ui landasan ideal...
TRANSCRIPT
PEDOMAN
PENJAMINAN MUTU AKADEMIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LANDASAN IDEAL
Landasan Ideal
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
TIM PENYUSUN
ii
Penanggung Jawab : Amri Marzali (BPMA)
Anggota : 1. Afi Savitri Sarsito (BPMA)
2. Elly Tjahyono (FT)
3. Firman Lubis (BPMA)
4. Hera Lestari Mikarsa (F. Psi)
5. Hanneman Samuel (UPMA FISIP)
6. Njaju Jenny Malik (FIB)
7. Reni Akbar Hawadi (F. Psi)
8. Sandi Iljanto (UPMA FKM)
9. Soerjanto Poespowardojo (FIB)
10. Sulistyoweni Widanarko (BPMA)
11. Sri Setianingsih Suwardi (BPMA)
12. Teuku Zulkifli Jacoeb (UPMA FK)
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
Landasan Ideal iii
KATA PENGANTAR
Naskah ini berisi pokok-pokok pikiran BPMA-UI dan UPMA Fakultas tentang landasan ideal dan arah
perkembangan Universitas Indonesia (UI) pada masa hadapan. Kita mencita-citakan, dalam waktu sekitar
15 tahun ke depan dari kini, UI sudah harus menjadi salah satu universitas terbaik di lingkungan Asia. Kalau
di Asia itu ada 5 universitas yang terbaik menurut penilaian umum internasional, maka UI adalah salah satu
di antaranya. Untuk itu kita harus mempersiapkan langkah secara cermat dan mantap untuk mencapai
sasaran tersebut. Seterusnya, kita pun harus awas terhadap tantangan dan hambatan yang akan menghadang
kita dalam mencapai sasaran tersebut. Tentu saja setiap perjuangan untuk mencapai suatu sasaran harus
dilandasi oleh suatu nilai luhur, baik dari sudut pandang ilmu pengetahuan, kebangsaan Indonesia, dan
kemanusiaan secara umum. Karena itu, kita juga perlu memastikan nilai-nilai yang seharusnya dijunjung
tinggi di Universitas Indonesia.
Kita harapkan bahwa mereka yang bekerja menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pelayanan
masyarakat di UI pada masa kini, yaitu para staf akademik maupun staf non-akademik, dalam beberapa
tahun mendatang ini akan menjadi generasi terakhir yang hidup dalam periode transisi UI. Setelah masa
transisi itu UI akan menjadi sebuah universitas yang benar-benar maju dan unggul, sekurang-kurangnya
dalam lingkungan Asia. Tugas generasi transisi ini adalah menghantarkan UI melewati gerbang keunggulan
dalam seluruh komponen akademiknya. Generasi ini akan harus bekerja keras, berjuang sekuat tenaga,
bagi UI untuk mencapai keunggulan tersebut (striving for excellence) .
Apakah yang dimaksudkan dengan universitas terbaik di Asia (the most excellent universities in Asia)? Apakah
yang dimaksud dengan berjuang untuk mencapai keunggulan (striving for excellence)? Apakah kita
menginginkan untuk menjadi seperti Tokyo University? Atau National University of Singapore? Atau University
of Hong Kong? dan sebagainya? Apakah kita ingin meniru sebuah universitas yang menurut penilaian dunia
telah menjadi “one of the most excellent universities in Asia?” Tidak. Kita akan menjadi unggul (excellent)
tanpa menjadi duplikat dari universitas mana pun juga. UI adalah UI. Masing-masing universitas mempunyai
keunikan tersendiri yang tidak dapat ditiru begitu saja oleh universitas yang lain. Sebuah universitas hidup
Landasan Ideal
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
dan dibesarkan oleh lingkungan pol-ek-sos-bud tersendiri dan menjalani sejarahnya sendiri. Karena itu, kita
akan menjadi sebuah universitas yang unggul menurut cara dan karakteristik kita sendiri, namun keunggulan
mutu akademiknya - pendidikan, penelitian, dan pelayanan masyarakatnya diakui oleh dunia internasional.
UI akan unggul dalam keseluruhan tiga fungsi pendidikan tinggi. UI tidak hanya maju dalam bidang pendidikan,
dalam bidang penelitian, tapi juga maju dalam bidang pelayanan masyarakat. Dengan demikian, setelah itu,
barulah UI boleh menepuk dada sebagai pembawa bendera bangsa Indonesia.
iv
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
Landasan Ideal
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN ..................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. iv
BERJUANG MENCAPAI KEUNGGULAN ................................................................................................ 1
Universitas Indonesia yang Benar-benar Unggul .................................................................................... 1
Tantangan dan Hambatan ....................................................................................................................... 2
Fajar Baru di Ufuk Timur Kampus UI ....................................................................................................... 6
Visi UI 2022 ............................................................................................................................................. 7
Fungsi dan Misi UI .................................................................................................................................. 11
Semangat Baru UI ................................................................................................................................... 12
v
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
Landasan Ideal
BERJUANG MENCAPAI KEUNGGULAN
Arah Perkembangan Universitas Indonesia Sampai 2020
Universitas Indonesia yang Benar-benar Unggul
Seperti apakah sebuah universitas yang benar-benar unggul? Untuk itu kita harus memberikan definisi dan
kriteria yang jelas. Tanpa pernyataan yang jelas mengenai kriteria unggulan tersebut maka kita hanya akan
seperti mengawang-awang saja. Di sini diyatakan bahwa kita menginginkan, menjelang tahun 2022 nanti, UI
telah mampu menjadi sebuah universitas yang memiliki ciri-ciri seperti di bawah ini:
••••• berintegritas tinggi atau amanah (menjunjung tinggi kejujuran, keterbukaan, akuntabilitas, dan kepatuhan
pada peraturan yang berlaku, dan peduli akan masalah kemanusiaan, khususnya masalah yang dihadapi
oleh bangsa Indonesia),
••••• dijalankan dengan struktur organisasi yang efisien, tata-pamong yang sangat lengkap dan sangat jelas
fungsinya, di bawah kepemimpinan yang penuh semangat wirausaha sosial (social entrepreneurship)
yang bekerja secara terencana.
