tujuan penelitian - welcome to lumbung pustaka uny ...eprints.uny.ac.id/26195/1/laporan...
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN INSTITUSIONAL
TAHUN ANGGARAN 2010
Judul Penelitian
MODEL KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGATASI MASALAH KEJENUHAN
( BURNOUT ) BELAJAR BAGI MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Oleh :
PROF.DARMIYATI ZUCHDI, Ed.D
DIANA SEPTI PURNAMA, M.Pd
EVA IMANIA ELIASA, M.Pd
DIBIAYAI OLEH DANA DIPA UNY RKPT LEMBAGA PENELITIAN DENGAN NOMOR SUB KONTRAK 1/H34.21/KTR.INS/2011
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
OKTOBER 2011
2
LEMBAR PENGESAHANLAPORAN AKHIR PENELITIAN INSTITUSIONAL
1. Judul Penelitian : Pengembangan Model Konseling Kelompok Untuk Mengatasi Masalah Kejenuhan (Burnout) Belajar Bagi Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta
2. Ketua Peneliti :a. Nama Lengkap : Prof. Darmiyati Zuchdi,Ed.Db. Jabatan : Guru Besarc. Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesiad. Alamat Surat : Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Yogyakarta
Jalan Colombo No.1 Yogyakartae. Telepon Rumah/Kantor/HP : (0274) 584132 / 568168 / 0812 295 9808f. Fax : (0274) 584132g. E-mail : [email protected]
3. Tema Payung Penelitian : Pendidikan:Afektif/watak/kepribadian/nurani4. Skim Penelitian :5. Program Strategis Nasional : -6. Program Keilmuan/Penelitian : Pendidikan
7. Tim Peneliti :No Nama dan Gelar NIP Bidang Keahlian
1 Diana Septi Purnama,M.Pd 19730925 200501 2001 Bimbingan Pribadi Sosial
2 Eva Imania Eliasa,M.Pd 19750717 200604 2001 Bimbingan dan Konseling
8. Mahasiswa yang terlibat :No Nama NIM Prodi
1 Dian 09104240005 Bimbingan dan Konseling
2 Rima 09104241008 Bimbingan dan Konseling
9. Lokasi Penelitian : Daerah Istimewa Yogyakarta10. Waktu Penelitian : 9 bulan 11. Dana yang diusulkan : Rp. 20.000.000,- (Duapuluh Juta Rupiah)
Mengetahui :Ketua Pusat Studi Kreativitas dan Olahraga
Prof. Darmiyati Zuchdi,Ed.DNIP.19431017 197412 2001
Yogyakarta, 20 Oktober 2011
Ketua Peneliti
Prof. Darmiyati Zuchdi,Ed.D NIP.19431017 197412 2001
Mengetahui,Ketua Lembaga Penelitian
Prof.Soekardi,Ph.D
3
NIP.19540901 198601 1 002
RINGKASAN & SUMMARY
Penelitian ini beranjak dari lima alasan utama: Pertama, kecenderungan mahasiswa yang mengalami kejenuhan (burnout) belajar yang makin meningkat. Kedua pentingnya alternatif pencegahan diri terhadap kejenuhan (burnout) belajar dengan mengembangkan konseling kelompok. Ketiga, belum dikembangkannya pengembangan konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan belajar (burn out) secara praktis untuk menyiapkan ketahanan psikologis mahasiswa. Keempat, banyak peluang bagi WSPK untuk mengembangkan materi dan media dalam konseling kelompok terhadap kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa. Kelima, dibutuhkan model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode penelitian dan pengembangan ( research and development ) menggunakan 3 langkah utama dari Borg Gall dan Gall, yaitu survai, perencanaan dan pengembangan. Tahap uji coba menggunakan metode Quasi Eksperimen dengan pre-posttest control group design. Untuk mengetahui efektifitas model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar menggunakan analisis perbedaan dua rata-rata berpasangan.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh suatu model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa. Secara khusus tujuan penelitian adalah menemukan hal-hal berikut; (1) tingkat kejenuhan belajar yang dialami oleh mahasiswa, (2) faktor penyebab kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa, (3) upaya mahasiswa dalam mengurangi kejenuhan belajar, (4) model teoretis model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa dan (5) keefektifan model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa.
Luaran yang dihasilkan penelitian ini adalah: (a) dikembangkannya model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa sebagai pengembangan institusi dalam hal ini Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sebagai lokasi penelitian, (b) dihasilkannya modul (intervensi) untuk mengurangi kejenuhan belajar mahasiswa, (c) bertambahnya pemahaman bagi penasehat akademik dan keterampilan personil WSPK dalam mengatasi kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa, (d) dikembangkannya materi konseling kelompok bagi mahasiswa untuk menyiapkan ketahanan psikologis terhadap kejenuhan (burnout) belajar.
4
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHANA. LAPORAN HASIL PENELITIANRINGKASAN DAN SUMMARYDAFTAR ISI
2
34
DAFTAR TABELDAFTAR GAMBARDAFTAR LAMPIRAN
555
BAB IBAB IIBAB IIIBAB IVBAB V
PENDAHULUAN 6KAJIAN PUSTAKA 10TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 19METODE PENELITIAN 20HASIL DAN PEMBAHASAN 32
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 42DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
4449
B. DRAF ARTIKEL ILMIAHC. SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN
5675
5
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-kisi instrumen pengungkap kejenuhan belajar 23
Tabel 2. Kisi-kisi instrumen faktor penyebab 24
Tabel 3. Angket Survey 25
Tabel 4. Kisi-kisi pedoman wawancara 26
Tabel 5. Kisi-kisi Skala Penilaian 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Rancangan Penelitian 20
Gambar 2. Profil Kejenuhan Belajar 37
Gambar 3. Profil Kelelahan Emosi 38
Gambar 4. Profil Kelelahan fisik 38
Gmabar 5. Profil kelelahan Kognisi 39
Gambar 6. Profil Kelelahan Motivasi 39
Gambar 7. Hasil Perbandingan sebelum & sesudah perlakuan 41
DAFTAR LAMPIRAN
1. Foto-Foto Kegiatan Konseling Kelompok 50
2. Berita Acara Pelaksanaan Seminar 55
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kejenuhan (burnout) belajar merupakan fenomena yang umum terjadi pada
mahasiswa. Terdapat beberapa studi yang mengkaji secara mendalam tentang
kejenuhan belajar pada mahasiswa. Huebner & Mills (Jacobs et.al, 2003)
melakukan penelitian tentang kejenuhan belajar ini pada para mahasiswa dengan
mempertimbangkan aspek perbedaan jenis kelamin, situasi, kepribadian dan juga
faktor emosional.
Penelitian Dyrbe (2010) pada mahasiswa kedokteran di Chicago menyebutkan
bahwa sekitar 1354 dari 2566 atau 52.8% dari mahasiswa mengalami kejenuhan
(burnout) sehingga menghambat proses perkuliahan dan kegiatan akademiknya.
Selain itu data dari Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Universitas
Gajah Mada ditemukan 11,31% (atau 2804 mahasiswa) dari seluruh mahasiswa
UGM yang terdaftar pada semester ganjil tahun akademik 1994/1995 lebih dari 7
tahun terdaftar sebagai mahasiswa. Sejumlah 3,39% (atau 841 mahasiswa) kuliah
lebih dari 10 tahun. Di Fakultas Psikologi UGM datanya jauh lebih besar, sekitar
38,5% telah melewati masa studi lebih dari 7 tahun pada tahun akademik
1995/1996. Hasil pemeriksaan Inspektur Jendral Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI pada Fakultas Pascasarjana UGM pada tahun 1991, untuk program
S2 terdapat 20% mahasiswa yang lulus setelah lebih dari 7 tahun, dan sebanyak
18% lulus dengan masa studi lebih dari 4 tahun. (Rizvi, 1997).
Menurut Neils (2006) akibat negatif kejenuhan (burnout) belajar adalah
kerusakan kinerja akademik, berupa kebiasaan buruk dalam belajar, motivasi
7
belajar rendah, kognisi yang tidak rasional, obsesif dan kompulsif, harga diri dan
rasa percaya diri rendah. Bornout juga berakibat terhadap afeksi seperti
munculnya depresi dan kecemasan yang tinggi. Penelitian Burka & Yuen ( Rizvi,
1997) di pusat konseling Universitas California, Berkeley membuktikan bahwa para
mahasiswa yang memiliki masalah psikologis yang begitu kompleks, antara lain
penentangan terhadap aturan, tidak mampu bersikap tenang, takut gagal atau
sukses, melihat tugas sebagai sesuatu yang aversif, perfeksionis, dan keyakinan
yang berlebihan terhadap kemampuan diri.
Fakta empiris tentang gejala kejenuhan belajar pada mahasiswa dengan
segenap implikasi psikologisnya mengisyaratkan perlunya layanan konseling yang
merujuk pada pemecahan masalah, seperti yang dijelaskan oleh Pietrofesa (1980)
dalam Natawidjaja (2009) bahwa “ …is a problem-oriented and largely remedial
process that accelerates individual problem resolution in a group counseling”.
Menurut Pietrofesa konseling kelompok cocok diterapkan bagi orang-orang yang
mengalami beberapa kesulitan, ketidakpuasan atau terlibat dalam perilaku yang
bersifat menghambat perkembangan diri (self defeating).
Menurut Mubiar (2009) burnout memiliki komponen kognitif, perilaku, dan
emosional. Oleh karena itu konseling kelompok dipandang potensial sebagai modus
intervensi. Hal ini sejalan dengan pandangan Bandura (Natawidajaja, 2009) bahwa
konseling kelompok paling efektif untuk menimbulkan perubahan psikologis, baik
mencakup komponen subyektif dan emosional, maupun komponen tingkah laku
nyata. Karena dalam pendekatan konseling kelompok terdapat banyak metode dan
teknik intervensi, maka masalah utama yang akan diteliti adalah “seperti apa model
8
konseling kelompok yang efektif untuk mengurangi kejenuhan (burnout)
belajar mahasiswa”.
Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam membantu memperkaya dan
mengembangkan khasanah teori tentang dinamika kejenuhan belajar mahasiswa
dan melengkapi berbagai model intervensi konseling untuk mengatasi kejenuhan
belajar tersebut. Di sisi lain, untuk mengetahui tingkat kejenuhan belajar mahasiswa
UNY karena mahasiswa mempunyai tanggung jawab pribadi untuk mengembangkan
dirinya, mengetahui permasalahan akademiknya dan daya psikologis yang dialami
dirinya. Kondisi mahasiswa yang mengalami kejenuhan (burnout) belajar harus
segera ditangani secara pribadi dan bersama-sama di lingkungan akademik agar
tidak berkelanjutan pada masalah lain.
Model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar pada
mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dikembangkan dibawah koordinasi
Wahana Studi Pengembangan Kreativitas (WSPK) yang mempunyai kepedulian
yang sama dalam hal meningkatkan kualitas mahasiswa agar menjadi sumber daya
yang bisa diandalkan dan professional.
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Permasalahan kejenuhan (burnout) belajar sangat mempengaruhi kondisi
kognitif, perilaku, dan emosional pada mahasiswa
2. Perlunya penanganan kejenuhan (burnout) belajar di lingkungan Universitas
Negeri Yogyakarta melalui konseling kelompok
9
3. Perlunya model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout)
belajar bagi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh suatu model konseling
kelompok kejenuhan (burnout) belajar pada mahasiswa. Secara khusus tujuan
penelitian adalah menemukan hal-hal berikut:
1. Tingkat kejenuhan belajar yang dialami oleh mahasiswa
2. Faktor penyebab kejenuhan belajar mahasiswa
3. Upaya mahasiswa dalam mengurangi kejenuhan belajar
4. Model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar
mahasiswa
5. Keefektifan model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout)
belajar mahasiswa
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yakni:
1. Manfaat Teoritis, memberikan sumbangan teori bagi ilmu pengetahuan
khususnya teori tentang konseling kelompok.
2. Manfaat Praktis, mengembangkan materi dalam Wahana Studi Pengembangan
Kreativitas dan memberikan pengalaman baru bagi mahasiswa dalam mengatasi
kejenuhan (burnout) belajar yang dihadapinya.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Konsep Konseling Kelompok
Dinkmeyer & Muro (1995:137) merumuskan konseling kelompok adalah :
“is an interpersonal process led by a professionally trained counselor and conducted with individuals who are coping with typical development problems. It focuses on thought, feeling, attitudes, values, purposes, behavior and goals of individuals and the total group.”
Demikian pula Gazda (1967) mengemukakan definisi tentang bahwa
konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis terpusat pada
pemikiran dan perilaku sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi. Fungsi ini
diciptakan dan dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling
mempedulikan diantara para peserta konseling kelompok, termasuk konselor dan
angota kelompok itu sendiri. Konseli dan konselor serta fasilitator memiliki yang
sama dan persoalan untuk merubah menjadi baik dan memiliki kepribadian yang
tangguh dalam penangannya. Para anggota di dalamnya saling meningkatkan
pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan tertentu atau
menghilangkan sikap dan perilaku tertentu.
