tugas antropologi wulandariiiiiiiiii

Upload: abdur-rozak

Post on 15-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangIndonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.

Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita pungkiri bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruk terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.Kebudayaan merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.

Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap su ku bangsa.

12 Tujuan dan Manfaat Penulisan1.2.1 TujuanTujuan saya dalam penyusunan makalah ini Insya Allah dapat membuat pembaca mengetahui betapa pentingnya peranan budaya lokal dalam memperkokoh ketahanan budaya bangsa yang akhir-akhir ini sering dilupakan oleh masyarakat Indonesia sehingga budaya Indonesia banyak diakui oleh bangsa dan negara lain.Memperkokoh budaya bangsa maksudnya adalah Insya Allah masyarakat Indonesia dapat melestarikan dan mempertahankan budayanya sendiri agar tidak mudah diakui oleh bangsa dan negara lain, bukan hanya tugas masyarakat Indonesia saja tetapi Presiden Indonesia dan pemerintah juga harus bertindak tegas bila ada negara lain yang mencoba mengakui budaya Indonesia.

Oleh karena itu, Insya Allah bangsa Indonesia dapat mempertahankan dan melestarikan budaya Indonesia. Disamping itu, penyusunan makalah ini Insya Allah dapat membuat generasi muda khususnya Mahasiswa untuk mengetahui budaya lokal bangsa Indonesia yang mungkin sering dilupakan oleh generasi muda. Contohnya generasi muda mungkin ada yang lupa kebudayaan bangsa Indonesia. Untuk itu Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia juga harus mengenalkan budaya Indonesia ke generasi muda seperti pelajar dan mahasiswa sedini mungkin agar generasi muda dapat lebih mengenali budaya bangsa Indonesia. Namun bukan itu saja, diperlukan juga kesadaran generasi muda untuk mengenal budaya bangsanya sendiri, Insya Allah budaya Indonesia dapat mudah dilestarikan dari satu generasi ke generasi berikutnya bila generasi muda sadar arti pentingnya mempertahankan dan melestarikan budaya bangsa Indonesia.

Jadi kesimpulannya bukan hanya generasi muda yang harus mempertahankan budaya bangsa Indonesia tetapi ini merupakan tugas masyarakat Indonesia dalam mempertahankan budaya bangsa Indonesia dan Insya Allah dapat dilakukan oleh bangsaIndonesia.

1.2.2Manfaat

Sasaran saya dalam penyusunan makalah ini Insya Allah dapat membuat pembaca umumnya masyarakat Indonesia dan khususnya Mahasiswa untuk mengetahui peranan budaya lokal dalam mempertahankan dalam memperkokoh ketahanan budaya bangsa. Insya Allah makalah ini dapat berguna bagi masyarakat dan mahasiswa dalam melestarikan budaya bangsa bangsa Indonesia.

Karena akhir-akhir ini budaya bangsa Indonesia banyak diakui oleh bangsa dan negara lain, Insya Allah masyarakat Indonesia sadar dalam mempertahankan budayanya sendiri. Dan masyarakat Indonesia juga harus melestarikan budayanya dan memperkenalkan budayanya sendiri agar tidak mudah diakui oleh negara lain.Alhamdulillah beberapa hari yang lalu Batik yang merupakan pakaian tradisional bangsa Indonesia dapat dicatat di Unesco sebagai warisan budaya Indonesia.

Namun bukan hanya batik, Insya Allah tarian tradisional, wayang golek, wayang kulit,dan kesenian Indonesialainnya dapat diakui juga. kesimpulannya agar bangsa Indonesia bangga akan budayanya sendiri dan dapat melestarikan warisan budaya bangsa Indonesia dengan mewariskan budayanya ke generasi selanjutnya. Insya Allah peranan budaya lokal dalam memperkokoh ketahanan budaya bangsa dapat terwujud

