tugas mentoring amkai
TRANSCRIPT
TUGAS MENTORING AMKAI
PENDIDIKAN MENURUT ISLAM
OLEH :
NAMA : BERLY DWIKARYANI
NIM : 06111010022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011
I. PENDAHULUAN
Dalam al-Qur’an kata pendidikan dikenal dengan istilah tarbiyah. Kata ini
berasal dari kata rabba, yurabbi yang berarti memelihara, mengatur, mendidik. Kata
tarbiyah berbeda dengan ta’lîm yang secara harfiyah juga memiliki kesamaan makna
yaitu mengajar. Akan tetapi, kata ta’lîm lebih kepada arti transfer of knowledge
(pemindahan ilmu dari satu pihak kepada pihak lain). Sedangkan tarbiyah tidak hanya
memindahkan ilmu dari satu pihak kepada pihak lain, namun juga penanaman nilai-
nilai luhur atau akhlâk al-karîmah, serta pembentukan karakter. Oleh karena itulah,
Allah swt menyebut dirinya dengan sebutan rabb yang berarti pemelihara dan
pendidik.
Terkait dengan konsep pendidikan dalam Islam, Allah swt telah
menggariskannya dalam surat Ali Imran [3]: 79
م�ن� ل�ي �اد�ا ب ع� �وا �ون ك �اس� �لن ل �ق�ول� ي �م� ث �و�ة� �ب و�الن �م� �ح�ك و�ال �اب� �ك�ت ال �ه� الل �ه� �ي �ؤ�ت ي ن�� أ ر) �ش� �ب ل �ان� ك م�ا
س�ون� �د�ر� ت �م� �ت �ن ك �م�ا و�ب �اب� �ك�ت ال 0م�ون� �ع�ل ت �م� �ت �ن ك �م�ا ب 0ين� �ي �ان ب ر� �وا �ون ك �ك�ن� و�ل �ه� الل د�ون�
Artinya :
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab,
hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata):
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al
Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”
Dari ayat di atas diketahui, bahwa tujuan pendidikan bukan menjadikan
manusia sebagai hamba ilmu, budak teori atau penkultusan kepada seorang tokoh
ilmuwan. Tetapi tujuan utama dari pendidikan adalah menjadikan manusia sebagai
insan rabbani (manusia yang berketuhanan).
II. KONSEP PENDIDIKAN DALAM ISLAM
Pendidikan pada hakikatnya tidak hanya menjadikan manusia pintar dan
menguasai ilmu pengetahuan, namun menjadikan manusia sebagai manusia yang
kenal dan takut dengan Tuhannya dengan ilmu yang dimiliki tersebut.
Agaknya satu bentuk kegagalan pendidikan negara kita adalah, bahwa sistem
pendidikan baru dalam kerangka menjadikan manusia pintar dan menguasai ilmu
pengetahuan. Tetapi, belum berupaya menciptakan manusia yang sadar akan
keberadaan Tuhannya. Di negara ini secara kuantitas agaknya sudah cukup atau
bahkan kelebihan orang pintar, namun bangsa ini semkin terpuruk karena kekurangan
manusia yang menyadari keberadaan Tuhan dan takut kepada-Nya. Itulah sebabnya
kenapa Allah menyebutkan kata ulama dalam al-Qur’an yang bukan saja manusia
yang memahami al-kitab (Q.S. asy-Asyu’ara’ [26]: 197), namun juga manusia yang
memahami fenomena alam raya dan merangkaikannya dengan sifat takut kepada
Allah (Q.S. Fathir [35]: 28) .
Konsep pendidikan yang diperkenalkan dalam ayat di atas adalah belajar dan
mengajar sepanjang masa. Allah swt menyebutkan bahwa ciri insan rabbani itu
adalah tu’allimûn wa tadrusûn (mengajar dan belajar). Ada hal yang menarik untuk
dicermati, bahwa Allah menggunkan kata kerja dan bentuk fi’il mudhâri’ (Present
Continiuos) yang memiliki masa sekarang dan akan datang. Hal itu memberikan
isyarat, bahwa manusia rabbani adalah orang yang selalu mengajarkan ilmu yang dia
miliki kepada orang lain, dan di saat yang sama dia selalu belajar mencari apa yang
belum diketahuinya. Hal itu dilakukannya sepanjang hayat seperti yang diperintahkan
Rasulullah saw “Carilah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat”.
Dengan demikian, Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk berhenti
mencari ilmu, karena ilmu itu begitu luasnya. Semakin banyak yang diketahui akan
semakin sadar manusia itu, bahwa begitu banyak yang belum dia ketahui. Itulah
agaknya kenapa dalam wahyu pertama yang diturunkan Allah swt, kata iqra’ diulang
dua kali. Hal itu berarti bahwa membaca dan proses belajar harus selalu dilakukan.