Corey (2006:12) menjelaskan bahwa konseling kelompok
“focus on interpersonal process and problem-solving strategies aims that stress conscious thoughts, feelings and behavior. A counseling group aims at helping participants resolve problems in living or dealing with developmental concerns.”
Konseling kelompok beranggotakan 6 – 10 orang yang bertemu bersama setiap
minggu yang didalamnya berbicara besama tentang topik permasalahan yang sama
dan berkeinginan untuk segera menyelesaikan permasalahannya. Anggota dari
kelompok konseling dibimbing untuk lebih mengenal tentang permasalahan yang
sedang terjadi.
11
2.2. Tujuan, Manfaat dan Tahap-tahap dalam Konseling KelompokAdapun tujuan dari konseling kelompok Corey (2006) menyebutkan beberapa
hal,yaitu:
a. Belajar untuk percaya pada diri sendiri dan orang lain
b. Meningkatkan kewaspaadaan dan pengetahuan diri (awareness and self
knowledge
c. Membangun rasa memiliki diri yang unik
d. Menolong anggota mempelajari bagaimana arti kebersamaan
e. Membimbing anggota fokus pada permasalahan dirinya
f. Meningkatkan self acceptance,self confidence, self respect dan menilai
diri dan orang lain
g. Mempelajari bagaimana mengekpresikan emosi
h. Menemukan alternatif pemecahan dan resolusi konflik
i. Meningkatkan self direction, tanggung jawab pada diri dan orang lain
j. Mempelajari kemampuan social dan efeksi
k. Menjadi sensitif pada kebutuhan diri dan perasaan orang lain
l. Mempelajari bagaimana menantang diri dengan perhatian, konsentrasi,
dan kejujuran.
m. Menggunakan proses dalam kelompok untuk memfasilitasi perubahan
perilaku anggotanya
n. Membantu anggota membangun perilaku positif dan kemampuan
interpersonal lebih baik
o. Membantu anggota mentransfer kemampuan dan perilaku yang dipelajari
kelompok dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan keuntungan dari dibentuknya konseling kelompok, menurut Allyn
Bacon (dalam Natawidjaya,2009) adalah (1) support; (2) belonging; (3) awareness;
(4) universality; (5) simulation of primary group; (6) catharsis; (7) feedback; (8) group
as a microcosm.
Adapun tahap-tahap pelaksanaan konseling kelompok, menurut Venkatesh
(2006) sebagai berikut :
12
1. Formation of the group atau pembentukan kelompok. Pada langkah pertama
ini, diumumkan adanya konseling kelompok, kemudian langkah kedua
menyeleksi anggota diseusuaikan dengan topik yang diangkat. Langkah
selanjutnya pertemuan pertama dengan anggota, didalamnya dijelaskan
tujuan konseling kelompok, kemudian perencanaan bersama mengenai
jadwal konseling, peraturan internal antara konselor dan konseli, hak dan
kewajiban anggota konseling juga etika dalam konseling.
2. Initial stage: orientation and exploration. Pada pertemuan selanjutnya
dijelaskan struktur kelompok dan mengeksplorasi harapan konseli. Para
konseli menjadi dekat dan menemukan tujuan dan pecerahan dari harapan-
harapannya.
3. Transition stage: Dealing with resistance. Pada tahap ini anggota konseling
mulai dihadapkan pada permasalahan pokoknya, bagaimana resiliensi dan
focus pada konflik.
4. Working stage: Cohesion and productivity. Selama tahap ini, anggota
membentuk kohesif bersama, merasakan kebersamaan kelompok. Hal ini
juga membentuk pendalaman eksplorasi dan dengan kerja keras berusaha
merubah perilalu.
5. Final stage: Consolidation and termination. Pada tahap ini, mulai melakukan
kesimpulan, bersama mengakhiri konseling.
6. Follow up sessions (Post group).
Secara umum, teknik konseling kelompok bermuara pada dua sumber, yaitu
pada teori kepribadian dan dinamika kelompok. Teknik yang bermuara pada teori
kepribadian : (1) pendekatan psikoanalitik diantaranya adalah teknik asosiasi bebas,
analisis mimpi dan insight and working through ;(2) pendekatan behavioral
diantaranya adalah penguatan kembali,kontingensi, modeling, gladi perilaku,
penataan kembali kognisi; (3) pendekatan rasional emotif diantaranya dengan teknik
aktif direktif, membantah, role playing, latihan keterampilan dan feed back
(Natawidjaja,1987). Sedangkan teknik yang bermuara pada dinamika kelompok
antara lain training group (pelatihan kelompok), encounter group (kelompok
13
pertemuan, T-Group (kelompok T), structured group (kelompok berstruktur), self help
group dan group exercise dengan permainan.
2.3 Konsep tentang Kejenuhan (Burnout)
Istilah kejenuhan (Burnout) dan pasangannya tedium diartikan sebagai suatu
keadaan keletihan (exhaustion) fisik, emosional dan mental. Cirinya muncul dalam
apa yang disebut dengan physical depletion, dengan perasaan tidak berdaya dan
putus harapan, keringnya perasaan, konsep diri yang negatif dan sikap negatif.
Gejala ini identik dengan distress, discontent, dan perasaan gagal untuk mencapai
tujuan ideal.
Tedium dan burnout memiliki kesamaan dalam arti simtomatologinya, tetapi
memiliki perbedaan dalam etiologinya dan keduanya merupakan exhaustion
reaction. Tedium diakibatkan oleh chronic pressure (mental, fisik atau emosional)
sedangkan burnout merupakan hasil dari suatu emotional pressure yang konstan
dan berulang, yang diasosiasikan dengan keterlibatan yang intensif dalam hubungan
antarpersonal untuk jangka waktu yang cukup lama. Untuk menggambarkan
ketepatan perasaan dan penghayatan dalam burnout maka istilah ini dilukiskan pula
sebagai kepedihan akan realita ketidakberdayaan seorang ahli human service untuk
menolong klien yang membutuhkan keahliannya, karena ia merasa tidak memiliki
keahlian apapun yang tersisa untuk memberikan bantuan/layanan pada klien yang
membutuhkan. (Ilfiandra, 2002:49)
Sedangkan Pines & Aronson (Brunk, 2006) mendefinisikan burnout sebagai
kondisi emosional dimana seseorang merasa lelah dan jenuh secara mental ataupun
fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan yang meningkat. Situasi menghadapi tuntutan
dari penerima layanan menggambarkan kedaan yang menuntut secara emosional
(emotionally demanding). Pada akhirnya dalam jangka panjang seseorang akan
mengalami kejenuhan, karena ia berusaha memberikan sesuatu secara maksimal,
namun memperoleh apresiasi yang minimal. Karenanya, terhadap pengertian
burnout Pines & Aronson menyatakan bahwa walaupun durasi, intensitas, frekuensi,
dan konsekuensinya beragam, burnout selalu mempunyai tiga komponen yaitu
kelelahan fisik, kelelahan emosional, dan kelelahan mental. Gambaran dari ketiga
14
dimensi tersebut adalah : (1) kelelahan fisik yaitu suatu kelelahan yang bersifat sakit
fisik dan terkurasnya energi fisik; (2) kelelahan emosional, yaitu suatu kelelahan
pada individu yang berhubungan dengan perasaan pribadi yang ditandai dengan
rasa tidak berdaya, dan depresi adapun (3) kelelahan mental, yaitu suatu kondisi
kelelahan pada individu yang berhubungan dengan rendahnya pengahrgaan diri dan
depersonalisasi.
Lebih lanjut, Pines & Aronson (Borritz:2006) memberikan ciri-ciri pada setiap
kejenuhan pada dimensi-dimensi yang telah dijelaskan sebelumnya. Sakit fisik
dicirikan dengan antara lain sakit kepala, demam, sakit punggung (rasa ngilu),
rentan terhadap penyakit, tegang pada otot leher dan bahu, sering terkena flu, susah
tidur, mual-mual, gelisah, dan perubahan kebiasaan makan. Energi fisik dicirikan
seperti energi yang rendah, rasa letih yang keronis dan lemah.
Kelelahan emosi dicirikan antara lain bosan, mudah tersinggung, sinisme,
perasaan tidak menolong, ratapan tiada henti, suka marah-marah, gelisah, tidak
peduli terhadap tujuan, tidak peduli dengan orang lain, merasa tidak memiliki apa-
apa untuk diberikan, sia-sia, putus asa, sedih, tertekan dan tidak berdaya.
Sedangkan kelelahan mental dicirikan dengan indikator-indikator sebagai berikut :
merasa tidak berharga, rasa benci, rasa gagal, tidak peka, kurang bersimpati dengan
orang lain, mempunyai rasa negatif terhadap orang lain, cenderung masa bodoh
dengan dirinya, pekerjaan dan juga kehidupannya, acuh tak acuh, selalu
menyalahkan, kurang toleran terhadap orang ditolong, ketidakpuasan terhadap
pekerjaan, konsep diri yang rendah, merasa tidak cakap, merasa tidak kompeten,
dan tidak puas dengan jalan hidup.
2.4. Kejenuhan (Burnout) dalam BelajarDari pengertian yang dikemukakan di atas, tampak bahwa penekanan
burnout terletak pada karakteristik individu dan wujud dari sindrom itu terlihat pada
interaksinya terhadap lingkungan tempat belajar ataupun tempat kerja. Maslach
(Brunk, 2006) menyebutkan bahwa kejenuhan baik di tempat belajar ataupun tempat
kerja terjadi disebabkan tiga faktor utama yaitu : (1) karakteristik individu; (2)
lingkungan belajar/bekerja ; dan (3) keterlibatan emosional dengan pihak lain.
Terkait dengan karakteristik individu, dari hasil penelitian yang dia lakukan terhadap
15
laki-laki dan perempuan ditemukan bahwa laki-laki lebih rentan terhadap stres dan
burnout jika dibandingkan dengan perempuan. Sebagian ahli berkesimpulan bahwa
perempuan lebih lentur jika dibandingkan dengan laki-laki, karena perempuan
cenderung mampu menangani tekanan yang besar. Proses sosialisasi laki-laki
cenderung dibesarkan dengan nilai kemandirian sehingga diharapkan bertindak
tegas, lugas, tegar dan tidak emosional. Sebaliknya perempuan cenderung lebih
berorientasi pada kepentingan orang lain (yang paling nyata adalah mendidik anak)
sehingga sikap-sikap yang diharapkan adalah berkembang dari dalam dirinya adalah
sikap membimbing, empati, kasih sayang, membantu dan kelembutan.
Pada sisi yang lain, dijelaskan bahwa secara kepribadian yang rentan
terhadap burnout adalah individu yang idealis dan antusias. Mereka adalah individu-
individu yang memiliki sesuatu yang berharga dalam memenuhi cita-cita pekerjaan
mereka. Jacobs dkk (2003) menemukan bahwa para peserta didik yang
obsesasional, idealis dan berdedikasi cenderung lebih rentan terhadap burnout .
Kondisi ini terjadi karena mereka memiliki komitmen berlebihan, dan melibatkan diri
secara mendalam dalam kegiatan belajar. Biasanya mereka akan kecewa pada saat
imbalan dari usahanya tersebut tidak seimbang. Mereka akan merasa gagal dan
berdampak pada menurunnya penilaian terhadap kompetensi. Pada sisi lain, peserta
didik yang perfeksionis yaitu mereka yang selalu berusaha melakukan pekerjaan
sampai dengan sangat sempurna akan sangat mudah frustrasi bila kebutuhan untuk
tampil sempurna tidak tercapai. Karenanya mereka rentan terhadap burnout.
Faktor lingkungan belajar/bekerja turut memberikan pengaruh terhadap
kesehatan mental individu. Aktivitas-aktivitas berikut merupakan pemicu munculnya
burnout pada peserta didik yaitu beban tugas belajar yang berat, jam belajar yang
padat, tanggung jawab yang harus dipikul, pekerjaan rutin dan yang bukan rutin, dan
pekerjaan adminsitrasi lainnya yang melampaui kapasitas dan kemampuan dirinya.
Beban kerja yang dimaksud dapat berupa kuantitatif yaitu jumlah pekerjaan dan
kualitatif yaitu tingkat kesulitan pekerjaan tersebut yang harus ditangani.
Hubungan yang negatif dengan rekan kerja, teman belajar atau dengan
guru/dosen menjadi pemicu munculnya burnout pada peserta didik. Hal tersebut
terjadi karena hubungan antarmereka diwarnai konflik, saling tidak percaya dan
saling bermusuhan. Maslach (Sutjipto, 2001) mengungkapkan sejumlah kondisi
16
potensial yang dapat menimbulkan konflik dalam lingkungan kerja/belajar yaitu : (1)
perbedaan nilai pribadi; (2) perbedaan pendekatan dalam melihat permasalahan;
dan (3) mengutamakan kepentingan pribadi dalam berkompetisi.
