uji efek ekstrak etanol herba tapak liman...
TRANSCRIPT
UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN (Elephantopus
scaber L) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH
PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEINA
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Gelar Sarjana Farmasi (S.Far)
OLEH :
ABDUL ARIEF AZTER
NIM : 105102003313
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/ 2009 M
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
NAMA : ABDUL ARIEF AZTER
NIM : 105102003313
JUDUL : UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN
(Elephantopus scaber L) TERHADAP PENURUNAN KADAR
ASAM URAT DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN
YANG DIINDUKSI KAFEINA
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Apt.
NIP : 1956010619851010001 NIP : 130811664
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt.
NIP : 1956010619851010001
iii
Skripsi dengan judul
UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN (Elephantopus
scaber L) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH
PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEINA
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh
ABDUL ARIEF AZTER
NIM : 105102003313
Pembimbing
Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Apt.
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji
Nurmeilis, M.Si, Apt. Farida Sulistiawati, M.Si, Apt. Yardi, M.Si, Apt.
Penguji I Penguji II Penguji III
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt.
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. DR. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And.
Tanggal lulus : 15 September 2009
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN.
JAKARTA, SEPTEMBER 2009
ABDUL ARIEF AZTER
NIM : 105102003313
i
ABSTRAK
Judul : Uji Efek Ekstrak Etanol Herba Tapak Liman (Elephantopus scaber
L) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Pada Tikus
Putih Jantan Yang Diinduksi Kefeina
Herba tapak liman (Elephantopus scaber L) digunakan secara empiris
untuk menurunkan kadar asam urat darah. Penelitian ini dilakukan
untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol herba tapak liman
(Elephantopus scaber L) yang diberikan pada tikus putih jantan yang
telah diinduksi kafeina dengan dosis 27 mg/200 g BB tikus dapat
menurunkan asam urat darah pada tikus. Pemberian ekstrak etanol
herba tapak liman (Elephantopus scaber L) diberikan dengan variasi
dosis yaitu dosis rendah = 175 mg/200 g BB tikus, dosis sedang = 350
mg/200 g BB tikus dan dosis tinggi = 700 mg/200 g BB tikus serta
alopurinol 36 mg/200 g BB tikus sebagai kontrol positif. Hasil kadar
asam urat darah setelah hari ke-15 menunjukkan bahwa dosis 350
mg/200 g BB tikus yang memberikan presentase penurunan asam urat
darah terbesar yaitu 43 %. Hasil analisa statistik hari ke-15 dengan uji
ANOVA satu arah dan BNT menunjukkan semua kelompok ekstrak uji
tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0.05) dengan kelompok
normal.
Kata kunci : ekstrak etanol, tapak liman (Elephantopus scaber L),
kafeina, asam urat.
ii
ABSTRACT
Title : The Effect Ethanol Extract of Tapak Liman Herb (Elephantopus
scaber L) Test to Decrease Levels of Uric Acid Blood in White Male
Rat Induced by Caffeine
Tapak liman herb (Elephantopus scaber L) is used empirically to reduce
the blood uric acid levels. This research was conducted to prove that the
ethanol extract of tapak liman herb (Elephantopus scaber L) given to
white male rat that had been induced by caffeine 27 mg/200 g dose of
BB rats could lower blood uric acid in rats. Provision of ethanol extract
of tapak liman herb (Elephantopus scaber L) were given with dose
variations, they were low dose = 175 mg/200 g of BB rats, moderate
dose = 350 mg/200 g of BB rats and high dose = 700 mg/200 g of BB
rats and allopurinol 36 mg/200 g BB of rat as a positive control. The
results of blood uric acid levels after the 15th day showed that the dose
of 350 mg/200 g of BB rats that give a percentage decrease in blood
uric acid which was the largest 43%. The results of statistical analysis
of the 15th
day with a one-way ANOVA test and the BNT showed all
the extracts tested had no significant differences (p ≥ 0.05) with the
normal group that.
Keywords : ethanol extract, tapak liman herb (Elephantopus scaber L),
caffeine, uric acid.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena dengan segala rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan
judul “Uji Efek Ekstrak Etanol Herba Tapak Liman (Elephantopus scaber L)
Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Tikus Putih Jantan Yang
Diinduksi Kefeina”. Penyusunan skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan kali ini kami dengan segala
kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Kedua orang tua saya yaitu Bapak Asterman dan Ibu Zulhasnatety serta
adik-adik saya yaitu Nur’aini Suci Fauziah dan Ahmad Akbar Azter yang
selalu memberikan dorongan moril, materil dan spiritual hingga selesainya
skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. DR. (hc). dr. M. K. Tadjudin Sp.And. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. M. Yanis Musdja M.Sc, Apt. dan Bapak Drs. Ahmad Musir
M.Sc, Apt. yang memberikan mendampingi dan memberi dukungan
hingga selesainya skripsi ini.
iv
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan
hingga penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Farmasi FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Para staf akademika dan karyawan Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Drs. Zamzami Kiram, M.M. yang telah membantu segala urusan
penulis berkaitan dengan masalah administrasi baik dari tingkat program
studi, fakultas maupun universitas.
8. Teman-teman program studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya angkatan 2005 yang memberikan dukungan, sehingga saya bisa
menyelesaikan skripsi saya ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir yang skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat
kekurangan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu saran
dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap skripsi ini
dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Akhir kata penulis mengucapkan semoga segala bantuan yang telah
diberikan kepada penulis akan mendapat balasan, rahmat dan ridho dari Allah
SWT, Amin.
Jakarta, September 2009
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4 Hipotesis ..................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
2.1 Tanaman Tapak Liman ............................................................... 5
2.1.1 Klasifikasi ...................................................................... 5
2.1.2 Sinonim ......................................................................... 5
2.1.3 Nama Daerah ................................................................. 5
2.1.4 Morfologi ....................................................................... 6
2.1.5 Budidaya ........................................................................ 6
2.1.6 Ekologi dan Penyebaran ................................................. 6
2.1.7 Bagian Tanaman Yang Digunakan ................................ 7
2.1.8 Kandungan Kimia .......................................................... 7
2.1.9 Penggunaan .................................................................... 7
2.1.10 Keanekaragaman ............................................................ 7
2.1.11 Simplisia ........................................................................ 7
2.2 Ekstrak, Simplisia dan Ekstraksi ................................................. 9
2.2.1 Pengertian ...................................................................... 9
2.2.2 Metode Ekstraksi ......................................................... 11
2.3 Asam Urat ................................................................................. 13
2.3.1 Sifat Fisika dan Kimia Asam Urat ................................ 14
2.3.2 Metabolisme Asam Urat ............................................... 15
2.3.3 Patologis Asam Urat .................................................... 17
2.3.4 Obat Anti Hiperurisemia .............................................. 19
2.4 Kafeina ..................................................................................... 22
2.5 Na-CMC ................................................................................... 23
2.5.1 Sinonim ........................................................................ 24
2.5.2 Berat Molekul .............................................................. 24
2.5.3 Pemerian ...................................................................... 24
2.5.4 Kelarutan ..................................................................... 24
2.5.5 Stabilitas ...................................................................... 24
vi
2.5.6 OTT ............................................................................. 24
2.5.7 Fungsi .......................................................................... 25
2.5.8 Aplikasi ....................................................................... 25
2.5.9 Konsentrasi .................................................................. 25
2.6 Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Dalam Darah ............... 25
2.6.1 Metode Enzimatik Spektofotometer UV-Vis ................ 25
2.6.2 Tes Strip Asam Urat ..................................................... 26
2.7 Tinjauan Hewan Coba ............................................................... 26
BAB III KERANGKA KONSEP ................................................................... 28
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 29
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 29
4.2 Hewan dan Bahan Uji ............................................................... 29
4.2.1 Hewan Uji .................................................................... 29
4.2.2 Bahan Uji ..................................................................... 29
4.2.3 Bahan Kimia ................................................................ 30
4.3 Alat-Alat ................................................................................... 30
4.4 Metode Penelitian ..................................................................... 30
4.4.1 Pembuatan Simplisia .................................................... 30
4.4.2 Ekstraksi ...................................................................... 30
4.4.3 Uji Penapisan Fitokimia ............................................... 31
4.4.4 Persiapan Hewan Uji .................................................... 33
4.4.5 Rancangan Percobaan .................................................. 33
4.4.6 Pembuatan Sediaan Uji dan Dosis ................................ 34
4.4.7 Penyiapan Larutan Uji .................................................. 35
4.4.7 Percobaan .................................................................... 35
4.4.8 Cara Pengambilan Darah .............................................. 36
4.4.9 Pengukuran Kadar Asam Urat Darah ............................ 36
4.4.10 Uji Statistik Terhadap Kadar Aasm Urat Darah ........... 36
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 37
5.1 Hasil Penelitian....................................................................... 37
5.1.1 Determinasi Tanaman .................................................. 37
5.1.2 Ekstraksi ...................................................................... 37
5.1.3 Penapisan Fitokimia ..................................................... 37
5.1.4 Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Darah................... 38
5.1.5 Uji Statistik Kadar Asam Urat Darah............................ 39
5.2 Pembahasan ............................................................................ 39
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 44
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 44
6.2 Saran ...................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 45
LAMPIRAN ..................................................................................................... 48
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pembagian kelompok hewan uji ........................................................... 34
Tabel 2. Hasil pemeriksaan penapisan fitokimia serbuk herba tapak liman ......... 38
Tabel 3. Hasil pengukuran rata-rata kadar asam urat darah selama percobaan
(mg/dl) ................................................................................................. 39
Tabel 4. Hasil persentase penurunan kadar asam urat darah rata-rata
kelompok ekstrak uji dan kontrol pembanding ...................................... 42
Tabel 5. Hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan uji selengkapnya
selama percobaan (mg/dl) ..................................................................... 58
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur asam urat ........................................................................... 13
Gambar 2. Metabolisme purin menjadi asam urat ............................................. 15
Gambar 3. Struktur alopurinol .......................................................................... 21
Gambar 4. Struktur kafeina .............................................................................. 22
Gambar 5. Struktur Na-CMC ........................................................................... 23
Gambar 6. Kurva kadar asam urat rata-rata hewan uji selama percobaan .......... 38
Gambar 7. Tanaman tapak liman (Elephantopus scaber L)............................... 51
Gambar 8. Tikus putih jantan galur Sprague-Dawley ....................................... 51
Gambar 9. Pemberian sediaan secara oral ......................................................... 51
Gambar 10. Vacuum Rotary Evaporator ............................................................ 52
Gambar 11. Timbangan analitik ......................................................................... 52
Gambar 12. Timbangan tikus ............................................................................. 52
Gambar 13. Timbangan ...................................................................................... 52
Gambar 14. Alat dan tes strip asam urat (Easytouch) .......................................... 52
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil determinasi tanaman tapak liman (Elephantopus
scaber L) ..................................................................................... 48
Lampiran 2. Surat keterangan galur hewan uji .................................................. 49
Lampiran 3. Bahan dan hewan uji .................................................................... 50
Lampiran 4. Alat- alat yang digunakan dalam penelitian .................................. 51
Lampiran 5. Skema proses ekstraksi ................................................................. 52
Lampiran 6. Skema uji efek penurunan kadar asam urat darah ......................... 53
Lampiran 7. Perhitungan rendemen dan dosis ekstrak kental herba
tapak liman (Elephantopus scaber L) .......................................... 54
Lampiran 8. Pembuatan sediaan uji .................................................................. 55
Lampiran 9. Hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan uji selama
percobaan .................................................................................... 56
Lampiran 10. Uji normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
terhadap kadar asam urat darah kelompok hewan uji ................... 57
Lampiran 11. Uji homogenitas (Lavene) terhadap kadar asam urat darah
kelompok hewan uji .................................................................... 58
Lampiran 12. Uji ANOVA satu arah dan Beda Nyata Terkecil (BNT)
dengan LSD terhadap kadar asam urat darah kelompok
hewan uji .................................................................................... 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme perusakan senyawa purin,
suatu nukleotida yang mempunyai banyak peran dalam berlangsungnya fungsi sel.
Pada manusia, asam urat dieksresikan didalam urin, tetapi dalam mamalia lain,
asam urat dioksidasi lebih lanjut menjadi alantoin dikatalisasi oleh enzim urikase
(Murray et al, 2003).
