ujian uap ferawati ansik dm

Upload: herman-yws-ztd

Post on 31-Oct-2015

57 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini bangsa indonesia telah menyongsong visi kesehatan 2010 yakni mengutamakan penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan Iptek dan upaya kesehatan diharapkan agar memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat masyarakat, serta di laksanakan penuh tanggung jawab dan lebih mengutamakan peningkatan pemeliharaan peningkatan dan kesehatan dan pencegahan penyakit. Keperawatan sebagai salah satu unsur pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan konstribusinya dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Hal ini sangat dibutuhkan profesionalisme seseorang, seorang perawat yang lebih baik dan bermutu.

Sehubungan dengan pentingnya kesehatan diatas, maka sudah menjadi tugas kita sebagai seorang perawat untuk membahas Asuhan Keperawatan pada Ny M.B Dengan Gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus Tipe II Di Ruangan Interna G II L II Kelas III RSUD Prof.Dr Aloei Saboe Kota Gorontalo B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas dapat ditentukan batasan masalah mengenai C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Memberikan informasi dan input yang berguna bagi pengembangan asuhan keperawatan secara komperhensif di RSUD Kota Gorontalo pada khususnya bagi perawat.

2. Tujuan Khusus

Memperoleh gambaran tentang pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin "DIABETES MELITUS

Memperoleh gambaran dalam menetapkan diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatandan implementasi keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrinDIABETES MELITUS

D. Manfaat Penulisan

1. sebagai bahan bacaanbagi mahasiswa dalam menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrinDIABETES MELITUS

2. memberikan gambaran nyata dan menjadi media penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya bagi penderita DIABETES MELITUS baik penyebab maupun penanggulangannya.

E. Metode Penulisan

Penulisan Askep Seminar Ujian Akhir Program ini menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan menggambarkan secara nyata tentang masalah yang sedang di bahas berdasarkan data yang di kumpulkan dari studi kepustakaan, studi kasus, dan studi dokumentasi yang berkaitan dengan masalah yang sedang di bahas.

F. Sitematika Penulisan

Sistematika penulisa Askep Seminar Ujian Akhir Program ini terdiri dari lima bab yaitu sbb:

BAB I : Pendahuluan melputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BABII : Landasan teori meliputi konsep medik dan konsep keperawatan sistim endokrin.

BAB III : Tinjauan kasus yaitu penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrinDIABETES MELITUS

BAB IV : Pembahasan

BAB V : Penutup

. KONSEP KEPERAWATAN1. Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan problem-solving yang memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interversonal dan ditujukan untuk kebutuhan klien/keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang seguensial dan berhubungan: Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi.

2. Tujuan Proses Keperawatan

Tujuan proses keperawatan adalah untuk membuat suatu kerangka konsep berdasarkan kebutuhan individual dari klien, keluarga, dan masyarakat dapat terpenuhi. Proses keperawatan adalah suatu tahap desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan yang meliputi : mempertahankan keadaan kesehatan klien yang optimal, apabila keadaan berubah membuat suatu jumlah dan kualitas tindakan keperawatan terhadap kondisinya guna kembali keadaan normal.

3. Tahap-Tahap Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan individu. Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien diabetes melitus adalah :

a Identitas klien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan suku, agama, dan pendidikan.

b Status kesehatan saat ini meliputi keluhan utama dan riwayat keluhan utama.

c Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan masa lalu di mana klien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya atau tidak

d Riwayat Keluarga meliputi genogram

e Riwayat psikososial meliputi persepsi diri, suasana hati, rentang perhatian dan hubungan komunikasi

f Pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang meliputi kebutuhan nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, ADL, dan hygiene.

2. Pemeriksaan fisik

a) Sistem persarafan

Pusing, pening, kesemutan, kejang, letargi, gangguan memory, sakit kepala, disorientasi dan koma

b) Sistem penginderaan :

Mata

: visus menurun, dan gangguan penglihatan

Hidung :menurunnya penciuman, bentuk dan gangguan hidung

Telinga : menurunnya fungsi pendengaran dan gangguan pada

telinga

c) Sistem pencernaan :

Mual muntah, anoreksia, penurunan berat badan, bising usus, nyeri tekan abdomen.

d) Sistem pernafasan:

Frekwensi pernafasan, kekurangan O2, pola nafas, bentuk toraks, bunyi nafas.

e) Sistem kardiovaskuler

Tachicardi, disritmia, nadi menurun, hypertensi postural, pergerakan jantung

6. Sistem endokrin

Pembesaran tyroid, keadaan kulit, GDS.

