tugas sejarah teori nah

22
TUGAS SEJARAH PENGERTIAN TEORI LINGUISTIK DAN TEORI GENETIKA OLEH KELOMPOK 5 MUHAMMAD JUHDI MUHAMMAD RAJID MUHAMMAD RAMLI MUHAMMAD RIFQI RIZANI MUHAMMAD TAUFIK MADRASAH ALIYAH NEGRI 4 MARTAPURA

Upload: taufiq94

Post on 18-Sep-2015

236 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

TUGAS SEJARAHPENGERTIAN TEORI LINGUISTIK DAN TEORI GENETIKA

OLEH KELOMPOK 5MUHAMMAD JUHDI MUHAMMAD RAJIDMUHAMMAD RAMLIMUHAMMAD RIFQI RIZANIMUHAMMAD TAUFIK

MADRASAH ALIYAH NEGRI 4 MARTAPURA

1. teori linguistik

a. Pengertian Teori linguistik

Linguistik berarti ilmu bahasa. Kata linguistik berasal dari kata Latin Lingua yang berarti bahasa. Dalam bahasa-bahasa Roman (yaitu bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa Latin) masih ada kata-kata serupa dengan lingua Latin itu, yaitu langue dan langage dalam bahasa Prancis, dan lingua dalam bahasa Italia. Bahasa Inggris mengambil dari bahasa Prancis kata yang kini menjadi language. Istilah linguistic dalam bahasa Inggris berkaitan dengan language. Seperti dalam bahasa Prancis istilah lingustique berkaitan dengan langage, sedangkan dalam bahasa Indonesia linguistik adalah nama bidang ilmu, dan kata sifatnya adalah linguistis atau Linguistik (Verhaar, 2001:3).Selanjutnya, Verhaar (2001:3) menyebutkan bahwa dalam bahasa Indonesia ahli linguistik disebut linguis, yang dipinjam dari kata Inggris linguist yang berarti seorang yang fasih dalam berbagai bahasa. Ilmu linguistik sering disebut linguistik umum. Artinya, ilmu linguistik tidak hanya menyelidiki salah satu bahasa saja (seperti bahasa Inggris atau bahasa Indonesia), tetapi menyangkut bahasa secara umum.Bagi linguis, pengetahuan yang luas tentang linguistik tentu akan sangat membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya. Seorang linguis dituntut untuk dapat menjelaskan berbagai gejala bahasa dan memprediksi gejala berikutnya. Bagi peneliti, kritikus, dan peminat sastra, linguistik akan membantu mereka dalam memahami karya-karya sastra dengan lebih baik. Bagi guru bahasa pengetahuan tentang seluruh subdisiplin linguistik (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) akan diperlukan. Sebagai guru bahasa, selain dituntut untuk mampu berbahasa dengan baik dan benar, mereka juga dituntut untuk dapat menjelaskan masalah dan gejala-gejala bahasa. Pengetahuan tentang linguistik akan menjadi bekal untuk melaksanakan tugas tersebut.

b. Sejarah LinguistikChaer (2003:332) menyebutkan bahwa studi linguistik telah mengalami tiga tahap perkembangan, yaitu dari tahap pertama disebut tahap spekulasi, tahap kedua disebut tahap observasi dan klasifikasi, dan tahap ketiga adalah disebut dengan tahap perumusan teori. Pada tahap spekulasi, pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris, melainkan pada dongeng atau cerita rekaan belaka. Pada tahap klasifikasi dan observasi, para ahli bahasa mengadakan pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki, tetapi belum sampai pada perumusan teori. Karena itu, pekerjaan mereka belum dapat dikatakan bersifat ilmiah. Penyelidikan yang bersifat ilmiah baru dilakukan orang pada tahap ketiga, dimana bahasa yang diteliti itu bukan hanya diamati dan diklasifikasi, tetapi juga telah dibuatkan teori-teorinya.Dalam sejarah perkembangannya, linguistik dipenuhi berbagai aliran dan paham yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan dan membingungkan terutama bagi para pemula (Chaer, 2003:332). Sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-aliran linguistik. Masing-masing aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang bahasa, tapi pada prinsipnya aliran tersebut merupakan penyempurnaan dari aliran-aliran sebelumnya.

