uji efektifitas kombinasi pupuk organonitrofos dan …digilib.unila.ac.id/56820/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
-
UJI EFEKTIFITAS KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN
PUPUK AN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN
SERAPAN HARA TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)
PADA MUSIM TANAM KETIGA DI GEDUNG MENENG
(Skripsi)
Oleh
DWIKA PUTRI SURI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
http://www.kvisoft.com/pdf-merger/
-
ABSTRAK
UJI EFEKTIFITAS KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN
PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN
SERAPAN HARA TANAMAN UBI KAYU (ManihotesculentaCrantz)
PADA MUSIM TANAM KETIGA DI GEDUNG MENENG
Oleh
DWIKA PUTRI SURI
Ubi kayu dikenal sebagai tanaman yang memiliki daya adaptasi yang kuat
sehingga sangat potensial dibudidayakan dilahan marginal. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji keefektifan pupuk Organonitrofos dan kombinasinya
dengan pupuk kimia, serta menetapkan dosis terbaik dari kombinasi pupuk
Organonitrofos dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, serapan hara, dan
produksi tanaman ubi kayu pada musim tanam ketiga. Penelitian lapang
dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung pada bulan
November 2014 hingga Agustus 2015. Penelitian ini dilakukan dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan yaitu T1 (kontrol),
T2 (urea 200 kg ha-1
, SP36 300 kg ha-1
, KCl 400 kg ha-1
), T3 (urea 150 kg ha-1
,
SP36 100 kg ha-1
, KCl 300 kg ha-1
, Organonitrofos 500 kg ha-1
), T4 (urea 100 kg
ha-1
, SP36 100 kg ha-1
, KCl 200 kg ha-1
, Organonitrofos 1.000 kg ha-1
), T5 (urea
50 kg ha-1
, SP36 50 kg ha-1
, KCl 200 kg ha-1
, Organonitrofos 2.000 kg ha-1
), dan
T6 (Organonitrofos 5.000 kg ha-1
) dengan 3 ulangan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa perlakuan urea 100 kg ha-1
, SP36 100 kg ha-1
, KCl 200 kg
-
ha-1
, Organonitrofos 1.000 kg ha-1
menghasilkan produksi (bobot umbi), dan panen
hara N, P, K, dan C tanaman ubi kayu lebih tinggi dibandingkan perlakuan
kombinasi lainnya. Sedangkan pupuk anorganik dengan dosis urea 200 kg ha-1
,
SP36 300 kg ha-1
, KCl 400 kg ha-1
menghasilkan tinggi tanaman tertinggi
dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya.
Kata kunci:Kombinasi pupuk, Organonitrofos, Pemupukan, Produksi ubi kayu
Serapan hara, Tanah ultisol,Ubi kayu.
-
UJI EFEKTIFITAS KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN
PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN
SERAPAN HARA TANAMAN UBI KAYU (Manihotesculenta Crantz)
PADA MUSIM TANAM KETIGA DI GEDUNG MENENG
(Skripsi)
Oleh
DWIKA PUTRI SURI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agroteknologi
PFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang dilahirkan di Bandar Lampung pada 26 Mei 1993 adalah anak kedua
dari Bapak Sukamto dan Ibu Rini Andayani.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Kartika Jaya II-8
Bandar Lampung, Tahun 1999. Pada 2005, penulis menyelesaikan sekolah dasar
di SD Kartika Jaya II-5 Bandar Lampung. Penulis melanjutkan kesekolah
menengah pertama di SMPN 23 Bandar Lampung dan lulus pada 2008. Penulis
menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Perintis 2 Bandar
Lampung pada 2011.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program StudiAgroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung pada 2011 melalui jalur Mandiri. Selama di
bangku perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan. Pada
2012-2013, penulis aktif dan sebagai anggota bidang dana dan usaha (DANUS) di
Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA-AGT).
Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PTPN VII Unit Rejosari Natar,
Lampung Selatan, Lampung mulai Juli sampai Agustus 2015. PadaTahun 2015,
dari Januari sampai Maret Penulis melaksanakan Kuliah KerjaNyata (KKN) di
Desa Gunung Tiga, Kecamatan Ulubelu, Tanggamus.
-
Aku persembahkan karya ini kepada:
Kedua orangtuaku
Bapak Sukamto dan Ibu Rini Andayani yang telah mencurahkan
seluruh kasih sayang, perhatian, didikan, nasihat, kesabaran, motivasi,
serta doa yang tiada henti;
Kedua saudara kandungku Kak Tangguh Urubelgiyanto
terima kasih atas segala dukungan, perhatian,
kasih sayang selama ini;
Sahabat-sahabat yang selalu setia di saat suka dan duka,
terima kasih atas bantuan, dukungan, motivasi, dan pengorbanan yang
telah kalian berikan
selama ini;
Saudara-saudaraku yang selalu memberikan motivasi,
doa, dukungan, dan perhatian selama ini; serta
Almamater tercinta.
Universitas Lampung
-
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan;
jangan pula lihat masa depan dengan
kekuatan; tapi lihatlah sekitar
anda Dengan penuh
kesadaran
-
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat,
karunia, hidayah, dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi yang berjudul ‘Uji Efektifitas Kombinasi Pupuk Organonitrofos
dan Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan, Produksi, dan Serapan Hara
Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) pada Musim Tanam Ketiga di
Gedung Meneng’.
Penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, arahan, saran, dan dorongan
dari berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si., selaku Dekan Fakultas Partanian
Universitas Lampung;
2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M. Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi;
3. Prof. Ir. Jamalam Lumbanraja, Ph.D., selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, arahan, dan kritik selama
penelitian dan proses penyelesaian skripsi ini;
4. Ir. Hery Novpriansyah, M. S., selaku Pembimbing Kedua yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, arahan, dan kritik selama
penelitian dan proses penyelesaian skripsi ini;
-
5. Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M. Agr. Sc, selaku Pembimbing dan Penguji atas
saran selama penelitian dan penyelesaian skripsi;
6. Ir. Setyo Widagdo, M. Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingannya;
7. Kedua orang tuaku: Ayahanda dan Ibunda yang tercinta atas segala cinta
kasih, semangat, dukungan, dan doa tulus yang diberikan, serta pengorbanan
yang tiada pernah putus diberikan;
8. Kakak tersayang serta Seseorang atas segala cinta kasih, semangat, dan
dukungan, serta doa tulus yang diberikan;
9. Sahabat : Gom-gom, Puput, Meilida, Rezkiani, Fitri, Erma, Sepria, Ayu,
Gusti, dan Amel. Terima kasih atas bantuan, dukungan, dan motivasi serta
kebersamaan.