7. Sistem perkemihan

Poliuri, distensi kandung kemih, resiko hipovolemia, urine encer, nocturia.

8. Muskuloskeletal

Kekuatan otot, pergerakan terbatas, lemah, tonus otot menurun

9. Sistem integumen

Kulit panas, kering dan kemerahan, ulkus pada kaki, turgor kulit jelek.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien diabetes mellitus adalah :

a. Infeksi berhubungan dengan pertahanan selular tidak adekuat.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

c. Perubahan sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa.

d. Kelelahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik.

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.3. Perencanaan

Diagnosa I :Infeksi berhubungan dengan pertahanan selular tidak adekuat.

Kriteria hasil : luka nampak bersih dan tidak berbau, proses

penyembuhan luka cepat, luka tidak nyeri atau berkurang

nyerinya.

Intervensi:

1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan

Rasional : pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah

mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami

infeksi nosokomial

2. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif

Rasional : kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman dan bakteri

3. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik.

Rasional : mencegah timbulnya infeksi silang atau infeksi nosokomial

4. Kaji area luka setiap kali mengganti balutan

Rasional : memberikan informasi tentang efektivitas terapi yang

diberikan

5. Pijat area sekitar luka dan sisi luka

Rasional : merangsang sirkulasi dan mengalirkan darah putih dan

nutrisi yang dibutuhkan dalam penyembuhan luka serta

menghilangkan pus.

6. Bersihkan luka dengan menggunakan NaCl 0,9 % + diolesi madu

Rasional : menjaga kebersihan luka sehingga mempercepat proses

penyembuhan luka, madu diberikan untuk mencegah invasi

langsung pada jaringan oleh bakteri

7. Penatalaksanaan pemberian antibiotik

Rasional : untuk mengurangi virulensi bakteri

8 . anjurkan mengkonsumsi untuk makanan tinggi serat dan protein

Rasional: Protein dapat memperbaiki sel sel yang rusak

Diagnosa II :Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

Kriteria hasil : mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan dengan TTV stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urune tepat secara individu, kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik

2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, membran mukosa.

3. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine

4. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman. Selimuti pasien dengan selimut tipis.

5. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan.

6. Kolaborasi pamberian terapi cairan sesuai dengan indikasi

Rasional :

1. Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan tachicardia

2. Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat

3. Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan,

4. Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien lebih lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan cairan

5. Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi

6. Tipe dan jumlah dari caran tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien secara individual.

Diagnosa I I :Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin.

Kriteria hasil : mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat energi biasanya, mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasnya yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.

Intervensi :

1. Timbang BB setiap hari atau sesuai dengan indikasi

2. Identifikasi makanan yang disukai atau dihemdaki termasuk kebutuhan etnik atau kultural

3. Auskutasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi

4. Beri makanan cair yang mengandung zat makanan nutrien dan elektrolit dengan segera, jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan melalui oral.

5. Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makanan ini sesuai dengan indikasi

6. Kolaborasi mengenai pemeriksaan gula darah

7. Kolaborasi dalam pemberian diit dan pola makanan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.

Rasional :

1. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya)

2. Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam pencernaan makanan, kerjasama ini dapat di upayakan setelah pulang.

3. Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas atau fungsi lambung

4. Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik

5. Meningkatkan rasa keterlibatannya : memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien

6. Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih kuat dari pada memantau gula dalam urine yang tidak cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi kadar gula darah

7. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik

Diagnosa III: Perubahan sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa.

Kriteria Hasil: Mempertahankan tingkat mental biasanya, mengenali dan mengompensasi adanya kerusakan sensori.

Intervensi :

1. Panggil nama pasein, orientasikan kembali sesuai dengan kbutuhannya misalnya tempat terhadap tempat orang dan waktu.

2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup atau tanpa terganggu.

3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan, tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.

4. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi berpindah tempat dan sebagainya.

5. Tingkat partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas pasien sehari-hari sesuai yang dapat ditoleransi.

Rasional :

1. Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien sangat lemah.

2. Mencegah kelelahan yang berlebihan.

3. Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

4. Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.

5. Meningkatkan kepercayaan dan harga diri yang positif sesuai dengan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.Diagnosa IV: Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

Kriteria Hasil: Menunjukan perbaikan kemampuan untuk beradaptasi dalam aktivitas yang diinginkan.

Intervensi :

1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.

2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup atau tanpa terganggu.

3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan, tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.

4. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi berpindah tempat dan sebagainya.

5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai yang dapat ditoleransi.

