tugas besar terstruktur production planning...
TRANSCRIPT
TUGAS BESAR TERSTRUKTUR
PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL
Dosen Pengampu : Ika Atsari Dewi, STP, MP
Disusun Oleh :
Kelompok 3
KELAS C
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
Nama NIM Foto Nama NIM Foto
1. M.
Anugerah
Huse
0911030031
5. Rengganis
Fitriyani
11510030111102
9
2. Ita Winda
Sari H
11510030011106
3
7 6. Karina
Meidayanti
11510030111103
1
3. Grico M
Simangunson
g
11510030011106
7
7. Reny
Nurul Utami
11510030111103
7
4. Niken Yulia
A. J
11510030111100
3
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
1. Profil PT. Indo Jaya
1) Gambaran Umum PT. Indo Jaya
PT. Indo Jaya merupakan pabrik yang bergerak dalam perakitan barang
elektronik khususnya setrika. Perusahaan ini terletak di Jl. Pahlawan no. 10,
Surabaya Jawa Timur, no. Telpon (031) 1299005, fax (031) 1299005.
2) Sejarah Berdiri Perusahaan
PT. Indo Jaya merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang elektronik.
Pabrik ini didirikan oleh 7 pengusaha yang berasal dari Universitas Brawijaya
pada tanggal 6 Mei 2010. Luas areal pabrik perakitan setrika ini adalah 5 Ha.
3) Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
a. Visi PT. Indo Jaya
Menjadi perusahaan elektronika kelas dunia dengan mengutamakan
kepuasan konsumen dan menjunjung tinggi kepercayaan mitra kerja
perusahaan
b. Misi Pabrik Perakitan Setrika PT. Indo Jaya
Meningkatkan stakeholder melalui inovasi produk elektronika khususnya
setrika serta menjadi penyedia produk setrika inovasi baru berbasis jejaring
yang mendunia yang terdepan
c. Tujuan Pabrik Perakitan Setrika
Mengembangkan teknologi khususnya setrika yang inovatif untuk
menciptakan pasar baru
4) Struktur Organisasi Perusahaan
Untuk struktur organisasi dari perusahaan PT INDO JAYA sama seperti
perusahaan pada umumnya. Yaitu direktur utama atau general manager,
kemudian para manager bagian atau manader divisi, lalu supervisor dan staff.
Deskripsi Struktur Organisasi
1. General Manager
Wewenang
Menetapkan kebijakan strategis perusahaan sebagaimana dituangkan
dalam rencana jangka panjang, rencana kerja, anggaran perusahaan, dan
rencana operasional lainnya.
Tugas
a. Merencanakan, membina, dan mengembangkan efektivitas dan
efisiensi organisasi perusahaan sesuai dengan kebutuhanya.
b. Memelihara dan mengelolah kekayaan perusahaan berdasarkan
prinsip, peraturan, dan ketentuan yang berlaku.
2. Sekretaris
Wewenang
Bertanggung jawab atas penyusunan dan pengaturan agenda kerja
general manager.
Tugas
Mencatat dan menyampaikan data-data perusahaan kepada general
manager, baik yang berhubungan dengan administrasi maupun surat-
surat penting perusahaan.
3. Bagian Keuangan
Wewenang
Bertanggung jawab dan mengawasi atas penggunaan dana perusahaan.
Tugas
a. Mengkoordinasi tugas-tugas karyawan.
b. Melaksananya tertib administrasi yang berhubungan dengan system
dan prosedur akuntansi.
4. Manager Produksi
Wewenang
Membimbing dan mengawasi para kepala bagian yang menjadi
bawahannya.
Tugas
a. Bertanggung jawab atas kegiatan produksi secara keseluruhan.
b. Mengatur keseimbangan antara investasi dan produksi.
c. Melaksanakan instruksi general menager.
5. Manager SDM
Wewenang
Bertanggung jawab atas barang-barang (investaris) perusahaan.
Tugas
a. Bertanggung jawab tentang penyediaan tenaga kerja, pengembangan
karir, dan kesejahteraan karyawan.
b. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya tertib administrasi yang
menyangkut surat-surat atau dokumentasi perusahaan.
6. Manager Penjualan
Wewenang
Mengkooardinir serta bertanggung jab atas seluruh kegiatan pemasaran,
promosi, pengelolahan pasar (baik ke pengecer maupun ke konsumen)
dan warehouse yang ada.
Tugas
Merumuskan serta menetapkan kebijakan strategis dan opersi bagian
pemasaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
7. Manager Hubungan Publik
Wewenang
Membela produk yang menghadapi masalah public.
Tugas
a. Membantu peluncuran produk baru.
b. Membangun minat terhadap suatu katagori produk.
c. Mempengaruhi kelompok sasaran tertentu.
2. Deskripsi Produk
Setrika antistress merupakan suatu produk terobosan baru. Seperti yang kita ketahui
kegiatan menyetrika merupakan kegiatan yang rutin kita kerjakan. Maka tidak dapat
dipungkiri kita akan merasa bosan pada saat menyetrika, tidak hanya bosan tetapi juga
merasa lelah. Sehingga kita menciptakan produk terobosan baru yaitu “Setrika Antistress”.
Dimana setrika ini memiliki empat fungsi yaitu untuk menyetrika, memasak air,
memanggang roti dan dibagian ekor terdapat mp3 playernya. Setrika ini memiliki tiga bagian
(bagian penyetrika, pemasak air, pemanggang roti, dan Mp3 player). Setiap elemen dari
setrika ini dapat digunakan empat-empatnya, namun jika pemakai hanya memerlukan
sebagian dari elemennya, dapat melepas bagian lain yang tidak digunakan karena untuk
setiap bagian kecuali mp3 dapat dilepas. Jika pemakai menggunakan keempat elemen
sekaligus, tidak akan menambah daya yang dibutuhkan karena jberasal dari energi panas
setrikanya.
Komponen tambahan :
a. Toaster (alat pemanggang)
Toaster adalah suatu alat pemanggang yang menggunakan energy listrik kemudian
dirubah menjadi energy panas. Biasanya toaster digunakan untuk memanggang roti
untuk sarapan di pagi hari.
b. Pemasak Air
Di sini pemasak air adalah suatu komponen yang diberikan pada setrika serba bisa ini
yang berguna untuk memasak air tapi dalam kapasitas volume 250 ml (seukuran gelas
kecil). Yang terletak pada bagian tengah setrika. Energi panas yang dihasilkan untuk
memasak air adalah energy listrik yang dirubah menjadi panas sehingga dapat
memanaskan air pada suhu hingga mencapai 100 derajat celcius.
c. MP3
MP3 adalah suatu alat kecanggihan pada masa kini yang dapat digunakan untuk
mendengarkan musik. Seiring dengan bertambahnya teknologi, sekarang telah ada MP3
mini sehingga tidak memboroskan tempat, ringan, dan mudah dibawa. Suatu terobosan
baru bahwa di setrika serba bisa ini dipasang alat MP3 sehingga pada saat konsumen
sedang menyetrika, mereka dapat juga mendengarkan musik untuk menghilangkan
kejenuhan. MP3 ini terletak pada bagian belakang setrika.
BAB II
JADWAL INDUK PRODUKSI
1. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Penyusunan Jadwal Induk Produksi
Menurut Gaspersz (2004), Jadwal induk produksi merupakan suatu pernyataan
tentang produksi akhir (termasuk item pengganti dan suku cadang) dari PT. Indo Jaya,
untuk memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. Dengan kata
lain jadwal induk produksi adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasikan
kuantitas dari item tertentu, yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan
manufaktur (dalam satuan waktu). Pada dasarnya istilah MPS (Master Production
Schedule) adalah jadwal produksi induk yang merupakan hasil dari aktivitas penjadwalan
produksi induk.
