transisi dominan peran orang tua ke minimalisir peran orang tua.docx

5
Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik Nama : Desita Tri Anggraini NIM :100321400957 Off AA Pend. Fisika Menganalisis Perkembangan Fisik, Psikis, dan Sosial Emosional anak usia sekolah terkait dengan berkurangnya peran orang tua untuk anak usia sekolah (usia 6-14 tahun) Untuk tugas ini saya membahas perkembangan fisik, kognitif, dan sosial emosional seorang anak dengan melakukan pengamatan terhadap seorang anak anak dengan riwayat sebagai berikut: Nama : Ilman Nursetya Alfarizy Usia : 9 tahun Kelas : II SD Perkembangan Fisik Untuk perkembangan fisik secara keseluruhan dalam rentang usia demikian bersifat lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada tinggi badannya. Begitu juga dengan Fariz, perkembangan fisik Fariz dari sisi berat badan berkembang sangat baik. Untuk anak usia 9 tahun dengan tinggi berkisar cm, tidak berimbang dengan berat badannya yang mencapai kg. Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih terkoordinasi. Anak sudah pintar berlari, mampu meloncat, serta mampu menjaga keseimbangannya. Pada usia anak hingga 14tahun bermain merupakan sarana terbaik untuk mengembangkan kemampuan fisik motorik anak. Orang tua Fariz sudah mulai melepas Fariz untuk bebas bermain namun control orang tua berlaku untuk jam bermain maksimum. Perkembangan motorik Fariz cukup baik ditandai dengan Fariz mahir bersepeda bahkan sejak usia 5 tahun Fariz. Selain itu Fariz juga sudah dikenalkan dengan olahraga yang juga berperan dalam perkembangan fisik anak baik untuk berat dan tinggi badan serta kemampuan motorik anak terkait cara-cara yang berlaku dalam suatu olahraga. Olahraga yang paling disukai Fariz

Upload: desita-tri-arifien

Post on 22-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas mata kuliah perkembangan peserta didik

TRANSCRIPT

Page 1: Transisi Dominan Peran Orang Tua ke Minimalisir Peran Orang Tua.docx

Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta DidikNama : Desita Tri AnggrainiNIM :100321400957Off AA Pend. Fisika

Menganalisis Perkembangan Fisik, Psikis, dan Sosial Emosional anak usia sekolah terkait dengan berkurangnya peran orang tua untuk anak usia sekolah (usia 6-14 tahun)

Untuk tugas ini saya membahas perkembangan fisik, kognitif, dan sosial emosional seorang anak dengan melakukan pengamatan terhadap seorang anak anak dengan riwayat sebagai berikut:

Nama : Ilman Nursetya Alfarizy

Usia : 9 tahun

Kelas : II SD

Perkembangan FisikUntuk perkembangan fisik secara keseluruhan dalam rentang usia demikian bersifat

lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada tinggi badannya. Begitu juga dengan Fariz, perkembangan fisik Fariz dari sisi berat badan berkembang sangat baik. Untuk anak usia 9 tahun dengan tinggi berkisar cm, tidak berimbang dengan berat badannya yang mencapai kg.

Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih terkoordinasi. Anak sudah pintar berlari, mampu meloncat, serta mampu menjaga keseimbangannya. Pada usia anak hingga 14tahun bermain merupakan sarana terbaik untuk mengembangkan kemampuan fisik motorik anak. Orang tua Fariz sudah mulai melepas Fariz untuk bebas bermain namun control orang tua berlaku untuk jam bermain maksimum. Perkembangan motorik Fariz cukup baik ditandai dengan Fariz mahir bersepeda bahkan sejak usia 5 tahun Fariz. Selain itu Fariz juga sudah dikenalkan dengan olahraga yang juga berperan dalam perkembangan fisik anak baik untuk berat dan tinggi badan serta kemampuan motorik anak terkait cara-cara yang berlaku dalam suatu olahraga. Olahraga yang paling disukai Fariz ialah sepak bola, dari sepak bola ini kemampuan motorik Fariz untuk menendang bola secara akurat, mengambil bola dari kawan, mengoper bola dilatih melalui olahraga sepak bola ini. Begitu juga dengan olahraga lain.

Peran orang tua dalam perkembangan fisik untuk usia dibawah 14 tahun sebagai pengontrol untuk menjaga keseimbangan perkembangan fisik anak.

Perkembangan KognitifSalah satu faktor penentu untuk maksimalnya perkembangan kognitif anak ialah

faktor lingkungan keluarga dimana sikap dan kepribadian anak dibentuk. Dalam keluarga Fariz, orang tua Fariz membiasakan menemani Fariz ketika belajar, meskipun Fariz juga mengikuti les private di gurunya namun orangtua Fariz juga mengontrol sampai sejauh mana pemahaman anak terhadap materi yang diajarkan disekolah. Karena untuk anak yang

Page 2: Transisi Dominan Peran Orang Tua ke Minimalisir Peran Orang Tua.docx

baru mengenal sekolah, guru adalah figur baru yang menjadi panutan dimana guru dipandang sebagai orang yang pintar dan tahu banyak hal sehingga sering kita jumpai anak yang lebih percaya perkataan guru dibanding perkataan orang tuanya. Begitu juga yang terjadi pada Fariz, menurut ibunya Fariz sering membantah perkataan ibu atau bapaknya karena lebih percaya perkataan gurunya meskipun orang tua Fariz sebenarnya juga seorang guru.

Kemampuan kognitif juga mencakup kemampuan verbal, artinya kemampuan anak untuk mengembangkan interaksi bahasa dengan lingkungannya. Yang saya amati dari kemampuan verbal, Fariz sangat baik dalam menerima bahasa – bahasa baru dan mengaplikasinnya dalam kehidupan sehari-hari meskipun seringnya kosakata baru yang dia dapat tergolong kosakata orang dewasa.

Selain itu perkembangan kognitif terkait pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumbe. Fariz tipe anak yang sangat kritis sering bertanya tentang sesuatu yang baru dia tahu atau yang tidak dia mengerti. Tingkat kreatifitas Fariz juga cukup bagus, Fariz sering membuat sesuatu dari barang yang tidak terpakai, contoh membuat kandang marmut dari keranjang.

Selain itu harus disadari pula bahwa cara belajar setiap anak itu berbeda, Fariz tipe anak yang suka belajar di tempat yang ramai, jadi dia lebih suka belajar bersama temannya daripada belajar sendirian dikamar. Maka untuk itu orang tua Fariz sering mengajak teman sebaya Fariz untuk belajar bersama di rumah Fariz dengan panduan dari orang tua Fariz. Hal yang dapat dipelajari dalam hal ini ialah dengan memahami kebiasaan anak, orang tua diharapkan mampu menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang sesuai untuk anak sehingga anak nyaman untuk belajar.

Selain itu perkembanagn agama fariz baik dengan bimbingan dari orang tuanya sejak kecil Fariz sudah terbiasa sholat shubuh berjamaah di musholla dekat rumahnya bahkan tidak jarang Fariz menjadi pembaca doa shalawat Nabi pada saat sebelum sholat.

Dari nilai yang ada pada rapot (terlampir) secara keseluruhan nilai Fariz baik karena selain ditunjang kemampuan kognitif pribadi, Fariz juga diberi fasilitas yang memadai dari orangtuanya seperti les tambahan selain itu orang tua Fariz juga selalu mengontrol perkembangan Fariz terkait nilai-nilai pelajarannya di sekolah.

Untuk usia sekolah dasar, peran orang tua memang masih cukup dominan untuk masalah kognitif anak meskipun secara tidak langsung perannya tidak lagi secara penuh karena anak sudah mengenal sosok guru sebagai pembimbing mereka disekolah. Orang tua dalam hal ini berperan mengontrol perkembangan anak, bukan hanya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak guru atau sekolah.

