tugas tambang batubara.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya mineral dan batubara merupakan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui, keberadaannya sangat dikontrol oleh kondisi geologi yang tidak
mengenal batas administrasi, umumnya ditemukan di daerah-daerah terpencil yang
miskin infrastruktur, pengusahaannya harus dilakukan di tempat di mana bahan
tambang itu ditemukan. Penambangan bahan galian mineral dan batubara akan
mengubah bentang alam dan menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari
lingkungan, oleh karena itu dalam pengelolaannya perlu melibatkan semua pihak
terkait (stakeholders). Adanya kegiatan pertambangan diharapkan dapat menjadi
lokomotif pembangunan suatu daerah.
Istilah batubara merupakan hasil terjemahan dari “coal”. Disebut batubara
mungkin karena dapat terbakar seperti halnya arang kayu. Defenisi dari batubara itu
sendiri menurut Muchjidin (2005).
“Batubara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah
heterogen dan mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen sebagai unsur
utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain, yaitu senyawa
organik pembentuk “ash” tersebar sebagai partikel zat mineral dan terpisah-pisah di
seluruh senyawa batubara. Beberapa jenis batu meleleh dan menjadi plastis apabila
dipanaskan, tetapi meninggalkan residu yang disebut kokas. Batubara dapat dibakar
untuk membangkitkan uap atau dikarbonisasikan untuk membuat bahan bakar cair
atau dihidrogenisasikan untuk membuat metan. Gas sintetis atau bahan bakar berupa
gas dapat diproduksi sebagai produk utama dengan jalan gasifikasi sempurna dari
batubara dengan oksigen dan uap atau udara dan uap”.
Dari defenisi yang lengkap ini salah satunya adalah selain batubara dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit uap di PLTU, beberapa jenis batubara
juga dapat diubah menjadi bahan bakar minyak melalui cara pencairan batubara atau
tersebut liquifaksi (coal liquiefaction).
Pemakaian batubara sebagai energi telah dilakukan pada abad 19 yaitu untuk
menggerakkan lokomotif dan mesin uap. Perkembangan selanjutnya tahun 1949 di
Pengaron sebuah dusun di sepanjang Sungai Mahakam (Kaliman Timur) oleh
perusahaan Belanda “Oost Borneo Ma’atsc Happij” dioperasikan tambang batubara.
Lokasi Indonesia yang terletak pada 3 tumbukan (konvergensi) lempeng kerak
bumi, yakni lempeng Benua Eurasia, lempeng Benua India-Australia dan lempeng
Samudra Pasifik melahirkan suatu struktur geologi yang memiliki kekayaan potensi
pertambangan yang telah diakui di dunia. Namun, potensi yang sangat tinggi ini
masih belum tergali secara optimal. Disamping itu, tingkat investasi di sektor ini
relatif rendah dan menunjukkan kecenderungan menurun akibat terhentinya kegiatan
1 | P a g e
eksplorasi di berbagai kegiatan pertambangan. Menurut studi yang dilakukan Fraser
Institute dalam Annual Survey of Mining Companies (December 2002), iklim
investasi sektor pertambangan di Indonesia tidak cukup menggairahkan. Banyak
kalangan menghawatirkan bahwa dengan kondisi seperti ini maka masa depan,
industri ekstraktif khususnya pertambangan di Indonesia akan segera berakhir dalam
waktu 5 sampai 10 tahun. Kondisi ini patut disayangkan karena industri ini
memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian nasional maupun
daerah. Dampak ekonomi dari keberadaan industri pertambangan antar lain
penciptaan output, penciptaan tenaga kerja, menghasilkan devisa dan memberikan
kontribusi fiskal. Pada makalah ini akan dibahas mengenai gambaran kondisi
pertambangan mineral, iklim investasi pertambangan, tinjauan manfaat ekonomi
kegiatan pertambangan, permasalahan yang dihadapi industri pertambangan dan
rekomendasi kebijakan.
2 | P a g e
BAB II
STUDI PUSTAKA
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan batubara yang
besar, yaitu sekitar 38,8 milyar ton dimana 70 persen merupakan batubara muda dan
30 persen sisanya adalah batubara kualitas tinggi. Ini dilihat dari nilai kalori
pembakarannya yang rendah, dan kadar sulfur serta airnya yang tergolong tinggi.
1. Daerah Penghasil Batubara
Potensi sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, dan daerah
penghasil batubara terbesar berada di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera,
sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara walaupun dalam jumlah kecil
dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Papua, dan Sulawesi.
2. Antisipasi Penambang Batubara
Banyak wilayah maupun daerah penghasil batubara di Negeri ini, namun tak
sedikit pula tempat penambangan batubara yang tidak mengantongi surat izin dari
pemerintah sekitar dan tidak memikirkan keadaan akhir wilayah yang dijadikan
tempat penambangan.
Dengan melakukan moratorium atau penghentian sementara (penertiban dan
tata ulang) “yang disesuaikan” bagi seluruh aktivitas pertambangan batubara,
pemerintah daerah dapat menata kembali pijakan dasar kebijakan dan orientasi
pertambangan batubara ke depan yang berpihak pada kepentingan lingkungan hidup,
penduduk lokal, bangsa dan kepentingan generasi yang akan datang. Tentunya untuk
mempercepat terjadinya proses ini perlu didukung oleh kekuatan rakyat untuk
mendesak pemerintah daerah dan pusat serta para wakilnya yang ada di parlemen
(DPR-RI dan DPRD).
Adapun langkah-langkah untuk mensukseskan moratorium dalam pertambangan
batubara adalah sebagai berikut :
1. Penghentian penggunaaan jalan umum untuk aktivitas angkutan batubara.
Mesti ada ketegasan pemerintah daerah untuk menyetop dan menindak
tegas setiap pengusaha batubara yang mengunakan jalan umum untuk
angkutannya. Jika ini dilakukan jelas akan berdampak pada pengurangan
aktivitas pertambangan illegal yang selama ini semakin menjamur dan penurunan
terhadap dampak kerusakan lingkungan dan sosial yang ditimbulkannya.
2. Tidak mengeluarkan perizinan baru
Agar tidak menambah semrawutnya pengelolaan sumber daya alam
tambang batubara, saat ini hal yang paling mudah dan sangat mungkin untuk
dilakukan adalah dengan tidak mengeluarkan izin baru lagi. Sehingga
3 | P a g e
memudahkan untuk melakukan monitoring terhadap pertambangan batubara
yang ada.
3. Penghentian pertambangan batubara illegal secara total
Pemerintah harus melakukan penghentian pertambangan batubara illegal
secara tegas tanpa pandang bulu dan transparan. Kalau perlu melibatkan tim
independen yang terdiri dari unsur diluar pemerintah.
4. Evaluasi perizinan yang telah diberikan dan lakukan audit lingkungan semua
usaha pertambangan batubara
Hal ini harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh terhadap semua
jenis perizinan yang ada. Audit lingkungan dilakukan dengan melihat sejauh
mana pelaksanaan tambang memenuhi kaidah-kaidah lingkungan dan
memperhatikan masyarakat disekitarnya. Jika ditemukan pelanggaran harus
diproses dan ditindak secara tegas dan kalau perlu izinnya dicabut. Bagi
pertambangan yang ditemukan melakukan eksploitasi secara destruktif dan
melanggar hak-hak masyarakat maka tidak ada alasan bagi pemerintah untuk
tidak melakukan pembekuan atau pencabutan izin pertambangan tersebut.