Kadar asam urat normal pada manusia sekitar 4 mg/dl. Kadar asam urat dalam
darah dapat meningkat melebihi kadar normal (hiperurisemia), karena adanya
peningkatan produksi asam urat atau penurunan eksresinya. Peningkatan kadar
asam urat darah dapat menyebabkan penumpukan kristal asam urat yang terbentuk
seperti jarum terutama di persendian. Akibatnya akan menimbulkan rasa sakit
pada persendian tersebut. Keadaan ini dikenal sebagai penyakit gout atau artritis
pirai (Kasper et al, 2004).
Prevalensi penyakit gout di Indonesia sebesar 1,7 % untuk daerah pedesaan
dan 4,8 % untuk daerah perkotaan. Pada tahun 1999, menurut penelitian,
prevalensi gout dan hiperurisemia di USA adalah 41 per 1000, dan di UK
prevalensi gout adalah 14 per 1000 (Bandolier team, 2005).
Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Nasional Cipto
Mangun Kusumo Jakarta, penderita rematik gout dari tahun ke tahun semakin
2
meningkat dan ada kecenderungan diderita pada usia semakin muda, yaitu
kelompok usia produktif (30 sampai 50 tahun). Oleh karena itu, jika penyakit ini
tidak ditangani secara tidak tepat, maka gangguan yang ditimbulkan dapat
menurunkan produktivitas kerja (Krisnatuti et al, 1997).
Diperkirakan bahwa gangguan asam urat terjadi pada 840 dari setiap 100.000
orang, dan mewakili sekitar 5 % dari total penyakit radang sendi. Penyakit ini
dapat dikelompokkan menjadi bentuk gout primer yang umum terjadi (90 %
kasus). Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, tapi diperkirakan akibat
kelainan proses metabolisme dalam tubuh. Umumnya dialami oleh laki-laki
berusia lebih dari 30 tahun. Sedangkan gout sekunder (10 % kasus) dialami oleh
umumnya wanita setelah menopause. Penyebabnya karena gangguan hormon
(Redaksi VitaHealth, 2008).
Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan dari bahan alam yang lebih murah
dan memiliki potensi yang lebih baik yang berasal dari bahan alam yaitu obat
tradisional mengingat sumber daya alam Indonesia yang beragam akan tanaman
obat. Selain itu obat-obat yang berasal dari bahan alam terbukti secara empiris
lebih akan digunakan dalam penggunaan jangka panjang dibanding dengan obat-
obat sintesis.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar
di dunia dengan lebih dari 30 ribu spesies tanaman berkhasiat mengobati melalui
penelitian ilmiah. Hanya sekitar 180 spesies tersebut telah dimanfaatkan dalam
tanaman obat tradisional oleh industri obat tradisional Indonesia (Herlina, 2005).
Hal ini disebabkan pemanfaatan tumbuhan obat Indonesia untuk mengobati suatu
penyakit biasanya hanya berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara
3
turun temurun tanpa disertai data penunjang yang memenuhi persyaratan. Salah
satu tanaman obat yang secara tradisional digunakan untuk mengobati asam urat
adalah tapak liman (Elephantopus scaber L) suku Asteraceae. Diduga tumbuhan
ini berasal dari Amerika di daerah tropik. Tumbuhan ini telah lama dimasukkan ke
pulau Jawa dan sekarang meluas di daerah rendah sampai ketinggian tempat
kurang dari 1.200 m di atas permukaan laut. Tumbuhan merupakan gulma, pada
tempat-tempat tertentu sering ditemukan dalam jumlah banyak terutama di
lapangan rumput (Depkes RI, 1996; Depkes RI, 1989; Yuniarti, 2008).
Secara umum menurut beberapa pustaka, dari hasil penelitian tapak liman
mempunyai efek farnakologik untuk mengobati disentri, obat demam, malaria,
kurang darah, batuk, sariawan, influenza, peradangan amandel, radang tenggorok,
radang mata, diare, gigitan ular, Epidemic encephalitis B, sakit kuning,
memperbaiki fungsi hati, busung air (ascites), radang ginjal yang akut dan kronik,
bisul, eksema, radang rahim, keputihan, mempermudah kehamilan, pengobatan
sesudah bersalin, pelembut kaki, peluruh dahak, peluruh haid, pembersih dahak,
pengelat dan juga sebagai astringent, laktagoga. Serta memiliki kandungan kimia
antara lain Flavonoid luteolin-7 glukosida, epipriedelinol, lupeol, stigmaserin,
triacontan-1-ol, dotria-contan-1-ol, lupeol acetat, deoxyelephantopin,
isodeoxyelephantopin (Depkes RI, 1996; Depkes RI, 1989; Yuniarti, 2008).
Penelitian farmakologis dengan tahap pengujian secara sistematik,
menggunakan metode uji asam urat yang tepat harus digunakan agar hasilnya
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, bermanfaat bagi masyarakat dan
dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya. Hal tersebut melatarbelakangi
dilakukannya pengujian khasiat efek ekstrak etanol herba tapak liman
4
(Elephantopus scaber L) untuk menurunkan kadar asam urat darah hewan coba.
Dalam hal ini hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur
Sprague-Dawley yang dibuat hiperurisemia yang diinduksi oleh kafeina sebagai
metode uji asam urat praklinis yang mendekati keadaan penderita asam urat yang
sebenarnya dan pemeriksaan kadar asam urat darahnya menggunakan metode tes
strip asam urat.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah ekstrak etanol herba tapak liman (Elephantopus scaber L) memiliki
kemampuan menurunkan kadar asam urat darah.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan khasiat ekstrak etanol herba tapak liman (Elephantopus
scaber L) dalam menurunkan kadar asam urat darah tikus putih jantan galur
Sprague-Dawley yang dibuat hiperurisemia dengan pemberian kafeina.
1.4 Hipotesis
Ekstrak etanol herba tapak liman (Elephantopus scaber L) dapat menurunkan
kadar asam urat darah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang diinduksi
dengan kafeina.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
meningkatkan upaya kesehatan dengan mengembangkan obat tradisonal sehingga
dapat dimanfaatkan dengan berdasarkan landasan ilmiah.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tapak Liman (Elephantopus scaber L)
2.1.1 Klasifikasi
Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman tapak liman adalah
sebagai berikut (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonale
Subkelas : Asteridae
Bangsa : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Elephantopus
Jenis : Elephantopus scaber L
2.1.2 Sinonim
Asterocephalus chochinchinensis, Spreng. Scabiosa cochinchinensis, Lour
(Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).
2.1.3 Nama Daerah
Di Indonesia dikenal dengan berbagai nama lokal, Sumatera: Tutup bumi
(Melayu), Jawa: Balagaduk, jukut, cangcang-cangcang, tapak liman (Sunda),
6
tapak liman, tapak tangan (Jawa), talpaktana (Madura). Indonesia: tapak liman
(Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).
2.1.4 Morfologi
Terna, tegak dengan rimpang yang menjalar, tinggi 10 cm sampai 80 cm,
batang kaku, berbulu panjang dan rapat, bercabang. Daun berkumpul dibawah,
membentuk roset, bentuk daun jorong, bundar telur sungsang, panjang 3 cm
sampai 38 cm, lebar 1 cm sampai 6 cm, permukaan daun agak berbulu.
Perbungaan berupa bonggol, banyak, bentuk bulat telur dan sangat tajam, daun
pelindung kaku, daun pembalut dari tiap bunga kepala berbentuk jorong, lanset,
sangat tajam dan berselaput, 4 daun pembalut dibagian luar panjang 5 mm, tidak
berbulu, 4 daun pembalut dibagian dalam panjang 10 mm, berbulu rapat; panjang
mahkota bunga 7 mm sampai 9 mm, berbentuk tabung, berwarna putih, ungu
kemerahan, ungu pucat. Buah merupakan buah longkah, panjang 4 mm, berbulu;
papus berbulu kasar 5, kadang-kadang melebar pada bagian pangkalnya, kaku
berbulu, panjang 5 mm sampai 6 mm (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990;
Yuniarti, 2008).
2.1.5 Budidaya
Di Indonesia tumbuhan ini belum dibudidayakan. Tumbuhan dapat
diperbanyak dengan biji atau dari sobekan tanaman yang tumbuh dari akar
(Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).
2.1.6 Ekologi dan Penyebaran
Diduga tumbuhan ini berasal dari Amerika di daerah tropis. Tumbuhan ini
telah lama dimasukkan ke pulau jawa dan sekarang meluas dari daerah rendah
7
sampai ketinggian tempat kurang dari 1.200 m di atas permukaan laut. Tumbuhan
merupakan gulma, pada tempat-tempat tertentu sering ditemukan dalam jumlah
banyak terutama di lapangan rumput (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990;
Yuniarti, 2008).
2.1.7 Bagian Tanaman Yang Digunakan
Daun dan akar (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).
2.1.8 Kandungan Kimia
Flavonoid luteolin-7 glukosida, epipriedelinol, lupeol, stigmaserin,
triacontan-1-ol, dotria-contan-1-ol, lupeol acetat, deoxyelephantopin,
isodeoxyelephantopin (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).
2.1.9 Penggunaan
Daun: Astringen, disentri, laktagoga, obat demam, malaria, batuk,
sariawan mulut. Akar: Obat malaria, kurang darah, batuk, mencret, sariawan
mulut (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).
2.1.10 Keanekaragaman
Keanekaragaman kecil (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti,
2008).
2.1.11 Simplisia
A. Pemerian : Tidak berbau; rasa, mula-mula tidak berasa, lama-lama
agak pahit (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).
B. Makroskopik : Daun tunggal, warna hijau tua sampai hijau kelabu, rapuh,
bentuk jorong sampai bundar telur sungsang, ujung runcing, pangkal daun
8
mengecil, panjang daun 5 cm sampai 25 cm, umumnya 20 cm, lebar 2 cm
sampai 7 cm, umumnya 5 cm. Tepi daun tidak berlekuk atau berlekuk
tidak beraturan, bergerigi tidak rata, permukaan daun berambut. Pada
permukaan bawah, tulang daun lebih menonjol dari pada permukaan atas.
Tangkai daun, panjang kurang lebih 2 cm, berbentuk seperti pelepah,
bagian pangkal membungkus batang (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990;
Yuniarti, 2008).
C. Mikroskopik : Epidermis atas, jernih, pada penampang tangensial
berbentuk persegi panjang sampai poligonal dengan dinding samping lurus
atau tegak bergelombang. Sel epidermis bawah lebih kecil dari sel
epidermis atas. Stomata tipe anomositik (Ranunculaceae) terdapat lebih
banyak epidermis bawah dari pada di epidermis atas. Rambut penutup
terdiri dari rambut penutup berdinding tebal dan rambut berdinding tipis;
rambut penutup berdinding tebal mempunyai sel pangkal lebar dan 1 sel
ujung yang panjang, bentuk kerucut ramping dengan ujung sel tebal,
runcing, rongga sel kadang-kadang berwarna kuning kecoklatan; rambut
penutup berdinding tipis terdiri dari 2 sel dengan pangkal lebih dari kecil
dan lebih pendek dari sel ujung. Rambut penutup berdinding tebal pada
epidermis atas umumnya lebih panjang dari pada yang terdapat pada
epidermis bawah. Panjang rambut penutup 270 μm sampai 1.650 μm,
umumnya 400 μm sampai 550 μm. Rambut kelenjar tipe Asteraceae
(Compositae), terdapat pada epidermis atas dan bawah. Jaringan polisade
terdiri dari 1 sampai 2 lapis sel silindrik. Jaringan bunga karang terdiri dari
beberapa lapis sel bunga karang yang tersusun agak rapat. Di dalam
9
mesofil dan di dalam jaringan parenkim dari tulang daun terdapat hablur
kalium oksalat berbentuk roset dan prisma. Berkas pembuluh tipe kolateral
(Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).
2.2 Ekstrak, Simplisia dan Ekstraksi
2.2.1 Pengertian
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai (Depkes RI, 2000). Simplisia adalah bahan yang digunakan untuk
obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain
umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan (Gunawan, 2004).
Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
simplisia nabati, hewani, dan pelikan / mineral (Gunawan, 2004).
A. Simplisia nabati : simplisia yang dapat berupa tanaman utuh
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.
B. Simplisia hewani : simpisia berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.
C. Simplisia pelikan (mineral) : simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa bahan kimia murni
Ekstrak dikelompokkan atas dasar sifatnya, yaitu (Voight, 2005) :
A. Ekstrak encer : sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu dan
dapat dituang.
10
B. Ekstrak kental : sediaan yang liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat
dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30 %. Tingginya kandungan
air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran bakteri.
C. Ekstrak kering : sediaan yang memiliki konsistensi kering dan mudah
dituang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
D. Ekstrak cair : ekstrak yang dibuat sedemikiannya sehingga 1 bagian
simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair.
Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan
kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang
diisolasi. Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah
terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis (Harbone, 1996). Ekstraksi merupakan
kegiatan penarikan kandungan kimia yang terdapat pada simplisia. Karena
didalam simplisia mengandung senyawa aktif yang berbeda-beda dan mempunyai
struktur kimia yang berbeda-beda, sehingga metode didalam penarikan senyawa
aktif didalam simplisia harus memperhatikan faktor seperti : udara, suhu, cahaya,
logam berat. Proses ekstraksi dapat melalui tahap menjadi : Pembuatan serbuk,
pembasahan, penyarian, dan pemekatan (Depkes RI, 2000).
11
2.2.2 Metode Ekstraksi
Macam-macam metode penyarian dalam ekstraksi yang dapat dilakukan
diantaranya (Depkes RI, 2000) :
A. Ekstraksi dengan menggunakan penyari
1. Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakkan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar) secara teknologi termasuk ekstraksi dengan
metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik
berarti dilakukan pengadukan yang kontinu, sedangkan remaserasi berarti
dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan
maserat pertama dan seterusnya.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan. Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk
simplisia pada suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat
berpori. Cairan penyari akan menarik zat aktif dalam sel-sel yang terdapat
dalam simplisia.
2. Cara panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut sampai pada temperatur titik
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
12
konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat
termasuk proses ekstraksi sempurna.
b. Sokhletasi
Sokhlet adalah ekstraksi menggunakan penyari yang berbeda. Umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi berlanjut sampai
jumlah penyari relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperature ruangan, secara umum
dilakukan pada temperature 40o C-50
o C.
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
mendidih, temperatur terukur 96oC - 98
oC selama waktu tertentu (15-20
menit). Infus pada umumnya digunakan untuk menarik atau mengekstraksi
zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Hasil dari ekstrak
ini akan menghasilkan zat aktif yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh
kuman dan kapang, sehingga ekstrak yang diperoleh dengan infus tidak
boleh disimpan lebih dari 24 jam.
e. Dekok
Dekok adalah infus yang waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air.
13
f. Destilasi uap
Destilasi uap adalah ekstraksi kandungan senyawa mudah menguap
(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisisa) dengan uap air. Cara ini
didasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan
fase uap air dari ketel secara berlanjut sampai sempurna dan diakhiri
dengan kondensasi fase uap campuran menjadi destilat air bersama
senyawa kandungan yang memisah sempurna sebagian.
3. Cara ekstraksi lainnya
a. Ekstraksi ultrasonik
Ekstraksi dengan menggunakan gelombang ultrasonik (lebih dari
20.000 Hz) memberikan efek pada proses ekstraksi dengan prinsip
meningkatkan permeabilitas dinding sel, menimbulkan gelombang
spontan serta menimbulkan fraksi interfase.
b. Ekstraksi energi lisrik
Energi listrik digunakan dalam bentuk medan listrik, medan magnet
serta elektrik discharges yang dapat mempercepat proses ekstraksi dan
meningkatkan hasil dengan prinsip menimbulkan gelombang spontan
dan menyebarkan gelombang tekanan berkecepatan ultrasonik.
2.3 Asam Urat
Gambar 1. Struktur asam urat
14
2.3.1 Sifat Fisika dan Kimia Asam Urat
Asam urat dikenal dengan nama kimia sebagai 2,6,8-trioksipurin
merupakan asam lemah organik dengan berat molekul 169. Asam urat merupakan
senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa purin yang paling mudah
dioksidasi. Oksidasi asam urat dalam bentuk larutan netral dan alkalis
menghasilkan karbondioksida serta terbentuknya alantoin dan produksi degredasi
lainnya pada suasana asam, asam urat teroksidasi menjadi aloksan (Kasper et al,
2004).
Asam urat yang bersifat asam lemah disebabkan dari mudah terionisasinya
atom hidrogen pada posisi 9 (pK1 = 5,71) dan posisi 3 (pK2 = 10) dari molekul
tersebut. Hanya disosiasi proton pertama yang perlu dipertimbangkan, karena pK2
yang bernilai 10,3 berada diatas nilai pada cairan fisiologik yang memilki pH 14.
Jadi hanya asam urat dan garam natrium urat yang terdapat dalam cairan tubuh.
Garam natrium urat jauh lebih larut dalam air bila dibandingkan dengan asam
urat. Namun kelarutan garam tersebut memiliki batas tertentu pada cairan plasma.
Serum darah akan jenuh dengan garam natrium urat pada konsentrasi 6,4 mg/100
ml. Pada konsentrasi tersebut, larutan akan menjadi tidak stabil dan garam natrium
urat akan mengendap dengan cepat membentuk kristal natrium urat yang
tertimbun pada persendian (Kasper et al, 2004).
15
2.3.2 Metabolisme Asam Urat
Gambar 2. Metabolisme purin menjadi asam urat
16
Manusia mengubah nukleosida purin yang utama, adenosin dan guanosin
menjadi asam urat yang dieksresikan keluar setelah mengalami beberapa kali
reaksi. Adenosin pertama-tama mengalami deaminasi menjadi ionosin oleh enzim
adenosin deaminase. Fosforisasi ikatan N-glikosidat, akan melepas senyawa
ribosa-1-fosfat dan basa purin. Hipoxantin dan guanosin selanjutnya membentuk
xantin dalam reaksi yang dikatalisasi masing-masing oleh enzim xantin oksidase
dan guanase. Kemudian xantin teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua
yang dikatalisasi oleh enzim xantin oksidase. Dengan demikian, xantin oksidase
merupakan lokasi yang esensial untuk intervensi farmakologis pada penderita
hiperurisemia dan penyakit gout (Rodwell et al, 1998).
Eksresi keseluruhan asam urat pada manusia yang normal berkisar rata-
rata 400-600 mg/24 jam. Duapertiga asam urat yang terbentuk dieliminasi melalui
ginjal, sedangkan sepertiganya melalui saluran pencernaan.
Banyak senyawa yang terdapat secara alami dan digunakan dalam
farmakologi mempengaruhi absorpsi dan sekresi natrium urat pada ginjal. Sebagai
contoh, pemberian aspirin dengan dosis tinggi secara kompetitif akan
menghambat reabsorpsi asam urat sehingga berdampak pada peningkatan eksresi
zat tersebut (Rodwell et al, 1998; Weatheral DJ et al, 1987).
Pada mamalia yang tingkatannya lebih rendah, enzim urikase akan
memecah asam urat dengan membentuk produk akhir alantoin yang bersifat
sangat larut air. Namun demikan, karena manusia tidak mengandung enzim
urikase, maka produk katabolisme senyawa purin pada manusia adalah asam urat.
amfibi, burung, dan reptil juga tidak memiliki enzim urikase dan mengeksresikan
asam urat serta guanin sebagai produk akhir katabolisme senyawa purin.
17
2.3.3 Patologis Asam Urat
Pada manusia, asam urat merupakan produk buangan akhir dari degradasi
senyawa purin. Zat tersebut tidak memiliki kegunaan fisiologis sehingga dapat
dianggap bahan buangan. Karena ketidakberadaan enzim urikase pada manusia,
maka terdapat kemungkinan adanya timbunan asam urat yang apabila melewati
batas tertentu akan menimbulkan gangguan patologis.
Pada kondisi normal kadar asam urat pada laki-laki 3,4-7,0 mg/dl
sedangkan pada perempuan antara 2,4-5,7 mg/dl. Jika kelebihan produksi ataupun
penurunan eksresi asam urat dalam tubuh akan meningkat yang disebut
hiperurisemia. Keadaan hiperurisemia tersebut dapat menimbulkan penyakit gout
sebagai akibat adanya penimbunan kristal natrium urat pada persendian yang
disertai rasa nyeri (Howkin et al, 1997).
A. Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah suatu keadaan dimana kadar asam urat dalam darah
meningkat dan mengalami kejenuhan. Berdasarkan definisi tersebut
konsentrasi asam urat yang melebihi dari 7,0 mg/dl sudah dianggap
hiperurisemia dan beresiko terkena gout (Howkin et al, 1997).
Hiperurisemia juga dapat dibedakan berdasarkan kenyataan apakah pasien
mengeksresikan asam urat dengan jumlah total atau berlebihan (lebih dari
600 mg/24 jam). Hiperurisemia dapat disebabkan oleh adanya kelainan
ginjal yang menyebabkan kenaikan asam urat serum. Selain itu
peningkatan produksi asam urat akibat suatu penyakit seperti kanker dan
adanya kelainan enzim yang berperan dalam metabolisme senyawa purin.
18
Beberapa sistem enzim berperan dalam pengaturan metabolisme senyawa
purin. Ketidaknormalan pada sistem tersebut dapat meningkatkan
kenaikan produksi asam urat. Terdapat dua enzim yang berperan dalam
pengaturan metabolisme asam urat yang berhubungan dengan
hiperurisemia. Yang pertama yaitu peningkatan aktifitas enzim fosforibosil
pirofosfat (PRPP). Fosforibosil pirofosfat (PRPP) adalah salah satu zat
kunci dalam pembentukan nukleotida purin dan juga pembentukan asam
urat. Semakin tingginya konsentrasi fosforibosil pirofosfat (PRPP) yang
terbentuk maka asam urat yang diproduksi semakin meningkat. Yang
kedua yaitu defisiensi dari hipoxantin guanin fosforibosi transferasi
(HGRPT). Hipoxantin guanin fosforibosi transferasi (HGRPT)
bertanggung jawab dalam pengubahan guanin menjadi guanosin
monofosfat (GMP) dan hipoxantin menjadi inosin monofosfat (IMP).
Pengubahan tersebut memerlukan PRPP sebagai kosubstrat. Defisiensi
enzim HGRPT dapat meningkatkan metabolisme guanin dan hipoxantin
menjadi asam urat dan juga lebih banyak PRPP yang berinteraksi dengan
glutamin pada langkah pertama metabolisme senyawa purin (Howkin et al.
1997).
B. Gout
Kata gout berasal dari bahasa latin “Gutta” yang berarti “tetes”. Kata
tersebut mulai digunakan sekitar tahun 1270 dan dipercaya bahwa gout
disebabkan oleh tetesan cairan yang beracun “noxa” pada persendian
(Weatheral DJ et al, 1987, Garreth et al, 1995). Penyakit gout merupakan
suatu proses inflamasi yang terjadi karena penumpukan kristal asam urat
19
pada sekitar jaringan sendi akibat kadar asam urat serum yang melebihi
kelarutannya. Kristalisasi natrium urat dalam jaringan lunak dan
persendian akan membentuk endapan yang dinamakan tofus. Proses ini
menyebabkan suatu reaksi inflamasi akut, yaitu artritis akut gout, yang
dapat berlanjut menjadi artritis kronis gout. Pemeriksaan dengan
mikroskop cahaya terpolarisasi memperlihatkan kristal natrium urat yang
terbentuk jarum dan bersifat berefringen negatif (tampak berwarna kuning
jika sumbu memanjangnya sejajar dengan bidang cahaya terpolarisasi)
dalam cairan sendi merupakan tanda diagnostik penyakit gout.
Keadaan klinis yang khas dengan artritis gout adalah serangan yang
mendadak dari sendi, terutama pada sendi metatarsophalangeal jari
pertama (ibu jari). Serangan pertama kali sangat sakit dan sering dimulai
pada tengah malam. Sendi tersebut cepat membengkak, panas, pembesaran
vena-vena superfisial. Meskipun serangan pertama terjadi pada
metatarsophalangeal ibu jari, tetapi sendi-sendi perifer yang besar seperti
lutut, tumit, pergelangan kaki dan tangan, sering juga terkena.
