toponimi maritim kabupaten natuna provinsi kepulauan riau

20
111 TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU (MARITIME TOPONYMY OF NATUNA REGION OF RIAU ISLANDS PROVINCE) Rahmat Muhidin Balai Bahasa Sumatera Selatan Jalan Seniman Amri Yahya, SU 1, Jaka Baring, Palembang Sumatera Selatan Ponsel: 081278808094 Pos-el: [email protected] Abstract This writing discusses the names of islands, straits, capes, rivers, estuaries, maritime, nautical, seas, beaches, and coasts in Natuna Region of Riau Islands Province and aims at describing its names. This maritime toponymic study uses descriptive method, literature study, and maritime toponymic survey data. The results showed that there are 154 islands in Natuna Region which 27 of them are inhabited and the rest (127 islands) are not. Those islands can be classified into two groups, namely (1) Bunguran Islands and Serasan Islands. Based on the local legend the name bunguran referred to the name of a tree called Bungur; (2) Senua Island was formed based on the story of Sarimah who was cursed to be a giant rock that kept getting bigger and formed an island called Senua. Key word: toponymy, maritime, Natuna Island Abstrak Kajian ini membahas nama-nama pulau, selat, tanjung, sungai, muara, maritim, bahari, laut, pantai, dan pesisir di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau dan bertujuan untuk mendeskripsikan nama-namanya dan merupakan kajian toponimi maritim/letak geografis terkait kelautan di Kabupaten Natuna. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, studi literatur, dan data survei toponimi maritim. Hasil kajian menunjukkan bahwa di Kabupaten Natuna terdapat 154 pulau dengan 27 pulau berpenghuni dan sebagian besar pulau (127 buah) tidak berpenghuni. Pulau-pulau yang ada dapat dikelompokkan ke dalam 2 gugusan, yaitu (1) Pulau Bunguran dan Pulau Serasan. Penamaan Bunguran merujuk pada vegetasi tanaman pohon Bungur; (2) Pulau Senua merupakan pulau yang tercipta berdasar legenda rakyat Sarimah yang berubah menjadi batu yang membesar menjadi Pulau Senua. Kata kunci: toponimi, maritim, Kepulauan Natuna

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Rahmat M.: Toponimi Maritim Kabupaten Natuna ...

111

TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

(MARITIME TOPONYMY OF NATUNA REGION OF RIAU ISLANDS PROVINCE)

Rahmat MuhidinBalai Bahasa Sumatera Selatan

Jalan Seniman Amri Yahya, SU 1, Jaka Baring, PalembangSumatera Selatan

Ponsel: 081278808094Pos-el: [email protected]

Abstract

This writing discusses the names of islands, straits, capes, rivers, estuaries, maritime, nautical, seas, beaches, and coasts in Natuna Region of Riau Islands Province and aims at describing its names. This maritime toponymic study uses descriptive method, literature study, and maritime toponymic survey data. The results showed that there are 154 islands in Natuna Region which 27 of them are inhabited and the rest (127 islands) are not. Those islands can be classified into two groups, namely (1) Bunguran Islands and Serasan Islands. Based on the local legend the name bunguran referred to the name of a tree called Bungur; (2) Senua Island was formed based on the story of Sarimah who was cursed to be a giant rock that kept getting bigger and formed an island called Senua.

Key word: toponymy, maritime, Natuna Island

Abstrak

Kajian ini membahas nama-nama pulau, selat, tanjung, sungai, muara, maritim, bahari, laut, pantai, dan pesisir di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau dan bertujuan untuk mendeskripsikan nama-namanya dan merupakan kajian toponimi maritim/letak geografis terkait kelautan di Kabupaten Natuna. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, studi literatur, dan data survei toponimi maritim. Hasil kajian menunjukkan bahwa di Kabupaten Natuna terdapat 154 pulau dengan 27 pulau berpenghuni dan sebagian besar pulau (127 buah) tidak berpenghuni. Pulau-pulau yang ada dapat dikelompokkan ke dalam 2 gugusan, yaitu (1) Pulau Bunguran dan Pulau Serasan. Penamaan Bunguran merujuk pada vegetasi tanaman pohon Bungur; (2) Pulau Senua merupakan pulau yang tercipta berdasar legenda rakyat Sarimah yang berubah menjadi batu yang membesar menjadi Pulau Senua.

Kata kunci: toponimi, maritim, Kepulauan Natuna

Page 2: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

112

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020: 111–130

1. PendahuluanIndonesia merupakan negara besar yang

memiliki wilayah daratan dan lautan. Indonesia juga memiliki pulau-pulau besar dan kecil yang dikelilingi perairan luas, seperti laut dan samudra. Luas wilayah Indonesia terbentang dari Provinsi Aceh Nangroe Darusalam hingga Provinsi Papua. Ribuan pulau inilah yang menjadi dasar pemikiran perlunya penyempurnaan penyusunan daftar pulau-pulau Indonesia (gasetir) dari tahun ke tahun. Terlebih lagi, pengelolaan pulau sebagai sumber daya wilayah perlu diidentifikasi dan diinventarisasi secara sistematik. Usaha mengidentifikasi dan menginventarisasi pulau-pulau di perairan Indonesia melalui pendekatan metode pemetaan yang diintegrasikan dengan metode toponimi (survei penamaan geografis).

Badan Riset Kelautan dan Perikan (2003) menyatakan bahwa dasar penting tentang Indonesia sebagai suatu wilayah negara kepulauan yang belum didukung oleh dokumen resmi adalah jumlah pulau. Jumlah pulau Indonesia yang dinyatakan dalam angka-angka yang berbeda dari sumber yang berbeda pula. Data jumlah pulau di Indonesia yang berjumlah 17.504 pulau sebagian besar belum bernama.

Untuk itu, buku daftar pulau-pulau Indonesia (gasetir) dalam kondisi yang harus disempurnakan. Berkaitan dengan pengadministrasian wilayah Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Indonesia memiliki kepentingan untuk melaksanakan (1) pembakuan tulisan atau ejaan nama pulau, (2) menerbitkan daftar resmi nama-nama pulau di Indonesia, dan (3) menyusun prosedur pemberian, perubahan, dan penghapusan nama pulau (Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2003).

Pulau-pulau yang tersebar di perairan laut merupakan salah satu sumber daya yang sangat potensial sebagai lokasi pengembangan industri wisata, perikanan (baik laut maupun budi daya), permukiman, lokasi penelitian konservasi alam dan budaya. Pengelolaan data yang baik dengan dukungan data yang lengkap diharapkan akan menghasilkan ketahanan ekonomi daerah yang mantap dalam menghadapi persaingan regional maupun global.

Toponimi sering dikenal sebagai ilmu penamaan unsur geografis. Dalam kajian ini

menghasilkan daftar resmi nama geografis atau dikenal dengan gasetir. Setiap negara berhak menerbitkan dan melaporkan gasetir ini kepada dunia internasional sebagai salah satu bukti inventarisasi kondisi geografis di wilayah kedaulatannya (Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2003).

Penamaan sebuah pulau memiliki konsekuensi hukum terhadap eksistensi pulau di suatu wilayah geografis. Keberadaan pulau di suatu negara wajib didaftarkan ke Sekretariat Jenderal PBB. Penamaan pulau itu sudah melalui rangkaian proses yang dinamakan prosedur penamaan pulau oleh Tim Nasional Pembakuan Rupabumi yang diketuai Menteri Dalam Negeri sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 112 Tahun 2006. Indonesia sebagai negara kepulauan belum memiliki data pulau yang lengkap dan akurat. Pulau-pulau di Indonesia berdasarkan catatan dari Pusat Hidro-Oceanografi TNI AL berjumlah 17.508 pulau. Dari jumlah tersebut, berdasarkan catatan dari Badan Informasi Geospasial (BIG) sebanyak 13.466 pada tahun 2012 sudah dilaporkan ke Sekjen PBB. Jumlah pulau-pulau yang belum bernama dan belum didepositkan ke Sekjen PBB sebanyak 4.042 pulau. Penamaan pulau termasuk bagian penamaan unsur geografis, baik buatan alam maupun buatan manusia. Kajian ini merupakan bagian disiplin ilmu toponimi yang merupakan satu cabang ilmu kebumian yang mengkaji dan mempelajari permasalahan penamaan unsur geografi. Ilmu toponimi menjadi penting ketika peta dijadikan acuan komunikasi antarbangsa. Ilmu toponimi selain mempelajari penamaan juga mengkaji pembakuan penulisan, ejaan, pengucapan (fonetik), sejarah penamaan, korelasi nama, dan sumber daya sebuah unsur geografi. Toponimi juga dikenal dengan ilmu penamaan unsur geografis; menghasilkan daftar nama geografi atau disebut gasetir. Setiap negara berhak dan wajib menerbitkan dan melaporkan gasetir (nama geografis pulau) yang lengkap dan akurat kepada dunia internasional sebagai bukti kepemilikan sekaligus bukti daftar inventarisasi sumber daya yang terdapat di wilayah kedaulatannya.

Pemberian nama pulau tidak mudah dan harus melalui prosedur yang rumit, serta harus dilakukan oleh ahli toponimi yang dikoordinasi oleh Panitia Pembakuan Rupabumi mulai

Page 3: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Rahmat M.: Toponimi Maritim Kabupaten Natuna ...