Adapun terkait dengan jenis-jenis kejenuhan belajar, Cross (Syah, 1999:166)
menyebutkan bahwa kejenuhan belajar dapat dikategorikan menjadi tiga macam,
yakni : (1) keletihan terkait dengan aspek-aspek panca indera, baik berupa
pendengaran ataupun penglihatan; (2) keletihan fisik berupa keletihan yang terkait
dengan aspek-aspek fisiologis; dan (3) keletihan mental. Menurut para ahli psikologi
pendidikan keletihan secara mental inilah sebenarnya yang berpotensi terhadap
terjadinya kejenuhan belajar. Sedangkan Dierkes dkk (2001:369) menyatakan
bahwa kejenuhan belajar yang terjadi pada peserta didik umumnya disebabkan oleh
tidak kondusifnya iklim emosional dalam kelas dan tidak terorganisasinya kegiatan
belajar peserta didik itu sendiri.
2.5. Relevensi Konseling Kelompok Untuk Mengatasi Kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa
Penelitian yang dilakukan Jacobs (2003) menunjukkan bahwa permasalahan
yang terkait dengan burnout belajar para peserta didik banyak dikonsultasikan
melalui layanan bimbingan dan konseling. Kondisi ini secara tegas menunjukkan
bahwa layanan konseling merupakan salah satu alternatif yang dapat dijadikan
media bagi peserta didik dalam mengatasi permasalahan burnout belajar yang
mereka alami. Pendapat ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Cary Caherniss (1980) yang menemukan bahwa intervensi yang berorientasi
preventif lebih diutamakan daripada yang berorientasi kuratif dengan alasan lebih
efektif dan membutuhkan biaya yang lebih murah. Sedangkan aspek lain yang perlu
diperhatikan adalah pemahaman konselor bahwa penumbuhan kesadaran dari diri
klien/peserta didik merupakan langkah pertama untuk mengatasi burnout. Jika
konselor atau terapis mencoba mengintervensi burnout tanpa memahami dampak
burnout terhadap klien, organisasi, struktur kerja yang berkontribusi terhadap
burnout maka sangat sedikit hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi burnout.
Oleh karena itu, memiliki pengetahuan dan memahami esensi burnout beserta
dampaknya merupakan langkah awal untuk mengatasi burnout.
17
Menurut Cary Caherniss, terdapat lima kemungkinan intervensi terhadap
burnout yaitu : (1) pengembangan pribadi yaitu membantu klien supaya memahami
tujuan pribadinya sehingga dapat mengatasi masalah tujuan yang tidak realistis,
membantu mengadopsi tujuan baru sebagai sumber alternatif bagi kepuasan, dan
membantu mengurangi tuntutan internal dari dalam diri staf. Intervensi ini dapat
dilakukan melalui kegiatan konseling, baik secara individual ataupun kelompok; (2)
perubahan pekerjaan dan struktur peran, yaitu upaya memberikan kesempatan
kepada klien untuk menentukan rencana atau program baru dalam melaksanakan
kegiatan dengan waktu dan tanggung jawab yang jelas; (3) intervensi
pengembangan manajemen, yaitu suatu upaya yang mengarah kepada perbaikan
sistem dalam organisasi khususnya pada aspek supervisor. Jikalau dalam kegiatan
belajar diperguruan tinggi, maka intervensi manajemen ini mengarah kepada
perbaikan struktur dan cara kerja dosen dan pejabat lembaga lainnya dalam
lembaga; (4) pemecahan masalah organisasi dan pengambilan keputusan. Ini
merupakan bentuk intervensi yang mengarah kepada upaya pemecahan masalah
yang terjadi antara setiap unsur dalam organisasi dan tidak membiarkan masalah
tersebut larut dan tidak ada solusinya; dan (5) perubahan dan tujuan filosofis
organisasi, yaitu upaya keterbukaan setiap individu dalam organisasi untuk
menerima dan dasar terhadap setiap perubahan dan permasalahan yang terjadi.
Lebih lanjut, apabila dikaitkan dengan kegiatan konseling tampak bahwa
upaya mengurangi kejenuhan belajar merupakan salah satu tujuan bimbingan
akademik, yaitu upaya membantu klien mengatasi kesulitan belajar,
mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu mereka supaya sukses dalam
belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan pendidikan
(Nurihsan, 2003:21).
Menguatkan pendapat tersebut, hasil penelitian yang dilakukan Taufiq (2003)
menunjukkan bahwa kegiatan bimbingan teman sebaya dapat dijadikan alternatif
dalam membantu mahasiswa mengatasi permasalahan sosial, sosial dan akademik
yang mereka hadapi, sehingga diharapkan dengan bimbingan teman sebaya
tersebut mahasiswa mampu meraih prestasi yang lebih baik serta memperoleh
kejelasan karir. Masih terkait dengan pengembangan aspek pribadi sosial peserta
didik, penelitian yang dilakukan Wahab (2003) menunjukkan bahwa bimbingan
18
perkembangan dipandang relevan dalam membantu mengembangkan pribadi sosial
siswa, sehingga mereka mampu mendiri dan bertanggung jawab baik dalam bidang
akademik dan juga kegiatan lain di luar itu.
19
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh suatu model konseling
kelompok kejenuhan (burnout) belajar pada mahasiswa. Secara khusus tujuan
penelitian adalah menemukan hal-hal berikut:
1. Tingkat kejenuhan belajar yang dialami oleh mahasiswa
2. Faktor penyebab kejenuhan belajar mahasiswa
3. Upaya mahasiswa dalam mengurangi kejenuhan belajar
4. Model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar
mahasiswa
5. Keefektifan model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout)
belajar mahasiswa
Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam membantu memperkaya dan
mengembangkan khasanah teori tentang dinamika kejenuhan belajar
mahasiswa dan melengkapi berbagai model intervensi konseling untuk
mengatasi kejenuhan belajar tersebut. Disisi lain, untuk mengetahui tingkat
kejenuhan belajar mahasiswa UNY karena mahasiswa mempunyai tanggung
jawab pribadi untuk mengembangkan dirinya, mengetahui permasalahan
akademiknya dan daya psikologis yang dialami dirinya. Kondisi mahasiswa yang
mengalami kejenuhan (burnout) belajar harus segera ditangani secara pribadi
dan bersama-sama di lingkungan akademik agar tidak berkelanjutan pada
masalah lain.
Model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar pada
mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dikembangkan dibawah koordinasi
Wahana Studi Pengembangan Kreativitas (WSPK) yang mempunyai kepedulian
yang sama dalam hal meningkatkan kualitas mahasiswa agar menjadi sumber
daya yang bisa diandalkan dan professional.
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode
Penelitian ini menghasilkan suatu model konseling kelompok bagi mahasiswa
yang mengalami kejenuhan (burnout) belajar. Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian dan perkembangan (research and development)/R&D. Wahab
(2005) menyatakan bahwa langkah-langkah R&D biasanya dapat diwujudkan
dengan siklus R&D yang terdiri atas kegiatan mengkaji hasil penelitian yang terkait,
mengembangkan program atau model yang didasarkan atas temuan uji lapangan
dimana studi itu akan dilakukan. Hasil data yang diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif. Pada dasarnya pendekatan
penelitian dan pengembangan dalam pelaksanaannya menggunakan sejumlah
siklus kegiatan, yang antara siklus kegiatan yang ada sangat terkait dengan siklus
kegiatan sebelumnya, yaitu survai, perencanaan, dan pengembangan,sehingga
mendapatkan model hipotetik. Penelitian ini sudah berjalan 8 bulan. Adapun siklus
penelitian disajikan melalui bagan berikut.
Gambar 1. Skema Penelitian
HASILPELAKSANAANPERENCANAANPENDAHULUAN
7.ANALISIS DAN REVISI
5.REVISI
4.VERIFIKASI MODEL
6.UJI COBA LAPANGAN
1.STUDI PUSTAKA
2.STUDI PENDAHULUAN
8.MODEL HIPOTETIK
YANG DIREKOMEN
DASIKAN
3.PENYUSUNAN MODEL
9.IMPLEMENTASI MODEL
21
Adapun penjelasan dari skema penelitian diatas adalah sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Studi literatur yang mendalam tentang kejenuhan (burnout) belajar pada
mahasiswa dan konseling kelompok dianggap sebagai salah satu metode
untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar. Studi pustaka baik dari buku
teori juga jurnal penelitian yang telah dilakukan oleh para pendahulu peneliti
kejenuhan ( burnout ) belajar. Teori konseling kelompok juga ditelusuri untuk
mendukung pelaksanaan konseling di lapangan.
2. Studi Pendahuluan
Dilakukan melihat gejala kejenuhan (burnout) belajar pada mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta dengan membandingkan dan menelaah hasil
studi pustaka
3. Penyusunan Model
Dari hasil studi pustaka menghasilkan draft model konseling kelompok untuk
mengatasi kejenuhan (burnout) belajar bagi mahasiswa
4. Penyusunan Instrumen
Penyusunan instrumen berupa:
a. Angket untuk mengungkap tingkat kejenuhan belajar mahasiswa
b. Angket terbuka yang mengungkap upaya-upaya yang dilakukan
mahasiswa untuk mengurangi kejenuhan belajar
c. Pedoman wawancara untuk mengungkap secara lebih pribadi faktor
penyebab permasalahan kejenuhan belajar mahasiswa
22
5. Verifikasi Model
DIlakukan dengan Focus Group Discussion dengan dosen Bimbingan dan
Konseling untuk menguji keterbacaan dan uji konten dari instrument yang
telah disusun.
6. Revisi
Dari hasil FGD, ada masukan untuk materi dalam konseling kelompok
7. Uji Coba Lapangan Terbatas
Uji coba model dilakukan pada sampel yang mempunyai nilai kejenuhan
(burnout) belajar yang tinggi dalam kelasnya. Terdapat 9 mahasiswa dari 6
program studi di Universitas Negeri Yogyakarta. Lokasi uji coba terbatas di
Laboratorium Bimbingan dan Konseling Ruang Audio-Visual. Ruangan ini
cukup representative dan memenuhi syarat untuk dijadikan tempat konseling
kelompok. Uji coba lapangan dilakukan 6 kali pertemuan dengan masing-
masing 2,5 jam tiap tatap muka konseling kelompok. Pelaksanaan uji coba
dibantu oleh laboran BK dan 2 mahasiswa BK untuk mengambil gambar dan
merekam aktivitas uji coba.
8. Analisis dan Revisi
Setelah dilakukan uji coba model dilakukan analisis model dan revisi model
didalamnya.
9. Model Hipotetik
Kemudian dirumuskan model hipotetik dari konseling kelompok untuk
mengatasi kejenuhan (burnout) belajar bagi mahasiswa.
23
3.2. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta jenjang S1. Dan pengambilan sampel dengan teknik
purposive sampling, yaitu mahasiswa yang mempunyai nilai kejenuhan (burnout)
belajar yang tinggi. Dari penghitungan
3.3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang akan dipergunakan adalah sebagai berikut :
(1) angket untuk mengungkap tingkat kejenuhan belajar mahasiswa; (2) Angket terbuka
yang mengungkap upaya-upaya yang dilakukan mahasiswa untuk mengurangi
kejenuhan belajar ; (3) pedoman wawancara untuk mengungkap secara lebih pribadi
faktor penyebab permasalahan kejenuhan belajar mahasiswa ; dan (4) studi
dokumentasi yang mengungkap data-data fisik dari para mahasiswa, seperti tempat
belajar, referensi belajar dan juga metode yang dipergunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Kejenuhan Belajar Mahasiswa
Variabel Aspek IndikatorJumlah
PernyataanNo Item
Kejenuhan Belajar Mahasiswa
(Format A)
Kelelahan Emosi
1. Merasa gagal dalam belajar 2. Merasa bersalah dan menyalahkan 3. Merasa dikejar-kejar waktu 4. Mudah marah dan benci5. Mudah cemas 6. Mudah kehilangan kendali diri dalam
belajar7. Mengalami ketakutan berlebih
5 55555
5
1 – 56 – 10
11 – 1516 – 2021 – 2526 – 30
31 – 35Kelelahan Fisik
1. Merasa lelah dan letih setiap hari.2. Mudah sakit 3. Sulit tidur 4. Mengalami gangguan makan5. Menggunakan obat-obatan6. Jantung sering berdebar-debar
dengan keras
412202
36 – 3940
41, 4243, 44
45,46
Kelelahan Kognitif
1. Enggan membantu dalam kegiatan belajar
2. Kehilangan makna dan harapan
3
3
47 – 49
50 – 52
24
Variabel Aspek IndikatorJumlah
PernyataanNo Item
dalam belajar3. Kehilangan gairah dan kekuatan
untuk belajar.4. Merasa terjebak dalam belajar5. Kesulitan berkonsentrasi dan mudah
lupa dalam belajar6. Terbebani dengan banyak tugas
belajar7. Merasa rendah diri
3
43
3
3
53 – 55
56 – 5960 – 62
63 – 65
66 – 68Kehilangan Motivasi
1. Kehilangan idealisme dalam belajar2. Kehilangan semangat belajar3. Mudah menyerah4. Mengalami ketidakpuasan dalam
belajar5. Kehilangan minat belajar
3433
5
69 – 7172 – 7576 – 7879 -81
82 – 86Jumlah 86
Kisi-kisi instrumen pengungkap faktor penyebab kejenuhan belajar disajikan pada tabel
berikut.
Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar
Variabel Aspek IndikatorJumlah
PernyataanNo item
Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar Mahasiswa
(FORMAT B)
Karakteristik Mahasiswa
1. Keinginan untuk sempurna2. Penghargaan diri yang rendah3. Ketidakmampuan mengendalikan
emosi4. Motif berprestasi yang rendah
13 1 -13
Faktor Lingkungan Belajar
1. Iklim kelas negatif2. Kurang penghargaan dalam
belajar3. Beban tugas belajar yang berat4. Konflik diri dengan individu
8 14 - 21
25
Variabel Aspek IndikatorJumlah
PernyataanNo item
dalam lingkungan belajar5. Suasana belajar yang statis
Keterlibatan Emosional dengan Lingkungan Belajar
1. Ketidakmampuan untuk asertif2. Konflik peran3. Kurang dukungan belajar4. Perbedaan nilai pribadi
17 22 - 38
38
Instrumen pengumpul data lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
angket untuk mendapatkan informasi tentang upaya mahasiswa mengatasi kejenuhan
belajar. Kisi-kisi instrumen pengumpul data yang dikembangkan disajikan pada tabel 3.3
berikut.
Angket Survey Upaya Mahasiswa Mengatasi Kejenuhan Belajar
FORMAT C Pernyataan
Apa saja upaya yang Anda lakukan selama ini untuk mengatasi kejenuhan belajar ?
a. Ngobrol dengan teman.b. Mencurahkan dalam bentuk tulisan. c. Ngobrol dengan orang tua.d. Ngobrol dengan dosen.e. Memperbanyak berdoaf. Bermain game.g. Memperbanyak merokok.h. Berkumpul dengan teman-temani. Berkunjung ke pusat perbelanjaan (Mall)j. Berkunjung ke tempat wisata.k. Jalan-jalan di malam hari.l. Memperbanyak olah raga.m. Meminum obat terlarangn. Mengkonsumsi minuman keraso. Berkonsultasi dengan konselor p. .................................................................
26
Kisi – Kisi Pedoman Wawancara Kejenuhan (Bornout) Belajar Pada Mahasiswa
N0. Aspek Perilaku yang Diungkap Responden Teknik
Mahasiwa Wawancara
1. Hambatan psikologis yang menjadi penyebab alasan kejenuhan
2. Hambatan sosial yang bersumber dari kemampuan hubungan interpersonal.
3. Hambatan struktural yang bersumber dari kebijakan institusi dan dosen.
4. Hambatan kultural berupa sub kultur, harapan lingkungan, etos kerja, dan pola asuh orang tua.
5. Hambatan finansial yang menjadi penyebab kejenuhan.
Kisi-Kisi Skala Penilaian Model Hipotetik Konseling Kelompok Untuk Mengatasi Kejenuhan ( Burnout) Balajar Pada Mahasiswa
N0. Aspek Model yang Diungkap Responden Teknik
Pakar BK Angket
A. Teknis Model
1. Kemasan
2. Tata letak
3. Sistematika
4. Konfigurasi
B. Substansi Model
1. Kelengkapan komponen model
2. Kesesuaian antar komponen model
3. Rasional model
4. Pengorganisasi model
5. Strategi peluncuran model
6. Strategi evaluasi
27
2.4. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dilakukan setelah seluruh pengumpulan data selesai, baik dari hasil
kusioner, wawancara atau observasi. Data yang terkumpul terdiri dari dua jenis, yaitu data
kuantitaif mengenai profil kompetensi pribadi sosial mahasiswa dan data kualitatif mengenai
deskripsi pelaksanaan bimbingan pribadi sosial di pesantren.
Untuk uji lapangan dilakukan pre test dan post test terhadap subjek penelitian pada
tahap uji coba terbatas. Hasilnya diuji dengan dengan Quasi eksperimen non-parametrik, karena
jumlah subjeknya hanya 30 orang.
2.4.1. Uji Coba Model
Untuk mendapatkan hasil pengembangan program, maka dilakukan analisis sebagai berikut:
Pada tahap ini dilakukan uji lapangan dengan melakukan pre test dan post test terhadap subjek
penelitian pada tahap uji coba terbatas. Hasilnya diuji dengan dengan Quasi eksperimen non-
parametrik, karena jumlah subjeknya hanya 30 orang. Adapun desainnya sebagai berikut.
Pre-Test Perlakuan Post-Test
T0 - T1
Selain uji statistik, pada tahap ini juga diperlukan data kualitatif, terutama untuk memperbaiki
substansi dan metodologi Program Kompetensi Pribadi Sosial bagi mahasiswa di pesantren.
2.4.2. Hasil Uji Validasi
Untuk mengetahui hasil Program Kompetensi Pribadi Sosial, maka dilakukan uji validasi
dengan menerapkan model quasi eksperimen dengan desain pretest dan post-test. Adapun
desainnya sebagai berikut.
28
Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test
Kontrol T0 - T1
Eksperimen T0 x T1
Untuk analisis statistik menggunakan statistik parametrik, maka untuk mengetahui signifikansi
hasil validasi dilakukan uji t.
Data kuantitatif diolah dengan menggunakan analisis statistik, yaitu dengan menghitung
terlebih dahulu batas bawah terbesar dan batas atas terkecil untuk menentukan kelompok
mahasiswa dengan kategori kompetensi pribadi-sosial yang tinggi, sedang, rendah, dengan
rumus:
Tinggi = apabila X > Xi + SD (0.5)
Sedang = apabila X > Xi – SD (0.5) – X > Xi + SD (0.5)
Rendah = apabila X < Xi – SD (0.5)
Keterangan:
Skor maksimal: jumlah seluruh item x nilai tertinggi
Xideal : ½ dari skor maksimal
SDideal : 1/3 dari Xideal
(Rakhmat & Solehuddin, 1998:55)
29
Kemudian dihitung besarnya persentase setiap kategori dengan rumus:
Skor maksimal x 100%
Skor ideal
Untuk menguji reliabilitas angket kompetensi pribadi sosial, maka digunakan metode
parohan (split half), yaitu dihitung terlebih dahulu koefisien korelasi antar skor butir pernyataan.
Rumus yang digunakan adalah product moment dari Karl Pearson, yaitu:
Untuk menguji signifikansi digunakan rumus:
(rxy)2 (N – 1)
t =
(1 – (rxy)2)
Selain dilakukan uji t untuk menguji signifikansi dilakukan juga analisis variansi antar
kelompok (kelompok kontrol dan kelompok eksperimen) dan variansi dalam kelompok. Dalam
menghitung F rasio, variansi antar kelompok ditempatkan sebagai pembilang sedangkan variansi
dalam kelompok sebagai penyebut. Oleh karenanya makin besar variansi di dalam kelompok
makin menurun harga F rasio yang diperolehnya. Nilai F rasio yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan F tabel pada taraf nyata dan derajat bebas tertentu. Berikut langkah-
langkah dalam menghitung analisis variansi.
Langkah Pertama :
Menghitung jumlah penyimpangan kuadrat tiap skor dari rata-rata keseluruhan.
N∑XY - (∑X)(∑Y)
rxy =
2 2 ( ∑Χ )2 ∑Χ = ∑Χ -
tot N
2 2 ( ∑Χ1 )2 ( ∑Χ2 )2 ( ∑Χk )2 ( ∑Χ )2
∑Χ = ∑Χ - + + -jak n1 n2 nk N
2 2 2 ∑Χ = ∑Χ - ∑Χ
jdk tot jak
30
Langkah Kedua :
Menghitung jumlah penyimpangan kuadrat keseluruhan yang disebabkan penyimpangan
rata-rata kelompok dari rata-rata keseluruhan. Dinamakan jumlah kuadrat antar kelompok
Langkah Ketiga :
Menghitung jumlah penyimpangan kuadrat keseluruhan yang disebabkan penyimpangan
tiap skor dari rata-rata kelompok masing-masing. Dinamakan juga dengan jumlah kuadrat
dalam kelompok.
Langkah keempat membuat rangkuman hasil perhitungan dalam tabel analisi variansi
sebagai berikut.
1
Sumber Variansi
2
Jumlah
Kuadrat
3
Derajat
Kebebasan (d)
4
Kuadrat
Mean(M)
5
F
6
Taraf Nyata
0,05
1. Diantara
Kelompok (ak)
2. Didalam
Kelompok (dk)
3. Keseluruhan
31
(total)
Untuk menganalisis data kualitatif, teknik yang digunakan yaitu analisis non-statistik,
yaitu dengan mendeskripsikan data dan memberikan makna terhadap isi data tersebut dengan
berpedoman pada model konseling kelompok yang standar digunakan baik secara teoritis
maupun praktis.
BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN
32
A. PERSIAPAN PENELITIANBeberapa persiapan yang dilakukan agar penelitian berjalan lancar, antara lain :
10. Penyusunan Agenda kerja
Penyusunan agenda kerja ini adalah hal pertama yang dilakukan. Jadwal
kerja ini menjadi patokan kerja tim peneliti dalam melaksanakan prosedur
aktivitas penelitian.
11. Studi Pustaka
Studi literatur yang mendalam tentang kejenuhan (burnout) belajar pada
mahasiswa dan konseling kelompok dianggap sebagai salah satu metode
untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar. Studi pustaka baik dari buku
teori juga jurnal penelitian yang telah dilakukan oleh para pendahulu peneliti
kejenuhan ( burnout ) belajar. Teori konseling kelompok juga ditelusuri untuk
mendukung pelaksanaan konseling di lapangan
12. Studi Pendahuluan
Dilakukan melihat gejala kejenuhan (burnout) belajar pada mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta dengan membandingkan dan menelaah hasil
studi pustaka
13. Penyusunan Model
Dari hasil studi pustaka menghasilkan draft model konseling kelompok untuk
mengatasi kejenuhan (burnout) belajar bagi mahasiswa
14. Penyusunan Instrumen
Penyusunan instrument berupa:
d. angket untuk mengungkap tingkat kejenuhan belajar mahasiswa
33
e. Angket terbuka yang mengungkap upaya-upaya yang dilakukan
mahasiswa untuk mengurangi kejenuhan belajar
f. Pedoman wawancara untuk mengungkap secara lebih pribadi faktor
penyebab permasalahan kejenuhan belajar mahasiswa
B. PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan penelitian meliputi :
1. Uji coba lapangan terbatas
Uji coba model yang telah disusun melibatkan mahasiswa Universitas Negeri
Yogyakarta. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa dan yang menjadi
peserta konseling adalah sampel yang mempunyai nilai yang tinggi dalam
permasalahan kejenuhan (burnout) belajar. Peserta konseling kelompok
sejumlah 9 orang dari berbagai program studi dan fakultas, dipimpin oleh 2
orang konselor, dan dibantu 1 orang kameraman dan 1 orang laboran.
2. Lokasi konseling kelompok
Setelah mempertimbangkan berbagai alasan, maka ditentukan lokasi untuk
pelaksanaan konseling kelompok di ruang Audio-Visual Laboratorium
Bimbingan dan Konseling, karena ruangan AVA dianggap representatif dan
kondusif untuk melaksanakan konseling kelompok.
3. Analisi dan Revisi
Setelah selesai melakukan konseling kelompok, hasil konseling dianalisis
untuk dijadikan bahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian.
C. FAKTOR – FAKTOR PENDUKUNG
34
Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian dibawah koordinasi ketua peneliti yang sekaligus sebagai ketua
Wahana Studi Pengembangan Kreativitas Universitas Negeri Yogyakarta,
sehingga pelaksanaan penelitian berjalan lancar.
2. Kemudahan kerjasama dan komunikasi yang baik dari peneliti dengan
peserta konseling
3. Ruang konseling menggunakan ruang Audio-Visual (AVA) yang sangat
representative dan kondusif untuk menjalankan konseling kelompok
4. Konseling kelompok berjalan sangat hangat dan lancar karena peserta begitu
antusias dan responsif selama pelaksanaan konseling kelompok.
5. Peserta konseling kelompok merasa ingin memecahkan masalah kejenuhan
(burnout) belajarnya, maka bersemangat dalam setiap sesi konseling.