5. Meninggikan standar kualitas pengelolaan lingkungan hidup
Rendahnya komitmen untuk pelestarian lingkungan hidup terlihat dari
berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah, lemahnya
pengawasan dan penegakan hukum. Tumpang tindih peraturan dan kecilnya
kewajiban pengelolaan lingkungan hidup yang baik mengakibatkan kondisi
lingkungan di kawasan pertambangan menjadi buruk.
6. Pelembagaan konflik
Hal ini diperlukan untuk menyelesaikan persengketaan rakyat dengan
perusahaan pertambangan agar tercapai solusi yang memuaskan berbagai pihak.
Pelembagaan konflik diprakarsai negara dan perusahaan tambang melalui
mekanisme resolusi konflik. Resolusi konflik hanya bisa tercapai jika
melibatkan semua stake holder yang berada pada posisi yang sederajat.
Sebaiknya hal ini dijadikan kebijakan pemerintah, dengan melibatkan fasilitator
profesional agar terhindar dari dominasi pihak-pihak yang bersengketa.
Kesepakatan-kesepakatan yang dibangun sebaiknya dijadikan bagian dari re-
negosiasi kontrak, sehingga secara hukum mengikat pihak perusahaan.
7. Penyusunan kebijakan strategi pengelolaan sumber daya alam tambang dengan
segala perangkat peraturannya yang berpihak kepada kepentingan rakyat dan
lingkungan.
Pengelolaan sumber daya alam tambang batubara dengan menggunakan
strategi baru yang bijak berdasarkan pertimbangan yang rasional termasuk
kepentingan penduduk lokal, kualitas lingkungan hidup, penghitungan tingkat
keterancaman ekologi, jenis dan jumlah kebutuhan riil bahan tambang oleh
4 | P a g e
masyarakat Kalsel dan bangsa Indonesia umumnya dan pembiaran atau
pencadangan sumber daya tambang untuk kepentingan generasi mendatang
Dunia pertambangan, khususnya tambang batubara dikenal ada 2 jenis
tambang, yaitu tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Dimana tambang terbuka
adalah suatu kegiatan penambangan batubara dengan cara membuka dan menggali
lahan yang sangat luas hingga membentuk suatu lubang terbuka yang sangat lebar.
Sedangkan tambang bawah tanah adalah suatu kegiatan penambangan batubara denga
cara membuat lubang/terowongan bawah tanah dengan tanpa membuka lahan di
atasnya secara luas.
Perencanaan tambang merupakan suatu tahapan awal yang harus ada di dalam
serangkaian kegiatan penambangan. Hal ini disebabkan karena perencanaan tambang
adalah sebagai panduan utama dari seluruh kegiatan penambangan guna mencapai
kegiatan penambangan yang efektif, efisien, produktif dan aman.
Berdasarkan perencanaan tambang tersebut, kegiatan tambang akan memperoleh
manfaat sebagai berikut :
1. Menambang batubara dengan biaya produksi persatuan berat batubara adalah
minimal.
2. Mengupayakan operasi penambangan berjalan lancar dan aman.
3. Mengupayakan selalu tersedia stock batubara untuk mencegah jika terjadi
kesalahan data eksplorasi.
4. Selalu siap terhadap perubahan strip tanpa pengerahan peralatan, tenaga,
schedule produksi.
5. Operasi berjalan logis sejak schedule awal (pelatihan tenaga, peralatan,
logistic, dll). Hal ini untuk memperkecil resiko penundaan posisi cash flow
positif.
6. Memaksimalkan rancangan lereng pit sehingga memperkecil kemungkinan
terjadi kelongsoran.
7. Upayakan pencapaian keuntungan ekonomi pada kondisi produksi yang wajar.
Guna mencapai manfaat positif tersebut di atas, maka pada tahapan perencaaan
tambang ini harus mempertimbangkan beberapa point berikut yang merupakan
faktor-faktor yang sangat mempengaruhi jalannya operasional penambangan, yaitu :
1. Validasi Data (Geologi, Topografi, Jumlah Data).
2. Model geologi (Geological Resources, Bentuk Cadangan, Kualitas dsb.).
3. Cut of Grade/Optimum Pit Limit.
4. Penentuan metoda Penambangan.
5 | P a g e
5. Pembuatan Layout tambang & Design.
6. Perhitungan Blok Cadangan.
7. Pembuatan Schedule Produksi.
8. Pemilihan Alat dan type alat yang “Suitable”.
9. Penentuan Urutan (sequence) Tambang.
10. Penentuan System Drainase.
11. Analisa Lingkungan dan Rencana Rehabilitasi.
Batubara asalan yang baru saja ditambang dari front tambang selanjutnya di
timbun sementara di ROM, yaitu stockpile mini tambang. Penimbunan batubara ini
dilakukan secara terpisah untuk masing-masing lapisan batubara yang berbeda. Hal
ini mAdapun kegiatan pemisahan timbunan batubara tersebut dilakukan oleh alat
berat jenis loader. Dimana unit loader ini mempunyai karakteristik lincah dalam
bermanuver ke arah 90 derajat dan mempunyai bucket yang berkapasitas besar.
Dengan demikian dengan luasan ROM yang terbatas, dapat menampung timbunan
stock batubara dalam jumlah yang besar.
Kegiatan pengangkutan batubara di menganut sistem kerja kemitraan, yaitu
pihak perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal yang memilki
armada angkutan batubara (hauling) dapat ikut ambil bagian dalam melaksanakan
kegiatan hauling ini. Unit hauling ini berupa dump truck engkel (berkapasitas 17 ton)
dan tronton (berkapasitas 22 ton).
Mengingat armada hauling ini berjumlah banyak, maka dibentuklah beberapa
kelompok pengelolaan, yang dikenal dengan istilah “Kode”. Pengelola kode
bertanggungjawab atas kelancaran dan keamanan operasional hauling dari dump
truck yang menjadi anggotanya. Sedangkan pihak perusahaan hanya berhubungan
dengan beberapa pengelola kode tsb, baik terkait hal teknis (tata cara hauling dan
penerapan aspek K3) maupun non teknis.
Kegiatan hauling ini dimulai dari pemuatan batubara asalan ke dump truck di
ROM, kemudian berjalan melalui jalan tambang sejauh 43 km menuju stockpile
pelsus Mandiri / pelsus DTBS / pelsus IKM (lokasi ketiga pelsus tersebut adalah
6 | P a g e
berdampingan) dan menimbunkan stock batubara asalan ini di stockpile pelsus
tersebut.
Pemilihan jenis tambang ini ditentukan oleh beberapa hal yang antara lain berupa :
Stripping Ratio (SR) / Nisbah kupasan yang ekonomis pada saat itu.
Pengertian dari stripping ratio adalah : Perbandingan jumlah tanah kupasan
penutup batubara dalam satuan meter kubik padat (baca BCM) yang harus
dibuang untuk menghasilkan 1 ton batubara. Dapat disebut juga dengan rasio
kupasan (dengan batubara) pada tambang batubara terbuka.
Metoda penambangan, antara lain misalnya direct digging, direct dozing,
ripping, drilling dan blasting, truck dan shovel, dragline system, conveying,
dll.
Teknologi yang akan digunakan. Hal ini akan disesuaikan dengan metode
penambangan yang dipilih.
Lingkungan dan AMDAL, mengingat kegiatan tambang ini pasti membawa
dampak negatif terhadap lingkungan disekitar areal tambang.