••••• memonitor dan mengevaluasi diri secara konsisten dan jujur, yang hasilnya digunakan untuk usulan
perbaikan, sehingga dengan demikian UI dapat menjaga penyempurnaan mutu akademiknya secara
terus menerus,
••••• memiliki dosen yang cukup dan profesional dalam mengajar-meneliti-memberi pelayanan masyarakat,
serta mempunyai kemampuan akademik yang tinggi dan sejahtera, yang dalam pelaksanaan tugasnya
didukung oleh tenaga non-akademik yang handal sesuai dengan bidang tugasnya,
••••• memiliki sarana dan prasana akademik yang cukup dan baik, didukung oleh perpustakaan yang nyaman
dan bahan pustaka yang lengkap-mutakhir dan mudah diperoleh,
••••• memiliki dana yang cukup bagi seluruh keperluan operasional dan pengembangan,
••••• memiliki sistem teknologi informasi yang lengkap, mutakhir dan mudah diakses,
••••• memiliki mahasiswa yang terbaik dari seluruh Indonesia, dengan sistem rekrutmen yang jujur dan
transparan, dan sebagian lain berasal dari mancanegara,
1
Landasan Ideal
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
2
••••• memiliki kurikulum bermutu dan mempunyai unggulan serta dimutakhirkan secara konsisten, yang
dilaksanakan dengan sistem pembelajaran yang teratur dan berbasis student centered learning, serta
disiplin sesuai dengan rencana,
••••• memiliki sumberdana dan sumberdaya yang cukup dan handal untuk kegiatan penelitian dan pelayanan
masyarakat, sehingga kegiatan penelitian dan pelayanan masyarakat dapat menghasilkan temuan-temuan
baru yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan menyumbang bagi akumulasi ilmu pengetahuan.
Kriteria di atas tentu saja memerlukan lebih lanjut standar, indikator dan strategi untuk memenuhinya. Tidaklah
pada tempatnya hal ini dibahas dalam ruang yang sempit ini. Biarlah nanti para penyelenggara institusi
Universitas Indonesia berikutnya menindak-lanjuti tugas ini. Dengan mengupayakan diri sekuat tenaga untuk
mencapai dan memenuhi kriteria dan standar tersebut maka UI harus menjadi salah satu universitas yang
terbaik di Asia dalam beberapa tahun mendatang, dan seterusnya menjadi universitas riset kelas dunia.
Karena, kriteria di atas sudah mencakup hampir seluruh komponen kegiatan akademik yang diselenggarakan
oleh setiap universitas yang baik. Siapa pun yang akan menilai, kita akan tetap terjaring sebagai sebuah
universitas yang unggul di Asia.
Tantangan dan Hambatan
Untuk dapat mencapai sebuah UI yang benar-benar unggul, pengalaman telah mengajarkan kita tentang
hambatan dan tantangan utama yang dihadapi UI selama ini. Tanpa kita dapat menyingkirkan hambatan dan
menanggulangi tantangan tersebut, maka UI yang unggul tidak akan pernah tercapai. Di bawah ini adalah
uraian tentang beberapa hambatan dan tantangan yang paling serius yang selama ini dihadapi oleh UI.
Tantangan pertama adalah membentuk institusi UI yang benar-benar terintegrasi. Kita tidak dapat lagi
membiarkan tradisi sistem pemerintahan “raja-raja kecil” yang sangat longgar seperti zaman lampau
terus berlanjut di UI, yang kadang-kadang cenderung menimbulkan suasana seperti anomie. Rektor
sebagai pimpinan tertinggi dari sebuah UI incorporated sangat diharapkan untuk dapat mengarahkan
dan mengontrol dengan tegas institusi-institusi di bawahnya, yaitu fakultas, departemen, program
pendidikan, pusat penelitian, dan seterusnya, khususnya dalam bidang-bidang yang paling strategis,
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
Landasan Ideal 3
yaitu keuangan, sarana-prasarana, kurikulum, dan penyelenggaraan pendidikan. Seperti undang-undang
otonomi daerah, UI semestinya dapat mengatur dengan jelas dan tegas pembagian hak, kewajiban,
dan wewenang antara Rektorat (Pusat Administrasi Universitas) dengan Fakultas, Departemen, Program
Pendidikan, Pusat Penelitian dan lain-lain.
Tantangan kedua adalah peningkatan mutu dan kesejahteraan dosen. Dahulu dosen UI cukup lulusan S1.
