universitas indonesia laporan praktek kerja …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-pr-sylvia...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI
KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG
JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA
PERIODE 7 JANUARI – 28 FEBRUARI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
SYLVIA HALIM, S. Farm.
1206198226
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI
KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG
JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA
PERIODE 7 JANUARI – 28 FEBRUARI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Apoteker
SYLVIA HALIM, S. Farm.
1206198226
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
iv Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di PT. SOHO Industri Pharmasi.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai kelulusan
pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Penulis menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi Penulis untuk menyelesaikan
laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi UI.
2. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
UI yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan
di Farmasi
3. Ibu Dian Cahyaningtyas, S.Si., Apt. selaku Quality Assurance Department
Head dan pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
untuk mengenal Departemen Quality Assurance.
4. Bapak Dr. Drs. Hayun, M.Si., selaku pembimbing atas bimbingannya selama
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dan penyusunan laporan ini.
5. Ibu Fina Alfiani, S.Farm., Apt. selaku Quality Control Department Head dan
pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk
mengenal Departemen Quality Control PT. SOHO Industri Pharmasi.
6. Ibu Dra. Lily Sutedjo, Apt. selaku Quality Operation Division Head yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenal Divisi Quality
Operation.
7. Herry Mulyadi, S.Farm.,Apt. sebagai Quality Monitoring System Sub
Departement Head atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah
diberikan kepada penulis.
8. Niken Permata Sari, S.Farm., Apt., sebagai Quality Monitoring Section Head
atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
v Universitas Indonesia
9. Prici Stella sebagai Quality Compliance Section Head atas kesempatan,
bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
10. Hamzah Bahmudah, S.Farm., Apt., sebagai Quality Support Section Head atas
kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.
11. Rika, S.Farm., Apt sebagai QC Half Finish Finished Good Section Head atas
kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.
12. Ferawati Mey, S.T. sebagai QC Packaging Material Section Head atas
kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.
13. Seluruh manajer dan karyawan di PT. SOHO Industri Pharmasi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu atas kesediannya membantu dan memberikan
pengarahan selama praktek kerja profesi apoteker ini.
14. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang telah
banyak memberikan bekal ilmu, berbagi pengalaman, dan pengetahuan
kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi.
15. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 76 yang telah mendukung dan
bekerja sama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA serta sahabat yang
selalu membantu dan mendukung Penulis di saat senang dan susah.
16. Dan akhirnya, tak henti penulis mengucap syukur dan berterimakasih kepada
keluarga yang telah membesarkan penulis, yang selalu mencurahkan kasih
sayang, motivasi, bantuan dan dukungan yang tak ternilai selama ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia
farmasi.
Penulis
2013
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
vi Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Sylvia Halim, S.Farm.
NPM : 1206198226
Program Studi : Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royati Non-ekslusif (Non-exclusive Roylty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT. Soho Industri Pharmasi
Kawasan Industri Pulogadung Jl. Pulogadung No. 6 Jakarta
Periode 7 Januari – 28 Februari 2013
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
ekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal: 30 Juli 2013
Yang menyatakan,
(Sylvia Halim, S.Farm.)
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
vii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................ 3
2. TINJAUAN UMUM ................................................................................ 4
2.1. Industri Farmasi ................................................................................. 4
2.1.1. Pengertian Industri Farmasi .................................................. 4
2.1.2. Persyaratan Usaha Industri Farmasi ..................................... 4
2.1.3. Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi ...................... 5
2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik ....................................................... 7
2.2.1. Manajemen Mutu .................................................................. 7
2.2.2. Personalia .............................................................................. 10
2.2.3. Bangunan dan Fasilitas ......................................................... 11
2.2.4. Peralatan ............................................................................... 12
2.2.5. Sanitasi dan Higiene ............................................................. 13
2.2.6. Produksi ................................................................................ 14
2.2.7. Pengawasan Mutu ................................................................. 19
2.2.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu ............................................... 20
2.2.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk,
dan Produk Kembalian .......................................................... 22
2.2.10. Dokumentasi ......................................................................... 24
2.2.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak .................... 25
2.2.12. Kualifikasi dan Validasi ....................................................... 26
3. TINJAUAN KHUSUS ............................................................................. 30
3.1. Sejarah PT. SOHO Group .................................................................. 30
3.1.1. PT. ETHICA Industri Farmasi .............................................. 30
3.1.2. PT. SOHO Industri Pharmasi ............................................... 30
3.1.3. PT. Parit Padang Global ....................................................... 31
3.1.4. PT. SOHO Group ................................................................. 32
3.1.5. PT. Global Harmony Retailindo ........................................... 33
3.1.6. PT. Universal Health Network ............................................. 34
3.2. Visi dan Misi SOHO Group ............................................................... 35
3.2.1. Visi SOHO Group ................................................................ 35
3.2.2. Misi SOHO Group ................................................................ 35
3.2.3. Nilai budaya SOHO Group ................................................... 36
3.3. Struktur Organisasi SOHO Group ..................................................... 38
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
viii Universitas Indonesia
3.3.1. Research and Development (R&D) Division ........................ 38
3.3.1.1. Group Formulation Development Department ....... 38
3.3.1.2. Analytical Method Development Department ......... 38
3.3.1.3. Packaging Development Department ...................... 39
3.3.1.4. R&D Compliance & Support Department .............. 39
3.3.2. Quality Operation Division .................................................. 39
3.3.2.1. Quality Assurance (QA) Department ...................... 39
3.3.2.2. Quality Control (QC) Department .......................... 44
3.3.3. Production Division .............................................................. 48
3.3.4. Supply Chain (SCM) Division .............................................. 60
3.3.4.1. Supply Planning Department .................................. 60
3.3.4.2. Material Procurement Department ......................... 62
3.3.4.3. Inbound Logistic Department .................................. 62
3.3.4.4. Import Clearance Department ................................ 65
3.3.5. Validation and Documentation Division (VDD) .................. 65
3.3.6. Technical Division ................................................................ 67
3.3.6.1 Departemen Urusan Umum (General Affairs) ........ 67
3.3.6.2 Departemen Teknik (Engineering) ......................... 71
3.3.6.3 Departemen Kesehatan, Keamanan, dan
Lingkungan (Healthy, Safety, and Enviromental
/HSE Department) ................................................... 79
3.4. Lokasi dan Sarana PT. SOHO Industri Pharmasi .............................. 80
3.4.1 Lokasi PT. SOHO Industri Pharmasi ..................................... 80
3.4.1.1. Ruangan Produksi di Gedung 2 ............................... 80
3.4.1.2. Ruangan Produksi di Gedung 3 ............................... 80
3.4.1.3. Ruangan Produksi di Gedung Obat Tradisional ...... 81
3.4.2 Bangunan, Fasilitas, dan Sarana Penunjang PT. SOHO
Industri Pharmasi .................................................................. 81
3.4.2.1. Desain Pabrik .......................................................... 81
3.4.2.2. Sistem Pengolahan Air ............................................ 82
3.4.2.3. Heating, Ventilating, and Air Conditioning
(HVAC) ................................................................... 82
3.4.2.4. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ................ 82
3.4.2.5. Pengelolaan dan Pengendalian Hama ...................... 83
4. PEMBAHASAN ...................................................................................... 84
4.1. Manajemen Mutu .............................................................................. 84
4.2. Personalia .......................................................................................... 85
4.3. Bangunan dan Fasilitas ..................................................................... 86
4.4. Peralatan ............................................................................................ 87
4.5. Sanitasi dan Higiene ......................................................................... 88
4.6. Produksi ............................................................................................ 89
4.7. Pengawasan Mutu ............................................................................. 91
4.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu ........................................................... 91
4.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan
Kembalian ......................................................................................... 93
4.10. Dokumentasi .................................................................................... 94
4.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ................................ 95
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
ix Universitas Indonesia
4.12. Kualifikasi dan Validasi ................................................................... 96
5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 98
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 98
5.2. Saran .................................................................................................. 98
DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 99
LAMPIRAN .................................................................................................... 100
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
x Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Logo PT. ETHICA Industri Farmasi .......................................... 30
Gambar 3.2 Logo PT. SOHO Industri Pharmasi ............................................ 31
Gambar 3.3 Logo PT. Parit Padang Global ................................................... 32
Gambar 3.4 Logo PT. SOHO Group .............................................................. 32
Gambar 3.5 Logo PT. Universal Health Network ......................................... 35
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
xi Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. SOHO Group ...................................... 100
Lampiran 2 Struktur Organisasi Manufacturing PT. SOHO Group ............. 101
Lampiran 3 Struktur Organisasi Quality Operation Division dan
Departemennya .......................................................................... 102
Lampiran 4 Struktur Organisasi Production Division dan Departemennya .. 104
Lampiran 5 Struktur Organisasi Supply Chain Division dan
Departemennya .......................................................................... 106
Lampiran 6 Struktur Organisasi Technical Division dan Departemennya .... 108
Lampiran 7 Struktur Organisasi Validation and Documentation
Departement ................................................................................ 111
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri farmasi merupakan salah satu industri yang menyangkut
kesehatan manusia dalam rangka perwujudan kesehatan nasional. Salah satu
upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
adalah dengan menjamin ketersediaan obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat.
Obat merupakan suatu produk industri farmasi yang berhubungan dengan
keselamatan jiwa pemakainya, oleh karena itu industri farmasi menjadi salah satu
industri yang dikontrol dan diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, baik ditinjau dari segi perizinan, produksi,
peredaran, maupun kualitas obat yang diedarkan.
Setiap industri farmasi memiliki kewajiban untuk menghasilkan sediaan
farmasi yang berkualitas, aman, dan efektif. Pengawasan dan pengontrolan
kegiatan pada industri farmasi yang berhubungan dengan dihasilkannya sediaan
farmasi yang sesuai dengan tujuan penggunaannya dilakukan oleh pemerintah dan
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), baik ditinjau dari segi perizinan,
produksi, peredaran, maupun kualitas obat yang diedarkan. Pemerintah selalu
mengusahakan tersedianya obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat bagi
masyarakat. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dengan penerapan CPOB
(Cara Pembuatan Obat yang Baik) bagi Industri Farmasi serta diharuskannya
penelitian bioavailabilitas dan bioekivalensi untuk beberapa obat yang akan
dipasarkan.
CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar
mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan izin edar dan spesifikasi
produk serta tujuan penggunaannya. CPOB pertama kali diterbitkan pada tahun
1988, kemudian diikuti dengan penerbitan petunjuk Petunjuk Operasional
Penerapan CPOB pada tahun 1989 untuk memberikan penjelasan dalam
penabaran sehingga pedoman ini dapat diterapkan secara efektif di setiap industri
farmasi. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
farmasi, pedoman CPOB telah direvisi sebanyak 2 (dua) kali, yaitu tahun 2001
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
2
Universitas Indonesia
dan 2006, untuk mengantisipasi era globalisasi dan harmonisasi di bidang farmasi.
CPOB diperbaiki secara berkesinambungan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pergeseran paradigma dalam melakukan
pengawasan terhadap mutu produk.
Pemastian mutu mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara
kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu
mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain, seperti desain dan pengembangan
produk. CPOB mencakup produksi dan pengawasan mutu. Pengawasan mutu
adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel,
spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah
dilakukan dan bahwa bahan yan belum diluluskan tidak dijual atau dipasok
sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Tersedianya sarana yang diperlukan merupakan salah satu persyaratan
dasar dalam CPOB. Hal tersebut termasuk personil yang terkualifikasi dan
terlatih. Berbagai pelatihan diberikan untuk operator pelaku CPOB dalam
menjalankan prosedur secara benar. Sumber daya manusia sebagai pelaku CPOB
dalam industri farmasi mencakup profesi apoteker. Apoteker dituntut memiliki
pengetahuan, wawasan, keterampilan yang memadai, dan kemampuan dalam
mengaplikasikan ilmunya secara profesional di lapangan yang sebenarnya.
Berbagai bidang pekerjaan yang dapat dijalankan apoteker sehubungan dengan
peran dan tanggung jawabnya, yaitu misalnya di apotek, rumah sakit, lembaga
pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga penelitian, laboratorium pengujian mutu,
laboratorium klinis, laboratorium forensik, berbagai jenis industri meliputi
industri obat, kosmetik, jamu, obat herbal, fitofarmaka, nutrasetikal, makanan
sehat, obat veteriner dan industri vaksin, lembaga informasi obat serta badan
asuransi kesehatan.
Pembekalan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman calon apoteker
yang komprehensif antara teori dan praktek langsung sangat diperlukan.
Pembekalan ini dapat memberikan gambaran kepada calon apoteker mengenai
tanggung jawabnya di masyarakat, dalam hal ini di industri farmasi. Calon
apoteker juga dapat memberikan kontribusinya dalam peningkatan kualitas dan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
3
Universitas Indonesia
kuantitas produk farmasi dengan penerapan CPOB. Oleh karena itu, Program
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan
PT. SOHO Industri Farmasi dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA). Pelaksanaan PKPA ini berlangsung selama dua bulan, yaitu
dari tanggal 7 Januari 2013 hingga 28 Februari 2013.
1.2 Tujuan
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bagi para
calon apoteker memiliki tujuan, yaitu :
a) Untuk mengetahui aspek-aspek yang berhubungan dengan penerapan
CPOB di industri farmasi, khususnya di PT SOHO Industri Farmasi.
b) Untuk mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di
dalam industri farmasi.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
4 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1. Industri Farmasi
2.2.1. Pengertian Industri Farmasi
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, usaha industri farmasi wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi
dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
b) Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk
dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk
memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2.2.2. Persyaratan Usaha Industri Farmasi
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas :
a) Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.
b) Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.
c) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
d) Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu.
e) Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
kefarmasian.
Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB. Pemenuhan
persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku
selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai
persyaratan dan tata cara sertifikasi CPOB diatur oleh Kepala Badan Pengawasan
Obat dan Makanan. Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
5
Universitas Indonesia
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI dengan
rekomendasi dari kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM).
Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut
berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri
farmasi yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan
persyaratan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi
wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundangundangan.
Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat izin usaha industri wajib :
a) Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan
usahanya yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai
produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam
satu tahun. Laporan industri farmasi disampaikan kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
dengan tembusan kepada Kepala Badan. Laporan dapat dilaporkan secara
elektronik.
b) Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam
serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap
lingkungan hidup akibat kegiatan industri farmasi yang dilakukannya.
c) Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat,
bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk
pengangkutannya dan keselamatan kerja.
d) Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang
berlaku bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk
melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi
2.2.3. Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi
Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan Kepala
Badan POM. Pedoman mengenai pembinaan ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pengawasan terhadap industri farmasi
dilakukan oleh Kepala Badan POM. Dalam melaksanakan pengawasan, tenaga
pengawas dapat melakukan pemeriksaan dengan :
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
6
Universitas Indonesia
a) Memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan
pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan
obat untuk memeriksa, meneliti dan mengambil contoh segala sesuatu
yang digunakan dalam kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan,
dan perdagangan obat dan bahan obat.
b) Membuka dan meneliti kemasan obat dan bahan obat.
c) Memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat keterangan
mengenai kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan
perdagangan obat dan bahan obat.
d) Mengambil gambar (foto) seluruh atau sebagian fasilitas dan peralatan
yang digunakan dalam pembuatan, penyimpanan, pengangkutan, dan/atau
perdagangan obat dan bahan obat.
Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri
Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa :
a) Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala Badan POM).
b) Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau
bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
khasiat, atau mutu (diberikan oleh Kepala Badan POM).
c) Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala Badan
POM).
d) Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala Badan POM).
e) Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan POM).
f) Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan POM).
Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal :
a) Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
7
Universitas Indonesia
Farmasi dan perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam
Surat Keputusan.
b) Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-
turut 3 (tiga) kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak
benar.
c) Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari menteri.
d) Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat
yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
e) Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan
2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik
2.2.1. Manajemen Mutu
Manajemen mutu (Quality Management) merupakan suatu upaya yang
dilakukan oleh industri farmasi untuk memastikan bahwa seluruh aspek yang
berkenaan dengan produksi obat memenuhi pedoman yang berlaku, yaitu Cara
Pembuatan Obat yang Baik agar produk obat yang dihasilkannya memenuhi
persyaratan keamanan, mutu, dan efikasi secara reprodusibel dan konsisten.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dibentuknya “Kebijakan Mutu” (Quality
Policy) yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari seluruh jajaran di semua
departemen dalam perusahaan, pemasok dan distributor.
Terdapat 2 unsur dasar dari manajemen mutu, yakni tersedianya suatu
sistem (Quality System) yang mencakup seluruh struktur organisasi, prosedur,
proses dan sumber data, serta terdapatnya tindakan sistematis yang dapat
memastikan bahwa produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut sebagai Pemastian
Mutu (Quality Assurance).Secara sederhana, Pemastian Mutu merupakan suatu
sistem yang memastikan bahwa segala aspek yang berhubungan dengan produksi
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
8
Universitas Indonesia
obat diatur dan dikendalikan serta memenuhi CPOB sehingga mutu obat yang
dihasilkan selalu terjamin.Aspek tersebut bisa secara tunggal atau kolektif
membentuk suatu sistem. Oleh karena itu, sistem Pemastian Mutu yang benar
dalam suatu Industri Farmasi harus dapat memastikan bahwa:
a) Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang
memerhatikan persayaratan CPOB dan Cara Berlaboratorium yang Baik;
b) Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan
CPOB diterapkan;
c) Tanggung jawab manajerial diruaikan dengan jelas dalam uraian jabatan;
d) Pengaturan disiapkan untuk pembuatan pasokan dan penggunaan bahan
awal dan pengemas yang benar;
e) Dilakukannya pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan-
selama-proses lain, dan validasi;
f) Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses,
pengemasan, dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan
pengesahan pelulusan untuk distribusi;
g) Obat tidak dijual atau dipasok sebelum kepala bagian Pemastian Mutu
menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai
dengan persyaratan yang tercantum;
h) Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa produk
disimpan dan didistribusikan secara sedemukian rupa agar mutu tetap
terjaga selama masa edar/simpan obat;
i) Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu secara berkala;
j) Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui;
k) Penyimpangan yang terjadi dilaporkan, diselidiki, dan dicatat;
l) Tersedianya sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada
mutu produk;
m) Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetuji; dan
n) Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi
proses, dan memastikan perbaikan yang berkesinambungan.
Salah satu bagian dari pemastian mutu adalah penerapan CPOB di suatu
industri farmasi, yang berfungsi untuk memastikan bahwa obat dibuat dan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
9
Universitas Indonesia
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya, yang dipersyaratkan dalam izin edar, dan spesifikasi
produk. Persyaratan dasar dari CPOB mencakup aspek:
a) Proses produksi dan titik kritisnya;
b) Sarana produksi (personel; bangunan; peralatan; bahan, wadah, dan label;
prosedur dan instruksi, serta tempat penyimpanan dan transportasi);
c) Sistem dokumentasi dan catatan pembuatan;
d) Sistem penyimpanan dan distribusi;
e) Sistem penarikan kembali; serta
f) Penanganan terhadap keluhan produk yang telah beredar.
Salah satu bagian dari CPOB adalah Pengawasan Mutu (Quality
Assurance). Bagian ini berhubungan dengan pengambilan sampel, penentuan
spesifikasi, dan pengujian sampel. Selain itu, bagian ini memastikan bahwa
melalui pengujian tersebut, bahan yang belum diluluskan tidak akan digunakan
dalam proses produksi, serta produk yang belum dinilai mutunya dan dinyatakan
memenuhi syarat tidak akan diluluskan untuk dijual atau dipasok.
Pengawasan mutu juga memiliki tanggungjawab atas validitas prosedur
pengawasan mutu yang diterapkan, terjaminnya mutu baku pembanding,
kebenaran label wadah bahan dan produk, dan pemantauan stabilitas zat aktif dan
produk jadi. Selain itu, pemastian mutu juga turut ambil bagian dalam investigasi
keluhan yang terkait dengan mutu proudk, serta kegiatan pemantauan lingkungan.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian Pemastian Mutu adalah
melakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review). Kegiatan ini
dilakukan untuk menilai konsistensi proses produksi dan kesesuaian terhadap
spesifikasi bahan dan produk jadi, melihat tren, dan mengidentifikasikan
perbaikan yang diperlukan. Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala,
biasanya setiap tahun. Aspek yang dibahas dalam pengkajian mutu produk
hendaknya meliputi kajian terhadap bahan awal dan bahan kemas; hasil IPC dan
pengujian terhadap obat jadi; bets-bets uang tidak memenuhi spesifikasi;
penyimpangan dan ketidaksesuaian; perubahan yang dilakukan; variasi yang
diajukan; hasil pemantauan stabilitas; obat kembalian, keluhan, dan penarikan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
10
Universitas Indonesia
obat; tindakan perbaikan; komitmen pasca pemasaran; status kualifikasi peralatan
dan sarana; dan kesepakatan teknis.
2.2.2. Personalia
Industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.Hal
ini karena sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
benar.Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan
dicatat.Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang
berkaitan dengan pekerjaan.Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang
berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat. Industri farmasi harus
memiliki struktur organisasi.Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada
posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas
tertulis.Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta
mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai.
Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan
Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Masing-masing kepala bagian
Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki
tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan
mutu.
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan
atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan),
dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.
Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area
dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
11
Universitas Indonesia
penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi.Pelatihan
hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.
2.2.3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,
kontruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya
kekeliruan, pencemaran-silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain
yang dapat menurunkan mutu obat. Syarat-syarat bangunan dan fasilitas dalam
CPOB antara lain:
a) Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,
tanah dan air serta dari kegiatan industri yang berdekatan.
b) Bangunan dan fasilitas hendaklah dikontruksi, dilengkapi dan dirawat
dengan tepat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh
cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga,
burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain.
c) Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta
fasilitas hendaklah dibersihkan dan diinfeksi (bila perlu) sesuai prosedur
tertulis yang rinci.
d) Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area
penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah
dirawat dalam kondisi bersih dan rapi.
e) Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah masuknya
personil yang tidak berkepentingan. Area produksi, area penyimpanan dan
area pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi
personil yang tidak bekerja di area tersebut.
f) Permukaan dinding, antai dan langit-langit bagian dalam ruagan di mana
terdapat bahan bakudan bahan pengemas primer,produk antara atau produk
ruahan yang terapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
12
Universitas Indonesia
sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat serta memungkinkan
pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif
g) Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap
air permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan
efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di
area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
h) Laboratorium pengawasan mutu hendaklah teroisah dari area produksi.
Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotope hendaklah
dipisahkan satu dengan yang lain.
2.2.4. Peralatan
Seluruh peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah
didesain dan dikonstruksi, dipasang dan ditempatkan, serta dirawat dengan tepat
dan baik agar mutu obat yang dihasilkan melalui alat tersebut selalu terjamin. Tiap
peralatan utama hendaklah diberi tanda nomor identitas yang jelas yang akan
dicantumkan dalam perintah produksi dan catatan bets. Penggunaan suatu
peralatan utama, serta perawatannya, harus dicatatn dalam buku log alat yang
menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor bets produk.
Peralatan harus didesain dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya, yakni
bagian yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau
absortif yang dapat memengaruhi mutu produk; serta bagian yang diperlukan
untuk pengoperasian alat khusus seperti pelumas atau pendingin tidak boleh
bersentuhan dengan produk.Peralatan juga harus didesain sedemikian rupa agar
mudah dibersihkan. Peralatan yang digunakan pada bahan yang mudah terbakar,
atau ditempatkan di area di mana digunakan bahan yang mudah terbakar,
hendaklah dilengkapi dengan pelengkapan eletris yang kedap eksplosi serta
dibumikan dengan benar. Pada peralatan yang digunakan untuk menimbang,
mengukur, memeriksa, dan/atau mencatat, hendaklah ketepatannya selalu
diperiksa dan dikalibrasi.
Peralatan harus dipasang dan ditempatkan sedemikian rupa untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang atau campur baur
produk serta diberi jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan.Secara
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
13
Universitas Indonesia
berkala, peralatan harus dirawat menggunakan prosedur tertulis untuk mencegah
malfungsi atau pencemaran.Jika peralatan tersebut rusak, hendaknya peralatan
tersebut dikeluarkan dari area produksi.Kegiatan perbaikan dan perawatan
hendaknya tidak menimbulkan risiko terhadap mutu produk.
2.2.5. Sanitasi dan Higiene
Ruang lingkup sanitasi dan higienes meliputi personil, bangunan, peralatan
dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat
merupakan sumber kontaminasi produk.Sumber kontaminasi potensial hendaklah
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higienes yang menyeluruh dan
terpadu, serta program tersebut senantiasa dievaluasi secara berkala untuk
menjamin efektifitasnya. Higiene yang diterapkan pada suatu perusahaan farmasi
dilaksanakan oleh tiap personil secara perorangan untuk mencegah kontaminasi
produk yang berasal dari personil.
Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan
pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Pakaian
pelindung yang digunakan personil harus bersih dan sesuai dengan tugasnya
termasuk penutup rambut untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran
dan untuk keamanan personil. Program higienehendaklah mencakup prosedur
yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene dan pakaian pelindung personil.
Sentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan
produk antara dan poduk ruahan yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan
yang bersentuhan dengan produk hendaklah dihindari. Poster diperlukan untuk
memberikan instruksi supaya menggunakan sarana mencuci tangan dan mencuci
tangannya sebelum memasuki area produksi. Merokok, makan, minum,
mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk
merokok atau obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu.
Proses sanitasi dilakukan pada bangunan dan fasilitas. Bangunan yang
digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan
tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Sarana yang harus tersedia adalah
toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya
mudah diakses dari area pembuatan dan sarana penyimpanan pakaian pribadi
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
14
Universitas Indonesia
maupun miliki pribadinya. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk dan
hendaknya dikumpulkan dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat
yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan secara
berkala.Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh
mencemari peralatan, bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses
atau produk jadi sehingga perlu ada prosedur tertulis dalam pemakaian zat-zat
tersebut. Prosedur tertulis tersebut menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi
serta menguraikan jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus
digunakan.
Peralatan yang telah digunakan juga harus dibersihkan baik bagian luar
maupun dalam dengan prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan
dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa
untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah
dihilangkan. Pembersihan dan penyimpanan alat serta bahan pembersih
dilaksanakan dalam ruangan yang terpisah dari ruangan pengolahan. Prosedur
tertulis untuk pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan
dalam pembuatan obat sebaiknya dibuat, divalidasi, dan ditaati. Prosedur ini
dirancang agar pencemaran peralatan oleh agen pembersih atau sanitasi dapat
dicegah. Prosedur ini setidaknya meliputi penanggung jawab pembersihan,
jadwal, metode, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta
metode pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin digunakan
untuk memastikan pembersihan yang benar terlaksana. Desinfektan dan deterjen
sebaiknya dipantau terhadap pencemaran mikroba.
2.2.6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).Penanganan bahan dan produk
jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan,
penanaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi, dilakukan sesuai
dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Bagian yang diterima
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
15
Universitas Indonesia
dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera
setelah diterima atau diolah sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau
distribusi. Bahan yang diterima diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya
dengan pemesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dan bilamana perlu diberi
penandaan dengan tanda yang sesuai. Produk antara dan produk ruahan yang
diterima juga ditangani seperti penerimaan bahan awal.
Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada
kondisi yang disarankan oleh pabrik pembuatnya dan diatur agar ada pemisahan
antar bets dan memudahkan rotasi stok. Pengolahan produk yang berbeda
hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang yang
sama kecuali tidak ada risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.
Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba atau pencemaran lain. Bila bekerja dengan bahan atau
produk kering, dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta
penyebarannya. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan,
peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah
diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan,
dan nomor bets.
Bila terjadi penyimpangan maka harus ada persetujuan tertulis dari Kepala
bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.
Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hanya untuk personil yang
berwenang.Pembuatan produk non-obat hendaklah dihindarkan dibuat di area dan
dengan peralatan khusus untuk produksi obat. Bahan awal yang digunakan harus
berasal dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan.
Semua penerimaan, pengeluaran, dan jumlah bahan tersisa harus dicatat dan
semua bahan awal harus memenuhi spesifikasi sebelum diluluskan. Pada tiap
penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum,
keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan
dan kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Wadah tempat
sampel bahan awal diambil hendaknya diberi identifikasi. Sampel tersebut
kemudian diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi dan selama pengujian bahan
awal dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
16
Universitas Indonesia
bagian Pengawasan Mutu. Bahan yang mengalami sensitif panas hendaklah
disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan ketat, begitu
juga pada bahan yang sensitif lembab.Semua bahan awal yang ditolak diberi
penandaan dan yang diterima diserahkan untuk produksi oleh personil yang
berwenang.
Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk diterapkan terdapat langkah
untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin,
dan bahwa proses yang telah diterapkan dengan menggunakan bahan dan
peralatan yang ditentukan akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu. Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan atau bahan
hendaklah disertai dengan tindakan validasi ulang. Validasi kritis terhadap proses
dan prosedur secara rutin dilakukan untuk memastikan proses atau prosedur
tersebut tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan.
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya
debu, gas, uap, percikan, atau organisme dari bahan atau produk yang sedang
diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tiap tahap
proses, produk dan bahan harus dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan
pencemaran lain. Pencemaran silang dapat dihindari dengan tindakan pengaturan
yang tepat, misalnya produksi di dalam gedung terpisah (untuk produk seperti
penisilin, hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup,dan sediaan yang
mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta produk darah), tersedia
ruang penyangga dan penghisap udara, memakai pakaian pelindung yang sesuai,
melaksanakan prosedur pembersihan, dan prosedur lain yang digunakan untuk
memperkecil risiko pencemaran.
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus
produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap.
Pengendalian pengeluaran bahan dan produk untuk produksi, dari gudang, area
penyerahan, atau antar bagian produksi sangat penting. Hanya bahan awal,
pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh
Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh diserahkan. Bahan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
17
Universitas Indonesia
awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa
ulang kebenarannya.
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan harus diperiksa sebelum
digunakan. Kegiatan pembuatan produk yan berbeda tidak boleh dilakukan
bersamaan atau berurutan di dalam ruang yang sama kecialu tidak ada risiki
teradinya campur baur atau pencemaran silang. Kodisi lingkungan di area
pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar selalu berada pada tingkat
yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan.Semua peralatan yang dipakai
juga harus diperiksa sebelum digunakan.Batas waktu dan kondisi penyimpanan
produk dalam pross hendaknya ditetapkan.
Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang
terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus
hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan, serta pengunaan sarana dan
peralatan. Sistem penghisap udara harus dipasang dengan letak lubang
pembuangan sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari produk atau
proses lain. Perhatian khsuus juga diberikan untuk melindungi produk terhadap
pencemaran serpihan logam atau gelas.
Pengadaan, penanganan, dan pengawasan bahan pengemas primer dan
bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang
sama seperti terhadap bahan awal. Bahan pengemas primer, bahan pengemas
cetak atau bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau obsolete harus
dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat. Pengemasan berfungsi membagi dan
mengemas produk ruahan menjadi produk jadi.Pengemasan dilaksanakan di
bawah pengendalian ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk
akhir yang dikemas. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas, dan
bahan cetak lain harus diperiksa dan diverivikasi kebenarannya.
Untuk memastikan keseragamaan bets, dilakukanlah pengujian atau
pemeriksaan selama proses dengan metode yang telah disetujui. Pemantauan ini
dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja produksi. Prosedur
yang diterapkan harus menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi
pengambilan sampel (hendaknya pada awal, tengan dan akhir proses), jumlah
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
18
Universitas Indonesia
sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa, dan batas penerimaan tiap
spesifikasi. Hasil pengujian akan menjadi bagian dari catatan bets.
