tugas fraktur

11
Fraktur Logo HORAS Disusun Oleh : 1.Robinder 2.Sebastian KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA RSAU dr.ESNAWAN ANTARIKSA 1

Upload: robinder-dhillon

Post on 21-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas fraktur

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas fraktur

Fraktur

Logo

HORAS

Disusun Oleh :

1. Robinder

2. Sebastian

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA

WACANA

RSAU dr.ESNAWAN ANTARIKSA

2014

1

Page 2: Tugas fraktur

FRAKTUR

Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau

tulang rawan yang disebabkan oleh rudapaksa.

Mekanisme trauma

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tuIang menahan tekanan

terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan.

Trauma bisa bersifat :

1. Trauma langsung, dimana menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan

terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat

komunitif dan jaringan lunak ikut rnengalami kerusakan.

2. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh

dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan

fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

Klasifikasi fraktur

Berdasarkan hubungan dengan dunia luar terbagi atas :

1. Tertutup : bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

luar.

2. Terbuka : bila terdapat hubungan antara fragmen dengan dunia luar karena ada

perlukaan dikulit.

Fraktur terbuka berdasarkan klasifikasi R.Gustillo, Merkow dan Templeman

(1990).

1. Derajat I : luka kurang dari 1 cm. Biasanya karena luka tusukan dari

fragmen tulang yang menembus kulit, terdapat sedikit kerusakan jaringan dan tidak

terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak.

2. Derajat II : Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak ada kerusakan

jaringan yang hebat.Terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan dengan sedikit

kontaminasi dari fraktur.

3. Derajat 3 : Kerusakan jaringan lunak meliputi kulit, otot, dan

neurovaskuler serta kontaminasi yang tinggi, terbagi 3 atas :

2

Page 3: Tugas fraktur

i. Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah, walaupun terjadi

laserasi yang hebat. Fraktur bersifat segmental atau kominutif yang hebat.

ii. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau

kontaminasi yang hebat.

iii. Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri memerlukan

perbaikan tanpa melihat kerusakan jaringan.

Berdasarkan garis patah:

1. Komplit : bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau

melalui kedua korteks tulang.

2. Inkomplit : bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang,

seperti :

Hairline fracture (patah retak rambut).

Buckle fracture atau torus fracture, bila terjadi lipatan dari satu korteks

dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya, biasanya pada radius distal anak-

anak.

Greenstick fracture mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya

yang terjadi pada tulang panjang anak.

Berdasarkan jumlah garis patah:

1. Simple : satu garis patah.

2. Segmental : garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan.

Bila dua garis patah disebut fraktur bifocal

3. Multipel : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang

berlainan tempatnya, misalnya fraktur femur, fraktur

kruris, dan fraktur tulang belakang.

4. Kominutif : lebih dari satu garis fraktur dan saling bemubungan.

Berdasarkan arah garis patah:

1) Melintang : trauma angulasi atau langsung.

2) Oblik : trauma angulasi.

3) Spiral : trauma aksial-fleksi pada tulang spongiosa.

4) Avulsi : trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya di

tulang,misalnya fraktur patella.

Berdasarkan dislokasi fragmen :

1. Undisplaced (tidak bergeser), garis patah komplit tetapi kedua fragmen

tidak bergeser, periosteumnya masih utuh.

3

Page 4: Tugas fraktur

2. Displaced (bergeser), terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang

terbagi menjadi : - dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran

searah sumbu dan overlaping.

- dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

- dislokasi ad latum (pergeseran dimana kedua fragmen saling

menjauhi).

Berdasarkan usia pasien :

- Patah tulang pada anak (pada anak jarang menderita robekan ligamen) :

komplit, dahan hijau, tekuk (termasuk jenis patah dahan hijau).

- Patah tulang pada orang dewasa (oarng dewasa lebih banyak menderita patah

tulang panjang).

- Patah tulang pada orang tua (orang tua lebih sering menderita patah tulang

yang osteoporotik seperti vertebra atau kolum femur).

Berdasarkan komplikasi dan tanpa komplikasi, bila ada harus disebut. Dapat

berupa komplikasi dini atau lambat, lokal atau sistemik, oleh trauma atau akibat

pengobatan.

Gambaran klinis fraktur

Anamnesis.

Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya

terjadi didaerah trauma dan mungkin fraktur terjadi di daerah lain.

Trauma harus diperinci kapan terjadinya, dimana terjadinya, jenisnya, arah

trauma dan posisi pasien atau ekstermitas bersangkutan (mekanisme trauma).

Jangan lupa meneliti kembali trauma ditempat lain secara sistematik dari kepala,

muka , leher, dada, perut.

Pemeriksaan fisik.

Perlu diperhatikan adanya syok, anemia , perdarahan, kerusakan organ-organ

lain, faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.

Pemeriksaan lokal.

1. Inspeksi (look).

- Bandingkan dengan bagian yang sehat.

