ujian akhir semester gasal 2019/2020 ekonomi syariah...
TRANSCRIPT
Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL 2019/2020 EKONOMI SYARIAH (ECEU602061)
Pengajar : Tim Dosen Waktu : 120 menit Sifat Ujian : Tutup Buku/Catatan (Closed Books/Notes)
Bagian A. Pilih 4 dari 8 soal berikut (@ 20%)
1) Dalam kaidah muamalah yang menjadi dasar aturan transaksi ekonomi Islam, segala
aktivitas ekonomi adalah dibolehkan kecuali yang jelas dilarang. Karena itu
memahami ekonomi dan keuangan Islam lebih mudah dibentuk dengan mengetahui
apa saja yang terlarang dalam aktivitasnya.
a. Sebutkan tiga alasan atau cara identifikasi transaksi yang terlarang dalam
ekonomi Islam, dan alasan mana yang menjadi inti pengembangan produk
keuangan Islam sehingga para ahli keuangan Islam saat ini memfokuskannya
b. Sebutkan metode-metode transaksi yang diberikan oleh ekonomi Islam sehingga
bisa menjadi alternatif transaksi yang dilarang
Jawaban:
A. identifikasi 1, mengetahui objek apa yang haram obyek untuk ditransaksikan, untuk
mengetahui objek yang haram ditransaksikan, harus mengetahui dalilnya dari sumber hukum
Islam (Al-Quran, hadits, ijma, dan qiyas), transaksi tersebut tidak terdapat larangannya, maka
hukumnya mubah. Selain itu, mengetahui illat (sifat dasar dari sesuatu) dari transaksi tersebut.
Misalnya haramnya khamr dalam Islam. Illat diharamkannya khamr adalah karena
memabukkan. Maka segala sesuatu yang memabukkan hukumnya haram.
Identifikasi 2, mengetahui cara transaksi yang haram yang seperti apa. Cara transaksi yang
haram adalah yang melanggar prinsip “an taradin min kum” yaitu setiap transaksi harus
didasarkan pada prinsip “kerelaan antara kedua belah pihak”. Contoh transaksi yang
diharamkan adalah tadlis (penipuan), dimana terdapat asymmetric information salah satu pihak
tidak mengetahui informasi yang diketahui oleh pihak lainnya. Kemudian juga melanggar
prinsip “laa tazhlimuna wa la tuzhlamun” yaitu jangan menzalimi dan jangan dizalimi. Sifat
transaksi mendzalimi antara lain:
• Gharar: dimana terdapat informasi yang timpang dari kedua belah pihak,
• Ikhtikar: produsen mengambil keuntungan diatas harga jual dengan cara mengurangi
supply di pasar (menimbun barang) agar harga produk naik.
• Bay’ najasy: produsen menipu konsumen dengan menciptakan permintaan palsu,
sehingga seolah olah banyak permintaan dan harga produk naik.
• Riba: Tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan yang
dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.
• Maysir: Salah satu pihak harus menanggung beban pihak yang lain (zero sum game)
• Risywah: Memberi sesuatu kepada pihak lain untuk mendapatkan sesuatu yang bukan
hak-nya.
Identifikasi 3.
Tidak sah atau lengkap akad transaksinya. Suatu transaksi tidak sah/lengkap akad-nya jika:
Tidak terpenuhi rukun dan syarat akad, Terjadi ta’alluq, dan terjadi shafqatain fi al-shafqah.
Rukun dan syarat akad tidak terpenuhi
– Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam sebuah transaksi yaitu pelaku, objek, dan ijab-
kabul.
– Syarat adalah sesuatu yang keberadaannya melengkapi rukun (sufficient condition). Misal:
pelaku transaksi haruslah orang yang cakap hukum (mukallaf).
Ta’alluq
– Terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang saling dikaitkan, sehingga berlakunya akad
1 tergantung pada akad 2. Contoh: transaksi bai’ al-’inah, tawarruq.
Shafqatain fi al-shafqah
– Suatu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus, sehingga terjadi ketidakpastian mengenai
akad mana yang berlaku.
B. Metode Alternative
terdapat dalil dalam Al Quran dalam surat Al Baqarah ayat 275 yaitu “Allah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba”. Salah satu transaksi yang paling sering kita lihat di era modern
adalah transaksi berbasis riba. Karena itu, alternative transaksi yang dilakukan adalah
transaksi-transaksi jual beli seperti: Bay’ as-salam, bay’ al istishna, murabahah, mudharabah,
bay’ as sharf, dll.
Sedangkan untuk akad akad pelengkap yang dapat menjadi alternative adalah seperti akad
wadiah, qardh, wakalah, kafalah, hawalah, rahn.
Mengapa akad bay’ menjadi akad alternative? Dalam transaksi-transaksi berbasis jual beli,
seperti Murabahah, ijarah, salam dan istisna, rate of return adalah positif dan ditetapkan
diawal. Pre-determined rate of return dari transaksi- transaksi berbasis jual beli ini membuat
mereka terlihat sangat mirip dengan instrument berbasis bunga. Hasil akhir keduanya adalah
identik. Namun dalam kenyataannya tidak demikian, terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya.
Transaksi jual-beli tidak mengandung pembiayaan langsung dan pinjaman. Mereka
adalah transaksi pembelian, penjualan atau sewa yang mengandung barang dan jasa riil.
Syariah menerapkan sejumlah kondisi untuk validitas transaksi- transaksi ini untuk menjamin
bahwa penjual (financier) juga berbagi resiko dan untuk menjamin bahwa transaksi ini tidak
berubah menjadi transaksi pembiayaan dan pinjaman berbasis bunga, seperti adanya
ketentuan bahwa penjual harus memiliki dan menguasai barang yang dijual. Dengan demikian
pembiayaan melalui akad Islam hanya bisa ekspansi seiring dengan kenaikan perekonomian
riil. Yang ditetapkan diawal adalah harga dari barang dan jasa yang dijual, bukan tingkat
bunga. Sekali harga telah ditetapkan, maka hal tersebut tidak bisa dirubah meskipun terdapat
keterlambatan pembayaran terkait hal-hal yang tidak diperkirakan.
2) Sistem finansial Islam secara umum dicirikan oleh dua karakter utama: (i)
Pelarangan riba; dan (ii) Pelarangan gharar.
a. Jelaskan konsep riba dan gharar, dan jelaskan mengapa dilarang
Jawaban:
Secara istilah, riba artinya adalah pengambilan tambahan dari harta pokok secara batil.
Tambahan ini diperoleh oleh salah satu pihak tanpa ada resiko tertentu yang ditanggung.
Riba dilarang karena:
1. Riba memungkinkan seseorang memaksakan pemilikan harta dari orang lain tanpa ada
imbalan. Keuntungan yang akan diperoleh pihak peminjam masih “dalam perjudian”,
belum tentu datang, sedangkan pemungutan “tambahan” dari peminjam adalah hal
yang pasti, tanpa resiko;
2. Riba menghalangi pemilik modal ikut serta berusaha mencari rizki, karena ia dengan
mudah membiayai hidupnya cukup dengan bunga. Hal ini akan membawa kemunduran
masyarakat;
3. Bila riba diperbolehkan, masyarakat dengan maksud memenuhi kebutuhannya, tidak
segan-segan meminjam uang walau berapapun tinggi bunga-nya. Hal ini akan merusak
tata hidup tolong-menolong, saling menghormati, sifat-sifat baik manusia dan perasaan
berhutang budi;
4. Dengan riba, pemilik modal menjadi semakin kaya, peminjam semakin miskin. Jika riba
dibenarkan, orang kaya akan menindas orang miskin
Gharar: Gharar adalah ketidakpastian yang membuat objek akad (kuantitas dan kualitas,
harga, waktu penyerahan) menjadi tidak pasti. Contoh: menjual anak sapi yang masih dalam
kandungan, kasus ijon, menjual barang yang hilang, dll. Secara teknis ekonomi, gharar
(taghrir) adalah adanya ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi (unknown to
both parties)
–Bentuk, jenis, sifat dan jumlah objek akad tidak diketahui secara jelas
–Objek akad tidak ada dan belum dimiliki, atau ada namun tidak bisa diserahterimakan
–Harga (tsaman) atau upah (ujrah) dari objek akad tidak diketahui secara jelas
Dalam perspektif ekonomi, pelarangan bay al-gharar (jual beli gharar) dapat dipandang
sebagai pelarangan memperdagangkan resiko (trading in risk) yang terpisah dari underlying
transactions dan sifatnya tidak penting.
Gharar dilarang karena:
1. Pelarangan gharar akan mencegah individu terlibat dalam transaksi yang implikasi
keseluruhannya tidak diketahui secara pasti oleh para pihak (asymmetric information).
2. Transaksi dengan ketiadaan informasi yang memadai seperti ini berpotensi
menguntungkan satu pihak diatas kerugian pihak lain, sehingga melanggar prinsip
saling kerelaan yang menjadi fondasi utama transaksi.
3. Untuk alasan yang sama, semua jenis kebohongan, penipuan dan ketidakjujuran dalam
transaksi tercakup dalam pelarangan gharar.
4. Tujuan utama pelarangan gharar ini adalah menghindarkan individu dari exposure
yang berlebihan terhadap resiko yang tidak penting.
b. Jelaskan mengapa karakater utama di atas menjadi ciri sistem keuangan Islam ?
Jawaban:
Sistem finansial secara umum berdiri diatas dua aktivitas utama yaitu transfer kredit dan
transfer resiko, dimana tanpa dua aktivitas ini sistem finansial tidak akan berfungsi. Sedangkan
karakter utama sistem keuangan islam pelarangan riba dan gharar. Pelarangan Riba secara
esensial bermakna pelarangan “trading in credit”. Pelarangan Gharar secara esensial bermakna
pelarangan “trading in risk”. Karena aktivitas keuangan umumnya terdiri atas trading in credit
dan trading in risk, maka sistem keuangan islam yang melarang gharar dan riba melarang kedua
mekanisme tersebut.
3) Perbankan Islam
a. Jelaskan perbedaan konsep perbankan Islam dengan perbankan konvensional!
b. Mengapa pembiayaan murabahah (mark-up) jauh lebih populer dan disukai
dibandingkan pembiayaan mudharabah (profit-loss sharing)? Jelaskan baik dari
sisi pengusaha (demand) maupun dari sisi bank (supply).
Jawaban:
A. Jelaskan perbedaan konsep perbankan Islam dengan perbankan konvensional!
Karakteristik Perbankan Islam Perbankan Konvensional
Moral
Dimension
Sistem nilai dan moralitas Islam (akhlak
dan adab)
Tidak ada dimensi moral
yang terlibat
Money
Treatment
Uang sebagai alat tukar, bukan sebagai
komoditas
Uang sebagai komoditas
Oriented Keberkahan, profit, dan manfaat sosial Profit
Application of
Interest Rate
Dilarang Digunakan sebagai
instrumen utama
Relation
Between Bank
and Debtor
Dianggap sebagai mitra bisnis Debitur-Kreditur
Evaluation of
Debtors
Berdasarkan partisipasi dalam
mengelola risiko
Berdasarkan
creditworthiness dan
jaminan
Fine on Late
Payment
Tidak ada denda, karena denda termasuk
dalam riba dan karenanya dilarang
Ada denda, bahkan bunga
dapat dibebankan pada
denda, yang mana
menambah jumlah utang
yang harus dibayar
Scope of
Business
Harus dalam bisnis yang sah menurut
syariah, dan tidak membahayakan
masyarakat
Setiap jenis bisnis
diperbolehkan, tidak ada
pertimbangan etis atau
moral atas jenis bisnis yang
terlibat, kriteria utama
hanya menghasilkan
keuntungan yang cukup
Trading
Derivatives
Product
Dilarang karena dianggap memiliki
unsur gharar dan maysir
Transaksi derivatif dalam
berbagai bentuk
diperbolehkan
Banking
Performance
Oversight
Memiliki dewan direksi, komite audit
(audit internal), dan dewan pengawas
Syariah (DPS)
Memiliki dewan direksi dan
komite audit (Tidak adanya
DPS)
Connectivity
between the
real sector and
the financial
sector
Semua produk pembiayaan
berhubungan dengan sektor riil kecuali
utang atau pinjaman (qardh), dan karena
uang tidak dianggap sebagai komoditas,
maka setiap peredaran uang berbanding
lurus dengan sirkulasi barang dan jasa
riil
Sistem bunga menimbulkan
kesenjangan antara sektor
riil dan sektor finansial
B. Mengapa pembiayaan murabahah (mark-up) jauh lebih populer dan disukai
dibandingkan pembiayaan mudharabah (profit-loss sharing)? Jelaskan baik dari sisi
pengusaha (demand) maupun dari sisi bank (supply).
Pembiayaan murabahah (mark-up) lebih disukai karena dinilai lebih mudah dikelola,
lebih menguntungkan, dan lebih rendah risikonya baik dari sisi bank maupun nasabah. Hal
ini bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan risiko non-performing financing
sebagaimana yang lebih riskan terjadi pada pembiayaan mudharabah. Pembiayaan
mudharabah sendiri pada dasarnya memiliki banyak tantangan, di antaranya yaitu:
a) Asymmetric information: Bank dan pengusaha tidak memiliki informasi yang sama
tentang proyek, dimana pengusaha memiliki motif dan insentif untuk mengeksploitasi
keunggulan informasi yang dimilikinya
b) Masalah adverse selection: Pengusaha dengan potensi keuntungan tinggi cenderung
memilih pembiayaan berbasis utang karena cost of capital dari utang perbankan
dipandang murah. Sebaliknya, pengusaha dengan potensi keuntungan rendah, bahkan
berisiko tinggi mengalami kerugian, akan cenderung memilih pembiayaan berbasis
ekuitas
c) Masalah moral hazard: Keunggulan informasi dapat membuat pengusaha berlaku
curang dengan melakukan upaya-upaya yang menguntungkan mereka di atas
keuntungan bank
4) Pasar Modal Islam
a. Jelaskan perbedaan pasar modal Islam dan pasar modal konvensional
b. Mengapa pasar modal islam dianggap first best instrument of risk sharing
Jawaban:
A. Jelaskan perbedaan pasar modal Islam dan pasar modal konvensional
Pasar modal Islam adalah pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam
kegiatan transaksinya, yang mana terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti riba, perjudian,
spekulasi, dll. Sedangkan pasar modal konvensional tidak memperhatikan hal itu, baik dari
segi transaksi, sumber pendanaan perusahaan, maupun sarana investasi.
Pasar Modal Islam Pasar Modal Konvensional
Investasi pada perusahaan yang
berkegiatan usaha sesuai dengan prinsip
Islam (Bukan jasa keuangan riba,
minuman keras, rokok, dll)
Investasi pada perusahaan untuk semua
kegiatan usaha
Mekanisme transaksi sesuai dengan
syariah
Mekanisme transaksi secara
konvensional (terdapat bunga/riba,
dapat mengandung transaksi gharar,
maupun spekulatif)
Prinsip bagi hasil, jual beli, dan sewa Perangkat suku bunga
Orientasi keuntungan baik untuk dunia
maupun akhirat
Orientasi keuntungan secara general
Hubungan dengan nasabah berbentuk
kemitraan
Hubungan dengan nasabah berbentuk
kreditur-debitur
Ada Dewan Pengawas Syariah Tidak ada Dewan Pengawas Syariah
B. Mengapa pasar modal islam dianggap first best instrument of risk sharing?
Pasar modal Islam dianggap sebagai first best instrument of risk sharing maksudnya
adalah pasar modal Islam memiliki keunggulan dalam hal investasi. Keunggulan tersebut
dalam hal kualitatif maupun kuantitatif. Dalam hal kualitatif, pasar Modal Islam sejalan
dengan syariat Islam yang mana terbebas dari riba, lebih pasti dalam artian terhindar dari
gharar, maupun diperkuat oleh payung hukum di antaranya 11 Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (POJK) terkait pasar modal syariah. Dalam hal kuantitatif, keuntungan investasi
syariah pada pasar modal Islam dalam angka tidak kalah dibandingkan dengan produk
konvensional. Adanya konsep kerjasama secara syariah yang mana kerjasama tersebut
tidak akan merugikan kedua belah pihak. Pada saat perusahaan menghasilkan keuntungan,
maka investor akan dibagi keuntungan atau dividen saat saham diperdagangkan. Selain itu,
investasi dalam pasar modal syariah juga digunakan sebagai sarana aktivitas kegiatan
sosial, yang mana keuntungan tidak hanya dirasakan oleh para nasabah, melainkan juga
untuk orang lain, sekaligus mampu menjadi penggerak kualitas perekonomian di Indonesia.
5) Teori Moneter Islam
a. Jelaskan proses penciptaan uang di system ekonomi konvensional dan jelaskan
keburukannya bagi perekonomian
b. Apa solusi Islam dari permasalahan yang ada di system moneter konvensional!
Jawaban:
A. Proses Penciptaan Uang di Konvensional melalui Fractional Reserve Banking (PPT
EKI pertemuan 8, Pak Yusuf)
• Ketika bank menahan semua deposito sebagai cadangan (reserve), dan tidak melakukan
aktivitas kredit, maka bank tidak memberi pengaruh pada jumlah uang beredar (100%
reserve banking).
• Namun jika bank menahan hanya sebagian dari deposito dalam cadangan, tidak sejumlah
100%, maka bank menciptakan uang beredar melalui kredit yang diciptakannya
(fractional-reserve banking).
Gambar Credit Creation dari FRB (PPT PKPI pertemuan 2)
● Keburukan (PPT Emonis Pertemuan 5, Pak Yusuf)
Kelemahan →
Permasalahan utama dalam sistem uang kertas adalah inflasi dan instabilitas nilai uang karena
ketiadaan disiplin moneter yang inheren dalam sistem.
• Ekspansi moneter dalam sistem uang fiat adalah tidak terbatas dan sepenuhnya berada dalam
diskresi pemerintah.
• Pemerintah memiliki motif, insentif dan kewenangan untuk mendapat tambahan penerimaan
secara mudah hanya dengan sekedar mencetak uang kertas.
Tantangan → Tantangan terbesar dalam sistem uang fiat adalah menemukan pengganti bagi
konvertibilitas uang kertas terhadap uang koin logam mulia, yang memberikan fungsi yang
sama: mempertahankan tekanan yang inheren dan efektif kepada pemerintah agar menahan
diri untuk tidak menjadikan pencetakan uang dan inflasi sebagai sumber penerimaan negara.
B. Solusi Islam
Sistem Moneter dan Keuangan yang Bebas dari Riba (trading in credit) dan Gharar (trading in
risk) (no riba and no gharar) → PKPI pertemuan 2
6) Public Finance
a. Jelaskan posisi Islam tentang budget deficits dan utang pemerintah!
b. Apa saja instrument-instrument yang disediakan Islam untuk membiayai budget
deficits!
c. Jelaskan peranan sukuk sebagai instrumen Islam untuk mobilisasi dana publik!
Jawaban:
a) Secara umum, pinjaman publik diperbolehkan sebagai solusi ketika terjadi budget deficit atau
kondisi mendesak, serta lebih diperuntukkan untuk tujuan produktif (non-konsumtif).