10. Teman- teman Agroteknologi 2011 dan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas bantuan, dukungan dan motivasinya;
11. Teman- teman KKN desa Gunung Tiga , kecamatan Ulubelu, kabupaten
Tanggamus: Ica, Kadek, Tiffani, Moly, Umpu, Ulung, Okta terima kasih atas
dukungan, do’a, dan motivasi.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan pihak yang telah
membantu. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, 27 Desember 2018
Penulis
Dwika Putri Suri
-
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ............................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 1.3 Kerangka Pemikiran........................................................................... 3 1.4 Hipotesis ............................................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol ..................................................................................... 7 2.2 Tanaman UbiKayu (Manihot Esculenta Crantz) ............................... 8 2.3 Organonitrofos (organomineral NP) ................................................. 9 2.4 Pemupukan ......................................................................................... 10 2.5 Pengaruh Pemberian Pupuk Kimia N, P, dan K Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Ubi Kayu................................................ 11
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 13
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 13
3.3 Metode Penelitian ............................................................................... 14
3.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 14
3.4.1 Pengolahan dan Pembuatan Petak Percobaan ....................... 14
3.4.2 Pembuatan Guludan ................................................................. 15
3.4.3 Pemberian Pupuk Organonitrofos ........................................... 15
3.4.4 Penanaman Sstek ...................................................................... 16
3.4.5 Aplikasi Pupuk Kimia ............................................................... 16
3.4.6 Pemeliharaan ............................................................................ 16
3.4.6.1 Penyiraman ................................................................... 16
3.4.6.2 Penyiangan Gulma ........................................................ 17
3.4.6.3 Pengendalian Hama dan Penyakit ................................ 17
3.4.6.4 Pembumbunan .............................................................. 17
3.4.7Panen ......................................................................................... 17
3.4.8Pengambilan Sampel Tanah ...................................................... 18
3.4.9Analisis di Laboraturium ........................................................... 18
-
3.5 Variabel Pengamatan .......................................................................... 18
3.5.1 Tinggi Tanaman ........................................................................ 18
3.5.2 Analisis Tanah .......................................................................... 18
3.5.3 Analisis Tanaman...................................................................... 19
3.5.4 Bobot Basah Umbi .................................................................... 19
3.5.5 Bobot Kering Sampel Tanaman ................................................ 19
3.5.6 Uji Efektivitas Pupuk ................................................................ 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Tanah Awal dan Akhir Musim Tanam Ketiga ................ 20
4.2 Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Ubikayu .......................................... 22
4.3 Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik terhadap
Produksi Tanaman Ubikayu ................................................................ 24
4.3.1 Bobot Basah .............................................................................. 24
4.3.2 Bobot Kering Umbi ................................................................... 26
4.3.3 Bobot Kering Brangkasan......................................................... 27
4.4Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik terhadap
Panen N, P, K, dan C Terangkut Tanaman Ubikayu ............................ 28
4.4.1 Panen Hara Nitrogen (N) ......................................................... 28
4.4.2 Panen Hara Fosfor (P) ............................................................. 30
4.4.3 Panen Hara Kalium (K) ............................................................ 32
4.4.4 C Terangkut Tanaman .............................................................. 34
4.5 Analisis RAE (Relative Agronomic Effectiveness) ............................. 35
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ............................................................................................. 37
5.2 Saran ................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38
LAMPIRAN .................................................................................................... 41
TABEL ............................................................................................................ 41-81
-
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perlakuan dosis pupuk yang digunakan. ................................................ 14
2. Hasil analisis kimia tanah awal pada akhir musim tanam pertama dan hasil analisis kimia tanah akhir setelah aplikasi
pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk
anorganik pada akhir musim tanam ketiga. ............................................ 20
3. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman
pada 32 MST. ......................................................................................... 24
4. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot umbi basah, bobot kulit basah,
dan bobot total umbi basah padatanaman ubi kayu. ............................... 25
5. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot umbi kering, batang kering,
kulit kering, daun kering, dan total biomassa kering pada
tanaman ubi kayu. ................................................................................... 27
6. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara N pada umbi, batang,
daun, kulit, dan total tanaman ubi kayu. ................................................. 29
7. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara P pada umbi, batang,
daun, kulit, dan total tanaman ubi kayu. ................................................. 31
8. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara K pada umbi, batang,
daun, kulit, dan total tanaman ubi kayu. ................................................. 33
9. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap C terangkut pada umbi, batang
daun, kulit, dan total tanaman ubi kayu. .............................................. 34
-
iv
10. Indeks relative Agronomic Effectiveness (RAE) pada produksi bobot Umbi basah, dan biomassa total ........................................................... 36
11. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 4 MST. ................................................. 42
12. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 8 MST. ................................................. 42
13. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 12 MST. ............................................... 43
14. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 16 MST. ............................................... 43
15. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadaptinggi tanaman pada 20 MST. ................................................ 44
16. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 24 MST. ............................................... 44
17. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 28 MST. ............................................... 45
18. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 32 MST. ............................................... 45
19. Uji homogenitas tinggi tanaman ubikayu pada 32 MST. .................... 46
20. Analisis ragam tinggi tanaman ubikayu pada 32 MST. ....................... 46
21. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot daging umbi basah tanaman ubi kayu. ........................ 47
22. Uji homogenitas bobot daging umbi basah. ......................................... 47
23. Analisis ragam bobot daging umbi basah. ........................................... 48
24. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot kulit umbi basah tanaman ubi kayu. ............................ 48
25. Uji homogenitas bobot kulit umbi basah. ............................................ 49
26. Analisis ragam bobot kulit umbi kering. .............................................. 49
27. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot daging umbi kering tanaman ubi kayu. ....................... 50
-
v
28. Uji homogenitas bobot daging umbi kering. ........................................ 50
29. Analisis ragam bobot daging umbi kering. .......................................... 51
30. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia Terhadap bobot batang kering tanaman ubi kayu. ............................... 51
31. Uji homogenitas bobot batang kering. ................................................. 52
32. Analisis ragam bobot batang kering. ................................................... 52
33. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot kulit umbi kering tanaman ubi kayu............................ 53
34. Uji homogenitas bobot kulit umbi kering. ........................................... 53
35. Analisis ragam bobot kulit umbi kering. .............................................. 54
36. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot daun kering tanaman ubi kayu. ................................... 54
37. Uji homogenitas bobot daun kering. .................................................. 55
38. Analisis ragam bobot daun kering. ...................................................... 55
39. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada daging umbi pada tanaman ubi kayu. .......... 56
40. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada daging umbi pada tanaman ubi kayu
hasil transformasi. ................................................................................ 56
41. Uji homogenitas serapan N pada daging umbi. ................................... 57
42. Analisis ragam serapan N pada daging umbi. ...................................... 57
43. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada batang tanaman ubi kayu. ............................ 58
44. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada batang tanaman ubi kayu
hasil transformasi. ................................................................................ 58
45. Uji homogenitas serapan N pada batang tanaman. .............................. 59
46. Analisis ragam serapan N pada batang tanaman. ................................. 59
-
vi
47. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada kulit umbi tanaman ubi kayu. ...................... 60
48. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada kulit umbi tanaman ubi kayu
hasil transformasi. ................................................................................ 60
49. Uji homogenitas serapan N pada kulit umbi. ....................................... 61
50. Analisis ragam serapan N pada kulit umbi. ......................................... 61
51. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada daun tanaman ubi kayu. ............................... 62
52. Uji homogenitas serapan N pada daun tanaman .................................. 62
53. Analisis ragam serapan N pada daun tanaman..................................... 63
54. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapam P pada daging umbi tanaman ubi kayu. .................. 63
55. Uji homogenitas serapan P pada daging umbi. .................................... 64
56. Analisis ragam serapan P pada daging umbi. ...................................... 64
57. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan P pada batang tanaman ubi kayu. ................................................................................ 65
58. Uji homogenitas serapan P pada batang tanaman ubi kayu. ................ 65
59. Analisis ragam serapan P pada batang tanaman ubi kayu. .................. 66
60. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan P pada kulit umbi tanaman ubi kayu. ................................................................................ 66
61. Uji homogenitas serapan P pada kulit umbi......................................... 67
62. Analisis ragam serapan P pada kulit umbi. .......................................... 67
63. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan P pada daun tanaman ubi kayu. ................................................................................ 68
64. Uji homogenitas serapan P pada daun tanaman. .................................. 68
65. Analisis ragam serapan P pada daun tanaman ..................................... 69
66. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan K pada daging umbi tanaman ubi kayu. ................................................................................ 69
-
vii
67. Uji homogenitas K pada daging umbi. ................................................ 70
68. Analisis ragamK pada daging umbi. .................................................... 70
69. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan K pada batang tanaman ubi kayu. ................................................................................ 71
70. Uji homogenitas K pada batang tanaman. ........................................... 71
71. Analisis ragam K pada batang tanaman. .............................................. 72
72. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan K pada kulit umbi tanaman ubi kayu. ................................................................................ 72
73. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan K pada kulit umbi tanaman ubi kayu hasil transformasi. ................................................... 73
74. Uji homogenitas K pada kulit umbi. .................................................... 73
75. Analisis ragam K padakulit umbi. ....................................................... 74
76. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan K pada daun tanaman ubi kayu. ................................................................................ 74
77. Uji homogenitas K pada daun tanaman. .............................................. 75
78. Analisis ragam K pada daun tanaman. ................................................. 75
79. Pengaruh pengolahan tanah terhadap C terangkut pada daging umbi tanaman ubi kayu. ................................................................................ 76
80. Uji homogenitas C terangkut pada daging umbi. ................................. 76
81. Analisis ragam C terangkut pada daging umbi. ................................... 77
82. Pengaruh pengolahan tanah terhadap C terangkut pada batang tanaman ubi kayu. ................................................................................ 77
83. Uji homogenitas C terangkut pada batang ubi kayu. ........................... 78
84. Analisis ragam C terangkut pada batang ubi kayu. .............................. 78
85. Pengaruh pengolahan tanah terhadap C terangkut pada kulit umbi tanaman ubi kayu. ................................................................................ 79
86. Uji homogenitas C terangkut pada kulit umbi. .................................... 79
-
viii
87. Analisis ragam C terangkut pada kulit umbi. ....................................... 80
88. Pengaruh pengolahan tanah terhadap C terangkut pada daun tanaman ubi kayu. ................................................................................ 80
89. Uji homogenitas C terangkut daun tanaman. ....................................... 81
90. Analisis ragam C terangkut daun tanaman. ......................................... 81
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata Letak Percobaan ............................................................................ 15
2. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organonitrofos dengan Pupuk Kimia Terhadap Tinggi Tanaman Ubikayu ..................................................... 22
-
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Di Indonesia, ubikayu merupakan makanan pokok ke-tiga setelah padi dan
jagung. Ubikayu merupakan salah satu komoditas yang layak dikembangkan
untuk mendukung program ketahanan pangan, karena komoditi ini dapat diolah
menjadi berbagai macam produk makanan yang dapat dikonsumsi langsung
sebagai pengganti beras (Tandi, dkk., 2011).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS,2018), total produksi ubikayu di
Indonesia pada tahun 2015 mencapai 21.801.415Mg dengan luas lahan 949.916
ha setara dengan 22Mg ha-1
tahun-1
. Sedangkan total produksi ubikayu di
Provinsi Lampung pada tahun 2014 mencapai 8.034.016Mgdengan luas lahan
304.468 ha, sedangkan pada tahun 2015produksi ubikayu mencapai 7.387.084Mg
dengan luas lahan279.337 ha. Itu artinya produksi ubikayu di Provinsi Lampung
mengalami penurunan sebesar 646.932Mg dan lahan berkurang sebesar 25.131 ha.
Konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara tropis sekitar 300
juta ton ubikayu setiap tahun dan 45% dari total produksi ubikayu dunia langsung
dikonsumsi oleh produsen sebagai sumber kalori (Rukmana,1997).
-
2
Menurut Prasetyo dan Suriadikata (2006), kendala yang dihadapi dalam usaha
meningkatkan produksi ubikayu di Provinsi Lampung yaitu dari jenis Tanah
Ultisol. Beberapa kendala Tanah Ultisol sebagian besar berkembang dari batuan
sedimen masam sehingga membuat reaksi tanah masam, kejenuhan basa rendah
(
-
3
Organonitrofos dan pupuk kimia dengan dosis urea 100 kg ha-1
, SP36 100 kg ha-1
,
KCl 200 kg ha-1
, Organonitrofos 1.000 kg ha-1
mampu meningkatkan produksi
dan serapan hara N dan K pada tanaman ubikayu.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya
dengan pupuk anorganik yang tertinggi terhadap pertumbuhan, serapan hara
NPK dan C-organik, dan produksi tanaman ubikayu pada musim tanam
ketiga.