MPS mendisagregasikan dan mengimplementasikan rencana produksi. Pihak
perencanaan dan pengendalian produksi harus berhati-hati dalam melakukan
perencanaan agar tidak terjadi kekosongan stok akan bahan baku dan produk jadi. Salah
satu kesalahan perencanaan yang dilakukan adalah ketidaktersediaan produk jadi di
gudang penyimpanan yang memberikan pengaruh negatif pada sistem manufaktur
perusahaan. Seperti, ketidakmampuan perusahaan memenuhi permintaan dari
konsumen, banyak bahan baku produk yang sudah dipesan dan harus dirakit menjadi
produk jadi menumpuk di gudang sehingga menyebabkan biaya penyimpanan meningkat,
harga produk menjadi tidak kompetitif, dan penurunan keuntungan. Keberhasilan
perencanaan dan pengendalian manufakturing membutuhkan perencanaan produksi
yang efektif, agar mampu memenuhi jadwal produksi yang ditetapkan.
Aktivitas penjadwalan induk produksi pada dasarnya berkaitan dengan :
Bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal induk produksi
Memproses transaksi dari MPS
Memelihara catatan MPS
Mengevaluasi efektivitas dari MPS
Memberikan laporan evaluasi dalam periode waktu yang teratur untuk peninjauan
ulang
Fungsi jadwal induk produksi adalah :
a. Menjadwalkan produksi dan order pembelian untuk item – item JIP
b. Memberikan input dasar bagi sistem MRP
c. Menjadi dasar bagi penentuan sumber daya (tenaga kerja , waktu, mesin dll)
d. Menjadi dasar dalam membuat janji pengiriman pada konsumen
Tujuan pembuatan jadwal induk produksi oleh PT. Indo Jaya adalah:
a. Agar pembuatan produk akhir selesai tepat waktu sesuai dengan yang dijanjikan pada
konsumen
b. Untuk menghindari kelebihan beban atau kekurangan beban pada fasilitas produksi
sehingga kapasitas produksi pemanfaatannya menjadi efisien dan hasilnya biaya
produksi rendah.
Untuk mencapai tujuan itu, maka sebelum jadwal induk dibuat, PT. Indo Jaya perlu
lebih dulu melihat kembali perkiraaan permintaan konsumen yang akan datang,
permintaan kosumen yang sudah masuk, tingkat persedian, beban kerja, dan kapasitas
fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan dalam setiap minggunya. Dengan mereview
kembali jumlah permintaan diharapkan terjadi keseimbangan antara beban kerja dengan
kapasitas yang tersedia.
2. Jadwal Induk Produksi PT. Indo jaya
PT. Indo Jaya akan memproduksi setrika antistres tiap harinya dengan persediaan
awal 10 unit setrika antistres. Data forecast demand dalam 12 periode seperti pada tabel
dibawah ini dan Lot produksi sebesar 20 unit.
t 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Dt
(unit) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Dan PT. Indo Jaya memiliki Jadwal induk produksi sebagai berikut:
Persediaan
Awal = 10
Lot Produksi
= 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Forecast
Demand 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pesanan Dari
Antar Pabrik - 5 - 15 - 7 - 12 - 10 - 17
Pesanan Dari
Pelanggan - - - - 4 - - - 6 - 9 -
Total 10 15 10 25 14 17 10 22 16 20 19 27
Persediaan
Awal = 10
Lot Produksi
= 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Permintaan 10 15 10 25 14 17 10 22 16 20 19 27
Persediaan
awal 10 - 5 15 10 16 19 9 7 11 11 12
Produksi
Dibutuhkan
(MPS)
- 20 20 20 20 20 - 20 20 20 20 20
Persediaan
Akhir - 5 15 10 16 19 9 7 11 11 12 5
3. Uji Kelayakan Menggunakan RCCP (Rough Cut Capacity Planning)
RCCP (Rough Cut Capacity Planning) akan mengkonversi MPS menjadi kebutuhan-
kebutuhan kapasitas dan kemudian menentukan apakah MPS tersebut layak dengan
keterbatasan kapasitas yang ada. Salah satu teknik dalam RCCP adalah perencanaan
kapasitas dengan menggunakan faktor-faktor keseluruhan.
Week
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
MPS -
Model A 5 6 6 9 8 6 0 9 8 5 7 6
MPS -
Model B 9 4 7 0 0 6 0 0 7 4 0 5
Hours per unit on machine 1 Hours per unit on machine 2
Model A 3 2
Model B 2 1
Machine 1 Load
Week
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Due to
Model A 15 18 18 27 24 18 0 27 24 15 21 18
Due to
Model B 18 8 14 0 0 12 0 0 14 8 0 10
Total
Machine
1 Load
33 26 32 27 24 30 0 27 38 23 21 28
Machine 2 Load
Week
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Due to
Model A 10 12 12 18 16 12 0 18 16 10 14 12
Due to
Model B 9 4 7 0 0 6 0 0 7 4 0 5
Total
Machine
2 Load
19 16 19 18 16 18 0 18 23 14 14 17
Dalam menguji kelayakan menggunakan RCCP ini:
Diasumsikan PT. Indo Jaya beroperasi 6 hari dalam seminggu
Terdapat 2 sift kerja setiap hari masing masing selama 6 jam
Total tiap hari mesin beroperasi selama 12 jam
Selama 1 minggu beroperasi selama 72 jam
BAB III
MANAJEMEN PERSEDIAAN
1. Arti Penting Persediaan dan Manajemen Persediaan “PT. Indo Jaya”
Persediaan merupakan sesuatu yang dimiliki suatu perusahaan dan dianggap
sebagai suatu kekayaan. Adanya persediaan mempunyai peran yang sangat penting
dalam suatu operasi bisnis yang dilakukan perusahaan. Adanya hal tersebut maka
perusahaan dituntut untuk mampu mengantisipasi keadaan maupun tantangan yang
yang mungkin terjadi. Hal yang perlu dilakukan perusahaan yakni dengan membuat
manajemen persediaan yang baik dan tersusun rapi secara detail untuk mencapai
sasaran akhir yang optimal, dengan meminimasi total biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk penanganan persediaan.
Manajemen persediaan berfungsi untuk menentukan jumlah persediaan yang
disimpan, berapa banyak yang harus dipesan, dan kapan harus melakukan
pemesanan kembali. Manajemen persediaan juga berkaitan dengan manajemen
logistik yang juga membahas mengenai gudang, pergerakan (pemindahan) dan
penyimpanan. Manajemen persediaan memerlukan perhatian yang penting dari
pihak manajemen perusahaan karena manajemen yang buruk dapat menimbulkan
masalah baik dalam kegiatan beroperasi maupun dalam bisnis.
Persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambahkan
fleksibilitas operasi perusahaan. Fungsi persediaan menurut Rangkuti (2007):
1. Fungsi Decuopling, untuk membantu perusahaan agar bisa memenuhi
permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier
2. Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan
penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit
lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam
kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena
besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko, dan sebagainya)
3. Fungsi antisipasi, untuk mengantisipasi dan mengadakan permintaan
musiman (seasonal inventories), menghadapi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan untuk menyediakan persediaan pengamanan (safety stock)
Sesuai fungsi persediaan di atas, maka persediaan di PT. Indo Jaya juga
memfungsikan persediaan untuk bisa memenuhi permintaan langganan tanpa harus
tergantung kepada supplier, yakni dengan memproduksi produk dengan porsi lebih
namun masih dalam jumlah wajar sesuai dengan pertimbangan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian. Kemudian untuk menghilangkan adanya risiko apabila
material yang dipesan tidak sesuai kriteria sehingga harus dikembalikan. Selain itu
juga sebagai bahan pertimbangan dalam penghematan-penghematan (potongan
pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena
perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan
dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang,
investasi, risiko, dan sebagainya). Fungsi lainnya yakni untuk mengantisipasi adanya
ketidakpastian permintaan musiman dan pengadaannya, kemusian menghadapi
ketidakpastian jangka waktu pengiriman serta untuk menyediakan persediaan
pengemanan. Persediaan ini juga digunakan untuk menghilangkan risiko kenaikan
harga barang atau inflasi serta pemberian potongan kuantitas dalam jumlah
pembelian tertentu.
2. Jenis-jenis Persediaaan “PT. Indo Jaya”
Dalam perusahaan kami, ada 2 persediaan yang diterapkan yakni persediaan
bahan setengah jadi karena perusahaan kami melakukan perakitan elemen-elemen
dalam pembuatan produk. Kemudian persediaan yang kedua yakni persediaan
barang jadi, jadi perusahaan melakukan penyimpanan produk jadi sebagai
persediaan pengaman untuk mengantisipasi adanya permintaan yang tak terduga.
Persediaan bahan setengah jadi
Persediaan ini berupa elemen-elemen yang kemudian akan dirakit
menjadi setrika, bahan-bahan tersebut diantaranya besi, alumunium, plastik
(isolator) dan komponen penyusun lainnya. Komponen-komponen dari setrika ini
yakni lempengan besi setrika (plat) yang berada pada bagian bawah setrika
berbentuk datar, elemen pemanas berupa lilitan kawat yang dililitkan pada
asbes. Kemudian alumunium berbentuk box sebagai pemanggang (dudukan roti),
tombol pengatur suhu dan pengangkat roti berupa isolator tahan panas.
Selanjutnya plastik sebagai isolator sekaligus body dari setrika, dengan sedikit
ruang di bagian belakang sebagai ruang untuk Memori Card dan Sounds Sistem
pada sistem MP3. Selanjutnya kabel berbahan karet yang dililiti kain (isolator).
Persediaan ini perlu dilakukan untuk memenuhi permintaan dan persediaan
barang jadi karena proses produksi hanya dilakukan selama 5 hari kerja dengan 8
jam perharinya, sehingga dalam setahun ada 260 hari kerja.
Persediaan barang jadi
Persediaan barang jadi berupa setrika yang telah di kemas dengan berat setrika 2
kg dan kemasan 350 gram. Persediaan barang jadi akan menghabiskan biaya
penyimpanan di dalam gudang.
3. Model perhitungan EOQ
Dalam pengelolaan persediaan secara continuous, digunakan model EOQ
untuk menentukan persediaan yang optimal. EOQ merupakan kuantitas persediaan
yang optimal atau yang menyebabkan biaya persediaan mencapai titik terendah.
Model EOQ adalah suatu rumusan untuk menentukan kuantitas pesanan yang akan
meminimumkan biaya persediaan.
EOQ adalah teknik permintaan/ pemesanan barang yang optimal dengan
biaya inventori serendah mungkin. Jumlah biaya yang ditekan serendah mungkin
adalah carrying cost (biaya penyimpanan) dan ordering cost (biaya pemesanan).
Dalam perhitungan dan pengendalian inventori sehubungan dengan EOQ model,
variasinya tergantung dari keadaan supply dan demand-nya. Variasi ini bisa meliputi
saat stock-out, keadaan kebutuhan tetap, kebutuhan kapasitas lebih, ada masa
tenggang (waktu penundaan antara saat pemesanan dengan saat penerimaan),
kebutuhan tidak tetap, potongan harga dan juga ketika ada aliran produk yang
berkelanjutan (Yunarto, 2005).
“PT. Indo Jaya” adalah sebuah perusahaan setrika (anti stress) baru yang
bertempat di kota Surabaya, berencana akan memasarkan produknya ke berbagai
kota. Rincian EOQ untuk setiap item barang yang harus dipesan:
1. Pelat bawah (besi) 1040 unit/ tahun
2. Body bagian bawah setrika (alumunium) 1040 unit/ tahun
3. Dudukan roti (alumunium) 1040 unit/ tahun
4. Body bagian atas setrika (plastik) 1040 unit/ tahun
5. Kawat lilitan 2080 meter/ tahun
6. Asbes 12 lembar (ukuran 1x1 meter)/ tahun
7. Memori Card 1040 unit/ tahun
8. Sounds Sistem mini 1040 unit/ tahun
9. Kabel yang dililiti kain 1040 meter/ tahun
Misalkan diketahui permintaan tahunan sebesar 1040 buah setrika. Jumlah
unit per pesanan biasanya adalah 150 unit dengan biaya pemesanan $ 5/pesanan.
Biaya penyimpanan per unit pertahun $ 0,50 dan lead time 1 minggu. PT. Indo Jaya
memiliki 260 hari kerja dalam setahun. Dari data perusahaan diatas maka dapat
dilakukan perhitungan EOQ seperti berikut:
Diketahui:
D = 1040 unit
S = $ 4/pesanan
H = $ 0,50
L = 3 Minggu
$ = Rp9000
Jumlah hari kerja setahun = 260 hari
Penyelesaian:
1. Pelat bawah (besi) 1040 unit/ tahun
EOQ (Q*) = = √2. 1040. 4 = 128,9 129 unit
H 0,50
Reorder point (ROP)
d = D
Jumlah hari kerja dalam setahun
= 1040
260
= 4 unit
ROP = dL = 4. 3 = 12 unit
Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N)
N = D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun
Q* 129
Waktu antar pemesanan (T)
T =
N
= 260
9
= 28,9 29 hari
Total biaya = [(Q/2) x H] + [(D/Q) x S]
= [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4]
= (32,25) + (32,25)
= $ 64,5
= Rp580.500,-
2. Body bagian bawah setrika (alumunium) 1040 unit/ tahun
EOQ (Q*) = = √2. 1040. 4 = 128,9 129 unit
H 0,50
Reorder point (ROP)
d = D
Jumlah hari kerja dalam setahun
= 1040
260
= 4 unit
ROP = dL = 4. 3 = 12 unit
Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N)
N = D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun
Q* 129
Waktu antar pemesanan (T)
T =
N
= 260
9
= 28,9 29 hari
Total biaya = [(Q/2) x H] + [(D/Q) x S]
= [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4]
= (32,25) + (32,25)
= $ 64,5
= Rp580.500,-
3.Dudukan roti (alumunium) 1040 unit/ tahun
EOQ (Q*) = = √2. 1040. 4 = 128,9 129 unit
H 0,50
Reorder point (ROP)
d = D
Jumlah hari kerja dalam setahun
= 1040
260
= 4 unit
ROP = dL = 4. 3 = 12 unit
Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N)
N = D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun
Q* 129
Waktu antar pemesanan (T)
T =
N
= 260
9
= 28,9 29 hari
Total biaya = [(Q/2) x H] + [(D/Q) x S]
= [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4]
= (32,25) + (32,25)
= $ 64,5
= Rp580.500,-
4. Body bagian atas setrika (plastik) 1040 unit/ tahun
EOQ (Q*) = = √2. 1040. 4 = 128,9 129 unit
H 0,50
Reorder point (ROP)
d = D
Jumlah hari kerja dalam setahun
= 1040
260
= 4 unit
ROP = dL = 4. 3 = 12 unit
Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N)
N = D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun
Q* 129
Waktu antar pemesanan (T)
T =
N
= 260
9
= 28,9 29 hari
Total biaya = [(Q/2) x H] + [(D/Q) x S]
= [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4]
= (32,25) + (32,25)
= $ 64,5
= Rp580.500,-
5. Kawat lilitan 2080 meter/ tahun
EOQ (Q*) = = √2. 2080. 4 = 182,4 183 unit
H 0,50
Reorder point (ROP)
d = D
Jumlah hari kerja dalam setahun
= 2080
260
= 8 unit
ROP = dL = 8. 3 = 24 unit
Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N)
N = D = 2080 = 11,4 12 pesanan/tahun
Q* 183
Waktu antar pemesanan (T)
T =
N
= 260
12
= 21,7 22 hari
Total biaya = [(Q/2) x H] + [(D/Q) x S]
= [(183/2) x 0,50] + [(2080/183) x4]
= (45,75) + (45,46)
= $ 91,21
= Rp820.890,-
6. Asbes 12 lembar (ukuran 1x1 meter)/ tahun
EOQ (Q*) = = √2. 12. 4 = 13,9 14 unit
H 0,50
Reorder point (ROP)
d = D
Jumlah hari kerja dalam setahun
= 12
260
= 0,05 unit
ROP = dL = 0,05. 3 = 0,15 1 unit
Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N)
N = D = 12 = 0,86 1 pesanan/tahun
Q* 14
Waktu antar pemesanan (T)
T =
N
= 260
1
= 260 260 hari
Total biaya = [(Q/2) x H] + [(D/Q) x S]
= [(14/2) x 0,50] + [(12/14) x4]
= (3,5) + (3,4)
= $ 6,9
= Rp62.100,-
7. Memori Card 1040 unit/ tahun
EOQ (Q*) = = √2. 1040. 4 = 128,9 129 unit
H 0,50
Reorder point (ROP)
d = D
Jumlah hari kerja dalam setahun
= 1040
260
= 4 unit
ROP = dL = 4. 3 = 12 unit
Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N)
N = D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun
Q* 129
Waktu antar pemesanan (T)
T =
N
= 260
9
= 28,9 29 hari
Total biaya = [(Q/2) x H] + [(D/Q) x S]
= [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4]
= (32,25) + (32,25)
= $ 64,5
= Rp580.500,-
8. Sounds Sistem mini 1040 unit/ tahun
EOQ (Q*) = = √2. 1040. 4 = 128,9 129 unit
H 0,50
Reorder point (ROP)
d = D
Jumlah hari kerja dalam setahun
= 1040
260
= 4 unit
ROP = dL = 4. 3 = 12 unit
Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N)
N = D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun
Q* 129
Waktu antar pemesanan (T)
T =
N
= 260
9
= 28,9 29 hari
Total biaya = [(Q/2) x H] + [(D/Q) x S]
= [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4]
= (32,25) + (32,25)
= $ 64,5
= Rp580.500,-
9. Kabel yang dililiti kain 1040 meter/ tahun
EOQ (Q*) = = √2. 1040. 4 = 128,9 129 unit
H 0,50
Reorder point (ROP)
d = D
Jumlah hari kerja dalam setahun
= 1040
260
= 4 unit
ROP = dL = 4. 3 = 12 unit
Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N)
N = D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun
Q* 129
Waktu antar pemesanan (T)
T =
N
= 260
9
= 28,9 29 hari
Total biaya = [(Q/2) x H] + [(D/Q) x S]
= [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4]
= (32,25) + (32,25)
= $ 64,5
= Rp580.500,-
Jadi untuk mencapai nilai yang ekonomis untuk item barang dengan permintaan 1040
unit/ tahun, PT. Indo Jaya harus memesan 129 unit produk dengan total biaya pemesanan
sebesar Rp580.500. Produk tersebut dipesan sebanyak 9 kali selama setahun. PT. Indo Jaya
harus memesan pada saat persediaan di gudang tersisa 12 unit.
Kemudian untuk item barang dengan permintaan 2080 unit/ tahun, PT. Indo Jaya
harus memesan 183 unit dengan total biaya pemesanan Rp820.890. Produk tersebut
dipesan sebanyak 12 kali selama setahun. PT. Indo Jaya harus memesan pada saat
persediaan di gudang tersisa 24 unit.
Adapun untuk asbes, jumlah ekonomis pemesanan adalah 14 unit, dipesan setelah
tersisa 1 unit di gudang. Total biaya pemesanan adalah RP62.100 selama setahun dan
dipesan sebanyak sekali dalam setahun.
BAB IV
ABC INVENTORY CLASSIFICATION
ABC Analysis membantu mengurangi distorsi yang disebabkan oleh alokasi biaya
tradisional. ABC juga memberikan pandangan yang jelas tentang bagaimana komposisi
perbedaan produk, jasa dan aktivitas perusahaan yang memberikan kontribusi sampai lini
yang paling dasar dalam jangka pendek. Manfaat utama ABC untuk perusahaan adalah:
1. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif yang mengarahkan
kepada profitabilitas produk yang lebih akurat dan kepada strategi yang lebih baik
tentang penentuan harga jual, lini produk, pasar dan pengeluaran modal
2. ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh adanya
aktivitas , hal ini dapat membantu manajemen untuk meningkatkan produk value dan
proses value dengan membuat keuputusan yang lebih baik dan membantu proyek-
proyek peningkatan value
3. ABC membantu memudahkan manajer memberikan informasi tentang biaya relevan
untuk mengambil keputusan bisnis.
Category item-item Persediaan yang ada dalam Perusahaan:
Item Persediaan Biaya Per unit (Rp)
Pelat bawah (besi) 1040
35000
Body bagian bawah
setrika (alumunium) 1040 30000
Dudukan roti
(alumunium) 1040 33000
Body bagian atas (plastik) 1040 15000
Kawat lilitan 2080 6000
Asbes 12 26000
Memory card 1040 5000
Sounds system 1040 10000
Total 8332 160000
Perhitungan Analisis ABC
Kode Item
Inventory
(unit)
Cost
(unit)
Annual
Spend (Rp) Cumulative
Percentage
(%) Category
1 Pelat bawah
(besi) 1040 35000 36.400.000 36400000 24,95 A
3 Dudukan roti
(alumunium) 1040 33000 34.320.000 70720000 48,47 A
2
Body bagian
bawah setrika
(alumunium)
1040 30000 31.200.000 101920000 69,85 B
4 Body bagian
atas (plastik) 1040 15000 15.600.000 117520000 80,54 B
5 Kawat lilitan 2080 6000 12.480.000 130000000 89,09 B
8 Sounds system 1040 10000 10.400.000 140400000 96,22 C
7 Memory card 1040 5000 5.200.000 145600000 99,79 C
6 Asbes 12 26000 312.000 145912000 100,00 C
Total 8332 160000 145.912.000
1. Item yang termasuk dalam katagori A dengan persentasi ≤50% adalah Pelat bawah
(besi) dan dudukan roti (alumunium)
2. Item yang termasuk dalam katagori B dengan persentasi 51% ≤ X ≤ 85% adalah body
bagian bawah setrika, body bagian atas, dan kawat lilitan
3. Item yang termasuk dalam katagori C dengan persentasi 86% ≤ X ≤ 100% adalah
sounds system, memory card, dan asbes
BAB V
DISKON KUANTITAS
1. Pengertian Diskon Kuantitas
Menurut Herjanto dalam bukunya Manajemen Operasi (2008), banyak penjual
melakukan strategi penjualan dengan memberikan harga yang bervariasi sesuai dengan
jumlah yang dibeli. Semakin besar volume pembelian semakin rendah harga barang per
unit. Strategi ini disebut penjualan dengan diskon kuantitas. Untuk menentukan pesanan
yang optimal dapat digunakan model persediaan dengan diskon kuantitas.