1. Aliran-Aliran Linguistik di Dunia Barat

a. Linguistik TradisionalIstilah tradisional sering dipertentangkan dengan istilah struktural, sehingga dalam pendidikan formal ada istilah tata bahasa tradisional dan tata bahasa struktural. Kedua jenis tata bahasa ini banyak dibicarakan sebagai dua hal yang bertentangan, sebagai akibat dari pendekatan keduanya yang tidak sama terhadap hakikat bahasa. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam bahasa tertentu. Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian, sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi dengan frase dengan.... (Chaer, 2003:333).Terbentuknya tata bahasa tradisional telah melalui masa yang sangat panjang, dari zaman ke zaman, mulai zaman Yunani sampai menjelang munculnya linguistik modern sekitar akhir abad ke-19.

(1) Linguistik Zaman YunaniStudi bahasa pada zaman Yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu dari lebih kurang abad ke-5 SM. Sampai abad ke-2 M. Jadi kurang lebih sekitar 600 tahun. Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan pada waktu itu adalah (1) pertentangan antara fisis dan nomos, dan (2) pertentangan antara analogi dan anomali (Chaer, 2003:333).Fisis (alami) mempunyai prinsip abadi dan tidak dapat diubah dan ditolak, sedangkan nomos (konvensi) beranggapan bahwa bahasa bersifat konvensi, makna dari sebuah kata diperoleh dari hasil tradisi atau kebiasaan yang mempunyai kemungkinan bisa berubah.Pertentangan analogi dan anomali menyangkut masalah bahasa itu sesuatu yang teratur atau tidak teratur. Kaum analogi antara lain Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa bahasa itu bersifat teratur. Keteraturan bahasa itu tampak, misalnya dalam bahasa Inggris : Boy-Boys. Sebaliknya, kelompok anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Ini dibuktikan dengan kata dalam bahasa Inggris child menjadi children, bukannya childs (Chaer, 2003:334). Dari studi bahasa kaum Yunani dikenal nama beberapa kaum atau tokoh yang mempunyai peranan besar dalam studi bahasa, yaitu kaum Sophis, Plato, Aristoteles, Kaum Stoik, dan kaum Alexandrian.Kaum Sophis melakukan kerja empiris, menggunakan ukuran tertentu, mementingkan retorika dalam studi, dan membedakan kalimat berdasarkan isi dan makna. Salah seorang tokoh Sophis adalah Protogaros. Protogaros membagi kalimat menjadi: kalimat tanya, jawab, perintah, laporan, doa, dan undangan. Tokoh lain, Georgias, membicarakan gaya bahasa.Plato dalam studi bahasa terkenal, karena: memperdebatkan analogi dan anomaly, membuat batasan bahasa, bahwa bahasa adalah pernyataan pikiran manusia dengan perantara onomata dan rhemata, dan membedakan kata dalam onoma (nama dalam bahasa sehari-hari dan nomina/atau nominal dalam tata bahasa, dan subjek) dan rhema (ucapan dalam bahasa sehari-hari, verba dalam tata bahasa, dan predikat).Aristoteles membagi kata dalam tiga kelas kata, yaitu anoma, rhema, dan syndesmoi. Syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Syndesmoi itu lebih kurang sama dengan preposisi dan konjungsi yang sekarang kita kenal. Aristoteles juga membedakan jenis kelamin kata (gender) menjadi tiga, yaitu maskulin, feminin, dan neutrum. Kaum Stoik adalah kelompok ahli filsafat yang berkembang pada permulaan abad ke-4 SM. Dalam studi bahasa kaum stoik, terdapat kajian yang terkenal, antara lain karena: (1) membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa, (2) menciptakan istilah khusus dalam studi bahasa(3) membedakan tiga komponen utama dari studi bahasa, yaitu : 1) tanda, simbol, sign, atau semainon, 2) makna, apa yang disebut smainomen/lekton, 3) hal-hal di luar bahasa yakni benda-benda atau situasi, (4) membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian fonologi tetapi tidak bermakna dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang mengandung makna(5) membagi jenis kata menjadi empat yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan arthoron yaitu kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah, dan (6) membedakan kata kerja komplek dan kata kerja tak komplek. Serta kata kerja aktif dan pasif.