BABII PEMBAHASAN

2.1.SejarahSongket

Palembang adalah ibukota provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Di daerah ini ada sebuah kerajinan tenun yang biasa disebut Tenun/siwet Songket Palembang. Songket adalah kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan sebagai hiasan dengan menyisipkan benang perak, emas atau benang warna di atas benang lungsin. Kata songket itu sendiri berasal dari kata tusuk dan cukit yang diakronimkan menjadi sukit, kemudian berubah menjadi sungki, dan akhirnya menjadi songket.Dari segi sejarah, songket hanya dipakai golongan bangsawan hingga keluarga kerabat diraja dan orang besar negeri. Kehalusan tenunan dan kerumitan motif corak songket ketika itu menggambarkan pangkat dan kedudukan tinggi seseorang pembesar. Ia telah terkenal di Malaysia dan Indonesia sejak abad ke-13 yang lampau.Songket punya nilai sejarah yang tinggi sebagai fabrik warisan agung. Selain mengangkat martabat si pemakai, motif dan warna tenunan songket melambangkan kedudukan seseorang.Konon, tenunan dari daerah Palembang sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Teknologi pembuatannya sebenarnya bukan murni berasal dari daerah tersebut, melainkan dari China, India dan Arab. Adanya perdagangan antara bangsa-bangsa tersebut dengan Kerajaan Sriwijaya menyebabkan terjadinya akulturasi, yaitu saling menyerap unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan lainnya. Dan, salah satu unsur kebudayaan dari bangsa-bangsa asing yang telah diserap oleh masyarakat Palembang adalah teknologi pembuatan kain tenun yang hingga kini masih dilakukan oleh sebagian masyarakatnya.Kain tenun songket Palembang banyak dipakai oleh kaum perempuan dalam upacara adat perkawinan, baik oleh mempelai perempuan, penari perempuan maupun tamu undangan perempuan yang menghadirinya. Selain itu, songket juga dipakai dalam acara-acara resmi penyambutan tamu (pejabat) dari luar maupun dari Palembang sendiri. Pemakaian songket yang hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan tertentu tersebut disebabkan karena songket merupakan jenis pakaian yang tinggi nilainya, sangat dihargai oleh masyarakat Palembang.Pada zaman dahulu (Kerajaan Sriwijaya) kain tenun songket Palembang tidak hanya diperdagangkan di daerah sekitarnya (di Pulau Sumatera saja), melainkan juga ke luar negeri, seperti: Tiongkok, Siam, India dan Arab. Namun, pada saat penjajahan Belanda dan Jepang, tenun songket tersebut mengalami kemunduran. Bahkan, saat terjadinya Revolusi fisik (1945--1950) kerajinan tenun songket di Palembang sempat terhenti karena tidak adanya bahan baku. Namun, di permulaan tahun 1960-an tenun songket Palembang mengalami kemajuan yang pesat karena pemerintah menyediakan dan mendatangkan bahan baku serta membantu pemasarannya.Pengerjaan kain tenun di Palembang umumnya dikerjakan secara sambilan oleh gadis-gadis remaja yang menjelang berumah tangga dan ibu-ibu yang sudah lanjut usia sambil menunggu waktu menunaikan ibadah sholat. Pada umumnya pembuatan songket dikerjakan oleh kaum perempuan.Dewasa ini pengrajin tenun songket Palembang tidak hanya memproduksi satu jenis songket tertentu, seperti sarung dan atau kain. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, sudah merambah ke produk jenis lain, seperti: gambar dinding, taplak meja, permadani bergambar, baju wanita, sprey, baju kursi, bantal permadani, selendang, serber, kain lap dapur, sapu tangan, bahan kemeja, dan tussor (bahan tenun diagonal).

2.2 Teknik Pembuatan Tenun Songket

Pembuatan tenun songket Palembang pada dasarnya dilakukan dalam dua tahap, yaitu: tahap menenun kain dasar dengan konstruksi tenunan rata atau polos dan tahap menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Masyarakat Amerika dan Eropa menyebut cara menenun seperti ini sebagai inlay weaving system.

a. Tahap Menenun Kain Dasar

Dalam tahap ini yang ingin dihasilkan adalah hasil tenunan yang rata dan polos. Untuk itu, langkah pertama yang dilakukan adalah benang yang sudah dikani, salah satu ujungnya direntangkan di atas meja. Sedangkan, ujung lainnya dimasukkan kedalam lubang suri (sisir). Pengisian benang ini diatur sedemikian rupa sehingga sekitar 25 buah lubang suri, setiap lubangnya dapat memuat 4 helai benang. Hal ini dimaksudkan untuk membuat pinggiran kain. Sedangkan, lubang-lubang yang lain, setiap lubangnya diisi dengan 2 helai benang.Setelah benang dimasukkan ke dalam suri dan disusun sedemikian rupa (rata), maka barulah benang digulung dengan boom yang terbuat dari kayu. Pekerjaan ini dinamakan menyajin atau mensayin benang. Setelah itu, pemasangan dua buah gun atau alat pengangkat benang yang tempatnya dekat dengan sisir. Sesuai dengan apa yang dilakukan, pekerjaan ini disebut sebagai pemasangan gun penyenyit. Selanjutnya, dengan posisi duduk, penenun mulai menggerakkan dayan dengan menginjak salah satu pedal untuk memisahkan benang sedemikian rupa, sehingga benang yang digulung dapat dimasukkan dengan mudah, baik dari arah kiri ke kanan (melewati seluruh bidang dayan) maupun dari kanan ke kiri (secara bergantian). Benang yang posisinya melintang itu ketika dirapatkan dengan dayan yang ber-suri akan membentuk kain dasar.

b. Tahap Pembuatan Ragam Hias

Setelah kain dasar terwujud, maka tahap berikutnya (tahap yang kedua) adalah pembuatan ragam hias. Dalam tahap ini kain dasar yang masih polos itu dihiasi dengan benang emas atau sutera dengan teknik pakan tambahan atau suplementary weft. Caranya agak rumit karena untuk memasukkannya ke dalam kain dasar harus melalui perhitungan yang teliti. Dalam hal ini bagian-bagian kain dipasangi gun kembang agar benang emas atau sutera dapat dimasukkan, sehingga terbentuk sebuah motif. Konon, pekerjaan ini memakan waktu yang cukup lama karena benang emas atau sutera itu harus dihitung satu-persatu dari pinggir kanan kain hingga pinggir kiri menurut hitungan tertentu, sesuai dengan contoh motif yang akan dibuat. Selanjutnya, benang tersebut dirapatkan satu demi satu, sehingga membentuk ragam hias yang diinginkan.Lama dan tidaknya pembuatan suatu tenun songket, selain bergantung pada jenis tenunan yang dibuat dan ukurannya, juga kehalusan dan kerumitan motif songketnya. Semakin halus dan rumit motif songketnya, akan semakin lama pengerjaannya. Pembuatan sarung dan atau kain misalnya, bisa memerlukan waktu kurang lebih dua hingga enam bulan. Bahkan, seringkali lebih dari enam bulan karena setiap harinya seorang pengrajin rata-rata hanya dapat menyelesaikan kain sepanjang 5--10 sentimeter.