Biaya total persediaan dalam model ini merupakan jumlah dari biaya pemesanan,
biaya penyimpanan, dan biaya pembelian barang. Hal ini berbeda dengan biaya total
pembelian dan nilainya selalu sama. Pada kasus ini, harga barang bervariasi tergantung
dari jumlah setiap pesanan, sehingga biaya pembelian barangpun bervariasi.
2. Diskon Kuantitas PT. Indo Jaya
Untuk meningkatkan penjualan, PT. Indo Jaya menawarkan diskon kuantitas bagi
pelanggannya. Diskon kuantitas berarti pengurangan harga untuk sebuah barang jika
dibeli dalam kuantitas besar. Berikut perhitungan daftar diskon kuantitas yang terdapat
dalam PT. Indo jaya yang diambil dari klasifikasi ABC pada kelas A menggunakan
persediaan data :
Angka Diskon Kuantitas Diskon Diskon (%) Harga Diskon (p)
1 1 - 79 Tidak ada diskon Rp 200.000,-
2 80 - 99 4 Rp 190.000,-
3 100 - 119 5 Rp 175.000,-
4 120 - lebih 6 Rp 170.000,-
Biaya normal untuk setrika antistres adalah Rp 200.000 . Untuk pesanan diantara 80 -
99 unit, biaya unitnya turun menjadi Rp 190.000; untuk pesanan diantara 100 - 119 unit,
biaya unitnya turun menjadi Rp 175.000; untuk pesanan 120 unit atau lebih, biaya unitnya
turun menjadi Rp 170.000. Diketahui Pada PT. Indo Jaya, permintaan tahunannya sebesar
120 unit. Lebih lanjut lagi, biaya pemesanan adalah Rp 150.000 per pesanan. Ongkos
membawa persediaan, sebagai persen dari biaya, I, adalah 20% atau 0,2.
Menghitung nilai Q* untuk setiap diskon :
Q*1 = = = 30 unit setrika per pesanan
Q*2 = = = 31 unit setrika per pesanan
Q*3 = = = 32 unit setrika per pesanan
Q*4 = = = 33 unit setrika per pesanan
Menyesuaikan ke atas nilai-nilai Q* yang berada di bawah rentang diskon yang
diizinkan. Karena Q*1 berada diantara 1 sampai 79, tidak diperlukan penyesuaian. Karena
Q*2 berada dibawah rentang yang diizinkan dari 80 sampai 99, diperlukan penyesuaian
menjadi 80 unit. Hal yang sama berlaku untuk Q*3, diperlukan penyesuaian menjadi 100
unit, dan berlaku juga untuk Q*4, diperlukan penyesuaian menjadi 120 unit. Maka:
Q*1 = 30
Q*2 = 80
Q*3 = 100
Q*4 = 120
Menggunakan persamaan biaya total dan menghitung biaya total untuksetiap
kuantitas pesanan.
Angka
Diskon
Harga
Satuan (Rp)
Kuantitas
Pesanan
Biaya Produk
Tahunan (Rp)
Biaya
Pemesanan
Tahunan
(Rp)
Biaya
Penyimpanan
Tahunan (Rp)
Total (Rp)
1 200.000 30 24.000.000 600.000 600.000 25.200.000
2 190.000 80 22.800.000 580.645 589.000 23.969.645
3 175.000 100 21.000.000 562.500 560.000 22.122.500
4 170.000 120 20.400.000 545.454 561.000 21.506.454
Dari keempat angka diskon kuantitas maka dipilih kuantitas pesanan dengan biaya
total paling rendah yakni 120 unit setrika akan meminimalkan biaya totalnya.
BAB VI
PERSEDIAAN PROBABILISTIK
Model persediaan probabilistik
Model persediaan probabilistik adalah suatu mekanisme dalam pembuatan
serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan persediaan
pengaman, kapan persediaan harus diisi, dan kuantitas pemesanan. Dalam kenyataan,
kebijakan-kebijakan tersebut dipengaruhi oleh beberapa kendala antara lain kapasitas
gudang dan modal, adanya unsur ketidakpastian (probabilistik) dalam permintaan (demand)
atau waktu tunggu (lead time), serta akibat dari barang pesanan konsumen yang tidak
tersedia (out of stock) yaitu terjadinya kasus backorder dan lost sales (Khoiroh, 2008).
Sedangkan menurut Elsayed (1985), model persediaan probabilistik merupakan persediaan
model dimana ukuran permintaan dalam satu periode bersifat acak, disamping itu pada
model persediaan probabilistik timbul suatu persediaan pengaman (safety stock) yang
digunakan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan atau fluktuasi pemenuhan bahan baku
dalam jangka waktu tertentu.
Persediaan pengaman (safety stock)
Persediaan pengaman adalah persediaan minimum yang harus selalu ada dan selalu
siap tersedia didalam gudang yang dimaksudkan untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu
perusahaan mengalami kekurangan bahan baku dasar sehingga proses produksi dapat
berjalan dengan lancar. Diadakannya suatu persediaan pengaman bagi perusahaan kami
agar apabila perusahaan mengalami kekurangan bahan baku, atau keterlambatan datangnya
bahan baku yang dibeli oleh perusahaan. Karena berdasarkan pengertian persediaan
pengaman (Safety Stock) sendiri menurut Freddy Rangkuty (2004:10) adalah persediaan
tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan bahan (Stock Out). Dengan adanya persediaan pengaman maka proses produksi
dalam perusahaan akan dapat berjalan tanpa adanya gangguan kehabisan bahan baku,
walaupun bahan baku yang dibeli perusahaan kami terlambat dari waktu yang
diperhitungkan. Persediaan pengaman ini akan diselenggarakan dalam suatu jumlah
tertentu, dimana jumlah ini merupakan suatu jumlah tetap didalam suatu periode yang telah
ditentukan sebelumnya.
Terdapat 3 item dalam persediaan probabilistik, diantaranya:
1. Permintaan variabel dan waktu tunggu konstan
Permintaan harian rata-rata unit setrika pada perusahaan PT. Indo Jaya adalah 11
unit, dengan standar deviasi 3 unit. Ditetapkan bahwa lead timenya adalah 3 hari dan
risiko kekurangan persediaan yang diperbolehkan 5%, sehingga tingkat pelayanan
yang dimungkinkan adalah 95 %. Maka, dari tabel kurva normal, nilai Z-nya adalah
sebesar 1,64.
ROP = (permintaan harian rata-rata x waktu tunggu dalam hari) + ZσdLT
Dimana σdLT = standar deviasi dari permintaan selama waktu tunggu =
σd
ROP = (11 x 3) + 1,64 (3)
= 33 + 8,5217
= 41,52 ≈ 42 unit setrika
Persediaan pengaman (SS) = 42 – 11 = 31 unit setrika
2. Waktu tunggu variabel dan permintaan konstan
Perusahaan Setrika PT. Indo Jaya menjual sekitar 9 unit setrika per hari (kuantitas
yang hampir konstan). Waktu tunggu untuk pengantaran setrika terdistribusi normal
dengan waktu rerata 3 hari dan standar deviasi 2 hari. Ditentukan tingkat
pelayanannya 95%.
