titinvegirawati-je01012011

11
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Sampling Audit VOL. 1 NO. 1 JANUARI 2011 46 Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit Titin Vegirawati Universitas IBA Palembang Abstract To complete the audit report, auditors must gather sufficient evidence. so that auditors do not have to collect all audit evidence. Auditors can use the sample. There are two main methods that can be used in taking samples, ie non-statistical sampling and statistical sampling. Both public accountant, government auditors and internal auditors in some countries more often used nonstatistical sampling. Hesitations were set aside to use statistical sampling lies in the understanding of the method. Although not yet widely used, auditors have started a lot of training the use of statistical sampling. Because it is believed that the use of statistical sampling does not cause a lot of problems compared to nonstatistical sampling. Keywords : Audit Evidence, Statistical Sampling, Nonstatistical Sampling. PENDAHULUAN Audit merupakan proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. (Mulyadi, 2002) Dalam menyampaikan opini, auditor harus mendapatkan bukti yang cukup. Sebagaimana yang dicantumkan dalam standar audit pekerjaan lapangan yang ketiga yaitu Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Makna cukup menunjukkan tidak semua bukti audit harus dikumpulkan, melainkan dapat menggunakan sebagian bukti audit yang disebut dengan sampel. Untuk menentukan teknik pengambilan sampel, auditor dapat menggunakan sampling non statistical atau pertimbangan (nonstatistical or judgement sampling). Dalam hal ini auditor tidak menggunakan teknik statistik untuk menentukan ukuran sampel, pemilihan sampel dan atau pengukuran risiko sampling pada saat mengevaluasi hasil sampel. Selain sampling non statistical auditor dapat juga mengunakan sampling statistik (statistical sampling). Dalam metode ini auditor menggunakan hukum probabilitas untuk menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel, dengan demikian memungkinkan auditor untuk menggunakan ukuran sampel yang paling efisien dan mengkuantifikasi hasilnya, sehingga dapat mengambil kesimpulan yang lebih akurat.

Upload: mnurrezar

Post on 20-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

    Metode Sampling Audit

    VOL. 1 NO. 1JANUARI 2011

    46

    Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor YangMempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit

    Titin VegirawatiUniversitas IBA Palembang

    Abstract

    To complete the audit report, auditors must gather sufficient evidence. so that auditorsdo not have to collect all audit evidence. Auditors can use the sample. There are twomain methods that can be used in taking samples, ie non-statistical sampling andstatistical sampling. Both public accountant, government auditors and internalauditors in some countries more often used nonstatistical sampling. Hesitations wereset aside to use statistical sampling lies in the understanding of the method. Althoughnot yet widely used, auditors have started a lot of training the use of statisticalsampling. Because it is believed that the use of statistical sampling does not cause alot of problems compared to nonstatistical sampling.

    Keywords : Audit Evidence, Statistical Sampling, Nonstatistical Sampling.

    PENDAHULUAN

    Audit merupakan proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-buktisecara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untukmemastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria sertamengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. (Mulyadi, 2002)

    Dalam menyampaikan opini, auditor harus mendapatkan bukti yang cukup.Sebagaimana yang dicantumkan dalam standar audit pekerjaan lapangan yang ketiga yaituBukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakanpendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Makna cukup menunjukkan tidak semuabukti audit harus dikumpulkan, melainkan dapat menggunakan sebagian bukti audit yangdisebut dengan sampel.

    Untuk menentukan teknik pengambilan sampel, auditor dapat menggunakansampling non statistical atau pertimbangan (nonstatistical or judgement sampling). Dalamhal ini auditor tidak menggunakan teknik statistik untuk menentukan ukuran sampel,pemilihan sampel dan atau pengukuran risiko sampling pada saat mengevaluasi hasilsampel. Selain sampling non statistical auditor dapat juga mengunakan sampling statistik(statistical sampling). Dalam metode ini auditor menggunakan hukum probabilitas untukmenghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel, dengan demikianmemungkinkan auditor untuk menggunakan ukuran sampel yang paling efisien danmengkuantifikasi hasilnya, sehingga dapat mengambil kesimpulan yang lebih akurat.

  • JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

    Metode Sampling Audit

    VOL. 1 NO. 1JANUARI 2011

    47

    Pemilihan teknik sampling yang digunakan oleh auditor dipengaruhi oleh beberapafaktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang auditor menggunakan metodesampling audit antara lain keahlian menggunakan metode audit sampling, persepsiterhadap metode audit sampling dan risiko audit.

    Telaah Literature:Audit

    Setiap badan usaha baik yang bertujuan untuk memaksimalkan laba maupun nirlabamembutuhkan audit. Audit dapat dilakukan oleh Auditor eksternal juga oleh auditorinternal. Biasanya auditor eksternal melakukan audit atas laporan keuangan suatuperusahaan dengan tujuan untuk menjamin keandalan laporan keuangan perusahaantersebut. Sedangkan audit yang dilakukan oleh pihak internal selain bertujuan juga untukmenjamin keandalan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan,audit tersebut bertujuan untuk menjamin bahwa perusahaan telah melaksanakan peraturandan perundangan. Audit internal dapat juga dilakukan untuk meningkatkan efektivitas danefisiensi perusahaan. Mengingat penting audit atas asersi suatu entitas, maka audit harusdilaksanakan dengan menggunakan tahap-tahap yang terstruktur. Proses audit atas laporankeuangan dibagi dalam tahap-tahap berikut:

    1. Penerimaan perikatan Audit:Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatuikatan perjanjian. Dalam ikatan perjanjian, klien menyerahkan pekerjaan auditatas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakanpekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesional.

    2. Perencanaan Audit:Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya,langkah berikutnya yang perlu ditempuh adalah merencanakan audit. Tahap-tahapyang harus dilakukan dalam merencanakan audit adalah memahami bisnis danindustri klien, melaksanakan prosedur analitik, mempertimbangkan tingkatmaterialitas awal, mempertimbangkan risiko bawaan, mempertimbangkanberbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan denganklien berupa audit tahun pertama, mengembangkan strategi audit awal terhadapasersi signifikan, memahami pengendalian intern klien.

    3. Pelaksanaan Pengujian Audit:Tahap pelaksanaan pengujian disebut juga dengan pekerjaan lapangan. Tujuanutama pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah untuk memperoleh bukti audittentang efektivitas pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuanganklien.

    4. Pelaporan Audit:Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah pelaporan audit.Pelaksanaan tahap ini harus mengacu ke standar pelaporan. Ada dua langkahpenting yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini: (1)menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menariksimpulan, (2) menerbitkan laporan audit.

  • JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

    Metode Sampling Audit

    VOL. 1 NO. 1JANUARI 2011

    48

    Bukti AuditUntuk menyajikan laporan audit atau memberikan opini atas laporan keuangan suatu

    perusahaan, auditor membutuhkan bukti-bukti audit. Menurut Mulyadi ( 2002:74)BuktiAudit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yangdisajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yanglayak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuanganterdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yangtersedia bagi auditor. Tipe bukti audit dapat dikelompokkan dalam dua golongan yaitudata akuntansi dan informasi penguat. Data akuntansi terdiri dari pengendalian intern dancatatan akuntansi. Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaandapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kesalahan yangtimbul akan segera dan secara otomatis dapat diketahui dengan adanya pengecekan silang(cross check) dan cara-cara pembuktian (proof) yang dibentuk di dalamnya. Jika auditoryakin bahwa perusahaan telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannyadalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti audit yang kuat bagi auditormengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Sedangkancatatan akuntansi terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu serta buku pedomanakuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja(worksheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi secarakeseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi sajatidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup suatu laporan keuangan tanpadilandasi oleh kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang mendukung laporankeuangan, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin. Auditor mengujidata akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan jalan (1) menganalisis danmereview, (2) menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam prosesakuntansi dan dalam proses pembuatan lembaran kerja dan alokasi yang bersangkutan, (3)menghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah-jumlah yang berhubungan denganpenerapan informasi yang sama. Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti buktifisik, bukti dokumenter, bukti perhitungan, bukti lisan, perbandingan dan rasio dan buktidari spesialis. Informasi penguat diperoleh melalui permintaan keterangan, pengamatan,inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersediabagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yangkuat.

