universitas indonesia analisa kebutuhan tenaga keperawatan...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA KEBUTUHAN TENAGA KEPERAWATAN DI INSTALASI HEMODIALISA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN BERDASARKAN BEBAN DAN KOMPETENSI KERJA
TESIS
SARAH ANDINI NPM : 1106120664
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
DEPOK JANUARI 2013
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA KEBUTUHAN TENAGA KEPERAWATAN DI INSTALASI HEMODIALISA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN BERDASARKAN BEBAN DAN KOMPETENSI KERJA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Administrasi Rumah Sakit
SARAH ANDINI NPM : 1106120664
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
DEPOK JANUARI 2013
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Puji dan syukur Saya panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat-Nya Saya dapat menyelesaikan tesis Saya yang berjudul
Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan Berdasarkan Beban dan Kompetensi Kerja sebagai salah satu
syarat untuk meraih gelar Magister Administrasi Rumah Sakit di Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, rasanya sangat sulit bagi
Saya untuk dapat melewati semua ini. Oleh karena itu, Saya mengucapkan
terimakasih kepada :
1) Dr. drg. Yaslis Ilyas, MPH selaku dosen pembimbing yang tidak pernah
berhenti untuk mendukung dan menyemangati Saya dalam penyusunan tesis
ini. Terimakasih atas waktu yang selalu bisa disisihkan untuk Saya selama
masa penelitian ini.
2) Drs. Bambang Wispriyono, Apt., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Dr. Pujiyanto, SKM, M.Kes, selaku Kepala Departemen
Administrasi Kebijakan Kesehatan, Dr. Dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS
selaku Ketua Prodi Kajian Administrasi Rumah Sakit, dan Prof. Dr. dr. Adik
Wibowo, MPH selaku dosen Metodologi Penelitian atas inspirasi, ilmu
pengetahuan, dukungan serta semangat yang diberikan kepada Saya selama
masa perkuliahan.
3) Penguji Saya yang baik, Prof. dr. Purnawan Junadi, MPH, Ph.D, Puput
Oktamianti, SKM, MM, dan Sumijatun, S.Kep, MARS atas masukan dan
kritiknya yang membangun sehingga menjadikan tesis Saya menjadi
semakin baik.
4) Segenap pimpinan dan staff pengajar AKK FKM UI, terutama kepada Mbak
Amel atas bantuannya selama masa penyusunan tesis ini.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
vii
5) Pihak RSUP Persahabatan terutama kepada dr. Syafiq Alwi, Sp.PD dan dr.
Yassir, Sp.PD selaku kepala Instalasi Hemodialisa atas bantuannya sehingga
Saya bisa melakukan penelitian di RSUP Persahabatan. Terimakasih pula
kepada para perawat Instalasi Hemodialisa atas pengalaman yang diberikan.
Semoga jalinan silaturahmi kita akan lebih baik lagi.
6) Keluarga besar (Alm.) Abdul Muhi dan (Alm.) Machmud, terutama Achmad
Hasanuddin (Papa), Rusmini (Mama) dan Fuad Darmawan (Adik), terima
kasih atas kritik, kasih sayang, dukungan moral dan material yang telah
kalian berikan. Demi kalianlah Saya akan melakukan yang terbaik dalam
setiap langkah Saya. Tanpa kalian, rasanya Saya tidak akan sanggup
mencapai semua ini.
7) Sahabat-sahabat Saya yang baik selama masa perkuliahan, Heaven Lord
Trainer, Devina Agustin, Rita Harfiana, Nitya Pandusarani, Febi Lenita,
Sylva Dinie Alinda, Helsa Riyanika, Tiara Bunga Mayang Permata Tarmizi,
Anggun Nabila dan seluruh teman-teman angkatan KARS Reguler 2011
yang tidak bisa Saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas pengalaman
dan ilmu pengetahuan yang Saya tidak bisa dapatkan ditempat lain selain
bersama kalian.
8) Suamiku yang tersayang, Adhi Setiawan. Terimakasih karena selalu ada
untuk memberikan masukan, semangat dan pelukan sehingga Saya merasa
lebih kuat untuk menyelesaikan semua ini. Terimakasih untuk selalu
mengerti.
Akhir kata, Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Saya meminta maaf kepada
semua pihak atas kesalahan dan kehilafan yang Saya perbuat selama masa
penyusunan tesis. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan administrasi rumah sakit, khususnya dalam
bidang sumber daya manusia.
Depok, 7 Januari 2013
Penulis
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
ABSTRAK
Nama : Sarah Andini Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit Judul : Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan Berdasarkan Beban dan Kompetensi Kerja
Perawat sebagai salah satu sumber daya manusia di rumah sakit merupakan ujung tombak pelayanan yang harus direncanakan secara matang, baik secara kuantitas (beban kerja) maupun kualitas (kompetensi kerja). Dalam penelitian ini akan dibahas tentang analisa kebutuhan tenaga keperawatan di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan berdasarkan beban kerja (menggunakan time and motion study kepada 8 perawat kemudian diolah dengan Metode Ilyas) dan kompetensi kerja (depth interview kepada tiga informan dengan fokus kepada pengetahuan seputar pekerjaan, keterampilan dan sikap). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat satu dan atau dua tenaga perawat dengan kualifikasi minimal lulusan D3 keperawatan yang telah diikutkan pelatihan hemodialisa. Kata kunci : Beban kerja, kompetensi kerja, perawat hemodialisa
ABSTRACT
Name : Sarah Andini Study Program : Study of Hospital Administration Title : Needs Analysis of Nursing Personnel in the Hemodialysis
Installation of RSUP Persahabatan based on Workload and Competencies
Nurses, as one kind of the human resources in hospitals, act as a frontline service that should be planned thoroughly, both in its quantity (based on workload) and quality (based on competencies). This research was about needs assessment of nursing personnel in the Hemodialysis Installation of RSUP Persahabatan based on workload (using time and motion study technique then manipulated by Ilyas Method) and competencies (depth interview focusing on job knowledge, skill and attitude, on three subjects). The research concluded that there is one or two nursing shortage, having qualification of D3 of nursing (as minimal education) and hemodialysis training. Keywords : Workload, competencies, hemodialysis nurses
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..………………………………………………………….. i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME………………………… ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………......... iii LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………..... iv LEMBAR KEHADIRAN PENGUJI…………………………………………... v KATA PENGANTAR………………………………………………………….. vi LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……..…………. viii ABSTRAK…..…………………………………………………………………. ix ABSTRACT...…………………………………………………………………. ix DAFTAR ISI..………………………………………………………………….. x DAFTAR TABEL…..………………………………………………………..... xiii DAFTAR GAMBAR..………………………………………………………..... xiv DAFTAR LAMPIRAN……..………………………………………………….. xv 1. PENDAHULUAN …………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang……...…………………………………………………. 1 1.2 Rumusan Masalah…………..………………………………………… 6 1.3 Pertanyaan Penelitian ……………....…………………………………. 7 1.4 Tujuan Penelitian…………………....………………………………… 7 1.4.1 Tujuan Umum …………………………………………………. 7 1.4.2 Tujuan Khusus………………………………………………… 7 1.5 Manfaat Penelitian…………..………………………………………… 8 1.6 Ruang Lingkup Penelitian…………..………………………………… 8
2. TINJAUAN PUSTAKA………………...…………………………………. 10
2.1 Rumah Sakit……………….…………………………………………... 10 2.2 Sumber Daya Manusia………………………………………………… 11
2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia…………..…….………… 11 2.3 Perencanaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit……………..…….. 12 2.4 Perawat………………………………………………………................ 13
2.4.1 Model Pemberian Asuhan Keperawatan……...…....……..…... 14 2.4.2 Perawat Instalasi Hemodialisa..………………….……………. 16 2.4.3 Manajemen Keperawatan……..……………….………………. 17
2.5 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat...……….... 17 2.6 Beban Kerja Tenaga Kesehatan…………….………………………….. 18
2.6.1 Metode Perhitungan Beban Kerja…………….……………….. 19 2.6.1.1 Metode Work Sampling……...……………………….. 19 2.6.1.2 Metode Time and Motion Study………………………. 20 2.6.1.3 Metode Daily Log…………………………….............. 22
2.6.2 Pengukuran Kerja…..………………………………………….. 22 2.7 Analisis Kebutuhan Tenaga………...……………………………….... 23
2.7.1 Metode WISN (Work Indicator of Starting Need)……….…... . 24 2.7.2 Metode Ilyas…………..……………………………….………. 24
2.8 Kompetensi Kerja…………...…………………………………………. 25
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
2.9 Hemodialisa……………………………………………………………. 27 2.9.1 Proses Perawatan Hemodialisa..………………….…………… 28
3. GAMBARAN UMUM RSUP PERSAHABATAN…………...………….. 29
3.1 Sejarah Berdirinya RSUP Persahabatan…………….………………… 29 3.2 Visi, Misi dan Nilai RSUP Persahabatan…………………...…………. 30 3.3 Profil RSUP Persahabatan……………..………………………………. 31 3.4 Pelayanan RSUP Persahabatan……………..…………………………. 32
3.4.1 Layanan Unggulan…………………………………….………. 32 3.4.2 Layanan Gawat Darurat 24 Jam…….…………………………. 32 3.4.3 Layanan Rawat Inap…..…………….…………………………. 32 3.4.4 Layanan Rawat Jalan….…………….………………………….. 33 3.4.5 Layanan Medical Check Up…..…….………………………….. 35
3.5 Sumber Daya Manusia RSUP Persahabatan………………..…………. 35 3.6 Instalasi Hemodialisa ………………………………………………...... 36
3.6.1 Visi dan Misi Instalasi Hemodialisa ………………………….. 37 3.6.2 Instalasi Hemodialisa sebagai Unit Pelayanan dan Produksi….. 37 3.6.3 Sumber Daya Manusia di Instalasi Hemodialisa…………….…. 38
4. KERANGKA KONSEP…………………………………………………… 39
4.1 Kerangka Teori……………...………………………………………… 39 4.2 Kerangka Konsep…………...………………………………………… 40 4.3 Definisi Operasional………...………………………………………… 41
5. METODOLOGI PENELITIAN.…………………………………………. 45
5.1 Jenis Penelitian……...…………………………………………………. 45 5.2 Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………. 46 5.3 Populasi dan Sampel Penelitian…………….…………………………. 46 5.4 Tenaga Pengamat dan Instrumen Penelitian………………..…………. 47 5.5 Teknik Pengumpulan Data………….………………………………… 47 5.6 Pengolahan Data…………….………………………………………… 48 5.7 Analisis Data………..………………………………………………… 49
6. HASIL PENELITIAN………………….…………………………………. 50
6.1 Proses Penelitian………………………………………………………. 50 6.2 Sistematika Penyajian …………………………………………………. 51 6.3 Kualitas Data………..…………………………………………………. 51 6.4 Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan……………………………. 53
6.4.1 Struktur Organisasi….…………………………………………. 53 6.4.2 Denah Ruangan……..…………………………………………. 54 6.4.3 Karakteristik Perawat.…………………………………………. 54 6.4.4 Hasil Pengamatan Kegiatan Sampel berdasarkan Time and Motion Study………...…………………………………………………. 58
6.4.5 Jumlah Waktu Produktif dan Non Produktif Sampel…………. 83 6.6 Perhitungan Jumlah Kebutuhan Perawat………………………………. 85 6.7 Hasil Depth Interview ……………………………………………………… 87
6.7.1 Matriks Hasil Depth Interview dengan Ketiga Informan…...…. 88
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
xii Universitas Indonesia
7. PEMBAHASAN………………...…………………………..…………....... 90 7.1 Keterbatasan Penelitian……………..…………………………………. 90 7.2 Beban Kerja Perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan….…. 91 7.3 Kebutuhan Tenaga Kerja Perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan................…………………………………………. 94 7.4 Analisa Hasil Depth Interview...…………………………………………… 101
7.4.1 Faktor Pengetahuan Seputar Pekerjaan…..……………………… 101 7.4.2 Faktor Keterampilan………………………………………………… 106 7.4.3 Faktor Sikap…………………………………………………… 113
8. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. 117 8.1 Kesimpulan………….………………………………………………… 117 8.2 Saran………...………………………………………………………… 119
DAFTAR REFERENSI…...…………………………………………………. 121 LAMPIRAN …………………………………………………………………. 127
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan work sampling dengan time and motion study….. …. 21 Tabel 3.1 Jumlah SDM RSUP Persahabatan tahun 2012………....………. 36 Tabel 3.2 Jumlah pasien hemodialisa berdasarkan cara pembayaran tahun 2007 s/d 2011...…………………………………………. 38 Tabel 3.3 Rekapitulasi data ketenagaan menurut jenis dan kualifikasi pendidikan tahun 2011……...…………………………………. 38 Tabel 6.1 Karakteristik perawat Instalasi Hemodialisa......………………. 54 Tabel 6.2 Shift kerja perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan periode 13 oktober – 19 oktober 2012……...…………………. 56 Tabel 6.3 Shift kerja perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan periode 20 oktober – 26 oktober 2012……...…………………. 56 Tabel 6.4 Daftar sampel penelitian kuantitatif dengan metode time and
motion study…………………………………..……………………… 57 Tabel 6.5 Deksripsi kegiatan perawat RD pada shift pagi Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 15 Oktober 2012...………... 59 Tabel 6.6 Deksripsi kegiatan perawat RS pada shift pagi Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 18 Oktober 2012…..…….... 61 Tabel 6.7 Deksripsi kegiatan perawat HB pada shift pagi Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 25 Oktober 2012.....………... 64 Tabel 6.8 Deksripsi kegiatan perawat DV pada shift pagi Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 23 Oktober 2012…..………. 67 Tabel 6.9 Deksripsi kegiatan perawat SM pada shift siang Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 15 Oktober 2012…..………. 69 Tabel 6.10 Deksripsi kegiatan perawat SK pada shift siang Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 17 Oktober 2012…..…….... 72 Tabel 6.11 Deksripsi kegiatan perawat MN pada shift siang Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 22 Oktober 2012…..…...…. 74 Tabel 6.12 Deksripsi kegiatan perawat SN pada shift siang Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 18 Oktober 2012…..…...…. 77 Tabel 6.13 Kegiatan perawat Instalasi Hemodialisa…….……………...…. 80 Tabel 6.14 Rangkuman kegiatan responden selama satu shift………….…. 82 Tabel 6.15 Proporsi waktu produktif dan non produktif individu sampel ………………………………………………………… 83 Tabel 6.16 Tabel proporsi kegiatan produktif langsung sampel………..…. 84 Tabel 6.17 Tabel proporsi kegiatan produktif tidak langsung sampel….…. 84 Tabel 6.18 Waktu kerja tersedia bagi perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan tahun 2012…….…………………………. 86 Tabel 6.19 Jadwal depth interview…………………………………...…….. 88 Tabel 7.1 Keterampilan yang diharapkan untuk dimiliki perawat Instalasi Hemodialisa………………………………………… 110
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses perencanaan SDM rumah sakit…….………………… 12 Gambar 7.1 Skema alur pendidikan tenaga perawat…...…………………. 103
xiv Universitas Indonesia
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen wawancara; pedoman wawancara mendalam (depth
interview) untuk kepala instalasi hemodialisa dan dokter jaga…………………………………………………………... 127
Lampiran 2. Instrumen wawancara; pedoman wawancara mendalam (depth
interview) untuk perawat instalasi hemodialisa……………… 130 Lampiran 3. Formulir tahapan kerja perawatan hemodialisa (time and motion
study)…………………………….………………………….. 133 Lampiran 4. Matriks hasil wawancara mendalam (depth interview) dengan
ketiga informan………………………………………………. 134 Lampiran 5. Asuhan keperawatan pasien hemodialisa
RSUP Persahabatan………………………………………...... 139 Lampiran 6. Acara ilmiah/pelatihan/seminar/simposium perawat di dalam RSUP Persahabatan tahun 2011……….……………………… 140 Lampiran 7. Acara ilmiah/pelatihan/seminar/simposium perawat keluar
RSUP Persahabatan tahun 2011………………..…………….. 142
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional merupakan salah satu tujuan
Pembangunan Nasional, yang bertujuan untuk menyehatkan masyarakat
sehingga derajat kesehatan yang lebih baik dapat tercapai secara optimal.
Hal ini merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan
Nasional Indonesia (Ilyas, 2011). Salah satu cara untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang baik melalui pelayanan kesehatan yang memadai
adalah dengan menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Rumah sakit merupakan salah satu jenis organisasi pelayanan kesehatan
yang padat, baik dalam bidang sumber daya manusia (SDM) maupun non
SDM. Sebagai organisasi pelayanan kesehatan yang padat SDM, rumah
sakit memiliki sumber daya manusia yang terdiri dari berbagai profesi dan
pendidikan dalam berbagai kuantitas (Susana, 2011). Dalam organisasi
(termasuk organisasi pelayanan kesehatan, misalnya rumah sakit), tenaga
kesehatan memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai visi dan
misi melalui proses organisasi yang dijalankan dengan baik (Rifki, 2011
dan Susana, 2011).
Tenaga Kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.1176 tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
didefinisikan sebagai:
Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
Peranan tenaga kesehatan di rumah sakit juga ditentukan oleh
kualitasnya. Kualitas sangat menentukan kinerja dan signifikansi
kemajuan rumah sakit mencapai visi misi dan berkontribusi dalam
pembangunan kesehatan di lingkup wilayah kerjanya masing-masing. Oleh
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
karena itu, merupakan hal yang sangat penting bagi rumah sakit untuk
memiliki tenaga kesehatan yang berkualitas.
Kualitas tenaga kesehatan suatu organisasi berkaitan erat dengan
perencanaan yang tepat demi terpenuhinya tenaga kesehatan yang efektif
dan efisien terkait kecukupan dan kompetensi kerja yang dibutuhkan.
Perencanaan tenaga kesehatan didefinisikan sebagai proses
memperkirakan kuantitas tenaga kesehatan yang dibutuhkan berdasarkan
tempat, keterampilan, perilaku dan kebutuhan perusahaan untuk
memberikan pelayanan yang efektif dan efisien di suatu organisasi demi
tercapainya tujuan dari organisasi itu sendiri (Ilyas, 2011 dan Hasibuan,
2007). Apabila kondisi ini tercapai, hampir dapat dipastikan bahwa rumah
sakit akan mampu menjawab tantangan era globalisasi yang menuntut
untuk selalu mampu bertahan dalam memberikan pelayanan dan
menyelenggarakan kegiatan secara berkesinambungan, stabil, efektif dan
efisien di tengah-tengah persaingan dan keterbatasan organisasi (Susana,
2011). Perencanaan tenaga kesehatan ini harus sesuai dengan kebutuhan,
yang ditentukan oleh: (1) kebutuhan epidemiologi, (2) permintaan pasar
akan pelayanan kesehatan, (3) saran dan prasarana yang tersedia dan telah
ditetapkan serta (4) mengacu kepada standar terhadap nilai tertentu
(Patuwo, 2005 dan Kementrian Kesehatan, 2004). Hal inilah yang
menjadikan perencanaan tenaga kesehatan menjadi hal yang tidak
terpisahkan dalam manajemen rumah sakit.
Ada dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan
tenaga kesehatan, yaitu aspek kuantitas dan aspek kualitas. Kualitas tenaga
kesehatan yang baik ditentukan oleh kesesuaian tenaga kesehatan dengan
kebutuhan masing-masing bagian dan manajemen rumah sakit yang
digelutinya (Ilyas, 2002). Oleh karena itu, diperlukan perencanaan tenaga
kesehatan yang mampu menjamin tersedianya tenaga kerja yang tepat
dalam organisasi tersebut dalam mengemban jabatan atau pekerjaan pada
waktu yang tepat demi tercapainya tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan bersama oleh organisasi tersebut (Siagian, 2007). Dalam
pelaksanaannya, perencanaan tenaga kesehatan bukanlah proses yang
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
3
Universitas Indonesia
statis, namun merupakan proses dinamis yang juga memperhitungkan dan
memperkirakan faktor-faktor internal dan eksternal secara bersamaan.
Menghitung beban kerja merupakan salah satu tahapan dalam
merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan. Beban kerja diartikan sebagai
banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh satuan tenaga
profesional dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun) (Prihartini,
2007). Metode Ilyas merupakan salah satu metode yang bisa digunakan
dalam merencanakan kebutuhan tenaga kerja. Perhitungan kebutuhan
tenaga kesehatan berdasarkan beban kerja salah satunya dapat diukur
dengan menggunakan time and motion study, yaitu teknik ukur besaran
beban kerja yang diterima oleh tenaga kesehatan rumah sakit baik pada
unit/bidang/instalasi tertentu (juga berlaku untuk penghitungan kuantitas
beban kerja non rumah sakit) (Irnalita, 2008).
Perawat, sebagai tenaga kesehatan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1176 tahun 2011, memberikan kontribusi yang juga besar terhadap
pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam hal pelayanan langsung kepada
pasien. Karena pelayanan keperawatan dinilai sangat penting, diperlukan
suatu sistem yang mampu menjamin kefektifitasan asuhan keperawatan,
yang tersedia dalam area praktek yang memudahkan perawat dalam
pengambilan keputusan dan melakukan intervensi keperawatan secara
aman (Kawonal, 2006). Penghitungan beban kerja perawat dinilai semakin
penting karena menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh International
Council of Nurse (ICN), dikatakan bahwa peningkatan beban kerja
perawat dalam menangani 4 orang pasien menjadi 6 orang pasien
mengakibatkan peningkatan sebesar 14% kemungkinan terjadinya
kelalaian atau bahkan kematian pasien yang dirawatnya. Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan Palestin (2006) bahwa beban kerja yang tinggi
akan semakin mengurangi ketelitian dan keamanan kerja yang nantinya
akan berakibat langsung kepada keamanan dan keselamatan pasien.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
4
Universitas Indonesia
Untuk memberikan pelayanan keperawatan yang baik, perawat
harus berorientasi kepada outcome pasien yang baik yang hanya dapat
dicapai jika tercipta lingkungan kerja perawat yang berkualitas. Menurut
Canadian Nursing Association (CNA) dalam model yang dibuatnya,
terdapat enam identifikasi tempat kerja yang berkualitas, yaitu: (1) kontrol
beban kerja, (2) kepemimpinan dalam keperawatan, (3) kontrol dalam
kualitas pelayanan, (4) dukungan dan penghargaan, (5) pengembangan
profesi serta (6) inovasi dan kreatifitas (Palestin, 2006). Masalah yang
sering muncul adalah ketidakseimbangan beban kerja perawat yang sulit
sekali dideteksi oleh direksi karena biasanya hanya mendasar kepada
keluhan-keluhan yang sifatnya subyektif (Ilyas, 2011).
Selain beban kerja yang diterima, kompetensi kerja juga harus
diperhatikan. Menurut Ilyas (2002), kompetensi kerja memegang peranan
penting dalam dinamika dan keselarasan kinerja suatu
organisasi/perusahaan. Semakin tinggi kompetensi kerja yang dimiliki,
maka akan semakin cepat dan tepat pelayanan atau kegiatan yang
dilakukan. Menurut Aditama (2007), perencanaan sumber daya manusia,
termasuk juga perawat, meliputi skill inventory, job analysis, replacement
chart dan expert forecast. Lebih singkatnya, Ilyas (2011) menjabarkan
penilaian kinerja berdasarkan pada job knowledge (pengetahuan seputar
pekerjaan), skill (keterampilan) dan attitude (sikap).
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan rumah sakit tipe
B pendidikan milik pemerintah pusat yang telah melayani masyarakat
selama lebih dari 46 tahun dengan mengusung visi dan misi sebagai rumah
sakit Pusat Kesehatan Respirasi Nasional bertaraf internasional, yang
telah ditetapkan menjadi Unit Pelaksana Teknis Departemen Kesehatan
sejak tahun 2005. RSUP Persahabatan ikut menjalankan upaya pemerintah
untuk menyehatkan masyarakat melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) dengan berbagai pelayanan unggulan. Sebagai rumah sakit rujukan
nasional untuk penyakit paru dan pernafasan, layanan rawat jalan
subspesialistik dengan layanan terbanyak adalah Poliklinik Penyakit
Dalam, yaitu sub spesialistik Tropik, sub spesialistik Endoktrin, sub
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
5
Universitas Indonesia
spesialistik Gastro Enterologi, sub spesialistik Reumatik dan sub
spesialistik Hematologi (Sakka, 2011). Menurut Kepala Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan, RSUP Persahabatan merupakan salah
satu dari puluhan rumah sakit (yang sampai dengan tahun 2008, total
rumah sakit di Indonesia berjumlah 1324 rumah sakit) di Indonesia yang
menyediakan pelayanan hemodialisa (Supriantoro, 2009). Sedangkan
menurut Indonesia Renal Registry, pada tahun 2008 jumlah pasien di
Indonesia yang melayani hemodialisa tercatat sejumlah 2260 pasien
sementara pada tahun 2007 tercatat hanya 2148 pasien. Tingginya
persentase kenaikan jumlah pasien yang terjadi di tahun 2008 jika
dibandingkan dengan tahun 2007 tersebut harus menjadi perhatian
bersama untuk mampu menjawab permintaan pasar akan pasien yang kian
meningkat (Dhaniati, 2009).
Poliklinik hemodialisa RSUP Persahabatan merupakan poliklinik
yang terletak di lantai 2 Paviliun Wijayakusuma dan memiliki 15 unit
hemodialisa yang digunakan Senin sampai Sabtu dari jam 08.00 – 19.00
WIB (terbagi dalam 2 shift, yaitu jam 08.00-13.00 WIB dan 13.00 – 19.00
WIB). Berdasarkan laporan keuangan tahunan, poliklinik hemodialisa
merupakan salah satu dari post revenue RSUP Persahabatan yang
menunjukkan peningkatan setiap tahun. Berdasarkan hasil wawancara
mendalam dengan Kepala Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan,
diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien hemodialisa dalam satu tahun
mencapai lebih dari 800 pasien yang merupakan campuran dari pasien
swasta (non asuransi) dan pasien asuransi dengan perbandingan 10% :
90% untuk pasien asuransi. Jumlah ini meningkat terus dibandingkan
dengan 5 tahun sebelumnya yang tidak mencapai 500 pasien dalam
setahun (peningkatan sebesar 37,5%). Komposisi pasien dengan asuransi
pun meningkat seiring dengan bertambahnya pelayanan asuransi
pemerintah yang salah satu pelayanannya adalah memberikan jaminan
minimal 50% atas perawatan hemodialisa. Sampai saat ini jumlah tenaga
kesehatan yang dimiliki Instalasi Hemodialisa sebanyak 13 orang perawat,
1 orang dokter spesialis urologi yang menjabat sebagai kepala instalasi dan
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
6
Universitas Indonesia
1 orang dokter spesialis penyakit dalam sebagai dokter jaga, yang
kesemuanya tersebut difungsikan untuk 2 shift kerja. Lebih lanjut menurut
Kepala Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, dengan kondisi yang
demikian sampai saat ini Instalasi Hemodialisa terkadang kesulitan untuk
melayani pasien dengan jumlah dan kompetensi perawat yang dimiliki.
Pernah pula diajukan usulan penambahan jumlah perawat kepada pihak
bagian SDM dan Keperawatan namun terbentur dengan keterbatasan
analisis karena belum pernah dilakukan analisa kebutuhan keperawatan
dalam aspek apapun di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan.
1.2 Rumusan Masalah
Sampai dengan saat ini, belum pernah dilakukan analisis mengenai
perencanaan tenaga keperawatan berdasarkan beban dan kompetensi kerja
di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan sehingga belum ada data
mengenai jumlah dan kompetensi perawat yang dibutuhkan dalam
menjawab kebutuhan akan pelayanan hemodialisa dengan jumlah pasien
yang semakin meningkat setiap tahun. Diketahui berdasarkan data
kunjungan pasien di instalasi hemodialisa bahwa terjadi kenaikan yang
cukup signifikan dalam 5 tahun terakhir, yaitu sebesar 37,5%. Diketahui
pula bahwa jumlah pasien hemodialisa yang ditanggung oleh asuransi saat
ini lebih dari setengah jumlah pasien. Sementara itu, Instalasi Hemodialisa
merupakan post revenue di unit rawat jalan yang cukup diperhitungkan
sehingga instalasi ini harus dipertahankan dan ditingkatkan kinerjanya.
Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan
tenaga keperawatan (sebagai salah satu sumber daya manusia kesehatan),
yang matang sehingga pelayanan yang diberikan dapat mencukupi secara
kualitas dan kuantitas dalam hal penganggaran biaya tenaga, waktu kerja
produktifnya, dan karakteristik tenaga kesehatannya. Selain itu,
menyongsong pemberlakukan kebijakan pemerintah tentang National
Coverage yang direncanakan akan dicanangkan tahun 2014 mendatang
(termasuk dalam pemberian jaminan terhadap pelayanan hemodialisa),
diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan pelayanan hemodialisa
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
7
Universitas Indonesia
sejalan dengan pelayanan kesehatan lain yang juga dijamin (Candra,
2011).
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah gambaran karakteristik tenaga kerja, hari kerja, waktu
kerja perawat hemodialisa yang dilakukan di Instalasi Hemodialisa
RSUP Persahabatan?
2. Berapakah beban kerja perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan?
3. Bagaimanakah kompetensi kerja perawat yang dibutuhkan di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan terkait pengetahuan seputar
pekerjaan, keterampilan, dan sikap?
4. Berapakah kebutuhan jumlah perawat yang dibutuhkan oleh Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan berdasarkan Metode Ilyas?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahui kebutuhan tenaga keperawatan di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan berdasarkan kompetensi dan beban kerja
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Didapatkan gambaran dan karakteristik tenaga, hari kerja, waktu kerja
dan kegiatan hemodialisa di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
2. Didapatkan analisis beban kerja perawat di Instalasi Hemodialisa
RSUP Persahabatan
3. Didapatkan kompetensi kerja perawat yang dibutuhkan di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan terkait pengetahuan seputar
pekerjaan, keterampilan, dan sikap
4. Didapatkan gambaran jumlah perawat yang dibutuhkan oleh Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan berdasarkan Metode Ilyas
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
8
Universitas Indonesia
1.5 Manfaat Penelitian Bagi Rumah Sakit
1. Sebagai bahan masukan Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
dalam mengembangkan instalasi hemodialisa
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan kebutuhan tenaga
keperawatan di Instalasi Hemodialisa dalam Perencanaan Strategis
RSUP Persahabatan berikutnya
3. Sebagai bahan pertimbangan sistem rekruitmen perawat RSUP
Persahabatan, khususnya Instalasi Hemodialisa
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam rancangan crossectional di
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan selama bulan Oktober -
Desember 2012. Responden dalam penelitian ini adalah 8 orang perawat di
Instalasi Hemodialisa yang dipilih oleh peneliti berdasarkan pendidikan (1
orang D3 dan 1 orang SPK), jenis kelamin (1 orang laki-laki dan 1 orang
perempuan), pengalaman kerja (1 orang <5 tahun dan 1 ≥ 5 tahun), dan
usia (1 orang <30 tahun dan 1 orang ≥ 30 tahun) dengan obyek penelitian
adalah beban kerja mereka selama satu shift, yaitu 07.00 – 13.00 WIB atau
13.00 – 19.00 WIB selama hari kerja secara bergantian dalam 10 hari kerja
(hari pertama mengamati shift pagi, hari kedua mengamati shift siang dan
begitu seterusnya bergantian) dengan menggunakan metoda time and
motion study (kuantitatif) untuk mendapatkan gambaran waktu dan pola
kegiatan perawat di Instalasi Hemodialisa. Adapun kegiatan yang diamati
adalah kegiatan yang dilakukan perawat dari sebelum instalasi hemodialisa
dibuka (pengamatan shift pagi) dan sampai instalasi hemodialisa ditutup
(shift siang). Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati tahapan
perawatan hemodialisa yang dilakukan untuk pasien dengan faktor risiko
komplikasi dan non komplikasi. Depth interview dilakukan (kualitatif)
kepada 3 responden yang terdiri dari kepala instalasi, dokter jaga dan satu
orang perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan untuk menggali
kebutuhan akan kompetensi kerja di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan. Pemilihan responden untuk depth interview dipilih sendiri
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
9
Universitas Indonesia
oleh peneliti berdasarkan lamanya responden bekerja, pengetahuan dan
pengalaman yang responden miliki sehingga dianggap mampu untuk
menjadi narasumber. Perawat yang dijadikan responden berbeda dengan
perawat yang menjadi narasumber dalam depth interview. Metode Ilyas
kemudian digunakan sebagai instrumen penghitungan jumlah kebutuhan
perawat.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
Menurut Iskandar (2008), WHO mendeksripsikan rumah sakit
sebagai sebuah usaha yang memberikan layanan penginapan dan medis
dalam jangka pendek dan panjang, terdiri atas tindakan observasi,
diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang yang menderita sakit,
terluka atau melahirkan. Dalam pelaksanaannya, rumah sakit juga
memberikan pelayanan dasar berobat jalan untuk pasien yang tidak
membutuhkan pelayanan rawat inap. Adapun fungsi rumah sakit adalah
sebagai penyedia pelayanan kesehatan yang holistik kepada masyarakat,
baik kuratif maupun rehabilitatif dengan menjangkau keluarga dan
lingkungan, sekaligus sebagai pusat untuk mengadakan latihan tenaga
kesehatan serta melakukan penelitian (Ilyas, 2011).
