grafik 2.2 Hubungan non linear – balok beton bertulang [3]
= Momen pada retak pertama
= Momen pada saat retakan telah berkembang
= lendutan pada retak pertama
= lendutan pada saat retakan telah berkembang
Keruntuhan dibagi menjadi tiga pola retak (failure mode) yakni :
Pada tipe keretakan ini diawali dengan munculnya retak rambut pada daerah
zona tidak adanya gaya lintang.. Bentuk keretakan ini berarah tegak lurus dengan
garis netral pada penampang. Apabila beban terus bertambah, retak awal yang
terjadi akan semakin lebar dan memanjang. Mekanismenya adalah pada pembebanan
∆2
16
Universitas Indonesia
pembebanan berlebih. Pembebanan berlebih akan menimbulkan retak pada struktur
alah bila beban
bertambah besar sehingga tegangan tarik pada struktur balok beton melampaui
retakan di bagian yang
[3]
) yakni :
Pada tipe keretakan ini diawali dengan munculnya retak rambut pada daerah
zona tidak adanya gaya lintang.. Bentuk keretakan ini berarah tegak lurus dengan
h, retak awal yang sudah
terjadi akan semakin lebar dan memanjang. Mekanismenya adalah pada pembebanan
∆
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
17
Universitas Indonesia
tahap tertentu, retak rambut pada daerah dimana tidak adanya gaya lintang,
memanjang dan melebar seiring berlanjutnya pembebanan.
Gambar 2.6 Pola retak tipikal akibat lentur [6].
b. Keruntuhan Diagonal Tarik.
Keruntuhan ini terjadi pada kekuatan balok dalam diagonal tarik lebih kecil
daripada kekuatan lenturnya. Retak mulai terjadi di tengah bentang, berarah vertikal
berupa retak halus yang diakibatkan oleh lentur. Hal ini diikuti dengan rusaknya
lekatan antara tulangan dan beton di sekitarnya.
c. Keruntuhan Geser.
Keruntuhan ini dimulai dengan timbulnya retak lentur halus vertikal di tengah
bentang dan tidak terus menjalar, karena terjadi kehilangan lekatan antara tulangan
longitudinal dengan beton di sekitarnya pada perletakan. Setelah itu, diikuti dengan
retak miring yang lebih curam daripada retak diagonal tarik secara tiba-tiba dan
menjalar menuju sumbu netral. Kecepatan penjalaran ini semakin berkurang sebagai
akibat hancurnya beton pada tepi tertekan dan terjadinya redistribusi tegangan pada
daerah atas.
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
2.2 Material Pembentuk Beton
Beton adalah material yang dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan
kimiawi sejumlah material pembentuknya. Material pembentuk tersebut berupa
agregat halus dan agregat kasar yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam
lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen Portland, dan air
sebagai bahan pembantu
perawatan beton berlangsung.
Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum
N/mm2 atau Mpa (Mega Pascal
10-65 Mpa [9].. Untuk struktur beton bertulang umumnya menggunakan beton dengan
kuat tekan berkisar 17-
Mpa [9].
Kuat Tekan beton biasanya didapat dari
tinggi dengan diameter adala
tegangan yang rendah hingga mencapai tegangan maksimum dalam waktu 2
menit. Untuk pengujian
dan diameter 152 mm. Kuat tekan beton ditest
berkisar antara 13,8 – 55,2 N/mm
Biasanya kurva tegangan regangan beton mendekati linier sampai dengan
setengah dari kuat tekan beton tetapi mendekati puncak dari kurva maka garis akan
mendekati datar. Pada beton dengan mutu yang rendah maka puncak dari kurva
tegangan dan regangan adalah datar.
Universitas Indonesia
Gambar 2.7 Pola retak [4].
2.2 Material Pembentuk Beton
Beton adalah material yang dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan
kimiawi sejumlah material pembentuknya. Material pembentuk tersebut berupa
agregat halus dan agregat kasar yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam
lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen Portland, dan air
sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan
perawatan beton berlangsung.
Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc’
Mega Pascal). Kuat tekan beton berumur 28 hari berkisar antara ±
Untuk struktur beton bertulang umumnya menggunakan beton dengan
-30 Mpa, beton ready mix sanggup mencapai kuat tekan 62
Kuat Tekan beton biasanya didapat dari uji tekan silinder beton dengan ra
tinggi dengan diameter adalah 2. Silinder beton diberi gaya longitudinal dengan laju
tegangan yang rendah hingga mencapai tegangan maksimum dalam waktu 2
ntuk pengujian tekan standard silinder beton adalah dengan tinggi 305 mm
diameter 152 mm. Kuat tekan beton ditest pada saat 28 hari. Kuat tekan beton
55,2 N/mm2 [9].
kurva tegangan regangan beton mendekati linier sampai dengan
setengah dari kuat tekan beton tetapi mendekati puncak dari kurva maka garis akan
mendekati datar. Pada beton dengan mutu yang rendah maka puncak dari kurva
tegangan dan regangan adalah datar.
18
Universitas Indonesia
Beton adalah material yang dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan
kimiawi sejumlah material pembentuknya. Material pembentuk tersebut berupa
agregat halus dan agregat kasar yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam
lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen Portland, dan air
guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan
fc’ dengan satuan
). Kuat tekan beton berumur 28 hari berkisar antara ±
Untuk struktur beton bertulang umumnya menggunakan beton dengan
sanggup mencapai kuat tekan 62
silinder beton dengan rasio
h 2. Silinder beton diberi gaya longitudinal dengan laju
tegangan yang rendah hingga mencapai tegangan maksimum dalam waktu 2 – 3
ilinder beton adalah dengan tinggi 305 mm
pada saat 28 hari. Kuat tekan beton
kurva tegangan regangan beton mendekati linier sampai dengan
setengah dari kuat tekan beton tetapi mendekati puncak dari kurva maka garis akan
mendekati datar. Pada beton dengan mutu yang rendah maka puncak dari kurva
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
19
Universitas Indonesia
Modulus Elastisitas beton pada daerah elastis pada SNI dapat diambil sebesar;
'4730c cE f
(2.10)
Dimana :
cE = modulus elastisistas beton
'cf = kuat tekan beton
2.2.1 Semen Portland
Semen Portland mengandung kalsium dan alumina silica dibuat dari bahan
utama limestone yang mengandung kalsium oksida (CaO), dan lempung yang
mengandung silica dioksida (SiO2) serta alumunium oksida (Al2O3) [7].
Semen berfungsi sebagai bahan perekat untuk menyatukan bahan agregat
kasar dan agregat halus menjadi satu massa yang kompak dan padat dengan proses
hidrasi. Semen akan berfungsi sebagai perekat apabila diberi air, sehingga semen
tergolong bahan pengikat hidrolis.
Kekuatan semen merupakan hasil dari proses hidrasi. Proses kimiawi ini
berupa rekristlisasi dalam bentuk interlocking-crystals sehingga membentuk gel
semen yang akan mempunyai kekuatan tekan tinggi apabila mengeras. Tabel 2.1
memperlihatkan kontribusi relatif masing-masing komponen semen dalam mencapai
kekuatannya. Kekuatan awal semen portland semakin tinggi apabila semakin banyak
persentase C3S. Jika perawatan kelembaban terus berlangsung, kekuatan akhirnya
akan lebih besar apabila persentase C2S semakin besar. C3A mempunyai kontribusi
terhadap kekuatan selama beberapa hari sesudah pengecoran beton karena bahan ini
yang terdahulu mengalami hidrasi.
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
20
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Sifat-sifat semen [7].
Komponen Kelajuan reaksi Pelepasan
panas
Besar
penyemenan
batas
Trikalsium silikat
C3S
Sedang Sedang Baik
Dikalsium silikat
C2S
Lambat Kecil Baik
Trikalsium aluminat
C3A
Cepat Besar Buruk
Tetrakalsium
aluminoferrat
C4AF
Lambat Kecil Buruk
Jika semen portland dicampur dengan air, maka komponen kapur dilepaskan
dari senyawanya. Banyaknya kapur yang dilepaskan ini sekitar 20% dari berat semen.
Kondisi terburuknya adalah terjadinya pemisahan struktur yang disebabkan oleh
lepasnya kapur dari semen. Situasi ini harus dicegah dengan menambahkan pada
semen suatu mineral silica seperti pozolan. Mineral yang ditambahkan bereaksi
dengan kapur bila ada uap membentuk bahan yang kuat, yaitu kalsium silikat.
Zat kapur adalah proporsi terbesar dalam pembentukan semen sehingga
berperan menentukan sifat semen. Kelebihan zat kapur berdampak kurang baik untuk
semen, serta menyebabkan disintegrasi (perpecahan) semen setelah timbul ikatan.
