tut k2

Upload: hanny-honeyy

Post on 14-Oct-2015

236 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

bahan tutorial

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUANA. SkenarioSeorang lansia berusia 65 tahun dengan jenis kelamin wanita datang ke dokter gigi klinik pribadi mengeluh tidak nyaman dengan gigi tiruan lengkap yang sudah dipasang sejak 2 minggu yang lalu. Pasien merasa gigi tiruannya menekan gusi, sehingga menyebabkan luka kemerahan. Pasien mempunyai riwayat penyakit jantung sejak usia 50 tahun. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan adanya ulcus dan tulang yang tajam (eksostosis) pada region mukosa gingival sebelah labial rahang bawah. Dokter tersebut memutuskan untuk memberikan medikasi secara topikal pada area ulserasi tersebut dan merekomendasikan ke pasien untuk dilakukan perawatan alveolectomy ke spesialis prostodonsia.

B. Latar Belakang Permasalahan

1. Macam macam bedah preprostetik2. Indikasi dan kontraindikasi bedah preprostetik3. Criteria dan cara pengukuran pada macam macam bedah preprostetik?4. Kenapa eksostosis harus dihilangkan?5. Tujuan alveolectomy?6. Klasifikasi alveolectomy7. Factor factor yang harus diperhatikan dalam melakukan alveolectomy?8. Indikasi dan kontraindikasi dari alveolectomy?9. Prosedur penatalaksanaan alveolectomy?10. Komplikasi pasca alveolectomy?11. Hubungan bedah alveolectomy dengan pasien riwayat penyakit jantung?12. Kapan dilakukan pembuatan GTL setelah dilakukan alveolectomy?13. Proses terjadinya eksostosis pada scenario?14. Etiologi timbulnya ulcer pada scenario?15. Medikasi topical pada ulserasi menggunakan apa?16. Prognosis pada scenario?

BAB IIPEMBAHASANBedah preprostetik merupakan tindakan bedah yang bertujuan memperbaiki keadaan tulang alveolar rahang agar dapat jadi lebih baik untuk penempatan gigi tiruan. Tujuan dilakukan bedah preprostetik ber7an mendapatkan protesa dgan retensi, stabilsasi, estetik, dan fungsi yang lebih baik. Macam macam bedah preprostetik, antara lain:Secara umum dibagi 3:a. Bedah jaringan tulang: - Alveolectomy - Implant - Alveolar augmentasi :pada keadaan resopsi tulang yang hebat (kayak cangkok tulang)- Alveoplasty : mempertahankan pembentukan lingir yang tersisa- Aleolotomy : tindakan membuka tulang alveolaris dg tujuan mempermudah pengambilan gigi impaksi atau sisa akar yang terbenam atau kista atau tumor, atau untuk melakukan tindakan apikoektomy- Torektomy: dilakukan untuk pengambilan torus, apabila pada pemasangan GT torus mengganggu. Proses pembadahan yang dilakukan untuk menghilangkan satu atau lebih tonjolan tulang baik pada rahang atas maupun rahang bawah.b. Jaringan lunak: - Gingivoplasti: tindakan bedah untuk menghilangkan atau membentuk kembali jar. Gusi shg lebih dapat diterima oleh GT.- Frenektomy: tindakan bedah untuk mengambil frenulum yang terlalu tinggi. Baik labialis atau lingualisc. Vestibuloplasty merupakan tindakan bedah bertujuan untuk meninggikan sulcus vestibular dengan cara reposisi mukosa, ikatan otot, dan otot yang melekat pada tulang yang akan menghasilkan sulkus vestibular yang dalam, untuk menambah stabilisasi pada protesa, prinsipnya untuk memperluas denture bearing (area yang mendukung stabilitas denture), dengan cara mempertinggi alveolar ridge melalui pendalaman sulkus.

Namun, ada juga yang mebaginya menjadi 2 kelompok. Yaitu bedah preprostetik mayor dan bedah preprostetik minor.a. Bedah preprostetik mayor, diantaranya meliputi augmentasi alveolaris relative (vestibuloplasti), augmentasi alveolaris absolute(osteotomi), implant. b. Bedah preprostetik minor diantaranya bedah pada jaringan keras dan lunak.Adapun indikasi dan kontarindikasi dilakukannya bedah preprostetik, adalah sebagai beikut:a. Indikasi :- Adanya eksostosis- Adanya torus- Adanya frenulum tinggi- Memperoleh keadaan linger alveolar yang baik- Tidak ada kondisi patologis pada IO dan EO- Nyeri akibat pemasangan gigi tiruan- Karena ulser yang berulang pada sekitar GT- Atrofi rahang karena proses fisiologis- Disfungsi yang tidak berkurang dengan perbaikan konvensional, misalnya disfungsi pengunyahan, bicara dan disfungsi TMJb. Kontraindikasi:- Pasien usia lanjut, usia lanjut tulang mengalami resopsi sehingga jika dilakukan pembedahan harus hati hati.- Kelainan psikologi: depresi, bingung, belum siap menggunakan gigi palsu. Sebelum dilakukannya suatu bedah preprostetik, alangkah baiknya jika dokter atau operator mengetahui kriteria yang seperti apa yang harus dilakukan suatu pembedahan pada daerah kerja.Berikut adl kriteria dan cara pengukuran pd daerah yg perlu dilakukan pembedahan preprostetik:a. Frenektomi, dilakukan pada frenulum yang tinggi bail lingualis maupun labialis. Pengukurannya dengan blance test: bibir ditarik keatas dilihat perlekatannya sampai mana. Untuk edentulous: Frenulum tinggi apabila perlekatan sampai puncak residual ridge. Frenulum yang sedang ditengah tengah puncak ridge dan fornix. Yang rendah di fornix. b. Kriteria vestibulum Pemeriksaan vestibulum dapat dengan kaca mulut. Dalam jika kaca mulut terbenam sampai setengahnya. Dangkal jika kurang dari setengahnya.c. Bentuk palatumBentuk palatum yang baik buat GTL adalah bentuk U. Kalau palatum berbentuk V memiliki retensi kurang baik.d. Torus palatineAda yang besar, sedang, kecil. Pemeriksaan dengan burnisher. Ditekan pada beberapa tempat untuk merasakan kenyal atau keras.e. Torus mandibulaPemeriksaannya sama dengan yang diatas. Yaitu menggunakan burnisher untuk mengetahui daerah yang kenyal dan yang keras.

