tugas konsentrasi analisis

36
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pengelolaan air limpasan dan air limbah melalui penyediaan fasilitas drainase yang baik dan aman mempunyai posisi strategis dalam pengembangan permukiman, khususnya wilayah perkotaan. Pengelolaan (penanganan) drainase yang tidak baik sering kali menjadi pangkal masalah, mana kala rasa aman dan nyaman penduduk (pemukim dan gangguan banjir dan pencemaran) tidak terpenuhi. Pengelolaan drainase yang tidak baik, seringkali timbul, dan berkaitan dengan masalah masalah sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Kota Bekasi sebagai pendukung ibu kota Negara juga tidak luput permasalahan diatas. Memahami hal tersebut, Satuan Kerja Penyehatan Lingkungan Permukiman Jawa Barat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum menyelenggarakan jasa konsultasi pada tahun anggaran 2010 untuk pekerjaan “Penyusunan Master Plan dan DED Drainase Perkotaan Kota Bekasi”. 2. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan pekerjaan ini adalah untuk menyusun Master Plan dan DED Drainase di Wilayah Bekasi yang mutakhir dan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta aplikatif di lapangan. 3. SASARAN KEGIATAN a. Mengurangi genangan air hujan di permukiman pada beberapa wilayah sasaran di Kota Bekasi. b. Mengendalikan limpahan air hujan pada beberapa wilayah sasaran di Kota Bekasi. c. Terbentuknya pengelolaan sistem drainase yang baik dan aman pada beberapa wilayah sasaran di Kota Bekasi. d. Tersedianya data dan peta topografi dengan hasil yang memadai untuk keseluruhan lokasi di wilayah Kota Bekasi.

Upload: jufri

Post on 18-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: tugas konsentrasi analisis

BAB IPENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pengelolaan air limpasan dan air limbah melalui penyediaan fasilitas drainase yang baik dan aman mempunyai posisi strategis dalam pengembangan permukiman, khususnya wilayah perkotaan. Pengelolaan (penanganan) drainase yang tidak baik sering kali menjadi pangkal masalah, mana kala rasa aman dan nyaman penduduk (pemukim dan gangguan banjir dan pencemaran) tidak terpenuhi.

Pengelolaan drainase yang tidak baik, seringkali timbul, dan berkaitan dengan masalah masalah sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Kota Bekasi sebagai pendukung ibu kota Negara juga tidak luput permasalahan diatas.

Memahami hal tersebut, Satuan Kerja Penyehatan Lingkungan Permukiman Jawa Barat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum menyelenggarakan jasa konsultasi pada tahun anggaran 2010 untuk pekerjaan “Penyusunan Master Plan dan DED Drainase Perkotaan Kota Bekasi”.

2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan pekerjaan ini adalah untuk menyusun Master Plan dan DED Drainase di Wilayah Bekasi yang mutakhir dan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta aplikatif di lapangan.

3. SASARAN KEGIATANa. Mengurangi genangan air hujan di permukiman pada beberapa wilayah sasaran di

Kota Bekasi. b. Mengendalikan limpahan air hujan pada beberapa wilayah sasaran di Kota Bekasi.c. Terbentuknya pengelolaan sistem drainase yang baik dan aman pada beberapa

wilayah sasaran di Kota Bekasi.d. Tersedianya data dan peta topografi dengan hasil yang memadai untuk keseluruhan

lokasi di wilayah Kota Bekasi.e. Tersedianya Master Plan dan DED Drainase kota Bekasi yang memenuhi kaidah-

kaidah perencanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta aplikatif di lapangan.

f. Tersedianya Program Jangka Menengah (PJM) sistem drainase Kota Bekasi.

Page 2: tugas konsentrasi analisis

BAB IIHASIL SURVEY DAN INVENTARISASI

1. GAMBARAN UMUM KOTA BEKASI

1.1. Letak Geografis dan TopografiSecara geografi Kota Bekasi berada pada posisi 106º55' Bujur Timur dan 6º7'- 6º15'. Lintang Selatan dengan sebagian besar pusat pemerintahan berada pada ketinggian rata-rata 18 sampai 20 meter dari permukaan laut (dpl) dan disekitar ruas jalan Tol Bekasi – Jakarta yaitu di sekitar wilayah Kelurahan Jatiwarna dan Kelurahan Jatiasih berada disekitar 26 sampai 40 meter diatas permukaan laut (dpl), sedangkan bagian ujung utara yaitu Kecamatan Bekasi Utara dan Kecamatan Medan Satria berada pada ketinggian 4 sampai 10 meter dpl. Pada ujung selatan disekitar wilayah kelurahan Jati Karya Kecamatan Jati Sampurna berada pada ketinggian 82 meter dpl.

1.2. Data Curah HujanData curah hujan diperoleh dari 5 stasiun pengamatan curah hujan yaitu dari stasiun Halim Perdanakusumah (periode 1996 -2009), Bendung Bekasi (periode 1996 – 2005), Cibongas (periode 2006 – 2009), Kranji (2003 – 2009) dan Klapa Nunggal (periode 2003 – 2009). Berdasarkan data curah hujan Stasiun Halim Perdanakusumah, Cibongas, Kranji dan Klapa Nunggal musim hujan (bulan basah dengan curah hujan > 200 mm perbulan) jatuh pada periode bulan Oktober sampai Maret, sedangkan musim kemarau (bulan kering dengan curah hujan < 100 mm per bulan) jatuh Juni sampai September.Sedangkan berdasarkan data curah hujan Stasiun Bendung Bekasi, bulan basah terjadi pada Januari, Pebruari dan April dan bulan kering dengan terjadi Juni sampai September.

2. KONDISI EKSISTING SISTEM DRAINASE KOTA

Di Wilayah Kota Bekasi terdapat 4 Kali besar yang berfungsi sebagai saluran primer, yaitu Kali Cileungsi, Kali Cikeas, Kali Bekasi, dan Kali Sunter. K. Cileungsi dan K. Cikeas bermuara di K. Bekasi. Disamping itu terdapat sejumlah Kali yang bersumber di Wilayah Kota Bekasi yang berfungsi sebagai saluran sekunder.