Kadar kapur yang tinggi tapi tidak berlebihan cenderung memperlahan perkerasan
tetapi menghasilkan kekuatan awal yang tinggi. Kekurangan kapur menghasilkan
semen yang lemah dan bilamana kurang sempurna pembakarannya, menyebabkan
ikatan yang cepat.
Karena berbagai jenis semen menghasilkan panas yang berbeda-beda, begitu
juga dengan kelajuan pelepasan panas yang berbeda, maka sangat perlu diketahui
untuk struktur apakah semen tersebut digunakan. Semakin besar dan berat
penampang struktur beton, semkin sedikit panas hidrasi yang di inginkan.
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
21
Universitas Indonesia
Adapun jenis-jenis semen portland adalah sebagai berikut:
A. Semen jenis I : Semen portland untuk penggunaan umum untuk semua
tujuan.
B. Semen jenis II : Relatif sedikit pelepasan panas; digunakan untuk struktur
besar.
C. Semen jenis III : Mencapai kekuatan tinggi pada umur 3 hari.
D. Semen jenis IV : Dipakai pada bendungan beton, karena mempunyai sifat
panas hidrasi rendah.
E. Semen jenis V : Dipakai untuk beton yang akan di tempatkan di lingkungan
dengan konsentrasi sulfat yang tinggi.
2.2.2 Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60%-80% volume
agregat [8]. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa
beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen, dan rapat, dimana agregat
yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada diantara agregat yang
berukuran besar. Bentuk, tekstur, dan gradasi agregat mempengaruhi sifat pengikatan
dan pengerasan beton segar. Untuk mencapai kuat beton baik perlu diperhatikan
kepadatan dan kekerasan massanya, karena umumnya semakin padat dan keras massa
agregat akan semakin tinggi kekuatan dan durability-nya (daya tahan terhadap
penurunan mutu akibat pengaruh cuaca). Sedangkan sifat fisik, kimia, dan mineral
mempengaruhi kekuatan, kekerasan dan ketahanan dari beton, sehingga pemilihan
agregat merupakan suatu bagian yang penting dalam pembuatan beton.
Maksud penggunaan agregat di dalam campuran beton ialah:
1. Menghemat penggunaan semen portland.
2. Menghasilkan beton dengan kekuatan besar.
3. Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton.
4. Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton padat.
5. Sifat mudah dikerjakan (workability) dapat diperiksa pada adukan beton
dengan gradasi yang baik.
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
22
Universitas Indonesia
Karena agregat merupakan bahan yang terbanyak di dalam beton, maka
semakin banyak persentase agregat dalam campuran akan semakin murah harga
beton, dengan syarat campurannya masih cukup mudah dikerjakan untuk elemen
struktur yang memakai beton tersebut [7]. Sifat yang terpenting dari agregat adalah
kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang mempunyai pengaruh
terhadap ikatan dengan pasta semen, porositas, dan karakteristik penyerapan air yang
mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan pada musim dingin, dan
ketahanan terhadap penyusutan. Berdasarkan ukuran butiran, agregat dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu agregat halus dan agregat kasar.
2.2.2.1. Agregat Halus
Agregat Halus Merupakan agregat isi yang berupa pasir alam hasil disintegrasi
alami dari batu-batuan (natural sand) atau berupa pasir buatan yang dihasilkan dari
alat-alat pemecah batuan (artificial sand) dengan ukuran kecil (0,15-5 mm). Agregat
halus yang baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari
saringan No. 200, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton. Persyaratan
gradasi agregat halus dapat dilihat dalam Tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2 Persyaratan gradasi agregat halus ASTM C 33-74a [8].
Ukuran saringan (mm) Persentase lolos (%)
9,50 100
4,75 95-100
2,36 80-100
1,18 55-85
0,60 25-60
0,30 10-30
0,15 2-10
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
23
Universitas Indonesia
2.2.2.2. Agregat Kasar
Agregat kasar didefinisikan sebagai butiran yang tertahan saringan 4,75 mm
(No.4 standard ASTM). Agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan
daya tahannya terhadap disintegrasi beton, cuaca, dan efek-efek perusak lainnya.