2.3 Corak dan motif

Corak dan motifnya memaparkan ciri-ciri unik identiti orang Melayu dan sekaligus mencerminkan cita rasa budaya bangsa yang mekar dalam persekitaran yang kaya dengan keindahan dan keunikan. Antara corak yang digunakan: Susunan bunga penuh Susunan bunga bertabur Susunan bercorakMotif yang digunakan adalah seperti: Motif Tumbuh-tumbuhan Motif Binatang Motif Alam/Benda Motif Kuih

2.4 Nilai Budaya

Tenun Songket Palembang, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: kesakralan, keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.Nilai kesakralan tercermin dari pemakaiannya yang umumnya hanya mengenakannya pada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan upacara, seperti perkawinan, upacara menjemput tamu dan lain sebagainya. Nilai keindahan tercermin dari motif ragam hiasnya yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah tenun songket yang indah dan sarat makna.

2.5 Tips Tips Merawat Songket

Harga Kain Songket Palembang agak tergolong mahal. Bahan baku pembuatan Kain Songket Palembang hampir seluruhnya diimpor, hal ini membuat harga jenis kain tergolong mahal. Benang sutra dan benang emas ini sejak dahulu diimpor dari China, Jepang, dan Thailand. Namun benang sutra lokal dapat digunakan tetapi agak susah ditenun.Selain jenis Kain Tenun bahan baku yang dipakai, harga kain Tenun Songket juga ditentukan oleh pola motif Songket penuh atau motif tabur pada kain. Makin penuh bermotif tentu harganya makin mahal. Tingkat kerapatan tenunan songket juga turut memengaruhi harga Perawatan Kain Songket harus dilakukan dengan hati-hati. Kain Tenun Songket tidak bisa terkena panas atau disimpan di ruangan yang sembarangan. Perawatannya harus benar-benar diperhatikan. Setelah dipakai Kain Tradisional songket mesti diangin-anginkan terlebih dulu, kemudian digulung dan setiap tiga bulan sekali harus dibuka (dijabarkan) untuk menghilangkan bau yang mungkin ada di dalamnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk itu :1. Kain Songket sebaiknya digulung mengelilingi batang pralon atau karton seperti menyimpan tekstil modern tetapi Kain Tenun Songket Palembang hendaknya dilapisi dahulu dengan kertas minyak, kertas roti atau kertas kopi. Jangan sekali-kali menggunakan kertas koran. Kemudian Kain Tradisional dibungkus plastik disimpan dalam lemari dan diletakkan berdiri atau miring.2. Lemari penyimpanan Songket di beri butir-butir lada atau cengkeh yang ditakuti rayap.3. Kain Songket Palembang tidak boleh di dry clean atau di laundry jadi hanya diangin-anginkan

2.6 Jenis-jenis kain songketAda dua jenis kain tenun, yaitu tenun ikat dan tenunsongket. Perbedaan keduanya terletak pada bahan yangdigunakan dan teknik pembuatannya.a. Tenun ikatTenun ikatadalah kain tenun yang pembentukan ragam hiasnya dibuat dengan cara mengikat bagianbagian benangnya. Sejarah pembuatan tenun Nusantaradiawali dengan adanya tenun ikat lungsi yang sudah ada sejak zaman prasejarah.Tenunikat lungsiadalah tenun yang teknik pembentukan ragam hiasnya dibuat dengan cara mengikat benang lungsinya, yaitu benangyang vertikal. Persebaran tenun ikat lungsi, antara lain di Toraja, Sulawesi Selatan, Minahasa (Sulawesi Utara), Batak (Sumatra Utara), Sumba (NTT), Flores, dan di pedalaman Kalimantan. Pada perkembangan selanjutnya, dikenal pula pembuatan tenun dengan teknik ikat pakan (jalur horizontal). Bahan-bahan yang digunakan dalam tenun ikat adalah benang kapas, dapat juga menggunakan benang sutra alam, seperti pada tenun ikat Nusapenida (Bali)dan Padang. Tenun ikat ini oleh sebagian masyarakat lebih dikenal dengan sebutan kain ulos.b. Tenun songketTenun songket atau populer dengan sebutan kain songket adalah jenis kain tenun yang penciptaannya dimulai setelah adanya tenun ikat. Teknik pembuatan tenun songket sebenarnya sudah ada sejak zaman prasejarahdengan adanya teknik pakan tambahan dan lungsi tambahan. Namun kain songket yang menggunakan benang emas, benang perak, atau benang sutra mulai diterapkan semenjak adanya hubungan perdagangan kerajaan di Sumatera dengan orang-orang asing terutama dari Cina. Benang sutra yang didapatkan dari luar diterapkan dalam kain tenun yang kemudian dikenaldengan sebutan kain songket.Kain songketadalah kain tenun yang dibuat melalui suatu teknik memberikan benang tambahan berupa benang emas, benang perak, atau benang sutra dengan cara dicukit atau disongket.Pembentukan corak pada tenunan sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan, yang membentuk desain itu sendiri. Ada desain benang sutra yangditempatkan di atas dasar benang kapas. Ada desain yang terbentuk dari jenis benang yang sama, misalnya dari sesama benang kapas atau sesama benang sutra, atau dari jenis benang lainnya. Daerah-daerah tertentu di Indonesia yang menjadi awal pembuatan songket, antara lain Palembang (Sumsel), Donggala (Sulteng),