Kaum Alexandrian menganut paham analogi dalam studi bahasa. Kaum ini menciptakan buku Dionysius Thrax yang menjadi cikal bakal tata bahasa tradisional. Semasa dengan zaman Alexandrian, di India hidup seorang sarjana Hindu yang bernama Panini, telah menyusun kurang 4.000 pemerian tentang struktur bahasa Sansekerta dengan prinsip-prinsip dan gagasan yang masih dipakai linguistik modern. Karena itulah Panini dianggap sebagai one of greatest monuments of the human intelligence oleh Leonard Bloomfield.

(2) Linguistik Zaman Romawi

Zaman Romawi merupakan kelanjutan dari zaman Yunani. Tokoh pada zaman Romawi yang terkenal antara lain, Varro (116-27 SM) dengan karyanya, De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae. Varro dalam bukunya yang berjudul De Lingua Latina masih membahas masalah analogi dan anomali seperti pada zaman Stoik di Yunani. Buku De Lingua Latina terdiri dari 25 jilid. Buku ini dibagi dalam bidang-bidang etimologi, morfologi, sintaksis.

Tata bahasa Priscia dianggap sangat penting karena merupakan buku tata bahasa Latin paling lengkap yang dituturkan pembicara aslinya dan teori-teori tata bahasa yang merupakan tonggak-tonggak utama pembicaraan bahasa secara tradisional. Segi yang dibicarakan dari buku itu adalah: (1) fonologi dibicarakan mengenai huruf/tulisan yang disebut literae/bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan, (2) morfologi dibicarakan mengenai dictio/atau kata, (3) sintaksis dibicarakan mengenai oratio yaitu tata susunan kata yang berselaras dan menunjukkan kalimat itu selesai. Buku Institutiones Grammaticae ini telah menjadi dasar tata bahasa Latin dan filsafat zaman pertengahan (Chaer, 2003:341).

(3) Linguistik Zaman Pertengahan Studi bahasa pada zaman pertengahan mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolastik. Pada zaman pertengahan ini, yang patut dibicarakan dalam studi bahasa antara lain adalah peranan Kaum Modistae, Tata Bahasa Spekulativa, dan Petrus Hispanus (Chaer, 2003: 341).

Kaum Modistae menerima analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat reguler dan universal. Mereka memperhatikan secara penuh akan semantik sebagai penyebutan definisi bentuk-bentuk bahasa, dan mencari sumber makna, maka dengan demikian berkembanglah bidang etimologi pada zaman itu. Tata Bahasa Spekulativa merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin ke dalam filsafat skolastik. Menurut Tata Bahasa Spekulativa, kata tidak secara langsung mewakili alam dari benda yang ditunjuk.Petrus Hispanus, memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa, membedakan nomen atas dua macam yaitu nomen substantivum dan nomen edjektivum, membedakan semua bentuk yang menjadi subjek/predikat dan bentuk tutur lainnya.

(4) Zaman Renaisans

Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans ini yang menonjol yang perlu dicatat. 1) Sarjana-sarjana pada waktu itu menguasai bahasa Latin, Ibrani, dan Arab, 2) Bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasaan, penyusunan tata bahasa, dan perbandingan.

(5) Menjelang Lahirnya Linguistik Modern Masa antara lahirnya linguistik modern dengan masa berakhirnya zaman renaisans terdapat satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa. Tonggak yang sangat penting itu adalah dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sansekerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa Jerman lainnya yang telah membuka babak baru sejarah linguistik, yakni dengan berkembangnya studi linguistik bandingan atau linguistik historis komparatif, serta studi mengenai hakekat bahasa secara linguistik terlepas dari masalah filsafat Yunani Kuno.

Bila disimpulkan, pembicaraan mengenai linguistik tradisional dapat dikatakan bahwa:

(1) Pada tata bahasa tradisional ini, tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa hanya bertumpu pada tulisan.(2) Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain, terutama bahasa Latin.(3) Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara perspektif, yakni benar atau salah.(4) Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika.(5) Penemuan-penemuan terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan (Chaer, 2003:345).

b. Linguistik Strukturalis

Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri yang dimiliki bahasa itu. Pandanga ini adalah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan-pandangan baru terhadap bahasa yang dikemukakan oleh Bapak Linguistik Modern, yaitu Ferdinand de Saussure (Chaer, 2003:346).

(1) Ferdinand de Saussure

Ferdinand de Saussure (1857-1913) dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern, berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya Course de Lisguestique General yang disusun dan diterbitkan oleh Charles Bally dan Alberty Sechehay tahun 1915. Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep : 1) telaah sinkronik (mempelajari bahasa dalam kurun waktu tertentu saja) dan diakronik (telaah bahasa sepanjang masa), 2) perbedaan langue dan parole. Langue yaitu keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak, sedangkan parale sifatnya konkret karena parole tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda dari yang satu dengan orang lain, 3) membedakan signifiant dan signifie. Signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam alam pikiran (bentuk), signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita (makna), 4) Hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear. Hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan (Chaer, 2003:346).

(2) Aliran Praha

Aliran Praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang tokohnya, yaitu Vilem Mathesius (1882-1945). Tokoh-tokoh lainnya adalah Nikolai S. Trubetskoy, Roman Jakobson, dan Morris Halle. Sumbangan aliran ini dalam dalam bidang fonologis (mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem) dan bidang sintaksis dengan menelaah kalimat melalui pendekatan fungsional. Dalam bidang fonologi aliran praha inilah yang pertama membedakan dengan tegas fonetik dan fonologi.

(3) Aliran Glosematik

Aliran Glosematik lahir di Denmark. Tokohnya Louis Hjemslev yang meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure. Namanya menjadi terkenal setelah usahanya untuk membuat ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan peralatan, metodologis, dan terminologis sendirian.

(4) Aliran Firthian Nama John R. Firth (1890-1960) terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi. Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis.

(5) Linguistik Sistematik

Nama aliran linguistik sistematik tidak dapat dilepaskan dari nama M.A.K Halliday, yaitu salah seorang murid Firth yang mengembangkan teori Firth mengenai bahasa, khususnya yang berkenaan dengan segi kemasyarakatan bahasa. Teori yang dikembangan Halliday adalah sistemic linguistics (SL). Pokok pandangan aliran ini adalah:

SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa. SL memandang bahasa sebagai pelaksana. SL mengutamakan pemerian ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasinya. SL mengenal adanya gradasi/kontinum. menggambarkan tiga tataran utama bahasa.

(6) Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika

Nama Leonard Blommfield (1877-1949) sangat terkenal dengan bukunya yang berjudul Language (terbit pertama kali tahun 1933), dan selalu dikaitkan dengan aliran struktural Amerika. Aliran strukturalis yang dikembangkan Bloomfield dengan para pengikutnya sering juga disebut aliran taksonomi dan aliran bloomfieldian. Disebut aliran Bloomfield karena bermula dari gagasan Bloomfield. Disebut aliran taksonomi karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya.

Aliran strukturalis menekankan pentingnya data yang objektif untuk memerikan suatu bahasa. Pendekatannya bersifat empirik. Data yang dikumpulkan secara cermat. Bentuk-bentuk satuan bahasa diklasifikasikan berdasarkan distribusinya.(7) Aliran Tagmemik Dipelopori oleh Kenneth L. Pike yang mewarisi pandangan Bloomfield. Menurut aliran ini satuan dasar dari sintaksis adalah tagmem (susunan). Tagmem ini tidak dapat dinyatakan dengan fungsi-fungsi saja. Seperti subjek + predikat + objek dan tidak dapat dinyatakan dengan bentuk-bentuk saja, seperti frase benda + frase kerja + frase benda, melainkan harus diungkapkan kesamaan dan rentetan rumus seperti: S : FN + P : FN + O : FNFungsi subjek diisi oleh frase nominal diikuti oleh fungsi predikat yang diisi oleh frase verbal dan diikuti pula oleh fungsi objek yang diisi oleh frase nominal.

c. Linguistik Transformasional

Dunia ilmu, termasuk linguistik bukan merupakan kegiatan yang statis, melainkan merupakan kegiatan yang dinamis, terus berkembang sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu ingin mencari kebenaran yang hakiki. Kemudian, orang pun merasa bahwa model struktural itu banyak kelemahannya, sehingga orang mencoba merevisi model struktural. Berikut model-modelnya.