2. Menetapkan dosis kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk anorganik
yang paling efektif terhadap produksi bobot umbi basah, dan biomassa total
tanaman ubikayu pada musim tanam ketiga.
1.3 Kerangka Pemikiran
Pemakaian pupuk anorganik secara terus menerus akan memberikan efek buruk
bagi tanah. Kerusakan tanah yang terjadi adalah rusaknya sifat kimia, biologi, dan
fisika tanah yang berdampak pada menurunnya kesuburan tanahnya dan
menurunnya hasil produksi. Penerapan pupuk berimbang merupakan satu cara
untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan berimbang selain pupuk
anorganik diberikan juga pupuk organik, karena dapat meningkatkan manfaat
pupuk N, P, K dan kesuburan tanah sehingga pemupukan yang diberikan akan
lebih efisien (Kuncoro, 2008).
-
4
Bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation menjadi lebih tinggi.
Bahan organik juga dapat mengikat unsur hara kalium yang rentan terhadap
pencucian dan fiksasi oleh mineral liat, karena bahan organik memiliki muatan
negatif dari gugus karboksil dan fenol. Bahan organik juga berfungsi sebagai
bahan ameliorasi yang membebaskan unsur hara fosfor yang diikat oleh Al dan
Fe. Penggunaan bahan organik meningkatkan efisiensi pemupukan P dan K.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa
panen, limbah ternak, limbah industri, dan pupuk puyuh. Pupuk puyuh
merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran puyuh, pupuk puyuh juga
sebagai penyuplai unsur hara antara lain N, P dan K (Kuncoro, 2008).
Perbaikan kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk anorganik secara terus
menerus dapat diatasi dengan penggunaan pupuk organik. Pupuk organik yang
sedang dikembangkan yaitu pupuk Organonitrofos. Merancang sebuah pupuk
organik baru yaitu pupuk organomineral NP (Organonitrofos). Pupuk tersebut
terbentuk dari kotoran sapi segar yang dikembangkan dengan bahan mineral
berupa batuan fosfat dan melibatkan mikroba penambat N dan pelatut fosfat untuk
dapat menyuplai unsur hara N dan P. Pupuk Organonitrofos ini mengandung
N-organik 2,64%, P-total 4,91, P-terlarut 1,66 %, dan C-organik 14,93 %
(Nugroho, dkk., 2012).
Penelitian pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
pupuk anorganik terhadap tanaman ubikayu telah dilakukan oleh Maulidia dilahan
yang sama pada musim tanam pertama tahun 2013. Menurut Maulidia (2013),
hasil percobaan lapangan dimusim tanam pertama bahwa pemberian kombinasi
-
5
pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg ha-1
, SP36
100 kg ha-1
, KCl 200 kg ha-1
, Organonitrofos 1.000 kg ha-1
menghasilkan
produksi ubikayu 56 Mg ha-1
dibandingkan oleh perlakuan dengan dosis urea 50
kg ha-1
, SP36 50 kg ha-1
, KCl 200 kg ha-1
, Organonitrofos 2.000 kg ha-1
menghasilkan produksi ubikayu sebesar 35 Mg ha-1
. Berarti pemberian kombinasi
pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg ha-1
, SP36
100 kg ha-1
, KCl 200 kg ha-1
, Organonitrofos 1.000 kg ha-1
mampu meningkatkan
produksi ubikayu dibanding dengan perlakuan lainnya (Maulidia, 2013).
Menurut Agsari (2014), hasil percobaan lapangan dimusim tanam kedua bahwa
pemberian kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik dengan dosis
urea 100 kg ha-1
, SP36 100 kg ha-1
, KCl 200 kg ha-1
, Organonitrofos 1.000 kg ha-1
menghasilkan produksi ubikayu 44 Mg ha-1
dibandingkan oleh perlakuan dengan
dosis urea 50 kg ha-1
, SP36 50 kg ha-1
, KCl 200 kg ha-1
, Organonitrofos 2.000 kg
ha-1
menghasilkan produksi ubikayu sebesar 30 Mg ha-1
. Berarti pemberian
kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg
ha-1
, SP36 100 kg ha-1
, KCl 200 kg ha-1
, Organonitrofos 1.000 kg ha-1
mampu
meningkatkan produksi ubikayu dibanding dengan perlakuan lainnya (Agsari,
2014).
Berdasarkan hasil produksi ubikayu pada musim tanam pertama dan pada musim
tanam kedua, pada perlakuan dengan dosis urea 100 kg ha-1
, SP36 100 kg ha-1
,
KCl 200 kg ha-1
, Organonitrofos 1.000 kg ha-1
menurun produksinya sebesar 12
Mg ha-1
, hasil analisis tanah sebelumnya menunjukkan penurunan kandungan
unsur hara (Maulidia, 2013).
-
6
Penelitian ini merupakan lanjutan untuk mengetahui dosis yang paling efektif
antara pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik yang akan meningkatkan
pertumbuhan, serapan hara NPK, dan produksi tanaman ubikayu pada musim
tanam ketiga.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat disusun beberapa hipotesis
sebagai berikut :
1. Pemberian campuran pupuk Organonitrofos dengan pupuk anorganik akan
meningkatkan pertumbuhan, serapan hara NPK dan C-organik, dan produksi
tanaman ubikayu pada musim tanam ketiga.
2. Terdapat dosis yang paling efektif antara kombinasi pupuk Organonitrofos
dan pupuk anorganik yang akan meningkatkan produksi bobot umbi basah
dan biomassa total tanaman ubikayu pada musim tanam ketiga.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah Ultisol
Tanah Ultisol pada umumnya memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Reaksi
tanah Ultisol umumnya masam hingga sangat masam, kecuali tanah Ultisol dari
batu gamping yang mempunyai reaksi netral hingga agak masam. Kapasitas tukar
kation tanah Ultisol dari granit, sedimen, dan tufa tergolong rendah masing-
masing berkisar antara 2,90−7,50 cmol kg-1
, 6,11−13,68 cmol kg-1
, dan 6,10−6,80
cmol kg-1
, sedangkan yang dari bahan volkan andesitik dan batu gamping
tergolong tinggi (>17 cmol kg-1
) (Prasetyo dan Suryadikata, 2006).