113

dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga pemerintah pusat. Penamaan pulau tidak dapat dilakukan sembarangan karena merupakan penegasan kedaulatan negara. Selain itu, penamaan pulau tidak dapat dilakukan oleh perseorangan atau dilakukan oleh orang-orang yang tidak berhak, seperti penamaaan pulau oleh orang asing yang akhir-akhir ini diperdebatkan. Para investor asing yang bekerja di Indonesia tidak memiliki kewenangan untuk berkontribusi memberi nama terhadap 4.042 pulau Indonesia yang belum bernama. (Dr. Surya Wiratno: Sfaf Ahli Menko Polhukam bidang Kedaulatan Wilayah dan Kemaritiman).

Toponimi maritim merupakan penamaan unsur geografis yang terkait dengan unsur pulau, laut, selat, teluk, dan sejenisnya. Dengan demikian, toponimi maritim mengidentifikasi penamaan pulau, selat, teluk, tanjung dan sejenisnya di satu wilayah geografis yang ditentukan sebagai kajian. Toponimi maritim juga menginventariasi aspek-aspek sosial budaya yang berkaitan dengan masyarakat pemilik budaya yang mendiami wilayah geografis yang didiaminya atau ditinggalinya. Dengan kata lain, penamaan geografis tidak terlepas dari etimologi kata, sejarah penamaan geografis, dan kearifan lokal yang dipelihara secara turun-temurun oleh pemakai bahasa di daerah itu. Pemberian nama pulau dapat memberikan masukan kepada pemimpin dalam menentukan kebijakan nasional yang lebih tepat sasaran dalam mengoptimalkan potensi pulau-pulau terdepan dan daerah perbatasan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan masyarakat daerah perbatasan.

Kabupaten Natuna merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3 T). Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna (2018), Kabupaten Natuna merupakan wilayah kepulauan yang terdiri atas 154 pulau dan 27 pulau berpenghuni. Wilayah Kabupaten Natuna sebagian besar berupa wilayah laut. Provinsi Kepulauan Riau memiliki luas perairan 96 persen dan luas daratan provinsi ini hanya 4 persen. Dapat dibayangkan betapa kecilnya wilayah daratan Kabupaten Natuna sebagai bagian dari Provinsi Kepulauan Riau yang terletak paling utara jika diprosentasekan dengan wilayah perairannya. Tentu ini dapat menjadi renungan

kita bersama sebagai bangsa yang memiliki wilayah perairan sangat luas. Secara geografis Kabupaten Natuna dikelilingi Laut Cina Selatan. Penamaan Laut Natuna Utara semata-mata untuk menegakkan hak berdaulat Indonesia di zona ekonomi eksklusif atau ZEE sepanjang 200 mil dari pulau terluar. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Presiden Joko Widodo di Selat Lampa, Ranai, Kabupaten Natuna yang menegaskan bahwa penegakan hukum atas hak berdaulat kita (Indonesia), hak berdaulat negara kita atas kekayaan sumber daya alam laut di zona ekonomi eksklusif. Presiden Joko Widodo juga mengungkapkan bahwa Kepulauan Natuna merupakan teritorial kedaulatan Indonesia secara de facto dan de jure. Zona ekonomi eksklusif (ZEE) merupakan hak berdaulat, sedangkan garis teritorial merupakan kedaulatan wilayah NKRI.

Kedaulatan adalah kewenangan penuh atas wilayah, termasuk laut teritorial yang wilayahnya 12 mil laut atau 22 kilometer dari garis pantai ZEE. Perairan yang membentang hingga 200 mil dari titik pangkal merupakan hak berdaulat, yakni hak untuk mengelola dan memanfaatkan. (Kompas, 9 Januari 2020).

Wilayah Kabupaten Natuna di sebelah barat berbatasan dengan Malaysia, di sebelah utara berbatasan dengan Kamboja, Vietnam dan di sebelah timur berbatasan dengan negara bagian Serawak dan Pulau Kalimantan.

Permasalahan dalam kajian ini adalah (1) Bagaimana penduduk setempat memberi nama pulau, selat, tanjung, dan sejenisnya di Kabupaten Natuna sebagai pemberian nama-nama yang khas? (2) Apa sajakah yang melatarbelakangi penamaan nama-nama pulau, nama selat, tanjung dan sejenisnya dengan menggunakan bahasa lokal?

Tujuan dilaksanakan penelitian ini di Kabupaten Natuna adalah (1) Mendeskripsikan nama-nama pulau, selat, tanjung, dan sejenisnya di Kabupaten Natuna dengan tetap memperhatikan nama yang memiliki karakteristik yang khas. (2) Menjelaskan pemberian nama-nama pulau, selat, tanjung, dan sejenisnya berdasarkan latar belakang sosial budaya dengan acuan bahasa lokal yang digunakan masyarakat setempat.

Ingatan kita sebagai negara maritim dapat disandingkan dengan lagu yang diciptakan oleh Ibu Sud 77 tahun silam. Perhatikan syair lagu

Page 4: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

114

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020: 111–130

yang penuh makna dan menggugah rasa bangsa kita sebagai bangsa bahari.

Nenek Moyangku Seorang Pelaut

nenek moyangku orang pelaut gemar mengarung luas samudra menerjang ombak tiada takut menempuh badai sudah biasa

angin bertiup layar terkembang ombak berdebur di tepi pantai pemuda b’rani bangkit sekarang ke laut kita beramai-ramai

(https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/2017/08/02/nenek-moyangku-orang-pelaut-menengok-kejayaan-kemaritiman-indonesia-masa-lampau/.)Lagu Nenek Moyangku Seorang Pelaut

membuktikan kepada kita bahwa kita memiliki wilayah laut yang luas dan mempunyai pulau-pulau yang berjumlah ribuan yang harus diberdayakan dengan baik untuk kesejahteraan rakyat, persatuan, dan kesatuan bangsa. Terkait kajian toponimi maritim Kabupaten Natuna, diperlukan kerangka teori untuk menjadi landasan pacu dalam menggali sejarah penamaan geografis, menggali unsur-unsur kewilayahan, dan dapat mengintegrasikan yang terkandung dalam unsur kemaritiman Kabupaten Natuna.

Kajian historis-arkeologis menunjukkan bahwa nenek moyang kita adalah keturunan dari manusia atau orang-orang yang sangat berpengalaman mengarungi samudra dan menjalani kehidupan di lingkungan kelautan dalam kurun waktu yang cukup lama. Dengan kata lain, nenek moyang kita adalah bangsa yang memiliki budaya maritim. Budaya maritim tidak hanya kegiatan di laut, akan tetapi ada pula berbagai kegiatan yang dilakukan di darat. Kata maritim berasal dari kata maritime, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan laut. Kegiatan kemaritiman selain pelayaran dan mencari ikan ataupun sumberdaya laut lainnya, juga beberapa kegiatan seperti membuat perahu dan peralatan pelayaran lainnya, mengolah hasil tangkapan ikan, dan melakukan perdagangan. Keterampilan dan keahlian, baik dalam kehidupan di laut maupun di darat, seperti tersebut sudah diajarkan oleh nenek moyang kita sejak ribuan tahun yang lalu. Oleh karena itu, tidak mengherankan

apabila pada awal pertengahan millenium pertama (Abad ke-5 M) hingga pertengahan millenium kedua (Abad ke-15 M) di Nusantara muncul kerajaan-kerajaan yang telah berskala internasional dan disegani oleh kerajaan-kerajaan lain, seperti Kerajaan Kalingga hingga Kerajaan Majapahit (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/2017/08/02/nenek-moyangku-orang-pelaut-menengok-kejayaan-kemaritiman-indonesia-masa-lampau/).

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kajian lapangan yang digabungkan dengan studi pustaka yang relevan dengan kajian ini. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah (1) etnik yang berasal dari Natuna atau warga sekitar yang berdomisili di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau; (2) memahami budaya dan tata cara adat budaya Natuna dan sekitarnya; (3) berusia antara 20—65 tahun; (4) alat wicara lengkap dan tidak cacat pendengaran; dan (5) pendidikan maksimal SMA sederajat.

Kajian ini menggunakan instrumen pengumpul data sebagai penjaring data dengan menyebar daftar tanyaan terkait toponimi maritim. Daftar tanyaan ini diiringi dengan pertanyaan lepas yang berhubungan toponimi maritim, terutama yang berkaitan dengan penamaan laut, selat, tanjung, teluk, sungai, danau dan sejarahnya. Penjaringan data tersebut disertai perekaman jika diperlukan.

Kajian penelitian ini dalam pelaksanaannya menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penggunaan metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendapat toponimi maritim secara proporsional. Sudaryanto (1993:62) mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif dilaksanakan hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup di antara para penuturnya yang dihasilkan atau dicatat berupa perian bahasa yang disebut potret. Perian ini tidak menyebutkan benar salahnya penggunaan bahasa oleh para penuturnya.

Penelitian penamaan letak geografis maritim di Kabupaten Natuna berdasarkan kajian toponimi maritim penelitian gabungan antara studi lapangan dan studi pustaka. Peneliti mengumpulkan data berdasarkan data lapangan yang diperoleh dari data kepustakaan yang dikombinasi dengan wawancara, pengamatan, perekaman, dan dokumentasi.

Page 5: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Rahmat M.: Toponimi Maritim Kabupaten Natuna ...

115

Metode dan teknik analisis data dalam menganalisis penggunaan dan penamaan nama laut, selat, tanjung, teluk, sungai, danau, dan sejenisnya di Kabupaten Natuna menggunakan metode deskriptif yang disertai pemilahan data dengan menjabarkan pemakaian penamaan nama laut, selat, tanjung, teluk, sungai, danau, dan sejenisnya di Kabupaten Natuna seperti apa adanya. Hasil temuan yang diperoleh di lapangan dikelompokkan berdasarkan kategori masing-masing. Dengan kata lain, setiap penamaan letak geografis maritim tersebut dideskripsikan sesuai ranahnya masing-masing.