(1) Tata Bahasa Transformasi

Tata bahasa transformasi berusaha mendeskripsikan ciri-ciri kesemestaan bahasa. Lalu karena pada mulanya teori tata bahasa ini dipakai untuk mendeskripsikan kaidah-kaidah bahasa Inggris, maka kemudian ketika para pengikut teori ini mencoba untuk menggunakannya terhadap bahasa-bahasa lain, timbullah berbagai masalah. Apa yang tadinya sudah dianggap universal ternyata tidak universal. Oleh karena itu, usaha perbaikan mulai dilakukan. Tokoh dalam tata bahasa transformasi adalah Noam Chomsky dengan judul bukunya yang terkenal, yaitu Syntactic Structure, terbit tahun 1957. Menurut Chomsky, salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah untuk menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut. Tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat sebagai berikut.

I. Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.II. Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya harus sejajar dengan teori linguistik tertentu.

(2) Semantik Generatif

Menurut teori generatif semantik, struktur semantik dan struktur sintaksis bersifat homogen, dan untuk menghubungkan kedua struktur itu cukup hanya dengan kaidah transformasi saja. Menurut semantik generatif, sudah seharusnya semantik dan sintaksis diselidiki bersama, karena keduanya adalah satu. Tokoh-tokoh dalam aliran ini antara lain: Postal, Lakoff, Mc Cawly, dan Kiparsky.

(3) Tata Bahasa Kasus

Tata bahasa kasus atau teori kasus pertama kali diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore dalam karangannya berjudul The Case for Case tahun 1968. Dalam karangannya yang terbit tahun 1968 itu, Fillmore membagi kalimat atas: (1) modalitas, yang bisa berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia; dan (2) proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus.

(4) Tata Bahasa Relasional

Tata bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh aliran tata bahasa transformasi. Tokoh-tokoh aliran ini antara lain adalah : David M. Perlmutter dan Paul M. Postal. Tata bahasa relasional (TR) banyak menyerang tata bahasa transformasi (TT), karena menganggap teori-teori TT itu tidak dapat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain bahasa Inggris. Menurut teori bahasa relasional, setiap struktur klausa terdiri dari jaringan relasional (relational network) yang melibatkan tiga macam wujud, yaitu: 1) seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di dalam suatu struktur; 2) Seperangkat tanda relasional (relational sign) yang merupakan nama relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam hubungannya dengan elemen lain; dan 3) seperangkat "coordinates" yang dipakai untuk menunjukkan pada tataran yang manakah elemen-elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain.

2. Perkembangan Linguistik di Indonesia

Sebagai bangsa yang sangat luas, Indonesia sudah lama menjadi kajian penelitian linguis. Para pemerintah kolonial mempelajari bahasa untuk menguasai pemerintahan dan sebagai media penyebaran agama Nasrani. Pada zaman itu, penelitian tentang bahasa masih bersifat observasi dan klasifikasi. Buku yang dibuat Bibliographical Series dari Institut voor Taal, Land, en Volkenkunde Belanda, oleh (Teeuw:1961, Uhlenbeck:1964).

Sejak kepulangan sejumlah linguis Indonesia dari Amerika, seperti Anton M. Moeliono dan T.W. Kamil, mulai diperkenalkan konsep fonem, morfem, frase dan klausa dalam pendidikan formal linguistik di Indonesia. Sebelumnya, konsep-konsep tersebut belum dikenal. Yang dikenal hanyalah satuan kata dan kalimat. Perkenalan dengan konsep-konsep linguistik modern ini bukanlah tanpa menimbulkan pertentangan. Konsep linguistik modern yang melihat bahasa secara deskriptif sukar diterima para guru besar dan pakar bahasa. Konsep modern menganggap bentuk merubah = mengubah, karena hal itu terdapat dalam bahasa masyarakat sehari-hari. Padalah bentuk merubah adalah bentuk yang salah.Kridalaksana dalam bukunya Pembentukan Kata Bahasa Indonesia (1989), mempertanyakan akhiran in seperti pd kata abisin dan awalan nge (ngebantu) termasuk afiks bahasa Indonesia? Padahal, itu adalah bentuk yang salah, sehingga tidak seharusnya dimuat dalam buku. Perkembangan waktu yang kemudian menyebabkan konsep-konsep linguistik modern dapat diterima, dan konsep-konsep linguistik tradisional mulai agak tersisih.

