tugas perwil 4
DESCRIPTION
Daya Sentripetal dan sentrifugalTRANSCRIPT
TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN
Semester Genap 2014/2015
Tugas : Identifikasi Daya Sentripetal dan Daya Sentrifugal
dalam Mobilitas Penduduk serta Hubungan Tata
Guna Lahan dalam Suatu Wilayah
Kelas : Agribisnis C
Dosen : Ir Endah Djuwendah, M.Si.
Disusun oleh :
Kelompok 1
No Nama NPM
1. Fadhil Fauzan R 150610120080
2. Avisa Permatasari 150610120082
3. Margaretha Ribka Marsyella 150610120100
4. Anwar Imannurdin 150610120101
5. Raja Satrya Tuahta M 150610120103
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JATINANGOR
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Identifikasi Daya Sentripetal dan Daya Sentrifugal dalam Mobilitas Penduduk
serta Hubungan Tata Guna Lahan dalam Suatu Wilayah” sebagai salah satu
bentuk pemenuhan tugas mata Perencanaan Pembangunan Pertanian dan
Perdesaan.
Makalah Perencanaan Pembangunan Pertanian dan Perdesaan ini tidak
dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan serta dorongan dari berbagai pihak.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ir Endah Djuwendah, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Perencanaan
Pembangunan Pertanian dan Perdesaan yang telah memberikan pengarahan
serta bimbingan dalam menyusun makalah.
2. Orang tua yang telah memberikan motivasi kepada putra-putrinya dan mau
berpartisipasi dengan memerikan kepercayaan kepada anak untuk
menyelesaikan makalah.
3. Teman-teman dari prodi Agribisnis yang telah ikut berpartisipasi sehingga
makalah ini terselesaikan sesuai harapan kami.
4. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini yang tidak bisa
kami sebutkan satu persatu.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Jatinangor, 24 Maret 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II .............................................................................................................................. 2
TINJUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 2
2.1 Mobilitas Penduduk ........................................................................................... 2
2.1.1 Daya Sentripetal dan Daya Sentifugal dalam Mobilitas Penduduk ......... 2
2.2 Hubungan Tata Guna Lahan Suatu Wilayah ...................................................... 4
BAB III ............................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
3.1 Analisis Hasil Wawancara Masyarakat Terkait Mobilitas Penduduk ................ 6
3.2 Analisis Tata Guna Lahan di Desa Cibeusi , Kecamatan Jatinangor ................... 9
BAB IV .......................................................................................................................... 13
PENUTUP ...................................................................................................................... 13
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14
LAMPIRAN .................................................................................................................... 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani, akan
tetapi hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa khususnya di kawasan pedesaan yang
tersebar di berbagai wilayah. Penurunan jumlah penduduk yang bekerja di
sektor pertanian diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja di
sektor industri dan jasa. Salah satu sebab utama turunnya jumlah penduduk
yang berkerja di sektor pertanian adalah adalah migrasi penduduk dari desa ke
kota atau lebih dikenal dengan urbanisasi.
Dengan bertambahnya penduduk di perkotaan, maka terdapat hubungan
antara tata guna lahan dengan jumlah penduduk yang berdampak pada
perkembangan serta pertumbuhan suatu desa/kecamatan/kota. Hal tersebut
akan dibahas dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berikut yang menjadi permasalahan dalam penyusunan makalah ini :
1. Bagaimana hubungan faktor pendorong dan penarik dengan mobilitas
penduduk serta implikasinya pada hasil wawancara?
2. Bagaimana tata guna lahan di di Desa Cibeusi, Kec. Jatinangor?
3. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai Jatinangor sebagai Kawasan
Pendidikan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami hubungan faktor pendorong dan penarik
dengan mobilitas penduduk serta implikasinya pada hasil wawancara.
