tugas m p s
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Perkembangan Media Komunikasi dewasa ini semakin luas, terlebih lagi di
Indonesia pada era reformasi. Seperti euphoria pers, setelah lama terkekang pada
pemerintahan orde baru. Tak ada yang bisa menyangkal bahwa media cetak dan
elektronik , telah membangun sebuah kesadaran kolektif rakyat untuk mensikapi relitas
politik yang telah berkembang. Seperti orang-orang yang menikmati status quo bisa
berobah pandangan akibat tanyangan-tanyangan yang menggugah untuk membangkang
dan berjuang, di sini dapat kita lihat betapa besarnya peran Media Massa dalam
pempengaruhi kehidupan perpolitikan.
Komunikasi massa dapat di defenisikan sebagai proses komunikasi yang
berlangsung di mana pesannya di kirim dari sumber yang melembaga pada khalayak
banyak, yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti Radio,
Televisi , Surat kabar dan Film.
Pada saat sekarang kita mengenal konsep Demokratisasi Komunikasi, dimana
sistim media masa diharapkan untuk dapat adil dan demoktratis sesuai dengan tuntutan
reformasi. Dengan kian berkembangnya Komunikasi massa di indonesia mengakibatkan
tumbuhnya berbagai media massa di tengah tengah masyarakat. Seperti pertumbuhan
Stasiun Televisi Nasional yang bersifat Swasta, dan tumbuhnya berbagai Stasiun Televisi
yang bersifat kedaerahan.
Semua peristiwa komunikasi baik itu komunikasi antar individu maupun
komunikasi massa secara terencana mempunyai tujuan, yakni mempengaruhi khalayak.
Khalayak di sini disebut sebagai penerima saluran, pembaca, pendengar, pemirsa,
audiens, dekorder atau komunikan.khalayak dalam komunikasi bisa berupa induvidu,
kelompok dan masyarakat. Pengaruh merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
proses komunikasi. Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap,
dan prilaku. Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan
persepsi dan perubahan pendapat.
Dalam persoalan kekuasaan dan integrasi media massa mampunyai pengaruh
yang besar. Ada asumsi dasar yang mempengaruhi hal tersebut di antaranya , pertama :
media memproduksi, reproduksi dan mendistribusikan pengetahuan dengan symbol yang
berarti, di mana maknanya di tafsirkan atau di konstruksikan secara sosial. Kedua :media
massa mempunyai peranan mediasi antra realitas sosial objektif dengan pangalaman
pribadi (subjektif), antara realitas empiris dengan realitas simbolis. Distribusi
pengetahuan melalui media dapat merubah struktur sosial tradisional, melemahkan
kekuatan elit, penyebaran kekuasaan dan mendorong munculnya demokratisasi. Dalam
hal ini media massa dapat merekonstruksi pengetahuan masyarakat terhadap sesuatu,
demikian halnya Pemerintahan dan Perpolitikan. Hal ini di sebabkan oleh karena Media
Massa menjadi pembentuk Opini dan Realitas Simbolik. Realitas Simbolik jadi lebih
penting di bandingkan Realitas Empiris, Opini lebih penting jika di bandingkan dengan
data. Media juga mempunyai kekuatan untuk mengintegrasikan masyarakat ke dalam
suatu pandangan umum misalnya tentang gaya hidup modern, yang dapat membentuk
masyarakat yang mengenyampingkan Etnis, Agama, Bangsa dan Pembedaan lainnya.