Tanah Ultisol memiliki beberapa kekurangan antara lain potensi keracunan Al dan
kandungan bahan organik yang rendah. Tanah Ultisol kekurangan kandungan
hara lainnya terutama fosfor dan kation-kation dapat tertukar lainnya, seperti Ca,
dan Mg. Al tinggi, KTK rendah, dan peka terhadap erosi. Dalam skala besar
tanah Ultisol digunakan untuk perkebunan kelapa sawit, karet dan hutan tanaman
industri (Sudaryono, 2009).
Tanah Ultisol dicirikan oleh banyaknya liat pada horizon bawah permukaan
sehingga mengurangi daya resap air, meningkatkan aliran permukaan dan erosi
tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah Ultisol yang sangat
-
8
merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Kesuburan tanah Ultisol
hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan atas. Bila lapisan
ini tererosi maka tanah menjadi kurang bahan organik dan unsur hara (Agusni dan
Satiawan, 2012).
2.2 Tanaman Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz)
Ubi kayu dikenal sebagai tanaman yang memiliki daya adaptasi yang kuat
sehingga sangat potensial dibudidayakan di wilayah yang beriklim kering, lahan
marginal maupun lahan yang optimal. Tanaman ubi kayu dianggap sebagai
tanaman yang memerlukan unsur hara tinggi yang dapat mengakibatkan tanah
kekurangan hara.Bila ubi kayu dikelola dengan benar dan diberi pupuk yang
sesuai kebutuhan maka maka tidak akan terjadi tanah kekurangan hara (Budhi,
dkk., 2014).
Di Indonesia ubi kayu merupakan makanan pokok ke-tiga setelah padi dan
jagung. Ubi kayu merupakan salah satu komoditas yang layak dikembangkan
untuk mendukung program ketahanan pangan. Ubi kayu dapat diolah menjadi
berbagai macam produk makanan yang dapat dikonsumsi secara langsung sebagai
pengganti beras dan berperan sebagai bahan baku industri dalam bentuk tepung
tapioka atau makanan olahan (Tandi, dkk., 2011).
Ubi kayu merupakan tanaman pangan yang mempunyai nama lain ketela pohon
atau cassava. Ubi kayu berasal dari kawasan benua Amerika beriklim tropis lebih
tepatnya Brazil, Amerika Selatan. Tanaman ubi kayu masuk ke wilayah
Indonesia pada tahun 1852. Daerah sentrum produksi ubi kayu yang masuk lima
-
9
besar terluas areal panennya tahun 1991 adalah Provinsi Jawa Timur (295.244
ha), Jawa Tengah (272.912 ha), Jawa Barat (160.215 ha), Lampung (144.487 ha),
dan NTT (73.929 ha) (Rukmana, 1997).
Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom Plantae (tumbuh-
tumbuhan), Divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji), Subdivisi Angiospermae
(berbiji tertutup), Kelas Dicotyledonae (biji berkeping dua), Ordo Euphorbiales,
Famili Euphorbiaceae, Genus Manihot, dan Spesies Manihot esculenta crantz
(Rukmana, 1997).
Tanaman ubi kayu sensitif terhadap pemupukan N yang berlebihan, yang akan
menghasilkan pembentukan daun yang berlebih dibanding pertumbuhan akar.
Penggunaan N yang berlebihan selain mengurangi indek panen dan hasil umbi,
dan juga dapat mengurangi kadar pati (Budhi, dkk., 2014).
2.3 Organonitrofos (organomineral NP)
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas
bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia antara
lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat atau cair
yang telah mengalami dekomposisi (Balai Penelitia Tanah, 2004).
Nugroho, dkk.,(2012) telah merumuskan pupuk organik (Organonitrofos) dengan
campuran bahan baku kotoran sapi segar dan batuan fosfat. Sehingga pupuk
memiliki kemampuan untuk mencukupi tersedia unsur N dan unsur P melalui
proses pengomposan aerob. Bahan baku kotoran sapi segar dapat membusuk oleh
mikroba untuk menghasilkan beberapa senyawa organik, kompos dan mineralisasi
-
10
N organik untuk membentuk N anorganik yang dapat tersedia untuk tanaman.
Bahan baku untuk membuat pupuk organik bersumber dari sumber daya lokal,
Kotoran sapi yang digunakan untuk membuat pupuk organik adalah dalam bentuk
kompos. Pengolahan kotoran sapi yang mempunyai kandungan N, P dan K yang
tinggi sebagai pupuk organik dapat menyalurkan unsur hara. Manfaat dari
penggunaan pupuk organik : (1) menambah kandungan unsur hara yang tersedia
dan diserap oleh tanaman, (2) menyediakan semua unsur hara dalam jumlah yang
seimbang, (3) mencegah kehilangan hara karena bahan organik mempunyai
kapasitas pertukaran ion yang tinggi (Ningsih, 2015).
Pupuk hayati (biofertilizers) yang sangat potensial untuk pertanian terpadu
berbasis organik (environmentally friendly agiculture), antara lain meliputi:
penambat N (simbiotik dan nonsimbiotik), mikroba pelarut P, mikroba pelarut K,
mikroba penghasil fitohormon pemacu tumbuh tanaman (plant growth promoting
rhizobacteria), mikroba perombak bahan organik (decomposer) dan mikroba yang
berperan sebagai agen hayati. Pupuk hayati dapat berfungsi ganda (multipurpose)
yaitu meningkatkan ketersediaan hara, menghasilkan pemacu tumbuh (PGPR),
dan agen hayati yang dapat menekan pertumbuhan mikroba pathogen (Simarmata,
2012).
2.4 Pemupukan
Pemupukan bertujuan mengganti dan menambahkan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman untuk meningkatkan produksi tanaman. Ketersediaan unsur hara yang
berimbang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan
pertumbuhan dan produksi tanaman (Dewanto, dkk., 2013).
-
11
Nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan unsur-unsur makro yang esensial bagi
tanaman. Unsur-unsur tersebut dibutuhkan dalam jumlah yang relatif banyak
dibandingkan unsur-unsur lainnya, sehingga ketersediaan di dalam tanah sangat
penting. Nitrogen yang tercuci akan sangat tergantung dari iklim terutama curah
hujan, tekstur, tingkat kemiringan tanah dan pengelolaan lahan. Fosfor dalam
tanah terbagi atas dua jenis yaitu P-organik dan P-anorganik. Bentuk fosfor
dalam tanah berada dalam bentuk: P yang terlarut dalam air tanah, P dalam bentuk
yang dijerap oleh liat (bentuk retensi P), P dalam bentuk terfiksasi dan
terimmobilisasi, dan P dalam bentuk bahan organik (Suryadinata, 2009).