D. FAKTOR – FAKTOR PENGHAMBAT
Adapun yang menjadi penghambat dalam penelitian ini adalah :
1. Pengaturan konseling kelompok mengalami hambatan karena jadwal
perkuliahan yang memasuki liburan panjang
2. Dari seluruh peserta yang dianggap memenuhi persyaratan konseling
kelompok, ada 1 peserta yang tidak bisa mengikuti konseling dikarenakan
akan pulang ke kampong halamannya di Nusa Tenggara Barat, oleh karena
itu jumlah peserta konseling kelompok menjadi berkurang
3. Kesulitan dalam dokumentasi, dikarenakan handycam yang tersedia kurang
bagus dalam pencahayaan dan penggunaan waktu rekamnya.
35
4. Berdasarkan masukan dari reviewer, dalam proposal direncanakan alur
model konseling kelompok sampai model yang direkomendasikan, namun
waktu penelitian yang diberikan tidak akan mencukupi, maka disarankan
untuk lebih fokus pada penyusunan model hipotetik konseling kelompok.
E. JALAN KELUAR/SOLUSI
Dalam pelaksanaan penelitian, ada beberapa hambatan sehingga ada beberapa
agenda yang mengalami perubahan dari rencana sebelumnya. Solusi utama dari
masalah tersebut adalah komitmen bersama dari peneliti dan peserta konseling agar
penelitian berjalan lancar. Secara detil, solusi dari beberapa hambatan diatas
sebagai berikut:
1. Pengaturan konseling kelompok mengalami hambatan karena jadwal
perkuliahan yang memasuki liburan panjang, akhirnya dapat diatasi dengan
memadatkan pertemuan konseling. Pada rencana awal diagendakan 1 minggu
sekali, sehingga direncanakan 6 minggu pertemuan. Setelah dikordinasikan,
maka dipadatkan dalam seminggu dilaksanakan 2 kali konseling kelompok.
Dampaknya justru positif, dikarenakan materi dalam konseling dapat diterapkan
dan kecenderungan perasaan (mood) peserta tetap terjaga.
2. Dari seluruh peserta yang dianggap memenuhi persyaratan konseling kelompok,
ada 1 peserta yang tidak bisa mengikuti konseling dikarenakan akan pulang ke
kampong halamannya di Nusa Tenggara Barat, oleh karena itu jumlah peserta
konseling kelompok menjadi berkurang. Jumlah keseluruhan peserta adalah 10
orang dari berbagai program studi dan fakultas, akhirnya berkurang menjadi 9
orang peserta konseling kelompok. Pengurangan peserta ini tidak menjadi
36
masalah yang berarti, karena jumlah 9 masih bisa dikategorikan dalam konseling
kelompok.
3. Kesulitan dalam dokumentasi, dikarenakan handycam yang tersedia kurang
bagus dalam pencahayaan dan penggunaan waktu rekamnya, akhirnya dapat
diatasi dengan menggunakan kamera pribadi dengan alat rekam langsung
masuk ke MMC di dalamnya, sehingga waktu rekam lebih banyak dan kualitas
rekaman tetap terjaga.
4. Berdasarkan masukan dari reviewer, dalam proposal direncanakan alur model
konseling kelompok sampai model yang direkomendasikan, namun waktu
penelitian yang diberikan tidak akan mencukupi, maka disarankan untuk lebih
fokus pada penyusunan model hipotetik konseling kelompok pada uji coba
lapangan terbatas. Alokasi waktu yang tidak mencukupi untuk keseluruhan alur
model penelitian, memberikan dampak yang positif bagi penyusunan model
hipotetik konseling kelompok, sehingga pelaksanaan konseling kelompok lebih
mendalam.
F. HASIL PENELITIAN
1. Berdasarkan hasil pengumpulan data, maka profil kejenuhan (burnout) belajar
mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dapat dilihat sebagai berikut:
37
Kelelahan Emosi
Kelelahan Fisik
Kelelahan Kognitif
Kelelahan Motivasi
0
5
10
15
20
25
30
35
40
35.638.9
2024
ProsentaseSeries1
Diagram 1. Profil Kejenuhan (Burnout) Belajar Mahasiswa UNY
Grafik di atas menunjukkan gambaran yang lebih spesifik tentang profil
kejenuhan belajar yang dilihat berdasarkan aspek-aspek factor penyebabnya.
Hasil perhitungan statistik menunjukkan kecenderungan factor penyebaba
kejenuhan belajar bergerak variatif. Hal ini menunjukkan arti bahwa kebutuhan
konseling kelompok sungguh penting bagi mahasiswa UNY, sehingga mereka
dapat menjalani kehidupannya sebagai manusia yang seutuhnya sesuai dengan visi
dan misi UNY dan lebih luas lagi dengan tujuan pendidikan nasional. Apalagi
berdasarkan pengakuan mereka secara langsung melalui wawancara bahwa
selama ini mereka belum mendapatkan layanan konseling kelompok
sebagaimana yang mereka harapkan dalam mengatasi kejenuhan belajar.
Untul lebih memperjelas perbedaan tingkat kejenuhan belajar
berdasarkan aspek-aspeknya, divisualisasikan pada grafik berikut.
38
2. Di bawah ini profil masing-masing indikator kejenuhan belajar mahasiswa. Faktor
kelelahan emosi dapat digambarkan sebagai berikut.
01020304050
24 24
4035
4842
37
Diagram 2. Profil Kelelahan Emosi Mahasiswa UNY
3. Profil kelelahan fisik mahasiswa dapat dilihat pada diagram berikut.
0102030405060
20
4660
41
0
51
Diagram 3. Profil Kelelahan Fisik Mahasiswa UNY
39
4. Profil kelelahan kognitif mahasiswa sebagai berikut.
Engan
belajar
Hilang h
arapan
belajar
Hilang g
airah
belajar
Merasa
terjeb
ak dala
m belajar
Sulit
konsen
trasi d
an m
udah lu
pa
Terbeb
ani d
alam bela
jar
Rendah
diri0
1020304050607080
5 822 12
72
13 12
Diagram 4. Kelelahan Kognitif Mahasiswa UNY
5. Profil kelelahan motivasi mahasiswa dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Hilang i
dealism
e bela
jar
Hilang s
eman
gat bela
jar
Mudah m
enyer
ah
Ketidak
puasan bela
jar
Hilang m
inat bela
jar0
510
15
2025
3035
13
27
11
2833
Diagram 5. Profil Kelelahan Motivasi Mahasiswa
40
6. Hasil Uji Coba Model Terbatas
Hasil uji coba model terbatas setelah adanya perlakuan, dapat dijelaskan dalam
gambar berikut:
Kelelahan Emosi Kelelahan Fisik Kelelahan Kognitif Kelelahan Motivasi0
5
10
15
20
25
30
35
2632
1418
Diagram 6. Hasil Uji Coba Model Terbatas
7. Faktor penyebab Kejenuhan Belajar
1. Karakteristik Mahasiswa 19.7%
2. Faktor Lingkungan Belajar 50.0%
3. Keterlibatan Emosional dengan Lingkungan Belajar 35.3%
8. Data Hasil Perbandingan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada Sampel
NO NAMA FORMAT A FORMAT B
before after before after
G ( FISE ) 138 113 64 60
F (FBS) 129 120 64 57
L (FBS) 136 101 66 48
Y (FIK) 131 111 61 51
41
A (FIP) 141 96 59 41
F (FT) 136 107 63 54
E (FMIPA) 106 92 46 41
N (FMIPA) 135 103 56 52
R (FMIPA) 131 99 62 51
Jumlah 1183 942 541 455
Rerata 131.4444 104.6667 60.11111 50.55556
Diagram 8. Hasil Perbandingan antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 90
20
40
60
80
100
120
140
160
FORMAT A beforeFORMAT A after
1 2 3 4 5 6 7 8 90
10
20
30
40
50
60
70
FORMAT B beforeFORMAT B after
42
Dari diagram diatas terlihat bahwa perlakuan (treatment) mempunyai pengaruh
menurunkan tingkat kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa.
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penafsiran terhadap proses penelitian dan hasil pengolahan data,
maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penelitian ini telah menghasilkan tiga jenis produk penelitian, yaitu: (a) Perangkat
instrumen Inventori Kejenuhan belajar yang sudah dibakukan dengan koefisien
validitasnya p> 0,01 sebanyak 86 item dan p> 0,05 sebanyak 38 item; koefisien
reliabilitasnya, rxx = 0,862; (b) Temuan yang menunjukkan bahwa konseling
kelompok secara signifikan mampu mengatasi kejenuhan belajar mahasiswa yang
dikuatkan dengan adanya perbedaan signifikan antara hasil pre-test dan post-test
kelompok eksperimen dengan t = 6,18, dk = 45 pada p = 0,00) dan (c) Diperolehnya
pedoman umum konseling kelompok yang dikuatkan dengan validasi terhadap
materi program konseling oleh para ahli ilmu Bimbingan dan Konseling.
2. Inventori yang digunakan untuk mengukur kejenuhan belajar menunjukkan validitas
dan reliabilitas yang sangat tinggi, baik secara konseptual, metodologi, dan bahasa,
maupun secara empirik melalui uji coba.
3. Program konseling kelompok merupakan suatu alternatif yang efektif untuk
mengatasi kejenuhan belajar yang tidak hanya didukung oleh kualitas modul atau
materinya, melainkan juga kinerjanya yang terkait dengan aktivitas konseling.
43
4. Ada kecenderungan bahwa kejenuhan belajar mahasiswa UNY menunjukkan
penurunan yang berarti. Bahkan yang menarik bahwa diantara mereka menunjukkan
perilaku sosial yang cukup positif.
5. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah menguji model pada lapangan
yang lebih luas agar model dapat direkomendasikan.
44
DAFTAR PUSTAKA
Ahman. (2006). Student Support System : Comparison Between Indonesia University of
Education and University of Tsukuba Experiences. Center for Reseach on
International Cooperation in Educational Development University of Tsukuba.
--------- (2000). Bimbingan Perkembangan : Model Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dasar. Jurnal Psikopedagogia. Vol I No2 Desember. Hal 87-98.
Alwasilah, A. (2007). Quality Teaching at a Leading and Outsatanding University : A Conceptual Framework for Action and Development. Bandung : UNY Press.
Baron, A. R. (1995). Learning Psychology (3th edition). Boston : Allyn Bacon.
Borritz,M (2006). Burnout in human service work; causes and consequences. Results of 3-years of follow-up of the PUMA study among human service National Institute of Occupational Health, Denmark. http://72.14.235.104/search?q=cache:7HSU8KjvOScJ:www.ami.dk/upload/MB-phd.pdf+Burnout:+A+Multidimensional+Perspective&hl.
Bowers, L.J & Hatch,P.A (2002). The National Model for School Counseling Programs. American School Counselor Association : California.
Brunk,D. (2006). How to fight burnout. Journal of College Development. http. // findarticles.com./p/articles/mi.
Buboltz, W.C. Et.al. (2003). “Psychological Reactance in College Students : Family of Origin Predictors”. Journal of Counseling Development. Vol. 81. N0. 3. Summer 2003. 311-320.
Byrne, M.B. (1994). “Burnout: Testing for the Validity, Reflication, and Invariance of Causal Structure Across Elementary, Intermediate, and Secondary Teachers”. American Educational Researh Journal. Fall.Vol 31. No.3. PP 645-673.
Capel, A.S. (1992). “Stress and Burnout in Teachers”. European Journal of Teacher Education. Vol.15. No.3. 197-211.
45
Carroll, L.Et.al. (2003). “The Effect of Gender and Self Care Behaviors on Counselor’ Perspeptions of Colleagues with Depression”. Journal of Counseling Development. Vol. 81. N0. 3. Summer 2003.70-77.
Corey, Gerald & Corey,Marianne.(2006). Groups: Process and Practice.America: Thomson Brooks.
Cherniss, C. (1980). Staf Burnout Job Stress in the Human Services. London : Sage Publications.
Dalton. (2003). “Teacher Burnout and Perceptions of a Democratic School Environment” . International Education Journal Vol 4, No 2, 2003. http://iej.cjb.net.
Dierkes, M.et.al (Ed). (2001) Handbook of Organizational Learning and Knowledge. New York : Oxford University Press.
Dyrbye,Lisotte, F Stanford Massie Jr, Anne Eacker, William Harper.(2010).Relational Between Burnout and Professional Conduct and Attitudes Among US Medical Students. JAMA Journals. Vol 304,Iss.11;pd.1173.Chicago
Fouad, A.N et.al (2002). Across Academic Domains : Extensions of the Social-Cognitive Career Model. Journal of Counseling Psychology. Vol 49. No.2.164-171.
Gloria, M.A & Ho.A.T. (2003). ”Environmental, Social, and Psychological Experiences of Asian American Undergraduates: Examining Issues of Academic Persistence”. Journal of Counseling Development. Vol. 81. N0. 3. Summer 2003. 93-102.
Gazda, G.M. (1984). Group Counseling: A developmental Approach. Boston: Allyn and Bacon.
Hall, S.A. (2003). “Expanding Academic and Career Self Efficacy : A Family Systems Framework”. Journal of Counseling Development. Vol. 81. N0. 3. Summer 2003. 33-39.