Penganalisisan nama laut, selat, tanjung, teluk, sungai, danau, dan sejenisnya ini menggunakan metode deskriptif dan studi literatur seperti yang pernah dilakukan penelitian sebelumnya dengan tetap memperhatikan hal-hal berupa penggunaan data sekunder. Penggunaan data sekunder merupakan data pelengkap yang digunakan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan identifikasi. Selain itu, untuk memudahkan proses identifikasi sampai didapat data yang akurat (seperti halnya referensi, citra satelit, foto udara, serta data pasang surut).

Dalam pelaksanaan penelitian ini, didahului dengan desain survei, pelaksanaan survei, dan pengolahan data hasil survei. Kegiatan survei dilakukan melalui wawancara dengan masyarakat tentang sejarah, nama dan posisi pulau, laut, selat, tanjung, sungai, danau, dan sejenisnya. Konsultasi dengan pejabat daerah, dan pengamatan genesa pulau serta posisi pulau, selat, tanjung, sungai, danau, dan sejenisnya sebagai data referensi. Jika memungkinkan koordinat titik tengah atau centroid pulau posisinya diukur dengan titik yang merupakan ujung-ujung pulau tersebut. Langkah berikutnya adalah dengan melakukan pengolahan data dengan berdasarkan kategori yang diharapkan. Jenis dan titik koordinat diolah dengan peta referensi secara spasial untuk menganalisis pulau, posisi laut, selat, tanjung, sungai, danau, dan sejenisnya dan hasilnya digabungkan dengan hasil wawancara.

2. Kerangka Teori Toponimi merupakan salah satu cabang

ilmu kebumian yang mengkaji dan mempelajari permasalahan penamaan unsur geografi, baik

buatan alam, (pulau, tanjung, selat, gunung, lembah, bukit, lembah, danau, sungai, dan sebagainya), maupun buatan manusia (bandara, bendungan, waduk, jembatan, terowongan, mercusuar, candi, dan sebagainya). Ilmu ini menjadi penting sejak peta bertindak sebagai media komunikasi antarbangsa.

Kridalaksna (1993:149) menyatakan bahwa toponymy, topomasiology, topomastics, toponomatology) adalah cabang onomastika yang menyelidiki nama-nama tempat. Onomastika (onomastics, onomasiology) merupakan penyelidikan tentang asal-usul, bentuk, dan makna nama diri, terutama nama orang dan tempat.

Toponimi sebagai ilmu juga mengkaji pembakuan penulisan dan ejaan pengucapan (fonetik). Sejarah penamaan serta korelasi nama dengan kondisi alam dan sumber daya yang dimiliki sebagai unsur geografi (BRKP, 2003). Penamaan dan pembakuan nama-nama unsur geografi telah menjadi perhatian masyarakat internasional sejak lama. Hal ini ditunjukkan dengan dibentuknya UNGEGN (United Nation Groups of Expert on Geographical Name) untuk mendukung usaha standardisasi nama geografik pada tingkat nasional maupun internasional.

Berkaitan dengan penamaan unsur geografis, ketetapan ini dibakukan PBB bahwa setiap anggota PBB setiap lima tahun sekali (dalam bentuk National Report) harus melaporkan jumlah dan penamaan pulaunya kepada PBB. Hal ini berarti jika dipandang secara nasional merupakan tanggung jawab bersama semua komponen bangsa (Rais, 2003).

Lebih lanjut, hal yang paling mendasar terkait pulau sebagai sumber daya wilayah perlu didata dengan baik, termasuk posisi geografis, nama, kondisi fisik, demografi, sarana dan prasarana, serta data lain yang berguna bagi pengelolaan wilayah. Dalam kajian toponimi maritim, hal-hal yang mendasar yang dipahami oleh seorang peneliti adalah definisi pulau. Pulau yang dimaksud mengacu pada definisi United Nations Convention on the Law of Sea (UNCLOS) 1982 Bab VIII Pasal 121 (United Nation, 1983) yang menyebutkan bahwa “pulau adalah daerah daratan yang terbentuk secara alami yang dikelilingi oleh air dan ada di permukaan air pada saat

Page 6: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

116

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020: 111–130

air pasang”. Jika suatu daratan ditumbuhi berbagai vegetasi yang pada pasang tinggi tidak tenggelam, ia tetap tidak dapat disebut pulau jika daratan yang menjadi platform terendam air dan tidak muncul di permukaan.

3. Hasil dan PembahasanLetak geografis Kabupaten Natuna

terdiri atas 98,84% lautan. Keadaan tersebut menempatkan angkutan laut menjadi sarana utama untuk menghubungkan satu pulau dengan pulau lain, dari desa ke ibu kota kecamatan, dan dari ibu kota kecamatan ke ibu kota kabupaten. Transportasi laut menempati jaringan transportasi yang ada di Kabupaten Natuna. Berbagai jalur pelayaran laut telah berkembang dengan baik di Kabupaten Natuna yang menghubungkan Kota Ranai dengan daerah lainnya. Hal ini tercermin dari semakin meningkatnya arus penumpang dan barang yang memanfaatkan jasa transportasi laut.

Berdasarkan Surat Keputusan Delegasi Republik Indonesia Nomor 9/Deprt tanggal 18 Mei 1956, Provinsi Sumatera Tengah menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status Daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dan membawahkan empat kewedanan, yaitu1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi

wilayah Kecamatan Bintan Selatan (termasuk Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat, dan Tanjungpinang Timur);

2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur, dan Moro;

3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep, dan Senayang; dan juga

4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai,

Bunguran Barat, Bunguran Timur, Serasan, dan Tambelan. Sementara itu, jika Natuna dihubungkan

dengan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 dinyatakan bahwa Kabupaten Natuna dibentuk hasil dari pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau yang meliputi enam kecamatan, yaitu

Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Barat, Jemaja, Siantan, Midai, dan Serasan, serta satu Kecamatan Pembantu Tebang Ladan. Seiring dengan adanya kewenangan otonomi daerah Kabupaten Natuna, wilayah kecamatan kemudian dimekarkan sehingga pada tahun 2004 jumlah kecamatan bertambah menjadi 10 kecamatan dengan terbentuknya Kecamatan Palmatak, Subi, Bunguran Utara, dan Pulau Laut. Penduduk Kabupaten Natuna tahun 2012 berjumlah 76.305 jiwa, terdiri atas 39.524 penduduk laki-laki dan 36.781 penduduk perempuan. Sementara itu, jumlah rumah tangga tercatat sebanyak 19.039 rumah tangga (https://natunakab.go.id/sosial-budaya-di-kabupaten-natuna).

Pemerintah Indonesia meski tidak dijadwalkan secara periodik, tetapi sudah melakukan pembaruan Peta NKRI sesuai kebutuhan. Pembaruan Peta NKRI selama ini dilakukan oleh badan perpetaan nasional yang dimotori oleh BIG, Dittop TNI-AD, Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI-AL serta oleh Kementerian/Lembaga (K/L) terkait, seperti Kemenko Polhukam, Kemenko Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Polri, Badan Keamanan Laut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika dan lain-lain sesuai kebutuhan.

Indonesia sudah sering memperbaharui Peta NKRI, misalnya ketika akan merilis UU Nomor 43 Tahun 2008 tentang wilayah negara mengumumkan Peta NKRI baru. Tahun 2015 Indonesia mengeluarkan peta NKRI. Dalam revisi ini terdapat sejumlah pembaharuan seperti revisi perbatasan dengan negara tetangga dan perubahan atau penambahan toponim batas administrasi. Terjadi juga revisi berupa tambahan batas laut teritorial yang telah disepakati pada September 2014 antara Indonesia dengan Singapura, serta perubahan batas landas kontinen. Selain itu, juga telah disepakati persetujuan perubahan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dengan Filipina, batas wilayah darat Indonesia

Page 7: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Rahmat M.: Toponimi Maritim Kabupaten Natuna ...

117

dengan Timor Leste, dan perubahan tempat tulisan Laut Natuna di dalam peta. Kemudian, disusul pembaharuan peta NKRI 2017. Yang istimewa dari peta NKRI 2017 adalah adanya penamaan ruang laut yang tadinya dikenal sebagai bagian dari Laut China Selatan (LCS) menjadi Laut Natuna Utara (LNU).

Dalam sejarah negara-negara ASEAN, negara di Asia Tenggara tidak ada yang mengeluarkan peta unilateral selain Malaysia.

Akan tetapi, kini langkah seperti itu tampaknya justru dimanfaatkan dan dicontoh oleh negara-negara anggota ASEAN, minimal oleh Filipina dan Indonesia. Akan tetapi, sebenarnya kalau dilihat dari sisi diplomasi dalam penamaan baru seperti itu tidak akan membawa perubahan apa-apa, kecuali bagi negara si penerbit. Secara emosional, mereka mungkin senang nama wilayahnya disebut dengan nama yang berciri khas negaranya.

Peta 1 Peta Wilayah Negara Kesatuan Republik IndonesiaPeta diunduh dari https://www.sejarah-negara.com/2014/11/peta-negara-kesatuan-republik-indonesia.

html.

Kabupaten Natuna jika dipandang secara astronomis berada pada posisi 1016’--7019’ Lintang Utara dan 1050 00’-–110000’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, selatan berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Riau, sebelah timur berbatasan dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat, dan sebelah barat berbatasan dengan Semenanjung Malaysia dan Pulau Bintan (Kabupaten Kepulauan Riau). Sementara itu, luas Kabupaten Natuna mencapai 264.198,37 km2 dengan luas daratan 2.001,30 km2 dan luas lautan 262.197,07 km2.

