tugas mencari kisah sukses pengusaha

Upload: poetra-secunda

Post on 10-Jul-2015

74 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TUGAS KEWIRAUSAHAAN BELAJAR DARI KESUKSESAN

Oleh: NAMA NIM PROGRAM STUDI : Irwinda Grafiyan Putra : 105070500111028 : FARMASI

Sekilas tidak ada yang istimewa dari penampilan wanita ini. Namun dibalik kesederhanaannya, ternyata ada sebuah cerita kesuksesan yang dapat kita ambil dari kisah hidupnya. Wanita ini bernama Herni Listyaningsih. Ia lahir pada 16 September 1959 di Banjarnegara. Ia menyelesaikan studinya sehingga mendapatkan gelar sarjana di IKIP Semarang jurusan Kurikulum Pendidikan pada tahun 1981. Kiat suksesnya berawal dari usahanya menawarkan catering ke sebuah acara penataran guru SMK se Kabupaten Malang. Lalu, karena pelanggannya puas, akhirnya ia memutuskan untuk menekuni usahanya tersebut. Ia bekerja sama dengan Dinas Kabupaten Malang untuk melayani catering pada saat penataran guru-guru. 2 tahun yang lalu, usahanya hanya sebatas melayani catering guruguru SMK se Kabupaten Malang. Namun saat ini, usahanya sangup melayani catering hingga seluruh Indonesia bagian timur. Hal ini juga berkat kemampuannya melihat potensi catering di Indonesia bagian timur yang masih jarang, oleh karena itu ia dapat menguasai pangsa pasar di daerah tersebut. Dalam kurun waktu 2 tahun pula, ia melebarkan usahanya itu tidak hanya melayani penataran guru-guru SMK, namun juga pengajar dari TK, SD, SMP, dan SMA Menurutnya, Banyak hal yang bisa dilakukan dapat untuk memajukan bisnis catering box ini. Pada dasarnya setiap usaha katering sudah memiliki tips-tips yang pada umumnya sama. Seperti cara memasarkan, penetapan harga, menu atau pelayanan. Untuk lebih detailnya, berikut dijelaskan lebih rinci tips-tips yang dapat dilakukan untuk membuka usaha catering box. 1. Pemasaran

tentukan pasar atau menjemput bola. Tidak ada salahnya membuat brosur sebagai langkah promosi selain upaya dari mulut ke mulut. Ada baiknya mereka yang berbisnis catering nasi ini menguasai teknologi. Sekarang era-nya internet, di mana-mana orang menggunakan internet. Tidak ada salahnya menyarankan rekan-rekan mereka untuk mem-forward iklan katering ke rekan-rekan yang lainnya. Ia membagi pemasaran ke dalam beberapa segmen. Usaha kateringnya itu dibagi menjadi beberapa segmen berdasarkan tempatnya yaitu * Katering rumah, meliputi rantangan atau Catering Box untuk rumah tangga, pesanan prasmanan untuk arisan/pengajian, pesanan nasi boks utuk 20-100 porsi dan pesanan nasi tumpeng. * Katering sekolah adalah katering makan pagi/siang untuk anak-anak sekolah. Biasanya disajikan dalam rantang/tromol makan khusus anak-anak. * Katering kantor, yaitu rantangan karyawan kantor, nasi boks atau prasmanan untuk perayaan/syukuran di kantor. * Katering acara-araca khusus/hajatan seperti pernikahan dan perayaan. umumnya menggunakan sistem prasmanan, tetapi kadang ditambah pula dengan pesanan nasi boks dan tumpeng.

2. Harga

biasanya pelanggan akan lebih memilih usaha catering nasi yang menetapkan harga bersaing. kalau katering itu menerima pesanan dari ibu-ibu yang tinggal di kompleks perumahan, biasanya sedikit lebih cerewet dibandingkan dengan pelanggan dari kantoran. Agar lebih mudah menarik pelanggan, tetapkan harga tidak melampaui harga standar satu porsi makanan di kawasan sekitarnya. Ada tips-tips dari wanita yang biasa di panggil dengan budhe lis ini: a. Pembayaran dimuka. Untuk pesanan-pesanan dalam jumlah agak besar, biasakan minta pembayaran dimuka. Misalnya anda menjadi pengusaha catering, minta client anda melunasi pembayaran 3 hari dimuka. Jangan anda yang menanggung pesanan, kemungkinan uang anda sulit ditagih setelah acara selesai. Saya mengenal 2 orang pengusaha catering. Ini cerita nyata. Yang satu selalu tegas, meminta semua pembayaran dilunasi 3 hari dimuka, walaupun terhadap sahabatnya sendiri. Yang satunya mengijinkan pembayaran dibelakang. Alkisah, setelah 10 tahun berlalu, orang yang pertama masih bertahan dengan cateringnya. Dan malahan tumbuh pesat. Yang satunya rugi besar ketika beberapa temannya minta dibuatkan catering untuk pernikahan anaknya, dengan pembayaran dibelakang. Setelah pernikahan selesai, pembayaran tidak kunjung datang. Padahal pengusaha ini sudah pinjam sana-sini untuk menomboki proyeknya ini sebesar belasan juta. Dan ini berlangsung berulangkali. Akhirnya pengusaha ini yang harus kabur karena tidak bisa melunasi pinjamannya. Bedakan : teman adalah teman, bisnis adalah bisnis. Jangan dicampur !. Ada lagi pelanggan sebuah toko kertas. Di bulan pertama orang ini membayar pesanan senilai Rp 1 juta dengan check. Langsung diuangkan oleh pemilik toko, dan cair. Maka esoknya kertas dikirimkan. Pesanan dengan check ini berlangsung baik selama 6 bulan. Bulan berikutnya, pelanggan ini datang dengan check senilai Rp 20 juta dan minta dikirimkan kertas hari itu juga. Tidak usah dicairkan dulu ke bank, khan sudah biasa ini. Selalu cair khan ? Karena percaya maka pesanan dikirim. Esoknya check ini kosong, dan perusahaan pelanggan itu sudah tidak ada lagi. Hati-hati dengan modus ini. Ini banyak terjadi. 3. Menu

menu bisa memabuat pelanggan tidak pindah jasa catering adalah pilihan menu. Orang kantoran yang langganan katering cenderung tidak terlalu rewel dalam masalah menu. Asal makanan tidak basi dan enak, mereka akan langsung memakannya. Berbeda dengan pelanggan dari kalangan ibu-ibu. Mereka biasanya lebih teliti terhadap jenis makanan, menu, dan kebersihannya. gantilah menu makanan sesering mungkin untuk menghindari kebosanan dari para pelanggan. Dengan tidak melupakan teknik pembuatan yang tetap memerhatikan segi kebersihan saat pengolahan makanan. Jangan sampai hasil pengolahan mengecewakan pelanggan.