Pengelolaan Empat sungai besar yang menjadi saluran primer tersebut menjadi wewenang dan tanggung jawab Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciliwung-Cisedane dan Kali lainnya yang terletak di wilayah Kota Bekasi menjadi tanggung jawab dan wewenang Pemerintah Kota Bekasi.

Page 3: tugas konsentrasi analisis
Page 4: tugas konsentrasi analisis

3. PENYEBAB BANJIR/GENANGAN.

Banjir dan genangan yang terjadi di Kota Bekasi disebabkan oleh beberapa faktor yang teridentifikasi yaitu antara lain:

a. Adanya hambatan saluran air dari arah selatan ke utara oleh : Jalan tol Kalimalang Jalan kereta api Selokan/gorong-gorong yang ada saat ini kapasitasnya sudah tidak memenuhi

lagib. Faktor alamiah saluran itu sendiri karena terjadinya penggerusan dan terbawanya

material saluran oleh aliran air, sehingga terjadi pendangkalan dan sedimentasi yang mengakibatkan terjadinya penyempitan dimensi saluran drainase.

c. Faktor pola perilaku masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase dan pembangunan fisik yang tidak memperhatikan garis sempadan saluran menyebabkan penyumbatan dan kerusakan saluran drainase.

d. Adanya pengembangan wilayah kota yang mengubah tata guna lahan, mengakibatkan bertambahnya debit air di saluran. Luapan/genangan terjadi karena pertambahan debit tersebut tidak disertai dengan perencanaan ulang saluran drainase eksisting.

4. PERMASALAHAN DRAINASE

Permasalahan drainase yang terjadi sampai saat ini adalah sebagai berikut :a. Beberapa jalan penghubung antara kecamatan ada sebagian besar yang belum

mempunyai saluran samping, sehingga air hujan yang turun dijalan tersebut mengalir secara alamiah tidak terkendali mengikuti permukaan tanah yang menurun. Misalnya Jalan Perjuangan di Kec. Bekasi Utara menuju ke Kecamatan Medan Satria.

b. Drainase yang sudah ada kurang pemeliharaan.c. Belum tersusunnya program master plan untuk penanganan drainase baik untuk

jangka menengah maupun jangka panjang, sehingga penanganan drainase masih belum terarah.

d. Masih belum ada bagian/seksi khusus di Dinas Tata Air Kota Bekasi, yang tugas pokok dan fungsinya secara operasi dan pemeliharaannya menangani drainase yang terintegrasi secara keseluruhan mulai dari drainase tersier, sekonder sampai ke drainase primer.

Page 5: tugas konsentrasi analisis

BAB IIIANALISA DAN PERHITUNGAN

1. ANALISA HIDROLOGI

Maksud dan tujuan dari analisa hidrologi pada Pekerjaan Master Plan dan DED Drainase Perkotaan Bekasi adalah untuk menghitung potensi dari debit air maximum yang ada di lokasi rencana sistem Drainase Kota Bekasi guna mengeringkan atau mengurangi daerah genangan yang sering terjadi pada setiap musim hujan. Analisa hidrologi ini sangat penting artinya dalam perencanaan disain konstruksi untuk Drainase Kota Bekasi.

2. ANALISA DATA HUJAN

Analisa data hujan yang akan diaplikasikan di dalam studi perencanaan MasterPlan dan DED Drainase Perkotaan Bekasi adalah bersumber dari data curah hujan yang representative dapat mewakili dan terdekat ke daerah studi, yaitu berasal dari Stasiun Halim Perdanakusumah, periode tahun 1996 – 2009. Untuk memprediksi debit air yang mengalir di Kali Bekasi yang berasal dari anak Kali Cikeas dan Kali Cileungsi dan untuk keperluan desain konstruksi saluran drainase juga akan digunakan data curah hujan harian maximum yang berasal dari stasiun di HalimPerdanakusumah.

3. ANALISA FREKWENSI

Analisis frekuensi adalah analisa untuk memperkirakan harga besaran hidrologi (variate) yang masa ulangnya panjang, atau digunakan untuk peramalan dalam arti menentukan peluang terjadinya suatu peristiwa bagi tujuan perencanaan di masa datang. Variate terbesar yang didapatkan dari pengamatan hujan dan banjir, biasanya tidak ada sebesar atau lebih besar dari pada variate yang besarnya diperkirakan sebelumnya. Karena itu suatu ekstrapolasi secara tepat hanya mungkin jika persamaan matematis dari lengkungannya diketahui. Analisis frekuensi dilakukan untuk mengetahui distribusi yang sesuai dengan rentetan data hujan ekstrim yang ada.

Berdasarkan data hidrologi yang berhasil dikumpulkan, dilakukan analisa curah hujan maksimum, yaitu analisa frekuensi untuk menghasilkan curah hujan rencana titik dengan periode ulang 5,10, 20, 25 ,50 dan 100 tahun.

4. PERHITUNGAN DEBIT RENCANA

Untuk memperkirakan debit sungai atau saluran terjadi dapat dilakukan analisa hidrologi dengan menggunakan berbagai metoda seperti metode rasional atau metode hidrograf. Pemilihan metode yang digunakan tergantung dari data yang tersedia. Debit saluran ini digunakan dalam simulasi perilaku hidrolik untuk mengetahui tinggi muka air maksimum sungai atau saluran. Secara umum prosedur perhitungan debit rencana sungai atau saluran drainase adalah sebagai berikut:

4.1. Menghitung Intensitas Curah Hujan (I)Intensitas curah hujan rata-rata dalam t jam (It) dinyatakan dengan rumus :

Page 6: tugas konsentrasi analisis

Dimana :I = intensitas curah hujan (mm/jam) t = lamanya curah hujan (menit), atau dalam jamm = tetapan R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

4.2. Analisa Debit Rencana dengan Metode Rasional

Q = C. I. A

dimana Q = debit maksimum (m3/det)C = koefisien pengaliran/limpasanI = intensitas curah hujan rata-rata (mm/jam)A = daerah pengaliran (km2).

Pada persamaan ini nilai koefisien limpasan (C) tergantung pada luas coverage area berupa tata guna lahan.