Keahlian sumber daya manusia yang bekerja sebagai pekerja tambang, baik
bidang teknis, K3 dan non teknis.
Ketersediaan modal, mengingat kegiatan pertambangan memerlukan biaya
investasi dan operasional yang memilih jenis tambangnya berupa tambang
terbuka. Secara umum, pemilihan ini didasarkan pada tingkat SR yang rendah,
metoda penambangan yang sederhana, teknologi yang digunakan berupa unit
heavy equipment dan dump truck berkapasitas kecil, serta ketersedian modal
perusahaan baik untuk investasi maupun operasional.Cadangan batubara yang
ada berbentuk multi seam dengan tebal seam total sekitar 15 meter.
Sedangkan pada saat ini cadangan batubara insitu masih sekitar 4.5 juta ton.
Tata cara pengolahan yang dilaksanakan merupakan suatu proses penimbunan
dan perubahan bentuk dan/atau ukuran batubara dengan menggunakan
peralatan mekanis, yaitu crushing machine.
Hal ini berdasar pada :
Kualitas batubara yang diproduksi telah bersih dari unsur pengotor.
Nilai kalori batubara cukup bervariasi, dalam kisaran 5800 ~ 7000 Cal/kg
(dipengaruhi oleh level seamnya).
Mempermudah penyediaan stock batubara dengan spesifikasi yang diperlukan
oleh pembeli/pasar.
7 | P a g e
Adapun mesin crusher yang digunakan berkapasitas 350 MT/jam dengan keluaran
berupa 3 (tiga) macam ukuran batubara, berkisar antara 1mm ~ 50mm.
Sedangkan unit pendukung operasional mesin crusher ini meliputi :
1. Unit excavator, bertugas sebagai pemberi umpan batubara asalan ke hoper
mesin crusher.
2. Unit wheel loader, bertugas sebagai alat penimbun kembali batubara masak di
beberapa titik penimbunan, yaitu sesuai dengan spesifikasinya.
Tahapan proses pengolahan batubara ini mulai dari batubara asalan (berbentuk tidak
beraturan) hingga menjadi batubara masak atau siap jual (berbentuk butiran yang
seragam) dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Penimbunan batubara asalan secara terpisah dan berdasarkan seamnya.
2. Pembentukan ukuran batubara tertentu melalui proses crushing untuk setiap
jenis seam batubara atau penyatuan beberapa seam batubara yang mempunyai
spesifikasi hampir sama.
3. Penimbunan kembali batubara masak hasil proses crushing secara terpisah dan
berdasarkan spesifikasinya.
Stock batubara masak dari hasil pengolahan berupa beberapa stock penimbunan
batubara yang dibedakan berdasarkan bentuk/ukuran dan spesifikasi kualitasnya.
Sehingga saat ada permintaan pasar terhadap pengiriman batubara dengan kualifikasi
tertentu, maka akan dapat dipenuhi dengan melakukan proses pencampuran
(blending) antar beberapa stock batubara yang telah ada.
Proses pencampuran batubara yang akan dikirim ke pasar dilakukan berdasarkan
perbandingan tertentu, yaitu disesuaikan dengan kualifikasi untuk setiap permintaan
yang ada. Sehingga produk akhir berupa stock batubara berkalori tinggi dengan
spesifikasi detail yang berbeda-beda.
8 | P a g e
Kegiatan pengapalan batubara masak dilakukan dengan menggunakan system
conveyor, yaitu stock batubara masak diambil (sesuai spesifikasi permintaan pasar)
dan diangkut oleh unit dump truck dan didump ke hopper conveyor, untuk
selanjutnya belt conveyor mengangkut batubara hingga ke ujung jetty dan
menuangkan batubara ke tongkang yang telah tersandar secara aman.
Jika kebetulan system conveyor ini mengalami kendala teknis, maka system
pengapalan penggantinya berupa system trucking, yaitu unit dump truck membawa
muatan batubara dari stockpile pelsus menuju ujung jetty dan naik masuk ke dalam
tongkang dan menurunkan muatannya. Demikian seterusnya secara berulang-ulang
hingga kapasitas muat tongkang terpenuhi, yaitu sekitar lebih kurang 6.000 MT.
Mengingat kegiatan penambangan batubara ini mempunyai potensi bahaya yang
sangat tinggi dan dapat mengakibatkan kerusakan peralatan maupun cidera pekerja
tambang. Untuk itulah, program K3 menjadikan suatu satu kesatuan yang tidak
terpisahkan di dalam setiap aktifitas kegiatan penambangan.
Apabila penerapan aspek K3 ini dilaksanakan secara tepat, tegas dan konsisten, maka
kegiatan penambangan dapat berjalan secara zero accident. Hal ini tentunya juga akan
meningkatkan kinerja dan produktivitas kegiatan penambangan secara aman dan
optimal.
Guna mewujudkan hal tersebut, sangat tepat jika semua pihak, mulai unsur pemilik
perusahaan, manajemen dan karyawan pelaksana tanpa kecuali berkomitmen bersama
dan kuat untuk benar-benar memahami K3 secara tepat dan menerapkan aspek K3
secara riil dan konsisten di segala kegiatan yang terkait dengan penambangan.
Lahan disposal pit bara 2, dimana disposal ini telah dinyatakan selesai. Untuk
itu, pada lahan disposal ini dilapisi lapisan top soil. Setelah mengalami
kestabilan unsure haranya, maka selanjutnya ditanami dengan tanaman cepat
tumbuh, yaitu pohon acacia crasicarpa.
Penanaman tanaman cover crop pada areal sekeliling settling pond, areal
penumpukan OB (disposal) yang telah dilapisi top soil (areal reklamasi) dan
areal kegiatan penambangan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalisir terjadinya erosi pada daerah tersebut.
Pada dasarnya dikenal dua cara penambangan batubara yaitu :
1. Tambang Dalam (Underground)
Dilakukan pertama-tama dengan jalan membuat lubang persiapan baik
berupa lubang sumuran ataupun berupa lubang mendatar atau menurun
menuju ke lapisan batubara yang akan ditambang. Selanjutnya dibuat lubang
9 | P a g e
bukaan pada lapisan batubaranya sendiri. Cara penambangannya sendiri dapat
dilakukan :
a. Secara manual, yaitu menggunakan banyak alat yang memakai kekuatan
tenaga manusia
b. Secara mekanis, yaitu mempergunakan alat sederhana sampai
menggunakan system elektronis dengan pengendalian jarak jauh
2. Tambang Terbuka
Dilakukan pertama-tama dengan mengupas lapisan tanah penutup.
Pada saat ini metode penambangan mana yang akan dipilih dan kemungkinan
mendapatkan peralatan tidak mengalami masalah. Peralatan yang ada
sekarang dapat dimodifikasi sehingga berfungsi ganda. Perlu diketahui bahwa
berbagai jenis batubara memerlukan jenis dan peralatan yang berbeda pula.
Mesin-mesin tambang modern sudah dapat digunakan untuk kegiatan
penambangan dengan jangkauan kerja yang lebih luas dan mampu
melaksanakan berbagai macam pekerjaan tanpa perlu dilakukan perubahan
dan modifikasi besar. Pemilihan metode panambangan batubara baik yang
akan ditambang secara tambang dalam ataupun tambang terbuka ditentukan
oleh factor :
a. Biaya penambangan
b. Batubara yang dapat diambil (coal recovery)
c. Pengotoran hasil produksi oleh batuan ikutan
Dalam memperhitungkan biaya penambangan dengan metode tambang
terbuka harus termasuk juga biaya pembuangan tanah penutup batubara sampai pada
kemiringan lereng yang seaman mungkin (slope angle). Perbandingan antara lapisan
batuan tanah penutup dengan batubara merupakan factor penentu dalam memilih
metode penambangan, untuk itu perlu dihitung terlebih dahulu break even stripping
ratio, yaitu perbandingan antara selisih biaya untuk penambangan satu ton batubara
secara tambang dalam dan tambang terbuka dibagi dengan biaya pembuangan setiap
ton tanah penutup lapisan batubara.