Tanaman ubi kayu sangat memerlukan unsur hara P dan unsur hara K buat
pembentukan umbi. Panen hara P dan K yang cukup dapat meningkatkan bobot
umbi, meningkatkan kadar pati dan penurunan kandungan HCN dalam umbi.
Tanaman yang kekurangan unsur hara P akan mengganggu proses metabolisme
dalam tanaman dan sangat menghambat proses pembentukan dan pembesaran
umbi (Ispandi, 2003).
Tanah yang ditanami ubikayu kurang dari 10 tahun mempunyai kesuburan yang
lebih tinggi yaitu pH, N, C-organik, P dan basa-basa dapat ditukar lebih tinggi
dibandingkan dengan tanah yang telah ditanami ubikayu lebih dari 30 tahun
(Wijanarko, dkk., 2012).
2.5 Pengaruh Pemberian Pupuk Kimia N, P, dan K Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Kayu
Berdasarkan hasil penelitian pada musim tanam pertama dengan tanaman ubi
kayu dilakukan oleh Maulidia (2013), bahwa pemberian pupuk Organonitrofos
-
12
dan pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg ha-1
, SP36 100 kg ha-1
, KCl 200
kg ha-1
, Organonitrofos 1.000 kg ha-1
mampu meningkatkan produksi sebesar
56Mg ha-1
dan pertumbuhan pada 32 minggu setelah tanam 111 cm, dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Perlakuaan tersebut juga mampu meningkatkan
produksi dan pertumbuhan pada musim tanam kedua dilakukan oleh Agsari
(2014), dengan produksi sebesar 44 Mg ha-1
dan pertumbuhan pada 32 minggu
setelah tanam 229 cm.
-
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan satu musim dari penelitian jangka panjang tanaman ubi
kayu. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan oleh Maulidia (2013)
di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakutas Pertanian Universitas Lampung pada
5o 22’ 10” LS dan 105
o 14’ 38” LU dan Laboratorium Kimia Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Lampung dari bulan Maret 2012 sampai dengan Febuari
2013.Penelitian pada musim tanam kedua dilakukan oleh Agsari (2014) dilahan
yang sama dengan musim tanam pertama, dari bulan Maret 2013 hingga Febuari
2014. Penelitian pada musim ketiga ini juga dilaksanakan di lahan yang sama
dengan musim tanam pertama dan musim tanam kedua. Penelitian ini dilakukan
pada bulan November 2014 sampai dengan Agustus 2015.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan cangkul, sabit, ember, meteran, alat tulis, neraca digital,
timbangan, oven, ayakan, serta alat-alat lain untuk analisi tanah dan tanaman.
Bahan-bahan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah stek tanaman singkong,
pupuk Organonitrofos, pupuk urea, KCl, dan SP36, serta bahan-bahan lain untuk
analisis sampel tanah dan tanaman di laboraturium.
-
14
3.3 Metode Penelitian
Percobaandilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap. Percobaan tersebut terdiri
dari 6 perlakuan (Tabel 1). Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 3
ulangan.
Tabel 1. Perlakuan dosis pupuk yang digunakan
Perlakuan Dosis (kg ha
-1)
Urea SP36 KCl Organonitrofos
T1 (kontrol) - - - -
T2 200 300 400 -
T3 150 200 300 500
T4 100 100 200 1000
T5 50 50 100 2000
T6 - - - 5000
Terhadap data yang didapat kemudian akan dilakukan homogenitas data dengan
uji bartlett, sifat aditifitas data dengan uji Tukey, analisis ragam, dan uji lanjut
dengan BNT 5%.Uji RAE untukmelihatdosispupuk yang paling efektif.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Pengolahan dan Pembuatan Petak Percobaan
Pengolahan tanah dilakukan dengan intensif. Pertama tanah dicangkul dan digaru
untuk memperbaiki struktur tanahnya. Satu plot tanah berukuran 3 x 3 m.
-
15
T
U S
B
Keterangan : T (perlakuan), U (ulangan)
Gambar 1. Tata letak percobaan
3.4.2. Pembuatan Guludan
Setelah dilakukan olah tanah, selanjutnya dibuat guludan. Dalam satu plot lahan
dengan ukuran 3 x 3 m terdapat 4 guludan. Jarak antar guludan yang digunakan
ialah 1 m.
3.4.3. Pemberian Pupuk Organonitrofos
Setelah dibentuk guludan, kemudian didalam guludan dimasukkan pupuk
Organonitrofos sesuai dosis perlakuan. Kemudian guludan ditutup tanah kembali.
Pupuk Organonitrofos diaplikasikan hanya sekali, yaitu sebelum penanaman
tanaman ubikayu.Dosis pupuk organonitrofos yang dipakai T1 = tidak pakai, T2 =
tidak pakai, T3 = 500 kg ha-1
= 450 g plot-1
, T4 = 1000kg ha-1
= 900g plot-1
, T5 =
2000kg ha-1
= 1,8 kg plot-1
, T6 = 5000 kg ha-1
= 4,5 kg plot-1
.
-
16
3.4.4. Penanaman Stek
Stek ditanam di atas guludan dengan sedikit miring. Hal ini bertujuan supaya akar
lebih banyak dan lebih mudah tumbuh. Adapun jarak tanam stek adalah 0,7 m di
dalam guludan.
3.4.5. Aplikasi Pupuk Kimia
Aplikasi pupuk kimia dilakukan dua kali, yaitu setelah penanaman stek dan
setelah tanaman berusia 4 bulan. Aplikasi pertama yaitu pupuk SP36, KCl, dan
setengah dosis pupuk ureapadat. Aplikasi kedua yaitu setengah dosis pupuk
urea.Dosispupuk urea yang digunakanadalah T1 = tidakpakai, T2 = 200kg ha-1
=
180 g plot-1
, T3 = 150kg ha-1
= 135 g plot-1
, T4 = 100 kg ha-1
= 90 g plot-1
, T5 =
50 kg ha-1
= 45 g plot-1
, T6 = tidakpakai. Dosispupuk SP36 yang
digunakanadalah T1 = tidakpakai, T2 = 300kg ha-1
= 270 g plot-1
,T3 = 200 kg ha-1
= 180 g plot-1
, T4 = 100 kg ha-1
= 90 g plot-1
, T5 = 50 kg ha-1
= 45 g plot-1
, T6 =
tidakpakai. DosispupukKCl yang digunakanadalah T1 = tidakpakai, T2 = 400kg
ha-1
= 360 g plot-1
, T3 = 300kg ha-1
= 270 g plot-1
, T4 = 200 kg ha-1
= 180 g plot-1
,
T5 = 100 kg ha-1
= 90 g plot-1
, T6 = tidakpakai.
