tuberkulosis_kel3_a1

14
Pemicu II: Tuberkulosis Odelia Deka Y(I21112005) Dies Natalis S (I21112007) Nur Jannah (I21112012) Triana Putri N (I21112042)

Upload: dies-natalis-sihombing

Post on 14-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

vkjv

TRANSCRIPT

Pemicu II: Tuberkulosis

Pemicu II: TuberkulosisOdelia Deka Y(I21112005)Dies Natalis S(I21112007)Nur Jannah(I21112012)Triana Putri N(I21112042)

Kasus Keluhan Utama :Pasien telah batuk darah selama 3 hari terakhir.Riwayat Penyakit Sekarang :Seorang pasien, Narimo,pria Jawa, berusia 35 tahun yang dirujuk ke Unit Gawat Darurat di rumah sakit daerah di Pontianak, dengan riwayat 3-4 minggu batuk produktif yang awalnya berupa sputum kuning, tetapi sekarang disertai dengan adanya darah dalam dahak selama 3 hari terakhir. Seiring dengan batuk, pasien juga mengeluh demam subyektif, menggigil, berkeringat di malam hari, sesak napas, nyeri dada pleuritis, kelelahan, dan berat badan turun yang tidak disengaja selama beberapa minggu terakhir. Pasien dipindahkan ke Pontianak dari Jawa 4 tahun yang lalu dan baru-baru ini belum berwisata.

Riwayat Sosial :Pasien merokok 10 pack per tahun tapi berhenti beberapa minggu lalu ketika penyakit ini dimulai. Pasien menyangkal menggunakan narkoba, tetapi melaporkan minum alkohol pada akhir pekan. Pasien adalah seorang buruh dan saat ini bekerja untuk uang tunai pada proyek konstruksi rumah baru dan kontak dengan pekerja lain yang dekat. Beberapa rekan kerjanya baru-baru ini pindah ke Pontianak dari Jawa dan memiliki gejala pernafasan serupa. Pasien tidak memiliki asuransi kesehatan.Pasien sudah menikah dan tinggal bersama istri dan anak kecil (2 tahun), yang saat ini tidak mengalami gejala sama.Obat yang pernah dikonsumsi :Antitusif OTC (obat batuk bebas), yang tak memberikan bantuan apapunAlergiTidak ditemukan alergi dengan obat

Identifikasi MasalahApa hasil klinis yang sesuai dengan diagnosis tuberkulosis paru aktif pada pasien ini?Apa tujuan terapi dalam pengobatan Tuberkulosis paru aktif ?Apa terapi non-farmakologi yang perlu diberikan pada pasien ini?Apa prinsip-prinsip umum terapi dalam pengendalian tuberkulosis paru aktif?Apa obat, bentuk sediaan, dosis, jadwal, dan lama terapi yang terbaik untuk pengobatan pasien TB paru aktif ini? Sertakan regimen yang diberikan (dua atau tiga kali seminggu dari pengobatan antituberkulosis) ! Juga disajikan dalam bentuk skenarioApa parameter klinis dan laboratorium yang harus dipantau untuk mengevaluasi efektivitas terapi dan untuk mendeteksi atau mencegah efek merugikan ?

Hasil KlinisTanda dan Gejala :1. Riwayat 3-4 minggu batuk produktif yang awalnya berupa sputum kuning, tetapi sekarang disertai dengan adanya darah dalam dahak selama 3 hari terakhir. Sifat batuk mulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.2. Terjadi juga pada pasien yakni demam subyektif, berkeringat di malam hari, kelelahan, dan berat badan menurun selama beberapa minggu terakhir.Demam. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman TB yang masuk.Gejalamalaisebiasa merupakan tanda pertama penyakit yang berbeda, sepertii infeksi virus. Berupa :anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teraturTujuan Terapi dalam Pengobatan Tuberkulosis Paru AktifHasil yang diinginkan untuk pengobatan, antara lain :Identifikasi cepat untuk kasus tuberkulosis baruIsolasi pasien dengan penyakit aktif untuk mencegah penularanPenyelesaian yang cepat dari tanda-tanda dan gejala penyakitPencapaian kondisi bebas infeksiKepatuhan terhadap cara pengobatan oleh pasienMenyembuhkan pasien secepat mungkin (umumnya setidaknya 6 bulan pengobatan)