2. Untuk mengetahui dan memahami tata guna lahan di di Desa Cibeusi, Kec.
Jatinangor
3. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat mengenai Jatinangor sebagai
Kawasan Pendidikan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mobilitas Penduduk
Secara garis besar, mobilitas penduduk dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas
vertikal dan mobilitas horizontal.
1. Mobilitas Vertikal
Mobilitas vertikal adalah semua gerakan penduduk dalam usaha perubahan status
sosial. Contohnya, seorang buruh tani yang berganti pekerjaan menjadi pedagang
termasuk gejala perubahan status sosial. Begitu pula, seorang dokter gigi beralih
pekerjaan menjadi seorang aktor film juga termasuk mobilitas vertikal.
2. Mobilitas Horizontal
Mobilitas horizontal adalah semua gerakan penduduk yang melintas batas wilayah
tertentu dalam periode waktu tertentu. Batas wilayah yang umumnya adalah batas
adminitrasi, seperti provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan. Mobilitas horizontal
dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas permanen dan mobilitas nonpermanen.
2.1.1 Daya Sentripetal dan Daya Sentifugal dalam Mobilitas Penduduk
Mobilitas dalam kaitannya geografi atau mobilitas horizontal terdiri dari bentuk-
bentuk yang dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas permanen atau migrasi, dan mobilitas
non-permanen (mobilitas sirkuler). Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu
wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan
mobilitas sirkuler ialah gerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dengan
tidak ada niat untuk menetap di daerah tujuan. Secara operasional, migrasi dapat
diukur berdasarkan konsep ruang dan waktu. Seseorang dapat disebut sebagai seorang
migran, apabila orang tersebut melintasi batas wilayah administrasi dan lamanya
bertempat tinggal di daerah tujuan minimal enam bulan (Mantra, 1984).
Ada beberapa teori yang menerangkan mengapa seseorang mengambil
keputusan melakukan mobilitas. Pertama, seseorang mengalami tekanan (stres), baik
ekonomi, sosial, maupun psikologi di tempat ia berada. Tiap-tiap individu mempunyai
3
kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga suatu wilayah oleh seseorang dinyatakan
sebagai wilayah yang dapat memenuhi kebutuhannya, sedangkan orang lain
tidak. Kedua, terjadi perbedaan nilai kefaedahan wilayah antara tempat yang satu
dengan tempat lainnya. Apabila tempat yang satu dengan lainnya tidak ada perbedaan
nilai kefaedahan wilayah, tidak akan terjadi mobilitas penduduk.
Mobilitas penduduk dari luar kota ke kota dan sebaliknya dipengaruhi oleh
kekuatan sentripetal dan sentrifugal. Faktor pendorong (push) yang bersifat sentrifugal
dan penarik (pull) yang bersifat sentripetal.
Sentrifugal adalah daya yang mempengaruhi mobilitas penduduk dari dalam
kota ke luar kota. Gaya ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dari
dalam kota dan faktor penarik dari luar kota.
Faktor pendorong dari dalam antara lain :
Polusi (suara,udara,dll)
Harga lahan mahal
Kepadatan penduduk meningkat
Kemacetan
Faktor penarik dari luar antara lain :
Keadaan lingkungan relatif masih baik
Harga lahan relatif murah
Alasan kenyamanan
Sedangkan sentripetal adalah daya yang mempengaruhi mobilitas penduduk
dari luar kota/wilayah pedesaan ke dalam kota. Gaya ini dipengaruhi dua faktor
penarik pusat kota dan faktor pendorong dari luar kota.