Jika kemudian di antara dosen tersebut ada yang dapat melanjutkan pendidikannya ke S2, atau bahkan ke
S3, maka itu adalah atas inisiatif, kemauan dan usaha sang dosen itu sendiri. Baik UI, fakultas, ataupun
departemen tempat dosen itu berkiprah tidak dapat memaksakan hal tersebut kepada stafnya. Pada masa
kini, dosen UI katanya harus minimal memiliki ijazah S2. Sebenarnya persyaratan ini belum cukup untuk
mencapai UI yang unggul. Setiap dosen UI secara umum sekurang-kurangnya harus memiliki ijazah S3,
lulusan dari universitas terkemuka di dalam atau pun di luar negeri, atau spesialis yang memang sudah
terbukti profesionalismenya. Mereka yang berijazah S1 dan S2, jika diperlukan, ditempatkan sebagai “teaching
assistant,” dan direkrut dari kalangan mahasiswa pascasarjana.
Hal kedua menyangkut dosen adalah tentang kesejahteraannya. Semua kita maklum bahwa pada masa kini
dosen UI yang hidup semata-mata atas gaji sebagai pegawai negeri tidak dapat diharapkan menjalankan
tugas akademiknya dengan baik. Gajinya tidak cukup untuk hidup layak dan bekerja dengan giat di Jakarta.
Karena itu, di luar gaji pegawai negeri, setiap dosen UI juga harus diberi tunjangan tambahan yang sesuai
dengan prinsip equity. Hal ketiga tentang dosen adalah profesionalismenya dalam bidang pengajaran. Dosen
bukan hanya seorang sarjana dalam bidang ilmunya, tapi juga harus menjadi seorang guru yang baik, yang
mampu mentransfer ilmunya kepada mahasiswa dengan metode dan teknik pengajaran yang benar.
Tantangan ketiga adalah menjalankan secara konsekwen dan konsisten penjaminan mutu akademik (quality
assurance). Kita harus selalu ingat bahwa tujuan dari UI adalah menjadi universitas yang unggul, yaitu
mempunyai mutu yang tinggi dalam seluruh kriteria yang telah disebutkan di muka. Keunggulan akan dicapai
melalui proses seperti silinder yang berlingkar naik. Roda Deming yang terdiri atas plan (perencanaan), do
(pelaksanaan), check (evaluasi), dan action (penyempurnaan) harus dirancang dan dilaksanakan secara
terinci dan berdisiplin di UI. UI harus terus mengevaluasi dan menyempurnakan mutu akademiknya setiap
tahun. Roda Deming harus terus bergulir ke arah pencapaian puncak-puncak keunggulan. Budaya mutu,
Landasan Ideal
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
4
atau searching for indefinite excellence, harus dipunyai oleh seluruh insan UI, apakah staf akademik atau
pun non-akademik, apakah pimpinan atau pun orang biasa.
Tantangan keempat adalah kepemimpinan. Sejak tahun 2000 (Peraturan Pemerintah No. 152) kita telah
meninggalkan UI yang birokratik. UI tidak lagi menjadi bagian dari sistem administrasi dan budaya birokrasi
pemerintah. UI telah menjadi sebuah Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang otonom. Apakah artinya
perubahan ini? Artinya UI harus dikelola sebagai sebuah corporate, namun tidak komersil. Meskipun UI
dikelola dengan kaidah-kaidah sebuah perusahaan dagang, namun UI tidak memperdagangkan ilmu. UI
tetap sebuah lembaga pendidikan, yaitu sebuah knowledge provider. Budaya soft nation (mengutip istilah
Gunnar Myrdal) yang penuh dengan basa-basi, ewuh-pakewuh, sungkan-sungkanan, banyak memberi
toleransi demi popularitas pribadi, lebih mengutamakan penampilan ketimbang kinerja, harus diganti dengan
budaya entrepreneurial dengan menggunakan sistem meritocracy dan stick-and-carrot, tanpa meninggalkan
tata krama Indonesia.
Di UI, pemimpin adalah mereka yang menduduki jabatan puncak dalam institusinya. Di tangannyalah terletak
nasib institusi tersebut. Rektor, Dekan, Ketua Departemen, Ketua Program Pendidikan, Kepala Direktorat,
Pusat dan Badan, dan seterusnya adalah para pemimpin di UI. Bagi mereka, di samping sebagai seorang
entrepreneur, UI juga menuntut agar mereka berlaku dan bersikap profesional, yaitu menjadikan jabatannya
sebagai sebuah profesi. Apa artinya pemimpin yang profesional? Artinya dia harus mencurahkan seluruh
tenaga, pikiran, dan waktunya untuk mengelola dan memajukan institusinya. Dia hidup dari jabatannya, dan
mati untuk jabatannya. Di UI pada umumnya seorang pemimpin sudah bisa hidup dari jabatannya, karena
dia diberi honor tambahan yang cukup oleh UI. Namun demikian, baru sebagian dari mereka yang benar-
benar mengabdi sepenuh hati, sepenuh waktu, dan sepenuh tenaga untuk institusi yang dipimpinnya. Jangan
sampai ada pemimpin yang menjadikan jabatannya di UI sebagai kerja sambilan, sedangkan kerja pokoknya
adalah di luar UI.
Tantangan kelima adalah membangun sebuah perpustakaan pusat yang modern, lengkap, nyaman, dan
penuh dengan fasilitas kemudahan, yang dikelola oleh tenaga terlatih, terdidik, dan berpengalaman dalam
bidang pekerjaannya. Banyak orang mengatakan bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah universitas.
Pada umumnya gedung perpustakaan selalu merupakan gedung yang tertinggi atau terbesar di kampus.
