uji analgesik jamu prourat
TRANSCRIPT
MAKALAH PROYEK PENELITIAN
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
UJI EFEK ANALGESIK JAMU PROURAT®
PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS
Disusun oleh :
Windy Octavia Boru Hombing (118114134)
Gregoria Novalia Ambarani (118114144)
Serlika Rostiana (118114148)
Marselina Crescentia Tisera (118114152)
Yolanda Angnes (118114156)
Kelompok : F3
Tanggal : 16 November 2012
LABORATORIUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
INTISARI
Jamu telah dikenal secara turun menurun di kalangan masyarakat.
Pemanfaatan jamu oleh masyarakat diutamakan sebagai upaya menjaga
kesehatan meskipun ada juga yang digunakan untuk mengatasi penyakit.
Meskipun secara teori jamu terbukti cukup aman dikonsumsi manusia mengingat
pemanfaatan yang diterapkan masyarakat, pembuktian ilmiah tetap merupakan
tuntutan terutama jika menyangkut tentang dosis efektif yang dibutuhkan jamu
untuk memunculkan efek yang diinginkan. Oleh karena itu, pada penelitian ini
praktikan ingin mengetahui apakah Jamu Prourat® memiliki efek analgesik serta
bagaimana efek analgesik Jamu Prourat® jika dibandingkan dengan obat
analgesik dari bahan kimia melalui uji efek analgesik Jamu Prourat® pada
mencit jantan galur Swiss.
Melalui uji yang prakikan lakukan, manfaat yang dapat diperoleh adalah
dapat diketahui daya analgesik Jamu Prourat® dalam dosis yang berbeda-beda
sehingga dapat diketahui dosis efektif Jamu Prourat® sebagai obat analgesik.
Melalui uji ini pula, praktikan dapat memberikan informasi mengenai penentuan
dosis yang tepat dan efektif dalam penggunaan Jamu Prourat® oleh pasien dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk mendukung uji efek analgesik Jamu Prourat®, jenis penelitian yang
praktikan lakukan adalah penelitian eksperimental murni acak pola searah yaitu
penelitian dengan menerapkan adanya perbandingan antara kelompok kontrol
positif, kontrol negatif, dan perlakuan dimana pemilihan anggota tiap kelompok
dilakukan secara acak. Dalam penelitian ini pun, nilai variabel tergantung akan
dipengaruhi oleh variabel bebas. Uji efek analgesik Jamu Prourat® pada mencit
jantan galur Swiss praktikan lakukan dengan metode rangsang kimia dimana efek
jamu dilihat dari jumlah geliat mencit.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Obat tradisional atau jamu telah dikenal secara turun menurun dan
digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan.
Pemanfaatan jamu oleh masyarakat diutamakan sebagai upaya menjaga
kesehatan meskipun ada juga yang digunakan sebagai alternatif dalam
mengatasi berbagai macam penyakit. Selain karena harganya yang lebih
murah jika dibandingkan dengan obat-obatan pada umumnya, jamu juga
dipercaya lebih aman untuk dikonsumsi karena bahan alami yang
dikandungnya.
Jamu tak hanya digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi berbagai
macam penyakit, tetapi dapat pula digunakan untuk mengatasi rasa nyeri atau
sebagai obat analgesik. Obat analgesik tanpa resep umumnya efektif untuk
mengatasi nyeri ringan sampai sedang untuk jenis nyeri somatik pada kulit,
otot, lutut, rematik dan pada jaringan lunak lainnya serta pada nyeri haid dan
sakit kepala.
Salah satu jamu yang digunakan sebagai obat analgesik adalah Jamu
Prourat®. Jamu ini mengandung kunyit, rimpang teki, jahe, daun salam, daun
sendok, Bluepleurum falcatum radix, biji kedawung dan lada hitam.
Meskipun secara teori jamu terbukti cukup aman dikonsumsi manusia
mengingat pemanfaatan yang sudah diterapkan masyarakat selama ini,
pembuktian ilmiah tetap merupakan tuntutan. Seperti kebanyakan obat pada
umumnya, pada jamu harus diketahui apakah jamu tersebut benar-benar
memiliki efek yang diinginkan serta berapa dosis efektif yang dibutuhkan
untuk memunculkan efek tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini
praktikan ingin mengetahui apakah Jamu Prourat® benar memiliki efek
analgesik seta bagaimana efek analgesik Jamu Prourat® jika dibandingkan
dengan obat analgesik dari bahan kimia.
I. Permasalahan
1. Apakah Jamu Prourat® memiliki daya analgesik pada hewan uji mencit
jantan galur Swiss?
2. Bagaimana perbandingan daya analgesik Jamu Prourat® terhadap
Parasetamol?
II. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat mengetahui daya analgesik Jamu Prourat® dalam dosis yang
berbeda-beda sehingga dapat diketahui dosis efektif Jamu Prourat®
sebagai obat analgesik.
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan informasi mengenai penentukan dosis yang tepat dan
efektif dalam penggunaan Jamu Prourat® oleh pasien dalam kehidupan
sehari-hari.
B. TUJUAN
1. Mengetahui daya analgesik Jamu Prourat® pada hewan uji mencit jantan
galur Swiss.
2. Mengetahui perbandingan daya analgesik Jamu Prourat® terhadap
Parasetamol.
BAB II
PENELAAH PUSTAKA
A. OBAT TRADISIONAL
Obat bahan alam di Indonesia atau yang lebih dikenal dengan obat
tradisoanla dikelompokkan menjadi 3 golongan yakni jamu, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka.Jamu adalah ramuan dari bahan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman(Wasito, 2011).
Jamu merupakan obat tradisional yang biasanya disediakan secara
tradisional, misalnya dalam bentuk sediaan seduhan, rajangan, pil, dan cairan
yang berisis seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut
serta digunkan secara tradisional (Wasito, 2011).
Di samping keunggulannya, obat bahan alam juga memiliki beberapa
kelemahan yang dapat menjadi kendala dalam pengembangan obat tradisional
antara lain efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku yang belum
terstandar, sifat higroskopis dari bahan alam, volumines, belum dilakukannya
uji klinik, sertasifatnya yang mudah tercemar berbagai mikroorganisme.
