translate

32
Gambar 11-12. Defek Mondini: A dan B, CT scan aksial, dan C, CT scan koronal. Koklea (panah terbuka) adalah dalam ukuran normal, tetapi pemisahan tulang antara

Upload: gerin-orviyanti

Post on 25-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

Page 1: Translate

Gambar 11-12. Defek Mondini: A dan B, CT scan aksial, dan C, CT scan koronal.

Koklea (panah terbuka) adalah dalam ukuran normal, tetapi pemisahan tulang

antara lingkaran koklea tidak ada atau mengalami hipoplasia. Akueduktus

vestibular (panah pendek) membesar dan vestibulum (panah panjang) terdilatasi.

Page 2: Translate

Penilaian Pencitraan untuk Implantasi Koklear

Kandidat untuk implant koklear membutuhkan studi pencitraan untuk menentukan

kemungkinan bahwa prosedur ini dapat dilakukan. Ahli bedah telinga harus tahu

bila telinga tengah dan mastoid nya cukup besar untuk mendapatkan akses ke

foramen rotundum dan promontorium. Apabila implant intrakoklear

dipertimbangkan, ahli bedah harus mengetahui bila ada foramen rotundum atau

lumen koklear yang paten atau tertutup. Bila koklea dilenyapkan oleh tulang,

koklea harus dibor atau alat koklear ekstra harus digunakan. Hipoplasia koklea

dan kanalis auditorius internus yang sangat terlihat (Gambar 11-13) sering

merupakan indikasi dari kurangnya perkembangan dari nervus akustikus, yang

akan membuat implant menjadi tidak dapat dikerjakan. Resonansi magnetik

diindikasikan untuk membangun kehadiran dan status dari nervus akustikus,

menunjukkan obliterasi fibrous dari lumen koklear yang tidak dapat dilihat

dengan CT, dan mengeksklusi adanya patologi sentral yang mempengaruhi jalur

auditorik. Tampilan Schuller dan transorbital postoperatif sebaiknya didapatkan

untuk menentukan posisi elektroda dan integritas dari kawat yang diimplantasi.

Selanjutnya tidak dapat dibangun dengan teknik tomografi karena kawatnya

tervisualisasi dalam beberapa bagian berdekatan; oleh karena itu, kontinuitasnya

tidak dapat ditunjukkan pandangan ini akan digunakan sebagai dasar untuk studi

selanjutnya.

Page 3: Translate

Gambar 11-13. Hipoplasia dari kanalis auditori internus: CT scan koronal. A,

kanan; B, kiri. Kompartemen atas dari kanalis auditorius internus kiri adalah

normal, tetapi kompartemen bawah tidak ada atau sangat hipoplastik seperti yang

ditunjukkan oleh posisi dari krista falciformis (panah). Bandingkan dengan sisi

kanan yang normal.

Anomali dari Nervus Facialis

Anomali dari kanalis facialis termasuk ukuran dan aliran dari saluran. Mungkin

ada agenensis total maupun parsial dari saluran nervus facialis dengan paralisis

total. Khususnya, saluran nervus facialis mungkin sempit dan hipoplastik secara

tidak biasa. Pada kasus-kasus ini, episode intermiten dari paresis facialis mungkin

terjadi. Segmen horizontal dari kanalis facialis pada beberapa waktu dipindahkan

secara inferior untuk menutupi foramen ovalis. Anomali dalam saluran segmen

mastoid umum terjadi pada atresia kongenital dari canalis auditorius eksternus.

Kanalis facialis biasanya diputar secara lateral. Rotasi bervariasi dari arah minor

yang obliq terhadap saluran horisontal sejati.

Trauma Tulang Temporal

Studi pencitraan dari tulang temporal mengikuti trauma kepada diindikasikan saat

ada rhinorrhea atau otorrhea cairan serebrospinal, kehilangan pendengaran, atau

paralisis nervus facialis.

Page 4: Translate

Studi CT sebaiknya selalu mengikutsertakan potongan aksial dan jika

memungkinkan potongan koronal. Gambar lateral yang dikonstruksi kembali

mungkin dibutuhkan pada beberapa pasien dengan fraktur longitudinal atau

paralisis nervus facialis. Pada pasien dengan temuan tidak sadar atau temuan

neurologis lain, studi CT sebaiknya diperluas ke seluruh bagian otak untuk

menemukan kemungkinan perdarahan intrakranial. Sebagai tambahan, satu seri

scan yang didapatkan setelah injeksi intrathecal dari metrizamide sering menjadi

berguna dalam menunjukkan lokasi kebocoran dari pasien dengan rhinorrhea atau

otorrhea cairan serebrospinal.

Fraktur tulang temporal dibagi menjadi lesi longitudinal dan transversal,

tergantung dari arah dari garis fraktur. Fraktur longitudinal terjadi lebih sering

daripada fraktur transversal dengan perbandingan 5 banding 1. Klasifikasi ini,

bagaimanapun, dalam suatu opini sewenang-wenang karena sebagian besar fraktur

mengikuti traktus serpiginosa di tulang temporal.

Fraktur longitudinal tipikal mengikutsertakan skuama temporal dan

meluas hingga mastoid. Fraktur biasanya mencapai kanalis auditorius eksternus

dan melewati secara medial ke epitimpanum, dimana ini memproduksi gangguan

dari rantai tulang pendengaran. Dari epitimpanum, fraktur meluas ke dalam

petrosa dan mengikuti saluran intralabirin dan ekstralabirin. Saluran intralabirin

dari frraktur adalah jarang karena tulang labirin sangat resisten terhadap trauma.

Ekstensi ekstralabirin terjadi baik anterior maupun posterior terhadap labirin.

Ekstensi anterior lebih sering terjadi (Gambar 11-4).

Page 5: Translate

Gambar 11-4. Fraktur longitudinal dari tulang temporal kanan: A, CT scan aksial,

dan B, CT scan koronal. Fraktur mastoid meluas terhadap dinding superior

saluran dan terhadap dinding lateral dari pars attic. Rantai tulang pendengaran

terganggu pada sendi incudostapedial (panah).

Fraktur transversal dari tulang temporal biasanya melintasi piramida

petrous di sudut kanan terhadap sumbu longitudinal dari piramida. Fraktur

biasanya mengikuti garis yang paling resisten dan berjalan dari kubah fossa

jugularis melalui labirin ke punggungan petrous superior (Gambar 11-15).

Garis fraktur menghilang pada tingkat tertentu hanya untuk muncul

kembali beberapa milimeter lebih jauh. Kesenjangan yang jelas ini bukan

disebabkan oleh gangguan fraktur melainkan oleh fakta bahwa bidang dari garis

fraktur mengubah saluran dan menjadi tak terlihat di beberapa bagian.

Fraktur longitudinal paling baik ditunjukkan dalam potongan aksial dan

sagital dan patah tulang transversal dalam potongan koronal dan 20 derajat obliq

koronal.

Gangguan traumatis dari rantai tulang pendengaran paling umum terjadi

pada pasien dengan fraktur longitudinal tetapi dapat terjadi bahkan tanpa adanya

fraktur yang sebenarnya. Dislokasi maleus jarang terjadi karena perlengketannya

yang lemah terhadap membran timpani dan ligamen malleal anterior yang kuat.

Inkus adalah yang paling sering terdislokasi karena perlengketannya kepada

maleus dan stapes mudah robek (Gambar 11-16). Fraktur dan dislokasi dari dasar

stapes tidak dapat langsung dikenali tapi mungkin dapat diidentifikasi dengan

adanya udara dalam vestibulum.

Page 6: Translate

Gambar 11-15. Fraktur transversal dengan paralisis facialis: A, CT scan aksial;

dan B, CT scan koronal. Fraktur memisahkan vestibulum dan mengikutsertakan

kanalis facialis anterior terhadap foramen ovalis (panah).

Gambar 11-16. Dislokasi traumatik dari inkus: CT scan koronal. Badan dari inkus

pindah ke kanalis auditorius eksternus (panah).

