tugas h.kes utyyyy

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maraknya pemberitaan tentang dugaan kelalaian pelayanan medis dari waktu ke waktu kian menarik untuk disimak. Hal tersebut dapat kita ketahui pada makin maraknya pengaduan demi pengaduan kasus malpraktik yang diajukan oleh masyarakat kepada Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) atas profesi dokter yang dianggap merugikan hak-hak pasien. Di negara Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini kasus penuntutan terhadap dokter atas dugaan adanya malpraktik medik meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan disetiap media masa dan elektronik setiap harinya memberitakan tentang kasus malpraktik medik yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya baik di rumah sakit di kota besar maupun rumah sakit tingkat daerah. Kasus dokter Ayu dan kawan-kawan berawal dari meninggalnya pasien yang mereka tangani, Julia Fransiska Maketey, di Rumah 1

Upload: alfan-syahrizal

Post on 09-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Maraknya pemberitaan tentang dugaan kelalaian pelayanan medis dari waktu ke waktu kian menarik untuk disimak. Hal tersebut dapat kita ketahui pada makin maraknya pengaduan demi pengaduan kasus malpraktik yang diajukan oleh masyarakat kepada Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) atas profesi dokter yang dianggap merugikan hak-hak pasien.Di negara Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini kasus penuntutan terhadap dokter atas dugaan adanya malpraktik medik meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan disetiap media masa dan elektronik setiap harinya memberitakan tentang kasus malpraktik medik yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya baik di rumah sakit di kota besar maupun rumah sakit tingkat daerah.Kasus dokter Ayu dan kawan-kawan berawal dari meninggalnya pasien yang mereka tangani, Julia Fransiska Maketey, di Rumah Sakit R.D. Kandou Malalayang, Manado, Sulawesi Utara, pada. Keluarga Julia menggugat ke pengadilan negeri. Hasilnya, Ayu dan kedua rekannya dinyatakan tidak bersalah. Namun, di tingkat kasasi, ketiga dokter itu divonis 10 bulan penjara.Majelis hakim kasasi memvonis Dewi Ayu serta dua rekannya, Hendy Siagian dan Hendry Simanjuntak, bersalah saat menangani Julia Fransiska Maketey. Julia akhirnya meninggal saat melahirkan. Berikut ini pertimbangan majelis kasasi seperti yang tercantum dalam putusan yang dirumuskan dalam sidang. 1.2 Rumusan Masalah Tujuan yang ingin dicapai dalam penyajian makalah ini antara lain :

1. Mengetahui kasus malpraktik dr dewi ayu spog dan kawan-kawan di pengadilan negeri manado.2. Untuk mengetahui Kronologi Menurut Yulin Mahengkeng, ibu Julia Fransiska Makatey seperti dilansir dari detik.3. Untuk mengetahui permasalahan kontroversi kasusdr dokter Ayu spOG1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis buat, maka ruang lingkup masalah yang akan dibahas penulis adalah tentang kasus malpraktik dr dewi dan kawan kawan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Malpraktik Dr Dewi Ayu SpOG Dan Kawan-Kawan Di Pengadilan Negeri ManadoKasus malpraktek yang menimpa dr.Dewa Ayu Sasiary Prawan yang merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang terjadi pada tahun 2010 di rumah sakit Dr Kandau Manado , menimbulkan banyak reaksi dari para dokter di Indonesia Seperti pada hari ini Rabu (27/11/2013), para dokter melakukan demo di Tugu Proklamasi, Jakarta dengan menggunakan Ambulans dan juga Metro mini, para dokter tersebut melakukan demo dengan tuntutan menolak kriminalisasi profesi dokter.

Kasus yang menimpa dokter ayu dan dua orang temanya tersebut berawal dari tuduhan pihak keluarga korban Julia Fransiska Makatey yang meninggal dunia sesaat setelah melakukan operasi kelahiran anak pada tahun 2010 yang lalu. Akibat dari kasus tersebut dr ayu dan kedua temanya divonis oleh MA dengan hukuman 10 bulan penjara.