*Catatan historis (sumber PPT KPI pertemuan 12, Bu Rahmatina)
→ Utang/pinjaman dari publik juga pernah dilakukan oleh Nabi untuk membiayai kepentingan
perang dan kebutuhan sosial lainnya pada masa awal Islam.
→ Menurut Ibnu Majah, pada masa perang Hunain, sempat terjadi budget deficit karena banyak
mualaf
sehingga pengeluaran zakat melebihi penerimaannya. Rasulullah SAW kemudian meminjam 40.000
dirham pada masyarakat dan membayarnya kembali setelah kembali dari perang. Pada kesempatan
lain, beliau memungut zakat setahun sebelumnya dari pamannya Abbas.
* Menurut Beik (2015), utang publik harus didasarkan pada prinsip-prinsip sbb:
1. Utang publik merupakan alternatif/sumber keuangan publik Islam terakhir setelah
semua sumber lainnya tidak bisa mencukupi kebutuhan negara.
2. Utang publik harus sesuai dengan kemampuan negara untuk membayarnya →
Perlu ditetapkan batas atas proporsi utang terhadap GDP
3. Instrumen utang publik tidak boleh mengandung unsur riba dan variabelnya
lainnya yang tidak sesuai syariah.
b) Instrumen:
Instrumen utang publik tidak boleh mengandung unsur riba dan variabelnya
lainnya yang tidak sesuai syariah.
- Sukuk. Penerbitan sukuk di Indonesia, baik sukuk negara maupun sukuk korporasi,
diperbolehkan dengan dasar adanya kebutuhan untuk membiayai defisit anggaran dan
kebutuhan untuk membiayai perusahaan → SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN)
c) Peran sukuk untuk mobilisasi dana publik
● Tujuan (sumber PPT Bu Rahmatina, KPI 12)
• Pembiayaan APBN
• Pembiayaan pembangunan proyek
● Peran (sumber PPT Bu Rahmatina, KPI 12)
• Diversifikasi sumber pembiayaan APBN.
• Membiayai proyek-proyek Pemerintah.
• Mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara.
• Memperluas basis investor.
• Memperkaya alternatif instrumen investasi.
• Mengembangkan pasar keuangan syariah.
• Menyediakan sukuk benchmark.
7) Zakat dan Wakaf
a. Bagaimana zakat bisa berperan dalam membantu pengentasan kemiskinan
b. Apa keunggulan wakaf sebagai sebuah instrument yang bisa menghadirkan
kesejehteraan di masyarakat?
Jawaban:
a) Zakat memiliki peruntukan wajib untuk fakir miskin. 8 golongan yang berhak menerima
zakat antara lain adalah fakir, miskin, amil (pengelola zakat), mualaf, riqab (budak),
gharimin (orang2 yang berhutang), fii sabilillah (orang yang berjuang di jalan Allah), ibnu
sabil/musafir (orang yang sedang melakukan perjalanan jauh). Al Quran menyebutkan
bahwa fakir dan miskin sebagai kelompok pertama dan kedua dalam penerima zakat, yaitu
orang yang mendapat prioritas utama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu tujuan
zakat adalah untuk pengentasan kemiskinan. Zakat menjadi instrument yang dapat
membantu pengentasan kemiskinan, karena dalam mekanisme konvensional, seperti pajak,
tidak diharuskan untuk dialokasikan bagi proyek pembangunan kemiskinan. Sedangkan
zakat diwajibkan untuk disalurkan kepada 8 golongan tersebut, dan 2 kategori fakir dan
miskin menjadi prioritas utama.
Dalam perekonomian Islam dimana zakat diterapkan, maka masyarakat akan terbagi dalam
dua kelompok pendapatan yaitu pembayar zakat dan penerima zakat. Kelompok
masyarakat wajib zakat (muzakki) akan mentransfer sejumlah proporsi pendapatan mereka
ke kelompok masyarakat penerima zakat (mustahiq). Hal ini secara jelas akan membuat
pendapatan disposable (disposable income) mustahiq meningkat. Peningkatan pendapatan
disposabel akan meningkatkan konsumsi dan sekaligus mengizinkan mustahiq untuk mulai
membentuk tabungan. Dalam jangka panjang, transfer zakat akan membuat ekspektasi
pendapatan dan tingkat kekayaan mustahiq meningkat yang pada gilirannya membuat
konsumsi mereka menjadi lebih tinggi lagi.
b) Wakaf memiliki sifat yang abadi atau kekal, artinya bahwa nilai manfaat dari wakaf ini tidak
boleh habis. Karena nilai manfaat dari wakaf tidak boleh habis, maka nilai manfaat tersebut
dapat disalurkan terus menerus kepada penerima manfaat. Aset wakaf dapat
diproduktifkan, sehingga hasil manfaat dari asset wakaf produktif ini dapat digunakan
secara langsung untuk meningkatkan kapasitas masyarakat miskin, seperti: pemberian
beasiswa untuk pendidikan dan training; pengajian dan pendidikan keagamaan, dll; subsidi
kesehatan, meliputi obat, jasa medis dan rawat inap; pembelian aset produktif dan modal
kerja. Selain itu, wakaf juga tidak terbatas untuk pembangunan rumah ibadah seperti yang
masih ada pada stigma masyarakat. Wakaf asset dapat berupa wakaf dalam bangunan
gedung, jalan, saluran air atau sumur, dan asset publik lainnya yang dapat membantu
kesejahteraan masyarakat.
Bagian B. Pilih 2 dari 9 soal berikut (@10%)
1) Jelaskan konsep maqasid syariah dan kaitannya dengan produktifitas dan larangan
menyia-nyiakan sumberdaya!
Jawaban:
Menurut Prof. Wahbah Az-Zuhaili, maqashid syariah adalah tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam setiap penerapan ketentuan hukum. Tujuan-tujuan tersebut dalam
mewujudkan kemashlahatan manusia yang terletak pada perlindungan terhadap agama
(hifzhuddin), jiwa (hifzhunnafs), akal (hifzhul-aql), keturunan (hifzhunnasl), dan
harta/kekayaan (hifzhul-maal)
Kaitan dengan larangan menyia-nyiakan sumberdaya → Pada dasarnya hal ini ditujukan
untuk menjaga harta/kekayaan dan agama. Menyia-nyiakan sumber daya akan membuat
sumber daya yang ada tidak terpakai secara sia-sia dan justru akan merugikan dalam perspektif
ekonomi. Selain itu, dalam hal agama, perbuatan ini dilarang karena pada akhirnya nanti
manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas harta yang dimilikinya, yaitu dari mana
diperolehnya, dan bagaimana dikelola maupun dibelanjakannya. Oleh karena itu, sumber daya
ataupun harta yang dimiliki perlu dikelola sesuai dengan prinsip Islam, dan dalam hal-hal baik
yang diridhai oleh Allah.
Kaitan dengan produktifitas → Sebagai umat muslim, kita diperintahkan untuk
meningkatkan produktifitas. Produktifitas dalam hal ini menekankan untuk memenuhi
kebutuhan individu sekaligus merealisasikan kemandirian umat. Dalam tingkatan individu,
terpenuhinya ‘kecukupan’ bagi individu secara sempurna berdasarkan kelayakan keadaan
sesuai dg zaman dan lingkungannya. Dalam tingkatan umat/negara, terpenuhinya kemampuan,
keahlian, dan prasarana yang dengannya manusia bisa melaksanakan urusan agama dan
dunianya. Dengan ini kita dapat memanfaatkan sumberdaya secara efektif untuk mencapai
kesejahteraan dalam masyarakat. Hal ini mengindikasikan terjaganya agama, harta, dan
keturunan.
2) Jelaskan bagaimana posisi pelarangan riba, aqidah, zakat, konsep kepemilikan dan
akhlaq dalam rancang bangun ekonomi Islam
Jawaban:
Pelarangan riba Menjadi fondasi dalam sistem finansial Islam yang mana
melarang riba namun tidak melarang profit sebagai return untuk
usaha wirausahawan dan modal finansial
Aqidah Agama menjadi visi sosial ekonomi karena ia mendefinisikan
kesejahteraan dan menjadi jangkar bagi keinginan ekonomi
yang tanpa batas. Islamic worldview menjadi visi kehidupan
manusia, yang berfokus pada tauhid. Tauhid tidak sekadar
percaya kepada Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, namun juga
percaya bahwa Allah menciptakan kehidupan dengan sebuah
tujuan yang jelas, bukan tanpa tujuan.
Zakat Merupakan salah satu instrument fiskal Islam dalam
membangun ekonomi Islam, yang mana memiliki fungsi alokasi,
distribusi, sekaligus stabilisasi dalam perekonomian
Konsep
Kepemilikan
Mengakui adanya sistem kepemilikan pribadi, wakaf, dan
kepemilikan bersama untuk barang-barang yang diperlukan
dalam memenuhi hajat hidup orang banyak
Akhlaq Tata kelakuan yang mengatur segala perilaku umat muslim
dalam membangun ekonomi Islam, dengan memperhatikan
perbuatan yang dianjurkan maupun dilarang dalam syariat
Islam
Dengan adanya hal-hal di atas, rancang bangun ekonomi Islam diharapkan dapat
mencapai misi yang utama yaitu falah, yang mana tercapainya kesejahteraan bagi
seluruh makhluk di bumi tanpa memandang agama, ras, gender, maupun kebangsaan
3) Jelaskan perbedaan Riba dan Profit dalam konteks keuangan Islam ?
Jawaban:
Dalam konteks keuangan Islam, perbedaan antara keduanya yaitu riba dilarang karena tidak
ada padanan nilai pertukaran yang dibenarkan, sedangkan profit dibolehkan karena adanya
padanan nilai yang setara (’iwad) dalam hal:
a. Effort (Al-kasb): Mengambil atau mengolah tanah dari sumber daya alam lainnya secara
langsung
b. Risk (Al-ghurm): Keuntungan hanya dapat dibenarkan ketika pihak-pihak yang terlibat
bersedia menanggung risiko kerugian (Al-ghunmu bi al-ghurmi)
c. Liability (ad-dhaman): Hasil usaha hanya dapat dibenarkan ketika pihak-pihak yang
terlibat menanggung beban atau kewajiban (Al-kharaj bi ad-dhaman)
Profit dalam konteks keuangan Islam
Pelarangan riba (trading in credit)
4) Jelaskan perbedaan Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf
Jawaban
- Zakat adalah kewajiban finansial yang diambil dari harta orang kaya dan diserahkan ke
orang miskin. Yang berhak mengambilnya adalah penguasa atau pemerintah melalui
orang yang disebut Al Qur’an sebagai al ‘amilina ‘alaiha(‘amil zakat) yaitu mereka yang
mengurusi urusan zakat; memungut, menjaga, menyalurkan, dan menghitungnya
(Qaradhawi, Fiqh az-Zakat). Zakat wajib disalurkan kepada 8 golongan dalam Al Quran
yaitu: fakir, miskin, amil (pengelola zakat), mualaf, riqab (budak), gharimin (orang2
yang berhutang), fii sabilillah (orang yang berjuang di jalan Allah), ibnu sabil/musafir
(orang yang sedang melakukan perjalanan jauh).
- Sedekah memiliki sifat yang sukarela. Berbeda dengan zakat yang wajib. Sedekah
memiliki berbagai bentuk. Sedekah jariyah, wakaf, dan infaq termasuk bagian dari
sedekah.
- Infaq mencakup pengeluaran dalam bentuk harta benda, sedangkan sedekah mencakup
pengeluaran baik dalam bentuk harta benda maupun bentuk lainnya.
- Wakaf memiliki sifat yang kekal abadi dan nilai manfaatnya tidak boleh berkurang.
Harta benda yang diwakafkan adalah harta yang memiliki daya tahan lama dan/atau
manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi.
5) Jelaskan perbedaan antara Takaful dan Asuransi
Jawaban:
Hakikatnya asuransi adalah mekanisme transfer resiko
Asuransi → Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 pihak/lebih, dimana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada yang tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada yang tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau ikehilangan, keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
Aktivitas ekonomi riil
WaktuNilai tambah
ekonomiFinancial
return
Aktivitas ekonomi riil
Nilai tambah ekonomi
Financial return
jawab hukum kepada pihak ke-3 yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yg dipertanggungkan.
Dalam asuransi konvensional, terdapat ketidakjelasan (gharar) apakah di masa
mendatang, peserta akan mengklaim premi atau tidak. Apabila klaim tidak dibuat
oleh salah satu pihak, maka seperti zero sum game (maysir). Selain itu, asuransi
konvensional tidak memiliki standar syariah dalam mengelola dananya, maka dana
dapat didepositokan ke instrument keuangan non syariah atau bisnis non halal
Takaful → takaful memiliki makna saling menanggung, sebagai aktivitas saling memikul
resiko diantara sesama orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi
penanggung atas resiko yang dihadapi saudaranya. Asuransi syariah atau biasa
disebut takaful adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau dana kebajikan
(tabarru) yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Prinsip utamanya adalah
takaful (saling menanggung), dan taawun (saling tolong menolong). Sistem asuransi
syariah bertujuan untuk menutupi kerugian peristiwa-peristiwa atau musibah-
musibah oleh sekelompok tertanggung kepada orang yang tertimpa musibah
tersebut. Karena asuransi syariah diawasi oleh DSN MUI, maka terdapat aspek2 halal
yang harus diperhatikan seperti pengelolaan dana harus ke deposito syariah dan
bisnis yang halal.
6) Berbeda dengan keuangan konvensional yang mekanismenya diatur dengan
instrumen bunga, konsep sektor keuangan komersil Islam seperti bank dan pasar
modal dilakukan dengan prinsip risk sharing. Jelaskan
Jawaban:
Setiap usaha di sektor riil selalu memiliki peluang kegagalan menghasilkan return, jadi jika
pemilik kapital ingin ikut mendapat profit maka dia harus ikut menanggung resiko kegagalan
sektor riil ini, ini esensi sistem bagi hasil, profit sharing terjadi karena adanya risk-sharing
→ Keuntungan dilegitimasi dengan keterlibatan dalam aktivitas ekonomi riil. Return atas suatu
aset hanya untuk pihak yang mengelola dan bertanggung jawab atas aset tersebut, dan pihak
lain yang tidak menanggung kewajiban tersebut tidak berhak atas return tersebut.
Sistem bagi hasil maka dipandang sebagai sistem yang Islami karena ia memberikan keadilan
bagi semua pihak: pemilik kapital mendapatkan keuntungan jika pengusaha sukses, pengusaha
tidak menanggung seluruh kerugian ketika mengalami kegagalan usaha
(EKILA pertemuan 9, Pak Yusuf)
(sumber: PPT Mikroekonomi Islam pertemuan 10)
7) Instrumen pada sektor keuangan sosial Islam memiliki posisi yang sangat penting
dalam sejarah perkembangan ekonomi Islam. Walaupun demikian saat ini
pengembangan ekonomi sosial Islam masih tertinggal dari ekonomi komersilnya.
Kenapa hal ini bisa terjadi, Jelaskan.
Jawaban:
Pengembangan ekonomi sosial Islam masih tertinggal dari ekonomi komersial
mungkin ini sedikit bisa diulas Islamic Philanthropy (PKPI pertemuan 11)
Mungkin alasannya karena Literasi dan sumber daya manusianya yang belum qualified dan
belum terstandarisasi (dari nadzir untuk wakaf dan Amil Zakatnya), serta sistemnya yang
belum kondusif (?) → karena masih banyak masyarakat yang memilih mengalokasikan dana
zakat dan sodaqoh ke lembaga informal atau melalui sektor informal (langsung ke tetangga,
tanpa pencatatan, dll) (balik lagi ini terkait dengan literasi masyarakat juga).
8) Jelaskan bagaimana Ibnu Khaldun menganalisis naik turunnya perekonomian suatu
bangsa? Apa yg membedakan model Ibnu Khaldun dengan model yang ada dalam
ekonomi konvensional.
Jawaban:
Model Ibnu Khaldun
G menjadi variabel dependent
karena fokus analisis Ibnu Khaldun
adalah menjelaskan jatuh
bangunnya sebuah negara atau
peradaban. Menurut Ibnu
Khaldun, kekuatan dan kelemahan
suatu pemerintahan bergantung
pada kekuatan dan kelemahan
otoritas politik (wazi’) yang dikandungnya. Dalam jangka panjang, otoritas politik (G) harus
menjamin kesejahteraan rakyat (N) dengan menyediakan lingkungan yang kondusif untuk
pembangunan (g), distribusi pendapatan (W), dan penegakan keadilan (j) melalui
implementasi syariah (S).
Diagram sirkular diatas dinamakan Dynamic Model yang diciptakan oleh Umer Chapra dengan
mengintisarikan pemikiran Ibnu Khaldun tentang faktor-faktor dalam ekonomi pembangunan
dalam bukunya “Muslim Civilization: The Causes of Decline and the Need for Reform” (lebih lanjut
baca dalam buku tersebut mulai halaman 18).
Cara memahami model:
6 faktor ekonomi pembangunan (G, S, N, W, j&g) saling berinteraksi satu sama lain dalam untuk
menciptakan kemajuan peradaban (pembangunan ekonomi).
Akan ada satu faktor (bisa faktor yang mana saja) yang bisa menjadi menjadi pemicu pada
faktor lain. Maka dari itu, antara faktor-faktor tersebut ada arah pergerakannya yang
dilambangkan dengan panah, baik di lingkaran luar, lingkaran dalam, maupun dalam bintang.
→ Artinya satu faktor tersebut bisa mempengaruhi faktor mana saja. Misalnya G sebagai pemicu
(munculnya pemerintahan yang baik dan amanah), bisa mempengaruhi langsung ke S (hukum
syariah ditegakkan dengan baik dan tanpa pandang bulu), atau bisa mempengaruhi langsung
ke N (masyarakat bekerja lebih produktif karena percaya ada pemerintahan yang amanah yang
tidak akan berbuat sewenang-wenang mengambil harta), atau bisa mempengaruhi langsung ke
W (sumber daya alam dimanfaatkan dengan efektif dan efisien), atau juga bisa mempengaruhi
ke j&g (pembangunan fisik yang merata di seluruh negeri).
→ Sehingga hanya karena satu faktor sebagai pemicu, sangat mungkin untuk mempengaruhi
faktor-faktor lain yang akhirnya tercipta pembangunan ekonomi.
→ Namun juga perlu diketahui bahwa adanya pemicu salah satu faktor tersebut bukan hanya
menyangkut hal-hal baik saja, melainkan bisa juga hal-hal buruk dari satu faktor kemudian
menyebar kepada faktor lain dengan mekanisme sama seperti diatas, yang kemudian bisa
membuat kemunduran ekonomi.
(sumber: Pertemuan 13 Makroekonomi Islam dan Rangkuman I-LIB IBEC)
UAS EKSYAR 17-18
No. 1 Bobot Soal 40% a. Jelaskan homo economicus sebagai model perilaku manusia dalam ekonomi konvensional!