Page 7: Translate

Benturan dan Perdarahan Labirin

Perdarahan dalam lumen dari struktur telinga bagian dalam dapat terjadi setelah

trauma (Gambar 11-17). Jika patah tulang melintasi telinga bagian dalam, deteksi

dari darah merupakan nilai akademik karena pasien memiliki tuli total ireversibel

dan kelumpuhan vestibular atau keduanya. Jika perdarahan terjadi dengan

benturan tanpa fraktur yang sebenarnya, MRI dapat diindikasikan untuk

mengkonfirmasi diagnosis. Studi ini harus dilakukan minimal 2 hari setelah

cedera untuk memungkinkan transformasi deoxyhemoglobin menjadi

methemoglobin, yang memiliki sinyal yang cerah di kedua gambar T1 dan T2.

Perdarahan intrakranial di wilayah inti koklea dan jalur auditorius juga dapat

menyebabkan ketulian sementara atau permanen. Perdarahan intralabirin spontan

juga telah diamati pada pasien dengan penyakit sel sabit (sickle cell) karena krisis

vasoocclusive.

Paralisis Facial Traumatik

Paralisis facial terjadi segera atau beberapa jam atau hari setelah trauma. Onset

segera dari paralisis facial adalah hasil dari pembelahan nervus facialis oleh

fraktur. Paralisis facial tertunda disebabkan oleh fraktur dari saluran facialis dan

edema saraf pasca-trauma. Paralisis facial terjadi pada sekitar 25% dari patah

tulang longitudinal dan adalah tipe yang tertunda dan sering tipe sementara pada

50% dari kasus. Paralisis facial diamati dalam 50% dari patah tulang melintang

dan hampir selalu dari jenis segera dan permanen (lihat Gambar 11-15). Dalam

beberapa kasus, lokasi keterlibatan dari kanalis facialis tidak dapat

divisualisasikan dalam potongan CT. Namun, dengan evaluasi saluran dari garis

fraktur, lokasi lesi dapat ditentukan.

Meningocele and Meningoencephalocele

Meningocele dan meningoencephalocele biasanya pasca-trauma karena fraktur

tegmental atau iatrogenik mengikuti operasi mastoid dan jarang terjadi secara

spontan. Otak dan meninges turun melalui defek pada tegmen ke dalam antrum

mastoid atau ke dalam attic. Pulsasi konstan dari cairan serebrospinal yang

disalurkan melalui dinding pada meningocele menyebabkan resorpsi bertahap dari

Page 8: Translate

dinding tulang sekitarnya. Computed tomography (CT) menunjukkan defek pada

tegmen dan massa jaringan lunak yang berdekatan (Gambar 11-18, A). Sebuah

studi MRI dilakukan setiap kali sifat massa jaringan lunak tidak jelas. Atau MRI,

meningocele memiliki sinyal yang identik dengan cairan cerebrospinal, sebuah

encephalocele terhadap otak (Gambar 11-18, B).

Gambar 11-7. Benturan labirin dengan perdarahan: resonansi magnetik koronal T,

gambar; tanpa kontras. Mencatat sinyal yang tinggi dalam vestibulum dan kanalis

semisirkularis yang diproduksi oleh darah (panah).

Gambar 11-8. Meningoencephalocele:A, CT scan koronal; B, T resonansi

magnetik (MR), gambar. Suatu massa jaringan lunak yang besar dan berbatas

tegas menembus kanalis auditorius eksternus kanan melalui defek yang luas pada

Page 9: Translate

tegmen. Gambaran MR mengkonfirmasi bahwa massa tersebut adalah

meningoencephalocele (panah kepala).