Berikut ini kronologi kasus penangkapan dokter Ayu dan kedua orang temanya yang juga ikut dihukum atas tuduhan kasus malpraktek menurut keterangan dari Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Dr Nurdadi Saleh, SpOG. Tanggal 10 April 2010 Korban, Julia Fransiska Makatey merupakan wanita yang sedang hamil anak keduanya. Ia masuk ke RS Dr Kandau Manado atas rujukan puskesmas. Pada waktu itu, ia didiagnosis sudah dalam tahap persalinan pembukaan dua.Namun setelah delapan jam masuk tahap persalinan, tidak ada kemajuan dan justru malah muncul tanda-tanda gawat janin, sehingga ketika itu diputuskan untuk dilakukan operasi caesar darurat. Saat itu terlihat tanda tanda gawat janin, terjadi mekonium atau bayi mengeluarkan feses saat persalinan sehingga diputuskan melakukan bedah sesar, ujarnya

Tapi yang terjadi menurut dr Nurdadi, pada waktu sayatan pertama dimulai, pasien mengeluarkan darah yang berwarna kehitaman.Dokter menyatakan, itu adalah tanda bahwa pasien kurang oksigen. Tapi setelah itu bayi berhasil dikeluarkan, namun pasca operasi kondisi pasien semakin memburuk dan sekitar 20 menit kemudian, ia dinyatakan meninggal dunia, ungkap Nurdadi, seperti ditulis Senin (18/11/2013)

Tanggal 15 September 2011Atas kasus ini, tim dokter yang terdiri atas dr Ayu, dr Hendi Siagian dan dr Hendry Simanjuntak, dituntut Jaksa Penuntut Umum (JPU) hukuman 10 bulan penjara karena laporan malpraktik keluarga korban. Namun Pengadilan Negeri (PN) Manado menyatakan ketiga terdakwa tidak bersalah dan bebas murni.

Dari hasil otopsi ditemukan bahwa sebab kematiannya adalah karena adanya emboli udara, sehingga mengganggu peredaran darah yang sebelumnya tidak diketahui oleh dokter. Emboli udara atau gelembung udara ini ada pada bilik kanan jantung pasien. Dengan bukti ini PN Manado memutuskan bebas murni, tutur dr Nurdadi. Tapi ternyata kasus ini masih bergulir karena jaksa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung yang kemudian dikabulkan.18 September 2012 Dr. Dewi Ayu dan dua dokter lainnya yakni dr Hendry Simanjuntak dan dr Hendy Siagian akhirnya masuk daftar pencarian orang (DPO). 11 Februari 2013 Keberatan atas keputusan tersebut, PB POGI melayangkan surat ke Mahkamah Agung dan dinyatakan akan diajukan upaya Peninjauan Kembali (PK). Dalam surat keberatan tersebut, POGI menyatakan bahwa putusan PN Manado menyebutkan ketiga terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan kalau ketiga dokter tidak bersalah melakukan tindak pidana. Sementara itu, Majelis Kehormatan dan Etika Profesi Kedokteran (MKEK) menyatakan tidak ditemukan adanya kesalahan atau kelalaian para terdakwa dalam melakukan operasi pada pasien.8 November 2013 Dr Dewi Ayu Sasiary Prawan, satu diantara terpidana kasus malapraktik akhirnya diputuskan bersalah oleh Mahkamah Agung dengan putusan 10 bulan penjara. Ia diciduk di tempat praktiknya di Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Hati, Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) oleh tim dari Kejaksaan Agung (Kejagung) dan Kejari Manado sekitar pukul 11.04 Wita.

2.2 Kronologi Menurut Yulin Mahengkeng, ibu Julia Fransiska Makatey seperti dilansir dari detik.

Saat itu anaknya, masuk ke Puskesmas di Bahu Kecamatan Malalayang jelang melahirkan.Tanda-tanda melahirkan terlihat pukul 04.00 WITA, keesokan harinya, setelah pecah air ketuban dengan pembukaan 8 hingga 9 Centimeter.

Tapi dokter Puskemas merujuk ke RS Prof dr Kandou Malalayang karena Fransiska mempunyai riwayat melahirkan dengan cara divakum pada anak pertamanya.Kami tiba pukul 07.00 WITA, lalu dimasukkan ke ruangan Irdo, kata Yulin kepada detikcom, Senin (25/11/2013) malam.

Karena hasil pemeriksaan terjadi penurunan pembukaan hingga 6 cm, pagi itu Fransiska lalu diarahkan ke ruang bersalin.Yulin lalu mengatakan, saat itulah seakan terjadi pembiaran terhadap anaknya, karena terkesan mengulur waktu menunggu persalinan normal.Padahal anak saya harus dioperasi karena air ketuban sudah pecah dan kondisinya sudah lemah, terangnya.