Contoh :
Suatu rencana penambangan batubara diperhitungkan apabila dilaksanakan
secara tambang dalam memerlukan biaya Rp. 20.000,- setiap tonnya. Apabila
dilakukan secara tambang terbuka Rp. 8.000,-, sedang biaya pengupasan tanah
penutup pada tambang terbuka adalah Rp. 2.000,- per tonnya. Stripping ratio antara
tambang terbuka yang menghasilkan perbedaan biaya impas (break even cost) dengan
penambangan secara tambang dalam adalah :
20.000 - 8.000
10 | P a g e
break even stripping ratio = ---------------------- = 6
2.000
Dengan demikian break even stripping ratio adalah 6 : 1, yang berarti bahwa untuk
mengambil 1 ton batubara maksimum jumlah tanah penutup harus dibuang adalah 6
ton. Dengan demikian maka cara penambangannya sudah harus ditinjau kembali
karena dianggap secara ekonomis sudah tidak menguntungkan lagi.
A. TAMBANG TERBUKA BATUBARA
Tambang Terbuka – juga disebut tambang permukaan – hanya memiliki nilai
ekonomis apabila lapisan batu bara berada dekat dengan permukaan tanah. Metode
tambang terbuka memberikan proporsi endapan batu bara yang lebih banyak daripada
tambang bawah tanah karena seluruh lapisan batu bara dapat dieksploitasi – 90% atau
lebih dari batu bara dapat diambil. Tambang terbuka yang besar dapat meliputi daerah
berkilo-kilo meter persegi dan menggunakan banyak alat yang besar, termasuk:
dragline (katrol penarik), yang memindahkan batuan permukaan; power shovel
(sekop hidrolik); truk-truk besar, yang mengangkut batuan permukaan dan batu bara;
bucket wheel excavator (mobil penggali serok); dan ban berjalan.
Batuan permukaan yang terdiri dari tanah dan batuan dipisahkan pertama kali
dengan bahan peledak; batuan permukaan tersebut kemudian diangkut dengan
menggunakan katrol penarik atau dengan sekop dan truk. Setelah lapisan batu bara
terlihat, lapisan batu bara tersebut digali, dipecahkan kemudian ditambang secara
sistematis dalam bentuk jalur-jalur. Kemudian batu bara dimuat ke dalam truk besar
atau ban berjalan untuk diangkut ke pabrik pengolahan batu bara atau langsung ke
tempat dimana batu bara tersebut akan digunakan.
Beberapa ahli pertambangan telah melakukan klasifikasi metode penambangan
terbuka dan bawah tanah antara lain : Peele (1941), Young (1946), Lewis dan Clarck
(1964). Dasar dari pembagian metode ini adalah beberapa kombinasi subyektif dari
11 | P a g e
spasial, geologi dan faktor geoteknik. Sedangkan beberapa skema saat ini dikenalkan
lebih kuantitatif atau memiliki pendekatan sistem, tetapi menggunakan dasar pe
ndekatan yang sama seperti Peele adalah Morrison dan Russel (1973), Broshkov dan
Wright (1973), Thomas (1978), Nicholas (1981) dan Hamrin (1982). Untuk saat ini
yang diperlukan adalah klasifikasi dari metode penambangan yang mempunyai ciri :
(H.L. Hartman, 1987)
1) Umum (dapat diaplikasi kesemua komoditi tambang, batubara dan non
batubara).
2) Termasuk pada metode yang sedang berjalan dan menjanjikan sebuah metode
baru yang sedang dikembangkan tetapi belum dapat dibuktikan secara
keseluruhan.
3) Mengenai perbedaan kelas metode yang besar dan biaya relatif.
Kategori yang digunakan oleh Hartman adalah :
1) Dapat diterima (acceptable) : tradisional atau baru
2) Lokal untuk tambang terbuka (atau tambang bawah tanah)
3) Kelas dan sub kelas
4) Metode.
2.1 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TAMBANG TERBUKA
Pemilihan metode penambangan dilakukan berdasarkan pada metode yang
dapat memberikan keuntungan optimum dan bukan pada dangkal dalamnya letak
endapan bahan galian tersebut, serta mempunyai perolehan tambang (mining
recovery) yang terbaik.
Keuntungan dari tambang terbuka antara lain :
1) Ongkos penambangan per ton atau per bcm endapan mineral/bijh lebih murah
karena tidak perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan penerangan.
2) Kondisi kerjanya baik, karena berhubungan langsung dengan udara luar dan
sinar matahari.
3) Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebih leluasa,
sehingga produksi bisa lebih besar.
4) Pemakaian bahan peledak bisa lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih baik,
karena :
Adanya bidang besar (free face) yang lebih banyak
Gas-gas beracun yang ditimbulkan oleh peledakan dapat dihembuskan
angin dengan cepat
5) Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar, karena batas endapan dapat
dilihat dengan jelas.
12 | P a g e
6) Relatif lebih aman, karena adanya yang mungkin timbul terutama akibat
kelongsoran.
7) Pengawasan dan pengamatan mutu bijih (grade control) lebih mudah.
2.2 SISTEM PENAMBANGAN BATUBARA
Sistem penambangan batubara ada 3, yaitu: 1. Penambangan Terbuka,
2. Penambangan Bawah Tanah, 3. Penambangan dengan Auger
2.3 PENAMBANGAN BATUBARA TERBUKA
2.3.1 Kegiatan dalam tambang batubara terbuka
Kegiatan-kegiatan dalam tambang batubara terbuka adalah sebagai berikut :
1. Persiapan daerah penambangan.
2. Pengupasan dan penimbunan tanah humus.
3. Pengupasan tanah penutup.
4. Pemuatan dan pembuangan tanah penutup (misalnya dengan shovel
dan truk, BWE, dan dragline).
5. Penggalian batubara.
6. Pemuatan dan pengangkutan batubara.
7. Penirisan tambang.
8. Reklamasi.
2.3.2 Macam-macam tambang batubara terbuka
Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada
letak endapan, dan alat-alat mekanis yang dipergunakan. Teknik
penambangan pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi dan topografi
daerah yang akan ditambang. Jenis-jenis tambang terbuka batubara dibagi
menjadi :
1) Contour mining
Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara
yang tersingkap di lereng pegunungan atau bukit. Cara
penambangannya diawali dengan pengupasan tanah penutup
(overburden) di daerah singkapan di sepanjang lereng mengikuti garis
ketinggian (kontur), kemudian diikuti dengan penambangan endapan
batubaranya. Penambangan dilanjutkan ke arah tebing sampai dicapai
batas endapan yang masih ekonomis bila ditambang.
