tugas ujian dr. umar
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
1/24
1. DIAGNOSIS DIABETES MELITUS
Diagnosis diabetes melitus (DM) harus didasarkan pada pemeriksaan kadar glukosa
dalam darah. Untuk diagnosis, dianjurkan untuk pemeriksaan glukosa dengan cara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Ada perbedaan antara uji diagnostik dan
pemeriksaan penyaring DM. Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang
menunjukan gejala/tanda DM sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk
mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala yang mempunyai resiko DM. Serangkaian
uji diagnostik akan dilakukan kemudian pada mereka yang hasil pemeriksaan
penyaringnya positif untuk memastikan diagnosis definitif.
Pemeriksaan penyaring dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor resiko:
Usia > 45 tahun
BMI > 23 kg/m2
Hipertensi ( 140/90 mmHg)
Riwayat DM dalam garis keturunan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi >
4000 gram
Kolesterol HDL 35 mg/dl dan atau trigliserida 250 mg/dl
Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya negatif,pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan tiap tahun. Sedangkan, bagi mereka yang
berusia > 45 tahun maka pemeriksaan penyaring dilakukan setiap 3 tahun.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM
Asal darah Bukan DMBelum pasti
DMDM
Kadar glukosa
darah sewaktu
(mg/dl)
Plasma vena < 110 110-119 200
Darah kapiler < 90 90-199 200
Kadar glukosa
darah puasa
(mg/dl)
Plasma vena
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
2/24
Langkah-langkah untuk Menegakkan Diagnosis Diabetes Melitus dan Gangguan
Toleransi Glukosa
Diagnosis DM umumnya
akan dipikirkan bila ada
keluhan khas berupa
poliuria, polidipsi,
polifagi dan penurunan
berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain yang
mungkin dikemukakan
pasien adalah lemah,
kesemutan, gatal, mata
kabur dan disfunsgsi
ereksi pada pria, serta
pruritus vulva pada
wanita.
Jika keluhan khas,
pemeriksaan glukosa
darah sewaktu 200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. hasil
pemeriksaan glukosa darah puasa 126 mg/dL juga digunakan untuk patokan diagnosis
DM.
Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang
baru satu kali saja abnormal belum cukup kuat untu menegakkan diagnosis DM.
Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik
kadar glukosa darah puasa 126 mg/dL, kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dL pada
hari yang lain atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa
darah pasca pembebanan 200 mg/dL.
Cara Penatalaksanaan TTGO:
Tiga hari sebelum pemeriksaan makan seperti biasa (karbohidrat cukup). Kegiatan
jasmani seperti biasa dilakukan.
Puasa paling sedikit 8 jam mulai malam hari sebelum pemeriksaan, minum air putih
diperbolehkan
2
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
3/24
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/KgBB (anak-anak),
dilarutkan dalam 250 mL air dan diminum dalam waktu 5 menit.
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.
Selama proses pemeriksaan subjek yang diperiksa tetap istrahat dan tidak merokok.
2. HIPERTENSI
Hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan tekanan darah diatas normal
akibat gangguan autoregulasi pembuluh darah.
Sampai saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10%. Insidensi
meningkat dengan bertambahnya usia. Prevalensi hipertensi ringan sebesar 2% pada usia
25 tahun atau kurang, meningkat menjadi 25% pada usia 50 tahun dan 50% pada usia 70
tahun. Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai
hipertensi primer (hipertensi esensial atau idioptik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang
dapat ditetakan penyebabnya (hipertensi sekunder). Tidak ada data akurat mengenai
prevalens hipertensi sekunder dan sangat tergantung di mana angka itu diteliti.
Diperkirakan terdapat sekitar 6% pasien hipertensi sekunder sedangkan di pusat rujukan
dapat mencapai sekitar 35%. Hampir semua hipertensi sekunder didasarkan pada dua
mekanisme, yaitu gangguan sekresi hormon dan gangguan fungsi ginjal. Pasien hipertensi
sering meninggal dini karena komplikasi jantung (penyakit jantung hipertensi). Juga
dapat menyebabkan strok, gagal ginjal, atau gangguan retina mata.
