tugas bhs indonesia

2
Nama : Jovana Putri Kelas : VIII5 JAKARTA, KOMPAS.com - bagi warga di sekitar Sungai Ciliwung, banjir bukanlah sesuatu hal asing di kala musim hujan. Sudah puluhan tahun mereka akrab dengan bencana alam ini. Sudah puluhan tahun pula mereka menjadi saksi hidup terjadinya degradasi lingkungan di sungai itu. Seiring dengan datangnya musim hujan, warga di bantaran Sungai Ciliwung selalu waspada dengan datangnya air yang meluap dari kali tersebut. Dari tahun ke tahun, permukiman warga di kawasan itu sering kali tenggelam, apalagi jika hujan melanda di bagian hulu, yakni Bogor dan Depok, Jawa Barat. Pertumbuhan jumlah penduduk dan munculnya rumah-rumah warga di sekitar sungai itu kemudian mengubah wajah Sungai Ciliwung. Tumpukan sampah dan berbagai material lain pun ikut “menghuni” Sungai tersebut dan akhirnya mengendap di dasar sungai. Dampaknya adalah berkurangnya daya tampung sungai sehingga air meluber ke daerah sekitar sungai, daerah yang dihuni warga. Seorang warga Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, bernama Usep mengatakan bahwa Sungai Ciliwung di dekat tempat tinggalnya tak pernah tersentuh dengan Program Pemerintah. Ia belum pernah mendengar Program Normalisasi sungai hingga ruas sungai di dekat rumahnya. “Belum pernah dikeruk semenjak saya tinggal di sini. Ada mungkin 30 tahunan lebih. Kalau enggak percaya, coba Tanya warga lain yang tinggal di sini sejak lahir.” Ujarnya saat ditemui kompas.com, Kamis (29/11/2012) siang. Ketua RT 04 RW 03, Kampung Pulo, itu mengatakan, warga setempat sebetulnya menginginkan agar Sungai tersebut dikeruk. Namun, karena tak tahu kepada siapa mereka harus memintakan

Upload: sardi-salim

Post on 14-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bahasa Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Bhs Indonesia

Nama : Jovana Putri

Kelas : VIII5

JAKARTA, KOMPAS.com - bagi warga di sekitar Sungai Ciliwung, banjir bukanlah sesuatu hal asing di kala musim hujan. Sudah puluhan tahun mereka akrab dengan bencana alam ini. Sudah puluhan tahun pula mereka menjadi saksi hidup terjadinya degradasi lingkungan di sungai itu.

Seiring dengan datangnya musim hujan, warga di bantaran Sungai Ciliwung selalu waspada dengan datangnya air yang meluap dari kali tersebut. Dari tahun ke tahun, permukiman warga di kawasan itu sering kali tenggelam, apalagi jika hujan melanda di bagian hulu, yakni Bogor dan Depok, Jawa Barat.

Pertumbuhan jumlah penduduk dan munculnya rumah-rumah warga di sekitar sungai itu kemudian mengubah wajah Sungai Ciliwung. Tumpukan sampah dan berbagai material lain pun ikut “menghuni” Sungai tersebut dan akhirnya mengendap di dasar sungai. Dampaknya adalah berkurangnya daya tampung sungai sehingga air meluber ke daerah sekitar sungai, daerah yang dihuni warga.

Seorang warga Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, bernama Usep mengatakan bahwa Sungai Ciliwung di dekat tempat tinggalnya tak pernah tersentuh dengan Program Pemerintah. Ia belum pernah mendengar Program Normalisasi sungai hingga ruas sungai di dekat rumahnya.

“Belum pernah dikeruk semenjak saya tinggal di sini. Ada mungkin 30 tahunan lebih. Kalau enggak percaya, coba Tanya warga lain yang tinggal di sini sejak lahir.” Ujarnya saat ditemui kompas.com, Kamis (29/11/2012) siang.

Ketua RT 04 RW 03, Kampung Pulo, itu mengatakan, warga setempat sebetulnya menginginkan agar Sungai tersebut dikeruk. Namun, karena tak tahu kepada siapa mereka harus memintakan pengerukan itu, warga hanya bisa pasrah dan mengandalkan antisipasi pribadi tatkala banjir datang.

“Ngeluhnya sama siapa, kita juga bingung. Kita juga paham kalau ngeruk itu kan butuh dana dan perlu lainnya, makanya mudah-mudahan setelah Jokowi bisalah..” ujarnya.

Kondisi pendangkalan Sungai Ciliwung itu juga dirasakan oleh Hidayat, warga Gang Arus, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur. Menurut Hidayat, kondisi sungai memang mengalami perubahan, paling tidak selama 45 tahun dirinya tinggal di bantaran sungai tersebut.

Page 2: Tugas Bhs Indonesia

“Dulu masih dalam banget, sekarang paling kalau diukur hanya segalah. Makanya pas di Bogor hujan, air di sini meluap semua dan merendam rumah kita..” ujar Hidayat.

Menurut Usep dan Hidayat, meski kerap dilanda banjir akibat air kiriman, warga berkomitmen menghindari banjir dengan cara tidak membuang sampah ke sungai. Warga pun tidak khawatir meski di RW-nya tidak ada petugas yang khusus mengangkut sampah setiap rumah tangga ke truk sampah tiap pagi hari.

Kedua warga bantaran sungai tersebut berharap pemerintah melakukan pengerukan di sungai yang puluhan tahun tak tersentuh program normalisasi tersebut. Menurut mereka, jika normalisasi dilakukan, dapat meminimalisir imbas luapan banjir jika wilayah Bogor didera hujan.