Jika suatu bahan atau produk tidak memenuhi persyaratan dan dinyatakan
ditolak, maka barang tersebut hendaklah disimpan secara terpisah dan diberi
penandaan yang jelas. Barang tersebut dapat dikembalikan kepada pemasoknya,
diolah ulang, atau dimusnahkan sesuai dengan persetujuan kepada bagian
Pemastian Mutu. Syarat dilakukannya pengolahan ulang terhadap suatu bets
adalah kepastian bahwa mutu akhir produk tidak terpengaruh dan proses
dikerjakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain pengolahan
ulang, suatu bets juga dapat mengalami pemulihan ulang, yaitu penggabungan ke
dalam bets lain dari produk yang sama pada suatu tahap pembuatan obat.
Seluruh produk jadi hanya dapat dipasarkan setelah mendapatkan
persetujuan pelulusan oleh kepala Pengawasan Mutu. Selama menunggu
keputusan tersebut, produk jadi diberikan status karantina dan diletakkan dalam
tempat yang terpisah (area karantina). Produk akhir yang akan diluluskan
hendaknya memenuhi kriteria dalam aspek spesifikasi dan persyaratan mutu,
sampel pertinggal yang jumlahnya mencukupi untuk pengujian di masa
mendatang, pengemasan dan penandaan yang menenuhi syarat, dan rekonsiliasi
bahan kemasnya diterima. Setelah keputusan pelulusan diberikan, produk jadi
tersebut hendaklah dipindahkan ke gudang produk jadi dan pemasukan bets
dicatat di kartu stok. Selanjutnya, pendistribusian barang harus memenuhi konsep
first-in-first-out.
Semua bahan dan produk yang terlibat dalam proses produksi disimpan
secara rapi dan teratur pada kondisi lingkungan yang sesuai berdasarkan uji
stabilitas. Kegiatan pergudangan ini hendaklah terpisah dari kegiatan lain.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian pergudangan adalah penerimaan bahan
awal, bahan kemas, dan produk jadi, serta penyerahan ke bagian produksi atau
distributor. Bahan awal dan bahan kemas hanya dapat diterima oleh bagian
penerimaan jika telah sesuai terhadap persyaratan. Jika bahan tersebut ditolak,
hendaknya disimpan terpisah dengan bahan yang diterima. Dalam pendistribusian
bahan awal dan bahan kemas, hendaklah mengikuti prinsip FIFO dan FEFO.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
19
Universitas Indonesia
Bahan dan obat hendaknya diangkut dengan cara tertentu sehingga tidak
merusak keutuhan dan kondisinya tetap terjaga; seperti diletakkan dalam kondisi
suhu yang terpantau dan di dalam wadar yang memberikan perlindungan yang
cukup. Pengiriman dan pengangkutan sendiri hendaknya dilaksanakan setelah ada
order pengiriman dan kegiatan tersebut didokumentasikan dalam catatan
penyimpanan yang mencakup tanggal pengiriman, nama dan alamat pelangga,
uraian produk, dan kondisi pengangkutan dan penyimpanan
2.2.7. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk
menyatakan bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya.Bagian pengawasan mutu haruslah berdiri sendiri
(independen) dari bagian lainnya, terutama bagian produksi, agar kegiatan yang
dilakukan selalu bersifat objektif dan memberikan hasil yang
memuaskan.Kegiatan yang dilakukan oleh bagian Pengawasan Mutu harus
menerapkan Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu yang Baik. Pedoman ini
mencakup 7 aspek yaitu bangunan dan fasilitas, personil, peralatan, pereaksi dan
media perbenihan, baku pembenihan, spesifikasi dan prosedur pengujian, serta
catatan analisis. Menurut Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu yang Baik,
laboratorium yang digunakan untuk pengujian harus terpisah secara fisik dari
ruang produksi, dan laboratorium biologi, mikrobiologi, dan kimia hendaknya
terpisah satu dari yang lain. Ruangan yang berisi instrument juga harus terpisah
sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap interfensi elektris, getaran,
atau kelembaban.
Peralatan, instrument, dan perangkat lunak yang dilakukan dalam kegiatan
pengujian hendaklah dikualifikasi/divalidasi, dirawat dan dikalibrasi dalam jangka
waktu yang sesuai dan dilakukan sebelum instrumen tersebut digunakan untuk
pengujian. Pereaksi dan media yang digunakan dalam kegiatan pengujian
hendaklah memiliki label yang berisi identitas yang lengkap, termasuk waktu
daluwarsa. Media yang akan digunakan hendaklah telah melalui uji kontol positif
dan negatif. Baku pembanding dapat diperoleh dari komisi farmakope yang diakui
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
20
Universitas Indonesia
atau menstandarisasi bahan baku terhadap baku pembanding primer atau sekunder
(disebut sebagai baku kerja).
Prosedur pengujian yang diterapkan dalam kegiatan di laboratorium
hendaklah divalidasi terlebih dahulu dan sesuai dengan metode yang telah
disetujui pada saat pemberian izin edar. Setiap kegiatan pengujian juga hendaknya
didokumentasikan dengan baik dalam catatan analisis yang mencakup nama dan
nomor bets, nama analis, metode, semua data, perhitungan, spesifikasi, hasil, dll.
Kegiatan yang dilakukan oleh bagian pengawasan mutu mencakup semua
kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, yaitu pengambilan sampel dan
aktivitas pemeriksaan dan pengujian. Pengujian tersebut dilakukan terhadap bahan
awal, produk antara, produk ruahan, produk jadi. Selain itu, bagian pengawasan
mutu juga melakukan uji stabilitas, pemantauan lingkungan, pengujian dalam
rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui
spesifikasi bahan, dan menyusun dan memperbaharui metode pengujian.
Pengambilan sampel dilakukan di suatu tempat khusus, menggunakan alat
yang dikhususkan untuk tiap material, dan sampel diletakkan di wadah yang
sesuai.Rencana pengambilan sampel dapat mengikuti “n-p-r plan” untuk bahan
awal dan Military Standard 105D untuk bahan kemas. Setiap sampel yang sudah
dikumpulkan, kemudian diuji menggunakan metode pengujian yang telah
divalidasi dan hasilnya dinilai berdasarkan syarat spesifikasi yang telah
ditentukan. Uji stabilitas merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menilai
karakterisitk stabilitas obat dan menentukan kondisi penyimpanan yang sesuai
serta tanggal daluwarsa produk. Uji ini dilakukan pada produk baru; kemasan baru
(berbeda dari standar yang telah ditetapkan); perubahan formula, metode atau
sumber material; bets yang diluluskan dengan pengecualian (bets yang sifatnya
berbeda dari standar atau bets yang diolah ulang); dan produk yang telah beredar.
2.2.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi
dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program
inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
21
Universitas Indonesia
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendalah dilakukan secara rutin, di
samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan
perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Aspek-aspek dalam CPOB untuk inspeksi diri mencakup antara lain:
personalia, banguanan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan
peralatan, penyiapan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan,
pengolahan dan pengawasan-selama-proses, pengawasan mutu, dokumentasi,
sanitasi dan higiene, program validasi dan re-validasi, kalibrasi alat atau sistem
pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan,
pengawasan label dan hasil inspeksi sebelumnya dan tindakan perbaikan.
Tim inspeksi diri terdiri dari paling sedikit 3 anggota yang berpengalaman
dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Anggota tim dapat
dibentuk dari dalam atau dari luar perusahaan. Tiap anggota hendaklah
independen dalam melakukan inspeksi dan evaluasi. Inspeksi diri dapat dilakukan
per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan; namun hendaklah dilakukan
minimal 1 kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam
prosedur tetap inspeksi diri.
Setelah inspeksi diri dilaksanakan hendaklah dibuat laporan inspeksi diri
yang mencakup antara lain: hasil inspeksi diri, evaluasi serta kesimpulan; dan
saran tindakan perbaikan. Hendaklah dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu
meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen
mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya
dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk
khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas
terhadap pemasok dan penerima kontrak. Pada audit dan persetujuan pemasok,
semua pemasok hendaklah dievaluasi secara teratur.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
22
Universitas Indonesia
2.2.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan Produk
Kembalian
Semua keluhan dan informasi yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani kasus yang mendesak sebaiknya disusun suatu sistem,
mencakup penarikan kembali produk yang diduga cacat dari peredaran secara
cepat dan efektif. Penarikan kembali produk dilakukan bila ditemukan produk
yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang berisiko terhadap
kesehatan.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar lalu dikembalikan
ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan
lain misalnya wadah yang menimbulkan keraguan tentang identitas, mutu, jumlah
dan keamanan obat.
a. Keluhan
Penyebab adanya laporan dan keluhan mengenai produk, yaitu:
1. Kerusakan fisik, kimiawi, atau biologis dari produk atau kemasannya
2. Adanya reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal, dan
reaksi medis lainnya
3. Respon klinis produk rendah atau tidak berkhasiat
Penyelidikan dan evaluasi laporan dan keluhan mencakup:
1. Pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan
2. Inspeksi sampel obat yang dikeluhkan, dan sampel pertinggal dari bets
yang sama
3. Pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, distribusi
dan laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan.
Tindak lanjut yang dilakukan setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi
terhadap laporan dan keluhan mencakup :
1. Tindakan perbaikan bila diperlukan
2. Penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan
3. Tindakan lain yang tepat
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
23
Universitas Indonesia
b. Penarikan Kembali Produk
Hal- hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi penarikan kembali
produk, yaitu :
1. Penunjukan personil yang bertanggung jawab, memahami operasi
penarikan kembali, independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran
untuk melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan kembali produk
bersama dengan staf.
2. Adanya prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur
segala tindakan penarikan kembali.
3. Operasi penarikan kembali sebaiknya mampu dilakukan segera dan tiap
saat
4. Keputusan penarikan kembali produk:
(1) dapat diprakarsai oleh industri farmasi atau atas perintah dari otoritas
pengawasan obat
(2) secara intern berasal dari kepala bagian manajemen mutu dan
perusahaan
(3) dapat melibatkan satu bets atau lebih atau seluruh bets produk akhir
(4) dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan produk
Pelaksanaan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang
merugikan.
c. Produk Kembali
Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai
berikut :
(1) produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi sehingga dapat
dikembalikan ke dalam persediaan
(2) produk kembalian yang dapat diproses ulang
(3) produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat
diproses ulang. Produk ini hendaklah dimusnahkan sesuai dengan
prosedur pemusnahan yang mencakup tindakan pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
24
Universitas Indonesia
2.2.10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian
mutu.Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personel menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mangandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi
produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan.Dokumen
ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu.Pengemasan Induk (Formula
Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh
bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta mengeuraikan semua
operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan
operasi tertentu misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan,
pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan
riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan
yang berpengaruh pada mutu produk akhir.
Isi dokumen tidak boleh berarti ganda, dimana yang dimaksud disini judul,
sifat, dan tujuan dinyatakan dengan jelas.Dokumen tidak boleh ditulis tangan, tapi
jika dokumen perlu pencatatan, penulisan tangan harus jelas, terbaca, dan tidak
dapat dihapus.Perubahan terhadap penulisan tangan ini hendaklah ditandatangani,
diberi tanggal, dan memungkinkah pembacaan informasi semula.Catatan
pembuatan hendaklah disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah tanggal
daluwarsa produk jadi.
Spesifikasi perlu disahkan dengan benar dan diberi tanggal, atau jika perlu
spesifikasi produk antara dan produk ruahan. Selain spesifikasi, dokumen lain
yang diperlukan adalah dokumen produksi, yaitu Dokumen Produksi Induk,
Prosedur Produksi Induk, dan Catatan Produksi Bets. Dokumen Produksi Induk
yang disahkan secara formal mencakup nama, bentuk sediaan, kekuatan dan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
25
Universitas Indonesia
deskripsi produk, nama penyusun dan bagianya, nama pemeriksa serta daftar
distribusi dokumen. Produksi Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk
yang disahkan secara formal harus tersedia untuk tip produk dan ukuran bets yang
akan dibuat. Catatan Pengolahan Bets harus tersedian bagi tiap bets yang diolah.
Metode pembuatan catatan ttersebut didesain untuk menghindarkan kesalahan
transkripsi.Hal tersebut juga berlaku untuk Catatan Pengemasan Bets.
Prosedur tertulis diperlukan untuk pengambilan sampel yang mencakup
personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode, dan alat yang harus
digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan pengamanan yang
harus diperhatikan untuk menghindarkan kontaminasi terhadap bahan atau segala
penurunan mutu. Prosedur pengujian bahan dan produk yang diperoleh dari tiap
tahap produksi yang menguraikan metode dan alat yang harus digunakan juga
diperlukan. Catatan mengenai distribusi tiap bets hendaklah disimpan untuk
memfasilitasi penarikan kembali bets bila perlu. Dokumentasi lain yang perlu
disediakan adalah prosedur tertulis dan catatan yang berkaitan mengenai tindakan
yang harus diambil atau kesimpulan yang dicapai, prosedur pengoperasian yang
jelas untuk peralatan utama pembuatan dan pengujian, dan buku log untuk
mencatat peralatan utama atau kritis
2.2.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari produk atau pekerjaan dengan mutu
yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis harus dibuat secara jelas menentukan
tanggung jawab masing- masing pihak. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a) Kontrak tertulis meliputi pembuatan dan atau analisis obat yang
dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait
b) Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain
sesuai dengan izin edar produk
c) Kontrak mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari
penerima kontrak
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
26
Universitas Indonesia
Tanggung jawab pemberi kontrak adalah menilai kompetensi penerima
kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan
memastikan mengikuti CPOB. Penerima kontrak harus memiliki gedung dan
peralatan yang cukup, pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten
untuk melakukan pekerjaan yang diberikan oleh pemberi kontrak. Kontrak
menyatakan prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan dan memastikan
bahwa tiap bets telah dibuat dan diperiksa pemenuhannya terhadap persyaratan
izin edar.
2.2.12. Kualifikasi dan Validasi
a) Prinsip
Industri farmasi mengidentifikasi validasi yang diperlukan sebagai bukti
pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan
signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang memengaruhi mutu produk
hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.
b) Perencanaan Validasi
Unsur utama program validasi dirinci dengan jelas dan didokumentasikan
didalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen yang setara.
RIV mencakup :
1. Kebijakan validasi
2. Struktur organisasi kegiatan validasi
3. Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi
4. Format dokumen, format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan
jadwal pelaksanaan
5. Pengendalian perubahan
6. Acuan dokumen yang digunakan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
27
Universitas Indonesia
c) Kualifikasi
1. Kualifikasi Desain (KD)
Kualifikasi desain merupakan unsur pertama dalam melakukan validasi
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Desain harus memenuhi ketentuan
dari CPOB dan didokumentasikan.
2. Kualifikasi Instalasi (KI)
Kualifikasi ini dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru, atau
yang dimodifikasi. KI mencakup hal-hal berikut : Instalasi peralatan, pipa, sarana
penunjang dan instrumentasi sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang
didesain.
3. Kualifikasi Operasional (KO)
KO akan dilakukan seteleh KI selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui.
KO mencakup hal- hal berikut : pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan
pengetahuan tentang proses, sistem, dan peralatan; pengujian yang meliputi satu
atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah, sering
dikenal sebagai kondisi terburuk.
4. Kualifikasi Kinerja (KK)
KK dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui
atau pelaksanaannya dapat disatukan dengan KO. KK mencakup hal-hal berikut :
pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi
spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang
proses, fasilitas, sistem dan peralatan; uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi
yang mencakup batas operasional atas dan bawah.
5. Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah Operasional
d) Validasi Proses
Validasi prosesnya umumnya dilakukan sebelum produk dipasarkan. Bila
hal tersebut tidak memungkinkan maka validasi dapat dilakukan selama proses
produksi rutin dilakukan. Proses yang telah berjalan dan metode analisis juga
dilakukan validasi. Fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan telah
terkualifikasi, dievaluasi secara berkala untuk verifikasi bahwa proses masih
bekerja dengan baik.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
28
Universitas Indonesia
1. Validasi Prospektif
Validasi ini mencakup hal berikut :
(a) Uraian singkat suatu proses, ringkasan tahap kritis proses pembuatan
yang harus diinvestigasi
(b) Daftar peralatan/ fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur,
pemantau dan pencatat serta status kalibrasinya
(c) Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan; daftar metode analisis yang
sesuai; usul pengawasan selama proses dan kriteria penerimaan
(d) Pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria
penerimaan dan validasi metode analisisnya bila diperlukan
(e) Pola pengambilan sampek; metode pencatatan dan evaluasi hasil
2. Validasi Konkuren
Validasi ini dilakukan ketika produksi rutin dapat dimulai tanpa lebih dulu
menyelesaikan program validasi. Persyaratan dokumentasi untuk validasi
konkuren sama seperti validasi prospektif.
3. Validasi Retrospektif
Validasi ini hanya dapat digunakan untuk proses yang telah mapan, tetapi
tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau
peralatan.
e) Validasi Pembersihan
Validasi ini dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan.
Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan
pencemaran mikroba, didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses
pembersihan. Metode analisis yang digunakan telah tervalidasi dan memiliki
kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran.Validasi proses pembersihan
sebaiknya dilakukan pada bagian alat yang bersentuhan maupun yang tidak
bersentuhan langsung dengan produk. Prosedur validasi ini dilakukan sebanyak
tiga kali berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa
metode tersebut telah tervalidasi.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
29
Universitas Indonesia
f) Pengendalian Perubahan
Prosedur pengendalian perubahan memastikan bahwa data pendukung
cukup menunjukkan proses yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk
sesuai mutu yang diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.Kemungkinan dampak perubahan fasilitas, sistem, dan peralatan
terhadap produk dievaluasi, termasuk analisis risiko.
g) Validasi Ulang
Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses
pembersihan dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi masih absah. Jika tidak
ada perubahan yang signifikan dalam status validasinya, kajian ulang data yang
menunjukkan bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan
untuk validasi ulang.
h) Validasi Metode Analisis
Tujuan validasi metode analisis adalah mengetahui bahwa metode analisis
sesuai tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis dilakukan terhadap: uji
identifikasi; uji kuantitatif kandungan impuritas; uji batas impuritas; uji kuantitatif
zat aktif dalam sampel bahan atau obat atau komponen tertentu dalam obat; uji
disolusi untuk obat atau penentuan ukuran partikel untuk bahan baku aktif.
Karakteristik validasi yang umumnya perlu diperhatikan adalah akurasi,
presisi, ripitabilitas, intermediate precision, spesifisitas, batas deteksi, batas
kuantitasi, linearitas, dan rentang.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
30 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
3.1. Sejarah PT. SOHO Group
3.1.1. PT. ETHICA Industri Farmasi
PT. Ethica merupakan perusahaan pertama yang didirikan oleh Manager
Tan Tjhoen Lim (The Founder) pada tanggal 30 November 1946. Mula-mula
perusahaan ini didirikan dengan nama N.V. ETHICA HANDEL MY kemudian
berubah menjadi PT. ETHICA Industri Farmasi. Perusahaan ini merupakan
perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi obat-obatan injeksi (steril) di
pasar resep (ETHICA), beroperasi dengan peralatan modern dan didukung dengan
penerapan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Saat ini PT. ETHICA telah
memproduksi lebih dari 100 jenis produk obat.
Logo PT. ETHICA Industri Farmasi memiliki arti tertentu, dimana logo
tersebut merupakan inisial huruf E yang berada di dalam dua buah lingkaran yang
mempunyai arti kesempurnaan, fleksibelitas, dan tekad yang bulat demi meraih
cita-cita. Dua buah lingkaran dapat diartikan sebagai suatu kerjasama yang saling
mendukung untuk mencapai tujuan. Warna merah tua (maroon) mempunyai arti
semangat perjuangan serta dedikasi yang tinggi. Nama Ethica, selain berarti budi
pekerti yang baik, juga mencerminkan etos kerja dan usaha yang bermatabat.
Gambar 3.1 Logo PT. ETHICA Industri Farmasi
3.1.2. PT. SOHO Industri Pharmasi
Perusahaan kedua yang didirikan setelah berdirinya PT. ETHICA Industri
Farmasi adalah PT. SOHO Industri Pharmasi pada tanggal 18 juli 1951 sebagai
“sister company” PT. Ethica. Perusahaan ini didirikan dengan tujuan untuk
memasuki pasar dengan produk-produk oral terutama di pasar resep. Dalam
perkembangannya, di tahun 1996 PT. SOHO mulai memasuki pasar obat bebas
(OTC). Perusahaan yang mendapat predikat “The Fastest Growing Company
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
31
Universitas Indonesia
among Top Twenty Pharmaceutical Companies” (sumber: Independent Survey)
ini, dikenal juga sebagai “PIONEER & TRENDSETTER NATURAL
MEDICINE” di pasar resep melaksanakan secara konsisten CPOB dan juga telah
menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Saat ini PT. SOHO
memiliki lebih dari 180 jenis produk.
Logo PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki makna tertentu, dimana logo
tersebut berbentuk dasar batu permata/diamond bersudut empat dengan warna
merah. Warna merah tersebut merupakan cerminan etos kerja dan falsafah yang
secara adil selalu menjaga keseimbangan komunikasi dan perlakuan ke semua
arah, demi kemajuan dan keberhasilan bersama. Berlian (diamond) merupakan
lambang keabadian, bernilai tinggi dan sangat berharga yang merupakan wujud
usaha perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. SOHO adalah
akronim dari „SOCIETAS HONORABILIS‟ (bahasa latin), yang artinya adalah
masyarakat/perkumpulan/paguyuban orang-orang yang terhormat karena perilaku
hidupnya yang terpuji. Hal ini berarti bahwa para pendiri, jajaran manajemen, dan
seluruh karyawan dari perusahaan adalah orang-orang terhormat dan terpandang
yang selalu menjaga integritas yang tinggi dalam menjalankan usaha.
Gambar 3.2. LOGO PT. SOHO Industri Pharmasi
3.1.3. PT. Parit Padang Global
PT. Parit Padang Global didirikan pada tanggal 27 Agustus 1956. Kata
Parit Padang diambil dari nama salah satu kota kecamatan di pulau Bangka
merupakan tempat kelahiran pendiri. Perusahaan ini didirikan untuk dapat
mengambil alih pendistribusian produk-produk PT. Ethica Industri Farmasi dan
PT. SOHO Industri Pharmasi. PT. Parit Padang juga bekerjasama dengan
pencipal-pencipal lainnya, seperti : Astra Zeneca Indonesia, Pfizer, Nestle, Sosro
dan La Tulipe. Perusahaan ini telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO
9001:2000 dandikenal sebagai pelopor distibusi farmasi Indonesia pertama
dengan sistem “On Line”. PT. Parit Padang memiliki 25 Cabang, yaitu Jakarta (3
cabang), Tanggerang, Bogor, Cirebon, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta,
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
32
Universitas Indonesia
Surabaya (2 cabang), Malang, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Padang, Jambi,
Palembang, Bandar Lampung, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Makasar, dan
Manado. Logo PT. Parit Padang berupa inisial dua buah huruf P yang saling
tersambung dan berwarna hitam. Parit Padang dapat diartikan sebagai “saluran air
yang mengalir di tanah yang luas dan memberi kehidupan”, yang sesuai dengan
usaha distribusi produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi secara luas.
Inisial huruf P yang saling bersambung adalah gambaran dari usaha yang
berkesinambungan, saling mendukung dan bersinergi.Warna hitam mengandung
arti ketugahan hati, tegar tak mudah terpengruh, dan upaya yang tinggi dalam
mencapai tujuan
Gambar 3.3 Logo PT. Parit Padang Global
3.1.4. PT. SOHO Group
Berdasarkan keputusan dari pemilik perusahaan, tanggal 26 Januari 2000,
PT. Ethica Industri Farmasi, PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. Parit Padang
digabung secara resmi menjadi PT. SOHO Group. Hal ini memiliki latar
belakang:
a) Fungsi menyelaraskan (alignment)
b) Sendiri-sendiri tidak efektif dan tidak kuat
c) Menghadapi kompetisi Global Dan Regional
d) Go Public dan Go International
Logo PT. SOHO Group menggambarkan semangat kebersamaan dan
sinergi yang menghasilkan nilai tambah untuk kemajuan bersama.
Gambar 3.4 Logo PT. SOHO Group
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
33
Universitas Indonesia
Unsur-unsurnya adalah :
a) Segitiga sama sisi dan dua bentuk setengah lingkaran yang simetris
mencerminkan kesamaan kedudukan dan adil untuk semua pihak.
b) Bentuk segitiga mencerminkan tiga perusahaan inti (PT. Ethica Industri
Farmasi, PT. SOHO Industri Pharmasi, dan PT Parit Padang Global) yang
mengawali pergerakan usaha, membentuk satu kesatuan yang kokoh,
saling menjaga kerjasama dan bersinergi.
c) Warna hijau mengandung arti : alamiah, segar, harmonis, serasi, sehat,
sejuk, dan damai. Sedangkan warna hijau biru bermaknana selalu
berkembang dan sejahtera.
d) Slogan “Value for health” (bermakna bagi kesehatan) berarti bukan hanya
jiwa dan raga yang sehat, tetapi juga kebutuhan yang sehat, perencanaan
yang sehat, strategi yang sehat, dan juga cara-cara kerja yang sehat.
e) Logo PT. SOHO Group merupakan pemersatu dari semua perusahaan
yang berada di dalamnya, menjadi intisari dari semua kegiatan/usaha, dan
cita-cita para pendirinya. Hal ini pada akhirnya diharapkan bisa menjadi
daya dorong bagi seluruh anggota keluarga Besar PT. SOHO Group untuk
selalu bahu-membahu, bersemangat tinggi, serta bertanggung jawab tinggi
dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.
3.1.5. PT. Global Harmony Retailindo
PT. Global Harmony Retailindo (PT GHR) merupakan Unit Bisnis dari
PT. SOHO Group dan saat ini berada di bawah manajemen PT. Parit Padang. PT.
Global Harmony Retailindo didirikan di Jakarta pada tanggal 11 November 2008
sebagai salah satu usaha untuk mendukung terwujudnya visi 2015 yaitu PT.
SOHO Group akan menyediakan produk dan kesehatan yang berkualitas tinggi.
Salah satu bisnis utama dari PT. Global Harmony Retailindo adalah Apotek
Harmony.
Apotek Harmony hadir sebagai Wellness Pharmacy, yang menyediakan
produk dan pelayanan kesehatan yang memperhatikan keseimbangan dan
keharmonisan di berbagai aspek kehidupan, dan memposisikan perusahaan
sebagai perusahaan yang fokus ramah kepada pelanggan. Tim manajemen Apotek
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
34
Universitas Indonesia
Harmony di perkuat oleh tenaga-tenaga kerja yang sudah sangat berpengalaman
dalam dunia farmasi. Motto kerja Apotek Harmony adalah, “Melayani dengan
Segenap Hati”.
Adapun pelayanan yang disediakan oleh Apotek Harmony adalah :
1) Apotek.
2) Praktek Dokter Umum
3) Praktek Dokter Spesialis
4) Praktek Dokter Gigi
5) Laborotarium Klinik.
3.1.6. PT. Universal Health Network
PT. Universal Health Network (UNIHEALTH), merupakan perusahaan
multi level marketing, yang didirikan pada tanggal 06 April 2009 dan mulai
beroperasi pada tanggal 02 Juli 2009. Unihealth berlokasi di Ruko Mangga Dua
Square.Unihealth yang merupakan anak usaha PT. SOHO Group ini merupakan
perusahaan Multi Level Marketing (MLM). Unihealth didukung sepenuhya oleh
group farmasi terkemuka Indonesia yang telah berusia lebih dari 50 tahun, dan
telah terbukti memiliki reputasi terbaik, baik secara kualitas produk maupun
manajemen mutunya dalam skala nasional maupun internasional.
Unihealth menyediakan produk-produk kesehatan terbaik, seperti:
suplemen kesehatan dan kecantikan, vitamin, perawatan kulit dan perlengkapan
kecantikan baik itu produksi local (produksi Soho) maupun dari mancanegara.
Unihealth menganut sistem MLM murni, yang artinya tidak ada skema pyramid-
money game atau skema tersembunyi lainnya yang dapat merugikan anggotanya.
Sistem MLM yang digunakan untuk para anggotanya mengedepankan prinsip
menguntungkan semua pihak, yaitu bagi perusahaan, leader/pimpinan jaringan
dan seluruh anggotanya, berdasarkan prestasi terbaik dari masing-masing anggota.
Sampai bulan Juni 2010 anggota Unihealth sudah mencapai ± 2500 orang yang
tersebar di seluruh Indonesia mulai dari NAD, Sumut, Sumbar, Jambi, Kep. Riau,
Sumatra, Selatan, Banten, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,
NTB, NTT, Kalimantan Barat.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
35
Universitas Indonesia
Gambar 3.5 Logo PT. Universal Health Network
3.2. Visi dan Misi PT. SOHO Group
3.2.1. Visi PT. SOHO Group
Visi PT. SOHO Group 2015 adalah menjadi salah satu kelompok
perusahaan global terkemuka dalam bidang manufaktur, distribusi dan
menyediakan produk dan jasa kesehatan berkualitas tinggi.
Adapun tujuan Visi 2015 adalah sebagai berikut :
a) Prespektif keuangan
Untuk mencapai pertumbuhan penghasilan PT. SOHO Group.
b) Perspektif Pelanggan
Untuk didedikasikan pada kepuasan pelanggan dengan level yang tertinggi
dan memperoleh kepercayaan dari dokter, pasien dan pelanggan lain yang
dilayani.
c) Perspektif Proses Internal
Untuk mencapai “best in class” di seluruh aktivitas operasional.
d) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang “best in class”.
3.2.2. Misi PT. SOHO Group
Visi 2015 juga dilengkapi dengan Misi PT. SOHO Group, yaitu
merupakan kebanggaan melayani pelanggan kami dengan menyediakan secara
terus-menerus produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi untuk
meningkatkan mutu kehidupan dan usia panjang. Adapun maksud dari Misi
tersebut adalah :
1) Dengan bangga (Proudly)
a) Dengan kebanggaan/rasa bangga
2) Terus-menerus (Continually)
a) Terus-menerus mengadakan perubahan/pembaharuan dalam hal produk
dan jasa kesehatan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
36
Universitas Indonesia
b) Mempunyai keunggulan bersaing (Competitive Advantage )
c) Terus-menerus memperbaharui
3) Mutu kehidupan (Quality life)
a) Mengembangkan sebagian atau seluruh aktivitas yang terganggu/terbatasi
karena suatu penyakit kearah/mendekati kondisi aktivitas normal
b) Mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan sehingga dapat
beraktivitas secara terus-menerus seperti yang diinginkan
c) Mencegah kemungkinan adanya gangguan kesehatan
4) Usia panjang (Longevity)
a) Memperpanjang usia
3.2.3. Nilai Budaya PT. SOHO Group
Terdapat 7 nilai budaya di PT. SOHO Group, yaitu :
1) Kerja Sama yang Memiliki Komitmen tinggi
Kerja sama yang tinggi diharapakan dimiliki oleh seluruh karyawan, tidak
hanya kerja sma antar individu dalam departemen atau divisi yang sama,tapi juga
kerja sama lintas departemen dan divisi,termasuk kerja sama antar unit PT. SOHO
Group. Kemampuan untuk bekerja sama tersebut harus dilandasi oleh pemahaman
setiap karyawan mengenai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dan
bagaimana keterkaitan kerjanya dengan bagian atau departemen atau divisi atau
Unit lain dalam PT. SOHO Group.
2) Pelayanan Prima kepada pelanggan
Nilai yang diharapkan dimiliki dalam perilaku karyawan adalah pelayanan
yang memuaskan dan melebihi harapan pelanggan, baik pelanggan internal
maupun pelanggan eksternal. Tentunya pelayanan yang diberikan dapat berupa
pelayanan dalam hal penyediaan produk yang berkualitas sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan, maupun pelayanan jasa yang dibutuhkan.