Proses Inflamasi dan Kolesteatoma

Otomastoiditis Akut

Otitis media akut dengan mastoiditis adalah diagnosis klinis. Pada tahap awal,

proses ini ditandai dengan opasitas difus non-spesifik dan homogen dari telinga

tengah dan sellulae mastoideus (Gambar 11-19). Jika infeksi ini tidak ditangani

dengan perawatan yang tepat, nekrosis dinding sel akan berkembang, yang

mengarah pada pembentukan daerah gabungan dan abses. Infeksi gabungan

mungkin menembus korteks mastoid dan menghasilkan berbagai abses

subperiosteal. Jika tegmen atau piringan sinus pecah atau terkikis, komplikasi

intrakranial akan berkembang, seperti abses epidural dan otak, trombosis sinus

sigmoid, dan abses perisinus (Gambar 11-20).

Setiap kali komplikasi intrakranial diduga terjadi, studi CT atau MR

dengan kontras harus diperoleh untuk mengkonfirmasi keterlibatan intrakranial

dan menunjukkan lokasi dan sejauh mana proses meluas (Gambar 11-21).

Otomastoiditis Kronik

Dua jenis penyakit telinga kronis dapat dikenali: infeksi kronis dan penyakit

tubotympani. Infeksi kronis adalah hasil dari infeksi oleh organisme dengan

virulensi rendah atau infeksi akut dengan resolusi tidak lengkap. Temuan

radiografi khas terdiri dari penebalan trabekula mastoid, kekeruhan tidak

homogen dari sellulae, dan, jika tidak ada perforasi, opasitas tidak homogen dari

rongga telinga tengah (Gambar 11-22). Sel-sel udara yang terlibat menjadi

terbatas pada awalnya dan kemudian benar-benar obliterasi. Lumen dari sel udara

residual, antrum, dan telinga tengah biasanya diisi dengan jaringan granulasi dan

cairan. Erosi dari proses panjang inkus dapat terjadi.

Penyakit tubotimpani adalah hasil dari aerasi rusak dari telinga tengah

yang disebabkan oleh tidak berfungsinya tuba eustachius atau obstruksi oleh

mucositis. Potongan CT menunjukkan opasitas dari telinga tengah dan mastoid

Page 10: Translate

dan kontraksi ruang telinga tengah yang disebabkan oleh retraksi membran

timpani pada promontorium. Plak timpanosklerotik yang tidak biasa dan, jika

cukup besar, muncul sebagai kalsifikasi linear dalam membran timpani dan

mukosa pada promontorium atau sebagai massa yang terkalsifikasi sebagian di

attic, sering di sekitarnya dan menfiksasi tulang-tulang pendengaran.

Gambar 11-9. Otomastoiditis akut: gambaran resonansi magnetik. A, T1; B, T2.

Pada T, gambar, sellulae mastoid diisi oleh intensitas sinyal medium (pus) dari

intensitas sinyal yang lebih tinggi daripada cairan jernih, yang menjadi cerah pada

T2.

Gambar 11-20. Mastoiditis akut dengan abses perisinus dan trombosis sinus

sigmoid. CT scan aksial menunjukkan ruangan tergabung pada mastoid kiri

Page 11: Translate

dengan erosi dari piringan sinus. Mencatat perkabutan dari kavitas telinga tengah

kiri dan pembengkakan dari kulit kanalis auditorius eksternus. L = kiri.

Otitis Eksterna Nekrotik Maligna

Otitis eksterna nekrotik maligna adalah osteomielitis akut dari tulang temporal

yang terjadi pada pasien diabetik dan immunosupresi yang disebabkan oleh

bakteri Pseudomonas. Infeksi dimulai sebagai otitis eksterna tetapi menyebar dan

mengikutsertakan dinding sekitar dari kanalis eksternus. Prosesnya sering meluas

ke dalam telinga tengah dan mastoid. Infeksi biasanya menembus lantai dari

kanalis eksternus pada tulang dan hubungan kartilago dan menyebar sepanjang

permukaan bawah dari tulang temporal untuk mengikutsertakan nervus facialis

pada foramen stylomastoideus. Perluasan medial selanjutnya mengikutsertakan

fossajugularis dan nervus kranialis IX, X, XI, dan XII. Penyebaran anterior dari

infeksi mempengaruhi sendi temporomandibular. CT scan bagus menunjukkan

keikutsertaan dari kanalis auditorius eksternus, telinga tengah dan piramida

petrous, tetapi MR menjadi studi pilihan saat infeksi menyebar ke nervus facialis

dan di luar batas tulang temporal.