Media Pertelevisian merupakan Media Massa Audio Visual yang paling banyak di
minati oleh masyarakat , di mana hampir seluruh masyarakat menghabiskan waktu luang
dengan menonton televisi. Televisi juga menjadi salah satu media yang di gunakan untuk
berbagai macam kepentingan khususnya yang berhubungan dengan kekuasaan, dan
perpolitikan. Dalam sosialisasi politik, berbagai macam acara telah di tayangkan seperti
dialog interaktif, siaran langsung pemilu dan berbagai macam acara lainnya. Akan tetapi
dalam beberapa tahun terahir perpolitikan menjadi hal yang kurang menarik bagi
masyarakan, terutama Wartaberita. Ini di buktikan oleh penelitian Efendi Gazali, yaitu
peneliti sosial Amerika Serikat yang mendapatkan data bahwa jumlah pemirsa acara
berita formal di TV setiap tahun menurun 20-40 persen. Terutama, remaja usia 19 tahun-
29 tahun. Mereka cenderung menghindari acara berita formal, khususnya masalah politik.
Penelitian selanjutnya memperoleh data bahwa remaja di Amerika mendapatkan
informasi politik berkat tiga jenis acara. Yaitu, Late Show with David Letterman (CBS),
The Tonight Show with Jay Leno (NBC), dan The Daily Show with Jon Stewart (CNN).
Ketiga program tersebut memiliki sisi komedi dalam penyampaiannya. Karena dianggap
sukses menjadi sarana sosialisasi kebijakan negara secara ringan, Effendi berusaha
mengadaptasi. Lahirlah acara Republik Mimpi (Metro TV) Acara ini di anggap sukses
dalam memberikan pengetahuan politik secara ringan kepada pemirsanya. Seperti yang di
beritakan Warta Kota tanggal 19 juli 2006, bahwa acara republik Mimpi merupakan
salah satu acara yang mendapat rating iklan tertinggi untuk acara yang baru.dan sampai
saat ini acara repoblik mimpi masih di tunggu oleh pemirsanya yang sampai menyentuh
lapisan anak sederajat SMP.
II. Permasalahan
Media massa Pertelevisian saat sekarang ini menjadi alat yang penting untuk
bebagai kegiatan perpolitikan, baik bagi pemerintah yang berkuasa ataupun berbagai
kekuatan lain yang juga menggunakan media televisi untuk menggoyahkan pemerintahan
sekarang ini. Berbagai macam makna simbolik di sebar luaskan ke seluruh negri.
Menurut McQual (1987) operasionalisasi dan fungsi media massa di suatu negara di
tentukan oleh beberapa pihak seperti pihak pemerintah menggunakan media massa
sebagai alat untuk mempertahankan Integritas Bangsa dan Negara, dan bagi pengusaha
media massa di gunakan untuk peluang bisnis, dan bagi yang lain sesuai dengan
kepentingan mereka
Yang menjadi permasalahan di sini adalah pengaruh penayangan komedi politik
(political Parody) dalam kehidupan sosial masyarakat. Karena kita mengetahui bahwa
kekurangan minat masyarakat untuk menonton berita formal dapat mengakibatkan
kedangkalan pengetahuan masyarakat terhadap pemerintahan dan perpolitikan.
Sedangkan masyarakat harus bisa menjadi lembaga kontrol terhadap jalannya roda
pemerintahan.
III. TUJUAN PENELITIAN
IV. MANFAAT PENELITIAN
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. TEORI / KONSEP MASALAH YANG DIBAHAS
Komunikasi massa dapat di defenisikan sebagai proses komunikasi yang
berlangsung dimana pesannya di kirim dari sumber yang melembanga kepada khalayak
yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti Radio, Televisi, Surat
kabar dan Film. Dari defenisi di atas kita dapat melihat bahwa komunikasi merupakan
komunikasi satu arah di mana komunikasi hanya berlangsung dari komunikator melalui
media dan sampai kepada komunikant (pemirsa/audiens ). Kalaupun ada umpan balik
tetapi terbatas dan memalui waktu yang lama. Oleh karena itu sifat pesannya terbuka
untuk khalayak banyak yang fariatif, baik dari segi Usia, Agama, Suku, Pekerjaan
maupun di segi kebutuhan. Dan salah satu yang terpenting dari komunikasi massa adalah
media. Media berfungsi sebagai perantara komunikasi antara komunikator dan
komunikant. Media massa adalah alat yang di gunakan dalam penyampaian pesan dari
sumber kepada khalayak, dengan menggunakan alat komunikasi mekanis seperti
Suratlkabar , Radio, Televisi, dan Film.