Eksostosis merupakan tonjolan tulang pada prosesus alveolaris yang berbentuk membulat, serta tajam bila diraba, terasa sakit dan tidak dapat digerakkan. Sehingga dapat mengganggu retensi, stabilitas dan kenyamanan pada pasien yang menggunakan gigi tiruan. Agar tidak mengganggu retensi, stabilitas, dan kenyamanan pasien pengguna gigi tiruan maka perlu dilakukan pengambilan pada eksostosis tersebut. Tujuannya adalah sebagai berikut:a. Mengganggu kenyamanan protesab. Mengganggu stabilisasi dan retensic. Mengganggu estetik karena posisi di labiald. Menimbulkan trauma pada mukosa pasien, kalau tidak mengganggu kenyamanan tidak perlu dihilangkanPembedahan yang digunakan untuk mengambil eksostosis yaitu dengan alveolektomi. Alveolektomi merupakan bedah preprostetik yang betujuan untuk mengurangi tulang soket dengan cara mengurangi plate labial atau bukal dari prosessus alveolaris dengan pengambilan septum interdental dan interradikuler. Tujuan dilakukannya alveolectomi antara lain:a. Bertujuan mendapatkan protesa dg retensi, stabilsasi, estetik, dan fungsi yang lebih baikb. Untuk membuang ridge alveolus yang tajam dan menonjolc. Untuk membuang tulang intraseptal sewaktu dilakukan gingivektomyd. Untuk membentuk kontur tulang yang sesuai dengan kontur jaringan gingivale. Untuk memperbaiki prognatisme pada maxilla sehingga didapatkan estetik yang baik pada gigi tiruanAlveolectomi sendiri dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi, diantaranya adalah a. Simple alveolectomy, dilakukan setelah multiple extraksi, apabila ada tulang yang tajam diperiksa dulu baru di alveolectomy. b. Radical alveolectomy merupakan pembentukan kontur tulang radik dari tlg alveolar yang diindikasikan karena adanya undercut yang sangat menonjol. Apabila ada protusi maxilla. Atau bisa juga dibagi jadi 2:a. Primer: stlh dicabut, pembersihan tulang.b. Sekunder: tidak saat setelah pencabutan gigiAdapun klasifikasi lainnya, seperti: a. Alveolectomy pada gigi tunggalDilakukan karena daerah lama tak bergigi sudah mengalami resobsi, sehingga bila gigi tersebut dicabut tampak prosessus alveolaris yang lebih menonjol. b. Alveolectomy Deans (pencabutan Multiple)Dilakukan karena tulang antar akar tampak menonjol setelah gigi gigi dicabut, sehingga dapat dilakukan pencetakan dengan baik. c. Alveolectomy untuk mengurangi protusi maxillaDilakukan pada kaus labial protusi dari incisivus rahang atas dan prosessus alveolaris yang ekstrim digunakan teknik alveolektomi menurut obwegeser. d. Alveolectomy pada kortikal labial atau bukalDilakukan bila ada eksostosis pada tulang yang dapat mengganggu stabilitas protesa dan memudahkan pencetakan.Sebelum dilakukannya pembedahan alveolektomy, maka operator harus memperhatikan beberapa factor dalam pelakasanaan alveolectomy. Adapun beberapa factor yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu: a. Bentuk proc. Alveolaris : untuk mendapatkan bentuk U (yang paling baik). b. Sifat tulang yang diambil, gigi tiruan harus diletakkan pada tulang yang compact, jadi harus diperhatikan saat pengambilan tulangnya sehingga tidak gampang teresopsi.c. Usia pasien: pada pasien muda (tulang cenderung elastic atau plastis ) harus seminal mungkin karena pemakaian GTnya lebih lama.d. Penambahan free graf: setelah pencabutan gigi didapatka pembuangan tulang yang berlebih, dilakukan penambahan tulang kembali. Mempercepat proses pembentukan tulang baru, serta mengurangi resopsi tulang. e. Free graf: pengembalian tulang karena saat pengeburan berlebih. Seriphan tulang tulang hasil pengeburan dikembalikan ke daerah tsb. Perlekatannya dari darah. f. Proses resopsi tulang, maksutnya jika pasien mengalami periodontitis yang parah. Alveolektominya ditunda 4 8 minggu, ditangani dulu periodontitisnya.Indikasi dan kontraindikasi dari alveolectomy, antara lain:a. Indikasi:- Rahang yang perlu direparasi untuk prostetik sbg stabilisasi dan retensi dan estetik GT- Adanya alveolar ridge yang runcing yang dapat menyebabkan protesa tidak stabil.- Untuk menghilangkan tuberositas untuk mendapatkan protesa yang stabil- Adanya eksostosis yang perlu di eksisi- Ekstraksi gigi inflamatik atau trauma eksternal- Untuk menghilangkan undercutb. Kontraindikasi:- Pasien dengan penyakit sistemik- Periodontitis, merupakan penyakit periodontal yang parah, yang mengakibatkan kehilangan tulangSetelah mengetahui factor yang perlu diperhatikan dan indikasi serta kontraindikasi pada pembedah alveolektomi. Maka operator harus mengetahui prosedur kerja dalam pembedahan alveolektomy. Berikut adalah prosedur kerja alveolectomy:a. Disinfeksi dengan povidon iodineb. Anastesi daerah kerjac. Buat flap (trapezium atau triangular)pada daerah pembedahand. Pengurangan tulang dengan bur tulang, knalble tang, bone filee. Dilakukan perabaan dimukosa, kalau masih ada yang tajam dilakukan pengurangan lagif. Irigasi hingga bersih dengan larutan salin (NaCl)g. Apabila didapatkan pengambilan tulang yang berlebih dilakukan free grafh. Ditutup, dan dijahiti. Pemberian antibiotic, antiinflamasi, analgetikj. Instruksi pasienSetelah dilakukannya alveolectomy, tidak sedikit pasien yang mengeluhkan adanya komplikasi. Komplikasi yang bias timbul pasca dilakukan alveolektyomi antara lain:

a. Infeksib. Parastesic. Hematomad. Fraktur tulange. Osteomilitis f. Resopsi yg berlebihan g. Pembengkakan h. Nekrosis Pada pasien usia lanjut, biasanya ditemukan suatu penyakit sistemik. Diantaranya adalah pasien dengan penyakit jantung. HUBUNGAN BEDAH ALVEOLECTOMY DENGAN PASIEN RIWAYAT PENYAKIT JANTUNG ADALAH a. Penggunan anastesi tidak menggunakan adrenalin, b. antibiotic profilaksis, c. Obat antikoagulan (aspirin, aspilet) dihentikan 5 7 hari sebelum tindakan pembedahan, d. asepsis alat yang akan digunakan karena akan menyebabkan endokarditis. e. Pada psien penyakit jantung, mudah lelah jadi tindakan jangan terlalu lama.Setelah dilakukannya tindakan alveolektomy pada pasien pengguna gigi tiruan lengkap. Maka pembuatan gigi tiruan lengkap yang baru dapat dilakukan setelah 10 14 hari setelah luka operasi sembuh. Kemudian pasien baru dibuatkan gigi tiruan yang baru. Pada scenario diatas disebutkan bahwa terdapat eksostosis. Terbentukanya eksostosi pada scenario dikarenakan adanya proses respsi tulang pada usia lanjut yang terjadi fisologis dan tidak teratur. Sehingga didapatkan sisa tulang resopsi yang tajam dan mungkin ada yang tumpul. Bias juga dikarenakan adanya pencabutan gigi multiple dan tidak dilakukan tindakan alveolektomi primer setelah dilakukan pencabutan. Selain didapatkannya tulang yang tajam atau eksostosis, pada mukosa didekat eksostosis didapatkan ulsearsi yang mengganggu kenyamanan pasien. Prose terjadinya ulsearsi bias dikarenakan adanya eksostosis yang menyebabkan protesa menjadi tidak pas, sehingga protesa tersebut terlalu menekan dan kemudian mengiritasi jaringan penyangga dan timbullah ulser. UNTUK MENGURANGI KETIDAKNYAMANAN KARENA ADANYA ULSERASI maka dokter perlu memberikan medikasi berupa obat topical. Medikasi topical yang biasa digunakan antara lain:a. Topical analgeticb. Covering agent, tujuannya untuk melindungi ulser agar tidak terekspos sehingga proses reparative tidak terganggu.Prognosis setelah alveolectomy pada pasien lansia dengan penyakit jantung adalah baik. Karena factor factor yang telah disebutkan sebelumnya diperhatikan dengan baik oleh dokter sebelum dilakukan alveolectomy.

DAFTAR PUSTAKA1. Soelarko, R.M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full Denture, FKG Unpad, Bandung2. Budhisidharta, I. J., Narendra, O., Hadriyanto, W., 2009, Penggunaan Bone Graft Dan Membrane Periosteum Pada Apeks Reseksi Gigi Incisivus Immature, FKG UGM 3. Aditya, G., 1999, Alveoloplasty Sebagai Tindakan Bedah Preprostetik, Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.4. Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in Peterson et al., 1998, Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia W. B. Saunders Co5. Stephens W., Preprosthetic Oral and maxillofacial Surgery in Donoff B, 1997. Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby6. www.ui.ac.id drg.asnul arfani sp.prost7. www.usu.ac.id

I. AlveoplastiMempertahankan pembentukan lingir kembali yang tersisa (secara pembedahan) agar permukaannya dapat dibebani protesa dengan baik, dilakukan untuk mempersiapkan linger berkisar 1 gigi sampai setelah gigi dalam rahang.Bila satu atau lebih gigi permanen yang hilang akibat ekstraksi, cedera atau kecelakaan, setiap ada gigi meninggalkan lubang di tulang rahang. Meskipun akan menyembuhkan gusi di atas lubang, tulang rahang yang mendasari pasti akan memiliki tinggi dan rendah pengembalian points.causing seperti menggosok gigi palsu terhadap poin tinggi, membuat sakit bintik-bintik, dan cocok buruk. Lebih lanjut, seiring dengan waktu, edentulous (ompong) daerah rahang juga akan kehilangan sejumlah besar tulang, menyebabkan penipisan bagian atas punggung bukit dan lagi membuat gigi tiruan yang tepat sesuai dengan mimpi buruk. Akhirnya, beberapa orang hanya memiliki sedikit tambahan tulang menonjol keluar dari tulang rahang utama, mencegah gigi tiruan benar cocok juga.Dalam situasi seperti itu, kita gunakan untuk kelancaran keluar alveoplasty daerah-daerah yang tidak rata, meratakan dan lancip terlalu tipis pegunungan yang menawan, dan mempersiapkan untuk menerima gigi palsu rahang berhasil. Alveoplasty tidak hanya memastikan yang lebih baik yang cocok untuk gigi palsu, tetapi membantu mengontrol perdarahan dan meningkatkan waktu penyembuhan berikut beberapa ekstraksi, karena kita sebenarnya jahitan soket gigi tertutup daripada membiarkan mereka terbuka untuk mengisi dengan gumpalan darah seperti dengan ekstraksi satu gigi umum. Cepat penyembuhan sangat membantu untuk pasien kanker bersiap-siap untuk menerima radiasi kepala atau leher. Untuk pasien seperti itu, gigi membusuk harus dibuang dan alas sembuh sepenuhnya sebelum memulai terapi. Kita sering melakukan alveoplasty selama janji yang sama dengan satu atau beberapa ekstraksi. Dalam kasus tersebut, kami akan melakukan ekstraksi pertama.. Kemudian, untuk memulai alveoplasty prosedur, dokter bedah Anda akan hanya membuat sayatan hati-hati dalam jaringan karet, kupas kembali untuk mengekspos tulang, menghilangkan kelebihan daerah kurus dengan gunting dan sebuah rotari bor, kemudian halus bagian dengan sebuah file. Setelah merapikan tulang, dokter bedah Anda akan menghapus partikel tulang melalui irigasi, kemudian jahitan seluruh sayatan tertutup. Biasanya, kita akan menggunakan teknik penguncian-jahit untuk meminimalkan perdarahan dan menutup jaringan secara efisien. Kadang-kadang dokter gigi Anda akan mengambil kesan rahang Anda dan memberikan kami dengan model ini (atau stent) sebagai sarana untuk menunjukkan dengan tepat di mana tulang harus dihilangkan. Dalam kasus tersebut, ahli bedah akan mengganti jaringan gusi atas merapikan tulang, tempatkan stent di atas, dan membentuk kembali tulang yang diperlukan untuk mengakomodasi.