4.3. Analisa Genangan (dari hujan )

Volume genangan = tinggi genangan x luas area genangantinggi genangan = diasumsi 20 cm (maximum)luas area genangan = luas tiap SWPG(Luas tiap satuan wilayah pengendalian genangan)

4.4. Analisa Debit Saluran Drainase

Q sal = (Jumlah volume hujan + volume genangan) / waktu surut 4 jam 4.5. Analisa Hidrolika (Metode Manning atau Strikler)

Perencanaan saluran drainase memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Saluran yang direncanakan terdiri dari saluran yang tedapat pada Sistem Drainase

Utama dan Drainase Lokal. Prinsip yang digunakan adalah saluran gravitasi dengan dibatasi oleh kecepatan

ijin yang tidak menyebabkan erosi dan sedimentasi. Pemantauan Debit Aliran Perhitungan debit berdasarkan gambar skema Jaringan drainase. Kapasitas saluran harus memperhitungkan setiap kapasitas banjir dengan periode

ulang tertentu yang disepakati. Elevasi muka air banjir rencana pada saluran lingkungan Kota Bekasi harus

memperhitungkan ketinggian peil Banjir di area Kota Bekasi Perhitungan hidrolis harus disesuaikan dengan debit rencana yang ada. Perencanaan saluran harus mengikuti standar perencanaan Drainase Perkotaan.

Page 7: tugas konsentrasi analisis

Jaringan yang perlu dihitung dimensinya terdiri dari Sistem Drainase Utama dan Drainase Lokal. Selain itu perlu dipertimbangkan fungsi masing-masing saluran tersebut.

Bentuk saluran drainase dengan lining untuk aliran langgeng yang paling stabil dan ekonomis adalah bentuk segi empat.

Metode yang bisa digunakan untuk menghitung dan menetapkan dimensi saluran adalah Metode Strickler.

5. ANALISA PERHITUNGAN HIDROLOGI

Berdasarkan data curah hujan harian maximum stasiun Halim Perdanakusumah dilakukan perhitungan curah hujan untuk kala ulang 5 tahun dengan :

5.1. Dengan cara Log Pearson

Perhitungan curah hujan dengan menggunakan metode Gumbel dan Log Peason tersebut diatas mendapatkan hasil untuk kala ulang diatas 5 tahun. Tata cara perhitungan tersebut diatas, digunakan juga untuk kala ulang 2, 10, 20, 25, 50, 100 tahun dan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Sesuai dengan Petunjuk Teknis dari Dirjen Cipta Karya No. CT/Dr/Re-TC/001/98 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Induk Drainase Perkotaan, Bab II Kentuan Ketentuan, Pasal 2.2 Teknis, Ayat 2.2.3 Kriteria Perencanaan Hidrologi, hal 1) hujan, dalam butir (2) menyatakan "analisa frekuensi terhadap curah hujan, menggunakan metode log Pearson tipe III, atau sesuai dengan kala ulang 1, 2, 5, 10 dan 25 tahun (mengacu pada tata cara perhitungan debit desain saluran)".

Berdasarkan petunjuk teknis tersebut kami akan memakai metode log Pearsontipe III.

Page 8: tugas konsentrasi analisis
Page 9: tugas konsentrasi analisis
Page 10: tugas konsentrasi analisis

6. PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN LAPORAN AKHIR

Dalam menentukan kriteria dimensi awal saluran drainase serta jenis material apa yang digunakan pada suatu daerah, besarnya debit aliran yang masuk maupun elevasi lahan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Sebab dengan mengetahui besarnya debit yang mengalir kita akan dapat memperkirakan besarnya dimensi saluran minimum yang dibutuhkan air agar tidak melimpas. Dan dengan mengetahui kemiringan dari nilai elevasi yang ada, kita dapat memperkirakan besarnya kecepatan air yang melimpas sehingga kita dapat memilih jenis material yang tepat bagi saluran tersebut.

Page 11: tugas konsentrasi analisis
Page 12: tugas konsentrasi analisis
Page 13: tugas konsentrasi analisis
Page 14: tugas konsentrasi analisis
Page 15: tugas konsentrasi analisis
Page 16: tugas konsentrasi analisis

BAB IVMASTER PLAN DRAINASE

Berdasarkan kondisi drainase saat ini dan hambatan-hambatan yang ditemui serta kondisi drainase yang diinginkan, disusunlah strategi untuk menyusun rencana dan pelaksanaan pembangunan Drainase sebagai berikut:

1) Drainase perkotaan adalah drainase diwilayah kota yang berfungsi mengendalikan air permukaan, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Rencana induk sistim drainase perkotaan adalah perencanaan dasar yang menyeluruh pada suatu daerah perkotaan untuk jangka panjang.

2) Sistim saluran drainase untuk Kota Bekasi terdiri atas: 3) Saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air dar saluran sekunder dan

menyalurkannya ke badan penerima air.4) Saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran tertier dan

menyalurkannya ke saluran primer.5) Saluran tertier adalah saluran drainase yang menerima air dari sistim drainase lokal

dan menyalurkannya ke saluran sekunder.

6) Sistim saluran drainase yang ada saat ini di Kota Bekasi masih belum berpola dan terstruktur dengan baik (saluran Primer, Sekunder, dan Tersier). Pembangunan saluran baru sebagian besar dilakukan secara parsial. Untuk mengatasi hal itu perlu dibuat suatu rancangan (Master Plan) drainase kota, sehingga walaupun pembangunan dilakukan secara parsial, tetapi yang dilakukan merupakan bagian dari rencana induk pembangunan drainase (pembangunan mengikuti master plan). Langkah awalnya adalah dengan melakukan pemetaan photo udara kota Bekasi.

7) Topografi yang rendah dan pengaruh pasang surut air, diatasi secara kasus per kasus. Untuk jalan-jalan protokol dan jalan yang mempunyai nilai perekonomian yang tinggi sebaiknya dilakukan peningkatan permukaan jalan sampai batas diatas level banjir tertinggi. Untuk daerah bisnis perdagangan dan pusat pemerintahan akan dilakukan sistim polder tetapi membutuhkan biaya operasi dan pemeliharaan yang tinggi.

8) Pertumbuhan rumah, toko dan ruko-ruko yang pembangunannya dilakukan pengurugan lahan tidak diimbangi dengan penambahan sistim drainase pada kawasan yang baru berkembang, sebaiknya disiasati dengan pembangunan drainase utama secepatnya. Demikian juga pembangunan bangunan baru yang mengakibatkan tertutupnya sistim drainase yang lama, akan dibuatkan gorong - gorong untuk menghindarkan terjadinya genangan serta akan dilakukan pengawasan secara ketat selama pelaksanaan pembangunan tidak mengganggu sistim drainase yang sudah ada, termasuk pembuatan akses masuk rumah, toko atau lahan parkir agar tidak menghalangi atau mempersempit saluran.

9) Menurunnya kapasitas saluran diakibatkan oleh beberapa hal. Sering kali ditemukan saluran-saluran yang kapasitas awalnya mencukupi, namun akibat pemeliharaan yang tidak memadai, terjadi pengendapan lumpur yang mempersempit saluran secara perlahan-lahan, sehingga kapasitas saluran yang ada sudah tidak mencukupi lagi

Page 17: tugas konsentrasi analisis

untuk menampung debit maksimal. Kasus seperti ini dapat diatasi dengan meningkatkan pemeliharaan saluran dalam satu tahun sekali sampai tiga kali pembersihan, serta usaha yaitu dengan pengadaan perlombaan kebersihan tingkat kota dan lomba angkat lumpur. Saluran yang secara fisik dimensinya kurang (umumnya akibat dimensi yang tidak seragam pada saluran di depan rumah, dimana pada rumah-rumah tertentu terjadi perubahan umumnya mengecil), akan dilakukan pembangunan saluran dengan dimensi yang seragam dan cukup mengalirkan debit air sehingga tidak lagi terjadi hambatan pada aliran air hujan.

10) Pembangunan perumahan oleh developer ada yang kurang/tidak memperhatikan sungai/kali yang berada disekitar lahan, sehingga saluran yang sudah ada tertimbun tanah galian yang menjadikan sungai/kali menjadi dangkal dan sempit.

11) Pemukiman di bantaran dan badan sungai, diatasi dengan mengadakan koordinasi dengan Dinas Tata Kota, Bapedalda, Satpol PP, Kecamatan dan Kelurahan padapenerapan Perda Sungai. Saat ini dalam tahapan sosialisasi Rencana Perda Garis Sepadan Sungai, Dinas Tata Air Pekerjaan Umum sebaiknya berkoordinasi dengan Pemerintah Kota agar menugaskan dan mendesak aparat Kecamatan dan Kelurahan untuk melakukan pra-sosialisasi tentang Rencana Perda Garis Sepadan Sungai semaksimal mungkin untuk menjamin Perda itu dapat diterapkan secara menyeluruh.

1. SISTIM MASTER PLAN DRAINASE PERKOTAAN KOTA BEKASI Sistim Drainase Perkotaan Kota Bekasi mengikuti konsep sistim drainase berkelanjutan

dengan menerapkan kaidah ”satu sungai satu manajemen” terutama untuk sungai yang memiliki daerah pengaliran di bagian hulunya berada di wilayah Kota Bekasi sehingga akan mempermudah dalam pola penanganannya.

Sistim drainase berkelanjutan merupakan implementasi Sistim Eco-drainase yang sangat memperhatikan masalah lingkungan yang berkelanjutan. Konsep Ecodrainase juga akan berusaha menerapkan manajemen satu sungai dengan satu sistim, sehingga penanganannya lebih mudah dan koordinasi penanganannya lebih jelas. Penerapan eco-drainase dapat dilakukan dengan pendekatan hidromorfometri yang menjelaskan hubungan antara aspek-aspek morfometri dan variabel-variabel hidrologi (Seyhan, 1976). Pendekatan hidromorfometri dapat menjelaskan respon limpasan maupun masukan air ke tanah di dalam suatu sistem DAS sebagai reaksi dari variabel morfometri DAS terhadap masukan hujan. Selain variabel morfometri, variabel fisik permukan lahan lainnya seperti vegetasi, penggunaan lahan, yang membantu dalam analisis hidrologi.

Masalah banjir dan genangan yang terjadi di Kota Bekasi dapat terjadi akibat:

a. Banjir kiriman: aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu di luar kawasan yang tergenang. Hal ini terjadi jika hujan yang terjadi di daerah hulu menimbulkan aliran banjir yang melebihi kapasitas sungainya atau banjir kanal yang ada, sehingga terjadi limpasan. Banjir kiriman yang besar tercatat pada tahun 2002, 2007, 2009.

b. Banjir lokal: genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di daerah itu sendiri, hal ini dapat terjadi kalau hujan yang terjadi melebihi kapasitas sistem drainase yang ada. Banjir lokal, ketinggian genangan air antara 0.20.7 m, lama genangan antara 1-

Page 18: tugas konsentrasi analisis

8 jam. Terdapat pada daerah rendah, wilayah yang sering tergenang biasanya berada di daerah cekungan.

c. Banjir back water (rob) akibat meluapnya Kali Bekasi dan Kali Sunter: banjir yang terjadi baik akibat aliran langsung air pasang akibat banjir dari Kali Bekasi (Kali Sunter), dan/atau air balik dari saluran drainase anak sungai Kali Bekasi akibat terhambat oleh air pasang. Banjir pasang, merupakan banjir rutin akibat Kali Bekasi meluap (banjir kiriman dari Kabupaten Bogor) yang terjadi pada wilayah sepanjang aliran Kali Bekasi maupun Kali Sunter. Ketinggian genangan antara 0,20-0,70 m dengan lama genangan antara 3 hingga 6 jam.

Tiga sungai penyumbang banjir terbesar di Kota Bekasi adalah: Kali Bekasi, Kali Cikeas, dan Kali Sunter rutin menyumbang banjir tahunan di wilayah berikut ini:a. Kecamatan Pondok Gede (Perumahan Bina Lindung)b. Kecamatan Pondok Melati (Perumahan Chandra RW 15, Perumahan Pondok Melati

Indah, Perumahan Nyai Putu Bawah).c. Kecamatan Bekasi Selatan (Perumahan Jaka Kencana)d. Kecamatan Jati Asih (Pondok Mitra Lestari, Jati Asih Indah, Kemang IFI Graha,

Pondok Gede Permai, Villa Jati Rasa, Perumahan Mandosi).e. Kecamatan Jati Sampurna (Perumahan Citra Grand).