    Populasi dan sampelSebelum melakukan pengujian, baik pengujian pengendalian maupun pengujian

    substantif, auditor harus mengumpulkan bukti. Bukti yang dapat digunakan sebagaipendukung laporan audit adalah seluruh data akuntansi dan informasi penguat yangdigunakan oleh perusahaan dalam menyusun laporan keuangan. Seluruh bukti inimerupakan populasi bukti audit. Menurut Copper dan Schindler ( 2006:112) Populasimerupakan kumpulan seluruh obyek yang ingin kita ketahui besaran karakteristiknya.Pengujian dengan menggunakan seluruh anggota populasi dapat menghasilkan hasil yangakurat, karena dikumpulkan dari semua bukti. Tetapi penggunaan populasi memakanwaktu yang lama dan membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk menghemat waktu sekaligusmenghemat biaya, dan mendapatkan informasi yang dapat digeneralisir dengan datapopulasi, auditor dapat menggunakan sampel. Menurut Copper dan Schindler ( 2006:112)sampel adalah sebagian obyek populasi yang mewakili karakteristik populasinya, dan

  • JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

    Metode Sampling Audit

    VOL. 1 NO. 1JANUARI 2011

    49

    kemudian diteliti. Hasil penelitian atas sampel kemudian digeneralisasi bagi keseluruhanpopulasi. Dengan demikian sampel yang digunakan harus representatif (bersifat mewakilipopulasi).

    Alasan Menggunakan SampelAda beberapa alasan yang mendorong pengambilan sampel. Alasan pertama

    menggunakan sampel adalah biaya yang lebih rendah daripada menggunakan populasi,alasan lain adalah akurasi hasil yang lebih besar. Karena jumlah bukti yang lebih sedikit,maka kecepatan pengumpulan data lebih tinggi, dan tersedinya elemen populasi. MenurutGaffort dan Charmichael (1984) baik nonstatistical sampling maupun statistical samplingmempunyai dasar karakteristik sebagai berikut:

    1. Penggunaan sampel dapat menekan biaya2. Dapat dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan audit, apakah suatu akun

    secara material disajikan terlalu tinggi atau tidak ada kesalahan yang terdeteksi.3. Dapat menghindarkan masalah yang kompleks dan inefisiensi seperti dalam

    menentukan deviasi standar atas populasiDisamping ciri dasar di atas, ada kelemahan-kelemahan dalam menggunakan sampel

    yang harus dipertimbangkan auditor. Jika sampling digunakan, terdapat suatu unsurketidakpastian dalam kesimpulan audit. Unsur ketidakpastian ini disebut risiko sampling(sampling risk). Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006:369) Risiko sampling adalahkemungkinan bahwa sample yang telah diambil tidak mewakili populasi, sehingga sebagaiakibatnya atas dasar sampel tersebut auditor menarik kesimpulan yang salah atas saldoakun atau kelompok transaksi.

    Sampling AuditMenurut PSA No. 26 Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap

    kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengantujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam audit sampling yaitu non statisticaldan statistik. Pada non statistical, auditor tidak menggunakan teknik menggunakan teknikstatistik untuk menentukan ukuran sampel, pemilihan sampel dan atau pengukuran risikosampling pada saat mengevaluasi hasil sampel. Sedangkan sampling statistik (statisticalsampling) menggunakan hukum probabilitas untuk menghitung ukuran sampel danmengevaluasi hasil sampel, dengan demikian memungkinkan auditor untuk menggunakanukuran sampel yang paling efisien dan mengkuantifikasi risiko sampling untuk tujuanmencapai kesimpulan statistik atas populasi. Kedua pendekatan tersebut mengharuskanauditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan. Pelaksanaan danpengevaluasian bukti sampel. Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006: 374)keuntungan utama dari sampling statistik adalah membantu auditor dalam (1) merancangukuran sampel yang efisien, (2) mengukur kecukupan dari bukti yang diperoleh, dan (3)mengkuantifikasi risiko sampling. Kerugian dari sampling statistik di antaranya adalahadanya tambahan biaya untuk (1) pelatihan auditor dalam menggunakan teknik samplingyang memadai, (2) perancangan dan pelaksanaan penerapan sampling dan (3) kurangnyakonsistensi penerapan antara tim audit karena kompleksitas dari konsep yangmendasarinya.