2.7 asal- usul kain songketSongketadalah jeniskaintenunan tradisionalMelayudiIndonesia,Malaysia, danBrunei. Songket digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benangemasdanperakdan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang.Katasongketberasal dari istilahsungkitdalambahasa Melayudanbahasa Indonesia, yang berarti mengait atau mencungkil. Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, menurut sementara orang, katasongketjuga mungkin berasal dari katasongka, peci khasPalembangyang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai. Isitilahmenyongketberarti menenun dengan benang emas dan perak. Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala.Tanjakadalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawanKesultanan Melayu.Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket.Beberapa kain songket tradisional sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu.Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan flora dan fauna lokal. Motif ini juga dinamai dengan kue lokal Melayu seperti seri kaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan favorit raja.Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antaraTiongkokdanIndia. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper. Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisiKelantanteknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam, yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu. Akan tetapi menurut penenunTerengganu, justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan teknik menenun ini pertama kali di Palembang danJambi, yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya.Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilanganSriwijaya,kemaharajaanniaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kotaPalembang. Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak di pedalaman Jambi dan dataran tinggiMinangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batumirah delimayang belum diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini belum ada bukti pasti bahwa penenun lokal telah menggunakan benang emas seawal tahun 600-an hingga 700-an masehi.Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk Ratu Segala Kain. Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagaidestar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songketsarungdenganbaju kurung.Keberadaan kain songket Palembang merupakan salah satu bukti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang mampu penguasai perdagangan di Selat Malaka pada zamannya. Para ahli sejarah mengatakan bahwa kerajaan Sriwijaya sekitar abad XI setelah runtuhnya kerajaan Melayu memegang hegemoni perdagangan laut dengan luar negeri, diantara negara yang mempunyai hubungan dagang dengan kerajaan Sriwijaya adalah India, Cina, Arab dll. Keberadaan hegemoni perdagangan ini menunjukan sebuah kebesaran kerajaan maritim di nusantara pada masa itu. Keadaan geografis yang berada di lalu lintas antara jalut perdagangan Cina dan India membuat kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim dan perdagangan internasional.Gemerlap warna dan kilauan emas yang terpancar pada kain tenun ini, memberikan nilai tersendiri dan menunjukan sebuah kebesaran dari orang-orang yang membuat kain songket. Apabila kita melihat rangkaian benang yang tersusun dan teranyam rapih lewat pola simetris, menunjukan bahwa kain ini dibuat dengan keterampilan masyarakat yang memahami berbagai cara untuk membuat kain bermutu, yang sekaligus mampu menghias kain dengan beragam desain. Kemampuan ini tidak semua orang mampu mengerjakannya, keahlian dan ketelitian mutlak diperlukan untuk membuat sebuah kain songket. Pengetahuan ini biasanya diperoleh dengan cara turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya.Menurut para ahli sejarah, seperti dikutip oleh Agung S dari Team Peneliti ITT Bandung dalam bukunya yang berjudul Pengetahuan Barang Tekstil ( 1977:209 ), mengatakan bahwa sejak zaman Neolithikum, di Indonesia sudah mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan zaman Neolithikum tersebut dapat diketahui bahwa kulit kayu merupakan pakaian manusia pada zaman prasejarah di Indonesia. Alat yang digunakan adalah alat pemukul kulit kayu yang dibuat dari batu,seperti yang terdapat pada koleksi Museum Pusat Jakarta. Disamping pakaian dari kulit kayu, dikenal juga bahan pakaian dengan mengunakan kulit binatang yang pada umumnya dipakai oleh lakilaki sebagai pakaian untuk upacara ataupun pakaian untuk perang. Sejak zaman prasejarah nenek moyang bangsa Indonesia juga sudah mengenal teknik menenun. Hal tersebut diperkuat dengan adanya penemuan tembikar dari zaman prasejarah yang didalamnya terdapat bentuk hiasan yang terbuat dari kain tenun kasar.Kemakmuran dizaman itu terlihat dari adanya kerajaan Sriwijaya yang menghasilkan berbagai kain songket, dimana pada masa itu diperkirakan gemerlap warna kain songket untuk para pejabat kerajaan khususnya untuk raja di berikan sulaman berbahan emas. Sebagai kerajaan yang kaya dengan emas dan berbagai logam mulai lainnya, sebagian emas-emas tersebut dikirim kenegeri Siam (Thailand) untuk dijadikan benang emas yang kemudian dikirim kembali kekerajaan Sriwijaya, oleh para perajin benang emas tersebut ditenun dengan menggunakan benang sutra berwarna yang pada masa itu diimpor dari Siam (Thailand), India dan Tiongkok (Cina). Perdagangan internasional membawa pengaruh besar dalam hal pengolahan kain songket terutama dalam