Ranai adalah ibukota Kabupaten Natuna. Kabupaten ini terdapat 154 pulau dengan 27 pulau (17,53 persen) yang berpenghuni dan sebagian besar pulau (127 buah) tidak berpenghuni. Dua pulau terbesar di antaranya adalah Pulau Bunguran dan Pulau Serasan. Pulau-pulau yang ada dapat dikelompokkan dalam 2 gugusan,

yaitu (1) gugusan Pulau Natuna yang terdiri atas pulau-pulau di Bunguran, Sedanau, Midai, Pulau Laut, dan Pulau Tiga, (2) gugusan Pulau Serasan terdiri atas pulau-pulau di Serasan, Subi Besar dan Subi Kecil.

Kabupaten Natuna dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 dari hasil pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau yang terdiri atas 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Barat, Jemaja, Siantan, Midai, dan Serasan serta satu Kecamatan Pembantu Tebang Ladan.

Seiring dengan kewenangan otonomi daerah, Kabupaten Natuna melakukan pemekaran daerah kecamatan yang hingga tahun 2004 menjadi 10 kecamatan dengan penambahan Kecamatan Palmatak, Subi, Bunguran Utara, dan Pulau Laut dengan jumlah kelurahan/desa sebanyak 53.

Hingga tahun 2007 Kabupaten Natuna telah memiliki 16 kecamatan. Penambahan

Page 8: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

118

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020: 111–130

enam kecamatan pemekaran baru, yakni Kecamatan Pulau Tiga, Bunguran Timur Laut, Bunguran Tengah, Siantan Selatan, Siantan Timur, dan Jemaja Timur dengan total jumlah kelurahan/desa sebanyak 75.

Tahun 2008 Kabupaten Natuna melakukan pemekaran dengan dibentuk

Kabupaten Kepulauan Anambas sehingga menjadi dua belas kecamatan. Tahun 2015 dilakukan pemekaran menjadi tujuh puluh desa dengan enam kelurahan. Selanjutnya, akan ada penambahan tiga Kecamatan pemekaran sehingga keseluruhan jumlah menjadi enam belas kecamatan (https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Natuna).

Peta 2. Peta Kabupaten Natuna diakses dari laman Pemprov. Kepulauan Riau dan laman Pemerintah Kabupaten Natuna.

Peta 3 Peta Kabupaten Kabupaten Natuna (diunduh dari laman Kabupaten Natuna).

Page 9: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Rahmat M.: Toponimi Maritim Kabupaten Natuna ...

119

Peta 4 Peta Kabupaten Natuna (diunduh dari laman Pemkab. Natuna)

Peta 5 Peta Kabupaten Natuna (diunduh dari Laman Kabupaten Natuna dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau).

Pulau Natuna memiliki wilayah pantai yang elok dan menawan. Pantai-pantai tersebut adalah Pantai Tanjung, Pantai Sebakul, Pantai Selahang, Pantai Setengar, dan sebagainya. Pantai-pantai di Natuna memiliki nama berdasarkan penamaan masyarakat setempat yang mengacu pada referen cara pandang masyarakat dalam mengingat

dan mengenang suatu daerah dengan acuan geografis. Pulau Natuna merupakan pulau yang dijadikan ibukota kabupaten. Ibukota Kabupaten Natuna bertempat di Ranai. Natuna memiliki kekayaan berupa barang tambang, seperti pasir kuarsa, gas alam, dan minyak bumi. Masyarakat Natuna menyebut nama Pulau Natuna Besar dan

Page 10: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

120

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020: 111–130

pulau-pulau kecil di wilayah ini disebut dengan Bunguran.

Berdasarkan legenda rakyat Natuna, sebagai ingatan kolektif masyarakat Natuna, orang yang pertama menghuni Pulau Natuna Besar ialah Demang Megat. Disebutkan menurut cerita rakyat setempat, dahulu kala ada seorang anak yang terbawa arus dan hanyut dengan berpegangan sebatang kayu. Berdasarkan legenda yang masih dipelihara masyarakat Natuna, anak itu berasal dari Siam (Thailand). Menurut cerita rakyat tersebut, pulau itu belum memiliki nama. Hempasan ombak laut yang besar akhirnya menghanyutkan kayu dan anak itu hingga mendamparkannya di sebuah pulau. Berdasarkan cerita, kekuatan yang tidak diketahui asalnya, secara tiba-tiba anak itu membesar dan berbulu. Anak itulah yang disebut Demang Megat di kemudian hari.

Berdasarkan penuturan warga Natuna yang bernama Wan Tarhusin mengisahkan bahwa penghuni pertama Pulau Natuna Besar adalah Demang Megat. Demang Megat adalah seorang yang memiliki kekuatan dan kesaktian luar biasa. Demang Megat bertemu dan menikah dengan Engku Fatimah seorang putri Kerajaan Johor. Pertemuan di antara keduanya terjadi kala Engku Fatimah sedang melakukan pelayaran menuju gugusan Kepulauan Natuna dan berlabuh di pantai Pulau Natuna Besar. Mereka berdua bertemu di sebuah pohon besar bernama Pohon Bungur. Pertemuan itulah yang menyebabkan mereka berdua saling terpikat dan kemudian menikah dan selanjutnya mereka tinggal di pulau itu. Berasal dari nama pohon tempat Demang Megat dan Engku Fatimah bertemu tersebut, tanah atau pulau itu akhirnya dinamai Bunguran. Pernikahan ini berjalan langgeng dan berkah bagi Engku Fatimah. Menurut penuturan warga Pulau Natuna, Engku Fatimah sudah menikah 40 kali, namun tidak berapa lama pernikahan, suaminya selalu meninggal. Hanya pernikahan dengan Demang Megat tersebut, perkawinan Engku Fatimah langgeng dan bahagia. Hingga pada suatu waktu Raja Kerajaan Johor memberikan gelar Datuk Kaya kepada Demang Megat. Pemberian gelar ini yang pertama kali dan gelar itu merupakan gelar tertinggi.

Natuna memiliki keberagaman, potensi alam yang melimpah, latar belakang warga yang

tinggal, dan juga mempunyai sejarah, legenda, serta latar belakang penamaan geografis. Pertemuan berbagai suku bangsa di Natuna menjadikan Natuna berpenduduk heterogen dan kaya dengan berbagai keberagaman kultur sosial masyarakat yang mendiaminya.

Ranai adalah ibukota Kabupaten Natuna. Kota Ranai sering diartikan dengan kata ‘rantau nan indah’ atau ‘rantau bertuah’. Penamaan ini dipakai karena pulau ini mempunyai panorama alam yang sangat indah. Oleh sebab itu, kata ranai menjadi nama tempat dan sekaligus ibukota Kabupaten Natuna.

Pantai Batu Kasah atau biasa disebut Pantai Cemaga merupakan pantai yang yang memiliki cerita yang berhubungan dengan batu kasah. Batu kasah dapat diartikan ‘batu untuk mengasah benda tajam’. Batu Kasah merupakan batu besar yang berada di pesisir pantai. Perkiraan makna yang mendekati kebiasaan manusia untuk menajamkan benda untuk keperluan memotong atau membelah kayu atau sejenisnya guna memenuhi kebutuhan sehari-hari di lingkungannya.

Berkaitan dengan kata Natuna secara asal kata diambil dari bahasa Belanda, yaitu Natunae yang artinya ‘alami’. Pulau Natuna bermakna pulau yang alami jika dilihat keindahan panorama alamnya, seperti gugusan pulau-pulau besar dan kecil yang keindahannya yang dibentuk oleh alam (sumber: natuna.org).

Pengertian lain terkait nama Natuna berasal dari bahasa Mandarin Nan Toa, Nan artinya ‘pulau’ dan Toa berarti ‘besar’. Kata Nan Toa diketahui berasal dari buku seorang pendeta dari Cina yang bernama I Tsing pada tahun 671 M. Saat singgah di Kerajaan Sriwijaya, ia memberitakan tentang perjalanannya ke Sriwijaya dalam bukunya yang berjudul Ta,t ang Yu Ku Fa Kao Seng Chouan dan Nan Hai Ki Ko Usi Ne Chouan. Buku tersebut mengisahkan perjalanan laut I Tsing di Laut Cina Selatan telah singgah di gugusan pulau-pulau, ada yang besar dan ada yang kecil. ‘Pulau Besar’ dalam bahasanya disebut Nan Toa. Berdasarkan perkembangan zaman, kata Nan Toa pun berubah menjadi Natuna karena pelafalan bahasa dialek Melayu yang semakin hari semakin berkembang di masyarakat (sumber: pariwisata.natunakab.go.id).

Persepsi lain terkait kata Natuna juga

Page 11: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Rahmat M.: Toponimi Maritim Kabupaten Natuna ...

121

berasal dari kata Na dan Tuna. Kata Na berasal dari bahasa Jepang yang merupakan kata penghubung dan Tuna ialah ‘ikan tuna’. Perlu diketahui, pada zaman dahulu ketika nama Natuna merupakan salah satu pelabuhan transit bagi para pedagang, baik dari Cina maupun dari Jepang. Pada saat itu, Natuna seperti Singapura pada zaman sekarang. Silakan juga baca Natuna Dahulu Kala Bak Singapura.