Upaya-upaya pengembangan obat tradisional dapat ditempuh dengan berbagai
cara melalui pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk obat
tradisional yang telah teruji khasiat dan keamanannya, serta secara ilmiah
memenuhi indikasi medis, yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka.
Untuk mendapatkan produk fitofarmaka, harus dilakukan beberapa tahap uji
yaitu uji farmakologi, uji toksisitas dan uji kliniksehingga melalui uji yang
dilakukan tersebut, kelemahan dari obat bahan alam dapat diatasi (Gunawan,
2004).
Bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk sediaan padat, cair,
maupun semi padat. Beberapa bentuk sediaan obat tradisional Indonesia yang
banyak beredar di masnyarakat antara lain, berbentuk rajangan, serbuk, pil, dodol
atau jenang, pastiles, kapsul, tablet, cairan obat dalam, cairan obat luar, sari jamu,
salep atau krim, koyo, parem, pilis, dan tapel (Wasito, 2011).
Jamu Prourat® merupakan salah satu obat tradisional yang berkhasiat
untuk meredakan nyeri dan pegal linu pada persediaan serta encok akibat
kelebihan asam urat dalam darah. Dalam setiap bungkus jamu
Prourat®mengandung kunyit 1500 mg, rimpang teki 1500 mg, jahe 1500 mg,
daun salam 1000 mg, daun sendok 1000 mg, Bluepleurum falcatum Radix 300
mg, biji kedawung 100 mg, serta lada hitam 100 mg (Anonim b, 2012)
1. Kunyit
Komposisi utama penyususn kunyit yaitu minyak atsiri, fumerol, karvon,
kurkumin, zat pahit, resin, selulosa, kurkuminoid, asam kafeat,
protochatechuic acid, dan ukanon A, B, C serta D. Rimpang kunyit sangat
bermanfaat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing,
obat asma, penambahan darah, obat sakit perut, diare, usus buntu,
rhematik, bahan campuran kosmetik, bakterisida, fungisida, dan stimulan
otak (Agoes, 2010).
2. Rimpang Teki
Zat berkhasiat dalam rimpang teki adalah minyak atsiri, alkaloida,
glikosida, dan flavonoida. Juga sebagai obat penenang serta mempercepat
pembekuan darah pada luka baru (Kusuma, 2010).
3. Jahe
Jahe mengandung beberapa komponen kimia antara lain minyak atsiri,
oleoresin, amilum, dan air. Jahe berguna untuk pengobatan penyakit
neurologi, radang pembuluh darah, nyeri kepala, penguat jantung, penurun
demam, penghilang nyeri, obat batuk, anti muntah, pelancar empedu, sakit
kuning, obat tukak lambung, obat gigi berlubang, antiagregasi trombosit,
anti kuman TBC, dan anti radang (Agoes, 2010).
4. Daun sendok
Daun sendok mengandung plantagin, aukubin, asam ursolik, beta-
sitosterol, enstrip, hentriakontan, dan plantaglusida yang terdiri atas methil
D-galakturonat, D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-rhamnosa, juga
mengandung tanin, kalium, dan vitamin (B, C, A). Daun sendok dapat
digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit yaitu infeksi saluran
kemih, urine berlemak, urine berdarah, batu ginjal, deman, influenza,
diare, nyeri lambung, mimisan, keputihan, cacingan, nyeri otot, beri-beri,
dan darah tinggi (Agoes, 2010).
5. Daun salam
Daun salam mengandung minyak atsiri, sitrat, eugenol, tannin, dan
flavonoida. Khasiat dari daun salam adalah untuk mengobati diare,
kencing manis, sakit maag, mabuk akibat alkohol, serta tekanan darah
tinggi (Agoes, 2010).
6. Bluepleurum falcatum Radix
Bluepleurum falcatum Radixberkhasiat sebagai relaxan otot, analgesik,
hepatoprotektif, anti inflamasi, obat penurun panas, anti virus, dan
karminatif (Anonim c, 2012).
7. Biji kedaung
Biji kedaung mengandung saponin dan flavonida. Biji yang sudah tua
dapat digunakan untuk mengobati penyakit kolik, sebagai bahan campuran
obat kolera, penyakit kejang pada waktu haid, serta obat penguat lambung
(Agoes, 2010).
8. Lada hitam
Lada hitam mengandung amida asam yang berbau tajam seperti piperin,
dan minyak atsiri. Khasiat lada hitam adalah untuk menambah nafsu
makan, memperbaiki sistem pencernaan, meluruhkan keringat,
meningkatkan sekresi lambung, meluruhkan flatus, mengurangi rasa mual,
mengobati linu sendi dan anti bakteri (Agoes, 2010).
B. NYERI
Analgesik adalah kelompok obat yang memiliki aktivitas menekan
atau mengurangi rasa nyeri. Efek ini dapat dicapai dengan berbagai cara :
menekan kepekaan reseptor nyeri terhadap rangsangan mekanik, termik,
listrik, atau kimiawi dipusat atau perifer atau dengan cara menghambat
pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi nyeri (Syamsudin,
2011).
Nyeri adalah suatu rangsangan ke sistem saraf dan somatis serta organ
viseral. Sistem saraf menerima rangsangan tersebut lalu membawanya dari
reseptor sakit menuju ke otak dimana rangsangan diterjemahkan sebagai rasa
sakit. Otak akan terus bereaksi hingga rangsangan sakit berhenti (Fulcher,
2003).
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala yang fungsinya memberi
tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi
kuman atau kejang otot.Rasa nyeri disebabkan oleh rangsangan mekanisme
atau kimiawi, kalor atau listrik yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan
dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri (Tjay dan Rahardja, 2002).