Bandingkan dengan homo ethicus dan homo Islamicus.
b. Jelaskan bagaimana motivasi dan preferensi konsumsi dalam Islam berbeda dengan
konsumsi konvensional! Bandingkanlah konsep utility dan mashlahah.
a. Homo economicus merupakan penyerdehanaan model perilaku ekonomi manusia dalam
ekonomi konvensional yang mengatakan dan menyamaratakan bahwa manusia sebagai
individu ekonomi yang memiliki sifat-sifat berikut: perfect self-interest (hanya memikirkan
dan memaksimumkan kesejahteraan sendiri), perfect rationality (memiliki rasionalitas
yang tidak terbatas), dan perfect information (memiliki informasi yang sempurna). Asumsi-
asumsi ini menciptakan manusia sebagai pelaku ekonomi yang berlaku secara independen,
tidak kooperatif, individualis, dan terisolasi dari komunitas atau masyarakat. Namun,
dalam perkembangannya.Wawasan psikologi memberi banyak pencerahan kepada ilmu
ekonomi tentang teori perilaku manusia, antara lain:
• Manusia tidak selalu rasional. Kesalahan sistematis yang sering dibuat manusia
antara lain: (i) kepercayaan diri yang terlalu berlebihan (overconfident), (ii)
memberi bobot yang terlalu besar pada sejumlah kecil observasi yang menyentuh
perasaan (vivid observations), dan (iii) cenderung menginterpretasikan bukti-bukti
untuk mengkonfirmasi kepercayaan yang telah mereka miliki (reluctant to change).
• Manusia peduli pada nilai-nilai keadilan, dimana nilai-nilai ini secara sederhana
diabaikan dalam teori-teori ekonomi.
• Manusia tidak konsisten sepanjang waktu, khususnya untuk keputusan-keputusan
yang membutuhkan pengorbanan dimasa sekarang untuk manfaat di masa depan.
• Berbagai penelitian di bidang psikologi menunjukkan sejumlah bias dalam perilaku
manusia yang diakibatkan oleh: (i) optimisme (dan bahkan pikiran-pikiran khayal)
tentang masa depan, (ii) kepercayaan yang terlalu berlebih-lebihan
(overconfidence), (iii) kecenderungan bahwa orang lain memiliki pikiran yang
sama dengan kita (the false consensus effect), dan (iv) kenyataan bahwa apa yang
kita ketahui dan mempengaruhi kita ternyata tidak diketahui oleh orang lain (the
curse of knowledge).
Kegagalan pemodelan perilaku manusia sebagai homo economicus kemudian menciptakan
model ekonomi yang berbasis perilaku (behavioral models). Pemodelan ini menciptakan
manusia sebagai homo ethicus, dimana manusia juga memperoleh kesejahteraan moral dan
emosional dengan adanya melakukan kewajibannya terhadap orang lain serta memiliki
tanggung jawab dan komitmen yang kuat untuk mencapai tujuan-tujuan sosial. Homo
ethicus merupakan manusia yang bersifat altruistik, kooperatif, jujur, dan dapat dipercaya,
karena pada homo ethicus, yang dipentingkan bukan hanya self-interest. Adapun homo
Islamicus berbeda dengan homo ethicus, karena pemodelan perilaku homo Islamicus
diturunkan dari al-Qur’an dan hadits. Homo Islamicus memiliki komitmen untuk mencapai
huquq terhadap God’s interest, social interest, environmental interest, dan self-interest
bukan hanya untuk meningkatkan kesejahteraannya pada level moral dan emosional saja,
tetapi sebagai kewajiban yang melekat pada dirinya sebagai seorang Islamic man. Lebih
dari itu, kesejahteraan dari mencapainya tidak hanya dirasakan di dunia, namun juga
ditujukan untuk memaksimumkan kesejahteraannya di akhirat. Dari bertindak, Islamic
man juga tidak hanya digerakkan oleh moral dan emosional saja, namun juga al-Qur’an
dan hadits, sehingga semua orang secara ideal akan memiliki perilaku yang sama.
b. Motivasi konsumsi dalam perspektif Islam adalah untuk memaksimumkan maslahah
dengan melakukan konsumsi berdasarkan kebutuhan dan bukan keinginan, dan
mengasumsikan bahwa Islamic man memiliki nafsu yang terkendali, rasionalitas dalam
memilih, dan maka maslahah/tujuan konsumsi tadi dapat dilihat secara objektif, terukur
dan terbatas. Adapun preferensi konsumsi dalam perspektif Islam terbagi dalam empat
tingkatan pilihan, yaitu: (i) pilihan tingkatan pertama yang membagi konsumsi untuk dunia
dan pengeluaran karena Allah (untuk akhirat); (ii) pilihan tingkatan kedua yang membagi
konsumsi untuk masa depan dan saat ini; (iii) pilihan tingkatan ketiga yang membagi
konsumsi menjadi konsumsi primer (dharuriyyat), konsumsi sekunder (hajiyyat) dan
konsumsi tersier (tahsiniyyat); dan (iv) pilihan tingkatan keempat yaitu pilihan antar barang
substitusi.
Perbandingan maslahah dan utility: (i) kriteria maslahah bersifat objektif karena ditentukan
oleh syariah dan karenanya maslahah individu meskipun subjektif (dalam arti masing-
masing individu yang menentukan apakah sebuah barang/jasa memiliki maslahah
untuknya), akan konsisten dengan maslahah masyarakat, berbeda dengan utility individu
yang seringkali konflik dengan utility masyarakat. Konsep maslahah mendasari seluruh
aktivitas ekonomi, tidak hanya konsumsi namun juga produksi dan perdagangan. Utility
hanya tujuan konsumsi, sedangkan tujuan produksi adalah laba. Membandingkan utility
antar individu adalah tidak mungkin karena sifat-nya subyektif. Namun perbandingan
maslahah bisa dilakukan, setidaknya perbandingan dalam tingkatan maslahah yang
berbeda.
No. 2 Bobot Soal 40%
a. Jelaskan konsep produksi dalam ekonomi konvensional. Jelaskan bagaimana mereka
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
b. Jelaskan filosofi dari kewajiban bekerja dan motivasi melakukan aktvitas ekonomi
produktif dalam Islam! Jelaskan apakah motivasi profit maximization mendapatkan
pembenaran dalam Islam.
c. Jelaskan perilaku produsen Islam dan dampaknya terhadap struktur perekonomian Islam.
a. Konsep produksi dalam ekonomi konvensional yang bertentangan dengan ekonomi Islam
1. Profit maximization assumption: motivasi produksi dalam Islam pada dasarnya
tidak hanya berorientasi pada profit, karena Islamic economic man mengutamakan
huquq dalam kehidupan dan aktivitas ekonominya, sehingga profit maximization
assumption tidak berlaku dalam ekonomi Islam.
2. Pareto optimality: hal ini bertentangan dengan konsep ekonomi Islam karena
adanya pengabaian distribusi pendapatan yang adil, karena titik yang optimal dalam
pareto optimum bisa berada dimana saja termasuk pada titik dimana sumber daya
hanya dikuasai oleh satu orang dalam perekonomian.
3. Given demand hypothesis: permintaan pasar yang tidak selalu mencerminkan
permintaan sebagian besar orang (terutama pada perekonomian dimana sebagian
kecil orang menguasai sebagian besar ekonomi) dan karenanya produksi barang
yang merespon permintaan ini tidak memenuhi kriteria maslahah untuk
kepentingan banyak orang serta maqashid syariah, karena barang yang daruriyat
dan dibutuhkan banyak orang - yang terkadang tidak tercermin dalam permintaan
pasar - tidak diutamakan dalam produksi.
b. Bekerja merupakan bagian dari beribadah dan ikhtiar manusia sebagai tujuannya
diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi. Oleh karenanya bekerja menjadi wajib dalam
Islam, terutama karena adanya tujuan yang ingin dicapai dari bekerja yang pada tingkat
minimum adalah untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri, kemudian keluarga, kemudian
untuk kemaslahatan masyarakat, kemudian untuk semua makhluk hidup, memakmurkan
bumi dan tingkatan yang paling tinggi adalah bekerja untuk pekerjaan itu sendiri.
Kesemuanya adalah simbol bahwa dalam tujuan penciptaannya sebagai khalifah, manusia
memiliki misi dan motivasi tertentu untuk menghidupkan bumi dengan bekerja. Adapun
profit maximization hanyalah satu bagian dari motivasi bekerja dan berproduksi, namun
tidak menjadi tujuan utama. Profit maximization yang mengabaikan maslahah tidak
memiliki pembenaran dalam perilaku seorang produsen Islami.
c. Seorang produsen Islami akan memproduksi sesuai kerangka maslahah dan maqashid
syariah, dan karenanya memproduksi dan memprioritaskan barang-barang yang
memberikan maslahah terbanyak. Adapun kriteria barang yang akan diproduksi oleh
seorang produsen Islami adalah: (i) hanya barang yang halal yang akan diproduksi; (ii)
produksi barang mewah akan turun secara substansial terutama dalam struktur
perekonomian yang demand riil masyarakatnya masih mencerminkan barang-barang
primer saja; (iii) ekspansi dalam industri yang memproduksi barang-barang kebutuhan
dasar pada perekonomian sebagai perwujudan pemenuhan maslahah sesuai urutannya
(darruriyat atau barang primer akan mendominasi, hajiyyat atau barang sekunder berada
pada prioritas kedua apabila produksi pada barang primer telah terpenuh, tahsiniyyat atau
barang tersier berada pada prioritas terakhir).
No. 3 Bobot Soal 40%
a. Jelaskan mekanisme pasar konvensional! Jelaskan prasyarat yang harus dipenuhi agar
mekanisme pasar konvensional mampu memenuhi tujuan-tujuan normatif.
b. Jelaskan intervensi pasar dalam sistem Islam! Bedakanlah market intervention dan price
intervention dalam perekonomian Islam.
a. Mekanisme pasar konvensional: Paradigma sekuler membawa ekonomi konvensional pada kondisi dimana pasar menjadi satu-satunya determinan efisiensi dan pemerataan dengan mengeliminasi peranan faktor-faktor lain, termasuk nilai-nilai dan institusi sosial. Harga pasar menjadi satu-satunya mekanisme filter dan self-interest menjadi satu- satunya kekuatan motivasi. Sistem berbasis mekanisme pasar menekankan pada: (i) Kebebasan penuh individu untuk mengejar self-interest dan untuk memiliki serta mengelola sumber daya; (ii) Akselerasi ekspansi kekayaan dan produksi maksimum serta pemenuhan keinginan didasarkan pada preferensi individu; dan (iii) Kekuatan pasar memegang kendali utama dalam alokasi dan distribusi sumber daya dengan peranan “minimum” untuk intervensi pemerintah atau collective value judgments. Interaksi bebas
antara konsumen dan produsen, dibawah kondisi pasar persaingan sempurna, akan menentukan harga keseimbangan untuk barang dan jasa. Pada titik keseimbangan, kepuasan konsumen (utilities) adalah maksimum, biaya produksi minimum, dan pendapatan faktor (termasuk upah dan laba) adalah maksimum. Dengan demikian, sistem pasar tidak hanya akan menjamin penggunaan sumber daya yang paling produktif (pareto efficient) namun juga harmoni antara private interest dan public interest (kondisi yang paling merata), sehingga juga berimplikasi pada distribusi pendapatan yang paling “equitable”.
Adapun kondisi yang dipenuhi agar mekanisme pasar konvensional dapat mencapai tujuan normatif yaitu: (a) harmoni antara kepentingan individu dan kepentingan sosial;
(b) distribusi pendapatan dan kesejahteraan yang merata; (c) pencerminan dari urgensi keinginan oleh harga; dan (d) persaingan sempurna
b. Cara atau bentuk intervensi pasar dalam sistem ekonomi Islam ditentukan oleh penyebabnya. Adapun dua penyebab yang membenarkan otoritas melakukan intervensi adalah: (i) genuine factors, yaitu perubahan harga yang disebabkan faktor-faktor yang bersifat alamiah (misalkan bencana alam, demand tinggi karena hari raya, dll). Kebijakan yang ditempuh disini adalah market intervention; dan (ii) non genuine factors, yaitu faktor-faktor non-alamiah yang menyebabkan distorsi terhadap mekanisme pasar yang bebas (misalanya monopoli, fake demand, dll) kebijakan yang ditempuh disini adalah dengan menghilangkan penyebab distorsi tersebut, termasuk dengan melakukan price intervention. Perbedaan market intervention dengan price intervention: market intervention mempengaruhi supply dan demand, diperbolehkan baik karena adanya ketidaksempurnaan pasar karena genuine maupun non-genuine factors; sedangkan price intervention merupakan intervensi yang langsung mempengaruhi harganya (misal kebijakan tarif, floor price, atau ceiling price) dan kebijakan ini hanya dibenarkan pada kondisi ketidaksempurnaan pasar disebabkan oleh non-genuine factors.
No. 4 Bobot Soal 40%
Sistem finansial Islam ditujukan untuk menjaga fungsi-fungsi uang dalam perekonomian.
a. Jelaskan pelarangan riba dalam Islam, definisi, makna ekonomi dan implikasi-nya.
Dapatkah anda jelaskan bagaimana riba memisahkan waktu dari aktivitas ekonomi riil ?
b. Jelaskan pelarangan gharar dalam Islam, definisi, makna ekonomi dan implikasi-nya.
Dapatkah anda jelaskan bagaimana gharar memisahkan resiko dari aktivitas ekonomi riil
?
a. Riba adalah tambahan (manfaat) yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya
padanan yang dibenarkan syari’ah atas penambahan tersebut. Terdapat dua transaksi yang
berpotensi menyebabkan riba, yaitu transaksi pertukaran barang ribawi dengan nilai yang
tidak sama yang dapat menyebabkan riba fadhl/riba buyu’ dan transaksi utang dengan
tambahan (bunga) yang dapat menyebabkan riba nasi’ah/qardh/jahiliyyah. Adapun riba
secara ekonomi melanggar kaidah ’keuntungan datang bersama risiko’ dan ’hasil datang
karena adanya usaha’. Dalam kasus riba nasi’ah, keuntungan dan imbal hasil yang
didapatkan terjadi hanya karena penambahan waktu, bukan karena adanya risiko yang
ditanggung atau usaha yang dilakukan oleh kreditor. Hasil usaha yang dilakukan oleh
debitor karenanya tidak berhak diklaim oleh kreditor. Lebih dari itu, uang pada dasarnya
hanya modal finansial, bukan aset produktif yang dapat disewakan dan karenanya tidak
dibenarkan mengkalim fixed pre-determined return atas uang. Seseorang hanya boleh
mendapatkan profit atas uang yang diberikannya apabila orang tersebut ikut menanggung
risiko (contoh: investasi) atau ikut serta dalam usaha. Karenanya riba berbeda dengan
profit, karena profit memiliki counter-value yang jelas (contoh: effort, liability, risk)
sedangkan riba tidak. Dalam ekonomi, riba bermakna trading in credit yang berarti terdapat
pemutusan waktu dari transaksi riil karena adanya pinjaman berbasis bunga. Bunga
menyebabkan tingkat utang meningkat dari utang pokok yang sebenarnya pada saat
transaksi dilakukan (cost of debt services). Bunga yang terakumulasi membuat utang terus
tumbuh dan menjauhkan sektor keuangan dari transaksi sektor riil.
b. Gharar dalam analisis fiqh mencakup dua aspek yaitu ketidakpastian dan ketidaktahuan.
Secara ekonomi, pelarangan gharar bermakna pelarangan trading in risk atau
memperjualbelikan risiko dan memutuskan risiko dari transaksi riil. Adapun gharar yang
terjadi dalam transaksi bisnis dibenarkan selama gharar tersebut tidak material (tidak dapat
dihindarkan, tidak siginifikan dan tidak disengaja). Implikasi dari pelarangan gharar adalah
pelarangan segala bentuk aktivitas yang bersifat zero-sum activity (transaksi dimana
seseorang mengalami keuntungan di atas kerugian orang lain). Gharar/trading in risk dapat
memisahkan risiko dari sektor riil karena risiko menjadi komoditas yang dapat
diperjualbelikan. Komoditisasi ini kemudian membuat sektor keuangan tumbuh berlipat
ganda tanpa adanya pertambahan dalam sektor riil.
No. 5 Bobot Soal 40% Manajemen moneter dan sistem perbankan berbasis bunga banyak mengalami kegagalan-
kegagalan. Intermediasi finansial Islam menjanjikan stabilitas dan deficit
kesejahteraan dalam perekonomian.
a. Jelaskan bagaimana sistem perbankan berbasis bunga membuat inflasi terus terjadi,
menghambat pencapaian tujuan normatif perekonomian, dan memperburuk distribusi
pendapatan.
• Dalam pembiayaan berbasis utang, tingkat bunga yang dikenakan adalah independen
terhadap kinerja riil si peminjam.
• Dalam sistem ini, bunga dipandang sebagai instrument risksharing yang efisien dalam
menghadapi informasi yang asimetris dan ketika biaya verifikasi rate of return dari
proyek riil adalah besar dibandingkan hasil potensial proyek.
• Dengan pengenaan bunga terhadap utang, biaya pengawasan (monitoring cost) juga
menjadi minimal karena bank tidak memiliki kepentingan terhadap tingkat
keberhasilan proyek si peminjam sepanjang ia tidak memiliki potensi default.
• Secara keseluruhan, dengan kontrak utang berbasis bunga, biaya transaksi (transaction
cost) menjadi lebih murah.
• Kebijakan moneter berbasis bunga tidak efektif mengendalikan jumlah uang beredar dan
inflasi, dan justru berimplikasi ekspansi jumlah uang beredar.
▪ Perbankan konvensional hidup dari interest spread, mendapatkan pendapatan bunga
yang lebih tinggi dari kewajiban bunga dana pihak ketiga yang mereka himpun.
▪ Maka, di tingkat suku bunga berapapun, perbankan akan berusaha meningkatkan laba
dengan cara meminjamkan uang lebih banyak baik ke sektor riil maupun sektor
finansial, atau meningkatkan size of the spread.
▪ Maka, ekspansi uang beredar dari sektor perbankan bisa terus berlanjut meskipun
ketika suku bunga tinggi.
▪ Sistem perbankan berbasis bunga membawa dampak buruk pada pencapaian tujuan normatif
perekonomian.
• Kriteria utama penyaluran kredit perbankan bunga adalah kemampuan peminjam
untuk menjamin pengembalian pokok dan bunga pinjaman. Penggunaan akhir dari
kredit tidak terlalu mendapat perhatian.
• Dalam sistem seperti ini, kredit akan mengalir ke orang kaya dan sektor pemerintah,
dua kelompok yang dipastikan mampu menjamin pinjaman.
• Pengeluaran kelompok ini tidak selalu efisien dan produktif, dan seringkali sesuai
dengan kepentingan masyarakat dan peradaban.
• Hal ini mendorong inefisiensi modal finansial dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
sebagian besar masyarakat terlepas dari berlimpahnya sumber daya finansial dalam
perekonomian.
• Sistem bunga juga membuat kesenjangan pendapatan semakin memburuk akibat distribusi
modal finansial yang sangat tidak merata.