Berdasarkan hasil indentifikasi saluran yang ada di Kota Bekasi ada 18 (delapan belas) saluran, namun setelah dilakukan analisa dan evaluasi sistim drainase Kota Bekasi terdapat 11 (sebelas) aliran sungai yang mengalir dari selatan ke utara, yaitu:

a. Kali Buarab. Kali Jati Keramatc. Kali Bojong Rangkongd. Kali Cakunge. Kali Jati Luhur atau Kali Baru, Kali Kapukf. Kali Bolevard/Galaxy/BSK dan Kali Pekayon Kecilg. Kali Rawa Tembaga (asalnya saluran irigasi namun berubah fungsi menjadi saluran

pembuang).h. Kali Pekayoni. Kali Alam Galur, Kali Blencongj. Kali Abang Tengahk. Kali Rawa Rotan atau Kali Rorotan

2. SKENARIO MASTER PLAN ORAN AKHIR

Pola penanganan penataan sungai / saluran Drainase di Kota Bekasi bisa di bagi dalam beberapa program kegiatan, antara lain :

a. Pemeliharaan jaringan Drainase, program ini dilaksanakan untuk daerah atau jalan yang sudah ada jaringan saluran drainasenya sehingga pekerjaan berupa perbaikan saluran yang rusak dan penggalian endapan Lumpur/tanah akibat sedimentasi.

b. Pembangunan saluran Drainase, program ini dilakukan pada jalan atau daerah yang belum ada jaringan drainasenya sehingga diperlukan pembangunan saluran Drainase.

c. Normalisasi Sungai (pembersihan endapan lumpur, perapihan/pembenahan bantaran siring yang rusak dan pembuatan siring penahan tanah), program ini

Page 19: tugas konsentrasi analisis

dilakukan pada sungai-sungai yang mengalami pendangkalan sehingga memerlukan pengerukan untuk tetap memperlancar aliran sungai.

d. Revitalisasi bantaran sungai (perapihan bantaran sungai, pembuatan taman dan pembuatan siring), program ini dilakukan untuk melindungi bantaran sungai agar tidak tergerus oleh aliran air dan membatasi wilayah sungai agar tidak ada bangunan yang masuk ke wilayah sungai dengan membangun siring.

e. Pada prinsipnya penanganan drainase yang akan dilakukan adalah dengan menjamin kondisi sanitasi yang sehat di kawasan permukiman dengan adanya pergantian air yang bisa dilakukan pada saat terjadi pasang dan surut.

f. Sistim pompanisasi, program ini dilakukan karena secara geografis Daerah Bekasi dikecamatan-kecamatan Bekasi Utara, Medan Satria,Bekasi Barat, Bekasi Selatan relatif datar dengan kemiringan lahan 0 -2%, sehingga apabila terjadi musim penghujan dan bersamaan dengan air pasang maka air hujan lambat keluar dari daerah permukiman sehingga harus dipompakan. Dengan catatan bahwa daerah yang dilayani dengan pompanisasi ini harus sudah dilakukan pembangunan polder.

2.1 Kriteria Pemilihan Wilayah Target

Target yang ingin dicapai pada sektor drainase dibagi dua tahap pencapaian, yaitu:

a) Tahap Pertama diusahakan agar drainase kota bisa lancar alirannya sehingga bisa mengurangi genangan, paling tidak bisa mempercepat proses pengaliran air sesudah pasang atau hujan.

b) Tahap Kedua adalah pengeringan kawasan. Maksud dari pengeringan disini bukan berarti kota Bekasi harus benar-benar kering, melainkan diusahakan agar level air tertinggi tidak sampai meluap/ menggenangi jalan/halaman. Lokasi pentargetan penanganan dibagi menjadi 2 (dua) tahapan dengan memperhitungkan kriteria wilayah dan kepadatan penduduk. Tiap tahap dilaksanakan dalam waktu 5 (lima) tahun, kecuali untuk tahap yang pertama. Tahap pertama akan dilaksanakan sampai 2015, sebab kawasan ini harus secepatnya ditangani yang merupakan tampak depan kota. Keempat tahapan tersebut adalah;

Tahap 1 – Pusat kota dan jalan protokolYaitu pusat kota (Kecamatan Bekasi Barat dan Bekasi Selatan), sepanjang jalan di wilayah Perumnas Bekasi I, Jalan diwilayah perkantoran Pemerintah Kota

Tahap 2 – Permukiman tengah kotaYaitu permukiman penduduk yang sudah ada dan berkembang bersama perkembangan kota. Kebanyakan perumahan yang dibangun secara perorangan. Jalan kurang tertata dengan baik dan sebagian tampak kumuh.

Tahap 3 – Permukiman pinggiran kotaMerupakan permukiman yang baru berkembang saat ini. Sebagian besar adalah komplek perumahan yang dibangun oleh developer. Jalan-jalan sudah tertata dengan baik, tetapi untuk sarana drainase saat ini belum tersedia,seperti Jl.Perjuangan di Kelurahan Teluk Pucung dan kalaupun ada tidak bisa berfungsi dengan baik.

Tahap 4 – Daerah pinggiran kota

Page 20: tugas konsentrasi analisis

Merupakan daerah pesisir kota yang saat ini sebagian besar adalah lahan terbuka/lahan pertanian. Seperti Kecamatan Pondok Melati dan Kecamatan Jati Sampurna.Diperkirakan lahan ini nantinya juga akan menjadi kawasan pemukiman. Bertitik tolak dari Peta genangan dan banjir Tahun 2007 dan data survey yang dilakukan oleh Konsultan dibantu oleh staf-staf Dinas PU Bidang Tata Air, dimana untuk Kota Bekasi dibagi 11 zona sistem aliran sungai maka dari data diatas disusn analisis prioritas penanganan drainase.

3. PENYIAPAN JADWAL PEMBANGUNAN FISIK

Jadwal pembangunan fisik perlu disusun guna mencapai hasil yang optimal dari program pemerintah dalam pembangunan. Dalam hal ini pemerintah kota Bekasi melalui Badan Perencana Pembangunan kota Bekasi telah melaksanakan penyusunan rencana induk sistem drainase kota Bekasi. Berdasarkan rencana induk tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan langkah – langkah ketahap berikutnya.