II.I INDIKASIa. Bumbungan alveolus tidak rata, tajam atau ad undercut yang menyilitkanpemasanganprotesa.b. Penderita yang bibir atasnya pendek, sehingga tidak dapat menutupi gigi tiruan.II.II TUJUAN1. Memperbaiki kelainan dan kista ridge alveolar yang menganggu adaptasiprotesa2. Meratakan tekanan kunyah yang besar pada permukaan jaringan yang mendukung gigi tiruan.II.IV Persiapan Prosedur Anda Ada banyak kemungkinan skenario yang memerlukan alveoplasty, masing-masing tingkat berbeda memerlukan anestesi. Jika kita tidak mengeluarkan gigi, tetapi hanya melakukan sebuah alveoplasty, kita biasanya menggunakan anestesi lokal. Kalau kita mengeluarkan beberapa gigi sebelum alveoplasty, kita dapat menggunakan IV anestesi. Atau, kalau kita mengeluarkan sejumlah besar gigi, kita dapat memilih anestesi umum. Kita akan membicarakan pilihan ini dengan Anda selama konsultasi Anda janji. . Sebelum prosedur Anda, kami akan sering menyediakan Anda dengan obat kumur antimikroba yang dapat digunakan untuk bilasan mulut Anda, di samping antibiotik oral dan / atau sakit obat.

II.V Pemulihan Setelah alveoplasty Anda, Anda mungkin akan menemukan bahwa daerah operasi sakit, bengkak, dan mungkin sedikit memar. Rasa sakit hanya akan bertahan sekitar satu minggu, dan dapat dikontrol melalui rasa sakit resep obat untuk satu atau dua hari, diikuti oleh beberapa hari over-the-counter analgesik seperti acetaminophen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin dan lain-lain). Sebagian besar pembengkakan akan puncak pada 24 jam, kemudian taper off; menerapkan kompres es ke wajah Anda atas wilayah tersebut akan meminimalkan hal ini.. Pendarahan akan juga lancip mati setelah 24 jam pertama. Untuk mendorong pemulihan cepat, kita akan sering meresepkan antibiotik dan / atau dan bilas antibakteri untuk mencegah infeksi di daerah, terutama jika Anda sudah berusia lanjut atau memiliki banyak gigi dihapus.. Anda juga dapat bilas dengan larutan garam.. Untuk meminimalkan perdarahan dan melindungi jahitan terus, kami merekomendasikan diet yang lembut, banyak cairan bening, dan menghindari penggunaan sedotan jerami karena dapat menyebabkan perdarahan. . Sesekali, bibir dan dagu saraf mungkin sedikit memar ketika alveoplasty dilakukan pada rahang bawah Dalam kasus tersebut, Anda akan melihat baal bahkan setelah obat bius telah memudar.. Karena menyembuhkan saraf perlahan-lahan, kondisi ini dapat bertahan selama tiga sampai enam bulan, meskipun tidak akan menimbulkan terkulai atau kentara bagi orang luar. . Tujuh hingga 10 hari setelah operasi, dokter bedah Anda akan mengevaluasi kemajuan penyembuhan Anda.

PREPARASI JARINGAN KERASI Pengambilan TorusTorus pada rahang atas dan bawah (eksostosis) akan menyebabkan gangguan pada pembuatan dan pemakaian protesa. Torus biasanya diambil melalui prosedur tersendiri, terpisah dari pencabutan atau alveoplasti.

III.I.I Torus palatinusTorus palatinus mempunyai ukuran dan bentuk sangat bervariasi, bisa berupa tonjolan kecil tunggal atau berupa tonjolan multilobuler yang luas. Pembedahan untuk menghilangkan torus ini pada dasarnya sama tanpa memperhatikan bentuknya. Dibuat insisi sagital tunggal pada pertengahan palatal dimulai 1cm di depan garis vibrasi dan dilanjutkan ke depan tepat di belakang papila insisiva, dilanjutkan ke anterior sebagai dua insisi yang serong, sehingga keduanya membentuk huruf V Apabila diperlukan jalan masuk tambahan, insisi pembebas yang serupa dibuat pada bagian posterior, perlu diperhatikan jangan sampai memotong a. palatina mayor. Kemudian flap mukoperiosteal tersebut disingkapkan ke arah bukal (lateral). Untuk memungkinkan retraksi dan jalan masuk yang aman, flap ini dijahit sememtara pada puncak lingir residual. Tulang kemudian diukur ketingggiannya dengan menggunakan bur fisur disertai irigasi salin steril. Kemudian potongan-potongan torus diambil dengan osteotom, dengan menggunakan mallet atau ditekan dengan tangan Penghalusan akhir dilakukan dengan bur besar bulat atau bur akrilik yang berbentuk buah pir dan kikir tulang. Pertimbangan utama dalam pengambilan torus palatum adalah menghindari terjadinya lubang pada dasar rongga hidung.Sesudah irigasi dan inspeksi, dilakukan penjajagan penutupan flap. Apabila ada jaringan lunak yang berlebihan maka dilakukan pemotongan seperlunya. Penutupan dimulai dari posterior dan dengan beberapa jahitan matres horizontal terputus. Penempatan jahitan dimungkinkan jika jahitan tidak disimpul (namun hanya ditahan dengan hemostat) sampai semua jahitan sudah terpasang. Hematom yang terjadi dibawah flap palatal merupakan hal yang biasa terjadi. Kejadian ini bisa dihindari atau diperkecil dengan menggunakan stent bedah akrilik atau dengan pengikatan sponge pada palatum sehingga membantu menekan flap ke arah palatum

II Torus mandibulaTorus mandibula terlatak di atas perlekatan otot milohioid, dan biasanya bilateral. Pengambilan dilakukan dengan membuat flap envelope yang relatif panjang di lingual tanpa insisi tambahan . Suatu insisi dengan ketebalan penuh (menyertakan mukosa dan periosteum) dibuat di atas puncak lingir residual atau pada kreviks gingival bagian lingual, apabila giginya masih ada. Flap mukoperiosteal tersebut kemudian disingkapkan dari permukaan superior dan permukaan lingual dari lingir dan torus dengan hati-hati untuk menghindari sobeknya flap. Dengan menggunakan bur bulat atau fisur dilakukan pengeburan dengan kedalaman 3-4 mm sepanjang garis pertemuan antara torus dengan permukaan kortikal mandibula dari posterior ke anterior. Pengeboran ini dibuat sejajar atau sedikit miring terhadap permukaan medial mandibula. Sekali lagi pengambilan torus bisa dilakukan dengan menggunakan osteotom.

Karena biasanya terdapat celah alami di antara torus dengan lamina mandibularis lingual, maka untuk melepas torus hanya memerlukan kekuatan tarikan yang sedikit saja. Sesudah dilakukan penghalusan akhir dengan menggunakan bur dan kikir tulang, bagian tersebut diirigasi dengan salin steril dan diinspeksi. Penutupan dilakukan dengan jahitan kontinyu dari posterior ke anterior. Pembentukan hematom lebih jarang terjadi dibanding dengan pengambilan torus palatinus.

III Prosedur yang lainnya Eksostosis atau Gangguan PenulanganProsedur korektif yang lain meliputi pengambilan eksostosis dan reduksi atau pengambilan puncak milohioid atau tuberkulum genial. Eksostosis mudah diambil apabila jalan masuk sudah didapatkan. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan flap envelope atau semilunar asalkan ukurannya memadai. Baik tuberkulum genial maupun puncak milohioid mempunyai bagian tertentu yang merupakan tempat perlekatan otot, yang cenderung membentuk tonjolan dan mempengaruhi proses atropi pada mandibula. Melalui insisi lingual berbentuk lengkungan maka m. genioglossus dan tuberkulum superior dengan mudah bisa dilihat. Ototnya dipisahkan dengan pisau atau gunting dan tuberkulum dipotong dengan bur. Apabila reduksi yang telah dilakukan itu tidak menghilangkan gangguan yang ada, bisa dilakukan penataan kembali melalui insisi yang serupa, yang dapat mempertahankan perlakatan otot atau tulang, tetapi memisahkan dan mereposisi tuberkulum genial superior dan inferior lebih ke inferior.