Agregat kasar harus bersih dari bahan-bahan organik dan harus mempunyai ikatan
yang baik dengan gel semen. Agregat kasar sebagai bahan campuran untuk
membentuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah. Persyaratan gradasi untuk
agregat kasar dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.3 Persyaratan gradasi agregat halus ASTM C 33-74b [8].
Ukuran saringan (mm) Persentase lolos (%)
25 95-100
19 -
12,5 25-60
9,5 -
4,75 0-10
2,36 0-5
2.2.3. Air
Pada campuran beton, air mempunyai dua fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan
berlangsungnya pengerasan. Fungsi kedua adalah pertama sebagai pelincir campuran
kerikil, pasir dan semen agar memudahkan percetakan. Proporsi air yang sedikit akan
memberikan kekutan yang tinggi pada beton, tetapi lemasan beton atau daya kerjanya
akan berkurang yang di akibatkan karena proses hidrasi tidak seluruhnya selesai.
Sedangkan proporsi air yang berlebihan akan memberikan kemudahan pada waktu
pelaksanaan pencampuran, tetapi kekuatan hancur beton menjadi rendah dikarenakan
banyaknya gelembung air yang terbentuk. Proporsi air ini dinyatakan dalam rasio air-
semen, yaitu angka yang menyatakan perbandingan antar berat air dibagi dengan berat
semen dalam adukan beton tersebut, pada umumnya dipakai 0,4-0,6 tergantung mutu
beton yang hendak dicapai. Beton yang paling padat dan kuat diperoleh dengan
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
24
Universitas Indonesia
menggunakan jumlah air yang minimal konsisten dan derajat workabilitas yang
maksimal.
Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan kualitas air sebagai berikut :
1. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2
gram/liter.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
3. Tidak mengandung kolorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter [9].
2.3 Baja (hot-rolled)
Baja adalah material yang memiliki keunggulan pada kuat tarik dan bersifat
elastis. Kekuatan yang tinggi ini terdistribusi secara merata. Kekuatan tarik baja
bervariasi dari 300 Mpa sampai 2000 Mpa [10]. Pengujian umum yang dilakukan pada
baja adalah uji tarik. Pengujian kuat tarik spesimen baja dapat dilakukan dengan
universal testing machine (UTM). Adapun bentuk spesimen untuk uji tarik dapat
dilihat pada Gambar 2.8. Dengan mesin itu spesimen ditarik dengan gaya yang
berubah-ubah,dari nol lalu diperbesar sedikit demi sedikit sampai spesimen putus.
Gambar 2.8 Spesimen baja uji tarik [1].
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
Material baja memiliki fase fase sebelum putus ketika
ataupun pembebanan berulang (
luar.
Beberapa karakteristik material dapat dilihat dari grafik di atas
A. perilaku elastis: perilaku elastis terjadi apabila tegangan yang terjadi ma
dalam area elastis. Dimana pada daerah elastis ini kurva yang terbentuk
adalah garis linier. Jadi pada pada daerah ini tegangan yang terjadi
proporsional terhadap regangan yang terjadi. Titik akhir dari garis linier ini
disebut dengan batas elastis.
B. leleh : tegangan yang terjadi sedikit diatas area elastis akan menyebabkan
material berdeformasi secara permanen. Perilaku ini disebut dengan leleh.
Peristiwa leleh ini terjadi pada dua buah titik antara tegangan leleh bawah
dimana tegangan tidak berubah tet
leleh atas
C. strain hardening
dapat ditingkatkan dan menghasilkan kurva yang terus meningkat tetapi
Universitas Indonesia
Grafik 2.3 Karakteristik baja[11] .
Material baja memiliki fase fase sebelum putus ketika pembebanan (
ataupun pembebanan berulang ( loading unloading ) sebagai reaksi terhadap gaya
Beberapa karakteristik material dapat dilihat dari grafik di atas [11]
perilaku elastis: perilaku elastis terjadi apabila tegangan yang terjadi ma
dalam area elastis. Dimana pada daerah elastis ini kurva yang terbentuk
adalah garis linier. Jadi pada pada daerah ini tegangan yang terjadi
proporsional terhadap regangan yang terjadi. Titik akhir dari garis linier ini
disebut dengan batas elastis.
leh : tegangan yang terjadi sedikit diatas area elastis akan menyebabkan
material berdeformasi secara permanen. Perilaku ini disebut dengan leleh.