• Perbankan konvensional sangat bergantung pada jaminan aset dalam penyaluran
kredit.
• Sehingga, meskipun dana yang dihimpun perbankan berasal dari seluruh kelompok
masyarakat, namun manfaat dana hanya mengalir ke kelompok kaya yang mampu
menjamin kredit.
• Jelaskan two-tier mudharabah model sebagai sistem perbankan Islam yang ideal. Mengapa model ini gagal diterapkan sehingga perbankan syariah kini berevolusi menjadi one-tier
mudharabah model? Dalam model two-tier mudharabah, hubungan antara rabb al-mâl dan mudhârib tercipta melalui kontrak tripartit dimana nasabah penyimpan dana memberikan
otoritas kepada bank untuk menggunakan dana-nya dengan basis bagi hasil (first-tier mudhârabah) dan bank kemudian bertindak sebagai agen nasabah penyimpan dana untuk masuk ke kontrak dengan pihak lain untuk menjalankan mudhârabah aktual dimana bank bertindak sebagai investor dan pihak lain sebagai pengusaha (second-tier mudhârabah).
• Terjadinya evolusi menjadi one-tier mudharabah dikarenakan sulitnya pihak perbankan dalam
menyalurkan dana melalui kontrak mudharabah saja. Sehingga munculah kontrak yang lain
seperti musyarakah, diminishing musyarakah, murabahah, istishna, salam, dan ijarah.
No. 6 Bobot Soal 40%
Zakat sebagai garda terdepan filantropi Islam memiliki berbagai karakteristik yang membuatnya
diinginkan secara sosial dan ekonomi.
a. Jelaskan konsep filantropi dalam Islam
b. Jelaskan konsep dasar zakat serta implikasi-implikasi ekonomi dari zakat .
c. Jelaskan sistem pengelolaan zakat di dunia Islam kontemporer, khususnya di Indonesia,
dan peran pentingnya dalam perubahan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
a. Dalam Islam, kegiatan yang bersifat filantropi tidak hanya menjadi suatu kegiatan
kebajikan dan sukarela, tetapi menjadi suatu kewajiban sendiri. Salah satu materi ekonomi
yang paling banyak disinggung oleh ayat-ayat dalam al-Qur’an adalah terkait dengan infaq
dan shodaqoh, dan karenanya filantropi merupakan bagian yang tidak terpisahkan bahkan
menjadi aktivitas ekonomi yang utama.
b. Zakat adalah salah satu rukun Islam dan wajib dilaksanakan bagi setiap orang yang
memiliki kriteria wajib zakat (akil, baligh, memiliki harta yang berpotensi berkembang,
mencapai nishab, mencapai haul, dll). Dalam Islam, zakat tidak hanya menjadi sarana
redistribusi pendapatan (aktivitas ekonomi) tetapi juga menjadi sarana penyucia harta
terutama dari hak-hak orang lain yang ada dalam pendapatan seseorang. Adapun zakat
didistribusikan untuk golongan tertentu yang telah disebutkan dalam Q.S. 9 : 60 dengan
kelompok prioritas utama adalah fakir dan miskin sebagai bentuk penekanan bahwa
memberantas kemiskinan merupakan hal yang penting dalam ekonomi Islam. Adapun zakat
berimplikasi terhadap beberapa hal dalam ekonomi, yaitu:
i. konsumsi agregat, dalam perekonomian Islam dimana zakat diterapkan, maka
masyarakat akan terbagi dalam dua kelompok pendapatan yaitu pembayar zakat dan
penerima zakat. Kelompok masyarakat wajib zakat (muzakki) akan mentransfer
sejumlah proporsi pendapatan mereka ke kelompok masyarakat penerima zakat
(mustahiq). Hal ini secara jelas akan membuat pendapatan disposabel (disposable
income) mustahiq meningkat. Peningkatan pendapatan disposabel akan
meningkatkan konsumsi dan sekaligus mengizinkan mustahiq untuk mulai
membentuk tabungan. Dalam jangka panjang, transfer zakat akan membuat
ekspektasi pendapatan dan tingkat kekayaan mustahiq meningkat yang pada
gilirannya membuat konsumsi mereka menjadi lebih tinggi lagi. Tingkat konsumsi
agregat dalam perekonomian Islam akan lebih tinggi karena marginal propensity to
consume/MPC dan average propensity to consume/APC perekonomian Islam lebih
tinggi dibandingkan perekonomian konvensional. Asumsikan bahwa MPC
mustahiq jauh lebih tinggi dari MPC muzakki. Jika kita mentransfer sejumlah
proporsi pendapatan dari kelompok dengan MPC rendah ke kelompok dengan MPC
tinggi, maka secara alamiah dampak bersihnya adalah positif yaitu MPC akan lebih
tinggi. Lebih jauh lagi, APC kelompok miskin adalah lebih tinggi dari APC
kelompok kaya. Sehingga transfer dari kelompok kaya ke kelompok miskin akan
meningkatkan APC agregat perekonomian;
ii. penawaran agregat, zakat bersifat market friendly karena memiliki tarif yang rendah
dan tetap karena sudah diatur dalam syariat. Sebagai misal, zakat yang diterapkan
pada basis yang luas seperti zakat perdagangan, tarif-nya hanya 2,5%, dan tidak
boleh dirubah. Karena itu zakat tidak mengganggu insentif investasi dan produksi,
serta memberikan kepastian usaha. Zakat juga memiliki tarif berbeda untuk jenis
harta berbeda, dan mengizinkan keringanan bagi usaha dengan tingkat kesulitan
produksi lebih tinggi. Sebagai misal, zakat untuk produk pertanian dari lahan irigasi
tarif-nya 5% sedangkan dari lahan tadah hujan tarif-nya 10%. Tarif zakat barang
tambang bervariasi antara 2,5%, 5%, 10%, dan 20% sesuai dengan perbandingan
antara barang yang dihasilkan dengan usaha dan biaya yang dihabiskan. Sebagai
instrumen fiskal, zakat memberi insentif untuk kemajuan dunia usaha, sehingga
menaikkan output dan menurunkan harga. Pada kasus zakat peternakan misalnya,
secara umum tarif zakat yang berlaku adalah tarif regresif, yaitu tarif yang semakin
menurun seiring jumlah hewan ternak yang semakin besar. Dengan demikian, hal
ini akan merubah producer behaviour dan mendorong tercapainya skala ekonomi
(economies of scale) dengan biaya produksi semakin rendah, sehingga output naik
dan harga turun. Sebagai bentuk intervensi pasar, zakat adalah instrumen yang
memiliki distorsi pasar yang minimal. Pada kasus zakat perniagaan, hal ini terlihat
pada kenyataan bahwa objek zakat adalah keuntungan perdagangan. Dengan
demikian, penerapan zakat tidak mempengaruhi struktur biaya dan tingkat
keuntungan, harga jual dan kuantitas produksi. Upaya perusahaan memaksimalkan
keuntungan akan berjalan beriringan dengan upaya memaksimalkan zakat;
iii. investasi, zakat berdampak positif pada investasi dengan mempenalti penumpukan
dana, sumber daya yang menganggur dan penggunaan sumber daya di aset yang
tidak produktif. Pemilik kekayaaan yang berada diatas nishab harus membayar
zakat setiap tahunnya. Jika kekayaan tidak diinvestasikan secara produktif, maka
nilai kekayaan akan turun dari tahun ke tahun. Dengan riba dilarang, maka
penerapan zakat ini memberi insentif yang kuat bagi pemilik kekayaan untuk
melakukan investasi di sektor riil dalam rangka mempertahankan tingkat kekayaan
mereka. Karena zakat dikenakan terhadap keseluruhan kekayaan, maka selain
mempenalti harta yang menganggur, zakat juga mempenalti penggunaan sumber
daya di aset-aset yang tidak produktif dan tidak berkembang seperti perhiasan emas-
perak, properti mewah dan lain-lain. Dengan demikian, ketika zakat diterapkan,
akan terjadi investment switching dari investasi di aset-aset yang tidak produktif ke
investasi di aset-aset produktif;
iv. efisiensi alokatif., zakat mentransfer sebagian pendapatan kelompok kaya –yang
merupakan bagian kecil dalam masyarakat- ke kelompok miskin –yang merupakan
bagian terbesar dalam masyarakat. Hal ini secara langsung akan meningkatkan
permintaan barang dan jasa dari kelompok miskin, yang umumnya adalah
kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan papan. Permintaan yang lebih tinggi
untuk kebutuhan dasar masyarakat terkait zakat ini, akan mempengaruhi komposisi
produksi barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian, sehingga akan
membawa pada alokasi sumber daya menuju ke sektor-sektor yang lebih diinginkan
secara sosial. Dalam perekonomian dimana kesenjangan lebar, permintaan pasar
banyak didominasi orang kaya dan pemerintah yang umumnya barang dan jasa non-
primer, sehingga sebagian besar sumber daya tertarik ke sektor-sektor ini, dengan
meninggalkan sektor-sektor yang lebih bermanfaat secara sosial dan lebih
dibutuhkan banyak orang;
v. stabilisasi makroekonomi, belanja dana zakat bisa tidak sama dengan dana zakat
yang terkumpul. Pada saat perekonomian mengalami ekspansi, dimungkinkan
untuk memperoleh surplus dana zakat (zakat surplus). Ketika perekonomian sedang
mengalami resesi, maka hal ini akan membawa kita pada defisit dana zakat (zakat
deficit) dimana defisit ditutup dengan surplus tahun sebelumnya. Dengan demikian,
belanja dana zakat akan bekerja sebagai discretionary fiscal stabilizers. Zakat juga
dapat berfungsi sebagai automatic fiscal stabilizers. Zakat dengan tarif tetap
bertindak sebagai pajak proporsional yang akan menurunkan dampak pengganda
sehingga akan mengurangi fluktuasi output secara otomatis. Di saat yang sama,
zakat yang terkumpul akan dibelanjakan kepada kelompok miskin yang membuat
konsumsi mereka dapat terus berjalan tanpa terpengaruh kondisi ekonomi. Hal ini
membuat pengganda dan output menjadi lebih stabil. Kombinasi fungsi zakat
sebagai pajak proporsional dan tunjangan bagi kelompok miskin, akan meredam
dampak fluktuasi siklus bisnis terhadap perekonomian; dan
vi. penciptaan lapangan kerja ketika modal finansial (uang) dilarang disewakan dan
tidak boleh menuntut klaim sewa (bunga), dan jika dibiarkan menganggur akan
terkena penalti zakat, maka satu-satunya cara bagi uang agar tidak berkurang dan
memperoleh hasil adalah dengan cara terlibat dalam kegiatan wirausaha dengan
bersedia menanggung resiko usaha. Entrepreneurial resources diberi jalan untuk
terlibat bisnis di sektor riil melalui kerangka kemitraan (partnership) bisnis, yang
akan mendistribusikan entrepreneurial risk sehingga semakin banyak potensi
wirausaha yang terserap dan meningkatkan output perekonomian melalui
spesialisasi. Keberadaan institusi jaminan sosial yang dibiayai dari zakat, wakaf dan
infaq, akan menjamin setiap penduduk memperoleh tingkat kehidupan minimum,
sehingga partisipasi dalam entrepreneurial resources akan meningkat.
c. Sistem pengelolaan zakat kontemporer berdasarkn sifat pengelolaan dan sifat
pengumpulannya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
i. Sistem sukarela dengan pengelolaan kolektif yang ditemukan di negara-negara yang
tidak menggunakan hukum Islam sebagai hukum utama dan dengan penduduk
muslim mayoritas (contoh negara: Kuwait, Bangladesh, Bahrain, Yordania,
Indonesia, dan Mesir)
ii. Sistem wajib dengan pengelolaan kolektif yang umumnya ditemukan di negara-
negara yang menggunakan hukum Islam sebagai hukum utama dan pengumpulan
zakat diwajibkan dan dilakukan oleh negara atau otoritas keagamaan dan
perusahaan swasta yang ditunjuk, terdapat sanksi bagi yang tidak membayar zakat
(contoh negara: Sudan, Arab Saudi, Pakistan dan Malaysia)
iii. Sistem sukarela dengan pengelolaan secara individual yang ditemukan di negara-
negara yang tidak menggunakan hukum Islam sebagai hukum utama dan dengan
penduduk muslim mayoritas maupun minoritas (contoh negara: Indonesia, Afrika
Selatan, Aljazair, dan negara-negara minoritas muslim)
No. 7 Bobot Soal 40%
a. Jelaskan konsep dasar wakaf serta implikasi-implikasi ekonomi dari wakaf.
Jika ditinjau dari segi bahasa maka kata wakaf memiliki arti menahan. Sedangkan menurut
istilah syara’ yaitu menahan sesuatu benda yang kekal zatnya, untuk diambil manfaatnya
untuk kebaikan dan kemajuan Islam. Menahan suatu benda yang kekal zatnya artinya
adalah tidak dijual dan tidak diberikan serta tidak pula diwariskan, tetapi hanya
disedekahkan untuk diambil manfaatnya saja. Dalam hukum Islam, wakaf berarti
menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau Nadzir
(penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun embaga, dengan ketentuan bahwa
hasilnya digunakan sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan dalam hukum positif Indonesia
sebagaimana yang dimuat dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 204
tentang wakaf, menjelaskan bahwa, wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk
memisahkan dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Wakaf seharusnya dijadikan
sebagai aset produktif yang dapat menguntungkan mawquf alaih (penerima manfaat wakaf)
dan masyarakat. Dalam keuangan publik Islam, wakaf dikenal sebagai sumber pembiayaan
negara Islam semenjak zaman Rasulullah hingga zaman Ottoman Turki. Implikasi ekonomi wakaf:
• Sebagai instrumen pengendalian harga: Wakaf secara langsung meningkatkan
aggregate supply karena memberikan kesempatan kepada perekonomian untuk
menambah jumlah faktor produksi seperti wakaf lahan pertanian, pasar, dan
barang/fasilitas publik lainnya
• Sebagai instrumen keuangan publik: harta wakaf dapat digunakan sebagai
sumber pendanaan negara
• Peningkatan PPF: Adanya wakaf menyebabkan kapasitas produksi ekonomi
meningkat karena aset (faktor produksi) yang sebelumnya tidak terpakai dapat
diberdayakan
bc.. Jelaskan perbedaan utama zakat dan wakaf.
Jenis harta Harta tertentu sesuai dalil Tidak ada ketentuan
khusus selama harta
bermanfaat
Pengelola Amil zakat Nazhir
Syarat bagi yang Ada Tidak ada
mengeluarkan
Zakat Wakaf
Hukum Wajib Sukarela
Motivasi Menjalankan kewajiban Mendekatkan diri pada
Allah dan memberi
manfaat luas bagi sesama
Penerima 8 golongan Ditentukan oleh pewakaf
Tenggat waktu Diutamakan untuk Yang diberikan kepada
menghabiskan disegerakan penerima adalah manfaat
dari aset/harta wakaf
Kepemilikan setelah Milikmustahik/penerima Milik Allah dan dikelola
dilakukan zakat untuk kepentingan umat
c. Jelaskan masalah wakaf di dunia Islam kontemporer serta strategi pengelolaan wakaf
produktif di era modern.
Dilihat dari sisi pengelolaannya, pengelolaan wakaf masih banyak dilakukan secara
tradisional yaitu pemanfaatannya hanya sebatas sebagai sarana ibadah yang tidak produktif,
seperti masjid dan kuburan. Kemudian, nazhir masih kurang profesional karena tingkat
kemampuan dan manajerial nazhir masih terbatas. Selain itu, nazhir kurang optimal dalam
mengelola wakaf karena nazhir merupakan pekerjaan sampingan dan biasanya didominasi
oleh angkatan tua. Strategi untuk menghadapi masalah ini dapat difokuskan pada
peningkatan peran Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai lembaga yang
bertanggungjawab mengembangkan wakaf di Indonesia. BWI dapat melakukan pembinaan
dan pelatihan untuk para nazhir, serta menerbitkan buku panduan pengelolaan wakaf.
Kemudian, pengelolaan wakaf sebaiknya dilakukan oleh institusi/lembaga wakaf, daripada
dilakukan oleh perseorangan.
d. Bagaimana wakaf bisa menghadirkan kesejahteraan dalam kerangka fiskal Islam!
Wakaf produktif bertujuan untuk mempertahankan fungsi dan manfaat dari aset wakaf,
serta meningkatkan nilai dan kualitas manfaat dari aset wakaf. Wakaf produktif diarahkan
pada proyek komersial yang menghasilkan keuntungan tertinggi dan sesuai syariah. Untuk
menghasilkan barang dan jasa yang memberi pendapatan dari aset wakaf seperti ini
(income-generating waqf), dibutuhkan faktor produksi lainnya seperti aset likuid, tenaga
kerja, modal fisik lain, dan pengelola proyek.
e. Bagaimana Bank sebagai lembaga keuangan bisa berperan mengoptimalkan peran wakaf?
Peranan wakaf tunai: digunakan untuk memenuhi tujuan sosial, antara lain untuk
menyediakan keuangan mikro bagi si miskin. Tokoh-tokoh yang mendukung wakaf tunai: Elgari
(2004) mengusulkan lembaga keuangan bebas bunga (qard hassan) untuk memberi pinjaman ke
kelompok miskin. Modal bank diperoleh dari wakaf tunai dari kelompok kaya. Kahf (2004) dan
Ahmed (2003) mengusulkan keuangan mikro berbasis zakat, wakaf dan sedekah. Return
dari awqaf dan dana sedekah dapat digunakan untuk pembiayaan UKM potensial pada
tingkat subsidi.
No. 8 Keuangan Islam
a. Jelaskan time value of money dalam perspektif Islam!
b. Jelaskan sikap Islam terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang!
a. Islam tidak memungkiri adanya time value of money – bahwa nilai uang saat ini lebih tinggi dibandingkan nilainya di masa depan. Namun, fenomena valuasi uang di masa depan harusnya menjadi fungsi di waktu itu sendiri, dan bukan diperhitungkan secara fixed-predetermined (ditarik ke depan) dan menjadikannya independen dari risiko yang terjadi sepanjang waktu tersebut . Sebaliknya, untuk membenarkan adanya nilai uang yang lebih tinggi di masa depan harus diperhitungkan sebagai ex- post rate.
b. Inflasi yang dapat menyebabkan turunnya nilai mata uang adalah fenomena moneter yang dapat disebabkan oleh dua sistem keuangan dan moneter konvensional, yaitu fractional reserve banking dan pure fiat monetary system. Pure fiat monetary system telah memungkinkan pencetakan uang yang berlebihan dalam pemerintahan yang tidak disiplin, dan kondisi ini juga dapat diperburuk dengan penggunaan fractional reserve banking dalam sistem perbankan, dimana penciptaan kredit oleh perbankan juga turut berkontribusi terhadap ekspansi moneter. Lebih dari itu, sistem perekonomian berbasis bunga yang menjadikan bunga sebagai justifikasi atas inflasi – yang pada dasarnya interest itu sendiri menyebabkan inflasi – akan menyebabkan fenomena inflasi menjadi tidak pernah terputus (inertia) dan independen dari sektor riil. Oleh dalam sistem ekonomi Islam sistem FRB menjadi tidak ideal – seharusnya sistem perbankan memiliki dua rekening yaitu rekening investasi yang tidak dijamin (0% reserve) dan rekening koran yang dijamin seluruhnya (100% reserve) sehingga tidak terjadi ekspansi moneter yang independen dari sektor riil – penambahan dalam sektor keuangan mencerminkan peningkatan dalam sektor riil. Lebih dari itu, meskipun terdapat perdebatan secara fiqh, namun Islam dalam sejarahnya tidak pernah menunjukkan penggunaan pure fiat monetary system. Uang merupakan representasi atas aset tertentu yang nilainya stabil (contoh: emas) dan karenanya mencegah terjadinya penurunan nilai mata uang sebagai akibat inflasi (karena uang tidak boleh dicetak tanpa adanya penambahan nilai aset yang mendasari).