Mediator-mediator nyeri yang terpenting adalah histamin, serotonin,
plasmakinin (antara lain bradikinin) dan prostaglandin, juga ion-ion
kalium.Zat-zat tersebut dapat mengakibatkan reaksi-reaksi radang dan kejang-
kejang dari jaringan otot yang selanjutnya mengaktifkan reseptor
nyeri.Plasmakinin merupakan peptida (rangkaian asam-asam amino) yang
terbentuk dari proteinprotein plasma, sedangkan prostaglandin merupakan zat
yang mirip asam lemak dan terbentuk dari asam-asam lemak esensial.Kedua
zat tersebut berkhasiat sebagai vasodilatator kuat dan memperbesar
permeabilitas (daya hablur) kapiler dengan akibat terjadinya radang dan
udema (Tjay dan Rahardja, 2002).
Cara pemberantasan nyeri:
1) Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh
analgetika perifer atau oleh anastetik lokal.
2) Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya
dengan anastetik lokal.
3) Menghalangi pusat nyeri dalam sistem syaraf pusat dengan analgetika
sentral (narkotik) atau dengan anastetik umum (Tjay, 2002).
C. ANALGETIKA
Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi 2 kelompok
besar, yaitu analgetika narkotik dan analgetika non narkotik.
1. Analgetika narkotik
Zat ini mempunyai daya penghalau nyeri yang kuat sekali
dengan titik kerja yang terletak di sistem saraf sentral, mereka
umumnya menurunkan kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan)
dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia), serta mengakibatkan
ketergantungan fisik dan psikis (ketagihan, adiksi) dengan gejala-
gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Analgetika narkotik
atau analgesik opioid merupakan kelompok obat yang mempunyai
sifat-sifat seperti opium atau morfin. Termasuk golongan obat ini
yaitu:
a. obat yang berasal dari opium-morfin,
b. senyawa semi sintetik morfin,
c. semi sintetik yang berefek seperti morfin (Tjay dan Rahardja,
2002).
2. Analgetika non-narkotik
Analgetika non-narkotik bersifat tidak adiktif dan kurang kuat
dibandingkan dengan analgetika narkotik.Obat-obat ini juga
dinamakan analgetika perifer, tidak menurunkan kesadaran dan tidak
mengakibatkan ketagihan secara kimiawi.Obat-obatan ini digunakan
untuk mengobati nyeri yang ringan sampai sedang dan dapat dibeli
bebas.Obat-obatan ini efektif untuk nyeri perifer pada sakit kepala,
dismenore (nyeri menstruasi), nyeri pada inflamasi, nyeri otot, dan
arthritis ringan sampai sedang.Kebanyakan dari analgetika
menurunkan suhu tubuh yang tinggi, sehingga mempunyai efek
antipiretik.Beberapa analgetika seperti aspirin, mempunyai efek
antiinflamasi dan juga efek antikoagulan.Efek samping dari analgetika
yang paling umum adalah gangguan lambung, kerusakan darah,
kerusakan hati, dan juga reaksi alergi di kulit (Tjay dan Rahardja,
2002).
D. PARASETAMOL
Senyawa ini mempunyai nama kimia N-asetil-p-aminofenol atau p-
asetamidofenol atau 4’-hidroksiasetanilid, dengan bobot molekul 151,16 dan
rumus kimia C8H9NO2(Anonim,2009).
Gambar 2. Parasetamol
Nama lain parasetamol adalah asetaminofen, sedangkan nama dagang
dari parasetamol adalah Panadol®, Tylenol®, Tempra®, Nipe®, derivat
asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak digunakan
sebagai analgetika, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena
efek sampingnya, yaitu nefrotoksisitas dan karsinogen. Khasiatnya sebagai
analgetika dan antipiretik tetapi tidak anti radang. Dewasa ini pada umumnya
dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi
(pengobatan sendiri) (Tjay, 2002).
Obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa
mempengaruhi sistem saraf pusat atau menghilangkan kesadaran. Juga tidak
menimbulkan ketagihan (adiktif). Obat anti nyeri parasetamol juga digunakan
pada gangguan demam, infeksi virus atau kuman, salesma, pilek dan rematik
atau encok walaupun jarang (Tjay, 2002).
Indikasi obat parasetamol adalah sebagai antipiretik/analgesik,
termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya
untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan
sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Sedangkan parasetamol mempunyai kontra Indikasi yaitu tidak boleh
digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati. Maka sebaiknya
pemberian parasetamol diberikan pada dosis yang tepat, untuk sekali
pemberian parasetamol antara10-15 mg/kg BB (Anonim,2009).
Efek samping sering terjadi antara lain hipersensitivitas dan kelainan
darah. Penggunaan kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati,
pada dosis diatas 6 gram mengakibatkan nekrosis hati yang tidak
reversibel.Overdose bisa menimbulkan antara lain mual, muntah dan anorexia.
Hanya parasetamol yang dianggap aman bagi wanita hamil dan menyusui
meskipun dapat mencapai air susu. Efek iritasi, erosi dan pendarahan lambung
tidak terlihat, demikian juga gangguan pernafasan (Tjay dan Rahardja, 2002).
E. ASAM ASETAT
Asam asetat asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH,
dengan berat molekul 60,05. Asam asetat mengandung tidak kurang dari
36,0% dan tidak lebih dari 37,0% b/b C2H4O2. Pemerian cairan jernih,
tidak berwarna, bau khas, menusuk dan rasa asam yang tajam (Anonim,
1995).
F. AQUADEST
Aquadest merupakan singkatan dari Aqua Destilata yang dikenal
sebagai air suling. Aquadest dibuat dengan cara menyuling air yang dapat
diminum. Pemerian aquadest; merupakan cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Penyimpanan aquadest di dalam
wadah tertutup baik (Anonim,1979).
G. LANDASAN TEORI
Nyeri adalah suatu respon tubuh akibat adanya kerusakan jaringan
pada tubuh. Nyeri memberi tanda adanya gangguan-gangguan di tubuh
seperti peradanngan, infeksi kuman atau kejang otot.
Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-
tumbuhan, hewan, mineral dan atau persediaan galeniknya atau campuran
dari bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai data klinis dan
dipergunakan dalam usaha pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat
bahan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu jamu yang
merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara klinis, obat herbal
yaitu obat bahan alam yang sudah melewati tahap uji praklinis, sedangkan
fitofarmaka adalah obat bahan alam yang sudah melewati uji praklinis dan
klinis (SK Kepala BPOM No. HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004) .
Bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk sediaan padat,
cair, maupun semi padat. Beberapa bentuk sediaan obat tradisional
Indonesia yang banyak beredar di masnyarakat antara lain, berbentuk
rajangan, serbuk, pil, dodol atau jenang, pastiles, kapsul, tablet, cairan obat
dalam, cairan obat luar, sari jamu, salep atau krim, koyo, parem, pilis, dan
lain- lain
Rasa nyeri merupakan suatu gejala yangdisebabkan oleh
rangsangan mekanisme atau kimiawi, kalor atau listrik, fungsinya
memberi tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti
peradangan, infeksi kuman atau kejang otot.Mediator-mediator nyeri yang
terpenting adalah histamin, serotonin, plasmakinin (antara lain bradikinin)
dan prostaglandin, juga ion-ion kalium.
Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi 2 kelompok
besar, yaitu analgetika narkotik dan analgetika non narkotik. Analgetika
narkotik berfungsi sebagai penghalau nyeri yang kuat sekali dengan titik
kerja yang terletak di sistem saraf sentral, yang bersifat menimbulkan
perasaan nyaman (euforia) dan menimbulkan efek tidak sadar diri, serta
mengakibatkan ketergantungan fisik dan psikis (ketagihan, adiksi).
Analgetika narkotik atau analgesik opioid merupakan kelompok obat yang
mempunyai sifat-sifat seperti opium atau morfin. Termasuk golongan obat
ini yaitu:
1) obat yang berasal dari opium-morfin,
2) senyawa semi sintetik morfin,
3) semi sintetik yang berefek seperti morfin
Analgetika non-narkotik bersifat tidak adiktif dan kurang kuat
dibandingkan dengan analgetika narkotik.Obat ini memiliki keuntungan
yakni tidak menurunkan kesadaran dan tidak mengakibatkan ketagihan
secara kimiawi.Obat-obatan ini digunakan untuk mengobati nyeri yang
ringan sampai sedang dan dapat dibeli bebas dan berfungsi untuk untuk
nyeri perifer pada sakit kepala, dismenore (nyeri menstruasi), nyeri pada
inflamasi, nyeri otot, penurun panas dan arthritis ringan sampai
sedang.Efek samping dari analgetika yang paling umum adalah gangguan
lambung, kerusakan darah, kerusakan hati, dan juga reaksi alergi di kulit.
Asetaminofen, atau sering disebut parasetamol, berfungsi untuk
meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi sistem
saraf pusat atau menghilangkan kesadaran, serta tanpa menimbulkan efek
aditif.Khasiatnya sebagai analgetika dan antipiretik tetapi tidak anti
radang.Obat anti nyeri parasetamol juga digunakan pada gangguan
demam, infeksi virus atau kuman, salesma, pilek dan rematik atau encok
walaupun jarang.Parasetamol mempunyaikontra Indikasi yaitu tidak boleh
digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.Maka sebaiknya
pemberian parasetamol diberikan pada dosis yang tepat, untuk sekali
pemberian parasetamol antara10-15 mg/kg BB.
Asam asetat asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH,
dengan berat molekul 60,05. Asam asetat mengandung tidak kurang dari
36,0% dan tidak lebih dari 37,0% b/b C2H4O2. Pemerian cairan jernih,
tidak berwarna, bau khas, menusuk dan rasa asam yang tajam.
Aquadest merupakan singkatan dari Aqua Destilata yang dikenal
sebagai air suling. Aquadest dibuat dengan cara menyuling air yang dapat
diminum. Pemerian aquadest; merupakan cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.Penyimpanan aquadest di dalam
wadah tertutup baik.
H. HIPOTESIS
1. Pemberian dosis jamu Prourat® yang bervariasi dapat memberikan
daya analgesik pada metode rangsang kimia
2. Jamu Prourat® memiliki daya analgesik yang lebih rendah
dibandingkan dengan daya analgesik Parasetamol pada metode rangsang
kimia
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian merupakan eksperimental murni, di mana subjek uji
penelitian ini diberi perlakuan yaitu perlakuan berbagai cara pemberian pada
mencit sesuai dengan prosedur kerja yang ditetapkan. Rancangan penelitian
meliputi penetapan dosis parasetamol, penetapan dosis jamu Prourat®, penetapan
dosis asam asetat, penyiapan suspensi jamu Prourat®, penyiapan parasetamol,
pembuatan larutan asam asetat, pemilihan hewan uji, perhitungan volume
pemberian obat, perlakuan hewan uji, pengamatan jumlah geliat, dan perhitungan
persentase daya analgetik.
B. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel utama
a. Variabel bebas
Variasi dosis jamu yang diberikan pada hewan uji mencit
(peringkat I : 0,91mg/g BB; II : 1,82mg/g BB; II:3,64mg/g BB)
b. Variabel tergantung
- Efek analgesik pada mencit
- Jumlah geliat hewan uji mencit yang diberi jamu Prourat®
2. Variabel pengacau
a. Variabel terkendali
- Hewan uji : mencit galur Swiss , jenis kelamin jantan , usia 2-3
bulan dan BB mencit 20-30 gram
- Jamu yang digunakan (Prourat®)
- Dosis parasetamol (0,065 mg/g BB) dan dosis asam asetat (50
mg/g BB)
- Cara pemberian jamu dan parasetamol (per oral) dan cara
pemberian asam asetat (intra peritoneal)
b. Variabel tidak dikendalikan
- Keadaan patologis mencit
- Makanan mencit
C. DEFINISI OPERASIONAL
Uji efek analgesik yang digunakan adalah metode rangsang kimia
di mana digunakan senyawa kimia yaitu larutan steril asam asetat 1 %
dosis 50 mg /BB sebagai penginduksi nyeri yang dipejankan secara intra
peritoneal pada hewan uji mencit 15 menit setelah pemejanan senyawa uji.
Senyawa analgesik yang diuji adalah jamu Prourat® dengan parasetamol
sebagai senyawa pembanding.