3
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
4/24
Hipertensi biasanya asimtomatik, sampai terjadi kerusakan organ target. Sebagian
besar nyeri kepala pada hipertensi tidak berhubungan dengan tekanan darah. Fase
hipertensi yang berbahaya bisa ditandai oleh nyeri kepala dan hilangnya penglihatan
(papiledema).
Diagnosis hipertensi dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran tekanan darah.
Klasifikasi Tekanan Darah, JNC VII 2003, untuk usia > 18 tahun
Kategori Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
Derajat 1
Derajat 2
140-159
160
90-99
100
4
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
5/24
Algoritma penatalaksanaan hipertensi
5
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
6/24
3. AKOMODASI & PRESBIOPIA
Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat
maupun jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris.
Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di
sebelah anterior. Korpus siliaris memiliki dua komponen utama: otot siliaris dan jaringan
kapiler yang manghasilkan aqueos homor. Otot siliaris adalah sebuah otot polos
melingkar yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium.
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan menarik lensa,
sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal. Ketika berkontraksi,
garis tengah otot ini berkurang dan tegangan di ligamentum suspensorium mengendur.
Sewaktu lensa kurang mendapat tarikan dari ligamentum suspensorium, lensa mengambil
bentuk yang lebih sferis (bulat) karena elastisitas inherennya. Semakin besar
kelengkungan lensa (karena semakin bulat), semakin besar kekuatannya, sehingga berkas-
berkas cahaya lebih dibelokkan.
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh,
tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan
6
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
7/24
lebih kuat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom. Serat-
serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara
sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.
Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat-serat transparan. Kadang-
kadang serat-serat ini menjadi keruh (opak) sehingga berkas cahaya tidak dapat
menembusnya, suatu yang dikenal sebagai katarak. Lensa defektif ini biasanya dapat
dikeluarkan secara bedah dan penglihatan dipulihkan dengan memasang lensa buatan atau
kacamata kompensasi.
Seumur hidup, hanya sel-sel di tepi luar lensa yang diganti. Sel-sel di tengah lensa
mengalami kesulitan ganda. Sel-sel tersebut tidak saja merupakan sel tertua, tetapi
terletak palig jauh dari aqueous humor, sumber nutrisi bagi lensa. Seiring dengan
pertambahan usia, sel-sel di bagian tengah yang tidak dapat diganti ini mati dan menjadi
kaku. Dengan berkurangnya kelenturan, lensa tidak lagi mampu mengambil bentuk sferis
yang diperlukan untuk akomodasi untuk penglihatan dekat. Penurunan kemampuan
akomodasi yang berkaitan dengan usia ini, yaitu, presbiopia, mengenai sebagian besar
orang pada usia pertengahan (45 sampai 50 tahun), sehingga mereka memerlukan lensa
korektif untuk penglihatan dekat (membaca).
Presbiopia dikoreksi dengan menggunakan lensa plus untuk mengejar daya focus
lensa yang hilang. Lensa plus dapat digunakan dalam beberapa cara. Kacamata baca
memiliki koreksi dekat di seluruh bukaan kacamata, sehingga kacamata tersebut baik
untuk membaca tetapi melihat benda-banda jauh menjadi kabur. Untuk mengatasi
gangguan ini, dapat digunakan kacamata separuh yaitu kacamata yang bagian atasnya
terbuka dan tidak dikoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata bifocal melakukan hal
serupa tetapi memungkinkan koreksi kesalahan refraksi yang lain. Kacamata trifocal
memperbaiki penglihatan jauh di segmen atas, penglihatan sedang di segmen tengah, dan
penglihatan dekat di segmen bawah.