Lingir MilohioidPendekatan terhadap lingir milohioid serupa dengan pengambilan torus mandibula yaitu dengan pembuatan flap envelope lingual yang luas dan disingkapkan dari puncak lingir residual. M. mylohyoideus dipisahkan dari origonya dengan menggunakan skalpel (#5) dan kemudian lingir dibentuk kembali atau diambil dengan menggunakan bur tulang. Tidak dilakukan usaha untuk mencekatkan kembali m. mylohyoideus. Pengambilan tuberkulum genial bersamaan dengan milohioid harus dihindarkan, karena kontrol lingual secara nyata mengalami gangguan apabila hal tersebut dilakukan.

Spina NasalisApabila resorpsi lingir maxila sangat ekstrem, spina nasalis anterior bisa menjadi sangat menonjol sehingga mengganggu pinggiran protesa gigi. Spina nasalis bisa dengan mudah diambil dengan menggunakan rongeur atau bur tulang melalui flap semilunar yang ditempatkan di sebelah bawahnya.

PREPARASI JARINGAN LUNAKKoreksi jaringan lunak yang berupa bermacam-macam frenektomi dan tuberoplasti dapat meningkatkan kenyamanan dan kestabilan protesa, hanya dengan usaha pembedahan yang relatif sederhana dan tidak menyakitkan.

I FRENEKTOMI LABIALFrenulum labial bukanlah tali muscular tetapi terdiri dari mukosa dan jaringan ikat fibrosa. Keduanya tidak memberikan peranan fungsional kecuali pasif untuk membatasi gerak bibir. Frenulum labial superior adalah yang paling sering menimbulkan masalah. Ini dengan mudah di eksisi dengan insisi elips di sekitarnya. Setelah mukosa diambil, dilakukan penyesetan dari lateral paa bidang supraperiosteal utuk membebaskan tali=tali fibrosa dari tempat perlekatan. Penempatan jaringanpertama sangat penting karena cenderung menentukan kedalaman vestibular. Jahitan ini melalui tiga lapisan, periostreum kemudian mukosa lagi. Penutupan disempurnakan dengan jaringan terputus tambahan atau dengan teknik kontinu. Edema labial bisa dikontrol dengan baik dengan aplikasi es, pembalut eksternal dengan penekanan, atau keduanya. Eksisi spinanasalis anterior yang menonjol dan frenulum labialis di dekatnya, kadang dilakukan bersamaan.

II FRENEKTOMI LINGUALFrenektomi/frenetomi lingual kadang-kadang dilakukan pada anak-anak atas anjuran ortodontis, dokter gigi anak, atau orang tua. Baik pada anak-anak atau pada orang dewasa yang tak bergigi bisa digunakan teknik yang sama, walaupun untuk bayi kadang-kadang frenotomi sederhana sudah mencukupi. Lidah diimobilisi dengan jahitan pada bagian ujungnya. Garis besar ditentukan dengan insisi mucosal. Kemudian frenulum dieksisi dengan menggunakan gunting atau tang fiksasi jaringan dimana tempat diksesi lebih dekat kea rah lidah, bukan kedasar mulut. Penutupan bisa dilakukan dengan baik dngan menggunakan gut/bahan yang bisa diabsorbsi yang lain karena pembukaan jahitan sering sulit dan menyakitkan.mungkin terjadi edema lingual sesudah dilakukan frenektomi, maka dianjurkan pada pasien untuk menempelkan atau menggulum es sesering mungkin. Eksisi yang berbentuk elips dapat digunakan pada sebagian besar kasus penganmbilan flenulum. Prosedur yang lama misalnya Z-plasti relatif sulit untuk mukosa mulut dan ileh karena itu jarang diindikasikan.

III REDUKSI TUBEROSITASReduksi tuberositas terutama melibatkan eksisi jaringan lunak, tetapi apabila terjadi hipertrofi yang ekstrem dan celah antar linger kurang memadai, maka diperlukan pemotongan tulang. Tuberositas direduksi melalui dua arah, yaitu vertikal untuk mendapatkan celah antar-lingir, dan horizontal untuk mereduksi/menghilangkan undercut bagian bukal. Umumnya diperlukan reduksi pada kedua arah tersebut. Inisiasi awal awal biasanya berupa elips, mulai dari distal tuberositasmenuju arah premolar. Eksisi pada bagian bukal dan platinal serong, dan bertemu pada supraperiosteal (diatas lingir), sehingga eksisinya berbentuk huruf V. sesudah dieksisi berbentuk elips V, tepi-tepi insisi segitiga dibagian bukaldan lingual, segitiga sagital dieksisi. Flap kemudian dijahit sementara untuk mendapatkan celah antar-lingir. Apabila diperlukan celah yang lebih lebar lagi, maka tulang dieksisi dengan menggunakan Rongeur, dan harus diperhatikan jangan sampai masuk kedalam antrum. Hal yang sangat perlu dipertimbangkan adalah bahwa reduksi yang berlebihan dari tuberositas dalam arah vertikal akan sangat mengurangi atau menghilangkan notch hamular tuberositas posterior. Kelebihan mukosa dieksisi, dan penutupan dilakukan dengan jahitan terputus atau kontinu. Apabila protesa telah tersedia, lapisilah dengan bahan kondisioner jaringan sehingga bisa berfungsi seperti biasa dan memacu/mempercepat proses penyembuhan.IV PROSEDUR LAIN Hyperplasia papillaHyperplasia papilla merupakan suatu kondisi yang terjadi pada daerah palatal yang tertutup oleh protesa. Daerah ini biasanya tampak merah misalnya eritemaus/mengalami keradangan. Dengan tonjolan-tonjolan pada mukosa yang berupa papilla kecil multipel. Perawatannya meliputi reduksi pada daerah yang mengalami keradangan; pelapisan (relining)protesa dengan menggunakan bahan kondisioner jaringan atau mengistirahatkan mukosa dengan jalan melepaskan protesa tersebut. Organisma kandida biasanya terlibat pada kondisi ini, karena itu perawatan dengan antijamur misalnya salep nistatin (Mycostatin) seringkali cocok. Merendam protesa didalam larutan nistatin juga membantu mengontrol infeksi. Komponen papilla kemudian diambil sampai supraperiosteal, dengan menggunakan bedah elektro, dengan memotong memakai pisau, atau dengan teknik muko atau dermabrasi.

Hiperplasia fibrosa`Hiperplasia vestibular yang mengalami keradangan dan linger yang kendur merupakan akibat dari cedera oleh karena pemakaian protesa ditambah resorpsi tulang, baik patologis atau fisiologis. Lesi hiperplastik berkembang di dekat pinggiran protesa dan berbentuk sebagai mukosa yang panjang, mengandung jaringan fibrosa atau sikatrik atau jaringan parut dan kadang-kadang mengalami ulserasi. Perawatan dilakukan dengan eksisi sederhana tetapi ini tidak akan berarti apabila tidak dilakukan tebasing pada protesa atau dibuatkan protesa yang baru yang baru, paling tidak sayap yang mengiritasi diperbaiki. Tidak melakukan pemeriksaan histopatologi terhadap jaringan yang dieksisi tersebut, bisa merupakan kesalahan yang serius karena karsinoma papila, kadang memberikan tanda-tanda klinis yang serupa.