Gambar 11-21. Mastoiditis subakut dengan komplikasi: gambar resonansi

magnetik koronal T1 post kontras. Jaringan granulasi yang menyangat dengan

kontras dan suatu abses mengisi mastoid kanan. Tegmen terkikis sebagian dengan

pembentukan dari abses epidural (kepala panah). Mencatat penebalan dan

penyangatan dengan kontras dari meninges yang menempel (panah pendek) dan

Page 12: Translate

penyangatan dari struktur telinga dalam yang disebabkan oleh labirintis akut

(panah panjang).

Gambar 11-22. Otitis media kronis: CT scan koronal. Kavitas telinga tengah

mengalami opasitas, dan membran timpani menebal dan terretraksi.

Labirintis Akut

Penyangatan dengan kontras dalam lumen dari labirin bertulang sering diamati

pada gambar MRI yang diperoleh setelah injeksi bahan kontras pada pasien

dengan labirinthitis bakteri dan virus akut dan tuli mendadak (lihat Gambar 11-21

dan 11-23). Penyangatan karena kontras dari struktur dalam mungkin disebabkan

oleh kerusakan endotelium kapiler, yang mengarah ke gangguan dari barrier darah

labirin.

Labirintis Kronis

Ini bervariasi dari reaksi lokal yang disebabkan oleh fistula dari labirin bertulang

hingga proses difus. Lumen telinga bagian dalam terisi sebagian atau seluruhnya

oleh jaringan granulasi dan jaringan fibrosa. Osteitis dari labirin yang bertulang

terjadi, yang menyebabkan obliterasi tulang sebagian atau total dari lumen.

Sedangkan obliterasi tulang dari telinga bagian dalam mudah diidentifikasi oleh

CT, obliterasi fibrous hanya dapat dikenali dengan pencitraan MRI. Dalam

gambar T2, tidak ada sinyal tinggi yang terlihat dalam struktur telinga bagian

dalam yang normal, sehingga membuat struktur yang terlibat tidak lagi dikenali.

Page 13: Translate

Neuritis Facial

Penyangatan karena kontras bilateral moderat dari saraf facialis normal, terutama

di wilayah genu anterior, sering diamati dalam studi MRI yang diperoleh setelah

injeksi bahan kontras.

Penyangatan asimetris saraf facialis yang lebih menonjol di sisi lumpuh

adalah umum pada pasien dengan Bell’s palsy dan sindrom Ramsey Hunt.

Penyangatan bervariasi dalam intensitas nya dengan tahapan dari proses. Ini

biasanya lebih menonjol dalam tahap awal dan secara bertahap menurun apakah

paralisis dapat teratasi atau tidak. Pada Bell’s palsy, keterlibatan adalah segmental

dan biasanya terbatas pada genu anterior dan berdekatan dengan segmen labirin

dan timpani. Keterlibatan segmen mastoid lebih jarang. Dalam sindrom Ramsey

Hunt, keterlibatan oleh virus herpes zoster lebih konsisten dan sangat sering

meluas ke saraf di dalam kanalis auditorius internus (Gambar 11-24).

Gambar 11-23. Labirintis akut: gambar T1 resonansi magnetik post kontras

menunjukkan penyangatan yang menonjol dari koklea kiri dan vestibulum

(panah).

Kolesteatoma

Kolesteatoma adalah kista epidermoid yang didapat atau kongenital. Kolesteatoma

kongenital muncul dari jaringan epitelial yang terletak di dalam atau berdekatan

Page 14: Translate

dengan tulang temporal. Kolesteatoma didapat berasal dari telinga tengah dari

epitel skuamosa bertingkat membran timpani atau metaplasia dari mukosa telinga

tengah. Bentuk yang berbeda jauh dari kolesteatoma muncul di kanalis auditorius

eksternus.