Peristiwa leleh ini terjadi pada dua buah titik antara tegangan leleh bawah
dimana tegangan tidak berubah tetapi regangan terus meningkat hingga titik
strain hardening : ketika material telah mencapai titik leleh atas tegangan
dapat ditingkatkan dan menghasilkan kurva yang terus meningkat tetapi
25
Universitas Indonesia
pembebanan ( loading )
sebagai reaksi terhadap gaya
[11]:
perilaku elastis: perilaku elastis terjadi apabila tegangan yang terjadi masih
dalam area elastis. Dimana pada daerah elastis ini kurva yang terbentuk
adalah garis linier. Jadi pada pada daerah ini tegangan yang terjadi
proporsional terhadap regangan yang terjadi. Titik akhir dari garis linier ini
leh : tegangan yang terjadi sedikit diatas area elastis akan menyebabkan
material berdeformasi secara permanen. Perilaku ini disebut dengan leleh.
Peristiwa leleh ini terjadi pada dua buah titik antara tegangan leleh bawah
api regangan terus meningkat hingga titik
: ketika material telah mencapai titik leleh atas tegangan
dapat ditingkatkan dan menghasilkan kurva yang terus meningkat tetapi
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
26
Universitas Indonesia
semakin datar hingga mencapai tegangan ultimate. Kurva tersebut disebut
dengan strain hardening.
D. necking : setelah melewati tegangan ultimate kurva menurun hingga mencapai
tegangan patah. Pada area kurva ini tegangan turun kemudian regangan
bertambah tetapi luas permukaan berkurang pada sebuah titik. Hal ini yang
disebut dengan necking.
Hubungan antara tegangan dan regangan dideskripsikan oleh Robert Hooke
pada tahun 1676 yang dikenal dengan hukum Hooke. Hukum Hooke dapat
diekspresikan dengan persamaan matematis
σ = ε . E (2.11)
dimana E adalah modulus young yang proportional pada daerah elastis. Pertama
tegangan regangan akan bersifat elastis hingga titik leleh bila tegangan tidak
mencapai tegangan leleh (titik A) maka regangan akan kembali ke titik awal (titik O).
Pada daerah plastis, persamaan 2.11 tidak lagi berlaku.
Untuk mengambarkan tegangan regangan pada daerah plastis kita dapat
mempelajari fenomena strain hardening. Ketika material yang bersifat ductile dikenai
pembebanan berulang ( loading unloading ). Apabila tegangan melewati titik leleh
maka rengangan akan bersifat inelastis. Pada saat unloading (titik A’) maka regangan
akan kembali secara sejajar dengan garis elastis tetap tidak kembali ke titik O tapi
titik O’, perbedaan antara titik O dan titik O’ disebut regangan tetap ( permanent set ).
Bila beban diberikan lagi maka regangan akan melalui garis O’ menuju A’ dan disini
titik A’ menjadi tegangan leleh yang baru. Bila beban melewati tegangan leleh yang
baru maka regangan akan masuk ke dalam daerah plastis, demikian pula seterusnya[11].
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
Grafik 2.4
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa beton kuat terhadap tekan
terhadap tarik, oleh karena itu beton umumnya dipakai bersamaan dengan baja yang
kuat terhadap tegangan tarik. Fungsi baja tulangan pada beton adalah :
1. untuk menambah kuat tarik dan daktilitas dari beton.
2. baja tulangan yang digunakan pada tulanga
kuat lentur dari struktur
3. baja tulangan yang digunakan sebagai sengkang umumnya dirancang untuk
menahan gaya tarik diagonal yang terdiri dari geser dan torsi.
4. untuk mengontrol retak lentur pada saat beban kerja pada balok b
tegang sebagian.
5. untuk mengontrol susut dan retak akibat temperatur pada daerah yang gaya
pra-tegang rendah.
6. untuk menahan gaya tekan pada saat kapasitas tekan beton tidak mencukupi.
7. untuk mengurangi lendutan jangka panjang dan perpendekan akibat
dan susut.
Universitas Indonesia
Grafik 2.4 Grafik tegangan regangan untuk reserve loading[11].