Menurut Robert Meyers, contour mining dibagi menjadi beberapa
metode, antara lain :
13 | P a g e
a. Conventional contour mining
Pada metode ini, penggalian awal dibuat sepanjang sisi bukit pada
daerah dimana batubara tersingkap. Pemberaian lapisan tanah penutup
dilakukan dengan peledakan dan pemboran atau menggunakan dozer dan
ripper serta alat muat front end leader, kemudian langsung didorong dan
ditimbun di daerah lereng yang lebih rendah (Gambar 1.1). Pengupasan
dengan contour stripping akan menghasilkan jalur operasi yang
bergelombang, memanjang dan menerus mengelilingi seluruh sisi bukit.
Gambar 1.1 Conventional Contour Mining (Anon, 1979)
b. Block-cut contour mining
Pada cara ini daerah penambangan dibagi menjadi blok-blok
penambangan yang bertujuan untuk mengurangi timbunan tanah buangan
pada saat pengupasan tanah penutup di sekitar lereng. Pada tahap awal
blok 1 digali sampai batas tebing (highwall) yang diijinkan tingginya.
Tanah penutup tersebut ditimbun sementara, batubaranya kemudian
diambil. Setelah itu lapisan blok 2 digali kira-kira setengahnya dan
ditimbun di blok 1. Sementara batubara blok 2 siap digali, maka lapisan
tanah penutup blok 3 digali dan berlanjut ke siklus penggalian blok 2 dan
menimbun tanah buangan pada blok awal.
Pada saat blok 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka lapisan
tanah penutup blok 4 dipidahkan ke blok 2 setelah batubara pada blok 3
tersingkap semua. Lapisan tanah penutup blok 5 dipindahkan ke blok 3,
kemudian lapisan tanah penutup blok 6 dipindahkan ke blok 4 dan
seterusnya sampai selesai (Gambar 1.2). Penggalian beruturan ini akan
mengurangi jumlah lapisan tanah penutup yang harus diangkut untuk
menutup final pit.
14 | P a g e
Gambar 1.2 Block-Cut Contour Mining (Anon, 1979)
c. Haulback contour mining
Metode haulback ini (Gambar 1.3 dan 1.4) merupakan modifikasi dari
konsep block-cut, yang memerlukan suatu jenis angkutan overburden,
bukannya langsung menimbunnya. Jadi metode ini membutuhkan
perencanaan dan operasi yang teliti untuk bisa menangani batubara dan
overburden secara efektif.
Ada tiga jenis perlatan yang sering digunakan, yaitu :
a. Truk atau front-end loader
b. Scrapers
c. Kombinasi dari scrapers dan truk
Gambar 1.3 Teknik Haulback Truck dengan menggunakan Front-End Loader
(Anon, 1979)
15 | P a g e
Gambar 1.4 Haulback dengan menggunakan kombinasi scraper dan truk
(Chioronis, 1987)
d. Box-cut contour mining
Pada metode box-cut contour mining ini (Gambar 1.5) lapisan tanah
penutup yang sudah digali, ditimbun pada daerah yang sudah rata di
sepanjang garis singkapan hingga membentuk suatu tanggul-tanggul yang
rendah yang akan membantu menyangga porsi terbesar dari tanah
timbunan.
Gambar 1.5 Metode Box-Cut Contour Mining (Chioronis, 1987)
2) Mountaintop removal method
Metode mountaintop removal method ini (Gambar 1.6) dikenal dan
berkembang cepat, khususnya di Kentucky Timur (Amerika Serikat). Dengan
metode ini lapisan tanah penutup dapat terkupas seluruhnya, sehingga
memungkinkan perolehan batubara 100%.
16 | P a g e
Gambar 1.6 Mountaintop Removal Method (Chioronis, 1987)
3) Area mining method
Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang dekat
permukaan pada daerah mendatar sampai agak landai. Penambangannya
dimulai dari singkapan batubara yang mempunyai lapisan dan tanah penutup
dangkal dilanjutkan ke yang lebih tebal sampai batas pit.
Terdapat tiga cara penambangan area mining method, yaitu :
a. Conventional area mining method
Pada cara ini, penggalian dimulai pada daerah penambangan awal
sehingga penggalian lapisan tanah penutup dan penimbunannya tidak terlalu
mengganggu lingkungan. Kemudian lapisan tanah penutup ini ditimbun di
belakang daerah yang sudah ditambang (Gambar 1.7).
Gambar 1.7 Conventional Area Mining Method (Chioronis, 1987)
17 | P a g e
b. Area mining with stripping shovel
Cara ini digunakan untuk batubara yang terletak 10–15 m di bawah
permukaan tanah. Penambangan dimulai dengan membuat bukaan berbentuk
segi empat. Lapisan tanah penutup ditimbun sejajar dengan arah penggalian,
pada daerah yang sedang ditambang. Penggalian sejajar ini dilakukan sampai
seluruh endapan tergali (Gambar 1.8).
Gambar 1.8 Area Mining With Stripping Shovel (Chioronis, 1987)
c. Block area mining
Cara ini hampir sama dengan conventional area mining method, tetapi
daerah penambangan dibagi menjadi beberapa blok penambangan. Cara ini
terbatas untuk endapan batubara dengan tebal lapisan tanah penutup
maksimum 12 m. Blok penggalian awal dibuat dengan bulldozer. Tanah hasil
penggalian kemudian didorong pada daerah yang berdekatan dengan daerah
penggalian (Gambar 1.9).
Gambar 1.9 Block Area Mining (Chioronis, 1987)
4) Open pit Method
18 | P a g e
Metode ini digunakan untuk endapan batubara yang memiliki
kemiringan (dip) yang besar dan curam. Endapan batubara harus tebal bila
lapisan tanah penutupnya cukup tebal.
a. Lapisan miring
Cara ini dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri
dari satu lapisan (single seam) atau lebih (multiple seam). Pada cara
ini lapisan tanah penutup yang telah dapat ditimbun di kedua sisi pada
masing-masing pengupasan (Gambar 1.10).
Gambar 1.10 Open Pit Method pada lapisan miring (Hartman, 1987)
b. Lapisan tebal
Pada cara ini penambangan dimulai dengan melakukan
pengupasan tanah penutup dan penimbunan dilakukan pada daerah
yang sudah ditambang. Sebelum dimulai, harus tersedia dahulu daerah
singkapan yang cukup untuk dijadikan daerah penimbunan pada
operasi berikutnya (Gambar 1.11).
Pada cara ini, baik pada pengupasan tanah penutup maupun
penggalian batubaranya, digunakan sistem jenjang (benching system).
Gambar 1.11 Open Pit Method pada lapisan tebal (Hartman, 1987)
http://dc357.4shared.com/doc/nnxm-cjR/preview.html
PERALATAN TAMBANG TERBUKA
19 | P a g e
Jenis alat berat yang digunakan, Misalnya:
1. Dump-truck: Pemuatan – Pengangkutan – Penumpahan – Kembali
2. Bull-dozer: Penancapan blade – penggusuran – Pengangkatan Blade – Memutar
3. Excavator: Penggalian – Ayun bermuatan – Penumpahan – Ayun kosong
4. Dragline: Pelemparan bucket – Pengerukan – Pengangkatan bucket – Ayun
bermuatan –
Penumpahan – Ayun kosong
BULLDOZER
1. Alat yang diperlukan
- Pengukur jarak (Met-band)
- Pengukur waktu (Stop-watch)
- Kompas & GPS
- Tabel observasi
2. Data yang diamati
- Jarak gusur dan kondisi lapangan
- Jenis, sifat dan volume material yang digusur
- Waktu edar (CT)
- Dimensi blade
- Perpindahan transmisi
3. Prosedur Kerja
-Siapkan alat yang diperlukan dan pastikan alat- baik.