Pada pasien presbiopia, kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca dekat yang
berukuran tertentu, biasanya:
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun
+ 3.0 D untuk usia 60 tahun
7
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
8/24
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3.0 D adalah lensa positif terkuat
yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi
bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda yang dibaca terletak pada titik api lensa +
3.0 D sehingga sinar yang keluar akan sejajar.
Pemeriksaan adisi untuk membaca perlu disesuaikan dengan jarak kebutuhan pasien
pada waktu membaca. Pemeriksaan sangat subjektif sehingga angka-angka di atas tidak
merupakan angka yang tetap. Ada banyak cara pemeriksaan presbiopia. Yang paling
sederhana dan banyak dipergunakan adalah tes subjektif. Kelainan refraksi jauh
dikoreksi terlebih dahulu, lalu pasien memegang bacaan surat kabar kecil atau lembaran
tes baca. Tes dilakukan pada posisi jarak baca normal dengan dua mata (binokuler).
4. ANATOMI KONJUNGTIVA DAN PALPEBRA
Kojungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior
sclera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak
(persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu: konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus,
konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan
mudah digerakkan dari sklera di bawahnya. Konjungtiva fornises atau forniks
konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva
bulbi.
8
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
9/24
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.
Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva
yang umumnya mengikuti pola arterinya-membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva
yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superficial dan
lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe kelopak mata hingga
membentuk pleksus limfatikus yang kaya. Konjungtiva menerima persarafan dari
percabangan (oftalmik) pertama nervus V. Saraf ini hanya sedikit relative mempunyai
serat nyeri.
9
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
10/24
5. DIAGNOSTIK PERFORASI KORNEA
Untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran/ perforasi kornea dapat dilakukan
pemeriksaan dengan uji fistel, disebut juga uji Seidel.
Pada konjungtiva inferior ditaruh kertas fluoresein atau diteteskan fluoresein.
Kemudian dilihat adanya cairan mata yang keluar dari fistel kornea. Bila terdapat
kebocoran kornea adanya fistel kornea akan terlihat pengaliran cairan mata yang
berwarna hijau mulai dari lubang fistel. Cairan mata terlihat bening dengan disekitarnya
terdapat larutan fluoresein yang berwarna hijau.
6. IMUNITAS
10
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
11/24
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama terhadap penyakit infeksi.
Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi
disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi selsel, molekulmolekul terhadap
mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun. Pertahanan imun terdiri atas sistem imun
alamiah atau non spesifik (innate) dan didapat (acquired). Mekanisme imunitas
nonspesifik (sawar mekanis, fagosit, sel NK dan sistem komplemen) memberikan
pertahanan terhadap infeksi. Imunitas spesifik ( respon limfosit ) timbul lebih lambat.
SISTEM IMUN NON SPESIFIK
Mekanisme fisiologi imunitas nonspesifik berupa komponen yang selalu
ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan
capat menyingkirkannya. Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan tehadap mikroba
tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir.
1. Pertahanan fisik/mekanik
Meliputi kulit, selaput lendir, silia saluran nafas, batuk dan bersin dan lain-lain.
Keratinosit dan lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yang utuh tidak dapat
ditembus oleh kebanyakan mikroba.
2. Pertahanan biokimia
Beberapa mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui kelenjar sebasea dan folikel
rambut. pH asam keringat dan sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas
kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membran sel sehingga dapat
mencegah infeksi yang terjadi melalui kulit. Lisozim dalam keringat, ludah, air mata
11
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
12/24
dan air susu ibu, melindungi tubuh terhadap kuman positif-gram karena dapat
menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri. Air susu ibu juga mengandung
laktooksidase dan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibakterial terhadap
E.Coli dan stafilokok. Saliva mengandung enzim seperti lakto oksidase yang merusak
dinding sel mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma. Asam hidroklorida dan
lambung enzim proteolitik, antobodi dan empedu dalam usus halus dapat mencegah
infeksi mikrobat.mukus yang kental melindung sel epitel mukosa, dapat menangkap
bakteri dan lainya yang selanjunya di keluarkan oleh ferakan silia.
3. Pertahanan humoral
3.1 Komplemen
Serum normal dapat memusnahkan dan menghancurkan beberapa bakteri
negatif/gram. Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein dan bila di aktifkan akan
memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi.