No. 9 Perbankan Islam
a. Jelaskan perbedaan konsep perbankan Islam dengan perbankan konvensional!
Karakteristik Perbankan Islam Perbankan Konvensional
Dasar hukum Hukum syariah Hukum perbankan
Produk tabungan/investasi Titipan (wadiah) dan bagi Produk berbasis bunga
hasil (mudharabah)
Produk pembiayaan Pinjaman tanpa bunga Produk berbasis bunga
(qard), jual beli
(murabahah, salam), sewa
(ijarah), bagi hasil
(mudharabah, musyarakah)
Imbalan Bagi hasil, berdasarkan Fixed, pre-determined rate
keuntungan yang
didapatkan, berbentuk
persentase
Secara umum, perbedaan konsep perbankan Islam dan konvensional terletak pada
pelarangan penerapan sistem bunga dalam perbankan. Untuk menggantikan sistem bunga,
perbankan Islam menggunakan sistem bagi hasil dengan imbalan yang tidak dapat
ditentukan karena besarannya ditentukan melalui persentase keuntungan bank yang dapat
berfluktuasi. Dengan penggunaan sistem bagi hasil, perbankan Islam lebih fokus kepada
peningkatan nilai di sektor riil sehingga peningkatan kapasitas di sektor keuangan sesuai
dengan peningkatan di sektor riil.
b. Jelaskan fitur-fitur ekonomi dari Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Salam dan
Murabahah
Perbedaan Murabahah Salam Istishna
Definisi Akad jual beli yang Akad jual beli di mana Akad jual beli di mana
keuntungannya telah pembeli menyerahkan pembeli menyerahkan
diketahui oleh pembayaran di awal pembayaran di
pembeli. transaksi dan awal/akhir atau dicicil penyerahannya dan penyerahannya dilakukan sesuai dilakukan sesuai
perjanjian. perjanjian.
Barang Sudah tersedia dan Barang belum Barang belum tersedia
menjadi milik dari tersedia dan biasanya dan biasanya berupa
penjual berupa barang barang pesanan
ekstraktif, seperti padi (manufactured),
Pembayaran Tunai ketika serah Tunai di awal akad Tunai di awal/akhir
terima barang atau akad atau dicicil
cicilan
Serah Terima Dari barang milik Dari utang (penjual) Dari milik penjual
penjual menjadi milik menjadi milik pembeli menjadi milik pembeli
pembeli
Perbedaan Mudharabah Musyarakah
Definisi Akad syirkah dalam Akad jual beli di mana
laba, satu pihak pembeli menyerahkan
pemilik harta dan pembayaran di awal
pihak lain pemilik jasa transaksi dan penyerahannya dilakukan sesuai
perjanjian.
Modal Modal harta 100% Kedua belah pihak
diberikan oleh pemilik memberikan modal
modal, sementara itu harta
penerima modal
memberikan sumber
daya berupa jasa
Bagi Hasil Persentase sesuai Persentase sesuai
kesepakatan kesepakatan dan
kepemilikan modal
NO. 10
a. Jelaskan posisi Islam tentang budget deficits dan utang pemerintah!
b. Apa saja instrument-instrument yang disediakan Islam untuk membiayai budget deficits!
c. Jelaskan peranan sukuk sebagai instrumen Islam untuk mobilisasi dana publik!)
a. Dalam sejarah keuangan publik Islam, government budget deficits pernah terjadi beberapa
kali, terutama dalam kondisi peperangan, dimana negara memerlukan banyak pengeluaran
untuk kemiliteran. Adapun government budget deficits menimbulkan utang negara yang
pada sejarah keuangan publik Islam, utang negara ini bersifat pinjaman publik (negara
berutang kepada masyarakat/warganya) dan bukan utang luar negeri. Oleh karenanya,
secara umum pinjaman publik diperbolehkan selama digunakan bukan untuk tujuan
konsumtif, bersifat mendesak, dan merupakan opsi terakhir. Adapun prinsip pinjaman
publik di antaranya: (i) merupakan opsi terakhir karena semua sumber tidak bisa
mencukupi kebutuhan negara; (ii) harus sesuai dengan kemampuan negara untuk
membayar; (iii) instrumen utang tidak boleh mengandung unsur riba. Selain itu dalam
sejarahnya, Rasulullah ketika melakukan pinjaman publik untuk keperluan perang lantas
lekas mengembalikannya selepas perang - menandakan bahwa pinjaman publik dalam
prinsipnya juga harus cepat dikembalikan.
b. Selain pinjaman publik, instrumen keuangan publik yang juga dapat digunakan untuk
membiayai government budget deficit adalah hadiah (hibah) yang dapat diberikan kepada
negara oleh kelompok, negara, atau individu tertentu; dan kalalah yaitu harta waris dari
seseorang yang tidak memiliki ahli waris. Keduanya dapat diakui sebagai sumber
pendanaan bagi negara di luar pendapatan negara.
c. Sukuk merupakan instrumen keuangan publik yang memperjualbelikan hak atas nilai
manfaat suatu aset kepada publik. Instrumen semacam ini dapat digunakan tidak hanya
mengutilisasi aset-aset yang sudah ada, namun juga dapat digunakan oleh negara pre-
financing proyek-proyek yang ingin dilakukan. Nantinya, proyek-proyek itulah yang akan
menjadi underlying asset dari sukuk yang dikeluarkan negara dan manfaat dari proyek
tersebut di masa yang akan datang dapat diberikan kepada investor yang memiliki sukuk.
Dengan adanya instrumen sukuk, pemerintah dapat memperkaya sumber pendanaan bagi
program-programnya dan memobilisasi dana investor yang ingin menginvestasikan
uangnya pada proyek pemerintah.
No. 11
Dalam kaidah muamalah yang menjadi dasar aturan transaksi ekonomi Islam, segala aktivitas
ekonomi adalah dibolehkan kecuali yang jelas dilarang. Karena itu memahami ekonomi dan
keuangan Islam lebih mudah dibentuk dengan mengetahui apa saja yang terlarang dalam
aktivitasnya.
a. Sebutkan tiga alasan atau cara identifikasi transaksi yang terlarang dalam ekonomi Islam
• Riba adalah tambahan (manfaat) yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa
adanya padanan yang dibenarkan syari’ah atas penambahan tersebut. Riba bisa
terjadi baik karena adanya faktor waktu (riba jahiliyyah/nasi’ah) maupun
perbedaan jenis barang yang dipertukarkan (riba fadhl/buyu’), terutama pada
barang ribawi (emas, perak, kurma, syair, gandum, dan garam). Contoh dari riba
nasi’ah adalah bunga yang ditetapkan pada saat aktivitas pinjam-meminjam.
Contoh dari riba fadhl adalah aktivitas pertukaran dollar dengan rupiah yang tidak
dilakukan secara spot dan pertukaran uang rupiah dengan rupiah yang berbeda
nilainya dalam jumlah yang tidak sepadan.
• Maysir adalah bertaruh/mengadu nasib, dimana peluang menang atau kalah ditentukan oleh
sesuatu yang tidak diketahui. Kemenangan didapatkan dengan memberikan beban kepada pihak
yang lain atau zero-sum game. Maysir memiliki kriteria antara lain: (i) adanya
taruhan; (ii) pelaku mempertaruhkan hartanya; (iii) pemenang mengambil hak
pelaku lain yang kalah; dan (iv) pelaku berniat mencari uang dengan adu nasib.
Contoh maysir adalah saat melakukan taruhan dari pertandingan sepak bola.
• Gharar adalah ketidakpastian yang membuat objek akad (kuantitas dan kualitas,
harga, dan waktu penyerahan) menjadi tidak pasti. Contoh gharar adalah menjual
buah yang masih belum matang atau dari pohon yang belum berbuah.
Pada dasarnya, pelarangan terhadap ketiga hal ini bertujuan untuk melindungi manusia dari
mafsadah dan menghindarkan manusia dari perselisihan karena ketidakadilan yang
dihasilkan dari transaksi. Dampak masif yang disebabkan dari ketiga hal di atas adalah
ketidakstabilan perekonomian. Yang pertama, dengan adanya riba dalam perekonomian,
artinya ada proses penciptaan uang yang tidak didasarkan pada kegiatan sebenarnya di
sektor riil sehingga kemudian dapat menyebabkan inflasi. Selain itu, riba juga dapat
menjadi penyebab distribusi yang tidak merata karena harta orang kaya bisa bertumbuh
dari kesusahan yang dialami oleh peminjam yang notabene orang miskin. Kemudian yang
kedua, maysir dapat memiliki implikasi adanya eksploitasi dari salah satu pihak terhadap
pihak yang lain, di mana ketika maysir dilakukan dalam skala besar dan oleh institusi
keuangan, maka masyarakatlah yang menjadi korban dari kegiatan maysir ini. Yang
terakhir, transaksi yang bersifat gharar juga akan merusak perekonomian. Dengan adanya
gharar, maka ada kemungkinan para pelaku ekonomi untuk menipu dalam transaksi yang
dilakukan.
b. Dari tiga alasan tersebut, alasan yang mana yang menjadi inti pengembangan produk
keuangan Islam sehingga para ahli keuangan Islam saat ini memfokuskannya
Dari ketiga hal tersebut, yang menjadi fokus utama dalam pengembangan produk keuangan
Islam adalah riba. Alasannya, dari sisi konvensional sendiri tidak sepenuhnya mendukung
praktek maysir dan gharar, namun riba masih dianggap menjadi satu-satunya sistem
keuangan yang dapat diterapkan. Kemudian, riba memiliki dampak yang besar, mulai dari
penciptaan uang yang menyebabkan ketidakseimbangan antara output dan uang yang
beredar, hingga memperparah ketimpangan dengan memberikan peluang bagi pemilik
modal untuk mengeksploitasi masyarakat yang membutuhkan pinjaman.
c. Sebutkan dua metode transaksi yang diberikan oleh ekonomi Islam sehingga bisa menjadi
alternatif transaksi yang dilarang khususnya pada pertanyaan 2b di atas.
1) Mudharabah
2) Musyarakah
Soal 12 a. Jelaskan kontribusi dan peran wakaf terhadap: 1) Defisit anggaran; 2) Penghapusan riba;
3) Pemerataan; 4) Penciptaan lapangan kerja; dan 5) Penanggulangan kemiskinan!
1) Defisit anggaran
2) Penghapusan riba: wakaf dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan dengan
sistem bagi hasil, sehingga akan mengurangi penggunaan transaksi ribawi
3) Pemerataan
4) Penciptaan lapangan kerja
5) Penanggulangan kemiskinan
b. Berdasarkan pemahaman Anda, jelaskan bagaimana instrumen zakat dapat berperan
dalam pencapaian SDGs!
Konsep dasar zakat: Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan hukum
pelaksanaannya adalah wajib. Zakat terbagi dua jenis, yaitu zakat jiwa (nafs), atau disebut
juga zakat fitrah, dan zakat harta (maal). Zakat fitrah wajib atas tiap orang, besar-kecil,
tua-muda, laki- perempuan, merdeka-budak, yang memiliki kelebihan makanan pada Hari
Raya Idul Fitri. Sedangkan zakat harta adalah zakat atas segala harta benda yang dimiliki
dan bisa dimanfaatkan. Salah satu tujuan dari distribusi zakat adalah sebagai jaring pengaman
sosial. Zakat memastikan kelompok masyarakat bawah dapat memenuhi kebutuhan hidup dasarnya.
Hal ini tentu berkaitan dengan SDGs, terutama poin-poin yang berkaitan dengan peningkatan
kesejahteraan manusia. Dalam jangka panjang, zakat turut mendukung SDGs dengan membantu
menurunkan tingkat ketimpangan ekonomi dalam masyarakat. Pemanfaatan zakat dapat bersifat
konsumtif dan produktif. Zakat konsumtif digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, dan pendidikan. Sementara itu, zakat produktif dilakukan sebagai bentuk lanjut dari
pemanfaatan zakat konsumtif. Ketika mustahik mulai dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, zakat
dapat digunakan sebagai modal usaha sehingga mustahik dapat meningkatkan taraf hidupnya.
Soal 13 Model dasar perbankan Islam adalah model two-tier mudhârabah. Berdasarkan model tersebut,
jelaskan implikasi dari model ini terhadap: 1) sisi kewajiban dan aset; 2) alokasi kredit & sektor
riil, dan 3) stabilitas perbankan.
Model dasar perbankan Islam adalah model two-tier mudhârabah. Dalam model ini, hubungan
antara rabb al-mâl dan mudhârib tercipta melalui kontrak tripartit dimana nasabah penyimpan dana memberikan otoritas kepada bank untuk menggunakan dana-nya dengan basis bagi hasil (first-tier mudhârabah) dan bank kemudian bertindak sebagai agen nasabah penyimpan dana untuk masuk ke kontrak dengan pihak lain untuk menjalankan mudhârabah aktual dimana bank bertindak sebagai investor dan pihak lain sebagai pengusaha (second-tier mudhârabah). Dengan mudhârabah dua tingkat, bank menjalankan fungsi intermediasi keuangan tanpa instrument bunga sama sekali. Pendapatan kotor berasal dari bagian bank dalam keuntungan pengusaha berdasarkan rasio bagi hasil yang disepakati diawal. Setelah dikurangi biaya operasional bank, pendapatan ini dibagi antara bank dan penabung berdasarkan rasio bagi hasil yang disepakati diawal. Dalam model ini, deposito penabung bukanlah kewajiban bank, yaitu dana pihak ketiga tidak dijamin dan dapat hilang jika kredit bank mengalami kegagalan, melainkan bentuk penyertaan modal secara terbatas di bank, tanpa hak suara. Dalam model ini, bank Islam tetap menerima giro dan tabungan yang setiap saat dapat diambil, tidak memberikan return, dikenakan biaya dan diperlakukan sebagai kewajiban. Keunggulan utama model ini adalah bunga sepenuhnya digantikan oleh bagi hasil baik di sisi kewajiban maupun di sisi aset, sehingga meminimalkan kebutuhan untuk manajemen aset-kewajiban secara aktif, dan karenanya memberikan stabilitas terhadap guncangan ekonomi, serta tidak membutuhkan reserve requirement. Secara makro, model ini menghasilkan berbagai dampak positif terhadap efisiensi, pemerataan dan stabilitas sistem perbankan. Adapun implikasi dari sistem perbankan ini adalah sebagai berikut:
i. Dari sisi aset-kewajiban: pada sisi kewajiban tidak akan ada akun reserve untuk akad yang bersifat mudharbah, karena seluruh uang dari sisi funding disalurkan untuk pembiayaan dan tidak ada yang perlu dijamin, sedangkan uang yang bersifat titipan akan dicadangkan 100% dan tidak disalurkan untuk pembiayaan; pada sisi aset, pembiayaan yang disalurkan murni hanya untuk mudharabah/musyarakah, tidak ada pembiayaan yang bersifat fixed-predetermined.
ii. Alokasi kredit ke sektor riil: Sistem Perbankan Islam mendorong intermediasi keuangan beban bunga yang secara langsung menghubungkan return sumber daya finansial dengan hasil dari proyek di sektor riil. Selain meminimalkan potensi decoupling, mengkaitkan sektor moneter dan sektor riil secara langsung juga akan meminimalkan potensi permintaan uang untuk kegiatan yang mubazir, tidak produktif dan sia-sia, baik di sektor publik maupun sektor privat. Dalam jangka panjang, hal ini secara substansial akan meningkatkan tingkat tabungan dan investasi, menurunkan defisit anggaran dan ketidakseimbangan makroekonomi serta mendorong pemerataan pendapatan. Alokasi kredit dalam Islam harus berorientasi pada pencapaian maqashid. Alokasi kredit yang tidak sejalan dengan maqashid harus dipandang sebagai inefisiensi dan kesia-siaan. Penggunaan akhir dari kredit adalah penting. Kredit harus mengalir ke pihak yang paling produktif dan sekaligus sesuai dengan kepentingan masyarakat dan peradaban. Hal ini mendorong efisiensi modal finansial dan terpenuhinya tujuan normatif perekonomian.
iii. Stabilitas perbankan: Fitur utama sistem perbankan Islam adalah equity-based
banking system. Intermediasi keuangan berbasis profit-and-loss sharing akan membuat pemilik modal berbagi resiko dan juga keuntungan dari bisnis, sehingga mendorong disiplin finansial yang lebih tinggi. Return kepada nasabah didasarkan pada laba/rugi bank dan nilai nominal dana nasabah tidak dijamin. Hal ini akan menghapus kemungkinan mismatch antara aset dan kewajiban karena return dari kewajiban terkait secara langsung dengan return aset yang berbasis pada aktivitas investasi di sektor riil. Konsekuensinya, sistem perbankan Islam akan lebih kondusif bagi stabilitas finansial karena dana nasabah dapat menyerap kerugian yang ditimbulkan oleh guncangan riil. Hal ini sekaligus meniadakan kebutuhan jaminan simpanan dan lender of last resort, dan lebih berkeadilan karena menurunkan probabilitas pembayar pajak menanggung beban biaya rekapitalisasi bank. Stabilitas finansial ini dapat juga diraih dengan penerapan 100 percent reserve system yang memberikan hasil mirip dengan 100 percent equity-based system. Semakin banyak penggunaan ekuitas dalam bank Islam, maka semakin sedikit kebutuhan cadangan. Hal ini menjelaskan fakta bahwa rekening investasi di bank Islam menarik cadangan menuju zero reserve requirement.
Kompilasi Soal Ujian Akhir Semester Genap T.A. 2015-2016
Mata Kuliah Ekonomi Syariah Pak Banu
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Soal Wajib
Jelaskan dan uraikan:
1. Maqashid syariah
2. Zakat
3. Wakaf
4. Jizyah
5. Kharaj
Jawaban
1. Maqashid syariah
Maqashid syariah merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh adanya syariah.