Terapi non-Farmakologi Intervensi terapi non farmakologi TB bertujuan untuk mencegah penyebaran TB sehingga pasien dianjurkan untuk menggunakan alat pelindung diri termasuk alat pernapasan yang dipasang dengan benar, dan menutup pintu agar tidak terkontaminasi dari luarTidak mengonsumsi alkohol benar-benar berhenti merokokMengurangi kontak dengan gejala penyakit yang samaTinggal dalam lingkungan yang tidak kumuh, yaitu memilliki sirkulasi udara ruangan yang baik

Prinsip-prinsip umum terapi dalam pengendalian tuberkulosis paru aktifTerapi obat adalah landasan dari pengendalian TB . Monoterapi dapat digunakan hanya untuk pasien yang terinfeksi yang tidak memiliki aktif TB (infeksi laten, seperti yang ditunjukkan oleh tes kulit positif). Setelah penyakit aktif, minimal dua obat, dan umumnya tiga atau empat obat-obatan, harus digunakan secara bersamaan

Lamanya pengobatan tergantung pada kondisi pasien, seberapa parah penyakit, adanya resistensi obat , dan toleransi obat. Lama pengobatan terpendek pengobatan umumnya adalah 6 bulan, dan mungkin 2 sampai 3 tahun pengobatan yang diperlukan untuk kasus TB -MDR (Multi Drug Resistant Tuberkulosis)/(Tuberkulosis Resisten Ganda). Karena lama pengobatan yang begitu lama, dan karena banyak pasien merasa lebih baik setelah beberapa minggu pengobatan, diperlukan tindak lanjut yang cermat.

Langkah-langkah untuk menjamin kepatuhan, seperti terapi yang diawasi langsung, adalah penting. Terapi yang diawasi langsung oleh tenaga kesehatan adalah cara yang efektif biaya untuk memastikan selesainya pengobatan. Pasien dengan penyakit aktif harus diisolasi untuk mencegah penyebaran penyakit.Penggunaan OAT-KDT lebih menguntungkan dan dianjurkanUntuk kepatuhan, dilakukan pengawasan langsung DOT (Directly Observed Treatment) oleh PMO (Pengawas Menelan Obat)Pengobatan dilakukan 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan

Obat, bentuk sediaan, dosis, jadwal, dan lama terapi yang terbaik untuk pengobatan pasien TB paru aktifDisarankan 2 RHZE / 4 R3H3 yang dimaksud adalah :Tahap intensif (2RHZE) diberikan Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E) setiap hari diberikan selama 2 bulan, kemudian diikuti denganTahap lanjutan (4R3H3) diberikan Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) tiga kali seminggu selama 4 bulan.Bisa juga,Fase Awal pengobatan :Isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari selama minimal 8 minggu atau selama 5 hari per minggu minimal 8 minggu.

Dosis pemberian 2 RHZE / 4 R3H3 Berat badanTahap intensif tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275)Tahap lanjutan 3 x seminggu selama 16 minggu RH (150 / 150)30 37 kg2 tablet 4KDT2 tablet 2KDT38 54 kg3 tablet 4KDT3 tablet 2KDT55 70 kg 4 tablet 4KDT4 tablet 2KDT>71 kg 5 tablet 4 KDT5 tablet 2KDTFase lanjutan pengobatan :a. Regimen 1a :Isoniazid/Rifampisin : selama setiap hari selama minimal 18 minggu atau 5 hari per minggu selama minimal 18 minggub. Regimen 1b :Isoniazid/Rifampisin : dua kali seminggu selama minimal18 mingguc. Regimen 1c :Isoniazid/rifapentin : sekali seminggu selama minimal 18 minggu

Parameter klinis dan laboratorium yang harus dipantau untuk mengevaluasi efektivitas terapi dan untuk mendeteksi atau mencegah efek merugikanUji tuberkulin, foto toraks ,Pemeriksaan sputum, serta Pemeriksaan fungsi hati meliputi AST (juga dikenal SGOT) dan ALT (juga dikenal SGPT).Uji TuberkulinUji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di Indonesia dengan prevalens tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi, bila hasil positif dari uji yang didapat sangat besar. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif.