tugas arie

Upload: ade-maswati

Post on 17-Jul-2015

107 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Mengingat zaman semakin maju, sekarang ini banyak sekali bermunculan permainan anak yang semakin beraneka ragam. Seiring dengan kemajuan tersebut membawa dampak terkikisnya aneka permainan tradisional, kalaupun ada hanya sedikit sekali yang masih memainkannya. Perlu bagi kita untuk melestarikannya, mengingat itu semua termasuk tradisi budaya peninggalan nenek moyang terdahulu. Selain itu perlu juga ditanamkan kepada generasi d ibawah kita tentang perlunya pelestarian hasil peninggalan nenek moyang yang terdahulu untuk dijadikan sebagai budaya, dengan harapan tidak akan pernah pudar seiring dengan waktu dan kemajuan technologi yang semakin membutakan generasi. Disamping untuk melestarikan budaya nenek moyang, permainan tradisional perlu dilestarikan karena memberikan banyak manfaat edukatif bagi anak. Bermain sangat signifkan dengan perkembangan anak secara fisik, sosial, emosional, dan kognitif. Bermain adalah cara untuk mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuan motorik anak, termasuk memahami nilai-nilai kehidupan. Sayangnya, ruang bermain bagi anak sangat terbatas terutama di kota-kota besar. Tumbuh kembang anak tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab orangtua melainkan juga guru. Terbukti, dalam memenuhi sarana dan prasarana bermain untuk anak, sepatutnya sekolah memberikan kepedulian kapada anak, meski tak lepas dari bimbingan orangtua. Dewasa ini pun masih sangat jarang sekolah dasar yang memperhatikan masalah permainan tradisional, untuk itu alangkah baiknya jika permainan tradisional dimasukkan sekolah dasar dalam bentuk kegiatan

ekstrakurikuler. Selain menjadi kebutuhan dasar, bermain merupakan hak setiap anak, seperti tertuang dalam UU No 23/2002 tentang Perlindungan Anak dan dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Anak yang sudah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia.

2

Untuk itu dalam makalah ini penulis menyajikan masalah inovasi pendidikan dengan judul Menggali Muatan Edukatif Tradisional Dalam Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Permainan

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang telah dikemukakan bahwa masalah utama dari penulisan makalah ini adalah mengenai Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar. 1. Apakah hakekat bermain? 2. Apakah definisi permainan tradisional? 3. Apakah manfaat permainan tradisional? 4. Apa saja contoh permainan tradisional beserta cara memainkaannya? 5. Apakah definisi ekstrakurikuler? 6. Bagaimana analisis penerapan permainan tradisional dalam

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar?

C. Tujuan Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penulisan makalah ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah hakekat bermain? 2. Untuk mengetahui apakah definisi permainan tradisional? 3. Untuk mengetahui apakah manfaat permainan tradisional? 4. Untuk mengetahui apa saja contoh permainan tradisional beserta cara memainkaannya? 5. Untuk mengetahui apakah definisi ekstrakurikuler? 6. Untuk mengetahui bagaimana analisis penerapan permainan tradisional dalam ekstrakurikuler di Sekolah Dasar?

D. Manfaat 1. Bagi Penulis Sebagai dasar pelatihan dalam pembuatan karya ilmiah khususnya yang berhubungan dengan kegiatan dunia pendidikan.

3

2. Bagi Siswa Dapat meningkatkan daya tarik siswa terhadap permainan tradisional 3. Bagi Guru dan Sekolah Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk kemajuan sekolah. Juga sebagai informasi yang akurat bagi semua pihak yang berkepentingan.

4

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakekat Bermain Menurut Hurlock dalam Kamtini (2005) bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kajian. Menurut Anggani Sudono dalam Kamtini (2005) bermain adalah suatu kegiatanyang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberi informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi seseorang. Upaya melalui bermain mmeberi kepuasan kepada anak untuk

bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan tempat ia hidup. Bermain memberikan kontribusi khusus pada semua aspek perkembangan anak, sehingga semua kegiatan yang dilakukan anak harus diwujudkan melalui aktivitas bermain. Bermain itu penting bagi anak karena bisa membantu belajar tentang dunianya, belajar melakukan sesuatu, memecahkan masalah, menguasai perasaan, menjadi percaya diri, menjadi kuat, belajar bergaul dengan orang lain dan sebagainya. Dalam kehidupan anak, bermain merupakan pertanda kesehatan. Hampir setiap anak yang sehat senantiasa terdorong untuk melakukan aktivitas bermain. Sehingga dapat dipastikan bahwaanak yang tidak aktif bermainpada umumnya dalam keadaan sakit, baik jasmani maupun rohani. Sebaliknya bila anak aktif bermain pertanda dirinya dalam keadaan sehat dan pada umumnya kecerdasannya pun baik.

5

Macam Bermain/Permainan 1. Permainan Aktif a. Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak

menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru. b. Drama Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media. c. Bermain musik Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan temanteman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi,

berdansa, atau memainkan alat musik. d. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing. e. Permainan olah raga Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.

6

2. Permainan Pasif a. Membaca Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya. b. Mendengarkan radio Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya. c. Menonton televisi Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh positif maupun negatifnya.