Maqashid dapat digunakan sebagai framework dalam melakukan aktivitas
ekonomi, di mana dengan diterapkannya maqashid syariah, pelaku ekonomi
diharapkan dapat mencapai maslahah atau manfaat. Terdapat 5 komponen yang
harus dipenuhi dalam maqashid syariah, yaitu:
a) Perlindungan terhadap Agama. Untuk menegakkan agama, manusia
diperintahkan untuk beriman kepada Allah, Rasul dan kitab suci, malaikat, hari
akhir, dan mengucapkan dua kalimat syahadat serta melakukan ibadah yang
pokok lainnya. Untuk menjaga agama, Allah memerintahkan manusia untuk
berjihad di jalan Allah sebagaimana banyak ditegaskan dalam Quran.
b) Perlindungan terhadap Jiwa. Untuk memelihara keberadaan jiwa, manusia harus
melakukan banyak hal seperti makan, minum, menutup badan dan mencegah
penyakit. Manusia juga perlu berupaya dengan melakukan segala sesuatu yang
memungkinkan untuk meningkatkan kualitas hidup. Sebaliknya, segala sesuatu
yang dapat menghilangkan atau merusak jiwa adalah perbuatan buruk yang
dilarang oleh Allah.
c) Perlindungan terhadap Akal. Untuk memelihara akal, manusia harus menjaga
keberadaannya dan meningkatkan kualitasnya dengan cara menuntut ilmu.
Segala usaha untuk itu adalah perbuatan baik yang diperintahkan oleh Allah.
Dalam hal ini, manusia diperintahkan menuntut ilmu tanpa batas usia dan tidak
memperhitungkan jarak atau tempat. Sebaliknya, manusia dilarang melakukan
sesuatu yang dapat menghilangkan akal.
d) Perlindungan terhadap Keturunan. Perlindungan Islam terhadap keturunan
adalah dengan mensyariatkannya pernikahan dan mengharamkan zina,
menetapkan siapa-siapa yang tidak boleh dikawini, bagaimana cara-cara
perkawinan itu dilakukan dan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi, sehingga
perkawinan itu dianggap sah dan pencampuran antara dua manusia yang belainan
jenis itu tidak dianggap sah dan menjadi keturunan sah dari ayahnya. Malahan
tidak melarang itu saja, tetapi juga melarang hal-hal yang dapat membawa
kepada zina.
e) Perlindungan terhadap Harta. Manusia memerlukan harta untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya (membeli makanan, pakaian dst). Segala usaha yang
mengarah bagi pencarian harta yang halal dan baik adalah perbuatan baik yang
diperintahkan oleh syara’. Banyak firman Allah dalam Al-Quran yang
memerintahkan manusia mencari rezeki. Segala usaha yang mengarah pada
peniadaan atau pengrusakan harta adalah perbuatan buruk yang dilarang.
Misalnya mencuri harta orang lain.
2. Zakat
Zakat merupakan rukun Islam yang keempat yang diwajibkan untuk seluruh umat
Islam yang mampu dan hartanya telah mencapai nishab (batas minimal
mengeluarkan zakat) dalam satu haul (tahun atau waktu panen). Zakat pada
dasarnya berfungsi untuk membersihkan harta dan jiwa manusia. Lebih lanjut lagi,
menurut Ali dan Hatta (2014), tujuan utama dari zakat adalah untuk mengurangi
ketimpangan dan melaksanakan hak asasi manusia, keadilan sosial, dan
pemberdayaan kaum miskin dengan mengurangi kemiskinan yang terjadi di
komunitas muslim. Zakat dikumpulkan oleh amil zakat dan kemudian akan dibagi
ke 8 golongan khusus yang diatur dalam Alquran surat At-Taubah: 60, yaitu fakir,
miskin, hamba sahaya, gharim (orang yang terlilit utang), mualaf (orang yang baru
masuk Islam), mushafir (orang dalam perjalanan), fi sabilillah (orang yang
berjuang di jalan Allah), dan amil zakat (petugas pengumpul zakat).
3. Wakaf
Jika ditinjau dari segi bahasa maka kata wakaf memiliki arti menahan. Sedangkan
menurut istilah syara’ yaitu menahan sesuatu benda yang kekal zatnya, untuk
diambil manfaatnya untuk kebaikan dan kemajuan Islam. Menahan suatu benda
yang kekal zatnya artinya adalah tidak dijual dan tidak diberikan serta tidak pula
diwariskan, tetapi hanya disedekahkan untuk diambil manfaatnya saja. Dalam
hukum Islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama
(zatnya) kepada seseorang atau Nadzir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan
maupun embaga, dengan ketentuan bahwa hasilnya digunakan sesuai dengan
syariat Islam. Sedangkan dalam hukum positif Indonesia sebagaimana yang dimuat
dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 204 tentang wakaf,
menjelaskan bahwa, wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan
dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Wakaf seharusnya dijadikan
sebagai aset produktif yang dapat menguntungkan mawquf alaih (penerima
manfaat wakaf) dan masyarakat. Dalam keuangan publik Islam, wakaf dikenal
sebagai sumber pembiayaan negara Islam semenjak zaman Rasulullah hingga
zaman Ottoman Turki.
4. Jizyah
Jizyah merupakan salah satu sumber pembiayaan negara Islam pada zaman
kejayaan Islam. Jizyah merupakan semacam pajak yang dikenakan untuk non-
muslim yang tinggal di daerah Islam atau dalam perlindungan tentara Islam. Jizyah
hanya dikenakan untuk laki-laki yang mampu melindungi dirinya, sehingga para
wanita, anak kecil, dan penyandang cacat tidak diwajibkan untuk membayar
jizyah. Namun, pada perkembangannya, wanita-wanita yang kaya juga dikenakan
jizyah.
5. Kharaj
Kharaj sebagai sumber pembiayaan negara memiliki beberapa
karakteristik seperti:
• Ditekankan terhadap tanah
• Proporsional dan tahunan
• Basis pajak adalah tanah yang bisa diolah
• Bisa in kind atau dengan uang
• Pembayar adalah pengguna tanah, baik muslim atau non-
muslim
Soal Pilihan
1. Jelaskan pengukuran kesejahteraan dalam Islam berbasis maqashid al-
syari’ah
Dalam Islam, kesejahteraan manusia diukur melalui pencapaian maslahah dari setiap
aktivitas yang ia lakukan. Maslahah sendiri didasarkan pada pemenuhan maqashid al-
syari’ah yang terdiri dari perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Ketika manusia melakukan sesuatu dan salah satu maqashid ini tidak terpenuhi, maka
kelakuan manusia itu dapat dikatakan tidak menyejahterakan karena gagal memberikan
maslahah, baik bagi dirinya maupun orang lain.
Pada dasarnya tujuan pembangunan adalah untuk mencapai kesejahteraan, meskipun
manusia memaknai ’kesejahteraan’ dengan prespektif yang berbeda-beda. Namun
sebagian besar paham ekonomi (konvensional) memaknai kesejahteraan sebagai
kesejahteraan material duniawi. Islam memaknai ’kesejahteraan’ dengan istilah falah.
Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja aflaha-yuflihu yang berarti kesuksesan,
kemuliaan dan kemenangan. Dalam pengertian literal, falah adalah kemuliaan dan
kemenangan dalam hidup. Falah dalam hal ini berarti kesejahteraan holistik dan seimbang
antara dimensi: (1) material-spiritual; (2) individual-sosial; (3) kesejahteraan di
kehidupan duniawi dan di akhirat. Falah dapat terwujud apabila terpenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidup manusia secara seimbang sehingga tercipta maslahah. Maslahah adalah
segala bentuk keadaan, baik material maupun non material, yang mampu meningkatkan
kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Maslahah dasar bagi
kehidupan manusia adalah sesuai maqashid syariah, terdiri dari lima hal, yaitu agama
(dien), jiwa (nafs), intelektual (’aql), keturunan (nasl), dan material (maal).
2. Jelaskan proses penciptaan uang dalam perekonomian, baik oleh
pemerintah maupun oleh perbankan. Jelaskan posisi Islam terhadap
proses penciptaan uang ini.
Dalam ekonomi konvensional, uang dalam perekonomian dapat diciptakan melalui
pencetakan uang oleh pemerintah maupun hasil dari sistem perbankan. Pencetakan uang
yang dilakukan oleh pemerintah, pada awalnya didasarkan pada besarnya cadangan
emas yang dimiliki, namun setelah runtuhnya perjanjian Bretton-Woods, uang dapat
dicetak sesuai dengan kebutuhan perekonomian oleh pemerintah. Sedangkan pencetakan
uang dari perbankan dilakukan melalui mekanisme kredit dalam sistem fractional
reserve banking (FRB). Minimum reserve dalam perbankan memengaruhi proses
money-creating dalam ekonomi, semakin kecil jumlahnya maka semakin besar uang
yang akan tercipta.
Uang dapat tercipta secara otomatis karena perbankan memberikan pinjaman dari uang
nasabah sehingga ada pertambahan uang beredar, sementara itu uang milik nasabah
tetap diakui ada dalam neraca perbankan. Hal ini diperparah lagi dengan adanya sistem
bunga, sehingga uang yang berputar menjadi jauh lebih besar dari output yang ada
dalam perekonomian.
Menurut Islam, hal ini tentunya tidak adil dan menyalahi sifat asli uang. Uang dalam
Islam hanya dianggap sebagai medium of exchange dan unit of account dari output
ekonomi. Ketika uang dapat diciptakan tanpa adanya pertambahan output dalam
perekonomian, maka nilai output tersebut tentunya akan menjadi semakin mahal. Islam
memandang hal ini sebagai sesuatu yang tidak adil karena hal ini akan menguntungkan
pemilik modal saja yang bisa meminjamkan uangnya dengan tambahan bunga. Hal ini
akan melanggar maqashid al- syari’ah, terutama dari sisi perlindungan terhadap harta,
karena sesungguhnya harta yang benar hanya dapat diperoleh dari usaha manusia.
3. Jelaskan time value of money dalam perspektif Islam! Apakah time value of
money dapat diterima dalam Islam?
Dalam Islam tidak dikenal adanya time value of money, yang dikenal adalah economic
value of time. Teori time value of money adalah suatu kekeliruan besar karena
mengambil dari ilmu teori populasi dan tidak ada ilmu finance. Jadi, future value dari
uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-t, present value dari uang
dianalogikan dengan jumalah populasi ke- 0, sedangkan tingkat suku bunga
dianalogikan dengan tingkat pertumbuhan populasi. Jelas hal ini keliru besar, karena
uang bukanlah makhluk hidup yang dapat berkembang biak dengan sendirinya.
Konsep uang dalam Islam, yaitu uang sebagai alat tukar dan bukan sebagai komoditas.
Dengan demikian, untuk mendapatkan keuntungan dalam konsep Islam adalah
dipelukannya transaksi kerja/kegiatan perekonomiian riil yang berkaitan dengan risiko
usaha yang dilaksanakan dalam waktu tertentu, misalnya transaksi pembiayaan bagi
hasil dengan prinsip mudharabah.
Pembayaran dalam bentuk suku/tingkatan bunga sebagai perwujudan konsep time value
of money adalah bertentangan dengan kondisi riil seorang nasabah yang menjalankan
kegiatan usaha dan senantiasa dihadapankan pada kemungkinan untung, impas atau rugi
(nasabah tidak dapat memastikan untuk mendapatkan penghasilan yang fixed and
predetermined rate dalam kegiatan usaha).
Di dalam Islam, keuntungan bukan saja keuntungan di dunia, namun yang dicari adalah
keuntungan di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, pemanfaatan waktu itu bukan saja
harus efektif dan efisien, namun harus juga didasari dengan keimanan. Keimanan inilah
yang akan mendatangkan keuntungan di akhirat.
Dalam ekonomi Islam, penggunaan sejenis discount rate dalam menentukan harga bai’
mu’ajjal (membayar tangguh/cicilan) dapat digunakan. Hal ini dibenarkan, karena:
1. Jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan economic
value added (nilai tambah ekonomis).
2. Tertahannya hak si penjual (uang pembayaran) yang telah melaksanakan
kewajiban (menyerahkan barang atau jasa), sehingga ia tidak dapat
melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain.
Begitu pula penggunaan discount rate dalam menentukan nisbah bagi hasil, dapat
digunakan. Nisbah ini akan dikalikan dengan pendapatan aktual (actual return), bukan
dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Transaksi bagi hasil berbeda
dengan transaksi jual beli atau transaksi sewa menyewa, karena dalam transaksi bagi hasil
hubungannya bukan antara penjual dengan pembeli atau penyewa dengan yang
menyewakan. Dalam transaksi bagi hasil, yang ada adalah hubungan antara pemodal
dengan yang memproduktifkan modal tersebut. Jadi, tidak ada pihak yang telah
melaksanakan kewajiban namun masih tertahan haknya. Shahibul mal telah
melaksanakan kewajibannya, yaitu memeberikan sejumlah modal, yang
memproduktifkan (mudharib) juga telah melaksanakan kewajibannya, yaitu
memproduktifkan modal tersebut. Hak bagi shâhibul mal dan mudhârib adalah berbagi
hasil atas pendapatan atau keuntungan tersebut, sesuai kesepakatan awal apakah bagi hasil
itu akan dilakukan atas pendapatan atau keuntungan
4. Jelaskan konsep perbankan Islam
Model dasar perbankan Islam adalah model two-tier mudharabah. Dalam model ini,
hubungan antara rabbal-mâl (pemilik modal) dan mudharib (pengelola modal) tercipta
melalui kontrak tripartite dimana nasabah penyimpan dana memberikan otoritas kepada
bank untuk menggunakan dana-nya dengan basis bagi hasil (first-tier mudharabah) dan
bank kemudian bertindak sebagai agen nasabah penyimpan dana untuk masuk ke kontrak
dengan pihak lain untuk menjalankan mudharabah aktual dimana bank bertindak sebagai
investor dan pihak lain sebagai pengusaha (second-tier mudharabah). Dengan
mudhârabah dua tingkat, bank menjalankan fungsi intermediasi keuangan tanpa
instrument bunga sama sekali. Pendapatan kotor berasal dari bagian bank dalam
keuntungan pengusaha berdasarkan rasio bagi hasil yang disepakati di awal. Setelah
dikurangi biaya operasional bank, pendapatan ini dibagi antara bank dan penabung
berdasarkan rasio bagi hasil yang disepakati di awal.
5. Jelaskan mengapa penentuan nisbah bagi hasil masih sering merujuk pada
suku bunga? Jelaskan bagaiman penentuan nisbah bagi hasil seharusnya
dilakukan oleh bank syariah
Penentuan nisbah bagi hasil masih mengacu pada suku bunga karena persaingan antara
perbankan syariah dan perbankan konvensional yang terjadi di sistem keuangan
berdasarkan bunga, sehingga secara otomatis, bank Islam memilih untuk mengacu pada
bunga untuk menentukan tingkat bagi hasil yang akan ia berikan. Selain itu, tujuan dari
benchmarking yang dilakukan oleh bank Islam adalah untuk bersaing dengan bank
konvensional karena adanya asumsi bahwa nasabah bersifat rasional. Ketika bagi hasil
dari bank Islam lebih tinggi dari bunga bank, maka nasabah akan memilih untuk
menabung di bank syariah daripada bank konvensional. Sementara itu, ketika nasabah
membutuhkan pembiayaan, bank syariah akan berusaha untuk menetapkan cicilan yang
lebih rendah dari bank konvensional dengan bunga yang tidak tetap dan mengikuti
pasar/fluktuatif sehingga sangat mungkin menjadi lebih mahal dari pembiayaan di bank
syariah.
6. Jelaskan konsep keuangan publik Islam
Teori keuangan publik dalam Islam oleh Abu Ubayd didefinisikan “sunuf al-amwal al-
lati yaliha al-a'immah li al-ra'iyyah” (sejumlah kekayaan yang dikelola oleh pemerintah
untuk kepentingan publik). Terdapat empat konsep penting dalam definisi Abu Ubayd,
yaitu:
- “amwal” yang mengacu kepada kekayaan publik yang dikategorikan
menurut tiga klasifikasi yaitu fay’, khums, dan zakat.
- “a’immah” yang mengacu kepada otoritas publik yang diberi
kepercayaan untuk mengelola kekayaan publik.
- “wilayah” yang mengindikasikan bahwa kekayaan itu tidak dimiliki oleh
otoritas, tetapi merupakan kepercayaan.
- “ra’iyyah” yang mengacu kepada publik yang terdiri dari subyek Muslim
dan non Muslim, dimana kepada mereka manfaat harta didistribusikan.
Pendapatan Publik:
- Fay’, khums, dan zakat; Fay’ dan khums berbeda berdasarkan sumber-nya.
o Fay’ berasal dari subyek non-muslim.
o Khums bisa berasal dari subyek muslim maupun non-muslim.
o Zakat hanya diambil dari muslim
Belanja Publik:
• Belanja fay’ (makharij al-fay’): belanja fay’ dan khums. Hal ini karena
penerima fay’ dan khums adalah sama (QS 59: 7 dan QS 8: 41)
• Belanja zakat (makharij al-sadaqah) (QS 9: 60) sesuai 8 asnaf
penerima zakat (fakir, miskin, gharim, hamba sahaya, mualaf, fi sabilillah,
musafir, amil zakat)
• Dasar belanja publik adalah maslahah dan fardh kifayah. Konsep
maslahah mencakup semua jenis barang publik yang berguna bagi
masyarakat dan meningkatkan taraf hidup mereka. Maslahah terkait
dengan perlindungan maqashid syariah yaitu perlindungan agama,
kehidupan, akal, keturunan dan harta. Konsep fardh kifayah meliputi
pemenuhan kebutuhan dan kondisi darurat.
• Adanya prioritas belanja publik. Kepentingan publik terbagi dalam tiga
kategori yaitu primer (dharuri), sekunder (haaji) dan anjuran (tahsini).
Sebagai sistem pendapatan publik, kombinasi tiga kategori pendapatan yaitu fay’,
khums, dan zakat membentuk satu basis pendapatan (revenue base) yang
menyeluruh.
- Fay’ dan khums menjadi sumber pendapatan saat perang dan damai.
- Khums mencakup kekayaan laut dan tambang.
- Zakat mencakup segala kekayaan di darat dan yang dimiliki oleh
masyarakat. Zakat juga berfungsi sebagai penyeimbang jizyah yang
berada di bawah kategori fay’.
7. Jelaskan peranan sukuk sebagai instrument Islam untuk mobilisasi dana publik.
Sukuk merupakan pengembangan instrument keuangan Islam. Sejarah awal dari sukuk
terjadi pada saat Turki sedang melalui banyak peperangan dengan dana yang besar.
Keuangan negara yang mengalami kesulitan membiayai tentara, mengeluarkan sukuk
sebagai alternative upah dari tentara.
Menurut POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk,
sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sana dan
mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas underlying asset. Saat ini,
sukuk telah menjadi salah satu instrument investasi yang cukup menjanjikan. Sukuk telah
dikeluarkan baik oleh pihak swasta maupun pemerintah untuk menjadi salah satu sumber
pembiayaan yang dananya dihimpun dari masyarakat yang berminat untuk melakukan
investasi. Sebagai instrument investasi, sukuk berperan dalam pembangunan ekonomi
melalui investasi di sektor riil dan tanpa bunga. Selain itu, sukuk juga dpat dianggap
sebagai investasi yang memanfaatkan aset-aset negara/perusahaan untuk dijadikan
underlying asset dari sukuk sehingga dapat menghasilkan likuiditas bagi
perusahaan/negara.