3) Pemrakarsaan Cara Baru dalam Menjalankan Usaha
Karyawan diharapkan secara proaktif mencari cara kerja yang lebih efektif
melalui ide-ide dan kreatifitas karyawan sehingga menghasilkan produk dan
proses kerja yang lebih baik lagi. Dalam nilai budaya kerja ini, karyawan juga
diharapkan proaktif untuk mengusahakan pengembangan dirinya, mencari jalan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
37
Universitas Indonesia
keluar penyelesaian masalah yang dihadapinya tanpa harus selalu terus-menerus
diintruksikan atau diminta oleh alasannya.
4) Dedikasi dan Produktivitas
Dedikasi yang diharapkan dari karyawan adalah kemampuan untuk
menempatkan diri untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan, bahkan bila
perlu disertai dengan pengorbanan yang tulus, sementara produktifitas yang
diharapkan dari karyawan adalah mampu memberikan hasil kerja atau kinerja
yang terbaik dengan memperhatikan efektivitas dari efesiensi kerja.
5) Perlakuan yang adil dan Penghargaan atas Prestasi
Perlakuan yang adil yang dikembangkan sebagai nilai budaya dalam PT.
SOHO Group adalah memperlakukan karyawan/pelanggan sesuai dengan
ketentuan,prosedur,tau kebijakan yang berlaku, sementara penghargaan atas
prestasi adalah memberikan penghargaan dalam bentuk materi atau non-
materi,baik secara lisan maupun tertulis,di depan karyawan lain maupunsecara
pribadi atas prestasi kerja yang dicapai karyawan,dimana prestasi kerja yang
dimaksud disini adalah prestasi kerja yang melebihi standar kerja yang telah di
tentukan.
6) Perjuangan demi Hasil Optimal
Dalam mengerjakan sesuatu,karyawan PT. SOHO Group harus
melakukannya dengan usaha keras dan ketrampilan yang tinggi dan disertai
dengan perencanaan yang matang,didiskusikan, diuji coba dan dievaluasi. Hal ini
perlu dilakukan untuk memastikan bahwa hasil kerja yang diharapkan adalah hasil
kerja yang diharapkan adalah hasil yang optimal dan terbaik yang dapat diberikan
karyawan.
7) Integritas, Kejujuran dan Disiplin
Integritas yang dimaksud dalam nilai budaya ini adalah menjaga dan
melaksanakan norma-norma dan ketentuan jyang berlaku dimasyarakat dan
organisasi secara konsekuen dan konsisten serta menyimpan rahasia yang
dipercayakan; sedangkan kejujuran adalah bekerja dengan itikad dan suasana yang
bersih dari segala macam unsure keuntungan diri pribadi (yang tidak menjadi
haknya), baik secara material ataupun non-material dan juga jujur dalam
menerima dan memberikan informasi; sementara nilai budaya disiplin adalah
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
38
Universitas Indonesia
menepati/menjalankan segala ketentuan dengan tepat dan benar sesuai dengan
tepat dan benar sesuai dengan ketentuan yang ada dan tekun melaksanakannya.
3.3. Struktur Organisasi PT. SOHO Group
3.3.1. Research and Development ( R&D ) Division
Divisi R&D dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan R&D
Division Head. Divisi R&D dibagi menjadi empat departemen yaitu Group
Formulation Development Department, Analytical Method Development
Department, Packaging Development Department, dan R&D Compliance &
Support Department.
3.3.1.1. Group Formulation Development Department
Departemen Group Formulation Development bertanggungjawab
dalamstudi dan pengembangan formula produk,meliputi produk herbal,
foodsupplement, dan produk bioekuivalensi. Penyusunan formula merupakan hal
yangsangat penting dalam pembuatan obat. Formula yang disusun oleh
departemen inidisebut formula induk, yang berisi identitas obat (no. batch,
expired date), formula obat (bahan aktif, bahan tambahan), dan langkah-langkah
proses produksiobat.
3.3.1.2. Analytical Method Development Department
Departemen ini bertanggung jawab dalam pengembangan metode analisis,
meliputi metode stabilitas dan metode fisikakimia. Departemen initerbagi menjadi
tiga sub departemen yaitu, Stability Method Sub Department,Physical Chemical
Method Sub Department dan Analytical Method Development administrator.
Stability method subdepartment memiliki tanggung jawab dalamuji stabilitas
produk baru dimaksudkan untuk menjamin kualitas produk yangtelah diluluskan
dan akan beredar dipasaran. Dengan uji stabilitas dapat diketahui pengaruh faktor
lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter–parameter stabilitas
produk seperti kadar zat aktif, pH, berat jenis dan net volume sehingga dapat
ditetapkan tanggal kadaluwarsa yang sebenarnya.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
39
Universitas Indonesia
3.3.1.3. Packaging Development Department
Packaging Development merupakan departemen yang bertanggung jawab
dalam mendesain kemasan produk baru,produk lama yang direvisi, maupun
produk yang dikemas ulang. Packaging composition berisi daftar nama dan
jumlah bahan pengemas beserta dengan kelengkapannya antara lain berisi jumlah
leaflet, sendok takar, karton, master box, dan label.
3.3.1.4. R&D Compliance & Support Department
Departemen ini bertanggung jawab dalam dokumentasi dan registrasiobat
baru. Dokumentasi yang dilakukan mencakup dokumentasi pengembangan
formulasi, analisa, dan pengemasan dari produk ethical, herbal & produk
suplemen, serta riset baru.
3.3.2. Quality Operation Division
Sistem manajemen mutu PT. SOHO Industri Pharmasi dilaksanakan oleh
Quality Operation (QO) Division. QO Division terdiri atas dua departemen, yaitu
Quality Control (QC) Department dan Quality Assurance (QA) Department.
3.3.2.1 Quality Assurance (QA) Department
Quality Assurance Department dipimpin seorang apoteker dengan jabatan
Quality Assurance Department Head (QADH) yang memiliki tanggung jawab
ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan acuan mutu perusahaan dan
memastikan penerapan sistem mutu, memprakarsai dan mengawasi audit internal
atau inspeksi diri berkala, melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian
pengawasan mutu, mengevaluasi catatan batch dan meluluskan/menolak produk
jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan semua faktor terkait, serta
memprakarsai dan berperan aktif dalam audit eksternal dan program validasi.
Departemen QA memiliki tiga bagian yaitu Quality Compliance Section, Quality
Monitoring System Sub Department dan Quality Support Section.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
40
Universitas Indonesia
a) Quality Compliance Section
Hal-hal yang menjadi tanggung jawab Quality Compliance Sectionantara
lain menangani Follow Up Stability, Product Quality Review (PQR), dan Register
Compliance. Quality Compliance Section memiliki dua Quality Compliance
Executive. Quality Compliance Executive 1 bertugas dalam penanganan Follow
Up Stability (FUS) yaitu uji stabilitas produk–produk yang sudah beredar di
pasaranuntuk mengetahui apakah suatu produk tetap memenuhi spesifikasi pada
masaperedaran ataupun penyimpanan. Uji stabilitas dilakukan sampai ED + 1
tahun, artinya uji stabilitas dilakukan sampai waktu kadaluwarsa ditambah satu
tahun. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan dilakukan
perpanjangan masa daluwarsa suatu produk. Perpanjangan masa daluwarsa
dilakukan untuk produk yang masih memenuhi syarat sampai ED + 1 tahun.
Apabila ditemukan produk yang sudah tidak memenuhi syarat saat ED
atausebelum ED, maka bisa dilakukan pemendekan waktu kadaluarsa
dalampembuatan produk selanjutnya.
Quality Compliance Executive 2 bertugas dalam penanganan registrasi
produk-produk yang hampir habis masa berlakunya. Penyiapan data dan
pelengkapan data untuk registrasi dimulai enam bulan sebelum masa berlakunya
habis. Dokumen yang diperlukan antara lain batch record, prosedur pemeriksaan
bahan baku, produk setengah jadi dan produk jadi, lembar spesifikasi
produk,sertifikat analisa bahan baku, produk setengah jadi, dan produk jadi.
Setelah dokumen terkumpul, maka koordinator akan menyerahkannya kepada
bagian registrasi. PQR dilaksanakan secara periodik untuk memverifikasi
konsistensi suatu produk yang berhubungan dengan Good Manufacturing Practice
(GMP) dan kesesuaian dengan spesifikasi terkini menggunakan analisa
kecenderungan (trend analysis). PQR dilakukan dan didokumentasikan setiap
tahun untuk setiap produk (minimal 3 batch) sesuai jadwal yang telah disetujui.
Hal yang termasuk didalam PQR adalah review PQR sebelumnya dan
setidaknya meliputi data laboratorium QC, data dari divisi produksi yang
termasuk data mesin, pemeriksaan IPC dan yields, data quality (pengenalan
produk, pemeriksaan analisa IPC,pemeriksaan bahan awal, pemeriksaan seluruh
OOS dan investigasinya, pemeriksaan dari seluruh penyimpangan dan kejadian,
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
41
Universitas Indonesia
pemeriksaan NonConformance Product (NCP), pemeriksaan dari seluruh
pengendalian perubahanyang dilakukan, pemeriksaan hasil program pemantauan
stabilitas pada tahuntersebut dan setiap kecenderungan yang merugikan,
pemeriksaan seluruh obat kembalian yang terkait keluhan dan penarikan kembali
obat jadi (PKOJ) daninvestigasi yang dilakukan terkait dengan kualitas produk,
pemeriksaan datavalidasi proses dan metode analisa, pemeriksaan data kalibrasi
dan kualifikasi darimesin dan peralatan, pemeriksaan efektifitas dari tindakan
koreksi danpencegahan yang diambil. Trend Analysis diperiksa dan dievaluasi
oleh QODivision Head dan Production Division Head agar dapat mengambil
tindakanyang sesuai bila diperlukan.
b) Quality Monitoring System Sub Department
Quality Monitoring System Sub Department Head membawahi Quality
Monitoring Section Head, Quality System Executive, dan Quality Release
SectionHead. Quality Monitoring Section Head membawahi Quality Monitoring
Inspector (QMI) dan Product Sorter. Secara umum, Quality Monitoring
Sectionmenangani audit, inspeksi diri, rancang bangun dan penanganan keluhan.
Pelaksanaan inspeksi diri dilakukan secara berkala dan disusun jadwal pada awal
tahun. Inspeksi diri mencakup semua bagian di manufacturing dan dilakukan
olehdivisi lain sebagai inspektor.
Pada penanganan keluhan, keluhan yang diterima harus segera diteruskan
ke QA, terutama keluhan yang terkait dengan keamanan produk. QMI harus
memasukkan data keluhan yang masuk ke dalam log book keluhan. Kemudian
dilakukan penilaian resiko awal yang mencakup pemeriksaan keluhan
danpenarikan kembali obat jadi dari produk yang sama untuk menentukan
prioritas melakukan investigasi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan mencakup
keluhan sebelumnya pada produk yang sama, Corrective Action and Preventice
Action (CAPA) yang telah diimplementasikan, dan pemeriksaan batch lain
yangberpotensi. Quality Monitoring Section Head akan melakukan investigasi
terhadap sampel keluhan dengan mengevaluasi batch record dan bila perlu
mengirimkan sampel ke QC untuk diuji.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
42
Universitas Indonesia
Pengujian dilakukan terhadap sampelkeluhan dan sampel pertinggal.
Apabila sampel keluhan dan contoh pertinggal memenuhi syarat, atau sampel
keluhan tidak memenuhi syarat tetapi sampel pertinggal memenuhi syarat, maka
keluhan dapat dinyatakan not justified (tidak dapat diterima). Bila sampel keluhan
dan sampel pertinggal tidak memenuhi syarat maka keluhan dapat dinyatakan
justified (diterima). Bila keluhan diterima, maka QA Department Head harus
melakukan investigasi terhadap produk yang sama dengan batch yang berbeda.
Bila ternyata ditemukan penyimpangan yang sama pada batch lain maka keluhan
dapat dilanjutkan dengan membuat CAPA atau bila perlu recall produk jika kasus
dianggap sangat berbahaya.
Penanganan pemilihan vendor dilakukan oleh QC bekerjasama dengan
QA. Vendor yang sudah disetujui akan masuk dalam daftar Approved Vendor List.
Audit eksternal untuk vendor dilakukan secara langsung atau dengan kuesioner
untuk vendor yang tidak bisa dikunjungi secara langsung. Quality Monitoring
Inspector (QMI) bertugas dalam menganalisis sampel pertinggal jika terdapat
keluhan dari konsumen. Product Sorter bekerjasama dengan bagian warehouse
untuk memeriksa jumlah dan fisik produk,membuat laporan disposisi ke
marketing untuk menentukan tindakan selanjutnya terhadap produk. Quality
Sistem Executive bertanggungjawab dalam penanganan CAPA,deviasi, Lembar
Usulan Perubahan (LUP), dan Non Conformance Product (NCP).
CAPA muncul ketika terjadi permasalahan yang sama berulang-ulang
danpermasalahan berakibat pada bagian lain di luar masalah tersebut. Deviasi
ataupenyimpangan dibagi menjadi tiga yaitu planned deviation seperti pergantian
mesin produksi, unplanned deviation seperti terjadi capping pada tablet, dan
incident/accident seperti listrik mati. LUP merupakan change control atau
pengendalian perubahan untuk perubahan dokumen, alat, mesin, dan lain-lain.
NCP merupakan penyimpangan yang terjadi sebelum proses produksi seperti saat
mengecek bahan pengemas sebelum produksi ternyata bahan pengemasmengalami
kerusakan. CAPA berasal dari laporan OOS, keluhan, NCP, audit,inspeksi diri,
PQR, dan deviasi. Hal-hal di atas bisa ditindaklanjuti dengan CAPA apabila
setelah diinvestigasi diketahui bersifat sistemik, kemungkinan berulangsering dan
membutuhkan penyelesaian jangka panjang. Terakhir adalah Quality Release
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
43
Universitas Indonesia
Section. Quality Release Section Head menangani kelengkapan dokumen produk-
produk yang akan dirilis ke pasaran.
Quality Release Section Head membawahi IPC (In Process Control). IPC
bekerjasama dengan bagian IPC di Divisi Produksi untuk melakukanpengendalian
proses selama produksi. In process control dilakukan terhadapsemua tahap
produksi, mulai dari mixing, tableting, coating, pengemasan primerdan
pengemasan sekunder. Tujuan IPC adalah supaya proses produksi dapat
menghasilkan produk sesuai spesifikasi dan mengurangi jumlah produk yang
ditolak karena tidak masuk spesifikasi. IPC Inspector merupakan personil QA
yang memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan
penyelidikan yang dilakukan oleh IPC produksi. IPC itu sendiri
merupakankegiatan pemeriksaan dan pengujian yang ditetapkan serta
dilaksanakan selama proses pembuatan produk, termasuk pemeriksaan dan
pengujian terhadap lingkungan dan peralatan
c) Quality Support Section
Quality Support Section Head bertanggung jawab dalam kualifikasi alat-
alatproduksi dan laboratorium bekerjasama dengan Engineering Department,
validasi metode analisa, dan penanganan dokumen-dokumen kalibrasi. Quality
Support Section juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kalibrasi alat-
alatyang terdapat di laboratorium QC. Kalibrasi alat dilakukan secara berkala
yaitukalibrasi satu tahunan, kalibrasi enam bulanan, kalibrasi tiga bulanan,
kalibrasibulanan, dan verifikasi harian. Untuk kalibrasi satu tahunan dapat
dilakukan oleh pihak eksternal (supplier) atau pihak internal. Sedangkan untuk
kalibrasi enam bulanan, tiga bulanan, bulanan, dan verifikasi harian dilakukan
oleh pihak internal yang biasanya dilakukan oleh para analis yang sudah
mengikuti pelatihan kalibrasi sebelumnya. Selain itu, Quality Support Section
Head juga bertanggung jawab untuk membuat dan merevisi Standard Operating
Procedure (SOP) penggunaan dan pembersihan dan SOP kalibrasi alat-alat yang
terdapat di laboratorium QC. Setelah SOP jadi maka harus dilaksanakan pelatihan
terhadap analis agar paraanalis dapat menggunakan alat dengan baik dan benar.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
44
Universitas Indonesia
3.3.2.2 Quality Control (QC) Department
Pada industri farmasi, bagian Quality Control (QC) merupakan bagian
yang penting. QC memberikan kepastian tentang mutu produk agar tetap
konsistenmemiliki spesifikasi yang telah ditetapkan, sehingga produk memberikan
manfaatkepada konsumen. Kegiatan pengawasan mutu tidak terbatas pada
kegiatanlaboratorium, tetapi juga terlibat dalam semua keputusan yang terkait
dengan mutu produk.QC Department di PT. SOHO Industri Pharmasi secara
struktural berada di bawah Quality Operational Division yang dikepalai oleh QO
Division Head. Departemen QC bersifat independen, sejajar dengan Departemen
QA, serta tidak tergantungdengan produksi sehingga QC dapat melakukan
kegiatan dengan memuaskantanpa terpengaruh oleh bagian lain. QC PT. SOHO
Industri Pharmasi terpisah dari QC PT. ETHICA Industri Farmasi.
Departemen QC dikepalai oleh seorang apoteker yang disebut QC
Department Head dan memiliki beberapa tanggung jawab sebagai berikut :
a) Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produkjadi.
b) Memastikan seluruh pengujian yang diperlukan dan validasinya telah
dilaksanakan.
c) Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi kerja pengambilan
sampel, metode pengujian, kontrak analisis dan prosedur pengawasan
mutu yang lain.
d) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu.
e) Menetapkan, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan
mutu.
QC Department Head membawahi lima section yang menangani Bahan
Baku (Raw Material Section Head), Bahan Kemas (Packaging Material Section
Head), Produk Setengah Jadi (Half Finished Goods Section Head), Microbiology
Section Head dan IPC (In Process Control).
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
45
Universitas Indonesia
1) Raw Material Section
Quality Control bagian ini menangani bahan baku, baik yang digunakan
untuk produksi, maupun untuk pengembangan produk (R&D Department). Dalam
pelaksanaannya, section ini dibantu oleh beberapa analis dan helper. Proses
pemeriksaan bahan baku dimulai dari barang datang dari vendor ke gudang.
Warehouse Department akan membuat Lembar Penerimaan Barang (LPB). LPB
ini dikirimkan ke QC Raw Material beserta CoA dari vendor agar bahan baku ini
diambil sampelnya untuk dilakukan sampling pada bahan baku. Sampling menjadi
kegiatan yang penting dalam pengawasan mutu yaitu mengambil sebagian kecil
dari satu batch. Pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah
kontaminasi atau efek lain yang berpengaruh tidak baik terhadap mutu.
Pengambilan sampel dilakukan di ruang sampling.
Wadah yang diambil sampelnya diberi label yang mencantumkan isi
wadah, nomor batch, tanggal pengambilan sampel dan diberi label “contoh sudah
diambil” dengan warna jingga pada wadah bahan baku tersebut. Wadah
ditutuprapat kembali setelah pengambilan sampel. Semua alat pengambilan
sampel dan wadah sampel terbuat dari bahan yang inert dan dijaga kebersihannya.
Mutu suatu batch bahan baku dapat dinilai dengan mengambil dan menguji
sampel yang representative. Jumlah yang diambil untuk menyiapkan sampel
representativeditentukan secara statistik dan dicantumkan dalam pola
pengambilan sampel.
Penentuan status bahan baku diluluskan maupun ditolak berdasarkanhasil
analisa yang dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi
ditetapkan berdasarkan literatur yang ada (USP, EP, BP, FI serta CoA dari
vendor) dan beberapa modifikasi yang disesuaikan. Apabila hasil
analisadinyatakan bahwa bahan baku diluluskan maka analis akan membuat CoA
dan label hijau. Sedangkan bahan baku yang ditolak dibuatkan label merah.
Dalam proses produksi, bahan baku yang belum habis dapat dilakukan analisa
ulang (reanalisa) untuk mengetahui kondisi bahan baku yang akan digunakan.
Frekuensi analisa ulang bahan baku berbeda-beda tergantung dari sifat bahan baku
sendiri.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
46
Universitas Indonesia
Bahan baku yang berupa zat aktif waktu analisa ulang adalah setiap satu
tahun. Sedangkan bahan baku sebagai bahan tambahan waktu analisa ulang adalah
setiap dua tahun, kecuali flavour setiap enam bulan. Bahan baku tambahan yang
memerlukan pemeriksaan mikrobiologi frekuensi analisa ulangadalah setiap satu
tahun, kecuali untuk kapsul kosong setiap dua tahun. Hasil reanalisa yang masih
memenuhi syarat spesifikasi diberi label hijau (diluluskan) sehingga dapat
dipergunakan untuk produksi. Sedangkan hasilreanalisa yang tidak memenuhi
syarat spesifikasi diberi label merah (ditolak).Perlakuan terhadap bahan baku yang
ditolak ini disesuaikan dengan perjanjianyang telah dibuat dengan vendor apakah
barang dikembalikan dan diganti, atau langsung dimusnahkan.
2) Packaging Material Section
QC bagian ini menangani tentang pengawasan kualitas bahan
kemas.Proses pengawasan dimulai dari penerimaan LPB dari Warehouse
Department agar dilakukan sampling terhadap bahan kemas. Spesifikasi dari
bahan kemas ditetapkan dengan penekanan pada kompatibilitas bahan terhadap
produk yangdiisikan ke dalamnya. Pengujian terhadap bahan kemas difokuskan
padapemeriksaan fisik meliputi pemerian, jenis bahan kemas, ukuran (panjang,
lebar,dan tebal), dan keragaman bobot serta kualitas cetak pada bahan kemas
karena cacat fisik yang kritis dan kebenaran penandaan dapat berdampak besar
yaitudapat memberikan kesan meragukan terhadap kualitas produk. Pemeriksaan
mikrobiologi diperlukan untuk bahan kemas produk sirup dan cream. Bahan
kemas juga dilakukan reanalisa. Frekuensi reanalisa untuk bahankemas primer
adalah setiap satu tahun, sedangkan untuk bahan kemas sekunder dilakukan setiap
dua tahun. Parameter yang diperiksa ulang adalah pemerian danmikrobiologi
sesuai dengan spesifikasi masing-masing bahan.
3) Half Finished-Finished Goods Section
Quality Control bagian ini mengawasi mutu dari produk setengah jadidan
produk jadi. Dalam pelaksanaannya QC Finished Goods dibantu oleh beberapa
analis, helper dan dibantu petugas IPC. Pengawasan mutu dari produk setengah
jadi dimulai dari pengambilan sampel di bagian produksi. Pelaksanan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
47
Universitas Indonesia
pengambilan sampel dilakukan oleh petugas IPC. Sampling dilakukan setelah
proses produksi selesai disertai lembar PA (Permintaan Analisis) dari produksi.
Waktu sampling tergantung dari jenis produk dan sifat fisika kimianya. Sampling
untuk produk steril dilakukan setelah proses sterilisasi. Produk aseptis sampling
dilakukan setelah proses filling selesai. Sampling produk setengah jadi nonsteril
dalam bentuk granul dilakukan pada saat proses mixing berlangsung dengan alat
thief sampler. Pengambilan sampel dilakukan padabagian atas, tengah dan bawah
dari drum mixer.
Sampel untuk granul dilakukan untuk produk yang mengalami perubahan
atau validasi proses, seperti perubahan batch size, bahan baku, mesin, dan proses
produksi. Pengambilan sampel untuk tablet, kaplet dan kapsul diambil di bagian
awal, tengah dan akhir proses produksi, sedangkan untuk untuk tablet salut
dandragee dilakukan di akhir proses produksi. Sampel obat jadi diambil
setelahpengemasan primer selesai. Sampel dimasukkan ke dalam wadah yang
sesuailengkap dengan label dan ditutup rapat. Label berisi nama produk, nomor
batch, tanggal pembuatan, tanggal sampling dan paraf petugas IPC yang
melakukan sampling. Sampel yang diperoleh diletakkan di tempat penyimpanan
QC. Sampel yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan prosedurpengujian
untuk masing-masing produk dengan metode yang telah disetujui. Spesifikasi dan
prosedur pengujian untuk tiap produk setengah jadi dan produkjadi mencakup
spesifikasi dan prosedur pengujian mengenai identitas, kemurnian,mutu dan
kadar/potensi.
Prosedur pengujian mencakup hal yang seperti telahdisebutkan dalam Raw
material. Hasil pengujian dilaporkan analis dalam Lembar data awal (LDA) berisi
nama dan nomor batch dan bentuk sediaan,metode analisis yang digunakan,
pernyataan mengenai nilai yang diharapkan,pernyataan apakah memenuhi atau
tidak memenuhi syarat, tanggal dan tandatangan analis yang melakukan pengujian
dan yang memeriksa perhitungan. Hasil pengujian (terutama perhitungan)
diperiksa oleh supervisor (Half Finished Goods Section Head) sebelum bahan
atau produk tersebut diluluskan atau ditolak.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
48
Universitas Indonesia
4) Microbiology Section
Bagian Quality Controlini menangani pengujian mikrobiologi baik
padabahan baku maupun bahan pengemas, produk setengah jadi dan produk jadi.
Tidak semua bahan baku maupun produk jadi dilakukan pengujian mikrobiologi,
hanya yang memiliki probabilitas terkontaminasi yang besar seperti bahan
bakuyang berupa ekstrak serta produk dalam bentuk sediaan sirup dan cream.
Pengujian mikrobiologi dimulai dengan diterimanya Permintaan Analisis (PA)
dari produksi dan QC Raw Material (RM) / Packaging Material (PM). Kemudian
dilakukan sampling dengan perlakuan yang lebih khusus yaitumenggunakan
wadah sampling yang steril.
Hasil pengujian dilaporkan analisdalam Lembar Mikrobiologi yang berisi
nama dan nomor batch dan bentuksediaan, media yang dipergunakan, pernyataan
nilai yang diharapkanpernyataantidak atau memenuhi syarat, tanggal pemeriksaan
dan tanda tangan analis yangmelakukan pengujian, tanggal dan tanda tangan QC
Microbiology Section Head. Hasil pemeriksaan mikrobiologi ini kemudian
diserahkan kepada analis bahanbaku atau analis produk setengah jadi sesuai
dengan bahan yang diuji. Analisbahan baku atau produk setengah jadi akan
membuat Certificate of Analysis (CoA) untuk bahan yang memiliki spesifikasi
mikrobiologi sehingga dapatdinyatakan diluluskan (released)
3.3.3. Production Division
Divisi Produksi dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan Kepala
Divisi Produksi (Production Division Head) yang memiliki tanggung jawab
penuh dalam produksi obat, diantaranya yaitu:
a) Pemastian bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur
b) Pemberian persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan
penerapannya secara tepat
c) Pengevaluasian dan penandatanganan catatan pengolahan bets sebelum
diserahkan kepada Kepala Departemen QA
d) Pemeriksan pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
produksi
e) Pemastian pelaksanaan validasi, dan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
49
Universitas Indonesia
f) Pemastian pelaksanaan pelatihan awal dan berkesinambungan bagi
personil di departemennya sesuai kebutuhan.
Divisi Produksi terbagi menjadi:
a) Produksi Non Steril (Non Sterile Production/NSP)
b) Produksi Sefalosporin Steril (Sterile Cephalosporine Production/SCP)
c) Proses Produksi yang Baik (Production Process Excellent), dan
d) Pemenuhan Mutu Produksi (Production Quality Compliance).
Struktur organisasi Divisi Produksi dapat dilihat pada Lampiran 4.
Proses Produksi yang Baik (Production Process Excellent) bertanggung
jawab dalam hal peningkatan produktivitas suatu proses produksi dan pengaturan
biaya produksi. Pemenuhan Mutu Produksi (Production Quality Compliance)
bertanggung jawab dalam persiapan standarisasi PIC/S agar produk tetap
memenuhi syarat keamanan, efikasi, dan mutu.
Jenis produk yang diproduksi di PT SOHO Group terdiri dari produk non
steril, produk steril, produk sefalosporin, dan produk obat tradisional.Produksi
non steril meliputi sediaan solid (tablet, kaplet, kapsul), semi solid (krim, gel), dan
likuid (emulsi, suspensi, larutan, sirup), sedangkan untuk produksi steril
sefalosporin meliputi sediaan injeksi, sediaan golongan beta laktam, dan
sefalosporin. Produk obat tradisional terdiri dari obat yang menggunakan ekstrak
yang berasal dari hasil ekstraksi.
Proses produksi adalah pengolahan bahan baku sampai dikemas menjadi
produk jadi. Produksi di PT SOHO Industri Pharmasi mencakup kategori NSP
yaitu sediaan solid dan non solid.Produk sediaan solid terdiri dari tablet, kaplet,
dan kapsul. Proses produksi tablet dan kaplet dimulai dari penimbangan,
pencampuran, granulasi, pencetakan, penyalutan, hingga pengemasan. Untuk
sediaan kapsul proses produksi dimulai dari penimbangan, pencampuran,
pengisian kapsul, hingga pengemasan. Produk sediaan non solid terdiri dari
sediaan semisolid (krim, gel) dan likuid (larutan, sirup, suspensi, emulsi).
Penjadwalan dan perencanaan produksi menggunakan sistem Rencana
Pengemasan Bulanan (Monthly Planning Packaging), yaitu penentuan jadwal
pengemasan terlebih dahulu baru diikuti penentuan jadwal pencampuran,
pencetakan, dan penyalutan. Setiap bahan baku dan bahan pengemas yang datang
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
50
Universitas Indonesia
dari pemasok disimpan di gudang dengan status karantina. Bahan baku dan bahan
pengemas berstatus karantina diberi label karantina warna kuning di wadah bahan.
Label karantina ditempel oleh pihak Gudang/Warehouse (WH). Bahan
baku dan bahan pengemas tersebut baru bisa digunakan untuk produksi setelah
diperiksa kemudian dinyatakan lulus oleh QC. Saat dinyatakan lulus, label lulus
warna hijau ditempel menutupi label karantina di wadah bahan baku dan bahan
pengemas. Bahan baku dan bahan pengemas yang tidak memenuhi syarat
dikeluhkan dan dikembalikan ke pemasok.Pengambilan bahan baku atau bahan
pengemas dari gudang menggunakan picklist. Picklist merupakan daftar material
yang dibutuhkan saat produksi dibuat oleh Perencanaan Bahan (Material
Planning) berdasarkan daftar material dalam rencana produksi.Picklist dicetak
oleh Produksi dan didistribusikan ke bagian Gudang/Warehouse.
a) Penimbangan Bahan Baku
Proses penimbangan merupakan tahap yang kritis dalam proses produksi
karena merupakan proses awal dalam produksi dan jika terjadi kesalahan dalam
penimbangan maka akan menjadi masalah untuk proses selanjutnya. Bahan baku
akan dipesan dari gudang berdasarkan picklist bahan baku. Bahan baku dari
gudang kemudian akan diserahterimakan ke bagian produksi di ruang penyangga
(buffer room) dan dilakukan pengecekan identitas bahan baku satu persatu sesuai
picklist meliputi nomor part, nama dan nomor bahan baku, tanggal kadaluarsa,
analisa ulang serta label hijau (release). Bahan baku yang sudah lolos pengecekan
akan diletakkan di ruang sebelum penimbangan (staging before weighing room),
dan masing-masing akan diletakkan per bets (satu palet hanya untuk satu bets).
Proses yang perlu dilakukan sebelum penimbangan adalah penyiapan
ruang timbang. Ruang timbang terbagi menjadi 2 jenis yaitu ruang timbang RH
rendah dan ruang timbang biasa. Pemisahan ini berdasarkan perbedaan sifat
produk yang akan ditimbang, bahan baku yang higroskopis dan mudah rusak
karena kelembaban di atas 30% ditimbang di ruang timbang RH rendah
sedangkan bahan baku yang tidak rusak karena kelembaban di atas 30%
ditimbang di ruang timbang biasa.Penyiapan ruang timbang meliputi pengaktifan
sistem bilik aliran bawah (down flow booth), pengecekan suhu dan RH, dan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
51
Universitas Indonesia
pengecekan waterpass. Sistem bilik aliran bawah (down flow booth) adalah sistem
pengaturan aliran udara untuk membawa debu dan partikel bahan baku yang jatuh
serta terhambur di udara masuk ke dalam penyaring halus/fine filter (di bagian
samping bawah ruang timbang) sehingga tidak mengontaminasi penimbang.