4. Rasa

orang akan segan untuk berpindah jasa catering jika lidahnya sudah cocok dengan katering langganannya. Walaupun menu berubah, taste makanan harus tetap diperhatikan agar para pelanggan tidak merasakan rasa yang aneh atau berubah di lidah. Ada baiknya juga, setiap memasarkan usaha kateringnya disertai dengan menu yang tersedia saat itu untuk lebih menarik minat pelanggan. Saya juga mendapatkan cerita beliau tentang mengelola usaha dan berbagai pengalaman yang beliau alami selama merintis usahanya. b. Hati-hati dengan pegawai bagian penjualan. Ketika anda merekrut satu atau dua orang untuk membantu penjualan anda, hati-hati bila dia anda tempatkan sebagai karyawan di bagian penjualan. Bukan menakut-nakuti, hanya agar anda memiliki sikap waspada saja. Teman beliau membuka toko sandal dan sepatu di sebuah loss pasar. Setiap pagi si karyawan inilah yang membuka dan menutup toko. Pemiliknya hanya datang beberapa jam di siang hari. Beberapa bulan kemudian dia melihat bahwa tokonya tidak ada yang membeli, sementara toko sebelahnya laris. Setelah hampir bangkrut, barulah dia mengetahui bahwa si karyawan selalu menaikkan harga sendalnya Rp 5000. Dan uang ini masuk ke kantong karyawan. Si pemilik tidak pernah tahu, sebab hitungan sandal/sepatu dan uang yang masuk selalu benar, dan dia memasang harga sama dengan toko sebelah. Tapi pembeli merasa harga yang sudah di-mark-up itu cukup mahal, maka mereka menghindari beli di toko itu. Jangan percaya dulu dengan karyawan yang menjual dan memegang uang anda, sebaiknya andalah yang terjun di depan di masa-masa awal bisnis anda. Dulu saya pernah memulai berjualan mie gerobak. Gerobaknya cuma satu, maklum baru belajar. Namun yang berjualan bukan saya atau isteri, tapi orang lain yang kami kenal dan kami gaji. Setelah 4 bulan, orang ini mengundurkan diri. Kami tidak tahu kenapa. Ternyata orang ini membuat gerobak sendiri, memakai resep kami, dan mengunjungi pelanggan-pelanggan mie kami. Ya khan dia yang dulu tahu daerah-daerah mana yang laku. Disitu saya belajar, bahwa orang yang memegang sales/marketing itu bisa powerful sekali. Harap anda bisa belajar dari pengalaman sederhana ini. Sebaiknya anda sendiri yang terjun memasarkan jika anda baru mulai berwirausaha. c. Anda produsen, teman anda yang marketing. Ada 2 orang yang beritikad untuk kerjasama. Satu yang memproduksi barang, satunya lagi punya koneksi banyak dan pintar mencari pasar. Hati-hatilah dengan kerjasama model begini, sebab anda yang produsen sangat bergantung

kepada teman anda yang jago marketing. Apalagi anda berdua tidak terikat kontrak kerjasama. Sering terjadi pihak produsen sudah mengeluarkan banyak uang untuk alat-alat produksi. Setelah berjalan beberapa lama, teman anda mulai malas-malasan, atau yang parah adalah dia mencari partner lain yang bisa memasok barang dengan harga lebih murah. Anda ditinggalkan. Kalau anda tidak bisa mencari pasar, maka anda bangkrut dan berhenti. Saran saya, andalah yang harus berdiri dimuka menjual produk anda sendiri. Kuasai pasar anda, pahami pasar anda, maka anda akan berhasil. d. Mencatut kiri-kanan Kalau anda menjadi pengusaha, buka mata dan telinga anda. Pegawai anda yang baru bergabung dan tidak anda kenal adalah bahaya bagi anda. Beliau mengenal orang yang pensiun dari pekerjaannya, dan uang tabungannya dibelikan dua buah angkot baru. Dia terjun ke bisnis angkutan umum tanpa mau belajar seluk-beluknya sama sekali. Dia mencari 2 orang supir yang mau menyetor sejumlah uang setiap hari. Baru dua bulan jalan, kedua supir ini minta keluar. Maka digantilah dengan supir lain. Yang membuat heran, sejak ganti supir, kedua angkotnya gampang mogok. Hampir tiap hari ada masalah. Akhirnya setelah diperiksa ulang ke bengkel baru ketahuan bahwa supir-supir yang pertama menjual spare part di dalam angkot baru tadi, termasuk ke empat ban-nya. Dan diganti dengan spare part lama. Uang sisanya dikantongi. Maka sekarang kedua angkot ini berisi onderdil bekas yang gampang hancur. Karena angkotnya mogok terus, saya mendengar pengusaha ini sekarang gulung tikar. Beliau pernah menawarkan catering di kawasan Depok. Penjualnya kenalan baik yang perlu ditolong. Karena beliau sudah punya beberapa pengalaman buruk, maka beliau bisa berhati-hati. Dalam 2 bulan pertama, cateringnya laku keras. Pelanggan bertambah tiap hari. Tapi lama-kelamaan pelanggan mulai menghilang. Kami melakukan pemeriksaan mendadak. Akhirnya kami ketahui bahwa bumbu dan daging ayam yang kami kirim tiap pagi, dipakai makan oleh keluarga mereka. Dan untuk jualan diganti dengan bakso lembek yang murah. Maka jelaslah bahwa kualitas turun, dan pelanggan tidak mau datang lagi. Jadi bukan hanya uang yang bisa dicatut, bumbu dan makanan juga bisa dicatut. Kalau anda punya pegawai, pikirlah selalu, dibagian manakah wilayah yang bisa dicatut ? Ibu saya adalah pengusaha catering. Dia selalu ngotot untuk belanja sendiri di pasar pada waktu subuh. Katanya, wilayah belanja inilah yang paling rawan catutan. Dan disinilah daerah dimana modal bisa ditekan agar untung semakin tinggi. Maka dia tidak pernah mempercayakan hal belanja ini kepada orang lain.