Langkah – langkah yang telah dan perlu disiapkan adalah meliputi : Penyusunan Master Plan Drainase kota Bekasi, yang sesuai penyusunan laporan ini. Berdasarkan master plan ini disusun pula Detail Engineering Desain (DED), dimana

berdasarkan hasil analisis, diskusi dengan pemerintah daerah yang diwakili oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang Tata Air dan Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Jawa Barat yang mewakili Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka disusunlah prioritas tahapan jadwal pembangunan.

4. PERKIRAAN KEBUTUHAN PENANGANAN DRAINASE

Berdasarkan tahapan jadwal pembangunan drainase seperti dalam maka perkiraan kebutuhan biaya selama periode tahun 2011 – 2023 adalah sebesar Rp. 793.850.000.000,- (tujuh ratus sembilan puluh tiga milyar delapan ratus lima puluh juta rupiah), dengan rincian seperti pada Tabel 4.

Page 21: tugas konsentrasi analisis
Page 22: tugas konsentrasi analisis

BAB VANALISIS BCR DRAINASE PERKOTAAN WILAYAH KOTA BEKASI

STUDI KELAYAKAN PROYEK PENYUSUNAN MASTER PLAN DAN DETAIL ENGENERING DESAIN DRAINASE PERKOTAAN KOTA BEKASI

1. Analisis Kelayakan Proyek

Layout rencana induk drainase perkotaan kota Bekasi diupayakan sedapat mungkin menghasilkan konstruksi-konstruksi yang efisien dan ekonomis, baik dalam pembangunannya maupun dalam operasionalnya tanpa mengurangi mutu konstruksi. Selain itu juga dalam pelaksanaan pembangunannya tidak memakan waktu terlalu lama.

Bencana, baik banjir maupun bencana alam lainnya yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, cenderung mengalami peningkatan intensitas dan kompleksitasnya, sehingga kerugian yang ditimbulkan juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu maka untuk setiap rencana proyek pembangunan sebaiknya diperhitungkan terlebih dahulu tingkat kelayakannya baik secara ekonomi, financial, maupun social, agar proyek tersebut selain berdayaguna secara ekonomi, juga memiliki nilai manfaat yang tinggi bagi masyarakat. 2. Metode Penilaian Ekonomi

Secara teoritis, metode penilaian kerugian bencana dapat diklasifikasikan menjadi:

2.1. Kerugian Tanpa Proyeka. Kerugian langsung (Direct Losses) : yaitu kerugian yang dihitung atas dasar

kerusakan fisik langsung akibat banjir dan genangan air. Banjir di kota Bekasi rata-rata terjadi 2 kali per tahun, disamping frekuensi rata-rata per tahun tersebut, banjir senantiasa menggenangi kota Bekasi setiap terjadi hujan deras, dengan luas daerah yang kena dampak mencapai kurang lebih 1442 Ha, dengan lama genangan rata-rata 15,8 jam dengan ketinggian rata-rata 0,6m. Kondisi tersebut telah menyebabkan kerugian fisik secara langsung (direct losses) berupa kerusakan jalan kurang lebih sepanjang 34.935 meter dengan lebar rata-rata 8 meter atau kurang lebih 279.480 M. Sedangkan jumlah bangunan yang terkena dampak banjir mencapai 12.692 unit dengan luas bangunan rata-rata lebih 70M2. Dengan demikian volume bangunan yang terkena dampak kurang lebih 888.440M2, dengan tingkat kerusakan rata-rata diperkirakan mencapai 20%, dengan demikian total biaya perbaiakandengan estimasi harga pasar untuk hotmix per M2 dengan ketebalan 5 cm sebesar Rp 75.000,-, maka kerugian atas kerusakan jalan mencapai Rp 20,96 Milyar, sedangkan kerusakan bangunan dengan menggunakan estimasi harga NJOP sebesar Rp 2,5 juta per M2, adalah sebesar Rp 444,22Milyar. Jadi total kerugian fisik secara langsung diperkirakan mencapai kurang lebih Rp 465,18 Milyar, sebagaimana terlihat pada Tabel 5.1

b. Kerugian tidak langsung (Indirect Losses): yaitu konsekuensi yang harus ditanggung akibat kerusakan fisik. Data hasil survey mencatat kurang lebih sebanyak 59.188 KK yang terkena dampak, sehingga mereka harus menanggung

Page 23: tugas konsentrasi analisis

kerugian berupa hilangnya kesempatan bekerja rata-rata 2 hari setiap kali banjir, serta kerugian lain berupa peningkatan biaya perawatan kesehatan, perawatan peralatan rumah tangga, dan lain-lain. Kerugian tidak lansung diperkirakan sebesar Rp 32,55 Milyar, teridiri dari nilai kehilangan penghasilan 59.188 KK selama 2 hari dengan penghasilan rata-rata per hari berdasarkan PDRB per kapita kota Bekasi adalah Rp 70.000,-, atau sebesar Rp 8,88 Milyar, serta biaya rata-rata cek dan perawatan kesehatan sebesar Rp 100.000,- per jiwa, dengan asumsi satu KK rata-rata teridiri dari 4 jiwa, maka nilai kerugian mencapai Rp 23,67 Milyar.Dengan demikian akumulasi kerugian langsung langsung dan tidak langsung yang harus dipikul masyarakat diperkirakan sebesar Rp 497.145.520.000,- sebagaimana terlihat pada Tabel 5.1 di bawah ini:

Tabel 5.1.Kerugian Tanpa

Proyek

No URAIAN

Volume Harga

Jumlah(RP

)I Direct Losses1. Bangunan 888.440M2(0,2) Rp 2,5 jt/M2 444.220.000.000,-2. Jalan 279.486 M2 Rp 75.000 20.961.000.000,-

II Indirect Losses1.Kehilangan Pendapatan 59.188 KK(2) Rp 70.000/hari 8.286.320.000,-2.Perawatan Kesehatan 59.188(4) Rp 100.000 23.675.200.000,-

III Total Kerugian 497.145.520.000,-

3. Estimasi Manfaat

Sebelum analisis kelayakan dilakukan, terlebih dahulu perlu diteliti dan dianalisis tentang manfaat, yaitu nilai tambah baik langsung maupun tidak langsung dari dibangunnya system drainase kota Bekasi. Adapun Komponen Manfaat (benefit components) pembangunan dan pengoperasian system drainase terpadu yang dipertimbangkan dalam analisis kelayakan adalah sebagai berikut: Pengurangan frekuensi banjir dan genangan diperkirakan proporsional dengan tahap pembangunan proyek, sehingga dalam jangka waktu tersebut benefit meningkat secara linier.