2.3.4 Obat-Obat Anti Hiperurisemia (Ganiswarna, 1995; Tjay et al, 2002)
A. Obat urikosurik
Obat-obat urikosurik meningkatkan klirens ginjal dari asam urat dengan
menghambat reabsorpsi tubular asam urat, memperbesar eksresi dan
mengurangi konsentrasi asam urat di serum. Terapi dengan obat-obat
urikosurik sebaiknya dimulai dengan dosis rendah untuk menghindari efek
urikosuria dan terbentuknya endapan asam urat. Aliran urin yang teratur
dan cukup serta pembasaan urin dengan natrium bikarbonat pada beberapa
20
hari pertama terapi dengan obat urikosurik dapat menghilangkan
kemungkinan adanya kristalisasi asam urat. Efek samping yang sering
terjadi pada pengobatan dengan terapi urikosurik adalah iritasi saluran
pencernaan, ruam kulit, hipersensitivitas, dan kristalisasi asam urat di urin.
Obat-obat urikosurik memiliki kontraindikasi terhadap pasien yang alergi
pada masing-masing obat dan pada penderita yang mengalami
ketidaknormalan fungsi ginjal. Obat-obat urikosurik diantaranya adalah
1. Probenesid
Obat ini biasanya diberikan pada dosis 250 mg dua kali sehari selama 1-2
minggu kemudian dilanjutkan 500 mg selama 2 minggu. Setelah itu dosis
dilanjutkan 500 mg setiap 1-2 minggu hingga keadaan menjadi normal
atau sampai dosis maksimum 3 g.
2. Sufinpirazon
Suatu urikosurik yang poten yang memiliki efek paradoksal antara eksresi
asam urat untuk menurunkan asam urat dalam plasma dengan hemodilusi.
Diberikan dengan dosis mulai dari 50 mg dua kali sehari dan meningkat
secara bertahap setiap 10 hari sekali hingga mencapai dosis pemeliharaan
sebesar 100 mg 3-4 kali sehari.
3. Salisilat
Obat ini memiliki efek paradoksikal dari dosis tinggi dan dosis rendah.
Dosis kecil ( 1 g atau 2 g sehari) meghambat eksresi asam urat, sehingga
kadar asam urat dalam darah meningkat. Dosis 2 atau 3 g sehari biasanya
tidak mengubah eksresi asam urat. Tetapi pada dosis lebih dari 5 g perhari
terjadi peningkatan eksresi asam urat melalui urin, sehingga kadar asam
21
urat dalam darah menurun. Hal ini terjadi karena pada dosis rendah
salisilat menghambat sekresi tubuli sedangkan pada dosis tinggi salisilat
juga menghambat reabsorpsinya dengan hasil akhir peningkatan eksresi
asam urat. Efek urikosurik ini bertambah bila urin bersifat basa. Dengan
alkalinasi urin, kelarutan asam urat dalam urin meningkat sehingga tidak
terbentuk kristal asam urat dalam tubuli ginjal.
B. Penghambatan sintesis asam urat (Alopurinol)
Gambar 3. Struktur alopurinol
Alopurinol adalah obat yang diakui poten sebagai penghambat sintesis
asam urat. Baik alopurinol maupun metabolit terbesarnya yaitu
oksipurinol, keduanya bekerja sebagai penghambat enzim xantin oksidase.
Xantin oksidase merupakan enzim yang berperan dalam pengubahan
hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Alopurinol juga
menurunkan konsentrasi intraseluler dari PRPP. Alopurinol mengalami
biotransformasi oleh enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang masa
paruhnya lebih panjang daripada alopurinol. Karena itu alopurinol cukup
diberikan satu kali sehari. Untuk mencegah timbulnya gout akut,
alopurinol dianjurkan diberikan tiap hari sekali sebesar 100 mg peroral.
Dosis untuk penyakit gout ringan 200-400 mg sehari, 400-600 mg sehari
untuk penyakit yang lebih berat. Untuk penderita gangguan fungsi ginjal
22
dosis cukup 100-200 mg sehari. Dosis untuk hiperurisemia sekunder 100-
200 mg sehari. Efek samping yang sering terjadi adalah reaksi kulit. Bila
timbul kemerahan kulit, obat harus dihentikan karena gangguan mungkin
menjadi lebih berat. Reaksi alergi berupa demam, menggigil, dan pruritas
juga pernah dilaporkan. Gangguan saluran cerna juga kadang-kadang
terjadi.
2.4 Kafeina (Wade A, 1982; Ganiswarna, 1995)
Gambar 4. Struktur kafeina
Kafeina adalah komponen alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus
metil yang akan di oksidasi oleh xantin oksidase membentuk asam urat sehingga
dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Maka, dalam penelitian ini
digunakan sebagai penginduksi asam urat yang poten yang dapat menyebabkan
hewan coba menjadi hiperurisemia. (Azizahwati et al, 2005)
Kafeina ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxantine bersama-
sama senyawa teofilin dan teobromin. Pada keadaan asal, kafeina ialah serbuk
putih yang pahit. Rumus kimianya ialah C6H10N4O2 dan nama sistematik kafeina
ialah 1,3,7-trimetilxantine.
Metilxantin cepat diabsorbsi setelah pemberian oral, parenteral, atau rektal.
Sedian bentuk cair atau tablet tidak bersalut akan diabsorpsi secara cepat dan
23
lengkap. Kadar puncak plasma dapat dihasilkan dalam waktu 1 jam, sedangkan
eleminasi metilxantin terutama melalui metabolisme hati sebagian besar
dieksresikan bersama urin dalam bentuk asam urat. Kurang dari 15 % kafeinaa
akan ditemukan di urin dalam bentuk utuh, waktu paruh plasma kafeina antara 3-7
jam.
Dosis letal pada orang dewasa 5-10 g. Terlalu banyak kafeina dapat
menyebabkan intoksikasi kafeina (yaitu mabuk akibat kafeina). Antara gejala
penyakit ini ialah keresahan, kerisauan, insomnia, keriangan, muka merah, kerap
kencing (diuresis), dan masalah gastrointestinal. Gejala-gejala ini bisa terjadi
walaupun hanya 250 mg kafeina yang diambil. Jika lebih 1 g (15 mg/kg BB) yang
menyebabkan kadar plasma diatas 30 µg/ml. gejala seperti kejangan otot (muscle
twitching), kekusutan pikiran dan perkataan, aritmia kardium (gangguan pada
denyutan jantung) dan bergejolaknya psikomotor (psychomotor agitation) bisa
terjadi. Intoksikasi kafeina juga bisa mengakibatkan kepanikan dan penyakit
kerisauan.
2.5 Na-CMC (Wade A et al, 1994)
Gambar 5. Struktur Na-CMC
24
2.5.1 Sinonim
Carboxymethylcellulosum natricum, carboxymethyl sodium, cellulose
gum USP XXII mendeskripsikan CMC Na sebagai garam natrum sodium dari
policarboxy methyl ether dari selulosa.
2.5.2 Berat Molekul
90.0 – 700.000.
2.5.3 Pemerian
Warna putih, tidak berbau, serbuk bergranul.
2.5.4 Kelarutan
Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter dan toluen, mudah terdispersi
dalam air pada seluruh temperatur membentuk larutan koloid yang bening.
2.5.5 Stabilitas
CMC Na stabil, materi higroskopik, pada kondisi lembab CMC Na dapat
menyerap air dalam kuantitas yang besar (>50%) pada tablet hal ini diasosiasikan
dengan penurunan kekerasan tablet dan meningkatkan waktu desintegran.
2.5.6 OTT
Larutan asam, garam besi terlarut, beberapa logam alumunium, merkuri,
seng, xanthan gum.
25
2.5.7 Fungsi
Agen penyalut, desintegran (penghancur) tablet dan kapsul, pengikat
tablet, stabilizing agent, suspending agent, agen pengikat viskositas.
2.5.8 Aplikasi
CMC Na biasa digunakan pada formula oral dan topikal, CMC Na
digunakan sebagai pengikat tablet dan desintegran, konsentrasi yang lebih tinggi
biasanya 4 – 6%, nilai viskositas medium digunakan untuk menghasilkan gel yang
dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pasta.
2.5.9 Konsentrasi
Sebagai suspending agent 0.25 %-1.0%, agen pembetuk gel 4.0%-6.0%,
Pengikat tablet 1.0%-6.0%, dan untuk larutan oral 0.1%-10%.
2.6 Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Darah
2.6.1 Metode Enzimatik Spektrofotometer UV-Vis
Metode ini menggunakan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik pada
asam urat, sehingga memberikan hasil yang relatif lebih tepat dibandingkan
metode lainnya. Prinsip reaksinya adalah mengoksidasi asam urat menjadi
alantoin, hidrogen peroksida dan karbon dioksida yang dikatalisis oleh enzim
urikase. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 3,5 dikloro 2-
hidroksibenzen sulfonat (DCHBS) dan 4 aminophenazon (PAP) membentuk zat
warna quinonimin yaitu N-(4-antipirin)-3 kloro-5-sulfonat-p-benzokuinonimuin
26
yang diukur pada panjang gelombang 520 nm dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. (Yuno, 2003)
2.6.2 Tes Strip Asam Urat
Pengukuran kadar asam urat darah tikus putih dilakukan dengan alat tes
strip asam urat. Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk memonitor tingkat
asam urat di dalam darah. Tes ini merupakan spesifik untuk asam urat. Tes
tersebut menggunakan oksidasi asam urat dan berdasarkan pada kemajuan
teknologi biologi sensor
2.7 Tinjauan Hewan Coba
Klasifikasi hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Sharp et
al, 1998):
Regnum : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Bangsa : Rodentia
Keluarga : Muridae
Anak keluarga : Murinae
Marga : Rattus
Jenis : Rattus norvegicus L
Rattus norvegicus adalah salah satu spesies tikus yang paling sering digunakan
dalam penelitian karena memiliki beberapa kelebihan antara lain : mudah
27
dipelihara dalam populasi yang besar, dapat berkembang biak dengan pesat, dan
memiliki ukuran yang lebih besar dari mencit sehingga untuk beberapa percobaan
tikus lebih menguntungkan. Tikus juga memperlihatkan masa hamil yang singkat
(21-23 hari), jumlah anak yang cukup banyak (6-12 ekor), dan dapat hidup sampai
4 tahun (Malole, Pramono. 1989).
Seekor tikus dewasa membutuhkan 15 g makanan dan 20-45 ml air per 100 g
berat badan per hari. Suhu kandang yang dibutuhkan tikus 18-27 °C dan
kelembaban relatif 40-70 % (Malole, Pramono. 1989).
Terdapat berbagai galur tikus putih antara lain : Long-Evans, Sprague-
Dawley, dan Wistar. Tikus putih (Rattus novergicus L) galur Wistar mempunyai
ciri-ciri : warna tubuh putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala dan
ekor lebih pendek dari badannya; galur Sprague-Dawley mempunyai ciri-ciri :
warna tubuh putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala yang kecil, dan
ekor lebih panjang dari badannya; sedangkan galur Long-Evans ditandai dengan
warna hitam dibagian kepala, dan tubuh bagian depan.
28
BAB III
KERANGKA KONSEP
Dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi herba
tapak liman (Elephantopus scaber L) sebagai obat
penurun asam urat darah
Simplisia herba tapak liman (Elephantopus
scaber L)
Ekstraksi
Ekstrak kental herba tapak liman
(Elephantopus scaber L)
Uji efek penurunan kadar asam urat darah
Analisa data
(ANOVA satu arah)
Pemakaian empiris herba tapak liman (Elephantopus
scaber L) sebagai obat penurun asam urat darah di
masyarakat
29
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan berlangsung
dari bulan April 2009 sampai dengan Juni 2009.
4.2 Hewan dan Bahan Uji
4.2.1 Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley berumur 3-4
bulan dengan berat badan 150-250 g yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran
Hewan IPB.
Pakan berupa butiran (pellet) diberikan sebanyak ± 10 g/ekor/hari dan
diberikan minum secukupnya.