e. Sistem penagihan yang ketat Jika anda masuk ke bisnis sewa, kredit kecil-kecilan, kos-kosan, usahakan agar penagihan bulanan anda rapi, ketat dan teratur. Jika anda lalai beberapa bulan saja, maka bisnis anda mungkin bisa berantakan dan harus mulai dari awal. Saya pernah mengelola bisnis hosting internet yang tingkat persaingannya tinggi, dimana pelanggan membayar sewa tiap bulan dalam jumlah kecil. Karena kelalaian saya, maka ada beberapa puluh pelanggan yang lupa ditagih karena saat itu saya menggunakan metode manual. Akibatnya, ketika ditagih, mereka malahan pindah ke provider lain dan menolak tagihan saya. Lebih untung pindah ke pengusaha lain daripada membayar saya beberapa bulan di belakang. Saya rugi kehilangan beberapa puluh pelanggan tadi.

Kiat Sukses Menjadi Pengusaha Katering Box

Usaha katering merupakan usaha yang popular di bidang boga. Di setiap kesempatan dan momen kita sering menjumpai aneka makanan enak yang disajikan dengan menarik oleh pengusaha katering. Usaha Catering Box merupakan usaha yang cocok bagi anda yang suka memasak dan ingin mempunyai usaha sendiri Ada macam-macam tingkatan dalam usaha ini. Tetapi biasanya dimulai dari usaha rumahan dulu. Usaha katering tingat rumahan adalah usaha jasa boga yang melayani pesanan sampai dengan seratus orang. Sebagai pemula yang mengerjakan usaha ini sendiri sebaiknya anda mulai melayani pesanan secara bertahap. Usaha katering dibagi menjadi beberapa segmen berdasarkan tempatnya yaitu * Katering rumah, meliputi rantangan atau Catering Box untuk rumah tangga, pesanan prasmanan untuk arisan/pengajian, pesanan nasi boks utuk 20-100 porsi dan pesanan nasi tumpeng. * Katering sekolah adalah katering makan pagi/siang untuk anak-anak sekolah. Biasanya disajikan dalam rantang/tromol makan khusus anak-anak. * Katering kantor, yaitu rantangan karyawan kantor, nasi boks atau prasmanan untuk perayaan/syukuran di kantor. * Katering acara-araca khusus/hajatan seperti pernikahan dan perayaan. umumnya menggunakan sistem prasmanan, tetapi kadang ditambah pula dengan pesanan nasi boks dan tumpeng. Modal yang diperlukan * Peralatan memasak untuk memasak 100 porsi misalnya bisa dikerjakan dengan peralatan memasak yang ada dalam rumah tangga sehingga tidak perlu terburuburu menanam modal hanya untuk membeli peralatan baru. * Ruangan/dapur untuk katering rumahan, ruangan khusus tidak perlu disiapkan, namun sebaiknya tata dapur anda sedemikian rupa untuk memudahkan pekerjaan dan tambahkan rak-khusus untuk tempat perlengkapan memasak. * Rak khusus untuk bumbu-bumbu dapur. Kalau perlu beri label pada tempat masing-masing bumbu untuk memudahkan proses memasak. * Keuangan. Sebagai pemula, biasanya anda belum bisa berutang alias masih memakai modal sendiri. Modal yang anda perlukan untuk berbelanja bahanbahan makanan berkisar 60% dari harga makanan yang dipesan. Untuk pelanggan baru tidak ada salahnya anda meminta uang muka untuk meminimalkan modal. * Pembayaran tempo. Sistem pembayaran ini diperlukan jika usaha anda makin berkembang dan anda mulai rutin menerima pesanan dalam jumlah banyak. Jika anda rutin memesan daging ayam atau sayuran pada tukang daging/sayur langganan, anda bisa membayarnya dengan tempo 1-2 minggu. Karena menyangkut kepercayaan usahakan tepat waktu dalam pembayaran meskipun katering anda belum dibayar oleh si pemesan. Strategi promosi

* Tunjukkan perhatian dan penghargaan kepada teman/karyawan yang sudah membantu mempromosikan usaha anda sehingga anda mendapat order berikutnya. Tidak perlu mahal. Misalnya berikan seloyang puding macaroni panggang atau setoples kue. Dengan perhatian/bonus tersebut. Dia akan lebih senang membantu promosi anda

