trauma dada.docx

23
1.Pengertian Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks dan atau organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam. Memahami kinemtis dari trauma akan meningkatkan kemampuan deteksi dan identifikaasi awal atas trauma sehingga penangannya dapat dilakukan dengan segera (Kukuh, 2002; David,2005). Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematompneumothoraks (FKUI. 1995). Trauma thoraks adalah semua ruda paksa pada thoraks dan dinding thoraks, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul (Hudak, 1999). Jadi trauma dada adalah luka atau cedera pada dinding thoraks yang disebabkan oleh trauma tumpul, taham, luka tusuk ataupun karena benturan sehingga dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, serta hematompneumothoraks. 2.Etiologi

Upload: desiafyati

Post on 26-Sep-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1. Pengertian

Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks dan atau organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam. Memahami kinemtis dari trauma akan meningkatkan kemampuan deteksi dan identifikaasi awal atas trauma sehingga penangannya dapat dilakukan dengan segera (Kukuh, 2002; David,2005).

Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematompneumothoraks (FKUI. 1995).

Trauma thoraks adalah semua ruda paksa pada thoraks dan dinding thoraks, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul (Hudak, 1999).

Jadi trauma dada adalah luka atau cedera pada dinding thoraks yang disebabkan oleh trauma tumpul, taham, luka tusuk ataupun karena benturan sehingga dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, serta hematompneumothoraks.

2. Etiologi

Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu karena trauma tumpul dan trauma tajam. Penyebab trauma toraks tersering adalah karena kecelakaan kendaraan bermotor (63-78 %). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada 5 jenis tabrakan (impact) yang berbeda yaitu depan, samping, belakang, berputar dan terguling. Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab trauma toraks karena trauma tajam dibedakan menjadi 3, berdasarkan tingkat energinya yaitu trauma tusuk dan tembak dengan energy rendah berenergi sedang dengan kecepatan kurang dari 1500 kaki/detik (seperti pistol) dan trauma toraks karena proyektil berenergi tinggi (senjata militer) dengan kecepatan melebihi 300 kaki/detik. Penyebab trauma torak yang lain karena adanya tekanan berlebihan pada paru-paru bisa menimbulkan pecah atau pneumotoraks (seperti pada scuba) (David A, 2005;Sjamsoehidajat,2003).

3. Patofisiologi

Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang sangat mudah terkena tumbukan luka. Karena dada merupakan tempat jantung, paru dan pembuluh darah besar. Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.

Luka dada dapat meluas dari benjolan yang relative kecil dan goresan yang relative kecil dan goresan yang dapat menghancurkan atau terjadi trauma penetrasi (tumpul). Luka dada penetrasi mungkin disebabkan oleh luka dada yang terbuka, memberi kesempatan bagi udara atmosfir masuk ke dalam permukaan pleura dan mengganggu mekanisme ventilasi normal. Luka dada penetrasi dapat menjadi kerusakan serius bagi paru, kantung dan struktur thorak lain.

4. Gambaran Klinik

Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :

a) Ada jejas pada thorak

b) Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi

c) Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi

d) Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek

e) Dyspnea, hemoptysis, batuk dan emfisema subkutan

f) Penurunan tekanan darah

g) Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher

h) Bunyi muffle pada jantung perfusi jaringan tidak adekuat

i) Pulsus paradoksus (tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan pernafasan) dapat terjadi dini pada tamponade jantung

5. Pengkajian

a. Wawancara

Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk pengantar yang mungkin melihat kejadian, yang dinyatakan:

a) Waktu kejadian

b) Tempat kejadian

c) Jenis senjata

d) Arah masuk keluar perlukaan

e) Bagaimana keadaaan penderita selama dalam transportasi. Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka, kalau perlu seluruhnya.

b. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :

- Tentukan luka masuk dan keluar.

- Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi.

- Akhir dari ekspirasi.

Palpasi :

- Diraba ada/tidak krepitasi

- Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral.

- Fremitus kanan dan kiri dibandingkan.

Perkusi :

- Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor.

- Aadanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti garis lurus atau garis miring.

Auskultasi :

- Bising napas kanan dan kiri dan dibandingkan.

- Bising napas melemah atau tidak.

- Bising napas yang hilang atau tidak.

- Batas antara bising napas melemah atau menghilang dengan yang normal.

- Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada.

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Radiologi : X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)

2) Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun

3) Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa

4) Hemoglobin

5) Pa Co2

6) Pa O2

7) Saturasi O2

8) Toraksentesis : menyatakan darah/cairan

6. Pathway

Trauma Dada

Cedera KecilCedera Besar

Fraktur SternalFraktur SkapalaFraktur RusukPneumotoraksHematoraks

Nyeri

PneumoniaPecahOperasiPecah

bronkuspembuluh

darah

Gangguan polaPerdarahan

nafasWSD

Penurunan

kesadaran

Imobilisasinyeri

Cedera paru/ pembuluh darah paru

7. Analisa Data

NO

DATA

ETIOLOGI

MASALAH

1.

DS: -

DO: Pasien tampak gelisah

Ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma

Ketidakefektifan pola pernafasan

2.

DS: -

DO: Pasien tampak gelisah

Peningkatan sekresi secret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan

Inefektif bersihan jalan napas

3.

DS: -

DO: Pasien terlihat berkeringat, ada luka bekas tusukan benda tajam

Trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder

Nyeri akut

4.

DS: -

DO: Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia

Ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal

Gangguan mobilitas fisik

5.

DS :

DO :

Trauma mekanik terpasang bullow drainage

Kerusakan integritas kulit

6.

DS :

DO :

Tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma

Resiko terhadap infeksi

8. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi akibat nyeri dan keletihan.

2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi secret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.

6. Resiko terhadap infeksi berhungan terhadap tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma.

9. Intervensi

No.

Diagnosa

Tujuan/Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

1.

Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma

Tujuan: Pola pernafasan efektif

Kriteria hasil:

Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif

Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru

Adaptif mengatasi faktor-faktor penyebab

a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik kesisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

b. Observasi fungsi pernafasan, catat frekuensi pernapasan, dyspnea atau perubahan tanda-tanda vital.

c. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.

d. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.

e. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

a. Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

b. Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia.

c. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.

d. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.

e. Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

2.

Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi secret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

Tujuan: Jalan napas lancar/normal

Kriteria hasil:

Menunjukkan batuk yang efektif

Tidak ada lagi penumpukan secret di saluran pernapasan

Klien nyaman

a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan secret di saluran pernapasan.

b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

c. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

d. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan visikositas sekresi: mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontrindikasi.

e. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.

a. Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.

b. Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.

c. Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

d. Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mucus, yang mengarah pada atelectasis.

e. Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.

3.

Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder

Tujuan: nyeri berkurang/hilang.

Kriteria hasil:

Nyeri berkurang/dapat diadaptasi

Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan/ menurunkan nyeri.

Pasien tidak gelisah

a. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasive.

b. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi nyaman;missal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.

c. Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.

d. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik.

e. Observasi tingkat nyeri, dan respon motoric klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari.

a. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

b. Istirahat dan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.

c. Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.

d. Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga akan berkurang.

e. Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.

10. Evaluasi yang diharapkan

11. Komplikasi

1) Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.

2) Pleura, paru-paru, bronchi : hemo/hemopneuthoraks-emfisema pembedahan.

3) Jantung : tamponade jantung, ruptur jantung, ruptur otot papilar, ruptur klep jantung.

4) Pembuluh darah besar : hematothoraks.

5) Esophagus : mediastinitis.

6) Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson, 1990)