tp ti 01

Upload: madesta-dewi-oravi-erpa

Post on 09-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Indo. J. Chem. Sci. 4 (2) (2015)Indonesian Journal of Chemical Sciencehttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs

    2015 Universitas Negeri SemarangISSN NO 2252-6951

    Info Artikel Abstrak

    Abstract

    PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN JATI SEBAGAI INDIKATOR TITRASI ASAM-BASAYosi Pratama*), Agung Tri Prasetya dan LatifahJurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri SemarangGedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229

    Sejarah Artikel:Diterima Juni 2015Disetujui Juli 2015Dipublikasikan Agustus 2015

    Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh lama perendaman daun jatiterhadap absorbansi ekstrak pekat daun jati, trayek pH yang dihasilkan, pengaruhasam askorbat terhadap stabilitas ekstrak dan kesalahan titrasi teoritis peng-gunaannya pada titrasi asam-basa. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan caramenvariasi lama perendaman dengan pelarut etanol-HCl, 16, 20, 24 dan 28 jam.Ekstrak optimalnya ditambahkan pada larutan dengan pH 1-13 untukmengetahui trayek pH. Pengaruh keberadaan asam askorbat pada stabilitasekstrak diamati dengan menambahkan 100, 250, 400 dan 550 ppm asam askorbatke dalam ekstrak tersebut, diamati selama 25 hari, dan dianalisa kondisi serapan-nya setiap lima hari sekali setelah hari pertama. Ekstrak kemudian digunakansebagai indikator titrasi asam kuat-basa kuat, asam lemah-basa kuat dan asamkuat-basa lemah. Lama perendaman pada menghasilkan 24 jam sebagai lamaperendaman maksimal dan trayek pH ekstrak diketahui pada pH 7-8. Keberadaanasam askorbat mempengaruhi stabilitas ekstrak pekat daun jati, semakin tinggikonsentrasi asam askorbat yang ditambahkan, semakin besar pula penurunanabsorbansi pada panjang gelombang maksimum ekstrak. Penggunaan ekstrakpada titrasi asam kuat-basa kuat memiliki persentase kesalahan yang lebih kecil,yaitu sebesar +0,002295%.

    Alamat korespondensi:E-mail: [email protected]

    Kata kunci:ekstrak daun jatiindikatortitrasi asam-basa

    Research has been done on the effect of soaking time on the absorbance of teakleaf extracts, the pH of the resulting trajectory, the influence of ascorbic acid onthe stability of the extract and theoretical titration error in acid-base titrations.Extract manufacturing is done by varying the soaking time by ethanol-HCl, 16,20, 24 and 28 hours. Optimal extract was added to the solution with a pH of 1-13to determine the pH trajectory. Effect of the presence of ascorbic acid on thestability of the extract was observed by adding 100, 250, 400 and 550 ppm ofascorbic acid in the extract, was observed for 25 days, and analyzed the conditionabsorbance once every five days after the first day. Extracts then used as anindicator of a strong acid-strong base, weak acid-strong base and strong acid-weak base titration. Immersion time at 24 hours as a result the maximumimmersion time and extracts trajectory known at pH 7-8. The presence ofascorbic acid affects the stability of the concentrated extract of leaves of teak, thehigher the concentration of ascorbic acid were added, the greater the decrease inabsorbance at the maximum wavelength of the extract. The use of extracts of thestrong-base titration of a strong acid has a smaller percentage of error, amounting+0.002295%.

  • 153

    Y Pratama / Indonesian Journal of Chemical Science 4 (2) (2015)Pendahuluan

    Menurut Sumarna (2004), tanaman jatiyang tumbuh di Indonesia berasal dari India.Tanaman yang mempunyai nama ilmiah Tectonagrandis linn. F. secara historis, nama tectonaberasal dari bahasa portugis (tekton) yang berartitumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Daunjati muda memiliki kandungan pigmen alamiyang terdiri dari pheophiptin, -karoten, pelar-gonidin 3-glukosida, pelargonidin 3,7-digluko-sida, klorofil dan dua pigmen lain yang belumdiidentifikasi (Ati, et al.; 2006).