Hingga malam hari sekitar pukul 20.00 WITA, tindakan melakukan operasi baru dilakukan dr Ayu dan dua rekannya.Keluarga pun bolak-balik ruang operasi dan apotek untuk membeli obat.Dengan kondisi tidak membawa uang cukup, tawar-menawar obat dan peralatan terjadi.

Bahkan saya coba menjamin kalung emas yang saya pakai, sambil menunggu uang yang masih dalam perjalanan, tapi tetap tidak dihiraukan. Operasi pun akhirnya mengalami penundaan, beber Yulin.

Lanjutnya, pada pukul 22.00 WITA, uang dari adiknya pun tiba.Jumlahnya pun tidak mencukupi seperti permintaan pihak rumah sakit.Setelah bermohon berulang kali, operasi kemudian dilaksanakan.15 menit kemudian, dokter keluar membawa bayi dan memberi kabar anaknya dalam keadaan sehat. Tapi hanya berselang 20 sampai 30 menit kemudian, dokter bawa kabar lagi kalau anaknya sudah meninggal dunia.

Kami kecewa terjadi pembiaran selama 15 jam terhadap anak saya. Kenapa tindakan operasi baru dilakukan setelah kondisi anak saya sudah menderita dan tidak berdaya? tandasnya.

Ini jelas ada kesalahan yang dilakukan dokter, itu makanya kami keluarga melaporkan ke polisi, tambah Yulin.

Menurutnya, kejadian itu sudah beberapa kali diceritakannya ke berbagai pihak untuk membuktikan adanya pembiaran yang dilakukan para dokter yang menangani anaknya.

Makanya saya menangis saat dengar, putusan bebas Pengadilan Negeri Manado. Tapi Tuhan dengar doa kami, karena kasasi kami dan Kejaksaan diterima Mahkamah Agung dan mengabulkan tuntutan 10 bulan penjara, tutupnya.