Faktor penarik dari dalam antara lain :
Banyak lapangan kerja di kota
Sarana prasana yang lebih lengkap
Faktor psikologis
Faktor pendorong dari luar antara lain :
Lapangan kerja di sektor pertanian menurun
Produktivitas hasil pertanian berkurang
4
Kurangnya kesempatan memperoleh pendidikan tinggi
Faktor pendorong dan penarik perpindahan penduduk ada yang negatif dan ada
yang positif” (Abidin, 2010). Faktor pendorong yang positif yaitu para migran ingin
mencari atau menambah pengalaman di daerah lain. Sedangkan faktor pendorong
yang negatif yaitu fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup terbatas dan lapangan
pekerjaan terbatas pada pertanian. Faktor penarik yang positif yaitu daerah tujuan
mempunyai sarana pendidikan yang memadai dan lebih lengkap. Faktor penarik yang
negatif adalah adanya lapangan pekerjaan yang lebih bervariasi, kehidupan yang lebih
mewah, sehingga apa saja yang diperlukan akan mudah didapat dikota.
Pada masing-masing daerah terdapat faktor-faktor yang menahan seseorang
untuk tidak meninggalkan daerahnya atau menarik orang untuk pindah ke daerah
tersebut dan ada pula faktor-faktor yang memaksa mereka untuk meninggalkan
daerah tersebut. Besarnya jumlah pendatang untuk menetap pada suatu daerah
dipengaruhi besarnya faktor penarik (pull factor) daerah tersebut bagi pendatang.
Semakin maju kondisi sosial ekonomi suatu daerah akan menciptakan berbagai faktor
penarik, seperti perkembangan industri, perdagangan, pendidikan, perumahan, dan
transportasi. Kondisi ini diminati oleh penduduk daerah lain yang berharap dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Pada sisi lain, setiap daerah mempunyai
faktor pendorong (push factor) yang menyebabkan sejumlah penduduk migrasi ke luar
daerahnya. Faktor pendorong itu antara lain kesempatan kerja yang terbatas jumlah
dan jenisnya, sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai, fasilitas
perumahan dan kondisi lingkungan yang kurang baik.
2.2 Hubungan Tata Guna Lahan Suatu Wilayah
Catanesse (1988 : 281), mengatakan bahwa secara umum ada 4 (empat) kategori
alat-alat perencanaan tata guna lahan, untuk melaksanakan rencana, yaitu :
1. Penyediaan fasilitas umum
2. Peraturan-peraturan pembangunan
3. Himbauan, kepemimpinan dan koordinasi
4. Rencana tata guna lahan
5
Tata guna lahan adalah sebuah pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang
dilakukan sesuai dengan kodisi eksisting alam. Tata guna lahan berupa:
a. Kawasan permukiman
b. Kawasan perumahan
c. Kawasan perkebunan
d. Kawasan pertanian
e. Kawasan ruang terbuka hijau
f. Kawasan perdagangan
g. Kawasan industri
h. Kawasan perairan
Berdasarkan ketentuan PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
tujuan dari penatagunaan tanah ialah pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan
sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. Secara rinci penatagunaan tanah
bertujuan untuk:
1. Mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai
kebutuhan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan RTRW;
2. Mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah agar sesuai dengan
arahan fungsi kawasan dalam RTRW;
3. Mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah serta pengendalian pemanfaatan tanah;
4. Menjamin kepastian hukum untuk memanfaatkan tanah bagi masyarakat yang
mempunyai hubungan hukum dengan tanah sesuai dengan RTRW yang telah
ditetapkan.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Hasil Wawancara Masyarakat Terkait Mobilitas Penduduk
Berikut hasil rangkuman wawancara kelompok terhadap masyarakat di
Jatinangor baik penduduk asli maupun penduduk pendatang sebanyak 10
responden.
Responden 1 2 3 4 5
Nama Ruhiyadin (L)
Martini (P)
Sugianto (L)
Uus (L)
Alex L)
Umur 50 th 44 th 47 th 39 th 37 th
Pendidikan SMP SMA SMP SMA SMA
Pekerjaan sebelumnya
Buruh - Buruh Buruh Pedagang warteg
Pekerjaan sekarang
Tukang ojek Jasa fotocopy
Pedagang warteg
Tukang ojek Jasa fotocopy
Asal Daerah Cibiru Padang Tegal Rancaekek Padang
Faktor pendorong
- Merantau - - Alih profesi dan
lingkungan
Faktor penarik
Pernikahan - Pekerjaan Pekerjaan Peluang bisnis besar
Pendapat mengenai Jatinangor sebagai kawasan pendidikan
Ramai penumpang
terutama dari kalangan
mahasiswa.