Sebab, semakin banyak kita membaca semakin mulia kita di depan manusia dan di
mata Allah swt.
III. TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya
memunculkan kehidupan sosial yang bermoral.
Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis, yang
memiliki visi dan misi yang pragmatis.
• Tujuan Pendidikan saat ini :
Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja
untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan memakmuran diri,
perusahaan dan negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai
sebuah investasi. “Gelar” dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan secepatnya
diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem
pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status
pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai
individu-individu yang beradab.
Pendidikan yang bertujuan pragmatis dan ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh
dari paradigma pendidikan Barat. Dalam budaya Barat, tingginya pendidikan
seseorang tidak berkorespondensi dengan kebaikan dan kebahagiaan individu yang
bersangkutan. Dampak dari hegemoni pendidikan Barat terhadap kaum Muslimin
adalah banyaknya dari kalangan Muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun
dalam kehidupan nyata, mereka belum menjadi Muslim-Muslim yang baik dan
berbahagia
• Tujuan Pendidikan menurut Islam :
Tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah mencari ridha Allah swt. Dengan
pendidikan, diharapkan akan lahir individu-indidivu yang baik, bermoral, berkualitas,
sehingga bermanfaat kepada dirinya, keluarganya, masyarakatnya, negaranya dan
ummat manusia secara keseluruhan. Disebabkan manusia merupakan fokus utama
pendidikan, maka lembaga-lembaga pendidikan memfokuskan kepada substansi
kemanusiaan, membuat sistem yang mendukung kepada terbentuknya manusia yang
baik, itulah yang menjadi tujuan utama dalam pendidikan.
Dalam pandangan Islam, manusia bukan saja terdiri dari komponen fisik dan materi,
namun terdiri juga dari spiritual dan jiwa. Oleh sebab itu, sebuah lembaga pendidikan
bukan saja memproduksi anak didik yang akan memiliki kemakmuran materi, namun
juga yang lebih penting adalah melahirkan individu-individu yang memiliki diri yang
baik sehingga mereka akan menjadi manusia yang serta bermanfaat bagi umat dan
mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Lembaga pendidikan perlu
mengarahkan anak didik supaya membuat akal dan jiwanya disiplin, memiliki akal
yang pintar dan sifat yang baik, melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik dan
benar, memiliki pengetahuan yang luas, yang akan menjaganya dari kesalahan-
kesalahan, serta memiliki hikmah dan keadilan.
IV. SARANA PENDIDIKAN DALAM ISLAM
Untuk menghasilkan Pendidikan Islam yang berkesinambungan maka dibutuhkan
beberapa sarana, baik yang mendidik maupun yang dididik, yaitu:
1. Istiqomah
Setiap kita harus istiqomah terus belajar dan menggali ilmu Allah, tak ada kata tua
dalam belajar, QS. Hud (11) : 112, QS. Al Kahfi (18) : 28
2. Disiplin dalam tanggung jawab
Dalam belajar tentu kita membutuhkan waktu untuk kegiatan tersebut. sekiranya
salah satu dari kita tidak hadir, maka akan mengganggu proses belajar. Apabila kita
sering bolos sekolah, apakah kita akan mendapatkan ilmu yang maksimal. Kita akan
tertinggal dengan teman-teman kita, demikian pula dengan guru, apabila ia sering
membolos tentu anak didiknya tidak akan maju karena pelajaran tidak bertambah.
3. Menyuruh memainkan peran dalam pendidikan
Setiap kita dituntut untuk memerankan diri sebagai seorang guru pada saat-saat
tertentu, memerankan fungsi mengayomi, saat yang lainnya berperan sebagai teman.
Demikiannya semua peran digunakan untuk memaksimalkan kegiatan pendidikan.
V. KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai pendidikan menurut Islam dapat kita disimpulkan
bahwa :
• Pendidikan dalam Islam lebih mengutamakan manusia sebagai insan rabbani, yaitu
manusia yang berketuhanan yang diharapkan akan melahirkan individu-indidivu yang
baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat kepada dirinya, keluarganya,
masyarakatnya, negaranya dan ummat manusia secara keseluruhan
• Berbeda dengan prinsip pendidikan saat ini yang lebih mengutamakan pragmatis
yaitu bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan
memakmuran diri, perusahaan dan negara dan secara ekonomis dan dianggap sebagai
sebuah investasi.
• Lembaga pendidikan saat ini seharusnya perlu mengarahkan anak didik supaya
membuat akal dan jiwanya disiplin, memiliki akal yang pintar dan sifat yang baik,
melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar, memiliki pengetahuan yang
luas, yang akan menjaganya dari kesalahan-kesalahan, serta memiliki hikmah dan
keadilan.