Rasional :

a. Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

b. Mencegah kelelahan yang berlebihan.

c. Mengidentivikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

d. Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dan penurunan akan energi pada setiap kegiatan.

e. Meningkatkan kepercayaan dan harga diri yang positif sesuai dengan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.

Diagnosa V :Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

Kriteria hasil : mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan dengan TTV stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urune tepat secara individu, kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik

2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, membran mukosa.

3. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine

4. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman. Selimuti pasien dengan selimut tipis.

5. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan.

6. Kolaborasi pamberian terapi cairan sesuai dengan indikasi

Rasional :

1. Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan tachicardia

2. Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat

3. Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan,

4. Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien lebih lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan cairan

5. Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi

6. Tipe dan jumlah dari caran tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien secara individual.

Diagnosa VI : kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

Kriteria hasil : dapat mengenal proses penyakitnya

Intervensi :

1. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan pnuh perhatian dan selalu ada untuk pasien

2. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk melakukan makanan di luar rumah.

3. Buatlah jadwal latihan dan aktivitas identivikasi hubungan penggunaan insulin yang perlu menjadi perhatian

4. Instruksikan pentingnya pemeriksaan secara rutinpada kaki dan perawatan kaki tersebut. Demonstrasikan cara untuk merawat luka

5. Tekankan pentingnya pemeriksaan mata secara teratur

6. Memberikan informasi tentang penyakitnya

Rasional :

1. menanggapi dan memperhatikan perlu di ciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.

2. kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makanan/ mentaati program.

3. waktu latihan tidak boleh bersamaan waktunya dengan kerjanya puncak nsulin makanan kudapan harus di berikan sebelum atau selama latihan.

4. mencegah dan mengurangi komplikasi yang berhubungan neuropati perifer atau gangguan sirkulasi terutama selulitis, ganggren dan amputasi.

5. perubahan dalam penglihatan dapat terjadi secara perlahan dan lebih sering pada pasien yang jarang mengontrol DM.

6. menambah dukungan kepada klien sehingga mempercepat proses penyembuhan dan mengenal proses penyakitnya.

4. Implementasi

Merupakan pelaksanaan perawatan oleh perawat kepada pasien sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara cermat serta efisien pada situasi yang tepat guna memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.

5. Evaluasi

Akhir dan proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang yang telah ditentukan berdasarkan keakuratan kelengkapan dan kualitas data. Proses evaluasi dilakukan dengan menggunakan format SOAP.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. M. B. DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS TIPE II

DI RUANGAN INTERNA KELAS III RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE

KOTA GORONTALO

A. Pengkajian Tgl masuk : 02 September 2008 Sumber Informasi :Klien & Keluarga

Ruang/Kelas : Interna /III Tgl Pengkajian:04 September 2008

Dx Medis : Diabetes Mellitus

I. Data Demografi

A. Identitas Klien

Nama: Ny. M. B.

Umur: 57 Tahun

Jenis kelamin: Perempuan

Alamat: Tamano

Status perkawinan: Kawin

Agama : Islam

Suku: Gorontalo

Pendidikan: -

Pekerjaan: Petani

B. Identitas Penanggung Jawab

Nama: Ny. N. M.

Umur: 31 Tahun

Jenis kelamin: Perempuan

Pekerjaan: URT

Hubungan dengan Klien: Menantu

Lain lain: Umum

II. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Alasan masuk Rumah Sakit

Klien masuk rumah sakit pada tanggal 02 September 2008 dengan keluhan luka pada kaki kanan kurang lebih selama dua minggu yang lalu. Riwayat DM (+)

TD: 130/90 mmHg

N: 80 x/m

SB: 36,5o C

R :20 x/m2) Keluhan utama saat di kaji pada tanggal 04 September 2008 klien mengeluh nyeri pada daerah ekstrenitas bawah terdapat luka pada ibu jari dan telapak kaki kanan. Nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk dengan skala nyeri sedang 5 (0 10) dan sifatnya hilang timbul berlangsung + 5 menit. Hal yang memperberat nyeri yaitu bila pasien menggerakkan kakinya. Keluhan yang menyertai,badan terasa lemah, klien mengatakan aktifitas di bantu keluarga,klien sering bertanya-tanya tentang penyakitnya.

b. Riwayat Kesehatan Lalu,

Klien belum pernah dirawat di RSUD Aloei Saboe.Klien sebelumnya tidak pernah mengalami kecelakaan. Klien belum pernah di operasi. Klien tidak alergi obat-obata atau makanan. Klien tidak pernah menderita penyakit yang serius.