INSTANENTREPRENEUR Kadang orang masih takut untuk terjun langsung ke bisnis. Ini tidak bisa disalahkan, karena setiap orang berbeda. Untuk mereka ini ada cara yang lebih singkat, yaitu membeli sistem dan pengalaman orang lain. Ini adalah konsep waralaba atau franchise. Dalam franchise kita akan diajar seluk beluk dan pengalaman dalam bisnis ini. Kita juga mendapat konsultasi dan bimbingan. Sebagai imbalannya, biasanya kita menyetor beberapa persen penghasilan kita kepada pemilik franchise. BEBERAPA PENGALAMAN BURUK SEBAGAI BEKAL Untuk anda yang baru memulai terjun sebagai pengusaha, jangan takut. Pertimbangkan berapa rupiah dan berapa lama anda melakukan uji coba dan menyerap pengalaman. Apakah uang sebanyak 2 juta rupiah dan waktu selama 6 bulan cukup untuk ajang belajar anda ? Kalau bulan ke 6 sudah mulai impas, teruskan bisnis. Jika masih merugi dan harus disubsidi terus, maka hentikan bisnis. Anda yang memilih kapan harus bangkrut. Jadi bangkrut bukanlah sesuatu yang memalukan. Sama wajarnya dengan jatuh ketika belajar naik sepeda. Di bawah ini ada beberapa daftar pengalaman buruk buat pemula. Dikompilasi agar anda tidak maju dengan pengalaman nol sama sekali. a. Pembayaran dimuka. Untuk pesanan-pesanan dalam jumlah agak besar, biasakan minta pembayaran dimuka. Misalnya anda menjadi pengusaha catering, minta client anda melunasi pembayaran 3 hari dimuka. Jangan anda yang menanggung pesanan, kemungkinan uang anda sulit ditagih setelah acara selesai. Saya mengenal 2 orang pengusaha catering. Ini cerita nyata. Yang satu selalu tegas, meminta semua pembayaran dilunasi 3 hari dimuka, walaupun terhadap sahabatnya sendiri. Yang satunya mengijinkan pembayaran dibelakang. Alkisah, setelah 10 tahun berlalu, orang yang pertama masih bertahan dengan cateringnya. Dan malahan tumbuh pesat. Yang satunya rugi besar ketika beberapa temannya minta dibuatkan catering untuk pernikahan anaknya, dengan pembayaran dibelakang. Setelah pernikahan selesai, pembayaran tidak kunjung datang. Padahal pengusaha ini sudah pinjam sana-sini untuk menomboki proyeknya ini sebesar belasan juta. Dan ini berlangsung berulangkali. Akhirnya pengusaha ini yang harus kabur karena tidak bisa melunasi pinjamannya. Bedakan : teman adalah teman, bisnis adalah bisnis. Jangan dicampur !. Ada lagi pelanggan sebuah toko kertas. Di bulan pertama orang ini membayar pesanan senilai Rp 1 juta dengan check. Langsung diuangkan oleh pemilik toko,

dan cair. Maka esoknya kertas dikirimkan. Pesanan dengan check ini berlangsung baik selama 6 bulan. Bulan berikutnya, pelanggan ini datang dengan check senilai Rp 20 juta dan minta dikirimkan kertas hari itu juga. Tidak usah dicairkan dulu ke bank, khan sudah biasa ini. Selalu cair khan ? Karena percaya maka pesanan dikirim. Esoknya check ini kosong, dan perusahaan pelanggan itu sudah tidak ada lagi. Hati-hati dengan modus ini. Ini banyak terjadi. b. Hati-hati dengan pegawai bagian penjualan. Ketika anda merekrut satu atau dua orang untuk membantu penjualan anda, hati-hati bila dia anda tempatkan sebagai karyawan di bagian penjualan. Bukan menakut-nakuti, hanya agar anda memiliki sikap waspada saja. Teman saya membuka toko sandal dan sepatu di sebuah loss pasar. Setiap pagi si karyawan inilah yang membuka dan menutup toko. Pemiliknya hanya datang beberapa jam di siang hari. Beberapa bulan kemudian dia melihat bahwa tokonya tidak ada yang membeli, sementara toko sebelahnya laris. Setelah hampir bangkrut, barulah dia mengetahui bahwa si karyawan selalu menaikkan harga sendalnya Rp 5000. Dan uang ini masuk ke kantong karyawan. Si pemilik tidak pernah tahu, sebab hitungan sandal/sepatu dan uang yang masuk selalu benar, dan dia memasang harga sama dengan toko sebelah. Tapi pembeli merasa harga yang sudah di-mark-up itu cukup mahal, maka mereka menghindari beli di toko itu. Jangan percaya dulu dengan karyawan yang menjual dan memegang uang anda, sebaiknya andalah yang terjun di depan di masa-masa awal bisnis anda. Dulu saya pernah memulai berjualan mie gerobak. Gerobaknya cuma satu, maklum baru belajar. Namun yang berjualan bukan saya atau isteri, tapi orang lain yang kami kenal dan kami gaji. Setelah 4 bulan, orang ini mengundurkan diri. Kami tidak tahu kenapa. Ternyata orang ini membuat gerobak sendiri, memakai resep kami, dan mengunjungi pelanggan-pelanggan mie kami. Ya khan dia yang dulu tahu daerah-daerah mana yang laku. Disitu saya belajar, bahwa orang yang memegang sales/marketing itu bisa powerful sekali. Harap anda bisa belajar dari pengalaman sederhana ini. Sebaiknya anda sendiri yang terjun memasarkan jika anda baru mulai berwirausaha. c. Anda produsen, teman anda yang marketing. Ada 2 orang yang beritikad untuk kerjasama. Satu yang memproduksi barang, satunya lagi punya koneksi banyak dan pintar mencari pasar. Hati-hatilah dengan kerjasama model begini, sebab anda yang produsen sangat bergantung kepada teman anda yang jago marketing. Apalagi anda berdua tidak terikat kontrak kerjasama. Sering terjadi pihak produsen sudah mengeluarkan banyak uang untuk alat-alat produksi. Setelah berjalan beberapa lama, teman anda mulai malas-malasan, atau yang parah adalah dia mencari partner lain yang bisa memasok barang dengan harga lebih murah. Anda ditinggalkan. Kalau anda