Hatip, M. (1997). Model Bimbingan Motivasi Belajar dengan Mendayagunakan Atribusi terhadap Kegagalan dan Keberhasilan Belajar. Desertasi pada Program Pascasarjana IKIP Bandung (Tidak diterbitkan)
Hidup Waluyo, B. (1998). “Burnout dan Gejala-gejalanya di Kalangan Guru Pembimbing”. Jurnal Suara Pembimbing. No.1. Tahun 1. IPBI Padang.
Humphreys, T. (1993). Different Kind of Teacher. United Kingdom : Carraig Print Corp.
46
Ilfiandra. (2002). Program Pelatihan untuk Membantu Guru yang Mengalami Kejenuhan Kerja (Burnout). Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (tidak diterbitkan).
_______ (2002). “Fenomena Burnout Pada Guru SD Di Kota Bandung dan Faktor-Faktor yang Melatarbelakanginya”. Jurnal Psikopedagogia. Vol III No 3. Mei. 171-185.
______ & Sudaryat, N.A. (2004). “Kejenuhan Profesi pada Guru dan Faktor-faktor yang Melatarbelakanginya”. Jurnal Psikopedagogia. Vol III No5 Desember. Hal 45-52
Jacobs, dkk. (2003). Student Burnout as a Function of Personality, Social Support, and Work Load. Journal of College Development. http. // findarticles.com./p/articles/mi.
Kartadinata, S.(2001). “Reaktualisasi Paradigma Bimbingan dan Konseling dan Profesionalisasi Konselor”. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol 7. No. 7, 3-17.
___________, dkk (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud.
______________ (1988). Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan Sosial Mahasiswa serta kaitannya dengan Perilaku Empatik dan Orientasi Nilai Rujukan. Desertasi pada Fakultas Pascasarjana IKIP Bandung (Tidak diterbitkan)
Lee, M.R. Et.al. (2002). ”Social Connectedness, Social Appraisal, and Perceived Stress in College Women and Men”. Journal of Counseling Development. Vol. 80. N0. 3. Summer 2002. 355-361
Lightsey, R.O.Jr & Hulsey, C.D.(2002) “Impulsivity, Coping, Stress and Problem Gambling Among University Students”. Journal of Counseling Psychology. Vol 49. No.2. 202-211.
Myrick, Robert D. .1993. Developmental Guidance and Counseling: A Practical Approach – Seecond edition, Minneapolis: Educational Media Corporation
Malikail & Stewart. 2003. Social Personal and Values Skills. Tersedia: www.Sasked.gov.sk.ca/docs/policy/cels/el6.html
Manrihu, T. M. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Bumi Aksara. Jakarta.
47
Manthei, R. Et.al. (1996). ”Teacher Stress in Intermediate Schools”. Journal Educational Research. Vol.38. No.1. Spring 1996.
Mubiar,Agusti.(2010). Konseling Kognitif Perilaku Untuk Mereduksi Perilaku Burnout
Pada Mahasiwa Universitas Pendidikan. Disertasi.Tidak diterbitkan.
Moller,P.N.et.al (2003).”Relationship of Attacment and Social Support to College Students’ Adjusment Following a Relationship Breakup”. Journal of Counseling Development. Vol. 81. N0. 3. Summer 2003. 354-365.
Muladi, Y dkk. (2001). ”Evaluasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran Bidang Studi di FPTK UNY”. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol.1-3. No.35. 103-118.
Muro, J.J & Kottman, T. (1995). Guidance and Counseling in the Elementary and Middle Scholls. Iowa : Brown and Benchmark Publisher.
Natawidjaja,Rochman.(2009). Konseling Kelompok : Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung : Rizqi Press.
Neils, H. (2006). 13 Signs of Burnout and How To Help You Avoid. www.Assessment.com.http://www.assessment.com/mappmembers/avoidingburnout.asp?Accnum=06-5210-010.00
Nurihsan, J (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung : Mutiara.
Pietrofesa, J.P.,Bernstein,B, Minor, J, Stanford, S. (1980). Guidance An Introduction. Rand Mc Nally College Publishing Company: Chicago.
REPUBLIKA. (2006). Tak Mudah Kuliah di ITB, 298 Mahasiswa DO. Dalam Harian Umum REPUBLIKA, 3 Maret 2006. Jakarta: Yayasan Abdi Bangsa.
------. (2006). Tak Ada DO di Unpad. Dalam Harian Umum REPUBLIKA, 16 Maret 2006. Jakarta: Yayasan Abdi Bangsa.
Rizvi, dkk. (1997). “Pusat Kendali dan Efikasi-Diri Sebagai Prediktor terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa”. Jurnal Psikologika Nomor 3 Tahun II 1997. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Semiawan, R. C. (1999). Pendidikan Tinggi: Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat Seoptimal Mungkin. Grasindo: Jakarta.
48
Sharp, dkk. (2006). “Mental Health Education : An Evaluation of a Classroom Based Strategy to Modify Help Seeking for Mental Health Problems”. Journal of College Development. http. // findarticles.com./p/articles/mi.
Skovholt (2003) “Social Worker Burnout Studied”. Families in Society: The Journal of Contemporary Human Services. 1 Oct 2003. http. // findarticles.com./p/articles/mi.
Sudrajat, D. (2004). “Self Efficacy: Keyakinan dan Kemampuan Seseorang untuk Berbuat Sesuatu”. Jurnal Psikopedagogia. Vol III No5 Desember. Hal 53-70.
Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta : Bandung.
Sukmadinata, N.Sy.(2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Kerjasama Program Pascasarjana Universits Pendidikan Indonesia dengan Remaja Rosdakarya.
Sumintardja, N. E. (1990). “Fenomena Burnout dalam Stres Kerja”. Jurnal Psikologi. No.1. Fakultas Psikologi UNPAD.
Supriadi, D. (1997) Isu dan Agenda Pendidikan Tinggi di Indonesia. Remaja Rosdakarya : Bandung.
__________. (2004). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Sutjipto. (2001). “Apakah Anda Mengalami Burnout?”. Jurnal /32 http://www.depdiknas.go.id
Syah, M. (1999). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Taufiq, A. (2003). “Profil Pembimbingan Sebaya yang Diharapkan oleh Mahasiswa”. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol.VI. No.12. Hal.129-136.
Trusty, J. (2002). “Effects of High School Course-Taking and Other Variabels on Choice of Science and Mathematics College Majors”. Journal of Conseling & Development. Vol 80. Page 464-474.
49
Wahab, R. (2003). “Bimbingan Sosial – Pribadi Berbasis Model Perkembangan”. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol.VI. No.12. Hal.137-166.
Weiner, B. (1990). “History of Motivational Research in Education”. Journal of Educational Psychology. Vol 82. 416-422.
LAMPIRAN
50
FOTO KEGIATAN KONSELING KELOMPOK MENGATASI
BURNOUT BELAJAR
Gbr 1. Memulai Sesi Kegiatan Konseling Kelompok
51
Gbr 2. Tahap Awal Konseling Kelompok
Gbr 3. Pelaksanaan Konseling Kelompok
52
Gbr 4. Pelaksanaan Konseling Kelompok
Gbr. 5 Pelaksanaan Konseling kelompok
53
Gbr. 6 Strategi Mengatasi Burnout Belajar dengan SEFT
Gbr. 7 Strategi Mengatasi Burnout Belajar dengan SEFT
54
Gbr. 8 Icebraking
Gbr. 9 Pelaksanaan Konseling Kelompok
55
Gbr. 10 Pelaksanaan Konseling Kelompok
Gbr 11. Tahap Akhir Konseling Kelompok
56
DRAFT ARTIKEL ILMIAH
Judul
Model Konseling Kelompok Untuk Mengatasi Masalah Kejenuhan
( Burnout ) Belajar Bagi Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta
JENIS / SKIM PENELITIAN BIDANG PENELITIANINSTITUSIONAL PENDIDIKAN
KETUA PENELITI ANGGOTA
57
NAMA : Prof.Darmiyati Zuchdi,Ed.D 1. Diana Septi Purnama, M.PdJURUSAN : Bahasa Indonesia 2. Eva Imania Eliasa, M.PdFAKULTAS
: Bahasa dan Seni
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
LEMBAGA PENELITIAN
TAHUN 2011
1. PENGEMBANGAN MODEL KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGATASI MASALAH KEJENUHAN (BURNOUT) BELAJAR BAGI MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2. ABSTRAKPenelitian ini beranjak dari lima alasan utama: Pertama, kecenderungan
mahasiswa yang mengalami kejenuhan (burnout) belajar yang makin meningkat. Kedua pentingnya alternatif pencegahan diri terhadap kejenuhan (burnout) belajar dengan mengembangkan konseling kelompok. Ketiga, belum dikembangkannya pengembangan konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan belajar (burn out) secara praktis untuk menyiapkan ketahanan psikologis mahasiswa. Keempat, banyak peluang bagi Wahana Studi Pengembangan Kreativitas (WSPK) untuk mengembangkan materi dan media dalam konseling kelompok terhadap kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode penelitian dan pengembangan ( research and development ) menggunakan 3 langkah utama dari Borg Gall dan Gall, yaitu survai, perencanaan dan pengembangan. Tahap uji coba menggunakan metode Quasi Eksperimen dengan pre-posttest control group design. Untuk mengetahui efektifitas model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar menggunakan analisis perbedaan dua rata-rata berpasangan. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh suatu model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa. Secara khusus tujuan penelitian adalah menemukan hal-hal berikut; (1) tingkat kejenuhan belajar yang
58
dialami oleh mahasiswa, (2) faktor penyebab kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa, (3) upaya mahasiswa dalam mengurangi kejenuhan belajar, (4) model teoretis model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa dan (5) keefektifan model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa. Luaran yang dihasilkan penelitian ini adalah: (a) dikembangkannya model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa sebagai pengembangan institusi dalam hal ini Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sebagai lokasi penelitian, (b) dihasilkannya modul (intervensi) untuk mengurangi kejenuhan belajar mahasiswa, (c) bertambahnya pemahaman bagi penasehat akademik dan keterampilan personil WSPK dalam mengatasi kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa, (d) dikembangkannya materi konseling kelompok bagi mahasiswa untuk menyiapkan ketahanan psikologis terhadap kejenuhan (burnout) belajar.
3. PENDAHULUAN3.1. Latar Belakang Masalah
Kejenuhan (burnout) belajar merupakan fenomena yang umum terjadi pada
mahasiswa. Terdapat beberapa studi yang mengkaji secara mendalam tentang
kejenuhan belajar pada mahasiswa. Huebner & Mills (Jacobs et.al, 2003) melakukan
penelitian tentang kejenuhan belajar ini pada para mahasiswa dengan
mempertimbangkan aspek perbedaan jenis kelamin, situasi, kepribadian dan juga
faktor emosional.
Penelitian Dyrbe (2010) pada mahasiswa kedokteran di Chicago menyebutkan
bahwa sekitar 1354 dari 2566 atau 52.8% dari mahasiswa mengalami kejenuhan
(burnout) sehingga menghambat proses perkuliahan dan kegiatan akademiknya.
Selain itu data dari Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Universitas
Gajah Mada ditemukan 11,31% (atau 2804 mahasiswa) dari seluruh mahasiswa
UGM yang terdaftar pada semester ganjil tahun akademik 1994/1995 lebih dari 7
tahun terdaftar sebagai mahasiswa. Sejumlah 3,39% (atau 841 mahasiswa) kuliah
lebih dari 10 tahun. Di Fakultas Psikologi UGM datanya jauh lebih besar, sekitar
59
38,5% telah melewati masa studi lebih dari 7 tahun pada tahun akademik 1995/1996.
Hasil pemeriksaan Inspektur Jendral Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
pada Fakultas Pascasarjana UGM pada tahun 1991, untuk program S2 terdapat 20%
mahasiswa yang lulus setelah lebih dari 7 tahun, dan sebanyak 18% lulus dengan
masa studi lebih dari 4 tahun. (Rizvi, 1997).
Menurut Neils (2006) akibat negatif kejenuhan (burnout) belajar adalah
kerusakan kinerja akademik, berupa kebiasaan buruk dalam belajar, motivasi belajar
rendah, kognisi yang tidak rasional, obsesif dan kompulsif, harga diri dan rasa
percaya diri rendah. Bornout juga berakibat terhadap afeksi seperti munculnya
depresi dan kecemasan yang tinggi. Penelitian Burka & Yuen ( Rizvi, 1997) di pusat
konseling Universitas California, Berkeley membuktikan bahwa para mahasiswa
yang memiliki masalah psikologis yang begitu kompleks, antara lain penentangan
terhadap aturan, tidak mampu bersikap tenang, takut gagal atau sukses, melihat tugas
sebagai sesuatu yang aversif, perfeksionis, dan keyakinan yang berlebihan terhadap
kemampuan diri.