Selain itu, penamaan Natuna berkaitan dengan ikan tuna karena banyaknya ikan tuna di perairan pulau ini, baik yang berukuran raksasa maupun babyfish/anak ikan tuna. Selain itu, kebiasaan masyarakat Natuna yang menyajikan hidangan makanan di rumah yang tidak lepas dari menu olahan ikan tuna. Olahan itu dapat digoreng, digulai, paoh/rebus dengan asam kandis atau kunyit, ikan salai, ikan bakar, dan masih banyak lagi. Itu adalah salah satu faktor mengapa nama Natuna dimaknai berkaitan dengan ikan tuna (https://mynameszawir.blogspot.co.id/2014/10/arti-nama-natuna-dalam-berbagai-versi.html).

Penamaan Pulau Senua berasal dari kejadian yang berasal dari cerita rakyat. Sarimah memiliki watak sombong dan kikir serta sedang mengandung. Menurut kisahnya dalam cerita rakyat Natuna adalah sebagai berikut. Tubuh Sarimah timbul dan tenggelam, badannya berat karena sedang mengandung dan ditambah banyaknya perhiasan yang ia pakai, akhirnya mereka sampai ke pulau Bunguran Timur. Saat Sarimah yang sombong dan kikir menginjakkan kaki di pulau itu, tiba-tiba guntur menggelegar. Tampaknya, tanah Bunguran tidak mau menerima kedatangan perempuan itu. Secara tiba-tiba saja tubuh Sarimah yang dalam keadaan mengandung berubah seketika menjadi sebongkah batu besar. Lama-kelamaan batu tersebut berubah membesar hingga membentuk sebuah pulau. Pulau tersebut berbentuk seperti sosok perempuan hamil yang sedang berbaring, yaitu merupakan sosok dari Sarimah yang kini telah berubah menjadi pulau.

Masyarakat sekitar menamai pulau tersebut dengan Pulau Senua. Menurut bahasa masyarakat setempat, senua artinya ‘berbadan dua’ atau ‘mengandung’. Semua perhiasan emas dan perak yang meliliti tubuh Sarimah juga

berubah menjadi burung walet. Pulau Senua terletak di ujung Tanjung Senubing atau berada tepat di depan pesisir pantai Desa Sepempang, Bunguran Timur. Hingga sekarang, Natuna terkenal dengan berlimpahnya sarang walet untuk diperdagangkan hingga ke luar Kepulauan Riau.

Kata terkait toponim maritim lainnya adalah sungai. Pengertian sungai menurut KBBI IV adalah 1. ‘aliran air yg besar’ (biasanya buatan alam); ‘kali’: kali sungai atau kali itu dapat dilayari sampai ke pedalaman; ‘sungai atau kali bawah tanah aliran air yang mengalir melalui ruang-antara yang sangat besar, seperti gua yang bersambungan’; ‘sungai permukaan yang menghilang ke bawah tanah, seperti melalui lubang terlangah dan yang memasuki aliran bawah tanah’; ‘sungai malar Hid sungai yang mengalir terus-menerus sepanjang tahun’; ‘sungai menahun sungai malar’; ‘sungai merugi Hid sungai yg menyumbangkan air ke air tanah melalui peresapan’; ke sungai bermakna ‘menuju sungai’; 2 cak ‘buang air besar’ (biasanya di sungai); ke sungai bermakna ‘sembari atau sambil mandi’, peribahasa sekali bekerja dua tiga pekerjaan terselesaikan.

Sungai Ulu merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Penamaan nama desa yang berkaitan dengan sungai di Kabupaten Natuna umumnya menggunakan kata air. Contohnya nama desa di Kelurahan Bunguran Tengah adalah Desa Air Lengit. Arti air lengit diperkirakan ‘air yang agak berbau dan warna berciri tertentu’. Penamaan ini tentu untuk mengingat suatu kejadian yang dianggap luar biasa bagi masyarakat setempat. Sungai yang ada di Kecamatan Pulau Laut adalah Sungai Numuk, Sungai Purun, Sungai Air Papan, Sungai Capa, Sungai Air Mali, Sungai Air Tuapi, Sungai Air Hitam, Sungai Arung Batang (https://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Ulu,_Bunguran_Timur,_Natuna.)

Beberapa pengertian selat (strait) di antaranya adalah 1) ‘Suatu ruang sempit atau lorong yang menghubungkan dua badan air’ (Merriam Webster Dict.), 2) ‘Laut yang sempit di antara dua pulau’ (Kamus Geologi Kelautan), 3) Secara geografis, selat merupakan sebuah jalan lintasan atau sebuah gang yang sempit yang terletak di antara dua daratan atau pulau atau kumpulan pulau yang menghubungkan

Page 12: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

122

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020: 111–130

dua daerah laut yang lebih luas (TALOS), dan 4) Laut yang sempit di antara pulau-pulau (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dari beberapa pengertian tersebut, selat dapat didefinisikan sebagai ‘laut yang sempit yang memisahkan dua pulau dan menghubungkan dua daerah laut yang lebih lebar’. Selat Lampa merupakan selat yang terdapat di antara Pulau Bunguran, Pulau Midai, dan Pulau Serasan.

Samudra adalah salah satu bagian dari peraian bumi yang sangat luas yang biasanya memiliki susunan angin dan arus yang tetap. Di dunia terdapat tiga samudra yang besar, yakni (1) Samudra Pasifik dengan luas 100 juta km2 atau 5,5 kali luas Afrika; (2) Samudra Atlantik termasuk Laut Afrika atau Laut Es Utara, luasnya 95 juta km 3(tiga) kali luas Afrika; (3) Samudra Hindia yang luasnya 73 juta km2 atau 2,5 kali luas Afrika. Kabupaten Natuna secara geografis tidak terhubung langsung dengan samudra. Kabupaten Natuna secara maritim terhubung dengan Laut Cina Selatan. Laut Cina Selatan terhubung langsung dengan Samudra Pasifik. Laut Cina Selatan merupakan laut yang mengelilingi Kabupaten Natuna terhubung langsung Samudra Pasifik.

Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau-pulau. Bagian–bagian dari laut, antara lain, laut tepi, laut pertengahan, dan laut pedalaman. Laut tepi jika terletak di pinggir benua atau kontinen dan seolah-olah terpisah dari samudra luas oleh deretan pulau-pulau atau jazirah. Contah laut tepi adalah (1) Laut Bering dipisahkan oleh Kepulauan Jepang; (2) Laut Ochotsk dipisahkan oleh Kepulauan Indonesia dan Filipina; (3) Laut Jepang dipisahkan oleh Kepulauan Jepang; (4) Laut Cina Selatan dipisahkan oleh Kepulauan Indonesia dan Filipina; (5) Laut Andaman dipisahkan oleh Kepulauan Andaman dan Nicoba; (6) Laut Utara dipisahkan oleh Kepulauan Inggris. Hubungan dengan Kabupaten Natuna dengan laut terhubung langsung dengan Laut Cina Selatan.

Kata laut umumnya dipakai untuk menyebutkan kawasan perairan dangkal di tepi benua, seperti Laut Utara, Laut Cina Selatan, dan Laut Arafura; massa air yang terkurung dan memiliki hubungan yang terbatas dengan samudra, seperti Laut Tengah dan Laut Baltik;

atau kawasan laut yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu, seperti Laut Merah, Laut Hitam, Laut Karibia, dan Laut Banda. Di samping itu, kata laut kadang-kadang dipakai untuk menyebutkan nama danau, seperti Laut Kaspi. Teluk (bay, gulf) adalah tubuh air yang relatif kecil yang tiga sisinya dibatasi oleh daratan. Berkaitan dengan laut tersebut, Kabupaten Natuna dikelilingi Laut Cina Selatan.

Definisi kelautan sangat luas termasuk mencakup istilah kemaritiman. Istilah kemaritiman dipakai karena istilah ini lebih luas dan bersifat publik daripada sekadar menggunakan istilah kemaritiman sehingga pengertian kelautan adalah hal-hal yang berhubungan dengan laut. Laut dan kelautan dalam kamus tersebut tidak menunjuk kepada Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS). Secara terminologi, pengertian kelautan mencakup aspek yang sangat luas, yaitu termasuk ruang/wilayah udara di atas permukaan air laut, pelagik (dari permukaan sampai 200 meter kolom air) mesopelagik (pelagik sampai kedalaman 500 meter, abisal (kedalaman 500—700 meter) hingga mencapai dasar laut (under the sea) yang dikenal sebagai landas kontinen.

Definisi kata tanjung dalam bahasa Indonesia adalah ‘tanah (ujung) atau pegunungan yg menganjur ke laut (ke danau)’. Kata tanjung dalam pengertian ini merupakan kata berkelas kata benda atau berkelas nomina. Kata tanjung berkelas nomina ini dapat menjadi kata yang berkelas verba/kata kerja setelah mendapat penambahan afiks me-+tanjung sehingga menjadi menanjung yang bermakna ‘kelihatan sebagai tanjung; menganjur ke laut seperti tanjung’; dan pengertian yang lain adalah ‘berlayar sepanjang atau menyusur tanjung’. Kata tanjung ini pun memiliki makna ‘pohon yang bunganya berwarna putih kekuning-kuningan dan berbau harum, biasa dipakai untuk hiasan sanggul dengan sebutan latin adalah mimusops elengi’. Pengertian kata tanjung lainnya merupakan ‘tumbuhan paku yang tumbuh di rawa-rawa’ yang disebut dalam bahasa latin diplazium esculentum. Pengertian kata tanjung yang terakhir bermakna ‘bintang perak atau emas tanda pangkat’. Sementara itu, tanjung yang dijadikan nama desa terdapat di Desa Tanjung Kecamatan Bunguran Timur Laut, Desa Tanjung Pala di Kecamatan Pulau Laut, Desa Tanjung

Page 13: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Rahmat M.: Toponimi Maritim Kabupaten Natuna ...