memadukan bahan yang akan digunakan sebagai kain songket. Kain Songket untuk Raja dan kelurganya tentu memerlukan bahan dan pengerjaan yang lebih, benang sutra yang dilapisi emas menjadi bahan yang menonjol dalam pembuatanya, sehingga menghasilkan sebuah kain songket gemerlap, yang menunjukan sebuah kebesaran dan kekayaan yang tidak terhingga2.8 cara pembuatan kain songketSongket adalah suatu buah karya yang memiliki citarasa seni yang tinggi. Dalam proses pengerjaannya, songket harus dilakukan dengan cermat. Sisir tenun dimasukkan benang lungsi sutera dan handle utama pada jalinan kain akan diisi benang emas dan sutera dengan pola yang simetris.Songket Palembang ini dibentuk oleh bahan baku berbagai jenis benang diantaranya benang kapas, benang sutera ataupun yang lebih lembut. Bahan baku berupa benang putih biasanya di import dari cina, Thailand ataupun india guna mendapatkan kain songket yang bagus. Selanjutnya sebelum proses penenunan, benang diberi warna denga cara dicelup dengan warna yang diinginkan. Biasanya songket Palembang didominasi dengan warna merah, tapi pada saat ini warna merah tidak mutlak.Pada zaman dahulu, zat pewarna khususnya yang berwarna merah didapat dari alam dengan cara mengolah kayu sepang yang diambil intinya dan direbus dengan campuran akar mengkudu.Untuk warna kuning didapat dengan hasil pengolahan kunyit sedangkan warna biru dengan indigo. Sedangkan warna-warna sekunder seperti ungu, orange dan hijau didapat dengan cara mencampur warna-warna primer yang tadi sudah didapat dan ditambahkan tawas agar warna tidak menjadi pudar.Penenunan dilakukan setelah proses pewarnaan benang. Benang pakan ditempatkan secara melebar dan horizontal sedangkan benang lungsi penempatannya secara horizontal atau memanjang. Benang-benang ini penempatannya harus dihitung secara teliti dan cermat. Persilangan kedua benang inilah yang nantinya akan menjadi kain songket. Sedangkan motif didapatkan dengan cara menambahkan benang emas yang diselipkan diantara tenunan tersebut.Rumitnya cara pembuatan kain songket ini membuatnya lama baru bisa menghasilkan kain songket yang baik. Hal ini juga disebabkan pada masa lalu pembuatan kain songket hanya dikerjakan pada waktu luang oleh para gadis remaja dan ibu-ibu selesai mereka beraktifitas dikebun dan mengurus pekerjaan rumah.Motif warna emas biasanya menjadi cirri khas tenun songket. Terdapat tiga jenis benang emas yang dikenal dari segi pengerjaannya, yaitu benang emas sartibi, benang emas Bangkok, dan benang emas cabutan. Benang emas cabutan ini didapat dari kain songket yang sudah lama dan sudah rusak yang diurai kembali dengan dengan cara mencabut benang emasnya. Biasanya benang emas ini masih bagus dan masih kuat dan dapat dipergunakan kembali dengan cara dicelupkan dengan cairan emas 24karatuntukperemajaan.Hasil yang didapat dari peanfaatan benang emas songket yang sudah lama dan rusak biasanya akan menghasilkan kain songket baru yang yang antik. Jadi sangatlah wajar jika kain songket harganya sangat mahal menilik dari proses pengerjaannya yang rumit dan telaten.Benang emas yang juga biasa digunakan adalah benang emas sartibi. Saya juga begitu kurang faham kenapa dinamakan benang emas sartibi, mungkin ini terkait dengan orang yang pertama kali memakai jenis benang emas ini. Benang emas ini merupakan benang emas sintetis yang berasal dari pabrikan yang dari jepang. Adapun jenis benang ini halus dan tidak begitu mengkilap dan juga ringan sehingga hasil tenunan menjadi ringan. Sedangkan jenis benang emas Thailand karena dia memang berasal dari Bangkok, Thailand dan biasanya mengkilap. Adapun komponen pendukung pembuatan kain songket adalah: alat tenun, benang merah, rungsen, benang emas, lidi, buluh, baliro, plenting dan lain-lain.Sabar, tekun dan ulet mutlak diperlukan dalam membuat kain songket. Jika terburu-buru dan tidak sabaran maka hasil yang didapatkan akan kurang bagus. Satu bulan biasanya waktu minimal yang paling cepat yang dibutuhkan dalam pembuatan tenun songket belum ditambah pembuatan motif yang biasanya memakn waktu kurangkebih setengah bulan sehingga total waktu yang diperlukan adalah satu setengah bulan.Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam pembuatan kain songket:PencelupanSiapkan warna yang dikehendaki, kemudian benang sutera yang masih berwarna putih dicelup. Setelah dicelup maka benang tadi dijemur dibawah sinar matahari langsung dengan memakai bamboo sebagai penyanggahnya.CabutanSeperti telah dijelaskan diatas, maka proses ini adalah mencabut atau memisahkan benang emas dari songket lama. Pada proses ini maka harus dikerjakan dengan sangat hati-hati karena benang emas pada kain yang sudah lama akan mudah rusak dan rontok. Setelah terpisah dari kain, benang emas ini digulung sedemikian rupa agar tidak rusak. Jika terjadi kerusakan pada benang emas, maka dilakukan proses perbaikan dengan cara menyambung benang emas yang rusak tersebut, biasanya benang tersebut putus dan dilakukan penyambungan, setelah itu benang emas tersebut digulung dengan memakai planting yang terbuat dari bamboo dan dimasukan teropong yang juga terbuat dari bamboo. Pada proses ini memakan waktu kuranglebih delapan sampai dubelas hari.PenenunanProses selanjutnya adalah penenunan. Proses penenunan ini yaitu dengan cara memasukan benang emas dan benang sutera sesuai dengan motif yang diinginkan. Motif desain dilakukan dengan cara mengcungkit dengan menggunakan lidi untuk mendapatkan motif yang diinginkan. Proses ini