4.2.2 Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan adalah ekstrak etanol 70 % herba tapak liman
(Elephantopus scaber L) dan alopurinol sebagai obat pembanding.
4.2.3 Bahan Kimia
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%,
Kafeina, Eter ( Merck ), Na-CMC (Brataco), NaCl (Merck), ammoniak (Merck),
30
kloroform (Merck), HCl (Merck), pereaksi Dragendroff, pereaksi Mayer, n-
Butanol (Merck), H2SO4 (Merck), FeCl3, NaOH (Merck), aquades, tes strip asam
urat (Easy Touch)
4.3 Alat-Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
timbangan hewan (Ohauss), kandang tikus beserta tempat makanan dan minum,
sonde oral, jarum suntik, hotplate (Wiggen Hauser), blender, magnetic stirrer,
destiller, oven, timbangan analitik (Wiggen Hauser), holder, vacuum rotary
evaporator (Memmert Eyele), kertas saring, kapas, kamera, alat tes strip asam urat
(EasyTouch), timbangan hewan (Mettler Toledo), timbangan analitik (Mettler
Toledo), dan alat-alat gelas (Iwaki pyrex).
4.4 Metode Penelitian
4.4.1 Pembuatan simplisia
Pembuatan simplisia yang baik dan memenuhi syarat terdiri dari tahap-
tahap sebagai berikut : sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi
kering, penggilingan dan pengayakan.
4.4.2 Ekstraksi
Simplisia serbuk herba tapak liman (Elephantopus scaber L) diekstraksi
dengan metode maserasi secara berulang-ulang dengan menggunakan pelarut
etanol 70 % dan dilakukan pengocokan sesekali. Proses tersebut dilakukan selama
2-3 minggu dimana sekali dalam dua hari pelarut diganti dan disaring sehingga
didapat ekstrak cair, lalu ekstrak cair tersebut dievaporasi dengan vacuum rotary
31
evaporator sehingga didapat ekstrak kental kemudian ekstrak tersebut diuji
aktivitas penurunan kadar asam urat darahnya (Lampiran 6).
4.4.3 Uji Penapisan Fitokimia (Farnsworth, 1969)
A. Identifikasi golongan alkaloid
Sebanyak + 5 g serbuk dilembabkan dengan 5 ml ammoniak 25 % digerus
dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform dan digerus
kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring,
filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan A), sebagai larutan
A (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan pengocokan
dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya (larutan B). Larutan A
diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan disemprot atau ditetesi
dengan pereaksi Dragendroff, terbentuk warna merah atau jingga pada
kertas saring menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Larutan B dibagi
dalam 2 tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi Dragendroff
dan pereaksi Mayer, terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi
Dragendroff atau endapan putih dengan pereaksi Mayer menunjukkan
adanya senyawa alkaloid.
B. Identifikasi golongan flavonoid
Sebanyak + 10 g serbuk ditambah 100 ml air panas, didihkan selama 5
menit, saring. Ambil 5 ml filtratnya (dalam tabung reaksi), ditambahkan
serbuk Mg secukupnya dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil
alkohol, kocok kuat dan biarkan memisah. Terbentuknya warna merah,
kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya
flavonoid.
32
C. Identifikasi golongan saponin
Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 10 ml air panas.
Setelah dingin kocok kuat secara vertikal selama 10 detik. Terbentuknya
busa yang stabil, menunjukkan adanya saponin, bila ditambahkan 1 tetes
HCl 1% busa tetap stabil.
D. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid
Sebanyak + 5 g serbuk dimaserasi dalam 20 ml eter selama 2 jam
kemudian disaring. Diuapkan dalam cawan penguap sampai kering.
Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat ke
dalam residu. Terbentuknya warna hijau atau merah menunjukkan adanya
steroid/triterpenoid.
E. Identifikasi golongan tanin
Sebanyak + 10 g serbuk ditambah 10 ml air, didihkan selama 15 menit,
setelah dingin kemudian di saring dengan kertas saring. Filtrat ditambah 1-
2 tetes FeCl3 1 %, terbentuknya warna biru, hijau atau hitam menunjukkan
adanya seyawa golongan tanin.
F. Identifikasi golongan kuinon
Sebanyak + 1 g serbuk dipanaskan dalam air selama 5 menit, disaring.
Sebanyak 5 ml filtrat ditambah 5 ml NaOH 1 N, terbentuk warna merah
menunjukkan adanya kuinon.
G. Identifikasi golongan minyak atsiri
Sebanyak + 2 g serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20
ml), tambahkan 10 ml pelarut petroleum eter. Pada mulut tabung dipasang
corong yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air, kemudian
33
disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan pada cawan
penguap, selanjutnya residu dilarutkan dengan pelarut etanol 95 %
sebanyak 5 ml lalu saring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan
dengan cawan penguap, residu yang berbau aromatik menunjukkan adanya
senyawa golongan minyak atsiri.
4.4.4 Persiapan Hewan Uji
Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague-
Dawley, berumur 3-4 bulan dengan berat badan 180-250 g diaklimatisasi selama
dua minggu agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Selama proses
adaptasi, dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan berat badan.
4.4.5 Rancangan Percobaan
Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague-
Dawley berumur 3-4 bulan dengan berat badan 150-250 gram diaklimatisasi
selama dua minggu agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Selama
proses adaptasi dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan berat
badan. Hewan uji dipilih sebanyak 24 ekor tikus putih jantan secara acak untuk
dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 4 ekor (Tabel 1).
Penentuan jumlah tikus tiap kelompok, dihitung berdasarkan rumus Federer : (n-
1) (t-1) ≥15, dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n menunjukkan jumlah
ulangan minimal dari tiap perlakuan (Sudjana, 1992).
34
Tabel 1. Pembagian kelompok hewan uji
Kelompok Jumlah
Tikus
Perlakuan
I 4 Kontrol normal, diberi air larutan Na-CMC 0,5 %
II 4 Kontrol perlakukan, diberi kafeina 27 mg/200 g BB
dalam larutan Na-CMC 0,5 %
III 4 Diberi kafeina 27 mg/200 g BB dalam larutan Na-
CMC 0,5 % dan alopurinol 36 mg/200 g BB dalam
larutan Na-CMC 0,5 % (Pembanding)
IV 4 Diberi kafeina 27 mg/200 g BB dalam larutan Na-
CMC 0,5 % dan bahan uji dosis rendah
V 4 Diberi kafeina 27 mg/200 g BB dalam larutan Na-
CMC 0,5 % dan bahan uji dosis sedang
VI 4 Diberi kafeina 27 mg/200 g BB dalam larutan Na-
CMC 0,5 % dan bahan uji dosis tinggi
Berarti dengan jumlah kelompok percobaan sebanyak 6 kelompok maka
tikus yang terdapat pada tiap kelompok yaitu > 4, sedangkan pada penelitian kali
ini saya menggunakan tikus pada tiap kelompok yaitu 4 tikus, berikut
perhitungannya : (n-1).(t-1) = (6-1).(4-1) = 15, jadi hasil ini sudah dapat diterima,
karena berdasarkan rumus Federer jumlah yang dihasilkan > 15.
4.4.6 Pembuatan Sediaan Uji dan Dosis.
A. Dosis ekstrak kental herba tapak liman
Dosis Rendah = 175 mg/200 g BB
Dosis Sedang = 350 mg/200 g BB
Dosis Tinggi = 700 mg/200 g BB
(Lampiran 8)
Volume larutan ektsrak uji yang diberikan kepada setiap kelompok uji
dibuat dalam konsentrasi 350 mg/ ml (Lampiran 9).
35
B. Dosis alopurinol sebagai kontrol pembanding
Dosis alopurinol yang digunakan adalah 200 mg/hari untuk manusia.
Faktor konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018 (Paget & Barnes,
1964) dan faktor farmakokinetika yang digunakan adalah 10 (Mandel et
al,1979). Dosis untuk tikus = 200 mg x 0,018 x 10 = 36 mg/200 g BB.
C. Dosis Kafeina
Dosis Kafeina yang digunakan adalah 150 mg/hari untuk manusia. Faktor
konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018 (Paget & Barnes, 1964) dan
faktor farmakokinetika yang digunakan adalah 10 (Mandel et al,1979).
Dosis untuk tikus = 150 mg x 0,018 x 10 = 27 mg/200 g BB.
4.4.7 Penyiapan larutan uji
A. Pembuatan sediaan ekstrak kental herba tapak liman (Lampiran 9).
B. Pembuatan suspensi alopurinol (Lampiran 9).
C. Pembuatan suspensi kafeina (Lampiran 9).
4.4.8 Percobaan
Pada uji ini dilakukan upaya peningkatan kadar asam urat darah dengan
menginduksi tikus dengan kafeina 27 mg/200 g BB. Setelah penginduksian
tersebut, kadar asam urat darah tikus dikontrol dan diukur pada hari ke-6 untuk
meyakinkan bahwa kafeina dengan dosis tersebut menyebabkan hiperurisemia.
Pada hari ke-7 dilakukan pemberian perlakuan berdasarkan kelompoknya
masing-masing setiap hari dan kafeina tetap diberikan juga pada semua kelompok
kecuali kelompok normal. Pengukuran kadar asam urat darah selanjutnya pada
hari ke-9, ke-12 dan ke-15 (Azizahwati et al, 2005) (Lampiran 7).
36
4.4.9 Cara Pengambilan Darah
Darah diambil melalui ekor dengan metode memotong ekor dengan
gunting. Darah yang keluar pada ekor tikus yang telah digunting diteteskan pada
tes strip asam urat dan menunggu selama dua puluh detik maka kadar asam urat
darah telah terukur. Untuk menghentikan darah ekor tikus yang telah digunting
diberi alkohol 70 % dan sedikit ditekan.
4.4.10 Pengukuran Kadar Asam Urat Darah
Pengukuran kadar asam urat dalam darah dilakukan dengan menggunakan
alat tes strip asam urat.
4.4.11 Uji Statistik Terhadap Kadar Asam Urat Darah
Data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan SPSS. Dimana
kadar asam urat darah awal untuk kelompok uji diuji homogenitasnya (Levene)
dan uji kenormalannya (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test). Bila kedua uji
ini dipenuhi maka selanjutnya dilakukan uji ANOVA satu arah untuk melihat ada
atau tidaknya perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dan bila terdapat
perbedaan bermakna, maka untuk mengetahui perbedaan antar kelompok
perlakuan dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan metode LSD. Tetapi
bila ada salah satu atau kedua uji tersebut tidak dipenuhi maka analisis dilakukan
dengan uji Kruskall Wallis (Santoso, 2008; Dahlan, 2004; Sudjana, 1992).
37
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian
Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman
ini adalah jenis tanaman tapak liman (Elephantopus scaber L) suku Asteraceae
(Lampiran 1).
5.2.1 Ekstraksi
Ditimbang 500 g serbuk herba tapak liman (Elephantopus scaber L)
dimaserasi dengan etanol 70%, kemudian dikentalkan dengan vacuum rotary
evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental 92,6 g dan rendemen yang didapat
18.52 % (Lampiran 8).
5.3.1 Penapisan Fitokimia
Berdasarkan hasil pemeriksaan penapisan fitokimia herba tapak liman
(Elephantopus scaber L) terdapat golongan senyawa flavonoid, saponin,
strerois/triterpenoid, tannin dan minyak atsiri (Tabel 2).
38
Tabel 2. Hasil pemeriksaan penapisan fitokimia serbuk herba tapak liman
Golongan senyawa Hasil penapisan
a. Alkaloid
b. Flavonoid
c. Saponin
d. Steroid/triterpenoid
e. Tannin
f. Kuinon
g. Minyak Atsiri
h. Kumarin
-
+
+
+
+
-
+
-
Keterangan : (+) Memberikan reaksi positif, (-) Memberikan reaksi negatif
5.4.1 Hasil pengukuran kadar asam urat darah
Hasil pengukuran rata-rata kadar asam urat darah hewan uji selama
percobaan (Gambar 6 dan Tabel 3) dan untuk data hasil pengukuran kadar asam
urat darah hewan uji selengkapnya selama percobaan (Tabel 5).