Penyaring halus/fine filter adalah HEPA filter yang digunakan secara khusus
untuk filter partikel/fines zat yang ditimbang. Udara hasil penyaringan penyaring
halus/fine filter tersebut akan disirkulasi kembali, dan dialirkan ke dalam ruang
timbang melalui HEPA filter di bagian atas. Debu dan partikel akan menempel di
HEPA filter dan penyaring halus/fine filter, dan sampai batas maksimal filter akan
diganti dengan filter baru. Batas maksimal perbedaan tekanan di HEPA filter
adalah 240 Pa dan di penyaring halus/fine filter adalah 120 Pa. Sistem bilik aliran
bawah/down flow booth dinyalakan selama 15 menit dan boleh dipakai setelah
aliran udara mencapai 40 m/detik. Suhu untuk ruang timbang biasa dan RH
rendah adalah ≤ 25°C.RH untuk ruang timbang biasa adalah 45-75%, dan untuk
RH rendah < 30%.
Waterpass merupakan parameter distribusi berat pada timbangan, kondisi
waterpass adalah kondisi dimana distribusi berat merata di semua sisi timbangan,
sehingga di sisi manapun bahan ditimbang akan menghasilkan massa/berat yang
sama. Pengecekan waterpass dilakukan dengan mengecek posisi gelembung air
dalam alat cek waterpass, posisi yang tepat adalah gelembung berada tepat di
tengah lingkaran alat cek waterpass. Penimbangan dilakukan setelah persyaratan
bilik aliran bawah/down flow both, suhu, RH dan waterpass terpenuhi.
Penimbangan dilakukan pada timbangan sesuai kapasitas masing-masing.Bahan–
bahan padat yang sudah ditimbang alam dimasukkan dalam plastik. Bahan-bahan
cair akan dimasukkan dalam wadah stainless steel, untuk alkohol dan larutan yang
memiliki resiko terbakar/meledak dimasukkan dalam wadah pengaman. Plastik,
wadah baja tahan karat (stainless steel) dan wadah pengaman (safety can) yang
digunakan harus sudah dicek dan dirilis oleh QC. Bahan yang sudah dimasukkan
dalam wadah kemudian diberi label timbang, kemudian diletakkan di dalam
ruangan setelah penimbangan (staging after weighing room). Kondisi pada saat
ini sudah dimulai penggunaan barcode sebagai pengganti label. Penggunaan
barcode ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan sistem label dimana jika
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
52
Universitas Indonesia
terjadi perbedaan antara stok fisik dan stok computer (data) maka barcode akan
mendeteksi dan memberikan peringatan bahwa bahan tersebut tidak bisa
ditimbang.
b) Produksi Solid
1) Seksi Pencampuran (Mixing Section)
Seksi pencampuran bertanggung jawab melakukan pencampuran bahan
baku hingga homogen dan memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya.
Proses utama dalam seksi pencampuran adalah pencampuran bahan untuk kempa
langsung, granulasi basah, dan granulasi kering. Proses pengempaan langsung
dilakukan untuk bahan–bahan yang memiliki sifat alir yang baik. Bahan – bahan
yang sifat alirnya tidak baik, tidak bisa diproses kempa langsung tetapi diproses
granulasi. Granulasi adalah proses pembentukan granul yaitu massa yang dibentuk
dari penyatuan beberapa partikel yang berbeda ukurannya menjadi massa dengan
ukuran yang lebih besar. Granul untuk produk farmasi memiliki rentang ukuran
0,2 – 4 mm. Proses granulasi dilakukan untuk meningkatkan sifat alir bahan.
Proses granulasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu granulasi basah dan granulasi kering.
Proses granulasi basah adalah proses pembentukan granul basah yang
menggunakan bantuan air untuk membentuk granul. Larutan lain yang dapat
digunakan untuk granulasi basah adalah alkohol, isopropanol dan kombinasi
keduanya. Proses granulasi basah dilakukan untuk bahan–bahan yang tahan panas
dan tidak rusak karena hidrolisis air. Sedangkan proses granulasi kering adalah
proses pembentukan granul kering dengan bantuan tekanan tinggi. Proses
granulasi kering dilakukan untuk bahan – bahan yang tidak tahan panas dan
mudah rusak karena hidrolisis air, tetapi tahan terhadap tekanan tinggi. Proses
pembentukan granul dengan tekanan tinggi dibagi menjadi dua jenis yaitu
pembentukan masa kompak (slugging) dan pengempaan menggunakan rol (roller
compaction). Slugging adalah pembentukan slug yaitu massa kompak dengan
diameter 25 mm dan ketebalan 10 - 15 mm. Alat yang digunakan untuk
membentuk slug adalah mesin tablet jenis penekan debu besar yang berputar
(heavy duty rotary press). Slug dipecah dengan menggunakan penggiling hammer
(hammer mill) untuk membentuk granul kering. Roller compaction merupakan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
53
Universitas Indonesia
proses meremas bahan diantara dua rol untuk membentuk lembaran massa yang
rapuh dan segera pecah menjadi serpihan. Serpihan diayak dengan mesh ukuran
tertentu untuk membentuk granul.
(a) Proses pencampuran bahan untuk kempa langsung
Proses kempa langsung merupakan proses yang paling sederhana dan
paling cepat karena hanya dilakukan dalam satu tahap yaitu pencampuran kering.
Bahan-bahan untuk kempa langsung dicampur di dalam alat pencampur (mixer)
hingga homogen kemudain selanjutnya ditampung dalam wadah dan diberi label.
Pengawasan saat proses (IPC) tidak dilakukan pada proses pencampuran bahan
untuk kempa langsung.
(b) Proses pencampuran bahan untuk granulasi basah
Proses ini dimulai dari pencampuran basah zat aktif dengan fase dalam
yaitu bahan pengisi, pengikat dan penghancur. Alat yang digunakan adalah
pencampur super (super mixer), yaitu alat yang mempunyai kemampuan untuk
mencampur bahan dengan putaran agitator dan membentuk granul dengan
pemotong (chopper).Agitator berbentuk seperti baling-baling dan dapat berputar
pada kecepatan tinggi sehingga massa yang ada dapat teraduk dan tercampur oleh
gaya putar agitator. Pemotong (chopper) merupakan alat yang digunakan untuk
membentuk granul, pemotong (chopper) berfungsi seperti pisau yang memotong
massa kempal berukuran besar menjadi granul-granul. Bahan – bahan tertentu
seringkali membutuhkan pengayakan dengan mesin penggiling berbentuk kerucut
(cone mill) sebelum dicampur dalam pencampur super (super mixer). Selain itu
juga terdapat bahan-bahan tertentu setelah dicampur dalam pencampur super
(super mixer) harus diayak dengan mesin penggiling berbentuk kerucut (cone
mill). Hal ini tergantung dengan prosedur yang terdapat dalam catatan bets.
Proses selanjutnya setelah pencampuran basah adalah pengeringan dengan
FBD (Fluidized Bed Dryer). Prinsip kerja FBD adalah udara dingin yang telah
disaring melalui pre filter dan filter akhir (HEPA) dan melewati ruang pemanasan
di belakang mesin utama (Heat Exchanger), kemudian udara akan ditarik ke
wadah mesin berisi granul yang akan dikeringkan. Udara panas akan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
54
Universitas Indonesia
menghamburkan granul secara teratur dan kelembaban granul akan ditarik keluar
oleh kipas sehingga produk menjadi kering dan rata di setiap butiran. Granul yang
dikeringkan akan diperiksa kadar airnya dimana alat yang digunakan untuk
memeriksa kadar air adalah alat pengukur keseimbangan kelembaban (Moisture
Balance). Granul yang sudah memenuhi persyaratan kadar air selanjutnya
diproses dengan granulator.
Granul kering hasil granulator selanjutnya dicampur kering dengan fase
luar (bahan pelicin, lubrikan, dan disintegran) dalam alat pencampur. Pemilihan
jenis mixer tergantung dengan jumlah bahan yang akan dicampur. Pengawasan
saat proses (IPC) yang dilakukan saat granulasi basah dilakukan hanya pada
pengukuran kadar air.
(c) Proses pencampuran bahan untuk granulasi kering
Zat aktif dan fase dalam dicampur dan dimasukkan dalam pembentuk
granul (granulator), didalam granulator zat aktif dan fase dalam mengalami proses
roller compaction dan kemudian diayak dengan mesh. Granul yang dihasilkan
selanjutnya akan dicampur kering dalam alat pencampur (mixer). Pengawasan saat
proses (IPC) tidak dilakukan dalam proses granulasi kering.
Hasil pencampuran kering proses granulasi basah atau granulasi kering
selanjutnya akan dibungkus dalam wadah, dilabel dan diletakkan di ruang WIP
sebelum diproses ke bagian pencetakan tablet. Ruangan WIP berfungsi untuk
menyimpan bahan-bahan hasil pencampuran sebelum masuk proses selanjutnya
karena tidak semua bahan setelah selesai proses pencampuran langsung diproses
lebih lanjut. Bahan-bahan yang tidak berhasil dicampur dan tidak memenuhi
persyaratan harus dikarantina, kemudian dilaporkan kejadiannya ke QA untuk
menunggu tindakan yang diambil.
2) Bagian Pencetakan tablet (Tableting Section)
Bagian pencetakan tablet memiliki tugas untuk mencetak hasil
pencampuran menjadi tablet atau kaplet. Hasil pencampuran yang telah diijinkan
untuk proses dilanjutkan dibawa ke ruang pencetakan tablet untuk dicetak. Mesin
tablet harus disiapkan sesuai catatan bets terutama tentang tekanan dan kedalaman
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
55
Universitas Indonesia
pengisian, karena merupakan parameter kritis untuk mencetak tablet. Ada
bermacam-macam mesin pencetak tablet yang digunakan. Secara umum, mesin
tablet memiliki bagian yang sama yaitu bagian punch, dies, turret, compression
roll, hopper, dan discharge chute, serta dilengkapi dengan uphill deduster untuk
menghilangkan debu yang menempel pada tablet dan pendeteksi logam untuk
mendeteksi adanya kandungan logam dalam tablet. Perbedaan tiap mesin pencetak
tablet yaitu pada cara pengoperasian, jumlah punch, dan jenis punch. Cara
pengoperasian terbagi menjadi manual, semi otomatis, dan otomatis
(komputerisasi). Jumlah punch bervariasi mulai 16 sampai 39 punch. Jenis punch
terdapat B-type dan D-type. Punch D-type memiliki diameter punch lebih besar
dibandingkan dengan B-type.
Pengawasan selama proses (IPC) tablet berlangsung saat pencetakan tablet
dilakukan setiap 30 menit sekali. Pengawasan selama proses (IPC) yang dilakukan
yaitu ketebalan tablet, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu
hancur. Masalah yang sering dihadapi dalam pencetakan tablet adalah capping,
laminating, lengket pada dies, dan lengket pada punch. Capping dan laminating
diatasi dengan menurunkan tekanan kempa, menambahkan jumlah pengikat
sampai optimum, dan memasukkan granul yang kekeringan ke dalam oven dalam
keadaan mati/off. Granul tersebut akan menyerap uap air sehingga terjadi
peningkatan kadar air dalam granul. Massa tablet yang lengket pada punch dan
dies terjadi karena granul terlalu basah, tekanan kempa kurang besar, dan terlalu
banyak bahan pengikat. Pengatasan massa tablet yang lengket pada punch dan
dies adalah dengan mengeringkan granul yang terlalu basah, menaikkan tekanan
kempa dan memakai bahan pengikat dalam jumlah yang optimum. Tablet yang
memenuhi syarat disimpan di ruang WIP tablet.Tablet yang tidak memenuhi
syarat dikarantina terlebih dahulu, kemudian didiskusikan dengan QA untuk
tindakan selanjutnya. Tablet yang ditolak akan dikumpulkan dan dimusnahkan.
3) Bagian Penyalutan (Coating Section)
Proses penyalutan adalah proses menutupi tablet dengan suatu lapisan
tertentu, baik yang inert atau partikel/zat berkhasiat, baik murni ataupun dalam
bentuk tercampur, berbentuk padat atau cair. Proses penyalutan bertujuan untuk
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
56
Universitas Indonesia
menutupi rasa, bau, atau warna obat, memberi perlindungan fisik dan kimia pada
obat, mengendalikan pelepasan obat dan meningkatkan penampilan tablet. Proses
penyalutan/coating dilakukan setelah tablet hasil cetak sudah memenuhi
persyaratan dan diberi label proses akan dilanjutkan. Tahapan proses penyalutan
adalah penyiapan larutan salut, proses penyegelen/sealing, proses sub-penyalutan/
subcoating, proses penghalusan dan pewarnaan (smoothing- coloring), dan proses
pengkilatan/polishing. Semua tahapan tersebut tidak selalu berlaku untuk setiap
tablet tergantung dari jenis tablet yang diproduksi. Jenis tablet salut yang
diproduksi adalah tablet salut film/salut selaput, salut gula, dan salut enterik.
Tahap penyiapan larutan merupakan tahap kritis karena bila larutan tidak
homogen maka tablet tidak tersalut sempurna atau warna tidak merata. Tahap
penyegelan/sealing bertujuan untuk menutupi permukaan bahan yang disalut dari
penetrasi air dan untuk memperkeras permukaan, larutan yang digunakan adalah
larutan yang tidak dapat larut air, seperti shellac, HPMC.Tahap sub-
penyalutan/subcoating bertujuan untuk menutupi permukaan bahan yang disalut
sehingga menjadi bundar sesuai dengan bentuk dan ketebalan yang dikehendaki.
Larutan yang digunakan untuk subcoating adalah larutan gula. Tahap penghalusan
dan pewarnaan (smoothing-coloring) bertujuan untuk menutupi dan mengisi cacat
pada permukaan tablet yang disebabkan oleh tahap subcoating, dan untuk
memberi warna dasar pada tablet.Larutan yang digunakan pada tahap tersebut
adalah larutan gula yang ditambah lake atau pewarna. Tahap
pengkilapan/polishing bertujuan untuk mengkilapkan permukaan tablet salut
sehingga terlihat mengkilap dan menarik dengan menggunakan polimer selulosa.
Alat yang digunakan untuk penyalutan merupakan sistem panci penyalut
otomatis (automated coating pan). Panci yang digunakan merupakan panci
berlubang (perforated), yaitu panci berlubang dan dapat dialiri udara panas lebih
banyak melalui lubang-lubang tersebut sehingga pengeringan lebih efektif. Panci
juga memiliki baffle yang berfungsi untuk membantu pembalikkan tablet sehingga
penyalutan dapat merata. Bagian alat penyemprot (spray gun) digunakan untuk
menyemprotkan larutan penyalut.Parameter kritis saat penyalutan adalah suhu dan
putaran panci. Tablet yang sudah selesai disalut dimasukkan ke dalam panci
pemoles (polishing) untuk memoles tablet supaya mengkilat. Pengawasan selama
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
57
Universitas Indonesia
proses (IPC) yang dilakukan adalah pengukuran waktu hancur dan keseragaman
bobot Pengawasan selama proses (IPC) dilakukan setelah selesai penyalutan.
Tablet salut yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dikonfirmasi ke QA
untuk memastikan tindakan selanjutnya.
Masalah–masalah yang dihadapi saat penyalutan adalah sticking, twinning,
chipping dan mottled color. Sticking merupakan menempelnya bagian tablet salut
pada dinding mesin sehingga mengakibatkan tablet tidak utuh.Hal ini disebabkan
oleh pengeringan yang tidak maksimal. Permasalahan ini dapat diatasi dengan
meningkatkan efisiensi pengeringan. Twinning adalah menempelnya tablet salut
pada tablet salut yang lain. Hal ini disebabkan oleh kecepatan panci yang lambat,
dan alat penyemprot (spray gun) menyemprot larutan salut terlalu cepat. Twinning
dapat diatasi dengan mempercepat putaran pan, dan memperlambat semprotan alat
penyemprot (spray gun). Chipping adalah lepasnya bagian tablet atau rusaknya
bagian tablet. Hal ini terjadi putaran panci yang cepat dan tablet inti yang rapuh.
Chipping dapat diatasi dengan memperlambat putaran panci dan menggunakan
tablet inti yang tidak rapuh. Mottled color adalah kondisi dimana warna tablet
salut yang tidak merata disebabkan oleh pencampuran larutan salut yang kurang
homogen dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang terlalu jauh dari tablet.
Mottled color dapat diatasi dengan pencampuran homogen larutan penyalut dan
posisi alat penyemprot (spray gun) yang lebih dekat dengan tablet.
4) Proses Produksi Kapsul
Selain melakukan produksi kapsul, dilakukan juga pengisian kapsul
cangkang gelatin keras. Prinsip kerja mesin pengisian kapsul ini adalah cangkang
kapsul yang telah dimasukkan ke dalam hopper akan masuk ke dalam jalur
kapsul. Dengan menggunakan vakum, tutup dan badan kapsul dipisahkan.Bagian
badan kapsul pada shaft siap diisi granul atau serbuk. Kapsul yang rusak akan
ditolak secara otomatis. Tutup dan badan kapsul yang sudah terisi ditempatkan
pada shaft dan siap untuk ditutup.Kemudian tutup dan badan kapsul ditutup lalu
dikunci. Kapsul yang telah terkunci dikeluarkan dari mesin yang kemudian akan
masuk ke mesin pemoles. Pemolesan bertujuan untuk membersihkan debu partikel
yang menempel pada permukaan cangkang kapsul.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
58
Universitas Indonesia
5) Bagian Pengemasan Primer (Primary Packaging Section)
Pengemasan primer untuk tablet dan salut dibuat dalam 2 bentuk yaitu
strip dan blister. Bahan kemasan strip adalah alufoil, sedangkan bahan kemasan
blister adalah plastik dan alufoil. Bahan pengemasan yang digunakan adalah
bahan pengemas yang sudah dinyatakan lulus oleh QC. Pemeriksaan bahan
pengemas dilakukan sebelum proses pengemasan dan yang diperiksa adalah
nomor bets dan kualitas pengemas. Pengemas yang tidak layak pakai tidak akan
digunakan untuk proses pengemasan dan selanjutnya akan dikarantina untuk
dimusnahkan. Pertimbangan pemilihan strip atau blister terletak pada stabilitas
bahan yang dikemas dan permintaan pasar. Bahan yang dikemas dengan stripakan
lebih stabil dibandingkan dikemas dengan blister, tetapi harga bahan yang
digunakan untuk strip lebih mahal dibandingkan bahan blister. Obat–obat yang
peka terhadap cahaya hanya dapat dikemas dengan strip, karena blister memiliki
bagian transparan yang dapat ditembus cahaya sehingga obat yang peka cahaya
akan rusak. Blister merupakan kemasan yang mudah dibuka yaitu dengan
didorong dari belakang (push through pack), lebih disukai konsumen
dibandingkan strip yang dibuka dengan merobeknya. Bagian mesin strip yang
kritis dalam pengemasan primer adalah bagian feeding guide, feeding chute, dan
sealing. Bagian feeding guide adalah bagian yang terdapat pada hopper mesin,
berbentuk seperti rel/jalur dan berfungsi untuk mengarahkan tablet atau kapsul
satu persatu secara berurutan ke dalam feeding chute. Bagian feeding chute adalah
bagian saluran atau jalur tablet sebelum masuk sealing. Bagian sealing berfungsi
untuk membungkus tablet/kapsul dengan cara menempelkan 2 sisi alufoil dengan
panas tinggi sehingga rapat.
Bagian mesin blister yang kritis dalam pengemasan primer adalah bagian
pembentuk lubang blister, feeding guide, dan bagian sealing. Bagian feeding
guide dan sealing memiliki prinsip yang sama dengan mesin strip. Bagian
pembentuk lubang blister berfungsi untuk membuat lubang bilster dari plastik,
plastik ditekan dengan cetakan panas dan segera didinginkan sehingga terbentuk
lubang-lubang blister. Bagian pembentuk blister inilah yang membedakan mesin
strip dan mesin blister.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
59
Universitas Indonesia
Pengemasan tablet juga dilakukan dengan botol, bahan-bahan yang rusak
karena panas tidak boleh dikemas dengan strip atau blister, karena mesin strip dan
blister menggunakan panas tinggi. Proses pengemasan dengan botol adalah
dimulai dengan peniupan/blowing botol, pengisian tablet, dan penutupan botol
(capping). Proses peniupan/blowing botol berfungsi untuk menghilangkan
partikel/debu yang terdapat di botol. Produk sirup kering dikemas dengan botol
khusus dimana proses yang dilakukan sama dengan pengemasan botol biasa.
Pengawasan selama produksi (IPC) yang dilakukan adalah uji kebocoran
dengan larutan metilen biru dalam mesin sedot vakum, dilakukan setiap 15 menit
sekali. IPC dilakukan setiap 15 menit supaya saat ditemukan kemasan yang rusak
atau bocor dapat segera diambil tindakan perbaikan dan pencegahan sehingga
jumlah kemasan yang ditolak tidak terlalu banyak, hanya jumlah kemasan dalam
proses pengemasan selama 15 menit saja. Cara menguji kebocoran adalah dengan
memasukkan strip ke dalam larutan metilen biru (dalam mesin sedot vakum) dan
dan ditutup pintu mesin, vakum dinyalakan dan jika terjadi kebocoran maka strip
atau blister akan terisi larutan metilen biru. Sampel IPC harus dibuang dan tidak
boleh dikemas ulang setelah dibuka.Strip/blister yang mengalami kebocoran
dikarantina dan dikonfirmasi ke QA untuk melakukan pengemasan ulang.
Pengecekan penampilan juga dilakukan saat pengemasan, kemasan yang
bergaris, penyok atau tidak sempurna akan segera diperiksa penyebabnya,
kemudian dikarantina dan dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan supaya kemasan
bekas tidak disalahgunakan oleh pihak yang bertanggung jawab.Alufoil sisa
pengemasan dikembalikan ke gudang.
6) Bagian Pengemasan Sekunder/Secondary Packaging Section
Pengemasan sekunder dilakukan langsung setelah pengemasan primer
dimana mesin dibuat model satu jalur (in line). Urutan model satu jalur (in line)
adalah dari mesin pelabel/labeling selanjutnya ke mesin cetak/printing untuk label
kemudian mesin cetak/printing untuk kemasan sekunder dan mesin
penyegelan/sealing master box. Proses kritis dari pengemasan sekunder adalah
proses pencetakan/printing. Proses pencetakan/printing dilakukan dengan printer
dengan warna tinta hitam yang tidak mudah terhapus oleh udara atau gesekan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
60
Universitas Indonesia
dimana yang dicetak adalah nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan tanggal produksi.
Hasil cetakan/printing yang tidak bagus (miring atau kabur) dapat dihapus dengan
larutan penghapus (semacam thinner) kemudian dicetak ulang.Pengemasan
sekunder masih dilakukan dengan bantuan tenaga manusia.Strip, blister, atau
botol yang sudah dicetak dimasukkan secara manual dalam dus kemasan. Dus
kemasan juga diprint nomor bets, tanggal kadalursa dan tanggal produksinya. Dus
kemasan dimasukkan ke dalam master box dan ditutup dengan selotip.Master box
dilabel dan selanjutnya diserahterimakan dengan bagian gudang. Beberapa
informasi tercantum pada master box antara lain, terlindung dari cahaya, cara
menyusun, jangan memakai alat pengait, dan maksimal tumpukan. Tujuannya
adalah untuk menhindari kerusakan selama penyimpanan. Pengawasan selama
proses (IPC) yang dilakukan hanya memeriksa nomor bets, tanggal kadaluarsa,
dan tanggal produksi.
3.3.4. Supply Chain (SCM) Division
Divisi Supply Chain (SC) terbagi menjadi empat departemen yaitu Supply
Planning Department, Material Procurement Department, Inbound Logistic
Department, dan Import Clearance Department. Departemen ini dipimpin oleh
seorang Division Head dan dibantu oleh administrator. Struktur organisasi divisi
ini dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.3.4.1. Supply Planning Department
Supply Planning Department merupakan departemen yang
bertanggungjawab terhadap perencanaan produksi. Departemen ini terbagi
menjadi dua sub departemen, yaitu Supply Planning Sub Department dan Product
Supply Management Sub Department. Struktur organisasi departemen ini dapat
dilihat pada Lampiran 5.
Productt Supply Management bertanggung jawab dalam melaksanakan
perencanaan produksi suatu produk baru yang akan diluncurkan. Alur untuk
Persediaan Produk (Product Supply) dimulai dari dokumen formula induk
(berkoordinasi dengan R&D), bahan baku dan bahan kemas (koordinasi dengan
R&D dan Perencanaan dan Pembeliaan Bahan/Procurement and Material
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
61
Universitas Indonesia
Planning), nomor registrasi (koordinasi dengan Pengembangan Bisnis dan
Pemasaran/Business Development dan Marketing), produksi (koordinasi dengan
Divisi Produksi/Production Division), pelulusan produk (koordinasi dengan QA),
hingga pengiriman (koordinasi dengan pihak Gudang/Warehouse).
Supply Planning Sub Department dibagi menjadi 3 seksi (section) yaitu
Production Planning Section, Contract Manufacture Section dan Production
Planning Specialist. Contract Manufacture Section bertanggung jawab dalam
terlaksananya kerjasama dengan perusahaan lain untuk melakukan toll
manufacturing termasuk melakukan negosiasi terkait produksi obat seperti
menentukan jangka waktu mulai dari pemesanan produk hingga dihasilkan produk
jadi.
Seksi Production Planning terbagi menjadi dua sub bagian yaitu External
yang bertanggungjawab dalam perencanaan toll manufacturing, dan Internal yang
bertanggungjawab terhadap perencanaan tiga lini produksi lini solid, liquid dan
Sterile Cephalosporine Extract Product (SCEP). Bagian Production Planning
Department ini bertanggungjawab dalam pengaturan jadwal produksi.
Perencanaan produksi sangat berpengaruh terhadap jumlah produksi.
Perencanaan produksi dibuat berdasarkan order plan dari distributor. Order plan
dibuat berdasarkan forecasting/peramalan dari Marketing Department. Peramalan
sangat penting dalam perencanaan produksi karena mempertimbangkan kebutuhan
marketing yaitu situasi penjualan masa lalu dan kebutuhan pasar masa depan
dengan melihat pertumbuhan pasar. Production Planning Department bertugas
untuk menganalisa setiap forecast/peramalan yang berasal dari bagian marketing,
kemudian melakukan perencanaan Master Production Scheduling (MPS) dan
Master Requirements Planning (MRP). Master Production Scheduling (MPS)
berisi jenis, jumlah produk yang akan diproduksi, serta jadwal kapan
dilakukannya proses produksi. Setelah MPS dibuat, selanjutnya dibuat MRP
untuk menunjang MPS. Master Requirements Planning (MRP) berisi nama dan
jumlah material yang dibutuhkan dalam proses produksi. Dokumen Master
Requirements Planning (MRP) di-follow up ke bagian warehouse, QA, produksi,
dan marketing.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
62
Universitas Indonesia
3.3.4.2. Material Procurement Department
Material Procurement Department merupakan departemen yang
bertanggung jawab terhadap pengadaan bahan awal, yaitu bahan baku (raw
material) dan bahan pengemas (packaging material) yang akan digunakan dalam
produksi dengan cara membeli dari pemasok yang telah terdaftar. Departemen ini
terbagi menjadi tiga section, yaitu Material Sourcing Section, Material
Procurement Section, dan Material Planning Section. Struktur organisasi
departemen ini dapat dilihat pada Lampiran 5.
Material Planning Section bertanggung jawab atas perencanaan
pemesanan material dalam bentuk shop order yang dibuat berdasarkan Bill of
Material (BOM). Shop order tersebut menjadi dasar pembuatan picklist yang
digunakan oleh produksi untuk memesan bahan baku dari warehouse. Sementara
itu, Raw Material Procurement Section, dan Packaging Material Procurement
Section masing-masing bertanggung jawab terhadap pembelian bahan baku dan
bahan pengemas.
Dalam aktifitasnya, Material Procurement Department menerima
permintaan bahan baku dan bahan pengemas dari Production Planning yang
tertulis dalam Purchase Requisition. Permintaan tersebut kemudian ditindaklanjuti
dengan mengirim Purchase Order yang berisi daftar barang yang akan dibeli
kepada pemasok yang telah tercantum dalam Approved Vendor List, yaitu daftar
pemasok yang telah terkualifikasi dan disetujui oleh Quality Assurance. Untuk
selalu menjaga ketersediaan bahan, maka tiap bahan awal harus memiliki minimal
dua pemasok. Departemen ini juga bertanggung jawab untuk mencari alternatif
pemasok jika pemasok yang telah terdaftar tersebut tidak dapat memenuhi
permintaan bahan baku dan pengemas.
3.3.4.3. Inbound Logistic Department
Gudang merupakan suatu bagian dalam industri farmasi yang berfungsi
sebagai tempat penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian,
pengendaian, pemusnahan, dan pelaporan material serta peralatan agar kualitaas
dan kuantitas terjamin. Penyimpanan barang di dalam gudang PT. SOHO Industri
Pharmasi mengikuti persyaratan yang disebutkan dalam CPOB, yaitu:
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
63
Universitas Indonesia
a) Harus ada protap yang mengatur tata kerja (penerimaan, penyimpanan, dan
distribusi barang.
b) Cukup luas, terang, dapat menyimpan bahan dalam keadaan kering,
bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih, dan teratur.
c) Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah
terbakar atau mudah meledak.
d) Tersedia tempat khusus barang karantina dan rejected.
e) Tersedia ruangan khusus untuk sampling, dengan kualitas ruangan seperti
grey area.
f) Pengeluaran barang mengikuti prinsip First In First Out(FIFO) atau First
Expired First Out (FEFO).
PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki 6 gudang untuk menyimpan bahan
awal serta produk jadi, yakni gudang PG6 untuk menyimpan semua bahan baku
dan bahan pengemas keperluan eksport; gudang Himalaya untuk menyimpan
bahan kemas keperluan dalam negeri; gudang Rawaudang untuk menyimpan
bahan pengemas tersier; gudang Rawakepiting untuk menyimpan simplisia serta
senyawa mudah terbakar; gudang Pulokambing untuk menyimpan obat jadi.
Pergudangan di PT. SOHO Industri Pharmasi ditangani oleh satu
departemen khusus, yaitu Inbound Logistic Department. Departemen ini
merupakan hasil restrukturisasi dari Warehouse Department yang dilakukan pada
bulan Januari 2013. Restrukturisasi ini merupakan bentuk penegasan peran
departemen ini sebagai bagian dari Industri yang bertanggungjawab terhadap
kagiatan penerimaan barang, penyimpanan di gudang, serta pendistribusian bahan
baku/produk jadi, lebih luas dibandingkan fungsi pergudangan (warehouse).
Inbound Logistic Department dikepalai oleh seorang Department Head
dan dibantu oleh seorang Sub Department Head. Sub Department Head
mengepalai 4 orang Site Supervisor, yaitu Site Supervisor untuk gudang PG6; Site
Supervisor untuk gudang Himalaya; Site Supervisor untuk gudang Rawaudang
dan Rawakepiting; dan Site Supervisor untuk gudang Pulokambing dan
Rawasumur. Struktur organisasi divisi ini dapat dilihat pada Lampiran 5.