3.4.6. Pemeliharaan
3.4.6.1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin apabila tidak turun hujan. Apabila turun hujan
penyiraman dilakukan ketika tanah cukup kering. Penyiraman menggunakan
selang terhubung oleh pompa air.
-
17
3.4.6.2. Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma dilakukan apabila keberadaan gulma sudah mengganggu
proses pertumbuhan tanaman.Saat tanaman berumur 4-12 MST penyiangan gulma
dilakukan setiap hari.
3.4.6.3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dana penyakit dilakukan secara mekanis, baik dengan bantuan
alat atau air. Pengendalian kutu tanaman yang terdapat pada tanaman ubi kayu
dilakukan dngan menyemprotkan air sehingga populasi kutu-kutu tersebut
berkurang.
3.4.6.4. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan saat tanaman mencapai usia 3 MST
(MingguSetelahTanam). Mekanisme pembumbunan dilakukan dengan cara tanah
disekitar tanaman digembur dengan menggunakan cangkul kecil dan dibumbun
menggunakan tangan agar akar yang tumbuh bisa tertutup. Pembumbunan
betujuan agar menutupi pertumbuhan akar agar umbi terbentuk sempurna.
3.4.7. Panen
Panen dilakukan pada saat tanaman mencapai usia 32MST (Minggu Setelah
Tanam). Panen dilakukan dengan mencabut tanaman ubikayu secara hati-hati,
agar umbi yang didalam tanah tidak terputus dari batangnya. Sampling tanaman
yang diambil untuk dilakukan analisis di laboraturium adalah tanaman yang
diambil sebanyak 5 tanaman per plot yang terletak pada bagian tengah saja.
-
18
3.4.8. Pengambilan Sampel Tanah
Sampel tanah diambil pada setiap perlakuaan dengan 5 titik dan kedalaman 0 - 20
cm. Tanah untuk analisis tanah per plot dilakukan pengambilan sampel tanah
sebanyak 5 titik dan dilakukan sebanyak 3 ulangan dalam 1 perlakuan lalu
dikompositkan setiap perlakuan tersebut. Sehingga terdapat 6 sampel tanah.
3.4.9. Analisis di Laboraturium
Analisis di laboraturium dilakukan pada tanah dan tanaman terhadap batang,
umbi, dan daun. Pada analisis tanaman dilakukan analisis serapan hara N, P, K
dan Cterhadap batang, umbi, dan daun.
3.5 Variabel Pengamatan
3.5.1 Tinggi Tanaman
Pengamataan tinggi tanaman dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan cara
mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah sampai titik tumbuh
tanaman. Pengukuran dilakukan dalam satuan centimeter (cm) dengan
jumlah sampel tanaman 5 sampel pada tiap plot. Sampel yang digunakan
adalah sampel terpusat.
3.5.2 Analisis Tanah
Pada penelitian ini dilakukan analisis pH(Aquades), % C-organik dengan
metode Walkey-Black, N-total dengan metode Kjeldahl, P-tersedia dengan
metode bray-1, Kdd(NH4OAc 1N pH 7). Analisis tersebut dilakukan pada
saat sebelum penanaman dan saat panen.
-
19
3.5.3 Analisis Tanaman
Analisis tanaman dilakukan setelah tanaman dipanen yang bertujuan untuk
mengetahui N, P, K dan C terangkut pada tanaman terhadap batang, daun,
dan daun.
3.5.4 Bobot Basah Umbi
Bobot basah umbi diamati setelah panen, yaitu pada usia 32 MST.
3.5.5 Bobot Kering Sampel Tanaman
Penghitungan bobot kering sampel tanaman dilakukan setelah tanaman ubi
kayu dipanen dan setelah proses pengovenan selama 3x24 jam pada suhu
700C. Tanaman yang diambil untuk dijadikan sampel adalah satu tanaman
per petak.
3.5.6 Uji Efektivitas Pupuk
Menilai efektivitas pupuk organik dan kombinasinya dengan pupuk
anorganik dilakukan analisis Relative Agronomic Effectiiveness (RAE).
Realitve Agronomic Effectiveness (RAE) merupakan perbandingan antara
kenaikan hasil karena penggunaan pupuk rock phosphate dengan kenaikan
hasil akibat penggunaan pupuk superphosphatedikalikan 100% (Mackay,
dkk., 1984). Persamaan tersebut dapat digunakan untuk menilai
efektivitas pupuk akibat penggunaan suatu pupuk dengan pupuk
rekomendasi, yaitu dengan menggunakan persamaan berikut:
Keterangan :nilai RAE >100% maka pupuk yang di uji efektif
dibandingkan perlakuan pupuk rekomendasi.
-
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini :
1. Pertumbuhan, produksi, dan panen hara NPK dan C tertinggi terdapat pada
perlakuan keempat dengan dosis pupuk urea 100 kg ha-1
, SP36 100 kg ha-1
,
KCl 200 kg ha-1
, Organonitrofos 1000 kg ha-1
, dibandingkan dengan perlakuan
lainnya.
2. Dosis pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik yang paling efektif
meningkatkan bobot umbi basah dan biomass total terdapat adanya dosis pupuk
urea 100 kg ha-1
, SP36 100 kg ha-1
, KCl 200 kg ha-1
, Organonitrofos 1000 kg
ha-1
sebesar 105% bobot umbi dan 153% biomassa total.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian kembali pada dosis perlakuan 100 kg ha-1
, SP36 100 kg
ha-1
, KCl 200 kg ha-1
, Organonitrofos 1000 kg ha-1
, karena hasil analisis tanah
menunjukkan penurunan kandungan unsur hara dari analisis tanah awal hingga
analisis tanah akhir musim tanam ketiga padahal perlakuan ini memiliki produksi
tertinggi dibandingkan dengan dosis lainnya.
-
38
DAFTAR PUSTAKA
Agusni, dan H. Satiawan. 2012. Perubahan Tanah Ultisol Akibat Penambahan
Berbagai Sumber Bahan Organik. Lentera. 12(3): 32-36.
