tumor dan kanker esofagus
DESCRIPTION
Asuhan keperawatanTRANSCRIPT
TUMOR DAN KANKER ESOFAGUS
A. Pendahuluan
Tumor esofagus merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi di dalam sel yang
melewati dinding kerongkongan. Tumor esofagus ada yang bersifat jinak dan ada yang
bersifat ganas. Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah tumor yang
berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Sedangkan tumor yang bersifat
ganas sering dikenal dengan kanker esofagus. Jenis yang paling sering terjadi pada
kanker kerongkongan adalah squamous sel carcinoma dan adenokarsinoma, Dari kedua
tumor tersebut sekitar 95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat
ganas.1
Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah yang
dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari tepi selatan
laut Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia Tengah,
Afganistan, Siberia, dan Mongolia.1,2
Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian yang disebabkan
oleh kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara berkembang seperti Afrika
Selatan dan Cina. Insidens karsinoma esofagus sangat bervariasi diberbagai negara,
banyak ditemukan di China, Jepang, Rusia, Hongkong, Skandinavia, dan Iran. Di negara-
negara barat seperti Amerika dan Inggris jarang ditemukan karsinoma esofagus.
Dilaporkan di China insiden karsinoma esofagus 19,6/100.000 pada laki-laki dan
9,8/100.000 pada wanita, bahkan pada propinsi Hunan, Shanxi dan Hebey insiden
mencapai 100/100.000 penduduk. Sedang Di Amerika dilaporkan insiden 6/100.000 pada
laki-laki dan 1.6/100.000 pada wanita.1,3
B. Anatomi dan Fisiologi Esofagus
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan
dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya dari faring
menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen
tersebut, yaitu leher (pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan
kolumna vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di
mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri,
lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen
(pars abdominalis), masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan
berakhir di kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm.4
1. Cervikal, dimulai dari bagian bawah kartilago cricoid (settinggi C6) sampai suprasternal
notch
2. Upper Thoracis, dari suprasternal notch sampai carina (setinggi T4-T5)
3. Mid Thoracis, dari bifurcatio trakea sampai esofagus punction
4. Lower Thoracis, 8 cm panjangnya, meliputi abdominal esophagus
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior ke otot
krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v. pulmonalis inferior, 30-35
cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45 cm. Bagian atas esofagus yang berada di
leher dan rongga dada mendapat darah dari a. thiroidea inferior beberapa cabang dari arteri
bronkialis dan beberapa arteri kecil dari aorta. Esofagus di hiatus esofagus dan rongga perut
mendapat darah dari a. phrenica inferior sinistra dan cabang a. gastrika sinistra.3,4
Pembuluh vena dimulai sebagai pleksus di submukosal esofagus. Di esofagus bagian
atas dan tengah, aliran vena dari plexus esofagus berjalan melalui vena esofagus ke v. azigos
dan v. hemiazigos untuk kemudian masuk ke vena kava superior. Di esofagus bagian bawah,
semua pembuluh vena masuk ke dalam vena koronaria, yaitu cabang vena porta sehingga
terjadi hubungan langsung antara sirkulasi vena porta dan sirkulasi vena esofagus bagian
bawah melalui vena lambung tersebut. Pembuluh limfe esofagus membentuk pleksus di
dalam mukosa, submukosa, lapisan otot dan tunika adventitia. Di bagian sepertiga kranial,
pembuluh ini berjalan seara longitudinal bersama dengan pembuluh limfe dari faring ke
kelenjar di leher sedangkan dari bagian dua per tiga kaudal dialirkan ke kelenjar seliakus,
seperti pembuluh limfe dari lambung. Duktus thorakikus berjalan di depan tulang belakang.
Esofagus dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. N. vagus bersifat saraf
parasimpatis bagi esofagus, meskipun di bawah leher n. vagus membawa gabungan saraf
simpatis dan parasimpatis. Esofagus pars servikalis dipersarafi oleh n. laringeus rekuren yang
berasal dari n. vagus. Cabang n.vagus dan n. laringeus rekurens kiri mempersarafi esofagus
thorakalis atas. N. vagus kiri dan kanan berjalinan dengan serabut simpatis membentuk
pleksus esofagus. Persarafan simpatis berasal dari ganglion servikal superior rantai simpatis,
n. splanikus mayor, pleksus aortik thorasikus dan ganglion seliakus.3,4
Secara histologis dinding esofagus terdiri atas 4 lapis, yaitu:
1. Mukosa
Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring bagian atas,
dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam.
2. Submukosa
Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus yang dapat mempermudah
jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia.
3. Muskularis
Otot bagian esofagus, merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada separuh bagian bawah
merupakan otot polos, bagian yang diantaranya terdiri dari campuran antara otot rangka dan
otot polos.
4. Serosa
Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan esofagus dengan struktur-struktur
yang berdekatan, tidak adanya serosa mengakibatkan penyebaran sel-sel tumor lebih cepat
(bila ada kanker esofagus) dan kemungkinan bocor setelah operasi lebih besar.
Fungsi dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring ke
lambung. Refluks gastrik ke esofagus dicegah oleh sfingter bawah esofagus dan masuknya
udara ke esofagus pada saat inspirasi dicegah oleh sfingter atas esofagus, sfingter atas
normalnya selalu tertutup akibat kontraksi tonik otot krikofaringeus.
Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong ke lambung oleh
gerakan peristaltik. Kekuatan kontraksi peristaltik tergantung kepada besarnya bolus
makanan yang masuk ke esofagus. Gerakan peristaltik esofagus terdiri dari
gerakan peristaltik primer dan gerakan peristaltik sekunder. Gerak peristaltik primer adalah
gerak peristaltik yang merupakan lanjutan dari gerakan peristaltik pada faring yang menyebar
ke esofagus. Gerakan ini berlangsung dengan kecepatan 3-4 cm/ detik, dan membutuhkan
waktu 8-9 detik untuk mendorong makanan ke lambung. Gerakan peristaltik sekunder terjadi
oleh adanya makanan dalam esofagus. Sesudah gerakan peristaltik primer dan masih ada
makanan pada esofagus yang merangsang reseptor regang pada esofagus, maka akan terjadi
gelombang peristaltik sekunder. Gelombang peristaltik sekunder berakhir setelah semua
makanan meninggalkan esofagus. Esofagus dipisahkan dari rongga mulut oleh sfingter
esofagus proksimal atau sfingter atas esofagus (upper esopaheal spinchter/ UES), dan
dipisahkan dengan lambung oleh sfingter esofagus distal atau sfingter bawah esofagus (lower
esophageal spinchter/ LES). Sfingter esofagus proksimal terdiri dari otot rangka dan diatur
oleh n. vagus. Tonus dari otot ini dipertahankan oleh impuls yang berasal dari neuron post
ganglion n. vagus yang menghasilkan asetilkolin.3,4
Sfingter esofagus distal yang terletal 2-5 cm di atas hubungan antara esofagus dan
lambung merupakan otot polos. Secara anatomis, strukturnya tidak berbeda dengan esofagus
tetapi secara fisiologis berbeda oleh karena dalam keadaan normal sfingter selalu konstriksi.