Klasifikasi rumah sakit berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No.983/MenKes/SK/1992 tentang Pedoman Organisasi, rumah
sakit umum merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan dasar,
spesialistik dan subspesialistik yang klasifikasinya didasarkan kepada
kemampuan pelayanan yang dapat disediakan oleh rumah sakit tersebut,
yaitu rumah sakit kelas A, kelas B (pendidikan dan non pendidikan), kelas
C dan kelas D. Dalam pelaksanaannya, rumah sakit kelas pendidikan, baik
kelas A maupun B, juga menjalankan fungsinya dalam pendidikan dan
pelatihan. Adapun pembagian Rumah Sakit Umum (RSU) Pemerintah
menurut (Iskandar, 2008) adalah :
1. RSU tipe A, yaitu RSU yang menyediakan pelayanan medis
spesialistik dan subspesialistik yang luas
2. RSU tipe B, yaitu RSU yang menyediakan pelayanan medis
spesialistik yang luas namun subspesialistik yang terbatas
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
3. RSU tipe C, yaitu RSU yang menyediakan pelayanan medis
spesialistik minimal 4, yaitu penyakit dalam, kesehatan anak, bedah
dan obstetric-ginekologi
4. RSU tipe D, yaitu RSU yang menyediakan pelayanan medis dasar
yang diberikan oleh dokter umum
2.2 Sumber Daya Manusia
Hasibuan (2007) menyatakan bahwa SDM merupakan sebuah
hasil keterpaduan antara daya pikir dengan fisik manusia yang mampu
mencerminkan kualitas usaha dan usaha kerja dari manusia tersebut dalam
menghasilkan barang atau jasa tertentu. Begitu pentingnya kualitas SDM
terhadap suatu proses pembangunan, Ramelan (1999) menyatakan bahwa
SDM merupakan inti dari pembangunan itu sendiri.
2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen SDM diartikan sebagai suatu proses yang dilewati
untuk berbagai konflik dan permasalahan yang timbul dalam level
karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya yang
memiliki peranan dalam menentukan aktifitas dan produktifitas kinerja
organisasi atau perusahaan demi tercapainya tujuan dari organisasi atau
perusahaan tersebut. Kegiatan manajemen ketenagaan di rumah sakit
dimulai berurutan dan bersifat holistik, dalam tahapan penerimaan
pegawai, penempatan pegawai, kompensasi kerja, pengembangan mutu
dan karier pegawai sampai dengan putusnya hubungan kerja dengan
rumah sakit terkait. Ruang lingkup manajemen ketenagaan mencakup: (1)
analisis masa kini dan mendatang tentang prediksi kebutuhan tenaga,
sistemasi rekruitmen dan seleksi, penempatan kerja yang sesuai, promosi
kenaikan jabatan dan jenjang karir, dan separation/pensiun/pemutusan
hubungan kerja, yang dalam pelaksanaannya, idealnya dilakukan kegiatan
appraisal dan strategi pengembangan karir serta pendidikan dan pelatihan
yang memadai dan berkesinambungan (Aditama, 2007).
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
12
Universitas Indonesia
2.3 Perencanaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit
Sebagai organisasi yang unik, organisasi pelayanan kesehatan
memiliki jenis perencanaan yang sedikit berbeda dengan organisasi yang
lain. Perencanaan SDM rumah sakit merupakan sistem perencanaan SDM
yang juga dilakukan berdasarkan tempat, keterampilan dan perilaku yang
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan (Ilyas, 2011).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diasumsikan pula bahwa
perencanaan SDM rumah sakit harus berdasarkan fungsi (kompetensi
kerja) dan beban kerja agar dapat berjalan dengan baik karena kesesuaian
SDM dengan kompetensi dan beban kerja telah didapatkan. Terdapat 5
langkah yang perlu dilakukan dalam merencanakan kebutuhan SDM
rumah sakit, yaitu: (1) analisis tenaga rumah sakit yang dimiliki saat ini
dan bagaimana kecukupannya berdasarkan prediksi di masa yang akan
datang, (2) analisis persediaan rumah sakit, (3) analisis kebutuhan tenaga
kesehatan rumah sakit di masa yang akan datang, (4) analisis kesenjangan
tenaga yang dibutuhkan di masa mendatang dengan persediaan yang
dimiliki saat ini dan (5) dokumen kebutuhan tenaga rumah sakit yang
mencakup jumlah, jenis dan kompetensi yang dibutuhkan berdasarkan
periode waktu tertentu (Ilyas, 2011). Berikut bagan yang menggambarkan
proses perencanaan SDM rumah sakit:
Analisis Situasi SDM
Analisis Persediaan SDM
Analisis Kebutuhan
Analisis Kesenjangan
Dokumen Rencana SDM
Gambar 2.1 Proses perencanaan SDM rumah sakit
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
13
Universitas Indonesia
2.4 Perawat
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang dimaksudkan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1176 tahun
2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Sebagai salah satu profesi
yang selalu berhubungan secara langsung dengan pasien, perawat dituntut
untuk memahami dan berperilaku sesuai dengan etik keperawatan.
Memperhitungkan kebutuhan tenaga keperawatan, sebagai bagian
dari tenaga kesehatan, juga harus berdasarkan kepada permasalahan yang
ada. Untuk itulah diperlukan proses identifikasi masalah yang matang.
Dalam mengidentifikasi masalah, Quede (1982) mengemukakan bahwa
dalam pengkajian permasalahan ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu :
1. Source and problem background
Permasalahan yang terjadi harus menggambarkan dengan jelas sumber
dan latar belakang dari terjadinya masalah tersebut dengan singkat dan
padat
2. Reason for attention
Inilah gambaran mengapa permasalahan tersebut harus diperhatikan.
Dalam jabarannya juga menjelaskan analisa situasi dan membantu
menentukan berapa banyak dan apa saja yang harus disiapkan oleh
analis
3. Groups or institutions toward which corrective activity directed
Menggambarkan siapa sasaran dari suatu analisis masalah yang
dilakukan, apakah pemerintah atau instansi tertentu yang
bertanggungjawab sebagai eksekusi terakhir
4. Beneficiaries and losers
Peneliti harus mampu menjelaskan keuntungan dan kerugian yang
didapatkan dalam sebuah elemen atas berlakunya sebuah kebijakan
5. Related programs and activity
Peneliti harus mampu menjelaskan apakah sebelumnya sudah ada
aturan atau program tertentu mengenai permasalahan yang terjadi
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
14
Universitas Indonesia
6. Goals and objectives
Peneliti harus mengarahkan dan memberikan solusi yang rasional
untuk mencapai tujuan dan maksud tertentu. Hal ini tentu saja
dilakukan setelah menggambarkan permasalahan dengan jelas, tepat
dan benar
7. Criteria and effectiveness
Penentuan pengukuran criteria dan kebijakan yang paling efektif
cenderung sulit dilakukan. Untuk itulah, diperlukan sebuah kriteria
yang mampu mengerucutkan alternative kebijakan-kebijakan untuk
penelitian lebih lanjut
8. The framework for analysis
Peneliti harus dapat merangkum semua permasalahan yang terjadi
secara terarah dan detail agar tujuan yang diharapkan tercapai
2.4.1 Model Pemberian Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan serangkaian kegiatan dalam
praktik keperawatan yang diberikan kepada pasien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan , berdasar kepada kaidah keperawatan secara ilmu
dan secara manusiawi diberikan berdasarkan kebutuhan objektif pasien
untuk mengatasi masalahnya (Alimul, 2003). Dalam melakukan kegiatan
keperawatan, ada beberapa model pemberian asuhan keperawatan,
diantaranya menurut Gartinah (1995), yaitu :
1. Model Fungsional
Merupakan sebuah model asuhan keperawatan yang dilakukan secara
terpisah-pisah. Tugas keperawatan secara berbeda-beda dibebankan
kepada setiap tenaga keperawatan yang dianggap kompeten untuk
dilakukan secara rutin sesuai dengan prosedural yang ditetapkan
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
15
Universitas Indonesia
2. Model Kasus
Merupakan sebuah model asuhan keperawatan yang dilakukan secara
menyeluruh untuk satu orang pasien. Untuk melakukan model ini,
sebaiknya tenaga keperawatan memiliki kompetensi yang sesuai
dengan kasus yang dimiliki pasien, sehingga pasien dapat ditangani
dengan baik
3. Model Tim
Merupakan sebuah model asuhan keperawatan, dimana sekelompok
perawat memiliki tanggung jawab atas setiap individu dari sekelompok
pasien. Dalam melakukan model ini, perawat berkelompok menjadi
sebuah tim yang terkoordinasi dan kooperatif satu sama lain untuk
memberikan perawatan
4. Model Primer
Merupakan model asuhan keperawatan yang memiliki primary nurse,
yaitu perawat yang bertugas secara primer atas pasien dari mulai
pasien masuk (berdasarkan kepada kebutuhan pasien atas masalah
keperawatan) sampai pasien keluar. Tugas dari primary nurse
disesuaikan dengan kemampuan dari primary nurse itu sendiri.
Selain mengacu kepada asuhan keperawatan, setiap kegiatan
keperawatan juga mengacu kepada jenis kegiatan keperawatan itu sendiri.
Hal ini akan berimplikasi kepada penetapan jenis dan jumlah tenaga
keperawatan yang dibutuhkan. Menurut Gillies (1994), kegiatan
keperawatan terbagi menjadi 3, yaitu (1) kegiatan keperawatan langsung,
(2) kegiatan keperawatan tidak langsung, dan (3) penyuluhan kesehatan.
Sedangkan menurut Rowland (1980), kegiatan keperawatan dibagi
menjadi :
1. Keperawatan Langsung
Merupakan kegiatan keperawatan yang terpusat pada pasien, dengan
ditandai adanya interaksi atau kontak antara pasien dengan perawat
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
16
Universitas Indonesia
2. Keperawatan Tidak Langsung
Merupakan kegiatan keperawatan yang walaupun tidak terpusat
kepada pasien (tidak ada interaksi atau kontak antara pasien dengan
perawat), namun merupakan bagian yang saling melengkapi dan
mendukung perawat melakukan kegiatan keperawatan langsung
kepada pasien
3. Unit Care
Merupakan kegiatan keperawatan yang mengutamakan koordinasi
umum dalam unit/ruang perawatan, misalnya pertemuan/rapat dan
komunikasi dengan unit yang lain
4. Kegiatan Personal
Merupakan kegiatan yang berada diluar lingkup keperawatan, sifatnya
lebih pribadi melekat kepada perawat, misalnya
makan/minum/istirahat
2.4.2 Perawat Instalasi Hemodialisa
Perawat instalasi hemodialisa adalah perawat yang memiliki
kompetensi untuk merawat pasien hemodialisa dibawah pengawasan
dokter. Dalam menjalankan tugasnya, perawat instalasi hemodialisa
memiliki asuhan keperawatan, yaitu : (Haryati, 2010)
1. Anamnesa
• Biodata pasien dan penanggung jawab pasien
• Riwayat keperawatan berupa keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang dan sebelumnya serta riwayat penyakit keluarga
2. Pemeriksaan fisik berupa aktifitas/frekuensi istirahat, sirkulasi,
eliminasi, nutrisi/cairan, neurosensori, nyeri/rasa nyaman, respirasi,
keamanan, seksual dan pemeriksaan fisik head to foot
3. Pengkajian psikososio spiritual yang mencakup integritas, interaksi
sosial dan tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan
penatalaksanaannya
4. Pengkajian hasil diagnostik
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
17
Universitas Indonesia
2.4.3 Manajemen Keperawatan
Menurut Irnalita (2008), manajemen keperawatan didefinisikan
sebagai pelayanan keperawatan profesional dengan mengelola perawat
berdasarkan ilmu manajerial sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang maksimal kepada klien. Lebih lanjut, dikatakan bahwa
dalam memberikan asuhan keperawatan yang professional, perawat harus
berbekalkan pengetahuan teoritis (ilmu dan kiat perawatan) yang baik
sehingga mampu menunjukkan kemampuan keterampilan dan
pengetahuan yang semakin maju. Adapun kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang perawat adalah :
1. Melaksanakan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dan
memahami tugas Kepala Ruangan (KaRu), Primary Nurse (PN) dan
Associate Nurse (AN)
2. Memahami dan mampu melaksanakan tugas yang sifatnya manajerial
di ruang rawat inap
3. Mampu melaksanakan metode praktik bimbingan mahasiswa selama di
rawat inap
4. Melaksanakan diskusi dengan kelompok dan para perawat di ruang
rawat inap
5. Menetapkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan dokumentasi
keperawatan
6. Membuat draft SAK untuk beberapa penyakit
7. Mampu berkolaborasi dengan team di ruang rawat inap
8. Melaksanakan peningkatan mutu di ruang rawat inap
9. Mengikuti audit keperawatan dalam rangka menilai pendokumentasian
2.5 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat
Menurut Nurul (2008), terdapat beberapa faktor yang menentukan
kinerja perawat, antara lain :
1. Semakin bertambahnya usia, maka akan semakin meningkat
kedewasaan psikologis, jiwa dan akan semakin mampu untuk berfikir
rasional sehingga akan semakin mahir dalam pekerjaannya
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
18
Universitas Indonesia
2. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi
kualitas kepribadiannya yang dicerminkan dalam aspek keterampilan
sehingga hidup akan semakin mantap dan mandiri
3. Masa kerja yang relatif lama disertai dengan bertambahnya usia maka
akan semakin menciptakan kepuasaan kerja yang relative menetap dan
selanjutnya akan berdampak terhadap performa dan kinerja seseorang
4. Seseorang yang telah menikah dan telah memiliki tanggungjawab akan
menunjukkan kinerja yang lebih baik
5. Tidak ada perbedaan kinerja antara laki-laki dan perempuan
6. Besar imbalan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
7. Pekerja yang memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri akan
lebih puas dalam bekerja sehingga berpengaruh terhadap kinerjanya
8. Tingginya motivasi yang dimiliki akan tercermin pada kinerja
2.6 Beban Kerja Tenaga Kesehatan
Beban kerja tenaga kesehatan didefinisikan sebagai banyaknya
jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan dalam
waktu satu tahun dalam organisasi/pelayanan kesehatan (Ilyas, 2011 dan
Kementrian Kesehatan, 2004). Standar beban kerja adalah banyaknya jenis
pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh satu orang tenaga kesehatan dalam
waktu satu tahun kerja sesuai dengan standar professional yang telah
ditetapkan dengan mempertimbangkan waktu libur, sakit, dll. Sedangkan
analisa beban kerja didefinisikan sebagai kegiatan/upaya menghitung
beban kerja pada satuan kerja dengan menjumlah semua beban kerja lalu
dibagi dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu (Kementrian
Kesehatan, 2004). Tujuan dari dilakukan analisa beban kerja adalah untuk
mengidentifikasi tenaga kesehatan yang dibutuhkan, baik secara kualitas
maupun kuantitas, dibandingkan dengan tanggungjawab yang harus
dilakukan (Irnalita, 2008). Berdasarkan pengertian ini, jelas dapat diambil
kesimpulan bahwa analisa beban kerja juga memperhitungkan kualitas,
yang kemudian dapat dikaitkan dengan kompetensi kerja. Untuk itulah,
penghitungan beban kerja personel perlu dilakukan menggunakan teknik
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
19
Universitas Indonesia
yang reliable sehingga menghasilkan angka rasional yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hasil pengukuran beban kerja akan
baik jika digunakan oleh ahlinya dalam mengetahui jenis dan tingkat
kesulitan pekerjaan (Ilyas, 2011)
2.6.1 Metode Penghitungan Beban Kerja
Menurut Ilyas (2011), terdapat beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk menghitung beban kerja, yaitu :
2.6.1.1 Metode Work Sampling
Work sampling merupakan suatu teknik hitung beban kerja yang
digunakan untuk menghitung besarnya beban kerja yang didapatkan dalam
suatu unit, bidang atau instalasi tertentu. Dengan menghitung
menggunakan work sampling, didapatkan gambaran kegiatan seperti
berikut:
1. Jenis aktivitas yang dilakukan selama jam kerja
2. Kaitan aktivitas tenaga kesehatan berkaitan dengan fungsi dan
tugasnya dalam waktu jam kerja
3. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk melakukan kegiatan
produktif dan tidak produktif
4. Pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan schedule jam
kerja
Dalam pelaksanannya, teknik menghitung dengan menggunakan
metode work sampling berdasarkan kepada kegiatan yang menjadi standar
yang telah ditetapkan, misalnya pada penghitungan beban kerja perawat,
maka pengamatan diakukan pada aktivitas atau kegiatan asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat dalam menjalankan tugasnya sehari-
hari di ruang kerjanya. Menurut Ilyas (2011), tahapan yang harus
dilakukan dalam menggunakan teknik work sampling antara lain:
1. Menentukan jenis personel secara spesifik yang akan diteliti, misalnya
perawat di instalasi hemodialisa rumah sakit
2. Lakukan pemilihan sampel untuk memudahkan pengamatan
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
20
Universitas Indonesia
3. Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang teah diklasifikasikan
sebagai kegiatan produktif dan tidak produktif atau kegiatan langsung
dan tidak langsung (tergantung kepada maksud penelitian)
4. Melatih pengamat untuk bisa melakukan pengamatan kerja
menggunakan work sampling
5. Sesuaikan interval waktu pengamatan. Semakin tinggi tingkat
mobilitas pekerjaan yang diamati, maka akan semakin singkat waktu
pengamatan (biasanya interval 2-15 menit, tergantung pada
karakteristik pekerjaan). Untuk meningkatkan akurasi penelitian,
interval yang lebih pendek lebih baik dibandingkan dengan interval
yang terlalu melebar. Dalam pelaksanaannya, semakin banyak jumlah
pengamat, semakin rendah kemungkinan lost of attention dari sampel.
Biasanya dilakukan selama 7 hari kerja terus menerus dengan waktu
pengamatan selama waktu kerja.
Contoh jumlah perhitungan sampel menggunakan work sampling :
jika kita mengamati kegiatan 5 perawat setiap shift dengan interval
pengamtaan 5 menit selama 24 jam (3 shift) dalam 7 hari kerja, dengan
demikian jumlah pengamatan :
5 (perawat) X 60 (menit) X 24 (jam) X 7 (hari kerja) = 10.080 sampel
5 (menit)
2.6.1.2 Metode Time and Motion Study
Merupakan teknik penghitungan beban kerja dengan
memperhatikan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh sampel. Kelebihan
dari teknik ini adalah kita mampu sekaligus menilai kualitas kinerja dari
sampel sambil menghitung beban kerjanya. Yang harus dilakukan dalam
menjalankan teknik ini antara lain: (Ilyas, 2011)
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
21
Universitas Indonesia
1. Sampel berupa satu orang perawat mahir yang dipilih berdasarkan
purposive sampling. Jumlah perawat yang dinilai mahir dan diamati
kegiatannya dapat satu orang saja sepanjang perawat tersebut dianggap
mampu mewakili kualitas perawat
2. Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang diklasifikasikan
sebagai kegiatan professional dan non professional serta waktu yang
digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut. Dapat pula diamati
kegiatan langsung dan tidak langsung (untuk menghitung beban kerja)
3. Pelaksana pengamatan dipilih berdasarkan kompetensi dan
pengetahuan terkait dengan profesi kompetensi dan fungsi sampel
yang diamati dan sebaiknya berbeda organisasi (untuk minimalisasi
bias)
4. Kekurangan dari teknik ini adalah sampel mengetahui bahwa
kegiatannya sedang diamati sehingga cenderung untuk meningkatkan
performanya (bias). Untuk antisipasinya, semakin lama waktu
pengamatan maka akan semakin baik untuk menghindari bias.
Time and Motion Study biasanya dilakukan untuk kegiatan-
kegiatan yang belum jelas kualitas tahapannya sebagai penilaian holistik
Selain itu, teknik ini baik digunakan untuk kegiatan dengan tahapan kerja
yang cenderung memiliki homogenitas (Ilyas, 2011). Berikut adalah tabel
yang menggambarkan perbedaan antara Work Sampling dengan Time and
Motion Study :
Tabel 2.1 Perbedaan work sampling dengan time and motion study
No Work Sampling Time and Motion Study
1 Kualitas kerja tidak dapat dinilai Kualitas kerja dapat dinilai
2 Lebih sederhana dan murah Lebih sulit dan mahal
3 Jumlah sampel lebih banyak Jumlah sampel lebih sedikit
4 Pengamatan dilakukan pada
kegiatan
Pengamatan dilakukan sepanjang
waktu
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
22
Universitas Indonesia
2.6.1.3 Metode Daily Log
Merupakan bentuk dari work sampling yang lebih sederhana,
karena memberikan kesempatan kepada sampel untuk menuliskan sendiri
kegiatan dan waktu yang dihabiskan dalam melakukans pekerjaannya.
Karena itulah, teknik ini sangat bergantung kepada kejujuran sampel.
Sebagai tahapan, peneliti membuat terlebih dahulu pedoman dan formulir
isian untuk para sampel. Penjelasan dasar mengenai cara pengisian
formulir harus dilakukan oleh peneliti terlebih dahulu sebelum sampel
dibolehkan untuk mulai mengisinya sendiri. Yang diutamakan dalam
penelitian ini adalah kegiatan, waktu, dan lamanya kegiatan (Ilyas, 2011
dan Indriana, 2009). Data yang telah didapatkan dari para sampel
kemudian diolah untuk menghasilkan analisa mengenai beban kerja
tertinggi dan jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu terbanyak.
2.6.2 Pengukuran Kerja
Pengukuran kerja adalah teknik yang digunakan untuk menetapkan
waktu yang dibutuhkan bagi pekerja yang telah memenuhi syarat atas
kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya
dalam tingkat prestasi yang ditetapkan. Adapun waktu yang digunakan
dalam pengukuran kerja antara lain : (International Labour Office, 1983)
1. Waktu standar
Waktu standar didefinisikan sebagai jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan berdasarkan prestasi
standar, yaitu isi kerja, kelonggaran (misalnya keterlambatan), dan
waktu kosong, yang mungkin saja terjadi selama proses pengerjaan
(International Labour Office, 1983 dalam Indriana, 2009). Dalam
ketentuan yang diatur Departemen Tenaga Kerja (2003), Undang-
undang No. 13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja (terutama dalam
pasal 77), hari kerja yang dibebankan pekerja dengan memiliki jam
kerja 7 jam dalam sehari dan 40 jam dalam seminggu adalah 6 hari
kerja, sedangkan bagi pekerja yang dengan jam kerja 8 jam dalam
sehari dan 40 jam dalam seminggu adalah 5 hari kerja.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
23
Universitas Indonesia
2. Waktu Produktif
Waktu produktif merupakan waktu yang dialokasikan untuk tenaga
manusia (termasuk juga tenaga kesehatan) untuk menjalankan
fungsinya dalam organisasi untuk bisa membantu pencapaian
organisasinya (Azhar, 2008). Perbandingan antara waktu produktif dan
waktu tidak produktif dalam satu hari kerja adalah 80% : 20% karena
tidak mungkin tenaga manusia mampu bekerja 100% (Ilyas, 2011).
Menurut ILO dalam Indriana (2009), disebutkan bahwa ruang lingkup
waktu produktif dan tidak produktif adalah sebagai berikut :
• Waktu Produktif
Terbagi menjadi 2, yaitu (1) waktu kerja dasar, yaitu waktu kerja
minimal yang dibutuhkan untuk bisa menghasilkan/melakukan
suatu kegiatan/produk jasa dan (2) waktu kerja tambahan, yaitu
waktu kerja yang melebihi waktu kerja dasar yang timbul akibat
kinerja yang tidak efisien, kelemahan metode yang digunakan dan
masalah-masalah operasional lainnya
• Waktu Tidak Produktif
Merupakan waktu yang sia-sia terbuang dan menyebabkan
gangguan berjalannya kegiatan dalam suatu organisasi sehingga
tingkat produktivitas akan menurun. Hal ini bisa disebabkan oleh
(1) kegagalan pihak manajemen dalam merencanakan dan
meproyeksikan kegiatan, dan (2) tenaga manusia yang lalai dan
meninggalkan pekerjaannya tanpa alasan yang jelas
(terlambat/bolos/malas,dll)
2.7 Analisis Kebutuhan Tenaga
Terdapat beberapa metode untuk menghitung kebutuhan personel
di rumah sakit secara garis besar, yaitu berdasarkan kebutuhan pelayanan
kesehatan, berdasarkan target pelayanan kesehatan, berdasarkan
permintaan (demand) pelayanan kesehatan, berdasarkan rasio tenaga dan
tempat tidur (Ilyas, 2011). Kali ini hanya akan dibahas beberapa dari
metode diatas, yaitu Metode WISN (Work Indicator of Staffing Need)
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
24
Universitas Indonesia
yang berdasarkan kepada indikator beban kerja riil dan rasio kapasitas
seseorang dalam melakukan tugasnya pada suatu sarana kesehatan dan
Metode Ilyas yang berdasarkan kepada prinsip demand.
2.7.1 Metode WISN (Work Indicator of Staffing Need)
Metode ini biasanya digunakan untuk menghitung jumlah
kebutuhan tenaga dalam skala yang besar, misalnya di kantor dinas
kesehatan dan rumah sakit tingkat propinsi, kabupaten/kota dan telah
disahkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.81/MenKes/SK/2004 (Kementrian Kesehatan, 2004). Metode ini
mengandalkan beban kerja sebagai indikator kebutuhan tenaga, sehingga
alokasi/realokasi tenaga akan lebih mudah diakukan. Metode ini mudah
diterapkan secara teknis dan sifatnya holistik. Adapun kelemahan metode
WISN menurut Departemen Kesehatan adalah sangat mengandalkan
kelengkapan pencatatan data karena akan digunakan sebagai dasar untuk
input data yang selanjutnya akan menentukan besaran jumlah hasil
penghitungan kebutuhan ketenagaan.
2.7.2 Metode Ilyas
Dalam perkembangannya, metode Ilyas dikenal sebagai metode
penghitungan beban kerja yang relatif cepat dengan keakuratan yang
tinggi sehingga mampu menghasilkan informasi yang akurat untuk
dijadikan dasar dari pengambilan keputusan manajemen (Ilyas, 2011).
Dasar dari metode ini adalah melalui pendekatan demand, yang
maksudnya adalah metode ini digunakan untuk menghitung beban kerja
berdasarkan kepada permintaan atas dihasilkannya suatu produk/unit yang
dibutuhkan. Dengan kata lain, beban kerja secara spesifik tergantung
kepada transaksi bisnis yang dilakukan setiap unit kerja. Untuk melakukan
perhitungan yang baik, diperlukan informasi yang akurat terkait: (Ilyas,
2011)
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
25
Universitas Indonesia
1. Transaksi bisnis utama atau penunjang setiap personel dalam unit
organisasi sejelas-jelasnya
2. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap transaksi bisnis utama atau
penunjang sejelas-jelasnya
3. Jenis dan jumlah transaksi bisnis per hari, per minggu, per bulan atau
per tahun yang berhasil dilakukan setiap personel
4. Jumlah jam kerja efektif (produktif) per hari
5. Jumlah hari kerja efektif dalam setahun organisasi
Formula Ilyas dapat ditentukan berdasarkan jenis kegiatan yang
dilakukan, jumlah kegiatan yang dilakukan dan waktu transaksi bisnis.
Beban kerja setiap unit per hari dapat disajikan dalam satuan menit atau
jam per hari kerja. Formula Ilyas memiliki komponen yang dituangkan
dalam rumus, yaitu : (Ilyas, 2011)
Σ SDM/hari = { (B.Kij = JT x WT) : JKE }
Keterangan :
B.Kij = Jenis beban kerja
J.T = Jumlah transaksi per hari
W.T = Waktu (menit/jam) yang dibutuhkan untuk setiap jenis
transaksi
J.K.E = Jam kerja efektif SDM per hari
Jumlah hari kerja per tahun
2.8 Kompetensi Kerja
Ilyas (2011) dan Aditama (2007) menyatakan bahwa perencanaan
sumber daya manusia harus juga berdasarkan soft skill yang nantinya harus
seimbang dengan jumlah. Perencanaan sumber daya manusia yang
dimaksudkan, yaitu :
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
26
Universitas Indonesia
1. Skill inventory
Skill inventory adalah data rinci yang mencakup penjelasan terkait
semua karyawan yang dimiliki dalam suatu organisasi
2. Job analysis
Job analysis adalah uraian dari tugas dan tanggung jawab dari masing-
masing pekerjaan personel, mencakup juga karakteristik pribadi yang
diperlukan dan sesuai dengan jabatan atau kedudukan untuk mampu
memberikan prestasi yang optimal
3. Replacement chart
Replacement chart adalah diagram yang menggambarkan personel
dalam suatu organisasi berikut jabatan yang diembannya termasuk juga
proyeksi ke depan personel tertentu untuk antisipasi kemungkinan
penggantian posisi untuk jabatan tersebut
4. Expert forecast
Expert forecast adalah ramalan oleh ahli dengan beberapa teknik
tertentu (misalnya 3 steps of Delphi Technique)
Berdasarkan penjelasan diatas, job analysis dapat dijabarkan
menjadi job knowledge, skill dan attitude. Knowledge (pengetahuan)
merupakan hasil dari rasa tahu yang hadir dalam individu yang telah
melakukan pengamatan melalui panca indera manusia (penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa dan peraba). Hasil dari pengetahuan
inilah yang nantinya sangat menentukan perilaku dan keterampilan
seseorang. Perilaku itu sendiri diartikan sebagai tanggapan atau reaksi
seseorang yang muncul atas adanya rangsangan atau hal yang terjadi dari
lingkungan luar. Sedangkan keterampilan diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam bentuk
perilaku. Dalam hal ini, keterampilan juga dipengaruhi oleh pendidikan
dan pelatihan yang dimiliki oleh orang tersebut (Saragih, 2010;
Simanullang, 2010 dan Yuliastuti, 2007)
Pengetahuan dapat diukur dengan beberapa cara, yaitu dengan
melakukan wawancara atau angket yang berisi tentang pertanyaan yang
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
27
Universitas Indonesia
bertujuan dengan isi materi yang menjadi tujuan wawancara/pengisian
angket yang disesuaikan dengan intensitas tingkatan pengetahuan yang
ingin digali (Saragih, 2010). Beberapa hal yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang antara lain : (Simanullang, 2010 dan Saragih,
2010)
1. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pengetahuannya
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan cara terbaik dalam membuktikan pengetahuan
yang pernah didapatkan
3. Usia
Bertambahnya usia berarti juga proses perkembangan mentalnya sudah
semakin sempurna
4. Informasi
Informasi yang baik akan memberikan pengaruh yang baik terhadap
pengetahuan, yang juga terkadang bisa disamakan dengan pendidikan
Simanullang (2010) menyatakan bahwa variabel individu
merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku seseorang. Variabel
individu yang dimaksudkan disini adalah (1) kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki baik fisik maupun mental, (2) latar belakang,
(3) pengalaman dan demografi, (4) umur dan jenis kelamin dan (5) asal
usul. Saragih (2010) lebih lanjut membagi perilaku menjadi 2, yaitu
perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilaku terbuka merupakan
perilaku yang diharapkan karena terwujud dalam bentuk tindakan atau
praktek yang mudah dinilai dan dilihat.
2.9 Hemodialisa
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan eksresi dalam tubuh yang tidak mampu lagi diolah
oleh ginjal. Biasanya pasien yang menjalani perawatan hemodialisa adalah
pasien dengan gagal ginjal kronis (GGK). Tujuan dari terapi ini adalah
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
28
Universitas Indonesia
untuk memperpanjang nyawa pasien dan menjaga kestabilan hidup sampai
ginjal dapat berfungsi kembali (Nurini, Ismonah dan Purnomo 2011).
2.9.1 Proses Perawatan Hemodialisa
Secara umum, konsep dari perawatan hemodialisa adalah
mengalirkan darah pasien yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen
ke dialiser untuk dibersihkan, lalu dialirkan kembali ke tubuh pasien.
Prosesnya terbagi menjadi 3, yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Selama
menjalani perawatan, ada beberapa komplikasi yang mungkin timbul,
yaitu hipertensi, hipovolemia (kedinginan/menggigil, demam, sakit kepala
dan kram otot) (Nurini, Ismonah dan Purnomo 2011).