Usaha fotocopy menjadi
prospektif di kawasan
pendidikan yang tinggi.
Membuka peluang usaha makan karena
merupakan kebutuhan
pokok.
Ramai penumpang
terutama dari
kalangan mahasiswa.
Peluang membuat jenis-jenis
usaha baru guna
memenuhi kebutuhan mahasiswa.
Responden 6 7 8 9 10
Nama Tarya (L)
Entin (P)
Wirawan (L)
Hendra (L)
Agung (L)
Umur 48 th 58 th 50 th 52 th 51 th
Pendidikan SMA D3 Keperawatan
SMA SMA SMA
Pekerjaan sebelumnya
Wiraswasta toko
Perawat Satpam - -
Pekerjaan sekarang
Wiraswasta toko
Wiraswasta makanan
Penjaga parkir Penjual roti Pedagang warteg
Asal Daerah Pemalang Bandung Jatinangor Garut Sumedang
Faktor pendorong
Pernikahan puteranya
dengan orang asli Sumedang.
- Dekat dengan rumah, hemat
biaya.
- -
Faktor - Peluang - Peluang Peluang
7
penarik bisnis yang besar.
bisnis yang bagus.
usaha bagus.
Pendapat mengenai Jatinangor sebagai kawasan pendidikan
Kehidupan ekonomi
meningkat dan pengembangan wilayah besar-
besaran.
Akses jalan ramai,
lingkungan kumuh, dan membuka peluang
untuk bisnis baru.
Maraknya pengedaran obat-obatan, kriminalitas, seks bebas.
Disamping itu membuka lowongan pekerjaan
Prospek kalangan
mahasiswa sangat
bagus untuk membuka
usaha.
Jatinangor semakin
ramai dan prospek
penjualan semakin
meningkat..
Dampak Wilayah Jatinangor sebagai Kawasan Pendidikan
Pembangunan KPT atau Kawasan Perguruan Tinggi di Jatinangor terjadi
pada kurun waktu 1980-1990. Pada kurun waktu tersebut, dilakukan relokasi
universitas-universitas yang tergabung dalam Kawasan Pendidikan Tinggi (KPT),
yang dimulai dari didirikannya IKOPIN pada tahun 1982, yang kemudian disusul
oleh UNPAD pada tahun 1987, IPDN pada tahun 1989, dan terakhir ITB pada
tahun 2013. Ada pengaruh semenjak dibangunnya kawasan pendidikan di
jatinangor antara lain :
1. Alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan pendidikan, kawasan
pemukiman dan perumahan, kawasan perdagangan, dll.
2. Transformasi masyarakat lokal Jatinangor yang mulai adanya masyarakat
pendatang untuk kepentingan pendidikan, bisnis, pekerjaan, dll
3. Kebiasaan dan kebudayaan masyarakat lokal yang mulai ditinggalkan sedikit
demi sedikit karena faktor generasi.
4. Tingkat keamanan yang mulai memprihatinkan dari segi kriminalitas, moral,
dan asusila.
5. Perubahan harga lahan di Jatinangor yang mengalami peningkatan haraga dari
waktu ke waktu.
Seluruh lahan di Kecamatan Jatinangor mengalami peningkatan harga
lahan sejak tahun 1980, tetapi besarnya peningkatan harga lahan tersebut
berbeda-beda di tiap wilayah. Dari hasil survei dan analisis, ternyata wilayah
dengan perkembangan harga yang paling pesat di Kecamatan Jatinangor sejak
8
tahun 1980 hingga 2007 adalah wilayah yang berbatasan langsung dengan
Kawasan Pendidikan Tinggi, yang meliputi Desa Cibeusi, sebagian wilayah Desa
Sayang, Desa Cikeruh, Desa Hegarmanah, dan Desa Cileles. Kenaikan harga lahan
di wilayah-wilayah tersebut dari tahun 1980 hingga 2007 mencapai sekitar
8.000%.