Awal tahun tujuh puluhan, dengan terbitnya buku Tata Bahasa Indonesia karangan Gorys Keraf, perubahan sikap terhadap linguistik modern mulai banyak terjadi. Buku Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia karangan Sutan Takdir Alisjahbana, yang sejak tahun 1947 banyak digunakan orang dalam pendidikan formal, mulai ditinggalkan. Kedudukannya diganti oleh buku Keraf, yang isinya memang banyak menyodorkan kekurangan-kekurangan tata bahasa tradisional, dan menyajikan kelebihan-kelebihan analisis bahasa secara struktural (Chaer, 2003:379).

Datangnya guru besar Prof. Verhaar dari Belanda, menjadikan studi linguistik terhadap bahasa daerah dan nasional Indonesia semakin marak. Sejalan dengan perkembangan studi linguistik, pada tanggal 15 November 1975 dibentuk MLI (Masyarakat Linguistik Indonesia), sebagai wadah berdiskusi, bertukar pengalaman, dan publikasi penelitian. MLI mengadakan Musyawarah Nasional tiap tiga tahun sekali untuk membicarakan masalah organisasi dan linguistik.

MLI menerbitkan jurnal Linguistik Indonesia mulai tahun 1983 untuk laporan dan publikasi penelitian. Penyelidikan terhadap bahasa daerah banyak dilakukan oleh orang luar Indonesia. Kajian terhadap bahasa Jawa dipelajari oleh Uhlenbeck. Voorhove, Teeuw, Rlvink, dan Grijns dengan kajian bahasa Jakarta. Serta Robins (London) dengan kajian bahasa Sunda. Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia menduduki sentral dalam kajian linguistik dewasa ini. Dalam kajian bahasa Indonesia tercatat nama-nama seperti Kridalaksana, Kaswanti Purwo, Darjdowidjojo, dan Soedarjanto yang telah menghasilkan tulisan berbagai segi dan aspek bahasa Indonesia (Chaer, 2003:381).

2. TEORI GENETIKA

A. pengertian teori genetikaGenetika disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa latin), artinya suku bangsa-bangsa atau asal-usul. Secara Etimologikata genetika berasal dari kata genos dalam bahasa latin, yang berarti asal mula kejadian. Namun, genetika bukanlah ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pada batas-batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu juga. Genetika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati dari generasi kegenerasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat. Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul didalamnya. Namun, bahan sifat keturunan itu tidaklah bersifat baka. Selalu mengalami perubahan, berangsur atau mendadak. Seluruh makluk bumi mengalami evolusi termasuk manusia. Evolusi itu terjadi karena perubahan bahan sifat keturunan, dan dilaksanakan oleh seleksi alam.Genetika(daribahasa Yunaniataugennoyang berarti "melahirkan") merupakan cabangbiologiyang penting saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat padaorganismemaupun suborganisme (seperti virus dan prion). Secara lebih rinci, genetika berusaha menjelaskan : Material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik), Bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan Bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain (pewarisan genetik).Genetika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri serta setiap makhuk hidup yang berada dilingkungan kita. kita sebagai manusia tidak hidup autonom dan terinsolir dari makhuk lain sekitar kita tapi kita menjalin ekosistem dengan mereka. karena itu selain kita harus mengetahui sifat-sifat menurun dalam tubuh kita, juga pada tumbuhan dan hewan. Lagi pula prinsip-prinsep genetika itu dapat disebut sama saja bagi seluruh makluk. Karena manusia sulit dipakai sebagai objek atau bahan percobaan genetis, kita mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam tubuh-tumbuhan dan hewan sekitar. Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi, biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi. Contohnya, dalam biologi sel membahas tentang hubungan Retikulum Endoplasma dengan Sintesis Protein. Dimana akan terjadi pencocokkan kode-kode genetika. Sebagai ilmu pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan kebutuhan masyarakat. Contohnya, dalam memilih padi bibit unggul yang hasilnya dapat berguna untuk kebutuhan masyarakat.