Komplemen dengan spektrum aktifitas yang luas diproduksi oleh hepatosit dan
monosit. Komplemen dapat di aktifkan secara langsung oleh mikroba atau oleh
antibodi. Komlemen berperan sebagai opsonin yang meningkatan fagositosis, sebagai
faktor kemotaktik dan juga menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan parasit.
3.2 Interferon.
Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi oleh makrofag yang
diaktifkan sel NK dan berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas
sebagai respon terhadap infeksi virus. Sel NK memusnahkan sel terinfeksi virus
interseluler sehingga dapat menyingkirkan sumber infeksi. Sel NK memberikan
respon terhadap IL/12 yang diproduksi makrofag dan melepaskan IFN- yang kembali
mengaktifkan makrofag untuk memusnahkan mikroba. IFN dapat di bagi dua tipe
yaitu, tipe 1 yang terdiri atas IFN- yang disekresikan makrofag dan leukosit, IFN-
disekresi vibroblas. IFN tipe 2 adalah IFN-(IFN imun) disekresi sel T setelah
dirangsang oleh anmti gen spesifik IFN juga meningkat kan aktifitas sel T, makrofag,
spresi MHC dan efek sitoksik sel NK. MHC berfungsi untuk mengikat peptida dalam
presentasi ke sel T.
3.3 CRP( C-Reaktif protein)
CRP merupakan salah satu protein fase akut yang kadarnya dalam darah dapat
meningkat bila terjadi infeksi sebagain imunitas nonspesifik. CRP dapat meningkat
100 X atau lebih dan berperan pada imunitas nonspesifik dengan bantuan Ca2+
dapat
mengikat berbagai molekul bakteri atau jamur.peningkatan sitensis CRP akan
12
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
13/24
meningkatkan viskositas plasma sehingga laju endap darah juga akan meningkat.
Adanya CRP yang tetap tinggi menunjukan infeksi yang persisten.
4. Pertahanan seluler
4.1 Fagosit
Walaupun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, yang berperan
utama dalam pertahanan nonspesifik adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag)
serta sel polimorfonuklear atau granulosit (neutrofil, eosinofil, dan basofil). Sel
terseebut berperan sebagai penangkap antigen, mengolah dan selanjutnya
mempresentasikan kepada sel T, yang di kenal sebgai sel penyaji atau APC.
4.2 Makrofag
Monosit jumlahnya yang lebih sedikit dalam sirkulasi bermigrasi ke jaringan dan
berdiferensiasi menjadi makrofag yang hidup dalam jarigan sebagai makrofag residen.
Sel Kupfer adalah makrofag dalam hati, histiosit dalam jaringan ikat, sel glia di otak
dan sel langerhans di kulit.
4.3 Sel NK
Limfosit terdiri atas sel B, sel T, dan sel NK sel tersebut. Berfungsi dalam imunitas
non spesifik terhadap virus dan sel tumor sel NK merupakan limfosit dengan granul
besar.
4. 4 Sel mast.
Berperan dalam reksi alergi yang dan juga pertahanan penjamu berbagai faktor non
imun seperti latihan jasmani tekanan, trauma, panas dan dingin dapat mengaktifkan
dan degranulasi sel mast.
SISTEM IMUN SPESIFIK
A. Sistem Imun Spesifik Humoral
Limfosit B atau sel B berperan utama. Sel B berasal dari sel asal multipoten di
sumsum tulang. Pada sumsum tulang, sel B akan berdiferensiasi menjadi sel B yang
matang. Bila sel B dirangsang oleh benda asing, sel tersebut akan berproliferasi,
berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Sel
B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba ekstraselular. Antibodi yang
dilepas dapat ditemukan dalam serum. Fungsi utama antibodi ini adalah pertahanan
terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya.
13
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
14/24
Pematangan sel B terjadi dalam beberapa tahap. Fase-fase pematangan sel B
berhubungan dengan Ig yang diproduksi.