123

Batang di Kecamatan Pulau Tiga, Desa Tanjung Kumbik Utara di Kecamatan Pulau Tiga, Desa Tanjung Balau dan Desa Tanjung Setelung di Kecamatan Serasan, Tanjung Pala Kecamatan Pulau Laut Natuna (http://artikata.com/arti-353294-Tanjung.html).

Berikut nama gunung yang berada dalam wilayah Kabupaten Natuna.a. Gunung Bedung di Kecamatan Bunguran

Timur Laut;b. Gunung Segeram di Kecamatan Bunguran

Timur Laut;c. Gunung Ceruk di Kecamatan Bunguran

Timur Laut;d. Gunung Bukit Kapur di Kecamatan

Bunguran Timur Laut;e. Gunung Ranai (959 m) di Kecamatan

Bunguran Timur Laut;f. Gunung Punjang (443 m) di Kecamatan

Serasan;g. Gunung Pelawan Condong (405 m) di

Kecamatan Serasan; danh. Gunung Kute (232 m) di Kecamatan

Serasan. ( h t t p s : / / n c a n d r a . w o r d p r e s s .

c o m / 2 0 1 5 / 1 2 / 0 9 / m e n g e n a l -kepulauan-natuna/).Keterkaitan toponim maritim lainnya adalah

muara sungai. Muara adalah wilayah badan air tempat masuknya satu atau lebih sungai ke laut, samudra, danau, bendungan, atau bahkan sungai lain yang lebih besar. Di wilayah pesisir, muara sungai sangat terpengaruh oleh kondisi air daratan, seperti aliran air tawar, dan sedimen, serta air lautan seperti pasang-surut, gelombang, dan masuknya air asin ke darat. Bergantung pada lokasi dan kondisi lingkungannya, muara dapat mengandung banyak relung ekologis dalam area kecil, dan begitu juga terkait dengan tingginya keanekaragaman hayati. Muara sungai besar dapat membentuk estuaria dan juga delta. Sebagai ekosistem, banyak muara-muara sungai yang lingkungannya terancam oleh aktivitas manusia, seperti polusi dan penangkapan ikan secara berlebihan. Karena cocok sebagai tempat permukiman, lingkungan muara sungai populer sebagai tempat tinggal manusia. Dari 32 kota terbesar di dunia, 22 di antaranya terletak di muara. Penamaan muara sungai di Kabupaten Natuna adalah Kampung Hilir di Kecamatan

Serasan, Air Kumpai, Suak Midai di Natuna, Air Lengit, Bunguran Tengah, Natuna, Air Nusa, Serasan Timur, Natuna, Air Payang, Pulau Laut, Natuna, Air Putih, Midai, Natuna, dan Air Ringau, Serasan Timur, Natuna Kabupaten Natuna.

Kota-kota di Indonesia yang terletak di muara ini banyak yang menggunakan kata muara, kuala, atau juga istilah dalam bahasa daerah, seperti Nanga (Kalimantan Barat), Tumbang (Kalimantan Tengah), dan L (Kalimantan Timur). Beberapa contohnya, yaitua. Muara Angke, berlokasi di Muara Kali

Angke ke Teluk Jakarta, DKI Jakarta;b. Muara Bungo, di Muara Batang Bungo ke

Batang Hari, Jambi;c. Muara Enim, di pertemuan Sungai Enim

dengan Sungai Lematang, Sumatera Selatan;

d. Muara Tebo, di Muara Batang Tebo ke Batang Hari, Jambi;

e. Muara Teweh, di Muara Sungai Teweh ke Sungai Barito, Kalimantan Tengah;

f. Kuala Kapuas (dulu Tumbang Kapuas) pertemuan Sungai Kapuas dengan Sungai Kapuas Murung, Kalimantan Tengah;

g. Kuala Kurun, di Muara Sungai Kurun ke Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah;

h. Kuala Pembuang, di Muara Sungai Seruyan ke Laut Jawa, Kalimantan Tengah;

i. Nanga Bulik, di Muara Sungai Bulik ke Sungai Lamandau, Kalimantan Tengah;

j. Nanga Pinoh, di Muara Sungai Pinoh ke Sungai Melawi, Kalimantan Barat; dan

k. Tumbang Titi, di tepi Sungai Pesaguan, Kalimantan Barat. (https://id.wikipedia.org/wiki/Muara) Selanjutnya, toponim maritim terkait kajian

ini adalah danau. Istilah danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau karena adanya mata air. Biasanya, danau dapat dipakai sebagai sarana rekreasi dan olahraga.

Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air, dapat tawar atau asin yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan. Kebanyakan danau adalah air tawar dan juga banyak berada di belahan bumi

Page 14: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

124

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020: 111–130

utara pada ketinggian yang lebih atas.Danau periglasial adalah danau yang

di salah satunya terbentuk lapisan es dan ice cap atau gletser. Es ini menutupi aliran air keluar danau. Istilah danau juga digunakan untuk menggambarkan fenomena seperti Danau Eyre. Danau ini kering di banyak waktu dan hanya terisi pada saat musim hujan. Banyak danau adalah buatan dan sengaja dibangun untuk penyediaan tenaga listrik-hidro dan rekreasi (berenang, selancar angin, dan sebagainya).

Definisi danau dalam bahasa Indonesia adalah ‘genangan air yg amat luas, dikelilingi daratan’; ‘telaga’; ‘tasik’. Kata danau dalam pengertian ini berkelas kata benda atau nomina. Sementara itu, kata ini akan menjadi kelas verba jika mendapat afiks me- yang ditambahkan pada kata dasar danau sehingga menjadi mendanau yang bermakna ‘berbuat kurang senonoh’ (dengan perempuan induk semang dan sebagainya). Desa Sedanau merupakan desa yang menggunakan kata danau diberi afiks se- sehinga menjadi kata sedanau yang berarti ‘air yang berada di alam menyerupai danau’. Kata ini akhirnya menjadi nama desa dan sekaligus nama pulau di Kabupaten Natuna.

Pantai ialah bagian dari permukaan bumi yang terdekat dengan perairan laut dan dipengaruhi oleh kondisi cuaca dari laut. Pantai mempunyai dua bentuk utama, yaitu pantai curam dan pantai landai. Pantai curam terdapat di daerah pegunungan yang berbatasan langsung dengan laut, baik yang sejajar maupun yang memotong garis pantai. Bentuk permukaan pantai tidak selalu tetap, tetapi senantiasa mengalami perubahan yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.1. Gelombang, arus, dan pasang surut

merupakan tenaga pengikis, pengangkut, dan pengendapan material di pantai.

2. Perubahan ketinggian relatif permukaan laut karena pembekuan atau pencairan es dan penaikan atau penurunan bagian litosfer.

3. Pengaruh kegiatan manusia, seperti pembuatan pelabuhan, pengeringan rawa-rawa, dan pengerukan muara sungai.Pantai Tanjung atau disebut Pantai Teluk

Selahang di Pulau Bunguran, Pantai Sebakul,

Pantai Selahang, Pantai Semitan di Desa Pengadah, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna. Perjalanan dari Kota Ranai memerlukan 1 jam dengan kendaraan bermotor. Pantai Setengar, Pantai Migit memerlukan waktu 10 menit dengan berjalan kaki dari Pantai Semitan, Pantai Batu Kasah atau Pantai Cemaga, Pulau Tiga, Pantai Sengiap. Pantai Tanjung Datuk, Pantai ini berada di Desa Teluk Buton Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna. Jarak Pantai Tanjung Datuk 50 km dari Kota Ranai atau memerlukan waktu sekitar 2 jam dengan kendaraan bermotor dari Kota Ranai.

Pantai Pengadah berada di Desa Pengadah, Kecamatan Bunguran Timur Laut. Jarak dari Kota Ranai 30 km. Dekat Pantai Pengadah adalah Pantai Pulau Kambing dan Pantai Sahi yang berada di Desa Kelanga, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna. Jarak dari kota Ranai 40 km. Pulau Sahi merupakan pulau kecil dan pulau karang yang terjal serta cukup tinggi dengan jarak 100 meter dari bibir pantai.

Kemudian, terdapat Pulau Kambing atau Pulau Sengiap. Pulau ini berjarak 30 km dari kota Ranai, dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 30 menit. Letak Pulau Kambing berhadapan langsung denga Laut Cina Selatan yang membentang biru.

Pulau Sekatung merupakan pulau terluar di bagian utara Indonesia, tepatnya di Kabupaten Natuna. Pulau Sekatung termasuk gugusan Pulau Natuna selain Pulau Sedanau, Bunguran, dan Midai. Pulau Sekatung berada di utara Pulau Laut dan dipisahkan oleh Selat Setakong dengan lebar 40 meter. Pulau Sekatung termasuk pulau terluar yang merupakan beranda terdepan NKRI di bagian utara yang berbatasan langsung dengan Vetnam, Thailand, dan Malaysia. Luas daratan Pulau Setakung hanya 1,65 km persegi (http://halamankepri.blogspot.co.id/2016/11/pulau-serasan-potensi-alami-eksotis-di-natuna-kepulauan-riau-indonesia-kepri.html).

Definisi teluk dalam bahasa Indonesia adalah ‘bagian laut yg menjorok ke darat’; 2 ‘keluk’ (di pantai). Adapun kata majemuk teluk belangamerupakan ‘nama baju orang Melayu’; teluk rantau: 1 ‘teluk dan rantau’; 2 ‘kiasan daerah sekeliling’: jadi teluk rantau ulakan air berarti ‘berputar-putar di situ-situ juga’ (tertentu perundingan, perdebatan, dan sebagainya). Sementara itu, pengertian teluk yang kedua

Page 15: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Rahmat M.: Toponimi Maritim Kabupaten Natuna ...