Dari seluruh tahapan analisis yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
aktivitas pendidikan yang ditetapkan di Jatinangor telah meningkatkan harga
lahan di wilayah tersebut, terutama di wilayah-wilayah yang berada di sekitar
perguruan tinggi. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Drabkin (1977), bahwa
adanya perkembangan atau suatu aktivitas baru yang terjadi di pinggiran kota,
seperti misalnya proses pengkotaan atau ditetapkannya wilayah pinggiran kota
tersebut menjadi suatu kawasan tertentu, mengakibatkan munculnya kebutuhan
lahan untuk kawasan terbangun. Kebutuhan ini mengakibatkan harga lahan di
wilayah pinggiran kota tersebut menjadi naik (Drabkin, 1977).
Aktivitas pendidikan tinggi di Kecamatan Jatinangor telah memunculkan
kebutuhan lahan untuk kawasan terbangun. Karena persediaan lahan bersifat
tetap, harga lahan di wilayah tersebut menjadi meningkat dan para pemilik lahan
pertanian cenderung menjual lahannya, sehingga terjadi konversi penggunaan
lahan. Dampak positif dari hal ini adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh
masyarakat lokal. Sementara dampak negatifnya adalah apabila konversi guna
lahan dari pertanian menjadi kawasan terbangun terjadi secara terus-menerus,
dalam jangka panjang akan timbul berbagai masalah terutama yang berkaitan
dengan daya dukung lingkungan serta ketersediaan sarana dan prasarana.
Oleh karena itu, penetapan sebuah wilayah menjadi sebuah kawasan
pendidikan tinggi memerlukan perencanaan yang matang, yang meliputi
perencanaan penggunaan lahan di wilayah sekitarnya yang disertai dengan
regulasi/mekanisme kontrol yang ketat, agar perkembangan yang terjadi
selanjutnya dapat terkendali dengan baik.
9
3.2 Analisis Tata Guna Lahan di Desa Cibeusi , Kecamatan Jatinangor
Desa Cibeusi merupakan salah satu desa di Kecamatan Jatinangor yang
mempunyai luas wilayah 185.695 ha. Jumlah penduduk di Desa Cibeusi sebanyak
10.900 jiwa, yang terdiri dari 5.570 laki-laki dan 5.530 perempuan dengan jumlah
Kepala Keluarga sebanyak 1.771 KK. Sedangkan jumlah keluarga miskin (gakin)
sebanyak 637 KK dengan presentase 34% dari jumlah keluarga yang ada di Desa
Cibeusi. Desa Cibeusi adalah desa paling ujung sebelah barat dari Kabupaten
Sumedang berbatasan dengan kabupaten lain yakni Kabupaten Bandung atau
dengan kata lain merupakan gerbang Kabupaten Sumedang sebelah barat.
Adapun batas-batas administratif pemerintahan Desa Cibeusi Kecamatan
Jatinangor adalah sebagai berikut,
Sebelah Utara : Desa Cileles
Sebelah Timur : Desa Sayang
Sebelah Selatan : Desa Cipacing
Sebelah Barat : Desa Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung
Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Cibeusi secara umum berupa
lereng dan dataran tinggi yang berada pada ketinggian 700 m dpl dengan suhu
rata-rata berkisar antara 23oC sampai dengan 27oC. Desa Cibeusi terdiri dari tiga
dusun, 12 RW dan 41 RT. Orbitasi dan waktu tempuh dari ibukota kecamatan
2km dengan waktu tempuh 10 menit dan dari ibukota kabupaten berjarak 27 km
dengan waktu tempuh 60 menit.
Gambar 1. Deliniasi (Pembatasan wlayah) Desa Cibeusi.