    Secara lebih rinci auditor memeriksa sebagian bukti dengan berbagai cara sepertiyang ditunjukkan pada tabel berikut:

  • JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

    Metode Sampling Audit

    VOL. 1 NO. 1JANUARI 2011

    50

    Tabel 1. Cara Pengambilan Bukti Audit

    Tipe Sampel Contoh PenerapanSampelCara Pemilihan

    Sampel

    PengambilanKesimpulandidasarkan

    1. Sampel100%

    Semua faktur penjualan diatas Rp 400.000 diperiksaoleh auditor

    Unsur Kunci Konklusif

    2. JudgementSampling

    Semua faktur Penjualanyang dibuat mulai bulanjuni s.d. September 19X1

    Pertimbangan auditor PertimbanganAuditor

    3. Representatifsample

    Lima puluh fakturpenjualan yang dibuatdalam tahun yang diaudit

    Acak PertimbanganAuditor

    4. StatisticalSample

    Enam puluh fakturpenjualan yang dibuatdalam 10 bulan pertamadalam tahun yang diaudit

    Acak Matematik

    Sumber : Mulyadi

    Statistical Sampling ModelsStatistical sampling dibagi menjadi dua: attribute sampling dan variabel sampling.

    Attribute sampling atau disebut pula proportional sampling digunakan terutama untukmenguji efektivitas pengendalian intern (dalam pengujian pengujian), sedangkan variabelsampling digunakan terutama untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam akun (dalam pengujian substantif).A. Attribute Sampling Model:

    Ada tiga model attribute sampling:1. Fixed-sample-size attribute sampling2. Stop or go sampling3. Discovery sampling

    1. Fixed-sample-size attribute sampling:Model pengambilan sampel ini adalah model yang paling banyak digunakandalam audit. Pengambilan sampel dengan model ini ditujukan untukmemperkirakan persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi.Misalnya, dengan model ini auditor dapat memperkirakan berapa persen bukti kaskeluar (voucher) yang terdapat dalam populasi tidak dilampiri bukti pendukungyang lengkap. Model ini terutama digunakan jika auditor melakukan pengujianpengendalian terhadap suatu unsur pengendalian intern, dan auditor tersebutmemperkirakan akan menjumpai beberapa penyimpangan (kesalahan).

    Prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut:a. Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas

    pengendalian intern. Attribute adalah karakteristik yang bersifat kualitatif suatuunsur yang membedakan unsur tersebut dengan unsur yang lain. Dalamhubungannya dengan pengujian pengendalian, attribute adalah penyimpangan

  • JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

    Metode Sampling Audit

    VOL. 1 NO. 1JANUARI 2011

    51

    dari atau tidak adanya unsur tertentu dalam suatu pengendalian intern yangseharusnya ada.

    b. Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya. Apabila attribute telahditentukan, auditor harus menentukan populasi yang akan diambil, misalnyakelompok dokumen apa yang akan diambil.

    c. Penentuan besarnya sampel. Untuk menentukan besarnya sampel yang akandiambil dari populasi tersebut secara statistik, maka auditor harusmempertimbangkan faktor-faktor berikut:1. Penentuan tingkat keandalan (realibility level) atau confidence level atau

    disingkat R%. Tingkat keandalan adalah probabilitas benar dalammempercayai efektivitas pengendalian intern. Sebagai contoh, jika auditormemilih R= 95% berarti bahwa ia mempunyai risiko 5% untukmempercayai suatu pengendalian intern yang sebenarnya tidak efektif.

    2. Penaksiran persentase, terjadinya attribute dalam populasi. Penaksiran inididasarkan pada pengalaman auditor di masa yang lalu atau denganmelakukan percobaan.