Media massa memiliki beberapa karakter ; pertama; Bersifat melembaga, artinya
pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan,
pengelolaan, sampai pada penyampaian informasi. Kedua: Bersifat satu arah, artinya
komunikasi yang di lakukan kurang mungkin terjadinya dialog antara pengirim dan
penerima. Ketiga: Meluas dan serempak artinya dapat mengatasi rintangan waktu, jarak,
kerena ia memiliki kecepatan. Keempat : Memakai peralatan teknis atau mekanis seperti
Televisi, Radio, Surat kabar. Kelima : Bersifat terbuka , artinya pesan dapat di terima
oleh siapa saja tanpa mengenal usia dan jenis kelamin ataupun suku bangsa/ Ras.
Dilema Media massa dan Politik
Secara makro , Media Massa di Indonesia termasuk surat kabar merupakan
bagian atau sub-sistem dari sosial politik yang berlaku. Oleh kerena itu dalam pengkajian
media massa tidak dapat terlepas dari permasalahan Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya
yang berlaku. Jika di lihat menurut teori struktural fungsional maka kita dapat memahami
bahwa permasalahan yang terjadi pada media massa merupakan produk hasil
permasalahan sosial politik yang ada. Menurut McQuail (1987), Operasionalisasi fungsi
dan tujuan dari media massa di suatu negara di tentukan oleh beberapa pihak
Dominant Class
Mass Communicators
Volces In society
Media Audiens
Subordionate Class
Media Owners
Society/ Nation
Mass Media
atau unsur sebagai berikut :
Gambaran konseptual dari McQuail dapat di jelaskan sebagai berikut :
Sebagai bagian dari sistem kenegaraan, maka kepentingan Nasional/ Negara/
bangsa yang di rumuskan oleh kalangan pembuat kebijakan akan menentukan mekanisme
operasionalisme media massa dalam menjalankan fungsi dan tujuan. Misalnya pihak
pemerintah menginginkan agar media massa berfungsi sebagai sarana pemeliharaan
integritas bangsa dan negara, sarana pemeliharaan kestabilan politik, dan lain-lain.
Sementara itu pihak khalayak mengharapkan media massa berfungsi sebagai sumber
informasi yang terpercaya, sarana pengetahuan dan budaya. Bagi para pengusaha/
pemiliknya , Media Massa merupakan sarana bisnis, sedangkan bagi para komunikator
massa khusunya kalangan wartawan dan karyawan media massa lainnya, yang di
utamakan adalah kepuasan profesi. Bagi kalangan tertentu khususnya tokoh pemuka
pendapat, media massa merupakan infrastruktur kekuasaan (power). Adapun kebijakan
kebijakan undang-undang, peraturan-peraturan dan lain-lain merupakan refleksi dari
keterlibatan kalangan “dominand class”. Di lain pihak di kalangan masyarakat umum
(subordinat Class) mengharapkan media massa sebagai alat kontrol sosial dan perobahan.
Dari gambaran tersebut dapat terlihat bahwa media massa berada dalam suatu dilema,
yakni menghadapi benturan-benturan kepentingan.