- Ukur dimensi blade dari bulldozer.
- Amati jenis material yang digusur.
- Pada saat bulldozer bekerja amati waktu edar dalam tabel observasi.
- Sewaktu bulldozer selesai menggusur, ukur jarak berada dengan ujung tempat
kerja bulldozer.
- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan layak / representative.
- Hitung produktifitas dan efisiensi alat.
20 | P a g e
4. Perhitungan Produksi
Produksi per-siklus q = L x H 2 x a
Dimana :
q : Produksi per siklus (m3)
L : Lebar blade (m)
H : Tinggi blade (m)
a : Faktor blade
5. Waktu Edar
CT = FT + GCTR + RT + GCTF
Dimana :
CT : Waktu edar (menit)
FT : Waktu mendorong / maju (menit)
GCTR : Waktu mengganti gigi mundur (menit)
RT : Waktu mundur (menit)
GCTF : Waktu mengganti gigi maju (menit)
6. Produksi per-jam CT
Q = q x 60 x E
Dimana :
Q : Produksi per-jam (m3/jam)
q : Produksi per siklus (m3)
CT : Waktu edar (menit) 60 : Konversi jam -> menit
E : Efisiensi kerja
SHOVEL-DOZER DAN WHEEL LOADE
1. Alat yang diperlukan
- Pengukur jarak (Met-band)
- Pengukur waktu (Stop-watch)
- GPS
- Tabel Observasi
2. Data yang diamati
- Jenis, sifat dan kondisi material
- Jarak perpindahan / pengangkutan material
- Waktu edar (CT)
- Dimensi bucket
- Pergerakan alat
21 | P a g e
2. Prosedur Kerja
- Siapkan alat yang diperlukan dan pastikan alat-alat tersebut bekerja dengan baik
- Ukur dimensi bucket atau lihat spesifikasi alat bila tidak ada modifikasi
- Amati jenis material yang dikerjakan dan medan kerjanya
- Pada saat wheel-loader bekerja amati waktu edar dan catat hasil pengamatan
- Pencatatan dilakukan saat pemuatan, pengangkutan, penumpahan, kembali.
- Saat pemuatan material, perhatikan faktor pengisian bucket
- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan hasil pengamatan layak.
4. Perhitungan Produksi
Produksi per-siklus
q= q x K 1
Dimana :
q : Produksi per siklus (m3)
1 Kapasitas munjung (m3)
K : Faktor pengisian bucket
EXCAVATOR
1. Alat yang diperlukan
- Pengukur jarak (Met-band)
- Pengukur waktu (Stop-watch)
- GPS
- Tabel Observasi
2. Data yang diamati
- Jenis, sifat dan kondisi material
- Jarak perpindahan / pengangkutan material
- Waktu edar (CT)
- Dimensi bucket
- Pergerakan alat
22 | P a g e
2. Prosedur Kerja
- Siapkan alat yang diperlukan dan pastikan alat-alat tersebut bekerja dengan baik
- Ukur dimensi bucket atau lihat spesifikasi alat (bila tidak ada modifikasi)
- Amati jenis material yang dikerjakan
- Pada saat excavator bekerja amati waktu edar dan catat hasil pengamatan
- Pencatatan dilakukan saat penggalian, ayun bermuatan, penumpahan, ayun
kosong, dst.
- Pada saat observasi waktu edar, perhatikan pula isi bucket (peres atau munjung)
- Buat perkiraan volumenya relatif terhadap volume bucket).
- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan hasil pengamatan layak
- Hitung produktifitas dan efisiensi alat
DUMP-TRUCK
1. Alat yang diperlukan
- Pengukur jarak (Met-band / speedo-meter)
- Pengukur waktu (stop-watch)
- Kompas dan GPS
- Alat komunikasi (HT)
- Tabel Observasi
2. Data yang diamati
- Jenis, sifat dan kondisi material
- Jarak perpindahan / pengangkutan material
- Waktu edar (CT)
- Dimensi bucket yang mengisi material dan jumlah pengisian per bak
- Pergerakan alat
23 | P a g e
2. Prosedur Kerja
- Siapkan alat yang diperlukan dan pastikan alat-alat tersebut bekerja dengan baik
- Pastikan anda telah mengetahui dimensi bucket yang bertugas mengisi material
- Amati jenis material yang dikerjakan
- Pada saat excavator mengisi material ke dalam bak dump-truck
- Amati jumlah pengisian bucket dan kondisi bucket (peres atau munjung).
- Amati pula lama waktu pengisian dan catat hasil pengamatan dalam tabel observasi.
- Pencatatan waktu dilakukan saat pengisian (loading time), pengangkutan (hauling
time),
manuver untuk penumpahan (spotting dumping time), penumpahan (dumping time),
perjalanan kembali (return time), manuver untuk pengisian (spotting loading time),
dst.
- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan hasil pengamatan layak
- Hitung produktifitas dan efisiensi alat
- Agar data observasi ini dapat digunakan pula untuk mendapatkan sinkronisasi alat,
usahakan awal pengamatan waktu edar dump-truck bersamaan dengan awal
pengamatan waktu edar alat gali-muat.
B. TAMBANG TERTUTUP
APLIKASI, KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BERBAGAI METODE
TAMBANG BAWAH TANAH
Pada dasarnya aplikasi setiap metode tambang bawah tanah bersifat spesifik.
Walaupun demikian, pada prakteknya sukar sekali secara menyeluruh memenuhi
kondisi idealnya.
24 | P a g e
Dilain pihak, bijih juga memungkinkan mempunyai kondisi yang cocok untuk
aplikasi beberapa metode, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap metode-metode
tambang bawah tersebut.
Setiap metode mempunyai aplikasi yg spesifik, tetapi karakteristik bijih dan
country rock tidak senantiasa ideal
Karakteristik bijih dan country rock kadang memungkinkan aplikasi dua atau lebih
metode
Eksploitasi mineral dimana seluruh ekstraksinya dilakukan di bawah
permukaan bumi dinamakan “underground mining” (tambang bawah tanah), atau
“deep mining” (tambang dalam).
Metode tambang bawah tanah diterapkan apabila (1) kedalaman cebakan, (2)
nisbah pengupasan over burden terhadap bijih, atau keduanya menjadi tidak
memungkinkan dilakukan eksploitasi dari permukaan.
Pemilihan metode yang cocok, mencakup aspek:
(1) Menentukan perlu tidaknya penyangga, dan penyangga yang mestinya dipakai
(2) Merancang konfigurasi bukaan dan urutan ekstraksi dikaitkan penyebaran bijihnya.
==========================================
3.1. STOPE DG. PENYANGGAAN ALAMIAH atau OPEN STOPE
Aplikasi open stope secara umum:
1. Daerah bijih dan country rock kuat, kecuali cebakan tipis-datar atau sedikit miring
yang dapat ditambang dengan retreating system
2. Bijih kadar rendah atau nilai ekonomis rendah, mengingat pillar berupa bijih dan
losses tinggi. Pada bijih kadar tinggi dapat dilakukan pillar robbing.
3. Penambangan sangat selektif. Pada steep dip 500 – 900 dimungkinkan meninggalkan
kadar rendah sbg pillar. Pada flat dip 00 – 200 mempunyai selektifitas tinggi.
4. Pada flat dip dimungkinkan sortasi, untuk steep dip dilakukan sortasi secara terbatas.
5. Aplikasi umum: tabular dinding teratur, batas dinding jelas. Kadang diterapkan untuk
cebakan yang besar, menggumpal (massive), dinding irregular.