    3. Penentuan batas ketepatan atas yang diinginkan (desired upper precisionlimit atau DUPL)

    4. Penggunaan tabel penentuan besarnya sampel untuk menentukan besarnyasampel.

    d. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi. Setelah ditentukanbesarnya sampel, langkah selanjutnya adalah menentukan anggota populasiyang akan menjadi sampel. Agar setiap anggota populasi dapat menjadisampel, maka auditor dapat menggunakan tabel acak.

    e. Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas unsurpengendalian intern. Langkah selanjutnya adalah memeriksa attribute yangtelah ditentukan sebelumnya pada sampel yang akan diambil. Auditor harusmencatat berapa kali menemukan attribute yang tidak sesuai denganpengendalian intern yang telah dilakukan.

    f. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel. Apabila auditortelah mendapatkan jumlah tingkat kesalahan dalam attribute, maka auditordapat membandingkan tingkat kesalahan dalam sampel tersebut denganmenggunakan tabel Achieved Upper Precision Limit (AUPL). AUPL akandibandingkan dengan DUPL. Jika AUPL lebih rendah dari DUPL, kesimpulanyang dapat diambil adalah unsur pengendalian intern yang diperiksamerupakan unsur sistem yang efektif.

    2. Stop or Go SamplingJika auditor menggunakan fixed sample size attribute sampling, kemungkinan iaakan terlalu banyak mengambil sampel. Hal ini dapat diatasi denganmenggunakan model attribute sampling yang lain, yaitu stop or go sampling.Dalam stop or go sampling ini, jika audior tidak menemukan adanyapenyimpangan atau menemukan jumlah penyimpangan tertentu yang telahditetapkan, ia dapat menghentikan pengambilan sampelnya. Prosedur yang harusditempuh oleh auditor dalam menggunakan stop or go sampling adalah sebagaiberikut:

  • JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

    Metode Sampling Audit

    VOL. 1 NO. 1JANUARI 2011

    52

    a. Tentukan desired upper precision limit dan tingkat keandalan. Pada tahap iniauditor menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih dan tingkat kesalahanmaksimum yang masih dapat diterima. Tabel yang tersedia dalam stop or gosampling ini menyarankan auditor untuk memilih tingkat kepercayaan 90%,95% atau 99%.

    b. Gunakan tabel Besarnya Sampel minimum untuk pengujian pengendalian gunamenentukan sampel pertama yang harus diambil. Setelah tingkat keandalandan desired upper precision limit (DUPL) ditentukan, langkah berikutnyaadalah menentukan besarnya sampel minimum yang harus diambil oleh auditordengan bantuan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujianpengendalian. Jika pengendalian intern baik, auditor disarankan untuk tidakmenggunakan tingkat keandalan kurang dari 95% dan menggunakan desiresupper precision limit lebih dari 5%. Dengan demikian pada umumnya dalampengujian pengendalian, auditor tidak pernah memilih besarnya sampel kurangdari 60.

    c. Buat tabel stop or go decision. Setelah besarnya sampel minimum ditentukan,langkah selanjutnya adalah membuat tabel keputusan. Dalam tabel stop or godecision tersebut auditor akan mengambil sampel sampai 4 kali

    d. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel.

    3. Discovery SamplingUmumnya kondisi yang diperlukan sebagai dasar penggunaan discovery samplingadalah:1. Jika auditor memperkirakan tingkat kesalahan dalam populasi sebesar nol atau

    mendekati nol persen2. Jika auditor mencari karakteristik yang sangat kritis, yang jika hal ini

    ditemukan, merupakan petunjuk adanya ketidakberesan yang lebih luas ataukesalahan yang serius dalam laporan keuangan.Discovery sampling digunakan pula oleh auditor dalam pengujian substantif.Jika tujuan audit untuk menemukan paling tidak satu kesalahan yangmempunyai dampak potensial terhadap suatu akun, discovery samplingumumnya dipakai untuk tujuan tersebut.Prosedur pengambilan sampel dalam discovery sampling adalah sebagaiberikut:1. Tentukan attribute yang akan diperiksa2. Tentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya3. Tentukan tingkat keandalan4. Tentukan desired upper precision limit5. Tentukan besarnya sampel6. Periksa attribute sampel7. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel.