10
Menurut hasil wawancara kami dengan salah satu aparatur kantor Desa
Cibeusi, Pak Wawan yang sekaligus Gapoktan Bahagi Jaya menjelaskan beberapa
bidang tata guna lahan diantaranya :
1. Desa Cibeusi terbagi menjadi 3 dusun dan tiap-tiap dusun memiliki fasilitas
kesehatan berupa posyandu.
2. Dusun tersebut adalah Dusun Sadang yang memiliki usaha industri pengrajin
laying-layang dan usaha kosan; Dusun Cibeusi sebagai pusat desa berupa
adanya kantor desa, sarana pendidikan SD, fasilitas kesehatan, dan irigasi
teknis; Dusun Bojonghereuy terdapat lahan pertanian berupa komoditas
jagung, sawah tadah hujan, sarana pendidikan PAUD dan SMP.
3. Sebesar 80% lahan di Desa Cibeusi milik orang asli desa tersebut dan sisanya
oleh pendatang luar. Ukuran lahan yang dimiliki paling banyak sampai 4 ha
dan paling sedikit hanya 400 tumbak.
4. Sejak 3 tahun lalu mulai tahun 2012 mulai dibuka perumahan baru dengan
harga jual tanah yang makin tinggi sampai 5-10 juta/tumbak.
5. Mata pencaharian penduduk asli Desa Cibeusi adalah buruh, sedangkan
pekerjaan pegawai dari penduduk pendatang. Dan usaha kosan sebagian
besar milik orang diluar Desa Cibeusi.
6. Komoditas pertanian umum berupa padi yang dipasarkan melalui Bandar yang
datang dengan harga 1 kuintal saat ini mencapai Rp 600.000,-, jika panen raya
turun sampai Rp 450.000,- dan jika naik bisa sampai Rp 800.000,-
Penggunaan lahan di Desa Cibeusi dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Pertanahan di Desa Cibeusi
Tanah Sawah
Sawah Irigasi Teknis
Sawah Irigasi ½ Teknis
Sawah Tadah Hujan
5,21 Ha 17 Ha 16 Ha
Tanah Kering
Tegal/Ladang
Permukiman
19 Ha 31,2 Ha
Tanah Fasilitas Umum
11
Kas Desa
Lapangan
Perkantoran Pemerintah
Lainnya
1,71 Ha 2,25 Ha 3,84 Ha 89,485 Ha
Gambar 2. Pak Wawan, salah satu aparatur desa Cibeusi dan gapoktan.
Gambar 3. Peraturan Zonasi Desa Cibeusi.
12
Secara keseluruhan, tata guna lahan di Kecamatan Jatinangor dapat dilihat
pada lampiran.1 mengenai pendayagunaan dan pembangunan fasilitas yang ada
di wilayah tersebut.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini adalah :
1. Pada masing-masing daerah terdapat faktor-faktor yang menahan seseorang
untuk tidak meninggalkan daerahnya atau menarik orang untuk pindah ke
daerah tersebut serta faktor-faktor yang memaksa mereka untuk
meninggalkan daerah tersebut, baik karena faktor ekonomi, keluarga, dan
sebagainya.
2. Penggunaan lahan di Desa Cibeusi diantaranya untuk pemukiman,
perumahan, fasilitas pemerintan, pendidikan, kesehatan, pendidikan,
pertanian, dan perdagangan. Dimana sudah terjadi mobiitas penduduk dari
luar ke Desa Cibeusi.
3. Dampak pembangunan kawasan pendidikan di Jatinangor mempengaruhi
aspek sosial, ekonomi, budaya, tata guna lahan, politik, dan etika. Dengan
adanya empat pembangunan perguruan tinggi, diikuti pembangunan lainnya
harus diikuti perencanaan pembangunan wilayah yang tepat dan guna.