Agsari, D. 2014. Uji efektivitas Pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan
Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara dan Produksi Tanaman
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) di musim tanam kedua pada Tanah
Ultisol Gedung Meneng. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
122 hlm.
Balai Penelitian Tanah. 2004. Uji Mutu dan Efektifitas Pupuk Alternatif
Anorganik. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 59 hlm.
Balai Penelitian Tanah. 2007. Teknologi Pemupukan Spesifikasi Lokasi dan
Konservsi Tanah. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 28 hlm.
Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk.
Balai Penelitian Tanah. Bogor. 246 hlm.
BPS. 2018. Produksi Ubi Kayu di Indonesia. http://bps.go.id. Diakses tanggal 7
Juli 2018.
Budhi, S, Y. Radjit, N. Widodo, Saleh, dan N. Prasetiaswati. 2014. Teknologi
untuk Meningkatkan Produktivitas dan Keuntungan Usahatani Ubikayu di
Lahan Kering Ultisol. J. Iptek Tanaman Pangan. 9(1):51-62.
Dewanto, F. G., J. J. M. R. Londok, R. A. V. Tuturong, dan W. B. Kaunang.
2013. Pengaruh Pupuk dan Pemupukan terhadap Pertumbuhan Jagung (Zea
mays L) sebagai Sumber Pakan. J. Zootek, 32 (5): 1-8.
Firmansyah, I., dan Sumarni, N. 2013. Pengaruh Dosis Pupuk N dan Varietas
Terhadap pH Tanah, N-Total, Serapan N, dan Hasil Umbi Bawang (Allium
ascalonicum L) pada Tanah Entisols Brebes Jawa Tengah. J. Hort. 23 (4):
358-364.
Herman., D. I. Roslim., dan I. Y. Fitriani. 2016. Respon Genotipe Ubi Kayu
(Manihot Esculent Crantz) Terhadap Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi
Taluk Kuantan. J. Dinamika Pertanian. 32 (2): 135-142.
http://bps.go.id/
-
39
Indriati, T. R. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Organik dan Populasi Tanaman
terhadap Pertumbuhan serta Hasil Tumpang Sari Kedelai (Glycine max L)
dan jagung (Zea mays L). Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 77
hlm.
Ispandi, A. 2003. Pemupukan P, K dan Waktu Pemberian Pupuk K pada Tanaman
Ubi Kayu di Lahan Kering Vertisol. J. Ilmu Pertanian. 10(2): 35-50.
Kuncoro, H. 2008. Efisiensi Serapan P dan k serta Hasil Tanaman padi (Oryza
sativa L.) pada berbagai Imbangan Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk
Anorganik di Lahan Sawah Palur Sukoharjo. Skripsi. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret. 85 hlm.
Mackay, A. D., J. K. Syers and P. E. H. Gregg. 1984. Ability of chemical
extraction procedures to assess the agronomic effectiveness of phosphate
rock materials. New Zealand Jounal of Agricultural Research 27:219-230.
Maulidia, O. 2013. Uji Efektivitas Kombinasi Pupuk Organonitrofos dan Pupuk
Anorganik terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara dan Produksi Tanaman
Ubikayu. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 84 hlm.
Napitupulu, D., dan L. Winarto. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk N dan K
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah. J. Hort. 20 (1): 27-35.
Ningsih, P. Y. 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar
Ungu (Ipomea batatas Poiret) Akibat Pemberian Beberapa Dosis Pupuk
Organo Kompleks. Skripsi. Payakumbuh: Universitas Muhammadiyah
Sumatra Barat. 45 hlm.
Nugroho, S.G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono, Y.T. Sari, and
E. Ayuandari. 2012. Optimum Ratio of Fresh Manure and Grain Size of
Phosphate Rock Mixture in a Formulated Compost for Organomineral NP
Fertilizer. J. Tanah Trop. 17(2): 121-128.
Prasetyo, B. H, dan D. A. Suryadikata. 2006. Karakteristi, Potensi, dan Teknologi
Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di
Indonesia.Jurnal Litbang Pertanian. 25(2): 39-47.
Prayitno, A. 2015. Respon Pemberian Kapur Dolomit dan Pupuk Organik
Granule Moderen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium
ascalonicum L) pada Tanah Berpasir. Skripsi. Palangkaraya: Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya. 61 hlm.
Rukmana, R. 1997. Budidaya Ubi Kayu dan Pascapanen. Kasinius.
Yogyakarta. 77 hlm.
-
40
Simarmata, T., B. Joy, dan N. Danapriatna. 2012. Peranan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian pada Industri Pupuk Hayati (Biofertilizer).
Proseding Semnas.Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan
Terdegradasi. Bogor. 14 hlm.
Sinaga, J. H. K.A. J., Supriyadi, dan A. Lubis. 2014. Analisis Pengaruh Tekstur
dan C-organik Tanah terhadap Produksi Tanaman Ubikayu (Manihot
esculenta Crantz) Di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai.
Jurnal Online Agroekoteknologi. 2(4): 1-12.
Sudaryono. 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol pada Lahan Pertambangan
Batu Bara Sangatta, Kalimantan Timur.Jurnal Teknik Lingkungan. 10(3):
337-346.
Suryadinata, A. 2009. Aplikasi Sludge Limbah Industri Kertas terhadap Sifat
Kimia dan Biologi Tanah Gambut. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 73 hlm.
Susanto, E., N. Herlina, dan N. E. Suminarti. 2014. Respon Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) pada Beberapa Macam dan
Waktu Aplikasi Bahan Organik. Jurnal Produksi Tanaman. 2 (5): 412-418.
Tandi, I., P. M. Malen, Samaria, dan Ramli. 2011. Analisis Agribisnis Ubi Kayu
Studi Kasus di Kampung Macuan, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari.
Jurnal Agrisistem. 7(2): 63-70.
Tumewu, P., C.P. Paruntu, dan T. D. Sondakh. 2015. Hasil Ubi Kayu (Mannihot
esculenta Crantz) terhadap Perbedaan Jenis Pupuk. Jurnal LPPM Bidang
Sains dan Teknologi. 2 (2): 16-27.
Wijanarko, A., B. H. Purwanto, D. Shiddieq, danD. Indradewa. 2012. Pengaruh
Kualitas Bahan Organik dan Kesuburan Tanah terhadap Mineralisasi
Nitrogen dan Serapan N oleh Tanaman Ubi Kayu di Ultisol. Jurnal
Perkebunan & Lahan Tropika. 2(2): 1-14.