Proses menelan dapat di bagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Fase oral, yang mencetuskan proses menelan. Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang
telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan melalui dorsum
lidah ke orofaring akibat kontraksi otot intrinsik lidah. Kontraksi m. levator veli palatini
mengakibatkan rongga pada tekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole dan bagian atas
dinding posterior faring (Passavant’s ridge) terangkat penutupan nasofaring akibat kontraksi
m. levator veli palatine, kontraksi m. Palatoglosus, ismus fausium tertutup, kontraksi m.
palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.
2. Fase faringeal, terjadi secara refleks pada akhir fase oral, membantu jalannya makanan dari
faring kedalam esophagus. Faring dan taring bergerak ke atas oleh kontraksi m.stilofaring, m.
salfingofaring, m.tirohioid dan m. palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis,
sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika
vokalis tertutup karena kontraksi m. ariepiglotika dan m. aritenoid obligesàpenghentian aliran
udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan (bolus tidak akan masuk ke
saluran nafas meluncur ke arah esofagus.
3. Fase esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari esofagus
ke lambung. Rangsangan makanan pada akhir fase faringealàrelaksasi m. krikofaringà
introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk kedalam esofagus. Sfingter
berkontraksi, tonus introitus esofagus saat istirahat,àrefluks dapat dihindari. Akhir fase
esofageal sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus
servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat,
maka sfingter ini akan menutup kembali.
C. Definisi dan Klasifikasi
Tumor esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang bersifat ganas
(kanker). Berbagai jenis tumor yang bermassa jinak dapat tumbuh dan berkembang dari
lapisan dinding yang berbeda yang ada di esofagus. Tumor jenis ini biasanya tanpa gejala
dan tumbuh secara lambat, bahkan tumor jinak ini sering tercatat hanya sebagai temuan
insidentil selama radiografi rutin atau endoskopi. Tumor jinak yang paling sering terdapat
pada esofagus adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan
leiomioma. Karena tumor berasal dari propria muskularis, tumor tersebut ditutupi oleh
submukosa yang utuh dan mukosa, sehingga sulit untuk dilakukan biopsi secara
endoskopi. Sedangkan tumor yang bersifat ganas sering dikenal dengan kanker esofagus.1,5
Kanker esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng yg
melapisi lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam (mukosa) dan
tumbuh hingga ke submukosa dan lapisan otot. Dari kedua tumor tersebut hampir 95%
tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.5
Berdasarkan histopatologinya, kanker esofagus dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Tumor epitel
Merupakan jenis tumor yang berasal dari lapisan epitel esofagus. Tumor
jenis ini merupakan tumor uang paling sering didapatkan pada esofagus. Tumor
epitel dibagi menjadi squamous cell carcinomadan adenokarsinoma.5
2. Tumor metastase
3. Limfoma
Jenis tumor yang berasal dari sel kekebalan tubuh yang ada di esofagus.
4. Sarcoma
Merupakan jenis tumor yang berasal dari dinding muscular esofagus.
Berdasarkan jenis sel yang melapisi esofagus, maka kanker esofagus dibagi menjadi
epitel berlapis gepeng (squamous cell carcinoma) dan adenokarsinoma. Squamous cell
carcinoma dapat terjadi disepanjang esofagus. Jenis kanker ini meliputi 95% kejadian
kanker esofagus di Amerika Serikat. Kanker yang terjadi di sel kelenjar disebut
adenokarsinoma. Jenis sel ini bukanlah sel yang biasanya ada dan menjadi bagian di
lapisan dalam esofagus. Sebelum menjadi adenokarsinoma, sel glandular menggantikan
posisi sel squamous, dan inilah yang sering disebut dengan Barrett’s esophagus. Kanker
tipe ini sering terjadi di bagian yang lebih bawah dari esofagus, yang merupakan tempat
terbanyak kejadian adenokarsinoma.5
D. Faktor Risiko
Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi para peneliti
percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat menyebabkan
kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi bagian dalam esofagus,
akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi yang berlangsung lama pada dinding
esofagus, seperti yang terjadi pada GERD, Barrett’s esophagus dan akhalasia dapat
memicu terjadinya kanker. Beberapa faktor resiko yang dapat mempertinggi kejadian
kanker esofagus diantaranya adalah :
1. Merokok dan Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol dan merokok berkaitan dengan kejadian kanker esofagus.
Alkohol dan rokok dapat menyebabkan iritasi kronik pada mukosa esofagus.
Orang yang merokok 1 bungkus perhari memiliki resiko 2 kali lebih tinggi untuk
menderita adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan yang tidak merokok.
2. Obesitas
Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko tinggi untuk
menderita adenokarsinoma esofagus. Hal ini berkaitan dengan peningkatan
tekanan intra abdomen dan refluk esofagus.
3. Gastro-esophageal Reflux Disease (GERD)
Orang yang menderita GERD, beresiko 2 hingga 16 kali lebih tinggi untuk
menderita adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan orang normal. Resiko
bergantung pada seberapa panjang refluk dan gejala yang terjadi. Sekitar 30 %
kejadian kanker esofagus dikaitkan dengan kejadian GERD.