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa beton kuat terhadap tekan
terhadap tarik, oleh karena itu beton umumnya dipakai bersamaan dengan baja yang
kuat terhadap tegangan tarik. Fungsi baja tulangan pada beton adalah :
untuk menambah kuat tarik dan daktilitas dari beton.
baja tulangan yang digunakan pada tulangan letur berfungsi untuk menambah
kuat lentur dari struktur
baja tulangan yang digunakan sebagai sengkang umumnya dirancang untuk
menahan gaya tarik diagonal yang terdiri dari geser dan torsi.
untuk mengontrol retak lentur pada saat beban kerja pada balok b
tegang sebagian.
untuk mengontrol susut dan retak akibat temperatur pada daerah yang gaya
tegang rendah.
untuk menahan gaya tekan pada saat kapasitas tekan beton tidak mencukupi.
untuk mengurangi lendutan jangka panjang dan perpendekan akibat
27
Universitas Indonesia
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa beton kuat terhadap tekan dan lemah
terhadap tarik, oleh karena itu beton umumnya dipakai bersamaan dengan baja yang
n letur berfungsi untuk menambah
baja tulangan yang digunakan sebagai sengkang umumnya dirancang untuk
untuk mengontrol retak lentur pada saat beban kerja pada balok beton pra-
untuk mengontrol susut dan retak akibat temperatur pada daerah yang gaya
untuk menahan gaya tekan pada saat kapasitas tekan beton tidak mencukupi.
untuk mengurangi lendutan jangka panjang dan perpendekan akibat rangkak
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
Agar beton bertulang dapat berfungsi dengan baik sebagai bahan komposit
dimana batang baja tulangan saling bekerja sama
perlu diusahakan agar terjadi penyaluran gaya yang baik dari suatu bahan ke bahan
yang lain. Untuk menjamin hal ini diperlukan adanya lekatan yang baik antara beton
dengan penulangan, dan tersedianya penutup beton yang cukup
tulangan dapat menyalurkan gaya sepenuhnya melalui ikatan, baja harus tertanam di
dalam beton hingga suatu kedalaman tertentu yang dinyatakan dengan panjang
penyaluran [12] .
Panjang penyaluran didefinisikan sebagai panjang minimum dari
terbenam yang diperlukan sehingga tulangan dapat diberikan tegangan mencapai titik
leleh [13]. Panjang penyaluran merupakan fungsi dari fy, diameter, dan tegangan lekat.
Panjang penyaluran menentukan tahan terhadap tergelincirnya tulangan
batang dapat menyalurkan gaya sepenuhnya melalui ikatan, tulangan harus tertanam
di dalam beton hingga suatu kedalaman tertentu yang dinyatakan dengan panjang
penyaluran [12].
Universitas Indonesia
Gambar 2.9 Profil tulangan [11].
Agar beton bertulang dapat berfungsi dengan baik sebagai bahan komposit
dimana batang baja tulangan saling bekerja sama sepenuhnya dengan beton, maka
perlu diusahakan agar terjadi penyaluran gaya yang baik dari suatu bahan ke bahan
yang lain. Untuk menjamin hal ini diperlukan adanya lekatan yang baik antara beton
dengan penulangan, dan tersedianya penutup beton yang cukup tebal. Agar baja
tulangan dapat menyalurkan gaya sepenuhnya melalui ikatan, baja harus tertanam di
dalam beton hingga suatu kedalaman tertentu yang dinyatakan dengan panjang
Panjang penyaluran didefinisikan sebagai panjang minimum dari
terbenam yang diperlukan sehingga tulangan dapat diberikan tegangan mencapai titik
Panjang penyaluran merupakan fungsi dari fy, diameter, dan tegangan lekat.
Panjang penyaluran menentukan tahan terhadap tergelincirnya tulangan
batang dapat menyalurkan gaya sepenuhnya melalui ikatan, tulangan harus tertanam
di dalam beton hingga suatu kedalaman tertentu yang dinyatakan dengan panjang
28
Universitas Indonesia
Agar beton bertulang dapat berfungsi dengan baik sebagai bahan komposit
sepenuhnya dengan beton, maka
perlu diusahakan agar terjadi penyaluran gaya yang baik dari suatu bahan ke bahan
yang lain. Untuk menjamin hal ini diperlukan adanya lekatan yang baik antara beton
tebal. Agar baja
tulangan dapat menyalurkan gaya sepenuhnya melalui ikatan, baja harus tertanam di
dalam beton hingga suatu kedalaman tertentu yang dinyatakan dengan panjang
Panjang penyaluran didefinisikan sebagai panjang minimum dari tulangan
terbenam yang diperlukan sehingga tulangan dapat diberikan tegangan mencapai titik
Panjang penyaluran merupakan fungsi dari fy, diameter, dan tegangan lekat.