tidak bisa mencari pasar, maka anda bangkrut dan berhenti. Saran saya, andalah yang harus berdiri dimuka menjual produk anda sendiri. Kuasai pasar anda, pahami pasar anda, maka anda akan berhasil. d. Mencatut kiri-kanan Kalau anda menjadi pengusaha, buka mata dan telinga anda. Pegawai anda yang baru bergabung dan tidak anda kenal adalah bahaya bagi anda. Saya mengenal orang yang pensiun dari pekerjaannya, dan uang tabungannya dibelikan dua buah angkot baru. Dia terjun ke bisnis angkutan umum tanpa mau belajar seluk-beluknya sama sekali. Dia mencari 2 orang supir yang mau menyetor sejumlah uang setiap hari. Baru dua bulan jalan, kedua supir ini minta keluar. Maka digantilah dengan supir lain. Yang membuat heran, sejak ganti supir, kedua angkotnya gampang mogok. Hampir tiap hari ada masalah. Akhirnya setelah diperiksa ulang ke bengkel baru ketahuan bahwa supir-supir yang pertama menjual spare part di dalam angkot baru tadi, termasuk ke empat ban-nya. Dan diganti dengan spare part lama. Uang sisanya dikantongi. Maka sekarang kedua angkot ini berisi onderdil bekas yang gampang hancur. Karena angkotnya mogok terus, saya mendengar pengusaha ini sekarang gulung tikar. Saya pernah menjual mie ayam di kawasan Depok. Penjualnya kenalan baik yang perlu ditolong. Karena saya sudah punya beberapa pengalaman buruk, maka saya bisa berhati-hati. Dalam 2 bulan pertama, mie saya laku keras. Pelanggan bertambah tiap hari. Tapi lama-kelamaan pelanggan mulai menghilang. Kami melakukan pemeriksaan mendadak. Akhirnya kami ketahui bahwa bumbu dan daging ayam yang kami kirim tiap pagi, dipakai makan oleh keluarga mereka. Dan untuk jualan diganti dengan bakso lembek yang murah. Maka jelaslah bahwa kualitas turun, dan pelanggan tidak mau datang lagi. Jadi bukan hanya uang yang bisa dicatut, bumbu dan makanan juga bisa dicatut. Kalau anda punya pegawai, pikirlah selalu, dibagian manakah wilayah yang bisa dicatut ? Ibu saya adalah pengusaha catering. Dia selalu ngotot untuk belanja sendiri di pasar pada waktu subuh. Katanya, wilayah belanja inilah yang paling rawan catutan. Dan disinilah daerah dimana modal bisa ditekan agar untung semakin tinggi. Maka dia tidak pernah mempercayakan hal belanja ini kepada orang lain. e. Sistem penagihan yang ketat Jika anda masuk ke bisnis sewa, kredit kecil-kecilan, kos-kosan, usahakan agar penagihan bulanan anda rapi, ketat dan teratur. Jika anda lalai beberapa bulan saja, maka bisnis anda mungkin bisa berantakan dan harus mulai dari awal. Saya pernah mengelola bisnis hosting internet yang tingkat persaingannya tinggi, dimana pelanggan membayar sewa tiap bulan dalam jumlah kecil. Karena kelalaian saya, maka ada beberapa puluh pelanggan yang lupa ditagih karena saat itu saya menggunakan metode manual. Akibatnya, ketika ditagih, mereka

malahan pindah ke provider lain dan menolak tagihan saya. Lebih untung pindah ke pengusaha lain daripada membayar saya beberapa bulan di belakang. Saya rugi kehilangan beberapa puluh pelanggan tadi. POSITIONING Ada satu hal penting yang harus renungkan dalam merencanakan sebuah bisnis. Pakar marketing Hermawan Kertajaya sering bicara soal positioning dalam pasar. Kadang kadang orang bisa sukses atau gagal karena salah dalam posisi ini. Sebuah kisah nyata dari sebuah buku, ada seorang dari Bali merantau hingga kota New York di Amerika. Disana dia berusaha membangun bisnis dari nol dengan cara membuka butik pakaian-pakaian unik dengan style Bali. Usahanya ternyata tidak lancar, padahal dia sudah menawarkan produk di tokonya dengan harga sangat-sangat murah. Tapi pengunjung ternyata menolehpun tidak pada tokonya. Beberapa tahun kemudian dia mengganti strategi, sekarang dia menaikkan harga pakaiannya berkali-kali lipat. Ratusan dan ribuan dollar sebuahnya. Aneh, sekarang dagangannya mulai laris. Bintang film Amerika sering keluar masuk tokonya dan membeli beberapa buah. Orang-orang melihat tokonya sebagai toko kelas atas, dan dia mendapatkan keuntungan tinggi. Pengusaha ini menemukan positioningnya dan dia sukses. Kebalikannya ada teman-teman saya yang masuk ke dalam pasar dan bersaing dengan harga lebih tinggi dari toko kiri-kanannya, dia katanya mengandalkan kualitas. Karena kualitas lebih tinggi, maka harga juga di atas pesaingnya. Namun para pembeli tidak berhasil melihat kelebihan produk toko ini, dan mereka hanya menganggap toko ini lebih mahal. Akhirnya dagangannya seret. Di beberapa negara barat, ada survey yang mengatakan bahwa pembeli retail itu cenderung membandingkan toko yang satu lebih mahal atau lebih murah adalah dari barang-barang kecil (misalnya makanan/minuman) yang mereka beli. Misalnya ada supermarket A dan supermarket B. Kalau harga coca-cola di supermarket A lebih mahal beberapa sen saja dari supermarket B, maka konsumen menganggap semua harga barang di supermarket A mahal semua. Karena itu ada supermarket-supermarket yang justru membanting harga cocacola dibawah harga. Tidak apa-apa rugi, yang penting dibenak konsumen mereka menganggap supermarketnya berisi barang-barang murah semua. Bagaimana aplikasinya di Indonesia ? Kita melihat banyak restoran mie memasang harga murah buat semangkok mie andalannya. Ada restoran yang memasang spanduk bahwa mie ayam di restorannya berharga Rp 5000. Maka orang menganggap pasti di Restoran itu semua makanannya murah-murah. Padahal biasanya harga Juice dan minuman lebih mahal dari makanan utama. Rata-rata juice dihargai Rp 7000 atau lebih. Memang biasanya restoran seperti ini justru mendapat untung bukan dari makanan, tapi dari minuman.