    Antosianin adalah pigmen larut air yangsecara alami terdapat pada berbagai jenistumbuhan. Sesuai namanya, pigmen inilah yangmemberikan warna pada bunga, buah dan dauntumbuhan hijau. Pigmen ini telah banyak di-gunakan sebagai pewarna alami pada berbagaiproduk pangan dan berbagai aplikasi lainnya(Suardi; 2005). Antosianin adalah molekul yangtidak stabil. Stabilitas warna dari antosianinsangat dipengaruhi oleh pH, pelarut, suhu,konsentrasi antosianin dan strukturnya, oksigen,cahaya, asam askorbat, enzim dan zat lain yangmenyertainya (Rein; 2005).

    Nikkhah, et al. (2008), pada hasil peneliti-annya juga dibahas bahwa, keberadaan asamaskorbat juga menurunkan absorbansi ekstrakantosianin yang terdapat pada buah beri: Morusnigra, Morus alba var. Nigra dan Fragaria L. Kedalam masing-masing beri tersebut diberikanasam askorbat 10, 25 dan 50% kemudian di-simpan selama 63 hari, dan dilakukan peng-ukuran setiap 3 minggunya. Hasilnya adalahpenurunan absorbansi pada masing-masingekstrak tiap minggunya.

    Titrasi adalah suatu cara untuk menentu-kan konsentrasi asam atau basa dengan meng-gunakan larutan standar. Larutan standar dapatberupa asam atau basa yang telah diketahuikonsentrasinya dengan teliti. Larutan standarasam diperlukan untuk menetapkan, konsen-trasi basa dan larutan standar basa diperlukanuntuk menetapkan konsentrasi asam. Keadaandengan jumlah ekivalen asam sama dengan basadisebut titik ekivalen. pH larutan mengalamiperubahan selama titrasi dan titrasi diakhiripada saat pH titik ekivalen telah tercapai(Supardi & Luhbandjono; 2006). Titrasi asam-basa memanfaatkan perubahan besar dalam pH,untuk menetapkan kapan titik kesetaraan itudicapai. Terdapat banyak asam dan basaorganik lemah yang bentuk ion dan bentuk tak-terdisosiasinya menunjukkan warna yang ber-lainan. Molekul-molekul semacam itu dapat

    digunakan untuk menetapkan kapan telahditambahkan cukup titran dan disebut indikatortampak (visual indicator) (Day & Underwood;1986).

    Terdapat beberapa indikator alami yangdiekstrak dari buah-buahan, dedaunan maupunbunga-bungaan. Penelitian yang dilakukan olehHutabarat (2010), pada ekstrak umbi ungusebagai indikator pada titrasi asam-basa menun-jukkan hasil pengukuran yang tidak berbedajauh dengan indikator phenolptalein, 5 mLH2C2O4 membutuhkan 5,048 mL NaOHsebagai larutan penitrasi untuk memerahkanlarutan (titik akhir titrasi indikator phenolptalein). Sedangkan pada penggunaan ekstrakumbi ungu, diperlukan 5,072 mL NaOH untukmenghijaukan larutan (titik akhir titrasi indika-tor umbi ungu).

    Dalam penelitian ini dilakukan preparasipembuatan ekstrak pekat daun jati, mengamatipengaruh stabilitasnya terhadap keberadaanasam askorbat, hingga menggunakannya padatitrasi asam-basa dan untuk mengetahui ke-salahan teoritis pada penggunaannya. Dalamhal ini, variasi asam-basa yang digunakanadalah: asam kuat-basa kuat, asam lemah-basakuat dan asam kuat-basa lemah.Metode Penelitian

    Alat yang digunakan dalam penelitian inimeliputi neraca analitik, WalkLAB microcomputer pH meter TI9000 (Trans Instruments (S) Pte.Ltd.), spektrofotometer UV mini1240 (wavelengthrange: 1901100 nm; Shimadzu), Electronic Balance(Switzerland: Mettler Toledo). Bahan yangdigunakan etanol, HCl, NH4OH, FeCl3.6H2O,CH3COOH, H2C2O4.2H2O, NaOH, C6H8O6,Na2CO3 dengan grade pro analyst buatan Merck.