4. Barrett’s esophagus
Jika refluk di bagian lower esophagus berlangsung terus menerus dan dalam
jangka waktu yang lama, maka refluk ini akan menyebabkan kerusakan pada
dinding esofagus. Hal ini dapat mengakibatkan sel skuamous yang melapisi
esofagus menjadi nhilang dan digantikan oleh sel glandular. Sel glandular ini
biasanya terlihat seperti sel yang melapisi dinding lambung dan usus halus, dan
lebih resisten terhadap asam lambung. Kondisi ini dinamakan Barrett’s
esophagus. Sekitar 10 % orang dengan gejala GERD menderita Barrett’s
esophagus. Semakin lama seseorang mngalami GERD , maka semakin beresiko
untuk menderita Barrett’s esophagus. Kebanyakan orang yang menderita
Barrett’s esophagus memiliki gejala dada terasa terbakar. Penyakit ini memiliki
resiko 30 hingga 125 kali lebih besar untuk menyebabkan terjadinya kanker
esofagus dibandingkan dengan orang normal. Hal ini dikarenakan sel glandular
pada Barrett’s esophagus menjadi abnormal hingga menjadi displasia, kondisi
prekanker.7
5. Diet
Makan makanan yang banyak mengandung buah-buahan dan sayur-sayuran,
berkaitan dengan berkurangnya angka kejadian kanker esofagus. Buah-buahan
dan sayur-sayuran mengandung banyak vitamin dan mineral yang membantu
dalam mencegah terjadinya kanker. Sekitar 15 5 kanker esofagus dikaitkan
dengan rendahnya asupan buah-buahan dan sayuran. Makan makanan yang
sedikit mengandung buah-buahan dan sayur-sayuran dapat meningkatkan
kejadian kanker esofagus.
6. Akhalasia
Pada penyakit ini, otot pada bagian bawah esofagus tidak berfungsi dengan
baik. Makanan dan cairan yang yang masu ke dalam lambung menjadi tertahan
dan cenderung berkumpul di esofagus. Akibatnya esofagus mengkompensasi
dengan melakukan dilatasi. Orang dengan akhalasia memiliki resiko untuk
mengalami kanker esofagus 15 kali lebih besar dibandingkan dengan orang
normal. Sekitar 6% (1 dari 20 orang) dari semua kasus akhalasia berkembang
menjadi kanker squamous cell carcinoma. Pada umumnya, kanker terjadi sekitar
17 tahun setelah pasien didiagnosa akhalasia.
7. Bakteri Lambung
Bakteri lambung, helicobacter pylori dapat menyebabkan masalah lambung,
termasuk ulserasi dan beberapa jenis kanker lambung. Infeksi karena nakteri ini
dapat diobati dengan antibiotic dan tambahan obat yang mengurangi asam
lambung. Orang yang mendapat terapi H.Pylori beresiko untuk mengalami kanker
esofagus dibandingkan dengan orang yang tidak mendapatkan terapi. Hal ini
dikarenakan infeksi H.Pylori, menyebabkan lambung memproduksi sedikit asam
lambung. rendahnya kadar asam lambung berdampak apad rendahnya refluks ke
esofagus. Jadi infeksi dapat menyebabkan banyak masalah di lambung, tetapi di
lain pihak hal ini infeksi tersebut membantu melindungi esofagus.
E. Manifestasi Klinis
Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika pasien mencari
bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya ditandai dengan lesi ulseratif
esofagus tahap lanjut.
1. Disfagia
Gejala utama dari kanker esofagus adalah masalah menelan, sering dirasakan
oleh penderita seperti ada makanan yang tersangkut di tenggorokan atau dada.
Ketika menelan menjadi sulit, maka penderita biasanya mengganti makanan dan
kebiasan makannya secara tidak sadar. Penderita makan dengann jumlah gigitan
yang lebih sedikit dan mengunyah makanan dengan lebih pelan dan hati-hati.
seiring dengan pertumbuhann kanker yang semakin besar, penderita mulai makan
makanan yang lebih lembut dengan harapan makanan dapat dengan lebih mudah
masuk melewati esofagus, hingga akhirnya penderita berhenti mengkonsumsi
makanan padat dan mulai mengkonsumsi makanan cair. Akan tetapi, jika kanker
tetap terus tumbuh, bahkan makanan cair pun tidak bisa melewati esophagus.
Untuk membantu makanan melewati esophagus biasanya tubuh mengkompensasi
dengan menghasilkan saliva luarkan Hal ini juga yang menyebabkan orang yang
menderita kanker esofagus sering mengeluh mengeluh banyak mengeluarkan
mukus atau saliva.1,5,8
2. Merasakan benjolan dan nyeri pada saat menelan
3. Nyeri pada dada,regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan
akhirnya cegukan
Nyeri dada sering dideskripsikan dengan perasaan tertekan atau terbahkar di
dada. gejala ini sering sekali diartikan dengan gejala yang berkaitan dengan organ
lain, seperti jantung, sehingga sering kali orang tidak menyadari kalau gejala
tersebut adalah salah satu gejala yang sering dikeluhkan pada penderita kanker
esofagus.
4. Hemoragi, kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif akibat kelaparan
Sekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus mengalami
penurunan berat badan. Hal ini terjadi karena masalah menelan sehingga
penderita mendapat masukan makanan yang kurang untuk tubuhnya. Penyebab
lain dikarenakan berkurangnya nafsu makan dan meningkatnya proses
metabolisme kanker yang diderita oleh pasien.1
Pendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel tumor mampu
tumbuh keluar aliran darah, menyebabkan terjadinya nekrosis dan ulserasi pada
mukosa dan menghasilkan pendarahan di daerah gastrontestinal. Jika pendarahan
terjadi dalam jumlah yang banyak, maka feses juga bisa berubah menjadi warna
hitam tapi hal ini bukan berarti tanda bahwa kanker esofagus pasti ada.
5. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi kurus karena gangguan menelan
dan anoreksia Jika telah lanjut, terdapat pembesaran kelenjar getah bening daerah
supraklavikula dan aksila, serta hepatomegali.
F. Penegakan Diagnostik
Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan
penunjang termasuk didalamnyaimaging studies dan endoskopi.9
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat,
terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan
creatinin yang mengalami peningkatan.