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
BAB 3
GAMBARAN UMUM
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN
3.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
Berawal dari peranan pemerintah Rusia yang bekerjasama dengan
pemerintah Indonesia untuk mendirikan rumah sakit, tangga 7 November
1963 RS Persahabatan diserahkan oleh pihak Rusia kepada pemerintah
Indonesia, yang diwakili oleh Menteri Kesehatan RI saat itu, Prof. Dr.
Satrio dan disaksikan oleh Presiden RI pertama, Ir. Soekarno. Untuk
selanjutnya, tanggal 7 November kemudian ditetapkan sebagai hari ulang
tahun RSUP Persahabatan. RSUP Persahabatan melewati beberapa era
kemajuan, yaitu :
1. Periode 1 (1963-1975)
Pada masa ini, RSUP Persahabatan masih menjadi satelit RSUP Cipto
Mangunkusumo (RSCM), yang memiliki tenaga kesehatan diantaranya
dokter ahli, asisten ahli dan asisten ahli dari FKUI/RSCM yang bekerja
sama juga dengan dokter dari Rusia.
2. Periode 2 (1975-1992)
Pada masa ini, RSUP Persahabatan sudah mulai mandiri dan terlepas
sebagai satelit RSCM. Perubahan juga terasa sejak diresmikannya
RSUP Persahabatan sebagai RS Umum kelas B-3 wilayah Jakarta
Timur dan menjadi rujukan nasional untuk penyakit paru serta
laboratorium kuman TBC yang mendapat pengakuan internasional
sebagai Collaborating Centre WHO.
3. Periode 3 (1992-1975)
Pada masa ini RSUP Persahabatan berubah status menjadi RS
Swadana terhitung efektif mulai tanggal 2 September 1992 dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.747/MenKes/SK/IX/1992. Pada masa ini pula RSUP Persahabatan
mendapatkan akreditasi penuh dari Departemen Kesehatan RI yang
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
meliputi Administrasi Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan Keperawatan dan Rekam Medis.
4. Periode 4 (2002-2005)
Pada masa ini, RSUP Persahabatan berubah status menjadi perusahaan
jawatan yang juga telah mendapatkan akreditasi penuh dari
Departemen Kesehatan RI untuk 16 standar pelayanan.
5. Periode 5 (2005-2010)
Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1679/MenKes/Per/XII/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah
Sakit Umum Pusat Persahabatan, maka RSUP Persahabatan telah
resmi menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan
Departemen Kesehatan.
3.2 Visi, Misi, Motto dan Nilai Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
Visi
Menjadi rumah sakit terdepan dalam menyehatkan masyarakat dengan
unggulan Kesehatan Respirasi Kelas Dunia
Misi
1. Mengembangkan kepemimpinan yang visioner
2. Menyelenggarakan pelayanan prima yang professional
3. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, penelitian dan pengembangan
4. Mengembangkan pelayanan unggulan di bidang kesehatan respirasi
5. Menyelenggarakan pemberdayaan seluruh potensi sumberdaya rumah
sakit, kemitraan dan peningkatan kesejahteraan
Motto
Caring with friendship (melayani secara bersahabat)
dengan nilai yang dianut yaitu budaya jujur, kompeten, kerjasama tim,
visioner dan loyal
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
31
Universitas Indonesia
Nilai
1. Jujur
Setiap karyawan RSUP Persahabatan dituntut untuk senantiasa
menjunjung kejujuran yang didasarkan atas nilai norma moral, etika
dan agama
2. Kompeten
Setiap karyawan RSUP Persahabatan dituntut untuk memiliki
kompetensi yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku
profesional
3. Kerjasama tim
4. Setiap karyawan RSUP Persahabatan dituntut untuk memiliki
kecakapan bekerjasama dalam tim untuk mencapai kinerja terbaik,
dilandasi sikap saling menghormati, mempercayai dan berkomunikasi
dengan baik
5. Caring
Setiap karyawan RSUP Persahabatan dituntut untuk mampu
memberikan perhatian tulus demi tercapainya keselamatan, kepuasan
dan nyamanan bagi pasien
6. Loyal
Setiap karyawan RSUP Persahabatan dituntut untuk memiliki loyalitas
penuh dan komitmen kepada RSUP Persahabatan
3.3 Profil Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
Nama : RS Persahabatan
Alamat : Jl. Persahabatan Raya No.1 Jakarta 13230
Telefon : (021) 4891708/45/41
Fax : (021) 4711222, 4800778
Email : [email protected]
Homepage : www.rsup-persahabatan.com
Nama Direktur Utama : dr. Priyanti Z. Soepandi, Sp. P (K)
Pemilik : Departemen Kesehatan RI
Status Kepemilikan : DEPKES
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
32
Universitas Indonesia
Resmi Berdiri : 7 November 1963
Jumlah Tempat Tidur : 539 tempat tidur
Kelas Rumah Sakit : B Pendidikan
Akreditasi : Lulus pada 16 bidang pelayanan
Luas Fisik : 135.000 m2 yang terdiri dari luas bangunan
37.804 m2, pertamanan 61.313 m2, jalan dan
parkir 32.074 m2 dan area lainnya 3.330 m2
3.4 Pelayanan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
3.4.1 Layanan Unggulan
Pelayanan unggulan yang terdapat di RSUP Persahabatan adalah
kesehatan respirasi (paru dan pernafasan) yang terintegrasi dengan
pelayanan penunjang lain, seperti bedah thoraks, THT, jantung,
radiodiagnostik, patologi anatomi, rehabilitas medik, dll. Pelayanan
unggulan ini merupakan pelayanan paripurna tersier dari penyakit paru
dan pernafasan menggunakan alat berteknologi tinggi (bronkoskopi,
TBLB, sleep lab, video assited thoraxic surgery, laboratory tubercolosis
dan emergency diseases, dll). Selain itu, RSUP Persahabatan juga
merupakan salah satu rumah sakit rujukan untuk SARS dan avian
influenza.
3.4.2 Layanan Gawat Darurat 24 Jam
Memberikan pelayanna gawat darurat atas kasus umum, paru,
kebidanan, bedah, kamar operasi, dan high care unit. Selain itu,
menyediakan juga intermediate ambulans dan siaga bencana.
3.4.3 Layanan Rawat Inap
Memiliki 539 tempat tidur dan 50 box bayi yang terdistribusi
dalam:
1. Kelas III : 299 tempat tidur
2. Kelas II : 114 tempat tidur
3. Kelas I : 54 tempat tidur
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
33
Universitas Indonesia
4. Kelas VIP II : 12 tempat tidur
5. Kelas VIP I : 27 tempat tidur
6. Kelas Super VIP : 2 tempat tidur
7. ICU/ICCU/HCU : 15 tempat tidur
8. Isolasi : 12 tempat tidur
3.4.4 Layanan Rawat Jalan
Layanan Rawat Jalan Spesialistik
1. Poliklinik Bedah : umum, digestif, tuang, plastic,
onkologi, tumor, toraks, syaraf, anak dan urologi
2. Poliklinik Penyakit Dalam : tropik, endokrin, gastro enterologi,
reumatik, dan hematologi
3. Poliklinik Kesehatan Anak dan Imunisasi
4. Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan yang terdiri dari
obsetri, ginekologi, onkologi dan KB
5. Poliklinik Mata
6. Poliklinik Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT)
7. Poliklinik Syaraf
8. Poliklinik Jantung
9. Poliklinik Kulit dan Kelamin
10. Polikinik Gigi dan Mulut : bedah mulut, gigi anak dan
orthodontic
11. Poliklinik Kesehatan Jiwa, Psikologi, Detoksikasi Narkoba
12. Poliklinik Paru dan Asma
13. Poliklinik Konsultasi Gizi
14. Polikinik Akupuntur
15. Poliklinik Anestesi
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
34
Universitas Indonesia
Pusat Kesehatan Respirasi Nasional (IPKRN) dan Layanan
Spesialistik Terpadu (LST) Griya Puspa, terdiri dari
1. Rawat jalan kelas eksekutif
2. Rawat inap kelas eksekutif (29 tempat tidur) untuk VIP I dan Super
VIP
Layanan Pemeriksaan Medik Terpadu (Medikal Check Up)
1. Simple medical check up
2. Basic medical check up
3. Executive medical check up
4. Cpronary risk medical check up
5. Pre employment medical check up
6. Pemeriksaan medical check up
Layanan Kamar Bedah dan Perawatan Intensif
Layanan ini ditujukan untuk pasien dengan penyakit berat dan
memerlukan perawatan lebih intensif. Kamar yang disediakan dalam
layanan ini adalah :
1. Kamar Bedah : 10 kamar dan 10 tempat pulih
2. ICU : 5 tempat tidur
3. ICCU : 8 tempat tidur
4. HCU : 2 tempat tidur
5. Hemodialisa : 7 tempat tidur
Layanan Pendukung
1. Laboratorium klinik 24 jam
2. Laboratorium patologi anatomi
3. Apotek 24 jam
4. Rontgen/radiologi
5. CT scan
6. Spirometri
7. Treadmill
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
35
Universitas Indonesia
8. V 02 maa
9. Body Pletysmograph
10. Radioterapi
11. USG, EEg, endoskopi, EMG
12. TUR
13. Laparoskopi
14. Bronkoskopi
15. Klinik tumbuh kembang
16. Linac
17. Sleep lab terpadu
18. Klinik berhenti merokok
19. Klinik remaja
20. Laboratorium patologi klinik
Fasilitas Umum
1. Layanan bank BRI dan Bukopin
2. Layanan ATM 24 jam (BNI, BRI, Bukopin)
3. Layanan wartel
4. Layanan optik
5. Layanan kantin
6. Layanan koperasi
7. Sarana ibadah (masjid)
3.4.5 Layanan Medical Check Up
Pelayanan medical check up disediakan di RSUP Persahabatan,
didukung oleh tenaga medis yang berpengalaman dengan konsep one stop
service yang letaknya terpisah dengan pasien yang sakit.
3.5 Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
SDM RSUP Persahabatan merupakan pegawai PNS dan non PNS.
Berdasarkan jenis pekerjaannya, SDM RSUP Persahabatan terdiri dari
tenaga medis, keperawatan, penunjang (misalnya radiografer, apoteker,
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
36
Universitas Indonesia
dll), dan tenaga non medis yang bertugas di berbagai unit penunjang di
RSUP Persahabatan. Sumber daya manusia RSUP Persahabatan sampai
dengan Januari 2012 berjumlah 1871 orang.
Tabel 3.1 Jumlah SDM RSUP Persahabatan
per 1 Oktober tahun 2012
NO Jenis Tenaga PNS BLU NON PNS
BSB PPDS JUMLAH
1 Medis 318
- Dokter Umum 49 1 16 101 167
- Dokter Gigi 11 11
- Dokter Spesialis 120 13 133
- Dokter Gigi Spesialis 4 3 7
2 Perawat dan Bidan 518 139 677
3 Penunjang Medik 161 58 219
4 Non Medis 440 237 679
TOTAL 1303 471 16 101 1891
Sumber : Bagian Sumber Daya Manusia RSUP Persahabatan per 1 Desember 2012
3.6 Instalasi Hemodialisa
Pelayanan hemodialisa disediakan dan diberikan kepada pasien
dengan diagnosa GGK dan perlu mendapatkan perawatan khusus dengan
pemantauan ketat dan berkesinambungan dengan tindakan yang segera.
Tujuan dari perawatan ini adalah untuk menurunkan angka kematian dan
meningkatkan serta mempertahankan kualitas hidup. Instalasi hemodialisa
merupakan unit khusus di RSUP Persahabatan yang dikelola dengan
tujuan memberikan pelayanan kepada pasien hemodialisa dengan GGK
yang melibatkan tenaga terlatih khusus dan didukung dengan peralatan
khusus.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
37
Universitas Indonesia
3.6.1 Visi dan Misi Instalasi Hemodialisa
Visi
Menjadikan pelayanan hemodialisa yang professional sesuai standar dan
dapat dipertanggungjawabkan untuk menunjang RS respirasi
Misi
1. Memberikan pelayanan hemodialisa yang berkualitas dan berlandaskan
etika profesi
2. Memberikan pelayanan hemodialisa yang komprehensif dan dilandasi
oleh setiap pengembangan ilmu di bidang hemodialisis
3. Memberikan lingkungan yang konduktif dalam mengembangkan ilmu
hemodialisa
4. Menciptakan lingkungan kerja yang mendukung perkembangan
profesionalisme dan kepuasan pasien hemodialisa
5. Mengembangkan citra positif profesionalisme di lingkungan unit
hemodialisa
3.6.2 Instalasi Hemodialisa sebagai Unit Pelayanan dan Produksi
Instalasi hemodialisa RSUP Persahabatan menerima pasien dengan
sistem pembayaran umum (pasien non asuransi) dan pasien asuransi
(AsKes, JamKesMas, GaKin/SKTM dan perusahaan yang bekerja sama
dengan RSUP Persahabatan). Biaya yang dikenakan oleh pasien terkait
dengan pelayanan hemodialisa tergantung dengan besaran premi dan
asuransi yang dimiliki pasien tersebut.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
38
Universitas Indonesia
Tabel 3.2 Jumlah pasien hemodialisa berdasarkan
cara pembayaran tahun 2007 s/d 2011
No Tahun Jumlah Cara Bayar Pasien Swasta Askes Jamkesmas Gakin/SKTM Perusahaan
1 2007 439 3 323 38 75 - 2 2008 419 22 234 70 93 - 3 2009 519 12 314 79 114 - 4 2010 718 29 418 63 208 - 5 2011 834 11 501 80 242 - TOTAL 2929 77 1790 330 732 -
Sumber : Laporan tahunan Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan 2011
3.6.3 Sumber Daya Manusia di Instalasi Hemodialisa
Dalam menjalankan fungsinya, Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan memiliki 12 unit yang secara bergantian dioperasikan dalam
2 shift dari Senin-Sabtu pukul 07.00 – 19.00 WIB oleh 17 tenaga yang
dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 3.3 Rekapitulasi data ketenagaan
menurut jenis dan kualifikasi pendidikan tahun 2011
Tenaga Jumlah Tenaga Keperawatan Jumlah Tenaga Non Keperawatan Jumlah
Medis Perawat SPK D3
Kep. S1
Kep. Non
Perawat SLTA D3 S1 Tenaga2 13 1 12 - 2 2 17
TOTAL 2 13 1 12 - 2 2 17
Sumber : Laporan tahunan Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan 2011
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
BAB 4
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
4.1 Kerangka Teori
Menurut Ilyas (2011), perencanaan tenaga kesehatan dalam
prosesnya akan melalui proses analisa terkait persediaan tenaga dan
kebutuhan tenaga. Setelah dilakukan analisa terkait dua hal tersebut, akan
dihasilkan sebuah gambaran kesenjangan akan tenaga kesehatan yang
dibutuhkan dengan yang dimiliki. Gambaran kesenjangan itulah yang
nantinya akan dimasukkan ke dalam dokumen rencana tenaga untuk
kemudian diolah dan didapatkan secara pasti terkait jumlah tenaga yang
dibutuhkan.
Sedangkan Aditama (2007) menjelaskan bahwa soft skill dalam
perencanaan sumber daya manusia adalah hal penting yang harus
diperhatikan. Soft skill tersebut kemudian dijabarkan menjadi skill
inventory, job analysis, replacement chart dan expert forecast. Menurut
Ilyas (2011) menjabarkan lebih lanjut job analysis menjadi job knowledge,
skill dan attitude dalam keterkaitannya dengan gambaran akan kompetensi
kerja.
(Ilyas, 2011)
Analisis Situasi Tenaga
Analisis Kebutuhan Tenaga Analisis Persediaan Tenaga
Analisis Kesenjangan
Dokumen Rencana Tenaga
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
(Aditama, 2007)
Soft skill sumber
daya manusia
Skill inventory
Job analysis
Replacement chart
Expert forecast
4.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang digunakan oleh peneliti tentang
perencanaan tenaga kesehatan, diketahui adanya kesenjangan kebutuhan
tenaga antara yang dibutuhkan dengan yang tersedia. Perencanaan tenaga
kesehatan itu sendiri juga melibatkan aspek soft skill, yang seperti telah
dijelaskan oleh Aditama (2007) dalam Anandita (2011) dan Ilyas (2011)
bahwa job analysis yang lebih lanjut mencakup tiga variabel yaitu job
knowledge (pengetahuan seputar pekerjaan), skill (keterampilan) dan
attitude (sikap). Dalam kerangka konsep dengan pendekatan flowchart
diatas, peneliti ingin menjawab kebutuhan perawat atas kesenjangan akan
kebutuhan tenaga keperawatan dengan persediaan yang dimiliki sekarang.
Analisa kebutuhan keperawatan ini lebih lanjut akan membahas dua aspek,
yaitu berdasarkan beban kerja dan kompetensi kerja. Dalam menghitung
kebutuhan perawat berdasarkan beban kerja, peneliti akan menghitung
waktu (menit) yang dibutuhkan selama satu hari kerja untuk melayani
pasien hemodialisa dengan mengikuti kegiatan perawat selama jam
operasional Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan yang kemudian
akan dijabarkan waktu dan jenis transaksinya. Jumlah waktu dalam
kegiatan yang dinilai sebagai kegiatan produktif (terdiri dari kegiatan
produktif langsung dan tidak langsung) kemudian digunakan untuk
perhitungan beban kerja menggunakan metode Ilyas. Setelah didapatkan
jumlah perawat yang dibutuhkan, akan dilakukan analisa kompetensi
perawat yang dibutuhkan (pengetahuan seputar pekerjaan, keterampilan
Indonesia
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
dan sikap) dengan wawancara mendalam (depth interview) kepada 3
responden (kepala instalasi, dokter jaga, salah satu perawat Instalasi
Hemodialisa) yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Responden
dipilih berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan lamanya bekerja di
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan.
Indonesia
4.3 Definisi Operasional
Var. Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Hari Kerja Jumlah hari kerja efektif dalam setahun
Data dari Sub Bagian Administrasi Kepegawaian
Telaah dokumen
Hari kerja selama satu tahun
Rasio
Waktu Kerja Satuan waktu kerja (jam) untuk bekerja dalam satu hari kerja
Data dari Sub Bagian Administrasi Kepegawaian
Telaah dokumen
Satuan waktu yang disediakan untuk bekerja bagi tenaga kesehatan di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
Rasio
Tenaga keperadi Instalasi
Hemodialisa RSUPPersahabatan
sesuai dengandan kompeten
kerja
watan
yang beban
si
Beban Kerja • Hari kerja • Waktu kerja • Volume transaksi • Jenis transaksi
- Produktif (langsung dan tidak langsung)
- Non produktif • Waktu transaksi
- Produktif (langsung dan tidak langsung)
- Non produktif • Penggunaan waktu kerja
Kompetensi Kerja • Pengetahuan
seputar pekerjaan • Keterampilan • Sikap
• Time and motion study
• Metode Ilyas
• Depth Interview
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
Var. Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Volume Transaksi
Jumlah pasien hemodialisa dalam satu hari kerja
Formulir tahapan kerja perawatan hemodialisa (time and motion study)
Observasi kegiatan yang dilakukan
Satuan jumlah kegiatan yang dilakukan oleh perawat hemodialisa selama perawatan
Rasio
Waktu Transaksi
Waktu asuhan keperawatan hemodialisa
Stopwatch dan formulir tahapan kerja perawatan hemodialisa
Penghitungan waktu dalam satuan menit
Informasi kuantitatif mengenai waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan hemodialisa kepada satu pasien
Rasio
Jenis Transaksi
Kegiatan yang dilakukan oleh perawat hemodialisa sebagai rangkaian perawatan hemodialisa
Formulir time and motion study (tahapan kerja perawatan hemodialisa)
Observasi kegiatan yang dilakukan responden
Jenis kegiatan yang dilakukan oleh perawat hemodialisa sebagai rangkaian perawatan hemodialisa
Rasio
Kegiatan Produktif
Kegiatan yang dilakukan oleh perawat yang berhubungan dengan perawatan hemodialisa
Formulir time and motion study (tahapan kerja perawatan hemodialisa)
Observasi kegiatan yang dilakukan responden
Satuan jumlah kegiatan sebagai rangkaian perawatan hemodialisa
Rasio
Kegiatan Non Produktif
Kegiatan yang dilakukan oleh perawat yang tidak berhubungan dengan perawatan hemodialisa
Formulir time and motion study (tahapan kerja perawatan hemodialisa)
Observasi kegiatan yang dilakukan responden
Satuan jumlah kegiatan sebagai rangkaian perawatan hemodialisa
Rasio
Kegiatan Produktif Langsung
Kegiatan yang dilakukan oleh perawat hemodialisa sebagai rangkaian perawatan hemodialisa
Formulir time and motion study (tahapan kerja perawatan hemodialisa)
Observasi kegiatan yang dilakukan responden
Satuan jumlah kegiatan sebagai rangkaian perawatan hemodialisa
Rasio
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
Var. Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
dan melibatkan kontak dengan pasien dalam pelaksanaannya
Kegiatan Produktif Tidak Langsung
Kegiatan yang dilakukan oleh perawat hemodialisa sebagai rangkaian perawatan hemodialisa namun tidak melibatkan kontak dengan pasien dalam pelaksanaannya
Formulir time and motion study (tahapan kerja perawatan hemodialisa)
Observasi kegiatan yang dilakukan responden
Satuan jumlah kegiatan sebagai rangkaian perawatan hemodialisa
Rasio
Penggunaan Waktu Kerja
Satuan waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan produktif dan tidak produktif
Formulir time and motion study (tahapan kerja perawatan hemodialisa)
Observasi kegiatan yang dilakukan responden
Jumlah waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan produktif dan kegiatan tidak produktif
Rasio
Pengetahuan Seputar Pekerjaan
Standar pengetahuan yang harus dimiliki oleh perawat hemodialisa yang didapatkan dari pendidikan formal dan non formal
Panduan pelaksanaan wawancara mendalam, alat tulis, alat perekam suara
Menggali informasi yang diharapkan kepada narasumber
Informasi kualitatif yang berasal dari responden terkait kebutuhan pengetahuan perawat di Instalasi Hemodialisa
-
Keterampilan Standar keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat hemodialisa yang didapatkan dari pendidikan formal maupun non formal
Panduan pelaksanaan wawancara mendalam, alat tulis, alat perekam suara
Menggali informasi yang diharapkan kepada narasumber
Informasi kualitatif yang berasal dari responden terkait kebutuhan keterampilan perawat di Instalasi Hemodialisa
-
Sikap Standar sikap Panduan Menggali Informasi -
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
44
Universitas Indonesia
Var. Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
yang harus dimiliki oleh perawat selama melakukan perawatan hemodialisa
pelaksanaan wawancara mendalam, alat tulis, alat perekam suara
informasi yang diharapkan kepada narasumber
kualitatif yang berasal dari responden terkait kebutuhan sikap perawat di Instalasi Hemodialisa
Beban Kerja Volume transaksi dikali dengan waktu transaksi dalam satuan menit/hari
Pengukuran digunakan dengan menggunakan stopwatch dan formulir pengamatan
Menghitung volume transaksi yang dikalikan dengan waktu transaksi
Berupa informasi kuantitatif mengenai rerata waktu yang dibutuhkan untuk pelayanan hemodialisa
Rasio
Jumlah perawat
Jumlah perawat yang dibutuhkan sesuai dengan beban kerja
Metode Ilyas
Jumlah kuantitas kegiatan pokok selama satu tahun dibagi dengan standar beban kerja satu tahun kemudian ditambahkan dengan standar kelonggaran selama satu tahun
Jumlah perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan sesuai dengan hasil perhitungan
Rasio
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
BAB 5
METODOLOGI PENELITIAN
5.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif kuantitatif-kualitatif.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti (observatory) untuk mengetahui
jumlah waktu yang dihabiskan oleh perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan selama melakukan perawatan hemodialisa dengan
menggunakan metode time and motion study, dimana aktivitas 8 orang
perawat yang dipilih berdasarkan pendidikan (1 orang D3 dan 1 orang
SPK), jenis kelamin (1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan),
pengalaman kerja (1 orang <5 tahun dan 1 ≥ 5 tahun), dan usia (1 orang
<30 tahun dan 1 orang ≥ 30 tahun) diamati dan diteliti (crossectional)
selama satu shift, yaitu 07.00 – 13.00 WIB atau 13.00 – 19.00 WIB selama
hari kerja secara bergantian dalam 10 hari kerja (hari pertama mengamati
shift pagi, hari kedua mengamati shift siang dan begitu seterusnya
bergantian) dengan menggunakan metoda time and motion study
(kuantitatif) untuk mendapatkan gambaran waktu dan pola kegiatan
perawat di Instalasi Hemodialisa. Adapun kegiatan yang diamati adalah
kegiatan yang dilakukan perawat dari sebelum instalasi hemodialisa dibuka
(pengamatan shift pagi) dan sampai instalasi hemodialisa ditutup (shift
siang). Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati tahapan perawatan
hemodialisa yang dilakukan untuk pasien dengan faktor risiko komplikasi
dan non komplikasi. Hasil pengamatan dalam satuan waktu (menit)
kemudian digunakan untuk menghitung kebutuhan perawat dengan metode
Ilyas. Kegiatan yang diamati adalah dimulai dari penerimaan rekam medis
pasien di Instalasi Hemodialisa sampai dengan pengamatan kegiatan setelah
pasien selesai mendapatkan perawatan (kegiatan persiapan perawatan
sampai paska perawatan selesai). Time and motion study menjadi pilihan
dalam penelitian ini karena kegiatan hemodialisa cenderung homogen,
sehingga variasi dalam setiap tahapan cenderung tidak ada atau minimal
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
(alur kerja tertuang dalam SOP). Selanjutnya, depth interview dilakukan
untuk mengkaji lebih dalam kebutuhan perawat terkait kompetensi kerja
(pengetahuan seputar pekerjaan, keterampilan, dan sikap) kepada tiga orang
responden di instalasi tersebut yang dipilih secara purposive sampling
berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan lamanya narasumber bekerja di
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan. Hasil dari depth interview
tersebut disajikan dalam bentuk matriks. Validasi data dilakukan dengan
melakukan crosscheck dengan dokumen yang dimiliki oleh bidang terkait
(bagian pendidikan dan pelatihan dan Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan) dan membandingkan informasi yang didapatkan menurut
ketiga informan.
5.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
yang berada di lantai 2 Paviliun Wijayakusuma. Penelitian ini dilakukan
sampai diamatinya 8 perawat dalam shift kerjanya masing-masing selama
10 hari kerja dalam jam kerja yaitu jam 07.00 – 19.00 WIB.
5.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan yaitu
15 orang tenaga kesehatan di Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit Umum
Persahabatan. Dalam fokus penelitian kuantitatif, sampel merupakan waktu
dalam satuan menit yang dibutuhkan untuk melakukan seluruh kegiatan
oleh 8 orang perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan dalam shift
kerjanya masing-masing. Sedangkan untuk fokus penelitian kualitatif,
sampel merupakan 1 orang kepala Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan, 1 orang dokter jaga dan 1 orang perawat di instalasi tersebut .
Sampel penelitian adalah waktu dalam satuan menit yang dibutuhkan untuk
melakukan seluruh kegiatan oleh tenaga kesehatan dan keterangan dari
kepala instalasi, dokter jaga serta satu orang perawat di instalasi tersebut
tentang kebutuhan perawat yang dibutuhkan terkait dengan kompetensi dan
beban kerja.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
5.4 Tenaga Pengamat dan Instrumen Penelitian
Tenaga pengamat dalam penelitian adalah peneliti sendiri (berjumlah
satu orang). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain :
1. Formulir pengamatan dengan teknik time and motion study
2. Stopwatch
3. Alat perekam suara
4. Alat tulis berupa log book dan pensil
5.5 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data sekunder diperoleh peneliti dari hasil laporan kegiatan
di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan mengenai data ketenagaan,
uraian tugas, profil rumah sakit dan data-data terkait jam kerja, waktu kerja
dan hal-hal lain terkait dengan instalasi hemodialisa. Pengumpulan data
primer dilakukan dengan menggunakan metode time and motion study
(crossectional study), yaitu pengamatan sesaat dan berkala pada responden
selama melakukan kegiatan di waktu kerjanya di Instalasi Hemodialisa.
Pengamatan dilakukan kepada 8 perawat Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan yang dipilih berdasarkan pendidikan (1 orang D3 dan 1 orang
SPK), jenis kelamin (1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan),
pengalaman kerja (1 orang <5 tahun dan 1 ≥ 5 tahun), dan usia (1 orang
<30 tahun dan 1 orang ≥ 30 tahun) dalam shift kerjanya masing-masing.
Kegiatan yang diamati selama shift kerja tersebut dimulai sejak instalasi
belum dibuka (untuk shift pagi) dan setelah pasien terakhir selesai
mendapatkan perawatan (untuk shift siang) secara bergantian (hari pertama
pengamatan shift siang, hari kedua pengamatan shift pagi dan seterusnya
sampai dengan hari ke empat) dengan mengacu kepada SOP Perawatan
Hemodialisa yang dimiliki oleh Instalasi Hemodialisa (juga melibatkan
pengamatan terhadap pasien dengan faktor risiko komplikasi). Selama
pengamatan, peneliti menulis di formulir pengamatan time and motion
study dengan bantuan stopwatch sebagai alat bantu ukur waktu. Depth
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
interview dilakukan diluar waktu kerja secara terpisah untuk masing-
masing responden (teknik pemilihan purposive sampling), yaitu kepala
instalasi, wakil kepala instalasi dan satu orang tenaga kesehatan di Instalasi
Hemodialisa tentang tenaga kesehatan terkait dengan pengetahuan seputar
pekerjaan, keterampilan, dan sikap. Pada penelitian ini, peneliti hanya
melakukan triangulasi sumber dan tidak melakukan triangulasi data.
Selama melakukan depth interview, peneliti menggunakan bantuan berupa
alat perekam suara dan mencatat sendiri hasilnya dalam log book. Hasil dari
depth interview ini kemudian disajikan dalam bentuk matriks.
5.6 Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan akan berurutan sebagai berikut :
1. Penyuntingan data
Dilakukan setiap hari setelah peneliti selesai melakukan pengamatan
untuk memeriksa kemungkinan terjadi kesalahan, ketidaklengkapan
ataupun ketidakkonsistenan data pengamatan. Hasil rekaman
didengarkan ulang pada hari yang sama untuk memastikan semua
pembicaran terekam dengan baik.
2. Pengelompokkan data
Data kuantitatif diuraikan dalam waktu spesifik per kegiatan yang
dilakukan perawat. Jumlah total dari waktu produktif kemudian akan
digunakan untuk menghitung beban kerja dengan Metode Ilyas. Data
kualitatif dibedakan berdasarkan narasumber dan diberikan tanggal,
waktu dan tempat dilakukannya depth interview.
3. Input data
Seluruh data hasil pengamatan yang tercantum dalam lembar
pengamatan time and motion study dipindahkan ke dalam komputer
setiap hari. Data yang merupakan hasil depth interview kemudian
dituliskan kembali oleh peneliti dalam bentuk matriks (teknik content
analysis).
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
49
Universitas Indonesia
Analisis matriks dari ketiga narasum
5.7 Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan rekapitulasi data-data di
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan terkait dengan gambaran,
karakteristik tenaga kesehatan, hari kerja, dan waktu kerja perawatan
hemodialisa. Analisis kebutuhan tenaga keperawatan di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan kemudian dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Perhitungan proporsi kegiatan produktif dan tidak produktif
a. Dari hasil pengamatan yang tercantum dalam formulir time and
motion study, kegiatan perawat kemudian dikategorikan menjadi
kegiatan produktif dan tidak produktif
b. Penyajian data setiap kelompok kegiatan (produktif dan tidak
produktif) dalam bentuk tabel
c. Penyajian data setiap kegiatan produktif berdasarkan tahapan
perawatan hemodialisa secara spesifik dalam bentuk tabel
d. Penyajian data dalam bentuk tabulasi terkait beban kerja yang
diterima oleh tenaga kesehatan selama melakukan perawatan
hemodialisa
e. Penyajian data dalam bentuk tabulasi terkait beban kerja yang
diterima oleh perawat selama melakukan masing-masing tahapan
dalam perawatan hemodialisa
2. Menghitung jumlah kebutuhan perawat yang dibutuhkan oleh Instalasi
Hemodialisa
Untuk melakukan penghitungan jumlah perawat, hasil pengamatan yang
dilakukan dengan menggunakan pendekatan time and motion study
dijadikan sebagai dasar perhitungan metode Ilyas, yaitu proses
menghitung jumlah kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan volume
transaction dan time transaction
3. ber untuk menyimpulkan
kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan oleh Instalasi
Hemodialisa terkait dengan pengetahuan seputar pekerjaan,
keterampilan, dan sikap.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
BAB 6
HASIL PENELITIAN
6.1 Proses Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode gabungan
antara deksriptif kuantitatif dengan kualitatif yang bertujuan untuk
mengetahui kebutuhan tenaga keperawatan di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan berdasarkan beban dan kompetensi kerja. Pengumpulan data
dilakukan dengan mengamati kegiatan 8 orang perawat (deksriptif
kuantitatif) yang dilanjutkan dengan melakukan wawancara mendalam
kepada 3 narasumber (kualitatif) untuk mendapatkan informasi mengenai
kebutuhan tenaga perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
berdasarkan pengetahuan seputar pekerjaan, keterampilan dan sikap.