Efek nyeri yang disebabkan asam asetat diamati melalui jumlah
geliat yang dialami oleh mencit setiap selang 5 menit selama 60 menit.
Geliat adalah kelakuan mencit yang mengempiskan perutnya serta
meregangkan kedua kaki depan dan kaki belakangnya dalam waktu
bersamaan sehingga badan terlihat memanjang.
Daya analgesik dari senyawa uji digambarkan melalui perhitungan
persentase daya analgesik.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Beaker glass
b. Neraca analitik
c. Kaca pengaduk
d. Pipet tetes
e. Labu ukur 100ml
f. Spuit injeksi (0,1-1ml)
g. Jarum oral (ujung tumpul)
h. Stopwatch
2. Bahan
a. Jamu Prourat® 11.66% dalam aquadest
- Dosis rendah = 0,91 mg/g BB
- Dosis tengah = 1, 82 mg/g BB
- Dosis tinggi = 3,64 mg/g BB
b. Parasetamol 1% dalam aquadest
Dosis : 0,065 mg/g BB
c. Aquadest
d. Larutan steril asam asetat 1 %
Dosis : 50 mg/kg BB
e. Hewan uji mencit
Kelompok Perlakuan Jumlah ( ekor )
I ( 0,91 mg/G BB Jamu Prourat®)
II ( 1,82 mg/G BB Jamu Prourat® )
III ( 3,64 mg/G BB Jamu Prourat® )
IV ( Kontrol Positif : Parasetamol 0,065 mg/g BB )
V ( Kontrol Negatif : Aquadest )
5
5
5
5
5
Total 25
E. PROSEDUR KERJA
1. Penetapan Dosis Parasetamol
Dosis parasetamol yang digunakan adalah dosis lazim yaitu 500
mg. Dosis tersebut dikonversikan untuk mencit berdasarkan tetapan pada
tabel konversi perhitungan dosis antarjenis hewan Laurence dan Bacarach.
Dosis untuk mencit 20 gram = 0,0026 x 500 mg : 20 g BB mencit
= 0,065 mg/g BB mencit
Berdasarkan perhitungan, dosis parasetamol untuk mencit adalah
sebesar 0,065 mg/g BB dengan konsentrasi 1 %.
2. Penetapan Dosis Jamu Prourat®
Dosis jamu Prourat® yang digunakan untuk pengobatan
berdasarkan yang tercantum pada kemasan adalah 7 gram x 2 sachet (14
gram). Dosis tersebut dikonversikan untuk mencit dengan metode yang
sama seperti di atas.
Dosis untuk mencit 20 gram = 0,0026 x 14000 mg : 20 g BB
= 1,82 mg/g BB
Dosis untuk mencit adalah 1,82 mg/g BB . Dalam penelitian ini
digunakan tiga variasi perlakuan dosis jamu Prourat®. Dosis untuk mencit
sebesar 1,82 mg/g BB dijadikan sebagai dosis tengah dan dua dosis
lainnya merupakan kelipatan dua dari dosis ini. Dosis I adalah sebesar
0,91 mg/g BB dan dosis III sebesar 3,64 mg/g BB.
Konsentrasi dari jamu Prourat® untuk pengobatan adalah 14 gram
dalam 120 ml air hangat. Maka konsentrasi suspensi jamu Prourat® yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 11,66 %.
3. Penetapan Dosis Asam Asetat
Dosis asam asetat yang digunakan berdasarkan optimasi yang
pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya yaitu 50 mg/kg BB.
Konsentrasi assam asetat untuk uji analgesik adalah 1 %.
4. Penyiapan Suspensi Jamu Prourat® 11,66 %
Jamu Prourat® ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 11,66 g.
Jamu dimasukkan ke dalam Beaker glass dan ditambah dengan sedikit
aquadest hangat dan diaduk hingga jamu terlarut . Campuran tersebut
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah dengan aquadest
hingga tanda batas labu ukur.
5. Penyiapan Parasetamol 1 %
Parasetamol ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 1 g .
Kemudian dimasukkan ke dalam Beaker glass dan ditambah dengan
sedikit aquadest hangat dan diaduk hingga parasetamol terlarut. Campuran
tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah dengan
aquadest hingga tanda batas labu ukur.
6. Penyiapan Larutan Asam Asetat 1 %
Sebanyak 1 ml larutan asam asetat glacial di ambil dari lemari
asam kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah
aquadest hingga tanda batas labu ukur, dihomogenkan dan simpan dalam
lemari es.
.
7. Pemilihan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan, galur Swiss, umur
2-3 bulan dengan bobot 20-30 gram .Lima ekor mencit diambil untuk
setiap sub kelompok percobaan untuk 5 kelompok perlakuan ( 0,91 mg/g
BB Jamu Prourat® ; 1,82 mg/g BB Jamu Prourat® ; 3,64 mg/g BB Jamu
Prourat® ; Parasetamol 0,065 mg/g BB ; aquadest ). Setiap mencit
timbang dan dicatat bobotnya.
8. Perhitungan Volume Pemberian Obat
Volume pemberian obat (jamu Prourat®, parasetamol ) serta asam
asetat dihitung dengan menggunakan rumus :
D x BB = C x V
Keterangan :
D : Dosis ( mg/g BB )
BB : Berat badan hewan uji mencit ( g )
C : Konsentrasi yang digunakan (mg/mL )
V : Volume obat yang digunakan ( mL)
9. Perlakuan hewan uji mencit
Setiap kelompok melakukan 5 jenis perlakuan, masing-masing:
a. Mencit 1 diberi suspensi jamu Prourat® dengan dosis 0,91 mg/g
BB p.o dengan menggunakan jarum oral.
b. Mencit II diberi suspensi jamu Prourat® dengan dosis 1,82 mg/g
BB p.o dengan menggunakan jarum oral.
c. Mencit III diberi suspensi jamu Prourat® dengan dosis 3,64 mg/g
BB p.o dengan menggunakan jarum oral.
d. Mencit IV diberi parasetamol dengan dosis 0,065 mg/g BB p.o
dengan menggunakan jarum oral.
e. Mencit V diberi larutan aquadest p.o dengan volume pemberian
sama dengan volume pemberian jamu Prourat® terbesar (dosis
tinggi dengan volume terbesar) menggunakan jarum oral.