Penyimpanan barang di dalam gudang PT. SOHO Industri Pharmasi
dibedakan berdasarkan 4 kategori, yaitu:
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
64
Universitas Indonesia
a) Pharma – Non Pharma
Pharma dan Non Pharma dibedakan berdasarkan kategori produk akhir
bahan awal. Pharma merupakan golongan produk ethical sementara Non Pharma
merupakan golongan produk supplement dan non-essentials. Seluruh bahan baku,
baik itu zat aktif maupun eksipien yang digunakan dalam memproduksi produk
ethical, akan diletakkan di dalam kelas Pharma, begitu pula sebaliknya.
b) Halal – Reguler
Bahan yang telah mendapatkan sertifikasi Halal dari Majelis Ulama
Indonesia akan diletakkan secara terpisah dengan bahan yang tidak disertifikasi.
Pemisahan tersebut hanya sebatas pemisahan pallet, bukan hingga pemisahan
ruang.
c) Cephalosporin - Non Cephalosporin
Zat aktif golongan cephalosporin dipisahkan dengan zat aktif non
cephalosporin.Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi
beta laktam.Pemisahan dilakukan secara pemisahan ruangan.
d) Psikotropik (Obat Keras Terbatas) - non Psikotropik
Penggolongan ini didasarkan pada UU No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, pada sarana produksi farmasi, psikotropika harus disimpan secara
terpisah dengan golongan non psikotropika.
Gudang bahan baku dan obat jadi PT. SOHO Industri Pharmasi
dikondisikan dalam tiga tingkatan suhu, yaitu suhu ruangan ambient (<30°C)
untuk produk yang stabil terhadap panas, suhu dikondisikan dengan Air
Conditioner (15-25 °C) untuk penyimpanan produk yang stabil pada suhu kamar,
serta cold room (2-8 °C) untuk produk termolabil.
Selain bertanggung jawab terhadap penyimpanan barang, Inbound Logistic
Department juga bertanggung jawab terhadap penerimaan barang serta
pengeluaran barang dari gudang. Barang yang dinyatakan memenuhi spesifikasi
akan dilengkapi dengan Laporan Penerimaan Barang (LPB). LPB kemudian
dikirimkan ke bagian Quality Control Department dan QC Department
melakukan sampling terhadap barang yang diterima tersebut.Barang yang
dinyatakan sesuai dengan spesifikasi kemudian diberikan status diluluskan dan
dapat dimasukkan ke dalam stok gudang.Pengeluaran barang dari gudang, seperti
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
65
Universitas Indonesia
pendistribusian bahan awal untuk produksi, dilakukan berdasarkan picklist yang
dibuat oleh Production Planning dan dicetak oleh bagian Produksi.
Setiap awal bulan, PT. Parit Padang akan mengirim Purchase Order (PO)
ke gudang/warehouse. PO tersebut akan diinput untuk selanjutnya diproses.
Proses transaksi antara PT. SOHO Group dan PT. Parit Padang dilakukan dengan
Delivery Note (DN). DN adalah bukti resmi penjualan produk PT. SOHO Group
yang dibeli oleh PT. Parit Padang.
Dalam menjalankan fungsi gudang sebagai tempat pemusnahan, Inbound
Logistic Department bekerja sama dengan Holcim untuk melakukan pemusnahan
obat kembalian yang berasal dari distributor. Sebagian besar penyebab kembalian
obat adalah karena produk telah mendekati waktu daluwarsa.Pemusnahan barang
juga dilakukan pada barang yang ditolak (reject).
3.3.4.4. Import Clearance Department
Import Clearance Department merupakan departemen yang bertanggung
jawab terhadap impor, dimana aktifitas terbesar departemen ini adalah impor
bahan baku dari luar negeri. Struktur organisasi departemen ini dapat dilihat pada
Lampiran 5.
3.3.5. Validation and Documentation Department (VDD)
Validation and Documentation Department merupakan suatu departemen
yang berada di bawah struktur Manufacturing. Departemen ini bertanggung jawab
atas seluruh aktivitas validasi dan mengelola dokumen terkendali dalam lingkup
manufacturing untuk memenuhi ketentuan current Good Manufacturing Practice
yang berlaku di Indonesia (CPOB) maupun secara internasional. Struktur
organisasi departemen ini dapat dilihat pada Lampiran 7.
Aktivitas validasi yang dilakukan oleh departemen ini bertujuan untuk
memastikan bahwa peralatan, fasilitas, sistem, dan proses yang digunakan untuk
memproduksi obat memenuhi syarat yang telah ditentukan dan akan menghasilkan
produk yang sesuai dengan tujuan penggunaanya. Kebijakan validasi yang berlaku
pada lingkungan SOHO Group tertuang dalam Validation Master Plan (VMP)
masing-masing fasilitas. Secara garis besar aktivitas yang dilakukan oleh
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
66
Universitas Indonesia
departemen ini adalah melakukan analisis risiko, kualifikasi, dan validasi. Risk
Analysis (RA) atau Analisis Risiko merupakan suatu kegiatan menganalisa
kemungkinan risiko yang berasal dari desain/fungsi maupun penggunaan
peralatan. Tahap Ini dilakukan sebelum proses kualifikasi dimulai.
Kualifikasi merupakan upaya pembuktian bahwa fasilitas, sistem, dan
ruangan (clean room) yang digunakan bekerja dengan benar. Kualifikasi terdiri
dari 4 tahap, yaitu kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional,
dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi desain atau Design Qualification (DQ)
dilakukan untuk memastikan apakah desain peralatan yang digunakan telah sesuai
dengan kriteria cGMP yang difenisikan dalam User Requirement Specification
dan Analisis Risiko.
Kualifikasi instalasi atau Installation Qualification (IQ) of equipment /
utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan telah terpasang sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh pembuat equipment/utility.Kualifikasi
operasional atauOperational Qualification (OQ) of equipment/utility system
dilakukan untuk memastikan apakah peralatan beroperasi sesuai dengan
spesifikasinya. Kualifikasi kinerja atau Performance Qualification (PQ) of
equipment/utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan memiliki
performa yang diinginkan atau sesuai spesifikasi secara konsisten dan terpercaya.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh departemen ini adalah validasi. Validasi
sendiri merupakan pembuktian terdokumentasi bahwa proses yang dioperasikan
menunjukkan performa yang efektif dan reprodusibel untuk menghasilkan produk
yang sesuai spesifikasi dan ketetapan GMP. Terdapat tiga macam validasi yang
dilakukan oleh Validation and Documentation Department, yakni validasi proses,
validasi pembersihan, dan validasi proses aseptis.
Validasi proses merupakan pembuktian terdokumentasi bahwa proses
yang dioperasikan menunjukkan performa yang efektif dan reprodusibel untuk
menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi dan ketetapan GMP. Validasi
pembersihan merupakan pembuktian bahwa cara pembersihan yang diterapkan
pada equipment yang kontak dengan produk terbukti secara efektif mengurangi
tingkat kontaminasi pada batas yang dapat diterima. Validasi sistem komputer
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk membuktikan bahwa sistem
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
67
Universitas Indonesia
komputerisasi yang digunakan (hardware dan software) dalam proses pembuatan
produk obat sesuai dengan persyaratan CPOB yang berlaku.
3.3.6. Technical Division.
3.3.6.1. Departemen Urusan Umum (General Affairs)
Departemen Urusan Umum (General Affairs) terdiri dari Sub Departemen
QA Urusan Internal (QA Internal Affairs Sub Departemen), Sub Departemen QA
Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub Departemen), dan Sub Departemen
Pelayanan Cabang (Branch Services Sub Departemen). Sub Departemen QA
Urusan Internal (QA Internal Affairs Sub Departemen) membawahi Urusan
Rumah Tangga Area I dan II (House keeping area I dan II), Front office and
Security, Fasilitas Kantor (Office Facility), dan Perbekalan Kantor (Office
Supplies).
Sub Departemen QA Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub
Departemen) membawahi Manajemen Limbah dan Hama (Waste and Pest
Management) dan Manajemen Transportasi (Transportation Management).
Manajemen Limbah dan Hama (Waste and Pest Management) bertanggung jawab
dalam penanganan limbah dan pengendalian hama. Sedangkan Manajemen
Transportasi (Transportation Management) bertanggung jawab dalam hal
transportasi.General Affairs Sub Departemen Pelayanan Cabang (Branch Services
SubDepartemen) berhubungan dengan cabang-cabang distributor PT. Parit Padang
Global yang ada di seluruh Indonesia. Sub Departemen Pelayanan Cabang terbagi
menjadi 2 regional, yaitu Urusan Umum Cabang Regional I dan Urusan Umum
Cabang Regional II.
Penanganan limbah di PT. SOHO Group termasuk dalam Sub Departemen
QA Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub Department). Jenis limbah yang
ditangani ada tiga jenis, yaitu limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), limbah
domestik, dan limbah IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
Limbah B3 adalah limbah baik berupa padat maupun cair, yang sifatnya
bila tidak dikelola/dimusnahkan dengan tepat dapat mencemarkan lingkungan
maupun menimbulkan efek yang tidak baik unruk makhluk hidup, atau dapat juga
membahayakan, dikarenakan sifatnya yang beracun, reaktif, mudah terbakar, dan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
68
Universitas Indonesia
lain-lain. Jenis limbah B3 yang dikelola oleh GA Dept. antara lain sisa analisa
padat/cair atau sampling bahan baku/obat jadi/contoh pertinggal, bahan baku
reject, obat kembalian, obat ruahan yang ditolak, obat jadi yang ditolak, lumpur
(sludge) IPAL, oli bekas, lampu TL, kemasan reagen, reagen kadaluarsa, kemasan
kontaminasi, dan limbah infeksius. Pemusnahan limbah B3 dilaksanakan oleh
perusahaan lain yang telah bekerja sama dengan PT. SOHO Group seperti PT
Holcim, PT. WASTEC, PT. Geocycle, dan PT. Tipar Nirmala Sakti.
Limbah domestik adalah limbah non B3 yang berasal dari kegiatan sehari-
hari (kegiatan kantor, kamar mandi, sampah taman, daun kering, kemasan air
minum) maupun kemasan yang tidak terkontaminasi oleh produk/bahan (kardus,
botol, stripping, alufoil, tube, ampul kosong, dan lain-lain), serta limbah herbal
hasil ekstraksi. Pengolahan limbah domestik yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dilakukan pengangkutan oleh pihak ketiga sebanyak 3 kali dalam seminggu.Untuk
limbah sisa ekstrak herbal dilakukan pengangkutan setiap seminggu sekali.
Sedangkan untuk limbah dari produk/bahan dilakukan kerja sama dengan
beberapa pihak ketiga. Limbah jenis alufoil, tube, strip dilebur di peleburan alufoil
di daerah Cakung. Limbah jenis kertas, kardus, duplex, master box dilebur di
pabrik peleburan kertas. Limbah jenis botol, ampul, dan limbah jenis kaca yang
tidak memiliki logo perusahaan atau merk langsung dibuang ke TPS domestik,
untuk yang memiliki merk ataupun logo perusahaan akan dipecahkan terlebih
dahulu sebelum dibuang ke TPS domestik.
Limbah IPAL PT. SOHO Industri Pharmasi berasal dari limbah domestik,
limbah herbal, dan limbah Pharma, sedangkan limbah IPAL PT. ETHICA Industri
Farmasi berasal dari limbah Betalaktam, dan non beta laktam. Pengolahan limbah
PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. ETHICA Industri Farmasi dilakukan secara
bersama-sama.Unit pengolahan limbahnya terdiri dari pengolahan limbah secara
aerob, pengolahan limbah secara anaerob, dan pengolahan domestik. Untuk
pengecekan baku mutu air hasil pengolahan unit IPAL dilakukan swapantau outlet
IPAL oleh pihak QC setiap 2 kali dalam seminggu, swapantau outlet STP oleh
pihak QC setiap 2 minggu sekali, dan setiap 3 bulan sekali oleh BPLHD.
Limbah dari PT. ETHICA Industri Farmasi yang merupakan limbah non
betalaktam dan limbah domestik cair akan dialirkan langsung menuju bak
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
69
Universitas Indonesia
ekualisasi sebelum melalui proses anaerob. Limbah betalaktam akan ditampung
dalam bak penyangga/buffer sebagai tempat penampungan sementara. Dari bak
penyangga/buffer, limbah tersebut akan dialirkan ke bak reaktor antibiotik yang
akan diproses secara kimia dengan menggunakan NaOH sampai basa (pH 10) dan
HCl untuk menetralkan kembali sampai pH 7. Proses ini dilakukan untuk
memecah cincin betalaktam. Selanjutnya limbah dialirkan ke bak ekualisasi
produksi dimana pada bak tersebut tercampur limbah dr PT ETHICA Industri
Farmasi, PT SOHO Industri Pharmasi, serta obat tradisional yang sebelumnya
telah disaring terlebih dahulu.Limbah kemudian dilarikan ke bak anaerob untuk
dibusukkan.Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat
ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi.
Limbah domestik cair akan menuju STP (Sewage Treatment Plant). PT.
SOHO Industri Pharmasi memiliki 8 STP tetapi hanya 6 yang memenuhi syarat.
Dua STP yang lainnya selalu menghasilkan profil limbah yang tidak memenuhi
syarat.STP merupakan suatu sistem perlakuan limbah berupa kolam yang tertutup
dengan tiga pipa di dalamnya.Aktivitas pengolahan limbah di STP adalah
pengadukan, oksigenasi bakteri, dan pembuangan lumpur aktif (bakteri). Tujuan
pengolahan limbah di STP ini adalah untuk mengurangi kadar BOD, COD, dan
pH air limbah tersebut. Di setiap STP terdapat pump pit untuk mengambil sampel
air limbah untuk ditentukan kadar BOD, COD, dan pH. Limbah yang telah
memenuhi syarat kemudian akan melalui proses selanjutnya, yaitu proses anaerob.
Limbah produksi dan herbal tidak melalui sistem STP, melainkan ditampung
dalam suatu bak penampung untuk kemudian diproses secara anaerob.Hal tersebut
dilakukan karena bakteri aerob dalam STP tidak mampu menguraikan limbah
produksi dan herbal.Limbah produksi dan herbal banyak mengandung senyawa
yang dapat membunuh bakteri, oleh karena itu limbah tersebut harus diproses
secara anaerob terlebih dahulu.
Limbah yang telah dialirkan ke bak ekualisasi anaerob kemudian akan
dialirkan ke bak anaerob. Bak anaerob berisi bakteri anaerob yang membantu
dalam proses pemecahan molekul-molekul yang terkandung dalam limbah
menjadi bentuk yang lebih sederhana. Bak anaerob tidak memerlukan aerasi
bsehingga bak tersebut dalam kondisi tertutup. Setelah melalui proses anaerob,
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
70
Universitas Indonesia
limbah akan menuju bak ekualisasi mixing, yaitu bak penampungan sebelum
limbah masuk ke proses selanjutnya. Daribak ekualisasi mixing, limbah akan
dialirkan ke bak ekualisasi aerob untuk selanjutnya dialirkan ke bak aerob. Bak
aerob berisi bakteri aerob yang disebut dengan lumpur aktif yang dapat
menguraikan zat berbahaya. Keberadaan dua bak aerob dengan tujuan
mengantisipasi meluapnya limbah.Dalam bak aerob terdapat aerator untuk
mensuplai oksigen bagi bakteri. Dari bak aerob, limbah akan dialirkan menuju bak
sedimentasi untuk proses pengendapan lumpur aktif. Proses ini tidak
menggunakan koagulan, melainkan limbah murni didiamkan selama beberapa
waktu. Sehari dua kali banyaknya lumpur aktif diukur dengan cara mengukur
pengendapannya pada gelas ukur selama setengah jam. Limbah dari bak
sedimentasi kemudian dialirkan ke bak klorinasi untuk menjernihkan. Dari bak
klorinasi, limbah akan dialirkan menuju filter feed sebagai bak penampungan
sebelum masuk ke tanki penyaringan (filter tank). Tanki penyaringan (filter tank)
terdiri dari dua tangki yang terpisah.Satu tangki berisi pasir dan satu tangki lagi
berisi karbon aktif.Tanki penyaringan (filter tank) bertujuan untuk menyaring air
limbah dan mengurangi bau. Setelah melalui tanki penyaringan (filter tank),
limbah akan dialirkan menuju bak outlet. Dari bak outlet limbah dibagi menjadi
dua aliran, satu aliran menuju ke tanki penampungan (reservoir tank)dan aliran
satunya menuju kolam ikan (fish pond).Air limbah olahan yang disimpan dalam
tanki penampungan (reservoir tank) digunakan untuk menyiram tanaman disekitar
area industri, sedangkan limbah yang dialirkan ke kolam ikan (fish pond)
bertujuan sebagai indikator limbah yang ramah lingkungan sehingga ikan bisa
hidup di air limbah olahan tersebut. Kolam ikan (fish pond) dihubungkan dengan
outlet drain berupa bak kecil untuk tempat pengambilan sampel analisis kualitas
air limbah.
IPC yang dilakukan dalam proses pengolahan air limbah adalah
pengukuran endapan lumpur aktif dan pengecekan pH yang dilakukan setiap hari.
Pengecekan pH dilakukan pada sampel yang diambil dari outlet drain.
Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil sampel dari bak aerob sebanyak
1000 ml, kemudian lumpur aktif dibiarkan mengendap selama setengah jam.
Endapan yang kurang dari 80 ml, menunjukkan bahwa jumlah bakteri terlalu
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
71
Universitas Indonesia
sedikit, sehingga akan dilakukan pembibitan (seeding) ulang, yaitu pembiakan
menggunakan bakteri yang baru. Lumpur yang mengendap lebih dari 200 ml
mengindikasikan jumlah bakteri yang terlalu banyak dan terjadi penumpukan
bakteri yang mengakibatkan bakteri mati karena kekurangan nutrisi. Lumpur
tersebut selanjutnya akan dimusnahkan. Lumpur tersebut akan dialirkan ke bak
lumpur (sludge tank) sebagai tempat penampungan lumpur mati. Lumpur tersebut
selanjutnya akan dialirkan ke pengumpul lumpur (sludge feeder) dan dipisahkan
lumpur dari air limbah dengan penyaring bertekanan (filter press). Air perasan
yang diperoleh akan diolah lagi dalam bak anaerob, sedangkan lumpur yang
diperoleh dimusnahkan bersama dengan limbah B3.
3.3.6.2. Departemen Teknik (Engineering)
Departemen Teknik (Engineering) dipimpin oleh seorang Kepala
Departeman Teknik (Engineering Department Head) yang bertanggung jawab
dalam mengatur semua kegiatan Teknik (Engineering) yang terkait dengan
produk. Departemen ini memiliki tiga bagian, yaitu:
a) Sub Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance)
Sub Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance)
bertanggung jawab dalam hal pemeliharaan peralatan operasional. Sub
Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance Sub Department)
terbagi menjadi dua, yaitu Bagian Perawatan (maintenance section) dan Bagian
Peralatan (utility section).
Bagian Perawatan (maintenance section) bertanggung jawab terhadap
perawatan alat di PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. ETHICA Industri
Farmasi.Bagian Perawatan (maintenance section) terbagi menjadi Perawatan area
I (maintenance area I) yang bertanggung jawab sebagai koordinator di area I (PT
SOHO Industri Pharmasi) dan Perawatan area II (maintenance area II) yang
bertanggung jawab sebagai koordinator di area 2 (PT. ETHICA Industri
Farmasi).Pelaksanaan perawatan suatu alat dilaksanakan secara rutin berdasarkan
waktu (manual book/hystorical), frekuensi penggunaan, dan jam penggunaan.
Dalam melakukan maintenance terdapat 3 form, yaitu form pemeriksaan
pencegahan & servis pencegahan (preventive check & preventive service form),
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
72
Universitas Indonesia
form serah terima antara Teknik (Engineering) dengan produksi, dan form
pembersihan. Pengecekan untuk pemeliharaan mesin dilakukan setiap dua bulan
sekali sering disebut sebagai perawatan berkala (periodic maintenance). Hasil
pengecekan didata dalam form pemeriksaan pencegahan & servis pencegahan
(preventive check & preventive service form). Kerusakan pada mesin produksi
harus segera dilaporkan kepada Departemen Teknik (Engineering)melalui form
perintah kerja (work order form), dan akan ditindaklanjuti segera oleh Teknik
(Engineering) bersamaan dengan itu dilakukan dokumentasi berupa form serah
terima.
Bagian Peralatan (Utility section) bertanggung jawab dalam pengoperasian
dan perawatan alat-alat penunjang produksi seperti boiler, pendingin (chiller),
genset, kompresor, kran untuk kebakaran (fire hydrant), pompa air dan limbah.
Boiler berfungsi menghasilkan uap air panas dengan suhu tinggi yang sering
digunakan untuk produksi. Kompresor digunakan untuk menghasilkan udara
bertekanan, kompresor untuk industri farmasi adalah jenis kompresor bebas
minyak. Genset berfungsi untuk menghasilkan arus listrik saat listrik mati, genset
yang digunakan adalah dua genset masing-masing dengan kekuatan 2000 kVA.
Alat-alat analisis pada laboratorium R&D, QA dan QC menggunakan penyimpan
daya dan penstabil (stabilizer) untuk menjaga kemungkinan listrik PLN padam.
Fire hydrant terdapat dalam setiap ruangan, posisinya di atap berbentuk karet
bundar putih.Fire hydrant ini akan pecah dan menyala otomatis saat ada api.
Pengaturan pompa air dan limbah, bagian peralatan (utility) bekerjasama dengan
Urusan Umum (General Affairs) untuk mengatur dan mengoperasikannya.Selain
perawatan peralatan penunjang, bagian peralatan (utility section) juga bertugas
dalam memantau dan merawat ruang mezzanine. Ruang mezzanine adalah ruang
yang terdapat di atas ruang yang terlibat dalam pembuatan produksi, ruang
mezzanine berisi AHU, pipa hydrant, pipa steam, pipa listrik, pipa air PAM, pipa
air murni, dan ducting.
Bagian peralatan (utility section) terbagi menjadi empat bagian,
yaitubengkel (workshop), peralatan (utility), listrik (electrical), serta HVAC
danmedia bersih (clean media). Bengkel (workshop) bertanggung jawab mengurus
perbaikan alat.Bagianperalatan (utility) bertanggung jawab untuk mengoperasikan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
73
Universitas Indonesia
alat seperti boiler dan operator yang menjalankan bertanggung jawab terhadap
alat harus tersertifikasi.Perlistrikan (electrical) berperan dalam pemantauan dan
perawatan perangkat kelistrikan dan berhubungan langsung dengan PLN sebagai
penyedia tenaga listrik.Rangkaian listrik untuk pabrik dimulai dari gardu PLN
kemudian menuju gardu listrik kecil kemudian menuju ke panel besar yang berada
di setiap gedung dan terakhir menuju setiap panel kecil yang berada di ruangan.
Tenaga listrik merupakan faktor yang sangat penting untuk produksi, untuk
mengatasi keadaan tidak ada tenaga listrik saat mati lampu disediakan dua genset
kapasitas 2000 KVA yang dalam waktu lima detik akan segera memenuhi seluruh
kebutuhan listrik pabrik. Genset akan mati secara otomatis ketika listrik dari PLN
menyala kembali.
HVAC dan media bersih (clean media) bertanggung jawab terhadap yang
berhubungan dengan kebersihan produksi seperti sistem Pemanasan, Pertukaran,
dan Pendingin Udara (Heating, Ventilating, and Air Conditioning/HVAC) dan
pengolahan air murni.
1) Sistem HVAC
Prinsip kerja HVAC adalah udara luar (fresh air) dan udara hasil
resirkulasi di dalam ruangan masuk ke dalampencampuran chamber yang
kemudian disaring menggunaan penyaring awal (pre filter) G4 (efisiensi 80%)
dan penyaring antara (medium filter) F7 (efisiensi 95%) untuk mengurangi jumlah
partikel. Udara kemudian didinginkan dan diturunkan kelembabannya dengan
pendinginan oleh cooling coil sebagai hasil pendinginan oleh chiller atau freon.
Udara hasil pendinginan melewati heater/steam coil untuk dipanaskan sesuai
dengan suhu udara yang dibutuhkan ruangan kemudian didorong oleh motor
menuju filter F9 (98%). Udara hasil penyaringan filter F9 akan mengalami
penyaringan akhir oleh HEPA filter H13 (99,95%) dan keluar melalui outlet untuk
selanjutnya didistribusikan melalui pipa-pipa. Udara hasil penyaringan HEPA
filter selanjutnya dijadikan udara pasokan untuk ruangan produksi yang dikenal
persediaan udara (supply air). Persediaan udara (supply air) dari AHU disalurkan
melalui saluran (ducting) menuju ke ruangan dengan melalui lubang persediaan
udara (supply air) yang terdapat di atap ruangan. Udara yang telah dikondisikan
dan disaring kemudian masuk ke ruang-ruang produksi melalui supply diffuser
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
74
Universitas Indonesia
baik dengan tipe swirl ataupun grill. Pada ruangan produksi menggunakan aliran
udara swirl agar aliran udara langsung menuju low return perforated. Sebelum
masuk ke pencampuran chamber, udara akan melewati sensor temperaturdan
kelembaban di mana sensor tersebut akan otomatis mengirimkan sinyal kepada
cooling coil untuk mengatur temperatur dan kelembabannya.
HEPA merupakan singkatan dari High-Efficiency Particulate Air.Efisiensi
HEPA tergantung dari jenisnya. HEPA H13 sanggup menyaring 99,95% dari
semua partikel yang lebih besar dari 0,3 mikron. Hal ini berarti untuk setiap
10.000 partikel yang berukuran lebih besar dari 3 mikron, hanya ada peluang 5
partikel yang lolos dari HEPA.
Ada empat parameter yang perlu diperhatikan dan dikendalikan dalam
sistem AHU yaitu, yang pertama temperatur ruangan yang harus diatur
sedemikian rupa agar persyaratan suhu ruangan untuk kegiatan produksi dapat
terpenuhi. Temperatur udara dikondisikan dengan bantuan chiller dan boiler.
Chiller berfungsi sebagai pensuplai air dingin pada coil, sedangkan boiler
berfungsi sebagai pensuplai air panas pada heater. Kedua adalah Kelembaban
relatif ruangan, kelembaban udara adalah parameter kritis bagi produk-produk
yang bersifat higroskopis, seperti sediaan effervescent yang membutuhkan RH di
bawah 30%. Tingkat kelembaban udara diatur dengan menggunakan
dehumidifier.Ketiga yaitu jumlah partikel. Jumlah partikel dalam setiap ruangan
berbeda-beda tergantung klasifikasi ruangan.J umlah partikel dikendalikan oleh
beberapa penyaringyang terdapat pada AHU. Kemudian yang keempat adalah
jumlah sirkulasi udara dan perbedaan tekanan. Jumlah sirkulasi udara dan
perbedaan tekanan akan menentukan tingkat kebersihan ruangan. Hal ini
bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya kontaminasi silang
2) Sistem pengolahan air murni
Fungsi dari sistem pengolahan air murni secara umum untuk menyaring
unsurunsur logam (seperti Na, Cl, Mg, Al, dll), bakteri, dan memperkecil angka
konduktivitasnya yang ada didalam air. Oleh karena itu, pada proses produksi obat
diperlukan air yang murni agar unsur-unsur kimia dan fisika yang tidak diperlukan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
75
Universitas Indonesia
yang ada didalam air tidak mempengaruhi atau mengkontaminasikan mutu obat
yang dihasilkan.
Tahapan sistem pengolahan air murni adalah sebagai berikut:
(1) Osmosis
Osmosis adalah suatu proses alami dimana dua jenis larutan yang berbeda
konsentrasi dipisahkan oleh sebuah membran semi permeabel, sehingga
larutanyang lebih rendah konsentrasinya akan bergerak menembus membran
semipermeabel menuju cairan yang lebih tinggi konsentrasinya hingga
terjadikeseimbangan konsentrasi.
(2) Reverse Osmosis
Reverse osmosis adalah suatu teknologi pemurnian air yang paling
modern, yang menggunakan membran semi permeabel, yang sangat efektif,
ekonomis dan mudah pemeliharaannya, mampu membersihkan air hingga 90-99%
dari segala macam pencemar yang terkandung di dalam air sehingga
menghasilkan air yang bersih dan murni.
Proses osmosis merupakan aliran dari cairan yang lebih murni menembus
permukaan membran terserap oleh cairan yang lebih kental. Dalam proses
osmosis, cairan yang lebih kental menyerap cairan yang lebih murni sehingga
ketinggian permukaan cairan yang lebih kental lebih tinggi dari permukaan cairan
yang lebih murni. Semakin tinggi perbedaan kekentalan kedua cairan menjadikan
semakin banyak cairan lebih murni terserap oleh cairan yang lebih kental.
Proses Reverse Osmosis merupakan kebalikan dari proses Osmosis, yaitu
memberikan tekanan balik dengan tekanan osmonic lebih besar pada permukaan
cairan yang lebih kental, maka cairan yang lebih murni akan menembus
permukaan membran menjadi cairan yang lebih murni. Semakin tinggi tekanan
yang diberikan pada cairan yang lebih kental akan semakin cepat cairan yang
lebih murni menembus permukaan membran.
Pada proses osmosis, materi yang ada disekitarnya seimbang.
Keseimbangan yang terjadi pada kedua cairan yang berbeda kekentalannya yaitu
semakin besar perbedaan kekentalan kedua cairan, maka semakin tinggi
permukaan cairan yang lebih kental.Perbedaan ketinggian tersebut disebut tekanan
osmonic.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
76
Universitas Indonesia
(3) Proses - proses dalam System Osmotron :
(a) Proses / cartridge Prefilter (0.5 micron)
Proses ini diperlukan untuk melindungi unjuk kerja pori-pori membran
yang berukuran sangat kecil. Kecilnya ukuran pori-pori membran menjadikan
membrane mudah koyak, tersumbat, atau rusak oleh berbagai materi atau zat.
Oleh karena itu air yang akan disalinasi haruslah air baku atau air payau atau air
laut yang telah bebas dari materi atau zat yang mudah menyumbat atau
mengkoyakan dan atau merusak membran.
(b) Proses Softener
Berfungsi mengurangi kadar kesadahan dalam air (ion-ion mineral bebas).
Didalamnya terdapat resin softener. Saat resin jenuh akan diproses
regenerasisecara automatis sehingga dapat normal kembali. Proses regenerasi
inimembutuhkan garam sebagai pengikat ion mineral.
(c) Proses Reverse Osmosis
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan proses reverse osmosis
adalah:
a. Membran dengan pori-pori yang lebih kecil dari ukuran molekul
larutan ion yang akan di pisahkan, yaitu 0,001 - 0,0001 micron ( 50
– 1000MWCO).
b. Tabung untuk tempat membran dengan 1 titik masukan air yang
akan dilakukan proses reverse osmosis, 1 titik keluaran untuk air
yang telahbebas larutan dan 1 titik keluaran untuk air yang
mengandung larutan lebih kental dari air masukan. Kekuatan
tabung tempat membran harus mampumenerima tekanan yang
diberikan melalui pompa bertekanan tinggi.
c. Pompa bertekanan untuk memberikan tekanan pada air masukan.
d. Penyeimbang tekanan pada tabung tempat membran berguna untuk
memelihara tekanan air baku yang akan menembus membran tidak
kurangdari tekanan osmonic yang diperlukan untuk memisahkan
larutan dalam air baku.
e. Proses prefilter minimal yang perlu dilakukan pada air yang akan
melaluiproses reverse osmosis adalah sendimen filter, pre filter 0.5
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
77
Universitas Indonesia
micron, SDI0.2 micron, Fine Filter 0.5 micron dan untuk
mengfilter sendimen danmenyerap polutan yang tidak terlarut
dalam air seperti bau, rasa, warna.Proses ini dapat menurunkan
kadar konduktivitas hingga 10 Ms.
