tugas dr. aris hipertensi 26
DESCRIPTION
Tugas Dr. Aris Hipertensi 26TRANSCRIPT
Pendahuluan
Hipertensi merupakan penyakit yang sering di derita oleh usia lanjut dan sampai saat ini
hipertensi juga masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain mneingkatnya
prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan
maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya
penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.1,2
Pelayanan Kedokteran dengan pendekatan keluarga merupakan gabungan antara pelayanan
kedokteran dan pendekatan keluarga. Pengertian pelayanan kedokteran adalah pelayanan yang
dilakukan oleh dokter yang berwenang sesuai dengan latar belakang pendidikannya di bidang
kedokteran, baik yang dijalankan sendiri ataupun bersama dalam organisasi, dengan cara
memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah, memberikan tindakan yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan untuk menyembuhkan dan menyelesaikan
masalah kesehatan dari pengguna jasa individu, keluarga dan ataupun kelompok komunitas.3
Maka dari itu, memberikan pengetahuan mengenai penyakit ini kepada masyarakat perlu
didalami, agar dapat segera dikenal, dicegah dan diobati dengan tepat dan tuntas.
Laporan Kasus
Puskesmas : Grogol III
Nomor register : 2a ASKES
Tanggal kunjungan : 10 Juli 2013
I. Identitas pasien :
Nama : Tn. Dalimin
Umur : 76 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pensiun
Pendidikan : SD
Alamat :Jl. Dr Semeru II RT10/09 Kelurahan Grogol III (Kampung
Keramat)
Telepon : 021-5632033
1
II. Riwayat biologis keluarga :
a. Keadaan kesehatan sekarang : Baik
b. Kebersihan perorangan : Kurang
c. Penyakit yang sering diderita : Hipertensi
d. Penyakit keturunan : Tidak ada
e. Penyakit kronis/ menular : Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
g. Pola makan : Baik
h. Pola istirahat : Baik
i. Jumlah anggota keluarga : 7 orang
III. Psikologis keluarga
a. Kebiasaan buruk : Dulu Merokok Tapi sudah berhenti
b. Pengambilan keputusan : Bapak
c. Ketergantungan obat : Tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas
e. Pola rekreasi : Kurang
IV. Keadaan rumah/ lingkungan
a. Jenis bangunan : Permanen
b. Lantai rumah : keramik
c. Luas rumah : 15 x 6 m2
d. Penerangan : Sedang
e. Kebersihan : Sedang
f. Ventilasi : Sedang
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber air minum : Ledeng
j. Sumber pencemaran air : Tidak ada
k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
2
n. Sanitasi lingkungan : sedang
V. Spiritual keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik
VI. Keadaan sosial keluarga
a. Tingkat pendidikan : Sedang
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang
e. Keadaan ekonomi : sedang
VII. Kultural keluarga
a. Adat yang berpengaruh : Jawa
b. Lain-lain : Tidak ada
VIII. Anggota keluarga :
Lampiran : Tabel 1. Data Keluarga
Nama Hub dgn
KK
Umur Pendidikan Pekerjaan Agam
a
Kesehata
n
Kead.
Gizi
Imunisasi K
B
Ket
Darlimin Suami 76 SD Pensiun Islam Sehat Baik - -
Istrat Istri ke 2 52 SD Ibu RM Islam Sehat Baik - - Kolestrol
dan asma
Moyanto Anak I
Istri ke-1
53 SMP Guruh Islam Sehat Baik - -
Yanti Anak I
Istri ke-2
26 SMA Guru SD Islam Sehat Baik - -
Encep Menantu 28 S1 Kuliah Islam Sehat Baik - -
Kristia
Auriani
Anak II
istri ke-2
22 SMA Kuliah Islam Sehat Baik -
3
Ataris Cucu 6 bln - - Islam Sehat Baik BCG,
Polio,
DPT, dan
Hep. B
IX. Keluhan utama : Hipertensi
X. Keluhan tambahan :Kadang-kadang sering gatal pada daerah lipatan
XI. Riwayat penyakit sekarang :
OS rutin datang cek up ke Puskesmas kelurahan Grogol III. OS juga mengaku
mempunyai riwayat darah tinggi semenjak pensiun. Os mengaku memiliki kebiasaan
merokok tapi sudah berhenti beberapa tahun yang lalu. Os tidak tahan dengan obat
captopril sehingga diganti dengan nifedipin.