Fakta empiris tentang gejala kejenuhan belajar pada mahasiswa dengan segenap
implikasi psikologisnya mengisyaratkan perlunya layanan konseling yang merujuk
pada pemecahan masalah, seperti yang dijelaskan oleh Pietrofesa (1980) dalam
Natawidjaja (2009) bahwa “ …is a problem-oriented and largely remedial process
that accelerates individual problem resolution in a group counseling”. Menurut
Pietrofesa konseling kelompok cocok diterapkan bagi orang-orang yang mengalami
beberapa kesulitan, ketidakpuasan atau terlibat dalam perilaku yang bersifat
menghambat perkembangan diri (self defeating).
3.2. Rumusan Masalah
Menurut Mubiar (2009) burnout memiliki komponen kognitif, perilaku, dan
emosional. Oleh karena itu konseling kelompok dipandang potensial sebagai modus
intervensi. Hal ini sejalan dengan pandangan Bandura (Natawidajaja, 2009) bahwa
konseling kelompok paling efektif untuk menimbulkan perubahan psikologis, baik
mencakup komponen subyektif dan emosional, maupun komponen tingkah laku
60
nyata. Karena dalam pendekatan konseling kelompok terdapat banyak metode dan
teknik intervensi, maka masalah utama yang akan diteliti adalah “seperti apa model
konseling kelompok yang efektif untuk mengurangi kejenuhan (burnout)
belajar mahasiswa”.
3.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh suatu model konseling
kelompok kejenuhan (burnout) belajar pada mahasiswa. Secara khusus tujuan penelitian
adalah menemukan hal-hal berikut; (1) tingkat kejenuhan belajar yang dialami oleh
mahasiswa, (2) faktor penyebab kejenuhan belajar mahasiswa, (3) upaya mahasiswa dalam
mengurangi kejenuhan belajar, (4) model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan
(burnout) belajar mahasiswa dan (5) keefektifan model konseling kelompok untuk
mengatasi kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa
3.4. Urgensi Penelitian
Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam membantu memperkaya dan
mengembangkan khasanah teori tentang dinamika kejenuhan belajar mahasiswa dan
melengkapi berbagai model intervensi konseling untuk mengatasi kejenuhan belajar
tersebut. Disisi lain, untuk mengetahui tingkat kejenuhan belajar mahasiswa UNY karena
mahasiswa mempunyai tanggung jawab pribadi untuk mengembangkan dirinya, mengetahui
permasalahan akademiknya dan daya psikologis yang dialami dirinya. Kondisi mahasiswa
yang mengalami kejenuhan (burnout) belajar harus segera ditangani secara pribadi dan
bersama-sama di lingkungan akademik agar tidak berkelanjutan pada masalah lain.
Model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar pada
mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dikembangkan dibawah koordinasi Wahana Studi
Pengembangan Kreativitas (WSPK) yang mempunyai kepedulian yang sama dalam hal
meningkatkan kualitas mahasiswa agar menjadi sumber daya yang bisa diandalkan dan
professional.
4. METODE PENELITIAN
61
4.1. Pendekatan dan Metode
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu model konseling kelompok
bagi mahasiswa yang mengalami kejenuhan (burnout) belajar, menggunakan
pendekatan penelitian dan perkembangan (research and development)/R&D. Wahab
(2005) menyatakan bahwa langkah-langkah R&D biasanya dapat diwujudkan dengan
siklus R&D yang terdiri atas kegiatan mengkaji hasil penelitian yang terkait,
mengembangkan program atau model yang didasarkan atas temuan uji lapangan
dimana studi itu akan dilakukan. Hasil data yang diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif. Pada dasarnya pendekatan penelitian
dan pengembangan dalam pelaksanaannya menggunakan sejumlah siklus kegiatan,
yang antara siklus kegiatan yang ada sangat terkait dengan siklus kegiatan
sebelumnya, yaitu survai, perencanaan, dan pengembangan, sehingga mendapatkan
model hipotetik. Siklus penelitian disajikan melalui bagan berikut.
Keenam langkah penelitian disajikan melalui gambar berikut.
Gambar 1: Bagan Alur Pengembangan Model
STUDI
PUSTAKA
STUDI
PENYUSUNAN
MODEL
HIPOTETIK
VERIFIKASI
MODEL
REVISI
MODEL YANG DIREKOMEN-DASIKANUJI COBA
LAPANGAN
ANALISIS DAN REVISI
PENDAHULUAN PERENCANAAN PELAKSANAAN HASIL
IMPLEMEN-TASI MODEL
62
Adapun metode yang dipergunakan adalah : (1) metode deskriptif, digunakan
dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi masalah kejenuhan
(burnout) belajar yang dialami mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta tahun
akademik 2007/2008; (2) metode evaluatif, digunakan untuk mengevaluasi proses
ujicoba pengembangan model bimbingan untuk mengurangi kejenuhan belajar
mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Berdasarkan temuan-temuan hasil uji
coba diadakan penyempurnaan-penyempurnaan; dan (3) metode eskperimen.
Digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan dengan cara
membandingkan antara kelompok eksperimen dengan kelompok pembanding.
Pemilihan kelompok ini dilakukan dengan cara acak atau random.
4.2. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta jenjang S1. Sedangkan yang menjadi sampelnya
adalah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta jenjang S1 tahun akademik
2008/2009 semester 5 (lima) ke atas. Pertimbangan ini dilakukan mengingat beberapa
hal : (1) mahasiswa semester 5 (lima) ke atas telah banyak mendapatkan perlakuan
pembelajaran yang cukup lama; (2) mahasiswa semester 5 (lima) ke atas telah
berinteraksi dengan individu (baik sebagai teman ataupun pengajar) dalam waktu
yang relatif lama; dan (3) mahasiswa semester 5 (lima) ke atas diprediksi telah
mengetahui dan belajar tentang cara mengurangi dampak kejenuhan dalam belajar.
4.3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang akan dipergunakan adalah sebagai
berikut : (1) angket untuk mengungkap tingkat kejenuhan belajar mahasiswa; (2)
Angket terbuka yang mengungkap upaya-upaya yang dilakukan mahasiswa untuk
mengurangi kejenuhan belajar ; (3) pedoman wawancara untuk mengungkap secara
63
lebih pribadi faktor penyebab permasalahan kejenuhan belajar mahasiswa ; dan (4)
studi dokumentasi yang mengungkap data-data fisik dari para mahasiswa, seperti
tempat belajar, referensi belajar dan juga metode yang dipergunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Tabel 41. Kisi – Kisi Pedoman Wawancara Kejenuhan (Bornout) Belajar Pada Mahasiswa
N0. Aspek Perilaku yang Diungkap Responden Teknik
Mahasiwa Wawancara
1. Hambatan psikologis yang menjadi penyebab alasan kejenuhan
2. Hambatan sosial yang bersumber dari kemampuan hubungan interpersonal.
3. Hambatan struktural yang bersumber dari kebijakan institusi dan dosen.
4. Hambatan kultural berupa sub kultur, harapan lingkungan, etos kerja, dan pola asuh orang tua.
5. Hambatan finansial yang menjadi penyebab kejenuhan.
4.4. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dilakukan setelah seluruh pengumpulan data selesai, baik dari hasil
kusioner, wawancara atau observasi. Data yang terkumpul terdiri dari dua jenis, yaitu data
kuantitaif mengenai profil kompetensi pribadi sosial santri dan data kualitatif mengenai
deskripsi pelaksanaan bimbingan pribadi sosial di pesantren.
Untuk uji lapangan dilakukan pre test dan post test terhadap subjek penelitian pada
tahap uji coba terbatas. Hasilnya diuji dengan dengan Quasi eksperimen non-parametrik, karena
jumlah subjeknya hanya 30 orang.
4.4.1. Uji Coba Model
64
Untuk mendapatkan hasil pengembangan program, maka dilakukan analisis sebagai berikut:
Pada tahap ini dilakukan uji lapangan dengan melakukan pre test dan post test terhadap subjek
penelitian pada tahap uji coba terbatas. Hasilnya diuji dengan dengan Quasi eksperimen non-
parametrik, karena jumlah subjeknya hanya 30 orang. Adapun desainnya sebagai berikut.
Pre-Test Perlakuan Post-Test
T0 - T1
Selain uji statistik, pada tahap ini juga diperlukan data kualitatif, terutama untuk memperbaiki
substansi dan metodologi Program Kompetensi Pribadi Sosial bagi santri di pesantren.
4.4.2. Hasil Uji Validasi
Untuk mengetahui hasil Program Kompetensi Pribadi Sosial, maka dilakukan uji validasi
dengan menerapkan model quasi eksperimen dengan desain pretest dan post-test. Adapun
desainnya sebagai berikut.
Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test
Kontrol T0 - T1
Eksperimen T0 x T1
Untuk analisis statistik menggunakan statistik parametrik, maka untuk mengetahui signifikansi
hasil validasi dilakukan uji t.
Data kuantitatif diolah dengan menggunakan analisis statistik, yaitu dengan menghitung
terlebih dahulu batas bawah terbesar dan batas atas terkecil untuk menentukan kelompok
santri dengan kategori kompetensi pribadi-sosial yang tinggi, sedang, rendah, dengan rumus:
Tinggi = apabila X > Xi + SD (0.5)
2 2 2 ∑Χ = ∑Χ - ∑Χ
jdk tot jak
65
Sedang = apabila X > Xi – SD (0.5) – X > Xi + SD (0.5)
Rendah = apabila X < Xi – SD (0.5)
Keterangan:
Skor maksimal: jumlah seluruh item x nilai tertinggi
Xideal : ½ dari skor maksimal
SDideal : 1/3 dari Xideal
(Rakhmat & Solehuddin, 1998:55)
Kemudian dihitung besarnya persentase setiap kategori dengan rumus:
Skor maksimal x 100%
Skor ideal
Untuk menguji reliabilitas angket kompetensi pribadi sosial, maka digunakan metode
parohan (split half), yaitu dihitung terlebih dahulu koefisien korelasi antar skor butir pernyataan.
Rumus yang digunakan adalah product moment dari Karl Pearson, yaitu:
Untuk menguji signifikansi digunakan rumus:
(rxy)2 (N – 1)
t =
N∑XY - (∑X)(∑Y)
rxy =
2 2 ( ∑Χ )2 ∑Χ = ∑Χ -
tot N
2 2 ( ∑Χ1 )2 ( ∑Χ2 )2 ( ∑Χk )2 ( ∑Χ )2
∑Χ = ∑Χ - + + -jak n1 n2 nk N
66
(1 – (rxy)2)
Selain dilakukan uji t untuk menguji signifikansi dilakukan juga analisis variansi antar
kelompok (kelompok kontrol dan kelompok eksperimen) dan variansi dalam kelompok. Dalam
menghitung F rasio, variansi antar kelompok ditempatkan sebagai pembilang sedangkan variansi
dalam kelompok sebagai penyebut. Oleh karenanya makin besar variansi di dalam kelompok
makin menurun harga F rasio yang diperolehnya. Nilai F rasio yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan F tabel pada taraf nyata dan derajat bebas tertentu. Berikut langkah-
langkah dalam menghitung analisis variansi.
Langkah Pertama :
Menghitung jumlah penyimpangan kuadrat tiap skor dari rata-rata keseluruhan.
Langkah Kedua :
Menghitung jumlah penyimpangan kuadrat keseluruhan yang disebabkan penyimpangan
rata-rata kelompok dari rata-rata keseluruhan. Dinamakan jumlah kuadrat antar kelompok
Langkah Ketiga :
Menghitung jumlah penyimpangan kuadrat keseluruhan yang disebabkan penyimpangan
tiap skor dari rata-rata kelompok masing-masing. Dinamakan juga dengan jumlah kuadrat
dalam kelompok.
Langkah keempat membuat rangkuman hasil perhitungan dalam tabel analisi variansi
sebagai berikut.
1
Sumber Variansi
2
Jumlah
Kuadrat
3
Derajat
Kebebasan (d)
4
Kuadrat
Mean(M)
5
F
6
Taraf Nyata
0,05
67
1. Diantara
Kelompok (ak)
2. Didalam
Kelompok (dk)
3. Keseluruhan
(total)
Untuk menganalisis data kualitatif, teknik yang digunakan yaitu analisis non-statistik,
yaitu dengan mendeskripsikan data dan memberikan makna terhadap isi data tersebut dengan
berpedoman pada model konseling kelompok yang standar digunakan baik secara teoritis
maupun praktis.
5.HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan penelitian meliputi :
1. Uji coba lapangan terbatas
Uji coba model yang telah disusun melibatkan mahasiswa Universitas Negeri
Yogyakarta. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa dan yang menjadi
peserta konseling adalah sampel yang mempunyai nilai yang tinggi dalam
permasalahan kejenuhan (burnout) belajar. Peserta konseling kelompok
sejumlah 9 orang dari berbagai program studi dan fakultas, dipimpin oleh 2
orang konselor, dan dibantu 1 orang kameraman dan 1 orang laboran.