(d) Proses EDI (Elektrik De-Ionisasi)
Untuk keperluan air di industri farmasi diperlukan air murni yang
memiliki konduktivitas sangat rendah atau tidak menghantarkan listrik atau bebas
dari ion hidrogen dan hidroksil. Proses pemurnian ini yang disebut sebagai proses
EDI. Proses ini terjadi setelah proses RO dilewatkan pada sebuah media yang
dialiri arus listrik dengan arus yang sangat tinggi, sehingga dalam aliran tersebut
air murni tetap mengalir sementara ion bebas yang menempel pada kutub-kutub
muatan lawan jenisnya akan tertinggal pada kutub sumber muatan tadi.
b) Sub Departemen Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering
Planning and Reliability)
Sub Departemen Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering
Planning and Reliability) bertanggung jawab dalam hal perencanaan kegiatan
Teknik.Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering Planning and
Reliability) terbagi menjadi tiga bagian, yaitu seksi gudang suku cadang
(warehouse spare part section), seksi perencanaan teknik (engineering planner
section), dan seksi automatisasi dan kalibrasi (automation and calibration
section).
Seksi gudang suku cadang (Warehouse spare part section)
bertanggungjawab untuk menyimpan setiap peralatan yang digunakan untuk
perawatan setiapmesin yang ada.Selain itu, bagian gudang (warehouse) juga
melakukanpenyetokan suku cadang mesin yang cukup vital dengan tujuan apabila
terjadikerusakan pada mesin, bagianTeknik (Engineering) dapat melakukan
perbaikanatau penggantian suku cadang tanpa harus menunggu suku cadang dari
pemasok.
Seksi perencanaan teknik (Engineer planner section) bertanggung
jawabterhadap perencanaan kegiatan perawatanterhadap semua sarana utama
(mesinproduksi) dan sarana penunjang.Seksi perencanaan teknik (Engineer
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
78
Universitas Indonesia
planner section) terbagi menjadi dua, yaitu Pelaksana Pengawasan Dokumen
Teknik (Engineering Document Control Executive) dan Pelaksana Perencanaan
Perawatan (Maintenance Planner Executive).
Seksi automatisasi dan kalibrasi (automation and calibration section)
terbagi menjadi dua, yaitu bagian kalibrasi (calibration) yang bertanggung jawab
terhadap kalibrasi alat di produksi dan bagian mecathronic yang bertanggung
jawab menangani alat atau mesin yang bekerja secara otomatis serta menangani
alat-alat yang berarus lemah. Kalibrasi merupakan suatu proses penetapan
hubungan secara berkala antara perangkat pengukuran dan satuan pengukuran
untuk memastikan kebenaran pengukuran dan analisis, sedangkan verifikasi
adalah suatu tindakan pembuktian yang dilakukan terhadap alat ukur
untukmengetahui bahwa alat ukur tersebut secara konsisten manpu memberikan
hasilyang dapat dipercaya. Kalibrasi dilakukan secara berkala terhadap setiap alat
pengukuran, sedangkan verifikasi dilakukan setiap hari dan hanya dilakukan
padatimbangan saja.
Proses kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil dari alat
denganalat lain yang sudah terkalibrasi. Suatu kalibrator memiliki akurasi dan
resolusi yang tinggi. Setiap peralatan yang digunakan untuk pengukuran hasrus
dikalibrasi dan dikalibrasi ulang secara berkala.PT. SOHO memiliki kalibrator
untuk setiap peralatan kecuali timbangan. Timbangan akan dikalibrasi ke pihak
ketiga. Kalibrator disimpan dalam kondisi sedemikian rupa dengan syarat
penyimpanandengan suhu sebesar 25±3° C, dan RH sebesar 60±10 %.Standar
tersebut sesuaidengan standar ISO 17025 dan Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Metode kalibrasi masing-masing alat berbeda-beda, oleh karena itu dibuat
prosedur tetap kalibrasi alat.
c) Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical Equipment Project Section)
Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical Equipment Project Section)
bertanggung jawab dalam hal penanganan proyek baru Teknik(Engineering)
hingga sebelum dilakukan validasi.Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical
Equipment Project Section) membawahi bagian desain mekanikal.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
79
Universitas Indonesia
3.3.6.3. Departemen Kesehatan, Keamanan, dan Lingkungan (Healthy, Safety,
and Environmental /HSE Department)
PT. SOHO Group berkeinginan untuk meningkatkan dan menjaga standar
yang paling tinggi dalam hal keselamatan kerja dari setiap aktivitas perusahaan.
Dimanapun kita bekerja dalam kegiatan yang beragam, lingkungan kerja yang
aman adalah yang pertama dan utama. HSE adalah suatu departemen
yangbertanggung jawab dalam pelaksanaan keselamatan, kesehatan kerja, dan
lingkungan hidup. Setiap karyawan baru akan mendapatkan pengarahan dari
departemen ini. Tujuan dilakukannya pengarahan adalah agar setiap
karyawanmemahami persyaratan yang berlaku di PT. SOHO Group sehingga
kecelakaankerja dapat dihindari. Peraturan tersebut dituangkan dalam Petunjuk
Umum Keselamatan Kerja PT. SOHO Group. Petunjuk-petunjuk yang tertera
dalam bukutersebut bersifat tambahan dari Peraturan Perundang-Undangan
tentang Keselamatan Kerja yang ada di Republik Indonesia yang berhubungan
dengan jenis perkerjaan yang dilakukan.
Kesehatan meliputi pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada saat
bergabung dengan perusahaan dan pemeriksaan kesehatan karyawan secara
berkala. Kesehatan sangat penting untuk diperhatikan agar tidak mengganggu
kinerja karyawan dalam bekerja yang berakibat pada mutu produk yang
dihasilkan. Aspek keselamatan kerja dilakukan dengan pelatihan yang terkait
keselamatan kerja ketika berada di area perusahaan baik pengunjung maupun
karyawan. Karyawan wajib mengikuti pedoman keselamatan pekerja. Lingkungan
berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan proses produksi
terhadapkelestarian lingkungan. Salah satunya dengan pengolahan limbah yang
bertujuan untuk mengurangi cemaran ke lingkungan sekitar.
Prinsip dari keselamatan kerja adalah kenali lingkungan kerja, pelajaridan
resiko yang mungkin timbul, kemudian cari cara pencegahannya. HSE
menerapkan lima hirarki control secara bertahap, yaitu eliminasi, substitusi,
pendekatan teknis, pengawasan administrasi, dan APD (Alat Pelindung Diri).
Eliminasi yaitu menghilangkan setiap bahaya dan resiko. Substitusi adalah
mengganti aktivitas pekerjaan dengan metode yang lain untuk mengurangi resiko
yang ada. Pendekatan teknis yaitu penggunaan alat-alat yang mempermudah
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
80
Universitas Indonesia
pekerjaan dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja. Pengawasan
administrasi adalah melakukan pengawasan, pendampingan, serta pembuatan
prosedur tetap.APD yaitu memperlengkapi diri dengan pelindung seperti jas lab,
kacamata (goggle), sarung tangan, masker ketika diperlukan.
3.4. Lokasi dan Sarana PT. SOHO Group
3.4.1. Lokasi PT. SOHO Industri Pharmasi
PT. SOHO Industri Pharmasi berlokasi di Jl. Pulogadung No.6, Kawasan
Industri Pulo Gadung, Jakarta. Di lokasi ini, area untuk Manufacturing SOHO
Group (ruangan produksi) terbagi menjadi 3 yaitu area yang terdapat di gedung 2,
gedung 3 dan gedung OT.
3.4.1.1. Ruangan Produksi di Gedung 2
Ruang produksi di gedung 2 terdiri dari ruang timbang (weighing room)
dan ruang produksi sediaan liquid.Ruang timbang terdiri dari ruang timbang solid,
ruang timbang liquid, buffer room, staging before weighing room, staging after
weighing room, ruang penyimpanan peralatan timbang. Ruang produksi sediaan
liquid terdiri dari ruang blowing botol, ruang mixing, ruang filling packaging
primer, ruang packaging sekunder, ruang In Process Control (IPC) liquid, ruang
penyimpanan peralatan liquid, ruang penyimpanan pengemas primer, ruang
penyimpanan pengemas sekunder, Work In Process (WIP) room, ruang cuci,
ruang supervisor dan administrasi.
3.4.1.2. Ruangan Produksi di Gedung 3
Ruang produksi yang terletak di gedung 3 terdiri dari ruang ganti sepatu
dan pakaian karyawan, ruang produksi sediaan solid dan ruang supervisor dan
administrasi. Untuk ruang produksi sediaan solid terdiri dari ruang mixing, ruang
tabletting, ruang coating, ruang filling kapsul, ruang packaging primer, ruang
printing, ruang packaging sekunder, ruang penyimpanan cangkang kapsul, ruang
penyimpanan peralatan solid, ruang penyimpanan pengemas primer, ruang
penyimpanan pengemas sekunder, ruang IPC tablet, ruang IPC mixing, WIP room,
ruang cuci.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
81
Universitas Indonesia
3.4.1.3. Ruangan Produksi di Gedung Obat Tradisional (OT)
Ruang produksi yang terletak di gedung OT terdiri dari ruang ganti sepatu
dan pakaian karyawan, ruang produksi sediaan likuid dan ruang supervisor dan
administrasi. Untuk ruang produksi sediaan likuid terdiri dari ruang penghalusan
bahan, ruang pengeringan, ruang ekstraksi, ruang granulasi, ruang pengemasan
primer, ruang IPC , WIP room, dan ruang cuci.
Ruang produksi di atas menjadi dikelompokkan menjadi dua kelas yaitu
kelas E dan kelas F. Ruang kelas E digunakan untuk produksi sediaan non steril
yang ditujukan untuk penggunaan oral dan pengemasan primer, sedangkan kelas F
digunakan untuk ruang pengemasan sekunder.
3.4.2. Bangunan, Fasilitas, dan Sarana Penunjang PT. SOHO Industri Pharmasi
Bangunan, fasilitas dan sarana penunjang yang terdapat di PT. SOHO
Industri Pharmasi didesain dan dibuat sedemikian rupa agar dapat memenuhi
ketentuan yang tercantum dalam CPOB serta cGMP dan menjamin terjaganya
kualitas produk.
3.4.2.1. Desain Pabrik
PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki ruang penerimaan bahan, karantina
barang masuk, penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan
penyerahan produk, pengolahan, pencucian peralatan, penyimpanan peralatan,
penyimpanan produk ruahan, pengemasan, karantina produk jadi sebelum
pelulusan akhir, pengiriman produk, dan laboratorium pengawasan mutu yang
masing-masing ruangan letaknya terpisah satu sama lain. Selain itu, dalam area
produksi, terdapat area untuk penimbangan, mixing, granulating, tableting,
coating, dan packaging.
Permukaan dinding dan lantai untuk area Manufacturing dilapisi dengan
cat epoksi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh permukaan yang rata dan tidak
berpori, tahan terhadap bahan kimia, mudah dibersihkan, dan mudah dibilas
dengan air. Pertemuan antara dinding dengan lantai dibuat sedemikian rupa
sehingga menghindari adanya sudut (curving). Kemungkinan terdapatnya celah
antara rangka jendela dengan kaca, celah pada pemasangan lampu serta pipa harus
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
82
Universitas Indonesia
dihindari untuk mengurangi kontaminasi. Salah satu caranya dengan
menggunakan sealant atau dengan mendesain pemasangannya sedemikian rupa.
3.4.2.2. Sistem Pengolahan Air
Air yang digunakan untuk kegiatan produksi ada dua macam, yaitu
potable water dan purified water. Potable water diperoleh dari air PAM
ditampung di tangki penampungan dan telah mengalami proses filtrasi
menggunakan pasir dan karbon filter. Potable water digunakan untuk keperluan
pembersihan, aktivitas kantin, dan juga sebagai raw water untuk diolah menjadi
purified water. Proses pengolahan purified water (PW) terdiri dari tahap
pretreatment, reverse osmosis (RO), dan distribution. Pretreatment merupakan
proses awal untuk mengolah potable water sehingga dapat memenuhi persyaratan
untuk proses pengolahan selanjutnya.
3.4.2.3. Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC)
Sistem pengaturan tata udara (Air Handling Unit) dalam ruang produksi
dan trial di departmen Research and Development mengunakan sistem Heating,
Ventillating, and Air Conditioning (HVAC) yang berada di bawah tanggung
jawab bagian Engineering Department. Udara yang digunakan berasal dari
campuran antara udara sirkulasi dan udara segar. Campuran udara ini akan
mengalami filtrasi melalui filter dengan efisiensi kecil hingga besar. Selain itu,
mengalami pendinginan dan pemanasan udara untuk mengatur kondisi udara yang
dibutuhkan. Parameter kritis yang diatur dari sistem tata udara adalah kelembaban
relatif (RH), temperatur, partikel, dan tekanan udara. Setiap parameter tersebut
diatur dan dikendalikan sesuai dengan kebutuhan setiap ruangan.
3.4.2.4. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki beberapa sistem untuk pengolahan
limbah baik cair maupun padat. IPAL atau Waste Water Treatment Plant
(WWTP) merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengolah limbah cair
dari kegiatan produksi dan kegiatan sehari-hari di industri. PT. SOHO Industri
Pharmasi memiliki sistem pengolahan limbah domestik, limbah produksi non-
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
83
Universitas Indonesia
betalaktam, dan limbah produksi betalaktam. Kegiatan pengolahan limbah akhir
masih dilakukan di dua area terpisah untuk proses aerob dan anaerob. Namun, saat
ini sedang dilakukan pembangunan untuk satu area pengolahan limbah yang
terpusat agar lebih efisien. Untuk pemusnahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun), PT. SOHO Industri Pharmasi bekerjasama dengan PT. WASTEC, PT.
Geocycle, dan PT. Tipar Nirmala Sakti.
3.4.2.5. Pengelolaan dan Pengendalian Hama
Pengelolaan dan Pengendalian Hama di PT. SOHO bekerja sama dengan
PT. Aardwolf Pestkare. Hama yang dikendalikan antara lain tikus, semut, cicak,
lalat, nyamuk, rayap, dan kecoa. Upaya pengendalian dan pembasmian hama
tersebut harus dilakukan oleh industri farmasi untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya kontaminasi atau kerusakan produk akibat aktivitas hama-hama
tersebut. Seluruh bahan kimia yang digunakan untuk pest control harus mendapat
persetujuan dari Departemen Quality Assurance (QA) SOHO Group. Seluruh
temuan di area produksi harus segera dilaporkan ke pihak terkait dan Quality
Operation Division Head (QO Div. Head).
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
84 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
PT.SOHO Industri Pharmasi beroperasi sebagai anak perusahaan dari
SOHO Group, dimana masih ada 4 perusahaan lain yang tergabung didalamnya,
yaitu : PT. ETHICA Industri Farmasi, PT. Parit Padang Global, PT. Global
Harmony Retaillindo dan PT. Universal Health Network.
PT. SOHO Industri Pharmasi merupakan salah satu kelompok perusahaan
farmasi terbesar di Indonesia dan telah berdiri lebih dari 50 tahun. Perusahaan ini
memproduksi sediaan non steril berupa solid, liquid, kapsul, dan semisolid,
sedangkan untuk sediaan steril dan cephalosporine diproduksi oleh PT. ETHICA
Industri Farmasi.
PT. Parit Padang Global merupakan salah satu perusahaan yang
menyediakan bahan baku obat dan sebagai distributor tunggal untuk obat jadi
yang diproduksi oleh SOHO Group. Penyimpanan dan penyaluran produk yang
dilakukan telah mengikuti tata cara penyimpanan dan penyaluran produk yang
baik.
PT. Global Harmony Retailindo ( PT GHR ) adalah suatu unit bisnis yang
masih tergolong baru di SOHO Group yang didirikan sebagai salah satu usaha
untuk mendukung terwujudnya visi 2015, di mana SOHO group menjadi salah
satu tempat yang menyediakan produk-produk kesehatan yang berkualitas dan
terbaik, seperti produk kecantikan, suplemen makanan, vitamin, perawatan kulit
baik produk lokal maupun mancanegara.
Dalam hal penerapan cara pembuatan obat yang baik menurut aturan dari
BPOM, PT.Industri Pharmasi telah melakukan seluruh aspek dan rangkaian
kegiatan pembuatan obat dengan baik. Aspek-asperk tersebut adalah :
4.1. Manajemen Mutu
Mutu suatu produk obat tidak ditentukan pada hasil akhirnya saja, tetapi
juga harus dilakukan pemantauan di setiap tahapan proses sehingga sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar,
dantidak menimbulkan risiko pada penggunaan dari segi mutu, keamanan,
dankhasiat. Dalam penerapan manajemen mutu dilakukan pemisahan tugas
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
85
Universitas Indonesia
dan tanggung jawab yang jelas di dalam PT.SOHO Industri Pharmasi yang
mencakupstruktur organisasi, prosedur dan sumber daya untuk meyakinkan bahwa
produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Penerapan manajemen mutu di PT. SOHO Industri Pharmasi
terbuktidengan diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008 tentang manajemen mutu.
Selainitu, PT. SOHO Industri Pharmasi juga telah memiliki beberapa sertifikat
CPOB antara lain Sertifikat CPOB untuk sedian tablet non-antibiotik. Sertifikat
CPOB untuk sedian tablet salut non-antibiotik, Sertifikat CPOB untuk sediaan
liquid non-antibiotik, dan Sertifikat CPOB untuk sediaan semisolid non-antibiotik.
Untuk mengevaluasi kualitas produk, pada sistem manajemen mutu jugadilakukan
pengkajian mutu produk (Product Quality Review/PQR) yang dilakukan secara
berkala dan didokumentasikan terhadap semua obat terdaftar untuk membuktikan
kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi; konsistensi
proses; melihat analisis kecenderungan dan mengidentifikasi perbaikan
yangdiperlukan untuk produk dan proses.
4.2. Personalia
Personalia PT. SOHO Group sudah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh CPOB dimana Personil Kunci yaitu Kepala Bagian Pengawasan
Mutu, Kepala Bagian Manajemen Mutu, dan Kepala Bagian Produksi dipimpin
oleh seorang Apoteker dan bersifat independen satu sama lain.
Di dalam menjalankan kegiatannya, industri farmasi harus memiliki
struktur organisasi yang jelas dan deskripsi tugas yang jelas pula. Untuk kegiatan
manufaktur, PT. SOHO Industri Pharmasi terbagi dalam beberapa
divisi/departemen, yaitu Quality Operation Divison, Production Division,
Technical Division, Validation and Documentation Department, Supply Chain
Division, Finance Department, dan Human Resource Department.
PT. SOHO Group juga menerapkan sistem BSC (Balance Score Card),
dimana terdapat tahap pembelajaran dan perkembangan (learning and growth)
yang memiliki makna bahwa PT. SOHO Group berusaha untuk mengembangkan
dan meningkatkan potensi setiap personilnya. PT. SOHO Group dalam
peningkatan kualitas personil juga melakukan pelatihan yang disesuaikan dengan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
86
Universitas Indonesia
tingkat kebutuhan SDM. Terdapat 2 jenis pelatihan yaitu pelatihan yang bersifat
umum dan pelatihan yang bersifat khusus. Pelatihan umum seperti pelatihan
CPOB dan keselamatan kerja yang biasanya diberikan kepada karyawan baru,
sedangkan pelatihan khusus seperti pelatihan mesin Manesty Express untuk
supervisor departemen produksi.
4.3. Bangunan dan Fasilitas
Lokasi bangunan industri farmasi dipersyaratkan untuk menghindari
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah
dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. PT. SOHO Industri
Pharmasi berusaha untuk memenuhi persyaratan CPOB, yang ditunjukan dengan
lokasi perusahaan yang berada dikawasan industri Pulogadung sehingga dapat
meminimalkan pencemaran ke area hunian penduduk.
Bangunan serta fasilitas pendukung PT. SOHO Industri Pharmasi telah
memenuhi kriteria CPOB dimana sebagai contohnya dinding, lantai dan atap dari
ruang produksi telah dilapisi dengan epoxy yang bersifat kedap air, licin dan tahan
goresan logam atau roda sehingga mudah dibersihkan.Tiap sudut ruangan dan
tangga dibuat melengkung sehingga meminimalkan pengumpulan debu dan
kotoran di sudut ruangan maupun tangga. Selain itu, ruangan produksi telah
dilengkapi dengan sistem AHU (Air Handling Unit) untuk mengatur kondisi udara,
suhu, tekanan, kelembaban dan sirkulasi udara agar sesuai untuk proses produksi.
Ruangan produksi di PT. SOHO Industri Pharmasi dikelompokan menjadi
beberapa ruangan seperti ruang penimbangan, ruang pengolahan, ruang
pencetakan, ruang penyalutan, ruang IPC, dan ruang pengemasan.Selain ruang-
ruang tersebut PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki ruangan produksi untuk
sediaan cair dan semi solid. Ruangan produksi tersebut berada in-line sehingga
memperlancar proses produksi, ruangan produksi juga langsung berhubungan
dengan pengemas black sehingga proses pengemasan sekunder dapat langsung
dilaksanakan.
Laboratorium pengawasan mutu PT. SOHO Industri Pharmasi juga telah
memenuhi persyaratan CPOB.Laboratorium QC terpisah dari area produksi dan
dibuat area tersendiri untuk laboratorium mikrobiologi.Di laboratorium QC juga
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
87
Universitas Indonesia
telah tersedia lemari atau ruangan untuk sampel, standar, pelarut, dan reagen; acid
chambers; ruang cuci peralatan laboratorium; dan emergency aid.Ruang untuk
instrumen telah dibuat terpisah agar terlindung dari pengaruh getaran.
Gudang PT. SOHO Industri Pharmasi juga telah memenuhi persyaratan
CPOB dimana penyimpanan bahan baku, bahan kemas dan produk jadi telah
dibagi berdasarkan suhu penyimpanan ataupun berdasarkan jenis bahan misalnya
pemisahan bahan baku halal dari bahan baku lainnya. Terdapat pula kantin yang
terpisah dari bangunan produksi dan gedung kesehatan atau yang biasa disebut
poli dimana disediakan untuk karyawan yang sedang sakit untuk segera
mendapatkan perawatan dan pengobatan. Selain itu, juga terdapat ruang untuk ibu
menyusui.
4.4. Peralatan
Peralatan yang digunakan oleh PT. SOHO Industri Pharmasi telah
memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Petunjuk CPOB.Peralatan yang
bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi memiliki
permukaan yang tidak menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi.Bahan yang
digunakan dalam peralatan tersebut juga dipastikan tidak bersentuhan dengan
bahan yang sedang diolah sehingga mutu produk tidak berubah.Seluruh peralatan
juga telah terkualifikasi sebelum digunakan.Peralatan yang digunakan untuk
menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat telah terkalibrasi oleh bagian
Quality Support Section (Quality Assurance).
Setiap peralatan memiliki identitas yang jelas (nomor) dan prosedur
tertulis untuk menggunakan dan mengoperasikan peralatan tersebut. Seluruh
personel yang akan memakai alat tersebut, terlebih dahulu mendapatkan pelatihan
dalam menggunakan alat tersebut. Setiap peralatan juga memiliki prosedur
pembersihan dan sebelum digunakan harus dipastikan terlebih dahulu validitas
pembersihannya. Mesin yang telah dibersihkan diberikan stiker berwarna hijau.
Pembersihan mesin menggunakan metode pembersihan yang telah divalidasi.
Peralatan produksi ditempatkan masing-masing dalam ruangan yang
terpisah. Ruangan produksi pun cukup besar untuk menampung peralatan,
mobilitas operator serta untuk proses pembersihannya. Nomor identitas dan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
88
Universitas Indonesia
validitas pembersihan tiap peralatan yang digunakan dalam produksi dicantumkan
dalam Batch Record. Jika peralatan dan/atau validitasnya menyimpang dari yang
seharusnya (tercantum dalam Batch Record), maka personel harus melaporkannya
dalam laporan deviasi.
Pemeliharaan alat dalam PT. SOHO Industri Pharmasi menjadi tanggung
jawab bersama antara departemen produksi, departemen engineering, dan
departemen QA. Jadwal perawatan alat disesuaikan dengan jadwal produksi
sehingga membutuhkan persetujuan dari bagian Engineering, Produksi dan
Production Planning. Departemen Produksi bertangung jawab pada pembersihan
dan pengatasan problem ringan saat proses produksi. Departemen engineering
bertanggung jawab untuk menjaga performa mesin secara berkala.Jika ada
peralatan yang bermasalah, maka pada mesin diberikan stiker warna merah. Jika
kerusakan tidak dapat ditangani oleh operator produksi, maka peralatan tersebut
akan diperbaiki oleh engineering dan dapat dikerjakan di workshop Engineering.
4.5. Sanitasi dan Higiene
Higiene yang diterapkan pada suatu perusahaan farmasi dilaksanakan oleh
tiap personil secara perorangan untuk mencegah kontaminasi produk yang berasal
dari personil.Salah satu penerapan yang dilakukan di PT SOHO Industri Pharmasi
adalah hand-hygiene dimana selalu disiapkan sarana mencuci tangan untuk
mencegah kontaminasi terutama dari karyawan yang berhubungan dengan produk.
Tiap karyawan yang masuk ke area pembuatan di PT SOHO Industri Pharmasi
selalu mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang
dilaksanakannya. Pakaian pelindung tersebut selalu dicuci setelah digunakan
sehingga kebersihannya selalu terjaga. Hal ini penting untuk menjamin
perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan personil. Personil PT
SOHO Industri Pharmasi menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut dan
secara berkala karena kesehatan personil dapat turut serta memengaruhi mutu
produk. Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang
dapat merugikan mutu produk dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas,
bahan yang sedang diproses jadi sampel sampai dia sembuh kembali.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
89
Universitas Indonesia
Proses sanitasi dilakukan pada bangunan dan fasilitas. Salah satu contoh
penerapan sanitasi di PT SOHO Industri Pharmasi adalah fasilitas toiletnya.PT
SOHO Industri Pharmasi menyediakan toilet dalam jumlah yang memadai dan
terpisah dari area kerja karyawan.Toilet selalu dilengkapi dengan tisu, sabun, dan
pengering tangan.Setiap karyawan yang menggunakan toilet wajib mencuci
tangannya terlebih dahulu sebelum kembali beraktivitas.Sanitasi fasilitas produksi
juga diperhatikan. Setelah proses produksi selesai, operator wajib membersihkan
alat atau mesin sesuai dengan protap pembersihan dan melakukan sanitasi
ruangan. Sanitasi ruangan meliputi pembersihan debu, membersihkan lantai,
dinding atap, dan sudut-sudut ruangan produksi sesuai dengan SOP yang
berlaku.Setiap personil yang telah selesai mengunakan alat wajib mencuci dan
membersihkan alat tersebut sesuai dengan SOP yang berlaku. Peralatan biasanya
dibersihkan dengan air kran kemudian dilanjutkan dengan aqua purificata dan
alkohol 70%. Peralatan juga dapat dicuci dengan agen pembersih, namun ada
tidaknya pengaruh terhadap bahan yang diproses harus dipastikan terlebih dahulu.
4.6. Produksi
PT. SOHO Industri Pharmasi memproduksi sediaan solid, liquid, dan semi
solid yang tidak bersifat steril.Semua kegiatan produksi tersebut dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan produksinya seperti yang
dipersyaratkan oleh CPOB.Dinding, lantai dan atap ruangan produksi dilapisi oleh
epoksisehingga memudahkan pembersihan dan mencegah perembesan air.Selain
itu, setiap sudut ruangan produksi dibuat melengkung (tidak bersudut) sehingga
mudah untuk dibersihkan dan tidak menimbulkan penimbunan debu. Ruangan
produksi pun dilengkapi dengan sistem AHU (Air Handling Unit) yang berfungsi
untuk mengatur kondisi udara, suhu, tekanan, kelembaban, dan sirkulasi udara
agar sesuai untuk proses produksi. Pada ruangan produksi steril pun telah
digunakan sistem tersebut dan pembagian kelas sesuai dengan proses produksi
masing-masing produk.
Setiap memasuki area produksi, terdapat tata cara berpakaian yang harus
dilakukan oleh karyawan dan tamu termasuk cara memakai APD (alat pelindung
diri). Saat memasuki ruang ganti, setiap personil wajib menggunakan sepatu black
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
90
Universitas Indonesia
area atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover)dan menggunakan baju
black area. Jika ingin memasuki ruangan produksi grey area personil wajib
mengenakan pakaian khusus (coverall), penutup kepala, sepatu khusus atau
menggunakan penutup sepatu, dan masker. Selanjutnya, personil wajib mencuci
tangan dan menggunakan desinfektan.Prosedur ini dilakukan untuk mencegah
adanya kontaminasi dari luar terhadap ruang produksi dan produk yang
dihasilkan.
Ruang produksi di PT. SOHO Industri Pharmasi dikelompokkan
berdasarkan proses pengerjaan yang dilakukan, seperti ruang penimbangan, ruang
mixing, dan lain-lain. Ruangan produksi tersebut berada in-line tujuannya untuk
mempermudah proses produksi dan biasanya ruangan-ruangan tersebut berisi alat
yang in-line misalnya ada satu ruangan yang berisikan supermixer, FBD, dan
granulator. Peralatan tersebut dibuat secara in-line untuk mempercepat proses
produksi sehingga memperlancar proses produksi. Masing-masing ruangan
produksi tidak memproduksi 2 produk yang berbeda. Dipintu bagian depan
ruangan tersebut terdapat kertas yang bertuliskan nama produk yang sedang
diproduksi. Jika produk yang berbeda tetapi diproduksi dengan menggunakan
mesin yang sama maka akan diproduksi secara bergantian yaitu setelah satu
produk selesai, mesin dan ruangan harus dibersihkan dahulu dan dicek oleh
supervisor baru kemudian dilanjutkan dengan produk yang lain. Selain itu,
ruangan produksi memiliki airlock sebagai ruang antara, yang membatasi ruang
produksi dan lingkungan luar.
Pada setiap proses produksi terdapat tahap-tahap yang harus diperiksa
untuk menguji apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang
telah dipersyaratkan, atau yang disebut dengan In Process Control (IPC). IPC
dilakukan pada tahap awal, tengah, dan akhir proses produksi. Untuk sediaan solid
IPC yang dilakukan umunya meliputi: pemerian, kode penandaan, bobot,
kekerasan, diameter, ketebalan, keregasan, dan waktu hancur. Untuk sediaan
liquid, IPC yang dilakukan meliputi: pemerian, berat jenis, dan pH. Selain IPC,
operator dari produksi juga mengirimkan sampel untuk diuji oleh bagian Quality
Control. Apabila semua hasil uji telah memenuhi syarat, maka produk tersebut
dapat di-release ke pasaran
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
91
Universitas Indonesia
4.7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu (Quality Control) merupakan bagian yang esensial dari
CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai
mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.Departemen QC PT. SOHO
Industri Pharmasi memiliki tiga laboratorium yaitu laboratorium kimia (chemical
laboratory), laboratorium instrumen (instrument laboratory), dan laboratorium
mikrobiologi (microbiology laboratory).
Laboratorium kimia biasanya digunakan untuk pemeriksaan bahan baku
yang baru datang dari pemasok atau reanalisa bahan baku, pemeriksaan kualitas
air murni, dan pemeriksaan kualitas air limbah. Bahan baku yang baru datang
akan diperiksa oleh QC bahan baku (Raw Material) sedangkan bahan pengemas
akan diperiksa oleh QC pengemas (Packaging Material). Bahan baku dan bahan
pengemas tersebut harus disertai Lembar Penerimaan Barang (LPB) dari gudang
(Warehouse) dan sertifikat analisa (Certificate of Analysis/CoA) ataupun Material
Safety Data Sheet (MSDS) dari pemasok. Sedangkan, renalisa dilakukan untuk
memeriksa bahan baku apakah bahan baku tersebut masih dapat digunakan atau
tidak untuk proses produksi.