2.3 Mahkamah Agung Memvonis dr Dewi Ayu spOG dan kawan-kawanSetelah banyak dikupas secara hukum oleh para pakar hukum di Indonesia dalam forum, ternyata mengungkapkan banyak kejanggalan di bidang hukum. Sebenarnya dasar permasalahan kontroversi kasus dokter Ayu adalah persepsi awam khususnya keluarga pasien dan persepsi hakim dengan keterbatasan pengetahuan medis dengan berlebihan menganggap bahwa terjadi kelalaian dan malpraktek. Padahal secara medis penyebab kematian adalah karena emboli adalah kondisi medis yang sulit dihindari dokter sehebat apapun.MKEK telah memastikan bahwa tidak ada kesalahan prosedur dan kelalaian.Hal inilah yang memastikan bahwa kasus ini bukan kasus pidana karena penilaian profesi menunjukkan tidak ada kelalaian dan bukan malpraktek. Saat ini permasalahan digiring dan dipaksakan ke arah pidana untuk membuat bahwa dokter tidak kebal hukum harus dipidana hanya karena masalah SIP, dan alasan medis yang tidak dipahami Hakim seperti kelalaian tentang pembiaran dan tidak diperiksa rontgen sebagai kelalaian penyebab kematian. Menurut beberapa pakar hukum pidana, kasus tersebut sebenarnya adalah kasus perdata bukan kasus pidana yang tidak harus memenjarakan dokter Ayu.Mahkamah Agung (MA) memvonis dr Ayu dkk selama 10 bulan penjara karena kealpaan dr Ayu dkk yang mengakibatkan kematian pasien Siska Makatey. Dalam putusan kasasi nomor 365 K/Pid/2012, majelis kasasi yang terdiri dari Dr Artidjo Alkostar, Dr Dudu Duswara dan Dr Sofyan Sitompul dalam pertimbangannya menyatakan para terdakwa karena kelalaiannya mengakibatkan kematian pasien. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) mengeluhkan putusan hakim agung Artidjo Alkotsar kepada dr Ayu dkk.Tiga dokter yakni Dewa Ayu Sasiary Prawani, Hendry Simanjuntak dan Hendy Siagian dinyatakan bersalah melakukan malapraktik terhadap Julia Fransiska Makatey di Manado.Ketiga dokter tersebut dijatuhi hukuman 10 bulan penjara oleh MA setelah sebelumnya divonis bebas oleh Pengadilan Negeri Manado, Sulawesi Utara.Sebenarnya masalah utama kasus tersebut bahwa Dokter Ayu sedang menolong penderita yang sedang dalam keadaan gawat yang menimbulkan dampak kematian pasien yang disebabkan karena emboli. Sehingga beberapa pakar hukum baik dari komisi atau menurut ahli hukum pidana Profesor Andi Hamzah menilai justru kasus dokter Ayu bukan ranah kasus pidana tetapi kasus perdata.Dasar dakwaan MA dalam memvonis tersebut adalah menilai salah dan benarnya dokter Ayu dalam melakukan tindakan medis dan prosedur medis.Namun MA tidak berkopeten dan bukan ahlinya dalam menilai kasus kedokteran.Jangankan orang awam, bahkan dokter umum, dokter spesialis anak atau dokter ahli forensikpun tidak berkopeten menilai salah benarnya tindakan dokter Ayu karena yang berkopeten menilai adalah dokter spesialis obsetri gineloogi yang ahli di bidangnya. Idealnya malpraktek harus diadili di Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran. Namun sayangnya banyak orang mencurigai bahwa dokter akan selalu melindungi sejawatnya. Saat ini masyarakat, keluarga, media dan hakim dengan keterbatasan penegetahuan medis selalu saja di otaknya tertanam bahwa dokter Ayu membunuh pasien karena lalai.Hal ini terjadi karena pemahaman medis yang terbatas sulit memhamai kasus dan masalah yang ada.Mungkin sedikit ilustrasi dapat lebih menjernihkan dalam menilai masalah.BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanMenurut saya tentang kasus yang menimpa dr. Ayu dan kedua koleganya adalah merupakan suatu kelalaian. Mereka tidak mempertimbangkan hasil rekam medis dari puskesmas yang merujuk Siska Makatey, tidak melakukan pemeriksaan penunjang, ketiga dokter itu juga tidak pernah menyampaikan kepada keluarga pasien setiap risiko dan kemungkinan yang bakal terjadi termasuk risiko kematian, terlambat menangani pasien, tidak mengetahui jenis infus yang diberikan, terjadi kelalaian yang menyebabkan udara masuk ke dalam bilik kanan jantung Siska, serta pemalsuan tanda tangan. Namun kita juga tidak boleh menyalahkan dokter sepenuhnya karena mereka sudah berusaha sesuai kemampuannya. Jika memang pertolongan dokter tidak berhasil, mungkin memang nyawa pasien sudah tidak bisa diselamatkan lagi.Kasus malpraktik yang dialami oleh dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani, dr. Hendi Siagian, dan dr. Hendry Simanjuntak dimana karena operasi yang dilakukannya menyebabkan pasien meninggal dunia sebenarnya suatu momentum yang baik. Baik dalam arti dapat dijadikan peristiwa bagi para dokter untuk mengintrospeksi diri dalam menjalankan profesinya selama ini.

3.2 Saran

Seharusnya dr.Ayu dan kedua koleganya tidak melakukan pembiaran pasien selama berjam-jam dan seharusnya sebelum menjalankan operasi darurat kelahiran atau cito secsio sesaria, ketiga dokter itu menyampaikan kepada keluarga pasien setiap risiko dan kemungkinan yang akan terjadi, termasuk risiko kematian agar keluarganya tidak terkejut jika hasil pertolongan dokter memberikan hasil yang buruk.

Dengan terjadinya kasus dr. Ayu ini, semestinya para dokter itu introspeksi diri. Bukan malah melakukan aksi unjukrasa, apalagi sampai mengancam akan mogok kerja (sebagian malah sudah pernah mogok) atau melakukan pembelaan yang cenderung emosional dan tak objektif. Kalau memang niatnya mulia untuk menyehatkan bangsa dan berkontribusi bagi pembangunan negeri ini, seharusnya para dokter introspeksi diri supaya ke depannya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

http://j.gs/5225830/banner/http://www.manadokota.com/berita/read/28780

http://health.kompas.com/read/2013/11/27/1112040/Kasus.dr.Ayu.Cermin.Buruknya.Pola.Komunikasi.Dokterhttp://id.search.yahoo.com/search;_ylt =jalan+cerita+pidana+malpraktek+tentang+dokter+dewi+ayu&fr2=sb-top&fr=&rd=r1http://health.kompas.com/read/2013/11/27/1112040/Kasus.dr.Ayu.Cermin.Buruknya.Pola.Komunikasi.Dokterhttp://penaone.com/kasus-dokter-dewi-ayu-sasiary-pertama-di-dunia.html

1