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
Landasan Ideal 5
Tantangan keenam adalah membangun sebuah sistem teknologi informasi akademik maupun non akademik
yang canggih, lengkap, dan mudah dicapai. Dengan sistem teknologi informasi yang canggih, dengan piranti
lunak dan piranti keras yang mutahir, yang dijalankan oleh tenaga-tenaga yang terlatih dan terdidik maka
kita akan dengan sangat mudah dan cepat memperoleh informasi apa saja tentang UI. Dengan demikian
kita akan mengetahui dengan cepat kondisi kita pada masa kini, yang pada gilirannya memudahkan kita
untuk menyusun rencana ke depan.
Tantangan ketujuh adalah membangun institusi-institusi penelitian yang kuat dan menggalakkan para dosen
untuk melakukan kegiatan penelitian dan penulisan. Selama ini kita di UI mendengar sayup-sayup sampai
tentang betapa ramainya pusat penelitian dan maraknya kegiatan penelitian di UI. Mulai dari Rektorat, Fakultas,
Departemen, bahkan sampai ke Program Pendidikan, semua mempunyai berbagai pusat penelitian. Namun
sayang, katanya sebagian besar kegiatan penelitian ini hanyalah kegiatan icak-icak untuk mencari tambahan
penghasilan bagi pengelolanya. Sebagian besar penelitian yang mereka lakukan adalah “penelitian pesanan”
dari instansi-instansi pemerintah, sehingga hasilnya jauh dari “ilmiah” dan memberi manfaat untuk masyarakat
dan dunia ilmu. Kini adalah masanya kita membangun pusat-pusat penelitian yang lebih bersifat akademik,
yang dijalankan oleh mereka yang memang ahlinya, dengan program yang sesuai dengan kepentingan
akademik UI dan kepentingan pihak luar yang beraneka ragam.
Tantangan terakhir adalah soal dana. UI harus mencari dana yang cukup untuk membiayai seluruh keperluan
operasional dan pengembangannya. Pada masa kini kondisi keuangan UI dikatakan masih kurang mencukupi,
meski gaji dosen UI yang pegawai negeri masih tetap ditanggung negara. Di luar subsidi gaji pegawai negeri,
bantuan proyek-proyek hibah dari pemerintah, serta pemasukan uang dari mahasiswa, UI hampir tidak
mempunyai sumber dana lain. Belajar dari berbagai universitas terkemuka di mancanegara, UI harus
memperluas ragam sumber dananya. Sumber dana yang belum digarap dengan maksimal antara lain adalah
sumbangan dari alumni dan perusahaan, usaha ventura, kolaborasi penelitian dengan pihak lain, dan jasa
konsultasi.
Di antara ke 8 tantangan di atas, nampaknya susah untuk menentukan mana yang lebih utama dari yang
lain. Sebagian orang mengatakan bahwa tantangan yang paling utama adalah dana. Dengan dana yang
cukup semua akan menjadi beres. Rasanya ini belum tentu. Dana yang melimpah belum tentu akan efektif
Landasan Ideal
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
6
di bawah pimpinan yang kurang cakap. Karena itu kata sebagian orang, faktor kepepimpinan lah yang paling
perlu ditangani. Namun demikian pendapat ini dapat pula dihujah balik, bahwa pimpinan tidak akan berarti
apa-apa tanpa didukung oleh staf akademik dan non-akademik yang handal dan profesional. Demikianlah,
maka mungkin dapat disimpulkan bahwa setiap tantangan mempunyai peranannya sendiri. Karena itu UI yang
unggul hanya akan dapat dicapai kalau keseluruhan tantangan di atas ditanggulangi secara sistemik dan simultan.
Fajar Baru di Ufuk Timur Kampus UI
Sejak UI menjadi sebuah Badan Hukum Milik Negara (BHMN) pada tahun 2000 yang lalu, kemudian
memperoleh Rektor baru, banyak sudah yang dicapai dalam usaha-usaha menuju ke keunggulan. Namun
demikian, sebanyak apa pun yang sudah kita usahakan, ternyata lebih banyak lagi tugas yang menunggu
untuk diselesaikan. Begitu banyak hal yang belum tersentuh sejak lama. Kita tidak boleh cepat puas diri
dengan hasil yang kita peroleh pada masa kini. Dalam masa awal pengembangannya, yaitu dalam rentang
waktu sejak tahun 2000 sampai 2006 ini, banyak sekali pelajaran yang dapat kita serap untuk diambil
hikmahnya. Beberapa gejala positif yang mulai muncul sejak itu antara lain adalah:
••••• mulai munculnya kesadaran tentang mutu akademik di seluruh fakultas,
••••• ada suasana kompetitif yang positif antar fakultas,
••••• peningkatan perhatian terhadap kemajuan program pendidikan reguler dan program internasionalisasi,
••••• di lingkungan Rektorat, penyelenggaraan bidang akademik makin terintegrasi, teratur dan mantap,
••••• sarana dan prasarana kampus makin lengkap, nyaman, dan indah,
••••• sistem teknologi informasi akademik makin berkembang canggih dan makin terakses,
••••• partisipasi fakultas dalam berbagai kegiatan Rektorat makin kentara,
••••• pemasukan dana yang makin besar, dan lain-lain.