Gambar 11-24. Neuritis facialis (sindrom Ramsey Hunt): A, T resonansi magnetik

aksial; B, resonansi magnetik koronal, gambar post kontras. Genu anterior,

labirin, dan segmen timpani proksimal dari nervus facialis kanan menyangat

(panah pendek). Penyangatan meluas ke nervus facialis dalam kanalis auditorius

internus (panah panjang).

Kolesteatoma Didapat

Kolesteatoma muncul sebagai massa jaringan lunak di mesotympanum atau

epitympanum. Jika telinga tengah diaerasi, seluruh massa jaringan lunak dapat

dijelaskan dengan baik. Ketika jaringan inflamasi atau cairan mengisi telinga

tengah, kontur kolesteatoma dikaburkan, dan mungkin sulit untuk menentukan

ukuran sebenarnya. Perubahan karakteristik tulang yang terjadi dalam

kolesteatoma membantu dalam mendiagnosis lesi dan dalam membangun lokasi

asal dan perluasan dari proses.

Kolesteatoma yang terkait dengan perforasi pars flaccida dari membran

timpani menyebabkan erosi dari bagian anterior dari dinding lateral attic (Gambar

11-25) dan spina timpani anterior. Lesi meluas secara lateral terhadap tulang-

tulang pendengaran, yang mungkin pindah secara medial. Kolesteatoma terkait

Page 15: Translate

dengan perforasi membran pars tensa, biasanya perforasi margin posterosuperior,

mengikis bagian posterior dari dinding lateral attic dan dinding posterosuperior

yang berdekatan dengan kanalis auditorius eksternus. Lesi ini meluas medial

terhadap tulang-tulang pendengaran, yang sering pindah secara lateral. Proses

panjang inkus dan suprastruktur stapes biasanya terkikis. Pertumbuhan lebih

lanjut dari kolesteatoma menghasilkan pembesaran attic, aditus, dan antrum

mastoid (lihat Gambar 11-26, A dan B) dan pembentukan rongga dalam mastoid

akibat erosi dinding sel. Keterlibatan dinding medial rongga telinga tengah

mengarah pada pembentukan fistula labirin. Cabang yang membentuk ampulla

dari kanalis semisirkularis horizontal adalah lokasi yang paling umum dari fistula.

Potongan CT horisontal dan koronal menunjukkan penipisan atau tidak adanya

tulang yang meliputi ujung lateral kanal dan meratanya dinding medial reses

epitympanic disebabkan oleh erosi dari protuberensi normal dari kanalis

semisirkularis horizontal (Gambar 11-27).

Page 16: Translate

Gambar 11-25. Kolesteatoma attic (perforasi pars faccida): A, CT scan aksial; B,

CT scan koronal. Bagian anterior dari dinding lateral attic terkikis oleh massa

jaringan lunak yang meluas ke dalam lateral attic terhadap tulang-tulang

pendengaran, yang muncul terkikis dan terpindah sebagian.

Gambar 11-26. Kolesteatoma, tipe perforasi pars tensa: A, CT scan aksial; B, CT

scan koronal. Bagian posterior dari dinding lateral attic terkikis oleh massa

jaringan lunak yang mengisi kuadran posterosuperior dari kavitas telinga tengah

dan bagian posterior dari attic. Kolesteatoma memperluas aditus dan melalui ke

dalam antrum mastoid, yang terlihat membesar karena erosi dari sel udara

periantral.

Kolesteatoma Kongenital

Kolesteatoma kongenital secara histologis merupakan tumor epidermoid yang

berasal dari epidermoid embrionik yang terletak di mana saja di tulang temporal

atau rongga epidural dan meningeal yang berdekatan.

Gejala klinis kolesteatoma kongenital tergantung pada lokasi dan ukuran

lesi. Kolesteatoma kongenital telinga tengah muncul sebagai massa globular putih

yang terletak medial terhadap membran timpani intak. Biasanya tidak ada riwayat

Page 17: Translate

penyakit telinga inflamasi yang berdekatan. Kadang-kadang, ada otitis media

serosa yang terkait.