125

adalah ber·te·luk v ‘berlutut’; ‘bertelut’. Pengertian kata berteluk ini merupakan kata lama yang dikategorikan ke dalam kata arkais yang berkelas kata kerja dan sudah jarang digunakan dalam komunikasi masyarakat Melayu saat ini.

Pengertian kata terkait toponim maritim lainnya adalah rawa. Rawa merupakan tanah yang rendah (umumnya daerah pantai) dan digenangi air, biasanya banyak terdapat tumbuhan air. Sementara itu, kata berawa termasuk kata kerja yang bermakna ‘mempunyai rawa’; ‘terdiri atas rawa’; berawa-rawa termasuk kata kerja yang bermakna ‘banyak rawa’.

Definisi muara adalah ‘tempat berakhirnya aliran sungau di laut, danau, atau sungai lain’; ‘sungai yang dekat dengan laut’; misalnya jika disebutkan pada kata hidup dua muara merupakan peribahasa yang bermakna ‘hidup dengan dua mata pencaharian’. Sementara itu, kata bermuara berkelas verba yang bermakna ‘berakhir’ (tertentu aliran sungai) seperti pada kalimat Kali Cimanuk bermuara di Laut Jawa. Berdasarkan pengertian tersebut, muara sungai yang berada Kabupaten Natuna berkaitan dengan penamaan desa atau kampung yang berada di lokasi desa setempat, seperti Muara Bunguran, Muara Senua, dan Muara Serasan.

Pengertian delta adalah ‘tanah endapan berbentuk segitiga di muara sungai’. Kata ini berkelas kata nomina dan digunakan dalam ranah ilmu geologi. Kata delta juga sebutan atau nama huruf ke-4 abjad Yunani.

Kata yang berhubungan dengan toponim maritim tidak lepas juga istilah maritim. Maritim adalah (adjektiva) 1. ‘berkenaan dengan laut’; ‘berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut’. Sementara itu, kata kemaritiman (kata benda) merupakan ‘hal-hal yang menyangkut masalah maritim’: ‘sifat maritim kepulauan Indonesia’. Berkaitan dengan Kabupaten Natuna yang memiliki sebagian besar wilayahnya berupa laut, Kabupaten Natuna termasuk wilayah maritim dalam persepsi kewilayahan geografis.

Kata yang berhubungan dengan toponim maritim lainnya adalah kata bahari bermakna ‘mengenai laut’; atau ‘bahari’. Kata ini termasuk kata arkais. Pengertian kata bahari yang lain adalah bahari (adjektiva) yang bermakna 1. ‘dahulu kala’; ‘kuno’: adat yang bahari’; zaman bahari; 2. ‘bertuah’: keris bahari Arti kata

bahari lainnya adalah ‘indah’; ‘elok sekali’: duduk menyembah Sitti Bahari. Kata kebaharian (nomina) yang bermakna ‘segala sesuatu yang berhubungan dengan laut’; ‘kelautan’. Terkait Kabupaten Natuna, kata bahari ini dapat dikatakan sebagai wilayah bahari karena wilayah laut Kabupaten Natuna sebagian besar laut yang di dalamnya pulau-pulau yang berjumlah ratusan pulau.

Serasan merupakan salah satu pulau terbesar ke dua setelah Pulau Bunguran di wilayah Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (KEPRI). Selain itu, pulau ini juga merupakan pulau terjauh dari ibukota Kepulauan Riau. Jarak Natuna ke Tanjungpinang membutuhkan waktu 3 hari dengan kapal. Pulau Serasan lebih mudah dicapai melalui Kalimantan Barat (Sambas) dan Sematan, Malaysia Timur (Borneo). Pulau Serasan memiliki luas daratan 146,58 km². Di pulau tersebut tidak ada area persawahan karena tanaman utama adalah cengkeh yang menjadi komoditas pertanian utama selain kelapa. Selain itu, di pulau ini terdapat kebun buah-buahan, seperti nanas, pisang pepaya, dan daun pandan. Mayoritas penduduk Pulau Serasan menggantungkan hidupnya pada hasil laut. Nelayan, sebagai profesi utama masyarakat Pulau Serasan menyumbangkan banyak sekali hasil laut yang potensial dan bernilai ekonomis. Salah satu jenis ikan laut yang tersohor dan berinilai ekonomis tinggi dari perairan sekitar pulau ini adalah ikan Napoleon.

Pulau Setanau (Desa Sabang Mawang, Kecamatan Pulau Tiga), Batu Sindu atau nama asli adalah Tanjung Senubing terletak tidak jauh dari Ranai. Batu Sindu dan atau Tanjung Senubing berada di Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna.

Pemberian nama dengan sebutan Pulau Tiga karena jika dilihat secara langsung berupa gugusan tiga pulau yang terdapat di seberang Selat Lampa, Pulau Bunguran. Perjalanan menuju Selat Lampa dari Ranai Ibukota Kabupaten Natuna memerlukan 1,5 Jam dengan menggunakan kendaraan roda empat atau mobil.

Pesisir adalah bagian dari pantai yang tergenang pada waktu air laut pasang dan kering pada waktu air laut surut. Daerah ini pada waktu kering dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan tambak (udang dan garam) oleh masyarakat sekitar. Pesisir merupakan daerah

Page 16: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

126

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020: 111–130

yang meliputi pantai dan perluasannya ke arah darat sampai batas pengaruh laut tidak ada. Dilihat dari zonasinya, pesisir ini termasuk zona litoral karena kadang daerah pesisir tergenang air ketika pasang dan kering ketika surut. Pesisir dibagi menjadi tiga, yaitu pesisir daratan, dataran aluvial, dan pulau penghalang. Pesisir daratan adalah pesisir yang mengalami proses pengangkatan yang semula berada di bawah laut menuju bekas paparan benua. Pesisir dataran aluvial adalah pesisir yang terbentuk oleh pengendapan material aluvium yang berasal dari daratan. Pesisir pulau penghalang adalah pesisir dengan perairan dangkal lepas pantai yang luas dan terpisah dari lautan oleh pulau penghalang (http://peta-kota.blogspot.co.id/2017/08/pengertian-dan-perbedaan-pantai-dan.html).

Pengertian kemaritiman yang selama ini diketahui oleh masyarakat umum adalah menunjukkan kegiatan di laut yang berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan sehingga kegiatan di laut yang menyangkut eksplorasi atau penangkapan ikan merupakan kemaritiman. Dalam arti lain, kemaritiman berarti sempit ruang lingkupnya karena berkenaan dengan pelayaran dan perdagangan laut. Sementara itu, pengertian lain dari kemaritiman yang berdasarkan terminologi adalah mencakup ruang/wilayah permukaan laut, pelagik, dan mesopelagik yang merupakan daerah subur di mana pada daerah ini terdapat kegiatan pariwisata, lalu lintas, pelayaran dan jasa-jasa kelautan (https://ard-cerdasnet.blogspot.co.id/2016/11/pengertian-kelautan-bahari-dan.html).

Sebagai bahan renungan kita bersama, beberapa tahun silam sempat gempar negeri ini dibuat panik ketika pulau terluar yang dimiliki kita direnggut oleh bangsa lain. Sipadan dan Ligitan merupakan dua pulau yang diakui oleh negara tetangga kita dan kita mengetahui bersama Pulau Sipadan dan Ligitan terlepas dari wilayah NKRI karena kita sebagai bangsa tidak dapat membuktikan secara de jure dan de facto terkait kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa waktu itu.

Selanjutnya, kita terbangun dari tidur panjang sebagai bangsa yang berdaulat tahun 2002 cara pandang perlahan diubah, publik seperti dibangunkan dari tidur panjang sebab mendapati kenyataaan banyak pulau yang wajib

mendapat perhatian ekstra dan harus segera didata. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan batas wilayah strategis milik negara yang menyangkut kedaulatan bangsa. Dari sinilah kita akan mengetahui sampai di mana batas negara dan luas wilayah negeri ini sebenarnya.

Pemerintah pun harus tanggap dengan memberi informasi secara benar terkait jumlah pulau yang dimiliki Indonesia secara akurat. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman, Indonesia memiliki kurang lebih 17.500 pulau. Sementara, data resmi yang dikeluarkan oleh United Nations atau Dewan PBB hanya mencatat sebanyak 13.466 pulau dan dari semua data itu sudah valid. Sisanya belum atau dengan kata lain masih anonim. Penetapan yang dibakukan secara internasional berpijak pada pembakuan penyeragaman setiap negara dan sekurang-kurangnya mempergunakan nama lokal. Mengingat PBB hanya mengakui daftar pulau sebuah negara jika daftar tersebut lengkap dengan nama dan posisi pulau, bukan sekadar persoalan penyebutan jumlah saja. Sesuai dengan ketetapan yang telah diatur oleh PBB, terdapat beberapa pedoman dalam penerapan kaidah toponimi

Terlebih lagi standaridisasi topinimi tidak hanya berlaku untuk wilayah daratan (terestrial) saja, tetapi juga dalam penamaan lautan dan unsur-unsur geografisnya (toponym maritime). Sebuah peta yang mengandung toponimi menjadi alat komunikasi, baik itu nasional maupun internasional untuk menentukan beragam kebijakan regulasi nantinya. Kepulauan atau pulau-pulau yang berada di wilayah geografis Indonesia harus memiliki data yang akurat dan harus diketahui data utama atau data pendukung terkait dengan pulau tersebut. Pendudukan de facto (secara nyata) terhadap pulau itu melalui proses penamaan selayaknya melibatkan masyarakat lokal di sekitar pulau yang dimaksudkan (Sumber dari Kajian Toponim demi Terciptanya Kedaulatan Bangsa (BIG, UI, Depdagri, (http://jurnalazhar.com/2017/06/kajian-toponim-demi-terciptanya.html//).