Manfaat dari penerbitan sukuk negara antara lain:
– Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara;
o Memperkaya instrument pembiayaan fiskal.
o Memperluas dan mendiversifikasi basis investor SBN.
– Mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah di
dalam negeri;
o Mengembangkan alternative instrument investasi.
o Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah.
– Mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara dan mendorong tertib
administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.
– Mempercepat pembangunan proyek infrastruktur serta meningkatkan
pelayanan Umum & Investasi Pemerintah.
8. Jelaskan bagaimana zakat dan wakaf bisa menghadirkan kesejahteraan
dalam kerangka fiskal Islam
Konsep dasar zakat: Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan hukum
pelaksanaannya adalah wajib. Zakat terbagi dua jenis, yaitu zakat jiwa (nafs), atau disebut
juga zakat fitrah, dan zakat harta (maal). Zakat fitrah wajib atas tiap orang, besar-kecil,
tua- muda, laki-perempuan, merdeka-budak, yang memiliki kelebihan makanan pada Hari
Raya Idul Fitri. Sedangkan zakat harta adalah zakat atas segala harta benda yang dimiliki
dan bisa dimanfaatkan.
Salah satu implikasi ekonomi dari zakat adalah terhadap stabilitas makroekonomi.
Belanja dana zakat bisa tidak sama dengan dana zakat yang terkumpul. Pada saat
perekonomian mengalami ekspansi, dimungkinkan untuk memperoleh surplus dana zakat
(zakat surplus). Ketika perekonomian sedang mengalami resesi, maka hal ini akan
membawa kita pada defisit dana zakat (zakat deficit) dimana defisit ditutup dengan surplus
tahun sebelumnya. Dengan demikian, belanja dana zakat akan bekerja sebagai
discretionary fiscal stabilizers. Zakat juga dapat berfungsi sebagai automatic fiscal
stabilizers. Zakat dengan tarif tetap bertindak sebagai pajak proporsional yang akan
menurunkan dampak pengganda sehingga akan mengurangi fluktuasi output secara
otomatis. Di saat yang sama, zakat yang terkumpul akan dibelanjakan kepada kelompok
miskin yang membuat konsumsi mereka dapat terus berjalan tanpa terpengaruh kondisi
ekonomi. Hal ini membuat pengganda dan output menjadi lebih stabil. Kombinasi fungsi
zakat sebagai pajak proporsional dan tunjangan bagi kelompok miskin, akan meredam
dampak fluktuasi siklus bisnis terhadap perekonomian. Konsep dasar wakaf: Secara
bahasa, wakaf bermakna “menahan” yaitu menahan harta dan memberikan manfaatnya di
jalan Allah. Dengan demikian, wakaf diinterpretasikan sebagai aset yang dialokasikan
untuk kesejahteraan umat dimana pokok aset dipertahankan sedangkan manfaatnya
digunakan untuk kepentingan umum. Wakaf adalah perbuatan memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk
jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingan tertentu dalam konteks keperluan ibadah
dan/atau kesejahteraan umum (UU No. 41/2004 tentang Wakaf).
Wakaf produktif bertujuan untuk mempertahankan fungsi dan manfaat dari aset wakaf,
serta meningkatkan nilai dan kualitas manfaat dari aset wakaf. Wakaf produktif diarahkan
pada proyek komersial yang menghasilkan keuntungan tertinggi dan sesuai syariah.
Untuk menghasilkan barang dan jasa yang memberi pendapatan dari aset wakaf seperti
ini (income- generating waqf), dibutuhkan faktor produksi lainnya seperti aset likuid,
tenaga kerja, modal fisik lain, dan pengelola proyek.
Namun secara fiqh tidak diperbolehkan menjual sebagian aset wakaf untuk mendapatkan
faktor produksi dan input lain. Karena itu secara historis, pengelolaan aset wakaf secara
produktif hanya terbatas pada satu aktivitas ekonomi yaitu menyewakan tanah dan
bangunan. Dalam literatur fiqh, terdapat beberapa jenis pembiayaan syariah yang dapat
digunakan untuk memberdayakan aset wakaf tradisional secara produktif, antara lain al-
hukr dan haqq al- ijaratain.
Peranan wakaf tunai: digunakan untuk memenuhi tujuan sosial, antara lain untuk
menyediakan keuangan mikro bagi si miskin. Tokoh-tokoh yang mendukung wakaf tunai:
Elgari (2004) mengusulkan lembaga keuangan bebas bunga (qard hassan) untuk memberi
pinjaman ke kelompok miskin. Modal bank diperoleh dari wakaf tunai dari kelompok
kaya. Kahf (2004) dan Ahmed (2003) mengusulkan keuangan mikro berbasis zakat,
wakaf dan sedekah. Return dari awqaf dan dana sedekah dapat digunakan untuk
pembiayaan UKM potensial pada tingkat subsidi.
Kompilasi Soal Ujian Akhir Semester Genap T.A. 2015-2016
Mata Kuliah Ekonomi Syariah Pak Deden
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Nomor 1
Strategi pembangunan konvensional terus memperbaiki konsepnya dari hanya
mempertimbangkan ekonomi sebagai tujuan, saat ini telah mempertimbangkan sosial
dan lingkungan sebagai faktor penting yang juga harus dicapai.
a. Jelaskan apakah pembangunan dalam perspektif Islam diperlukan di tengah
kemapanan konsep pembangunan konvensional
b. Jelaskan konsep pembangunan berbasis Sustainable Development dalam sudut
pandang ekonomi Islam
Nomor 2
Sistem moneter konvensional yang bertumpu pada sistem bunga dan uang fiat dipandang
telah membawa instabilitas dan berbagai dampak buruk bagi perekonomian. Sistem
moneter Islam berusaha mendorong berjalannya perekonomian secara efisien dan adil.
a. Jelaskan teori moneter Islam dan bagaimana stabilitas uang tercipta dalam
kerangka institusi Islam.
b. Jelaskan perdebatan pendukung-pendukung sistem moneter Islam berbasis uang
fiat (naqd ishtilahi) dan argumentasi pendukung sistem moneter Islam berbasis
uang komoditas (naqd bi khilqah)
Nomor 3
Manajemen moneter dan sistem perbankan berbasis bunga banyak mengalami
kegagalan-kegagalan. Intermediasi finansial Islam menjanjikan stabilitas dan
kesejahteraan dalam perekonomian. Apakah Anda setuju dengan pernyatan tersebut?
Untuk memperkuat argumentasi Anda, jelaskan bagaimana konsep dan praktik sistem
moneter dalam Islam.
Nomor 4
Sistem fiskal Islam memiliki bentuk yang orisinil dan komprehensif. Sistem fiskal
Islam memiliki keunggulan dibandingkan dengan sistem konvensional.
a. Jelaskan teori sektor publik dan keuangan publik, baik dari perspektif
konvensional maupun Islam.
Teori keuangan publik dalam Islam oleh Abu Ubayd didefinisikan “sunuf al-amwal al-
lati yaliha al-a'immah li al-ra'iyyah” (sejumlah kekayaan yang dikelola oleh pemerintah
untuk kepentingan publik). Terdapat empat konsep penting dalam definisi Abu Ubayd,
yaitu:
- “amwal” yang mengacu kepada kekayaan publik yang dikategorikan menurut
tiga klasifikasi yaitu fay’, khums, dan zakat.
- “a’immah” yang mengacu kepada otoritas publik yang diberi kepercayaan
untuk mengelola kekayaan publik.
- “wilayah” yang mengindikasikan bahwa kekayaan itu tidak dimiliki oleh
otoritas, tetapi merupakan kepercayaan.
- “ra’iyyah” yang mengacu kepada publik yang terdiri dari subyek Muslim dan
non Muslim, di mana kepada mereka manfaat harta didistribusikan.
Dalam perspektif konvensional terdapat banyak peran dari sektor publik yaitu:
1. Peran alokasi yang membicarakan tentang penggunaan sumber daya alam
2. Peran regulasi atau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah
3. Peran redistribusi yang terkait dengan pemerataan kebijakan
4. Peran stabilisasi untuk mengontrol adanya fluktuasi perubahan secara global
Kita mengenal pengenaan pajak bagi warga negara dalam teori keuangan publik
konvensional. Pajak dalam perspektif konvensional memiliki tiga fungsi yakni sebagai
fungsi anggaran, fungsi mengatur, dan fungsi stabilisasi. Fungsi anggaran merupakan
fungsi utama pajak dan fungsi fiskal yaitu sebagai alat untuk memasukkan dana secara
optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Fungsi
mengatur yaitu pajak dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan
tertentu, seperti pengenaan pajak atas minuman keras ditinggikan untuk mengurangi
konsumsinya. Dengan fungsi pajak sebagai sarana stabilisasi, pemerintah memiliki dana
untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi
dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran
uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efesien
b. Jelaskan teori pendapatan sektor publik dan teori belanja publik Islam.
Jelaskan pula bagaimana sistem fiskal Islam membentuk sebuah revenue
base yang menyeluruh
Teori pendapatan dan belanja publik Islam, Abu Ubayd (150-224H/ 768-839 M):
Pendapatan Publik
o Fay’, khums, dan zakat
o Fay’ dan khums berbeda berdasarkan sumber-nya.
o Fay’ berasal dari subyek non-muslim.
o Khums bisa berasal dari subyek muslim maupun non-muslim.
o Zakat hanya diambil
dari muslim Belanja
Publik o Belanja fay’ (makharij al-fay’).
o Belanja fay’ adalah belanja fay’ dan khums.
o Hal ini karena penerima fay’ dan khums adalah sama (QS 59: 7 dan QS 8: 41)
o Belanja zakat (makharij al-sadaqah) (QS 9: 60)
o Dasar belanja publik adalah maslahah dan fardh kifayah
Konsep maslahah mencakup semua jenis barang publik yang berguna bagi masyarakat
dan meningkatkan taraf hidup mereka. Maslahah terkait dengan perlindungan maqashid
syariah yaitu perlindungan agama, kehidupan, akal, keturunan dan harta.
Konsep fardh kifayah meliputi pemenuhan kebutuhan dan kondisi darurat.
o Adanya prioritas belanja publik
Kepentingan publik terbagi dalam tiga kategori yaitu primer (dharuri), sekunder (haaji)
dan anjuran (tahsini).
Sebagai sistem pendapatan publik, kombinasi tiga kategori pendapatan yaitu fay’, khums,
dan zakat membentuk satu basis pendapatan (revenue base) yang menyeluruh.
– Fay’ dan khums menjadi sumber pendapatan saat perang dan damai.
– Khums mencakup kekayaan laut dan tambang.
– Zakat mencakup segala kekayaan di darat dan yang dimiliki oleh masyarakat.
– Zakat juga berfungsi sebagai penyeimbang jizyah yang berada di bawah kategori
fay’.
Nomor 5 Zakat sebagai garda terdepan instrument fiskal Islam memiliki berbagai
karakteristik yang membuatnya diinginkan secara sosial dan ekonomi.
a. Jelaskan kosnep dasar zakat serta implikasi-implikasi ekonomi dari zakat.
Konsep dasar zakat: Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan hukum
pelaksanaannya adalah wajib. Zakat terbagi dua jenis, yaitu zakat jiwa (nafs), atau disebut
juga zakat fitrah, dan zakat harta (maal). Zakat fitrah wajib atas tiap orang, besar-kecil,
tua- muda, laki-perempuan, merdeka-budak, yang memiliki kelebihan makanan pada Hari
Raya Idul Fitri. Sedangkan zakat harta adalah zakat atas segala harta benda yang dimiliki
dan dapat dimanfaatkan.
Konsep dasar wakaf: Secara bahasa, wakaf bermakna “menahan” yaitu menahan harta
dan memberikan manfaatnya di jalan Allah. Dengan demikian, wakaf diinterpretasikan
sebagai aset yang dialokasikan untuk kesejahteraan umat dimana pokok aset
dipertahankan sedangkan manfaatnya digunakan untuk kepentingan umum. Wakaf adalah
perbuatan memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingan
tertentu dalam konteks keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum (UU No. 41/2004
tentang Wakaf).
Salah satu implikasi ekonomi dari zakat adalah terhadap stabilitas makroekonomi.
Belanja dana zakat bisa tidak sama dengan dana zakat yang terkumpul. Pada saat
perekonomian mengalami ekspansi, dimungkinkan untuk memperoleh surplus dana zakat
(zakat surplus). Ketika perekonomian sedang mengalami resesi, maka hal ini akan
membawa kita pada defisit dana zakat (zakat deficit) dimana defisit ditutup dengan
surplus tahun sebelumnya. Dengan demikian, belanja dana zakat akan bekerja sebagai
discretionary fiscal stabilizers. Zakat juga dapat berfungsi sebagai automatic fiscal
stabilizers. Zakat dengan tarif tetap bertindak sebagai pajak proporsional yang akan
menurunkan dampak pengganda sehingga akan mengurangi fluktuasi output secara
otomatis. Di saat yang sama, zakat yang terkumpul akan dibelanjakan kepada kelompok
miskin yang membuat konsumsi mereka dapat terus berjalan tanpa terpengaruh kondisi
ekonomi. Hal ini membuat pengganda dan output menjadi lebih stabil.
Kombinasi fungsi zakat sebagai pajak proporsional dan
tunjangan bagi kelompok miskin, akan meredam dampak fluktuasi siklus bisnis terhadap
perekonomian.
b. Jelaskan sistem pengelolaan zakat di dunia Islam kontemporer serta
implementasi terkini zakat di Indonesia.Sistem penghimpunan zakat
kontemporer:
- Sistem pembayaran zakat secara wajib (obligatory sistem) dengan
karakteristik utama sistem pengelolaan zakat ditangani oleh negara dan
terdapat sanksi bagi yang tidak membayar zakat. Pengumpulan zakat yang
bersifat wajib ini dapat dilakukan langsung oleh pemerintah maupun melalui
otoritas keagamaan dan pihak swasta. Sistem ini diterapkan di negara-negara
Timur Tengah (Sudan, Arab Saudi, Pakistan, Libya, Yaman) dan Malaysia.
- Sistem pembayaran zakat secara sukarela (voluntary sistem) dengan
karakteristik utama pengelolaan zakat tidak dimonopoli oleh pemerintah dan
terdapat ruang partisipasi masyarakat sipil, serta tidak terdapat sanksi hukum
bagi yang tidak menunaikan zakat. Selain pemerintah, zakat dapat
dikumpulkan melalui LSM yang menjadi organisasi pengumpul zakat.
Sistem ini diterapkan di Kuwait, Bangladesh, Bahrain, Yordania, Indonesia,
Singapura, Mesir, Afrika Selatan, Aljazair, dan negara dengan minoritas
muslim.
UU No. 38 Tahun 1999 menjadi milestone sejarah zakat Indonesia modern, berbasis
desentralisasi dan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat sipil dalam pengelolaan
zakat nasional. UU No. 23 Tahun 2011 mensentralisasi pengelolaan zakat nasional
sepenuhnya oleh pemerintah melalui BAZNAS yang melaksanakan seluruh pengelolaan
zakat nasional meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pelaporan dan
pertanggungjawaban. Sistem baru untuk pengelolaan zakat di Indonesia dapat
digambarkan melalui bagan berikut:
Kompilasi Soal Ujian Akhir Semester Genap T.A. 2015-
2016 Mata Kuliah Ekonomi Syariah Pak Yusuf
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Nomor 1
Strategi pembangunan konvensional hanya berfokus pada ekonomi semata.
Ekonomi telah menjadi cara (means) sekaligus tujuan (ends) pembangunan.
a. Jelaskan pembangunan dalam perspektif maqashid a-syari’ah! Jelaskan
komponen maqashid sebagai sumber daya produktif, tujuan utama, dan visi
strategis pembangunan!
Pembangunan dalam perspektif maqashid syariah ialah pembangunan yang
menjaga lima poin penting kebutuhan dasar manusia yang terangkum di dalam
konsep Maqasid al-Shariah sehingga diharapkan kemaslahatan umat manusia
dapat tercapai. Lima poin penting dalam maqashid syariah yang perlu dijaga agar
kebutuhan dasar manusia dapat tercapai dan mencegah terjadinya kerusakan:
• Dien dibutuhkan oleh manusia untuk menuntun keyakinan, memberikan
ketentuan/aturan hidup, dan membangun moralitas.
• Nafs merupakan sesuatu yang membantu eksistensinya merupakan
kebutuhan, yang mengancam kehidupan harus dijauhi
• ’Aql, bahwa Islam mewajibkan tholabul ilm (mencari ilmu) karena
tanpanya manusia akan mengalami kesulitan dan penderitaan.
• Nasl untuk kelangsungan generasi dan kehidupan dunia sangat penting
• Maal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan
sebagai sarana untuk ibadah (banyak ibadah membutuhkan harta, misal
haji, sedekah)
Pembangunan dalam perspektif maqashid al syari’ah:
• Pembangunan di dalam Islam bermakna menciptakan keseimbangan dan
harmoni, keadilan dan perdamaian, keindahan dan kemakmuran.
• Pembangunan bermakna membangun manusia secara keseluruhan: jiwa,
pikiran, dan jasad.
• Pembangunan harus mencakup aspek material, kultural, dan politik,
namun pada saat yang sama pembangunan juga harus mencakup aspek
moral dan spiritual.
• Pembangunan material yang mengabaikan moralitas dan spiritualitas,
tidak akan mampu mempertahankan pertumbuhan dalam jangka panjang
dan hanya akan menjadi masalah, beban, dan penderitaan.
b. Jelaskan rancang bangun sistem ekonomi Islam! Jelaskan
pula komparasi sistem ekonomi Islam dengan sistem
ekonomi lainnya.
Rancang Bangun Ekonomi Islam
Sistem ekonomi Islam memiliki bentuk yang jelas dan utuh, dimana sistem
berdiri diatas:
Fondasi:
- sistem finansial non-riba, non-maysir, non-gharar; Islam melarang riba namun tidak
melarang laba sebagai return untuk usaha wirausahawan dan modal finansial. Islam
memiliki dua bentuk utama pengaturan finansial dari bisnis yaitu mudharabah dan
musyarakah. Pada transaksi dimana bagi-hasil tidak dapat diaplikasikan, bentuk
pembiayaan lain dapat diterapkan seperti qard al- hasanah, bai’ mua’jjal, bai’ salam,
ijarah, dan murabahah.
- sistem moneter stabil berbasis komoditas (emas-dinar); Dalam Islam, sistem uang
yang mendapat dukungan adalah sistem uang yang stabil dan non- inflatoir. Islam
memberi keleluasaan yang luas untuk bentuk uang dan sistem pembayaran-nya,
namun menekankan stabilitas dari nilai uang sebagai syarat utama.
- sistem fiskal berbasis zakat; Zakat memiliki fungsi alokasi, distribusi, dan sekaligus
stabilisasi dalam perekonomian. Khums adalah seperlima bagian dari
anfal(ghanimah) yang menjadi kekayaan publik (QS 8: 41). Fay’ (QS 59:7) adalah
segala tanggungan yang dibebankan kepada harta kekayaan orang non-Muslim (ahl
al-dhimmah) melalui penaklukan damai yang manfaatnya dibagi rata demi
kepentingan umum. Seluruh pendapatan publik yang berkembang dalam sejarah
Islam masuk dibawah kategori fay’seperti jizyah, kharaj dan ushr.