2. Konsep Dasar GenetikaOrang mulai mengenal konsepgen(Mendel menyebutnya 'faktor') setelah Mendel mengeluarkan karyanya "Versuche ber Pflanzenhybriden" atauPercobaan mengenai Persilangan Tanaman(dipublikasi cetak pada tahun1866) ditemukan kembali secara terpisah olehHugo de Vries,Carl Correns, danErich von Tschermakpada tahun1900. Gen adalah pembawa sifat.Aleladalah ekspresi alternatif dari gen dalam kaitan dengan suatu sifat. Setiapindividudisomikselalu memiliki sepasangalel, yang berkaitan dengan suatu sifat yang khas, masing-masing berasal dari tetuanya. Status dari pasangan alel ini dinamakangenotipe. Apabila suatu individu memiliki pasangan alel sama, genotipe individu itu bergenotipehomozigot, apabila pasangannya berbeda, genotipe individu yang bersangkutan dalam keadaanheterozigot. Genotipe terkait dengan sifat yang teramati. Sifat yang terkait dengan suatu genotipe disebutfenotipe.Filsuf Yunanikuno juga mempunyai bermacam-macam ide tentang hereditas, diantaranya:(1) Theophrastusmengajukan bahwa bunga jantan membuat bunga betina menjadi matang.Theophrastus(Bahasa Yunani, lahir370 SM wafat285 SM), adalah seorang filsufYunani Kuno. Ia merupakan penerusAristotelesdi sekolahPeripatetik, dan ia sendiri berasal dariEressosdiPulau Lesbos. Kisah hidup dan biografinya diceritakan dalamHidup dan Pendapat dariParaFilsuf TerkemukakaranganDiogenes Laertius.Nama depannyaadalahTyrtamus, namun kemudian ia dipanggil dengan nama "Theosprastos", yang diberikan oleh Aristoteles kepadanya. Theophrastus juga dikenal sebagai Bapak Botani Yunani. Ia memandang tumbuhan murni dari sisi jati diri tumbuhan itu sendiri, bukan dari sisi pemanfaatannya seperti lazimnya pembahasan tumbuhan pada waktu itu.

(2) Hiprokratesmenduga bahwa "benih" diproduksi oleh berbagai anggota tubuh dan di wariskan pada saat pembuahan.Hippokrates(460 SM-370 SM) adalah seorang ahli fisika dariYunanikuno, yang kini dikenal sebagai figur medis yang paling terkemuka sepanjang masa, maka dari itu ia disebut "Bapak Kedokteran". Ia belajar dunia kedokteran dari sekolah kedokteranKosdan mungkin merupakan salah satu murid dariHerodikus. Tulisan hasil karyanya yang dikenal denganCorpus Hippocraticumtelah membuang semua pemikiran takhyul masyarakat Yunani kuno mengenai penyakit dan obat-obatan. Tulisan-tulisan Hippokrates pun masih ada yang dipergunakan hingga saat ini, sepertiSumpah Hippokrates(Hippocratic Oath) dan berbagai risalat lainnya. Hippocrates dikreditkan dengan menjadi dokter pertama yang menolak takhayul, legenda dan kepercayaan yang dikreditkan kekuatan gaib atau ilahi dengan penyebab penyakit. Hippocrates telah dikreditkan oleh murid-muridPythagorasdari membuat persekutuan filsafat dan kedokteran.Ia memisahkan disiplin kedokteran dari agama, percaya dan berdebat penyakit itu bukan hukuman yang dijatuhkan olehdewamelainkan produk dari faktor lingkungan, diet, dan kebiasaan hidup.Memang tidak ada lagi satu penyakit mistik dalam keseluruhan Corpus Hipokrates.Namun, Hippocrates melakukan pekerjaan dengan keyakinan banyak yang didasarkan pada apa yang sekarang dikenal sebagai salahanatomidanfisiologi, sepertiHumorism.Yunani Kuno sekolah kedokteran dibagi (ke Knidian dan Koan) tentang bagaimana untuk menangani penyakit.TheKnidiansekolah kedokteran berfokus pada diagnosis. Kedokteran pada saat Hippocrates tahu hampir tidak ada anatomi dan fisiologi manusia karena Yunanitabumelarang pembedahan manusia.Sekolah Knidian akibatnya gagal untuk membedakan ketika salah satu penyakit yang disebabkan serangkaian banyak kemungkinan gejala.Sekolah Hipokrates atauKoansekolah mencapai sukses yang lebih besar dengan menerapkan umumdiagnosisdan perawatan pasif.Fokus nya adalah pada perawatan pasien danprognosis, bukandiagnosis.Ini dapat secara efektif mengobati penyakit dan memungkinkan pembangunan besar dalam praktek klinis.Hipokrates kedokteran dan filsafat yang sangat jauh dari obat modern.