Ini semua adalah langkah-langkah awal yang menggembirakan. Ini bermakna bahwa sangkakala gerakan
ke arah keunggulan telah ditiup di kampus UI. Kepak telah dikembangkan untuk siap menerbangkan UI
menuju ke puncak keunggulan. Jangan surut lagi. Kita mengharapkan pimpinan UI, siapa pun orangnya,
tetap berada di depan dengan gerakan yang lebih cepat, lebih berani, dan lebih cergas membawa bendera
UI menuju ke puncak gunung keunggulan.
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
Landasan Ideal 7
Visi UI 2022
Kini tibalah gilirannya kita merumuskan secara ringkas beberapa hal tentang landasan ideal UI. Pertama
adalah tentang visi UI. Visi Universitas Indonesia adalah pernyataan ringkas yang berisi keinginan,
cita-cita, atau bayangan tentang kondisi, bentuk dan karakter Universitas Indonesia untuk jangka masa
tertentu yang relatif lama, namun harus dinyatakan secara eksplisit dan realistik sehingga dapat diukur
pencapaiannya. Dalam merumuskan visi UI kita harus berlaku realistik, yaitu tentang sesuatu yang
mampu kita capai dalam waktu yang tidak begitu lama. Selama ini kita cenderung mengumbar slogan
ketimbang berkata dengan dasar kenyataan. Kita suka latah tanpa berpikir secara mendalam tentang
arti dari kata-kata yang telah kita ucapkan. Mulai kini marilah kita bersikap jujur dan kritis dengan diri
sendiri dan rendah hati.
Sekarang ini kita menginginkan UI menjadi sebuah universitas riset kelas dunia.1 Namun kita belum
pernah merinci kriteria dan standar dari universitas yang kita tuju tersebut. Seperti apa universitas riset
kelas dunia itu? Seperti Harvard University, London School of Economics, Princeton University, National
University of Singapore, Australian National University, atau Tokyo University? Akibatnya kita menjadi
seperti orang bisu bermimpi. Sebaliknya, kita selalu merasa resah dan alergik apabila mendengar hasil
evaluasi orang luar tentang posisi kita di ranking Asia atau di dunia, karena kita belum menduduki
posisi ranking yang baik.
Setelah itu kita lalu mengumpat diri sendiri. Pimpinan mengumpat bawahan karena kurang giat bekerja.
Sebaliknya, bawahan menyesali pimpinan yang kurang punya wibawa. Padahal kalau kita mengetahui
keadaan diri kita yang sebenarnya, kita tidak perlu saling menyalahkan, karena memang demikianlah kita
adanya. Kita saja yang selama ini tidak pernah tahu diri. Mengapa kita tidak tahu diri? Karena, kita tidak
pernah mengevaluasi diri secara lengkap dan jujur. Barulah pada 2 tahun terakhir ini kita mulai menyusun
laporan tahunan lengkap UI. Barulah pada tahun terakhir ini kita menyusun portfolio UI berdasarkan atas
buku panduan Badan Akreditasi Nasional. Itupun dilakukan dengan cara yang masih belum sempurna. Dan
1 Peraturan MWA-UI No. 004 Tahun 2006.
Landasan Ideal
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
8
setelah itu, kita pun belum tentu akan mempelajari hasil laporan dan portfolio itu dengan kritis dan teliti.
Sampai kini kita belum punya katalog UI (buku panduan umum UI). Karena itu, marilah kita berlaku realistik,
jujur dengan diri sendiri, rendah hati dan tahu diri.
Kita harus sadar bahwa visi adalah keinginan sekaligus janji kepada seluruh bangsa Indonesia tentang akan
jadi apa UI pada masa yang akan datang. Sekali keinginan dan janji sudah diungkapkan, maka diperlukan
komitmen, keseriusan, dan langkah yang pasti dari seluruh jajaran eksekutif dan insan Universitas Indonesia
untuk menetapi janji tersebut. Karena itu dalam menjabarkan sebuah visi, orang harus mempertimbangkan
kemampuan diri untuk mencapainya dalam waktu yang tidak terlalu lama (misalnya 10 atau 25 tahun)
berdasarkan atas kondisi nyata masa kini. Disamping itu visi harus atraktif yaitu mampu menarik komitmen
seluruh insan universitas, memberi semangat, inspiratif dan sekaligus menantang seluruh anggota universitas
untuk giat berusaha mencapainya. Visi bukan hanya merupakan bentuk kepedulian pimpinan saja, tapi juga
harus disepakati sebagai milik bersama seluruh jajaran eksekutif dan anggota Universitas Indonesia. Atas
pertimbangan-pertimbangan di atas maka dengan ini BPMA dan UPMA mengusulkan rumusan visi UI sebelum
melangkah ke universitas riset kelas dunia, yaitu sebagai berikut: “UI menjadi salah satu dari 5 universitas
terbaik di Asia dalam tahun 2022.”
Ini kami anggap realistik dan menantang, karena apa? Karena pada masa kini (2006) UI berada jauh di
bawah 5 universitas besar di Asia. Jangankan 100 besar universitas dunia, dalam 100 besar universitas di
Asia saja UI tidak termasuk, menurut penilaian suatu lembaga penilai yang dimuat dalam website
(www.spmb.com/asia100.htm). Patut juga untuk diketahui bahwa dalam daftar 100 universitas terbaik di
Asia tersebut, Thailand menyumbang 5 universitas, yaitu Chulalongkorn University (40), Asian Institute of
Technology Thailand (53), Chiang Mai University (58), Thammasat University (73), dan Mahidol University
(77). Sedangkan satu-satunya sumbangan Indonesia adalah dari Institut Teknologi Bandung (49).