    B. Variable SamplingVariabel sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji

    kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akunatau kuantitas yang lain. Dalam pengujian substantif, auditor dapat menghadapi duakeputusan yaitu melakukan estimasi suatu jumlah (misalnya saldo suatu akun) atau

  • JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

    Metode Sampling Audit

    VOL. 1 NO. 1JANUARI 2011

    53

    menguji kewajaran suatu jumlah. Jika variabel sampling digunakan untuk memperkirakansaldo suatu akun, hasil perhitungannya akan berupa nilai rupiah (rata-rata sampel dikalikandengan besarnya populasi ditambah atau dikurangi dengan suatu interval jumlah rupiahpada tingkat kepercayaan yang diinginkan. Variabel sampling untuk memperkirakan saldosuatu akun digunakan oleh auditor dalam kondisi:

    a. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar.b. Jika suatu saldo akun ditentukan dengan statistical sampling

    Variabel Sampling Untuk Uji HipotesisBaik dengan menggunakan nonstatistical sampling maupun statistical sampling,

    pengambilan sampel dalam pengujian substantif dilaksanakan oleh auditor melalui 7 tahapberikut ini:

    1. Penentuan tujuan pengambilan sampel2. Penentuan populasi3. Penentuan sampling unit4. Penentuan besarnya sampel5. Penentuan metode pemilihan sampel6. Pemeriksaan sampel7. Evaluasi hasil sampel

    Penerapan Metode Sampling AuditMetode sampling dalam melaksanakan audit sudah digunakan secara luas, baik oleh

    auditor internal maupun auditor eksternal (akuntan publik). Menurut Gaffort danCharmichael (1984) pada dasarnya ada dua jenis audit sampel yaitu statistical samplingsan nonstatistical sampling. Meskipun sebagian auditor lebih memilih nonstatisticalsampling sebagai judgmental sampling, sekarang telah bergeser, karena pertimbangandibutuhkan baik menggunakan metode sample statistik dan metode nonstatistik. Perbedaanutama antara statistical dan nonstatistical sampling adalah terletak pada pengukuran semuakarakteristik evaluasi secara ketat tergantung pada teori probabilitas. Kedua metode auditsampel memenuhi syarat berikut:

    1. Menyeleksi sampel yang representatif2. Menentukan ukuran sampel3. Menentukan tingkat kesalahan yang dapat diterima sebagai risiko sampel.Dalam penerapannya, nonstatistical sampling lebih banyak digunakan oleh auditor

    dalam menentukan sampel. Bamett (1986) meneliti 78 auditor dari 30 perusahaan akuntanpublik yang ada di Southeast. Hasilnya 83% dari perusahaan akuntan publik tersebutmenggunakan metode nonstatistik sampling.

    Sedangkan Sebuah studi yang dilakukan Hitzig (1995) pada 800 Kantor Akuntan diNew York menunjukkan 95,7% responden menggunakan sampling audit. Dari jumlahtersebut 93,9% responden menggunakan sampling non statistik dan hanya 38,7%responden yang menggunakan sampling statistik. Ini berarti 56,4% responden hanyamenggunakan sampling non statistik. Penelitian yang dilakukan Hallet al.( 2000) terhadap300 KAP, 200 perusahaan publik dan 100 instansi pemerintah menunjukkan bahwametode sampling non statistik digunakan sekitar 85% dari seluruh penggunaan samplingaudit.

    Penelitian Hall et al. (2000) dengan enam ratus responden dari KAP, perusahaanpublik, dan instansi pemerintah yang diteliti, metode sampling non statistik digunakan

  • JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

    Metode Sampling Audit

    VOL. 1 NO. 1JANUARI 2011

    54

    sekitar 85% dari seluruh penggunaan sampling audit. Raharja (2005) yang melakukanpenelitian di BPK menyatakan bahwa 70,5% responden tidak menggunakan metodesampling statistik. Oleh karena itu sebaiknya BPK melakukan usaha-usaha untukmeningkatkan kualitas perencanaan sampling, terutama yang berkaitan dengan teknik-teknik untuk mengatasi bias pada sampling non statistik. Sampling non statistik yangdirencanakan secara tepat akan dapat seefektif sampling statistik.

    Seiring dengan hasi-hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian yang dilakukanoleh Maingot dan Quon ( 2009) di Toronto Stock Exchange (TSX), mengatakan bahwahanya 15% dari perusahaan yang mempunyai departemen akuntansi telah menggunakanstatistik dalam menentukan besarnya sampel, 23% telah menggunakan metode seleksirandom sample, dan hanya 10% yang menggunakan statistik dalam menggunakanevaluasi. Meskipun persentasi yang menggunakan audit sampling masih rendah, namunhampir separuh responden melaporkan bahwa mereka telah mengikuti pelatihan auditsampling dan metode evaluasi. Dibandingkan dengan TSX, Perusahaan yang terdaftar diU.S. Exchange lebih banyak yang menggunakan audit sampling.