memerlukan waktu yang cukup lama, biasanya hingga dua sampai tiga bulan.Karena semua bahan baku hampir semuanya di import, maka meyebabkan kain songket begitu mahal harganya. Turun temurun benang ini, baik sutera ataupun emas di import dari cina, jepang dan Thailand juga india. Untuk sutera local memang bisa digunakan tetapi biasanya agak susah di tenun.Harga songket dipengaruhi juga oleh motif atau pola yang benang emas yang dipakai. Tentunya semakin penuh dan semakin rapat pola yang terbentuk maka akan membuat harga sebuah kain songket menjadi lebih mahal.Perlakuan khusus untuk kain songket mutlak dilakukan. Kain songket tidak bisa sembarangan didalam perawatannya. Kain songket tidak bisa dicuci baik itu dengan dry cleaning ataupun wet cleaning. Lihat caraperawatan songket palembang.Songket Palembang Peralatan dan bahan pembentukAda dua peralatan dalam membuat kain tenun songket Palembang. Yang pertama adalah peralatan pokok dan yang kedua adalah peralatan tambahan. Kedua peralatan tersebut biasanya terbuat dari bamboo dan kayu. Peralatan pokok terdiri dari alat tenun itu sendiri yang disebut DAYAN. Alat ini berukuran 2 x 1.5 m dan terdiri dari gulungan yaitu alat yang berguna untuk menggulung benang dasar tenunan. Komponen lainnya adalah Penyicing yaitu alat untuk menyongket, Cahcah yaitu alat yang digunakan untuk memasukan benang kedasar benang yang lain, dan Gun yaitu alat untuk mengangkat benang.Untuk peralatan tambahan yaitu Pelenting, Gala, Belero ragam, Teropong palet. Pelenting digunakan untuk mengatur posisi benang ketika ditenun. Semua peralatan tambahan tersebut diposisikan sedemikian hingga mudah dicapai oleh si penenun.Kain dasar pembentuk tenun songket biasanya disebut Lungsin atau Lusi. Benang ini terbuat dari kapas, kulit kayu, serat pisang, serat nanas dan daun palem. Untuk hiasan terbuat dari benang emas dan benang sutera. Benang sutera ini didatangkan dari cina dan Taiwan, dan untuk benang emas didatangkan dari jepang, india, Thailand, jerman dan perancis. Untuk pewarna benang juga didatangkan dari jerman dan inggris.Membuat benang lungsin adalah dengan cara memutar pemberat dengan jari tangan. Adapun bentuk pemberat tersebut seperti layaknya gasing yang bahannya terbuat dari kayu. Di wilayah lain seperti sumatera barat, jawa, bali dan Lombok pemberat tersebut diberi nama antih yaitu alat yang terdiri dari roda yang bisa berputar beserta pengait untuk memutar roda tersebut.Benang biasanya direndam didalam air sabun dengan maksud untuk meghilangkan zat minyaknya baru kemudian dicelup pada warna yang diinginkan. Setelah kering baru benang tersebut digulung dan disiapkan jumlah helai benang yang akan ditenun.Dewasa ini banyak pengrajin yang memotong proses pewarnaan ini dengan cara langsung membeli jenis benang yang sudah memiliki warna langsung dari pabriknya baik itu diimport maupun membeli didalam negeri.Songket Palembang Teknik PembuatanPada dasarnya songket Palembang dibuat dalam dua tahap. Tahap pertama adalah menenun rata atau polos pada kain dasar. Tahap kedua adalah menenun pola atau motif hiasan dengan benang pakan. Dieropa model menenun seperti ini disebut Inlay Weaving system.Menenun kain dasarPada fase ini prosesnya adalah benang yang di kani salah satu dari ujungnya direntang diatas meja. Sedang ujung yang lainnya dimasukan kedalam sisir atau suri. Sekitar duapuluhlima suri atau sisir diisi dengan benang dan diatur sedekemikian rupa sehingga setiap lobang suri dapat memuat empat helai benang. Ini nantinya digunakan untuk membentuk tepi-tepi kain. Untuk lubang yang lainnya diisi dua helai benang disetiap lubangnya. Setelah semua benang disusun sedememikian rupa didalam suri, barulah kemudoan digulung menggunakan boom yang dibuat dengan bahan kayu. Pekerjaan tersebut biasa disebut mensayin benang atau menyajin. Setelah proses tersebut dilanjutkan dengan memasang dua buah Gun yang ditempatkan didekat sisir. Pekerjaan ini sesuai dengan namanya disebut pemasangan Gun Penyeyit. Dalam posisi duduk, penenun menggerakkan dayan dengan cara menginjak pedal untuk memisahkan benang sehingga benang bisa dimasukkan dengan mudah melewati dayan dari arah kiri dan kanan secara bergantian. Posisi benang yang melintang akan dirapatkan dengan dayan bersuri sehingga akan membentuk kain dasar.Membuat HiasanPembuatan hiasan atau motif caranya agak rumit yaitu dengan cara memasukan pakan tambahan kedalam kain dasar yang polos. Teknik ini biasa di eropa disebut supplementary weft. Cara ini harus dilakukan denga teliti dan melalui perhitungan yang cermat. Bagian kain dipasang Gun kembang untuk memasukan benang emas atau sutera kedalam kain dasar polos sehingga nantinya akan terbentuk sebuah pola atau motif yangdiinginkan.Pekerjaan membuat motif ini memerlukan waktu yang cukup lama, hal ini dikarenakan benang emas dan sutera harus dihitung jumlahnya menurut rumusan tertentu dan dirapatkan sedemikina hingga satu persatu untuk mendapatkan hiasan atau motif yang ingin dibuat.Waktu pengerjaan sebuah kain songket sangat tergantung dari jenis tenunan dan ukuran kain, juga dari kerumitan motif atau pola yang akan dibentuk dari kain songket itu sendiri. Jadi, untuk kain songket yang halus dan rumit motifnya tentu saja memerlukan waktu pengerjaan yang lama. Setiap hari, seorang penenun kain songket dapat menghasilkan kain dengan panjang hanya lima sampai sepuluh sentimeter saja. Jadi, untuk membuat kain songket berupa sarung misalnya, maka akan menghabiskan waktu minimal dua bulan