Sebagian dari kita mungkin kurang setuju dengan penilaian di atas, lalu menunjuk kepada hasil akreditasi
Times Supplement Higher Education QS tahun 2006, yang menempatkan UI pada ranking ke 250 dari 520
universitas dunia, sekaligus nomor satu di antara perguruan tinggi di Indonesia. Meskipun demikian, kita
masih tetap di bawah Chulalonkorn University yang menduduki ranking 161, Universiti Kebangsaan Malaysia
ranking 185, Universiti Malaya ranking 192, dan National University of Singapore ranking 19.
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
Landasan Ideal 9
Sekarang mari kita lihat UI dari satu sudut pandangan yang lain lagi, yaitu sudut pandangan Academic
Ranking of World University (AWRU) yang dilakukan oleh Institute of Higher Education, Shanghai Jiao Tong
University tahun 2003. Mungkin sistem penilaian ini lebih cocok dengan UI, karena dia lebih menekankan
kriteria pendidikan dan riset, sedangkan kita tahu UI bercita-cita menjadi “Universitas riset kelas dunia.” Lalu
bagaimana hasilnya? Ternyata menurut AWRU tersebut UI tidak termasuk ke dalam Top 500 universitas
terbaik di dunia. Sebagai perbandingan, dalam Top 500 tersebut terdapat 36 universitas di Jepang, 16
universitas di China, 8 universitas di Korea Selatan, 2 di Singapura, dan 3 di India. Kira-kira di mana tempat
UI dalam AWRU tersebut? Wallahualam bissawab.
Dengan adanya informasi di atas kita menjadi bingung: sebenarnya di mana tempat yang tepat untuk UI
dalam daftar ranking universitas dunia? Sebaiknya kita memahami bahwa kriteria dan standar yang digunakan
untuk akreditasi universitas-universitas di dunia adalah berbeda antara satu institusi penilai dengan institusi
yang lain. Karena itu kita tidak boleh percaya secara total terhadap hasil akreditasi satu institusi penilai
tertentu.
Bagaimanapun, yang kita segera perlukan pada masa kini adalah pembanding. Kita perlu benchmark yang
betul-betul patut dan pantas menjadi pembanding diri kita. Untuk itulah disini diusulkan agar kita
membandingkan diri dengan universitas-universitas di Asia Tenggara untuk tingkat pertama dan Asia untuk
tingkat yang lebih tinggi. Ini adalah realistik dan menantang, karena kita bersaing dengan universitas yang
tidak terlalu jauh dari lingkungan sosial-politik-ekonomi kita. Ini adalah realistik dan menantang, karena kita
menggunakan kriteria dan standar yang relatif sama di Asia, apalagi Asia Tenggara 2.
Di atas semua itu, dalam melihat diri sendiri, kita selalu berkaca kepada apa yang dikatakan orang tentang
diri kita. Pada posisi nomor berapa kita ditempatkan orang dalam senarai (listing) universitas di Asia Tenggara
dan Asia? Cara kita menjabarkan visi ini adalah sesuai dengan cara orang mendefinisikan “World Class
University.” Bahwa “World Class University” adalah “ranking among the foremost in the world; of an international
standard of excellence.” Dalam hal ini, kita sebaiknya jangan dulu mencari “ranking among the foremost in
2 Untuk Asia Tenggara kita punya Asean University Network (AUN), yang telah menyepakati satu pedoman akreditasi yang samauntuk seluruh anggota AUN.
Landasan Ideal
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
10
the world,” tapi cukup sampai “ranking among the foremost in Southeast Asia and Asia.” Kalau pada aras
Asia Tenggara sudah tercapai barulah kita melangkah ke aras Asia, dan terus ke aras Dunia.
Apakah visi di atas tidak terlalu rendah, sehingga melemahkan semangat kita untuk mencapainya? Apakah
penilaian yang dibuat orang tersebut dapat dipercaya? Untuk menjawab pertanyaan ini, sekali lagi perlu
dipertanyakan: apakah kita sudah benar-benar kenal dengan kondisi akademik kita masa kini? Mari kita lihat
satu butir indikator saja, yaitu tentang dosen. Pada masa kini kita punya 2027 orang dosen tetap. Dari
jumlah tersebut hanya 465 (22.9%) orang yang bergelar doktor, dan 174 (8.6%) yang menyandang jabatan
fungsional profesor3.Padahal untuk menjadi sebuah universitas terbaik di Asia, jumlah dosen yang doktor
dan profesor sekurang-kurangnya 50%, dan sisanya adalah lektor kepala (associate professor) dan lektor
(assistant professor)4. Pertanyaan kita: apakah kesenjangan antara kondisi yang ideal dengan kondisi yang
nyata ini dapat kita selesaikan dalam waktu kurang dari 15 tahun, dalam keadaan dana yang katanya begini
cekak? Disinilah, diulangi lagi, kita perlu berlaku realistik dan rendah hati.
Disamping itu, kita pun harus menetapkan siapa yang akan kita jadikan benchmark. Di Indonesia, kita harus
berusaha sebanding, bahkan kalau bisa lebih baik, dengan tiga universitas BHMN yang lain, yaitu Universitas
Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Sementara itu
untuk luar negeri, kita mungkin bisa membanding diri dengan universitas-universitas di ASEAN, dengan
mengambil universitas-universitas anggota Asean University Network (AUN) di Malaysia, Singapura, Thailand,
dan Filipina sebagai benchmark. Masalahnya sekarang, bagaimana proses benchmarking ini akan kita
laksanakan?