Gambar 6. Kurva kadar asam urat darah rata-rata hewan uji
selama percobaan
39
Tabel 3. Hasil pengukuran rata-rata kadar asam urat darah hewan uji selama
percobaan (mg/dl)
Waktu
(Hari)
Kontrol
Normal
Kontrol
Negatif
Kontrol
Pembanding
Ekstrak
Dosis
Rendah
Ekstrak
Dosis
Sedang
Ekstrak
Dosis
Tinggi
0 1.65 1.48 1.30 1.60 1.25 1.53
6 1.50 2.90 2.78 2.80 3.00 2.80
9 1.43 3.33 2.45 2.48 2.33 2.58
12 1.50 3.55 1.78 2.30 2.23 1.95
15 1.43 3.85 1.15 1.75 1.70 1.65
5.5.1 Uji statistik kadar asam urat darah
Kadar asam urat darah sebelum dan sesudah percobaan seluruh kelompok
hewan uji dilakukan uji normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) dan
uji homogenitas (Levene) menunjukkan kadar asam urat darah sebelum dan
sesudah percobaan terdistribusi normal (p ≥ 0.05) dan pada uji homogenitas
menunjukkan bervariasi homogen (p ≥ 0.05) sehingga dapat dilanjutkan dengan
uji ANOVA satu arah (Lampiran 11 dan 12). Pada Uji ANOVA satu arah bila (p ≤
0.05) maka harus dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan metode LSD
(Lampiran 13).
5.2 Pembahasan
Dalam penelitian ini menggunakan ekstrak herba tapak liman (Elephantopus
scaber L) dengan ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% yang kemudian
dilakukan penapisan fitokimia dan diuji efek penurunan asam uratnya, apakah
berpengaruh terhadap penurunan kadar asam urat darah tikus yang diinduksi
dengan kafeina 27 mg/200 g BB tikus.
40
Penelitian ini menggunakan tikus sebagai hewan uji karena mudah didapat,
murah dan telah ada penelitian sebelumnya yang berhasil. Tikus putih jantan pada
usia 3-4 bulan adalah tkus dewasa muda yang mempunyai keadaan fisiologik yang
optimum. Sebelum digunakan, tikus diaklimatisasi selama 2 minggu, agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannnya selama penelitian berlangsung.
Tikus yang dipilih untuk penelitian adalah tikus putih jantan bergalur Sprague-
Dawley yang sehat dengan ciri-ciri adalah bulu bersih, mata merah jernih bersinar,
tingkah laku normal dan berat badan bertambah setelah diaklimatisasi menjadi
180-250 g. Selama pemeliharaan semua tikus ditimbang, diberi makan dan minum
dengan takaran yang sama untuk setiap ekor.
Sebelum diberi perlakuan, tikus dilakukan pengukuran kadar asam urat darah
awal. Penelitian ini menggunakan metode induksi kafeina yang merupakan uji
praklinik yang lebih mendekati keadaan penderita asam urat yang sebenarnya.
Pada metode ini, kafeina yang merupakan golongan xantin akan dimetabolisme
oleh enzim xantin oksidase menjadi asam urat sehingga asam urat pada hewan uji
meningkat kadarnya. Ekstrak kental herba tapak liman (Elephantopus scaber L)
diuji kemampuannya untuk menghambat pembentukan enzim xantin oksidase dari
hewan uji tersebut.
Pada penelitian ini digunakan 3 kelompok kontrol yaitu kontrol normal,
kontrol negatif dan kontrol pembanding. Kelompok kontrol normal diperlukan
untuk mengetahui kadar normal asam urat darah selama percobaan. Kontrol
negatif yang diinduksi dengan kafeina diperlukan untuk mengetahui peningkatan
kadar asam urat darah dari keadaan normal selama percobaan. Sedangkan kontrol
pembanding dalam penelitian ini adalah alopurinol, diperlukan untuk melihat
41
pengaruh obat penurun kadar asam urat darah oral yang telah terbukti khasiatnya
untuk menurunkan kadar asam urat darah.
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa ekstrak herba tapak
liman dengan dosis 175 mg/200 g BB, 350 mg/200 g BB, dan 750 mg/200 g BB.
Dosis ini setara dengan 0.5; 1; dan 2 kali dosis manusia dan telah dikonversikan
ke dosis tikus. Sedangkan dosis kontrol pembanding yang digunakan adalah 36
mg/200 g BB. Dosis ini didapatkan berdasarkan dosis efektif oral pada manusia
yang dikonversikan ke dosis tikus. Pemberian bahan uji dilakukan satu kali sehari
peroral dengan menggunakan sonde lambung.
Pada hari pertama percobaan, sebelum diinduksi dengan kafeina, kadar asam
urat darah tikus seluruh kelompok menunjukkan hasil yang normal. Kemudian
hewan uji yang telah diinduksi kafeina diperiksa kadar asam urat darahnya pada
hari ke-6 untuk mengetahui kadar hiperurisemia awal. Pada hari ke-7 dilakukan
pemberian perlakuan berdasarkan kelompoknya masing-masing setiap hari dan
kefeina tetap diberikan juga pada semua kelompok kecuali kelompok normal.
Pengukuran kadar asam urat darah selanjutnya pada hari ke-9, ke-12 dan ke-15.
Hasil presentase penurunan asam urat pada hari ke-15 hewan uji yang
diberikan sediaan uji ekstrak kental herba tapak liman adalah dosis rendah 175
mg/ 200 g BB sebesar 37.5 %; 350 mg/ 200 g BB sebesar 43 %; 750 mg/ 200 g
BB sebesar 41 % (Tabel 4).
42
Tabel 4. Hasil persentase penurunan kadar asam urat darah rata-rata
kelompok ekstrak uji, dan kontrol pembanding
Kelompok Perlakuan % Penurunan
9 hari* 12 hari* 15 hari*
Kontrol Pembanding 11.87% 35.97% 58.63%
Ekstrak Dosis Rendah 11.43% 17.86% 37.50%
Ekstrak Dosis Sedang 22.33% 25.67% 43%
Ekstrak Dosis Tinggi 7.86% 30.36% 41%
Keterangan :
* Hari setelah perlakuan
Berdasarkan pada uji normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
menunjukkan kadar asam urat darah sebelum dan sesudah percobaan terdistribusi
normal (p≥0,05) dan pada uji homogenitas (Levene) menunjukkan bervariasi
homogen (p≥0,05) sehingga dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA. Pada Uji
ANOVA satu arah bila (p≤0,05) maka harus dilakukan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) dengan metode LSD (Lampiran 11 dan 12).
Uji ANOVA satu arah dan BNT pada hari ke-6 terhadap kadar asam urat
darah seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol negatif dan kontrol
pembanding menunjukkan berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05) dengan kelompok
kontrol normal karena seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol negatif dan
kontrol pembanding telah mengalami hiperurisemia. Uji ANOVA satu arah dan
BNT pada hari ke-9 terhadap kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji
ekstrak, kontrol negatif dan kontrol pembanding menunjukkan masih berbeda
secara bermakna (p ≤ 0.05) dengan kelompok kontrol normal. Uji ANOVA satu
arah dan BNT pada hari ke-12 terhadap kadar asam urat darah kelompok hewan
uji ekstrak dosis tinggi, dan kontrol pembanding menunjukkan tidak berbeda
secara bermakna (p ≥ 0.05) dengan kontrol normal. Uji ANOVA satu arah dan
43
BNT pada hari ke-15 terhadap kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji
ekstrak dan kontrol pembanding menunjukkan tidak berbeda secara bermakna (p
≥ 0.05) dengan kontrol normal (Lampiran 13).
Penurunan kadar asam urat darah kelompok yang diberi alopurinol disebabkan
oleh kerjanya yang menghambat pembentukan enzim xantin oksidase dari hewan
uji tersebut namun penurunan kadar asam urat darah kelompok yang diberi
sediaan uji ekstrak kental etanol 70 % herba tapak liman (Elephantopus scaber L)
belum diketahui mekanisme kerjanya.
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian uji efek penurunan kadar asam urat darah ekstrak etanol
70% herba tapak liman (Elephantopus scaber L) pada tikus putih jantan yang
diinduksi dengan kafeina, diperoleh kesimpulan bahwa dosis sedang (350 mg/200
g BB) sediaan uji ekstrak kental herba tapak liman (Elephantopus scaber L)
memberikan penurunan kadar asam urat darah yang paling efektif (p ≤ 0.05). Hal
ini ditunjukkan dengan dosis 350 mg/200 g BB yang menurunkan kadar asam urat
darah hari ke 15 sebesar 43 %.
6.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek penurunan kadar asam urat
darah dari ekstrak etanol herba tapak liman (Elephantopus scaber L) dan
kandungan senyawa aktif yang bertanggung jawab terhadap efek penurunan kadar
asam urat darah tersebut. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian tentang
toksisitas herba tapak liman (Elephantopus scaber L) pada hewan uji untuk
mengevaluasi batas keamanannya jika digunakan dalam jangka panjang.
45
DAFTAR PUSTAKA
Azizahwati, W., Sumali, Prihandini, K. 2005. Efek Penurunan Kadar Asam Urat
Dalam Darah Tikus Putih Jantan Dari Rebusan Akar Tanaman Akar Kucing
(Acalypha Indica L). Departemen Farmasi FMIPA-UI. Depok:
Bandolier team. 2005. Epidemiology of gout. Bandolier.
Betram D., Katzung, MD. Ph.D.,2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, alih bahasa
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dari judul
aslinya Basic & Clinical Pharmacology, 8th
Ed. Penerbit Salemba Media.
Jakarta:
Broadhurst, C. L., 1999. Ease Gout Pain. Nutrition Science News.
Dahlan, Sopiyuddin. 2004. Seri Statistik : Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan
Uji Hipotesis Dengan Menggunakan SPSS Program 12 Jam. PT Arkanas.
Jakarta: 89-101.
Departemen Kesehatan RI. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Ditjen POM.
Jakarta: 276-277.
Departemen Kesehatan RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Dirjen POM.
Jakarta: 52-56.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Dirjen POM. Jakarta: 1-12.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pharmacetical Care Untuk Pasien Penyakit
Arthritis Rematik. Direktorat Jendral Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
Jakarta: 48-52.
Department of Health and Human Services Food and Drug Administration. 2005.
Guidance for Industry Estimating the Maximum Safe Starting Dose in Initial
Clinical Trial for Therapeutics in Adult Healthy Volunteers. Center for Drug
Evaluation and Research. 16.
Farnswoth, NR. 1986. Biological and Phytochemical Screening of Plants. journal
pharmaceutical science. 255 – 265.
Ganiswarna, Sulistia, G. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Fakultas Kedokteran
UI. Jakarta: 220-222; 226-233.
46
Garreth, RH., Grishan, CM. 1995. Biochemistry. Saunders College Publishing.
Florida: 871-885.
Gunawan Didik. Apt.SU dan Mulyani Sri, Apt. SU. 2004. Ilmu Obat Alam
(Farmakognosi) Jilid 1. 9.
Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis
Tumbuhan. Terjemahan: Kosasih P, Soediro Iwang, ITB. Bandung: 6-17.
Herlina, Tati. 2005. Senyawa Bioaktif Dari Erythrina Variegata. FMIPA Padjajaran.
Bandung:
Kasper, D., Braunwald, E., Fauci, A., Hauser, S., Longo, D., Jameson, L. 2004.
Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Edition. In Wortmann, R.
disorder of purine and pyrimidine metabolism. McGraw-Hill Professional. New
York:
Krisnatuti, D, et al. 1997. Perencanaan Mutu Untuk Penderita Asam Urat. Penebar
Swadaya. Jakarta: 1-14.
Malole, M.B.M, C.S.N, Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-hewan di Labotorium.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Bioteknologi.
Bogor: 104-107.
Murray, R., Granner, D., Mayes, P., Rodwell, V. 2003. Harper’s Illustrated
Biochemistry, Twenty-Sixth Edition. In Rodwell, V. metabolism of purine &
pyrimidine nucleotides. McGraw-Hill Companies. New York: 293-302.
N. La Du Bart, Mandel HG, Way El. Fundamentals of Drugs Metabolism and Drug
Disposition. Robert Krieger Publishing Company. Huntington, Newyork; 1979
: 189
Paget GE, Barnes JM. Evaluation of drug activities, Pharmacometric Vol.1,
Academic Press, London, 1964.