Adapun kajian toponim yang berkaitan dengan daratan Kabupaten Natuna tidak menjadi pembahasan dalam tulisan sederhana ini. Penyebabnya adalah pembahasan kajian daratan (terestrial) wilayah Kabupaten Natuna

Page 17: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Rahmat M.: Toponimi Maritim Kabupaten Natuna ...

127

belum didukung data yang akurat dari berbagai sumber. Selain itu, keterbatasan waktu dan biaya penelitian belum memungkinkan terlaksananya penelitian daratan pulau-pulau di Kabupaten Natuna, seperti terkait dengan penamaan desa, sejarah desa, letak geografis desa, dan faktor sosiokultural masyarakat di Kabupaten Natuna. Pembahasan toponim daratan pulau-pulau di Kabupaten Natuna akan dideskripsikan melalui penelitian lanjutan.

Tulisan sederhana ini merupakan kajian yang bersumber dari beberapa penulis yang mengangkat tema toponimi, Natuna sebagai wilayah geografis, kebijakan negara, dan pakar-pakar interdispliner. Penulis mengangkat tema Toponim Maritim Kabupaten Natuna sekaligus sebagai judul kajian ini karena kepedulian penulis terhadap NKRI yang harus dijaga, dilindungi, dan dipertahankan dari rongrongan, baik dari dalam maupun dari negara lain yang ingin negeri kita menjadi negeri yang lemah tanpa data, tanpa historis, tanpa daya tawar sebagai bangsa yang bermartabat dan berdaulat.

4. Penutup4.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan kajian Toponimi Maritim Kabupaten Natuna dapat diambil simpulan sebagai berikut. (1) Samudra, (2) laut (terdapat Laut Cina Selatan/China South Sea, Laut Natuna Utara, (3) gugusan pulau di Kabupaten Natuna terdiri atas gugusan Pulau Natuna, yaitu pulau-pulau di Bunguran, Sedananu, Midai, Pulau Laut, dan Pulau Tiga, serta gugusan Pulau Serasan yang terdiri atas pulau-pulau di Serasan, Subi Besar dan Subi Kecil, (4) Kabupaten Natuna berdasar Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 dari hasil pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau terdiri atas enam kecamatan, yaitu Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Barat, Jemaja, Siantan, Midai, dan Serasan dan satu kecamatan pembantu Tebang Ladan. Tahun 2004 terjadi penambahan kecamatan yakni Kecamatan Palmatak, Subi, Bunguran Utara,

dan Pulau Laut dengan 53 kelurahan/desa. Tahun 2007 terdapat 6 kecamatan pemekaran baru yakni: Kecamatan Pulau Tiga, Bunguram Timur Laut, Bunguran Tengah, Siantan Selatan, Siantan Timur, dan Jemaja Timur dengan jumlah 75 kelurahan/desa. Tahun 2008 dibentuk Kabupaten Anambas dengan jumlah 12 kecamatan. Masyarakat Natuna menyebut nama Pulau Natuna Besar dan pulau-pulau kecil di wilayah Natuna dengan Bunguran. Pantai-pantai yang terkenal adalah Pantai Tanjung, Pantai Sebakul, Pantai Selahang, Pantai Setengar, dan sebagainya. Legenda terkenal adalah penghuni pertama Pulau Natuna Besar, yaitu Demang Megat atau dikenal sebagai Datuk Kaya. Ranai sebagai ibukota Kabupaten Natuna mempunyai arti kata rantau nan indah atau rantau bertuah. Kata Natuna berasal dari kata Mandarin Nantoa, nan artinya pulau dan toa artinya besar. Dengan demikian, Natuna bermakna ‘pulau yang besar’. Natuna juga berasal dari bahasa Belanda natunae yang bermakna ‘alami’. Pulau Senua secara makna harfiah adalah ‘berbadan dua’ atau ‘mengandung’. Toponimi Maritim Kabupaten Natuna lainnya adalah selat, teluk, tanjung, sungai, muara, danau, kelautan, maritim, bahari, dan pesisir.

4.2 SaranKajian Toponimi Maritim Kabupaten

Natuna ini belum sempurna dan masih memiliki rumpang untuk ditindaklanjuti. Rumpang tersebut adalah kajian yang lebih spesifik, seperti penggalian potensi kewilayahan, geografis, penggalian kekayaan sumber daya alam untuk pengembangan dan peningkatan kesejahteraan rakyat dalam bidang ekonomi regional, sosial, dan budaya serta optimalisasi potensi maritim Kabupaten Natuna. Upaya peningkatan kemakmuran masyarakat Natuna akhirnya dapat bermuara pada kesatuan wilayah dan kesatuan bangsa sekaligus menjaga NKRI dengan penyejahteraan masyarakat perbatasan, seperti halnya masyarakat Kabupaten Natuna.

Page 18: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

128

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020: 111–130

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna. 2018. Kabupaten Natuna dalam Angka. Natuna: BPS Kabupaten Natuna.

Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP). 2003. Buku Panduan Survei Toponimi Pulau-Pulau di Indonesia. Jakarta.

Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2007. Buku Panduan Survei Toponim Teluk dan Tanjung di Indonesia. Jakarta.

Carleton C. 2005. “ABLOS Fundamentals of UNCLOS Article 76 Session 3 Territorial Sea Baseline, Maritime Zones and Maritime Boundaries”. Monaco, Power Point Presentation.

International Hydrographic Bureau. 2006. A Manual On Technical Aspects of the United Nation Convention on the Law of the Sea-1982. Special Publication No. 51 4th Edition–March 2006. Published by the International Hydrographic Bureau, Monaco.

Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.Nikijuluw, Victor PH dan Dietriech G. Gengen. 2013. Kapasitas dan Potensi Pulau Kecil sebagai

Kawasan Mandiri Pangan: Membangun Kemandirian Pangan Pulau-Pulau Kecil dan Wilayah Perbatasan (editor: Pasandaran, E., E.E. Ananto, K. Suradisastra, N.S. Saad, B. Irawan, Haryono, dan A. Hendriadi). IAARD Press. Jakarta.

Peta Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Peta diunduh dari https://www.sejarah-negara.com/2014/11/peta-negara-kesatuan-republik-indonesia.html https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Natuna (pariwisata.natunakab.go.id)

Rais J. 2003. Pedoman Penentuan Batas Wilayah Laut Kewenangan Daerah Menurut UU No. 22/99’. USAID–Indonesia Coastal Recosces Management Project.

Rais J. 2006. Arti Penting Penamaan Unsur Geografi, Definisi, Kriteria dan Peranan PBB dalam Toponimi. (Kasus nama-nama pulau di Indonesia) ITB: Bandung.

Schofield C. 2003. “Maritime Zones and Jurisdictions”. School of Surveying and Spatial Information. University of New South Wales. Power Point Presentation.

Subandono. 2013. Pengelolan Pulau-Pulau Kecil Terluar dalam Perspektif Menjaga Kedaulatan dan Kesejahteraan Masyarakat. Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil. Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sumedi dan Achmad Djauhari. (tt.). Upaya Memperkuat Kemandirian Pangan Pulau-Pulau Kecil dan Wilayah Perbatasan. (Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan).

Surat Keputusan Delegasi Republik Indonesia Nomor 9/Deprt tanggal 18 Mei 1956. Kepulauan Riau diberi status Daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai bupati sebagai kepala daerah yang mengepalai Kawedanan Tanjungpinang, Kawedanan Karimun, Kawedanan Lingga, dan Kawedanan Pulau Tujuh meliputi Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Bunguran Barat, Bunguran Timur, Serasan, dan Tambelan.

Undang-Undang No 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Natuna. (https://natunakab.go.id/sosial-budaya-di-kabupaten-natuna).

US Departement Ocean Law and Policy. 1997. Annotated Suplement to the Commander Handbook on the Law of Naval Operation. Newport, RI.

Yulius dan H.W.L Salim. 2014. “Identifikasi Selat di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan

Page 19: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Rahmat M.: Toponimi Maritim Kabupaten Natuna ...

129

Riau Berdasarkan Kaidah Toponimi”. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 9, No. 2, 2014 Hal. 1—10.

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/2017/08/02/nenek-moyangku-orang-pelaut-menengok-kejayaan-kemaritiman-indonesia-masa-lampau/.

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/2017/08/02/nenek-moyangku-orang-pelaut-menengok-kejayaan-kemaritiman-indonesia-masa-lampau/

https://mynameszawir.blogspot.co.id/2014/10/arti-nama-natuna-dalam-berbagai-versi.htmlhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Ulu,_Bunguran_Timur,_Natuna.(http://artikata.com/arti-353294-Tanjung.html)https://ncandra.wordpress.com/2015/12/09/mengenal-kepulauan-natunahttps://id.wikipedia.org/wiki/Muarahttp://halamankepri.blogspot.co.id/2016/11/pulau-serasan-potensi-alami-eksotis-di-natuna-

kepulauan-riau-indonesia-kepri.htmlhttp://peta-kota.blogspot.co.id/2017/08/pengertian-dan-perbedaan-pantai-dan.htmlhttps://ard-cerdasnet.blogspot.co.id/2016/11/pengertian-kelautan-bahari-dan.html.http://jurnalazhar.com/2017/06/kajian-toponim-demi-terciptanya.html//

Page 20: TOPONIMI MARITIM KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

130

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020: 111–130