2. Lokasi konseling kelompok
Setelah mempertimbangkan berbagai alasan, maka ditentukan lokasi untuk
pelaksanaan konseling kelompok di ruang Audio-Visual Laboratorium
68
Bimbingan dan Konseling, karena ruangan AVA dianggap representatif dan
kondusif untuk melaksanakan konseling kelompok.
3. Analisi dan Revisi
Setelah selesai melakukan konseling kelompok, hasil konseling dianalisis
untuk dijadikan bahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian.
5.1. FAKTOR – FAKTOR PENDUKUNG
Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian dibawah koordinasi ketua peneliti yang sekaligus sebagai ketua
Wahana Studi Pengembangan Kreativitas Universitas Negeri Yogyakarta,
sehingga pelaksanaan penelitian berjalan lancar.
2. Kemudahan kerjasama dan komunikasi yang baik dari peneliti dengan
peserta konseling
3. Ruang konseling menggunakan ruang Audio-Visual (AVA) yang sangat
representative dan kondusif untuk menjalankan konseling kelompok
4. Konseling kelompok berjalan sangat hangat dan lancar karena peserta begitu
antusias dan responsif selama pelaksanaan konseling kelompok.
5. Peserta konseling kelompok merasa ingin memecahkan masalah kejenuhan
(burnout) belajarnya, maka bersemangat dalam setiap sesi konseling.
5.2. FAKTOR – FAKTOR PENGHAMBAT
Adapun yang menjadi penghambat dalam penelitian ini adalah :
1. Pengaturan konseling kelompok mengalami hambatan karena jadwal
perkuliahan yang memasuki liburan panjang
2. Dari seluruh peserta yang dianggap memenuhi persyaratan konseling
kelompok, ada 1 peserta yang tidak bisa mengikuti konseling dikarenakan
69
akan pulang ke kampong halamannya di Nusa Tenggara Barat, oleh karena
itu jumlah peserta konseling kelompok menjadi berkurang
3. Kesulitan dalam dokumentasi, dikarenakan handycam yang tersedia kurang
bagus dalam pencahayaan dan penggunaan waktu rekamnya.
4. Berdasarkan masukan dari reviewer, dalam proposal direncanakan alur
model konseling kelompok sampai model yang direkomendasikan, namun
waktu penelitian yang diberikan tidak akan mencukupi, maka disarankan
untuk lebih fokus pada penyusunan model hipotetik konseling kelompok.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil pengumpulan data, maka profil kejenuhan (burnout) belajar
mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dapat dilihat sebagai berikut:
Kelelahan Emosi
Kelelahan Fisik
Kelelahan Kognitif
Kelelahan Motivasi
0
5
10
15
20
25
30
35
40
35.638.9
2024
ProsentaseSeries1
Diagram 1. Profil Kejenuhan (Burnout) Belajar Mahasiswa UNY
70
Grafik di atas menunjukkan gambaran yang lebih spesifik tentang profil
kejenuhan belajar yang dilihat berdasarkan aspek-aspek factor penyebabnya.
Hasil perhitungan statistik menunjukkan kecenderungan factor penyebaba
kejenuhan belajar bergerak variatif. Hal ini menunjukkan arti bahwa kebutuhan
konseling kelompok sungguh penting bagi mahasiswa UNY, sehingga mereka
dapat menjalani kehidupannya sebagai manusia yang seutuhnya sesuai dengan visi
dan misi UNY dan lebih luas lagi dengan tujuan pendidikan nasional. Apalagi
berdasarkan pengakuan mereka secara langsung melalui wawancara bahwa
selama ini mereka belum mendapatkan layanan konseling kelompok
sebagaimana yang mereka harapkan dalam mengatasi kejenuhan belajar.
Untul lebih memperjelas perbedaan tingkat kejenuhan belajar
berdasarkan aspek-aspeknya, divisualisasikan pada grafik berikut.
Di bawah ini profil masing-masing indikator kejenuhan belajar mahasiswa. Faktor
kelelahan emosi dapat digambarkan sebagai berikut.
71
01020304050
24 24
4035
4842
37
Diagram 2. Profil Kelelahan Emosi Mahasiswa UNY
Profil kelelahan fisik mahasiswa dapat dilihat pada diagram berikut.
0102030405060
20
4660
41
0
51
Diagram 3. Profil Kelelahan Fisik Mahasiswa UNY
Profil kelelahan kognitif mahasiswa sebagai berikut.
72
Engan
belajar
Hilang h
arapan
belajar
Hilang g
airah
belajar
Merasa
terjeb
ak dala
m belajar
Sulit
konsen
trasi d
an m
udah lu
pa
Terbeb
ani d
alam bela
jar
Rendah
diri0
1020304050607080
5 822 12
72
13 12
Diagram 4. Kelelahan Kognitif Mahasiswa UNY
9. Profil kelelahan motivasi mahasiswa dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Hilang i
dealism
e bela
jar
Hilang s
eman
gat bela
jar
Mudah m
enyer
ah
Ketidak
puasan bela
jar
Hilang m
inat bela
jar0
5
1015
2025
3035
13
27
11
2833
Diagram 5. Profil Kelelahan Motivasi Mahasiswa
10. Hasil Uji Coba Model Terbatas
73
Hasil uji coba model terbatas setelah adanya perlakuan, dapat dijelaskan dalam
gambar berikut:
Kelelahan Emosi Kelelahan Fisik Kelelahan Kognitif Kelelahan Motivasi0
5
10
15
20
25
30
35
2632
1418
Diagram 6. Hasil Uji Coba Model Terbatas
11. Faktor penyebab Kejenuhan Belajar
4. Karakteristik Mahasiswa 19.7%
5. Faktor Lingkungan Belajar 50.0%
6. Keterlibatan Emosional dengan Lingkungan Belajar 35.3%
12. Data Hasil Perbandingan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada Sampel
NO NAMA FORMAT A FORMAT B
before after before after
G ( FISE ) 138 113 64 60
F (FBS) 129 120 64 57
L (FBS) 136 101 66 48
Y (FIK) 131 111 61 51
A (FIP) 141 96 59 41
F (FT) 136 107 63 54
74
E (FMIPA) 106 92 46 41
N (FMIPA) 135 103 56 52
R (FMIPA) 131 99 62 51
Jumlah 1183 942 541 455
Rerata 131.4444 104.6667 60.11111 50.55556
Diagram 8. Hasil Perbandingan antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 90
20
40
60
80
100
120
140
160
FORMAT A beforeFORMAT A after
1 2 3 4 5 6 7 8 90
10
20
30
40
50
60
70
FORMAT B beforeFORMAT B after
Dari diagram diatas terlihat bahwa perlakuan (treatment) mempunyai pengaruh
menurunkan tingkat kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa.
6.KESIMPULAN DAN SARAN
75
Berdasarkan penafsiran terhadap proses penelitian dan hasil pengolahan data,
maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
6. Penelitian ini telah menghasilkan tiga jenis produk penelitian, yaitu: (a) Perangkat
instrumen Inventori Kejenuhan belajar yang sudah dibakukan dengan koefisien
validitasnya p> 0,01 sebanyak 86 item dan p> 0,05 sebanyak 38 item; koefisien
reliabilitasnya, rxx = 0,862; (b) Temuan yang menunjukkan bahwa konseling
kelompok secara signifikan mampu mengatasi kejenuhan belajar mahasiswa yang
dikuatkan dengan adanya perbedaan signifikan antara hasil pre-test dan post-test
kelompok eksperimen dengan t = 6,18, dk = 45 pada p = 0,00) dan (c) Diperolehnya
pedoman umum konseling kelompok yang dikuatkan dengan validasi terhadap
materi program konseling oleh para ahli ilmu Bimbingan dan Konseling.
7. Inventori yang digunakan untuk mengukur kejenuhan belajar menunjukkan validitas
dan reliabilitas yang sangat tinggi, baik secara konseptual, metodologi, dan bahasa,
maupun secara empirik melalui uji coba.
8. Program konseling kelompok merupakan suatu alternatif yang efektif untuk
mengatasi kejenuhan belajar yang tidak hanya didukung oleh kualitas modul atau
materinya, melainkan juga kinerjanya yang terkait dengan aktivitas konseling.
9. Ada kecenderungan bahwa kejenuhan belajar mahasiswa UNY menunjukkan
penurunan yang berarti. Bahkan yang menarik bahwa diantara mereka menunjukkan
perilaku sosial yang cukup positif.
10. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah menguji model pada lapangan
yang lebih luas agar model dapat direkomendasikan.
SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN
76
A. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh suatu model konseling
kelompok kejenuhan (burnout) belajar pada mahasiswa. Secara khusus tujuan
penelitian adalah menemukan hal-hal berikut:
1. Tingkat kejenuhan belajar yang dialami oleh mahasiswa
2. Faktor penyebab kejenuhan belajar mahasiswa
3. Upaya mahasiswa dalam mengurangi kejenuhan belajar
4. Model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar
mahasiswa
5. Keefektifan model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout)
belajar mahasiswa
Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam membantu memperkaya dan
mengembangkan khasanah teori tentang dinamika kejenuhan belajar
mahasiswa dan melengkapi berbagai model intervensi konseling untuk
mengatasi kejenuhan belajar tersebut. Disisi lain, untuk mengetahui tingkat
kejenuhan belajar mahasiswa UNY karena mahasiswa mempunyai tanggung
jawab pribadi untuk mengembangkan dirinya, mengetahui permasalahan
akademiknya dan daya psikologis yang dialami dirinya. Kondisi mahasiswa yang
mengalami kejenuhan (burnout) belajar harus segera ditangani secara pribadi
dan bersama-sama di lingkungan akademik agar tidak berkelanjutan pada
masalah lain.
Model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan (burnout) belajar pada
mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dikembangkan dibawah koordinasi
Wahana Studi Pengembangan Kreativitas (WSPK) yang mempunyai kepedulian
yang sama dalam hal meningkatkan kualitas mahasiswa agar menjadi sumber
daya yang bisa diandalkan dan professional.
77
B. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Metode
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu model konseling
kelompok bagi mahasiswa yang mengalami kejenuhan (burnout) belajar,
menggunakan pendekatan penelitian dan perkembangan (research and
development)/R&D. Wahab (2005) menyatakan bahwa langkah-langkah
R&D biasanya dapat diwujudkan dengan siklus R&D yang terdiri atas
kegiatan mengkaji hasil penelitian yang terkait, mengembangkan program
atau model yang didasarkan atas temuan uji lapangan dimana studi itu akan
dilakukan. Hasil data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif-kualitatif. Pada dasarnya pendekatan penelitian dan
pengembangan dalam pelaksanaannya menggunakan sejumlah siklus
kegiatan, yang antara siklus kegiatan yang ada sangat terkait dengan siklus
kegiatan sebelumnya, yaitu survai, perencanaan, dan pengembangan,
sehingga mendapatkan model hipotetik. Siklus penelitian disajikan melalui
bagan berikut.
Adapun metode yang dipergunakan adalah : (1) metode deskriptif,
digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi
masalah kejenuhan (burnout) belajar yang dialami mahasiswa Universitas
STUDI PUSTAKA
STUDI PENDAHULUAN
PENYUSUNAN MODEL
VERIFIKASI MODEL
REVISI
UJI COBA LAPANGAN
ANALISIS DAN REVISI
MODEL HIPOTETIK
YANG DIREKOMEN
DASIKANIMPLEMENTASI MODEL
PENDAHULUAN PERENCANAAN PELAKSANAAN HASIL
78
Negeri Yogyakarta tahun akademik 2007/2008; (2) metode evaluatif,
digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba pengembangan model
bimbingan untuk mengurangi kejenuhan belajar mahasiswa Universitas
Negeri Yogyakarta. Berdasarkan temuan-temuan hasil uji coba diadakan
penyempurnaan-penyempurnaan; dan (3) metode eskperimen. Digunakan
untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan dengan cara
membandingkan antara kelo kelompok eksperimen dengan kelompok
pembanding. Pemilihan kelompok ini dilakukan dengan cara acak atau
random.
2. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta jenjang S1. Sedangkan yang menjadi
sampelnya adalah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta jenjang S1
tahun akademik 2008/2009 semester 5 (lima) ke atas. Pertimbangan ini
dilakukan mengingat beberapa hal : (1) mahasiswa semester 5 (lima) ke atas
telah banyak mendapatkan perlakuan pembelajaran yang cukup lama; (2)
mahasiswa semester 5 (lima) ke atas telah berinteraksi dengan individu (baik
sebagai teman ataupun pengajar) dalam waktu yang relatif lama; dan (3)
mahasiswa semester 5 (lima) ke atas diprediksi telah mengetahui dan belajar
tentang cara mengurangi dampak kejenuhan dalam belajar.
C.JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan Bulan ke
79
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Studi Pustaka
2. Penyusunan instrumen
3. Pengembangan Model
4. Validasi pakar dan revisi model
5. Uji coba empirik analisis data
6. Penghalusan model beserta
manual
7. Pelaporan dan diseminasi