Setelah 15 menit pemberian perlakuan, seluruh mencit diberi
larutan steril asam asetat 1% dengan dosis 50 mg/kg BB secara intra
peritoneal dengan spuit injeksi.
10. Pengamatan jumlah geliat mencit
Setelah pemberian asam asetat 1 %, hewan uji mencit akan
menggeliat . Geliat yang dimaksud adalah mencit mengempiskan
perutnya dan menarik kedua kaki depan dan kaki belakangnya dalam
waktu bersamaan. Jumlah geliat yang muncul dihitung setiap selang
waktu 5 menit selama 60 menit dan dicatat. Data yang diperoleh
kemudian diolah dengan membuat kurva baku yang menunjukkan
hubungan jumlah kumulatif geliat ¿ kum) setiap perlakuan vs t (menit).
11. Perhitungan Persentase Daya Analgetik
Perhitungan persentase daya analgetik dilakukan dengan rumus :
% daya analgetik = 100 – (O/K x 100) di mana :
O = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi obat analgesik
(Parasetamol / Jamu)
K = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi aquadest
(control)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PERHITUNGAN DOSIS
Konsentrasi Prourat = 11,66% = 116,6 mg/ml BB
Dosis Prourat
Dosis I = 0,91 mg/g BB
Dosis II = 1,82 mg/g BB
Dosis III = 3,64 mg/g BB
Dosis Asam asetat = 0,05 mg/g
Konsentrasi Asam asetat = 10 mg/ml
Konsentrasi Paracetamol = 1 g/100 ml = 10 mg/ml
Dosis Paracetamol = 0,065 mg/g BB
Tikus I (BB = 28,15 g)
Prourat Dosis I
V=D x BB
C=
0,91mgg
x 28,15g
116,6mgml
=0,22ml
Asam asetat 1%
V=D x BB
C=
0,05mgg
x 28,15g
10mgml
=0,14ml
Tikus II (BB = 27,72 g)
Prourat Dosis II
V=D x BB
C=
1,82mgg
x27,72 g
116,6mgml
=0,43ml
Asam asetat 1%
V=D x BB
C=
0,05mgg
x 27,72 g
10mgml
=0,14 ml
Tikus III (BB = 27,93 g)
Prourat Dosis III
V=D x BB
C=
3,64mgg
x 27,93 g
116,6mgml
=0,87 ml
Asam asetat 1%
V=D x BB
C=
0,05mgg
x 27,93 g
10mgml
=0,14 ml
Tikus IV (BB = 29,49 g)
Paracetamol (Kontrol Positif)
V=D x BB
C=
0,065mgg
x 29,49 g
116,6mgml
=0,19 ml
Asam asetat 1%
V=D x BB
C=
0,05mgg
x 29,49 g
10mgml
=0,14 ml
Tikus V (BB = 30,25 g)
Aquadest (Kontrol Negatif)
Daqua = Dprourat 3
V aqua=V pro
BBpro
x BBaqua=0,87 ml27,93 g
x 30,25 g=0,94 ml
Asam asetat 1%
V=D x BB
C=
0,05mgg
x 30,25 g
10mgml
=0,15 ml
B. PERHITUNGAN PERSENTASE DAYA ANALGESIK
Prourat® Dosis I
% dayaanalgesik=100−( 50107,75
x100 % )=53,597 %
Prourat® Dosis II
% dayaanalgesik=100−( 56,75107,75
x100 % )=47,332 %
Prourat® Dosis III
% dayaanalgesik=100−( 49,5107,75
x100 % )=54,060 %
Paracetamol
% dayaanalgesik=100−( 42107,75
x100 % )=61,021 %
C. KURVA MEAN Σ KUMULATIF GELIAT VS WAKTU
0-5 5-10 10-15
15-20
20-25
25-30
30-35
35-40
40-45
45-50
50-55
55-60
0
20
40
60
80
100
120
Mean ∑ Kumulatif Geliat vs Waktu
Prourat(I)Prourat (II)Prourat (III)ParacetamolAquadest
Waktu (menit)
Mea
n ∑
Kum
ulati
f
Senyawa
Dosis I Dosis IIDosis III Parasetamol
Aquadest
Menit ke
Σgeliat Mean Σ Kumulatif
Σgeliat Mean Σ Kumulatif
Σgeliat Mean Σ Kumulatif
Σgeliat Mean Σ Kumulatif
Σgeliat Mean Σ Kumulatif1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
0 – 5 3 7 0 2 3 0 0 0 0 0 0 0 1 3 1 0 2 2 0 1 0 0 5 0 1,255-10 14 8 3 14 12,75 5 13 2 8 7 1 3 3 17 7 1 6 6 1 4,5 21 14 18 4 15,5
10-15 13 4 6 15 22,25 8 17 6 7 16,5 3 3 16 11 15,25 5 9 9 8 12,25 30 16 17 13 34,515-20 9 3 3 14 29,5 5 11 11 7 25 6 2 14 9 23 4 7 8 7 18,75 29 18 16 14 53,7520-25 4 2 3 11 34,5 5 5 4 6 30 4 3 11 6 29 5 7 6 4 24,25 17 12 16 8 6725-30 4 3 5 7 39,25 2 5 15 6 37 6 5 6 5 34,5 1 4 5 6 28,25 17 11 10 8 78,530-35 1 1 8 7 43,5 2 4 9 7 42,5 5 3 5 7 39,5 3 5 5 6 33 13 9 7 4 86,7535-40 2 1 2 6 46,25 1 1 5 4 45,25 3 0 7 4 43 3 2 3 5 36,25 8 9 6 3 93,2540-45 2 2 2 2 48,25 2 2 7 3 48,75 2 1 5 3 45,75 1 2 4 5 39,25 4 7 8 8 10045-50 0 0 0 2 48,75 2 2 8 6 53,25 4 1 2 1 47,75 0 0 3 4 41 0 8 3 0 102,7550-55 0 1 0 4 50 1 1 3 3 55,25 3 0 1 1 49 0 1 0 0 41,25 0 7 3 3 10655-60 0 0 0 0 50 0 3 1 2 56,75 2 0 0 0 49,5 0 0 1 2 42 0 0 1 6 107,75
Tabel Hasil Percobaan Efek Analgesik dengan Rangsang Kimia
D. PEMBAHASAN
Tujuan praktikum ini adalah mengetahui daya analgesik Jamu Prourat®
pada hewan uji mencit jantan galur Swiss serta mengetahui perbandingan daya
analgesik Jamu Prourat® terhadap Parasetamol. Analgesik adalah senyawa
tertentu yang dalam dosis terapeutik dapat meringankan atau menekan rasa nyeri
tanpa memiliki kerja anastesi umum. Pada umumnya potensi daya analgesik
dinilai pada hewan dengan mengukur besarnya peningkatan stimulus nyeri yang
harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan
terhadap stimulus nyeri atau peranan frekuensi respon nyeri.