PRAKTIS TENTUKAN BISNIS ANDA SEKARANG Baik. Anda sudah mendapat beberapa teori memulai usaha. Sekarang anda sendiri yang menentukan pilihan bisnis anda. Jenis bisnis apa yang mau anda garap ? Buat beberapa daftar yang terpikir di benak anda. Kita akan bermain-main dengan imajinasi. Misalnya saat ini anda belum punya ide tentang bisnis yang anda lakukan. Kita coba kerjakan permainan ini. Dalam 5 menit, coba anda tulis 30 bisnis yang anda kenal dan anda suka mengerjakannya. Begitu terlintas di kepala, langsung anda tulis. Kami bantu dengan beberapa daftar ini : - Rumah makan padang - Agen Koran/majalah - Event Organizer - Catering - Toko buku - Agen properti - Wartel/warnet - Perusahaan jasa internet - Restoran mie ayamdst a. Sekarang cari dalam daftar tadi, bisnis yang sudah dikerjakan oleh orangorang di dekat anda. Coret bisnis itu sekarang. (Kita akan berlatih dengan bisnis yang unik, dan bukan sekedar meniru orang terdekat anda). b. Cari dalam daftar tadi, bisnis yang sudah terlalu menjamur di lingkungan dekat anda. Coret bisnis-bisnis itu. c. Dari sisa yang anda, pilih satu saja bisnis yang paling anda suka. Inilah bisnis yang unik menurut pilihan anda saat ini. Kita akan mengerjakan planning terhadap bisnis ini. HITUNG MODAL, PERKIRAAN KEUNTUNGAN DAN BLEEDING TIME Bleeding time maksudnya adalah masa-masa dimana bisnis anda belum menghasilkan keuntungan, dan pada masa ini anda harus mensubsidi bisnis anda dari kantong sendiri. Rata-rata perusahaan Informasi Teknologi (IT) menyediakan waktu antara 2 tahun sampai 3 tahun sampai perusahaan itu impas dan menghasilkan keuntungan buat pemiliknya. a. Ambil kertas dan mari kita hitung bisnis anda.

b. Buat daftar apa saja keperluan bisnis anda. Misalnya anda mau menggarap restoran ayam bakar, segera tulis kebutuhan anda : ruang, meja, kursi, piring, gelas, dan lain-lain. Tulis perkiraan biaya yang anda perlukan dari kebutuhan ini. c. Lalu tulis berapa cost perhari. Misalnya anda menjual 50 piring ayam bakar setiap hari sebagai permulaan. Jumlahkan menjadi cost perbulan. Tambahkan cost gaji pegawai-pegawai anda, sewa ruang, telepon, dan lain-lain. d. Maka anda temukan modal awal, cost perhari dan perbulan. e. Tetapkan berapa lama anda menyediakan waktu dimana bisnis ini boleh merugi sambil memberi kesempatan client anda mengenal usaha anda. Apakah 6 bulan ? Apakah satu tahun ? Berapa biaya perbulan, per-6-bulan dan pertahun yang f. Berapa keuntungan yang anda dapatkan setelah 6 bulan atau satu tahun ? Lalu lihat apakah keuntungan finansialnya sesuai dengan perjuangan anda selama membangun bisnis itu ? g. Kesimpulan akhir : apakah bisnis itu layak atau tidak diperjuangkan ? Tulis pendapat anda. Mentor dan fasilitator akan mendengar komentar anda dan memberikan saran. h. Jika bisnis ini layak di atas kertas. Sekarang tetapkan apakah anda memerlukan badan hukum untuk mengerjakan bisnis anda ? Mungkin anda mau mendirikan CV atau PT. DANA DAN MODAL Sekarang sebelum menerjukan diri dalam lapangan bisnis sesungguhnya, anda harus melihat modal usaha anda. a. Apakah mau menggunakan modal dari uang sendiri, b. atau menggadaikan asset anda dan meminjam dari pihak lain ?. c. atau mengajak teman bekerja sama, memiliki saham bersama-sama, agar resiko juga dapat ditanggung bersama ? Seandainya anda tidak memiliki modal, anda dapat mencoba mencari investor yang mau menanamkan uang pada bisnis anda. Yang diperlukan adalah sebuah proposal berisi ide dan pendalaman mengenai bisnis anda. Materi ini dapat anda presentasikan di hadapan pemodal untuk menggalang dana. Dalam hal ini jangan lupa untuk mengatur kepemilikan saham sebaik-baiknya secara tertulis.

Dia merupakan orang yang patut dicontoh, karena dia merupakan orang yang percaya akan mimpi dan harapan, tentunya disertai dengan kerja keras. Lulusan STM bangunan ini mengawali bisnisnya hanya dengan dua gerobak. Kini, ia memiliki 10 pabrik dan 2.000 outlet Edam Burger yang tersebar di seluruh Indonesia. Segalanya tentu tak mudah diraih. Bahkan, ia pernah menjalani hidup yang keras di Jakarta. (Di rumah mungil di kawasan Perumnas Klender, Jakarta Timur, belasan pegawai berkaus merah kuning terlihat sibuk. Roti, daging, sosis, hingga botol-botol saus kemasan bertuliskan Edam Burger disusun rapi dalam wadahwadah plastik siap edar. Seorang lelaki bercelana pendek berhenti bekerja, lalu keluar menyambut NOVA. Pembawaannya sederhana, tak ubahnya seperti pegawai lain. Sambil tersenyum hangat, ia pun memperkenalkan diri. Aduh maaf, ya, saya tidak terbiasa rapi, hanya pakai oblong dan celana pendek, tutur Made Ngurah Bagiana, sang pemilik Edam Burger. Beberapa saat kemudian, Made bercerita.) Terus terang, saya suka malu dibilang pengusaha sukses yang punya banyak pabrik dan outlet. Bukan tidak mensyukuri, tapi saya hanya tak mau dicap sombong. Saya mengawali semua usaha ini dengan niat sederhana: bertahan hidup. Makanya, sampai sekarang saya ingin tetap menjadi orang yang sederhana. Sesederhana masa kecil saya di Singaraja, Bali. Orang tua memberi saya nama Made Ngurah Bagiana. Saya lahir pada 12 April 1956 sebagai anak keenam dari 12 bersaudara. Sejak kecil, saya terbiasa ditempa bekerja keras. Malah kalau dipikir-pikir, sejak kecil pula saya sudah jadi pengusaha. Bayangkan, tiap pergi ke sekolah, tak pernah saya diberi uang jajan. Kalau mau punya uang, ya saya harus ke kebun dulu mencari daun pisang, saya potong-potong, lalu dijual ke pasar. Menjelang hari raya, saya pun tak pernah mendapat jatah baju baru. Biasanya, beberapa bulan sebelumnya saya memelihara anak ayam. Kalau sudah cukup besar, saya jual. Uangnya untuk beli baju baru. Lalu, sekitar usia 10 tahun, saya harus bisa memasak sendiri. Jadi, kalau mau makan, Ibu cukup memberi segenggam beras dan lauk mentah untuk saya olah sendiri. PENSIUN JADI PREMAN Begitulah, hidup saya bergulir hingga menamatkan STM bangunan tahun 1975. Bosan di Bali, saya pun merantau ke Jakarta tanpa tujuan. Saya menumpang di kontrakan kakak saya di Utan Kayu. Untuk mengisi perut, saya sempat menjadi tukang cuci pakaian, kuli bangunan, dan kondektur bis PPD. Kerasnya kehidupan Jakarta, tak urung menjebloskan saya pada kehidupan preman. Bermodal rambut gondrong dan tampang sangar, ada-ada saja ulah yang saya perbuat. Paling sering kalau naik bis kota tidak bayar, tapi minta uang kembalian. (Sambil berkisah, Made terbahak tiap mengingat pengalaman masa lalunya. Berulang kali ia menggeleng, lalu membenarkan letak kacamatanya). Toh, akhirnya saya pensiun jadi preman. Gantinya, saya berjualan telur. Saya beli satu peti telur di pasar, lalu diecer ke pedagang-pedagang bubur. Ternyata, usaha saya mandeg. Saya pun beralih menjadi sopir omprengan. Bentuknya