=========================================
3.1.1. OPEN STOPE DGN. UNDERHAND STOPING
=========================================
25 | P a g e
Level bagian atas dan bawah dihubungkan dengan raise
Penambangan dimulai dari level atas menuju level bawah (underhand stoping),
sehingga terbentuk jenjang untuk berdiri pekerja
Broken ore dijatuhkan secara gravitasi menuju haulage drive sehingga
meminumkan transportasi mekanikal.
Aplikasi:
1. Bijih ketebalan 3-4 meter
2. Kemiringan 500, pemindahan bijih secara gravitasi
3. Bukan sebagai metode utama, hanya sebagai metode tambahan untuk ekstraksi bijih
yang terpisah dari bijih utama atau bagian badan bijih utama yang memberikan
kondisi yang cocok
4. H/W dan F/W kompeten untuk mengurangi ore pillar
5. O/Z boleh inkompeten karena bijih menjadi tempat berpijak pekerja
Keuntungan:
1. Unjuk kerja pemboran baik
2. Kebutuhan penyanggaan sedikit
3. Memanfaatkan gravitasi untuk transportasi broken ore
4. Pemboran dilakukan kearah bawah
5. Kehilangan bijih halus kadar tinggi lebih sedikit
Kerugian:
1. Sortasi sukar dilakukan dalam stope
2. Kondisi kerja berbahaya khususnya dibawah backs dan walls, interval level harus
kecil
3. Fasilitas menempatkan waste dlm stope sangat terbatas
4. Broken ore dikeluarkan pada “satu titik”, produksi kecil
========================================
3.1.2. OPEN STOPE DGN. OVERHAND STOPING
========================================
Level bagian atas dan bawah dihubungkan dengan raise
Penambangan dimulai dari level bawah menuju level atas (overhand stoping)
Untuk bijih yang curam diperlukan platforms (3-4 meter vertikal, 1-2 meter
horizontal) untuk perpijak pekerja
Broken ore dijatuhkan secara gravitasi menuju haulage drive sehingga
meminumkan transportasi mekanikal
Haulage level dilindungi oleh ore pillar atau timber mat
26 | P a g e
Aplikasi:
1. Ketebalan bijih 3-4 meter
2. Kemiringan 500, pemindahan bijih secara gravitasi
3. Kemiringan diatas 500, diperlukan platform pekerja
4. Bukan sebagai metode utama, hanya sebagai metode tambahan untuk ekstraksi bijih
yang terpisah dari bijih utama atau bagian badan bijih utama yang memberikan
kondisi yang cocok
5. H/W dan F/W kompeten untuk mengurangi ore pillar
6. Badan bijih kompeten
Keuntungan:
1. Posisi backs tidak memberikan bahaya, interval level dapat lebih kecil
2. Sorting dilakukan secara sistimstis
3. Waste hasil sorting dapat ditumpuk pada mine out area
4. Kondisi kerja lebih aman dan aplikasi lebih elastis
5. Pada kemiringan yang kecil broken ore jatuh pada haulage drive secara gravitasi
Kerugian :
1. Unjuk kerja pemboran menurun
2. Kemiringan bijih diatas 450 diperlukan platform pekerja
3. Lebih banyak memerlukan material penyangga
4. Lebih besar kehilangan bijih ukuran halus kadar tinggi
3.1.3. OPEN STOPE DGN. BREAST STOPINGatau STOPE AND PILLAR
======================================
Pembongkaran dilakukan secara maju (advancing) terhadap bijih horisontal kurang
3 meter, dimana kondisi tersebut tidak memungkinkan penambangan underhand
maupun overhand.
Endapan yang lebih tebal dari 3 meter, maka dilakukan berjenjang, dengan tebal
maksimum 13 meter
Penyanggaan atap dilakukan secara pemanen atau semi permanen (pillar) dari bijih
itu sendiri yang kadang-kadang diperkuat dengan semen disekelilingnya (spray
cement, pouring cement)
Prosentase bijih sebagai pillar tergantung pada:
1. Karakter atap: menentukan jarak antara pillar
2. Karakter lantai: menentukan jarak antara pillar
27 | P a g e
3. Kekuatan bijih: menentun ukuran penampang pillar
Pada cebakan datar ketebalan 4 – 5 meter, dilakukan penggalian bijih
sehingga terbentuk “wide drifts” dan ditinggalkan pillar secara sistimatis. Pillar dapat
ditinggalkan sebagai penyangga permanen atau dilakukan “pillar robbing”. Pada
tahap pertama penggalian, hanya diperoleh mining recovery sekitar 60%, dan
meningkat menjadi 80% setelah dilakukan pillar robbing.
Penambangan stope and pillar digunakan di tambang uranium Elliot Lake.
Daerah penambangan dibagi menjadi ruang segiempat teratur yang dipisahkan oleh
pillar. Pembuatan ruangan diawali pembuatan pillot raise ke arah kemiringan lapisan,
dan dari pillot raise ini selanjutnya dibuat crosscut (Gambar 3.3.)
Aplikasi:
1. Cebakan tidak bernilai tinggi, sejumlah bijih ditinggal sebagai pillar
2. Ketebalan tidak lebih dari 7 meter
3. Ketebalan diatas 7 meter akan mengakibatkan mining recovery semakin kecil dan
bahaya runtuhan atap
4. Cebakan mendatar sampai kemiringan 200-500 (moderately steep)
a. horizontal mining: stope and pillar untuk bijih mendatar atau hamper mendatar
b. inclined mining: stope and pillar untuk kemiringan 200-300, penambangan searah
dip, tidak meungkunkan memakai mobile equipment
c. step mining: stope and pillar untuk kemiringan 300-500, dibentuk daerah kerja
sedemikian rupa sehingga memungkinkan penggunaan mobile equipment
5. Batuan atap dan lantai kompeten, untuk meminimalkan pemakaian pillar
6. Bijih kompeten untuk mengurangi lebar pillar
7. Kedalaman tidak terlalu besar untuk menggurangi beban yang harus disangga pillar
Keuntungan:
1. Biaya penambangan rendah
2. Memungkinkan sortasi dalam stope, dan waste ditinggal pada ruang kosong yang ada
3. Memungkinkan mekanisasi dari drilling, loading dengan
Kerugian:
1. Losses sebagai pillar mencapai 40%, dengan pillar robbing yang efektip menjadi 20%
2. Bahaya runtuhan dari hangging wall, khususnya bila mempunyai joint dan cracks
yang sejajar
3. Daerah yang harus diatur ventilasinya sangat luas
28 | P a g e
Metode dapat dimasukkan dalam stope and pillar (bukan room and pillar)
apabila memenuhi dua dari tiga hal:
1. Pillar tidak teratur dan terletak acak
Kadar rendah atau waste sebagai pillar
Bukan untuk memperoleh bentuk atau perencanaan tambang yang sistimatis, ttp.
sekedar menyangga atap
Penyusun pillar adalah batuan, maka relatif kuat dan berdimensi kecil
2. Ketebalan cebakan lebih besar 6 meter
Tebal tetapi aman secara teknik, maka dilakukan tidak berjenjang
Tebal dan tidak aman secara teknik, maka dilakukan berjenjang
3. Komoditas yang ditambang adalah mineral, bukan batubara
Batubara dapat ditambang secara room and pillar
Tidak ada cebakan batubara ditambang secara stope and pillar
Rule of tumb: room and pillar untuk coal, dan stope and pillar untuk noncoal
29 | P a g e
BAB III
SOAL DAN JAWABAN
1. Sebutkan factor – factor yang sangat mempengaruhi jalannya operasional
penambangan ?