Selama penelitian, terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi
peneliti, salah satunya adalah sulitnya melakukan wawancara dengan
kepala instalasi hemodialisa dikarenakan responden sedang dalam masa
pendidikan sub spesialis. Kesibukan dokter jaga yang bertugas
menggantikan kepala instalasi selama masa pendidikan juga menyulitkan
peneliti dalam menemukan waktu yang tepat untuk melakukan wawancara.
Selain itu, peneliti tidak mendapatkan informasi bahwa 1 dari 13 orang
perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan sedang dalam pelatihan
hemodialisa, sehingga populasi sampel terhitung hanya 12 responden.
Selama pengamatan, ada beberapa waktu dimana responden hilang dalam
pandangan peneliti (responden keluar ruangan hemodialisa dan tidak
terlihat di selasar lantai 2 Paviliun Wijaya Kusuma). Adalah tidak etis jika
peneliti mengikuti kemanapun responden pergi dan menanyakan apa yang
responden lakukan selama responden pergi. Kegiatan ini kemudian
dikelompokkan peneliti kedalam ‘waktu pribadi’ yang dihitung sebagai
waktu non produktif.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
6.2 Sistematika Penyajian
Hasil penelitian akan disajikan dengan urutan sebagai berikut : (1)
kualitas data penelitian, penyajian hasil penelitian berupa (1a) gambaran
dan karakteristik tenaga, hari kerja, waktu kerja dan kegiatan hemodialisa
di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan berdasarkan data sekunder
dan pengamatan, (1b) tabulasi waktu produktif (terdiri dari produktif
langsung dan tidak langsung) dan non produktif perawat responden
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan berdasarkan hasil pengamatan
dengan time and motion study, (1c) jumlah waktu yang dihabiskan oleh
perawat responden Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan selama satu
shift, (1d) jumlah transaksi yang dilakukan oleh perawat responden
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan selama satu shift, (1e) hasil
perhitungan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan berdasarkan Metode Ilyas, dan (2)
analisa hasil wawancara mendalam yang disajikan dalam bentuk matriks
dengan mengacu kepada Miles (2009).
6.3 Kualitas Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil dari
pengamatan kegiatan satu perawat responden selama satu shift (total
perawat yang diamati ada 8 orang dengan total pengamatan selama 8 shift
dengan komposisi 4 shift pagi dan 4 shift siang) serta hasil wawancara
mendalam kepada 3 orang responden yang disajikan dalam bentuk
matriks. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang
dimiliki oleh internal Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, data dari
bagian keperawatan dan SDM RSUP Persahabatan. Pengumpulan data
dilakukan selama bulan Oktober - Desember 2012 di Instalasi Hemodialisa
yang terletak di Paviliun Wijayakusuma lantai 2, bagian Pendidikan dan
Pelatihan, Unit Griya Puspa dan bagian SDM RSUP Persahabatan.
Pengamatan kegiatan keperawatan hemodialisa pada 8 orang
perawat responden dilakukan secara bergantian untuk setiap shift, pada
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
52
Universitas Indonesia
tanggal 15 Oktober - 25 Oktober 2012 dengan melewatkan hari Sabtu
(waktu pengamatan disesuaikan dengan shift perawat responden yang
ingin diamati oleh peneliti dan waktu yang dimiliki oleh peneliti). Dalam
hal ini peneliti berusaha sedemikian mungkin sehingga responden tidak
mengetahui bahwa sedang diamati sehingga bias sebisa mungkin dapat
diminimalisir (selama pengamatan, peneliti menjaga jarak dengan
responden sejauh pandangan). Selain itu, waktu pengamatan tidak
dilakuakn berturut-turut setiap hari untuk menghindari manipulasi sikap
sampel (rentang waktu pengamatan lebih dari seminggu). Peneliti tidak
melakukan pengamatan ‘semu’ untuk mengurangi bias dikarenakan
keterbatasan waktu yang dimiliki.
Setelah pengumpulan data kuantitatif dilakukan, barulah
wawancara mendalam dilakukan kepada 3 responden, yaitu Kepala
Instalasi Hemodialisa, Dokter Jaga Instalasi Hemodialisa dan Perawat ST
dilakukan masing-masing tanggal 1 November 2012, 8 November 2012
dan 23 November 2012 dengan durasi wawancara berkisar antara 20-30
menit karena disesuaikan dengan alokasi waktu yang diberikan oleh
responden kepada peneliti. Adapun tempat melakukan wawancara
mendalam adalah di ruang Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan yang
terletak di lantai 2 Paviliun Wijayakusuma dan Unit Griya Puspa. Selama
melakukan wawancara mendalam, selain dengan alat tulis, peneliti dibantu
alat perekam yang selalu menyala, sehingga loss of information dapat
dihindari seminimal mungkin.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
53
Universitas Indonesia
6.4 Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
6.4.1 Struktur Organisasi
Berikut adalah struktur organisasi Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan :
Kepala Instalasi Hemodialisa
Dr. M. Syafiq A S, Sp.PD
Kepala Bidang Keperawatan I G A Nyoman S, Skp. Mkes
Penanggung Jawab Ruang
Jumarti, AMK
Catatan :
Dr. M Syafiq A S, Sp.PD selaku Kepala Instalasi Hemodialisa seperti yang
dituliskan dalam struktur secara fungsional tidak ada di lapangan dan
digantikan sementara oleh Dr. Yassir, Sp.PD selaku dokter jaga selama
yang bersangkutan menjalani masa pendidikan.
Koordinator Keperawatan Suminah, AMK
Pelaksana Tata Usaha Ni Made Sutriani
Pekarya Roni G S
Kepala Tim 1 Siti Suci R, AMK
Sukaesih
Habiballoh, AMK Rianita S, AMK Devi N, AMK
Masniyah, AMK
Kepala Tim 2 Setianingsih, AMK
Sri Mulyati, AMK Rosdiana, AMK Eka Sri H, AMK
Adi Robbi N, AMK Rindi D A, AMK
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
54
Universitas Indonesia
6.4.2 Denah Ruangan
6.4.3 Karakteristik Perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
Berikut adalah karakteristik perawat instalasi hemodialisa RSUP
Persahabatan :
Tabel 6.1 Karakteristik perawat Instalasi Hemodialisa
No Nama Perawat
Jenis Kelamin
Usia Lamanya Bekerja
Pendidikan Status
1 JM Perempuan 54 tahun 17 tahun 2 bulan
Sekolah Perawat Kesehatan
PNS
2 SU Perempuan 54 tahun 17 tahun 10 bulan
Sekolah Perawat Kesehatan
PNS
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
55
Universitas Indonesia
No Nama Perawat
Jenis Kelamin
Usia Lamanya Bekerja
Pendidikan Status
3 SK Perempuan 52 tahun 5 tahun SPR PNS 4 MN Perempuan 50 tahun 4 tahun 11
bulan D3 Keperawatan
Persahabatan PNS
5 ST Perempuan 49 tahun 5 tahun 4 bulan D3 Khusus Persahabatan
PNS
6 SM Perempuan 47 tahun 7 tahun 6 bulan Sekolah Perawat Kesehatan
PNS
7 HO Perempuan 43 tahun 5 tahun 2 bulan D3 Keperawatan Kimia
PNS
8 SN Perempuan 36 tahun 6 tahun 7 bulan Akademi Keperawatan Polri
PNS
9 HB Laki-laki 27 tahun 1 tahun 10 bulan
D3 Keperawatan Poltekes
PNS
10 RS Perempuan 27 tahun 3 tahun 2 bulan D3 Keperawatan Kimia
PNS
11 DV Perempuan 26 tahun 1 tahun 10 bulan
D3 Keperawatan Kimia
PNS
12 RD Perempuan 25 tahun 3 tahun 10 bulan
D3 Keperawatan Persahabatan
PNS
13 RI*) Perempuan 25 tahun 3 tahun 10 bulan
D3 Keperawatan Persahabatan
PNS
*) Perawat RI sedang menjalani masa pelatihan hemodialisa selama 3 bulan
Sumber : Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan yang telah diolah kembali
Berdasarkan data karakteristik diatas, dapat diketahui bahwa
berdasarkan jenis kelamin, 92% (12 orang) tenaga kesehatan di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan adalah perempuan, sedang jumlah laki-
laki adalah 8% (1 orang). Berdasarkan usia, 62% (8 orang) tenaga
kesehatan berusia diatas 30 tahun, sedangkan sisanya sebesar 38% (5
orang) berusia dibawah 30 tahun. Berdasarkan pengalaman kerja di
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, diketahui bahwa 62% (8 orang)
perawat baru bekerja selama kurang dari 5 tahun, sedangkan sisanya
sebesar 38% (5 orang) bekerja selama lebih dari 5 tahun. Berdasarkan
pendidikan, sebesar 62% (8 orang) adalah lulusan D3 keperawatan,
sebesar 15% (2 orang) adalah lulusan SPR, sebesar 15% (2 orang) adalah
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
56
Universitas Indonesia
lulusan sekolah perawat kesehatan, sedangkan sisanya sebesar 8% (1
orang) adalah lulusan akademi keperawatan.
Dalam melakukan tugasnya, setiap minggu Instalasi Hemodialisa
RSUP Persahabatan melakukan pergantian shift perawat. Berikut adalah
shift perawat periode 13 Oktober – 26 Oktober 2012 dan periode 20
Oktober – 26 Oktober 2012 (selama pengambilan data dilakukan peneliti) :
Tabel 6.2 Shift kerja perawat Instalasi Hemodialisa
RSUP Persahabatan periode 13 Oktober – 19 Oktober 2012
No Nama
Tanggal 13 14 15 16 17 18 19
Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat1 JM L
LIBUR
P P P P P 2 SU P P P P P P 3 SM P S S P P P 4 SN S P P P S S 5 ST L S S P P S 6 SK L S S S P P 7 MN S P P S S P 8 RD S P P S S P 9 RI PELATIHAN HEMODIALISA 10 RS P
LIBUR
S S S P P 11 HB S S P P S S 12 DV P P P S S S 13 HO S P S P P S
Tabel 6.3 Shift kerja perawat Instalasi Hemodialisa
RSUP Persahabatan periode 20 Oktober – 26 Oktober 2012
No Nama
Tanggal 20 21 22 23 24 25 26
Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat1 JM L
LIBUR
P P P P
LIBUR
2 SU L P P P P 3 SM P S S P P 4 SN S P P P P 5 ST S P P S S 6 SK S P S S S 7 MN P S S P P
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
57
Universitas Indonesia
No Nama
Tanggal 20 21 22 23 24 25 26
Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat8 RD P S S P P 9 RI PELATIHAN HEMODIALISA 10 RS L
LIBUR
L P S S
LIBUR
11 HB P S S S P 12 DV S P P S S 13 HO S S P P S
Keterangan :
P : Shift Pagi, S : Shift Siang, L : Libur
Berdasarkan karakteristik perawat yang dimiliki oleh Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan dan disesuaikan dengan daftar shift kerja
perawat, peneliti menentukan responden dan waktu pengamatan sebagai
berikut :
Tabel 6.4 Daftar sampel penelitian kuantitatif
dengan metode time and motion Study
No Karakteristik Nama Tanggal Waktu Jadwal Pengamatan Responden Pengamatan Pengamatan Shift
1 Usia
SM (47 tahun)
15 Oktober 2012
14.00 - 19.45 WIB Siang
RD (25 tahun)
15 Oktober 2012
06.30 - 14.15 WIB Pagi
2 Pendidikan
SK (SPR)
17 Oktober 2012
14.04 - 19.40 WIB Siang
RS (D3)
18 Oktober 2012
06.32 - 13.53 WIB Pagi
3 Jenis Kelamin
HB (laki-laki)
25 Oktober 2012
06.31 - 14.09 WIB Pagi
MN (perempuan)
22 Oktober 2012
13.52 - 19.44 WIB Siang
4
Pengalaman Kerja di Instalasi
Hemodialisa RSUP
Persahabatan
SN (diatas 5 tahun)
18 Oktober 2012
14.10 - 19.55 WIB Siang
DV (dibawah 5
tahun) 23 Oktober
2012 06.40 - 14.14
WIB Pagi
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
58
Universitas Indonesia
Pemilihan perawat sebagai responden dipilih sendiri oleh peneliti
(purposive sampling) berdasarkan dengan karakteristik yang dimiliki oleh
masing-masing perawat (usia, jenis kelamin, pendidikan dan lamanya
perawat bekerja di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan), kemudian
dicocokkan dengan waktu yang dimiliki oleh peneliti terhadap shift kerja
masing-masing perawat. Namun demikian, pemilihan secara purposive
sampling ini dilakukan sedemikian sehingga diharapkan dapat terlihat jelas
jika ada perbedaan waktu antara beberapa responden dalam memberikan
pelayanan hemodialisa kepada pasien sehingga didapatkan variasi waktu
pelayanan hemodialisa yang cukup dan mampu memberikan gambaran
beban kerja yang valid.
Responden untuk depth interview juga dipilih sendiri oleh peneliti
(purposive sampling) berdasarkan kemampuan responden mewakili ketiga
karakteristik yang ingin diteliti, yaitu pengetahuan seputar pekerjaan,
keterampilan dan sikap. Pada awalnya, peneliti melakukan wawancara
pendahuluan dengan Kepala Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan.
Berdasarkan masukan dari beliau, peneliti disarankan untuk melakukan
wawancara dengan Informan YS dan perawat ST. Adapun informan yang
berhasil diwawancarai adalah responden ST, YS dan SA. Kegiatan deph
interview untuk informan ST dilakukan tanggal 29 Oktober 2012, untuk
informan YS tanggal 8 November 2012 dan untuk informan SA tanggal 23
November 2012. Seluruh kegiatan depth interview dilakukan setelah
pengambilan data kuantitatif selesai.
6.4.4 Hasil Pengamatan Kegiatan Sampel berdasarkan Time and Motion
Study
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan perawat di Instalasi Hemodialisa cenderung
homogen dan rutin. Berikut adalah deksripsi kegiatan yang dilakukan
masing-masing responden selama waktu pengamatan yang dilakukan
peneliti :
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
59
Universitas Indonesia
Tabel 6.5 Deksripsi kegiatan perawat RD pada shift pagi
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 15 Oktober 2012
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non (menit) L TL
1
Mempersiapkan alat ‐ Kabel dan selang ‐ Menyalakan mesin hemodialisa ‐ Mempersiapkan infuse
06.30 06.46 06.49
06.4606.4906.56
16 3 7
V V V
2 Mempersiapkan jarum dan kapas steril 06.56 07.01 5 V
3 Mempersiapkan tempat tidur dengan seprai dan bantal 07.01 07.16 15 V
4 Menyiapkan rekam medik pasien 07.16 07.21 5 V 5 Mengukur tekanan darah pasien 07.21 07.40 19 V
6
Memasang alat pada pasien I ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
07.40 07.41 07.43 07.46
07.4107.43
07.4607.47
1 2 3 1
V V V V
7
Memasang alat pada pasien II ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
07.47 07.48 08.01 08.02
07.48 08.01 08.02 08.03
1 3 1 1
V V V V
8
Memasang alat pada pasien III ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
08.03 08.04 08.06 08.08
08.04 08.06 08.08 08.09
1 2 2 1
V V V V
9 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 08.09 08.15 6 V
10 Mencuci dirigen bekas acid dan bikarbonat yang lama 08.15 08.18 3 V
11 Menerima pasien rujukan dari ICU dengan menyiapkan kursi roda 08.18 08.23 5 V
12
Memasang alat pada pasien rujukan ‐ Ukur tekanan darah ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien
08.2308.25 08.26 08.31
08.25 08.26 08.31
08.32
2 1 5 1
V V V V
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
60
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non (menit) L TL ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa 08.32
08.33
1
V
13 Mengaktivasi kembali mesin yang bermasalah 08.33 08.50 17 V
14 Injeksi heparin IV via infuse 08.50 09.02 12 V 15 Observasi pasien komplikasi 09.02 09.06 4 V 16 Pengukuran tekanan darah 09.06 09.16 10 V 17 Sarapan 09.16 09.36 20 V
18 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 09.36 09.41 5 V
19 Waktu pribadi 09.41 09.51 10 V 20 Merapikan rekam medic 09.51 10.11 20 V 21 Meyiapkan tempat obat untuk pasien 10.11 10.21 10 V
22 Observasi pasien komplikasi (penanganan pasien muntah) 10.21 10.32 11 V
23 Mensterilkan alat 10.32 10.37 5 V 24 Mencuci duk bolong 10.37 10.48 21 V 25 Distribusi infus baru 10.58 11.01 3 V 26 Toilet 11.01 11.16 15 V
27
Pasang alat pasien rujukan ICU ‐ Pasang jarum secara IV ‐ Menyambungkan selang pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
11.16 11.23 11.25
11.23
11.2511.28
7 2 3
V V V
28
Pasang alat pasien rujukan ICU ‐ Pasang jarum secara IV ‐ Menyambungkan selang pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
11.28 11.39 11.41
11.39
11.4111.43
11 2 2
V V V
29 Konsultasi dengan pasien seputar keluhan yang dirasakan 11.43 12.01 8 V
30 Mengukur tekanan darah pasien 12.01 12.11 10 V
31 Mengurus berkas pasien dengan jaminan 12.11 12.28 17 V
32 Waktu pribadi 12.28 12.58 30 V
33 Menyiapkan dirigen acid dan bikarbonat 12.58 13.08 10 V
35
Menghentikan perawatan hemodialisa pasien I ‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
13.26
13.27
1
V
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
61
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non (menit) L TL darah
‐ AFF ‐ Asepsis pasien
13.27 13.29 13.31
13.2913.3113.33
2 3 2
V V V
36
Menghentikan perawatan hemodialisa pasien II ‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
13.33 13.34 13.37 13.40
13.34
13.3713.4013.42
1 3 3 2
V V V V
37 Aktivasi mesin untuk rinsing 13.42 13.57 5 V
38 Distribusi epoetrin untuk pasien dengan indikasi 13.57 14.02 5 V
39 Merapikan tempat tidur untuk pasien baru 14.02 14.06 4 V
40 Persiapan beres‐beres pribadi 14.06 14.15 28 V Total Waktu 445 342 103
Tabel 6.6 Deksripsi kegiatan perawat RS pada shift pagi
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 18 Oktober 2012
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL 1 Menyalakan mesin hemodialisa 06.32 06.39 7 V
2
Mempersiapkan alat ‐ Kabel dan selang ‐ Menyalakan mesin hemodialisa ‐ Mempersiapkan infuse
06.39 06.59 07.01
06.5907.0107.16
20 2 15
V V V
3 Mempersiapkan jarum dan kapas steril 07.16 07.24 8 V
4 Mempersiapkan tempat tidur dengan seprai dan bantal 07.24 07.54 30 V
5 Menyiapkan rekam medic 07.54 07.59 5 V
6
Memasang alat pada pasien I ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
07.59 08.00 08.01 08.03
08.0008.01
08.0308.05
1 1 2 2
V V V V
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
62
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL
7
Memasang alat pada pasien II ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
08.05 08.06 08.07 08.10
08.06 08.07 08.10 08.12
1 1 3 2
V V V V
8
Memasang alat pada pasien III ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
08.12 08.13 08.14 08.16
08.13 08.14 08.16 08.18
1 1 2 2
V V V V
9
Memasang alat pada pasien IV ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
08.18 08.19 08.11 08.13
08.19 08.11 08.13 08.15
1 1 2 2
V V V V
10 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 08.15 08.25 10 V
11 Mobilisasi pasien ICU dengan kursi roda 08.25 08.36 11 V
12 Mengukur tekanan darah 08.36 08.46 10 V
13 Menyiapkan alat yang sudah steril dari sterilisator 08.46 08.51 5 V
14 Mengisi rekam medic 08.51 09.01 10 V
15 Mengaktivasi kembali mesin yang bermasalah 09.01 09.11 10 V
16 Injeksi heparin IV via infuse 09.11 09.27 16 V 17 Sarapan 09.27 10.00 13 V 18 Konsultasi dengan pasien 10.00 10.17 17 V
19 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 10.17 10.29 12 V
20 Inventarisasi bahan hemodialisa 10.29 10.39 10 V
21 Menyiapkan tempat obat untuk pasien 10.39 10.57 18 V
22 Toilet 10.57 11.08 15 V 23 Observasi pasien komplikasi 11.08 11.16 8 V
24 Membuang sisa selang dan infus ke hazard 11.16 11.21 5 V
25 Observasi pasien komplikasi 11.21 11.36 15 V
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
63
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL
26 Menyiapkan epoetrin untuk pasien tertentu (dengan indikasi) 11.36 11.46 10 V
27 Waktu pribadi 11.46 12.13 27 V 28 Distribusi infus baru 12.13 12.18 5 V
29 Melakukan pengukuran tekanan darah pasien 12.08 12.18 10 V
30 Mengaktivasi kembali mesin yang bermasalah 12.18 12.25 8 V
31 Menyiapkan selang dan infus baru 12.25 12.43 8 V 32 Mendistribusikan infuse 12.43 12.47 4 V 33 Mendistribusikan tempat obat 12.47 12.51 4 V
34
Menghentikan perawatan hemodialisa‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
12.51 12.52 12.54 12.57
12.52
12.5412.5712.59
1 2 4 2
V V V V
35
Menghentikan perawatan hemodialisa‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
12.59 13.00 13.03 13.08
13.00
13.0313.0813.10
1 3 5 2
V V V V
36
Menghentikan perawatan hemodialisa‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
13.10 13.11 13.18 13.20
13.11
13.1813.2013.22
1 7 2 2
V V V V
37 Aktivasi mesin untuk rinsing 13.22 13.30 10 V
38 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 13.30 13.35 5 V
39 Suntik epoetrin untuk pasien d2engan indikasi 13.35 13.40 5 V
40 Persiapan beres‐beres pribadi 13.40 13.53 13 V Total Waktu 438 365 73
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
64
Universitas Indonesia
Tabel 6.7 Deksripsi kegiatan perawat HB pada shift pagi
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 25 Oktober 2012
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL 1 Menyapu instalasi hemodialisa 06.31 06.43 12 V
2
Mempersiapkan alat ‐ Kabel dan selang ‐ Menyalakan mesin hemodialisa ‐ Mempersiapkan infuse
06.43 06.58 07.00
06.5807.0007.30
15 2 30
V V V
3 Mempersiapkan jarum dan kapas steril 07.30 07.35 5 V
4 Mempersiapkan tempat tidur dengan seprai dan bantal 07.35 07.50 15 V
5
Memasang alat pada pasien I ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
07.50 07.51 07.52 07.54
07.5107.52
07.5407.56
1 1 2 2
V V V V
6
Memasang alat pada pasien II ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
07.56 07.57 07.58 08.00
07.57 07.58 08.00 08.02
1 1 2 2
V V V V
7
Memasang alat pada pasien III ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
08.02 08.03 08.04 08.06
08.03 08.04 08.06 08.08
1 1 2 2
V V V V
8
Memasang alat pada pasien IV ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
08.08 08.09 08.10 08.12
08.09 08.10 08.12 08.14
1 1 2 2
V V V V
9 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 08.14 08.24 10 V
10 Mencuci dirigen bekas acid dan bikarbonat yang lama 08.24 08.27 3 V
11 Membantu perawat lain mengerjakan pasien
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
65
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL ‐ Menyiapkan selang dan menghubungkan ke mesin hemodialisa
‐ Mengaktivasi kembali mesin yang bermasalah
‐ Asepsis pasien
08.27 08.31 08.33
08.31
08.3308.36
4
2 3
V V
V
12 Membuang limbah infeksius ke bagian hazard lantai 2 08.36 08.38 2 V
13 Membereskan selang dan dialyzer baru dari logistic 08.38 08.48 10 V
14 Mengaktivasi kembali mesin yang bermasalah 08.48 08.50 2 V
15 Injeksi heparin IV via infuse 08.50 08.53 3 V
16
Menyiapkan tabung oksigen untuk pasien dengan komplikasi yang baru datang dari ICU 08.53 08.57 4 V
17 Membereskan logistik di gudang instalasi hemodialisa 08.57 09.17 20 V
18 Sarapan 09.17 09.47 30 V
19 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 09.47 09.49 2 V
20 Waktu pribadi 09.49 10.19 30 V
21 Pemasangan alat hemodialisa pada pasien dengan komplikasi dari ICU 10.19 10.39 20 V
22 Observasi pasien komplikasi 10.39 10.54 15 V 23 Toilet 10.54 10.55 5 V 24 Observasi pasien komplikasi 10.55 11.10 15 V
25
Menyiapkan alat yang sudah selesai disterilisasi dan diletakkan ditempatnya 11.10 11.20 10 V
26 Inventarisasi alat dan bahan 11.20 11.50 30 V 27 Distribusi infus baru 11.50 11.51 1 V 28 Toilet 11.51 11.54 3 V 29 Waktu pribadi 11.54 12.04 10 V 30 Mengobrol 12.04 12.09 5 V 31
Pasang alat pasien rujukan ICU ‐ Pasang jarum secara IV ‐ Menyambungkan selang pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
12.09 12.15 12.17
12.15
12.1712.20
6 2 3
V V V
32 Konsultasi dengan pasien seputar
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
66
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL keluhan yang dirasakan 12.20 12.23 3 V
33 Sterilisasi dan cuci alat pasca pemasangan alat 12.23 12.28 5 V
34 Merapikan rekam medik pasien 12.28 12.48 20 V
35 Menyiapkan heparin ke dalam spuit untuk shift siang 12.48 12.58 10 V
36 Toilet 12.58 13.08 10 V
37 Melakukan pengukuran tekanan darah pasien 13.08 13.18 10 V
38
Menghentikan perawatan hemodialisa‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
13.18 13.19 13.21 13.24
13.19
13.2113.2413.26
1 2 3 2
V V V V
39 Aktivasi mesin untuk rinsing 13.26 13.36 10 V
40 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 13.36 13.41 5 V
41 Suntik epoetrin untuk pasien dengan indikasi 13.41 13.46 5 V
42
Menyiapkan alat untuk injeksi epoetrin untuk pasien dengan indikasi tertentu ‐ Menamakan tempat obat dengan
nama Os ‐ Distribusi tempat obat ke masing‐
masing Os
13.16 13.18
13.18
13.23
2 5
V V
43 Merapikan tempat tidur untuk pasien baru 13.23 13.28 5 V
44 Menangani pasien komplikasi (tensi drop 13.28 13.35 7 V
45 Membawa seprai dan perlak yang telah digunakan untuk di laundry 13.35 13.41 6 V
46 Persiapan beres‐beres pribadi 13.41 14.09 28 V Total Waktu 492 371 121
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
67
Universitas Indonesia
Tabel 6.8 Deksripsi kegiatan perawat DV pada shift pagi
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 23 Oktober 2012
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL 1 Menyapu instalasi hemodialisa 06.40 06.50 10 V
2
Mempersiapkan alat ‐ Kabel dan selang ‐ Menyalakan mesin hemodialisa ‐ Mempersiapkan infuse
06.50 07.14 07.20
07.1407.2007.50
24 6 30
V V V
3 Mengambil seprai dan bantal yang baru 07.50 07.56 6 V
4 Mempersiapkan tempat tidur dengan seprai dan bantal 07.56 08.13 17 V
5
Memasang alat pada pasien I ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
08.13 08.15 08.18 08.20
08.1508.18
08.2008.22
2 3 2 2
V V V V
6
Memasang alat pada pasien II ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
08.22 08.23 08.27 08.30
08.23 08.27 08.30 08.31
1 4 3 1
V V V V
7
Memasang alat pada pasien III ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
08.31 08.33 08.34 08.36
08.32 08.34 08.36 08.37
1 1 2 1
V V V V
8 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 08.37 08.47 10 V
9 Mengukur tekanan darah 08.47 08.56 9 V
10 Membuang limbah infeksius ke bagian hazard lantai 2 08.36 08.38 2 V
11 Membereskan selang dan dialyzer baru dari logistic 08.38 08.48 10 V
12 Mengaktivasi kembali mesin yang bermasalah 08.48 08.57 9 V
13 Injeksi heparin IV via infuse 08.57 09.09 12 V
14 Menyusun alat yang sudah disterilisasi ke rak steril 09.09 09.16 7 V
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
68
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL
15 Membereskan logistik di gudang instalasi hemodialisa 09.16 09.29 13 V
16 Sarapan 09.29 09.43 14 V
17 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 09.43 09.49 6 V
18 Mengisi rekam medic 09.49 09.13 24 V 19 Pengukuran tekanan darah 09.13 09.20 7 V 20 Observasi pasien komplikasi 09.20 09.26 6 V 21 Toilet 10.54 10.59 5 V 22 Waktu pribadi 10.59 11.09 10 V
23
Pasang alat pasien CITO ‐ Pemeriksaan tanda vital ‐ Pasang jarum secara IV ‐ Menyambungkan selang pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
11.09 11.16 11.20 11.22
11.1611.20
11.2211.24
7 4 2 2
V V V V
24 Pemasangan alat bantu nafas untuk pasien CITO 11.24 11.31 7 V
25 Mengurus berkas pasien dengan jaminan 11.31 11.49 18 V
26 Distribusi infus baru 11.49 11.53 4 V 27 Toilet 11.53 11.58 5 V 28 Waktu pribadi 11.58 12.08 10 V 29 Mengobrol 12.08 13.09 11 V
30 Mendistribusikan tempat obat kepada pasien 13.09 13.13 4 V
31 Konsultasi dengan pasien seputar keluhan yang dirasakan 13.13 13.16 3 V
32 Sterilisasi dan cuci alat pasca pemasangan alat 13.16 13.21 5 V
33 Menyiapkan heparin ke dalam spuit untuk shift siang 13.21 13.36 15 V
34 Melakukan pengukuran tekanan darah pasien 13.36 13.46 10 V
35
Menghentikan perawatan hemodialisa pasien I ‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
13.46 13.48 13.51 13.54
13.48
13.5113.5413.56
2 3 3 2
V V V V
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
69
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL 36 Aktivasi mesin untuk rinsing 13.56 14.02 6 V 37 Persiapan beres‐beres pribadi 14.02 14.14 28 V
Total Waktu 411 328 83
Tabel 6.9 Deksripsi kegiatan perawat SM pada shift siang
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 15 Oktober 2012
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL 1 Asepsis diri sendiri 14.00 14.01 1 V 2 Merapikan tempat tidur pasien 14.01 14.23 22 V
3
Memasang alat pada pasien I ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.23 14.24 14.27 14.30
14.2414.27
14.3014.31
1 3 3 1
V V V V
4
Memasang alat pada pasien II ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.31 14.30 14.32 14.33
14.30 14.32 14.33 14.34
1 2 1 1
V V V V
5
Memasang alat pada pasien III ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.34 14.35 14.37 14.39
14.35 14.37 14.39 14.40
1 2 2 1
V V V V
6
Memasang alat pada pasien III ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.40 14.41 14.44 14.46
14.41 14.44 14.46 14.47
1 3 2 1
V V V V
7 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 14.47 14.52 5 V
8 Mengukur tekanan darah 14.52 15.02 10 V 9 Membuang limbah infeksius ke bagian 15.02 15.06 4 V
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
70
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL hazard lantai 2
10 Mengisi rekam medic 15.06 15.27 21 V