Perkembangan Sosial Emosional

Perkembangan sosial merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar berkomunikasi dengan orang disekitarnya serta proses perubahan dari keadaan penuh ketergantungan menuju kemandirian dalam suasana kedewasaan sosial yang bertanggung jawab. Ketergantungan anak berkurang sejalan dengan perkembangan kemampuan berbagai aspek kepribadian anak. Dari hasil pengamatan terhadap Fariz sikap

Page 3: Transisi Dominan Peran Orang Tua ke Minimalisir Peran Orang Tua.docx

kemandirian sudah terlihat dari Fariz, dia dudah dapat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri ini terlihat dari rutinitas hari kerja dimana kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai guru tidak ada ketika pagi, jadi ketika Fariz pulang sekolah dia sendiri di rumah. Kemandirian Fariz terlihat dari tanggung jawabnya untuk melakukan kegiatannya sendiri selama orang tuanya bekerja dia mengganti baju sendiri, makan sendiri dari yang sudah disiapkan ibunya dan tidak lupa mengunci rumah ketika dia pergi bermain, jadi dia belajar untuk menjadi bertanggung jawab dimulai dari dirinya sendiri. Ketergantungan anak terhadap orang tua juga sudah mulai berkurang karena pada usia sekolah anak lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya di sekolah dan lingkungannya. Kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dimulai dalam proses ini. Begitu juga dengan Fariz, kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain bagus dia bisa menempatkan diri dengan teman sebayanya namun hal ini juga dipengaruhi dengan perkembangan emosionalnya.

Perkembangan emosional pada anak cenderung labil. Pada Fariz misalnya keegoannya masih cukup tinggi, dia pernah memukul temannya karena temannya mengambil mainannya. Selain itu faktor percaya diri berlebihan dan tidak mau kalah dari temannya juga masih tinggi, contoh pernah suatu ketika Fariz bermain dengan mereka yang usianya lebih tua, kakak kelasnya mengajak bermain dan siapa yang kalah harus siap dipukul, awalnya Fariz sepertinya berani dan percaya diri namun ketika dia kalah dan dipukul dia menangis. Hal ini juga dipengaruhi rasa persaingan yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan tidak ingin tersaingi orang lain. Pada Fariz keegoannya juga cukup tinggi, dimana dia cenderung untuk mementingkan dirinya sendiri meskipun ada kalanya dia juga mendahulukan orang lain, seperti misalnya ketika berwudlu di musholla dia mendahulukan kakaknya yang hendak menjadi muadzin.

Pada anak usia sekolah berselisih paham dengan teman sebaya adalah hal yang tidak dapat dihindari karena kemampuan mereka untuk mengontrol emosi juga masih minim, begitu juga yang dialami Fariz. Selain itu anak juga mulai mengenal membantah sesuatu yang tidak sejalan dengan pemikirannya, contohnya seperti membantah kedua orangtuanya dan membenarkan gurunya sebagaimana yang dijelaskan di awal. Peran orang tua sangatlah penting, orang tua harus mampu memahami dan menempatkan diri pada posisi yang tepat pada saat perkembangan emosional anak, meskipun secara tidak langsung anak sudah diajari tata krama, sopan santun di sekolahnya namun sekali lagi orang tua juga harus mengontrolnya. Pembelajaran budi sebaiknya juga sudah ditanamkan sejak usia dini sehingga ketika anak memasuki dunia sekolah dia sudah memiliki dasar yang baik sebagaimana yang sudah diajarkan oleh keluarganya.

KESIMPULAN

Pada anak usia sekolah perkembangan fisik, kognitif dan sosial emosional anak berkembang pesat, dimana peran orang tua mulai berkurang seiring dengan anak memasuki dunia baru, sekolah dimana dia lebih sering bertinteraksi dengan teman sebaya atau guru. Namun harus disadari peran orang tua juga masih penting, orang tua harus tetap mengawasi dan mengontrol perkembangan anaknya selama proses perkembangan anak.