3. Sejarah Perkembangan Ilmu Genetika di Masa AwalSejarah perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai menjelang akhir abad ke-19 ketika seorang biarawanAustriabernama Gregor Johann Mendel berhasil melakukan analisis yang cermat dengan interpretasi yang tepat atas hasil-hasil percobaan persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum satifum).Sejumlah percobaan terdokumentasi yang terkait dengan genetika telah banyak dilakukan pada masa sebelum Mendel, yang kelak banyak membantu memberikan bukti bagi teori Mendel. Percobaan-percobaan itu misalnya adalah sebagai berikut:PembuatanRaphanobrassicamelalui persilanganlobakdankubispadaabad ke-17olehKhlreuter, seorangpemuliasayuranberkebangsaanJerman, untuk menghasilkan tanaman yang menghasilkan umbi dan krop kubis sekaligus, meskipun tidak berhasil. Penemuan dan penjelasan tentangpembuahan bergandapadatumbuhan berbunga(Magnoliophyta) olehE. Strassburger(1878) dan S. Nawaschin (1898),Percobaan terhadap ribuan persilangan olehCharles Darwinpada abad ke-19 yang hasilnya diterbitkan pada 1896 dengan judulThe variation of animals and plants under domestication) dan berhasil mengidentifikasi adanya penurunan penampilan pada generasi hasil perkawinan sekerabat (depresi inbred) dan penguatan penampilan pada hasil persilangan antarinbred(heterosis) meskipun dia tidak bisa memberikan penjelasan;Usaha menjelaskan kemiripan antara orang tua dan anak olehKarl Pearsonmelalui metoderegresi(yang malah menjadi dasar dari banyak teknikstatistikamodern).Sebenarnya, Mendel bukanlah orang pertama yang melakukan percobaan-percobaan persilangan. Akan tetapi, berbeda dengan para pendahulunya yang melihat setiap individu dengan keseluruhan sifatnya yang kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan sifat demi sifat sehingga menjadi lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya mengenai pola pewarisan sifat ini kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, dan Mendel pun diakui sebagai bapak genetika. Pada masa pra-Mendel, orang belum mengenalgendankromosom(meskipunDNAsudah diekstraksi namun pada abad ke-19 belum diketahui fungsinya). Saat itu orang masih beranggapan bahwa sifat diwariskan lewatsperma(tetua betina tidak menyumbang apa pun terhadap sifat anaknya).Karya Mendel tentang pola pewarisan sifat tersebut dipublikasikan pada tahun 1866 diProceedings of the Brunn Society for Natural History. Namun, selama lebih dari 30 tahun tidak pernah ada peneliti lain yang memperhatikannya. Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli botani secara terpisah, yaitu Hugo de Vries di Belanda, Carl Correns di Jerman dan Eric Von Tschermak-Seysenegg diAustria, melihat bukti kebenaran prinsip-prinsip Mendel pada penelitian mereka masing-masing. Semenjak saat itu hingga lebih kurang pertengahan abad ke-20 berbagai percobaan persilangan atas dasar prinsip-prinsip Mendel sangat mendominasi penelitian di bidang genetika. Hal ini menandai berlangsungnya suatu era yang dinamakan genetika klasik.Kajian genetika klasik dimulai dari gejalafenotipe(yang tampak oleh pengamatan manusia) lalu dicarikan penjelasan genotipiknya hingga ke aras gen. Berkembangnya teknik-teknik dalam genetika molekular secara cepat dan efisien memunculkan filosofi baru dalammetodologigenetika, dengan membalik arah kajian. Karena banyak gen yang sudah diidentifikasi sekuensnya, orang memasukkan atau mengubah suatu gen dalam kromosom lalu melihat implikasi fenotipik yang terjadi. Teknik-teknik analisis yang menggunakan filosofi ini dikelompokkan dalam kajiangenetika arah-balikataureverse genetics, sementara teknik kajian genetika klasik dijulukigenetika arah-majuatauforward genetics.Selanjutnya, pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang sebagai cabang ilmu pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang hakekat materi genetik, khususnya mengenai sifat biokimianya. Pada tahun 1920-an, dan kemudian tahun 1940-an, terungkap bahwa senyawa kimia materi genetika adalah asam dioksiribonekleat (DNA). Dengan ditemukannya model struktur molekul DNA pada tahun1953 oleh J.D.Watson dan F.H.C. Crick dimulailah era genetika yang baru, yaitu genetika molekuler.