Redaksi VitaHealth. 2008. Asam Urat. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 12.
Rodwell, V.W., Murray, R.K., Ganner, D.K,, Mayes, P.A. 1998. Biokimia Harper
edisi 24. Penerbit Buku Kedokteran EGC Terjemahan Hartono. Jakarta: 378-
393.
Santoso, Singgih. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS. PT Elek Komputindo.
Jakarta: 164-180.
47
Sharp, P.E., LaRegina, M.C., Suckw, M.A. 1998. The Laboratory Rat. CRC Press.
USA:
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Tarsito. Bandung: 299, 219-307.
Tjay, Tan Hoan, Raharja, Kirana. 2002. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-efek Sampingnya. Edisi ke5. PT. Alex Media Komputindo. Jakarta:
318-323.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi. Alih Bahasa Drs. Soendani
Noerono Soewandhi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta: 577-578.
Wade A, et al. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia Twenty-eight Edition.
The Pharmaceutical Press. London: 340.
Wade A, Waller P.J. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients Second Edition.
The Pharmaceutical Press. London: 78.
Weatheral D.J., Ledingham J.G.G., Warrell D.A. 1987. Oxford Text Book of
Medicine, 2nd Ed, Vol I. Oxford University Press. 9.123-9.135.
Yuniarti, Titin. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Jakarta: 391-393.
Yuno, S. 2003. Uji Efek Campuran Ekstrak Herba Seledri (Apium graveolens L) dan
Jahe Merah (Zingeber officinale Rosc) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat
pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Kalium Oksonat. Departemen Farmasi
FMIPA-UI. Depok:
48
Lampiran 1. Hasil determinasi tanaman tapak liman (Elephantopus scaber L)
49
Lampiran 2. Surat keterangan galur hewan uji
50
Lampiran 3. Bahan dan hewan uji
Gambar 7. Tanaman tapak liman (Elephantopus scaber L)
Gambar 8. Tikus putih jantan galur Sprague-Dawley
Gambar 9. Pemberian sediaan secara oral
51
Lampiran 4. Alat- alat yang digunakan dalam penelitian
Gambar 10. Vacuum rotary evaporator Gambar 11. Timbangan analitik
Gambar 12. Timbangan tikus Gambar 13. Timbangan
Gambar 14. Alat dan tes strip asam urat (Easytouch)
52
Lampiran 5. Skema proses ekstraksi
Diuapkan dengan vacuum
rotary evaporator
Serbuk simplisia kering herba
tapak liman (Elephantopus
scaber L)
Ekstraksi
( maserasi berulang-ulang
dengan pelarut etanol 70 % )
Ekstrak etanol 70 % cair
Ekstrak etanol 70 % kental
Uji
penapisan
fitokimia
Ampas
Dibuang
53
Lampiran 6. Skema uji efek penurunan kadar asam urat darah
Keterangan : *Pengukuran kadar asam urat darah
Larutan
Na CMC
1%
Induksi
Kafeina
Induksi
Kafeina
Induksi
Kafeina
Induksi
Kafeina
Induksi
Kafeina
Hari ke-6*
Pengukuran kadar asam urat darah hiperurisemia awal
Persiapan tikus
Kontrol
Normal
Kontrol Negatif
Kelompok
uji III
Kelompok uji II
Kelompok uji I
Kontrol Pembanding
Larutan
Na CMC
0.5 %
Larutan
Na CMC
0.5 % +
Kefeina
Uji dengan
Alopurinol
+ Kafeina
Uji Dosis
Rendah +
Kafeina
Uji Dosis
Sedang +
Kafeina
Uji Dosis
Tinggi +
Kafeina
Hari ke-9*
Hari ke-12*
Hari ke-15*
54
Lampiran 7. Perhitungan rendemen dan dosis ekstrak kental herba tapak liman
(Elephantopus scaber L)
A. Perhitungan rendemen
Berat serbuk simplisia yang diekstraksi = 500 g
Berat ekstrak kental yang didapat = 92.6 g
Rendemen = Berat ekstrak kental yang didapat
Berat serbuk simplisia yang diekstraksi
= 92.6 g
500 g
= 18.52 %
B. Perhitungan dosis herba tapak liman
Dosis untuk manusia 10-20 g serbuk kering, dosis yang saya pakai 11 g
Jadi, dosis pada manusia = % kadar ekstrak kental x dosis herba tapak liman
yang digunakan manusia
= 18.52 % X 11 g
= 2.0372 g
Dosis untuk tikus = dosis pada manusia x faktor konversi x faktor
farmakokinetika
= 2. 0372 g x 0.018 x 10
= 0.37 g/200 g BB
Keterangan: Faktor konversi dari manusia ke tikus = 0.018 (Paget & Barnes,
1964) dan faktor farmakokinetika yang digunakan = 10 (Mandel et al,1979).
Penetapan Pembagian Dosis Uji
1. Dosis rendah = Dosis 0.5 kali yaitu 0.5 x 0.35 g/200 g BB = 175 mg/200 g BB
2. Dosis sedang = Dosis 1 kali yaitu 1 x 350 mg/200 g BB = 350 mg/200 g BB
3. Dosis tinggi = Dosis 2 kali yaitu 2 x 350 mg/200 g BB = 700 mg/200 g BB
X 100 %
X 100 %
55
Lampiran 8. Pembuatan sediaan uji
A. Pembuatan suspensi ekstrak etanol herba tapak liman (Elephantopus
scaber L)
1. Dosis rendah (175 mg/200 g BB/hari)
Untuk satu ekor tikus dengan berat badan 200 g dan konsentrasi ekstrak
350 mg/ml,
VAO = Dosis x Berat badan = 175 mg x 200 g = 0,5 ml
Konsentrasi 200 g x 350 mg/ml
2. Dosis sedang (350 mg/200 g BB/hari)
Untuk satu ekor tikus dengan berat badan 200 g dan konsentrasi ekstrak
350 mg/ml,
VAO = Dosis x Berat badan = 350 mg x 200 g = 1 ml
Konsentrasi 200 g x 350 mg/ml
3. Dosis tinggi (700 mg/200 g BB/hari)
Untuk satu ekor tikus dengan berat badan 200 g dan konsentrasi ekstrak
350 mg/ml,
VAO = Dosis x Berat badan = 700 mg x 200 g = 2 ml
Konsentrasi 200 g x 350 mg/ml
B. Pembuatan suspensi kafeina (27 mg/200 g BB)
Untuk satu ekor tikus dengan berat badan 200 g dan konsentrasi 30 mg/ml,
VAO = Dosis x Berat badan = 27 mg x 200 g = 0.9 ml
Konsentrasi 200 g x 30 mg/ml
C. Pembuatan suspensi alopurinol (36 mg/200 g BB)
Untuk satu ekor tikus dengan berat badan 200 g dan konsentrasi 30 mg/ml,
VAO = Dosis x Berat badan = 36 mg x 200 g = 0.9 ml
Konsentrasi 200 g x 40 mg/ml
56
Lampiran 9. Hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan uji selama
percobaan
Tabel 5. Hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan uji selengkapnya selama
percobaan (mg/dl)
Waktu
(Hari)
Kontrol
Normal
Kontrol
Negatif
Kontrol
Pembanding
Ekstrak
Dosis
Rendah
Ekstrak
Dosis
Sedang
Ekstrak
Dosis
Tinggi
0
1.7 1.7 1.0 1.3 1.2 1.7
1.3 1.5 1.4 1.5 1.5 2.1
2.1 1.2 1.3 2.1 1.3 1.0
1.5 1.5 1.5 1.5 1.0 1.3
Rata-
rata 1.65 1.48 1.30 1.60 1.25 1.53
6
1.2 2.9 2.6 2.9 3.2 3.0
1.2 3.1 3.3 3.1 2.8 2.8
1.7 3.0 2.7 2.5 2.9 2.5
1.5 2.6 2.5 2.7 3.1 2.9
Rata-
rata 1.50 2.90 2.78 2.80 3.00 2.80
9
1.7 3.3 2.1 1.8 2.0 2.7
1.5 3.5 2.9 3.0 2.1 3.1
1.3 3.1 2.5 2.2 3.1 2.5
1.2 3.4 2.3 2.9 2.1 2.0
Rata-
rata 1.43 3.33 2.45 2.48 2.33 2.58
12
1.5 3.7 1.5 1.5 2.7 2.1
2.1 3.3 2.1 2.5 2.1 2.7
1.1 3.7 1.5 3.1 2.1 1.5
1.3 3.5 2.0 2.1 2.0 1.2
Rata-
rata 1.50 3.55 1.78 2.30 2.23 1.95
15
1.3 3.9 1.1 1.5 2.0 1.8
1.7 3.7 1.2 1.8 1.5 2.1
1.5 4.1 1.0 1.9 1.6 1.5
1.2 3.7 1.3 1.8 1.7 1.2
Rata-
rata 1.43 3.85 1.15 1.75 1.70 1.65
57
Lampiran 10. Uji normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) terhadap
kadar asam urat darah kelompok hewan uji
Tujuan : Untuk melihat data kadar asam urat darah tikus terdistribusi normal
atau tidak
Hipotesis :
Ho : Data kadar asam urat darah tikus terdistribusi normal
Ha : Data kadar asam urat darah tikus tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Hari
Ke-0
Hari
Ke-6
Hari
Ke-9
Hari
Ke-12
Hari
Ke-15
N 24 24 24 24 24
Normal
Parametersa,,b
Mean 1.467 2.613 2.429 2.217 1.921
Std.
Deviation
.3171 .6024 .6721 .7772 .9288
Most Extreme
Differences
Absolute .208 .259 .133 .226 .260
Positive .208 .127 .105 .226 .260
Negative -.102 -.259 -.133 -.095 -.161
Kolmogorov-Smirnov Z 1.020 1.270 .653 1.109 1.274
Asymp. Sig. (2-tailed) .249 .079 .788 .171 .078
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Keputusan : Kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji terdistribusi
normal (p ≥ 0.05).
58
Lampiran 11. Uji homogenitas (Lavene) terhadap kadar asam urat darah
kelompok hewan uji
Tujuan : Untuk melihat data kadar asam urat darah tikus homogen atau tidak
Hipotesis :
Ho : Data kadar asam urat darah tikus bervariasi homogen
Ha : Data kadar asam urat darah tikus tidak bervariasi homogen
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Hari Ke-0 1.281 5 18 .315
Hari Ke-6 .518 5 18 .760
Hari Ke-9 1.937 5 18 .138
Hari Ke-12 1.486 5 18 .243
Hari Ke-15 1.591 5 18 .213
Keputusan : Kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji bervarisasi
homogen (p ≥ 0.05).
59
Lampiran 12. Uji ANOVA satu arah dan Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan
LSD terhadap kadar asam urat darah kelompok hewan uji
Tujuan : Untuk melihat data kadar asam urat darah tikus terdapat perbedaan
secara bermakna atau tidak antar kelompok
Hipotesis :
Ho : Data kadar asam urat darah tikus tidak terdapat perbedaan secara
bermakna
Ha : Data kadar asam urat darah tikus terdapat perbedaan secara bermakna
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak dan dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT)
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Hari Ke-0 Between Groups .518 5 .104 1.040 .425
Within Groups 1.795 18 .100
Total 2.313 23
Hari Ke-6 Between Groups 7.199 5 1.440 22.584 .000
Within Groups 1.148 18 .064
Total 8.346 23
Hari Ke-9 Between Groups 7.382 5 1.476 8.836 .000
Within Groups 3.008 18 .167
Total 10.390 23
Hari Ke-12 Between Groups 10.258 5 2.052 10.160 .000
Within Groups 3.635 18 .202
Total 13.893 23
Hari Ke-15 Between Groups 18.852 5 3.770 68.727 .000
Within Groups .988 18 .055
Total 19.840 23
Keputusan : Kadar asam urat darah awal seluruh kelompok hewan uji sebelum
perlakuan (hari ke-0) tidak berbeda secara bermakna (p ≥ 0.05) sedangkan kadar
asam urat darah seluruh kelompok hewan uji pada hari ke-6 (hiperurisemia awal),
ke-9, ke-12 dan ke-15 berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05) sehingga harus
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan LSD.