Nyeri merupakan gejala penyakit atau kerusakan jaringan atau gangguan
metabolisme tubuh. Rasa nyeri dapat terjadi karena dilepasnya mediator-mediator
nyeri seperti asetil kolin, histamin. Prostaglandin, serotonin atau bronkidi dari
jaringan yang rusak. Mediator-mediator tersebut akan merangsang reseptor nyeri
di korteks celebri oleh saraf sensorik melalui sumsum tulang belakang.
Mekanisme nyeri sebagai berikut rangsangan diterima oleh reseptor nyeri
diubah dalam bentuk impuls yang dihantarkan kepusat nyeri di korteks otak.
Setelah diproses dipusat nyeri, impuls dikembalikan ke pusat perifer dalam bentuk
persepsi nyeri. Rangsangan yang diterima reseptor nyeri dapat berasal dari
berbagai faktor dan diikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu : rangsangan
mekanik (tusukan jarum), rangsangan termal (pengaruh suhu), rangsangan kimia
(asam, enzim). Impuls nyeri dihantarkan ke sistem syaraf pusat melalui sistem
serabut yang dapat terdiri dari AA bernialin halus bergaris tengah 2-5 µm dengan
kecepatan hantaran 6-30m/detik. Dapat pula terdiri dari serabut CC tak bermielin
dengan diamter 0,4-1,2 µm dengan kecepatan hantaran 0,5 – 2 m/detik. Serabut
AA berperan dalam nyeri cepat dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam
dan terlokalisasi, sedang serabut CC menghantarkan nyeri lambat dan
mmenghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perassaan tidak enak.
Skema mekanisme terjadinya nyeri :
Membran luka
Fosfolipid
Enzim fosfolipase
Asam arakhidonat
Endoperoksida hidroperoksida
Bradikinin,Prostaglandin
reseptor nyeri pada ujung syaraf perifer
SSP
Rasa nyeri
Prinsip metode rangsang kimia ini adalah melihat jumlah geliat mencit
setiap selang 5 menit selama 60 menit setelah pemejanan senyawa uji dan
penginduksi nyeri. Metode rangsang kimia dilakukan dalam praktikum ini karena
sederhana, mudah dalam pengerjaannya dan memiliki kelebihan yaitu lebih
reproduksibel artinya jika percobaan dilakukan berulang kali maka hasilnya akan
mendekati hasil awal. Tetapi terdapat juga kekurangan dari metode rangsang kima
yaitu bersifat tidak spesifik karena dapat juga digunakan untuk uji lain seperti uji
inflamasi sehingga hasil yang didapatkan belum dipastikan merupakan hasil dari
uji analgesik.
Jamu tradisioanal yang digunakan dalam praktikum ini adalah jamu
Prourat® karena ingin membuktikan secara ilmiah bahwa jamu Prourat® yang
selama ini dikonsumsi masyarakat benar-benar memiliki daya analgesik atau tidak
dan membandingkannya dengan daya analgasik obat analgesik dari bahan kimia.
Dimana jamu Prourat® ini berkhasiat meredakan rasa nyeri pada persendian yang
disebabkan adanya kadar asam urat yang berlebih dalam darah. Jamu Prourat®
mengandung kunyit 1500 mg, rimpang teki 1500 mg, jahe 1500 mg, daun salam
1000 mg, daun sendok 1000 mg, Bluepleurum falcatum Radix 300 mg, biji
kedawung 100 mg, serta lada hitam 100 mg. Masing-masing komposisinya
berkhasiat sebagai berikut:
a. Kunyit : sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing,
obat asma, penambahan darah, obat sakit perut, diare, usus buntu,
rhematik, bahan campuran kosmetik, bakterisida, fungisida, dan stimulan
otak.
b. Rimpang Teki : sebagai obat penenang serta mempercepat pembekuan
darah pada luka baru.
c. Jahe : untuk pengobatan penyakit neurologi, radang pembuluh darah, nyeri
kepala, penguat jantung, penurun demam, penghilang nyeri, obat batuk,
anti muntah, pelancar empedu, sakit kuning, obat tukak lambung, obat gigi
berlubang, antiagregasi trombosit, anti kuman TBC, dan anti radang.
d. Daun sendok : untuk pengobatan berbagai penyakit yaitu infeksi saluran
kemih, urine berlemak, urine berdarah, batu ginjal, deman, influenza,
diare, nyeri lambung, mimisan, keputihan, cacingan, nyeri otot, beri-beri,
dan darah tinggi.
e. Daun salam : untuk mengobati diare, kencing manis, sakit maag, mabuk
akibat alkohol, serta tekanan darah tinggi.
f. Bluepleurum falcatum Radix : sebagai relaxan otot, analgesik,
hepatoprotektif, anti inflamasi, obat penurun panas, anti virus, dan
karminatif.
g. Biji kedaung : biji yang sudah tua dapat digunakan untuk mengobati
penyakit kolik, sebagai bahan campuran obat kolera, penyakit kejang pada
waktu haid, serta obat penguat lambung
h. Lada hitam : untuk menambah nafsu makan, memperbaiki sistem
pencernaan, meluruhkan keringat, meningkatkan sekresi lambung,
meluruhkan flatus, mengurangi rasa mual, mengobati linu sendi dan anti
bakteri.