Antibodi
Molekul antibodi yang digolongkan dalam protein disebut globulin dan sekarang
dikenal sebagai imunoglobulin. Dua cirinya yang penting adalah spesifitas dan
aktivitas biologik. Imunoglobulin dibentuk oleh plasma yang berasal dari proliferasi
sel B yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk secara
spesifik akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Semua molekul
imunoglobulin mempunyai 4 rantai polipeptida dasar yang terdiri atas 2 rantai berat
dan 2 rantai ringan yang identik.
Kelas dan sifat imunoglobulin
Ig1-4 IgA IgM IgD IgE
Sifat
utama
Paling banyak
ditemukan
dalam cairan
tubuh terutama
ekstravaskular
untuk
memerangi
mikroorganisme
dan toksinnya
Ig utama
dalam
sekresi
seromukosa
untuk
menjaga
permukaan
luar tubuh
Aglutinator
yang sangat
efektif dini
pada respon
imun.
Pertahanan
terdepan
terhadap
bakteri
Umumnya
ditemukan
pada
permukaan
limfosit
Pengerahan
antigen anti
mikrobial.
Meningkat
pada infeksi
parasit.
Berperan
dalam gejala
alergi atopi.
14
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
15/24
Fungsi
Opsonisasi
ADCC imunitas
neonatal
Ditemukan
dalam
sekresi
(asam
lambung)proteksi
terhadap
mukosa
disekresikan
dalam air
susu
Mengikat
komplemen
Opsonin
baik
Menimbulkan
alergi, syok
anafilaksis,
pertahanan
terhadapparasit
Ikatan
sel
Mononuklear,
limfosit,
netrofil,
trombosit
Limfosit,
netrofil
Limfosit,
reseptor sel
B
Reseptor
sel B
Sel mast,
basofil,
limfosit
Antigen
Istilah antigen mengandung dua arti. Pertama untuk menggambarkan molekul yang
memacu respon imun ( juga disebut imunogen ) dan kedua untuk menunjukkan
molekul yang dapat bereaksi dengan antibody atau sel T yang sudah disensitisasi.
Secara fungsional antigen dibagi menjadi imunogen dan hapten. Kompleks yang
terdiri atas molekul kecil (disebut hapten) dan molekul besar (disebut molekul
pembawa) dapat berperan sebagai imunogen. Hapten membentuk epitop pada molekul
pembawa yang dikenal sistem imun dan merangsang pembentukan antibodi. Epitop
adalah bagian dari antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi,
menginduksi pembentukan anibodi yang dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari
antibodi atau oleh reseptor antibodi. Paratop adalah bagian dari antibodi yang
mengikat epitop.
B. Sistem Imun Spesifik Selular
Limfosit T atau sel T berperan utama. Sel tersebut berasal dari sel asal yang sama
seperti sel B. Pada orang dewasa, sel T dibentuk dalam sumsum tulang tetapi
proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus atau pengaruh berbagai
faktor asal timus. 90-95% dari semua sel T dalam timus tersebut mati dan hanya 5-
10% menjadi matang dan meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi. Faktor
timus (timosin) dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai hormon asli dan
dapat mempengaruhi diferensiasi sel T di perifer. Sel T terdirri atas beberapa sel
subset dengan fungsi yang berlainan yaitu sel Th1, Th2, Tdth, CTL atau Tc, Ts atau
15
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
16/24
sel Tr atau Th3. Fungsi utama sistem imun spesifik selular adalah untuk pertahanan
terhadap bakteri yang hidup intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan. Yang
berperan adalah sel CD4+ yang mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya mengaktifkan
makrofag untuk menghancurkan mikroba dan sel CD8+ yang memusnahkan sel
terinfeksi.
Perbedaan imunitas humoral dan spesifik
Perbedaan sel B dan sel T
Perbedaan Sel T dan Sel B
Kerja sama antara sistem imun nonspesifik dan spesifik
Keduanya berinteraksi dalam menghadapi infeksi. Sistem imun nonspesifik bekerja
dengan cepat dan sering diperlukan untuk merangsang sistem imun spesifik. Mikroba
ekstraselular mengaktifkan komplemen melalui jalur lektin. Kompleks antigen-
antibodi mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik. Virus intraselular merangsang
sel yang diinfeksinya untuk melepas IFN yang mengerahkan dan mengaktifkan sel
16
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
17/24
NK. Sel dendritik yang memakan antigen bermigrasi ke kelenjar getah bening dan
mempresentasikan antigen ke sel T. Sel T bermigrasi ke tempat infeksi dan
memberikan bantuan ke sel NK dan makrofag.