Kelansungan hidup dari media massa adalah sejauh mana media massa
menyelaraskan beberapa kepentingan yang ada. Misalkan media massa mementingkan
pemerintah, seperti yang di lakukan Televisi Nasional TVRI pada pemerintahan
Ordebaru. Pada saat itu kita merasakan media massa hanya sebagai alat propaganda
pemerintah untuk menjaga integritas bangsa. Kerena itu media massa mengabaikan
kepentingan masyarakat yaitunya fungsi kontrol sosial dari media, khususnya untuk
menyampaikan kritikan serta pandangan yang berbeda mengenai realitas pembangunan
cenderung menurun dan bahkan tidak ada sama sekali. Akibatnya kridibilitas media
massa di hadapan khalayak menjadi semakin menurun. Menurut Dedy N Hidayat (1996)
mengatakan bahwa melemahnya kredibilitas Media Massa pada masa Orde Baru adalah
kerena sistem komunikasi politik dan kebijakan politik media massa yang berlaku. Hal
ini di sebabkan oleh dua faktor. Pertama ; Ketidak berdayaan para mengelola media
massa menghadapai tekanan politik eksternal dalam mendefenisikan dan menggambarkan
“Realitas Sosial”.Tekanan eksternal ini tentu saja tidak hanya mempengaruhi
“objektivitas intra-media” tetapi juga objektivitas ekstra –media. Dan hasilnya media
massa tidak mampu menyajikan pemberitaan tentang pluralitas sikap dan opini yang
dapat memperkaya wawasan pemikiran Khalayak. Kedua; Secara struktural politik media
yang berlaku di masa Orde Baru di asumsikan telah semakain memperkokoh integrasi
vertikal dalam sistim komunikasi politik kita. Hal ini tercermin dengan di milikinya
berbagai media massa oleh unsur-unsur bagian elit politik yang di perkirakan memiliki
keseragaman konsepsi mengenai realitas sosial. Dengan pola tersebut di nilai khalayak
kurang memiliki spektrum realitas sosial secara komprehensif dan objektif, karena tidak
menyertakan versi-versi alternatif yang berada di luar horison pemikiran pihak-pihak
pengendali media massa.
Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa dan Tinjauan Dampak Sosial
Televisi sekarang ini mendominasi hampir seluruh waktu luang seseorang.
Televisi begitu menyita perhatian seseorang tanpa mengenal usia. Hal ini d sebabkan oleh
kemampuan dari media televisi untuk memadukan fungsi Audio dengan fungsi Visual,
dan keampuan dalam memainkan warna sehingga memiliki tampilan yang menarik.
Sekarang ini penonton bisa mengakses berbagai siaran televisi sehingga penonton
(audien) bisa memilih saluran yang mereka sukai. Selain itu Pertelevisian sekarang ini
dapat mencapai daerah terpencil sekalipun sehingga televisi mampu untuk mengatasi
jarak dan waktu. Di Indonesia televisi diperkenalkan pertama kali pada tahun 1962,
ketika di langsungkan pekan olahraga sea games di jakarta. Pada saat itu waktu siar
masih terbatas kira kira 3 jam sehari. Seiring dengan perkembangan teknologi
pertelevisian kian berkembang sampai pada penggunaan satelit palapa pada tahun 1976,
pemilikan dan perkembangan pertelevisian semakin merebak di perkirakan sekitar 26 juta
pesawat televisi ada di Indonesia. Sampai sekarang siaran televisi sudah bisa di terima di
daerah pelosok sekalipun.
Dalam teori Dependensi Efek Komunikasi Massa yang di kembangkan oleh
Sandra Bal-Rokeach dan melvin L. Defeur (1976, senjaja, 9002;5,26) memfokuskan
perhatiannya pada kondisi struktural suatu mayarakat yang mengatur kecendrungan
terjadinya suatu efek Media Massa. Di sini Media Massa di anggap sebagai sistim
informasi yang memiliki peran penting dalam pemeliharaan, perubahan, dan konflik pada
tataran masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sosial. Pemikiran dalam teori
ini adalah bahwa masyarakat modern , audience menjadi tergantung pada media massa
sebagai sumber informasi bagi pengetahuan tentang, dan orientasi kepada, apa yang
terjadi dalam masyarakatnya. Dalam teori ini menjelasakan bahwa tingkat
ketergantungan ini di pengeruhi oleh jumlah kondisi struktural dan apa yang di lakukan
oleh media massa sebagai pelayanan berbagai fungsi informasi. Ada tiga komponen yang
saling berhubungan dalam teori ini yaitunya Audien, sistem media dan sistem sosial.