60
Lampiran 12. (Lanjutan)
Uji BNT Hari ke-6
Multiple Comparisons
Hari Ke-6
LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Normal Kontrol Negatif -1.5000* .1785 .000 -1.875 -1.125
Kontrol Pembanding -1.3750* .1785 .000 -1.750 -1.000
Dosis Rendah -1.4000* .1785 .000 -1.775 -1.025
Dosis Sedang -1.6000* .1785 .000 -1.975 -1.225
Dosis Tinggi -1.4000* .1785 .000 -1.775 -1.025
Kontrol Negatif Kontrol Normal 1.5000* .1785 .000 1.125 1.875
Kontrol Pembanding .1250 .1785 .493 -.250 .500
Dosis Rendah .1000 .1785 .582 -.275 .475
Dosis Sedang -.1000 .1785 .582 -.475 .275
Dosis Tinggi .1000 .1785 .582 -.275 .475
Kontrol Pembanding Kontrol Normal 1.3750* .1785 .000 1.000 1.750
Kontrol Negatif -.1250 .1785 .493 -.500 .250
Dosis Rendah -.0250 .1785 .890 -.400 .350
Dosis Sedang -.2250 .1785 .224 -.600 .150
Dosis Tinggi -.0250 .1785 .890 -.400 .350
Dosis Rendah Kontrol Normal 1.4000* .1785 .000 1.025 1.775
Kontrol Negatif -.1000 .1785 .582 -.475 .275
Kontrol Pembanding .0250 .1785 .890 -.350 .400
Dosis Sedang -.2000 .1785 .277 -.575 .175
Dosis Tinggi .0000 .1785 1.000 -.375 .375
Dosis Sedang Kontrol Normal 1.6000* .1785 .000 1.225 1.975
Kontrol Negatif .1000 .1785 .582 -.275 .475
Kontrol Pembanding .2250 .1785 .224 -.150 .600
Dosis Rendah .2000 .1785 .277 -.175 .575
Dosis Tinggi .2000 .1785 .277 -.175 .575
Dosis Tinggi Kontrol Normal 1.4000* .1785 .000 1.025 1.775
Kontrol Negatif -.1000 .1785 .582 -.475 .275
Kontrol Pembanding .0250 .1785 .890 -.350 .400
Dosis Rendah .0000 .1785 1.000 -.375 .375
Dosis Sedang -.2000 .1785 .277 -.575 .175
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keputusan : Kadar asam urat darah hewan uji setelah diinduksi kafeina 6 hari
menunjukkan kadar asam urat darah berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05) dan
setelah dilakukan uji BNT hasilnya menunjukan kadar asam urat darah semua
kelompok hewan uji berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05) dengan kelompok
normal karena telah mengalami hiperurisemia
61
Lampiran 12. (Lanjutan)
Uji BNT Hari ke-9
Multiple Comparisons
Hari Ke-9
LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Normal Kontrol Negatif -1.9000* .2890 .000 -2.507 -1.293
Kontrol Pembanding -1.0250* .2890 .002 -1.632 -.418
Dosis Rendah -1.0500* .2890 .002 -1.657 -.443
Dosis Sedang -.9000* .2890 .006 -1.507 -.293
Dosis Tinggi -1.1500* .2890 .001 -1.757 -.543
Kontrol Negatif Kontrol Normal 1.9000* .2890 .000 1.293 2.507
Kontrol Pembanding .8750* .2890 .007 .268 1.482
Dosis Rendah .8500* .2890 .009 .243 1.457
Dosis Sedang 1.0000* .2890 .003 .393 1.607
Dosis Tinggi .7500* .2890 .018 .143 1.357
Kontrol Pembanding Kontrol Normal 1.0250* .2890 .002 .418 1.632
Kontrol Negatif -.8750* .2890 .007 -1.482 -.268
Dosis Rendah -.0250 .2890 .932 -.632 .582
Dosis Sedang .1250 .2890 .671 -.482 .732
Dosis Tinggi -.1250 .2890 .671 -.732 .482
Dosis Rendah Kontrol Normal 1.0500* .2890 .002 .443 1.657
Kontrol Negatif -.8500* .2890 .009 -1.457 -.243
Kontrol Pembanding .0250 .2890 .932 -.582 .632
Dosis Sedang .1500 .2890 .610 -.457 .757
Dosis Tinggi -.1000 .2890 .733 -.707 .507
Dosis Sedang Kontrol Normal .9000* .2890 .006 .293 1.507
Kontrol Negatif -1.0000* .2890 .003 -1.607 -.393
Kontrol Pembanding -.1250 .2890 .671 -.732 .482
Dosis Rendah -.1500 .2890 .610 -.757 .457
Dosis Tinggi -.2500 .2890 .398 -.857 .357
Dosis Tinggi Kontrol Normal 1.1500* .2890 .001 .543 1.757
Kontrol Negatif -.7500* .2890 .018 -1.357 -.143
Kontrol Pembanding .1250 .2890 .671 -.482 .732
Dosis Rendah .1000 .2890 .733 -.507 .707
Dosis Sedang .2500 .2890 .398 -.357 .857
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keputusan : Kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol
negatif dan kontrol pembanding menunjukkan berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05)
dengan kelompok kontrol normal; seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol
normal dan kontrol pembanding menunjukkan berbeda secara bermakna (p ≤
0.05) juga dengan kelompok kontrol negatif; seluruh kelompok hewan uji ekstrak
menunjukkan tidak berbeda secara bermakna (p ≥ 0.05) dengan kontrol
pembanding sehingga kesimpulannya walaupun seluruh kelompok hewan uji
ekstrak, dan kontrol pembanding kadar asam urat darahnya belum normal tetapi
telah menunjukan penurunan bila dibandingkan dengan kontrol negatif dan kerja
semua ekstrak uji sebanding dengan pembanding
62
Lampiran 12. (Lanjutan)
Uji BNT Hari ke-12
Multiple Comparisons
Hari Ke-12
LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Normal Kontrol Negatif -2.0500* .3178 .000 -2.718 -1.382
Kontrol Pembanding -.2750 .3178 .398 -.943 .393
Dosis Rendah -.8000* .3178 .022 -1.468 -.132
Dosis Sedang -.7250* .3178 .035 -1.393 -.057
Dosis Tinggi -.4500 .3178 .174 -1.118 .218
Kontrol Negatif Kontrol Normal 2.0500* .3178 .000 1.382 2.718
Kontrol Pembanding 1.7750* .3178 .000 1.107 2.443
Dosis Rendah 1.2500* .3178 .001 .582 1.918
Dosis Sedang 1.3250* .3178 .001 .657 1.993
Dosis Tinggi 1.6000* .3178 .000 .932 2.268
Kontrol Pembanding Kontrol Normal .2750 .3178 .398 -.393 .943
Kontrol Negatif -1.7750* .3178 .000 -2.443 -1.107
Dosis Rendah -.5250 .3178 .116 -1.193 .143
Dosis Sedang -.4500 .3178 .174 -1.118 .218
Dosis Tinggi -.1750 .3178 .589 -.843 .493
Dosis Rendah Kontrol Normal .8000* .3178 .022 .132 1.468
Kontrol Negatif -1.2500* .3178 .001 -1.918 -.582
Kontrol Pembanding .5250 .3178 .116 -.143 1.193
Dosis Sedang .0750 .3178 .816 -.593 .743
Dosis Tinggi .3500 .3178 .285 -.318 1.018
Dosis Sedang Kontrol Normal .7250* .3178 .035 .057 1.393
Kontrol Negatif -1.3250* .3178 .001 -1.993 -.657
Kontrol Pembanding .4500 .3178 .174 -.218 1.118
Dosis Rendah -.0750 .3178 .816 -.743 .593
Dosis Tinggi .2750 .3178 .398 -.393 .943
Dosis Tinggi Kontrol Normal .4500 .3178 .174 -.218 1.118
Kontrol Negatif -1.6000* .3178 .000 -2.268 -.932
Kontrol Pembanding .1750 .3178 .589 -.493 .843
Dosis Rendah -.3500 .3178 .285 -1.018 .318
Dosis Sedang -.2750 .3178 .398 -.943 .393
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keputusan : Kadar asam urat darah kelompok hewan uji ekstrak dosis tinggi, dan
kontrol pembanding menunjukkan tidak berbeda secara bermakna (p ≥ 0.05)
dengan kontrol normal; seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol normal dan
kontrol pembanding menunjukkan berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05) dengan
kelompok kontrol negatif; seluruh kelompok hewan uji ekstrak menunjukkan
tidak berbeda secara bermakna (p ≥ 0.05) dengan kontrol pembanding sehingga
kesimpulannya kelompok hewan uji ekstrak dosis tinggi dan kontrol pembanding
kadar asam urat darahnya sudah normal walaupun ekstrak dosis rendah dan
sedang masih berbeda tetapi semua kelompok uji telah menunjukan penurunan
bila dibandingkan dengan kontrol negatif dan kerja semua ekstrak uji sebanding
dengan pembanding
63
Lampiran 12. (Lanjutan)
Uji BNT Hari ke-15
Multiple Comparisons
Hari Ke-15
LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Normal Kontrol Negatif -2.4250* .1656 .000 -2.773 -2.077
Kontrol Pembanding .2750 .1656 .114 -.073 .623
Dosis Rendah -.3250 .1656 .065 -.673 .023
Dosis Sedang -.2750 .1656 .114 -.623 .073
Dosis Tinggi -.2250 .1656 .191 -.573 .123
Kontrol Negatif Kontrol Normal 2.4250* .1656 .000 2.077 2.773
Kontrol Pembanding 2.7000* .1656 .000 2.352 3.048
Dosis Rendah 2.1000* .1656 .000 1.752 2.448
Dosis Sedang 2.1500* .1656 .000 1.802 2.498
Dosis Tinggi 2.2000* .1656 .000 1.852 2.548
Kontrol Pembanding Kontrol Normal -.2750 .1656 .114 -.623 .073
Kontrol Negatif -2.7000* .1656 .000 -3.048 -2.352
Dosis Rendah -.6000* .1656 .002 -.948 -.252
Dosis Sedang -.5500* .1656 .004 -.898 -.202
Dosis Tinggi -.5000* .1656 .007 -.848 -.152
Dosis Rendah Kontrol Normal .3250 .1656 .065 -.023 .673
Kontrol Negatif -2.1000* .1656 .000 -2.448 -1.752
Kontrol Pembanding .6000* .1656 .002 .252 .948
Dosis Sedang .0500 .1656 .766 -.298 .398
Dosis Tinggi .1000 .1656 .554 -.248 .448
Dosis Sedang Kontrol Normal .2750 .1656 .114 -.073 .623
Kontrol Negatif -2.1500* .1656 .000 -2.498 -1.802
Kontrol Pembanding .5500* .1656 .004 .202 .898
Dosis Rendah -.0500 .1656 .766 -.398 .298
Dosis Tinggi .0500 .1656 .766 -.298 .398
Dosis Tinggi Kontrol Normal .2250 .1656 .191 -.123 .573
Kontrol Negatif -2.2000* .1656 .000 -2.548 -1.852
Kontrol Pembanding .5000* .1656 .007 .152 .848
Dosis Rendah -.1000 .1656 .554 -.448 .248
Dosis Sedang -.0500 .1656 .766 -.398 .298
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keputusan : kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji ekstrak dan
kontrol pembanding menunjukkan tidak berbeda secara bermakna (p ≥ 0.05)
dengan kontrol normal; seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol normal dan
kontrol pembanding menunjukkan berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05) dengan
kelompok kontrol negatif; semua kelompok hewan uji ekstrak menunjukkan
berbeda secara bermakna (p ≥ 0.05) dengan kontrol pembanding sehingga
kesimpulannya seluruh kelompok hewan uji ekstrak dan kontrol pembanding
kadar asam urat darahnya sudah normal dan telah menunjukan penurunan bila
dibandingkan dengan kontrol negatif tetapi kerja semua dosis ekstrak uji tidak
sebanding dengan pembanding karena kadar asam urat darah kontrol pembanding
lebih rendah dibawah kontrol normal.