11 Mengaktivasi kembali mesin yang bermasalah 15.27 15.36 9 V
12 Injeksi heparin IV via infuse 15.36 15.48 12 V 13 Waktu pribadi 15.48 16.02 14 V 14 Menyiapkan Parbion Inj 16.02 16.21 19 V 15 Mendistribusikan Parbion Inj 16.21 16.24 3 V 16 Menanyakan keluhan pasien 16.24 16.31 7 V 17 Merapikan rekam medik di tempatnya 16.31 16.33 2 V
18 Penanganan pasien komplikasi (tensi drop) 16.33 16.42 9 V
19
Pasang alat pasien CITO ‐ Pemeriksaan tanda vital ‐ Pasang jarum secara IV ‐ Menyambungkan selang pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
16.42 16.46 16.51 16.53
16.4616.51
16.5316.55
4 5 2 2
V V V V
20 Pemasangan alat bantu nafas untuk pasien CITO 16.55 16.59 4 V
21 Merapikan alat steril di tempatnya 16.59 17.08 9 V 22 Distribusi infus baru 17.08 17.11 3 V 23 Toilet 17.11 17.24 13 V 24 Waktu pribadi 17.24 17.33 9 V 25 Mengobrol 17.33 17.45 12 V
26 Mendistribusikan tempat obat kepada pasien 17.45 17.47 2 V
27
Pasang alat pasien CITO ‐ Pemeriksaan tanda vital ‐ Pasang jarum secara IV ‐ Menyambungkan selang pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
17.47 17.51 17.54 17.57
17.5117.54
17.5717.59
4 3 3 2
V V V V
28 Sterilisasi dan cuci alat pasca pemasangan alat 17.59 18.07 8 V
29 Menyiapkan rekam medik pasien untuk keesokan harinya 18.07 18.19 12 V
30 Melakukan pengukuran tekanan darah pasien 18.19 18.23 4 V
31 Melipat linen kotor 18.23 18.42 19 V Menghentikan perawatan hemodialisa
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
71
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL 32
pasien I ‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
18.42 18.45 18.47 18.49
18.45
18.4718.4918.50
3 2 3 1
V V V V
33
Menghentikan perawatan hemodialisapasien II ‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
18.50 18.52 18.55 18.57
18.52
18.5518.5718.58
2 3 2 1
V V V V
34
Menghentikan perawatan hemodialisapasien III ‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
18.58 19.00 19.02 19.05
19.00
19.0219.0519.06
2 2 3 1
V V V V
35
Menghentikan perawatan hemodialisapasien IV ‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
19.06 19.09 19.11 19.14
19.09
19.1119.1419.15
3 2 3 1
V V V V
36
Menghentikan perawatan hemodialisa pasien V ‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
19.15 19.18 19.20 19.22
19.18
19.2019.2219.23
3 2 3 1
V V V V
37 Aktivasi mesin untuk rinsing 19.23 19.31 8 V 38 Persiapan beres‐beres pribadi 19.31 19.45 14 V
Total Waktu 349 287 62
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
72
Universitas Indonesia
Tabel 6.10 Deksripsi kegiatan perawat SK pada shift siang
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 17 Oktober 2012
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL 1 Asepsis diri sendiri 14.04 14.06 2 V
2 Mengambil seprai dan bantal baru untuk pasien 14.06 14.11 5 V
3 Merapikan tempat tidur pasien 14.11 14.27 16 V
4 Menyiapkan acid dan bikarbonat baru untuk mesin 14.27 14.31 4 V
5
Memasang alat pada pasien I ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.31 14.33 14.38 14.40
14.3314.38
14.4014.42
2 5 2 2
V V V V
6
Memasang alat pada pasien II ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.42 14.43 14.45 14.47
14.43 14.45 14.47 14.50
1 2 2 3
V V V V
7
Memasang alat pada pasien III ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.50 14.51 14.54 14.56
14.51 14.54 14.56 14.59
1 3 2 3
V V V V
8
Memasang alat pada pasien IV ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.59 15.01 15.05 15.08
15.01 15.05 15.08 15.10
2 4 3 2
V V V V
9
Memasang alat pada pasien V ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
15.10 15.11 15.14 15.16
15.11 15.14 15.16 15.18
1 3 2 2
V V V V
10 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 15.18 15.20 2 V
11 Mengukur tekanan darah 15.20 15.27 7 V
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
73
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL
12
Pasang alat pasien CITO ‐ Pemeriksaan tanda vital ‐ Pasang jarum secara IV ‐ Menyambungkan selang pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
15.27 15.31 15.37 15.39
15.3115.37
15.3915.41
4 6 2 2
V V V V
13 Membuang limbah infeksius ke bagian hazard lantai 2 15.41 15.46 5 V
14 Waktu pribadi 15.46 16.08 22 V 15 Mengisi rekam medic 16.08 16.29 21 V
16 Mengaktivasi kembali mesin yang bermasalah 16.29 16.34 5 V
17 Menanyakan keluhan pasien 16.34 16.42 8 V 18 Menyusun alat steril ke rak steril 16.42 16.53 9 V
19 Penanganan pasien komplikasi (tensi drop) 16.53 17.01 8 V
20 Menyiapkan tempat obat untuk pasien 17.09 17.21 12 V
21 Distribusi tempat obat pasien 17.21 17.28 7 V 22 Injeksi Parbion (pasien tertentu) 17.28 17.35 7 V 23 Distribusi infus baru 17.35 17.39 4 V 24 Toilet 17.39 17.47 8 V 25 Waktu pribadi 17.47 18.10 23 V
26 Membereskan alat dan bahan ke gudang instalasi hemodialisa 18.10 18.17 7 V
27 Sterilisasi dan cuci alat pasca pemasangan alat 18.17 18.29 12 V
28 Observasi pasien komplikasi 18.29 18.36 7 V 29 Melipat linen kotor 18.36 18.47 11 V
30
Menghentikan perawatan hemodialisa pasien I ‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
18.47 18.49 18.51 18.53
18.49
18.5118.5318.56
2 2 2 3
V V V V
31
Menghentikan perawatan hemodialisa pasien II ‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah
18.53 18.54 18.57
18.54
18.5718.59
1 3 2
V V V
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
74
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
18.59 19.00 1 V
32
Menghentikan perawatan hemodialisa pasien III ‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
19.00 19.01 19.04 19.07
19.01
19.0419.0719.09
1 3 3 2
V V V V
32
Menghentikan perawatan hemodialisa pasien IV ‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
19.09 19.10 19.13 19.16
19.10
19.1319.1619.17
1 3 3 1
V V V V
33
Menghentikan perawatan hemodialisa pasien V ‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
19.17 19.19 19.23 19.26
19.19
19.2319.2619.27
2 4 3 1
V V V V
34 Aktivasi mesin untuk rinsing 19.27 19.32 5 V 35 Persiapan beres‐beres pribadi 19.32 19.40 8 V
Total Waktu 329 268 61
Tabel 6.11 Deksripsi kegiatan perawat MN pada shift siang
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 22 Oktober 2012
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL 1 Asepsis diri sendiri 13.52 13.54 2 V 2. Menyiapkan rekam medic 13.54 14.06 12 V
3 Mengambil seprai dan bantal baru untuk pasien 14.06 14.11 5 V
4 Merapikan tempat tidur pasien 14.11 14.27 16 V
5 Menyiapkan acid dan bikarbonat baru untuk mesin 14.27 14.31 4 V
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
75
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL
6
Memasang alat pada pasien I ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.31 14.33 14.38 14.40
14.3314.38
14.4014.42
2 5 2 2
V V V V
7
Memasang alat pada pasien II ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.42 14.43 14.45 14.47
14.43 14.45 14.47 14.50
1 2 2 3
V V V V
8
Memasang alat pada pasien III ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.50 14.51 14.54 14.56
14.51 14.54 14.56 14.59
1 3 2 3
V V V V
9
Memasang alat pada pasien IV ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.59 15.01 15.05 15.08
15.01 15.05 15.08 15.10
2 4 3 2
V V V V
10 Injeksi heparin via infuse 15.10 15.29 19 V
11 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 15.29 15.33 4 V
12 Mengukur tekanan darah 15.33 15.49 16 V 13 Mendistribusikan tempat obat 15.49 15.54 5 V
14 Mengaktivasi kembali mesin yang bermasalah 15.54 16.00 6 V
15 Penanganan pasien komplikasi (tensi turun) 16.00 16.04 4 V
16 Waktu pribadi 16.04 16.12 8 V
17 Membuang limbah infeksius ke bagian hazard lantai 2 16.12 16.18 6 V
18 Mengisi rekam medic 16.18 16.37 19 V
19 Mengurus berkas pasien dengan jaminan 16.37 16.53 16 V
20 Menanyakan keluhan pasien 16.53 17.01 8 V 21 Merapikan linen kotor 17.01 17.11 10 V
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
76
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL 22 Toilet 17.11 17.20 9 V 23 Waktu pribadi 17.47 18.10 23 V
24 Membereskan berkas rekam medik ke tempatnya 18.10 18.15 5 V
25 Waktu pribadi 18.15 18.30 15 V 26 Merapikan rak alat dan bahan 18.30 18.47 17 V 27 Observasi pasien komplikasi 18.47 18.59 12 V 28
Menghentikan perawatan hemodialisa‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
18.59 19.01 19.03 19.05
19.01
19.0319.0519.08
2 2 2 3
V V V V
29
Menghentikan perawatan hemodialisa‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
19.08 19.09 19.12 19.14
19.09
19.1219.1419.15
1 3 2 1
V V V V
30
Menghentikan perawatan hemodialisa‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
19.15 19.16 19.19 19.22
19.16
19.1919.2219.24
1 3 3 2
V V V V
31
Menghentikan perawatan hemodialisa‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
19.24 19.25 19.28 19.31
19.25
19.2819.3119.32
1 3 3 1
V V V V
32 Aktivasi mesin untuk rinsing 19.32 19.38 6 V 33 Persiapan beres‐beres pribadi 19.38 19.44 6 V
Total Waktu 325 264 61
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
77
Universitas Indonesia
Tabel 6.12 Deksripsi kegiatan perawat SN pada shift siang
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, 18 Oktober 2012
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL 1 Asepsis diri sendiri 14.10 14.13 2 V 2 Merapikan tempat tidur pasien 14.13 14.34 21 V
3
Memasang alat pada pasien I ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.34 14.36 14.39 14.41
14.3614.39
14.4114.42
2 3 2 1
V V V V
4
Memasang alat pada pasien II ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.42 14.43 14.45 14.47
14.43 14.45 14.47 14.49
1 2 2 2
V V V V
5
Memasang alat pada pasien III ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.49 14.51 14.54 14.56
14.51 14.54 14.56 14.58
2 3 2 2
V V V V
6
Memasang alat pada pasien III ‐ Asepsis ‐ Memasang jarum IV ‐ Menyambungkan selang IV pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
14.58 15.00 15.03 15.05
15.00 15.03 15.05 15.07
2 3 2 2
V V V V
7 Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa 15.07 15.15 8 V
8 Mengukur tekanan darah 15.15 15.26 11 V 9 Mengisi rekam medic 15.26 15.41 15 V
10 Membuang limbah infeksius ke bagian hazard lantai 2 15.41 15.49 8 V
11
Pasang alat pasien CITO ‐ Pemeriksaan tanda vital ‐ Pasang jarum secara IV ‐ Menyambungkan selang pasien ke mesin hemodialisa
‐ Aktivasi mesin hemodialisa
15.49 15.53 15.59 16.01
15.5315.59
16.0116.04
4 5 2 3
V V V V
12 Mengaktivasi kembali mesin yang 16.04 16.11 7 V
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
78
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL bermasalah
13 Injeksi heparin IV via infuse 16.11 16.21 10 V 14 Waktu pribadi 16.21 16.44 23 V 15 Menyiapkan infus baru 16.44 17.03 19 V
16 Mendistribusikan infus dan tempat obat 17.03 17.08 5 V
17 Menanyakan keluhan pasien 17.08 17.14 6 V
18 Menangani pasien komplikasi (tensi naik) 17.14 17.20 6 V
19 Merapikan alat dan bahan steril di rak 17.20 17.29 9 V 20 Toilet 17.29 17.34 6 V
21 Menyiapkan tempat obat untuk pasien 17.34 17.40 6 V
22 Mendistribusikan obat kepada pasien 17.40 17.43 3 V
23 Aktivasi kembali mesin yang bermasalah 17.43 17.50 7 V
24 Pengukuran tekanan darah 17.50 18.02 12 V
25 Sterilisasi dan cuci alat pasca pemasangan alat 18.02 18.15 13 V
26 Waktu pribadi 18.15 18.30 15 V
27 Menyiapkan rekam medik untuk pasien besok 18.30 18.47 17 V
28 Observasi pasien CITO 18.47 18.52 5 V 29
Menghentikan perawatan hemodialisa‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
18.52 18.54 18.57 19.01
18.54
18.5719.0119.02
2 3 4 1
V V V V
30
Menghentikan perawatan hemodialisa‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
19.02 19.04 19.06 19.08
19.04
19.0619.0819.10
2 2 2 2
V V V V
34
Menghentikan perawatan hemodialisa‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
19.10 19.12 19.14 19.18
19.12
19.1419.1819.19
2 2 4 1
V V V V
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
79
Universitas Indonesia
No Jenis Kegiatan
Waktu Total Klasifikasi Kegiatan
Mulai Akhir Waktu Produktif
Non L TL
35
Menghentikan perawatan hemodialisa‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
19.19 19.21 19.22 19.27
19.21
19.2219.2719.29
2 1 5 2
V V V V
36
Menghentikan perawatan hemodialisa‐ Mematikan mesin ‐ Melakukan pengukuran tekanan
darah ‐ AFF ‐ Asepsis pasien
19.29 19.31 19.33 19.36
19.31
19.3319.3619.37
2 2 3 1
V V V V
37 Aktivasi mesin untuk rinsing 19.37 19.43 6 V 38 Persiapan beres‐beres pribadi 19.43 19.55 12 V
Total Waktu 344 288 56
Setelah didapatkan gambaran kegiatan perawatan hemodialisa oleh
8 responden, dapat terlihat bahwa variasi waktu yang dihabiskan oleh
masing-masing responden untuk masing-masing kegiatan sangat kecil
karena variasi kegiatannya sendiri pun juga tidak banyak. Pasien
hemodialisa pun sudah dijadwalkan secara rutin (dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok Senin-Rabu-Jumat dan Selasa-Kamis-Sabtu).
Beberapa kegiatan yang berbeda yang dilakukan oleh beberapa responden
menunjukkan kewajiban yang berbeda yang diemban oleh masing-masing
perawat pada shiftnya masing-masing. Perawat yang mendapat shift pagi
biasanya membuka ruangan instalasi dan menyiapkan alat-alat dan
kegiatan dasar, seperti misalnya menyalakan lampu dan menyapu ruangan.
Dalam pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, jam kerja perawat yang
seharusnya sesuai dengan shift (shift pagi 07.00 – 13.00 WIB dan shift
siang 13.00 – 19.00 WIB), ternyata lebih panjang karena banyak persiapan
yang harus dilakukan untuk memulai dan menyudahi perawatan
hemodialisa, seperti misalnya aktivasi mesin membutuhkan waktu sekitar
15-20 menit sehingga jika perawatan direncanakan akan mulai pukul 07.00
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
80
Universitas Indonesia
WIB, maka setidaknya mesin harus dinyalakan pada pukul 06.30 WIB.
Dalam pengamatan peneliti, rata-rata jumlah pasien dalam sehari untuk 15
tempat tidur selama 2 shift adalah 28 pasien.
Berikut adalah rangkuman dari kegiatan yang dilakukan oleh
masing-masing responden dalam shift kerja gabungan (pagi dan siang)
yang kemudian diambil rata-ratanya. Adapun ketentuan dari pengambilan
kegiatan yang terhitung adalah kegiatan yang dilakukan oleh minimal 2
orang responden. Jika dalam satu shift responden melakukan suatu
kegiatan lebih dari satu kali, maka rata-ratanya dihitung terlebih dahulu.
Tabel 6.13 Kegiatan perawat Instalasi Hemodialisa
Jenis Kegiatan
Responden Rata‐rata Standar
SM RD SK RS HB MN SS DN (menit) Deviasi Kegiatan Produktif Langsung
Memasang alat pada pasien 6.5 6.33 7.8 6.25 6 9.25 8.25 7.7 7.26 1.1634677
Injeksi heparin IV via infus 12 12 3 19 10 12 11.3 5.1251016
Mengukur tekanan darah 13 10 7 10 8 11 9 9.71 1.976047
Observasi pasien komplikasi 4 7 8 15 12 9.2 4.3243497 Konsultasi dengan pasien seputar keluhan yang dirasakan 7 8 8 8 6 3 6.67 1.9663842 Penanganan pasien dengan komplikasi (tensi turun/naik, muntah) 9 7 4 6 6.5 2.081666 Memasang alat untuk pasien CITO 12 12 14 11 13 15 12.83 1.4719601 Injeksi epoetrin untuk pasien dengan indikasi 5 7 6 1.4142136 Injeksi parbion untuk pasien dengan indikasi 7 6 6.5 0.7071068 Menghentikan perawatan hemodialisa 8.5 8 8.5 8 8 8 7 10 8.25 0.8451543 Kegiatan Produktif Tidak Langsung Menyapu instalasi hemodialisa 12 10 11 1.4142136 Menyalakan mesin hemodialisa 7 6 6.5 0.7071068 Mempersiapkan alat hemodialisa 26 37 47 50 40 10.86278 Menyiapkan jarum dan kapas steril 5 8 5 6 1.7320508 Mempersiapkan tempat tidur dengan seprai dan bantal 22 15 16 30 15 16 21 17 19 5.1823878
Menyiapkan acid dan 10 4 4 6 3.4641016
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
81
Universitas Indonesia
Jenis Kegiatan
Responden Rata‐rata Standar
SM RD SK RS HB MN SS DN (menit) Deviasi bikarbonat baru
Mengganti acid dan bikarbonat 5.5 6 2 11.5 6 8 10 7 3.1490739 Membuang limbah infeksius ke bagian hazard lantai 2 4 5 2 6 8 2 4.5 2.3452079
Asepsis diri sendiri 2 2 2 2 0 Mengaktivasi kembali mesin yang bermasalah 17 5 10 2 6 7 9 8 4.7609523 Menyusun alat yang sudah disterilisasi ke rak steril 9 9 5 10 17 9 7 9.43 3.7352886 Membereskan logistik di gudang instalasi hemodialisa 7 10 20 11.5 12.13 5.5733742
Mengisi rekam medik 20 21 10 20 15 24 18.33 5.0066622 Mengurus berkas pasien dengan jaminan 16 18 17 1.4142136 Menyiapkan tempat obat untuk pasien 10 12 18 6 11.5 5
Menyiapkan infus baru 8 19 13.5 7.7781746 Distribusi tempat obat untuk pasien 2 7 4 3 4 2.1602469 Distribusi infus baru untuk pasien 3 3 4 4.5 1 5 4 3.5 1.3228757 Sterilisasi dan cuci alat pasca pemasangan alat 8 5 12 5 13 5 8 3.6878178
Mencuci duk bolong 21 13 17 5.6568542 Menyiapkan heparin untuk pasien 10 15 12.5 3.5355339 Menyiapkan epoetrin untuk pasien dengan indikasi 10 7 8.5 2.1213203 Mendistribusikan epoetrin untuk pasien dengan indikasi 5 3 4 1.4142136 Menyiapkan parbion untuk pasien dengan indikasi 19 2 10.5 12.020815 Mendistribusikan parbion untuk pasien dengan indikasi 3 2 2.5 0.7071068 Mencuci dirigen bekas acid dan bikarbonat yang lama 6 5 5.5 0.7071068
Melipat linen kotor 19 11 10 13.33 4.9328829
Aktivasi mesin untuk rinsing 8 5 5 10 10 6 6 6 7 2.0701967
Kegiatan Non Produktif
Sarapan 20 30 14 21.33 8.0829038
Toilet 13 15 8 15 8 9 6 5 9.88 3.9438016
Waktu pribadi 11.5 10 22.5 27 10 27 23 10 17.63 7.9316275
Mengobrol 8 5 5 10 10 6 6 6 7 2.0701967 Persiapan beres‐beres pribadi 14 28 8 13 28 6 12 28 17.13 9.3722615
JUMLAH 447.74
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
82
Universitas Indonesia
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata jumlah waktu
yang dihabiskan oleh responden selama satu shift adalah sebesar 447,74
menit, atau setara dengan 7 jam 46 menit (7,77 jam). Adapun rata-rata
proporsi waktu produktif yang dihabiskan responden dalam satu shift
adalah sebesar 371,91 menit atau setara dengan 6 jam 20 menit (6,33 jam)
atau sekitar 83,51%. Rata-rata waktu non produktif yang dihabiskan
perawat adalah sebesar 75,83 menit atau setara dengan 1 jam 26 menit atau
sekitar 16,49%. Dapat disimpulkan bahwa perbandingan antara waktu
produktif dan non produktif perawat instalasi hemodialisa RSUP
Persahabatan dalam satu shift adalah sebesar 8,4 : 1,6. Adapun standar
deviasi yang dijelaskan dalam tabel dimaksudkan untuk menggambarkan
keefektifitasan pemanfaatan waktu oleh responden dimana penggunaan
waktu yang masih dalam rentang standar deviasi lebih baik dibandingkan
jika diluar rentang standar deviasi.
Secara keseluruhan, jumlah transaksi yang dilakukan oleh
responden adalah :
Tabel 6.14 Rangkuman kegiatan responden selama satu shift
Responden Jumlah Kegiatan Produktif
Jumlah Kegiatan Non
Produktif
Jumlah Kegiatan
DV 37 7 44 HB 38 9 47 MN 28 5 33 RD 35 5 40 RS 35 5 40 SK 31 4 35 SM 33 5 38 SS 34 4 38
Total Kegitatan 271 44 315
Berdasarkan tabel diketahui 85,67% kegiatan yang dilakukan oleh
responden adalah kegiatan produktif, sedangkan 14,33% sisanya adalah
kegiatan non produktif. Diketahui lebih lanjut bahwa rata-rata jumlah
kegiatan produktif adalah sebanyak 32,88 kegiatan (yang dibulatkan
menjadi 33 kegiatan), sementara kegiatan non produktif adalah sebanyak
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
83
Universitas Indonesia
5,51 kegiatan (yang dibulatkan menjadi 6 kegiatan). Dapat disimpulkan
bahwa perbandingan kegiatan produktif dan non produktif adalah 8,6 : 1,4.
6.4.5 Jumlah Waktu Produktif dan Non Produktif Sampel
Dari data yang telah disajikan diatas, peneliti kemudian
mengelompokkan waktu produktif dan waktu non produktif responden
instalasi hemodialisa selama jam kerja (dinyatakan dalam menit). Hasilnya
disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6.15 Proporsi waktu produktif dan non produktif sampel
Responden
Waktu yang Dihabiskan Total
Produktif(menit)
Non Produktif
(menit)
Waktu (menit)
SK 268 61 329 RS 365 73 438 SM 287 62 349 RD 342 101 443 HB 371 121 492 MN 264 60 324 SN 288 56 344 DV 328 83 411
Total Waktu 2513 617 3130
(menit)
Berdasarkan tabel 6.13, dengan total waktu yang dihabiskan oleh
perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan dalam 8 shift adalah
sebesar 3130 menit dengan waktu produktif sebanyak 2513 menit atau
sebesar 80,28% dan non produktif sebanyak 617 menit atau sebesar
19,72% (perbandingan antara waktu produktif dan non produktif adalah 8 :
2). Diketahui pula dari tabel bahwa rata-rata waktu kegiatan produktif
masing-masing responden adalah sebesar 314,13 menit atau 5,24 jam dan
kegiatan non produktif adalah sebesar 77,13 menit atau 1,29 jam.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
84
Universitas Indonesia
Dari total jumlah 271 kegiatan produktif yang menghabiskan
waktu 2513 menit untuk 8 shift, kemudian dilakukan pengelompokkan
jenis kegiatan produktif menjadi kegiatan produktif langsung dan tidak
langsung. Hasilnya disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6.16 Tabel proporsi
kegiatan produktif langsung sampel
Responden Jumlah Kegiatan Produktif
Jumlah Waktu
Kegiatan Produktif Langsung
(menit) [A]
Jumlah Kegiatan Produktif Langsung
[B]
Rata-rata Waktu
Pelaksanaan Produktif Langsung
(menit) [A/B]
DV 37 93 11 8,45 HB 38 133 16 8,31 MN 28 141 15 9,4 RD 35 177 16 11,06 RS 35 159 16 9,94 SK 31 145 16 9,06 SM 33 140 17 8,24 SN 34 156 21 7,43
Rata-rata 143 16 8,99
Tabel 6.17 Tabel proporsi
kegiatan produktif tidak langsung sampel
Responden Jumlah Kegiatan Produktif
Jumlah Waktu
Kegiatan Produktif
Tidak Langsung
(menit) [a]
Jumlah Kegiatan Produktif
Tidak Langsung
[b]
Rata-rata Waktu
Pelaksanaan Produktif
Tidak Langsung
(menit) [a/b]
DV 37 235 26 9,04 HB 38 238 22 10,82 MN 28 123 13 9,46 RD 35 165 19 8,68
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
85
Universitas Indonesia
RS 35 206 19 10,84 SK 31 123 15 8,2 SM 33 147 16 9,19 SN 34 132 13 10,15
Rata-rata 171 18 9,55
Berdasarkan kedua tabel diatas, diketahui bahwa dari total waktu
produktif responden sebesar 2513 menit (Σa + ΣA), proporsi untuk waktu
produktif langsung dan tidak langsung adalah masing-masing 45,52% (Σa
= 1144 menit) dan 54,48% (ΣA = 1369 menit) atau 4,6 : 5,4. Sedangkan
proporsi antara waktu produktif langsung : tidak langsung : non produktif
adalah 36,55% : 43,74% : 19,71% atau 3,7 : 4,4 : 1,9.
6.6 Perhitungan Jumlah Kebutuhan Perawat
Setelah didapatkan jumlah waktu produktif yang dibutuhkan dalam
satu hari, diperlukan pula data mengenai jumlah hari libur dan komponen
lain yang diperlukan untuk menghitung beban kerja dengan menggunakan
metode Ilyas. Perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan bekerja
selama 6 hari dalam seminggu (hari Senin-Sabtu), dengan 52 hari Minggu
kerja (perawat Instalasi Hemodialisa memiliki 6 hari kerja dalam 1
minggu). Didapatkan hari kerja untuk perawat Instalasi Hemodialisa
RSUP Persahabatan adalah 314 hari selama setahun (tahun 2012 adalah
tahun kabisat yang memiliki 366 hari dalam setahun). Adapun penetapan
jumlah hari untuk cuti bersama, hari libur nasional dan lain-lain mengikuti
UU No. 24 tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil yang berlaku di
RSUP Persahabatan dan juga ketetapan pemerintah tentang hari libur yang
berlaku untuk tahun 2012. Berikut adalah tabel mengenai waktu kerja yang
tersedia untuk perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
86
Universitas Indonesia
Tabel 6.18 Waktu kerja tersedia bagi perawat Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan tahun 2012
Kode Faktor Jumlah KeteranganA Hari kerja (366 hari dalam 1 tahun -52 Minggu) 314 Hari/tahun
B
Cuti tahunan • Cuti biasa • Cuti bersama • Sakit
12 5 2
Hari/tahun
C Hari Libur Nasional 14 Hari/tahun D Pendidikan dan pelatihan 7 Hari/tahun
E
Waktu kerja Total hari kerja = [A – (B+C+D)]
7,77 274
2128,98 127738,8
Jam/hari Hari/tahun Jam/tahun Menit/tahun
Sumber : Bagian Sumber Daya Manusia RSUP Persahabatan
Selanjutnya setelah diketahui seluruh komponen yang diperlukan
untuk menggunakan rumus sesuai dengan Metode Ilyas, dapat dihitung
kebutuhan tenaga perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
sesuai dengan proses penghitungan berikut :
Σ SDM/hari = { (B.Kij = JT x WT) : JKE
1) Menentukan besar beban kerja unit/hari
Beban Kerja/hari = B.Kij = JT x WTpl+ptl
= (274 x 8,99) + (274 x 9,55)
= 2463,26 + 2616,70
= 5079,96 menit/unit/hari
= 84,666 jam/unit/hari
(dibulatkan menjadi 85 jam/unit/hari)
Keterangan :
JT = Jumlah kegiatan produktif (langsung dan tidak langsung) dalam 8
shift pengamatan
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
87
Universitas Indonesia
WTpl = Rata-rata waktu transaksi produktif langsung
WTptl = Rata-rata waktu transaksi produktif tidak langsung
2) Menentukan jumlah SDM yang dibutuhkan unit/hari
Sehingga,
Σ SDM/hari = (B.Kij = JT x WTpl+ptl) : JKE
= 85 : 6,33
= 13,428 orang dibulatkan menjadi 13 orang
Σ SDM dengan koreksi hari kerja efektif
= Σ SDM tanpa koreksi x (12 : hari kerja efektif dalam setahun)
= 13 x (12 : 274)
= 0,51 orang dibulatkan menjadi 1 orang
Σ SDM yang diperlukan = 13 + 1 = 14 orang
Keterangan :
B.Kij = Besar beban kerja unit/hari
J.K.E = Jumlah waktu untuk melakukan kegiatan produktif
(langsung dan tidak langsung, dinyatakan dalam satuan
jam)
6.7 Hasil Depth Interview
Dalam proses menggali informasi, peneliti melakukan depth
interview (sesuai dengan panduan depth interview yang ada), setelah
pendekatan kuantitatif berupa penghitungan jumlah perawat yang
dibutuhkan di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan selesai dilakukan.
Adapun informan yang dipilih oleh peneliti adalah Kepala Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan, Dokter Jaga Instalasi Hemodialisa
RSUP Persahabatan yang saat ini dipercaya untuk menggantikan kepala
instalasi karena yang bersangkutan sedang dalam masa pendidikan, serta
satu orang perawat berinisial ST yang merupakan salah satu perawat yang
bekerja lebih dari 5 tahun di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
88
Universitas Indonesia
dan merupakan lulusan akademi keperawatan (yang merupakan tingkatan
pendidikan tertinggi yang dimiliki oleh perawat Instalasi Hemodialisa
RSUP Persahabatan). Berikut adalah tabel rangkuman alokasi waktu depth
interview untuk masing-masing informan :
Tabel 6.19 Jadwal depth interview
Nama Informan
Tanggal Depth
Interview
Tempat Depth Interview
Waktu Depth Interview
ST 29 Oktober 2012
Ruang Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, lantai 2
Paviliun Wijayakusuma
14.31 – 14.58 WIB
YS 8 November 2012
Ruang Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, lantai 2
Paviliun Wijayakusuma
14.32 – 14.52 WIB
SA 23 November
2012
Unit Griya Puspa RSUP Persahabatan
12.13 – 12.36 WIB
Setelah wawancara mendalam dengan ketiga informan dilakukan,
peneliti melakukan wawancara mendalam kembali dengan informan ST
yang dilakukan pada tanggal 21 Desember 2012 di Instalasi Hemodialisa
RSUP Persahabatan lantai 2 Paviliun Wijayakusuma. Wawancara
berlangsung pada pukul 15.11 – 15.35 WIB untuk informan ST dan pukul
15.41 – 16.12 WIB untuk informan YS. Adapun tujuan dari wawancara
mendalam pada kali ini adalah untuk menggali informasi terkait dengan
kompetensi yang dimiliki perawat secara umum berdasarkan pendidikan
(D3 atau S1) yang dimiliki. Selain itu, peneliti juga menanyakan alternatif
penyelesaian mana yang cenderung akan dipilih dalam menghadapi
kekurangan tenaga perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan.
Pada awalnya peneliti bermaksud untuk melakukan wawancara dengan
salah satu dari bagian Keperawatan di RSUP Persahabatan, namun
demikian peneliti mengalami kesulitan dikarenakan waktu kerja informan
yang cukup padat dan waktu libur yang cukup panjang, sementara waktu
yang dimiliki peneliti terbatas. Oleh karena itu, peneliti melakukan
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
89
Universitas Indonesia
wawancara dengan informan ST dan informan YS yang dinilai mampu
menjawab pertanyaan peneliti. Namun demikian, pembahasan tentang
pendidikan hanya seputar perbedaan antara keterampilan yang dimiliki
oleh perawat lulusan D3 keperawatan/akademik keperawatan dan belum
sampai membahas tentang tingkat pengetahuan yang dimiliki serta
kapabilitas lain yang membedakan.