Menurut sajaja(2002;5, 27), dari hubungan ketiga komponen tersebut kita dapat melihat
efek tersebut dalam rumusan;
a. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan
sikap, agenda setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat,
penegasan/penjelasan nilai nilai.
b. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan , dan meningkatkan
atau menurunkan dukungan moral.
c. Behafiorial, menggaktifkan atau menggerakkan atau meredakan ,
pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau
menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan prilaku
dermawan.
Secara teoritis media massa memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran
pendidikan dan saluran hiburan, namun kenyataannya mediamssa memberikan efektif
yang lain di samping fungsinya tersebut. Efek tersebut tidak hanya mempengaruhi secara
fisik tetapi juga perilaku audiennya, tetapi pada tahap yang lebih luas maka media massa
dapat mempengaruhi sistem sosial dan sistem budaya masyarakat. Dennis Mc Quail
menjelaskan tipologi efek meddia massa. Pertama: efek media massa merupakan efek
yang terencana, merupakan efek yang di harapkan baik oleh media massa ataupun oleh
masyarakat umum.Kedua: efek media yang tidak terencana, di mana merupakan efek
media yang tidak di harapkan terjadi. Ketiga: efek media yang terjadi dalam waktu
pendek, merupakan efek media yang dapat di lihat atau di ketahui dalam waktu yang
relatif singkat, dan yang ke empat: efek media yang terjadi dalam jangka watu panjang,
di mana terjadi dan dapat di lihat dalam waktu yang lama.
Komedi Politik Sebagai Pendidikan Politik Media Massa
Komedi politik merupakan pemberitaan politik yang di beritakan melalui komedi,
atau dengan bawaan santai dan tidak formal. Komedi politik ini pertama kali di
tayangkan di stasiun televisi indosiar dengan nama program Republik Benar Benar
Mabok (BBM). Dan sekarang ini di tanyangkan di metro TV dengan nama Republik
Mimpi (News Dot Com). Acara yang di tayangkan pada setiap hari senin, pada awalnya
di latarbelakangi oleh hasil penelitian para peneliti sosial Amerika Serikat. Effendi
Gazali, salah seorang penggagas acara Republik Mimpi, mendapatkan data bahwa jumlah
pemirsa acara berita formal di TV setiap tahun menurun 20-40 persen. Terutama, remaja
usia 19 tahun-29 tahun. Mereka cenderung menghindari acara berita formal, khususnya
masalah politik.(Jawa post, 12 nov 2006). Penelitian selanjutnya memperoleh data bahwa
remaja di Amerika mendapatkan informasi politik berkat tiga jenis acara. Yaitu, Late
Show with David Letterman (CBS), The Tonight Show with Jay Leno (NBC), dan The
Daily Show with Jon Stewart (CNN). Ketiga program tersebut memiliki sisi komedi
dalam penyampaian. Dianggap sukses menjadi sarana sosialisasi kebijakan negara secara
ringan, Effendi berusaha mengadaptasi. Lahirlah acara Republik BBM (Benar-Benar
Mabok) di Indosiar. Dalam acara ini konsep di dasarkan pada news update, ini di
harapkan bahwa acara ini dapat menjadi pemberitaan kepada audien tentang berita
terbaru, seperti yang di beritakan kompas 5 november 2006, “begitulah News Dot Com di
kemas di antara berita dan banyolan. Acara berjenis parodi berita itu menjadi bagian dari
program metro TV yang 70 persen berupa berita.”