ROP = (permintaan harian x waktu tunggu rata-rata dalam hari) + Z (permintaan
harian) x σLT
Dimana σLT = standar deviasi dari waktu tunggu dalam hari
ROP = (9 x 3) + 1,64 (15) (2)
= 27 + 49,2
= 76,2 ≈ 73 unit
Persediaan pengaman (SS) = 73 – 9 = 64 unit
3. Permintaan dan waktu tunggu variabel
Penjualan setrika pada PT. Indo Jaya rata-rata sekitar 11 Unit per hari, mengikuti
distribusi normal dengan standar deviasi 3 unit. Setrika yang dipesan dari distributor,
waktu tunggunya terdistribusi normal dengan rata-rata 5 hari dan standar deviasi 2
hari. Ditentukan tingkat pelayanannya 95%.
ROP = (permintaan harian rata-rata x waktu tunggu rata-rata) + ZσdLT
Dimana σd = standar deviasi dari permintaan per hari
σLT = standar deviasi waktu tunggu dalam hari
dan σdLT =
σdLT =
=
= = 23
ROP = (11 x 5) + 1,64 σdLT
= 100 + 1,64 (23)
= 100 + 37,72
= 137,72 ≈ 138 unit
Persediaan pengaman (SS) = 138 – 11 = 127 bungkus
BAB VII
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING
Ketersediaan bahan baku dengan jumlah dan waktu yang tepat akan mendukung
kelancaran dan ketepatan. proses dan waktu produksi. Ketepatan produksi akan dapat
memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. MRP bertujuan untuk mengetahui waktu
dan kuantitas bahan baku yang harus tersedia dalam satu periode tertentu untuk
memperlancar proses produksi. Sehingga akan diketahui berapakah jumlah bahan baku yang
harus diproduksi oleh bagian bahan baku pada perusahaan ini agar bahan baku tersebut
dapat tersedia dengan jumlah dan waktu yang tepat.
Penjadwalan dengan metode MRP mempertimbangkan komponen dan produk
secara keseluruhan sehingga akan membantu perusahaan dalam menentukan due date
pengiriman kepada pelanggan dengan lebih akurat. Penerapan MRP di perusahaan
memungkinkan perusahaan untuk lebih baik dalam penggunaan dan pengaturan waktu.
Empat Langkah Utama Sistem Material Requirements Planning (MRP)
Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah ini
harus ditetapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item. Prosedur ini
dapat dilakukan secara manual bila jumlah item yang terlibat dalam produksi relatif sedikit.
Suatu program diperlukan bila jumlah item sangat banyak. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut (Baroto, 2002).
1. Netting
Merupakan suatu proses perhitungan kebutuhan bersih yang biasany merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan persediaan di tangan dan yang sedang
diproses (dipesan).
2. Lotting
Merupakan suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal
untuk setiap item secara individual berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan
bersih yang telah dilakukan. Beberapa teknik diarahkan untuk menyeimbangkan
ongkos set up dan ongkos simpan. Ada juga teknik yang sederhana yang memakai
jumlah pemesanan tetap atau periode pemesanan tetap.
3. Off Setting
Merupakan salah satu langkah pada MRP untuk menentukan saat yang tepat
untuk rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan
didapat dengan cara V-3 menggabungkan saat awal tersedianya lot size yang
diinginkan dengan besarnya waktu ancang. Waktu ancang ini sama dengan besarnya
waktu saat barang mulai dipesan atau diproduksisampai barang tersebut siap untuk
dipakai.
4. Explosion
aitu proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat yang lebih bawah
didasarkan atas rencana pesanan. Dalam proses explosion ini, data mengenai
struktur produk sangat memegang peranan, karena atas dasar struktur produk inilah
proses explosion akan berjalan dan dapat menentukan ke arah komponen mana yang
harus diexplosion.
Bill Of Material (BOM)
Permintaan untuk produk A sebesar 10 unit untuk dipenuhi dalam 7 minggu. Setiap
unit A memerlukan 1 unit B dan 1 unit C dan 1 unit D. Setiap unit B memerlukan 1 unit E dan
1 unit F dan 1 unit G. Selain itu, Sedangkan unit C memerlukan 2 unit H dan 1 unit G. Selain
itu, unit D memerlukan 1 unit I dan 1 unit J. Maka Permintaan untuk produk B, C, D, E, F dan
G sangat dependent terhadap permintaan untuk produk A.
Keterangan
A : Setrika Anti Stres
B : Setrika
C : Toaster
D : MP3
E : Kabel
F : Pelat Bawah
G : Tombol pengetur suhu dan pengangkat roti
H : Dudukan Roti
I : Soun Sistem
J : Memori Card
Struktur produk berfase waktu
No. Barang Lead Time (dalam minggu)
1 A 1
2 B 2
3 C 1
4 D 2
5 E 2
6 F 3
7 G 1
8 H 2
9 I 1
10 J 2
Minggu
Rencana Kebutuhan Bruto
Barang Minggu Waktu
Tunggu
1 2 3 4 5 6 7
A
10
10 1
B
10
10 2
C
10
10 1
D
10
10 2
E
10
10 2
F
10
10 3
G
10
10 1
G
10
10 1
H
20
20 2
I
10
10 1
J
10
10 2
Rencana Kebutuhan Netto
Barang Persediaan Waktu Tunggu
A 5 1
B 2 2
C 5 1
D 6 2
E 5 2
F 3 3
G 8 1
H 15 2
I 5 1
J 4 2
Barang A
Barang Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Kebutuhan Netto
10
Penerimaan
Terjadwal
Proyeksi
Persediaan di
Tangan
5 5 5 5 5
5 5
Kebutuhan Netto
5
Penerimaan
Pesanan
Terencana
5
Pengiriman
Pesanan
Terencana
5
Barang B
Barang Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Kebutuhan Netto 10
Penerimaan
Terjadwal
Proyeksi
Persediaan di
Tangan
2 2 2 2 2
2
Kebutuhan Netto
8
Penerimaan
Pesanan
Terencana
8
Pengiriman
Pesanan
Terencana
8
Barang C
Barang Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Kebutuhan Netto 10
Penerimaan
Terjadwal
Proyeksi
Persediaan di
Tangan
5 5 5 5 5
Kebutuhan Netto
5
Penerimaan
Pesanan
Terencana
5
Pengiriman
Pesanan
Terencana
5
Barang D
Barang Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Kebutuhan Netto 10
Penerimaan
Terjadwal
Proyeksi
Persediaan di
Tangan
6 6 6 6
Kebutuhan Netto
4
Penerimaan
Pesanan
Terencana
4
Pengiriman
Pesanan
Terencana
4
Barang E
Barang Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Kebutuhan Netto 10
Penerimaan
Terjadwal
Proyeksi
Persediaan di
Tangan
5 5 5 5
Kebutuhan Netto
5
Penerimaan
Pesanan
Terencana
5
Pengiriman
Pesanan
Terencana
5
Barang F
Barang Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Kebutuhan Netto 10
Penerimaan
Terjadwal
Proyeksi
Persediaan di
Tangan
3 3 3 3 3
Kebutuhan Netto
7
Penerimaan
Pesanan
Terencana
7
Pengiriman
Pesanan
Terencana
7
Barang G
Barang Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Kebutuhan Netto 10
Penerimaan
Terjadwal
Proyeksi
Persediaan di
Tangan
8 8 8 8
Kebutuhan Netto
10
Penerimaan
Pesanan
Terencana
10
Pengiriman
Pesanan
Terencana
10
Barang H
Barang Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Kebutuhan Netto 20
Penerimaan Jadwal
Proyeksi Persediaan di
tangan 15 15 15 15 15
Kebutuhan Netto 5
Penerimaan Pesanan
Terencana
Pengiriman Pesanan
Terencana 5
Barang G
Barang
Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Kebutuhan Netto 10
Penerimaan Jadwal
Proyeksi Persediaan di
tangan 8 8 8 8
Kebutuhan Netto 2
Penerimaan Pesanan
Terencana 2
Pengiriman Pesanan
Terencana 2
Barang I
Barang Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Kebutuhan Netto 10
Penerimaan
Terjadwal
Proyeksi
Persediaan di
Tangan
5 5 5 5
Kebutuhan Netto
5
Penerimaan
Pesanan
Terencana
5
Pengiriman
Pesanan
Terencana
5
Barang J
Barang Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Kebutuhan Netto 10
Penerimaan
Terjadwal
Proyeksi
Persediaan di
Tangan
4 4 4 4
Kebutuhan Netto
6
Penerimaan
Pesanan
Terencana
6
Pengiriman
Pesanan
Terencana
6
BAB VIII
JUST IN TIME
Just in time (JIT) adalah suatu sistem yang mengharuskan subrakitan-subrakitan dan
komponen-komponen diproduksi dalam lot-lot produksi yang sangat kecil dan dikirimkan ke
tahapan proses berikutnya tepat pada saat dibutuhkan. Just in time adalah filosofi
perusahaan yang berorientasi ke arah penghapusan limbah di seluruh operasi dan
meningkatkan hasil bahan baku. Dengan cara ini, kelebihan persediaan akan dapat
dieliminasi dan biaya-biaya dikurangi. Sasaran akhir dari JIT adalah memberikan pelayanan
yang lebih baik kepada pelanggan dengan memberikan tingkat kualitas pelayanan yang lebih
baik. JIT memberian sejumlah konsep produksi yaitu (Bateman, 2008) :
Menghilangkan limbah. Menghilangkan seluruh limbah dari proses produksi
termasuk limbah waktu, orang, mesin, ruang, dan bahan baku
Kualitas yang sempurna. Memproduksi bagianbagian yang sempurna bahkan ketika
ukuran-ukuran lot dikurangi
Pengurangan waktu siklus. Menyelesaikan seluruh proses manufaktur secara lebih
cepat.
Keterlibatan karyawan. Dalam JIT, keterlibatan karyawan merupakan pusat dari
keberhasilan para pekerja bertanggung jawab atas keputusan-keputusan produksi.
Proses manufaktur yang memberikan nilai tambah. Hanya melakukan hal-hal yang
menambah nilai pada produk jadi.
Penemuan masalah dan pencegahan agar tidak terulang lagi. Pencegahan dari
kesalahan atau kegagalan adalah komponen penting dari JIT.
Just-in-time (JIT) adalah pendekatan berkelanjutan dan penyelesaian masalah secara
paksa yang berfokus pada keluaran dan pengurangan penggunaan persediaan. Menurut
Simamora (2003) dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Just In Time adalah suatu
keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan
baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya
adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time
didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian
proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung
dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang
berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu
produksi. Metode produksi Just In time mensyaratkan tidak adanya persediaan bahan baku
karena bahan baku dan suku cadang dijadwalkan untuk sampai ke pabrik dari pemasok
hanya pada saat dibutuhkan saja. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang
berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan
komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time
dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan
pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.
Perusahaan-perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan yaitu bahan
baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk
bertindak sebagai pemenuhan pasokan sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat
berjalan. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga
kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus walaupun para pemasok
terlambat melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departemen tidak mampu
beroperasi selama beberapa waktu karena sesuatu atau hal lainnya. Namun penyimpanan
persediaan-persediaan itu sudah barang tentu memakan biaya besar. Sistem Just In Time
merupakan upaya untuk mengurangi atau menghilangkan persedian. Perusahaan yang
mengadopsi system Just In Time ke proses produksinya harus merancang kembali
fasilitas - fasilitas pabrikasinya dan kejadian-kejadian yang memicu proses.
Pada perusahaan ini, perusahaan memproduksi setrika anti-stress mengusahakan
dalam memaksimalkan Just In Time. Terdapat beberapa hal teknik dalam Just In Time yang
diperhatikan, yaitu pemasokan bahan, tata letak peralatan dan mesin, persedian bahan,
penjadwalan, pemeliharaan preventif, kualitas produksi, pemberdayaan pekerja, dan
komitmen perusahaan. Teknik-teknik ini merupakan faktor-faktor dalam mencapai
suksesnya Just in Time, sehingga tidak timbulnya pemborosan atau disfungsi bahan yang
masuk untuk diproduksi sesuai dengan jadwal induk produksi.
Tindakan yang harus dipersiapkan perusahaan untuk menerapkan JIT adalah sebagai
berikut:
1. Suplier (pemasok)
Perusahaan harus memiliki satu atau lebih pemasok. Dimana pemasok ini
didasarkan skala prioritas yang disesuaikan dengan kondisi permintaan pada saat itu.
Pemasok merupakan operator dalam menyediakan kebutuhan bahan produksi.
Pemasok akan menyuplai bahan-bahan produksi untuk menghasil setrika anti stress
yang sesuai dengan standar mutu yang diinginkan. Bahan-bahan produksi yang
dibutuhkan contohnya, seperti mesin pencetakan alat, mesin bubut, alat MP3, alat
generator panas, headset speaker, wadah pemanggan dan pemanasan air sertai rangkai-
rangkain alat yang sesuai dibutuhkan. Bahan dan alat yang dibutuhkan disuplai sesuai
jadwal induk produksi yang didalamnya terdapat perencanaan keperluan material.
Bahan dan alat dikirim dengan syarat kualitas yang bermutu tinggi sehingga tidak
memperoleh bahan-bahan yang rusak atau tidak sesuai dengan standar kualitas bahan
ketika pada proses pengiriman. Bahan dan alat akan diuji dan diseleksi di area tempat
pengerjaan, sehingga memperoleh informasi mengenai kondisi bahan dan alat.
Pengiriman dalam menyuplai dengan tepat waktu ke area kerja yang ditujukan
dimana pada saat bahan dan alat dibutuhkan. Untuk pencapaian ini, sangat diperlukan
hubungan pemasok sangat mendukung dan difasiltasi agar tidak terjadi kesalahan dan
kegagalan komunikasi, memperoleh informasi-informasi penting untuk
dipertimbangkan, serta menyampaikan informasi penting kepada pemasok . Contohnya,
terjadinya perubahaan dalam permintaan kebutuhan atau waktu yang dibutuhkan.
Teknik ini bertujuan untuk mengurangi aktifitas yang tidak perlu serta tidak
diberlakukannya sistem safety stock serta menjaga kualitas alat dan bahan.
2. Penjadwalan
Penjadwalan produksi harus diatur secara sistematis dan tertata rapi.