Jaringan Lunak yang berlebihanKeadaan jaringan lunak yang berlebihan (flabby) terutama diagnose dengan palpasi yang dapat menunjukkan jaringan lunak yang bergerak tanpa dukungan tulang yang memadai. Ada beberapa alternatif penatalaksanaan jaringan lunak yang berlebihan, yaitu eksisi yang sederhana, vestibuloplasti, penambahan lingir. Besarnya kerusakan lingir menentukan jenis terapinya. Apabila hilangnya tulang hanya sedikit, maka eksisi yang sederhana sudah dianggap cukup. Pada kehilangan tulang tingkat sedang, testibuloplasti memberikan hasil yang memuaskan, sedangkanc apabila tulang yang hilang sangat luas, mungkin memerlukan penambahan linggir.keadaan ini yang paling sering terjadi pada seorang pemakai gigi tiruan penuh pada rahang atas sedangkan gigi anterior bawah masih baik. Apabila tidak menggunakan gigi tiruan sebagian untuk gigi posterior bawah, biasanya akan terjadi kehancuran yang sangat ekstrim pada linggir rahang atas. Penatalaksanaan kasus semacam ini tanpa mengubah atau menghilangkan etiologinya, yaitu dibuatkan geligi tiruan sebagian yang baik atau mencabut gigi-gigi bawah antagonisnya, akan memberikan hasil kurang baik.Komplikasi Pasca Bedah Pre Prostetik, Ortodontik dan Konservatif A. Pengertian Komplikasi Pre-Prostetik, Ortodontik dan Konservatif1. Pengertian Bedah preprostetikBedah Preprostetik adalah suatu operasi yang bertujuan untuk mengeliminasilesi atau abnormalitas tertentu dari jaringan keras dan lunak dari rahang, sehinggapeletakan piranti prostetik dapat berhasil. (Bedrossian, 2007).Preprosthetic operasi biasanya melibatkan mempersiapkan rongga mulut untuk penempatan prosthetics dilepas (gigi tiruan penuh atau sebagian dilepas). Sering kali rencana perawatan pasien melibatkan gigi tiruan lepasan sebagai restorasi sementara atau akhir. Tergantung pada keadaan lisan pasien yang mendukung struktur, tulang dan jaringan gusi, mungkin memerlukan prosedur bedah terlebih dahulu untuk memberikan fungsi, dan kenyamanan yang dapat diterima gigi tiruan. (Oyama, 2009). Macam-macam bedah preprostetik diantaranya:a. Alveolektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang radikal untuk mengambil prosessus alveolaris sehingga bisa dilakukan aposisi mukosa untuk mempersiapkan lingir sebelum dilakukan terapi radiasi. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kontur yang tidak diinginkan, pegunungan, maupun tajam untuk memberikan landasan yang lebih halus yang nyaman untuk gigi tiruan sebuah. (Pedersen, 1997)b. Gingivoplasty sama. Mereka dilakukan untuk menghapus atau membentuk kembali jaringan gusi untuk memberikan permukaan yang lebih dapat diterima untuk gigi tiruan removable. Kadang-kadang jaringan lunak kelebihan atau berlebihan memerlukan penghapusan (Fortin, 2000).c. Torus removal adalah prosedur pembedahan yang dilakukanuntuk menghilangkansatuataulebihtonjolanekstratulangbaik padarahang atas maupun rahang bawah.Meskipun segmen seperti tulang tambahan tidak berbahaya, kehadiran tulang ini dapat menjadikan masalah bagi pasien yang memerlukan beberapa jenis protesa gigi, seperti gigi tiruan lengkap ataupun sebagian. (Neville, et all., 2002)d. Frenektomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk menghilangkan jaringan fibrosa (frenulum). Pembedahan jaringan lunak ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan dan kestabilan protesa. (Pedersen, 1997)e. Vestibuloplasty suatu tindakan memperdalam sulkus vestibulum. Prosedur memperdalam sulkus untuk rahang atas atau bawah biasanya dibutuhkan oleh sulkus yang sangat rendah sehinggga protesa tidak stabil.f. Implan merupakan prosedur tindakan bedah yang bertujuan untuk pemasangan akar gigi buatan yang nantinya digunakan untuk menyagga gigi tiruan.

2. Pengertian Bedah OrthognatikBedah ortognatik adalah tindakan bedah yang bertujuan untuk meluruskan atau membentuk rahang sehingga diperoleh bentuk rahang yang selaras atau normal dengan melakukan koreksi atau perbaikan pada kelainan kecil atau besar pada tulang skeletal rahang yang menyebabkan terjadinya malaoklusi, dengan keuntungan akan memperbaiki fungsi kunyah, fungsi bicara dan bernafas. (http://coenpramonoprof.com/pages/bedah-ortognatik-orthognathic-surgery.html)