7. ILFILTRAT DAN SIKATRIKS KORNEA
Infiltrat adalah timbunan sel-sel radang yang terdri dari sel mononuclear, sel plasma,
leukosit, sel polimorfonuklear dan fibrin pada kornea berupa bercak putih, abu-abu
keruh, disertai tanda-tanda radang, terdapat edeme kornea, permukaan buram, tidak
licin, pada infeksi purulen berwarna kuning, dengan batas tidak jelas. Dapat
memberikan uji plasido positif.
Sikatriks adalah jaringan parut pada kornea yang mengakibatkan permukaan kornea
ireguler sehingga memberikan uji plasido positif. Terdapat beberapa bentuk sikatriks,
yaitu:
a) Nebula adalah kabut halus paa kornea yang sukar terlihat.
b) Makula kekeruhan kornea yang berbatas tegas
c) Leukoma adalah kekeruhan kornea yang berwarna putih padat
17
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
18/24
d) Leukoma adheren adalah kekeruhan kornea dengan menempelnya iris di dataran
belakang.
Infiltrat Sikatriks
8. PEWARNAAN GRAM
18
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
19/24
Pewarnaan Gram sangat berguna dalam disgnostik mikrobiologi. Seluruh specimen
yang dicurigai adanya infeksi bakteri seharusnya diletakkan di object glass, dilakukan
pewarnaan Gram, dan dilihat di bawah mikroskop. Gram positif memberikan warna ungu,
sedangkan warna merah menunjukkan gram negatif. Selain itu morfologi dari bakteri juga
dapat dilihat (kokus, batang, fusiform, dan lain-lain). Pewarnaan Gram tidak dapat
mengidentifikasi spesies bakteri. Adanya kokus gram positif mengarahkan pada spesies
Staphylococcus atau Streptococcus, tetapi tidak dapat menyeutkan spesiesnya secara
definitif. Dengan pewarnaan Gram juga dapat dilihat adanya sel-sel radang monoklear
dan polimorfonuklear yang dapat diidentifikasi dengan melihat jumlah inti dan jumlah
lobus dalam inti dari masing-masing sel tersebut. Netrofil ( 1 inti terdiri dari 2-5 lobus),
eosinofil (1 inti berlobus 2), basofil (berinti satu dengan sitoplasma berisi granul), limfosit
(bulat besar menempati sebagian besar sel. sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin inti
padat,Sitoplasma sedikit sekali,sedikit basofilik), monosit (inti berbentuk oval atau seperti
ginjal, ada lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda).
19
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
20/24
9. KERATOPLASTI
Transplantasi kornea (keratoplasti) diindikasikan bagi banyak kondisi kornea yang
serius, misal parut, edema, penipisan, dan distorsi. Istilah keratoplasti penetrans berarti
penggantian kornea seutuhnya; keratoplasti lamellar berarti penggantian sebagian dri
ketebalan kornea.
Donor lebih muda lebih disukai untuk keratoplasti penetrans; terdapat hubungan
langsung antara umur dengan kesehatan dan jumlah sel endotel. Karena sel endotel sangat
cepat mati, mata hendaknya diambil segera setelah donor meninggal dan segera
dibekukan. Mata utuh harus dimanfaatkan dalam 48 jam, sebaikya dalam 24 jam. Media
penyimpan modern memungkinkan penyimpanan lebih lama. Tudung korneasklera yangdisimpan dalam media nutrient boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor meninggal, dan
pengawetan dalam media biakan jaringan dapat tahan sampai 6 minggu.
Untuk keratoplasti lamellar, kornea itu dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan
dalam lemari es selama beberapa minggu; sel endotel tidak penting untuk prosedur ini.