Kita harus ingat bahwa universitas-universitas di Asia pada masa kini bukanlah institusi pendidikan yang
beku, merasa mapan, puas diri dengan keadaan diri mereka. Ini adalah satu pandangan yang keliru. Justru
pada masa kini semua universitas maju di Asia sedang demam peningkatan mutu akademik. Mereka sedang
giat-giatnya memperbaiki diri untuk mencapai mutu yang lebih tinggi, bersaing dengan universitas-universitas
di Amerika, Eropa, dan Australia. Mereka ingin mahasiswa-mahasiswa Asia tidak lagi pergi kuliah di luar
3 Data pada akhir Desember 2005, sebagaimana yang dilaporkan dalam Portfolio UI 2005.4 Universitas-universitas terbaik di USA rata-rata mempunyai dosen yang berijazah S3 di atas 95 %.
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
Landasan Ideal 11
negeri, tetapi tetap di negeri mereka sendiri, bahkan mereka ingin menarik mahasiswa dari luar untuk kuliah
di tempat mereka. Jadi semua universitas besar di Asia sedang berlomba. Karena itu, jika kita tidak ikut
dalam perlombaan ini, kita stagnan dengan kondisi yang sekarang, maka pasti posisi kita dalam ranking
universitas Asia, apalagi dunia, akan makin terpuruk. Untuk itulah, membandingkan diri dengan universitas-
universitas terbaik di Asia pada masa kini, bercita-cita menjadi salah satu dari lima universitas terbaik di
Asia, adalah realistik dan mencabar (challenging) semangat kita.
Fungsi dan Misi UI
UI adalah sebuah institusi yang bertugas menyelenggarakan pendidikan tinggi. Fungsi dari sebuah lembaga
pendidikan tinggi menurut Departemen Pendidikan Nasional adalah menyelenggarakan pendidikan/
pengajaran, penelitian, dan pengabdian/pelayanan masyarakat. Fungsi ini disebut dengan istilah Tridarma
Perguruan Tinggi. Dengan demikian fungsi UI adalah sama dengan Tridarma Perguruan Tinggi. Atas dasar
Tridarma Perguruan Tinggi lah terutama seluruh kegiatan akademik di UI dinilai.
Sementara itu, misi adalah pernyataan ringkas tentang tugas-tugas utama yang diemban oleh Universitas
Indonesia, untuk siapa tugas itu dilakukan, dan bagaimana cara tugas itu dilaksanakan dalam jangka waktu
yang cukup panjang (namun eksplisit rentang waktunya). Misi juga menggambarkan fokus perhatian
Universitas Indonesia dalam tahun-tahun mendatang. Apabila visi menyatakan keinginan Universitas Indonesia
akan menjadi seperti apa pada suatu masa nanti, maka misi menyatakan tentang apa yang terutama harus
dilakukan oleh Universitas Indonesia dalam rangka mencapai visi tersebut.
Misi UI, sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan MWA No. 004 tahun 2006 tentang Pokok-pokok
Pengembangan Universitas Indonesia Tahun 2007-2022 adalah sebagai berikut:
••••• Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berbasis riset di universitas untuk pengembangan ilmu,
tekonologi, seni, dan budaya; dan
••••• Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berbasis riset di universitas serta mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia dan
kemanusiaan
Landasan Ideal
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
12
Visi dan misi UI tidak dapat terlepas dari fungsi UI sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi yang bertanggung
jawab dalam bidang pendidikan/pengajaran, penelitian, dan pengabdian/pelayanan masyarakat. Karena itu,
mengacu kepada visi UI untuk menjadi salah satu dari lima universitas terbaik di Asia pada tahun 2022, serta
mempertimbangkan fungsi UI dalam bidang tridarma perguruan tinggi, maka secara lebih spesifik misi UI
tersebut dapat juga dijabarkan dalam bentuk sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang bermutu sehingga menghasilkan sarjana yang berintegritas
tinggi (menjunjung tinggi kejujuran, keterbukaan, dan peduli akan masalah kemanusiaan, khususnya
yang dihadapi oleh bangsa Indonesia), memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang unggul
sesuai dengan bidang studinya, dan memiliki kemampuan untuk bersaing dalam berbagai bidang kegiatan
dengan sarjana-sarjana lulusan universitas lain pada aras nasional maupun Asia;
2. Menyelenggarakan penelitian ilmiah maupun terapan untuk menghasilkan karya-karya ilmiah,
rekomendasi kebijakan dan solusi masalah, dan hak paten yang unggul pada aras Asia;
3. Menyelenggarakan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat yang hasilnya benar-benar
bermanfaat bagi kepentingan masyarakat umum, khususnya bagi masyarakat yang berada dalam
lingkungan terdekat UI.
Semangat Baru UI
Banyak orang berkata, kalau mau berubah dan maju berilah perhatian yang lebih besar pada aspek-aspek
kultural. “The central conservative truth is that it is culture, not politics, that determines the success of a
society...,” kata seorang sosiolog besar Amerika, Patrick Daniel Moynihan. Apakah yang dimaksud dengan
aspek-aspek kultural tersebut? Aspek kultural adalah hal-ihwal yang berkaitan dengan mentalitas manusia,
khususnya tentang nilai, etos, semangat, dst. Aspek kultural adalah dimensi psikokultural dari manusia.