Studi CT menunjukkan massa jaringan lunak yang berbatas tegas dalam

telinga tengah (Gambar 11-28). Jika kolesteatoma mengikutsertakan rungan

telinga tengah keseluruhan atau bila ada otitis media serosa yang mengiringi,

kavitas timpani keseluruhan terlihat berkabut, dan membran timpani menonjol

secara lateral. Massa kolesteatoma mungkin mengikis bagian dari rantai tulang-

tulang pendengaran.

Margin inferior dari dinding epitympanic lateral, yang biasanya terkikis

pada kolesteatoma didapat, utuh pada lesi kongenital. Namun, dinding

epitympanic lateral sering terkikis dari dalam ketika lesi kongenital meluas ke

epitympanum tersebut.

Gambar 11-27. Kolesteatoma dengan fistula dari kanalis semisirkularis horizontal:

CT scan koronal. Kolesteatoma mengisi attic dan mengikis kapsul dari ujung

lateral kanalis semisirkularis horizontal (panah).

Page 18: Translate

Gambar 11-28. Kolesteatoma kongenital: CT scan koronal. Membran timpaninya

utuh atau intak, tetapi dua massa jaringan llunak dapat terlihat pada kavitas telinga

tengah: massa yang lebih besar di mesotimpanum inferior dan massa yang lebih

kecil (panah) lateral terhadap leher malleus.

Kista Epidermoid atau Kolesteatoma Kongenital dari Piramid Petrous

Temuan tergantung pada apakah kolesteatoma muncul dari dalam apex petrosa

atau dari rongga epidural atau meningeal yang berdekatan.

Ketika kolesteatoma muncul dari dalam puncak petrosa, CT menunjukkan

suatu lesi yang meluas dan kistik di apex. Daerah piramida yang terlibat diperluas,

dan punggungan petrous superior biasanya naik dan menipis. Seiring dengan lesi

mengembang, kanalis auditorius internus dan labirin menjadi terkikis. Kista

granuloma kolesterol yang besar di piramida petrous sering salah didiagnosis

sebagai kista epidermoid karena mereka menghasilkan temuan CT yang serupa.

Kedua lesi dapat dibedakan menggunakan MR. Kista epidermoid muncul sebagai

daerah dengan intensitas sinyal cukup rendah dalam gambar T1 dan dengan

intensitas tinggi dalam gambar T2.

Kista granuloma kolesterol lebih cerah dalam kedua urutan karena waktu

relaksasi T1 pendek dan T2 panjang (Gambar 11-29). Wilayah gelap, diproduksi

oleh deposit hemosiderin, sering diamati dalam massa yang cerah.

Kolesteatoma yang muncul dari rongga epidural atau meningeal pada

aspek superior dari piramid menyebabkan defek dari aspek yang berdekatan

Page 19: Translate

dengan piramid. Defek disebabkan oleh erosi dari piramid dari tidak adanya

tulang, dan tidak ada batas tulang, pada lesi yang muncul dari dalam piramid.

Gambar 11-29. Granuloma kolesterol rekuren: A, CT-scan koronal; B, T1; C, T2

gambar resonansi magnetik aksial. Lesi yang dapat meluas mengikutsertakan apex

petrous kanan dan meluas ke dalam kanalis auditorius internus. Massa ini

memiliki karakteristik sinyal tinggi dalam kedua urutan T1 maupun T2.

Page 20: Translate

Gambar 11-30. Kolesteatoma kanalis auditorius eksternus: A, CT scan aksial; B,

CT scan koronal. Salurannya stenosis dalam wilayah isthmus, dan massa jaringan

lunak yang meluas secara moderat mengisi lumen dari segmen tulang dari saluran.

Kolestatoma dari Kanalis Auditorius Eksternus

Ada dua jenis kolesteatoma dari saluran pendengaran eksternal. Tipe pertama,

keratosis obliterans, disebabkan oleh osteomas, stenosis kanalis, atau massa keras

dari serumen. Penyumbatan saluran eksternal untuk waktu yang lama

mempermudah debris epitel menumpuk di saluran dan memperbesar kontur tulang

kanalis eksternus (Gambar 11-30).