2. Imaging Studies
a. Barrium Swallow
Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi
dinding esofagus. Ketika dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan
membentuk esofagus dengan jelas. Tes ini dapat digunakan untuk melihat
apakah ada kelainan pada permukaan dinding esofagus. Tes barium biasanya
menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan sebagian
kecil tumor, dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat
digunakan untuk menentukan seberapa jauh kanker telah bermetastase.9
b. CT Scan
CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker esofagus,
tetapi CT Scan dapat membantu dalam menentukan penyebaran dari kanker
esofagus. CT Scan dapat menunjukkan lokasi dimana kanker esofagus berada
dan dapat membantu dalam menentukan apakah pembedahan merupakan
tatalaksana terbaik untuk kanker esofagus. Sebelum gambar diambil, pasien
diminta untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus dapat
terlihat jelas sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.
c. Upper Endoscopy
Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk
mendiagnosis kanker esofagus. Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat
melihat kanker melalui selang dan melakukan biopsy terhadap jaringan kanker
maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang tampak tidak normal.
Contoh jaringan yang telah diambil kemudian dikirim ke laboratorium, dan
dengan bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah jaringan tersebut
merupakan jaringan yang bersifat ganas (kanker). Jika kanker esophagus
menutupi lumen esophagus, maka lumen tersebut dengan bantuan alat dan
endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan dan cairan dapat melaluinya.9
d. Endoscopic Ultrasound
Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara untuk
melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna untuk
menentukan ukuran dari kanker esofagus dan seberapa jauh kanker tersebut
telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini tidak memiliki dampak radiasi,
sehingga aman untuk digunakan.
e. Bronkoskopi dan Mediastinoskopi
Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga
tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan
untuk membantu dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat. Sedangkan
mediastinoskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker telah menyebar
ke nodus dan struktur mediastinal lain.
G. Penatalaksanaan dan Prognosis
Sebelum merencanakan dan memberikan terapi pada tumor atau karsinoma
esofagus, perlu dilakukan penentuan stadium (staging) dan pengelompokan stadium
tumor. Penentuan tingkatan tumor ini dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan jasmani
yang teliti, dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium. Prosedur dilanjutkan dengan
esofagografi memakai suspensi barium, foto dada, CT Scan dada dan abdomen. Pada
kasus-kasus tertentu perlu dilakukan bronkoskopi, mediastinoskopi, atau sidik tulang.
Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk terapi kanker esofagus.
Pilihannya adalah pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari ketiga jenis
pilihan. Sebagai contoh, terapi radiasi dan kemoterapi dapat diberikan sebelum atau
setelah operasi. Pilihan terapi bergantung pada beberapa hal, diantaranya :
1. Lokasi kanker di dalam esofagus
2. Apakah kanker telah menyerang struktur di sekitarnya
3. Apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau organ tubuh lainnya
4. Gejala dan kondisi kesehatan secara umum
Ada beberapa jenis operasi untuk kanker kerongkongan.. jenis tergantung terutama
di mana kanker itu berada.Untuk pembedahan harus ditentukan apakah dapat dioperasi
atau tidak berdasarkan keadaan umum pasien secara klinis, tidak adanya fiksasi tumor ke
jaringan sekitar, atau tidak adanya metastasis ke organ lain. Pembedahan dapat
dikombuinasikan dengan terapi lain seperti kemoterapi dan radioterapi. Pada stadium dini,
di mana besar tumor kurang dari 2 cm, dilakukan pembedahan enbloc esophagectomy.
Penderita akan merasakan nyeri pada masa awal setelah operasi. Namun obat-obatan akan
membantu dalam mengurangi rasa sakit tersebut. Efek samping yang ditimbulkan dari
tindakan pembedahan diantaranya adalah meningkatnya resiko infeksi termasuk
pneumoni, pandarahan setelah pembedahan dan gangguan pernafasan.1,3,9
Esofagektomi merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat semua bagian
dari esofagus, termasuk sebagaian kecil dari lambung. Saat esofagus diangkat maka limfa
nodus yang berada dekat dengan esophagus juga terangkat. Bagian atas esofagus sering
dihubungkan dengan bagian lambung yang tersisa, bagian lambung tersebut ditarik ke arah
dada atau leher menjadi bagian baru dari esofagus. Banyaknya esofagus yang diangkat,
bergantung pada staging tumor dan lokasi tumor berada. Jika tumor terletak di bagian
distal esofagus, maka bagian esofagus yang diangkat bisa mencapai 8 hingga 10 cm dari
normal esofagus.4,8,9
Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Sinar tersebut hanya mempengaruhi sel-sel kanker, tidak untuk
sel-sel disekitarnya. Terapi radiasi dapat digunakan sebelum atau setelah operasi. Bahkan
dapat digunakan sebagai terapi tunggal, pengganti operasi. Terapi radiasi biasanya
dikombinasi dengan kemoterapi untuk mengobati kanker kerongkongan. Ada dua jenis
terapi radiasi dalam pengobatan kanker kerongkongan.1,3,9
Efek samping dari terapi radiasi bergantung pada dosis dan tipe radiasi. Terapi
radiasi eksternal yang dilakukan pada daerah dada dan abdomen dapat menyebabkan
radang tenggorokan, atau nyeri pada perut dan usus. Efek samping lainnya yaitu mual dan
muntah. Selain itu, kulit di daerah yang mendapat terapi dapat menjadi merah, kering, dan
nyeri. Terapi radiasi dapat menyebabkan masalah dalam proses menelan. Misalnya,
kadang-kadang terapi radiasi dapat melukai esofagus dan menyebabkan kesulitan dalam
menelan. Atau, radiasi juga dapat menyebabkan esofagus menjadi sempit. Oleh karena itu,
Sebelum terapi biasanya sebuah tabung plastik dimasukkan ke dalam esofagus untuk
menjaga agar esofagus tetap terbuka.
Kebanyakan orang dengan kanker esofagus mendapatkan kemoterapi. Kemoterapi
menggunakan obat untuk menghancurkan sel-sel kanker. Obat-obat untuk kanker
kerongkongan biasanya diberikan melalui pembuluh darah (intravena). Kemoterapi
biasanya diberikan dalam beberapa siklus. Setiap siklus memiliki masa perawatan diikuti
oleh masa istirahat.9 Efek samping tergantung terutama pada obat yang diberikan dan
berapa banyak dosis yang digunakan. Kemoterapi dapat membunuh sel kanker dengan
cepat, akan tetapi obat tersebut juga dapat membahayakan sel-sel normal yang ada di
dalam tubuh yang membelah dengan cepat.