    Jika dibandingkan antara metode sampling non statistik dan statistic sampling,Halim (2001) mengatakan bahwa sampling statistik memerlukan lebih banyak biayadaripada sampling non statistik. Alasannya karena harus ada biaya yang dikeluarkan untuktraining bagi staf auditor untuk menggunakan statistik dan biaya pelaksanaan samplingsecara statistik. Namun tingginya biaya sampling statistik dikompensasi dengan tingginyamanfaat yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sedang menurut Guy(1981) ada empat kelebihan sampling statistik;

    a. Memungkinkan auditor menghitung reliabilitas sampel dan risiko berdasarkansampel.

    b. Mengharuskan auditor merencanakan sampling dengan lebih baik (more orderlymanner) dibandingkan dengan sampling non statistik

    c. Auditor bisa mengoptimalkan sampel size, tidakover s tat ed atauunder stated,dengan risiko yang hendak diterima terukur secara matematis.

    d. Berdasarkan sampel, auditor bisa membuat statement yang obyektif mengenaipopulasi sampel.

    Sedangkan Tatum dan Akresh (1988) yang melaporkan bahwa hasil survey yangdilakukan oleh AICPA. pada 15 perusahaan akuntan publik terbesar. Ternyata hasilpenelitian menunjukkan lebih banyak masalah dalam implementasi SAS No. 39 ketikamenggunakan nonstatistical sampling dibandingkan statistical sampling. Hall et al. (2002)mengungkapkan bahwa dalam menggunakan sampling non statistik sebagian besarresponden belum melakukan upaya-upaya untuk mengurangi bias personal.

    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Sampling AuditAda beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan sampling audit:

    1. Keahlian menggunakan metode audit sampling.Sebagian besar perusahaan-perusahaan akuntan publik (Bamett 1986) danakuntan intern (Maingot dan Quon 2009) menggunakan nonstatistical sampling.Hal ini kemungkinan disebabkan karena keahlian yang rendah dalammenggunakan audit sampling. Sementara itu penelitian Silaban (1993)menyimpulkan bahwa mayoritas akuntan publik belum memahami penggunaansampling statistik untuk pemeriksaan. Dan tingkat pemahaman tersebutberhubungan positif dengan penggunaan dan frekuensi penggunaan sampling

  • JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

    Metode Sampling Audit

    VOL. 1 NO. 1JANUARI 2011

    55

    statistik oleh auditor Informasi lain dikumpulkan oleh (Maingot dan Quon 2009)baru hampir separuh responden mengikuti pelatihan audit sampling dan metodeevaluasi.

    2. Persepsi auditor terhadap metode sampling statistik dan persepsi auditor terhadaprisiko audit. Penelitian Zarkasyi (1992) menemukan bahwa persepsi auditormempengaruhi rendahnya hubungan dependensi dengan frekuensi penerapanmetode sampling statistik. Jika persepsi auditor baik teerhadap metode samplingstatistik, kemungkinan mereka menggunakan sampling statistik semakin besar.Jika persepsi auditor buruk maka cenderung menghindari sampling statistik.Bedingfield (1974) dalam Arkin (1982) menyatakan bahwa dampakberkembangnya tuntutan hukum terhadap KAP mengawali atau memperluaspenggunaan sampling statistik. Menurut Tucker dan Lordi (1997) sejak awalpenyelidikan metode sampling statistik oleh AICPA, mereka sangat menyadariimplikasi hukum (legal) dari penggunaan metode ini. Dan menurut kedua penelititersebut ketidakpuasan terhadap metode sampling tradisional dan keraguanterhadap kemampuan bertahan pendekatan sampling tradisonal terhadap seranganahli statistik di pengadilan telah menjadi katalis berkembangnya samplingstatistik.

    Dalam penelitian sebelumnya (Zarkasyi, 1992) menyebutkan bahwa penggunaan metodestatistik mempunyai hubungan dependensi dengan persepsi auditor terhadap risiko audit.Hall et al. (2002) dalam pengembangan penelitian berikutnya, menyarankan antara lainpenyelidikan pengaruh persepsi audit pada pemilihan teknik sampling dan evaluasinya.Semakin tinggi risiko audit, auditor cenderung menggunakan metode yang menurutnyalebih obyektif dan lebih bertahan. Jika auditor menganggap risiko audit tinggikemungkinan ia menggunakan sampling statistik semakin besar.