14
DAFTAR PUSTAKA
Utoyo, Bambang. 2006. Geografi: Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas XII SMA/MA
Program IPS. Bandung: Setia Purna Inves. Jayadinata, Johara T. Tata Guna Lahan dalam Perencanaan Perdesaan, Perkotaan
dan Wilayah. Penerbit ITB. Bandung, 1992 Marsudi.Tanpa Tahun.Pengaruh Mobilitas Penduduk Terhadap Budaya Pop dan
Remitan Masyarakat Desa.(online) (http://jurnalgea.com/index.php/jurnal/file/97-pengaruh-mobilitas- penduduk-
terhadap-budaya-pop-dan-remitan-masyarakat-desa, diakses pada tanggal 23 Maret 2015)
Prijatna, Hendra.2012.Masyarakat Desa dan Kota. (online) (https://hendraprijatna68.files.wordpress.com/2012/06/masyarakat-desa- dan-kota.docx, diakses pada tanggal 23 Maret 2015)
Adam, Felicia P. .Tanpa Tahun.Tren Urbanisasi di Indonesia. (online) (http://ojs.unud.ac.id/index.php/piramida/article/download/2998/2156, diakses
pada 23 Maret 2015) Poppy Komalasari. 2014. Efek Urbanisasi terhadap Kehidupan Masyarakat Perkotaan. Terdapat pada https://popykomalasari12.wordpress.com (Diakses pada 23 Maret 2015 pukul 19.20)
15
LAMPIRAN
16
1. Ketentuan Pemanfaatan Ruang Setiap Desa Kawasan Kecamatan Jatinangor
NO. ZONA PERUNTUKAN/KEGIATAN
ZONA PERUMAHAN
ZONA PENDIDIKAN
TINGGI
ZONA PEMERINTAHAN
ZONA RUANG TERBUKA HIJAU ZONA
PERDAGANGAN DAN JASA
Rumah Renggang/Tungga
l
Pendidikan Tinggi
Pemerintahan Kecamatan
Ruang Terbuka Hijau Fasilitas
Ruang Terbuka Hijau Non Fasilitas
Perdagangan Skala Kota
R1-2 SU1-3 P1-1 H1-1 H2-3 K2-1
A Perumahan
1. Rumah Tunggal I X X X B X
2. Rumah Kopel I X X X X X
3. Rumah Deret I X X X B X
4. Townhouse B X X X X X
5. Rusun Rendah X X X X X X
6. Rusun Sedang X X X X X X
7. Rusun Tinggi X X X X X X
8. Asrama X T X X X X
9. Rumah Sewa/Kost I X X X T B
10. Panti Jompo I X T X X X
11. Panti Asuhan I X T X X X
12. Guest House X X X X X X
13. Paviliun X X X X X X
14. Rumah Dinas X T I X X B
B Perdagangan
1. Warung B X X X I T
2. Toko X X I X X I
3. Pertokoan X X X X X X
4. Pasar Tradisional X X X X X X
5. Penyaluran Grosir X X X X X I
17
6. Pusat Perbelanjaan B X X X X I
7. RUmah Toko (Ruko) X X X X X B
8. Ruah Kantor (Rukan) X X X X X B
C Jasa Umum
1. Jasa Bangunan I X X X X X
2. Lembaga Keuangan T I I X X I
3. Jasa Pemakaman X X X X B X
4. Pusat Riset dan Pengembangan (IPTEK)
X I
X X X X
5. Perawatan/Perbaikan/Renovasi BArang
X X X X X T
6. Perbaikan Kendaraan (Bengkel) T X X X X X
7. SPBU X X X X X T
8. Travel dan Pengiriman Barang X X Xs X X I
D Hiburan dan Rekreasi
1. Taman Hiburan X X X T B X 2. Taman Perkemahan X X X T B X 3. Studio Ketrampilan X X X X X I
4. Pani Pijat X X X X X T
5. Teater X X X X X I
6. Bioskop X X X X X I
7. Resort X X X T X X
8. Restaurant X X X X X I
9. Klub Malam dan Bar X X X X X T
10. Hotel X X X X X B
E Industri dan Perdagangan
1. Industri besar dengan limbah/gangguan lingkungan
X X X X X X