3.1. Analisis Manfaat secara EkonomiAnalisis manfaat ekonomi diperlukan untuk mengukur tingkat pengembalian yang dihitung antara lain berdasarkan manfaat penghematan biaya perbaikan dan pemeliharaan rumah, penghematan biaya pengobatan dan perawatan kesehatan, waktu perjalanan dan biaya transportasi, accident saving untuk keperluan berjaga-jaga, dan perkembangan wilayah yang ditimbulkan oleh keberadaan system drainase kota yang memadai.Manfaat ekonomi dalam analisis ini dijelaskan dengan berkurangnya nilai kerugian masyarakat sebagai dampak positif dari pembangunan proyek drainase. Dari data pada Tabel 5.1, dapat diketahui bahwa manfaat ekonomi dengan proyek adalah sebesar

Page 24: tugas konsentrasi analisis

sebesar tingakat sensitivitas proyek yaitu diasumsikan 15% kali nilai kerugian langsung (direct Losses) tanpa proyek, atau kurang lebih sebesar Rp 69,47 Milyar,-.

3.2. Analisis Manfaat secara FinansialSedangkan analisis manfaat finansial adalah tingkat pengembalian yang dihitung berdasarkan sejumlah uang yang diperoleh masyarakat baik rumahtangga, petani, dan industry dari potensi penerimaan tanpa banjir dan genangan air.

Penilaian manfaat dilakukan menurut dua situasi, yakni untuk skenario tanpa proyek drainse (without project) dan dengan proyek pembangunan drainase (with project).

Berdasarkan data pada Tabel 5.1, total financial loss tanpa proyek adalah sebesar Rp 32,55 Milyar. Maka yang dimaksud dengan manfaat financial dalam analisis ini adalah berkurangnya kerugian financial setelah adanya proyek. Dengan tingkat sensitivitas proyek sebesar 15%, maka kerugian akan berkurang secara proporsional berdasarkan tahap pekerjaan, yaitu secara akumulasi diperkirakan berkurang sebesar Rp 4,88 Milyar.

4. Proses Analisis Kelayakan

Perbandingan biaya (cost) dan manfaat (benefit) merupakan salah satu instrumen dalam menentukan kelayakan ekonomi dan finansial dari pembangunan dan pengoperasian fasilitas publik, termasuk pembangunan system drainase kota Bekasi ini. Proses analisis kelayakan dilakukan dalam 3 tahapan, yakni:

proses estimasi biaya ekonomi/finansial (biaya konstruksi, operasi, dan pemeliharaan).

melakukan estimasi manfaat ekonomi dan pendapatan finansial dari proyek tersebut. melakukan analisis kelayakan untuk mengetahui sejumlah indikator kelayakan, Net

Present Value (NPV), dan Benefits Cost Ratio (BCR).

Tabel 5.2

Perbandingan Analisis Kelayakan Ekonomi dan Kelayakan Finansial

No Aspek Ekonomi Finansial

1 Sudut Pandang Publik Privat2 Tujuan Efisiensi Laba3 Kriteria NPV, dan BCR IRR4 Aplikasi Proyek Pemerintah

Dilaksanakan olehPemerintah/SwastaUntuk kepentingan publik

Proyek swasta,dilaksanakan oleh swasta dg orientasipada laba

Page 25: tugas konsentrasi analisis

5. Indikator Kelayakan

5.1. Net Present Value ( NPV )Net Present Value adalah selisih antara Present Value Benefit dikurangi dengan Present Value Cost. Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara financial adalah yang menghasilkan nilai NPV bernilai positif. Dalam hal ini semua rencana akan dilaksanakan apabila NPV > 0, atau persamaan di atas memenuhi :

Net Present Value (NPV) = PVBenefit - PVCost > 0Hal tersebut berarti bahwa pembangunan konstruksi terminal akan memberikan keuntungan, dimana benefit/ cash flow positif akan lebih besar dari pada cost/cash flow negatif.

5.2. Benefit Cost Ratio ( BCR )Benefit Cost Ratio adalah Perbandingan antara Present Value Benefit dibagi dengan Present Value Cost. Hasil BCR dari suatu proyek dikatakan layak secara finansial bila nilai BCR adalah lebih besar dari 1. Nilai ini dilakukan berdasarkan nilai sekarang, yaitu dengan membandingkan selisih manfaat dengan biaya yang lebih besar dari nol dan selisih manfaat dan biaya yang lebih kecil dari nol.

Nilai B/Cnet yang lebih kecil dari satu menunjukkan investasi yang buruk. Hal ini menggambarkan bahwa manfaat yang diperoleh dari pembangunan system drainase lebih kecil daripada investasi yang dikeluarkan.

Perhitungan kerugian yang disebabkan oleh banjir meliputi seluruh kerugian yang harus ditanggung semua komponen masyarakat (all members of the society),dengan menggunakan harga pasar (market prices) untuk menggambarkan nilai sebenarnya (true value) bagi kerugian sebagai dampak langsung, dengan terlebih dahulu menetapkan batas-batas wilayah yang dinilai kerugian ekonominya secara seksama melalui pendekatan with and without disaster, bukan before and after disaster.

Disamping itu, dalam rangka upaya mengurangi tingkat kerugian serta meningkatkan kesejahteraan social ekonomi masyarakat yang selama ini sering menanggung kerugian akibat banjir, maka dalam pembuatan rencana induk drainase ini perlu memasukkan pula upaya-upaya penurunan risiko bencana kedalam perencanaan pembangunan yang terintegrasi. Mengingat integrated development planning bersifat multisektoral, maka diperlukan pendekatan multisektor dalam perencanaannya, karena pembangunan public utility berkorelasi langsung dengan aktifitas social- ekonomi masyarakat. Mengingat bahwa rencana pembangunan system drainase kota Bekasi termasuk dalam kategori pengembangan investasi pada proyek proyek yang ditujukan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka dalam pelaksanaannya disarankan untuk mengintegrasikan risiko bencana pada setiap tahapan proyek.