Sehubungan dengan aspek kultural, atau dimensi psikokultural, maka dalam rangka mencapai tujuan untuk
menjadi lima besar Asia, atau universitas riset kelas dunia, Universitas Indonesia harus menetapkan dan
mengembangkan nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi dalam institusi ini. Untuk apa seorang dosen
mengajar, meneliti, dan melakukan pelayanan masyarakat? Nilai apa yang menjadi dasar seorang pegawai
administrasi bekerja dalam bidang non-akademik di UI? Semangat apa yang mendorong seorang mahasiswa
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
Landasan Ideal 13
menuntut pelajaran di UI? Nilai apa yang mendorong berjalannya seluruh kegiatan akademik di UI? Semua
mereka yang bergiat dalam bidang akademik maupun non-akademik di UI seharusnya digerakkan oleh satu
semangat yang sama. Satu nilai dan etos yang sama. Tanpa semangat yang sama, cita-cita untuk menjadi
5 besar Asia, apalagi universitas riset kelas dunia, tidak akan terwujud.
Kita menginginkan adanya satu semangat bulat bersama di UI, seperti semangat ketika bangsa Indonesia
mempertahankan kemerdekaannya dalam perang melawan penjajah pada tahun 1945-1949. Ketika itu seluruh
bangsa Indonesia disatukan oleh satu semangat yang disebut “Merdeka atau Mati,” yaitu menilai tinggi
kepentingan bangsa dan negara di atas segala kepentingan lain. Dengan modal semangat tersebut
kemerdekaan Indonesia dapat dipertahankan, meskipun untuk itu ribuan, bahkan ratusan ribu, nyawa harus
melayang. Namun mereka melayang dengan ikhlas, karena membela kepentingan yang lebih tinggi, yaitu
bangsa dan negara.
Kini kita menginginkan agar seluruh insan UI memiliki satu semangat juang yang sama. Sepatutnya setiap
insan UI bekerja, belajar, mengajar, meneliti, melayani masyarakat bukan terutama karena dorongan mencari
uang, mencari pangkat, mencari popularitas pribadi, atau mencari gengsi, tapi adalah karena ingin
menghasilkan kinerja yang lebih bermutu. Mutu dari kegiatan lah yang lebih kita utamakan. Seorang
mahasiswa belajar di UI bukan terutama untuk mengejar ijazah, tapi adalah untuk meningkatkan kemampuan
keilmuan dan ketrampilannya. Seorang dosen bekerja dengan giat agar terus dapat meningkatkan mutu
ilmu yang diajarkannya. Seorang dosen-peneliti bertungkus-lumus di laboratorium atau di tengah masyarakat
terutama untuk mendapatkan ilmu yang lebih tinggi, menemukan teori, rumus, dan konsep baru.
Jadi, sepatutnya semua orang di UI giat bekerja karena didorong terutama oleh nilai, keinginan, etos, atau
semangat untuk mengejar mutu akademik yang lebih baik. Kenapa begitu? Karena keunggulan terletak
pada mutu. Hanya dengan peningkatan mutu akademik-lah kita akan bisa mencapai keunggulan. Jika kita
perlu merumuskan semangat kultural UI ini dalam satu kalimat ringkas maka bunyi kalimat itu adalah “Striving
for Excellence,” yaitu “Berjuang Mencapai Keunggulan, Berjuang Mengejar Mutu.” Inilah semangat baru UI.
Semangat ini seharusnya kita miliki bersama, jika kita mau jadi 5 besar Asia pada tahun 2022 nanti. Semangat
ini perlu kita tanamkan ke dalam setiap dada insan UI. Semangat ini perlu kita sebar-luaskan ke seluruh
pelosok UI, di ruang kuliah, di laboratorium, di kamar Rektor-Dekan-Ketua Departemen, di lapangan olah
Landasan Ideal
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia
14
raga, di ruang seminar, bahkan di kantin-kantin makan mahasiswa. Sekali lagi, dinyatakan disini, semangat
baru UI adalah “Striving for Excellence,” “Berjuang Mencapai Keunggulan, Berjuang Mengejar Mutu.”
Dalam pelaksanaannya, nilai utama ini tidak dapat berdiri sendiri, tapi harus ditupang oleh nilai-nilai pilihan
yang lain. Untuk itu diusulkan bahwa semangat “Berjuang Mencapai Keunggulan, Berjuang Mengejar Mutu,”
harus didukung oleh enam semangat (nilai) yang lain, yaitu:
(1) Integrasi UI (UI incorporated).
(2) Penyempurnaan mutu akademik tiada henti (quality assurance).
(3) Kewirausahaan sosial (social entrepreneurship).
(4) Integritas (integrity).
(5) Keterbukaan (transparency).
(6) Profesionalisme (professionalism).
Keseluruhan tujuh nilai-nilai di atas kita sebut dengan istilah saptadharma, atau tujuh jalan pengabdian.
Tujuh jalan pengabdian (saptadharma) inilah yang akan menjadi dasar kita untuk menuju ke posisi 5 besar
Asia, dan seterusnya menjadi “Universitas riset kelas dunia.” Untuk memudahkan mengingatnya, uraian
saptadharma ini dapat disederhanakan dalam bentuk bagan di bawah ini.
Bagan Saptadharma UI
Berjuang Mencapai Keunggulan
Berjuang Mengejar Mutu
Integrasi UIPenjaminan
MutuIntegritas Keterbukaan Profesionalisme
Kewirausahaan
Sosial