trauma tumpul abdomen
TRANSCRIPT
TRAUMA TUMPUL ABDOMEN-LAPAROTOMI-PEMASANGAN NGT
KELOMPOK XI
BOY LEGASVY ANDINELVINA
ERNAWATIERWIN ZAKARIA
H. AHMAD KHUSYAINIMIDA YULITIAM. ARSYADMARTONOSHIHATINYUNITA
Trauma Tumpul Abdomen
Definisi.Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diagfragma dan pevis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).
Etiologi dan faktor risikoKecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak disebabkan oleh trauma tumpul.
Trauma merupakan penyebab tertinggi kematian pada orang dewasa yang berusia dibawah 40 tahun.Trauma tumpul abdomen merupakan trauma tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum, bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat olahraga, kompresi atau sabuk pengaman.
Organ pada abdomen yang terkena kerusakan terbagi atas dua, yaitu :1. Organ padat/solid (hati, limpa dan pankreas)2. Organ berlubang/hollow (lambung, usus dan kandung kemih)
Patofisiologi
Trauma tumpul pada abdomen disebabkan oleh pengguntingan, penghancurandan kuatnya tekanan yang menyebabkan ruptur pada usus atau struktur abdomen yang lain. Patofisiologi yang berhubungan dengan terjadinya trauma tumpul abdomen adalah :
1. Terjadinya perpindahan cairan berhubungan kerusakan pada jaringan, kehilangan darah dan shock.
2. Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan dengan perdarahan massif.
3. Inflamasi dan infeksi disebabkan oleh sekresi saluran pencernaan dan bakteri ke peritoneum.
4. Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi akibat kerusakan integritas rongga saluran pencernaan.
Limpa
Limpa merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh trauma tumpul. Sering terjadi hemoragi atau perdarahan massif yang berasal dari
limpa yang ruptur.
Liver
• Karena ukuran dan letaknya, hati merupakan organ yang sering terjadi kerusakan akibat trauma tembus maupun trauma tumpul
Esofagus Bawah dan Lambung
• Sering disebabkan oleh trauma tembus, karena lambung fleksibel dan letaknya yang mudah berpindah, sehingga perlukaan jarang disebabkan trauma tumpul
Pankreas dan Duodenum
• Trauma pada pankreas dan duodenum jarang terjadi, tetapi merupakan penyebab kematian yang tinggi disebabkan karena letak yang sulit terdeteksi apabila terjadi kerusakan.
Tanda dan gejala
• NyeriNyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai berat, nyeri dapat timbul dibagian luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekanatau nyeri lepas.
• Darah dan CairanAdanya penumpukan darah atau cairan didalam rongga peritoneum yang disebabkan oleh perdarahan atau iritasi.
• Penurunan kesadaran, mual dan muntah yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda2 awal shock hemoragik
• Kerusakan organ2 dan jejas pada dinding abdomen
Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologik
2. Darah Rutin
3. Urine Rutin
4. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
5. Ultrasonografi dan CT Scan
Penatalaksanaan1. Segera lakukan operasi untuk menghentikan
perdarahan secepatnya.2. Pemberian antibiotika IV pada penderita
trauma tembus atau pada trauma tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal
3. Luka tembus merupakan indikasi dilakukannya tindakan laparatomi eksplorasi bila ternyata perineum robek
4. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan abdomen lainnya memerlukan pembedahan.
LaparotomiA. Pengertian
Laparatomi adalah prosedur tindakan pembedahan dengan membuka cavum abdomen denangan tujuan eksplorasi.
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.
B. Macam laparatomi
1. Midline incision
2. Paramedian
3. Transverse upper abdomen incision
4. Transverse lower abdomen incision
C. Indikasi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam).
2. Peritonitis
3. Perdarahan pada saluran pencernaan.
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Masa pada abdomen (Tumor, cyste dll).
D. Tujuan perawatan post laparatomi
a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
b. Mempercepat penyembuhan
c. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
d. Mempertahankan konsep diri pasien.
e. Mempersiapkan pasien pulang.
E. Perawatan pasca pembedahan
1. Tindakan keperawatan post operasi Monitor kesadaran, tanda-tanda vital,
CVP, intake & output Observasi & catat sifat dari drain(warna,
jumlah) drainage. Dalam mengatur & menggerakan posisi
pasien harus hati-hati, jangan sampai drai tercabut.
Perawatan luka operasi secara steril.
2. Makanan
3. Mobilisasi
4. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
F. Komplikasi post laparatomi1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan
dengan tromboplebitis
2. Infeksi
3. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
G. Proses penyembuhan luka
• Fase pertama (berlangsung sampai hari ke 3)
• Fase kedua (dari hari ke 3 sampai hari ke 14)
• Fase ketiga (sekitar 2 sampai 10 minggu)• Fase keempat (fase terakhir/fase
penyembuhan)
H. Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka
1. Meningkatkkan intake makanan tinggi protein & vit. C
2. Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid
3. Pencegahan infeksi
4. Pengembalian fisik
I. Kriteria EvaluasiHasil yang diharapkan setelah perawatan pasien post
operasi, meliputi ;1.Tidak timbul luka selama penyembuhan.2.Luka insisi normal tanpa infeksi.3.Tidak timbul komplikasi.4.Pola eliminasi lancar.5.Pasien tetap dalam tingkat optimal tanpa cacat.6.Kehilangan berat badan minimal atau tetap normal.7.Sebelum pulang, pasien mengetahui tentang :• Pengobatan lanjutan.• Jenis obat yang diberikan.• Diet.• Batas kegiatan & rencana kegiatan di rumah
J. Pengkajian
1) Airway
2) Breathing
3) Circulating
4) Disability
5) Exposure
Airway
• Periksa jalan napas dari sumbatan benda asing
• Periksa potensi jalan napas• Auskultasi: keadekuatan expansi paru
Breathing
• Napas berbunyi kemungkinan karena aspirasi
• Perubahan pola, rata2, kedalaman pernapasan bisa diakibatkan oleh efek obat anestesi
Circulating
• Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan.
• Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
• Periksa tekanan darah
Disability
• Berfokus pada status neurologis• Kaji tingkat kesadaran, tanda2 respon
mata, respon motorik dan tanda2 vital• Kaji respon thd rangsang, kelemahan atau
paralisis ekstremitas perubahan visual dan gelisah
Exposure
• Kaji balutan operasi terhadap adanya perdarahan
K. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d luka insisi
Kriteria hasil/tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeridapat teratasi atau tertangani dengan baik.Kriteria hasil :
• Melaporkan rasa nyeri hilang atau terkontrol.• Mengungkapkan metode pemberian
menghilangkan rasa nyeri.• Mendemonstrasikan penggunaan teknik
relaksasi & aktivitas hiburan sebagai penghilang rasa nyeri.
2. Kerusakan integritas kulit b/d luka insisi
Tujuan:Setelah diberikan tindakan, pasien tidak mengalami gangguan integritas kulit.Kriteria hasil:•Menunjukan Penyembuhan luka tepat waktu•Pasien menunjukan perilaku untuk meningkatkan penyembuhandan mencegah komplikasi.
3. Resiko tinggi infeksi b/d higiene luka yang buruk
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien diharapkan tidak mengalami infeksi
Kriteria hasil:•Tidak menunjukan tanda infeksi.•Tidak tejadi infeksi.
4. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan.
Tujuan:Setelah dilakukan perawatan tidak terjadi gangguan pefusi jaringan.Kriteria hasil:•Tanda-tanda vital stabil.•Kulit klien hangat dan kering.•Nadi perifer kuat.•Masukan atau haluaran seimbang.•Haluaran urine baik.
5. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan post operasi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukan keseimbangan cairan yang adekuat
Kriteria hasil:•Tanda-tanda vital stabil.•Mukosa lembab.•Turgor kulit/pengisian kapiler baik.
6. Pola nafas inefektif b/d efek anestesi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan perawatan pasien menunjukan pola nafas yang efektif.
Kriteria hasil:•Volume nafas adekuat.•Klien dapat mempertahankan pola nafas normal dan efektif dan tidak ada tanda
hipoksia
7. Bersihan jalan nafas inefektif b/d penumpukan sekret.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukan bunyi nafas yang jelas
Kriteria hasil:•Frekuensi nafas dalam rentang normal.•Bebas dispnea.
8.Perubahan pola eliminasi urine b/d efek anastesi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukan aliran urine yang lancar
Kriteria hasil:•Haluaran urine adekuat
9.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual muntah.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukan keseimbangan berat badan.
Kriteria hasil:•Berat badan klien tetap seimbang.
Pemasangan NGT
• Definisi: suatu selang yang dimasukan melalui hidung sampai ke lambung
• Digunakan untuk memberikan nutrisi/obat2an kpd seseorang yang tidak mampu mengkonsumsi makanan, cairan dan obat2an secara oral
• Digunakan utk mengeluarkan isi lambung
Indikasi
• Distensi abdomen karena gas, darah atau cairan
• Keracunan makanan/minuman• Pasien tdk dpt makan/minum melalui oral• Untuk diagnosa atau analisa isi lambung• Persiapan operasi dg general anestesi
Kontraindikasi
• Pasien dg esophageal stricture/varises• Gastric bypass surgery• Pasien koma (tanpa tindakan proteksi
airway)• Pasien dg maxillofacial injury atau anterior
fossa skull fracture
Komplikasi
• Komplikasi mekanis (sumbatan, dislokasi selang)
• Komplikasi pulmonal (aspirasi)• Komplikasi karena kedudukan selang tdk
tepat• Komplikasi karena efek zat nutrisi
Hasil yg di harapkan
• Nyeri karena distensi abdomen berkurang• Kebutuhan nutrisi terpenuhi• Tidak terjadi aspirasi• Tidak ada keluhan mual dan muntah
Pengkajian secara umum
• Berfokus pada riwayat masalah sinus atau nasal, adanya distensi abdomen, nyeri dan muntah
• Ukuran NGT yg digunakan sebelumnya (jika ada)
• Biodata data pasien• Riwayat kesehatan dan tanda2 vital
Diagnosa Keperawatan
• Gangguan pemenuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan
• Gangguan rasa nyaman; mual dan muntah
• Kurang pengetahuan
Perencanaan secara umum
• Perencanaan utk pasien sesuai dg tujuan dan manfaat tindakan, indikasi dan kontra indikasi.
• Perencanaan keperawatan bertujuan untuk menghindari beberapa komplikasi.
Evaluasi
• Tidak terjadi komplikasi • Pengetahuan pasien dan keluarga
bertambah, dapat diajak bekerjasama• Kebutuhan pasien thd nutrisi dan cairan
terpenuhi