Bentuk Bermain/Permainan 1. Bermain Sosial Bermain sosial dapat dilakukan sendiri dengan alat bermain atau bersama orang lain dengan menggunakan alat bermain. Bentuk ini dapat dibedakan menjadi: a. Bermain sendiri Anak bermain dengan menggunakan alat yang ada, namun tidak memperhatikan kegiatan anak yang lain di tempat yang sama. b. Bermain sebagai penonton Anak bermain sambil melihat temannya bermain dalam satu tempat. Anak mungkin berbicara dengan temannya, mengamati temannya lalu bermain sendiri. Ada yang duduk, ada yang aktif bermain. c. Bermain paralel Kegiatan ini dilakukan oleh sekelompok anak dengan

menggunakan alat bermain yang sama, tetapi anak bermain sendirisendiri.

7

d. Bermain asosiatif Anak bermain bersama tetapi tidak ada aturannya. Tiap anak memilih perannya sendiri. e. Bermain kooperatif Dalam permainan ini setiap anak bermain sesuai dengan perannya. Tiap anak sesuai dengan perannya menampilkan kebolehannya dan keterampilannya. Anak bertanggungjawab atas tindakannya. 2. Bermain dengan Benda Bentuk bermain ini bersifat praktis, sebab semua anak dapat menggunakan alat bermain secara bebas. Anak senang, dapat berimajinasi dan bekerja sama dengan temannya. Alat bermain ada yang digunakan sendiri atau oleh beberapa anak sekaligus. Beberapa persyaratan alat bermain yaitu: a. Tidak berbahaya b. Mudah diperoleh c. Sebaiknya dibuat sendiri d. Berwarna dominan e. Tidak mudah rusak f. Ringan atau berat tetapi tidak mudah dipindahkan oleh anak 3. Bermain Sosiodramatik Bermain sosiodramatik memiliki beberapa elemen, yaitu: a. Bermain dengan melakukan imitasi Anak melakukan peran orang di sekitarnya dengan menirukan tingkah laku dan pembicaraannya. b. Bermain pura-pura Bermain berpura-pura terhadap objek tertentu misalnya, mobil, anak yang bersangkutan menjadi mobil, ia lari sambil menderuderu seperti suara mobil. c. Bermain peran Anak bermain dengan memerankan sebagai guru, bapak, ibu, anak manja, anak nakal, kakek, nenek, tamu, dan sebagainya.

8

d. Persisiten Anak melakukan kegiatan bermain dengun tekun sedikitnya selama sepuluh menit. e. Interaksi Bermain antarteman dalam satu adegan paling sedikit dilakukan oleh dua orang. f. Komunikasi verbal Bermain yang dilakukan antaranak dengan cara berkomunikasi, jadi terdapat interaksi verbal.

Fungsi Bermain 1. Meningkatkan afiliasi anak dengan teman sebayanya 2. Meredakan ketegangan karena memungkinkan anak menyalurkan energinya sehingga ketegangan mereda 3. Meningkatkan kemampuan kognitif 4. Meningkatkan eksplorasi anak akan perilaku tertentu Nilai yang terkandung dalam bermain: 1. Nilai fisik dan kesehatan Melalui bermain anak dapat melatih mengembangkan otot-ototnya dan bagian tubuh lainnya yang nantinya akan menyehatkan dirinya. 2. Nilai Pendidikan Berbagai problem solving dapat diperoleh anak melalui bermain. 3. Nilai Kreatif Anak dapat mencobakan berbagai kemampuannya. 4. Nilai Sosial Sikap kerjasama, menghargai, sportivitas, disiplin dapat dipupuk melalui bermain. 5. Nilai Moral Bermain merupakan latihan pengembangan moral, karena anak belajar untuk jujur, menerima kekalahan, menjadi pemimpin yang baik.

9

6. Nilai Pengenalan Diri Anak berkesempatan mengenali kekuatan dan kelemahan dirinya melalui kegiatan bermain.

Hubungan Bermain dengan Perkembangan Anak 1. Perkembangan fisik Ketika seorang anak bermain, misalnya bermain permainan tradisional "gobak sodor" atau galah asin, maka akan terjadi koordinasi gerakan otot, terutama otot-otot tungkai dan otot-otot gerakan bola mata. Sehingga otot-otot ini terlatih dan berkembang dengan baik. 2. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam Sering kali, seorang anak berhadapan dengan kenyataan-kenyataan yang tidak menyenangkan, termasuk pembatasan lingkungan atas perilaku mereka, yang secara tidak sadar menimbulkan ketegangan dalam dirinya. Ketegangan ini berkurang ketika anak bermain. 3. Dorongan berkomunikasi Seorang anak memiliki kesempatan berlatih berkomunikasi melalui sebuah permainan. Mereka belajar mengungkapkan ide-ide serta memberikan pemahaman pada teman-teman sepermainannya tentang aturan dan teknis permainan yang akan dilakukan. Dengan demikian permainan dapat berlangsung berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat para peserta, melalui penyampaian pesan yang efektif dan dimengerti antar peserta bermain. 4. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan Ada begitu banyak keingingan dan kebutuhan anak yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, namun sering kali bisa diwujudkan melalui kegiatan bermain. Seorang anak, bisa menjadi siapapun yang ia inginkan ketika bermain. Ia mampu mewujudkan keinginannya menjadi seorang dokter, tentara maupun seorang pemimpin pasukan perang, yang mustahil mereka wujudkan dalam kehidupan nyata.

10

5. Sumber belajar Melalui bermain, seorang anak dapat mempelajari banyak hal, yang tidak selalu mereka peroleh di institusi pendidikan formal. Mereka belajar tentang arti bekerja sama, sportivitas, menyenangkannya sebuah kemenangan maupun kesedihan ketika mengalami kekalahan. 6. Rangsangan bagi kreativitas Ketika anak-anak bermain, mereka kerap merasakan adanya kejenuhan ataupun rasa bosan. Pada saat seperti inilah mereka biasanya mencoba melakukan sebuah variasi permainan. Di sini mereka belajar untuk mengembangkan daya kreativitas dan imajinasinya. Ide-ide spontan yang dikemukakan oleh seorang anak, dan jika kemudian d iterima oleh teman sepermainannya, akan menimbulkan adanya rasa penghargaan dari lingkungan serta menjadi motivasi munculnya ide-ide kreatif lainnya. Permainan pun akan kembali terasa menyenagkan. 7. Perkembangan wawasan diri Melalui bermain, seorang anak dapat mengetahui kemampuan temanteman sepermainannya, kemudian membandingkannya dengan

kemampuan yang ia miliki. Hal ini memungkinkan terbangunnya konsep diri yang lebih jelas dan pasti. Ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya, jika ternyata ia jauh tertinggal dibandingkan temanteman sepermainannya. Hal ini menjadi faktor pendorong yang sehat dalam pengembangan diri seorang anak. 8. Belajar bersosialisasi Bersosialisasi dengan teman-teman sebaya merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh anak. Kegiatan bermain menjadikan proses bersosialisai tersebut terbangun dengan cara yang wajar dan menyenangkan. Tidak jarang timbul beberapa masalah ketika anak anak bermain. Mereka belajar untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang timbul dalam sebuah permainan secara bersama-sama.

11

B. Definisi Permainan Tradisional Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan oleh anak-anak dengan alat-alat yang sederhana, tanpa mesin, asalkan anak tersebut sehat, maka ia bisa ikut bermain. Permainan tradisional adalah permainan yang penuh nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berguna bagi anak-anak untuk memahami dan mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Oleh karena itu, permainan tradisional yang diciptakan oleh nenek moyang bangsa ini pun berdasarkan atas banyak pertimbangan dan perhitungan. Hal ini karena nenek moyang kita mempunyai harapan agar nilai-nilai yang disisipkan pada setiap permainan tersebut dapat dilaksanakan anak-anak dalam setiap tindakan dan perbuatannya dengan penuh kesadaran atau tanpa adanya paksaan.

C. Manfaat Permainan Tradisional Adapun manfaat dari permainan tradisional bagi anak adalah: 1. Anak menjadi lebih kreatif Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan tradisioanal tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturanaturan yang sesuai dengan keadaan mereka. 2. Dapat digunakan sebagai terapi terhadap anak Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut. 3. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak a. Mengembangkan kecerdasan intelektual anak

12

Permainan tradisional seperti permainan Gagarudaan dan OrayOrayan, mampu membantu anak untuk mengembangkan

kecerdasan intelektualnya. Sebab, permainan tersebut akan menggali wawasan anak terhadap beragam pengetahuan. b. Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara

berkelompok. Dengan berkelompok anak akan mengasah emosinya sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain, nyaman dan terbiasa dalam kelompok. Beberapa permainan tradisional yang dilakukan secara berkelompok di antaranya:y y y

Bebentengan Anjang-Anjangan Kasti

c. Mengembangkan kecerdasan logika anak Beberapa permainan tradisional melatih anak untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya, misalnya:y y y y y y y

Engklek Congkak Macan/Dam Daman Lompat tali/Spintrong Encrak/Entrengan Bola bekel Tebak-tebakan

d. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak Pada umumnya, permainan tradisional mendorong para pemainnya untuk bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan-gerakan lainnya. Anak juga menjadi banyak bergerak sehingga terhindar dari masalah obesitas anak. Contoh

permainannya adalah:y y y

Nakaluri Adang-Adangan Lompat tali

13

y y y y y y

Baleba Pulu-Pulu Sorodot Gaplok Tos Asya Petak umpet Enggrang

e. Mengembangkan kecerdasan natural anak Banyak alat-alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan anak terhadap alam sekitarnya sehingga anak lebih menyatu terhadap alam. Contoh permainannya adalah:y

Anjang-Anjangan/dadagangan dengan membuat minyak dari daun bunga sepatu, mie baso terbuat dari tumbuhan parasit berwarna kuning yang bisanya tumbuh di tumbuhan anak nakal.

y y y y y y y

Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali Engrang terbuat dari bambu Engklek menggunakan batu Bola sodok menggunakan bambu Parise terbuat dari bambu Calung terbuat dari bambu Agra/Sepak takraw, bolanya terbuat dari rotan

f. Mengembangkan kecerdasan spasial anak Bermain peran dapat ditemukan dalam permainan tradisional Anjang-Anjangan. Permainan itu mendorong anak untuk mengenal konsep ruang dan berganti peran (teatrikal). g. Mengembangkan kecerdasan musikal anak Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan tradisional. Permainan-permainan yang dilakukan sambil

bernyanyi di antaranya:y y

Ucang-Ucang Angge Ambil-Ambilan

14

y y y y y

Tari Tempurung Berbalas Pantun Wayang Pur-Pur Sadapur Oray-Orayan

h. Mengembangkan kecerdasan spiritual anaky

Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang dan kalah. Namun menang dan kalah ini tidak menjadikan para pemainnya bertengkar atau minder. Bahkan ada

kecenderungan, orang yang sudah bisa melakukan permainan mengajarkan tidak secara langsung kepada teman-temannya yang belum bisa.y

Permainan tradisional dilakukan lintas usia, sehingga para pemain yang usianya masih belia ada yang menjaganya, yaitu para pemain yang lebih dewasa.

y

Para pemain yang belum bisa melakukan permainan dapat belajar secara tidak langsung kepada para pemain yang sudah bisa, walaupun usianya masih di bawahnya.

y

Permainan tradisional dapat dilakukan oleh para pemain dengan multi jenjang usia dan tidak lekang oleh waktu

y

Tidak ada yang paling unggul. Karena setiap orang memiliki kelebihan masing-masing untuk setiap permainan yang berbeda. Hal tersebut meminimalisir pemunculan ego di diri para pemainnya.

D. Contoh Permainan Tradisional dan Cara Memainkannya 1. Congklak/Dakon Permainan congklak menggunakan papan permainan yang memiliki 14 lubang dan 2 lubang induk yang ukurannya lebih besar. Satu lubang induk terletak pada ujung papan dan lubang induk lainnya terletak di ujung lainnya. Diantara kedua lubang induk terdapat 2 baris

15

yang tiap barisnya berisi 7 lubang yang jumlahnya 14 lubang. Dimainkan oleh 2 orang.

Cara bermain: Tiap lubang kecil diisi dengan 7 biji yang biasanya terbuat dari kerang atau plastik. Kecuali lubang induk yang dibiarkan kosong. Setelah menentukan siapa yang akan mulai lebih dulu, maka permainan dimulai dengan memilih salah satu lubang dan

menyebarkan biji yang ada di lubang tersebut ke tiap lubang lainnya searah jarum jam. Masing-masing lubang diisi dengan 1 biji. Bila biji terakhir jatuh di lubang yang ada biji-bijian lain maka biji yang ada di lubang tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang selanjutnya. Jangan lupa untuk mengisikan biji ke lubang induk kita setiap melewatinya. Sedangkan lubang induk lawan tidak perlu diisi. Bila biji terakhir ternyata masuk dalam lubang induk kita, berarti kita bisa memilih lubang lainnya untuk memulai lagi, tetapi bila ternyata saat biji terakhir diletakkan pada salah satu lubang kosong, berarti giliran untuk lawan kita. Bila lubang tempat biji terakhir itu ada di salah satu dari 7 lubang yang ada di baris kita, maka biji yang ada di seberang lubang tersebut beserta 1 biji terakhir yang ada di lubang kosong akan menjadi milik kita dan akan masuk dalam lubang induk kita. Setelah semua baris kosong, maka permainan dimulai lagi dengan mengisi 7 lubang milik kita, masing-masing dengan 7 biji dari

16

biji yang ada di lubang induk kita. Dimulai dari lubang yang terdekat dengan lubang induk, bila tidak mencukupi maka lubang lainnya dibiarkan kosong dan selama permainan tidak boleh diisi. 2. Gasing Gasing menggunakan mainan yang terbuat dari kayu berbentuk kerucut dan tali.

Cara bermain: Memainkannya adalah dengan memutarnya, dengan cara melilitkan tali pada ujung kerucut, kemudian dilemparkan ke bawah sampai tali tertarik dan gasing berputar. Lemparan juga boleh diarahkan ke gasing lain agar terjatuh. Dibuat lingkaran untuk arena melemparkan gasing. Gasing yang berputar tidak boleh keluar dari lingkaran tersebut. Gasing yang berputar paling lama adalah pemenangnya. 3. Bekel Permainan bekel menggunakan bola berwarna-warni yang terbuat dari karet dan biji berbentuk khusus yang terbuat dari kuningan. Cara bermain: Setelah menentukan giliran siapa yang mulai lebih dulu, permainan dimulai dengan melemparkan bola keatas dan menghamparkan biji. Setelah bola memantul sekali, bola harus diambil kembali. Kemudian, pemain harus mengambil satu per satu biji yang terhampar secara langsung. Setelah terambil semua, biji dihamparkan kembali dan diambil kali ini sekaligus dua buah biji. Begitu selanjutnya sampai sejumlah biji yang dimainkan. Setalah mengambil biji secara langsung selesai, maka kini pemain harus mengubah biji menjadi bentuk tertentu sebelum diambil. Urutan posisinya adalah pit (bentuk seperti kursi), ro (kebalikan posisi pit), cin (singkatan licin yaitu posisi miring

17

tanpa ada bintik di permukaan biji) dan peng (singkatan bopeng yaitu posisi miring dengan ada bintik di permukaan biji). Biji yang dipergunakan umumnya berjumlah 6 sampai 10 biji. Pemain akan kehilangan gilirannya apabila bola memantul lebih dari sekali, tidak dapat menangkap bola, lupa mengubah salah satu biji menjadi posisi tertentu saat sudah mencapai tahap pit, ro, cin atau peng, atau menyentuh biji lain saat mengambil biji yang harus diambil. Pemenangnya adalah yang mencapai tahap paling tinggi. 4. Petak Umpet Petak umpet dimainkan oleh banyak anak.

Cara bermain: Satu orang pemain yang kalah akan menutup matanya pada salah satu tempat yang dianggap sebagai benteng, sementara yang lain mencari tempat untuk bersembunyi. Setelah menghitung sampai jumlah tertentu, maka mulailah pemain yang menutup mata tersebut mencari tiap orang yang bersembunyi. Bila telah menemukan orang yang bersembunyi, pencari ini harus cepat-cepat berlari ke benteng sambil menyebut nama orang yang ketahuan persembunyiannya. Begitu juga dengan anak yang ketahuan, karena bila berhasil lebih dulu menyentuh benteng, maka pada tahap selanjutnya dia tidak akan jaga. Anak lain yang bersembunyi dapat pula menyentuh benteng agar tidak jaga pada tahap selanjutnya, asalkan tidak ketahuan dengan pencari. Setelah semua telah ketahuan persembunyiannya, maka pencari akan

1

menutup matanya kembali pada benteng dan anak -anak lain membentuk barisan di belakangnya. Pencari akan menyebut salah satu nomor. Anak yang ada di urutan nomor yang disebut akan menjadi pihak yang kalah bila tadi dia tidak berhasil lebih dulu mencapai benteng. Sedangkan bila anak pada urutan yang disebut ternyata adalah anak yang berhasil mencapai benteng lebih dulu pada saat ketahuan tempat persembunyiannya, maka si pencari tetap dalam posisi kalah dan permainan dilanjutkan. 5. Pet

Petak jongkok dimainkan oleh banyak anak dan tidak memerlukan alat bantu. Cara bermain: Tentukan satu orang yang akan mengejar. Untuk menghindari pengejar, setiap anak boleh jongkok. Bila jongkok berarti dia tidak dapat disentuh oleh pengejar. Anak yang berdiri dapat membangunkan anak yang jongkok. Tetapi, anak yang terakhir jongkok berarti akan menjadi pengejar menggantikan pengejar yan lama. Begitu juga g dengan anak yang tidak jongkok namun berhasil disentuh oleh pengejar akan menjadi pengejar selanjutnya. 6. Galah Asi /Gobak Sodor Permainan galah asin atau gobak sodor (kadang disebut galasin) ini biasa dilakukan di lapangan. Arena bermain merupakan kotak persegi panjang dan diberi garis di dalamnya.

J

19

Cara bermain: Anak-anak dibagi menjadi 2 tim. Setelah menentukan tim mana yang jaga, permainan dapat dimulai. Anggota tim jaga harus menjaga di masing-masing garis yang telah ditentukan dan boleh bergerak sepanjang garis tersebut untuk menyentuh anggota tim lawan. Tim yang tidak berjaga berdiri di garis yang paling depan dan berusaha menerobos garis-garis tersebut dan tidak boleh sampai tersentuh oleh tim yang jaga. Setelah berhasil menerobos garis paling akhir, mereka harus berusaha kembali ke tempat pertama mereka mulai. Bila berhasil, mereka akan mendapatkan satu nilai. Sedangkan bila ada anggota tim yang tersentuh berarti giliran berganti. Tim yang tersentuh akan bertugas untuk menjaga. Tim yang menang adalah yang mengumpulkan nilai paling banyak. 7. Petak Benteng Permainan berkelompok yang terbagi menjadi 2 tim. Cara bermain: Masing-masing tim menentukan bentengnya, dapat berupa pohon, tiang, atau tembok. Mereka berusaha menawan anggota tim lawan agar dapat merebut benteng lawan. Permainan dimulai dengan salah satu anggota keluar dari benteng, maka anggota tim lawan akan berusaha menyentuh orang tersebut. Tetapi anggota tim pertama dapat langsung menyerang dengan berusaha menyentuh pemain yang keluar tersebut begitu pula dengan tim lawan. Untuk menghindari disentuh, mereka dapat kembali ke benteng masing-masing. Siapa yang tersentuh akan ditawan di benteng lawan. Teman satu tim dapat berusaha menyelamatkan teman-teman yang tertawan dengan

mendatangi benteng lawan dan menyentuh teman-temannya, tetapi tentu saja tidak boleh tersentuh lawannya. Harus ada anggota tim yang menjaga bentengnya. Bila benteng lawan tidak ada yang menjaga, maka pemain dapat menyentuh benteng tersebut yang berarti tim tersebut menjadi pemenangnya.

20

8. Taplak Dapat digunakan kapur untuk menggambar arena yang akan digunakan untuk bermain. Arena berbentuk kotak-kotak, ada satu kotak dan kotak yang terbagi 2 dengan gambar setengah lingkaran pada bagian atas yang menyerupai gunung. Ada pula arena bermain yang berbentuk kotak-kotak seperti jaring-jaring kubus. Cara bermain: Tiap anak mengambil batu kecil dan berusaha melemparkan ke arena, mulai dari kotak yang pertama. Lalu anak akan berjinjit masuk ke dalam kotak-kotak tersebut. Setalah berhasil sampai ujung, anak akan berusaha kembali ke tempat asal, sampil memungut batu miliknya pada kotak sebelum kotak yang terdapat batu miliknya. Giliran akan berganti bila saat anak berjinjit, dia menyentuh garis atau salah melemparkan batu. Setelah berhasil menempatkan batu sampai ujung, dia akan mendapatkan bintang. Dimana bintang diletakkan, ditentukan dengan melemparkan batu ke kotak yang diinginkan. Kotak yang terdapat bintang miliknya tidak boleh diinjak oleh lawan-lawannya sehingga akan menyulitkan lawan. Anak yang paling banyak mendapatkan bintang adalah pemenangnya. 9. Pasaran/ ual Beli Cara bermain:y y

Dimainkan dua orang atau lebih Menggunakan property layaknya orang berdagang (timbangan, dagangan, uang mainan)

y y

Lebih banyak menggunakan dialog Umumnya dimainkan anak perempuan, walaupun pada

pengembangannya dapat juga melibatkan laki-laki. 10. Jamuran (Konfigurasi Jamur) Cara bermain:y y y

Dimainkan sekelompok anak Tidak banyak menggunakan property Diiringi nyanyian jamuran gege

21

y y

Mengutamakan gerakan melingkar layaknya jamur Umumnya dimainkan oleh anak perempuan

11. Jaran Teji Cara bermain:y y y

Dimainkan oleh sekelompok laki-laki Menggunakan kuda-kudaan Diiringi nyanyian dan gerakan

12. Dayoh-Dayohan/mbedhayoh (Bertamu) Cara bermain:y y

Dimainkan oleh dua orang atau lebih Menggunakan property kursi, meja, dan perlengkapan bertama lainnya.

y y

Mengutamakan dialog Pemain laki-laki atau perempuan atau campuran.

13. Manten-mantenan (Pengantin) Cara bermain:y

Dimainkan oleh sekelompok besar anak, terdapat sepasang anak yang memerankan pengantin laki-laki dan pengantin perempuan.

y y y

Terdapat peraga orang tua mempelai dan besan Diiringi musik-musik sederhana, nyanyian, dan dialog-dialog Bisa diselingi gerakan-gerakan atau tarian.

Pada

praktiknya,

jenis-jenis

permainan

tersebut

dapat

dikembangkan lagi menjadi lebih bervariasi.

E. Definisi Ekstrakurikuler Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang

berkemampuan dan berwenang di sekolah.

22

Muatan Kegiatan Ekstrakurikuler 1. Program keagamaan 2. Pelatihan profesional 3. Organisasi siswa 4. Rekreasi dan waktu luang 5. Kegiatan kultural/budaya 6. Program perkemahan 7. Program live in exposure, yaitu program yang sengaja dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyingkap nilainilai yang berkembang di masyarakat. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler 1. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa sesuai dengan potensi, bakat, dan minat mereka. 2. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial siswa. 3. Rekreatif, fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi siwa yang menunjang proses perkembangan. 4. Persiapan karir, fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan kesiapan karir siswa. Kegiatan ekstrakurikuler sangat penting dalam pendidikan nilai karena dalm kegiatan tersebut siswa mendapatkan pengalaman secara langsung, terlibat secara aktif dalam kegiatan tersebut dan menyediakan cukup waktu diluar jam efektif pelajaran, sehingga pendidikan nilai lebih terakomodasi melalui kegiatan ekstrakurikuler.

23

F. Analisis Penerapan Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Faktor Pendukung Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di SD Aneka permainan tradisional diusulkan dijadikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler pada sekolah setidaknya permainan tradisional dapat diperkenalkan sejak Sekolah Dasar, guna meredam dampak perubahan peradaban yang cenderung kearah negatif. Banyak sekali faktor yang mendukung pengadaan kegiatan ekstrakurikuler permainan tradisional di Sekolah Dasar, antara lain: 1. Sebagai alat pengembangan semua potensi yang dimiliki anak Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa permainan tradisional memiliki banyak manfaat bagi anak, seperti mengasah kemampuan otak, kemampuan membuat strategi, sikap mudah bersosialisasi, dan membangun EQ dan sebagainya. 2. Sebagai sarana pendidikan Permainan tradisional dalam ekstrakurikuler di Sekolah Dasar selain sebagai sarana hiburan juga sebagai sarana pendidikan. 3. Sebagai sarana hiburan Permainan tradisional bisa menjadikan hiburan bagi anak. 4. Sebagai salah satu upaya pelestarian peninggalan budaya Dengan masuknya permainan tradisional ke sekolah juga sekaligus mengantisipasi musnahnya aneka permainan yang merakyat dan mendidik itu. Seiring dengan kemajuan zaman, tersebut membawa dampak terkikisnya aneka permainan tradisional, kalaupun ada hanya sedikit sekali yang masih memainkannya. Perlu bagi kita untuk melestarikannya, mengingat itu semua termasuk tradisi budaya peninggalan nenek moyang terdahulu. Selain itu perlu juga ditanamkan kepada generasi d ibawah kita tentang perlunya pelestarian hasil peninggalan nenek moyang yang terdahulu untuk dijadikan sebagai budaya.

24

5. Tidak membutuhkan biaya tinggi Untuk memainkan permainan tradisional, tidak membutuhkan biaya tinggi karena hanya memakai alat permainan sederhana tetapi penuh makna (meaningful). Jika di sekolah sudah ada ekstrakurikuler permainan tradisional, maka para orang tua tidak perlu lagi mengeluarkan biaya mahal untuk memberikan permainan modern seperti video game, play station, dll pada anaknya. 6. Adanya korelasi antara permainan tradisional dengan masa lalu guru Besar kemungkinan bahwa masa kecil guru masih sempat bermain dengan aneka permainan tradisional yang sekarang mulai punah. Untuk itu, dalam pengadaan ekstrakurikuler permainan tradisional cukup mudah karena ada sumber langsung yang berpengalaman yaitu guru itu sendiri. Aneka permainan tradisional tersebut memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi demi memupuk rasa kebersamaan. Nilai budaya tradisional dan rasa sosial yang ada pada masyarakat kian lama semakin tersisih dari kehidupan masyarakat terutama untuk anak-anak. Mengantisipasi hal itu anak-anak pada usia sekolah terutama pada tataran SD hendaknya sudah diperkenalkan permainan tradisional. Dengan begitu kebudayaan dan rasa sosial yang tinggi dapat dimiliki anak-anak sejak dini. Untuk mewujudkan hal itu disetiap sekolah, dinas pendidikan harus menjalin kerjasama dengan dinas pariwisata agar muatannya lebih terpola terhadap anak didik,

Faktor Penghambat Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di SD Hambatan dari realisasi pengadaan permainan tradisional sebagai kegiatan ekstrakurikuler antara lain: 1. Larangan dari orang tua. Mungkin sebagian orang tua takut anak-anak mereka terluka, kotor atau kulit anak menjadi terbakar karena bermain di lapangan terbuka. . Hasilnya, banyak orang tua yang memberikan mainan elektronik yang disukai anak. Padahal permainan ini cenderung membuat anak sulit bersosialisasi sehingga anak menjadi pemalu, penyendiri dan individualistis. Juga makin banyak anak menjadi obesitas karena kurang

25

bergerak. Tetapi hal tersebut mungkin terjadi pada keluarga yang modern dan terlalu memanjakan anaknya. Anggapan orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang nijaksana karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. 2. Pelaksanaan di lapangan akan sulit sekali terealisasi dengan baik jika dari pihak sekolah (guru dan kepala sekolah) tidak mendukung adanya ekstrakurikuler ini. Jadi semua pihak sekolah seharusnya kompak dalam mendukung terlaksananya kegiatan tersebut. 3. Terbatasnya lapangan di kota-kota besar, misalnya jika sutu SD tidak memiliki lahan yang cukup luas sementara banyak permainan yang memerlukan arena yang luas.

Implementasi Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di SD Maraknya permainan semacam PS, Nintendo, X-box, dan sejenisnya, membuat anak-anak saat ini tak lagi mengenal permainan tradisional seperti petak umpet, galasin, dampu, bentengan, lompat tali, cutik, congkak/dakon, atau bekel. Semakin sempitnya ruang untuk bermain bagi anak-anak merupakan salah satu alasan mengapa permainan tradisional yang dulu banyak dimainkan di halaman rumah menjelang sore kini kian terpinggirkan. Belum lagi derasnya pengaruh modernisasi dan globalisasi berupa aneka permainan elektronik. Aneh rasanya saat mainan dan permainan tradisional khas budaya Indonesia menjadi asing manakala mainan dan permainan tradisional semakin menjauh kehadirannya lantaran kian terlupakan. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, permainan-permainan tradisional memiliki banyak nilai positif, misalnya Sosialisasi mereka dengan orang lain akan semakin baik karena dalam permainan dimainkan oleh minimal 2 anak. Selain itu, dalam permainan berkelompok mereka juga harus menentukan strategi, berkomunikasi dan bekerja sama dengan anggota tim. Memberi kebebasan secara seimbang untuk anak bermain

26

bersama teman-temannya dapat memberikan nilai positif. Bermain dapat menjadi sarana belajar dan mengembangkan nilai EQ pada anak. Tetapi, tentu saja harus dalam pengawasan dan memberi batasan waktu yang jelas agar tidak semua waktu digunakan untuk bermain. Semakin sulitnya menemukan anak-anak bermain permainan tradisional apalagi di daerah perkotaan, anak-anak lebih cenderung bermain dalam permainan yang terkesan instan. Sehingga tidak tampak rasa kegotongroyongan atau persaudaraannya. Jika kini diusulkan permainan tradisional dimasukkan dalam sekolah dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler terasa sangat tepat, sepanjang nilai-nilai yang ada di belakang permainan itu berguna untuk kemajuan atau meningkatkan daya imajinasi anak. Permainan tradisional tentu memiliki nilai tertentu untuk menumbuhkan imajinasi dan rasa sportivitas persaudaraan. Yang terpenting adalah menanamkan nilai-nilai apa yang dibutuhkan anak dewasa ini. Kalau nilai-nilai menuju kebaikan walaupun sifatnya tradisional akan menambah kepekaan anak terhadap kehidupan sosial masyarakat ini. Mengingat padatnya beban pelajaran sekolah, sehingga pihak sekolah sebaiknyamembuat siswa tidak merasa terforsir dengan jenis ekstrakurikuler yang bersifat memberatkan. Jadi, ragam ekstrakurikuler pun dipilih yang benar-benar menyenangkan sekaligus mendidik, yakni permainan tradisional. Kegiatan ekstrakurikuler diberikan selama 60 menit, dengan ditemani 2 guru pendamping. Tak bisa dipungkiri kalau permainan tradisional merupakan sarana bersosialisasi anak dengan teman sebaya dan juga sarana melatih berhitung, di samping motorik halus dan kasar. Menurut Dra Mayke S Tedjasaputra, MSi., play therapiest dan psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, permainanpermainan tradisional idealnya ditujukan bagi anak usia SD sampai kelas 1-2 SMP. Kalau di bawah usia SD, dikhawatirkan anak belum paham. Pendampingan guru dalam permainan tradisional tetap diperlukan. Di awal, guru harus mengenalkan kepada anak bagaimana cara

27

bermainnya, aturan mainnya seperti apa, bagaimana penggilirannya, dan sebagainya. Bila anak sudah paham, guru cukup mengawasi dari jauh dan segera menengahi tanpa memberikan komentar-komentar yang

memojokkan. Cukup katakan, Kamu pengin menang ya? Tapi kan enggak begitu caranya. Selain itu, pelaksanaan permainan-permainan tradisional sebaiknya dimainkan di luar ruang sehingga anak bebas beraktivitas. Hanya saja, aktivitas ini sebaiknya tak dibakukan sebagai pelajaran dalam kurikulum sekolah. Sehingga ekstrakurikuler permainan tradisional menjadi sesuatu yang benar-benar bisa dinikmati anak. Jadi, tak perlu dinilai, apalagi sampai membebani anak, semisal keharusan menghafal secara mati mengenai aturan dan hal remeh temeh lainnya. Menilainya dengan angka justru akan membuat permainan tradisional kehilangan makna fun-nya.

Prosedur Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di SD Dewasa ini mayoritas anak begitu tertarik pada games yang bersifat individualis. Padahal, permainan tradisional sangat bermanfaat, di antaranya mengembangkan kemampuan bersosialisasi karena selalu dimainkan bersama-sama, mengasah kemampuan kognitif anak, sekaligus melatih kemampuan motorik kasar dan motorik halus. Selain itu, lewat permainan tradisional anak pun belajar bekerja sama dan kejujuran. Adapun prosedur pelaksanaan dari ekstrakurikuler permainan tradisional di Sekolah Dasar secara garis besar sebagai berikut: 1. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa mulai dari kelas 1-6 2. Pengambilan jam di luar jam pelajaran, misalnya sepulang sekolah pada hari sabtu atau hari lain (fleksibel sesuai dengan sekolah) 3. Durasi waktu ekstrakurikuler 60 menit (bisa lebih disesuaikan dengan keadaan/jenis permainan) 4. Sebelum bermain, guru memberikan apersepsi atau mengenalkan bagaimana aturan bermainnya 5. Ketika siswa bermain permainan tradisional guru hanya mengawasi dan menengahi jika ada perselisihan

28

6. Di akhir permainan guru memberikan penjelasan makna dari permaina yang telah dilakukan serta memberi nasihat bahwa tentu saja ada batasan waktu yang jelas kapan kita belajar dan kapan bermain agar tidak semua waktu digunakan anak untuk bermain.

29

BAB III PENUTUP

Simpulan Dewasa ini permainan modern seperti video game, play station, dll semakin marak. Hal ini berdampak pada mulai punahnya permainan tradisional yang merupakan salah satu budaya peninggalan nenek moyang bangasa. Padahal manfaat dari permainan tradisional sangatlah banyak dibandingkan dengan permainan modern. Permainan tradisional dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh anak dan sangat berperan bagi masa tumbuh kembang anak. Untuk itu dibutuhkan pengadaan permainan tradisional di Sekolah Dasar, dimana dunia bermain memang tidak dapat dipisahkan dengan masa anak-anak. Permainan tradisional dalam sekolah dikemas dalam bentuk kegiatan

ekstrakurikuler. Sehingga permainan tradisional selain sebagai sarana hiburan juga sebagai sarana pendidikan. Inovasi pendidikan melalui permainan tradisional dalam ekstrakurikuler di SD diharapkan menjadi satu alternatif pelestarian peninggalan budaya dari nenek moyang serta menjadi slah satu upaya pengembangan potensi yang dimiliki anak.

30

DAFTAR RUJUKAN Kamtini., Tanjung, Husni, Wardi. 2005. Bermain Melalui Gerak dan Lagu di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Ratnawati, Sintha. 2002. Sekolah Alternatif untuk Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Sunarti, Euis., Purwani, Rulli. 2005. Ajarkan Anak Keterampilan Hidup Sejak Dini. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. ______________. 2007. Pengaruh Permainan pada Perkembangan anak . http://www.resep.web.id/ibu-anak/pengaruh-permainan-padaperkembangan-anak.htm. (Online). Diakses tanggal 25 Mei 2010. ______________. 2008. Permainan Tradisional. http://www.pdf-searchengine.com/permainan-tradisional-pdf.html. (Online). Diakses tanggal 25 Mei 2010. ______________. 20 09. Peluang Kreatif Mainan dan Permainan Tradisional. http://johnherf.wordpress.com/2007/07/18/peluang -kreatif-mainan-danpermainan -tradisional/. (Online). Diakses tanggal 25 Mei 2010. Wahyu, Genis, Ginanjar. 2010. Arti Bermain bagi Anak. http://newspaper.pikiranrakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=75571. (Online). Diakses tanggal 25 Mei 2010. Yuri, Arief. 2009. Pentingnya Kegiatan Ekstrakurikuler. http://ariefyuri.blogspot.com/2009/03/pentingnya -kegiatan-ekstrakurikuler. html. (Online). Diakses tanggal 25 Mei 2010.