Tipe lain dari kolesteatoma dari kanalis eksternus disebut dengan keratitis

invasif, dan ini dikarakterisasi oleh akumulasiyang terlokalisasi dari debris

deskuamasi yang terjadi pada lantai dari tulang saluran.

Saat kolesteatoma kanalis eksternus adalah besar dan mencapai annulus,

lesi terkikis ke dalam telinga tengah dan attic.

Kondisi Neoplastik

Kondisi neoplastik yang mengikutsertakan tulang temporal dapat dibagi menjadi

lima kelompok utama, sebagai berikut:

1. Tumor secara histologis jinak dengan ciri jinak.

2. Tumor secara histologis jinak dengan gejala klinis yang mengarah ke

ganas karena destruksi besar di dasar tengkorak dan perluasan intrakranial

oleh massa tumor yang tumbuh.

3. Proses ganas primer

4. Tumor ganas yang muncul dalam struktus yang berdekatan dengan tulang

petrous dan mengikutsertakan ini dengan perluasan langsung

5. Lesi metastatik

Page 21: Translate

Gambar 11-31 Osteoma: CT scan koronal. Massa tulang menyumbat kanalis

auditorius eksternus kanan pada isthmus.

Kelompok pertama meliputi kondisi biasanya melibatkan kanalis auditorius

eksternus, seperti osteoma (Gambar 11-31), fibroma, dan lipoma. Kelompok

kedua meliputi neuromas (dari saraf kranial ketujuh hingga kedua belas), tumor

glomus, dan meningioma. Lesi ini patut mendapat perhatian khusus tidak hanya

karena frekuensi relatif mereka tetapi di atas semua itu karena peran penting yang

dimainkan oleh pencitraan dalam diagnosis mereka. Karsinoma adalah tumor

ganas primer tulang temporal yang paling umum. Karsinoma biasanya muncul di

kanalis auditoriuseksternus, dimana mereka menghasilkan kerusakan parsial atau

total dinding kanalis. Lesi dapat menyebar ke mastoid, yang melibatkan kanalis

facialis, atau meluas ke rongga telinga tengah, dari sana melibatkan fossa jugularis

dan piramida petrosa. Karena kecenderungan mereka untuk menginfiltrasi

daripada menghancurkan, karsinoma menghasilkan penampilan khas berbintik-

bintik atau khas moth-eaten dari tulang yang terlibat. Sarkoma biasanya terjadi

pada anak-anak muda dan terhitung untuk lesi destruktif piramida petrosa.

Sarkoma mungkin timbul dalam tuba eustachius dan menyebar dengan ekstensi

retrograde ke telinga.

Keterlibatan tulang temporal dengan perluasan langsung dapat terjadi pada

neoplasma ganas yang timbul dalam struktur yang berdekatan, seperti kelenjar

parotis dan nasofaring.

Page 22: Translate

Lesi metastasis ke tulang temporal telah diamati pada karsinoma payudara,

prostat, dan paru-paru (Gambar 11-32).

Tumor Glomus dan Chemodectoma

Chemodectomas atau paragangliomas timbul dari jaringan glomus para-

ganglionik (kemoreseptor). Empat lokasi umum adalah fossa jugularis (tumor

glomus jugulare), telinga tengah (tumor glomus tympanicum), bifurkasi arteri

karotis (tumor tubuh karotis), dan ganglion inferior (ganglion nodosum) dari

nervus vagus (glomus vagale). Hanya dua pertama yang dipertimbangkan dalam

bab ini.

Gambar 11-32 Lesi metastatik dari karsinoma payudara: CT scan aksial

menunjukkan lesi destruktif yang mengikutsertakan aspek anterior dari piramid

petrous kanan dan meluas ke kavitas telinga tengah (panah).

Page 23: Translate

Gambar 11-33 Glomus timpanicum: A, CT scan aksial; B, CT scan koronal.

Massa jaringan lunak berbatas tegas terlihat pada bagian lebih rendah dari kavitas

telinga tengah yang berdekatan dengan promontorium.