Panjang penyaluran menentukan tahan terhadap tergelincirnya tulangan [2]. Agar
batang dapat menyalurkan gaya sepenuhnya melalui ikatan, tulangan harus tertanam
di dalam beton hingga suatu kedalaman tertentu yang dinyatakan dengan panjang
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
29
Universitas Indonesia
2.4. Baja ringan (Cold-Formed)
Baja ringan memiliki perbedaan perilaku bila dibandingkan dengan baja biasa.
Kurva tegangan regangan pada Grafik 2.5 dibawah ini menunjukan perbandingan
perilaku baja Baja (hot-rolled) dengan baja ringan (cold-formed).
Grafik 2.5 Kurva tegangan regangan baja – baja ringan. (a) Sharp-yielding of hot rolled steel. (b)
Gradual-yielding of cold-formed steel [14].
Pada baja (hot-rolled) titik leleh menunjukan tekukan yang tajam setelah fase
elastis sedangkan pada baja ringan (cold-formed) menunjukan pola yang cenderung
naik secara bertahap. Garis yang menunjukan pola mendekati linear pada diagram
kurva tegangan regangan menggambarkan peralihan dari fase elastis ke fase inelastis.
Nilai modulus elastisitas baja ringan (cold-formed) adalah 29,500 ksi (203 GPa)
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
30
Universitas Indonesia
sedangkan pada baja (hot-rolled) nilai modulus elasitisitasnya adalah 29,000 ksi (200
GPa) [15]. Nilai modulus geser untuk baja ringan adalah G = 11,300 ksi (77.9 GPa) [15].
Penggunaan material baja ringan menghasilkan fenomena tersendiri dalam
perencanaannya yang berbeda dengan material baja (hot-rolled) yang umumnya
relatif lebih tebal. Uraian berikut menjelaskan beberapa fenomena pada baja ringan
(cold-formed) yang perlu menjadi pertimbangan dalam desain [14] .
a. Tekuk Lokal dan Kekuatan paska Tekuk.
Elemen struktur baja ringan umumnya mempunyai tebal yang relatif
kecil sehingga mudah mengalami tekuk lokal (setempat) akibat tegangan
tekan, meskipun kondisi masih elastis (belum mencapai tegangan leleh).
Tegangan tekan tersebut dapat timbul akibat gaya tekan, momen, gaya geser
atau tumpu. Jadi tekuk lokal menjadi kriteria penting dalam perencanaan.
Meskipun demikian, hal yang menarik bahwa elemen baja ringan pada
kondisi tegangan tekuk teoritis belum tentu runtuh, dari hasil penelitian
diketahui bahwa elemen baja ringan tetap dapat memikul beban setelah pasca
tekuk. Penelitian Prof George Winter menunjukkan bahwa balok ringan
dengan rasio lebar berbanding tebal kurang lebih 184, pada beban tekuk
teoritis 2.2 kN (100%) belum mengalami runtuh, dan keruntuhan baru terjadi
pada beban 15.4 kN (700%) [15]. Percobaannya lain, balok I dengan rasio lebar
berbanding tebal kurang lebih 46 mencapai keruntuhan sebesar 350% dari
beban teoritis yang menyebabkan tekuk pada sayap bagian atas. Oleh sebab
itu kekuatan pasca tekuk dari elemen baja ringan perlu dipertimbangkan untuk
hasil perencanaan yang ekonomis [15].
Studi eksperimental ..., Andreas, FT UI, 2012
-
Gambar 2.10
b. Kekakuan Torsi
Elemen struktur baja ringan
penampang terbuka (
berbanding lurus terhadap ketebalan sehingga kekuatannya relatif kecil
terhadap torsi.
Pada bentuk profil C yang biasa digunakan, memiliki pusat geser
(shear-center) yang berada di luar titik berat (
Kondisi tersebut menyebabkan tekuk lentur
perencanaan kolom namun relatif bukan
perencanaan balok
c. Sistem Sambungan
Pada sambungan baut, ketebalan bagian yang disambung relati
pada baja ringan dibanding baja biasa (
ringan berbentuk lembaran sheet atau
sempit antara tegangan leleh (
Universitas Indonesia
Gambar 2.10 Bentuk tekuk lokal (local buckling) baja ringan (cold-
Elemen struktur baja ringan umumnya langsing dan berupa
penampang terbuka (open section) sehingga mempunyai kekak