Macam-macam bedah orthognatik:a. Prosedur maksilaProsedur koreksi rahang atas meliputi mobilisasi dan reposisi seluruh rahang atas (prosesus alveolaris beserta palatum) atau satu segmen dari prosesus alveolaris. (Pedersen, 1997), Prosedur yang paling sering dilakukan adalah:- Osteotomi maksila total dan Osteotomi Le Fort 1Tindakan pembedahan ini bertujuan untuk mengoreksi deformitas gigitan terbuka anterior. Keberhasilan penutupan deformitas gigitan terbuka anterior yang stabil tergantung pada persiapan yang baik dan perawatan ortodonti lanjutan. Prosedur ini dapat dilakukan pada kasus-kasus: hiperplasi/hipoplasi maksila, dan protusi/retrusi maksila.b. Prosedur MandibulaProsedur koreksi rahang bawah meliputi reposisi seluruh atau sebagian rahang bawah. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan adalah:- Osteotomi ramus vertical adalah pemotongan dari seluruh ketebalan ramus pada bidang medio-lateral (koronal) dari sigmoid notch sampai ke region angulus mandibula. Osteotomi memungkinkan dilakukannya perbaikan posisi dari seluruh bagian anterior mandibula (distal) dan kumpulan neurovascular- Osteotomi ramus sagital mandibula adalah pemotongan dari ramus pada bidang antero-posterior yang memisahkan korteks dan memungkinkan dilakukannya perbaikan posisi dari kumpulan neurovascular alveolaris inferior, korteks medial ramus dan pars alveolaris mandibula bagian distal sebagai satu kesatuan- Osteotomi mandibula total adalah prosedur pembedahan dengan menggerakkan pars alveolaris bagian anterior dan alveolaris mandibula sehingga dapat diperbaiki posisinya3. Pengertian Bedah KonservatifBedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan berbagai cara untuk melakukan perbaikan terhadap bagian gigi yang diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan, daripada melakukan amputasi.B. Macam-Macam komplikasi Pasca Bedah Pre-Prostetik, Ortognati dan KonservatifPembedahan tidak boleh dilakukan secara sembarangan oleh karena dapat menimbulkan efek samping/komplikasi yang tidak diinginkan, misalkan perdarahan, edema, trismus, dry soket dan masih banyak lagi. Dokter gigi harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang ia lakukan merupakan suatu tindakan yang ideal, dan dalam rangka untuk mencapai tujuan itu ia harus menyesuaikan tekniknya untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dan komplikasi yang mungkin timbul akibat pencabutan dari tiap-tiap gigi (Cannizzaro, 2007).Seperti operasi lainnya, ada beberapa komplikasi seperti perdarahan, pembengkakan, infeksi mual dan muntah (Alessandro, 2006). Secara umum, komplikasi dari tindakan pembedahan preprostetik, orthodonttik dan konservatif ini terjadi, namun tidak sering (Eckert, 2006). Jika operasi yang melibatkan rahang atas, maka operasi bisa berpengaruh pada bentuk hidung pasien. Hal ini dapat diminimalkan dengan perencanaan yang matang dan eksekusi akurat dari rencana bedah. Kadang-kadang, ini dianggap bagian dari manfaat tersebut (Panula, 2001). Seperti halnya prosedur operasi, efek samping tertentu dan komplikasi yang mungkin terjadi sebagai berikut: a. Perdarahan dapat terjadi selama atau setelah operasi. perdarahan reaksioner terjadi dalam 24 jam pertama setelah operasi, dan perdarahan sekunder terjadi 5 sampai 7 hari setelah operasi dan biasanya merupakan akibat dari infeksi. Jika perdarahan yang berlebihan selama operasi, transfusi mungkin diperlukan. Bisa mengalami reaksi terhadap obat yang diberikan dikenal sebagai angioedema. Angioedema adalah cepat pembengkakan jaringan dan dapat menyebabkan reaksi anafilaksis atau penyumbatan saluran napas yang mengancam jiwa jika pembengkakan telah terjadi di tenggorokan (Hassan, 2002).b. Hematom adalah koleksi (kumpulan) dari darah diluar pembuluh darah. Hematoma terjadi karena dinding pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana ia tidak pada tempatnya. Hematoma mungkin adalah kecil, dengan hanya satu titik darah atau ia dapat menjadi besar dan menyebabkan pembengkakan yang signifikanc. Pembengkakan merupakan reaksi normal untuk setiap prosedur operasi, dan jumlahnya bervariasi dengan individu dan prosedur. Pembengkakan kemungkinan akan meningkat kira-kira 24 sampai 72 jam setelah operasi. d. Neuralgia.Serangan Trigeminal neuralgia dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik. Trigeminal neuralgia biasanya hanya terasa di satu sisi wajah, tetapi bisa juga menyebar dengan pola yang lebih luas. Jarang sekali terasa di kedua sisi wajah dlm waktu bersamaan.Ada kemungkinan terjadi kompresi vaskuler sebagai dasar penyebab umum dari sindroma saraf kranial ini. Kompresi pembuluh darah yang berdenyut, baik dari arteri maupun vena, adalah penyebab utamanya. Letak kompresi berhubungan dengan gejala klinis yang timbul. Misalnya, kompresi pada bagian rostral dari nervus trigeminus akan mengakibatkan neuralgia pada cabang oftalmicus dari nervus trigeminus, dan seterusnya. Menurut Calvin, sekitar 90% dari neuralgia Trigeminal penyebabnya adalah adanya arteri salah tempat yang melingkari serabut saraf ini pada usia lanjut. Pembuluh darah yang menekan tidak harus berdiameter besar. Walaupun hanya kecil, misalnya dengan diameter 50-100 um saja, sudah bisa menimbulkan neuralgia, hemifacial spasm, tinnitus, ataupun vertigo.e. Infeksi merupakan risiko potensial setiap prosedur operasi, dan jika infeksi terjadi, biasanya diobati dengan antibiotik. Infeksi yang dihasilkan disebut sinusitis yang tidak merespon dengan baik terhadap antibiotik dan mungkin memerlukan operasi tambahan untuk mengeringkan sinus. Sinusitus berpotensi dapat mengakibatkan berbagai komplikasi, beberapa di antaranya mematikan dan memerlukan operasi segera. sinusitus komplikasi termasuk abses otak, meningitis, abses orbit, orbital selulitis, abses epidural, empiema subdural, trombosis sinus gua, dan osteomyeltis semua yang diketahui telah terjadi setelah pencabutan gigi bungsu dan diuraikan secara lebih rinci di bawah ini. Selain itu, sinusitus dapat menyebabkan polip hidung dan mucoceles. (Barak, 2005)f. Perubahan posisi rahang baru atau yang tidak diperkirakan pergeseran struktur rahang adalah orthognathic operasi berikut biasa, namun dapat terjadi. Jika tidak, perawatan lebih lanjut mungkin diperlukan. (Barak, 2005)Persistent gerakan rahang atau fungsi mengunyah atau wicara bisa terjadi setelah pembedahan orthognathic latihan rahang khusus biasanya dapat membantu untuk memperbaiki kondisi ini. (Barak, 2005)g. Nyeri TMJ atau abnormal fungsi yang terjadi dalam contoh yang jarang setelah operasi orthognathic. Pembedahan dapat memperburuk yang sudah ada masalah sendi rahang. Jika kondisi ini terus berlangsung, perawatan lebih lanjut mungkin diperlukan. (Barak, 2005)h. Fracture mandibula, Rahang bawah bisa patah selama atau setelah mencabut gigi kebijaksanaan yang lebih rendah. Hal ini dikenal sebagai fraktur mandibula. Penting untuk dicatat bahwa fraktur mandibula dapat terjadi selama operasi (fraktur mandibula langsung) atau kadang-kadang dapat terjadi setelah pembedahan (fraktur mandibula alm) yang biasanya dalam 4 minggu pertama (Barak, 2005) .Fraktur juga bisa mengenai akar gigi, gigi tetangga, atau gigi antagonis, restorasi dan prosesus alveolaris. Semua fraktur yang dapat dihindarkan mempunyai etiologi yang sama; yaitu tekanan yang berlebihan atau tidak terkontrol atau keduanya. Hematoma adalah koleksi (kumpulan) dari darah diluar pembuluh darah. Hematoma terjadi karena dinding pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana ia tidak pada tempatnya. Hematoma mungkin adalah kecil, dengan hanya satu titik darah atau ia dapat menjadi besar dan menyebabkan pembengkakan yang signifikan (Pedersen, 1996). C. Penanganan komplikasi pre-prostetik, ortodontik dan konservatifa. Perdarahan Komplikasi ini adalah yang paling sering terjadi dengan insidensi sebesar 1% sampai 2%. Umumnya perdarahan berhenti secara spontan dalam beberapa hari. Dapat pula terjadi perdarahan berat yang membutuhkan transfusi, dengan insidens sebesar kurang dari 1%. Perdarahan ditangani dengan cara yang sama dengan penanganan epistaksis. Bila setelah beberapa lama perdarahan belum berhenti, sumber perdarahan harus dicari. Tampon yang ada harus dikeluarkan dari hidung dan klot darah diisap, lalu diberikan nasal dekongestan topikal dengan menggunakan kapas.b. Nyeri Nyeri pasca bedah bersifat individual, tindakan yang sama pada seorang pasien akan berbeda efeknya pada pasien lain.keluhannyeri akan dirasakan berbeda tergantung bbrapa faktor antara lain :1. tempat pembedahan ( yang ternyeri adalah pembedahan torakotomi )2. jenis kelamin3. umur, ambang rangsang orang tua lebih tinggi4. kepribadian, pasien neurotik merasa lebih nyeri dari pada pasien normal5. pengalaman pembedahan sebelumnya6. suku, ras7. motivasi pasienBeberapa metode/ cara menanggulangi nyeri pasca pembedahan antara lain :stimulasi ( dilakukan untuk mengalihkan perhatian pada area nyeri ), distraksi (melakukan penekanan syaraf yang menuju ke area nyeri ), obat analgesia.c. Hematoma Penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan besar hematoma. Pada hematoma yang kecil, tidak perlu tindakan operatif, cukup dilakukan kompres. Pada hematoma yang besar lebih-lebih disertai dengan anemia dan presyok, perlu segera dilakukan pengosongan hematoma tersebut. Dilakukan sayatan di sepanjang bagian hematoma yang paling terenggang. Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong hematoma kosong. Dicari sumber perdarahan, perdarahan dihentikan dengan mengikat atau menjahit sumber perdarahan tersebut. Luka sayatan kemudian dijahit. Dalam perdarahan difus dapat dipasang drain atau dimasukkan kasa steril sampai padat dan meninggalkan ujung kasa tersebut diluar. d. Infeksi Menurut Iwan 2008, Pencegahan infeksi pasca bedah pada klien dengan operasi bersih terkontaminasi, terkontaminasi, dan beberapa operasi bersih dengan penggunaan antimikroba profilaksis diakui sebagai prinsip bedah. Pada pasien dengan operasi terkontaminasi dan operasi kotor, profilaksis bukan satu-satunya pertimbangan. Penggunaan antimikroba di kamar operasi, bertujuan mengontrol penyebaran infeksi pada saat pembedahan.Pada pasien dengan operasi bersih terkontaminasi, tujuan profilaksis untuk mengurangi jumlah bakteri yang ada pada jaringan mukosa yang mungkin muncul pada daerah operasi. Tujuan terapi antibiotik profilaksis untuk mencegah perkembangan infeksi dengan menghambat mikroorganisme. CDC merekomendasikan parenteral antibiotik profilaksis seharusnya dimulai dalam 2 jam sebelum operasi untuk menghasilkan efek terapi selama operasi dan tidak diberikan lebih dari 48 jam. Pada luka operasi bersih dan bersih terkontaminasi tidak diberikan dosis tambahan post operasi karena dapat menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik .Bernard dan Cole, Polk Lopez-Mayormembuktikan keefektifan antibiotik profilaksis sebelum operasi dalam pencegahan infeksi post operasi elektif bersih terkontaminasi dan antibiotik yang diberikan setelah operasi tidak mempunyai efek profilaksis (Bennet, J.V, Brachman, P, 1992 : 688). Menurut Depkes (1993) dalam Iwan 2008 ,antibiotik profilaksis diberikan secara sistemik harus memenuhi syarat : Tepat dosis Tepat indikasi (hanya untuk operasi bersih terkontaminasi, pemakaian implant dan protesis, atau operasi dengan resiko tinggi seperti bedah vaskuler, atau bedah jantung). Tepat cara pemberian harus diberikan secara I.V. 2 jam sebelum insisi dilakukan . Tepat jenis (sesuai dengan mikroorganisme yang sering menjadi penyebab Infeksi Luka Operasi). Kondisi Luka. Pada pre operasi ikut berperan dalam terjadinya infeksi. Luka terbuka karena adanya kecelakaan maka lebih beresiko terjadinya infeksi luka operasi.e. Fraktur Cara terbaik unuk menghindari fraktur disamping tekanan terkontrol adalah dengan menggunakan gambar sinar-X sebelum melakukan pembedahan. Akar yang mengalami delaserasi atau getas atau yang dirawat endodontic sering mengharuskan dilakukannya perubahan pada rencana pembedahan, biasanya dimulai dari prosedur pencabutan dengan tang (close prosedure) sampai melakukan pembukaan flap. Apabila sesudah dilakukan pencabutan dengan tang menggunakan tekanan terkontrol tidak terjadi luksasi dan dilatasi alveolus, ini menunjukkan perlunya dilakukan pembedahan. Pengenalan adanya fraktur biasanya secara klinik dan mudah terlihat, kecuali untuk fraktur mandibula (Pedersen, 1996)

f. Neuralgia, dapat ditangani dengan dilakukan microvascular decompression secara benar, keluhan akan hilang. Pada umumnya kerusakan saraf akan mengalami perbaikan secara spontan terutama saraf alveolaris inferior karena terletak dalam kanalis mandibula sehingga ujung-ujung saraf yang rusak dapat dengan lebih baik mendekat secara spontan (Pogrel, 1990).