Efek dari penayangan komedi politik ini dapat kita lihat melalui beberapa teori di
antaranya Dependensi. Di mana dasar dari acara ini adalah kebutuhan audiens akan
berita. Belakangan telah menimbulkan penurunan audiens yang mengutamakan berita
politik hal ini di sebabkan karena pemberitaan yang bersifat formal tidak begitu memberi
perhatian dari audiens, maka di kembangkan pemberitaan itu dengan menggabungkan
dengan komedi, di mana pemberitaan di tampilkan dengan suasana nonformal. Dari
pemberitaan ini menimbulkan berbagai efek, diantaranya; pertama; menjadi sebuah
pendidikan politik bagi audien. Di mana seperti yang diberitakan kompas, 5 november
2006, bahwa dengan tayangan itu bisa membuat audiens tahu apa yang sedang terjadi di
negeri nya, terutama pada permasalahan perpolitikan. Di sini para pelaku akan di didik
untuk lebih dewasa dalam menyikapi persoalan yang terjadi.kedua; tayangan ini bisa
menjadi media kontrol sosial. Thomatsu Shibutani mengarahkan control sosial pada arti
yang sangat umum sepertimengarahkan (direct), menahan(resistance), mengatur
(regulate) atau menguasai ( dominate) perilaku orang lain atau kejadian-kejadian.di sini
media massa berperan sebagai media bagi masyarakat untuk melakuakan pengawasan
sosial, dengan memunculkan peran kognitif masyarakat akan sesuatu, ini juga dapat
menimbulkan afektif berupa dorongan untuk melakukan tindakan, seperti tindakan untuk
melakuan demonstrasi dan lain sebagainya.ketiga : sarana hiburan bagi Audiens.
Dalam penanyangan acara news dot com, ini di harapkan lebih objektif dalam
penyampaian berita, seperti yang di alami oleh acara republik BBM. Seperti yang di
beritakan warta kora,19 juli 2006.” Persoalan dasar BBM bukan karena himbauan Jusuf
Kalla, Wakil Presiden RI, untuk menghentikan tayangan itu, melainkan karena BBM
sudah terlalu disetir oleh penguasa program.” "Waktu itu misalnya, kami usul untuk bikin
episode siapa ketua PSSI untuk menyambut Piala Dunia atau membahas apakah perlu
kita punya Menteri Penanggulangan Bencana, tapi yang berkuasa minta kami
membicarakan soal Kopi Panas (komisi kereta api penumpang nasional). Tidak
kontekstual dan tidak ada urgensinya. Sejak itu kami mundur," tegas Effendi.
Memang media massa selalu berada dalam dilema, seperti yang di jelaskan di
awal, karena itu media massa akan bisa bertahan apabila media massa tersebut mampu
menyelaraskan kepentingan kepentingan yang selalu menekan media massa. Dan tetap
pada keobjektifan dari media.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara faktor intrinsik dan ekstrinsik individu dengan motivasi menonton televisi lokal.
2. Ada hubungan antara motivasi menonton televisi dengan pola menonton televisi lokal.
3. Ada hubungan antara pola menonton televisi dengan kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat terhadap televisi lokal.
2.2 Kerangka Pemikiran
Motivasi menonton program televisi lokal diduga dipengaruhi oleh faktor dari
dalam diri individu (intrinsik) dan faktor yang datang dari luar diri individu (ekstrinsik).
Variabel faktor intrinsik yang diduga berpengaruh terdiri atas beberapa variabel, yaitu
usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan etnis.
Sedangkan faktor ekstrinsik yang diduga berpengaruh yaitu adanya informasi acara dan
pola pengambilan keputusan. Pola pengambilan keputusan dalam memilih acara televisi
yang akan ditonton menurut Rogers seperti yang dikutip oleh Camelia (2003) terbagi
menjadi: a) pola pengambilan otoritas, b) pola pengambilan individual, yang dibagi
menjadi pola pengambilan keputusan opsional dan pola pengambilan koletif, dan c) pola
pengambilan kontingensi.
Setiap individu memiliki perilaku tertentu dalam menggunakan media massa.
Perilaku menonton televisi adalah suatu tindakan menonton televisi karena adanya
dorongan dalam diri seseorang untuk menonton televisi. Dorongan ini dapat dikatakan
sebagai motif. Menurut Defleur (1983), ada 3 hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur
untuk melihat perilaku penggunaan televisi, yaitu: 1) total waktu rata-rata yang
digunakan untuk menonton televisi dalam sehari, 2) pilihan acara yang ditonton dalam
sehari, 3) frekuensi menonton acara tertentu. Berbagai pola penggunaan televisi tersebut
dapat menghasilkan pemuasan kebutuhan atau konsekuensi lain yang tidak diinginkan
sebagai dampak dari perbandingan antara harapan khalayak sebelum menonton televisi
dengan yang sesungguhnya diperoleh khalayak setelah menonton televisi.