Terapi paliatif bisa dilakukan adalah dilatasi mekanik dan terapi yag laser. Dilatasi
mekaniuk digunakan ketika tindakan pembedahan dan radioterapi bersifat kontraindikasi.
Teknik dilatasi ini menggunkan balon dilatators yang dimasukkan ke esofagus dengan
bantuan endoskopi. Karena resiko perforasi esofagus cukup tinggi pada tindakan ini, maka
dilatasi mekanik harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati.1,3,7,9
Terapi yag laser ini cukup efektif untuk mengobati obstruksi yang disebabkan oleh
tumor esofagus. Massa tumor dapat dihancurkan dengan menggunakan laser sehingga
lumen bebas dari massa.
Jika terdiagnosis secara dini, secara keseluruhan tumor esofagus memiliki prognosis
yang baik. Sebanyak 70% penderita mengalami metastase pada kelenjar limfa nodus. Jika
tidak ada keterlibatan limfa nodus, maka 50 % pasien dapat bertahan hidup selama 5
tahun. Jika sudah terjadi metastase, maka hanya 1 dari 8 penderita yang mampu bertahan
hingga 5 tahun.1,5,9
DAFTAR PUSTAKA
1. Chou J.C., Gress F.G. 2006. Benign Esophageal Tumors.http://www.health.am/cr/benign-
esophageal-tumors/ (4 November 2011)
2. Livestone E.M. 2007. Esophageal
Cance
r.http://www.merckmanuals.com/home/digestive_disorders/tumors_of_the_digestive_system/
esophageal_cancer.html (4 November 2011)
3. National Cancer Institute. 2008. Esophageal Cancer (Esophageal
Tumor)
.http://my.clevelandclinic.org/disorders/esophageal_cancer/hic_esophageal_cancer.aspx (4
November 2011)
4. Califano J., Leong P.L., Koch W.M., Eisenberger C.F., Sidransky D., Westra W.H.
1999. Second Esophageal Tumors in Patients with Head and Neck Squamous Cell
Carcinoma: An Assessment of Clonal Relationships. Clin Cancer Res July 1999 5; 1862.
5. Ozan E., Oztekin O., Alacacioglu A., Aykas A., Postaci H., Adibelli Z. 2010. Esophageal
gastrointestinal stromal tumor with pulmonary and bone metastases. Diagn Interv
Radiol 2010; 16:217–220.
6. Sejpal S.V., Mulcahy M.F., Small W. 2010. The Role of Combined Radiation and
Chemotherapy in the Treatment of Esophageal
Cancer. http://www.cancernews.com/data/Article/305.asp (4 November 2011)
7. Reed C.E. 1999. Surgical Management of Esophageal Carcinoma. The Oncologist April
1999 vol. 4 no. 2 95-105.
8. Smith R.P., Shinohara E.T. 2008. Esophageal Cancer: The
Basics.http://www.oncolink.org/types/article.cfm?
c=5&s=12&ss=769&id=9465&CFID=36146701&CFTOKEN=25566200 (4 November
2011)
9. American Joint Committee on Cancer. 2011. Esophageal
Cancer.http://www.cancer.net/patient/Cancer+Types/Esophageal+Cancer?
sectionTitle=Staging (4 November 2011)
10. Paik N.J. 2011. Dysphagia.http://emedicine.medscape.com/article/324096-overview (4
November 2011)
11. DiMarino M.C.
2009. Dysphagia.http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal_disorders/
esophageal_and_swallowing_disorders/dysphagia.html (4 November 2011)
12. Stoppler M.C. 2011. Dysphagia (Difficulty
Swallowing).http://www.emedicinehealth.com/dysphagia_swallowing_problems/
article_em.htm (4 November 2011)
13. Muir A.J. 2010. Swallowing Rehabilitation
Techniques.http://www.dukehealth.org/services/speech_and_audiology/care_guides/
swallow_center/swallowing_rehabilitation_techniques (4 November 2011)
14. The Voice and Swallowing Institute. 2011. Voice and Swallowing Rehabilitation after
Head & Neck Cancer. http://www.nyee.edu/cfv-hn.html (4 November 2011)
15. Crary M.A., Mann G.D.C., Groher M.E. 2005. Initial Psychometric Assessment of a
Functional Oral Intake Scale for Dysphagia in Stroke Patients. Arch Phys Med Rehabil Vol
86, August 2005.
16. Balentine J.R. 2010. Encephalitis and
Meningitis.http://www.medicinenet.com/encephalitis_and_meningitis/article.htm (4
November 2011)
Steiner I., Budka H., Chaudhuri A., Koskiniemi M., Sainio K., Salonen O., Kennedy P.G.E.
2010. Viral meningoencephalitis: a review of diagnostic methods and guidelines for
management.European Journal of Neurology 2010, 17: 999–1009.