6.7.1 Matriks Hasil Depth Interview dengan Ketiga Informan
Selama proses depth interview, peneliti dibantu oleh alat tulis dan
alat perekam suara dan menggunakan pedoman wawancara mendalam
sebagai acuan depth interview. Dalam pelaksanaannya, peneliti agak
kesulitan untuk menemukan waktu yang sesuai untuk bisa melakukan
wawancara dengan Informan SA dikarenakan kesibukan beliau. Selain itu,
waktu pelaksanaan wawancara yang dijadwalkan siang hari di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan lebih bising dibandingkan dengan jam-
jam lainnya, dikarenakan pada jam tersebut para perawat instalasi sedang
sibuk mempersiapkan pergantian pasien pagi dan siang, ditambah dengan
berkumpulnya keluarga dari pasien pagi. Namun demikian, hal ini dapat
diantisipasi peneliti dengan dibantu oleh alat dan instrumen penelitian
sehingga wawancara dapat berjalan dengan baik.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
BAB 7
PEMBAHASAN
7.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyadari akan adanya
keterbatasan yang dimiliki, misalnya keterbatasan waktu, sumber daya
(terutama sumber daya manusia) dan sebagainya, yang nantinya akan
menimbulkan bias terhadap hasil penelitian. Adapun keterbatasan penelitian
ini adalah :
1. Selama mengumpulkan data kuantitatif mengenai beban kerja perawat,
pada awalnya responden merasa diamati sehingga cenderung melakukan
manipulasi sikap. Peneliti mengatasi hal ini dengan cara menjaga batas
pandang pengamatan dengan responden sehingga responden dapat
bergerak bebas dan tidak merasa diamati. Selain itu, peneliti juga
memperpanjang waktu pengamatan, dengan tidak melakukan pengamatan
setiap hari berturut-turut sehingga total waktu pengamatan adalah 2
minggu. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir manipulasi sikap
responden dan melihat performa responden yang ‘sebenarnya’ (Ilyas,
2011). Selain itu, peneliti juga bekerja sama dengan Kepala Instalasi dan
Dokter Jaga Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan untuk melakukan
sosialisasi bahwa pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bertujuan
untuk menghitung beban kerja perawat di instalasi hemodialisa. Peneliti
tidak melakukan ‘pengamatan semu’ pada awal penelitian (peneliti seolah-
olah mengamati performa responden, namun kenyataannya tidak
mengikutsertakan hasil pengamatan tersebut ke dalam hasil penelitian)
dikarenakan keterbatasan waktu dan sumber daya manusia yang dimiliki.
2. Selama masa pengamatan, ada saat dimana peneliti kehilangan pandangan
terhadap responden yang diamatinya (responden tidak ada di ruang
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan atau selasar lantai 2 Paviliun
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
Wijayakusuma). Kegiatan tersebut kemudian dikelompokkan peneliti ke
dalam kegiatan tidak produktif. Walaupun demikian, masih ada
kemungkinan bahwa responden sedang melakukan kegiatan produktif
selama responden hilang dari pandangan peneliti. Peneliti tidak
menanyakan kemana responden pergi dengan pertimbangan alasan etis.
Selain itu, peneliti mengantisipasi kemungkinan responden tidak jujur
ketika peneliti menanyakan kemana responden pergi.
3. Dalam proses snow balling pada depth interview, peneliti menemukan
kesulitan untuk berkomunikasi terkait kebutuhan untuk melakukan depth
interview kembali terutama dengan Bagian Keperawatan RSUP
Persahabatan dikarenakan kesibukan dan waktu yang dimiliki oleh
peneliti. Oleh karena itu, peneliti hanya melakukan depth interview
kembali pada Informan ST dan YS.
7.2 Beban Kerja Perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya,
diketahui bahwa proporsi waktu produktif yang dihabiskan responden dalam
satu shift adalah sebesar 83,51% , sedangkan jumlah kegiatan produktif yang
dilakukan oleh responden selama 8 shift adalah sebesar 85,67% . Hal ini
mengindikasikan bahwa perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
telah melewati titik optimum karena telah melewati 80% (Ilyas, 2011). Untuk
itu, perlu dipertimbangkan untuk perekrutan tenaga kerja baru.
Lebih lanjut, berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan
sebelumnya, diketahui bahwa proporsi waktu non produktif yang dihabiskan
responden dalam satu shift adalah 16,49% , sedangkan jumlah kegiatan
produktif yang dilakukan oleh responden selama 8 shift adalah sebesar
14,33% . Hal ini mengindikasikan bahwa perawatan hemodialisa cenderung
menjadi sebuah kegiatan yang berat karena menghabiskan lebih dari 14%
waktu sehingga membutuhkan waktu istirahat yang lebih panjang (Wolper,
1995 dalam Warongan, 2006).
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
92
Berdasarkan pembagian waktu produktif dan non produktif yang telah
dijabarkan dalam hasil penelitian, diketahui bahwa beban kerja yang dimiliki
oleh perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan cenderung tinggi.
Hal ini sejalan dengan informasi yang diberikan oleh Kepala Instalasi
Hemodialisa pada awal penelitian tentang keluhan yang dirasakan oleh para
perawat di instalasi hemodialisa. Hal ini menurut peneliti terjadi karena jam
kerja perawat yang melewati batas yang telah ditetapkan, sehingga perawat
yang sudah bisa pulang atau belum harus memulai perawatan harus memulai
lebih dulu dan mengakhiri lebih akhir. Terlihat pula dari distribusi waktu
kegiatan produktif pada masing-masing shift dalam 8 shift (4 shift pagi dan 4
shift siang) yang diamati cenderung merata. Hal ini dikarenakan jenis kegiatan
dalam perawatan hemodialisa cenderung tidak bervariasi dengan jumlah
pasien yang relatif statis. Dari sini dapat peneliti simpulkan bahwa beban
kerja yang dirasakan oleh perawat yang bertugas di shift pagi atau shift siang
adalah sama besar.
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur,
waktu lembur didefinisikan sebagai waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari
dan 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja dalam seminggu, atau 8 jam sehari
dan 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja dalam seminggu. Dengan demikian,
jam kerja yang dibebankan kepada perawat Instalasi Hemodialisa telah
melewati batas maksimum untuk pekerja dengan 6 hari kerja. Diketahui
berdasarkan Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja, setiap
pekerja berhak untuk mendapatkan waktu istirahat minimal ½ jam setelah
pekerja tersebut bekerja selama 4 jam, dimana waktu istirahat tersebut tidak
dihitung ke dalam jam kerja. Lebih lanjut menurut Ilyas (2011), secara umum
waktu normal yang dihabiskan untuk pekerja melakukan kegiatan pribadi dan
istirahat adalah 1 jam. Untuk itu, diketahui bahwa waktu kerja perawat
hemodialisa yang mencapai 6,33 jam telah melewati batas waktu kerja normal
untuk pekerja dengan 6 hari kerja yaitu 6 jam. Lebih lanjut dalam pasal 4 ayat
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
93
1 dalam keputusan yang sama dijelaskan bahwa ada kewajiban bagi
pengusaha untuk membayar lembur para tenaga kerjanya yang bekerja
melebihi waktu kerja. Untuk itu, peneliti mempertimbangkan akan adanya
kebutuhan pemberian bonus atau tambahan kepada para perawat dengan
tujuan mempertahankan performa dalam memberikan pelayanan perawatan
hemodialisa.
Beban kerja yang terlampau tinggi pada akhirnya akan memiliki
beberapa dampak yang buruk, misalnya kesalahan dalam pengerjaan pasien
yang nantinya akan berujung kepada kematian (Palestin, 2006). Penambahan
jumlah tenaga perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
merupakan hal yang perlu dilakukan untuk bisa mampu mencegah timbulnya
hal yang tidak diinginkan. Selain itu, berdasarkan data yang kunjungan yang
dimiliki oleh instalasi hemodialisa, jumlah pasien yang cenderung meningkat
setiap tahun diperkirakan akan semakin meningkat dalam tahun-tahun ke
depannya, terutama dalam menyongsong Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.
Berdasarkan pembagian kegiatan produktif langsung dan tidak
langsung, diketahui bahwa kegiatan produktif langsung lebih sedikit
dibandingkan dengan kegiatan produktif tidak langsung (36,55% : 43,74%
dengan mempertimbangkan waktu non produktif sebesar 19,71%). Hal ini
menurut peneliti dikarenakan oleh perawatan hemodialisa cenderung kurang
banyak melibatkan interaksi antara pasien dengan perawat. Interaksi terjadi
antara perawat dengan pasien hanya terjadi pada saat-saat tertentu dan tidak
terjadi sepanjang perawatan, terutama pada pada satu jam pertama dan satu
jam terakhir perawatan. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 2 jam dari total 5
jam waktu perawatan hemodialisa yang memungkinkan terjadinya interaksi
antara pasien dengan perawat, sedangkan 3 jam sisanya dihabiskan perawat
untuk melakukan kegiatan lain, termasuk kegiatan produktif tidak langsung.
Salah satu cara untuk meminimalisir beban kerja yang berasal dari kegiatan
produktif tidak langsung adalah dengan memanfaatkan teknologi untuk
memudahkan kerja. Menurut Maviglia, et all (2007), penggunaan teknologi
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
94
mampu mempersingkat waktu kerja, misalnya dengan melakukan input data
obat yang dibutuhkan oleh pasien hemodialisa melalui komputer, pengisian
rekam medik dan proses dokumentasi pasien dengan jaminan
terkomputerisasi. Selain itu, dikatakan pula oleh Ramelan (1999) bahwa
peningkatan IPTEK dan sumber daya manusia yang mampu menguasainya
akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja. Namun
demikian, perlu dipertimbangkan kesiapan Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan itu sendiri untuk bisa menerapkan sistem ini.
7.3 Kebutuhan Tenaga Kerja Perawat Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode time and motion
study sebagai metode untuk menghitung beban kerja. Seperti yang sudah
diuraikan sebelumnya, metode ini juga sekaligus menilai kualitas kinerja dari
responden yang diamati karena peneliti memperhatikan semua kegiatan yang
dilakukan oleh responden. Selain itu, responden dalam penelitian ini dapat
berjumlah satu orang yang dianggap mampu mewakili keseluruhan kualitas
perawat (Ilyas, 2011). Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengamati 8 dari
13 orang perawat yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Dengan
menggunakan teknik time and motion study yang cukup membutuhkan 1
orang sampel saja, penentuan jumlah sampel sebanyak 8 orang bertujuan
untuk mengakomodir kemungkinan adanya perbedaan kinerja antar sampel.
Dengan demikian, 62% gambaran kinerja dan kualitas perawat Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan mampu terwakili oleh pengamatan terhadap
8 sampel. Pemilihan 8 orang sampel tersebut pun dilakukan secara purposive
sampling berdasarkan 4 kriteria yang menurut Simanullang (2010) dan
Saragih (2010) mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan, usia,
jenis kelamin dan lamanya bekerja di suatu tempat. Selain itu, peneliti juga
membagi rata masing-masing 4 shift pengamatan pagi dan siang, dengan
tujuan melihat lebih banyak kinerja perawat di masing-masing waktu tersebut,
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
95
sehingga mampu menarik kesimpulan mengenai kualitas dari kinerja perawat
secara umum. Dengan cara ini, peneliti berharap mendapatkan data yang
mampu menggambarkan kegiatan perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan untuk kemudian mampu memberikan perhitungan kebutuhan
tenaga perawat yang tepat sesuai dengan beban kerja.
Mengacu kepada asuhan keperawatan dan standar operasional
prosedur (SOP) yang dimiliki oleh RSUP Persahabatan dan Instalasi
Hemodialisa, peneliti secara umum melihat bahwa beberapa asuhan
keperawatan dijalankan oleh perawat, misalnya prosedur penentuan jumlah
target dialisis. Namun demikian, ada beberapa asuhan keperawatan yang
belum dilakukan oleh perawat, misalnya memperhatikan cairan yang masuk
dan keluar masing-masing pasien. SOP perawatan hemodialisa dilaksanakan
oleh perawat selama melakukan perawatan hemodialisa. Peneliti
menyimpulkan bahwa kinerja perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan sudah cukup baik. Namun demikian, untuk hasil penelitian yang
lebih baik, peneliti merasa perlu untuk melakukan penilaian terhadap kinerja
perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan berdasarkan kepada
standar operasional prosedur dan asuhan keperawatan sebagai salah satu
instrumen di penelitian selanjutnya. Lebih lanjut dalam tabel 6.13 tercantum
standar deviasi dari waktu yang dihabiskan oleh perawat Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan. Dari standar deviasi tersebut dapat dilihat
secara sederhana keefektifitasan penggunaan waktu dari perawat untuk
melakukan kegiatan selama jam kerjanya. Waktu tersebut dinyatakan efektif
jika masih berada dalam rentang standar deviasi dan dinyatakan tidak efektif
jika sebaliknya.
Metode Ilyas dipilih karena mampu menghitung beban kerja secara
spesifik berdasarkan transaksi bisnis yang terjadi di sebuah unit kerja. Hal ini
menyebabkan Metode Ilyas mampu memberikan penghitungan beban kerja
yang relatif cepat dengan keakuratan yang tinggi (Ilyas, 2011). Setelah setiap
komponen yang diperlukan dalam rumus Metode Ilyas didapatkan, diketahui
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
96
bahwa terdapat kebutuhan tambahan dari perawat di Instalasi Hemodialisa
RSUP Persahabatan sebanyak 1 orang perawat jika menggunakan hasil
pengamatan waktu produktif, yaitu sebesar 6,33 jam.
Diketahui berdasarkan Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang
Tenaga Kerja, waktu istirahat yang menjadi hak pekerja adalah minimal ½
jam setelah pekerja tersebut bekerja setelah 4 jam secara terus menerus.
Dengan demikian, walaupun penghitungan kebutuhan perawat pada bab VI
menunjukkan bahwa dibutuhkan 1 orang tenaga perawat yang baru, hasilnya
akan berbeda dengan menggunakan standar jam waktu istirahat tiap 4 jam
yang dikemukakan oleh Ilyas (2011) yaitu 1 jam. Untuk pekerja seperti
perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan dengan jumlah hari kerja
adalah 6 hari dalam seminggu, diketahui bahwa jam kerja maksimal dalam
sehari adalah 6 jam setelah dipotong 1 jam untuk alokasi waktu istirahat dan
pribadi lainnya. Karena itu, waktu kerja produktif perawat Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan yang menunjukkan angka 6,33 jam dinilai
terlalu tinggi. Adapun penghitungan dengan standar waktu istirahat menurut
Yaslis (2011) untuk pekerja dengan 6 hari kerja seminggu adalah sebagai
berikut :
Σ SDM/hari = { (B.Kij = JT x WT) : JKE
1) Menentukan besar beban kerja unit/hari
Beban Kerja/hari = B.Kij = JT x WTpl+ptl
= (271 x 8,99) + (271 x 9,55)
= 2436,29 + 2588,05
= 5024,34 menit/unit/hari
= 83,739 jam/unit/hari
(dibulatkan menjadi 84 jam/unit/hari)
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
97
Keterangan :
JT = Jumlah kegiatan produktif (langsung dan tidak langsung) dalam 8
shift pengamatan
WTpl = Rata-rata waktu transaksi produktif langsung
WTptl = Rata-rata waktu transaksi produktif tidak langsung
2) Menentukan jumlah SDM yang dibutuhkan unit/hari
Sehingga,
Σ SDM/hari = (B.Kij = JT x WTpl+ptl) : JKE
= 84 : 6
= 14 orang
Σ SDM dengan koreksi hari kerja efektif
= Σ SDM tanpa koreksi x (12 : hari kerja efektif dalam setahun)
= 14 x (12 : 271)
= 0,58 orang dibulatkan menjadi 1 orang
Σ SDM yang diperlukan = 14 + 1 = 15 orang
Keterangan :
B.Kij = Besar beban kerja unit/hari
J.K.E = Jumlah waktu untuk melakukan kegiatan produktif (langsung
dan tidak langsung, dinyatakan dalam satuan jam)
Dengan menggunakan perhitungan proporsi, diketahui bahwa dengan
kemampuan perawat dalam mengerjakan pasien sehari adalah 4 orang
(berdasarkan rata-rata pasien yang ditangani oleh seluruh sampel), dapat
diartikan bahwa dalam 2 shift dengan jumlah rata-rata pasien 28 orang per
hari, dibutuhkan minimal 7 orang perawat untuk 2 shift atau 4 orang perawat
untuk 1 shift untuk melakukan hanya perawatan hemodialisa. Untuk itu,
kekurangan tenaga perawat sangat dirasakan terutama untuk shift siang yang
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
98
hanya dialokasikan sebanyak 5 orang perawat. Terdapat perbedaan hasil jika
menggunakan standar waktu istirahat dalam sehari untuk pekerja dengan 6
hari kerja dalam seminggu dengan jumlah waktu produktif yang dihasilkan
berdasarkan tabel pengamatan menggunakan time and motion study. Hasil
yang berbeda ini dikarenakan jumlah waktu produktif berdasarkan tabel
pengamatan memang melebihi jumlah waktu kerja normal dalam sehari untuk
pekerja dengan 6 hari kerja seminggu. Dalam hal ini peneliti menyarankan
untuk melakukan penambahan sejumlah 2 orang perawat di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan. Menurut peneliti, penghitungan dengan
menggunakan standar waktu istirahat sebesar 1 jam lebih baik dengan tujuan
menjaga kualitas pelayanan karena perawat tetap bekerja dalam waktu yang
cukup.
Dalam Undang-undang No.13 paragraf 4 mengenai waktu kerja pasal
78 butir pertama sub b, disebutkan bahwa waktu kerja lembur hanya dapat
dilakukan paling banyak 3 jam dalam 1 hari atau 14 jam dalam 1 minggu.
Berdasarkan undang-undang tersebut, perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan belum melewati batas waktu lembur yang diatur. Walaupun
demikian, berdasarkan Peraturan Menteri No.102/MEN/2004, waktu kerja
perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan telah memasuki waktu
lembur karena telah melewati 7 jam sehari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu.
Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa perawat merupakan profesi yang
berbeda dengan pekerja lainnya karena bertanggungjawab langsung terhadap
nyawa manusia. Sampai sekarang, belum ada aturan yang menyatakan secara
spesifik batas waktu lembur untuk tenaga kesehatan seperti yang dijabarkan
untuk tenaga kerja dalam UU No.13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
Peneliti sendiri berpendapat bahwa aturan kerja lembur untuk tenaga
kesehatan seharusnya lebih membatasi jam lembur untuk mengurangi resiko
terjadinya kesalahan dalam pengerjaan pasien yang nantinya akan
menimbulkan masalah serius terkait dengan nyawa pasien. Hal ini
dikarenakan adanya kemungkinan tenaga kesehatan kelelahan dan berkurang
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
99
konsentrasinya akibat beban kerja yang terlalu tinggi (Palestin, 2006). Lambat
laun, hal ini akan berakibat kepada kehilangan motivasi dalam bekerja.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali motivasi
adalah dengan pemberian insentif/uang lembur (Ilyas, 2011 dan Sriwastuti,
2008). Adapun aturan pemberian dan besaran insentif atau upah lembur telah
diatur dalam Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia No.102/Men/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan
Upah Kerja Lembur. Sampai saat ini belum ada insentif/upah lembur yang
diberikan oleh RSUP Persahabatan untuk perawat di Instalasi Hemodialisa.
Penambahan 2 orang perawat demi menurunkan beban kerja perawat
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan menurut peneliti sebaiknya
dilakukan sesegera mungkin. Hal ini bertujuan untuk menjaga kinerja dan
performa perawat agar tetap baik selama memberikan perawatan hemodialisa
karena besarnya beban kerja adalah salah satu hal yang mempengaruhi kinerja
dari tenaga kerja (Alimul, 2003 dan Palestin, 2006), dalam hal ini tenaga
perawat. Adapun alokasi dari penempatan 2 orang tambahan perawat di
instalasi tersebut, peneliti memiliki kecenderungan untuk menempatkannya
dalam shift siang. Hal ini dikarenakan alokasi jumlah perawat pada shift pagi
dan shift siang yang berbeda, yaitu 7 orang perawat untuk shift pagi dan 5
orang perawat untuk shift siang. Jumlah pasien yang relatif sama pada setiap
shift menjadikan peneliti berpendapat bahwa sebaiknya jumlah perawat dalam
setiap shift disamakan. Perlu diperhatikan pendapat peneliti dalam hal ini
hanya berdasarkan beban kerja dan tidak memperhitungkan aspek yang lain.
Dalam mengatasi permasalahan terkait dengan beban kerja yang
terjadi di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, ada 3 kemungkinan
pemecahan masalah yang bisa dipilih oleh RSUP Persahabatan, yaitu : (1)
menambah satu orang tenaga perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan, (2) menambah dua orang tenaga perawat di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan, atau (3) memberikan insentif lembur bagi
perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan daripada menambah
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
100
tenaga kerja perawat. Peneliti sendiri akan memilih untuk menambah tenaga
kerja perawat sebanyak dua orang di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan dengan pertimbangan murni hanya kepada analisa beban kerja
(peneliti tidak mempertimbangkan cost and benefit di rumah sakit apabila
dilakukan penambahan tenaga kerja baru atau membandingkan antara
pemberian insentif dengan penambahan tenaga kerja baru). Sebelum
dilakukan penambahan kerja tenaga baru, rumah sakit sebaiknya
memperhatikan anggaran dan prioritas rumah sakit. Pemenuhan tenaga
kesehatan di rumah sakit juga harus selalu dilakukan secara
berkesinambungan berdasarkan kepada perubahan pola demand pasien dan
juga situasi internal rumah sakit, terutama keuangan. Tidak selalu kekurangan
perawat diikuti dengan rekruitmen tenaga baru karena kebijakan untuk
memenuhi kekurangan tenaga perawat dilakukan dengan cara bertahap dan
disesuaikan dengan alokasi dan yang dimiliki. Tujuannya adalah agar
keseimbangan antara anggaran belanja barang dan belanja pegawai dapat
tercapai. Karena itulah, tidak ada salahnya jika rumah sakit memiliki tenaga
kesehatan yang sifatnya belum tetap/kontrak (Sriwastuti, 2008).
Berdasarkan hasil depth interview lanjutan oleh informan ST dan YS,
alternatif pemecahan masalah dalam menghadapi kekurangan kebutuhan
tenaga keperawatan, Informan ST cenderung memilih untuk dilakukan
penambahan tenaga perawat. Sementara itu Informan YS menyetujui alternatif
apapun yang dipilih sepanjang hasil dan manfaatnya dapat dirasakan oleh
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan ke arah yang lebih baik.
“Kalau diminta untuk memilih, kami sih lebih ingin tenaga kerjanya
yang ditambahkan disini (Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan).
Walaupun prosesnya terlihat lebih sulit dan memakan waktu, setidaknya lebih
jelas ada hasilnya (tenaga perawat ditambahkan). Dibandingkan dengan
penambahan insentif sepertinya lebih meragukan, siapa nanti yang akan
bayar dari sini? (RSUP Persahabatan)” Informan ST
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
101
“Kalau dari Saya, yang penting untuk kemajuan disini saja (Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan) rasanya tidak menjadi soal alternatif yang
mana yang dipilih asalkan mampu menyelesaikan masalah tingginya beban
kerja dan kekurangan tenaga perawat. Saya menyetujui mana yang disetujui
dari pihak SDM dan nantinya pun akan diajukan semua alternatif dari
permasalahan.” Informan YS
7.4 Analisa Hasil Depth Interview
7.4.1 Faktor Pengetahuan Seputar Pekerjaan
Informasi yang ingin didapatkan dalam depth interview dalam faktor
pengetahuan seputar pekerjaan ini bertujuan untuk menggali kebutuhan tenaga
kerja terkait pendidikan di Instalasi Hemodialisa menurut ketiga informan
tersebut. Pengetahuan seputar pekerjaan yang dimaksud oleh peneliti adalah
pendidikan yang didapatkan oleh perawat Instalasi Hemodialisa baik secara
formal maupun informal terkait dengan perawatan hemodialisa.
Peneliti melakukan penggalian informasi terkait dengan jenis
pendidikan apa yang seharusnya sudah didapatkan oleh perawat Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan.
”Pada umumnya perawat dibekali tentang PPGD (Pelatihan
Penanganan Gawat Darurat) disamping juga dilakukan sosialisasi standar
operasional dan pelatihan hemodialisa. Dengan dibekali pelatihan
hemodialisa, perawat sudah mengerti cara penggunaan alat kesehatan dan
proses hemodialisa. Pelatihan yang diharuskan untuk kami (perawat
hemodialisa) hanya pelatihan hemodialisa, sedangkan PPGD menyusul. Kami
bekerja mengikuti standar operasional yang sudah ada. Namun biasanya
pelatihan-pelatihan yang diharuskan ikut tidak diiringi dengan
pembiayaannya sehingga agak menyulitkan kami.” Informan ST
Dalam Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan No.1192 tahun 2004 tentang
Pendirian Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan, terdapat enam kelompok
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
102
pendidikan tenaga kesehatan, yaitu tenaga keperawatan yang meliputi Sekolah
Perawat Kesehatan (SPK), Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG),
Keperawatan, Kebidanan, dan Kesehatan Gigi. Sampai saat ini, perawat di
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan belum ada yang meraih gelar
sarjana. Walaupun demikian, pelayanan hemodialisa di instalasi ini menurut
ketiga informan tidak pernah menemukan permasalahan yang berarti. Hal ini
menurut peneliti dikarenakan perawat Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan mengikuti pelatihan hemodialisa. Dengan pelatihan ini
didapatkan secara langsung kompetensi yang diharapkan untuk dilakukan
dalam keseharian memberikan pelayanan hemodialisa. Berdasarkan
pendidikan, diketahui bahwa tingkat pendidikan yang paling rendah adalah
SPR (Sekolah Pembantu Rawat). Setingkat diatas SPR adalah SPK (Sekolah
Perawat Kesehatan). Jika sudah mengenyam pendidikan SPK, perawat dapat
melanjutkannya lagi menjadi D3 atau Akademi Keperawatan yang kemudian
dilanjutkan dengan Sarjana Keperawatan (mengurus tentang penyusunan
asuhan keperawatan). Setelah itu, barulah perawat baru bisa mengambil gelar
Ners (sudah menjalani masa pendidikan profesi perawat).
“ Sangat disayangkan belum ada perawat disini (Instalasi Hemodialisa
RSUP Persahabatan) yang sudah meraih gelar sarjana. Saya mengharapkan
ada setidaknya satu orang perawat dengan gelar sarjana, sehingga selain
mampu menangani pasien dilapangan juga bisa bisa membantu urusan
administrasi dan lain-lain. Sarjana lebih bagus, nanti baru diikutkan
pelatihan hemodialisa.” Informan SA
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan faktor yang sangat diperhatikan di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan. Adalah menjadi salah satu tugas bagian Pendidikan dan
Pelatihan di suatu instansi untuk bisa memberikan pengembangan karyawan
melalui berbagai pendidikan dan pelatihan yang nantinya akan memperkaya
pengetahuan menuju pengembangan karyawan yang nantinya akan
menjadikan investasi yang tidak ternilai dari instasi tersebut (Nurhalis, 2007).
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
103
Menurut peneliti sendiri, pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh
sebuah pihak akan pihak yang lain yang berada dalam lingkup yang sama
untuk membina kepribadian sekaligus mengembangkan kemampuan dengan
menggunakan metode yang sifatnya teoritis. Menurut Hasibuan (2007),
pendidikan sangat berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan
pemahaman atas lingkungan secara menyeluruh. Bagian Pendidikan dan
Pelatihan RSUP Persahabatan sejauh ini telah menjalankan fungsi
pendidikannya dengan memberikan wadah yang cukup untuk setiap tenaga
manusianya dalam pengembangan kemampuan dan pengetahuan.
Alur pendidikan untuk tenaga perawat telah disebutkan dalam Dasar
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang mengacu kepada Undang-
undang No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa
jenjang pendidikannya adalah sebagai berikut :
Gambar 7.1 Skema alur pendidikan tenaga perawat
Depth interview lanjutan dilakukan dengan informan ST tentang
perbedaan kompetensi perawat D3/akademi keperawatan dengan S1
keperawatan. Informan ST menyatakan bahwa kebanyakan lulusan S1
keperawatan akan lebih sulit mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan
lulusan D3 keperawatan/akademi keperawatan. Hal ini dikarenakan gaji yang
Lulusan SLTA
S1 Keperawatan
D3 Keperawatan atau akademi keperawatan
Ners
SPK
Pendidikan lain yang lebih tinggi
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
104
diharapkan oleh perawat lulusan S1 keperawatan akan lebih besar
dibandingkan dengan D3 keperawatan/akademi keperawatan, sedangkan
keterampilan yang dimiliki oleh S1 keperawatan relatif dibawah D3
keperawatan/akademi keperawatan karena S1 keperawatan lebih banyak
belajar hal-hal yang sifatnya teoritis jika dibandingkan dengan D3
keperawatan/akademi keperawatan yang memang memiliki kurikulum yang
mengharuskan lebih banyak turun ke lapangan untuk melakukan praktek
ketimbang teori. Hal inilah yang menurut Informan ST menjadi hal utama
yang membedakan kompetensi antara lulusan D3 keperawatan/akademi
keperawatan. Hal yang sama juga yang membedakan lulusan sarjana
keperawatan dengan lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK).
Lebih lanjut Informan ST menyatakan bahwa penting bagi perawat
untuk bisa melakukan seleksi kasus dan kondisi kegawatdaruratan (dalam
perawatan apapun, terutama dalam pelayanan hemodialisa) karena akan
banyak kasus yang ditemukan dilapangan. Barulah ketika sudah masuk ke
sebuah instalasi tertentu, maka harus spesifik keterampilan yang dimiliki
sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal senada juga disuarakan oleh informan YS
dan Informan SA.
“Bersyukur sampai sekarang kami belum menemukan masalah dalam
penanganan pasien yang kondisi yang buruk, misalnya pasien yang dirujuk
dari ICU. Biasanya pada pasien yang demikian, kesulitan ditemukan saat
pemasangan alat, terlebih lagi jika kondisi pasien yang tidak memungkinkan
untuk menjalani perawatan hemodialisa. Pada kasus ini, biasanya kami
merujuk kembali pasien sampai kondisinya memungkinkan untuk menerima
perawatan (hemodialisa).” Informan ST
Terpenuhinya sarana pendidikan dan kesadaran akan kebutuhan
pendidikan yang dimiliki oleh RSUP Persahabtaan dan Instalasi Hemodialisa
RSUP Persahabatan, menurut peneliti adalah sebuah langkah yang baik untuk
menjadikan meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan dan juga
meningkatkan produktivitas tenaga manusianya. Sesuai dengan hasil
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
105
penelitian yang dilakukan oleh Nurhalis (2007) terhadap kinerja pegawai dan
karyawan badan Diklat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, pendidikan dan
pelatihan secara bersama-sama merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap produktivitas kinerja para pegawainya. Hal ini pun sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Niven (2002) dalam Goel (2002), yang
menyebutkan bahwa pendidikan merupakan satu dari lima faktor yang
meningkatkan kinerja, sepanjang pendidikan tersebut merupakan pendidikan
yang bersifat aktif (berasal dari penggunaan buku-buku, informasi dan
keaktifan mencari informasi). Dalam penerapannya di Instalasi Hemodialisa,
pendidikan ini juga bisa didapatkan dari pelatihan hemodialisa, pelatihan
kegawatdaruratan dan pelatihan lain, serta hal-hal yang berkaitan dengan
prosedur pelaksanaan perawatan hemodialisa, misalnya standar operasional
prosedur dan asuhan keperawatan.
Menurut peneliti sendiri, pendidikan akan menghasilkan pengetahuan
yang lebih luas akan suatu hal, sehingga makin banyak pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang, akan memberikan pandangan yang lebih luas pula,
baik secara positif maupun negatif. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki
oleh seseorang, maka akan semakin baik penilaiannya akan sesuatu atas dasar
keilmuan yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Krisna
(2012) yang lebih lanjut menyatakan bahwa pendidikan sangat mempengaruhi
produktifitas tenaga kerja karena memiliki kemampuan intelektual yang lebih
tinggi.
Dari adanya perbedaan kebutuhan akan pendidikan yang sebaiknya
dimiliki oleh karyawan menurut ketiga responden, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa ketiga responden lebih mengutamakan perawat yang sudah
mendapatkan pelatihan hemodialisa. Hal ini dikarenakan setiap harinya
perawat akan lebih sering menangani kasus hemodialisa dibandingkan dengan
kasus lain yang lebih umum ditemui oleh perawat di bagian lain, misalnya
perawat di Instalasi Rawat Jalan/Rawat Inap. Lebih lanjut dikatakan oleh
Nurhalis (2007), pendidikan yang secara spesifisik diberikan kepada
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
106
seseorang dalam rangka mempersiapkan orang tersebut dibidang terkait akan
lebih meningkatkan kemampuan dan produktivitas kerja karena tidak terbagi
perhatian dengan hal yang lain. Di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
itu sendiri, masih ditemukan salah pengertian dalam perawat akan biaya
pendidikan dan pelatihan yang selama ini dijalankan. Untuk itu, peneliti
berpendapat bahwa perlu dilakukan realisasi dari usulan Informan YS untuk
diadakan group discussion secara berkala untuk menghemat biaya, waktu dan
sekaligus mampu menambah intensitas komunikasi antar pelayan kesehatan di
instalasi tersebut. Hal ini dikatakan oleh Nurhalis (2007) sebagai salah satu
dari tujuan diadakannya pendidikan dan pelatihan, yaitu untuk meningkatkan
hubungan antara atasan dengan bawahan. Selain itu, dengan diadakannya
group discussion tersebut, setiap tindakan/kejadian yang terjadi di instalasi
tersebut dapat diketahui oleh semua pihak secara berkesinambungan.