Di laboratorium instrumen terdapat alat-alat yang dibutuhkan dalam
menganalisis suatu produk secara kualitatif maupun kuantitatif dan biasanya
digunakan untuk pemeriksaan produk setengah jadi dan produk jadi.Selain itu,
laboratorium ini juga melakukan pengujian validasi dan verifikasi metode analisis.
Laboratorium mikrobiologi digunakan untuk pengujian kontaminasi terhadap
mikroorganisme baik pada bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, dan
produk jadi setelah pengemasan serta juga melakukan pemeriksaan mikroba pada
ruang produksi.
4.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Inspeksi diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara rutin untuk
menilai apakah seluruh aspek di suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan
CPOB, Quality Manual, dan persyaratan lainnya serta merekomendasikan
tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan.Inspeksi diri
merupakan suatu bentuk evaluasi internal, yaitu bagian dari suatu perusahaan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
92
Universitas Indonesia
mengevaluasi bagian lain di perusahaan tersebut. Di SOHOGroup, pelaksanaan
inspeksi diri merupakan tanggung jawab dari bagian Quality Operation,
khususnya Quality Monitoring Section sebagai bagian yang menyiapkan dan
merevisi SOP, memberikan pelatihan SOP, serta menyusun dan mengirimkan
jadwal diri tahunan kepada pihak terkait.
Inspeksi diri melibatkan auditor sebagai pihak yang mengaudit serta
auditee yaitu pihak yang diaudit. Personel yang tergabung dalam tim auditor harus
dipastikan telah memperoleh pelatihan yang cukup atau sudah memperoleh
pengetahuan mengenai ketentuan CPOB dan ISO/IEC 17025:2005. Tim auditor
terdiri dari seorang koordinator (yaitu QA Department Head), Lead Auditor
(orang yang ditunjuk oleh coordinator audit), serta beberapa orang auditor
(termasuk QM Sec Head / Quality System Executive, Department Head yang
ditunjuk, serta orang lain yang ditunjuk untuk melakukan audit).
Hal yang diinspeksi dalam inspeksi diri adalah segala aspek yang terdapat
dalam suatu departemen, yaitu karyawan (Catatan Pelatihan, dll), bangunan dan
peralatan (termasuk fasilitas dan sistem penunjang), penyimpanan bahan awal,
produk antara, produk ruahan, dan obat jadi, produksi dan pengemasan,
laboratorium, dokumentasi (termasuk Kebijakan Mutu, Sasaran Mutu, Prosedur
Kerja), dan house keeping (kebersihan peralatan, lingkungan, ruangan, dll),
Adapun daerah yang diinspeksi meliputi semua area Produksi, Quality
Assurance dan Quality Control (Laboratorium Kimia, Laboratorium
Mikrobiologi, Ruang Sampling, dan Ruang Pertinggal), R&D (Laboratorium
Kimia dan Area Grey), Engineering (Utilities, Gudang, Bengkel, dll), Tempat
penyimpanan dokumen, dan Gudang (Packaging & Raw Material, Finished
Product, WIP, Karantina, dan Rejected Area).
Sementara itu, audit mutu yang dilakukan oleh SOHOGroup adalah audit
mutu ke Toll Manufacturer, Laboratorium Eksternal dan Distributor, sehigga audit
yang dilakukan disebut dengan Audit Eksternal. Bagian yang bertanggungjawab
atas terlaksananya Audit Eksternal adalah Quality Monitoring Section. Tujuan
dilaksanakannya audit eksternal adalah untuk meyakinkan bahwa perusahaan
yang menerima Toll Manufacturer dan Analisa Bahan Baku atau produk dari
SOHO Group telah memenuhi persyaratan GMP maupun GLP, melakukan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
93
Universitas Indonesia
penilaian terhadap distributor telah memenuhi persyaratan GDP, serta melakukan
penlaian terhadap penyimpangan selama proses produksi, analisa, dan distribusi,
sehingga produk yang didistribusikan masih memenuhi persyaratan ke konsumen.
Audit dilakukan secara rutin setiap 3 tahun sekali atau lebih bila
dibutuhkan. Audit juga dilakukan untuk menentukan toll manufacturer,
laboratorium eksternal baru, pabrik baru, serta lokasi pabrik baru. Penilaian yang
dilakukan pada audit eksternal adalah menggunakan checklist pada nilai (skala 1-
4) yang sesuai dengan kondisi aktual. Nilai akhir yang didapatkan menjadi acuan
tindakan yang akan dilakukan pada objek audit tersebut.
4.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan
Produk Kembalian
Suatu industri farmasi harus memiliki sebuah sistem untuk
mengakomodasi penangangan suatu produk yang telah dipasarkan namun
dirasakan (serta telah dibuktikan) tidak memenuhi persyaratan. Keluhan
merupkana suatu bentuk komunikasi yang diterima oleh perusahaan mengenai
perbedaan kualitas produk yang telah diterima oleh konsumen. Cakupan
perbedaan tesebut adalah identitas, keamanan, kemurnian dan efikasi dari produk.
Prosedur yang ada tidak dapat digunakan untuk menangani masalah terkait
pemasaran (harga dan stok) serta pharmacovigilance.
Di SOHOGroup, keluhan ditangani oleh bagian Quality Monitoring
Section. Bagian ini akan menerima laporan keluhan konsumen dari Clinical Trial
Monitoring. Bagian QMS kemudian akan melakukan investigasi terhadap keluhan
tersebut menggunakan formulir investigasi. Investigasi tersebut dimulai dengan
mempelajari kasus keluhan sebelumnya pada produk yang sama. Setelah itu,
Quality Monitoring Section Head (QMSH) melakukan investigasi dengan
mengevaluasi catatan batch record product. Jika perlu, QMSH akan mengirimkan
sampel untuk di uji oleh QC.
Hasil investigasi keluhan menjadi acuan apakah sebuah keluhan dapat
diterima (justified) atau tidak (not justified). Sebuah keluhan akan diterima apabila
sampel keluhan dan contoh pertinggal sama-sama tidak memenuhi persyaratan.
Keluhan tidak akan diterima apabila sampel keluhan dan contoh pertinggal
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
94
Universitas Indonesia
keduanya memiliki hasil yang memenuhi syarat, dan apabila sampel keluhan tidak
memenuhi syarat namun contoh pertinggal memenuhi syarat. Pada keluhan yang
dinyatakan tidak diterima, QO dapat mengemukakan pendapat dan sanggahan
Suatu keluhan yang dinyatakan justified (dapat diterima), QA Department
Head kemudian melakukan investigasi terhadap produk yang sama namun dengan
batch yang berbeda. Berdasarkan hasil investigasi dan tanggapan dari berbagai
departemen, dilakukan penilaian risiko akhir untuk menetapkan tindakan lanjutan.
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah melakukan penarikan produk.
Penarikan produk merupakan suatu tindakan dari sebuah perusahaan untuk
mengambil kembali seluruh batch atau produk yang telah beredar di pasaran atas
pertimbangan keamanan. Di SOHOGroup, penarikan produk merupakan tanggung
jawab dari bagian Quality Monitoring Section. Penarikan produk dapat terjadi jika
terdapat risiko dengan kategori kritis pada sebuah batch atau produk.
Produk kembalian merupakan obat jadi yang telah beredar yang kemudian
dikembalikan ke perusahaan karena terdapat keluhan mengenai produk tersebut
seperti kerusakan kemasan ataupun mendekati daluwarsa. Di SOHOGroup,
produk yang dapat dikembalikan adalah produk yang masa daluarsanya +/- 3
bulan. Produk yang dikembalikan, oleh distributor akan diserahkan kembali ke
bagian Warehouse obat jadi SOHOGroup untuk selanjutnya dimusnahkan.
4.10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. PT.
SOHO Industri Pharmasi memiliki departemen sendiri yang bertugas mengelola
dokumen yang terdapat di SOHO Group, yaitu Validation andDocumentation
Department (VDD). VDD merupakan departemen yang bertanggungjawab dalam
mengelola dan menjaga dokumen. VDD merupakan pusat segaladokumen, VDD
menyimpan master batch record, semua SOP, mendata semuanomor surat yang
keluar PT. SOHO Industri Pharmasi, dan lain-lain.
Review terhadap SOP (Standard ofProcedure) di lakukan dilakukan setiap
3 tahun. Dokumendisimpan dengan sistem inventarisasi yang memudahkan
pengawasan danpenelusuran dokumen.Selain dokumentasi secara manual,
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
95
Universitas Indonesia
dokumentasi jugadilakukan dengan mengunakan sistem IFS (Information Finance
System). Setiap dokumen yang berkontribusi terhadap produk perlu dilakukan
pencatatan sesuai :
a) Pencatatan dengan bolpoint tinta biru yang tidak mudah luntur, hal ini
bertujuan untuk membedakan dokumen yang asli dengan hasil salinan;
b) Tulisan terbaca, rapi dan mudah dimengerti;
c) Kata-kata tidak menimbulkan arti ganda, langsung pada tujuan;
d) Tidak boleh ada huruf yang bertumpuk;
e) Semua entries/bagian dokumen yang perlu ditulis tangan dilengkapi, tidak
boleh ada bagian yang kosong. Bagian yang kosong dicoret menyilang
sepertihuruf Z dan diberi paraf dan tanggal pengisian dokumen;
f) Setiap bagian dokumen yang tidak memungkinkan untuk diisi ditulis N.A;
g) Koreksi dilakukan dengan mencoret tulisan yang salah dengan satu garis
lurus, diberi paraf, diberi tanggal, dan ditulis data yang benar tepat
disampingdata yang salah;
h) Setiap dokumen yang memerlukan perubahan harus disertai dengan
changerequest berupa Laporan Usulan Perubahan (LUP).
4.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
PT. SOHO Industri Pharmasi memproduksi produk- produk
antibiotik,multivitamin, herbal, dan lain-lain, baik dalam bentuk solid (tablet,
kapsul,kaplet), semi solid (gel, krim, salep) dan liquid (sirup, suspensi, emulsi).
Produktersebut berasal dari pengembangan produk yang dilakukan sendiri
atauberdasarkan lisensi dari perusahaan lain. Beberapa produk unggulan dari
PT.SOHO Industri Pharmasi antara lain Imboost®, Diapet®, Laxing®, Fitkom®,
danCurcuma Plus Emulsion®. PT. SOHO Industri Pharmasi juga menjalin
kerjasama dengan berbagai perusahaan, baik perusahaan dalam negeri maupun
perusahaan asing dengan melakukan produksi toll in dan toll out. Produksi toll in
berarti pembuatan produk perusahaan lain di PT. SOHO Industri Pharmasi,
sedangkan toll out berarti pembuatan produk PT. SOHO Industri Pharmasi di
perusahaan lain.Kerjasama ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan kapasitas
produksi dan keterbatasan sumber daya serta proses analisis yang harus dilakukan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
96
Universitas Indonesia
karena keterbatasan fasilitas atau peralatan. Sebelum pengujian, dilaksanakan
audit terlebih dahulu terhadap penerapan CPOB perusahaan penerima kontrak.
Produk PT. SOHO Industri Pharmasi yang diproduksi oleh perusahaan lain
berdasarkan kontrak (toll out), antara lain produk-produk injeksi, injeksi
kering,soft capsule, dan produk sefalosporin dan beta laktam seperti Bellacid®
danCedantron® injeksi, sedangkan produk toll in dari PT. SOHO Industri
Pharmasi antara lain Eksedryl® dan Tantum Verde®. Perusahaan asing yang
menjalin kerjasama dengan PT. SOHO industriPharmasi antara lain CCM Pharma
(Malaysia), Kimberly Clark Technol (USA),Warner Lambert (USA), Janssen
Cilag (Australia), Zenece (UK).PT. SOHO Indutri Pharmasi juga dipercaya untuk
memproduksi produk lisensidari perusahaan asing seperti Angelini Fransesco
(Italia), Fuji Chemical Co. Ltd.(Jepang), Searle Divition ofMonsanto (USA), dan
Synthelabo (France).
4.12. Kualifikasi dan Validasi
Kualifikasi dan validasi yang dilakukan PT. SOHOIndustri Pharmasi
meliputi kualifikasi peralatan, kualifikasi bangunan danfasilitas, kualifikasi
infrastruktur, validasi proses produksi, validasi carapembersihan, validasi metode
analisa, serta verifikasi peralatan daninfrastruktur. Aktifitas kualifikasi dan
validasi dilakukan oleh suatu departemen yaitu Validationand Documentation
Department (VDD). Tahap-tahap dalam melakukan kualifikasi adalahDesign
Qualification (DQ),Installation Qualification (IQ) of equipment/utility system,
OperationalQualification (OQ) of equipment/utility system, dan
PerformanceQualification (PQ) of equipment/utility system, setelah itu diperiksa
outputnya dan dinilai apakah memenuhi standar penerimaan yang telah
ditetapkan.
Validasi yang dilakukanadalah validasi proses, validasi proses aseptis dan
validasi pembersihan. Secara umum cara melakukan validasi proses di industri
farmasi Soho adalah dengan melakukan simulasi pada parameter-parameter
produksi dan dikerjakan oleh tenaga yang telah mendapatkan training mengenai
validasi. Berikut adalah tahapan pengerjaannya :
1. Melakukan penimbangan bahan baku
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
97
Universitas Indonesia
2. Proses mixing ( dilakukan pengambilan sampel > 3 titik )
3. Melakukan pemeriksaan apakah terdapat deviasi
4. Dilakukan penilaian misalnya untuk tablet waktu hancur, keregasan, dll
5. Data hasil uji dibandingkan lalu di review dan di analisa
6. Hasil analisa dituang dalam suatu laporan yang terdiri dari kesimpulan
dan saran
Validasi proses aseptis yaitu validasi terhadap sediaan steril yang proses
produksinya dilakukan secara aseptis (proses sterilisasi dilakukan sebelum sediaan
dikemas dalam kemasan primer).
Cleaning Validation menjadi hal penting untuk menjamin bahwa produk
tidak terkontaminasi dengan pencemar maupun terjadi mix up atau ketercampuran
dengan produk lain yang menggunakan alat, wadah, mesin, ruangan yang sama.
Departemen VDD PT. SOHO Industri Pharmasi telah menetapkan suatu kebijakan
mengenai urutan pembersihan produk berdasarkan toksisitas, kelarutan dalam air,
dan tingkat kesulitan dalam pembersihan, dengan rumus :
Risk Rating = 𝑇𝑜𝑥𝑖𝑐 𝐷𝑜𝑠𝑒
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑥 𝑑𝑖𝑓𝑓𝑖𝑐𝑢𝑙𝑡𝑦 𝑖𝑛 𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛𝑖𝑛𝑔
Dari rumus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi risk
rating maka produk tersebut menjadi produk marker.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
98 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a) PT SOHO Industri Farmasi telah menerapkan pedoman CPOB dengan
baik pada semua proses baik dalam proses produksi, pengawasan dan
pengendalian mutu, serta kegiatan lain yang terkai dimana aspek-aspek
CPOB tersebut telah diimplementasikan dan didokumentasikan dengan
baik dan teratur.
b) Seorang apoteker di industri farmasi memiliki peranan yang penting yaitu
menjadi personil kunci antara lain sebagai kepala produksi, kepala bagian
pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu. Semua bagian
dalam struktur organisasi PT. SOHO Industri Pharmasi telah
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai pedoman
CPOB sehingga semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik.
5.2. Saran
a) Tetap menjaga dan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas dari
produksi sediaan obat sesuai dengan pedoman CPOB.
b) Peningkatan kerja sama dan komunikasi antar divisi sehingga dapat
dihasilkan kinerja dan hasil yang lebih baik.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
99
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 Tentang Industri Farmasi.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PT. SOHO Group. (2012). Orientation Program SOHO Group Value For Health.
Jakarta: PT. SOHO Group.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
100
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. SOHO Group
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
101
Lampiran 2. Struktur Organisasi Manufacturing PT. SOHO Group
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
102
Lampiran 3. Struktur Organisasi Quality Operation Division dan Departemennya
Quality Operation
Div. Head
Quality Control
Dept. Head for SOHO
Quality Assurance
Dept. Head
Quality Control
Dept. Head for ETHICA
Quality Operation
Administrator
Keterangan: Struktur Organisasi Quality Operation Division
Quality Assurance
Dept. Head
Quality Monitoring
System
Sub Dept. Head
Quality Support
Sec. Head
Quality
Compliance
Sec. Head
Quality
Compliance
Executive
Quality System
Executive
Quality Release
Sec. Head
Quality Monitoring
Sec. Head
Quality Support
Analyst
Product
Sorter
Quality Monitoring
Inspector
Quality Assurance
Administrator
Quality Release
Inspector
Keterangan: Struktur Organisasi Quality Assurance Department
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
103
Lampiran 3. (lanjutan)
Quality Control
Dept. Head for SOHO
Packaging Material
Sec. Head
Finish Goods
Sec. Head
Raw Material
Sec. Head
Raw Material
Analyst
Packaging Material
Helper
Packaging Material
Analyst
Finish Goods
Analyst
Microbiology
Sec. Head
Raw Material
Helper
Finish Goods
Helper
Microbiology
Analyst
Microbiology
Helper
Keterangan: Struktur Organisasi Quality Control Department untuk SOHO
Quality Control
Dept. Head for ETHICA
Microbiology
Sec. Head
Physical & Chemical Inspection
Sec. Head
Microbiology
Inspector
Microbiology
Analyst
Physical Chemical
Analyst
Physical Chemical
Inspector
Laboratorium
Officer
Keterangan: Struktur Organisasi Quality Control Department untuk ETHICA
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
104
Lampiran 4. Struktur Organisasi Production Division dan Departemennya
Production
Div. Head
Non-Sterile Production
Dept. Head
Sterile, Cephalosporin &
Extract Production
Dept. Head
Production Process
Excellence
Dept. Head
Production Quality
Compliance
Dept. Head
Production
Administrator
Keterangan: Struktur Organisasi Production Division
Sterile, Cephalosphorin &
Extract Production
Dept. Head
Cephalosphorin &
Extract Production
Sub Dept. Head
SCEP
System &
Documentation
Specialist
Sterile Production
Sub Dept. Head
Sterile Production
Sec. Head
Cephalosphorin &
Extract Production
Sec. Head
Sterile Machine
Operator
Sterile Supporting
Machine Operator
Sterile High-tech
Machine Operator
Sterile Production
Packer
Sterile Production
W eight Checker
Cephalosphorin &
Extract Production
W eight Checker
Cephalosphorin &
Extract High-tech
Machine Operator
Cephalosphorin &
Extract Machine
Operator
Cephalosphorin &
Extract Supporting
Machine Operator
Cephalosphorin
Production
Packer
SCEP
Administrator
Keterangan: Struktur Organisasi Sterille, Cephalosphorin & Extract Production Department
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
105
Lampiran 4. (lanjutan)
Non-Sterile
Production
Dept. Head
Solid Processing
Sub Dept. Head
Packaging & Non-
Solid Processing
Sub Dept. Head
Non-Sterile
Dispensing
Sec. Head
Non-Sterile
Production
W eight Checker
Solid Processing
Sec. Head
Packaging & Non-
Solid Processing
Sec. Head
Solid Processing
High-tech
Machine Operator
Solid Processing
Machine Operator
Packaging & Non-
Solid Processing
Machine
Operator
Non-Sterile
Supporting
Machine Operator
Packaging & Non-
Solid Processing
High-tech
Machine Operator
Non-Sterile
Production
Packer
Non-Sterile
Production
Administrator
Keterangan: Struktur Organisasi Non-Sterile Production Department
Production Process Excellence
Dept. Head
Production Process
Excellence
Sec. Head
Production Process
Excellence
Executive
Production Process
Excellence
Administrator
Production Quality Compliance
Dept. Head
Production Quality
Compliance
Sec. Head
Production Quality
Compliance
Executive
Production Quality
Compliance
Administrator
Keterangan: Struktur Organisasi Production Process Excellence Departement dan Production
Quality Compliance Departement
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
106
Lampiran 5. Struktur Organisasi Supply Chain Division dan Departemennya
Supply Chain
Div. Head
Inbound Logistic
Dept. Head
Supply Planning
Dept. Head
Material Procurement
Dept. Head
Import Clearance
Dept. Head
Supply Chain
Administrator
Keterangan : Struktur Organisasi Supply Chain Division
Supply Planning
Dept . Head
Supply Planning
Sub Dept . Head
Product Supply
Management
Sub Dept . Head
Product Supply
Management
Execut ive
Cont ract
Manufacture
Sec. Head
Product ion
Planning
Specialist
Product ion
Planning
Sec. Head
Cont ract
Manufacture
Execut ive
Product ion
Planning
Execut ive
Supply Planning
Administ rator
Keterangan : Struktur Organisasi Supply Planning Department
Material
Procurement
Dept . Head
Material Sourcing
Sec. Head
Material Sourcing
Execut ive
Material
Procurement
Sec. Head
Material
Procurement
Administ rator
Material Planning
Sec. Head
Material
Procurement
Execut ive
Material Planning
Execut ive
Keterangan : Struktur Organisasi Material Procurement Department
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
107
Lampiran 5. (lanjutan)
Inbound Logist ic
Dept . Head
Inbound Logist ic
Administ rator
Inbound Logist ic
Sub Dept . Head
Site
Supervisor
Checker
Driver
Forklif t
Operator
Site
Off icer
Keterangan : Struktur Organisasi Inbound Logistic Department
Import Clearance
Dept . Head
Import Clearance
Sec. Head
Import Clearance
Execut ive
Import Clearance
Administ rator
Keterangan : Struktur Organisasi Import Clearance Department
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
108
Lampiran 6. Struktur Organisasi Technical Division dan Departemennya
Technical
Div. Head
Engineering
Dept. Head
HSE
Dept. Head
Civil Engineering &
Project Control
Dept. Head
Continuous
Improvement
Dept. Head
Technical
Administrator
Fixed Asset & Spare
Part Procurement
Dept. Head
Keterangan: Struktur Organisasi Technical Division
Cont inuous
Improvement
Dept . Head
Process Performance
Sec. Head
Process Performance
Execut ive
Focus Improvement
Sec. Head
Focus Improvement
Execut ive
Keterangan: Struktur Organisasi Continues Improvement Departement
HSE
Dept . Head
Enviromental &
Compliance
Sub Dept . Head
Safety & Loss
Prevent ion
Execut ive
Laundry & Cleaning
Services
Coordinator
Indust rial Hygiene and
Health
Execut ive
W aste & Pest
Management
Sec. Head
Laundry
Off icer
IPAL
Officer
HSE
Administ rator
Behaviour Based
Safety & Cont ractor
Safety Management
Execut ive
Hazardous &
Domest ic W aste
Off icer
Pest & Termite
Cont rol
Off icer
Factory Cleaning
Off icer
Keterangan: Struktur Organisasi Health Safety And Environment (HSE) Departement
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
109
Lampiran 6. (lanjutan)
Engineering
Dept . Head
Engineering
Administ rator
Mechanical
Maintenance
Sub Dept . Head
Mechanical Elect rical
Design
Engineer
Operat ional
Maintenance
Sub Dept . Head
Ut ilit y
Sec. Head
Maintenance
Sec. Head
Ut ilit y & W orkshop
Coordinator
Elect rical, W orkshop
& Ut ilit y
Technician
HVAC & Clean Media
Coordinator
BAS
Technician
HVAC & Clean Media
Technician
Maintenance
Coordinator
Maintenance
Technician
Maintenance
Coordinator
Maintenance
Technician
Engineering Planning
& Reliabilit y
Sub Dept . Head
W arehouse Spare Part
Sec. Head
Automat ion &
Calibrat ion
Sec. Head
Engineering Planner &
Document Cont rol
Sec. Head
Stock
Keeper
Calibrat ion &
Mechant ronic
Technican
Eng Document
Cont rol
Execut ive
Maintenance
Planner
Keterangan: Struktur Organisasi Engineering Department
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
110
Lampiran 6. (lanjutan)
Civil Engineering &
Project Cont rol
Dept . Head
Civil Engineering &
Build ing Maintenance
Sub Dept . Head
Build ing Maintenance
& Development
Sec. Head (Manuf)
Project Cont rol
Sub Dept . Head
Project Cont rol
Sec. Head
Build ing Maintenance
Sub Sec. Head
Build ing Maintenance
Technician
Civil
Engineer
Build ing Maintenance
& Development
Sec. Head (Non
Manuf)
Build ing & Ut ilit y
Maintenance (PPG)
Sub Sec. Head
Build ing Maintenance
Technician
Ut ilit y
Technician
Civil
Engineer
Project
Drafter
Documentat ion
Project Cont rol
Execut ive
Civil Project Cont rol
Execut ive
ME Project Cont rol
Execut ive
Keterangan: Struktur Organisasi Civil Engineering & Project Control Departement
Fixed Asset & Spare
Part Procurement
Dept . Head
Fixed Asset & Spare
Part Procurement
Execut ive
Fixed Asset & Spare
Part Procurement
Administ rator
Keterangan: Struktur Organisasi Fixed Asset & Spare Part Procurement Department
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
111
Lampiran 7. Struktur Organisasi Validation and Documentation Departement
Validation &
Documentation
Dept. Head
Validation
Sec. Head
Senior Validation
Engineer
Manufacturing
Documentation
Executive
Manufacturing
Documentation
Administration
Validation
Engineer
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI
APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI
KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG
JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA
PERIODE 7 JANUARI – 28 FEBRUARI 2013
VERIFIKASI METODE ANALISIS MOMETASONE
FUROATE (for CLEANING VALIDATION)
DI LABORATORIUM QUALITY CONTROL
PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI
SYLVIA HALIM, S. Farm.
1206198226
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
ii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................. 2
2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
2.1. Manajemen Mutu ................................................................................. 3
2.2. Verifikasi Metode Analisis .................................................................. 4
2.3. Parameter-Parameter Verifikasi Metode Analisis ............................... 7
2.3.1. Akurasi ................................................................................... 7
2.3.2. Presisi ..................................................................................... 7
2.3.3. Spesifisitas (Selektivitas) ....................................................... 8
2.3.4. Linearitas ............................................................................... 9
2.3.5. Batas Deteksi (Limit of Detection/LOD)) dan Batas
Kuantitasi (Limit of Quantitation/LOQ))) ............................. 9
2.4. Validasi Pembersihan (Cleaning Validation) ...................................... 10
2.5. Dokumentasi ........................................................................................ 11
3. TINJAUAN KHUSUS ................................................................................. 13
3.1. Verifikasi Metode Analisis di PT SOHO Industri Pharmasi ............... 13
3.2. Validasi Pembersihan Alat Sampling di PT. SOHO Industri
Pharmasi ............................................................................................... 16
4. METODOLOGI PENGKAJIAN ............................................................... 19
4.1. Lokasi dan Waktu ................................................................................ 19
4.2. Metode Pengkajian ............................................................................... 19
4.3. Prosedur Verifikasi Metode Analisis ................................................... 19
5. HASIL PEMBAHASAN ............................................................................. 14
5.1. Hasil Verifikasi Metode Analisis Mometasone Furoate (for Cleaning
Validation) ........................................................................................... 21
5.2. Pembahasan .......................................................................................... 21
6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 23
6.1. Kesimpulan .......................................................................................... 23
6.2. Saran .................................................................................................... 23
DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 24
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
iii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Parameter Uji Validasi ....................................................................... 5
Tabel 2.2 Persyaratan Validasi dan Verifikasi Penetapan Kadar Sediaan Obat
Jadi dengan HPLC ............................................................................. 6
Tabel 2.3 Perubahan Metode Kompendial yang Diizinkan ............................... 6
Tabel 3.1 Persyaratan Akurasi untuk Obat ........................................................ 14
Tabel 3.2 Persyaratan Akurasi untuk Suplemen Obat ....................................... 14
Tabel 3.3 Persen RSD untuk Keterulangan dan Presisi Antara ......................... 15
Tabel 4.1 Kondisi Kromatografi pada Verifikasi Metode Analisis Mometasone
Furoate (for Cleaning Validation) ..................................................... 19
Tabel 4.2 Parameter Validasi dan Kriteria Penerimaan Verifikasi Metode
Analisis Mometasone Furoate (for Cleaning Validation) ................. 20
Tabel 5.1 Hasil Verifikasi Metode Analisis Mometasone Furoate (for
Cleaning Validation) ......................................................................... 22
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
yang dibuat secara dinamis sesuai dengan perkembangan zaman, memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB
juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar
pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu. Salah satu ruang lingkup dalam CPOB adalah
kualifikasi dan validasi dan diantaranya adalah validasi metode analisis.
Istilah “validasi” pertama kali dicetuskan oleh Dr. Bernard T. Loftus,
Direktur Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun
1970-an, sebagai bagian penting dari upaya untuk meningkatkan mutu produk
industri farmasi. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh adanya berbagai masalah mutu
yang timbul pada saat itu yang mana masalah-masalah tersebut tidak terdeteksi
dari pengujian rutin yang dilaksanakan oleh industri farmasi yang bersangkutan.
Selanjutnya, validasi juga diadopsi oleh negara-negara yang tergabung dalam the
Pharmaceutical Inspection Co-operation/Scheme (PIC/S), Uni Eropa (EU) dan
World Health Organization (WHO). Bahkan, validasi merupakan aspek kritis
(substantial aspect) dalam penilaian kualitas industri farmasi yang bersangkutan.
Regulasi dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat 21
CFR 211.194(a)(2) secara spesifik menyatakan bahwa pengujian metode analisis
dari United States Pharmacopeia/National Formulary (USP/NF) tidak perlu
memvalidasi akurasi dan reliabilitas dari metode tersebut, tetapi hanya perlu
memverifikasi kesesuaian metode dibawah kondisi pengujian. Verifikasi prosedur
kompendial pertama kali dilakukan untuk mendapatkan hasil yang dapat diterima
menggunakan personil, peralatan dan reagen yang tersedia.
Verifikasi metode analisis mometasone furoate yang dilakukan di PT.
Soho Industri Pharmasi dilakukan untuk memastikan bahwa pada validasi
pembersihan terdeteksi tidak meninggalkan residu yang signifikan. Prosedur
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
2
Universitas Indonesia
verifikasi ini merupakan prosedur tambahan untuk validasi metode analisa dari
mometasone furoate.
Untuk kegiatan verifikasi metode analisis di Laboratorium Pengawasan
Mutu (Quality Control /QC) PT. SOHO Industri Pharmasi berada di bawah
tanggung jawab departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance/QA), khususnya
Seksi Pendukung Mutu (Quality Support Section)Dalam tugas khusus ini akan
dibahas mengenai verifikasi metode analisis di laboratorium QC di PT. SOHO
Industri Pharmasi. Hal yang akan dibahas dalam tugas khusus ini seperti
parameter verifikasi metode analisis dan kriteria penerimaannya beserta protokol
verifikasi metode analisis di PT. SOHO Industri Pharmasi.
1.2. Tujuan
a. Untuk memahami sistem verfikasi metode analisis yang dilaksanakan di
industri farmasi, khususnya di PT. SOHO Industri Pharmasi.
b. Untuk mengetahui apakah analisis mometasone furoate menurut
USP35/NF 30 dapat digunakan untuk pengujian kadar residu dari validasi
pembersihan alat sampling.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan pengggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen
izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen
Mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan
Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua
departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk
mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan
manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar.
Ada 2 unsur dalam manajemen mutu, yaitu suatu infrastruktur atau sistem
mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya;
dan tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan selalu
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dimana keseluruhan tindakan
tersebut disebut Pemastian Mutu (Quality Assurance).
CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk pencapaian standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
spesifikasi produk. Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang
berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan
dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
pengujian yang dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak
digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum
mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Penyiapan metode pengujian
dan pemvalidasiannya merupakan salah satu prasyaratan dasar dari Pengawasan
Mutu.
Pengawasan Mutu secara menyeluruh mempunyai tugas antara lain,
penetapan, pemvalidasian dan penerapan semua prosedur pengawasan mutu,
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
4
Universitas Indonesia
pengevaluasian, pengawasan, dan penyimpanan baku pembanding. Semua
kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan jika
perlu dicatat (BPOM RI, 2006).