XII. Riwayat penyakit dahulu : -
XIII. Pemeriksaan fisik :
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 180/90- mmHg
Frekuensi nadi : 88 x/menit
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu : tidak dilakukan
Kesadaran : baik
XIV. Diagnosis penyakit :Hipertensi
XV. Diagnosis keluarga : Ibu Istrat mempunyai penyakit keturunan asma
4
XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :
a. Promotif
Menghimbau kepada orang tua lain yang berusia di atas 45 tahun dan yang
berisiko tinggi untuk memiliki hipertensi , agar dapat menjalankan pola hidup
sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, tidak tinggi kolesterol,
menghindari rokok, melakukan olahraga ringan dan mengurangi aktivitas
yang berat dan menyita banyak pikiran.
b. Preventif
Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan mengkonsumsi
makanan yang tidak tinggi kandungan kolesterolnya, mengurangi konsumsi
kacang-kacangan, menghindari rokok, berolahraga ringan, mengurangi
aktivitas yang membutuhkan banyak pikiran, menghindari stress, hindari
makanan mengandung asam urat, membatasi aktivitas fisik, konsumsi obat
yang di berikan secara rutin dan teratur, serta Mengendalikan tekanan darah
dan secara rutin memeriksa tekanan darah untuk memantau risiko komplikasi.
c. Kuratif
Bertujuan untuk menurunkan tekanan darah
Nifedipin 10 mg tablet,3x 1per oral
d. Rehabilitatif
Olahraga ringan yang teratur, memeriksa tekanan darah untuk memantau
risiko komplikasi.
XVII. Prognosis
Penyakit : ad bonam
Keluarga : ad bonam
Masyarakat : ad bonam
XVII. Resume :
Telah diperiksa pasien laki-laki 76 tahun dalam keadaan sehat mempunyai riwayat
darah tinggi sejak pensiun dengan ada keluhan tambahan gatal di daerah kaki dan
5
lipatan paha. Kebiasaan merokok sudah dihentikan dan tidak tahan dengan obat
captopril sehingga diganti dengan nifedipin. Pasien juga sering melakukan olahraga
ringan seperti jalan keliling daerah grogol 3 bersama tetangga sehingga pasien selalu
dalam keadaan sehat.
Pembahasan
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial.
Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakannya dengan
hipertensi lain yang sekunder yang sebab-sebab yang diketahui. Hipertensi primer terdapat pada
lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi
sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :1,2
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur
bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ).
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan
pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan
( ephedrine, prednison, epineprin ).
Menurut The Seven Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) kalsifikasi tekanan darah pada orang
dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi
derajat 2 (Tabel 2)1,2
6
Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
TDS= Tekana Darah sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik
Anamnesis1
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
a) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
b) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakian obat-obat analgesic
c) Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)
d) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3. Faktor-faktor resiko :
a) Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
b) Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga pasien
c) Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarga pasien
d) Kebiasaan merokok
e) Pola makan
f) Kegemukan, intensitas olahraga
g) Kepribadian
4. Gejala kerusakan organ
a) Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attack,
deficit sensoris atau motoris
b) Jantung : nyeri dada, sesak, bengkak kai
c) Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri
d) Arteri perifer : ekstremitas dingin
7
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6. Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan.
Pemeriksaan Fisik1
Selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi adanya penyakit penyerta, kerusakan
organ target serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder.
Pengukuran tekanan darah :1
Pengukuran rutin di kamar periksa
Dilakukan dengan posisi duduk setelah pasien istirahat 5 menit, kaki di lantai dengan posisi
tangan setinggi jantung. Pengukuran dilakukan 2 kali, dengan sela antara 1-5menit,
pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran sebelumnya sangat berbeda
Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)
Indikasi penggunaan ABPM antara lain:\
Hipertensi yang bonderline atau bersifat episodic
Bersifat office atau white coat
Adanya disfungsi saraf otonom
Hipertensi sekunder
Sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat anti hipertensi
Tekanan darah yang resisten terhadap pengobatan anti hipertensi
gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan antihipertensi
Pengukuran sendiri oleh pasien
Pengukuran sendiri di rumah memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kekurangannya
adalah masalah ketepatan pengukuran, sedangkan kelebihannya antara lain dapat
menyingkirkan efek white coat dan memberikan banyak hasil pengukuran.beberapa peneliti
mengatakan kalau pengukuran di rumah lebih mewakili tekanan darah sehari-hari.
Pengukuran di rumah juga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan
meningkatkan keberhasilan pengendalian tekanan darah serta menurunkan biaya.
Pemeriksaan Penunjang2
Pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan oragn dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi.
8
Hematologi Rutin
Pada pengandang hipertensi yang tidak diobati biasanya akan mengalami peningkatan sel
darah putih (leukosit) serta perubahan pada beberapa komponen darah lainnya.
Gula Darah
Hipertensi yang disertai diabetes maupun diabetes yang disertai hipertensi dapat
menimbulkan risiko penyulit pada organ penting. Untuk menghindari hal tersebut maka
penyandang hipertensi juga perlu secara teratur memeriksakan gula darahnya (gula puasa dan 2
jam PP).
Profil Lemak
Penyandang hipertensi berisiko mengalami penyakit kardiovaskular. Risiko akan semakin
besar apabila disertai peningkatan trigliserida, kolesterol total dan kolesterol LDL, serta
penurunan kolesterol HDL. Oleh sebab itu sangat penting bagi penyandang hipertensi untuk
memeriksakan profil lemak secara berkala.