    PENUTUP

    Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor harus merencanakan pelaksanaanauditnya secara efektif dan efisien. Auditor harus dapat mengumpulkan bukti yang akuratdengan mempertimbangkan efisiensi biaya dan waktu. Auditor dapat menggunakan Auditsampling. Ada dua metode dalam audit sampling, yaitu nonstatistik sampling dan statistiksampling. Dari beberapa hasil penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa sebagianbesar auditor internal, auditor eksternal maupun auditor pemerintah lebih banyakmenggunakan nonstatistical sampling. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktorkemampuan auditor menggunakan audit sampling, persepsi auditor terhadap metode auditsampling dan persepsi terhadap risiko. Dari beberapa hasil penelitian, terungkap pulabahwa auditor yang menggunakan nonstatistical sampling tidak memperhitungkan biasdalam evaluasinya. Penggunaan nonstatistical sampling juga terbukti lebih banyakmenimbulkan masalah dibanding penarikan sampel dengan menggunakan statiticalsampling. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya statistical sampling merupakanmetode yang lebih objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu auditorperlu menambah wawasan dan training berkaitan dengan metode ini. Auditor yangmemahami statistical sampling mempunyai kemauan yang tinggi untuk menggunakannya,sedangkan yang tidak memahami cenderung menghindari metode tersebut.

  • JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

    Metode Sampling Audit

    VOL. 1 NO. 1JANUARI 2011

    56

    DAFTAR PUSTAKA

    Akresh, A. D., and K. W. Tatum. 1988. Audit samplingdealing with the problems.Journal of Accountancy (December). pages5864.

    American Accounting Association. Comittee on Basic Auditing Concept, A Statement ofBasic Auditing Concepts (Sarasota, FL: AAA, 1973)

    Bamett, A. H., and W. J. Read. 1986. Sampling in small business audits. Journal ofAccountancy (January). pages78-80, 82, 84, 86-88.

    Cooper, Donald R, Pamela S Schindler, 2006, Metode riset Bisnis, Volume 2 Edisi 9, alihbahasa Budijanto dan Didik Djunaedi, Jakarta, PT. Media Global Edukasi

    Gafford W Wade dan Carmichael D.R. 1984. Materiality, Audit Risk and Sampling: ANuts and Bolts Approach. Journal of Accountancy. October. Pages 109-118

    Hall, Thomas W, James E Hunton dan Bethane Jo Pierce. 2002. Sampling practices ofauditors in public accounting, industry, and government. Accounting Horizons; Jun;16, 2; pg. 125-136

    Hitzig, N. 1995. Audit sampling: A survey of current practice. The CPA Journal(July):54-57

    Maingot, Michael, dan Tony K Quon. 2009. Sampling Practites of Internal Auditors atCorporation on the Standard & Poors Toronto Stock Exchange Composite Index.Accounting Perspective/Perspective Comptables Vol.8 No.3 pages 215-234

    Messier, William F, Steven M. Glover, Douglas F. Prawitt. 2006. Auditing and AssuranceServices A Systematic Approach. Buku satu, Edisi 4, Jakarta. Salemba Empat

    Mulyadi. 2002. Auditing buku 1edisi 6. Salemba Empat. Jakarta.

    Raharja Surya. Studi Empiris Mengenai Penerapan Metode Sampling dan Faktor-faktoryang Mempengaruhi Penggunaan Metode sampling Audit oleh Auditor BPK, 2005SNA VIII Solo

    Silaban, Adanan. 1993. Studi Empiris Pemahaman Akuntan Publik tentang PenggunaanMetode Sampling Statistik Untuk Pemeriksaan Akuntan. Tesis S2. ProgramMagister Sains.UGM. Yogyakarta.

    Tatum, K. W. 1987. Solving audit sampling problems. The CPA Journal (August). pages91-97.

    Zarkasyi, Wahyudin. 1992. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dependensi denganrendahnya frekuensi penerapan metode sampling statistis untuk pemeriksaan