Penjadwalan produksi harus dapat menginformasikan komponen yang dibutuhkan
untuk proses produksi, selain itu juga agar dapat digunakan sebagai bahan informasi
untuk pemasok agar dapat menyediakan bahan baku produksi. Penjadwalan produksi
merupakan jadwal induk yang disesuaikan untuk memenuhi permintaan konsumen dan
perancanaan produksi yang telah ditargetkan. Penjadwalan ini sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan pelanggan, sehingga adanya informasi-informasi yang lebih bersifat dinamis
dalam suatu perusahaan. Perusahan akan menginformasikan ke pemasok bahan dan
alat agar dipasok sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan.
Teknik ini sangat mendukung sistem JIT. Teknik penjadwalan ini juga dapat
rancangan penanggalan kegiatan produksi yang mendukung dalam melakukan
pengurangan ukuran lot. Karena untuk melakukan pengukuran lot tergantung terhadap
waktu yang tersedia. Teknik ini juga mampu dalam meminimasikan produk setengah
jadi, dimana sebagian produk tidak dapat diselesaikan terhadap standar waktu operasi
kerja.
3. Persediaan (lot)
Ukuran lot dibuat seminimal mungkin sehingga tidak memerlukan ruang
penyimpanan yang besar dan dapat mengurangi holding cost. Persediaan bahan
merupakan aktifitas alternatif dalam memenuhi permintaan produksi. Perusahaan ini,
melakukan teknik persediaan disaat dimana kebutuhan produksi bertambah secara tiba-
tiba. Persediaan ini lebih bersifat berjaga-jaga dalam mengatasi dinamika kebutuhan
produksi. Persedian ini tidak sama dengan penyimpanaan. Teknik persediaan ini adalah
menambah atau melebihkan kebutuhan yang tersedia untuk menutupi perubahan dan
masalah internal produksi yang terjadi. Namun persedian ini dipenuhi pada saat
kebutuhan dibutuhkan atau bersifat just in time, sehingga memperkecil penyimpanan
persediaan. Untuk mengurangi persediaan, digunakan ukuran lot yang kecil. Ukuran lot
yang kecil ini ialah mengurangi kapasitas produksi dalam sekali produksi dengan
memfraksimasikan aktifitas proses produksi (memperbanyak aktifitas produksi). Dengan
kondisi ini, permintaan persediaan akan lebih kecil tetapi intensitas pengiriman
persediaan akan lebih banyak.
4. Komitmen
Komitmen yang dibentuk antara perusahaan, pemasok, dan pekerja yang
diwujudkan dalam kualitas produksi yang baik, pemberdayaan pekerja dan pemilihan
pemasok berkualitas. Teknik ini adalah bagian inti dari perencanaan yang digunakan
sebagai alat patokan untuk menjaga stabilitas kegiatan produksi untuk mencapai target
yang diinginkan. Komitmen ini lebih bersifat abstraktif dalam perusahaan produksi strika
anti-stress. Pihak yang berperan dalam mencapai komitmen ini adalah pihak
manejemen , pekerja dan pemasok. Ketiga pelaku tersebut adalah operator-operator
yang bertanggung jawab dalam mencapai komitmen yang diinginkan.
Pada perusahaan produksi anti-stress ini, bagian pekerja yang membuat
komitmen perusahaan adalah pihak manajemen. Pihak manajemen ini berkerja secara
keseluruhan pada perusahaan dan memperhatikan kondisi masa lampau, sekarang ,
serta masa depan perusahaan. Sehingga dari hal tersebut, manajemen akan membuat
suatu keputusan yang bersifat ramalan. Sedangkan pada pekerja, komitmen-
komitmennya ialah penanggungjawaban atas kegiatan operasi. Pada pemasok,
komitmen yang ditanggungjawabi adalah kualitas serta ketepatan proses pengiriman.
5. Tata letak
Tata letak merupakan desain dan penempatan suatu alat dan bahan produksi
yang telah disesuaikan dan dirancang agar lebih efisien dan efektif. Perancangan tata
letak perusahaan ini disesuaikan denga standar operasi procedur perusahaan. Alat dan
bahan seperti mesin dan lain-lain ditata serta diurutkan sesuai procedur kerja dengan
jarak yang efisien sehingga tidak minimbulkan waktu dan gerakan-gerakan kerja yang
inefektif. Penataan letak ini dirancang juga agar memanfaat lahan yang tersedia
seoptimal mungkin sehingga tidak adanya pemborosan tempat yang digunakan. Selain
itu, dalam memilih alat-alat mesin , perusahaan mengunakan alternatif mesin yang
memliki multifungsi dan bersifat fleksibel terhadap lingkungan yang tersedia. Hal ini,
perusahaan bertujuan menggunakan lahan yang optimal dengan lahan yang terbatas
(penggunaan persediaan).
6. Pemeliharaan preventif
Pemeliharaan preventif maksudnya pemilharaan yang tujuannya bersifat
mencegah masalah atau kegagalan. Pemeliharaan preventif ini dilakukan pada saat
kegiatan pre-produksi, proses operasi peroduksi, sampai ke pasca produksi. Namun
yang diutamakan pada proses produksi terutama adalah fasilitas-fasilitas produksi,
seperti perbaikan mesin, suku cadang mesin dan lain-lain. Hal ini tidak terlepas dari
pekerja ahli atau operator dalam melakukan pemeliharaan. Dalam melakukan
pemeliharaan ini dilakukan bersifat rutinitas dan terjadwal. Hal ini untuk menambah
daya tahan mesin.
7. Kualitas Produksi
Kualitas produksi merutpakan standar mutu suatu kegiatan produksi. Kuliatas
produksi ini dipantau melalului hasil produk yang diperoleh, kegiatan operasi produksi
yang dilakukan serta bagian mengenai pemsokan bahan atau alat yang disuplai. Kualitas
dalam proses produksi adalah kesesuain langkah-langkah prosedur terhadap standar
operasi prosedur. Sedangkan, ketika penyuplaian barang, kulitas yang disasarkan kepada
pemasok terhadap bahan yang dibutuhkan. Sehingga, pemasok menjamin barang
dengan kualitas yang baik dengan waktu yang tepat dan ke area sasaran yang tepat.
8. Pemberdayaan pekerja
Pembedayaan pekerja adalah suatu strategi untuk mengoptimalkan sumber daya
yang terdapat dalam perusahaan produksi strika anti-stress. Pemberdayaan pekerja
dilakukann dengan menambah jam lembur kerja apabila memiliki permintaan yang lebih
besar. Untuk memperbesar produktivitas, pemberdayaan juga dapat dilakukan dengan
pelatihan, insentif, dan program yang membangun lainya. Sehingga, dengan program
ini, menghasil kan pekerja ahli, berprodukitivitas tinggi, dan berkurangnya waktu-waktu
yang bersifat inefektif. Orientasi pada pekerjaan juga harus dilakukan agar lebih
terklasifikasi dan dapat memastikan fleksibilitas pekerja.
Dengan mengurangi pemborosan yang dalam hal ini adalah pengeluaran yang tidak
perlu. Dan juga dapat diartikan sebagai investasi dalm bentuk berlebih maka perusahaan
sudah siap untuk m,elakukan just in time. Dengan menggunakan teknik kanban sebagai
pendukung. Dimana aplikasi penggunaan kanban disempurnakan secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA
Bateman S, Thomas dan Snell A Scott. 2008. Manajemen, Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.
Gaspersz, Vincent. 2004. Production Planning and Inventory Control. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Jakarta : Grasindo.
Rangkuti, Freddy. 2007. Manajemen Persediaan: Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Simamora, Henri. 2003. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba Empat.
Yunarto, H.I, dan Santika, M.G, 2005. Inventory Management. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.