Fungsi Ginjal
Hipertensi pemicu utama terjadinya kerusakan pada ginjal. Dari hasil evaluasi, 20 - 30%
pasien cuci darah adalah penderita hipertensi. Untuk itu perlu melakukan pemeriksaan
laboratorium yang berkaitan dengan:
Urea N
Urea Nitrogen merupakan produk akhir dari metabolisme protein yang mudah disaring
oleh ginjal. Urea N dalam darah mencerminkan perbandingan antara urea yang dihasilkan
dan urea yang dibuang. Urea N dalam darah dapat tinggi pada keadaan penyakit ginjal
akut maupun kronik.
Kreatin
Kreatin merupakan pemeriksaan fungsi ginjal yang paling umum digunakan. Namun
konsentrasi kreatin akan menunjukkan hasil tidak normal setelah setengah atau lebih
kerja ginjal tidak berfungsi. Saat ini penanda baru yang lebih sensitif dari kreatinin dalam
mendeteksi penurunan fungsi ginjal adalah Cystatin C.
Asam Urat
Asam urat sangat berhubungan erat dengan hipertensi. Konsentarsi asam urat yang tinggi
di dalam darah akan meningkatkan risiko komplikasi hipertensi.
9
Albumin Urin Kuantitatif
Pemeriksaan Albumin Urin Kuantitatif digunakan untuk menguji saring
mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria terjadi pada sekitar 30% pasien hipertensi sedang
maupun ringan. Uji saring mikroalbuminuria pada penyandang hipertensi dapat
digunakan sebagai penanda kerusakan pada ginjal, dan penanda risiko penyakit
kardiavaskular dan risiko kematian akibat penyakit jantung lainnya.
Manisfestasi Klinis2
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi
esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-
beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.
Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak
menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya
bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah
epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang.1,2
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :1
Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes, gagal ginjal
proteinuria) <130/80 mmHg
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta
lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga mencapai
target terapi masing-masing kondisi.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi
nonfarmakologis harus dilaksnakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan
tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit pemyerta lainnya.
10
Terapi nonfarmakologis terdiri dari :1
Menghentikan merokok
Menurunkan berat badan berlebih
Menurunkan konsumsi alcohol berlebih
Latihan fisik
Menurunkan asupan garam
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmaklogis hipertensi yang dianjurkan oleh
JNC7 :1,2,4
Diuretika, HCT 1 - 2 X 25 mg/ hari atau furosemid 1-2 X 40 mg/ hari. Kontraindikasi: DM,
Gout
Beta Blocker (BB), Propanolol 2-3 X 10 mg / hari. Kontraindikasi : Asma, DM, Gagal
Jantung
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB), Nifedipin 10 mg tablet,3x 1per
oral
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), captopril 2-3 × 12,5-25 mg
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)
Komplikasi
Stroke
Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan singkat, bahwa tahanan dari
pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah yang datang. Apalagi dalam
otak pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis memiliki tahanan
yang juga kecil. Kemudian bila tekanan darah melebihi kemampuan pembuluh darah, maka
pembuluh darah ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang memiliki
prognosis yang tidak baik.2
Penyakit Jantung Hipertensi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaandarah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung bertambah. Sebagai akibatnya
terjadi hipertrofiventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan
11
ketebalan dindingyang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung.
Akan tetapikemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi
kompensasiakhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung semakin
terancam seiringparahnya aterosklerosis koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi karena
gabungan penyakitarterial koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah
akibatpenambahan massa miokard.2
Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible
dariberbagai penyebab, salah satunya pada bagian yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme
terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena penimbunan garam danair, atau
sistem renin angiotensin aldosteron (RAA).2
Lampiran
12
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Hipertensi dalam hal ini ada beberapa factor yg mempengaruhi yaitu faktor keturunan, ciri
perseorangan dan kebiasaan hidup. Hipertensi terbagi menjadi hipertinsi primer dimana 90%
yang mendsrita hipertensi, dan hipertensi sekunder yaitu 10%. Hipertensi diklasifikasikan
menjadi prahipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat dua menurut JNC7.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi harus
dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan
mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit pemyerta lainnya.
13
Saran
Perlu ditingkatkan kesadaran dan pengetahuan individu, kelompok, dan masyarakat dalam hal
mengenai penyakit hipertensi. Sehingga prevalensi penyakit hipertensi dapat menurun dan
mencegah komplikasi hipertensi yang memperburuk prognosis.
Demikian laporan kasus hipertensi dengan pendekatan dokter keluarga dan tidak lupa saya
ucapkan terima kasih kepada dr. Djab Hadi Susanto, MKes sebagai pembimbing saya di
lapangan dalam melaksanakan skill lab Family Folder.
14
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V. Jakarta: InternaPublishing. 2009.h.1079-85
2. Arief Mansjoer,dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jakarta .Penerbit Media
Aesculapius FKUI. 2000.h.518-21
3. Soetono, Sadikin, & Zanilda. Membangun Praktek Dokter Keluarga Mandiri.
Jakarta : Pengurus Besar IDI. 2006.
4. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan terapi. Edisi V.
Jakarta: Gaya Baru; 2007.h.314-60
15