2. Industri kecil tanpa B X X X X X
18
limbah/gangguan lingkungan
3. Industri pergudangan X X X X X X
F Pemerintahan dan Keamanan
1. Kantor Kabupaten X X X X X X
2. Kantor Kecamatan X X I X X X
3. Kantor Desa X X I X X X
4. Polwil X X X X X X
5. Polsek/Polresta X X I X X X
6. Polsek/Polsekta X X I X X X
7. Pertanahan dan Keamanan (Militer)
X X X X X X
G Fasilitas Pendidikan
1. TK T X X X X X
2. SD/MI T X X X X X
3. SLTP/MTS X X X X X X
4. SMU/SMA/SMAK X X X X X X
5. Akademi/Perguruan Tinggi X I X X X X
6. Perpustakaan X I X X X X
H Fasilitas Kesehatan
1. RS Tipe A X X X X X X
2. RS Tipe B X X X X X X
3. RS Tipe C X X X X X X
4. RS Tipe D X X X X X X
5. RS Bersalin X X X X X X
6. Loboratorium Kesehatan X X X X X X
7. Puskesmas X X I X X X
8. Pukesmas Pembantu X X X X X X
9. Balai Pengobatan I I I X X I
19
10. Klinik dan/atau RS Hewan X X X X X I
I Fasilitas Olahraga/Rekreasi
1. Tempat Bermain Lingkungan I I X I X X
2. Taman I I I I I I
3. Lapangan OR I I I X X X
4. Gelanggang Remaja X X X I X X
5. Gedung OR T I X X X X
6. Stadion X I X I X X
7. Gedung Olah Seni X I X I X X
8. Kafe X T X T X I
9. Pacuan Kuda X B X X I X
J Peribadatan
1. Peribadatan I I I I X I
K Bina Sosial
1. Gedung Pertemuan/Serba Guna I I I X X I
L Persampahan
1. TPS I I I X X I
2. Pengelolaan Sampah X I X X X X
M Komunikasi
1. Telepon Umum I I I I X I
2. Pusat transisi/pemancar jaringan telekomunikasi
T B B B B B
N Pertanian
1. Lahan Pertanian/Sawah I X I I I X
2. Holtikultur danRumah Kaca X I X T T X
3. Pembibitan I I X I I X
4. Pengolahan Hasil Pertanian B X X B B X
5. Pergudangan Hasil Panen II X X X X X
20
KETERANGAN :
SIMBOL DESKRIPSI
I Pemanfaatan diizinkan karena sesuai dengan peruntukaan tanahnya, yang berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintahan kabupaten.
T Pemanfaatan diizinkan, secara terbatas atau dibaasi. Pembatasan dapat dengan standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya yang baik yang tercakup dalam ketentuan ini maupun ditentukan kemudian oleh pemerintah kabupaten
B Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat, izin ini diperlukan untuk penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting pembangunan di sekitarnya pada area yang rusak. Izin penggunaan bersyarat ini berupa AMDAL, RKL, RPL, dan syarat umum lainnya yang berlaku.
X Pemanfaatan yang tidak diizinkan
O Perikanan
1. Usaha Perikanan X I X B B X
P Peternakan
1. Lapangan Penggembalaan X T X X I X
2. Kandang Hewan X T X X B X
Q Transportasi
1. Terminal Tipe A X X X X X X
2. Terminal Tipe B X X X X X X
3. Terminal Tipe C X X X X X X
4. Stasiun X X X X X X
5. Lapangan Parkir B I I I B I
R RTH
1. Hutan Kota B I X I I X
2. Jalur hijau dan pulau jalan I I I I I I
3. Taman Kota I I I I I I
4. TPU X X X X X X
5. Pekarangan I I I I I I
6. Sempadan/Penyangga I I I I I I
21