6. Analisis Dampak

Masyarakat yang berada di daerah pemukiman merupakan bagian terbesar yang terkena dampak banjir dan genangan, oleh sebab kelayakan proyek dari sektor ekonomi sangat ditentukan seberapa besar dampak proyek tesebut terhadap terhadap tingkat penurunan

Page 26: tugas konsentrasi analisis

beban yang harus dipikul masyarakat antara kondisi sekarang tanpa proyek dengan kondisi yang akan datang setelah pembangunan proyek.

7. Perkiraan Biaya

Dalam pelaksanaan pembangunan system drainase perkotaan di kota Bekasi meliputi 8 kecamatan. Pembangunan konstruksi, seluruh komponen proyek yang diusulkan diperkirakan dapat dilaksanakan dalam 10(sepuluh) tahun anggaran, dibagi dalam tiga tahap pelaksanaan pembangunan konstruksi, Tahap pertama mulai Tahun 2011 sampai dengan 2013 dengan perkiraan biaya sebesar Rp 26,8 Milyar, Tahap Kedua Tahun 2014 – 2016 diperkirakan menghabiskan biaya sebesar Rp 22,7 Milyar, sedangkan tahap ketiga yaitu tahun 2017 -2020 dianggarkan sebesar Rp33,8 Milyar. Sehingga total biaya konstruksi dari komponen proyek diperkirakan sebesar Rp. 88.300.000.000,-. Dengan perincian sebagaimana terlihat pada Tabel 5.3 di bawah ini.

Tabel 5.3Perkiaraan Biaya Konstruksi Kota Bekasi

No JENIS KEGIATAN

BIAYA(Rp)

I.II. III.

Pekerjaan PersiapanPekerjaan KonstruksiPekerjaan jaringan utama dan tertier

132.450.000,-26.490.000.000,-61.677.550.000,-

Sub TotalPPn 10%

88.300.000.000,-8,830.000.000,-

JumlahTerbilangSembilan puluh tujuh milyar seratus tiga puluh juta rupiah.

97.130.000.000,-

Jadwal pembiayaan proyek diusulkan dibagi sesuai dengan jadwal pelaksanaan proyek yang diusulkan. Namun jadwal pembiayaan proyek ini direncanakan selama 10 (sepuluh) tahun anggaran, dan dibagi menjadi 3 paket. Asumsi-asumsi dasar dalam merencanakan jadwal pembiayaan proyek adalah: Faktor konversi finansial-ekonomi untuk konstruksi sebesar 0,90.

Dalam perhitungan biaya-biaya ekonomi, keuntungan kontraktor sebesar 10% tidak dimasukkan sehingga nilai konversinya sama dengan 0, administrasi proyek ditetapka 5%, laju inflasi rata-rata per tahun 5% Pajak sebesar 10% hanya masuk dalam biaya finansial saja dan tidak termasuk dalam biaya ekonomi hingga nilai konversinya = 0.

Berdasarkan perhitungan terlihat jumlah total pembiayaan proyek selama 10 (sepuluh) tahun anggaran nilai ekonominya adalah sebesar Rp 78.718.500.000,- sedangkan berdasarkan biaya financial jumlahnya diperkirakan mencapapi Rp 116.706.975.000,- . Rencana pembiayaan dan penjadwalan proyek baik secara financial maupun secara ekonomi disajikan secara terperinci.

7.1. Analisis Ekonomi

Analisa ekonomi yang dilakukan meliputi perhitungan NPV dan BCR, dengan menggunakan asumsi asumsi sebagai berikut:

Discount rate sebesar 10%. Usia guna proyek adalah selama 10 tahun. Lama konstruksi adalah 10 tahun.

Page 27: tugas konsentrasi analisis

Pengurangan frekuensi banjir dan genangan diperkirakan proporsional dengan tahap pembangunan proyek dengan tingkat sensitivitas proyek terhadap total loss diperkirakan sebesar 15%, sehingga dalam jangka waktu tersebut benefit meningkat secara linier.

Berdasarkan asumsi tersebut selanjutnya dibuat perhitungan dengan perkiraan hasil sebagaimana lihat pada Tabel 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.4BCR Drainase Kota Bekasi

No JENIS KEGI

BIAYA

(RpI.II. III.

Pekerjaan PersiapanPekerjaan KonstruksiPekerjaan jaringan utama dan tertier

132.450.000,-

26.490.000.000,-Sub Total

PPn 10%88.300.000.000,-8,83Jumlah

TerbilangSembilan puluh tujuh milyar seratus tiga puluh juta rupiah.

97.130.000.000,-

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa rencana pembangunan sistem drainase kota Bekasi mempunyai nilai ekonomis yang baik dengan NPV sebesar Rp 5.017.274.269,- dan benefit , ratio (BCR=1,045).

Atas dasar analisis tersebut, maka proyek drainase secara ekonomi layak untukditeruskan.

LAPORAN AKHIR

Page 28: tugas konsentrasi analisis

BAB VIKESIMPULAN

KESIMPULAN

1. Permasalahan drainase di kota Bekasi adalah sebagai berikut: Dimensi saluran yang ada sebagian besar tidak memenuhi syarat teknis drainase,

disebabkab oleh pendangkalan oleh sedimentasi dan penyempitan saluran akibat perkembangan pembangunan perumahan yang kurang meperhatikan saluran alam yang ada. Kali/sungai yang ada banyak tertimbun oleh urugan tanah dan keserakahan penghuni rumah untuk memperlusa lahan pekarangan rumahnya. Banyak gulma air yang tumbuh di saluran/sungai sehingga menghambat aliran air.

Daerah di Kecamatan Bekasi Utara dan Kecamatan Medan Satria yang relatif datar mengakibatkan aliran air di kali dan sungai kurang lancar lebih lagi jika berbarengan dengan ROB air laut, sehingga genangan di kedua wilayah tersebut meskipun dangkal tetapi relati luas. Pemanfaatan MCK dan pembuangan sampah ke saluran atau sungai sehingga menutup saluran drainase.

2. Kegiatan DED dan pembangunan fisik drainase sampai dengan tahun 2030 direncanakan untuk daerah yang dianggap cruisal dan urgen demi kelancarana perkembangan perekonomian.