    Preparasi pembuatan ekstrak pekat daunjati dilakukan dengan cara mengumpulkan daunjati yang berumur 6-8 bulan. Daun tersebutdipotong kecil kemudian direndam denganpelarut etanol-HCl. Untuk setiap 100 g daunjati, digunakan 250 mL pelarut. Dilakukanvariasi lama perendaman pada pembuatanekstrak daun jati yaitu selama 16, 20, 24 dan 28jam agar diperoleh ekstrak daun jati yangoptimum. Lama perendaman yang menghasil-kan ekstrak daun jati dengan kondisi optimumtersebut kemudian digunakan sebagai lamaperendaman untuk pembuatan ekstrak daun jatiselanjutnya. Ekstrak pekat kemudian diukurabsorbansinya pada panjang gelombang 500-550nm. Kemudian dilakukan uji fenolik padaekstrak dengan menambahkan FeCl3 pada

  • Y Pratama / Indonesian Journal of Chemical Science 4 (2) (2015)

    154

    ekstrak tersebut. Uji trayek pH dilakukandengan cara membuat serangkaian larutan pH1-13. Ekstrak pekat kemudian diteteskan padamasing-masing larutan tersebut untuk melihatkondisi perubahan warna pada larutan denganpH yang berbeda-beda. Uji stabilitas ekstrakpekat dilakukan dengan cara menambahkan 40mL indikator ekstrak pekat pada 10 mL asamaskorbat dengan variasi konsentrasi 100, 250,400 dan 550 ppm, kemudian mengukur absor-bansi masing-masing pada panjang gelombangmaksimum pada hari ke-1, 5, 10, 15, 20, 25(setelah pembuatan).

    Aplikasi indikator ekstrak pekat daun jatidigunakan pada titrasi asam kuat-basa kuat(digunakan HCl-NaOH), asam lemah-basa kuat(digunakan CH3COOH-NaOH), asam kuat-basa lemah (digunakan HCl-NH4OH). Padatitrasi HCl dengan NaOH, pembuatan kurvatitrasi dilakukan dengan cara memipet dengantepat sebanyak 15 mL HCl 0,1 N ke dalamerlenmeyer 250 mL. Kemudian menitrasinyadengan larutan NaOH 0,1 N (atau sesuai hasilstandarisasi). Mencatat pH (diukur dengan pHmeter) pada setiap kali penambahan 1 mLNaOH 0,1 N (atau sesuai hasil standarisasi),hingga penambahan 20 mL, kemudian meng-gambarkan data dalam bentuk grafik. Untukproses titrasi dengan indikator ekstrak pekatdaun jati, memipet dengan tepat sebanyak 15mL HCl 0,1 N ke dalam erlenmeyer 250 mL.Kemudian menambahkan 3 tetes indikator zatwarna ekstrak pekat daun jati kedalam larutandan menitrasinya dengan larutan NaOH 0,1 N(atau sesuai hasil standarisasi). Mencatatvolume NaOH dan mengulangi titrasi sebanyak5 kali. Melakukan pengulangan pada prosestitrasi dengan menggunakan indikator phenolpthalein. Pada titrasi CH3COOH dengan NaOH,pembuatan kurva titrasi dilakukan dengan caramemipet dengan tepat sebanyak 15 mLCH3COOH 0,1 N ke dalam erlenmeyer 250 mL.Kemudian menitrasinya dengan larutan NaOH0,1 N (atau sesuai hasil standarisasi). MencatatpH (diukur dengan pH meter) pada setiap kalipenambahan 1 mL NaOH 0,1 N (atau sesuaihasil standarisasi), hingga penambahan 20 mL,kemudian menggambarkan data dalam bentukgrafik. Untuk proses titrasi dengan indikatorekstrak pekat daun jati, memipet dengan tepatsebanyak 15 mL CH3COOH 0,1 N ke dalamerlenmeyer 250 mL. Kemudian menambahkan3 tetes indikator zat warna ekstrak pekat daunjati kedalam larutan dan menitrasinya denganlarutan NaOH 0,1 N (atau sesuai hasil

    standarisasi). Mencatat volume NaOH danmengulangi titrasi sebanyak 5 kali. Melakukanpengulangan pada proses titrasi denganmenggunakan indikator phenol pthalein. Padatitrasi NH4OH dengan HCl, pembuatan kurvatitrasi dilakukan dengan cara memipet dengantepat sebanyak 15 mL NH4OH 0,1 N ke dalamerlenmeyer 250 mL. Kemudian menitrasinyadengan larutan HCl 0,1 N (atau sesuai hasilstandarisasi). Mencatat pH (diukur dengan pHmeter) pada setiap kali penambahan 1 mL HCl0,1 N (atau sesuai hasil standarisasi), hinggapenambahan 20 mL, kemudian menggambar-kan data dalam bentuk grafik. Untuk prosestitrasi dengan indikator ekstrak pekat daun jati,memipet dengan tepat sebanyak 15 mL NH4OH0,1 N ke dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudianmenambahkan 3 tetes indikator zat warnaekstrak pekat daun jati kedalam larutan danmenitrasinya dengan larutan HCl 0,1 N (atausesuai hasil standarisasi). Mencatat volume HCldan mengulangi titrasi sebanyak 5 kali.Melakukan pengulangan pada proses titrasidengan menggunakan indikator bromothymolblue.Hasil dan Pembahasan