BAB III
METODE PENELITIAN
2.4 Definisi Operasional
1. Usia adalah satuan umur responden dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai
penelitian ini dilakukan.
2. Jenis kelamin responden adalah struktur biologis responden yang terbagi 2 yaitu:
1. Laki-laki
2. Perempuan.
2. Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah yang diperoleh responden per bulan. Setelah
memperoleh data pendapatan responden dari lapangan, data tersebut diolah untuk
memperoleh rata-rata dan simpangan baku, kemudian dibagi menjadi 3 kategori yaitu
pendapatan rendah, sedang, dan tinggi.
3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir dari responden. Dikategorikan
menjadi jenjang pendidikan rendah, sedang, dan tinggi.
4. Jenis pekerjaan adalah penggolongan pekerjaan yang langsung memperoleh
penghasilan berupa uang.
5. Etnis adalah suku bangsa yang melekat pada diri individu.
6. Informasi acara adalah pedoman responden untuk mengetahui tinjauan acara televisi
yang disiarkan televisi lokal.
7. Pola pengambilan keputusan adalah adanya pengambilan keputusan menonton yang
dijalankan responden. Dibagi menjadi:
a. Pola pengambilan keputusan otoritas
Acara televisi yang ditonton merupakan pilihan acara orang yang berkuasa.
Responden tidak dapat berbuat apa-apa untuk memilih acara televisi lainnya.
b. Pola pengambilan keputusan individual
Responden yang bersangkutan mengambil peranan dalam memilih acara televisi
yang akan ditonton.
c. Pola pengambilan keputusan kontingensi
Acara televisi yang ditonton merupakan pilihan acara berdasarkan keputusan lain
yang ada sebelumnya.
8. Motivasi menonton adalah keinginan dalam diri responden yang merangsangnya untuk
menonton acara televisi lokal. Dibagi menjadi: informasi, identitas pribadi, integrasi
dan interaksi sosial, dan hiburan. Motivasi ini dihitung dengan menggunakan skala
likert dari 1 sampai 4, yaitu:
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Setuju
4 = Sangat setuju
9. Pilihan acara televisi lokal adalah acara televisi yang ditonton oleh responden. Dibagi
menjadi 3 kategori siaran, yaitu:
a) Acara pendidikan adalah acara televisi yang ditujukan untuk menambah
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan. Berupa acara sekolah maupun luar
sekolah.
b) Acara informasi adalah acara televisi yang bertujuan untuk menyampaikan berita
dan informasi, berupa dialog, liputan dan wawancara.
c) Acara hiburan adalah acara televisi yang ditujukan untuk memberikan hiburan
kepada pemirsa. Berupa film, sinetron, acara anak-anak, kuis, musik, olahraga,
dan komedi.
10. Durasi menonton adalah rata-rata total waktu yang dipakai untuk menonton televisi
lokal perhari yang diukur dalam menit.
11. Kepuasan adalah dampak dari perbandingan antara harapan responden sebelum
menonton televisi lokal dengan yang sesungguhnya diperoleh responden setelah
menonton televisi lokal. Kepuasan ini dihitung dengan menggunakan skala likert dari
1 sampai 4, yaitu:
1 = Sangat tidak puas
2 = Tidak puas
3 = Puas
4 = Sangat puas
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi dari responden yang dilakukan
melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Selain itu akan dilakukan wawancara
dengan pihak stasiun televisi untuk mengkaji lebih dalam tentang program siaran televisi
lokal.