2.9 teknik pembuatan kain songketKain songket merupakan mahkota seni penenunan yang bernilai tinggi. Teknik pembuatannya memerlukan kecermatan tinggi. Benang lungsi sutera dimasukkan melalui sisir tenun dan hendle utama pada rangkaian kain yang membentuk pola simetris dan diisi oleh benang sutra dan benang emas.Bahanbakukain songketPalembangini adalah berbagai jenis benang, seperti benang kapas atau dari bahan benang sutera. Untuk membuat kain songket yang bagus digunakan bahanbakubenang sutera berwarna putih yang diimpor dariIndia, Cina atauThailand. Sebelum ditenun, bahanbakudiberi warna dengan jalan dicelup dengan warna yang dikehendaki. Warna dominan dari tenun songketPalembangini, merah. Namun, saat ini penenun dariPalembangsudah menggunakan berbagai warna, yaitu warna yang biasa digunakan untuk tekstil.Dahulu, kain songket tradisional dicelup dengan warna - warna yang didapat dari alam. Teknik ini diteruskan ke anak cucu secara turun temurun. Biasanya warna merah, didapat dari pengolahan kayu sepang dengan jalan mengambil inti kayunya dan direbus, dan mengkudu, yang didapat dari akarnya. Warna biru didapat dari indigo, warna kuning didapat dari dari kunyit. Untuk mendapatkan warna sekunder seperti hijau, oranye dan ungu, dilakukan percampuran cat dari warna primer merah,biru dan kuning. Sedangkan untuk mencegah agar warna tidak luntur atau pudar pada waktu pencelupan ditambahkan tawas.Setelah benang diberi warna, lalu ditenun dengan alat yang sederhana. Penempatan benang-benang telah dihitung dengan teliti. Benang yang memanjang atau vertikal disebut lungsi, benang yang ditempatkan melebar atau horizontal disebut benang pakan. Hasil persilangan kedua jenis benang ini terangkai menjadi kain. Karena rumitnya proses bertenun ini, sehelai kain dapat diselesaikan dalam waktu ber bulan - bulan. Apalagi di masa lalu, menenun dikerjakan oleh para ibu pada waktu senggang ketika pekerjaan mengurus rumah tangga atau bertani telah selesai.Tenun songket biasanya diberi motif berwarna emas. Benang emas yang dipakai ada tiga jenis, yaitu benang emas cabutan, benang emas Sartibi dan benang emasBangkok. Untuk mendapatkan motif songket berbenang emas, ditambahkan benang emas yang sudah dihitung kemudian ditenunkan di antara benang tadi.Benang emas cabutan didapat dari kain songket antik yang sebagian kainnya sudah rusak, yang diurai kembali. Benang emas cabutan masih kuat karena dibuat dari benang katun yang dicelupkan ke dalam cairan emas 24 karat.Pengerjaaan yang rumit dengan mengurai kembali benang yang sudah ditenun ini menghasilkan kain songket yang baru yang berkesan antik. Dengan pembuatan dan pengerjaan yang harus sangat telaten ini wajarlah harga kain songket bisa berlipat ganda.Jenis yang kedua, benang emas Sartibi. yaitu benang emas sintetis dari pabrik benang di Jepang. Benang ini halus, dan tidak mengkilap, hasil tenunannya lebih halus dan ringan. Jenis benang emas yang ketiga yaitu benangBangkokyang mengkilap dan memang didatangkan dariBangkok.Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat songket, antara lain seperti alat tenun, rungsen, benang emas, benang merah, baliro, lidi, buluh, pleting dan lain sebagainya. Dalam pembuatan songket diperlukan ketekunan, keuletan, dan kesabaran. Kalau dilakukan terburu-buru hasilnya tidak bagus. Waktu yang dibutuhkan untuk menenun satu songket biasanya paling cepat setengah bulan dan paling lama satu bulan. Waktu tersebut belum termasuk membuat motif. Sehingga untuk membuat satu songket waktu diperlukan bisa satu bulan setengah.Proses pembuatan melalui beberapa tahapan, pertama yaitu pencelupan, Benang Sutera yang masih putih dicelup sesuai warna yang dikehendaki, setelah itu dijemur dengan bambu panjang di terik matahari untuk membuat kain dan selendang (ukuran lebar kain 90 cm untuk selendang 60 cm, sedangkan panjangnya 165 hingga 170). Setelah benang kering maka akan dilakukan proses desain (pencukitan) dengan menggunakan lidi sesuai dengan motif yang dikehendaki.Setelah proses pencukitan selesai maka akan dilakukan proses penenunan yang memerlukan waktu mulai 2 hingga 3 bulan. Didalam proses penenunan ini benang lungsi sutera dimasukkan kealat tenun melalui sisir tenun dan henddle utama pada rangkaian kain yang membentuk pola simetris dan diisi oleh benang sutra dan benang emas tambahan. Alat yang digunakan untuk proses penenunan ini selain 1 (satu) set alat tenun, digunakan juga baliro yang digunakan untuk menyentak benang di lungsi dengan benang pakan. Benang pakan dimasukkan dengan menggunakan alat yang bernama peleting. Sedangkan untuk mempermudah benang pakan yang ada di peleting masuk ke lungsi teropong didorong melewati benang lungsi. Setelah benang di peleting lewat, baik benang sutera maupun benang emas ataupun benang limar, maka dilakukan penenunan dengan menyentak benang dengan beliro yang dibantu dengan sisir tenun. Proses penenunan dimulai dari ujung kain, dilanjutkan sesuai dengan motif kain. Setiap songket mempunyai tumpal kain. Tumpal kain biasanya diletakkan di bagian depan ketika kain dipakai.Selain songket yang dibuat dengan benang emas baru, songket juga dibuat dengan benang emas cabutan. Benang emas cabutan didapat dari kain songket antik yang sebagian kainnya sudah rusak, yang diurai kembali. Proses cabutan adalah proses pemisahan benang Emas dari songket lama. Satu persatu benang emas dipilih dan dipisahkan dari kain pakan dan lungsen lama yang akan diganti. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena benang emas yang sudah berumur tersebut bisa mengalami pengelupasan (rontok). Setelah benang dipisah dari kain yang lama, kemudian di rol dengan gulungan.Biasanya, benang yang dipisahkan atau dicabut dari kain pakan dan lungsen mengalami putus-putus menurut lekuk dari kain maka dilakukan proses penyambungan. Setelah dilakukan penyambungan, benang emas digulung dengan pleting yang dimasukkan ke dalam teropong (keduanya terbuat dari bambu) agar saat ditenun benang emas tidak terputus. Proses-proses tersebut memakan waktu hingga 10 hari. Setelah proses pencabutan dan penggulungan, benang emas mulai ditenun, yaitu memasukkan benang emas dan benang sutera sesuai dengan motif.Harga songket agak tergolong mahal. Bahanbakupembuatan songket hampir seluruhnya diimpor, hal ini membuat harga jenis kain tergolong mahal. Benang sutra dan benang emas ini sejak dahulu diimpor dariChina, Jepang, danThailand. Namun benang sutra lokal dapat digunakan tetapi agak susah ditenun. Selain jenis bahanbakuyang dipakai, harga kain songket juga ditentukan oleh pola motif penuh atau motif tabur pada kain. Makin penuh bermotif tentu harganya makin mahal. Tingkat kerapatan tenunan songket juga turut memengaruhi harga.Perawatan kain songket harus dilakukan dengan hati-hati. Kain songket tidak bisa terkena panas atau disimpan di ruangan yang sembarangan. Perawatannya harus benar-benar diperhatikan. Setelah dipakai kain songket mesti diangin-anginkan terlebih dulu, kemudian digulung dan setiap tiga bulan sekali harus dibuka (dijabarkan) untuk menghilangkan bau atau ngengat yang mungkin ada di dalam lipatannya.Tips Untuk Memelihara SongketPalembang1. Kain songket sebaiknya digulung mengelilingi batang pralon atau karton seperti menyimpan tekstil modern tetapi kain songket hendaknya dilapisi dahulu dengan kertas minyak, kertas roti atau kertas kopi. Jangan sekali-kali menggunakan kertas koran.2. Kemudian kain dibungkus plastik disimpan dalam lemari dan diletakkan berdiri atau miring.3. Lemari penyimpanan di beri butir-butir lada atau cengkeh yang ditakuti rayap atau ngengat.4. Kain tidak boleh di dry clean atau di laundry jadi hanya diangin-anginkan.