Pilar:
- sistem alokasi melalui mekanisme pasar dengan pengawasan pasar yang
luas dan ketat (hisbah); Islam mengakui dan menghormati mekanisme
pasar sebagai instrument utama dalam alokasi dan distribusi sumber daya,
yang terjadi atas dasar kerelaan (QS 4: 29). Namun kekuatan pasar ini
harus melewati filter moral terlebih dahulu sehingga permintaan
(demand) dan penawaran (supply) pasar yang terbentuk akan konsisten
dengan pencapaian tujuan-tujuan normatif. Lebih jauh lagi, pembentukan
harga dan transaksi dalam pasar mendapat pengawasan ketat agar
menghasilkan pasar yang bebas distorsi. Dalam Islam, fungsi ini
dijalankan oleh institusi hisbah.
- sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk
barang- barang yang menguasai hajat hidup orang banyak. Secara umum,
Islam mengizinkan, menerima, dan menghormati kepemilikan oleh
individu, namun tidak secara absolut. Untuk barang dan jasa yang
menguasai hajat hidup orang banyak (dharuri), Islam menetapkan adanya
kepemilikan bersama. Hal ini untuk menghindari adanya penimbunan
harta hanya pada orang-orang bermodal. Selain itu, dengan adanya sistem
wakaf dan kepemilikan bersama yang dikelola oleh pemerintah
digunakan sebagai sumber utama pembiayaan negara.
Atap: - sistem insentif moral dan material; Dorongan ekonomi dalam Islam harus
berada dalam kerangka kepentingan sosial. Islam mendorong individu
untuk mengejar kepentingan pribadi di dalam kerangka kepentingan
sosial dimana terdapat konflik antara self- interest dan social interest,
dengan cara memberi perspektif jangka panjang bagi kepentingan pribadi
–menarik kepentingan pribadi melebihi jangka waktu dunia ke akhirat.
- sistem tujuan maqashid syariah; Tujuan utama syariah Islam (maqashid
syariah) adalah mewujudkan kemaslahatan manusia, yang terletak pada
perlindungan terhadap agama (dien), jiwa (nafs), akal (aqal), keturunan
(nasl), dan kekayaan (maal). Apa saja yang menjamin terlindunginya lima
perkara ini berarti melindungi kepentingan umum (mashlahah) dan
dikehendaki.
Perbedaan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya:
Nomor 2
Sistem moneter konvensional yang bertumpu pada sistem bunga dan uang fiat
dipandang telah membawa instabilitas dan berbagai dampak buruk bagi
perekonomian. Sistem moneter Islam berusaha mendorong berjalannya
perekonomian secara efisien dan adil.
a. Jelaskan teori moneter Islam dan bagaimana stabilitas uang tercipta
dalam kerangka institusi ekonomi Islam.
Kesepakatan jumhur ulama dan cendekiawan muslim tentang uang dan standar moneter
yaitu:
[i] perlindungan harta (mal) adalah salah satu tujuan syariah;
[ii] preferensi syari‟ah terhadap penggunaan uang dalam transaksi
dibandingkan barter;
[iii] penerimaan emas dan perak sebagai uang adalah alamiah;
[iv] Nabi Muhammad SAW menyetujui emas dan perak sebagai uang;
[v] emas dan perak relatif lebih stabil dibandingkan bentuk uang yang lain;
[vi] adalah kewajiban negara untuk mencetak, mengatur dan memasok uang
emas dan perak;
[vii] uang adalah alat tukar (medium of exchange) dan ukuran nilai (measure of
value), bukan komoditas;
[viii] illat riba pada uang adalah karena fungsinya sebagai medium of exchange
dan
measure of value (tsamaniyyah), kecuali mazhab Hanafi.
Stabilitas uang tercipta dalam kerangka institusi ekonomi Islam dengan adanya
pelarangan riba, pelarangan gharar, dan penerapan zakat.
Pelarangan ribâ secara efektif menghapus praktek komoditisasi uang:
mengambil keuntungan dari uang dengan cara memperdagangkannya pada
“tingkat harga” (bunga) tertentu. Ketika uang berfungsi sebagai ukuran nilai dan
alat tukar, maka menetapkan harga berupa bunga pada uang menjadi sebuah hal
yang paradoks. Bunga membuat uang yang seharusnya memfasilitasi pertukaran,
sebagai ukuran nilai bagi seluruh komoditas, justru menjadi obyek pertukaran.
Dengan melarang ribâ maka Islam melindungi fungsi dasar uang sebagai ukuran
nilai dan alat tukar. Pelarangan ribâ juga menjamin tidak akan ada ekspansi
moneter yang tidak memiliki padanan dengan penciptaan nilai tambah ekonomi
di sektor riil, sehingga secara efektif akan menjaga keterkaitan sektor moneter
dengan sektor riil, dan karenanya menjaga stabilitas harga dan inflasi.
Penerapan zakât terhadap emas dan perak (al-mâl al-„ayn), baik dalam bentuk
uang koin maupun batangan atau perhiasan (zakât al-‟ayn) menjadi disinsentif
bagi aktivitas menumpuk harta (emas dan perak) dan menimbun uang baik
karena motif keserakahan maupun untuk spekulasi.
Zakât al-‟ayn dalam jangka pendek akan memaksa pemilik uang
menginvestasikan uangnya ke sektor riil untuk mendapatkan return, karena
pelarangan ribâ meniadakan peluang meminjamkan uang untuk keuntungan,
sehingga velocity of money meningkat, yang pada gilirannya akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, zakât al-‟ayn juga akan secara efektif
meminimalkan permintaan non-moneter terhadap emas dan perak sehingga
pasokan uang akan terjaga.
Pelarangan gharar, bersama-sama dengan pelarangan ribâ, membuat demand
for money sepenuhnya berasal dari kebutuhan riil perekonomian. Dengan
meminimalkan permintaan uang yang tidak riil, maka permintaan uang akan
stabil, sehingga akan menstabilkan pasokan uang. Stabilitas demand for money
dalam Islam didorong lebih lanjut dengan pelarangan penimbunan uang (iktinâz).
Dalam upaya menjaga stabilitas nilai uang, terutama dari sisi money supply,
negara memiliki otoritas untuk mencetak, mengatur dan mengedarkan uang.
Dalam sejarah Islam, kewenangan ini dijalankan oleh institusi sikkah.
b. Jelaskan debat sistem ekonomi moneter berbasis uang fiat
(naqd ishtilah) dan sistem moneter berbasis uang komoditas
(naqd bi al-khilqah) dalam wacana ekonomi Islam.
Fiqh pendukung uang fiat:
(i) uang kertas dipandang sebagai surat utang dari deposito emas atau
perak. Ketika kini uang kertas sepenuhnya terlepas dari emas,
pendapat ini menimbulkan banyak kesulitan karena uang kertas
diperlakukan sebagai dayn, sehingga pertukaran uang dengan uang
lain (al-sharf) tidak bisa dilakukan karena terkategori al-dayn bi al-
dayn dan salam dengan uang kertas akan terlarang karena tsamân
untuk salam harus dibayar tunai.
(ii) sebagaimana suftaja, uang kertas diperlakukan sebagai pengganti
atsmân perak dan emas, sehingga uang kertas dianggap memiliki
karakteristik yang sama seperti emas dan perak. Namun hal ini hanya
bisa dibenarkan jika bank sentral dan perbankan memiliki cadangan
logam mulia ini 100 persen terhadap uang kertas yang diedarkannya.
Pandangan ini juga akan menyulitkan pertukaran valas karena mata
uang harus berbasis logam yang berbeda agar pertukaran dalam
jumlah yang berbeda dapat dibenarkan dan terhindar dari ribâ.
(iii) uang kertas diberikan kedudukan hukum yang sama dengan fulûs.
Namun hal ini bermasalah secara fiqh: transaksi salam akan terlarang
dan ribâ diizinkan karena untuk fulûs pertukaran dengan jumlah
berbeda tidak dilarang.
(iv) uang kertas dipandang sebagai salah satu dari sekian banyak standar
harga (atsmân). Dengan pendapat ini, berbagai transaksi penting
seperti pertukaran valas dan bay‟ al salam terjamin dan transaksi
yang tidak diinginkan seperti ribâ terlarang.
Ps. Dengan kondisi saat ini dimana tidak ada satupun negara yang uangnya
terkait dengan logam mulia, pendapat terakhir nampak banyak diikuti. Namun,
berbeda dengan emas dan perak yang nilainya stabil, penggunaan uang kertas
mengandung bahaya gharar yang tinggi karena nilai uang kertas yang cenderung
terus menurun sehingga membawa kita pada masalah baru, yaitu inflasi.
Fiqh penolak uang fiat:
Syarat sah uang sebagai nilai harga adalah material-nya harus dapat
dimanfaatkan. Sedangkan uang kertas tidak memiliki nilai intrinsik, sebab
material uang kertas tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. Dan setiap
yang tidak bermanfaat maka ia tidak termasuk harta. Legalisasi oleh pemerintah
juga tidak cukup memberikan nilai harga terhadap uang kertas, sebab ketika
pemerintah mencabut legalisasi dan melarang peredarannya maka nilai harga
uang kertas akan terhapus dan ia akan kembali menjadi sesuatu yang tidak
berharga. Oleh sebab itu maka uang kertas tidak dapat ditukarkan dengan harta
atau dijadikan nilai harga untuk barang dan jasa.
Syarî‟ah menetapkan seluruh hukum mu‟âmalâh dan ‟ibâdâh mâliyyah berbasis
emas dan perak, seperti ketentuan zakât uang, pembayaran ganti rugi atas suatu
tindak pidana pembunuhan (diyyat), dan batas hukuman bagi pencurian (hadd al-
sâriqah). Hal ini mengindikasikan bahwa syarî‟ah memandang emas dan perak
merupakan harga pasar yang memiliki stabilitas nilai yang tinggi sehingga akan
memberi keadilan yang merupakan esensi dari hukum-hukum tersebut.
Berbagai ketentuan syarî‟ah yang melarang gaya hidup bermewah-mewahan (al-
tana‟um) juga secara jelas mengindikasikan bahwa fungsi utama emas dan perak
adalah sebagai uang. Larangan memakai perhiasan dari emas, seperti cincin,
kalung dan anting, secara jelas menunjukkan arahan syarî‟ah untuk menekan
kegunaan non- moneter emas. Lebih jauh, syarî‟ah memberi disinsentif bagi
penggunaan non moneter emas dan perak dengan mengenakan zakât pada emas
dan perak dalam segala bentuk, baik sebagai uang maupun perhiasan.
Nomor 3
Sistem finansial Islam ditujukan untuk menjaga fungsi-fungsi uang dalam
perekonomian.
a. Jelaskan pelarangan riba dalam Islam, definisi, makna ekonomi dan
implikasinya. Dapatkah Anda menjelaskan bagaimana riba memisahkan
waktu dari aktivitas ekonomi riil?
Riba merupakan kelebihan pembayaran yang ditetapkan pada transaksi utang
piutang. Pelarangan ribâ secara efektif menghapus praktek komoditisasi uang:
mengambil keuntungan dari uang dengan cara memperdagangkannya pada
“tingkat harga” (bunga) tertentu. Ketika uang berfungsi sebagai ukuran nilai dan
alat tukar, maka menetapkan harga berupa bunga pada uang menjadi sebuah hal
yang paradoks. Bunga membuat uang yang seharusnya memfasilitasi pertukaran,
sebagai ukuran nilai bagi seluruh komoditas, justru menjadi obyek pertukaran.
Dengan melarang ribâ maka Islam melindungi fungsi dasar uang sebagai ukuran
nilai dan alat tukar. Pelarangan ribâ juga menjamin tidak akan ada ekspansi
moneter yang tidak memiliki padanan dengan penciptaan nilai tambah ekonomi
di sektor riil, sehingga secara efektif akan menjaga keterkaitan sektor moneter
dengan sektor riil, dan karenanya menjaga stabilitas harga dan inflasi.
Pelarangan Riba secara esensial bermakna pelarangan “trading in credit”.
Trading in credit bermakna pemutusan waktu dari transaksi riil. –Ketika waktu
dipisahkan dari transaksi riil melalui pinjaman berbasis bunga, Hal ini membuat
tingkat utang meningkat sehingga biaya pembiayaan lebih besar melalui cost of
debt services yang lebih tinggi. Bunga yang terakumulasi membuat utang terus
tumbuh dan menjauhkan sektor keuangan dari sektor riil. Biaya bunga yang
berlipat ganda telah membebani perekonomian jauh lebih besar dari biaya
pembiayaan riil sebenarnya.
b. Jelaskan pelarangan gharar dalam Islam, definisi, makna
ekonomi dan implikasinya. Dapatkah Anda jelaskan
bagaimana gharar memisahkan risiko dari aktivitas ekonomi
riil?
Gharar berarti ketidakjelasan atau hal-hal yang tidak diketahui hasilnya atau tidak
diketahui hakikat dan ukurannya. Maqashid dari pelarangan gharar sendiri adalah
agar tidak ada pihak berakad yang dirugikan karena haknya yang tidak terpenuhi
dan untuk menghindari perselisihan karena terjadinya kerugian tersebut.
Pelarangan gharar, bersama-sama dengan pelarangan ribâ, membuat demand for
money sepenuhnya berasal dari kebutuhan riil perekonomian. Dengan
meminimalkan permintaan uang yang tidak riil, maka permintaan uang akan
stabil, sehingga akan menstabilkan pasokan uang. Gharar memisahkan risiko dari
aktivitas ekonomi riil karena transaksi yang mengandung gharar mendapatkan
keuntungan dari kerugian yang dialami oleh orang lain. Sehingga, keadaan
perekonomian tidak berpengaruh secara langsung terhadap untung rugi yang
dihadapi oleh pelaku transaksi gharar.
Trading in risk bermakna pemutusan resiko dari sektor riil. Pemutusan resiko
dari sektor riil membawa pada resiko yang lebih besar dan biaya manajemen
resiko lebih tinggi. Komoditisasi resiko membuat sektor keuangan berlipat ganda
dan bergerak semakin jauh dari transaksi riil. Biaya komoditisasi resiko juga
membebani perekonomian jauh lebih besar dari biaya resiko riil.
Nomor 4
Manajemen moneter dan sistem perbankan berbasis bunga banyak mengalami
kegagalan-kegagalan. Intermediasi finansial Islam menjanjikan stabilitas dan
kesejahteraan dalam perekonomian.
a. Jelaskan bagaimana sistem perbankan berbasis bunga membuat inflasi
terus terjadi, menghambat pencapaian tujuan normative perekonomian,
dan memperburuk distribusi pendapatan.
Kebijakan moneter berbasis bunga tidak efektif mengendalikan jumlah uang
beredar dan inflasi, dan justru pada gilirannya selalu menghasilkan konflik
dengan sektor riil akibat dampak inflator-nya melalui ekspansi jumlah uang
beredar. Tingkat aktual suku bunga tidak mempengaruhi kemampuan sistem
perbankan untuk menciptakan uang secara signifikan. Mengendalikan inflasi
dengan suku bunga tinggi hanyalah obat penenang jangka pendek, namun tidak
menyelesaikan akar masalah. Sistem perbankan berbasis bunga membawa
dampak buruk pada pencapaian tujuan normatif perekonomian dan kebutuhan
dasar sebagian besar penduduk. Sistem bunga juga membuat kesenjangan
pendapatan semakin memburuk akibat distribusi modal finansial yang sangat
tidak merata. Sistem keuangan berbasis bunga secara agresif juga mendorong
masyarakat dan bahkan pemerintah untuk menjadi konsumtif. Sistem berbasis
bunga telah mendorong upaya pencarian keuntungan secara cepat menjadi
marak. Pergerakan suku bunga yang fluktuatif telah menimbulkan kesulitan bagi
pemilik dana untuk membuat keputusan investasi jangka panjang di sektor riil.
b. Jelaskan two-tier mudharabah model sebagai sistem perbankan Islam yang
ideal. Mengapa model ini gagal diterapkan sehingga perbankan syariah kini
berevolusi menjadi one-tier mudharabah model?
Model dasar perbankan Islam adalah model two-tier mudharabah. Dalam model
ini, hubungan antara rabbal-mâl dan mudhârib tercipta melalui kontrak tripartite
dimana nasabah penyimpan dana memberikan otoritas kepada bank untuk
menggunakan dana-nya dengan basis bagi hasil (first-tier mudhârabah) dan bank
kemudian bertindak sebagai agen nasabah penyimpan dana untuk masuk ke
kontrak dengan pihak lain untuk menjalankan mudhârabah aktual dimana bank
bertindak sebagai investor dan pihak lain sebagai pengusaha (second-tier
mudhârabah). Dengan mudhârabah dua tingkat, bank menjalankan fungsi
intermediasi keuangan tanpa instrument bunga sama sekali. Pendapatan kotor
berasal dari bagian bank dalam keuntungan pengusaha berdasarkan rasio bagi
hasil yang disepakati di awal. Setelah dikurangi biaya operasional bank,
pendapatan ini dibagi antara bank dan penabung berdasarkan rasio bagi hasil
yang disepakati di awal.
Model two-tier mudharabah menjadi kurang popular digunakan di institusi
keuangan Islam beralasan karena besarnya risiko yang timbul akibat asymmetric
information pada second-tier mudharabah (antara bank dan pihak yang dibiayai).
Asymmetric information ini dapat terjadi di pembiayaan mudharabah melalui 3
jalan, yaitu:
1. Adverse selection, terjadi pada saat awal kontrak di mana perbankan
mengalami kesalahan dalam memilih nasabah yang dibiayai. Kesalahan
ini dapat terjadi karena adanya perbedaan yang tertulis dalam proposal
bisnis maupun pada saat proses screening nasabah. Adverse selection
dapat memperbesar credit/default risk.
2. Moral hazard type I berupa disinsentif pada proses pelaksanaan usaha
berupa upaya yang tidak optimal dari pengusaha sehingga keuntungan
yang diperoleh tidak sesuai dengan yang dijanjikan di proposal.
3. Moral hazard type II yaitu falsifikasi/fraud pada laporan keuangan,
misalnya dengan memperbesar pengeluaran operasional, untuk
memperoleh net income yang lebih kecil sehingga pembagian keuntungan
pada bank menjadi lebih kecil daripada yang seharusnya.
Kemudian, perbankan syariah saat ini lebih banyak menggunakan one-tier
mudharabah model: Dalam model ini, bank memperkecil risiko dari mudharabah
dengan melakukan transaksi yang bersifat fixed return pada proses second-tier
mudharabah, seperti menggunakan akad murabahah atau ijarah. Dengan model
fixed return, bank lebih yakin pada nasabah karena cicilan yang sudah pasti.
Selain itu, dengan fixed return, bank tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk
melakukan proses monitoring dan verification terhadap usaha yang dibiayai.