7.4.2 Faktor Keterampilan
Depth interview kepada ketiga informan terkait dengan keterampilan
bertujuan untuk menggali sejauh mana keterampilan yang dibutuhkan oleh
seluruh perawat di Instalasi Hemodialisa menurut ketiga informan.
Keterampilan yang dimaksud oleh peneliti adalah keterampilan yang
didapatkan oleh perawat Instalasi Hemodialisa baik secara formal maupun
informal terkait dengan perawatan hemodialisa. Menurut Nurhalis (2007) dan
Ilyas (2011), pelatihan merupakan proses yang dilakukan secara sistematis
untuk mengubah tingkah laku seseorang untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pelatihan dapat dikaitkan dengan keahlian dan keterampilan seseorang untuk
melakukan pekerjaannya.
Peneliti melakukan penggalian informasi terkait dengan jenis
keterampilan apa yang seharusnya sudah didapatkan oleh perawat Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan.
“Kami diharapkan sudah mengikuti pelatihan hemodialisa, PPGD dan
beberapa symposium yang memungkinkan untuk kami ikuti. Namun karena
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
107
setiap hari kami melakukan pelayanan hemodialisa, beberapa dari kami
sudah bisa terbiasa walaupun belum pernah mengikuti pelatihan. Dalam
jangka waktu 3 tahun biasanya kami sudah mahir dengan sendirinya. Namun
demikian, semuanya tergantung dari kemauan perawat masing-masing untuk
mau belajar antar sesame perawat, bukan hanya terfokus kepada pasien,
namun juga kepada alat kesehatan yang digunakan sehingga penggunaannya
dapat dilakukan dengan benar dan tidak cepat rusak.” Informan ST
“Mayoritas perawat sudah mampu mengoperasikan alat hemodialisa
sehingga perawatan hemodialisa dapat berjalan. Untuk perawat yang baru
dipindahkan ke sini (Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan), biasanya
diajarkan oleh perawat yang lebih senior sambil menunggu jadwal pelatihan
hemodialisa berikutnya.” Informan YS
Menurut Informan YS, kegiatan perawatan hemodialisa sampai saat ini
sudah berjalan dengan baik dikarenakan walaupun belum meraih gelar
sarjana, hampir seluruh perawat hemodialisa sudah pernah mengikuti
setidaknya pelatihan hemodialisa. Lebih lanjut diketahui dari Informan YS,
bahwa pelatihan dan simposium yang disediakan dibagian Pendidikan dan
Pelatihan RSUP Persahabatan ternyata mengutamakan perawat dengan
pengalaman kerja yang sudah cukup lama, yaitu lebih dari 5 tahun. Selama
wawancara berlangusng, Informan YS cukup menekankan kembali
pentingnya mengadakan group discussion, yang salah satunya juga untuk
mengakomodir pendidikan bagi perawat junior. Kebutuhan akan dibuatnya
group discussion ini juga dikemukakan oleh Informan SA.
”Menurut saya lebih baik jika ada semacam program (seperti
pelatihan/simposium) yang sifatnya internal (di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan) sehingga mampu mengakomodir proses adaptasi perawat
terhadap kasus pasien, terutama perawat yang baru dipindahkan (ke Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan). Sayang sekali sambutan perawat agak
kurang bagus. Kecenderungan mereka (perawat) memiliki kemauan sendiri
sehingga agak sulit diatur.” Informan YS.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
108
“Keterampilan merupakan hal yang sangat berharga jika ruang
lingkupnya memang spesifik mengharapkan dimilikinya keterampilan terkait.
Untuk itu, perlu ditingkatkan kompetensi hemodialisa selama mereka
(perawat) aktif di instalasi hemodialisa. Hal ini dimaksudkan setidaknya agar
didapatkan pemahaman tentang seleksi kasus terkait dengan kasus sulit yang
harus dikonsulkan terlebih dahulu dengan kasus yang dapat langsung mereka
(perawat) kerjakan.” Informan SA
“Pelatihan atau simposium selalu dilakukan berkala. Simposium yang
terakhir Saya dan beberapa perawat diikutkan simposium di Bali. Biasanya
dana berasal dari sponsor. Namun demikian, pelatihan/simposium yang
seperti itu belum tentu dapat mengakomodir secara spesifik kasus/pasien yang
ada di sini (Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan). Akan lebih baik jika
ada sebuah wadah yang secara khusus membahas tentang kasus yang sedang
atau pernah kita tangani.” Informan YS
“Dalam menentukan perawat yang akan diikutkan dalam
pelatihan/simposium, biasanya berdasarkan kepada pengalaman kerja
perawat tersebut di sini (Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan). Adapun
pertimbangannya adalah perawat dengan pengalaman kerja yang cukup akan
lebih memahami kondisi lapangan dibandingkan dengan perawat yang baru
diaktifkan di sini (Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan).” Informan YS
Selama ini pelayanan hemodialisa di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan telah berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan sebagian besar
perawatnya telah menjalani masa pelatihan hemodialisa dan memiliki
kemampuan standar seorang perawat. Selain itu, lingkungan kerja yang baik
menurut ketiga informan merupakan salah satu faktor yang menjadikan nilai
lebih bagi para perawat untuk bisa saling membantu mengajarkan. Namun
demikian, Informan YS menyatakan bahwa penting bagi perawat dan dokter
untuk bisa melakukan seleksi kasus dan menentukan kasus mana yang masih
bisa dilakukan oleh perawat tanpa pengawasan dokter. Kemampuan semacam
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
109
ini nantinya akan menjadi salah satu tujuan dari diadakannya group discussion
yang direncanakan oleh Informan YS.
Berdasarkan data bagian sumber daya manusia RSUP Persahabatan,
dari 519 orang perawat dan bidan yang dimiliki oleh RSUP Persahabatan, 306
orang perawat diantaranya telah mengikuti pelatihan. Sampai saat ini, bagian
Pendidikan dan Pelatihan RSUP Persahabatan telah merencanakan 56 acara
ilmiah/pelatihan/seminar/simposium ke luar RSUP Persahabatan dan 49 acara
ilmiah/pelatihan/seminat/simposium di dalam RSUP Persahabatan untuk
perawat. Di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan itu sendiri, ada 2
pelatihan ke luar yang direncanakan untuk perawat, yaitu Pelatihan
Keperawatan Intensif Ginjal Dialisis Hipertensi dan Workshop dan
Simposium Manajemen Hepatitis C di Unit Hemodialisis. Namun demikian,
perlu diperhatikan pula efektifitas dari pelatihan yang selama ini telah
diberikan. Pelaksaan program pelatihan baru dapat dikatakan berhasil apabila
setelah melalui program tersebut, terjadi proses perubahan dalam hal
peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya atau terjadi
perubahan perilaku yang tercermin juga ke dalam sikap dan produktivitas
kerjanya (Nurhalis, 2007 dan Ilyas, 2011). Pelaksanaan pelatihan harus
melalui perencanan kebutuhan dan dirancang dengan baik secara sistematis
dalam penyampaiannya sehingga dapat mencapai tujuan dalam penyampaian
informasi kepada para peserta pelatihan dengan maksimal. Selain itu, interaksi
juga dirasakan sangat penting dalam berlangsungnya sebuah pelatihan
(Nurhalis, 2007).
Berdasarkan hasil depth interview, dapat disimpulkan bahwa
standardisasi perawatan hemodialisa sejauh ini jelas diperhatikan dengan
mengikutkan perawat dalam pelatihan-pelatihan dan simposium yang berkala
dilakukan. Adapun rangkuman keterampilan keperawatan yang diharapkan
untuk dimiliki oleh perawat hemodialisa adalah sebagai berikut :
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
110
Tabel 7.1 Keterampilan yang diharapkan untuk dimiliki
perawat hemodialisa
Kategori Keterampilan Keterampilan tentang kegawatdaruratan
• Kemampuan mengindentifikasi dan menangani masalah yang menngancam nyawa
• Penanggulangan penderita gawat darurat tanpa menggunakan alat dan obat terutama untuk pasien henti jantung dan ABC (airway, breathing dan circulation)
• Resusitasi cairan • Identifikasi syok dan pemeriksaan tanda vital
Melakukan perawatan hemodialisa
• Mengukur tanda vital, tekanan darah, denyut nadi, suhu dan respirasi
• Mampu mengoperasikan alat hemodialisa, misalnya dialyzer
• Mampu menentukan jumlah darah yang akan didialisis berdasarkan berat badan
• Melakukan injeksi intravena dan pemasangan jarum intravena
• Melakukan penilaian terhadap kualitas dari perawatan hemodialisa melalui assessment dan evaluasi, dari aspek operasional alat kesehatan yang digunakan maupun pasien
Keterampilan non medis lainnya
• Mendekatkan diri dengan pasien dan keluarga pasien dengan melakukan komunikasi yang baik
• Melakukan pengisian rekam medik pasien hemodialisa dengan benar
• Menciptakan suasana kondusif untuk mengembangkan diri terutama secara informal
Berdasarkan tabel 7.1 diatas, peneliti menyimpulkan bahwa perawat di
Instalasi Hemodialisa harus setidaknya pernah mengikuti : (1) pelatihan
hemodialisa, (2) Pelatihan Penangangan Gawat Darurat (PPGD), (3)
simposium dan sosialisasi asuhan keperawatan hemodialisa terutama di RSUP
Persahabatan, (4) simposium dan sosialisasi standar operasional prosedur
hemodialisa terutama di RSUP Persahabatan. Adapun pertimbangan peneliti
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
111
dalam menyimpulkan adalah bahwa pelatihan tersebut mayoritas berisikan
tentang hal-hal yang disebutkan dalam tabel 7.1 sebelumnya. Diharapkan pula
perawat memiliki keterampilan non medis yang didapatkan melalui interaksi
sosial baik antar perawat maupun dengan pasien sehingga dapat menunjang
penyampaian pelayanan hemodialisa.
Menurut informan SA, pelatihan yang wajib diikuti oleh perawat
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan adalah pelatihan hemodialisa.
Sampai saat ini hanya satu orang perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan yang belum mengikuti pelatihan hemodialisa dikarenakan usia
perawat yang melewati batas kriteria untuk mendapatkan pelatihan.
Berdasarkan keterangan dari informan ST, dapat digambarkan secara
keseluruhan bahwa pelatihan hemodialisa yang disarankan untuk diiikuti
perawat sangat membantu sekali dalam meningkatkan pendidikan perawat
dalam beberapa hal, terutama tentang pekerjaannya dalam memberikan
pelayanan di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan. Kenyamanan pasien
dalam berobat juga dipengaruhi oleh pendidikan yang dimiliki oleh
perawatnya. Oleh karena itu, minimal perawat Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan harus sudah pernah mengikuti pelatihan hemodialisa.
Keterampilan lain yang seharusnya juga dimiliki oleh perawat selain tentang
hemodialisa jika dirangkum dari ketiga responden antara lain Pertolongan
Penderita Gawat Darurat (PPGD), keterampilan yang berkaitan dengan hal-hal
yang tertera dalam standar operasional prosedur serta asuhan keperawatan
perawatan hemodialisa serta aktif dalam simposium yang diadakan secara
berkala. Cara lain untuk meningkatkan keterampilan perawat adalah melalui
interaksi bersama dengan perawat senior. Dalam pelaksanaannya, terdapat
kesulitan yang dihadapi untuk merealisasikan group discussion ini. Untuk itu,
diperlukan pendekatan informal untuk mensosialisasikan maksud dan tujuan
dari diadakannya group discussion demi terlaksananya program ini. Namun
demikian, berdasarkan ketiga informan, peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa hampir seluruh perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
112
telah memiliki keterampilan yang dibutuhkan, sehingga pelayanan
hemodialisa dapat berlangsung.
“Hal seperti ini saya rasa cukup mengganggu pelayanan. Mungkin
saja perawat disini (Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan), sudah
merasa cukup baik dalam pelayanan atau menganggap kami (tenaga dokter)
yang kurang cakap. Hasilnya adalah kondisi mereka (perawat) yang susah
diatur. Namun ini hanya dari pandangan Saya pribadi.” Informan YS
Berdasarkan keterangan dari informan YS diatas, terlihat adanya
sedikit ketidakpuasan akan perilaku (yang dipengaruhi oleh pendidikan dan
keterampilan) dari perawat yang cenderung ingin menyelesaikan kasus pasien
sendiri berdasarkan kemampuan mereka. Lebih lanjut ditambahkan oleh
Informan SA bahwa keterampilan yang dibawah kompetensi menyebabkan
kondisi yang cenderung kurang kondusif dalam pelayanan hemodialisa.
”Apabila perawat masih belum mampu menjalankan perawatan
hemodialisa, berbahaya sekali jika dilepas tanpa pengawasan karena akan
membahayakan pasien jika salah memberikan tindakan. Selain itu, waktu
akan banyak yang terbuang jika perawat masih bingung menentukan apa
yang harus dilakukan.” Informan SA
“Selain membahayakan pasien, perawat dengan kompetensi yang
rendah akan membuat pasien menunggu lebih lama karena biasanya perawat
tersebut menunggu instruksi dari perawat yang lebih senior untuk
menentukan tindakan. Hal ini Saya nilai sebagai kegiatan yang tidak efektif.”
Informan YS
Dalam pelaksanaannya, perawatan hemodialisa di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan memiliki standar operasional prosedur dan
asuhan keperawatan, yang oleh ketiga informan dinyatakan urgensinya
sebagai standar minimal dalam memberikan pelayanan hemodialisa. Hal ini
yang mungkin menjadi salah satu penyebab tidak pernah ditemukan masalah
yang berarti selama perawatan hemodialisa. Walaupun selama pengamatan
terlihat bahwa perawat hemodialisa telah melaksanakan hampir semua
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
113
tahapan yang tercakup dalam asuhan keperawatan dan standar operasional
prosedur perawatan (peneliti tidak melakukan penilaian kinerja karena diluar
batasan penelitian) perlu dilakukan penilaian yang lebih akurat terhadap
kualitas kerja perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan.
7.4.3 Faktor Sikap
Depth interview kepada ketiga informan terkait dengan sikap bertujuan
untuk menggali kebutuhan tenaga kerja terkait dengan perilaku perawat di
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan.
Peneliti melakukan penggalian informasi terkait dengan perilaku yang
seharusnya dimiliki oleh perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
agar dapat memberikan perawatan hemodialisa dengan baik.
”Perawat diharapkan mampu untuk selalu menjaga sikapnya disini
(Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan) untuk menghindari terjadinya
konflik baik sesame rekan kerja, dengan dokter atau dengan pasien. Jika
sudah terjadi konflik pasti akan berimbas kepada kinerja karena rasanya
pasti tidak nyaman jika bekerja dalam lingkungan yang berkonflik.”
Informan SA
Hubungan antar perawat dan perawat-dokter di Instalasi Hemodialisa
juga ditentukan oleh keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing perawat.
Hal ini dinyatakan oleh Informan ST sebagai berikut :
”Saya rasa perawat di sini (Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan) sudah cukup mampu menjalankan perawatan hemodialisa. Hal
ini dikarenakan kami saling mengajarkan satu sama lainnya dan juga kami
diikutkan dalam pelatihan/simposium, terutama pelatihan hemodialisa. Hal
tersebut sangat membantu kami dalam bekerja, terutama komunikasi antar
perawat dalam hal pekerjaan. Namun jika ada perawat yang belum mengerti
atau belum mengikuti pelatihan, rasanya agak segan untuk memberikan tugas
karena ‘tidak nyambung’.” Informan ST
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
114
”Rasanya sulit untuk bekerja sama dengan perawat yang ‘sulit diajak
komunikasi’. Terlebih lagi kalau situasinya mengharuskan pengerjaan yang
cepat. Lebih baik memberikan tugas kepada perawat yang ‘nyambung’ jadi
tidak buang-buang waktu. Terlebih lagi kalau perawatnya mengerjakan tugas
yang kita kasih sambil merengut. Tidak ikhlas. Kalau sudah begitu rasanya
apapun yang dikerjakan pasti tidak dilakukan dengan benar karena tidak
fokus. Nantinya agak kurang enak dilihat pasien.” Informan ST
Selain menjalin hubungan yang baik dengan antar perawat dan dokter,
perawat juga diharapkan untuk selalu melakukan hubungan yang baik dengan
pasien. Hubungan yang baik dengan pasien memberikan dampak yang baik
pula terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Hal ini dinyatakan oleh
Informan YS yang mengatakan bahwa perawatan tidak akan maksimal jika
tidak ditunjang oleh sikap yang baik sehingga memberikan performa yang
baik. Hal ini sejalan pula dengan yang dikemukakan oleh Kawonal (2006) dan
Ramelan (1999)
“Sebagai pelayan kesehatan, mereka pasti harus ramah, pinter,
memahami apa yang diinginkan pasien. Dengan demikian kinerja mereka
akan lebih baik terlihat di mata kita (dokter) dan efektif dalam segi waktu.”
Informan YS
“Pasien di sini (Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan) adalah
pasien tetap yang kami temui hampir setiap hari dalam seminggu. Hal ini
yang membuat kami mudah akrab dengan pasien. Terlebih lagi kalau perawat
yang mampu bekerja dengan gesit, bekerja dengan benar dan mengerti apa
maunya pasien. Pasien disini paling senang jika ditanyakan kabarnya atau
apa yang dirasakan pasien selama perawatan. Kalau kita (perawat) kurang
bisa mendekatkan diri kepada pasien dan pandai-pandai bersikap, dimarahi
pasien sudah biasa, apalagi untuk pasien baru. Kalau pasien lama biasanya
sudah kenal jadi tidak pernah marah-marah keterlaluan.” Informan ST
Lebih lanjut Informan YS menyatakan bahwa masih perlu
ditingkatkan lagi hubungan perawat dengan atasan.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
115
“Kalau Saya perhatikan, mereka (perawat) sudah cukup akrab dengan
pasien bahkan sudah sering rekreasi bersama. Namun demikian hubungan
dengan atasan masih perlu ditingkatkan. Salah satunya dengan cara
mengadakan group discussion sehingga interaksi dapat terjalin secara
informal namun tetap edukatif dan bermanfaat untuk semuanya. Sayang
sekali hal ini masih belum bisa disepakati.” Informan YS
Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan usulan Informan YS
menurut peneliti dapat terselesaikan dengan baik melalui komunikasi antara 2
pihak, dengan meluangkan waktu yang cukup agar bisa saling menjelaskan
maksud dan tujuan. Sampai sejauh ini, hal ini belum maksimal dilakukan
dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh Kepala Instalasi dan
Dokter Jaga Hemodialisa RSUP Persahabatan. Sementara itu, hubungan yang
baik terjalin antara pasien dengan perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan karena variasi pergantian pasien hampir tidak ada (pasien sudah
terjadwal tetap) dan terkadang dilakukan pula kegiatan pengakraban diri
antara perawat dengan pasien. Rekreasi bersama yang dilakukan secara
berkala (setahun sekali selama hampir berjalan 5 tahun) berjalan dengan baik
dan terbukti dapat menjaga harmonisasi hubungan antara perawat-pasien di
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan. Hubungan perawat dengan atasan
cenderung dirasakan kurang karena terbatasnya waktu berinteraksi antara
perawat dengan atasan dan belum ada wadah yang mengakomodir hal
tersebut.
“Secara berkala kami (perawat) sering mengadakan rekreasi bersama
dengan pasien dan keluarganya. Tempat tujuan tidak jadi masalah, yang
penting kebersamaannya.” Informan ST
“Hal yang perlu ditingkatkan lagi menurut Saya mungkin interaksi
saat perawatan hemodialisa berlangsung (saat pasien sudah dipasangkan alat
sampai dengan pencabutan alat tanda perawatan telah selesai).” Informan SA
Dari hasil wawancara dengan ketiga informan, diketahui bahwa
perawat yang dibutuhkan terutama di Instalasi Hemodialisa adalah perawat
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
116
yang tanggap, gesit dan bertindak dengan benar karena ditunjang dengan
pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Selain itu, perawat diharapkan
juga mampu memliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik (dengan
pasien maupun dengan atasan) yang ditunjang oleh mimik wajah, sikap serta
tutur kata yang menyenangkan (seperti misalnya menanyakan apa kabar hari
ini atau kondisi yang dirasakan selama sedang melakukan cuci darah) serta
memiliki kemauan untuk selalu terbuka dalam pengembangan dirinya masing-
masing (baik terhadap atasan maupun sesama rekan kerja). Sejauh ini, belum
pernah terjadi hal-hal yang merugikan jalannya perawatan hemodialisa
dikarenakan perawat atau kepala instalasi/dokter jaga yang bermasalah satu
sama lain. Jika hal tersebut terjadi, selain mengganggu jalannya perawatan
hemodialisa, dikhawatirkan pula akan berpengaruh terhadap Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan itu sendiri baik dimata pasien maupun
dimata direksi yang lain. Segala bentuk kegiatan yang sifatnya meningkatkan
sikap perawat terhadap pasien sebaiknya terus dilakukan, baik secara informal
(jalan-jalan/refreshing bersama pasien dan keluarga pasien), maupun
semiformal (group discussion antara perawat dengan dokter secara berkala
untuk membahas baik kasus terhadap pasien maupun terhadap alat dan bahan
yang tersedia di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan).
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Hasil penelitian secara umum menggambarkan adanya kesenjangan
antara beban kerja yang diterima oleh perawat Instalasi Hemodialisa
dengan tenaga kerja yang tersedia, sehingga dibutuhkan penambahan
tenaga kerja sebanyak satu orang perawat (berdasarkan hasil hitung waktu
produktif) atau dua orang perawat (berdasarkan standar waktu istirahat
minimal). Selain itu, hasil depth interview menunjukkan bahwa tenaga
perawat yang dibutuhkan di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
menurut ketiga informan adalah serendahnya D3 keperawatan yang telah
mengikuti pelatihan hemodialisa terakreditasi, Pelatihan Penanganan Gawat
Darurat (PPGD), symposium dan sosialisasi asuhan keperawatan
hemodialisa terutama di RSUP Persahabatan, serta simposium dan
sosialisasi standar operasional prosedur hemodialisa terutama di RSUP
Persahabatan. Selain itu, selama menjalankan tugasnya, perawat diharapkan
memiliki pengetahuan dan keterampilan berdasarkan standard operational
procedur dan asuhan keperawatan perawatan hemodialisa. Dari aspek
keterampilan, yang dibutuhkan selain keterampilan mengenai perawatan
hemodialisa, perawat juga harus memiliki keterampilan dasar keperawatan
(misalnya memasang infus) dan seleksi kasus kegawatdaruratan untuk
pasien, sehingga penangangan pasien dapat tepat dan cepat (detail
keterampilan yang diharapkan dapat dilihat pada tabel 7.1). Dari aspek
sikap, diperlukan perawat dengan kesigapan dan mau untuk belajar
mengembangkan diri secara informal, yaitu dengan mendekatkan diri
kepada pasien demi tersampaikannya pelayanan hemodialisa yang
maksimal dan secara formal, yaitu melalui simposium/pelatihan/diskusi
terkait dengan kasus pasien atau penggunaan alat dan bahan di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
a. Karakteristik Perawat Instalasi Hemodialisa
Perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan memiliki
variasi dalam hal pendidikan, usia dan lamanya bekerja. Berdasarkan
pendidikannya, belum ada perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan yang meraih gelar sarjana. Berdasarkan usianya, dapat
dikatakan bahwa mayoritas perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP
Persahabatan masih dalam rentang usia produktif. Berdasarkan
pengalaman bekerja, perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
telah memiliki pengalaman setidaknya satu tahun diluar pengalaman
kerjanya di instalasi hemodialisa.
b. Waktu Kerja yang Tersedia
Perawat Instalasi Hemodialisa bekerja selama 6 hari dalam
seminggu dan terbagi dalam 2 shift (shift pagi jam 07.00 – 13.00 WIB
sedangkan shift siang dari jam 13.00 – 19.00 WIB). Beban kerja
perawat yang dirasakan terlalu tinggi berdasarkan hasil wawancara
mendalam dengan salah satu informan disebabkan oleh lebihnya waktu
kerja dari yang disediakan (untuk shift pagi jam 07.00 – 14.00 WIB dan
shift siang 14.00 – 20.00 WIB)
c. Permasalahan terkait Pelayanan Hemodialisa
Tingginya beban kerja yang diemban oleh perawat di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan disebabkan oleh waktu kerja yang
lebih panjang dari yang seharusnya. Jika dihitung berdasarkan waktu
kerja produktif yang didapatkan pada hasil penelitian, hanya dibutuhkan
tambahan satu orang perawat. Namun demikian, hasil perhitungan
dengan menggunakan metode Ilyas melalui pendekatan time and motion
study menggunakan waktu istirahat tiap 4 jam minimal dalam sehari
dijadikan dasar pertimbangan peneliti untuk menyatakan bahwa
dibutuhkan tambahan dua orang perawat yang sebaiknya dipekerjakan
pada shift siang.
d. Proporsi waktu Aktivitas Perawat Instalasi Hemodialisa
Dapat disimpulkan dengan waktu kerja yang tersedia dalam satu
shift setiap individu perawat selama 7 jam 46 menit, proporsi waktu
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
produktif dan non produktif sebesar 6 jam 20 menit dan 1 jam 26 menit
menunjukkan bahwa aktivitas perawat Instalasi Hemodialisa cukup
padat sehingga beban kerja dirasakan cukup besar.
8.2 Saran
a. Bagi RSUP Persahabatan
• Menambah tenaga perawat sebanyak dua orang yang diaktifkan
pada shift siang dalam rangka mengefektifkan tenaga profesi
perawat dalam memberikan pelayanan hemodialisa di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan. Dalam hal ini RSUP
Persahabatan diharapkan telah menyesuaikan pemenuhan kebutuhan
tenaga dengan anggaran dan prioritas rumah sakit
• Meningkatkan dan melaksanakan sistem rekruitmen yang
mengutamakan perawat dengan pendidikan serendahnya adalah D3,
terutama untuk perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan.
Tingkat pendidikan yang serendahnya D3 ini berdasarkan
pertimbangan bahwa Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
merupakan sebuah instalasi yang banyak memberikan pelayanan
sifatnya teknis sehingga keberadaan lulusan D3 keperawatan lebih
dibutuhkan dibandingkan dengan lulusan S1 keperawatan yang
cenderung lebih teoritis atau lulusan Sekolah Perawat Kesehatan
(SPK)
• Menambah jumlah pelatihan dan simposium dengan beban biaya
yang seminimal mungkin atau nol bagi perawat terutama perawat
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan, baik yang perawat junior
maupun perawat senior. Selain itu, jenis pelatihan yang diberikan
kepada perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
sebaiknya mampu mengakomodir kebutuhan keterampilan perawat
di lapangan, misalnya pelatihan dan simposium untuk pasien
infeksius
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
120
Universitas Indonesia
• Memberikan tambahan insentif lembur untuk perawat di Instalasi
Hemodialisa sebagai penghargaan atas kinerjanya yang melewati
batas jam yang telah ditentukan
b. Bagi Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
• Menetapkan sistemasi pembagian jatah pelatihan dan simposium
yang jelas, sehingga perawat junior juga dapat mengembangkan
potensi diri
• Sebagai bahan pertimbangan dalam memberlakukan sistem reward
untuk perawat yang telah bekerja dengan baik melewati jam
kerjanya
• Membentuk satu wadah yang mampu bersifat informal sekaligus
formal untuk bisa saling mengedukasi atau bertukar fikiran atau
meningkatkan intensitas interaksi antar tenaga kesehatan di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan
c. Bagi peneliti selanjutnya
• Melanjutkan penelitian untuk menentukan shift kerja yang optimal
di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan berdasarkan beban
kerja per shift dengan penambahan jumlah tenaga dua orang
perawat
• Melanjutkan penelitian terkait dengan kualitas kinerja dan performa
dari perawat Instalasi Hemodialisa menggunakan standard
operational procedur dan atau asuhan keperawatan sebagai salah
satu instrument penilaian
• Melanjutkan penelitian untuk menganalisa cost and benefit dari
direkrutnya tenaga perawat sebagai 2 orang atau 1 orang atau tidak
merekrut sama sekali namun memberikan insentif lembur yang
lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi biaya di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan dengan tetap mengutamakan
pelayanan yang prima
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
DAFTAR REFERENSI
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. UU No. 13 tahun 2003 tentang
Tenaga Kerja. Jakarta. 2003. Diunduh dari http://www.nakertarans.go.id pada 8
September 2012.
Kementrian Pendidikan RI. Undang-undang No.20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional sebagai dasar untuk Dasar Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI). Jakarta. 2003.
Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1796/MenKe/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Republik Indonesia. 2011.
Kementrian Kesehatan RI. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.81/MenKes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/kota serta
Rumah Sakit. Jakarta. 2004.
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Surat Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.102/Men/VI/2004 tentang Waktu
Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur. Jakarta. 2004.
Kementrian Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan No.1192 tahun 2004
tentang Pendirian Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan. Jakarta. 2004.
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1976 tentang
Cuti Pegawai Negeri Sipil. Jakarta. 1976.
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan. Jakarta. 1996.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
Aditama, Tjandra Yoga. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Penerbit:
Universitas Indonesia. Jakarta. 2007.
Alimul, Aziz. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika.
Jakarta. 2003.
Gillies, DA. Nursing Management : a System Approach. 3rd edition. W.B.
Sounders Company. Philadelphia. 1994.
Goel SL, Kumar R, Thakur CP. Management of Hospitals. 4th volume. Hospital
Managerial Services. Deep and Deep Publication. New Delhi. 2002.
Haryati, Eko. Asuhan Keperawatan Chronic Renal Failure. Bahan Kuliah. Renal
Unit RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta. 2010.
Hasibuan, PM. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. PT Binarupa Bumi
Aksara. 2007.
Ilyas, Yaslis. Perencanaan SDM Rumah Sakit, Teori, Metoda dan Formula. Pusat
Kajian Ilmu Kesehatan FKM-UI. CV Usaha Prima. 2011.
Ilyas, Yaslis. Kinerja; Teori, Penilaian dan Penelitian. Pusat Kajian Ilmu
Kesehatan FKM-UI. CV Usaha Prima. 2002.
Iskandar, D. Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien. Jakarta. Sinar Grafika.
2008.
Kawonal, Y. Standar Praktik Keperawatan Profesional di Indonesia. Perawat
Nasional Indonesia (PPNI). 2006.
Miles, Matthew dan Huberman, A Michael. Analisis Data Kualitatif;Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru. UIP. Depok. 2009
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
Quede. E.S. Analysis for Public Decisions. Esevier Science Publishing.co.inc.
New York. 1982.
Ramelan, Rahadi. Peningkatan Produktivitas Nasional Melalui Penguasaan Iptek
dan Pembangunan Sumber Daya Manusia. UI Press. Jakarta. 1999.
Rowland, HS dan Rowland, BL. Nursing Administration Handbook, an Aspen
Publication. London. 1980.
Siagian, SP. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara. 2007.
Maviglia, SM, et all. Cost-benefit Analysis of a Hospital Pharmacy Barcode
Solution. Archive of Internal Medicine 167, pp. 788-794. 2007.
Nurhalis. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Badan
Diklat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Jurnal Ichsan Gorontalo, vol 2, No.1
Februari – April 2007, pp. 563 – 571. Banda Aceh. 2007.
Palestin, B. Fungsi Perawat Spesialis agar Terhindar dari Masalah Etik Maupun
Hukum. Jurnal Keperawatan dan Penelitian Kesehatan. 2006.
Gartinah, T. Berbagai Model Pemberian Asuhan Keperawatan yang Dapat
Digunakan Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Asuhan Keperawatan. Simposium
Keperawatan dan Diskusi Panel tentang Pengembangan Organisasi dan
Pengelolaan dalam Upaya Meningkatkan Mutu Asuhan Keperawatan di Rumah
Sakit. Jakarta. 1995.
Supriantoro. Peran dan Pandangan PERSI dalam Menyikapi Persahabatan
Paradigma Desain Perumahsakitan. Workshop: Hospital Design and Planning.
IKA MARS. 2009.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
Azhar, A. Analisis Kebutuhan Tenaga Radiografer Pada Unit Radiologi Rumah
Sakit Karya Bhakti Bogor tahun 2008 dengan WISN. Tesis. Program Pascasarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2008.
Indriana, Nani. Analisis Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja di Bagian
HRD RS Karya Bhakti Bogor tahun 2009. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2009.
Irnalita. Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Beban Kerja dengan
Menggunakan Metode Work Sampling pada Instalasi Gawat Darurat BPK-RSU
Dr. Zainoel Abidin – Banda Aceh tahun 2008. Tesis. Program Pascasarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2008.
Krisna, Melfita. Analisis beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung tahun 2012. Tesis. Program
Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2012.
Nurul, Erwina A. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat
Pelaksana di Unit Stroke dan Lantai III B Rumah Sakit Pusat Pertamina tahun
2008. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. 2008.