A. Pendahuluan
Tumor esofagus merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi di dalam sel yang
melewati dinding kerongkongan. Tumor esofagus ada yang bersifat jinak dan ada yang
bersifat ganas. Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah tumor yang
berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Sedangkan tumor yang bersifat
ganas sering dikenal dengan kanker esofagus. Jenis yang paling sering terjadi pada kanker
kerongkongan adalah squamous sel carcinoma dan adenokarsinoma, Dari kedua tumor
tersebut sekitar 95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.1
Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah yang
dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari tepi selatan laut
Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia Tengah, Afganistan, Siberia,
dan Mongolia.1,2
Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian yang disebabkan
oleh kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara berkembang seperti Afrika Selatan
dan Cina. Insidens karsinoma esofagus sangat bervariasi diberbagai negara, banyak
ditemukan di China, Jepang, Rusia, Hongkong, Skandinavia, dan Iran. Di negara-negara barat
seperti Amerika dan Inggris jarang ditemukan karsinoma esofagus. Dilaporkan di China
insiden karsinoma esofagus 19,6/100.000 pada laki-laki dan 9,8/100.000 pada wanita, bahkan
pada propinsi Hunan, Shanxi dan Hebey insiden mencapai 100/100.000 penduduk. Sedang Di
Amerika dilaporkan insiden 6/100.000 pada laki-laki dan 1.6/100.000 pada wanita.1,3
B. Anatomi dan Fisiologi Esofagus
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan
menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya dari faring menuju
gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut,
yaitu leher (pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna
vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di mediastinum
posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke
kanan bawah di samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis),
masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia
lambung, panjang berkisar 2-4 cm.4
1. Cervikal, dimulai dari bagian bawah kartilago cricoid (settinggi C6) sampai suprasternal
notch
2. Upper Thoracis, dari suprasternal notch sampai carina (setinggi T4-T5)
3. Mid Thoracis, dari bifurcatio trakea sampai esofagus punction
4. Lower Thoracis, 8 cm panjangnya, meliputi abdominal esophagus
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior ke otot
krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v. pulmonalis inferior, 30-35
cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45 cm. Bagian atas esofagus yang berada di
leher dan rongga dada mendapat darah dari a. thiroidea inferior beberapa cabang dari arteri
bronkialis dan beberapa arteri kecil dari aorta. Esofagus di hiatus esofagus dan rongga perut
mendapat darah dari a. phrenica inferior sinistra dan cabang a. gastrika sinistra.3,4
Pembuluh vena dimulai sebagai pleksus di submukosal esofagus. Di esofagus bagian
atas dan tengah, aliran vena dari plexus esofagus berjalan melalui vena esofagus ke v. azigos
dan v. hemiazigos untuk kemudian masuk ke vena kava superior. Di esofagus bagian bawah,
semua pembuluh vena masuk ke dalam vena koronaria, yaitu cabang vena porta sehingga
terjadi hubungan langsung antara sirkulasi vena porta dan sirkulasi vena esofagus bagian
bawah melalui vena lambung tersebut. Pembuluh limfe esofagus membentuk pleksus di
dalam mukosa, submukosa, lapisan otot dan tunika adventitia. Di bagian sepertiga kranial,
pembuluh ini berjalan seara longitudinal bersama dengan pembuluh limfe dari faring ke
kelenjar di leher sedangkan dari bagian dua per tiga kaudal dialirkan ke kelenjar seliakus,
seperti pembuluh limfe dari lambung. Duktus thorakikus berjalan di depan tulang belakang.
Esofagus dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. N. vagus bersifat saraf
parasimpatis bagi esofagus, meskipun di bawah leher n. vagus membawa gabungan saraf
simpatis dan parasimpatis. Esofagus pars servikalis dipersarafi oleh n. laringeus rekuren yang
berasal dari n. vagus. Cabang n.vagus dan n. laringeus rekurens kiri mempersarafi esofagus
thorakalis atas. N. vagus kiri dan kanan berjalinan dengan serabut simpatis membentuk
pleksus esofagus. Persarafan simpatis berasal dari ganglion servikal superior rantai simpatis,
n. splanikus mayor, pleksus aortik thorasikus dan ganglion seliakus.3,4
Secara histologis dinding esofagus terdiri atas 4 lapis, yaitu:
1. Mukosa
Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring bagian atas,
dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam.
2. Submukosa
Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus yang dapat mempermudah
jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia.
3. Muskularis
Otot bagian esofagus, merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada separuh bagian
bawah merupakan otot polos, bagian yang diantaranya terdiri dari campuran antara otot
rangka dan otot polos.
4. Serosa
Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan esofagus dengan struktur-
struktur yang berdekatan, tidak adanya serosa mengakibatkan penyebaran sel-sel tumor lebih
cepat (bila ada kanker esofagus) dan kemungkinan bocor setelah operasi lebih besar.
Fungsi dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring ke lambung.
Refluks gastrik ke esofagus dicegah oleh sfingter bawah esofagus dan masuknya udara ke
esofagus pada saat inspirasi dicegah oleh sfingter atas esofagus, sfingter atas normalnya
selalu tertutup akibat kontraksi tonik otot krikofaringeus.
Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong ke lambung oleh
gerakan peristaltik. Kekuatan kontraksi peristaltik tergantung kepada besarnya bolus
makanan yang masuk ke esofagus. Gerakan peristaltik esofagus terdiri dari
gerakan peristaltik primer dan gerakan peristaltik sekunder. Gerak peristaltik primer adalah
gerak peristaltik yang merupakan lanjutan dari gerakan peristaltik pada faring yang menyebar
ke esofagus. Gerakan ini berlangsung dengan kecepatan 3-4 cm/ detik, dan membutuhkan
waktu 8-9 detik untuk mendorong makanan ke lambung. Gerakan peristaltik sekunder terjadi
oleh adanya makanan dalam esofagus. Sesudah gerakan peristaltik primer dan masih ada
makanan pada esofagus yang merangsang reseptor regang pada esofagus, maka akan terjadi
gelombang peristaltik sekunder. Gelombang peristaltik sekunder berakhir setelah semua
makanan meninggalkan esofagus.
Esofagus dipisahkan dari rongga mulut oleh sfingter esofagus proksimal atau sfingter
atas esofagus (upper esopaheal spinchter/ UES), dan dipisahkan dengan lambung oleh
sfingter esofagus distal atau sfingter bawah esofagus (lower esophageal spinchter/ LES).
Sfingter esofagus proksimal terdiri dari otot rangka dan diatur oleh n. vagus. Tonus dari otot
ini dipertahankan oleh impuls yang berasal dari neuron post ganglion n. vagus yang
menghasilkan asetilkolin.3,4
Sfingter esofagus distal yang terletal 2-5 cm di atas hubungan antara esofagus dan
lambung merupakan otot polos. Secara anatomis, strukturnya tidak berbeda dengan esofagus
tetapi secara fisiologis berbeda oleh karena dalam keadaan normal sfingter selalu konstriksi.
Proses menelan dapat di bagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Fase oral, yang mencetuskan proses menelan. Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang
telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan melalui dorsum
lidah ke orofaring akibat kontraksi otot intrinsik lidah. Kontraksi m. levator veli palatini
mengakibatkan rongga pada tekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole dan bagian atas
dinding posterior faring (Passavant’s ridge) terangkat penutupan nasofaring akibat kontraksi
m. levator veli palatine, kontraksi m. Palatoglosus, ismus fausium tertutup, kontraksi m.
palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.