    Perendaman daun jati dengan etanol danHCl, dilakukan variasi lama perendaman daunjati, yaitu selama 16, 20, 24 dan 28 jam, untukmelihat perbandingan konsentrasi ekstrak yangdihasilkan. Setelah dilakukan pengamatan, di-hasilkan data sesuai pada Tabel 1.Tabel 1. Pembuatan ekstrak pekat daun jati(variasi lama perendaman dengan pelarut)

    Pengukuran absorbansi masing-masingvariasi lama perendaman pada ekstrak dilaku-kan pada panjang gelombang maksimum dariekstrak pekat daun jati, yaitu 517 nm. PadaTabel 1. dapat dilihat bahwa absorbansi opti-mum diperoleh pada lama perendaman 24 jam.Absorbansi ekstrak pekat daun jati meningkatdari lama perendaman 16, 20 hingga 24 jam,kemudian absorbansinya menurun setelah 24jam perendaman, ditunjukkan pada absorbansipada 28 jam perendaman. Hal tersebut dapatterjadi dimungkinkan karena setelah 24 jam,ekstrak pekat akan teroksidasi, dikarenakanekstrak-ekstrak alami yang diperoleh dari tum-buhan tidak mampu bertahan lama padapenyimpanannya. Waktu perendaman selama

  • 155

    Y Pratama / Indonesian Journal of Chemical Science 4 (2) (2015)24 jam ini kemudian digunakan sebagai waktuoptimum untuk perendaman daun jati, yangkemudian digunakan untuk perlakuan-perlaku-an selanjutnya.

    Pada penelitian ini dilakukan uji kestabilanekstrak pekat daun jati terhadap keberadaanasam askorbat dengan variasi 100, 250, 400 dan500 ppm yang terlihat pada hasil pengukuranabsorbansinya pada hari ke-1, 5, 10, 15, 20, dan25 setelah penambahan asam askorbat. PadaGambar 1. terlihat bahwa penambahan asamaskorbat akan menurunkan absorbansi ekstrakpekat daun jati. Penurunan absorbansi ekstrakpekat daun jati juga berbanding lurus terhadapkadar asam askorbat yang ditambahkan. Sema-kin besar kadar asam askorbat yang ditambah-kan, maka semakin besar pula penurunanabsorbansi dari ekstrak pekat daun jati.

    Gambar 1. Absorbansi ekstrak pekat daun jatipada penambahan asam askorbat (100, 250, 400dan 500 ppm)Gambar 1. menunjukkan penggambaran

    dari penurunan absorbansi ekstrak pekat daunjati. Dapat terlihat bahwa terjadi penurunanabsorbansi setiap hari, setelah penambahanasam askorbat. Hal tersebut terjadi karena asamaskorbat akan mendegradasi kadar antosianinyang terkandung di dalam ekstrak pekat daunjati. Poei-Langston dan Wrolstad (1993), me-ngemukakan bahwa keberadaan asam askorbatdapat memudarkan pigmen warna dari antosia-nin.

    Uji kualitatif senyawa fenol pada ekstrakpekat daun jati dilakukan dengan melakukanpenambahan FeCl3 ke dalam ekstrak pekat daunjati, kemudian dilakukan pengamatan apakahterjadi perubahan warna pada ekstrak tersebut.Hasil positif pada uji ini akan terindikasidengan hasil warna hijau, merah-ungu, biruatau hitam yang kuat, berdasarkan reaksi:

    Setelah dilakukan penambahan FeCl3 1%ke dalam ekstrak pekat daun jati, larutan yangsebelumnya berwarna orange berubah menjadihitam pekat.

    Gambar 2. Ekstrak pekat daun jati sebelumditambahkan dengan FeCl3 (kiri) dan setelahpenambahan FeCl3 (kanan)Ekstrak daun jati yang berwarna merahdarah telah diindikasikan mengandung pelargo-nidin. Pelargonidin merupakan salah satu ke-lompok antosianin, yang keberadaannya banyakterdapat pada tumbuh-tumbuhan.