Hal yang harus diperhatikan setelah tindakan bedah: 1. Beristirahatlah di rumah, hindari latihan yang berlebihan dan jangan mengkonsumsi makanan atau minuman yang sangat panas untuk meminimalkan risiko terjadi pendarahan setelah pembedahan. Jangan berkumur terlalu kencang atau mengganti kasa mulut terlalu sering (biarkan kasa mulut di dalam mulut 20 - 30 menit). Mengganti kasa mulut terlalu sering dapat mencegah terbentuk bekuan darah sehingga perdarahan tidak dapat berhenti. Meminum air panas juga sebaiknya dihindari. 2. Jika terjadi pendarahan, letakkan kain kasa yang bersih ke luka gigitan dan gigitlah agak keras selama 30 menit. Jika pendarahan berlanjut, kembalilah ke klinik atau telepon klinik di 3. Apabila terjadi komplikasi setelah mengkonsumsi obat-obatan, kembalilah ke klinik atau telepon klinik di 64748468. Hentikan segera pemakaian obat. 4. Daerah operasi harus dibersihkan dengan cara berkumur dengan air garam hangat (setengah sendok teh garam dalam segelas air), atau menggunakan obat kumur antiseptik yang diberikan pada akhir tindakan bedah, terutama setelah makan dan sebelum tidur. 5. Setelah tindakan bedah biasanya terjadi pembengkakan di sekitar lokasi pembedahan. Pembengkakan dimulai pada hari ke 2 atau 3 setelah pembedahan dan akan menghilang sekitar 7 - 10 hari. Beberapa memar mungkin tampak di sekitar daerah pembedahan karena darah yang terkumpul di bawah kulit. Memar ini juga akan menghilang sekitar 7 10 hari. Perdarahan ringan biasanya terjadi di daerah sekitar luka selama 2-3 hari. 6. Mengkonsumsi makanan lunak dianjurkan selama beberapa hari setelah tindakan bedah.7. Hindari merokok. Nikotin mempengaruhi efek penyembuhan setelah pembedahan dan meningkatkan kemungkinan terjadi infeksi pada luka. 8. Antibiotik yang diberikan harus diminum sampai habis. Jangan mengkonsumsi alkohol jika Anda diberikan antibiotik metronidazole atau flagy. Semua antibiotik memiliki potensi untuk mengurangi efektivitas pil kontrasepsi.9. Jangan lupa datang untuk pertemuan selanjutnya. Jangan ragu untuk menghubungi klinik apabila anda memerlukan obat-obat atau anda memiliki pertanyaan yang bersangkutan dengan operasi.

Andhika A. A SGD 4 DEFINISI BEDAH PREPROSTETIK

Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang bertujuan untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal mungkin sebagai dasar dari suatu protesa. Meliputi teknik pencabutan sederhana dan persiapan mulut untuk pembuatan protesa sampai dengan pencangkokan tulang dan implan alloplastik (Stephens, 1997). Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang alveolar dan jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan dental prothesa yang baik, nyaman dan estetis. Ketika gigi geligi asli hilang, perubahan akan terjadi pada alveolus dan jaringan lunak sekitarnya. Beberapa dari perubahan ini akan mengganggu kenyamanan pembuatan gigi tiruan. Evaluasi intra oral jaringan lunak yang mendukung gigi tiruan secara sistematis dan hati - hati sebaiknya dilakukan sebelum mencoba melakukan rehabilitasi pengunyahan dengan geligi tiruan (Panchal et al, 2001).

TUJUAN BEDAH PRE PROTESTIKTujuan Bedah Preprostetik (Matthew et al, 2001). Tujuan dari bedah preprostetik adalah untuk menyiapkan jaringan lunak dan jaringan keras dari rahang untuk suatu protesa yang nyaman yang akan mengembalikan fungsi oral, bentuk wajah dan estetis. Tujuan dari bedah preprostetik membantu untuk : Mengembalikan fungsi rahang (seperti fungsi pengunyahan, berbicara, menelan) Memelihara atau memperbaiki struktur rahang Memperbaiki rasa kenyamanan pasien Memperbaiki estetis wajah Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak menyenangkan yang timbul dari pemasangan protesa yang menyakitkan dengan memodifikasi bedah pada daerah yang mendukung prothesa Memulihkan daerah yang mendukung prothesa pada pasien dimana terdapat kehilangan tulang alveolar yang banyak.Pilihan non bedah harus selalu dipertimbangkan (seperti pembuatan ulang gigi tiruan, penyesuaian tinggi muko oklusal, memperluas pinggiran gigi tiruan) sebelum dilakukan bedah preprostetik. Perseden (1996), tujuan alveolektomi:1. Membuang ridge alveolus yang tajam dan menonjol2. Membuang tulang interseptal yang sakit sewaktu dilakukan gingivektomy3. Untuk membuat kontur tulang yang memudahkan pasien dalam melaksanakan pengendalian plak yang efektif.4. Untuk membentuk kontur tulang yang sesuai dengan kontur jaringan gingival setelah penymbuhan.5. Untuk memudahkan penutupan luka primer.6. Utuk membuka mahkota klinis tambahan agar dapat dilakukan restorasi yang sesuai.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI BEDAH PRE PROTESTIK

Indikasi1. Adanya eksostosis2. Adanya torus3. Adanya frenulum tinggi4. Memperoleh keadaan linggir alveolar yang baik5. Tidak ada kondisi patologis pada keadaan intra oral dan ekstra oral6. Nyeri akibat pemasangan gigi tiruan7. Karena ulcer yang berulang pada sekitar gigi tiruan8. Atrofi rahang karena proses fisiologis9. Disfungsi yang tidak berkurang dengan perbaikan konvensional, misalnya disfungsi mastikasi, disfungsi fonetik, dan disfungsi temporo-mandibular joint

Kontraindikasi1. Pasien usia lanjut karena tulang mengalami resorbsi. Bila dilakukan pembedahan harus hati22. Kelainan psikologis: depresi, bingung, dan belum siap menggunakan gigi palsu.

Sumber lain menyatakan indikasi dan kontra indikasi bedah pre prostetik, yaitu:

Indikasi1. Indikasi dari prosedur alveolektomi jarang dilakukan tetapi biasanya pada dilakukan pada kasus proyeksi anterior yang berlebih pada alveolar ridge pada maxilla(Wray et al,2003) atau untuk pengurangan prosesus alveolaris yang mengalami elongasi (Thoma, 1969). Area yang berlebih tersebut dapat menimbulkan masalah dalam estetik dan stabilitas gigi tiruan. Pembedahan ini paling banyak dilakukan pada maloklusi kelas II divisi I (Wray et al,2003).2. Alveolektomi juga dilakukan untuk mengeluarkan pus dari suatu abses pada gigi.3. Alveolektomi diindikasikan juga untuk preparasi rahang untuk tujuan prostetik yaitu untuk memperkuat stabilitas dan retensi gigi tiruan (Thoma, 1969).4. Menghilangkan alveolar ridge yang runcing yang dapat menyebabkan : neuralgia,protesa tidak stabil,protesa sakit pada waktu dipakai.5. Menghilangkan tuberositas untuk mendapatkan protesa yang stabil dan enak dipakai6. Untuk eksisi eksostosis (Thoma, 1969).7. Menghilangkan interseptal bonediseas.8. Menghilangkan undercut.9. Mendapatan spaceintermaksilaris yang diharap. 10. Untuk keperluan perawatan ortodontik,bila pemakaian alat ortho tidak maksimal maka dilakukan alveolektomi11. penyakit periodontal yang parah yang mengakibatkan kehilangan sebagian kecil tulang alveolarnya.12. ekstraksi gigi yang traumatik maupun karena trauma eksternal.

Kontraindikasi1. Pasien dengan penyakit sistemik2. Periostitis3. Periodontitis

KLASIFIKASI BEDAH PRE PROSTETIK

Macam-macam bedah preprostetik diantaranya: a. Alveolektomiadalah suatu tindakan pembedahan yang radikal untuk mengambil prosessus alveolaris sehingga bisa dilakukan aposisi mukosa untuk mempersiapkan lingir sebelum dilakukan terapi radiasi. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kontur yang tidak diinginkan, pegunungan, maupun tajam untuk memberikan landasan yang lebih halus yang nyaman untuk gigi tiruan sebuah. (Pedersen, 1997) Alveolektomi dibagi dalam beberapa klasifikasi: Simple alveolektomi. Dilakukan setelah multiple ekstraksi, apabila ada tulang yang tajam di periksa dulu kemudian di alveolektomi Radical alveolektomi. Merupakan pembentukan kontur tulang radiks dari tulang alveolar yang diindikasikan karena adanya undercut yang sangat menonjol b. Gingivoplasty. Mereka dilakukan untuk menghapus atau membentuk kembali jaringan gusi untuk memberikan permukaan yang lebih dapat diterima untuk gigi tiruan removable. Kadang-kadang jaringan lunak kelebihan atau berlebihan memerlukan penghapusan (Fortin, 2000). c. Torus removal adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk menghilangkan satu atau lebih tonjolan ekstra tulang baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Meskipun segmen seperti tulang tambahan tidak berbahaya, kehadiran tulang ini dapat menjadikan masalah bagi pasien yang memerlukan beberapa jenis protesa gigi, seperti gigi tiruan lengkap ataupun sebagian. (Neville, et all., 2002)d. Frenektomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk menghilangkan jaringan fibrosa (frenulum). Pembedahan jaringan lunak ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan dan kestabilan protesa. (Pedersen, 1997)e. Vestibuloplasty suatu tindakan memperdalam sulkus vestibulum. Prosedur memperdalam sulkus untuk rahang atas atau bawah biasanya dibutuhkan oleh sulkus yang sangat rendah sehinggga protesa tidak stabil.f. Implan merupakan prosedur tindakan bedah yang bertujuan untuk pemasangan akar gigi buatan yang nantinya digunakan untuk menyagga gigi tiruan.