c. Riwayat kesehatan keluarga

1. Genogram

`

Keterangan :

: Laki laki: Klien

: Perempuan : Menikah

: Tinggal Serumah: Meninggal

2. Riwayat kesehatan anggota keluarga

Dalam keluarta klien ada yang mempunyai penyekit yang sama yakni salah satu saudaranya.

b. Riwayat Psikososial

Orang yang terdekat dengan klien saat ini adalah anak-anak klien dan keluarga. Interaksi dalam keluarga baik. Hal yang dipikirkan klien saat ini adalah tentang proses penyakitnya yang memerlukan proses penyembuhan yang lama. Pasien sangat berharap dapat segera pulang dan beraktifitas sebagaimana biasa. Klien cemas dengan lukanya dan sering bertanya tanya tentang penyakitnya.

c. Keaadaan spiritual pasien

Sumber kekuatan klien saat ini adalah Allah SWT. Kegiatan keagamaan yang dilakukan klien yaitu sholat. Saat ini klien belum bisa melakukan hal tersebut .

d. Kondisi lingkungan rumah

Keadaan rumah klien ada pintu, jendela dan pentilasi. Letak rumah klien dan tetangga berjarak + 1 meter. Rumah klien tidak mempunyai tempat pembuangan air limbah.

e. Aktifitas sehari-hari

1) Nutrisi

Sebelum sakit :frekwensi makan 3x/hari, dengan jenis makanan lauk, sayur dan nasi, kadang buah. Pasien mempunyai tidak pantangan-pantangan terhadap makanan yang mengandung glukosa tinggi serta lemak. Waktu makan pagi, siang dan malam. Nafsu makan klien baik, tidak mual atau muntah, porsi makan dihabiskan.

Saat dikaji:frekwensi makan 3x/hari seperti biasa sebelum sakit dengan jenis makanan nasi dan lauk pauk, porsi makan dihabiskan, tidak ada keluahan mual-mual atau muntah.

2) Cairan

Sebelum sakit:frekwensi minum klien + 7 8 gelas perhari dengan jenis minuman air putih. Klien kadang mengkonsumsi kopi.

Saat dikaji:frekwensi minum klien + 8 9 gelas perhari (2000 cc/hari) dengan jenis minuman air putih. Klien mengalami polidipsi.

3) Eliminasi

BAK

Sebelum sakit:frekwensi BAK klien + 7 8 kali perhari, warna urine kuning, bau amoniak, klien tidak ada keluhan dalam BAK.

Saat dikaji: frekwensi BAK klien + 7 8 kali perhari, warna urin kuning, bau amoniak. Klien tidak mengalami poliuria.

BABSebelum sakit:frekwensi BAB 1 2 kali perhari, konsistensi padat, warna kuning kecoklatan serta bau khas makan yang dicerna.

Saat dikaji:frekwensi BAB 1 kali perhari, konsistensi padat dan warna kuning kecoklatan, tidak ada keluhan dalam BAB.

4) Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit:klien biasa tidur malam mulai pukul 21.00 04.30 dan pada siang hari mulai pukul 13.30 15.00, klien mudah terbangun, tidak ada kebiasaan pengantar tidur.

Saat dikaji:klien mengatakan sering terbangun jika merasakan nyeri frekwensi tidak menentu.

5) Aktifitas dan latihan

Sebelum sakit:kegiatan sehari-hari klien sebagai Petani. Waktu luang klien digunakan untuk beristirahat dan santai bersama keluarga.

Saat dikaji:saat ini klien belum dapat melakukan aktifitas. Aktifitas dilakukan ditempat tidur. Aktifitas dibantu oleh keluarga.

6) Personal higiene

Sebelum sakit:klien mandi sehari 2 kali yaitu pagi dan sore. Menggosok gigi menggunakan odol, mandi menggunakan sabun mandi, dalam satu minggu klien sering menggunting kuku.

Saat dikaji: klien hanya dilap sehari 2 kali yaitu pagi dan sore mengunakan air hangat.

III. Pemeriksaan Fisika. Keadaan Umum1. Tingkat Kesadaran: compos menthis2. Tanda tanda vitalTD: 130/90 mmHg

N: 80 x/menit

SB: 36,5oC

R: 20 x/menitb. Pemeriksaan Fisik

1. Sistem penginderaan

Mata:posisi mata simetris,terjadi peradangan(katarak), kelopak mata normal, tio normal, konjungtifa pucat, sklera berwarna putih, pergerakan bola mata normal, refleks pupil normal penglihatan klien mulai kabur.