Langkah awal yang dilakukan adalah penetapan dosis paracetamol, dosis
jamu Prourat® dan dosis asam asetat. Dosis paracetamol yang digunakan untuk
mencit adalah sebesar 0,065 mg/g BB dengan konsentrasi 1%. Paracetamol
merupakan kontrol positif untuk mengetahui daya analgesik obat analgesik dari
bahan kimia dan sebagai pembanding terhadap jamu Prourat®. Dosis Prourat®
yang digunakan dengan 3 peringkat dosis, di mana dosis pertama sebesar 0,91
mg/g BB, dosis kedua sebesar 1,82 mg/g BB dan dosis ketiga sebesar 3,64 mg/g
BB. Dosis Prourat® dibagi menjadi 3 peringkat dosis dimaksudkan sebagai
variabel bebas untuk dapat membedakan efek analgesik yang dialami masing-
masing mencit untuk didapatkan dosis paling efektif yang diberikan pada mencit.
Sedangkan kontrol negatifnya adalah aquadest yang berguna sebagai pembanding
terhadap kontrol positif dan untuk melihat apakah pelarut memiliki efek
analgesik. Dosis asam asetat yang digunakan sebesar 50 mg/kg BB dengan
konsentrasi 1%. Asam asetat digunakan dengan maksud sebagai perangsang nyeri
pada mencit.
Jamu Prourat® dan paracetamol mula-mula diberikan secara per oral dan
kemudian ditunggu selama 15 menit dengan tujuan agar absorpsi dan distribusi
obat ke seluruh tubuh maksimal sehingga dapat dilihat apakah dapat memberikan
efek analgesik atau tidak. Setelah 15 menit, mencit diberikan larutan asam asetat
secara intra peritoneal sehingga absorbsi dan distribusi lebih cepat. Perbedaan cara
pemberian jamu Prourat®, paracetamol dan asam asetat karena jamu Prourat®
dan paracetamol mempunyai ukuran partikel yang lebih besar sehingga tidak larut
dalam aquadest sehingga diberikan secara per oral. Pada percobaan ini digunakan
perangsang nyeri asam asetat karena berdasarkan penelitian terdahulu bahwa asam
asetat telah terbukti memberikan rangsang nyeri pada mencit.
Mekanisme kerja dari asam asetat tersebut adalah asam asetat akan
memberikan suasana asam dengan melepaskan ion H+. Ion H+ ini akan memicu
rangsang nyeri yang terjadi akibat penurunan pH. Pada metode rangsang kimia
ini, respon yang diberikan oleh mencit adalah menggeliat setelah penyuntikkan
asam asetat. Gerakan menggeliat ini didefinisikan sebagai kelakuan mencit yang
mengempiskan perutnya serta merenggangkan kedua kaki depan dan kaki
belakangnya dalam waktu bersamaan sehingga badan terlihat memanjang.
Pengamatan dilakukan setiap 5 menit selama 60 menit. Tujuan dari perlakuan
tersebut adalah untuk mengetahui daya analgesik dari obat karena rasa nyeri yang
ditimbulkan oleh asam asetat mempunyai durasi yang cukup lama dan untuk
melihat pada menit ke berapa asam asetat menimbulkan efek nyeri secara hebat.
Paracetamol merupakan golongan analgesik non-narkotik yang bekerja
dengan menghambat sintesis prostaglandin, suatu mediator nyeri. Paracetamol
mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga
menghambat siklooksigenase membentuk prostaglandin. Enzim siklooksigenase
ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, suatu
molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa pro-
inflamasi.
Dari data pengamatan yang didapatkan menunjukkan bahwa presentase daya
analgesik dari paracetamol sebesar 61,021%, sedangkan pada jamu Prourat®
dosis I sebesar 53,597%, dosis II sebesar 47,332% dan dosis III sebesar 54,060%.
Hal ini menunjukkan bahwa paracemtamol memiliki daya analgesik yang paling
tinggi diantara keempat dosis obat yang diberikan. Urutan daya analgesik dari
yang tertinggi ke terendah adalah paracetamol, jamu Prourat® dosis III, jamu
Prourat® dosis II dan jamu Prourat® dosis I. Namun pada praktikum ini
didapatkan urutan daya analgesik dari yang tertinggi ke ternedah adalah
paracetamol, jamu Prourat® dosis III, jamu Prourat® dosis I dan jamu Prourat®
dosis II. Hal ini dapat dikarenakan faktor faktor yang memepengaruhi hasil
percobaan, yaitu:
a. Cara penyuntikan yang tidak akurat menyebabkan dosis seharusnya
yang diterima oleh mencit tidak seutuhnya diabsorbsi oleh mencit.
b. Keadaan patofisiologis mencit yang berbeda- beda dalam menanggapi
rangsang nyeri dan analgesik yang diberikan.
c. Kontaminan pada spuit injeksi dan peralatan lainnya sehingga terjadi
pergeseran fungsi kerja dari alat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 45, 649, Departemen Republik
Indonesia, Jakarta, pp. 45, 649.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 28.
Anonim,2009,http://mapetitelentera.multiply.com/journal/item/93/
tutorial_pemberian_dosis_PARASETAMOL - 54k diakses pada tanggal 7
September 2012.
Fulcher, E.M., 2012, Pharmacology: Principles and Applications, Third Edition,
Elsevier, USA, pp. 241-248.
Gunawan, D., dan Mulyani, S., 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi.)Jilid I,
Penebar Swadaya, Jakarta, pp. 78 – 79.
Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya, Edisi IV, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, pp.
295-296.
Wasito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu,
Yogyakarta, pp. 13-14, 27.
Yogyakarta, 16 November 2012
Praktikan,
Windy Octavia Boru Hombing
(118114134)
Gregoria Novalia Ambarani
(118114144)
Serlika Rostiana
(118114148)
Marselina Crescentia Tisera
(118114152)
Yolanda Angnes
(118114156)