- Perhatikan posisi anggota gerak.

- Keadaan umum pasien secara keseluruhan.

- Ekspresi wajah karena nyeri.

- Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan.

4

Page 5: Tugas fraktur

- Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur

tertutup atau terbuka.

- Lakukan survey pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada oragan-organ

lain.

- Perhatikan kondisi mental pasien.

2. Palapasi (feel).

- Temperatur setempat.

- Nyeri tekan, yang bersifat superficial biasanya disebabkan oleh kerusakan

jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.

- Krepitasi, diketahui dengan-perabaan dan harus berhati-hati.

- Pemeriksaan vascular pada daerah distal trauma berupa palpasi.

3. Pergerakan (move).

Dengan mengajak pasien untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi

proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma.

Pemeriksaan penunjang.

- Foto polos.

- CT scan.

- MRI.

Penatalaksanaan awal

Sebelum dilakukan pengobatan definitif pada fraktur, maka diperlukan :

- Pertorongan pertama : yang penting dilakukan adalah dengan memperhatikan

airway, breathing, circulation, disability pada pasien. Kemudian menutup luka

dengan verban yang bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang

terkena agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri.

- Penilaian klinis : dinilai apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma

pembuluh darah/saraf atau trauma alat-alat dalam lain.

- Resusitasi: kebanyakan penderita datang dengan fraktur multiple tiba di rumah

sakit dengan syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada

frakturnya sendiri berupa pemberian tranfusi darah dan cairan lainnya serta obat-

obat anti nyeri.

Prinsip terapi fraktur

1. Reduksi

Adalah pemulihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur. Reposisi

memerlukan pemulihan panjang serta koreksi deformitas angular dan rotasional.

5

Page 6: Tugas fraktur

Reposisi mannipulatif biasanya dapat dilakukan pada fraktura ekstremitas distal

(tangan, pergelangan tangan. kaki, tungkai), dimana spasme otot tidak berlebihan.

Traksi bisa diberikan dengan plester felt melekat diatas kulit atau dengan memasang

pin tranversa melalui tulang, distal terhadap ftaktur. Reduksi terbuka biasanya

disertai oleh sejumlah bentuk fiksasi interna dengan plat & pin, batang atau sekrup.

Dalam keadan spesifik, mungkin memuaskan membuang bagian tulang

daripada reduksi. Fraktura kominuta patella atau kaput radii, dimana putusnya

permukaan sendi menghalangi anatomi, paling tepat diterapi dengan pembuangan

patella atau kaput radii.

2. Imobilisasi.

Bila reduksi telah dicapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktur sampai

timbul

penyembuhan yang mencukupi. Kebanyakan fraktur ekstremitas dapat diimobilisasi

dengan dengan gips fiberglas atau dengan brace yang tersedia secara komersial.

Pemasangan gips yang tidak tepat bisa menimbulkan tekanan kuIit, vascular, atau

saraf. Semua pasien fraktur diperiksa hari berikutnya untuk menilai neurology dan

vascular.

Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai

imobilisasi dengan ektremitas disokong di atas ranjang atau di atas bidai sampai

reduksi tercapai. Kemudian traksi diteruskan sampai ada penyembuhan yang

mencukupi, sehingga pasien dapat dipindahkan memakai gips/brace.

3. Rehabilitasi

Bila penyatuan tulang padat terjadi, maka rehabilitasi terutama merupakan

masalah pemulihan jaringan lunak. Kapsula sendi, otot dan ligamentum

berkontraksi membatasi gerakan sendi sewaktu gips/bidai dilepaskan. Dianjurkan

terapi fisik untuk gerakan aktif dan pasif serta penguatan otot.

Penyembuhan fraktur.

Proses penyembuhan fraktur muIai terjadi segera setelah tulang mengalarni

kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi

konsolidasi. Terbagi dalam beberapa fase :

1. Fase hematom (sampai hari ke 5) terjadi kerusakan canalis Havers saat fraktur

sehingga

terjadi perdarahan dan pembekuan yang membentuk hematom.

6

Page 7: Tugas fraktur

2. Fase proliferasi (sampai hari ke 12) hematom merupakan media yang baik untuk

timbulnya reaksi soft tissue di sekeliling fraktur, kemudian sel-sel osteogenik

berproliferasi pada bagian periosteum membentuk internal callus.

3. Hard callus/ clinical union stage (sampai minggu ke 12) Pada fase ini callus

mengalami

ossifikasi endokhondral, ketika callus menjadi padat dan pergerakan tidak terjadi

lagi pada tempat fraktur (clinical union).

4. Fase konsolidasi (6-8 bulan). Terjadi penimbunan dan penyerapan tuIang dan

terlihat pada foto Roentgen sehingga disebut radiological union.

5. Remodelling (6-12 bulan) terjadi pembentukan sesuai dengan aslinya.

7