tpkb+draft+penambahan+lantai[1]+(1)

2
Nomor Sifat Lampira n Hal : : : : Penting - Penambahan Lantai Yth . Kepada Kepala Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Sehubungan dengan makin seringnya terjadi penambahan lantai dan atau perubahan fungsi pada bangunan, baik pada saat perencanaan maupun ketika bangunan telah digunakan maka dengan ini disampaikan beberapa tipologi bangunan gedung yang umum didiskusikan dalam sidang TPKB : 1. Tipologi A Bangunan sudah mendapat TLB, belum dilaksanakan, dalam sidang TPKB perencana mengajukan desain melebihi TLB. 2. Tipologi B Bangunan sudah mendapat TLB, sedang dilaksanakan pekerjaan konstruksinya, mengajukan penambahan lantai dalam sidang TPKB. 3. Tipologi C Bangunan sudah selesai dilaksanakan, mengajukan penambahan lantai diatas bangunan eksisting. 4. Tipologi D Bangunan sudah selesai dilaksanakan, mengajukan perubahan fungsi bangunan yang menambah beban rencana dari perencanaan awal. Jika rencana penambahan ˃ 15 % dari berat bangunan dan bangunan sudah selesai dilaksanakan (tipologi C), maka terhadap rencana penambahan tersebut tidak dapat diperkenankan. Sehubungan dengan keempat tipologi bangunan di atas maka diperlukan metodologi perencanaan struktur sebagai berikut : 1. Untuk Tipologi A Mengulang dokumen perencanaan struktur dari awal. 2. Untuk Tipologi B Melakukan perhitungan dengan cara menghitung kapasitas bangunan yang sudah terlaksana dan melakukan perkuatan (jika diperlukan). 3. Untuk Tipologi C Melakukan perhitungan dengan cara menghitung kapasitas bangunan yang sudah terlaksana dan melakukan perkuatan (jika diperlukan), namun dengan catatan tambahan pekerjaan perkuatan pondasi umumnya sulit dilakukan, sehingga perencana umumnya menggunakan faktor keamanan (safety factor) pada saat desain awal. Hal ini sangat tidak dianjurkan karena berpotensi pada kegagalan bangunan. Jika rencana penambahan ˃ 15 % dari berat bangunan dan bangunan sudah selesai dilaksanakan, maka terhadap rencana penambahan tersebut tidak dapat diperkenankan. 4. Untuk Tipologi D Melakukan perhitungan dengan cara menghitung kapasitas bangunan yang sudah terlaksana dan melakukan perkuatan (jika diperlukan), namun dengan catatan tambahan pekerjaan perkuatan pondasi umumnya sulit dilakukan, sehingga perencana umumnya menggunakan faktor keamanan (safety factor) pada saat desain awal. Hal ini sangat tidak dianjurkan karena berpotensi pada

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

adsde

TRANSCRIPT

Page 1: TPKB+Draft+Penambahan+Lantai[1]+(1)

NomorSifatLampiranHal

::::

Penting-Penambahan Lantai Yth .

Kepada Kepala DinasPengawasan dan Penertiban BangunanProvinsi DKI Jakarta di Jakarta

Sehubungan dengan makin seringnya terjadi penambahan lantai dan atau perubahan fungsi pada bangunan, baik pada saat perencanaan maupun ketika bangunan telah digunakan maka dengan ini disampaikan beberapa tipologi bangunan gedung yang umum didiskusikan dalam sidang TPKB :

1. Tipologi ABangunan sudah mendapat TLB, belum dilaksanakan, dalam sidang TPKB perencana mengajukan desain melebihi TLB.

2. Tipologi BBangunan sudah mendapat TLB, sedang dilaksanakan pekerjaan konstruksinya, mengajukan penambahan lantai dalam sidang TPKB.

3. Tipologi C Bangunan sudah selesai dilaksanakan, mengajukan penambahan lantai diatas bangunan eksisting.

4. Tipologi D Bangunan sudah selesai dilaksanakan, mengajukan perubahan fungsi bangunan yang menambah beban rencana dari perencanaan awal. Jika rencana penambahan ˃ 15 % dari berat bangunan dan bangunan sudah selesai dilaksanakan (tipologi C), maka terhadap rencana penambahan tersebut tidak dapat diperkenankan.

Sehubungan dengan keempat tipologi bangunan di atas maka diperlukan metodologi perencanaan struktur sebagai berikut :1. Untuk Tipologi A

Mengulang dokumen perencanaan struktur dari awal.2. Untuk Tipologi B

Melakukan perhitungan dengan cara menghitung kapasitas bangunan yang sudah terlaksana dan melakukan perkuatan (jika diperlukan).

3. Untuk Tipologi CMelakukan perhitungan dengan cara menghitung kapasitas bangunan yang sudah terlaksana dan melakukan perkuatan (jika diperlukan), namun dengan catatan tambahan pekerjaan perkuatan pondasi umumnya sulit dilakukan, sehingga perencana umumnya menggunakan faktor keamanan (safety factor) pada saat desain awal. Hal ini sangat tidak dianjurkan karena berpotensi pada kegagalan bangunan. Jika rencana penambahan ˃ 15 % dari berat bangunan dan bangunan sudah selesai dilaksanakan, maka terhadap rencana penambahan tersebut tidak dapat diperkenankan.

4. Untuk Tipologi DMelakukan perhitungan dengan cara menghitung kapasitas bangunan yang sudah terlaksana dan melakukan perkuatan (jika diperlukan), namun dengan catatan tambahan pekerjaan perkuatan pondasi umumnya sulit dilakukan, sehingga perencana umumnya menggunakan faktor keamanan (safety factor) pada saat desain awal. Hal ini sangat tidak dianjurkan karena berpotensi pada kegagalan bangunan. Jika rencana penambahan ˃ 15 % dari berat bangunan dan bangunan sudah selesai dilaksanakan, maka terhadap rencana penambahan tersebut tidak dapat diperkenankan.

Sebagai keterangan, faktor keamanan (safety factor) pada saat perencanaan dilakukan untuk mengantisipasi ketidakpastian (uncertainty) pada tanah dan pelaksanaan konstruksi. Jadi tidak dapat diartikan bahwa jika faktor keamanan = 2, maka bangunan gedung dapat dibangun dengan ketinggian 2 kalinya.

Sehubungan dengan hal-hal di atas, maka saya mengharapkan terhadap bangunan yang akan melakukan penambahan lantai, baik untuk tipologi A, B, C dan D harus melalui kajian teknis oleh TPKB terlebih dahulu sebelum diterbitkan TLB yang baru.

KetuaTim Penasehat Konstruksi Bangunan

Provinsi DKI Jakarta,

Prof. Dr. Ir. Widiadnyana Merati

Puskom, 06/01/12,
ditambahkan
Puskom, 06/01/12,
Kalimat ini tidak tepat berada disini, karena bagian ini hanya menjelaskan tipologinya saja. Diusulkan dipindah di bagian bawah.
Puskom, 06/01/12,
ditambahkan
Page 2: TPKB+Draft+Penambahan+Lantai[1]+(1)