Telinga:struktur telinga simetris kiri dan kanan, daun telinga normal, kondisi telinga tidak terdapat bengkak dan nyeri, tidak terdapat serumen, tidak terdapat cairan dan fungsi pendengaran baik.

Hidung:struktur hidung simetris kiri dan kanan, tidak terjadi peradangan, tidak ada sinusitis, fungsi penciuman baik, tidak terdapat polip.

Mulut:struktur simeteris antara bibir atas dan bawah, bibir kering,gusi merah muda, gigi sudah ada yang tanggal dan berlubang, tidak ada peradangan pada tonsil, refleks menelan baik dan tidak ada kesulitan dalam menelan.

2. Sistem pernafasan

Bentuk dada simetris, pengembangan toraks normal, type pernafasan vesikuler, frekwensi pernafasan 20 x/menit,bunyi nafas normal.

3. Sistem kardiovaskuler

Tidak ada distensi vena jugularis, ictus cordis teraba pada ICS 5, pengisian kapiler + 2 detik. Kecepatan denyut apikal 80 x/menit. Irama denyut apikal normal. Bunyi nafas normal, bunyi jantung satu terdengar jelas di area mitra dan apikal dengan bunyi lup sedangkan denyut jantung dua terdengar jelas di dasar jantung dengan bunyi dup.4. Sistem pencernaan

Warna kulit abdomen merata, bentuk simetris, gerakan abdomen normal, bunyi peristaltik usus 8 kali permenit. Bunyi hepar dan lien pekak. Bunyi lambung timpani, hepar tidak teraba sedangkan lien teraba. Pada abdomen tidak terdapat nyeri tekan.

5. Sistem perkemihan

Saat dilakukan perkusi pada ginjal kanan/kiri klien tidak merasa nyeri, keadaan ginjal kanan/kiri tidak teraba, klien tidak mengalami poliuria.

6. Sistem endokrin

Tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, terdapat pus pada daerah luka, klien mengalami polidipsi dan poliuria. Klien mengalami riwayat penyakit DM.

7. Sistem persyarafan

GCS 15 (E4 V5 M6), orientasi orang, tempat dan waktu baik. Koordinasi gerak normal, pemeriksaan Nervus :

a. Nervus I Olfatorius pasien dapat membedakan bau.

b. Nervus II Optikus penglihatan klien kabur dalam jarak 3 meter.

c. Nervus III, IV, V, Okulomotorius koklearis, abdusen reaksi pupil saat terkena cahaya mengecil, refreks kornea normal, gerakan bola mata normal

d. Nervus V Trigeminus, saat diusapkan pilinan kapas didaerah optalmikus klien berespon untuk menutup mata.

e. Nervus VII Fasialis fungsi pengecapan normal, yakni pada saat diteteskan larutan gula pasien merasakan lurutan pada 1/3 anterior lidah.

f. Nervus VII Akustikus fungsi pendengaran klien masih baik.

g. Nervus IX Glasofaringeus fungsi pengecapan normal, yakni pada saat diteteskan larutan gula pasien merasakan lurutan pada 1/3 posterior lidah.

h. Nervus X Vagus gerakan ovula normal yakni pada saat pasien membuka mulut ovula bergerak keatas.

i. Nervus XI Asoserius normal yakni pada saat pemeriksa menahan bahu klien ke bawah klien dapat mengangkat bahunya.

j. Nervus XII Hipoglosus normal yakni klien dapat mengerakan lidah ke kiri dan ke kanan.

8. Sistem muskuloskenetal

Kekuatan otot

, tidak ada

kekakuan sendi, tidak nyeri pada tulang sendi, tidak pernah mengalami faktur, badan terasa lemah, kebutuhan sehari- hari masih dibantu keluarga. Kaki sebelah kanan tampak bengkak, luka terdapat pada daerah ibu jari kaki dan telapak kaki.

9. Sistem integumen

Turgor kulit sedang, warna kulit kning lansat, terdapat luka pada ibu jari sebelah kanan berbentuk lingkaran dengan diameter 1,5 cm dan telapak kaki kanan berbentuk lingkaran dengan diameter 2,5 cm. pada daerah ekstenitas kanan bawah, pus (+) bengkak. Pada luka terdapat jaringan nekrotik, luka tampak lembab.IV. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan tgl 02 september

Nilai normalWBC: 11,5 h

4,0/10,0

RBC: 3,17 L

4,50/6,50

HCT: 28,5 L

36,0/48,0

PLT: 491

150/450

SGOT: 16 U/L

SGPT: 20 U/L

Ureum : 39mg/dL