Data primer yang dikumpulkan terdiri dari data variabel karakteristik individu
(intrinsik dan ekstrinsik), motivasi menonton televisi, pola menonton televisi, dan
kepuasan menonton televisi. Data variabel faktor intrinsik individu diolah berdasarkan
faktor-faktor yang diteliti, yaitu usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan pekerjaan, tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan, dan etnis. Faktor ekstrisik meliputi informasi acara dan
pola pengambilan keputusan menonton. Data motivasi, pola menonton televisi, dan
kepuasan menonton diperoleh dari analisis kuesioner tentang kegiatan menonton yang
dilakukan oleh responden. Data sekunder yang akan diambil adalah data mengenai profil
televisi lokal, tayangan program acara televisi lokal, data tantang jumlah penonton acara
televisi lokal, potensi daerah, dan data lain yang menunjang penelitian.
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Hubungan antara variabel-variabel akan dilihat dengan menggunakan beberapa teknik
analisis data yaitu sebagai berikut:
1. Uji Korelasi Jaspen’s M dan tabulasi silang
Uji ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel umur, tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, etnis, informasi acara televisi dengan motivasi responden
menonton televisi. Adapun rumus koefisien korelasi Jaspen’s M adalah sebagai
berikut:
Uji Korelasi Eta, The Correlation Ratio η dan tabulasi silang
Kesimpulan
Perkembangan media massa sekarang ini di dukung oleh perkembangan ilmu
pengetahuan, berbagai teknologi komunikasi tercipta untuk mendukung dan
memudahkan menyampaikan pesan dari individu ke individu lain dan dari kelompok
ke kelompok lain atau dari individu ke kelompok ataupun sebaliknya.
Begitu juga dengan Pertelevisian Indonesia, kita di hadapkan pada berbagai
pilihan untuk acara televisi. Di sini kita harus bisa memilih acara dan layanan yang
sesusai dengan kebutuhan kita. Seperti contoh kebutuhan akan berita perpolitkan, kita
di hadapkan pada berbagai macam pilihan yang memliki ciri masing masing, dengan
ciri yang beerbeda tentu saja menimbulkan dampak yang berbeda pula. Mengenai
pertanyaan apakah kebutuhan kita akan terpenuhi ? jadi dalam memilih acara televisi
kita juga harus selektif karena berbagai macam simbol simbol, di siarkan yang
memiliki makna yang beragam pula. Ada mekna yang manifes dan ada juga makna
laten dari simbol tersebut.
Untuk menuju Komunikasi massa yang objektif sangat di harapkan oleh
masyarakat luas, kerena kepercayaan akan berita dan informasi yang tinggi oleh
masuarakat kepada media massa membuat media massa ke dalam rating perhatian
yang sangat tinggi, seperti berbagai gerakan yang membudayakan baca koran di pagi
hari. Dengan memasyarakatnya Media Massa akan sangat berbahaya jika terjadi
berbagai macam manipulasi data dan tentunya berdampak buruk dalam kehidupan
sosial budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin,Burhan, Sosiologi komunikasi, Kencana,Jakarta, 2006
Cangara,Hafioeld, Pengantar ilmu komunikasi, Rajawali Pers, 2002
G.Saverin Warner dan James W Tankard, teori Komunikasi, kencana, Jakarta,
2005
Mc Quarl Teori komunikasi media massa, Kencana ,Jakarta, 1994
S.Susanto Sunario Astrid DR. Komunikasi Pengendaliandan Komunikasi
Pengawasan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989
Sartono, Frans Nonton Komedi Politik Indonesia, Harian Kompas, 5
November 2006
Gen Sampaikan Politik Dengan Komedi, harian Jawa post, 12
November 2006
Sra Republik BBM Turun Ke Jalan , harian Warta Kota, 19 juli
2006
Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Komunikasi dan Demokratisasi,
tren Komunikasi, Vol.I/juli 1998
PROPOSAL
DAYA TARIK PROGRAM ACARA “ REPUBLIK MIMPI”TERHADAP MINAT PENONTON BAGI MASYARAKAT
OLEH :
SomantriTri SusantoIka Fitriani
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA
RAYA 2010