    Setelah dilakukan pengamatan pada pan-jang gelombang 500 hingga 550, dihasilkanlahdata yang tercantum pada Gambar 3. Berdasar-kan Gambar 3. diketahui absorbansi dari eks-trak pekat daun jati meningkat dari 0,317 pada500 ppm, hingga diperoleh serapan maksimumpada panjang gelombang 517 nm. Kemudiansetelah diperoleh serapan maksimum, absor-bansi ekstrak pekat daun jati tersebut kemudianberangsur-angsur turun hingga pada panjanggelombang 550 diperoleh serapan sebesar 0,027.

    Gambar 3. Panjang gelombang versus absor-bansi dari ekstrak pekat daun jatiSebelum digunakan untuk titrasi, perlu

    diketahui daerah perubahan pH pada ekstrakpekat daun jati. Ekstrak pekat daun jati diteteskan pada larutan dengan pH 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13. Warna ekstrak daunjati tersebut kemudian diamati pada tabungreaksi seperti yang terlihat pada Gambar 4.

    Gambar 4. Warna ekstrak pekat daun jati padapH 1 - 13, secara berurutan dari kiri ke kananBerdasarkan pengamatan yang dilakukan,

    seperti pada Gambar 4. larutan pH yang sebe-lumnya tak berwarna, setelah ditetesi dengan 3tetes indikator ekstrak pekat daun jati, larutantersebut menjadi berwarna. Warna larutan pada

  • Y Pratama / Indonesian Journal of Chemical Science 4 (2) (2015)

    156

    pH 1-7 berubah menjadi orange, sedangkanpada pH 8-13, warna larutan berubah dari takberwarna menjadi hijau. Terjadi perubahanwarna dari orange menjadi hijau pada ekstrakpekat daun jati.

    Uji aplikasi indikator ekstrak pekat daunjati pada titrasi asam-basa dilakukan pada varia-si titrasi asam kuat (HCl) dengan basa kuat(NaOH), dengan indikator phenol ptalein (pp)sebagai indikator pembanding. Titrasi asamlemah (CH3COOH) dengan basa kuat (NaOH),dengan indikator phenol ptalein (pp) sebagaiindikator pembanding. Titrasi basa lemah(NH4OH) dengan asam kuat (HCl), denganindikator bromothymol blue (BTB) sebagai indi-kator pembanding.Tabel 2. Perbandingan volume titran, pH dan %kesalahan titrasi pada titrasi HCl dengan NaOHmenggunakan indikator pp dan ekstrak pekatdaun jati

    Rata-rata persentase kesalahan titrasi padapenggunaan ekstrak daun jati adalah sebesar+0,0023%, lebih kecil 0,0002% jika dibanding-kan dengan rata-rata kesalahan titrasi padapenggunaan indikator pp untuk titrasi asamkuat-basa kuat. Tanda positif menunjukan ke-lebihan titran pada saat titrasi dengan persenkesalahan untuk titik ekivalen yang terlewatiadalah sebesar harga tersebut.Tabel 3. Perbandingan volume titran, pH dan %kesalahan titrasi pada titrasi CH3COOH denganNaOH menggunakan indikator pp dan ekstrakpekat daun jati

    Rata-rata persentase kesalahan titrasi padapenggunaan ekstrak daun jati adalah sebesar-0,0369%, lebih kecil 0,0083% jika dibanding-kan dengan rata-rata kesalahan titrasi padapenggunaan indikator pp untuk titrasi asamkuat-basa kuat. Akan tetapi pada hubungannyadengan titik ekivalen, kesalahan titrasi padapenggunaan indikator daun jati jauh lebih besardibandingkan dengan penggunaan indikator ppyang hanya sebesar -0,0286%. Tanda negatifmenunjukkan kekurangan titran pada saat titrasidengan persen kesalahan untuk titik ekivalen

    yang yang belum tercapai adalah sebesar hargatersebut.Tabel 4. Perbandingan volume titran, padatitrasi NH4OH pH dan % kesalahan titrasidengan HCl menggunakan indikator BTB danekstrak pekat daun jati

    Rata-rata persentase kesalahan titrasi padapenggunaan ekstrak daun jati adalah sebesar-0,5090%, lebih kecil 0,4663% jika dibanding-kan dengan rata-rata kesalahan titrasi padapenggunaan indikator bromothymol blue untuktitrasi basa lemah-asam kuat. Akan tetapi padahubungannya dengan titik ekivalen, kesalahantitrasi pada penggunaan indikator daun jati jauhlebih besar dibandingkan dengan penggunaanindikator bromothymol blue yang hanya sebesar-0,0427%. Tanda negatif menunjukkan keku-rangan titran pada saat titrasi dengan persenkesalahan untuk titik ekivalen yang yang belumtercapai adalah sebesar harga tersebut.