2.2. Verifikasi Metode Analisis
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,
2004). Metode uji yang diterbitkan dalam European Pharmacopeia (EP), United
States Pharmacopeia (USP), British Pharmacopeia (BP), dan farmakope lainnya
tidak memerlukan validasi penuh tetapi harus diverifikasi untuk menjadi akurat,
tepat dan selektif sebelum digunakan. Parameter yang dikerjakan untuk verifikasi
antara lain: akurasi, presisi, spesifitas/ selektivitas (Soho Group, 2013a).
Menurut USP 35/NF 30: persyaratan verifikasi harus didasari pada suatu
pengkajian baik dari prosedur maupun dari bahan dimana prosedur ditetapkan.
Walaupun validasi ulang yang lengkap dari suatu metode kompendial tidak
diperlukan untuk memverifikasi kesesuaian dari suatu prosedur dibawah kondisi
penggunaan, beberapa karakteristik kinerja analisis validasi (tertera pada Tabel
2.1) dapat digunakan untuk proses verifikasi.
Hanya beberapa karakteristik yang dipertimbangkan tepat untuk verifikasi
dari prosedur tertentu yang perlu untuk dievaluasi. Proses pengkajian kesesuaian
dari suatu prosedur pengujian analisis kompendial dibawah kondisi penggunaan
sebenarnya mungkin atau tidak mungkin memerlukan kinerja laboratorium
sebenarnya dari setiap karakteristik kinerja analisis. Tingkat dan besarnya proses
verifikasi tergantung pada tingkat pelatihan dan pengalaman dari pengguna, jenis
prosedur dan peralatan atau instrumen yang digunakan.
Berikut ini adalah beberapa prinsip umum yang berkaitan saat pengujian
validasi metode analisis:
a. Kriteria penerimaan untuk parameter validasi harus ditetapkan selama
pengembangan metode pengujian
b. Dilakukan uji kesesuaian sistem untuk memastikan bahwa sistem
kromatografi yang dipakai baik untuk digunakan dalam analisis.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
5
Universitas Indonesia
c. Protokol validasi metode analisis harus sudah selesai sebelum dimulainya
validasi.
Hal tersebut juga berlaku untuk verifikasi metode analisis (Soho Group,
2013a)
Tabel 2.1 Parameter Uji Validasi
Karakteristik
Kinerja Analisis Kategori I
Kategori II Kategori
III
Kategori
IV Kuantitatif Uji Batas
Akurasi Ya Ya * * Tidak
Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak
Spesifisitas Ya Ya Ya * Ya
Batas Deteksi Tidak Tidak Ya * Tidak
Batas Kuantitasi Tidak Ya Tidak * Tidak
Linieritas Ya Ya Tidak * Tidak
Range Ya Ya * * Tidak
* Mungkin diperlukan, tergantung pada sifat spesifik dari pengujian
Verifikasi harus mengkaji apakah prosedur kompendial sesuai untuk zat
obat dan/atau matriks produk obat, pertimbangan rute sintesis obat/zat, cara
pembuatan produk obat. Verifikasi harus mencakup suatu pengkajian terhadap
unsur – unsur tertentu seperti pengaruh dari matriks pada perolehan kembali
pengotor dan zat obat dari matriks produk obat, serta kesesuaian kondisi
kromatografi dan kolom, kesesuaian respon sinyal detektor, dan sebagainya.
Verifikasi tidak diperlukan untuk prosedur pengujian dasar yang secara rutin
dilakukan seperti susut pengeringan, sisa pemijaran, kandungan asam, pengukuran
pH, dan sebagainya.
Tabel 2.2 meringkas perbandingan persyaratan validasi dengan
persyaratan verifikasi dari pengujian pada HPLC dari suatu bentuk sediaan obat
jadi. ICH mempersyaratkan validasi pada akurasi, presisi, spesifisitas, linieritas
dan range. Secara umum, verifikasi hanya memerlukan presisi dan spesifisitas.
Persyaratan akurasi tergantung dari pada keadaan spesifik dari bentuk sediaan
obat jadi.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
6
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 Persyaratan Validasi dan Verifikasi Penetapan Kadar Sediaan Obat Jadi
dengan HPLC (Chung, 2008)
Karakteristik Kinerja Validasi Verifikasi
Akurasi Ya Mungkin
Presisi Ya Ya
Spesifisitas Ya Ya
Batas Deteksi Tidak Tidak
Batas Kuantitasi Tidak Tidak
Linieritas Ya Tidak
Rentang Ya Tidak
Ada beberapa perubahan dari metode kompendial yang masih dapat
diizinkan. Perubahan pada metode kompendial yang masih diijinkan menurut USP
dapat dilihat pada Tabel 2.3 dibawah:
Tabel 2.3 Perubahan Metode Kompendial yang Diizinkan (Soho Group, 2013a)
High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Panjang Kolom ±70%
Internal Diameter ±25%
Particle Size -50%, penambahan tidak diijinkan
Flow Rate ±50%
Suhu Kolom ±10%
Volume Injeksi Bisa lebih kecil (jika LOD dan
repeatability tidak bermasalah)
pH ±0.2
Panjang gelombang UV Tidak diijinkan melakukan perubahan
Konsentrasi garam dalam buffer ±10%
Komposisi fase gerak
Komponen minor (<50%)
±30% relative atau ±10% absolute (pilih
yang rentangnya paling sempit)
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
7
Universitas Indonesia
2.3. Parameter-parameter Verifikasi Metode Analisis
2.3.1. Akurasi (kecermatan) (Harmita, 2004)
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis
dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Penentuan kecermatan
dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:
a. Metode simulasi (spiked-plasebo recovery)
Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni (senyawa
pembanding kimia) ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan
farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan
dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya).
b. Metode penambahan baku (standard addition)
Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu
analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan dianalisis lagi.
Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang
diharapkan).
Dalam kedua metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan
sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Persen
perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo
(eksepien obat, cairan biologis) kemudian ditambah analit dengan konsentrasi
tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan),
kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi.
Kriteria akurasi sangat tergantung kepada konsentrasi analit dalam matriks
sampel dan pada keseksamaan metode (RSD). Pada percobaan penetapan akurasi,
sedikitnya lima sampel yang mengandung analit dan plasebo yang harus disiapkan
dengan kadar antara 50% sampai 150% dari kandungan yang diharapkan.
2.3.2. Presisi (keseksamaan) (Harmita, 2004)
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil
uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
8
Universitas Indonesia
campuran yang homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau
simpangan baku relatif (koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai:
a. Keterulangan (repeatability)
Keterulangan adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali
olehanalis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek.
Keterulangan dinilai melalui pelaksanaan penetapan terpisah lengkap terhadap
sampel-sampel identik yang terpisah dari batch yang sama, jadi memberikan
ukuran presisi pada kondisi yang normal.
b. Ketertiruan (reproducibility)
Ketertiruan adalah keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang
berbeda. Biasanya analisis dilakukan dalam laboratorium-laboratorium yang
berbeda menggunakan peralatan, pereaksi, pelarut, dan analis yang berbeda pula.
Analis dilakukan terhadap sampel-sampel yang diduga identik yang dicuplik dari
batch yang sama.
Percobaan presisi dilakukan terhadap paling sedikit enam replika sampel
yang diambil dari campuran sampel dengan matriks yang homogen. Sebaiknya
keseksamaan ditentukan terhadap sampel sebenarnya yaitu berupa campuran
dengan bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) untuk melihat pengaruh matriks
pembawa terhadap keseksamaan ini. Demikian juga harus disiapkan sampel untuk
menganalisis pengaruh pengotor dan hasil degradasi terhadap keseksamaan ini.
2.3.3. Spesifisitas (Selektivitas) (Harmita, 2004)
Spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur
zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang
mungkin ada dalam matriks sampel. Spesifisitas seringkali dapat dinyatakan
sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap
sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai,
senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis
sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan.
Spesifisitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis
sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing
lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
9
Universitas Indonesia
bahan-bahan tadi. Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih dari hasil uji
keduanya. Jika cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat
diperoleh, maka selektivitas dapat ditunjukkan dengan cara menganalisis sampel
yang mengandung cemaran atau hasil uji urai dengan metode yang hendak diuji
lalu dibandingkan dengan metode lain untuk pengujian kemurnian seperti
kromatografi, analisis kelarutan fase, dan Differential Scanning Calorimetry.
Derajat kesesuaian kedua hasil analisis tersebut merupakan ukuran spesifisitas.
Pada metode analisis yang melibatkan kromatografi, selektivitas ditentukan
melalui perhitungan daya resolusinya.
2.3.4. Linearitas (Harmita, 2004)
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Linearitas biasanya
dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung
berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam
sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Perlakuan matematik dalam pengujian
linearitas adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat terkecil
antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit.
Dalam beberapa kasus, untuk memperoleh hubungan proporsional antara
hasil pengukuran dengan konsentrasi analit, data yang diperoleh diolah melalui
transformasi matematik dulu sebelum dibuat analisis regresinya. Dalam praktek,
digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya antara 50 – 150% kadar
analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering ditemukan rentang konsentrasi
yang digunakan antara 0 – 200%. Jumlah sampel yang dianalisis sekurang-
kurangnya delapan buah sampel blanko. Sebagai parameter adanya hubungan
linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a + bX.
2.3.5. Batas Deteksi (Limit of Detection/LOD)) dan Batas Kuantitasi (Limit
of Quantitation/LOQ)) (Harmita, 2004)
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
10
Universitas Indonesia
blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi
merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil
analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
2.4. Validasi Pembersihan (Cleaning Validation)
Validasi pembersihan didefinisikan sebagai “proses penyediaan bukti
terdokumentasi bahwa metode pembersihan yang dilaksanakan pada suatu
fasilitas secara konsisten mengendalikan sisa-sisa dari produk (termasuk zat antara
dan pengotor), agen pembersih dan bahan asing ke dalam produk berikutnya pada
tingkat terendah yang ditentukan”. Alasan dibalik prosedur validasi pembersihan
adalah pemastian bahwa keamanan dan kemurnian dari produk, persyaratan
regulasi pada pembuatan produk farmasi, dan memastikan kualitas dari proses dari
suatu pengendalian internal dan sudut pandang pelaksanaan (Souto, E.B et al.,
2008).
Pembersihan harus dilakukan dengan relatif muda dan dengan penggunaan
bahan pembersih standar. Fasilitas vakum harus tersedia untuk pembersihan dan
bagian yang bersentuhan langsung dengan produk harus diseka dan disanitasi
menggunakan agen sanitasi. Peralatan harus dibersihkan, dikeringkan, ditutup dan
disimpan dalam suatu ruangan penyimpanan alat. Prosedur pembersihan yang
tidak tepat dapat menghasilkan bets berkualitas rendah yang disebabkan oleh
resiko adanya kontaminan, seperti prekursor obat, produk penguraian, pelarut dan
bahan lain yang digunakan selama proses produksi, mikroorganisme, bahan
pembersih, dan lubrikan (Souto, E.B et al., 2008).
Validasi pembersihan perlu dilakukan sebagai konfirmasi efektivitas
prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan
pembersih dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada
bahan yang terkait dengan proses pembersihan yang mana batas tersebut
hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi. Metode analisis tervalidasi yang
memiliki kepekaan digunakan untuk mendeteksi residu atau cemaran. Batas
deteksi masing-masing metode analisis hendaklah cukup peka untuk mendeteksi
tingkat residu atau cemaran yang dapat diterima. Interval waktu antara
penggunaan alat dan pembersihan divalidasi demikian juga antara pembersihan
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
11
Universitas Indonesia
dan penggunaan kembali. Prosedur pembersihan untuk produk dan proses yang
serupa dapat dipertimbangkan untuk memilih suatu produk rentang yang mewakili
produk dan proses yang serupa. Satu studi validasi dapat dolakukan mengunakan
pendekatan kondisi terburuk (worst case) dengan memperhatikan isu kritis.
Validasi prosedur pembersihan dilakukan dengan melaksanakan prosedur tiga kali
berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa metode
tersebut telah tervalidasi (BPOM RI, 2006).
2.5. Dokumentasi
Protokol adalah suatu instruksi tertulis yang ruang lingkupnya lebih luas
daripada suatu SOP. SOP adalah intruksi yang tertulis secara detail untuk
prosedur yang secara rutin dilaksanakan dalam aktivitas apapun yang
berhubungan dengan produksi farmasi. Suatu protokol menjabarkan detail dari
suatu studi komprehesif terencana untuk menginvestigasi pengoperasian yang
konsisten dari sistem atau peralatan yang baru, suatu prosedur baru, atau
penerimaan suatu proses baru sebelum diimplementasikan. Protokol mencakup
informasi latar belakang signifikasn, menjelaskan rasionalisasi dibalik dan tujuan
studi, dan memberikan suatu deskripsi dari prosedur yang harus diikuti. Hal ini
berarti juga deskripsi dari tempat studi, personil yang bertanggung jawab,
peralatan yang digunakan. Standar dan kriteria untuk produk dan proses terkait,
tipe validasi, sampling, pengujian dan persyaratan pemantauan, deskripsi
bagaimana hasil akan dianalisis dan penentuan kriteria penerimaan untuk tujuan
keyakinan. Validasi, stabilitas dan penelitian klinis adalah contoh protokol tertulis
untuk produksi farmasi (Souto, E.B., et al., 2008).
Protokol validasi (verifikasi) dibuat untuk merinci validasi yang akan
dilakukan. Protokol tersebut dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu). Protokol tersebut hendaklah merinci langkah kritis dan
kriteria penerimaan. Setelah protokol dibuat, maka dibuat laporan yang mengacu
pada protokol validasi (verifikasi) memuat ringkasan hasil yang diperoleh,
tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi
perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protocol
didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai (BPOM RI, 2006).
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
12
Universitas Indonesia
Laporan valiadasi adalah suatu laporan tertulis yang mengacu silang pada
protokol validasi, meringkas hasil yang diperoleh, menjelaskan penyimpangan
yang diamati, dan menggambarkan kesimpulan yang diperlukan, termasuk
rekomendasi perubahan yang diperlukan untuk memperbaiki kekurangan
kualifikasi dan validasi yang dilaksanakan (Souto, E.B., et al., 2008).
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
13 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
3.1. Verifikasi Metode Analisis PT. SOHO Industri Pharmasi (Soho Group,
2013a)
Verifikasi Metode Analisis Mometasone furoate yang dilakukan di PT.
SOHO Industri Pharmasi dilakukan untuk pemastian bahwa pada validasi
pembersihan terdeteksi tidak meninggalkan residu yang signifikan. Prosedur
verifikasi tersebut merupakan prosedur tambahan untuk validasi metode analisa
produk dimana verifikasi dilakukan dengan kadar yang sangat rendah dan metode
sampling berupa metode swab. Personil laboratorium harus dilatih untuk
mengikuti prosedur standar dan Good Laboratory Practices (GLP). Semua
metode laboratorium harus divalidasi atau diverifikasi dengan peralatan dan
reagen yang ditentukan dalam metode uji. Instrumen laboratorium/ peralatan yang
dipakai harus terkalibrasi sebagai pemastian bahwa validasi metode analisis
memberikan hasil yang tepat dan dapat dipercaya.
Parameter yang dikerjakan untuk verifikasi antara lain: akurasi, presisi dan
spesifitas/ selektivitas. Selain itu, juga dilakukan uji kesesuaian sistem bila
menggunakan instrumen HPLC ataupun GC.
Verifikasi metode analisis untuk penetapan kadar bahan baku dan produk
jadi, meliputi:
a. Uji kesesuaian sistem (untuk metode HPLC/ GC)
Uji kesesuaian sistem adalah uji untuk memastikan bahwa sistem
kromatografi yang dipakai baik untuk digunakan dalam analisis. Uji kesesuaian
sistem dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan baku dengan konsentrasi
100% ke dalam sistem kromatografi sebanyak 6 kali. Uji kesesuaian sistem
diterima apabila RSD ≤ 2.0% (untuk satu komponen zat aktif) atau RSD ≤ 3.0%
(untuk multi komponen zat aktif).
b. Akurasi
Akurasi adalah kedekatan hasil pengujian terhadap nilai sebenarnya.
Penentuan akurasi dilakukan dengan menggunakan minimal 9 kali pengukuran
dari 3 larutan dengan konsentrasi yang berbeda (3 konsentrasi, 3 kali) dalam range
80% - 120% kadar yang tertera pada etiket. Akurasi metode analisis baik apabila %
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
14
Universitas Indonesia
RSD rata – rata Recovery yang didapat ≤ 2.0% untuk satu komponen zat aktif atau
RSD ≤ 3.0% untuk sampel dengan zat aktif multi komponen dan % Recovery
yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2:
Tabel 3.1 Persyaratan Akurasi untuk Obat
% Kandungan zat aktif % Recovery
> 10 – 100 % 98.0 – 102.0 %
> 1 – 10 % 97.0 – 103.0 %
> 0.1 – 1 % 95.0 – 105.0 %
> 0.01 – 0.1 % 90.0 – 107.0 %
> 0.00001 – 0.01 % 80.0 – 110.0 %
≤ 0.00001 % 60.0 – 115.0 %
Tabel 3.2 Persyaratan Akurasi untuk Suplemen Obat
% Kandungan zat aktif % Recovery
> 10 – 100 % 95.0 – 102.0 %
> 1 – 10 % 92.0 – 105.0 %
> 0.1 – 1 % 90.0 – 108.0 %
> 0.01 – 0.1 % 85.0 – 110.0 %
> 0.00001 – 0.01 % 80.0 – 115.0 %
≤ 0.00001 % 60.0 – 125.0 %
c. Presisi
Presisi adalah kedekatan beberapa nilai pengukuran dari sampel yang
homogen pada kondisi normal (sampel yang sama dan diuji secara berurutan).
Penentuan presisi meliputi :
i. Keterulangan (presisi sistem)
Merupakan pengujian kinerja instrumen dengan menggunakan sampel,
analis dan alat uji yang sama menggunakan minimum 6 kali pembacaan terhadap
sampel dengan konsentrasi 100% atau 9 kali penetapan dengan 3 larutan
konsentrasi berbeda (3 konsentrasi, 3 kali).
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
15
Universitas Indonesia
ii. Presisi antara (presisi metode)
Meneliti pengaruh perbedaan hari, analis dan peralatan uji pada metode
analisis. Setiap kali pengujian, penyiapan sampel dilakukan secara terpisah mulai
dari penyiapan sampel sampai perhitungan akhir, minimum 6 (enam) kali
penetapan menggunakan konsentrasi 100%.
Keterulangan dan presisi antara dapat diterima jika %RSD (simpangan
baku relatif) berada pada kriteria yang tertera pada Tabel 4.3:
Tabel 3.3 Persen RSD Untuk Keterulangan dan Presisi Antara
% Kandungan zat aktif % RSD
> 10 - 100 % 2
> 1 - 10 % 3
> 0.1 – 1 % 4
> 0.01 – 0.1 % 5
> 0.001 – 0.01 % 7
> 0.0001 – 0.001 % 11
> 0.00001 – 0.0001 % 15
≤ 0.00001 % 21
d. Spesifisitas
Spesifisitas adalah kemampuan metode analisis untuk mendeteksi dan
membedakan analit secara jelas/ tegas dengan komponen lain yang mungkin
menyertai dalam sampel. Cara menentukan spesifisitas adalah dengan melakukan
pengujian terhadap plasebo/ pelarut dengan menggunakan metode sesuai preparasi
penetapan kadar dalam sampel. Hasil analisis konsentrasi yang diperoleh dari
senyawa lain (plasebo/ pelarut) tidak boleh lebih dari 2.0 %.
e. Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisa untuk memberikan hasil
pengukuran yang secara langsung proporsional dengan rentang konsentrasi yang
diberikan. Uji linearitas dilakukan dengan membuat kurva regresi antara
konsentrasi larutan standar (sumbu X) dan hasil analisanya (sumbu Y). Uji
linearitas dilakukan menggunakan minimal 5 (lima) konsentrasi yaitu 20%-120%
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
16
Universitas Indonesia
dari konsentrasi pengujian, tiga kali replikasi. Metode analisa disebut linear jika
koefisien korelasi garis regresi ≥ 0.99, dan metode analisa harus mempunyai
rentang pengukuran minimal 80%-120% dari konsentrasi pengujian.
f. LOD dan LOQ
LOD (Limit of Detection) adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel
yang masih dapat untuk dideteksi, tetapi tidak untuk kuantitatif. LOQ (Limit of
Quantitation) adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat
dideteksi dengan akurasi dan presisi yang masih dapat diterima. LOD ditentukan
berdasarkan kurva regresi hubungan antara konsentrasi (x, ppm) dan rasio signal-
noise (y) pada uji linearitas, dimana rasio signal-noise adalah 3:1. LOQ ditentukan
berdasarkan kurva regresi hubungan antara konsentrasi (x, ppm) dan rasio signal-
noise (y) pada uji linearitas, dimana rasio signal-noise adalah 10:1.
3.2. Validasi Pembersihan Alat Sampling di PT. SOHO Industri Pharmasi
(Soho Group, 2013b)
Validasi pembersihan dilakukan untuk memastikan bahwa prosedur
pembersihan yang dilakukan efektif dan menghilangkan semua residu hingga
suatu tingkat penerimaan yang dapat diterima, dan tidak terjadi adanya
kontaminasi silang. Pengujian hasil validasi pembersihan dilakukan dengan
inspeksi secara visual dan pengujian kadar dari produk penanda (marker product).
Produk penanda ini merupakan bahan atau produk yang memiliki resiko residu
terbesar dalam pembersihan. Resiko tersebut dapat dilihat dari dosis terapeutik
ataupun kelarutan dari zat atau produk tersebut. Ada 2 metode sampling pada
pengujian kadar dari residu yang dilakukan di PT. SOHO Industri Pharmasi yaitu
swab sampling method (metode usap) dan rinse sampling method (metode bilas).
Pada pengujian kadar residu dari validasi pembersihkan harus dipastikan bahwa
metode pengujian yang dilakukan telah tervalidasi atau terverifikasi.
3.3. Dokumentasi (Soho Group, 2013c)
Dari parameter – parameter verifikasi yang tertera diatas kemudian dibuat
protokol verifikasi. Isi dari protokol verifikasi metode analisis PT. Soho Industri
Pharmasi meliputi:
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
17
Universitas Indonesia
a. Persetujuan Protokol
Persetujuan protokol diberi tanda tangan dan tanggal oleh personil dan
departemen yang mengajukan protokol.
b. Tujuan
Tujuan memaparkan maksud dilakukannya verifikasi metode analisis.
c. Tanggung Jawab
Tanggung jawab dibebankan kepada personil dan departemen yang terkait
dengan proses verifikasi metode analisis.
d. Metode dan Referensi
Metode dan referensi memaparkan metode analisis yang akan digunakan
serta referensi yang digunakan.
e. Parameter Validasi dan Kriteria Penerimaan
Berisi parameter validasi yang digunakan pada verifikasi beserta syarat
penerimaan dan perhitungan.
f. Prosedur Verifikasi
Prosedur verifikasi yang dilakukan berdasarkan metode dan referensi yang
telah ditentukan beserta dengan kondisi analisis.
g. Proses verifikasi
Proses verifikasi ini meliputi cara pengujian berdasarkan masing-masing
parameter validasi yang akan dilakukan.
h. Hasil dan kesimpulan validasi
Hasil dan kesimpulan berisi pengumpulan data-data selama proses
verifikasi metode analisis. Hasil dan kesimpulan dibandingkan terhadap
parameter dan kriteria penerimaan yang telah ditentukan.
i. Deviasi
Penyimpangan selama proses verifikasi metode analisis harus dilaporkan
dan dibuat laporan penyimpangannya
j. Validasi Ulang
Verifikasi ulang dilakukan jika terjadi perubahan-perubahan pada produk
atau selama proses verifikasi metode analisis, seperti perubahan metode
analisis dan perubahan formula.
k. Sejarah Revisi
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
18
Universitas Indonesia
Sedangkan isi laporan verifikasi metode analisis meliputi:
a. Persetujuan Laporan
Persetujuan laporan diberi tanda tangan dan tanggal oleh personil dan
departemen yang mengajukan laporan.
b. Latar Belakang
Latar belakang berisi alasan pembuatan laporan verifikasi metode analisis.
c. Tujuan
Tujuan memaparkan maksud dilakukannya verifikasi metode analisis.
d. Hasil Verifikasi
Hasil dan kesimpulan berisi pengumpulan data-data selama proses
verifikasi metode analisis. Hasil dan kesimpulan dibandingkan terhadap
parameter dan kriteria penerimaan yang telah ditentukan.
e. Pembahasan
f. Kesimpulan Verifikasi
Kesimpulan didapat dari kumpulan data hasil verifikasi berdasarkan
parameter dan kriteria penerimaan yang telah ditentukan dalam protokol
verifikasi metode analisis.
g. Saran
h. Lampiran
Berisi lembar kerja dan data pendukung yang digunakan untuk melakukan
verifikasi metode analisis.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
19 Universitas Indonesia
BAB 4
METODOLOGI PENGKAJIAN
4.1. Lokasi dan Waktu
Pengambilan data dan penulisan dilakukan selama dua bulan dari tanggal 7
Januari sampai 28 Februari 2013 di Divisi Operasi Mutu (Quality Operation) PT.
SOHO Industri Pharmasi.
4.2. Metode Pengkajian
Metode yang digunakan dalam mengkaji sistem, pembuatan protokol, dan
pembuatan laporan verifikasi metode analisis di PT. SOHO Industri Pharmasi
adalah melalui penelusuran literatur (studi pustaka).
4.3. Prosedur Verifikasi Metode Analisis
Metode verifikasi analisis yang digunakan adalah metode HPLC
berdasarkan prosedur yang ada di USP 35/NF 26 dengan kondisi dan parameter
yang dapat dilihat dari Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Kondisi Kromatografi pada Verifikasi Metode Analisis
Mometasone Furoate (for Cleaning Validation)
Komponen Kondisi
Detektor UV, λ 254nm
Kolom L7, 4,6mm x 25 cm
Flow rate 1,7 mL/menit
Volume penyuntikan 20µL
Fase Gerak Metanol : aqua purificata (65:35)
Saring dengan membrane filter 0,45µm
Pelarut Metanol : Aqua purificata : Asam asetat
(65:35:0,2)
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
20
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Parameter Validasi dan Kriteria Penerimaan Verifikasi Metode
Analisis Mometasone Furoate (for Cleaning Validation)
No Parameter Validasi Kriteria Penerimaan
1 Uji Kesesuaian Sistem
(metode HPLC/GC) RSD ≤ 2.00%
2 Akurasi % Recovery: Mometasone furoate: ≥70.00%
RSD ≤ 10.00%
3 Presisi RSD ≤ 10.00%
4 Linearitas Koefisien korelasi ≥ 0.99
5 Limit of Quantitation Minimal 0.5 ppm
6 Limit of Detection Pada area LOQ, peak masih terbaca dan dapat
dibedakan dengan noise
Adapun metode sampling yang digunakan adalah metode swab (metode
usap) yang dilakukan pada lempeng logam yang berukuran 5 cm x 5 cm.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
21 Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Verifikasi Metode Analisis Mometasone Furoate (for Cleaning
Validation)
Hasil verifikasi metode analisis mometasone furoate (untuk validasi
pembersihan) dimana metode sampling yang digunakan adalah metode swab
dapat dilihat pada Tabel 5.1 dibawah
Tabel 5.1 Hasil Verifikasi Metode Analisis Mometasone Furoate
Parameter Syarat Hasil
Kesimpulan Standar Sampel
Uji Kesesuaian
Sistem RSD ≤ 2.00% 0.46% Memenuhi syarat
Akurasi RSD ≤ 10.00% 0.58% Memenuhi syarat
Presisi RSD ≤ 10.00% 0.40% 0.23% Memenuhi syarat
Linearitas r2 ≥ 0.99 0.9992 Memenuhi syarat
LOD Minimal 0.5 ppm 0.1 ppm masih
terdeteksi Memenuhi syarat
LOQ
Pada area LOQ,
peak masih terbaca
dan dapat
dibedakan dengan
noise
0.1 ppm terdeteksi
dan dapat dibedakan
dengan noise
Memenuhi syarat
5.2. Pembahasan
Mometasone furoate merupakan salah satu bahan baku yang digunakan
oleh PT. Soho Industri Pharmasi. Pada analisis residu pada cleaning validation
perlu dilakukan verifikasi analisis untuk memastikan bahwa metode tersebut
konsisten dan dapat dilakukan keterulangannya. Verifikasi metode analisis
dilakukan di Laboratorium Pengawasan Mutu (Quality Control) yang ditangani
oleh Quality Support Section.
Setelah protokol verifikasi metode analisis diperiksa dan disetujui, maka
dilakukan tahapan dan proses validasi metode analisis di Laboratoium QC PT.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
22
Universitas Indonesia
SOHO Industri Pharmasi. Data hasil verifikasi metode analisis yang telah
dilakukan oleh analis dikumpulkan kemudian dibuat laporan verifikasi metode
analisis. Data yang dikumpulkan antara lain: data analis, alat, dan reagen, hasil
verifikasi, penyimpangan, data standar, data alat print out timbangan dan
kromatogram.
Verifikasi metode analisis mometasone furoate dilakukan berdasarkan
metode pada USP 35/NF 30 tanpa penggunaan baku dalam (beclometasone
diproprionate) oleh karena belum tersedianya baku dalam tersebut di
Laboratorium QC PT SOHO Industri Pharmasi.
Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa verifikasi metode analisis pada
mometasone furoate telah memenuhi persyaratan kriteria penerimaan pada
masing-masing parameter. Oleh karena itu, metode ini dapat digunakan untuk
pengujian kadar residu dari validasi pembersihan alat sampling dan apabila pada
prosedur verifikasi yang dilakukan tidak sesuai dengan prosedur maka dibuat
dokumen validasi (penyimpangan).
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
23 Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a. Verifikasi metode analisis merupakan suatu proses pemeriksaan kepastian
penggunaan metode analisis yang diterbitkan dalam European
Pharmacopeia (EP), United States Pharmacopeia (USP), British
Pharmacopeia (BP), dan farmakope lainnya meliputi pengujian parameter
berupa akurasi, presisi, selektivitas/spesifitas, linieritas dan LOD serta
LOQ.
b. Analisis mometasone furoate menurut USP35/NF 30 dapat digunakan
untuk pengujian kadar residu dari validasi pembersihan alat sampling
5.2. Saran
a. Penyusunan protokol dan laporan verifikasi sebaiknya disusun lebih
sistematis untuk memudahkan penggunaan, misalnya penyusunan secara
alfabetis.
b. Sebaiknya pada revalidasi/reverifikasi, digunakan baku dalam yang tertera
dalam referensi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013
24
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Chung, C.C. (2008). Analytical Method Validation: Principles and Practices
dalam Pharmaceutical Manufacturing Handbook: Regulations and
Quality. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004, 117 – 135.
ISSN : 1693-9883
Soho Group (2013a). Validasi Metode Analisa Penetapan Kadar Bahan Baku dan
Obat Jadi. Jakarta
Soho Group (2013b). Protokol Verifikasi Metode Analisa Mometasone Furoate
(for Cleaning Validation). Jakarta
Soho Group (2013c). Cleaning Validation Protocol for Sampling Tools (Spoon).
Jakarta
Souto, E.B., Vasconcelons, T., Ferreira, D.C., et al., (2008). Pharmaceutical
Manufacturing Validation Principles dalam Pharmaceutical
Manufacturing Handbook: Regulations and Quality. New Jersey: John
Wiley & Sons, Inc.
U.S. Pharmacopeia. (2012). USP 35-NF 30 U.S. Pharmacopeia National
Formulary Volume 1. Rockville: The United States Pharmacopeial
Convention.
Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013