Teknik
Mata penerima disiapkan dengan menghilangkan sebagian ketebalan kornea pada
selingkaran kornea yang sakit dengan trephine penghisap (cooky cutter action) dan
seluruh ketebalan kornea dengan gunting atau sebagian ketebalan dengan diseksi.
Mata donor disiapkan dengan dua cara. Untuk keratoplasti peetrans tudung
korneasklera diletakkan di atas blok Teflon dengan endotel menghadap ke atas; trephine
ditekankan ke kornea, dan dikeluarkan sepotong kornea(tebal seluruhnya). Pada
keratoplasti lamellar, dibuat insisi trephine sebagian tebal pada kornea bola mata utuh dan
kancing lamellar dibebaskan. Mungkin diperlukan teknik penghalusan tertentu, seperti
cangkokan tangan bebas.
Tahun-tahun belakangan ini, benang dan peralatan yang diperhalus, dan mikroskop
bedah serta sistem penerangan yang canggih, nyata-nyata memperbaiki prognosis pada
semua pasien yang memerlukan transplantasi kornea. Kecocokan golongan darah tidak
banyak artinya dalam bedah transplantasi kornea. Penolakan cangkokan kornea tetap
merupakan masalah utama; demikian juga kesulitan mengendalikan astigmatisma pasca
pencangkokan.
Reaksi transplantasi kornea
20
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
21/24
Kenyataan bahwa penerima transplant konea umumnya dapat dapat mentoleransi
tindakan tersebut dapat disebabkan oleh (1) tidak adanya pembuluh darah atau limfe di
kornea normal, (2) tidak adanya prasenstisasi terhadap antigen-antigen spesifik jaringan
di sebagian besar resipien, dan (3) dan deviasi imun didapat kamera okuli anterior. Ini
adaah serangkaian sifat imunologik khas kamera okuli anterior, yakni yang terpenting
dalah hipersensitivitas tipe lambat. Namun, reaksi terhadap transplant kornea tetap terjadi
terutama pada individu yang korneanya sendiri pernah mengalami kerusakan akibat
penyakit peradangan sebelumnya. Kornea tersebut mungkin telah membentuk pembuluh
darah dan limfe, sehingga terdapat saluran aferan dan eferen untuk reaksi imunologik
terhadap kornea yang ditransplantasi.
10. UVEITIS
21
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
22/24
Uveitis anterior (iritis) umumnya bersifat unilateral. Sedangkan uveitis intermediet
(siklitis) dan posterior (koroiditis) dapat bersifat bilateral.
22
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
23/24
DAFTAR PUSTAKA
1. Reno Gustoviani. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Editor, Sudoyo AW, Alwi I, Setiati S, dkk. Jakarta:
FKUI ; 2006. Hal 1879-81.
23
-
7/31/2019 Tugas Ujian Dr. Umar
24/24
2. Marulam M. Panggabean. Penyakit Jantung Hipertensi. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. Edisi IV. Editor, Sudoyo AW, Alwi I, Setiati S, dkk. Jakarta: FKUI ;
2006. Hal 1879-81.
3. Braunwald,E. Harrisons Principles of Internal Medicne. Vol 2. 16th edition.USA: Mc
Graw Hill; 2005.
4. Davey Patrick. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga; 2005. hal. 138-39.
5. Sherwood, L. Human Physiology from Cells to System. 5th Edition. USA: Thomson
Brookscole: 2004. p 194-212.
6. Bickley, LS. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. 9 th Edition.
Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins ; 2007. p 109-10.
7. Baratawidjaja Karnen G. Imunologi Dasar. Edisi ke-7. Jakarta: FKUI; 2006. hal. 6-20.
8. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika;
2000. hal. 150-51, 359, 431.
9. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI; 2008.
10. K. Lang Gerhard. Ophtalmology. A Short Textbook. New York : Thieme Stuttgart ;
2000. P. 208-14.
11. Schlolte T, Rohrbach J. Pocket Atlas of Ophtalmology. New York : Thieme Stuttgart ;
2000.
12. Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology, 24th Edition. The McGraw-Hill Companies:
2007.