    Setiap indikator memiliki masa waktubatas penggunaan atau dapat disebut sebagaibatas kadaluarsa penggunaan. Indikator ekstrakpekat daun jati ini setelah 5 bulan penyimpanandan digunakan kembali pada masing-masingtitrasi asam-basa, telah menunjukkan penurun-an stabilitas yang sangat jauh. Ketika digunakankembali pada titrasi asam kuat-basa kuat,indikator ini menunjukkan perubahan warnapada titik akhir titrasi pada pH 10,84, padatitrasi asam lemah-basa kuat, indikator inimenunjukkan perubahan warna pada titik akhirtitrasi pada pH 10,32 dan pada titrasi asamkuat-basa kuat, indikator ini menunjukkanperubahan warna pada titik akhir titrasi padapH 2,11. Perubahan warna pada pH yangsangat jauh tersebut akan menunjukkan persenkesalahan yang jauh lebih besar pula.Simpulan

    Perendaman selama 24 jam menghasilkanekstrak pekat yang lebih baik dibandingkandengan perendaman selama 16, 20 dan 28 jam.Dengan pengamatan berturut-turut selang limahari setelah hari pertama selama 25 hari,menunjukkan bahwa semakin besar kadar asamaskorbat yang tercampur ke dalam ekstrak pekatdaun jati, semakin besar pula pengaruh padastabilitas ekstrak tersebut, yaitu semakin besarpenurunan absorbansi indikator ekstrak pekatdaun jati yang diukur pada panjang gelombang

  • 157

    Y Pratama / Indonesian Journal of Chemical Science 4 (2) (2015)maksimalnya. Trayek pH perubahan warnaindikator ekstrak pekat daun jati terjadi padatepat peralihan kondisi asam ke basa, yaitu daripH 7 ke pH 8, perubahan warna indikatorekstrak pekat daun jati dimulai pada pH 7 ke7,1, dari warna orange ke warna hijau. Indi-kator ekstrak pekat daun jati, menunjukkanpersen kesalahan sebesar +0,002295% padatitrasi HCl - NaOH (asam kuat - basa kuat),-0,03689% pada titrasi CH3COOH - NaOH(asam lemah - basa kuat), dan -0,50897% padatitrasi NH4OH - HCl (basa lemah - asam kuat).Daftar PustakaAti, N.H., Puji R., Soenarto N. dan LeenawatiL. 2006. The Composition and Thecontent of Pigment some Dyeing Plant forIkat Weaving in Timoresse Regency, EastNusa Tenggara. Indo. J. Chem., 6 (3), 325-331. Tersedia di http://pdm-mipa.ugm.ac.id/ojs/index.php/ijc/article/view/327[diakses 14-09-2012]Day Jr., RA. dan A.L. Underwood. 1986.Analisis Kimia Kuantitatif (edisi ke-5).

    Translated by Aloysius Hadyana Pudja-atmaka. Jakarta: ErlanggaHutabarat, F.R. 2010. Studi Pemanfaatan EkstrakKulit Ubi Jalar (Ipomoea batatas Poir) SebagaiIndikator pada Titrasi Asam Basa. Skripsi.Medan: FMIPA Universitas SumateraUtaraNikkhah, E., Masoud K., Reza H. & Ali S.A.2008. The effect of ascorbic acid and H2O2treatment on the stability of anthocyaninpigments in berries. Turk J Biol, 34(2010):47-50Rein, M. 2005. Copigmentation reactions and colorstability of berry anthocyanins. Disertasi.Helsinki: University of HelsinkiSuardi, D. 2005. Potensi beras merah untukpeningkatan mutu pangan. Indonesian Agricultural Research and Development Journal,24(3): 93-100Sumarna, Y. (2004). Budi Daya Jati. Jakarta:Penebar SwadayaSupardi, K.I. dan G. Luhbandjono. 2006. KimiaDasar II. Semarang: UPT UNNES Press