bukan seperti angkot ataupun mikrolet zaman sekarang, masih berupa pick-up yang belakangnya dikasih terpal. Saya menjalani rute Kampung Melayu Pulogadung Cililitan. Tahun 1985, saya pulang ke kampung halaman. Pada 25 Desember tahun itu, saya menikah dengan perempuan sedaerah, Made Arsani Dewi. Oleh karena cinta kami bertaut di Jakarta, kami memutuskan kembali ke Ibu Kota untuk mengadu nasib. Kami membeli rumah mungil di daerah Pondok Kelapa. Waktu itu saya bisnis mobil omprengan. Awalnya berjalan lancar, tapi karena deflasi melanda tahun 1986-an, saya pun jatuh bangkrut. Kerugian makin membengkak. Saya harus menjual rumah dan mobil. Lalu, saya hidup mengontrak. NYARIS TERSAMBAR PETIR Titik cerah muncul di tahun 1990. Saya pindah ke Perumnas Klender. Tanpa sengaja, saya melihat orang berjualan burger. Saya pikir, tak ada salahnya mencoba. Saya nekad meminjam uang ke bank, tapi tak juga diluluskan. Akhirnya saya kesal dan malah meminjam Rp 1,5 juta ke teman untuk membeli dua buah gerobak dan kompor. Bahan-bahan pembuatan burger, seperti roti, sayur, daging, saus, dan mentega, saya ecer di berbagai tempat. Dibantu seorang teman, saya menjual burger dengan cara berkeliling mengayuh gerobak. Burger dagangannya saya labeli Lovina, sesuai nama pantai di Bali yang sangat indah. Banyak suka dan duka yang saya alami. Susahnya kalau hujan turun, saya tak bisa jalan. Roti tak laku, Akhirnya, ya, dimakan sendiri. Masih untung karena istri saya bekerja, setidaknya dapur kami masih bisa ngebul. Pernah juga gara-gara hujan, saya nyaris disambar petir. Ketika itu saya tengah memetik selada segar di kebun di Pulogadung. Tiba-tiba hujan turun diiringi petir besar. Saya jatuh telungkup hingga baju belepotan tanah. Rasanya miris sekali. Di awal-awal saya jualan, tak jarang tak ada satu pun pembeli yang menghampiri, padahal seharian saya mengayuh gerobak. Mereka mungkin berpikir, burger itu pasti mahal. Padahal, sebenarnya tidak. Saya hanya mematok harga Rp 1.700 per buah. Baru setelah tahu murah, pembeli mulai ketagihan. Dalam sehari bisa laku lebih dari 20 buah. Untuk mengembangkan usaha, saya mengajak ibu-ibu rumah tangga berjualan burger di depan rumah atau sekolah. Mereka ambil bahan dari saya dengan harga lebih murah. Sungguh luar biasa, upaya saya berhasil. Dalam dua tahun, gerobak burger saya beranak menjadi lebih dari 40 buah. Saya pun pensiun menjajakan burger berkeliling dan menyerahkan semua pada anak buah. Tak berhenti sampai di situ, tahun 1996 saya mencoba membuat roti sendiri dan membuat inovasi cita rasa saus. Seminggu berkutat di dapur, hasilnya tak mengecewakan. Saya berhasil menciptakan resep roti dan saus burger bercita rasa lidah orang Indonesia. Rasanya jelas berbeda dengan burger yang dijual di berbagai restoran cepat saji.