2. Fase faringeal, terjadi secara refleks pada akhir fase oral, membantu jalannya makanan dari
faring kedalam esophagus. Faring dan taring bergerak ke atas oleh kontraksi m.stilofaring, m.
salfingofaring, m.tirohioid dan m. palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis,
sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika
vokalis tertutup karena kontraksi m. ariepiglotika dan m. aritenoid obligesàpenghentian aliran
udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan (bolus tidak akan masuk ke
saluran nafas meluncur ke arah esofagus.
3. Fase esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari esofagus
ke lambung. Rangsangan makanan pada akhir fase faringealàrelaksasi m. krikofaringà
introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk kedalam esofagus. Sfingter
berkontraksi, tonus introitus esofagus saat istirahat,àrefluks dapat dihindari. Akhir fase
esofageal sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus
servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat,
maka sfingter ini akan menutup kembali.
C. Definisi dan Klasifikasi
Tumor esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang bersifat ganas
(kanker). Berbagai jenis tumor yang bermassa jinak dapat tumbuh dan berkembang dari
lapisan dinding yang berbeda yang ada di esofagus. Tumor jenis ini biasanya tanpa gejala dan
tumbuh secara lambat, bahkan tumor jinak ini sering tercatat hanya sebagai temuan insidentil
selama radiografi rutin atau endoskopi. Tumor jinak yang paling sering terdapat pada
esofagus adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Karena
tumor berasal dari propria muskularis, tumor tersebut ditutupi oleh submukosa yang utuh dan
mukosa, sehingga sulit untuk dilakukan biopsi secara endoskopi. Sedangkan tumor yang
bersifat ganas sering dikenal dengan kanker esofagus.1,5
Kanker esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng yg
melapisi lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam (mukosa) dan tumbuh
hingga ke submukosa dan lapisan otot. Dari kedua tumor tersebut hampir 95% tumor yang
ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.5
Berdasarkan histopatologinya, kanker esofagus dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Tumor epitel
Merupakan jenis tumor yang berasal dari lapisan epitel esofagus. Tumor jenis ini merupakan
tumor uang paling sering didapatkan pada esofagus. Tumor epitel dibagi menjadi squamous
cell carcinomadan adenokarsinoma.5
2. Tumor metastase
3. Limfoma
Jenis tumor yang berasal dari sel kekebalan tubuh yang ada di esofagus.
4. Sarcoma
Merupakan jenis tumor yang berasal dari dinding muscular esofagus.
Berdasarkan jenis sel yang melapisi esofagus, maka kanker esofagus dibagi menjadi
epitel berlapis gepeng (squamous cell carcinoma) dan adenokarsinoma. Squamous cell
carcinoma dapat terjadi disepanjang esofagus. Jenis kanker ini meliputi 95% kejadian kanker
esofagus di Amerika Serikat. Kanker yang terjadi di sel kelenjar disebut adenokarsinoma.
Jenis sel ini bukanlah sel yang biasanya ada dan menjadi bagian di lapisan dalam esofagus.
Sebelum menjadi adenokarsinoma, sel glandular menggantikan posisi sel squamous, dan
inilah yang sering disebut dengan Barrett’s esophagus. Kanker tipe ini sering terjadi di
bagian yang lebih bawah dari esofagus, yang merupakan tempat terbanyak kejadian
adenokarsinoma.5
D. Faktor Risiko
Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi para peneliti
percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat menyebabkan
kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi bagian dalam esofagus,
akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi yang berlangsung lama pada dinding
esofagus, seperti yang terjadi pada GERD, Barrett’s esophagus dan akhalasia dapat memicu
terjadinya kanker. Beberapa faktor resiko yang dapat mempertinggi kejadian kanker esofagus
diantaranya adalah :
1. Merokok dan Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol dan merokok berkaitan dengan kejadian kanker esofagus. Alkohol
dan rokok dapat menyebabkan iritasi kronik pada mukosa esofagus. Orang yang merokok 1
bungkus perhari memiliki resiko 2 kali lebih tinggi untuk menderita adenokarsinoma
esofagus dibandingkan dengan yang tidak merokok.
2. Obesitas
Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko tinggi untuk
menderita adenokarsinoma esofagus. Hal ini berkaitan dengan peningkatan tekanan intra
abdomen dan refluk esofagus.
3. Gastro-esophageal Reflux Disease (GERD)
Orang yang menderita GERD, beresiko 2 hingga 16 kali lebih tinggi untuk menderita
adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan orang normal. Resiko bergantung pada
seberapa panjang refluk dan gejala yang terjadi. Sekitar 30 % kejadian kanker esofagus
dikaitkan dengan kejadian GERD.
4. Barrett’s esophagus
Jika refluk di bagian lower esophagus berlangsung terus menerus dan dalam jangka
waktu yang lama, maka refluk ini akan menyebabkan kerusakan pada dinding esofagus. Hal
ini dapat mengakibatkan sel skuamous yang melapisi esofagus menjadi nhilang dan
digantikan oleh sel glandular. Sel glandular ini biasanya terlihat seperti sel yang melapisi
dinding lambung dan usus halus, dan lebih resisten terhadap asam lambung. Kondisi ini
dinamakan Barrett’s esophagus. Sekitar 10 % orang dengan gejala GERD menderita Barrett’s
esophagus. Semakin lama seseorang mngalami GERD , maka semakin beresiko untuk
menderita Barrett’s esophagus. Kebanyakan orang yang menderita Barrett’s esophagus
memiliki gejala dada terasa terbakar. Penyakit ini memiliki resiko 30 hingga 125 kali lebih
besar untuk menyebabkan terjadinya kanker esofagus dibandingkan dengan orang normal.
Hal ini dikarenakan sel glandular pada Barrett’s esophagus menjadi abnormal hingga menjadi
displasia, kondisi prekanker.7
5. Diet
Makan makanan yang banyak mengandung buah-buahan dan sayur-sayuran, berkaitan
dengan berkurangnya angka kejadian kanker esofagus. Buah-buahan dan sayur-sayuran
mengandung banyak vitamin dan mineral yang membantu dalam mencegah terjadinya
kanker. Sekitar 15 5 kanker esofagus dikaitkan dengan rendahnya asupan buah-buahan dan
sayuran. Makan makanan yang sedikit mengandung buah-buahan dan sayur-sayuran dapat
meningkatkan kejadian kanker esofagus.