Namun ada yang membaginya menjadi 2 kelompok, yaitu bedah preprostetik mayor dan bedah preprostetik minor. a. Bedah preprostetik mayor, diantaranya meliputi augmentasi alveolaris relatif (vestibuloplasti), augmentasi alveolaris absolute (osteotomi), dan implan.b. Bedah preprostetik minor, diantaranya bedah pada jaringan keras dan lunak.

PROSEDUR BEDAH PRE PROSTETIK ALVEOLEKTOMI Prosedur kerja Alveolektomi:a. Disinfeksi dengan povidon iodinb. Anastesi daerah kerjac. Buat flap (triangular atau trapesium) pada daerah pembedahand. Pengurangan tulang dengan bur tulang, knabel tang, dan bone filee. Dilakukan perabaan pada mukosa, bila masih ada yang tajam dikurangi lagif. Irigasi denga bersih dengan larutan saline (NaCl)g. Apabila didapatkan pengambilan tulang yang berlebihan dilakukan free grafth. Ditutup dan dijahit i. Pemberian anti inflamasi, antibiotik dan analgesik j. Instruksi pasien

Komplikasi yang timbul pasca alveolektomi adalah infeksi, parastesi, hematoma, fraktur tulang, osteomielitis, resorbsi tulang yang berlebihan, pembengkakan, dan nekrosis.

FRENEKTOMI Teknik Frenektomi konvensional:1. Persiapan alat bedah2. Desinfeksi denganIod gliserinpada daerah yang akan di anestesi. Anestesi padasinistradan dextra frenulum labialis superioryang akan dieksisi dan bagian palatal perluasanfrenulum labialis superior3. Jepit frenulum pada kedalaman vestibulum dengan hemostat dan dekat dengan permukaan mukosa bibir untuk menghindari perdarahan pasca eksisi.4. Eksisi frenulum labialis superior di bawah hemostat.dengan scalpel5. Daerah dasar vestibulum dan mukosa bibir dijahit agar tidak terjadi perluasan daerah irisan dan perdarahan yang berlebihan.6. Eksisi perluasan frenulum labialis superior yang melebar hingga palatal.7. Lakukan kuret di daerah permukaan tulang. Bersihkan semua serabut periosteum agar tidak terjadi pertemuan serabut bagian koronal dan apikal8. Irigasi dengan saline, tekan 3-5 menit9. Pemasanganperiodontal packpada daerah bedah agar penyembuhan luka optimal dan tidak terjadi perlekatan bibir dengan gingival selama proses penyembuhan gingival.10. Pemberian resep dan instruksi; obat yang digunakan berupa analgetik dan antibiotik.11. Kontrol I (1 minggu pasca operasi): pembukaanperiodontal packdan pengambilan jahitan, irigasi dengan antiseptic dan instruksi untuk perawatan di rumah.12. Kontrol II ( 2-3 minggu pasca operasi): penyembuhan 2 minggu pasca operasi, irigasi dan instruksi perawatan. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan frenektomi: 1. Kondisi kesehatan umum 2.Nutrisi dan diet 3.Oral hygiene 4. Pemberian resep obat

Komplikasi dari prosedur frenektomi: (Kruger 1974) :a. Perdarahan.Perdarahan ini dapat terjadi selama operasi ( perdarahan primer ) atau beberapa jam sampai beberapa hari setelah pembedahan (perdarahan sekunder). Perdarahan ini dapat terjadi oleh sebab lokal atau sistemik. Penyebab lokal biasanya meliputi lepasnya bekuan darah, luka yang terinfeksi, trauma pada luka atau lepasnya jahitan. Sedangkan penyebab sistemik dapat berupa kelainan darah.Penanggulangan dengan melakukan pembersihan daerah luka serta penekanan dengan kasa dibasahi vasokonstriktor lokal, kompres dingin dan penjahitan atau pemberian coagulation promoting agent sepertigelatin sponge, thrombin, dan lain-lain. Bila tindakan tersebut tidak dapat mengatasi perdarahan sebaiknya dikonsulkan ke bagian penyakit dalam.b. Pembengkakan. Biasanya terjadi karena trauma yang berlebihan atau karena infeksi. Penanggulangannya dapat dikontrol dengan kompres dingin yaitu dengan kantung es atau kain dingin.c. Infeksi. Untuk mencegah infeksi dianjurkan untuk memelihara kebersihan mulut dan diberi obat kumur antiseptik. Apabila infeksi telah terjadi, tindakan lokal yang perlu dilakukan adalah mengirigasi luka dengan NaCl fisiologis hangat serta pengulasan antiseptik pada tepi luka, diberikan pula obat antibiotik.d. Rasa sakit yang berlebihan. Keadaan ini biasanya timbul karena pergerakan bibir, pipi, atau lidah pada saat berbicara atau pada waktu mengunyah. Penanggulangannya diberikan obat analgetik, obat kumur antiseptik yang hangat.

MAINTENANCE PHASE: merupakan fase pemeliharaan yang meliputi kunjungan periodik dan pemeriksaan ulang. Hal yang diperiksa pada saat pasien melakukan kunjungan antara lain: 1. Melihat ada tidaknya perdarahan,2. Melihat apakah jahitan lepas atau tidak,3. Apakah ada keluhan sakit,4. Ada tidaknya pembengkakan pada luka,5. Luka mengalami infeksi atau tidak,6. Untuk keperluan estetik, dilihat apakah ada bekas luka

HUBUNGAN PERAWATAN BEDAH PRE PROSTETIK DENGAN KEBERHASILAN GTLDengan adanya kemajuan teknologi memungkinkan dilakukannya pemeliharaan terhadap gigi tiruan, masih diperlukan restorasi prostetik dan rehabilitasi sistem pengunyahan pada pasien yang tidak bergigi atau bergigi sebagian. Bedah preprostetik yang objektif adalah untuk membentuk jaringan pendukung yang baik untuk penempatan gigi tiruan. Karakteristik jaringan pendukung yang baik untuk gigi tiruan (Tucker, 1998) :1. Tidak ada kondisi patologis pada intra oral dan ekstra oral.2. Adanya hubungan/relasi rahang yang baik secara antero posterior, transversal dan dimensi vertikal.3. Bentuk prosesus alveolar yang baik (bentuk yang ideal dari prosesus alveolar adalah bentuk daerah U yang luas, dengan komponen vertikal yang sejajar).4. Tidak ada tonjolan tulang atau jaringan lunak atau undercut.5. Mukosa yang baik pada daerah dukungan gigi tiruan. 6. Kedalaman vestibular yang cukup.7. Bentuk alveolar dan jaringan lunak yang cukup untuk penempatan implant.

HUBUNGAN PERAWATAN BEDAH PRE PROSTETIK DENGAN PENYAKIT SISTEMIK (JANTUNG KORONER) a. Penggunaan anastesi tidak mengunakan adrenalinb. Antibiotik profilaksisc. Obat antikoagulan (aspirin, aspilet) dihentikan 5 sampai 7 hari sebelum tindakan pembedahand. Asepsis alat yang akan digunakan karena akanmenyebabkan endokarditise. Pada pasien denga riwayat jantung akan mudah lelah shingga pembedahan jangan terlalu lama.

KELAINAN PADA FRENULUM LINGUALIS YANG PENDEKAnkyloglossia merupakan suatu kelainan dengan kondisi jaringan yang menghubungkan lidah ke dasar mulut terlalu pendek dan tebal sehingga membuat pergerakan atau mobilitas lidah menjadi sangat terbatas. Ankyloglossia dapat menyebabkan kesulitan berbicara ( sulit mengucapkan huruf tertentu, misalnya R ) karena pergerakan lidah yang terbatas. Karena pergerakan lidah yang terbatas juga dapat menyebabkan kesulitan menelan. Penyebab : Kelainan bawaan Gejala : Tanda dan gejala ankyloglossia, antara lain: 1. Jaringan yang menghubungkan lidah kdasar mulut (frenulum lingualis) tll pendek dan tebal.2. Kesulitan mengangkat lidah ke gigi atas atau menggerakkan lidah dari ujung ke ujung.3. Kesulitan menjulurkan lidah lebih dari 12 mm 4.4. Lidah yang muncul berlekuk atau berbentuk hati ketika terjulur keluar Perawatan : Ankyloglossia ringan yang tidak terlalu mengganggu, tidak memerlukan perawatan. Jika ankyloglossia sangat mengganggu, dapat diatasi dengan prosedur frenotomy atau frenectomy. Frenectomy atau frenotomy merupakan prosedur bedah yang melibatkan pemotongan atau pengambilan jaringan frenulum dengan anastesi lokal atau bius lokal.