2.10 Motif ragam hias tenun khas PalembangKekayaan alam yang ada di dunia sangat mempengaruhi tercipta nya ragam hias adapum banyak macam kain tenu yang sering kita jumpai neiberbagai pelosok penjuruh negar yang tersebar iseluruh nusantara

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanRekomendasi saya sebagai penyusun makalah ini adalah Insya Allah budaya Indonesia dapat dipertahankan dan dilestarikan namun diperlukan kesadaran masyarakat dalam memperkokoh ketahanan budaya bangsa.Bukan hanya tugas masyarakat dalam mempertahankan dan melestarikan budaya bangsa namun peran pemerintah, presiden, dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata juga diperlukan. Presiden dan pemerintah harus bertindak tegas bila ada bangsa dan negara lain yang mengakui budaya Indonesia. Insya Allah budaya bangsa Indonesia dapat dipertahankan dan dilestarikan.

SaranBudaya nasional yang merupakan faktor penting dalam identitas nasional bangsa Indonesia. Sebagai mahasiswa yang merupakan penerus bangsa hendaklah lebih memberikan perhatian penting terhadap budaya nasioanl bangsa indonesia di tengah berkembangnya budaya global sekarang ini. Jangan sampai identitas tersebut malah melebur dalam budaya global. Mencintai dan melestariakan budaya nasional bangsa Indonesia merupakan langkah awal proteksi terhadap pengaruh negative budaya global saat ini. demi menjaga identitas nasional bangsa Indonesia di tengah era globalisasi. Maka dari itu penting nya kita sebagai anak bangsa ikut andil dalam melestarikan kain songket yang ada di Indonesia.