Jawab :
Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi jalannya operasional penambangan,
yaitu :
1. Validasi Data (Geologi, Topografi, Jumlah Data).
2. Model geologi (Geological Resources, Bentuk Cadangan, Kualitas dsb.).
3. Cut of Grade/Optimum Pit Limit.
4. Penentuan metoda Penambangan.
5. Pembuatan Layout tambang & Design.
6. Perhitungan Blok Cadangan.
7. Pembuatan Schedule Produksi.
8. Pemilihan Alat dan type alat yang “Suitable”.
9. Penentuan Urutan (sequence) Tambang.
10. Penentuan System Drainase.
11. Analisa Lingkungan dan Rencana Rehabilitasi.
2. Sebutkan keuntungan dari tambang terbuka ?
Jawab :
Keuntungan dari tambang terbuka antara lain :
1) Ongkos penambangan per ton atau per bcm endapan mineral/bijh lebih murah
karena tidak perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan penerangan.
2) Kondisi kerjanya baik, karena berhubungan langsung dengan udara luar dan
sinar matahari.
3) Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebih leluasa,
sehingga produksi bisa lebih besar.
4) Pemakaian bahan peledak bisa lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih baik,
karena :
Adanya bidang besar (free face) yang lebih banyak
30 | P a g e
Gas-gas beracun yang ditimbulkan oleh peledakan dapat dihembuskan
angin dengan cepat
5) Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar, karena batas endapan dapat
dilihat dengan jelas.
6) Relatif lebih aman, karena adanya yang mungkin timbul terutama akibat
kelongsoran.
7) Pengawasan dan pengamatan mutu bijih (grade control) lebih mudah.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tambang terbuka batubara ?
Jawab :
Tambang Terbuka – juga disebut tambang permukaan – hanya memiliki nilai
ekonomis apabila lapisan batu bara berada dekat dengan permukaan tanah. Metode
tambang terbuka memberikan proporsi endapan batu bara yang lebih banyak daripada
tambang bawah tanah karena seluruh lapisan batu bara dapat dieksploitasi – 90% atau
lebih dari batu bara dapat diambil. Tambang terbuka yang besar dapat meliputi daerah
berkilo-kilo meter persegi dan menggunakan banyak alat yang besar, termasuk:
dragline (katrol penarik), yang memindahkan batuan permukaan; power shovel
(sekop hidrolik); truk-truk besar, yang mengangkut batuan permukaan dan batu bara;
bucket wheel excavator (mobil penggali serok) dan ban berjalan.
4. Sebutkan langkah-langkah untuk mensukseskan moratorium dalam pertambangan
batubara ?
Jawab :
1. Penghentian penggunaaan jalan umum untuk aktivitas angkutan batubara.
2. Tidak mengeluarkan perizinan baru
3. Penghentian pertambangan batubara illegal secara total
4. Evaluasi perizinan yang telah diberikan dan lakukan audit lingkungan semua
usaha pertambangan batubara
5. Meninggikan standar kualitas pengelolaan lingkungan hidup
6 Pelembagaan konflik
7. Penyusunan kebijakan strategi pengelolaan sumber daya alam tambang dengan
segala perangkat peraturannya yang berpihak \9kepada kepentingan rakyat dan
lingkungan.
5. Sebutkan dan jelaskan salah satu jenis tambang terbuka batubara ?
1) Contour mining
Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara
yang tersingkap di lereng pegunungan atau bukit. Cara
penambangannya diawali dengan pengupasan tanah penutup
31 | P a g e
(overburden) di daerah singkapan di sepanjang lereng mengikuti garis
ketinggian (kontur), kemudian diikuti dengan penambangan endapan
batubaranya. Penambangan dilanjutkan ke arah tebing sampai dicapai
batas endapan yang masih ekonomis bila ditambang.
32 | P a g e
BAB IV
KESIMPULAN
“Batubara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah
heterogen dan mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen sebagai unsur
utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain, yaitu senyawa
organik pembentuk “ash” tersebar sebagai partikel zat mineral dan terpisah-pisah di
seluruh senyawa batubara. Beberapa jenis batu meleleh dan menjadi plastis apabila
dipanaskan, tetapi meninggalkan residu yang disebut kokas. Batubara dapat dibakar
untuk membangkitkan uap atau dikarbonisasikan untuk membuat bahan bakar cair
atau dihidrogenisasikan untuk membuat metan. Gas sintetis atau bahan bakar berupa
gas dapat diproduksi sebagai produk utama dengan jalan gasifikasi sempurna dari
batubara dengan oksigen dan uap atau udara dan uap”.
A. TAMBANG TERBUKA BATUBARA
Tambang Terbuka – juga disebut tambang permukaan – hanya memiliki nilai
ekonomis apabila lapisan batu bara berada dekat dengan permukaan tanah. Metode
tambang terbuka memberikan proporsi endapan batu bara yang lebih banyak daripada
tambang bawah tanah karena seluruh lapisan batu bara dapat dieksploitasi – 90% atau
33 | P a g e
lebih dari batu bara dapat diambil. Tambang terbuka yang besar dapat meliputi daerah
berkilo-kilo meter persegi dan menggunakan banyak alat yang besar, termasuk:
dragline (katrol penarik), yang memindahkan batuan permukaan; power shovel
(sekop hidrolik); truk-truk besar, yang mengangkut batuan permukaan dan batu bara;
bucket wheel excavator (mobil penggali serok); dan ban berjalan.
Keuntungan dari tambang terbuka antara lain :
1) Ongkos penambangan per ton atau per bcm endapan mineral/bijh lebih murah
karena tidak perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan penerangan.
2) Kondisi kerjanya baik, karena berhubungan langsung dengan udara luar dan
sinar matahari.
3) Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebih leluasa,
sehingga produksi bisa lebih besar.
4) Pemakaian bahan peledak bisa lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih baik,
karena :
Adanya bidang besar (free face) yang lebih banyak
Gas-gas beracun yang ditimbulkan oleh peledakan dapat dihembuskan
angin dengan cepat
5) Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar, karena batas endapan dapat
dilihat dengan jelas.
6) Relatif lebih aman, karena adanya yang mungkin timbul terutama akibat
kelongsoran.
7) Pengawasan dan pengamatan mutu bijih (grade control) lebih mudah.
B. TAMBANG TERTUTUP BATUBARA
Eksploitasi mineral dimana seluruh ekstraksinya dilakukan di bawah
permukaan bumi dinamakan “underground mining” (tambang bawah tanah), atau
“deep mining” (tambang dalam).
Metode tambang bawah tanah diterapkan apabila (1) kedalaman cebakan, (2)
nisbah pengupasan over burden terhadap bijih, atau keduanya menjadi tidak
memungkinkan dilakukan eksploitasi dari permukaan.
Keuntungan:
1. Biaya penambangan rendah
2. Memungkinkan sortasi dalam stope, dan waste ditinggal pada ruang kosong yang ada
3. Memungkinkan mekanisasi dari drilling, loading dengan
Kerugian:
1. Losses sebagai pillar mencapai 40%, dengan pillar robbing yang efektip menjadi 20%
2. Bahaya runtuhan dari hangging wall, khususnya bila mempunyai joint dan cracks
yang sejajar
3. Daerah yang harus diatur ventilasinya sangat luas
34 | P a g e
35 | P a g e