6. Akhalasia
Pada penyakit ini, otot pada bagian bawah esofagus tidak berfungsi dengan baik.
Makanan dan cairan yang yang masu ke dalam lambung menjadi tertahan dan cenderung
berkumpul di esofagus. Akibatnya esofagus mengkompensasi dengan melakukan dilatasi.
Orang dengan akhalasia memiliki resiko untuk mengalami kanker esofagus 15 kali lebih
besar dibandingkan dengan orang normal. Sekitar 6% (1 dari 20 orang) dari semua kasus
akhalasia berkembang menjadi kanker squamous cell carcinoma. Pada umumnya, kanker
terjadi sekitar 17 tahun setelah pasien didiagnosa akhalasia.
7. Bakteri Lambung
Bakteri lambung, helicobacter pylori dapat menyebabkan masalah lambung, termasuk
ulserasi dan beberapa jenis kanker lambung. Infeksi karena nakteri ini dapat diobati dengan
antibiotic dan tambahan obat yang mengurangi asam lambung. Orang yang mendapat terapi
H.Pylori beresiko untuk mengalami kanker esofagus dibandingkan dengan orang yang tidak
mendapatkan terapi. Hal ini dikarenakan infeksi H.Pylori, menyebabkan lambung
memproduksi sedikit asam lambung. rendahnya kadar asam lambung berdampak apad
rendahnya refluks ke esofagus. Jadi infeksi dapat menyebabkan banyak masalah di lambung,
tetapi di lain pihak hal ini infeksi tersebut membantu melindungi esofagus.
E. Manifestasi Klinis
Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika pasien mencari
bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya ditandai dengan lesi ulseratif esofagus
tahap lanjut.
1. Disfagia
Gejala utama dari kanker esofagus adalah masalah menelan, sering dirasakan oleh
penderita seperti ada makanan yang tersangkut di tenggorokan atau dada. Ketika menelan
menjadi sulit, maka penderita biasanya mengganti makanan dan kebiasan makannya secara
tidak sadar. Penderita makan dengann jumlah gigitan yang lebih sedikit dan mengunyah
makanan dengan lebih pelan dan hati-hati. seiring dengan pertumbuhann kanker yang
semakin besar, penderita mulai makan makanan yang lebih lembut dengan harapan makanan
dapat dengan lebih mudah masuk melewati esofagus, hingga akhirnya penderita berhenti
mengkonsumsi makanan padat dan mulai mengkonsumsi makanan cair. Akan tetapi, jika
kanker tetap terus tumbuh, bahkan makanan cair pun tidak bisa melewati esophagus. Untuk
membantu makanan melewati esophagus biasanya tubuh mengkompensasi dengan
menghasilkan saliva luarkan Hal ini juga yang menyebabkan orang yang menderita kanker
esofagus sering mengeluh mengeluh banyak mengeluarkan mukus atau saliva.1,5,8
2. Merasakan benjolan dan nyeri pada saat menelan
3. Nyeri pada dada,regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan akhirnya
cegukan
Nyeri dada sering dideskripsikan dengan perasaan tertekan atau terbahkar di dada. gejala ini
sering sekali diartikan dengan gejala yang berkaitan dengan organ lain, seperti jantung,
sehingga sering kali orang tidak menyadari kalau gejala tersebut adalah salah satu gejala yang
sering dikeluhkan pada penderita kanker esofagus.
4. Hemoragi, kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif akibat kelaparan
Sekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus mengalami penurunan berat
badan. Hal ini terjadi karena masalah menelan sehingga penderita mendapat masukan
makanan yang kurang untuk tubuhnya. Penyebab lain dikarenakan berkurangnya nafsu
makan dan meningkatnya proses metabolisme kanker yang diderita oleh pasien.1
Pendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel tumor mampu tumbuh keluar
aliran darah, menyebabkan terjadinya nekrosis dan ulserasi pada mukosa dan menghasilkan
pendarahan di daerah gastrontestinal. Jika pendarahan terjadi dalam jumlah yang banyak,
maka feses juga bisa berubah menjadi warna hitam tapi hal ini bukan berarti tanda bahwa
kanker esofagus pasti ada.
5. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi kurus karena gangguan menelan dan
anoreksia Jika telah lanjut, terdapat pembesaran kelenjar getah bening daerah supraklavikula
dan aksila, serta hepatomegali.
F. Penegakan Diagnostik
Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan penunjang
termasuk didalamnyaimaging studies dan endoskopi.9
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat, terdapat gangguan
faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang mengalami
peningkatan.
2. Imaging Studies
a. Barrium Swallow
Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi dinding esofagus.
Ketika dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan membentuk esofagus dengan jelas. Tes
ini dapat digunakan untuk melihat apakah ada kelainan pada permukaan dinding esofagus.
Tes barium biasanya menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan
sebagian kecil tumor, dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat
digunakan untuk menentukan seberapa jauh kanker telah bermetastase.9
b. CT Scan
CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker esofagus, tetapi CT Scan
dapat membantu dalam menentukan penyebaran dari kanker esofagus. CT Scan dapat
menunjukkan lokasi dimana kanker esofagus berada dan dapat membantu dalam menentukan
apakah pembedahan merupakan tatalaksana terbaik untuk kanker esofagus. Sebelum gambar
diambil, pasien diminta untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus
dapat terlihat jelas sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.
c. Upper Endoscopy
Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk mendiagnosis kanker esofagus.
Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat melihat kanker melalui selang dan melakukan
biopsy terhadap jaringan kanker maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang
tampak tidak normal. Contoh jaringan yang telah diambil kemudian dikirim ke laboratorium,
dan dengan bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah jaringan tersebut merupakan
jaringan yang bersifat ganas (kanker). Jika kanker esophagus menutupi lumen esophagus,
maka lumen tersebut dengan bantuan alat dan endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan
dan cairan dapat melaluinya.9
d. Endoscopic Ultrasound
Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara untuk melihat gambar
bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna untuk menentukan ukuran dari
kanker esofagus dan seberapa jauh kanker tersebut telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini
tidak memiliki dampak radiasi, sehingga aman untuk digunakan.
e. Bronkoskopi dan Mediastinoskopi
Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga tengah dan atas
esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membantu dalam