Patuwo. B. Analisis Kebutuhan Tenaga Analisis di Unit Laboratorium Pelayanan
Kesehatan Sint Carolus tahun 2005. Tesis. Program Pascasarjanan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2005.
Prihartini, L. Analisis Hubungan beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di
Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara. 2007.
Rifki, M. Analisis Hubungan Tenaga Dokter Umum berdasarkan Beban Kerja
dengan Menggunakan Metode Work Sampling pada Instalasi Gawat Darurat
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
RSU Kabupaten Tangerang tahun 2009. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2011.
Sakka, Ambo. Rencana Pemasaran Instalasi Griya Puspa RSUP Persahabatan
tahun 2011. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. 2011.
Saragih, Erlita. Pengaruh Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap loyalitas Pasien
Rumah Sakit Umum Herna Medan. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2010.
Simanullang, MSD. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Suami Tentang
Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi dalam Perawatan Kehamilan di Klinik
Bersalin. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara. 2010.
Sriwastuti, Ermilda. Perencanaan SDM Medis dan Keperawatan RSUD H. Abdul
Manap, Jambi tahun 2008-2013. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. 2008.
Susana, S. Analisis Jumlah Kebutuhan Tenaga dengan Metode Workshop
Indicator Staffing Need (WISN) di Sub Unit Rekam Medis Rumah Sakit Pertamina
Jaya tahun 2011. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. 2011.
Warongan, Eros Syah. Analisis Beban Kerja Perawat dengan Menggunakan
Metode Work Sampling pada Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
2006. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. 2006.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
126
Universitas Indonesia
Yuliastuti, Iing. Pengaruh Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap Terhadap
Kinerja Perawat dalam Penatalaksanaan Kasus Flu Burung di RSUP H. Adam
Malik tahun 2007. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2007.
Nurini, Ismonah dan Purnomo. Analisis Faktor-faktor yang meningkatkan
Kepatuhan Hemodialisa Pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) di Rumah
Sakit Telogorejo Semarang. Skripsi. Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo
Semarang. 2011.
Asuhan Keperawatan Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan. Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan. Jakarta. 2012.
Standar Operasional Prosedur Perawatan Hemodialisa RSUP Persahabatan.
Bagian Keperawatan RSUP Persahabatan, Jakarta. 2005.
Candra, Astari. Jamsostek Usulkan Biayai Cuci Darah dan Kanker. Kompas.
Jakarta. 2011.
Dhaniati, L. Awas, Hipertensi Rusak Ginjal Anda. Kompas. Jakarta. 2009.
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
Lampiran 1
Instrumen Wawancara
Pedoman Wawancara Mendalam (Depth Interview)
untuk Kepala Instalasi Hemodialisa dan Dokter Jaga
Nama Pewawancara : …………..…………………………..
Nama Pencatat : …………..…………………………..
Tanggal : ………………………………………
Tempat : ………………………………………
Nama dan Identitas Informan : ………………………………………
I. TUNJUK UMUM PE
PE
tidak ada yang benar atau salah
omentar akan dijamin
rekam
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menyampaikan ucapan terimakasih kepada informan atas kesediaan dan
waktu yang telah diluangkan untuk diwawancarai
3. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya wawancara
II. TUNJUK WAWANCARA MENDALAM
1. Wawancara dan pencatatan dilakukan peneliti sendiri
2. Informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman saran dan
komentar
3. Pendapat, pengalaman, saran dan komentar informan sangat bernilai
4. Jawaban
5. Semua pendapat, pengalaman, saran dan k
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
6. Menyampaikan kepada informan bahwa wawancara ini akan di
menggunakan alat perekam untuk membantu ingatan pewawancara
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
Lampiran 1 (lanjutan)
III. PELAKSANAAN WAWANCARA
III.1 Perkenalan
maksud dan tujuan kepada informan
ntuk diwawancarai
III.2.1 Pengetahuan Seputar Pekerjaan
dikan apa yang harusnya sudah didapatkan oleh
a RSUP Persahabatan? (Formal : D3/
abatan? Jelaskan!
sahabatan? Jelaskan!
ekan
III.
1. enurut Anda, apa saja keterampilan yang harus dimiliki oleh
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan? Jelaskan!
rsahabatan? Jelaskan!
1. Perkenalan dari pewawancara
2. Menjelaskan
3. Meminta kesediaan informan u
III.2 Pokok Pembahasan
1. Menurut Anda, pendi
perawat di Instalasi Hemodialis
SPK atau non formal : non medis dengan pelatihan)
2. Menurut Anda, apa dan bagaimana pengetahuan yang harus dimiliki
oleh perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persah
(pengetahuan tentang alat kesehatan, perawatan hemodialisa, dan
standar operasional prosedur hemodialisa)
3. Menurut Anda, sudah cukupkah pengetahuan yang dimiliki oleh
perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Per
4. Apa akibat dan konsekuensinya jika mempekerjakan perawat dengan
pengetahuan yang dibawah standar? (terhadap pasien, terhadap r
kerja sesama perawat dan terhadap Anda)
2.2 Keterampilan
M
perawat di
(keterampilan tentang kegawatdaruratan, proses perawatan
hemodialisa dan keterampilan non medis)
2. Menurut Anda, sudah cukupkah keterampilan yang dimiliki oleh
perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Pe
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
129
Universitas Indonesia
Lampiran 1 (lanjutan)
3. Apa akibat dan konsekuensinya jika mempek
eterampilan yang dibawah standar? (terhadap pasien, terhadap rekan
rsahabatan?
III.
1. enurut Anda, apa saja sikap yang harus dimiliki oleh perawat di
lasi Hemodialisa RSUP Persahabatan? Jelaskan! (perilaku
ap rekan kerja,
n
erjakan perawat dengan
k
kerja sesama perawat dan terhadap Anda)
4. Menurut Anda, pelatihan apa yang harusnya sudah didapatkan oleh
perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Pe
2.3 Sikap
M
Insta
terhadap pasien, terhadap rekan kerja, terhadap atasan, terhadap
pekerjaan dan terhadap fasilitas yang ada)
2. Menurut Anda, sudah baikkah sikap yang dimiliki oleh perawat di
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan? Jelaskan!
3. Apa akibat dan konsekuensinya jika mempekerjakan perawat dengan
sikap yang dibawah standar? (terhadap pasien, terhad
terhadap atasan, terhadap pekerjaan dan terhadap fasilitas yang ada)
4. Cara apa yang terbaik dilakukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan sikap perawat (terhadap pasien, terhadap reka
kerja, terhadap atasan, terhadap pekerjaan dan terhadap fasilitas yang
ada)? Apakah sudah pernah dilakukan sebelumnya? Bagaimanakah
implementasinya?
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
130
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Instrumen Wawancara
Pedoman Wawancara Mendalam (Depth Interview)
untuk ialisa
Nama Pewawancara : …………..…………………………..
Nama Pencatat : …………..…………………………..
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. kasih kepada informan atas kesediaan dan
1. awancara dan pencatatan dilakukan peneliti sendiri
2. man saran dan
dak ada yang benar atau salah
annya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
ncara ini akan direkam
Perawat Instalasi Hemod
Tanggal : ………………………………………
Tempat : ………………………………………
Nama dan Identitas Informan : ………………………………………
I. PETUNJUK UMUM
Menyampaikan ucapan terima
waktu yang telah diluangkan untuk diwawancarai
3. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya wawancara
II. PETUNJUK WAWANCARA MENDALAM
W
Informan bebas menyampaikan pendapat, pengala
komentar
3. Pendapat, pengalaman, saran dan komentar informan sangat bernilai
4. Jawaban ti
5. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan dijamin
kerahasia
6. Menyampaikan kepada informan bahwa wawa
menggunakan alat perekam untuk membantu ingatan pewawancara
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
131
Universitas Indonesia
WAWANCARA
III.1 Perkenalan
. Perkenalan dari pewawancara
2. Menjelaskan maksud dan tujuan kepada inform
3. Meminta kesediaan informan untuk diwawancarai
san
ah didapatkan oleh
tan? (Formal : D3/
PK atau non formal : non medis dengan pelatihan)
an bagaimana pengetahuan yang harus dimiliki
ialisa RSUP Persahabatan? Jelaskan!
ng dimiliki oleh
III.
aruratan, proses perawatan
hemodialisa dan keterampilan non medis)
cukupkah keterampilan yang dimiliki oleh
perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan?
Lampiran 2 (lanjutan)
III. PELAKSANAAN
1
an
III.2 Pokok Pembaha
III.2.1 Pengetahuan Seputar Pekerjaan
1. Menurut Anda, pendidikan apa yang harusnya sud
perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahaba
S
2. Menurut Anda, apa d
oleh perawat di Instalasi Hemod
(pengetahuan tentang alat kesehatan, perawatan hemodialisa,
kegawatdaruratan, dan standar operasional prosedur hemodialisa)
3. Menurut Anda, sudah cukupkah pengetahuan ya
perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan? Jelaskan!
4. Apa akibat dan konsekuensinya jika bekerjasama dengan perawat
dengan pengetahuan yang dibawah standar? (terhadap pasien, alat
kesehatan dan terhadap rekan kerja)
2.2 Keterampilan
1. Menurut Anda, apa saja keterampilan yang harus dimiliki oleh
perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan? Jelaskan!
(keterampilan tentang kegawatd
2. Menurut Anda, sudah
perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan? Jelaskan!
3. Menurut Anda, pelatihan apa yang harusnya sudah didapatkan oleh
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
132
Universitas Indonesia
alat
III.2.3 Sikap
1. enurut Anda, apa saja sikap yang harus dimiliki oleh perawat di
kah sikap yang dimiliki oleh perawat di
stalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan? Jelaskan!
akibat dan konsekuensinya jika bekerjasama dengan perawat
an
p fasilitas yang
Lampiran 2 (lanjutan)
4. Apa akibat dan konsekuensinya jika bekerjasama dengan perawat
dengan keterampilan yang dibawah standar? (terhadap pasien,
kesehatan dan rekan kerja)
M
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan? Jelaskan! (perilaku
terhadap pasien, terhadap alat kesehatan dan terhadap rekan kerja)
2. Menurut Anda, sudah baik
In
3. Apa
dengan sikap yang dibawah standar? (terhadap pasien, terhadap alat
kesehatn dan terhadap rekan kerja)
4. Cara apa yang terbaik dilakukan untuk meningkatkan d
mempertahankan sikap perawat (terhadap pasien, terhadap rekan
kerja, terhadap atasan, terhadap pekerjaan dan terhada
ada)? Apakah sudah pernah dilakukan sebelumnya? Bagaimanakah
implementasinya?
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
133
Universitas Indonesia
Lampiran 3
Formulir Tahapan Kerja Perawatan Hemodialisa
(Time and Motion Study)
ama Perawat : ………. (inisial)
ama Kerja : ………. (tahun)
Pendidikan ain)*
Ber ki-laki / perempuan)*
Berdasarkan pengalaman kerja (<5 tahun / ≥ 5 tahun)*
Berdasarkan usia (<30 tahun / ≥ 30 tahun)*
Klasifikasi Kegiatan
N
L
: Berdasarkan pendidikan (D3 / SPK / lain-l
dasarkan jenis kelamin (la
No Jenis Kegiatan
Waktu Total
Mulai AkhirWaktu Produktif
Non L TL
Total Waktu
*) Lingkari yang tepat
*) Dalam satuan menit
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
134
Universitas Indonesia
Lampiran 4
Matriks Hasil Depth Interview
gan Ketiga Inf man
Sub Pokok Pertanyaan Informan ST Informan YS Informan SA
den or
J O B
Menurut Anda, pendidikan apa yang harusnya sudah didapatkan oleh perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan? (Formal : D3/ SPK atau non formal : non medis dengan pelatihan)
D3 keperawatan yang sudah
mengikuti pelatihan hemodialisa
Setidaknya D3 keperawatan yang
telah mengikuti pelatihan
hemodialisa. Yang utama adalah
pelatihan hemodialisa
Sarjana keperawatan yang telah mengikuti pelatihan hemodialisa
Menurut Anda, apa dan bagaimana pengetahuan yang harus dimiliki oleh perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan? Jelaskan! (pengetahuan tentang alat kesehatan, perawatan hemodialisa, dan standar operasional prosedur hemodialisa)
Pengetahuan semasa mengikuti pelatihan
hemodialisa
Memiliki pengetahuan
komprehensif terkait dengan perawatan hemodialisa secara spesifik dan kondisi
terkait perawatan hemodialisa (misalnya
kegawatdaruratan)
Pengetahuan seputar asuhan keperawatan hemodialisa, standar operasional prosedur
perawatan hemodialisa, perawatan
hemodialisa, pendidikan formal yang minimal D3
Menurut Anda, sudah cukupkah pengetahuan yang dimiliki oleh perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan? Jelaskan!
Walaupun belum ada perawat Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan yang sudah meraih gelar sarjana, kegiatan
perawatan hemodialisa tetap dapat dijalankan
dengan baik karena hampir seluruhnya pernah mengikuti
pelatihan hemodialisa
Masih membutuhkan pelatihan dan
pembahasan spesifik (informan
menyatakan urgensi pembentukan group
discussion secara berkala) terkait
dengan pasien dan kasus-kasus yang terjadi di Instalasi
Hemodialisa RSUP Persahabatan
Masih membutuhkan pengembangan
terkait dengan seleksi kasus mana yang bisa
dikerjakan sendiri dan mana yang harus
dikolaborasikan dengan tenaga dokter yang ada di Instalasi
Hemodialisa
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
135
Universitas Indonesia
Sub Pokok Pertanyaan Informan ST Informan YS Informan SA
K N O W LE
pa akibat dan onsekuensinya jika empekerjakan perawat
engan pengetahuan ang dibawah standar? erhadap pasien,
D G E
Akmdy(tterhadap rekan kerja sesama perawat dan terhadap Anda)
Terhadap pasien :
amban dalamterbengkalai karena
l pelayanan
Terhadap rekan kerja
: menyulitkan kerjasama sehingga
enderung untukc menghindari memb rikan
Terhadap kepala
etanggungjawab epada perawat bersangkutan
k
instalasi dan dokter jaga :
Menyulitkan munikasi karenko a
cenderung tidak ada k esepahaman dalam
tindakan perawat
Terhadap pasien : embahayakanM
keselamatan pasien dan apabila tidak
mampu mencukupi secara kompetensi
t sebaiknya belum urun memberikanpelayanan dulu
Terhadap sesama
perawat : erjasama tim yangtidak baik, ada
etimpangan antar
K
k kinerja perawat
d
T
alam satu tim atauantar tim
erhadap Anda :Menyulitkan
pemberian dan elaksanaan instruksi
p
Terhadap pasien : esalahan dalamK tindakan yang
mengganggu jalannya perawatan serta membahayakan
k
Terhadap rekan kerja
eselamatan pasien
K g
menurun (berdampak
shift/1 tim)
: erjasama tim yanburuk, pelayanan akan cenderung
terhadap performa 1
Terhadap anda :
Menghindari pemberian kerja
dengan perawat yang bersangkutan (lebih
mem
in p
ilih mempercayakan
struksi kepadaerawat yang lain)
S K
enurut Anda, apa saja eterampilan yang harus imiliki oleh perawat di stalasi Hemodialisa
Seleksi kasus dan
s prose atan
Keterampilan standar keperawatan terutama
yd
me iri
Kete ang d
pe a (
I
MkdInRSUP Persahabatan? Jelaskan! (keterampilan tentang kegawatdaruratan, proses perawatan hemodialisa dan keterampilan non medis)
d
kondisi kegawatdaruratan,
semua tindakan perawatan yang dijelaskan dalam
tandar operasionaldur peraw
hemodialisa RSUP Persahabatan
itunjang dengan kesabaran dan
keramahtamahan kepada pasien
ang berkaitan engan pelayanan
hemodialisa (misalnya memasang infus, penilaian tanda
vital, dll) dan kemampuan nyesuaikan d
dengan lingkungan kerja
rampilan yidapatkan selamalatihan hemodialis
utama), penanganankegawatdaruratan
(penanganan pasien dengan tekanan darah
yang menurun, dll) serta kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
kerja Menurut Anda, sudah cukupkah keterampilan yang dimiliki oleh erawat di Instalasi
pernah ditemukan
d
Walaupun sejauh ini
menjalankan
Su i
perawatan. Perawat p
Sejauh ini belum
masalah terkait engan kegagalan
perawat instalasi hemodialisa mampu
dah baik, sejauh indokter tidak pernah menuntun jalannya
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
136
Universitas Indonesia
Sub Pokok Pertanyaan Informan ST Informan YS Informan SA
L L
Hemodialisa RSUP Persahabatan? Jelaskan!
melakukan tindakan sebagai tahapan
perawatan hemodialisa
perawatan hemodialisa, perawat
masih perlu pengembangan diri
dengan belajar/diskusi terkait
sudah bisa ‘jalan’ sendiri
perawat dalam
kondisi pasien dan bekerjasama dengan
dokter
pa akibat dan onsekuensinya jika empekerjakan perawat
engan keterampilan ang dibawah standar? erhadap pasien, rhadap rekan kerja
Akmdy(ttesesama perawat dan terhadap Anda)
Terhadap pasien : Membahayakan
keselamatan pasien terutama jika dibutuhkan
enanganan cepat da kondisi darura
ppa t
Terhadap rekan kerja:
enderung memilihC
sama dengan perawat ya n
k
untuk tidak bekerja
ng bersangkutaarena akan semakin
menyulitkan jalannya perawatan
Terhadap kepala
instalasi dan dokter jaga :
Hilangnya kepercayaan untuk bisa bekerjasama dengan perawat
terkait
Terhadap pasien : Membahayakan
keselamatan pasien. Kasian pasiennya
juga jadi kelamaan nunggu perawat yang
lebih ‘bisa’
Terhadap sesama perawat :
Mengurangi kepercayaan antar kelompok. Hal ini juga bisa memicu
terjadinya perselisihan kerja
Terhadap Anda :
te i
Terhadap pasien :
Lebih memilih perawat yang lebih ‘bisa’. Kasian nanti jadinya tidak akan rjadi eksistensi dirperawat terkait
Membahayakan
Terh ama
keselamatan pasien dan memperpanjang
waktu tindakan (banyak waktu yang
terbuang)
adap sesperawat :
k d
m
Terhadap Anda :
Menyulitkan erjasama dalam timan menambah bebankerja perawat yang
lain yang ‘bisa’ untuk enghandle tugasnya
Kalau ada perl
bisa diberikan tugas
awat ain yang mungkin
tersebut, sebaiknya jangan diberikan kepada perawat
terkait (jika isntruksi dinilai terlalu
memberatkannya) Menurut Anda, pelatihan apa yang harusnya sudah didapatkan oleh perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan?
P
h
o
Pelatihan enanganan GawatDarurat (PPGD),
pelatihan
Pelatihan Penanganan
emodialisa,sosialisasi standar perasional prosedur
perawatan
Gawat Darurat (PPGD), pelatihan
hemodialisa, sosialisasi standar
operasional prosedur perawatan
hemodialisa,
Yang terpenting adalah pelatihan hemodialisa dan PPGD. Dalam pelaksanaan
perawatan harus mengikuti asuhan keperawatan dan
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
137
Universitas Indonesia
Sub Pokok Pertanyaan Informan ST Informan YS Informan SA
simposium setidaknya sekali
dalam 5 tahun dan
hemodialisa
diskusi aktif dalam forum
standar operasional prosedur
A T T
T U D E
an? elaskan! (perilaku rhadap pasien, terhadap kan kerja, terhadap
tasan, terhadap pekerjaan dan terhadap fasilitas yang ada)
Gesit, cepat tanggap terhadap kebutuhan
beri ara non a
pasien (m anyakan kabar hari ini), sabar jika diomelin pasien
nyiakan waktu kerja, m
hem gan
m dengan kondisi saat
sebaik wat terkait terlibat dalam
T ke n,
dengan baik (bahasa
terhadap pasien, rekan kerja maupun
atasan
I
Menurut Anda, apa saja perilaku yang harus dimiliki oleh perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP PersahabatJterea
pasien, mampu nteraksi sec formal kepad
en
Tidak menyia-
ampu menjaga alatdan mesin odialisa den
baik, mampu enyesuaikan
itu (jika pasien sedang ramai
nya pera
perawatan sebanyak mungkin)
anggap terhadapbutuhan pasie
mampu berkomunikasi
dan gerak tubuh)
Menurut Anda, sudah baikkah perilaku yang dimiliki oleh perawat di Instalasi Hemodialisa RSUP Persaha
S
den
batan? elaskan!
ejauh ini belum ada
at
permasalahan namun tidak berhubungan
hem ah
Terhadap pasien mu
d
mem s di Instalasi H modialisa R
C
oleh suasana kerja di In a
yaharmonis terutama hubungan perawat
dengan pasien
J
permasalahan signifikan terkait
gan sikap perawyang tidak
menyenangkan kepada pasien.
Sesama rekan kerja pernah terjadi
dengan perawatan odialisa (masal
pribadi)
ngkin iya, namun terhadap atasan belum. Hal ini ikaitkan dengan
keberatan perawat untuk melaksanakan
diskusi berkala dalam bahas kasu
eSUP Persahabatan
erminan perilakuperawat ditunjukkan
stalasi HemodialisRSUP Persahabatan
ng terlihat
Apa akibat dan
rekan kerja, rhadap atasan, terhadap ekerjaan dan terhadap silitas yang ada)
ama ins a di m na
i
Per an
penilaian perawatan
d fo , teru an)
konsekuensinya jika mempekerjakan perawat dengan perilaku yang dibawah standar? (terhadap pasien, terhadap
Mem
perawat yse
tepfa
pengaruhi n
talasi hemodialisata pasien kare
ang paling ring berinteraks
dengan pasien malah memperpanjang waktu perawatan
awatan tidak akmaksimal karena
yang baik juga mengikutsertakan sikap dan perilaku
yang baik
Timbulnya konflik baik yang sifatnya pribadi (yang nantinya akan memperngaruhi juga kinerja dan performa itempat kerja) ataupunrmal (hubungan kerja
tama dengan atas
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
138
Universitas Indonesia
Sub Pokok Pertanyaan Informan ST Informan YS Informan SA
Cara apa yang terbaik
mnya? Bagaimanakah implementasinya?
berjalan dengan baik
Jalan-jalan dengan pasien dan
keluarganya sudah dijalankan dengan
belakangan. Untuk
atasan perlu dibentuk
s sharing terkait
dengan permasalahan (terutama tentang kasus pasien) di
Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan
Jalan-jalan dengan pasien dan
keluarganya (sudah berjalan dengan baik
beberapa tahun
S
(selama perawatan hemodialisa)
dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan sikap perawat (terhadap pasien, terhadap rekan kerja, terhadap atasan, terhadap pekerjaan dan terhadap fasilitas yang ada)? Apakah sudah pernah dilakukan sebelu
y
Refreshing dan jalan-jalan bersama pasien dan keluarga pasien ang sudah hampir 5tahun belakangan
baik beberapa tahun
hubungan dengan
suatu wadah yang ifatnya edukatif dan
belakangan). elanjutnya mungkinperlu ditingkatkan lagi intensitas dan
waktu interaksi antar perawat, perawat
dengan atasan dan perawat denga pasien
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
139
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Asuhan Keperawatan Pasien Hemodialisa RSUP Persahabatan
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
140
Universitas Indonesia
Lampiran 6
Acara Ilmiah/Pelatihan/Seminar/Simposium Perawat di Dalam
RSUP Persahabatan tahun 2011
No Nama Pelatihan Tanggal Lamanya
(Jam) 1 Keunggulan Utama STEMActive 6/8/2011 4 2 Abses Paru Yg Meyerupai Empiema Toraks Pd Anak 10/4/2011 2 3 Abses Sub Mandibula Odontogenik 10/25/2011 2 4 Akreditasi Standat Joint Commision International ( JCI ) 12/8/2011 16 5 Batuan Hidup Dasar Plus 6/22/2011 8 6 Diklat Prajabatan 1/30/2011 206 7 Early Mobilization in Stroke Patient 11/8/2011 2 8 EKG Dasar Bagi Tenaga Perawat 5/25/2011 11 9 Flebotomi 4/19/2011 4
10 Gladi Gabungan Operasi Pemadam Kebakaran 7/20/2011 4 11 Im 2 aging Of Pulmunary Infection 11/22/2011 12 Ke 2 matian Pd Kasus Peritonitis dan Sepsis 11/15/2011
13 Kewaspadaan DalamKebakaran 5/18/2011
Menghadapi Bencana dan 18
14 Kursus Komputer 10/26/ 2011 7 15 Lokakarya RSUP Persahabatan Tahun 2011 5/14/2011 14 16 Membangung Motivasi dan Kerjasama Yang Efektif 1 2/18/2011 5 17 Meningkatkan Produktivitas SDM Rumah Sakit 11/16/2011 3 18 Orientasi Pegawai Pegawai Baru 2011 3/16/2011 15 19 Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Plus 6/22/2011 24 20 Pelatihan Flebotomi 4/19/2011 4 21 Pelatihan ICU 7/5/2011 58 22 Pelatihan Operasional ABBM 12/28/2011 5 23 Pelatihan Pengelolaan Bahan Berbahaya danBeracun 6/30/2011 8 24 Pelatihan Service Excellence 10/26/2011 8 25 Pelatihan Uji Fungsi Alat Bantu Belajar Mengajar 1/4/2011 3 26 Penerapan INA-DRG 5/3/2011 3 27 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 6/30/2011 8
28 Peningkatan Kemampuan Teknis Bidan Dalam SAsuhan Keb
tandar idanan 3/14/2011 35
29 Peran Mikrobiologi Dalam Pengendalian Infeksi 9/14/2011 3 30 Perhitungan Unit Cost 9/22/2011 19 31 Pola Kuman dan Pola Resistensi RSUP Persahabatan 12/13/2011 2 32 PPI TB 3/1/2011 2 33 Pracoemulsification 11/1/2011 2 34 Screening Dimensia 3/31/2011 4 35 Seminar Awam Screening Dimensia 3/31/2011 3 36 Seminar Clostridium Difficile Assotiated Diarrhea 7/13/2011 3 37 Seminar Meningkatkan Produktivitas SDM Rumah Sakit 11/16/2011 3 38 Siang Klinik Asma Tenaga Perawat 6/17/2011 4
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
141
Universitas Indonesia
atan
39 Siang Klinik Tenaga Perawat 3/15/2011 4 40 Siang Klinik Tuberculosis Tenaga Keperawatan 3/15/2011 4 41 Simulasi Workshop Pasien Isolasi 12/22/2011 1 42 12/22/2011 1 Simulasi Workshop Pasien Operasi
43 Sosialisasi Pelaksanaan Pengumpulan Data RIFASKES 2011 8/8/2011 1
44 Sosialisasi Tata Naskah Dinas & Tata Persuratan 2/9/2011 4 45 Talkshow Asma 6/9/2011 4 46 Tindak Lanjut Standar Penerapan Asuhan Kebidanan 6/30/2011 24 47 Trining Workshop Pasien Isolasi 12/22/2011 1 48 Ultra Soung Guide B
Sumber : Bagian pendidikan dan pelatihan RSUP Persahab
lock 11/29/2011 2 49 Workshop 13 Goals TIM KRS-KP 4/15/2011 11
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
142
Universitas Indonesia
Lampiran 7
Acara Ilmiah/Pelatihan/Seminar/Simposium Perawat Keluar
RSUP Persahabatan tahun 2011
No Nama Pelatihan Tanggal Lamanya
(Jam)
1 Audit Intern Tingkat Lanjutan I 2/28/2011 80 2 Basic Trauma Cardiac Life Support 1/27/2011 32 3 Basic Trauma Cardiac Life Support AGD Dinkes 1/10/2011 16 4 Endoscopic Surgery and Stapling Course 5/26/2011 32 5 Fellowship Perawatan Bedah Mata Fakoemulsifikasi 6/1/2011 720 6 Ho Care Dalam Praktek Keperawatan Mandiri 11/29/2011 24 me
7
Kegiatan teknis pasca peningkatan kemampuan teknis bidang koordinator dalam penerapan standar dan pedoman kebidanan termasuk inisiasi menyusui dini melalui asuhan sayang ibu dan bayi 8/26/2011 8
8 Kongres International Ke-2 ICAS 16 2/18/2011
9 Kursus DasInfeksi 9/19/2011 40
ar Ke 10 Tentang Pencegahan dan Pengendalian
10 Kursus Dasar Pencegahan dan 3/14/2011 36 Pengendalian Infeksi 11 Kursus Lanjutan PPI ke 5 5/23/2011 32 12 Kursus Luka Bakar Pena ar terkini 1 nganan Luka Bak 5/20/201 16 13 Manajemen Kamar Bedah 11/24/2011 32 14 Muktamar V ARSPI Semiloka dan Thospex 2011 7/6/2011 24
15 Orientasi Promosi Kesehatan di Rumah Sakit bagi Pengelola PKRS 10/4/2011 62
16 Pelatihan Bagi Pelatih Tenaga Pelayanan Kesehatan Profesional Program Kerjsama Teknik Dengan Alexandra 9/20/2011 480
17 7/21/2011 40 Pelatihan BASIC Kamar Bedah 18 4/11/2011 40 Pelatihan BASIC Trauma Cardiac Life Support 19 10/27/2011 40 Pelatihan Dasar Kamar Bedah 20 Pelatihan Kardiovaskuler Tingkat Dasar 480 7/4/2011 21 Pelatihan Kegawat Daruratan Basic 2 11/23/2011 40 22 4/18/2011 248 Pelatihan Keperawatan Intensif Ginjal Dialisis Hipertensi 23 Pelatihan Komite Keperawatan Dalam Struktur Organisasi RS 5/30/2011 16 24 Pelatihan Konseling Menyususi 5/2/2011 40 25 Pelatihan Manajemen Ruang Rawat Angkatan Ke II 10/9/2011 40 26 Pelatihan Pengelolaan Data Dokumen Elektronik Akreditasi RS 7/15/2011 16 27 Pelatihan Perawat Neonatal Level 2 & 3 ( NICU ) 9/19/2011 216
28 9/26/2011 36 Pelatihan Perawatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
29 2/21/2011 60 Pelatihan Perencanaan dan Penilaian Kinerja Perawat Berbasis Kompetensi
30 Pelatihan Resusitasi Neonatus 5/8/2011 16 31 Pelayanan dan Pengembanagan Keperawatan di Rumah Sakit 9/20/2011 24
32 Pengembangan Sistem Informasi HIV dan AIDS dalam
– HIV Pelaksanaan Software JAIS TB 12/27/2011 16
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013
143
Universitas Indonesia
1033 Penunjang Jabatan fungsional Kesehatan /26/2011 37 34 Perawatn Pasien Dengan Kemotherapi 12/5/2011 40 35 Resusitasi Neonatus 5/8/2011 8 36 Review TOT TB / MDR-TB 11/18/2011 16
37 Seleksi Peserta Pelatihan bagi Pelatih ( TOT ) bagi Tenaga Yankes Profesional 6/1/2011 8
38 Seminar dan Workshop Prolactin Empoworing Mother On Lactation 12/18/2011 8
39 5/14/2011 16 Seminar Interaktif dan Workshop Nasional Bidan II 40 Seminar Leading Culture Transformation 11/17/2011 8 41 7/19/2011 8 Seminar Sehari Keperawatan Indonesia 42 Seminar Sehari Keperawatan Indonesia Nursing Expo 2011 7/19/2011 8
43 Sidang Senat Terbuka dalam Rangka Wisuda D III & DIV Politeknik Kemenkes Jakarta 3/19/2011 8
44 4/14/2011 24 Simposium & Workshop Paliatif 45 Sistem Manajemen K3 12/16/2011 32 46 sosialisasi standar Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 12/6/2011 8 47 Training of Trainers Kamar Bedah 1/27/2011 24 48 Training Officer Courses 10/24/2011 40
49 urikulum dan Modul pelatihan
8/15/2011 8 Undangan Seminar Standar Kjabatan fungsional bidan
50 tandar Kurikulum dan Modul Pelatihan
9/23/2011 8 Undangan Seminar SJabatan Fungsional Perawat
51 Workshop dan Symposium Manajemen Hepatitis C di Unit Hemodialisis 7/16/2011 16
52 Workshop Perawat Mahir ICU 12/10/2011 16 53 Workshop Prolactin Empowering Mother On Lactation 12/18/2011 8 54 Workshop Surveilans 1/27/2011 8 55 6/3/2011 16 Workshop Surveior Akreditasi Rumah Sakit 56 Workshop Ventilasi Mekanik 5/6/2011 8
Sumber : Bagian pendidikan dan pelatihan RSUP Persahabatan
Analisa kebutuhan..., Sarah Andini, FKM UI, 2013