Lulusan STM bangunan ini mengawali bisnisnya hanya dengan dua gerobak. Kini, ia memiliki 10 pabrik dan 2.000 outlet Edam Burger yang tersebar di seluruh Indonesia. Segalanya tentu tak mudah diraih. Bahkan, ia pernah menjalani hidup yang keras di Jakarta. (Di rumah mungil di kawasan Perumnas Klender, Jakarta Timur, belasan pegawai berkaus merah kuning terlihat sibuk. Roti, daging, sosis, hingga botolbotol saus kemasan bertuliskan Edam Burger disusun rapi dalam wadah-wadah plastik siap edar. Seorang lelaki bercelana pendek berhenti bekerja, lalu keluar menyambut NOVA. Pembawaannya sederhana, tak ubahnya seperti pegawai lain. Sambil tersenyum hangat, ia pun memperkenalkan diri. Aduh maaf, ya, saya tidak terbiasa rapi, hanya pakai oblong dan celana pendek, tutur Made Ngurah Bagiana, sang pemilik Edam Burger. Beberapa saat kemudian, Made bercerita.) Terus terang, saya suka malu dibilang pengusaha sukses yang punya banyak pabrik dan outlet. Bukan tidak mensyukuri, tapi saya hanya tak mau dicap sombong. Saya mengawali semua usaha ini dengan niat sederhana: bertahan hidup. Makanya, sampai sekarang saya ingin tetap menjadi orang yang sederhana. Sesederhana masa kecil saya di Singaraja, Bali. Orang tua memberi saya nama Made Ngurah Bagiana. Saya lahir pada 12 April 1956 sebagai anak keenam dari 12 bersaudara. Sejak kecil, saya terbiasa ditempa bekerja keras. Malah kalau dipikir-pikir, sejak kecil pula saya sudah jadi pengusaha. Bayangkan, tiap pergi ke sekolah, tak pernah saya diberi uang jajan. Kalau mau punya uang, ya saya harus ke kebun dulu mencari daun pisang, saya potong-potong, lalu dijual ke pasar. Menjelang hari raya, saya pun tak pernah mendapat jatah baju baru. Biasanya, beberapa bulan sebelumnya saya memelihara anak ayam. Kalau sudah cukup besar, saya jual. Uangnya untuk beli baju baru. Lalu, sekitar usia 10 tahun, saya harus bisa memasak sendiri. Jadi, kalau mau makan, Ibu cukup memberi segenggam beras dan lauk mentah untuk saya olah sendiri. PENSIUN JADI PREMAN Begitulah, hidup saya bergulir hingga menamatkan STM bangunan tahun 1975. Bosan di Bali, saya pun merantau ke Jakarta tanpa tujuan. Saya menumpang di kontrakan kakak saya di Utan Kayu. Untuk mengisi perut, saya sempat menjadi tukang cuci pakaian, kuli bangunan, dan kondektur bis PPD. Kerasnya kehidupan Jakarta, tak urung menjebloskan saya pada kehidupan preman. Bermodal rambut gondrong dan tampang sangar, ada-ada saja ulah yang saya perbuat. Paling sering kalau naik bis kota tidak bayar, tapi minta uang kembalian. (Sambil berkisah, Made terbahak tiap mengingat pengalaman masa lalunya. Berulang kali ia menggeleng, lalu membenarkan letak kacamatanya). Toh, akhirnya saya pensiun jadi preman. Gantinya, saya berjualan telur. Saya beli satu peti telur di pasar, lalu diecer ke pedagang-pedagang bubur. Ternyata, usaha saya mandeg. Saya pun beralih menjadi sopir omprengan. Bentuknya bukan seperti angkot ataupun mikrolet zaman sekarang, masih berupa pick-up

yang belakangnya dikasih terpal. Saya menjalani rute Kampung Melayu Pulogadung Cililitan. Tahun 1985, saya pulang ke kampung halaman. Pada 25 Desember tahun itu, saya menikah dengan perempuan sedaerah, Made Arsani Dewi. Oleh karena cinta kami bertaut di Jakarta, kami memutuskan kembali ke Ibu Kota untuk mengadu nasib. Kami membeli rumah mungil di daerah Pondok Kelapa. Waktu itu saya bisnis mobil omprengan. Awalnya berjalan lancar, tapi karena deflasi melanda tahun 1986-an, saya pun jatuh bangkrut. Kerugian makin membengkak. Saya harus menjual rumah dan mobil. Lalu, saya hidup mengontrak. NYARIS TERSAMBAR PETIR Titik cerah muncul di tahun 1990. Saya pindah ke Perumnas Klender. Tanpa sengaja, saya melihat orang berjualan burger. Saya pikir, tak ada salahnya mencoba. Saya nekad meminjam uang ke bank, tapi tak juga diluluskan. Akhirnya saya kesal dan malah meminjam Rp 1,5 juta ke teman untuk membeli dua buah gerobak dan kompor. Bahan-bahan pembuatan burger, seperti roti, sayur, daging, saus, dan mentega, saya ecer di berbagai tempat. Dibantu seorang teman, saya menjual burger dengan cara berkeliling mengayuh gerobak. Burger dagangannya saya labeli Lovina, sesuai nama pantai di Bali yang sangat indah. Banyak suka dan duka yang saya alami. Susahnya kalau hujan turun, saya tak bisa jalan. Roti tak laku, Akhirnya, ya, dimakan sendiri. Masih untung karena istri saya bekerja, setidaknya dapur kami masih bisa ngebul. Pernah juga gara-gara hujan, saya nyaris disambar petir. Ketika itu saya tengah memetik selada segar di kebun di Pulogadung. Tiba-tiba hujan turun diiringi petir besar. Saya jatuh telungkup hingga baju belepotan tanah. Rasanya miris sekali. Di awal-awal saya jualan, tak jarang tak ada satu pun pembeli yang menghampiri, padahal seharian saya mengayuh gerobak. Mereka mungkin berpikir, burger itu pasti mahal. Padahal, sebenarnya tidak. Saya hanya mematok harga Rp 1.700 per buah. Baru setelah tahu murah, pembeli mulai ketagihan. Dalam sehari bisa laku lebih dari 20 buah. Untuk mengembangkan usaha, saya mengajak ibu-ibu rumah tangga berjualan burger di depan rumah atau sekolah. Mereka ambil bahan dari saya dengan harga lebih murah. Sungguh luar biasa, upaya saya berhasil. Dalam dua tahun, gerobak burger saya beranak menjadi lebih dari 40 buah. Saya pun pensiun menjajakan burger berkeliling dan menyerahkan semua pada anak buah. Tak berhenti sampai di situ, tahun 1996 saya mencoba membuat roti sendiri dan membuat inovasi cita rasa saus. Seminggu berkutat di dapur, hasilnya tak mengecewakan. Saya berhasil menciptakan resep roti dan saus burger bercita rasa lidah orang Indonesia. Rasanya jelas berbeda dengan burger yang dijual di berbagai restoran cepat saji.